Anda di halaman 1dari 8

1 Korintus 14:1-25

1 Korintus 14:1-25
1
Kejarlah kasih itu dan usahakanlah dirimu memperoleh karunia-karunia Roh,
terutama karunia untuk bernubuat.  2 Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh,
tidak berkata-kata kepada manusia, tetapi kepada Allah. Sebab tidak ada seorangpun
yang mengerti bahasanya; oleh Roh ia mengucapkan hal-hal yang rahasia.  3 Tetapi
siapa yang bernubuat, ia berkata-kata kepada manusia, ia membangun, menasihati dan
menghibur.  4 Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, ia membangun dirinya
sendiri, tetapi siapa yang bernubuat, ia membangun Jemaat.  5 Aku suka, supaya kamu
semua berkata-kata dengan bahasa roh, tetapi lebih dari pada itu, supaya kamu
bernubuat. Sebab orang yang bernubuat lebih berharga dari pada orang yang berkata-
kata dengan bahasa roh, kecuali kalau orang itu juga menafsirkannya, sehingga
Jemaat dapat dibangun.  6 Jadi, saudara-saudara, jika aku datang kepadamu dan
berkata-kata dengan bahasa roh, apakah gunanya itu bagimu, jika aku tidak
menyampaikan kepadamu penyataan Allah atau pengetahuan atau nubuat atau
pengajaran?  7 Sama halnya dengan alat-alat yang tidak berjiwa, tetapi yang berbunyi,
seperti seruling dan kecapi bagaimanakah orang dapat mengetahui lagu apakah yang
dimainkan seruling atau kecapi, kalau keduanya tidak mengeluarkan bunyi yang
berbeda?  8 Atau, jika nafiri tidak mengeluarkan bunyi yang terang, siapakah yang
menyiapkan diri untuk berperang?  9 Demikianlah juga kamu yang berkata-kata
dengan bahasa roh: jika kamu tidak mempergunakan kata-kata yang jelas,
bagaimanakah orang dapat mengerti apa yang kamu katakan? Kata-katamu sia-sia
saja kamu ucapkan di udara!  10 Ada banyak entah berapa banyak macam bahasa di
dunia; sekalipun demikian tidak ada satupun di antaranya yang mempunyai bunyi
yang tidak berarti.  11 Tetapi jika aku tidak mengetahui arti bahasa itu, aku menjadi
orang asing bagi dia yang mempergunakannya dan dia orang asing
bagiku.  12 Demikian pula dengan kamu: Kamu memang berusaha untuk memperoleh
karunia-karunia Roh, tetapi lebih dari pada itu hendaklah kamu berusaha
mempergunakannya untuk membangun Jemaat.  13 Karena itu siapa yang berkata-kata
dengan bahasa roh, ia harus berdoa, supaya kepadanya diberikan juga karunia untuk
menafsirkannya.  14Sebab jika aku berdoa dengan bahasa roh, maka rohkulah yang
berdoa, tetapi akal budiku tidak turut berdoa.  15 Jadi, apakah yang harus kubuat? Aku
akan berdoa dengan rohku, tetapi aku akan berdoa juga dengan akal budiku; aku akan
menyanyi dan memuji dengan rohku, tetapi aku akan menyanyi dan memuji juga
dengan akal budiku.  16 Sebab, jika engkau mengucap syukur dengan rohmu saja,
bagaimanakah orang biasa yang hadir sebagai pendengar dapat mengatakan "amin"
atas pengucapan syukurmu? Bukankah ia tidak tahu apa yang engkau
katakan?  17Sebab sekalipun pengucapan syukurmu itu sangat baik, tetapi orang lain
tidak dibangun olehnya.  18 Aku mengucap syukur kepada Allah, bahwa aku berkata-
kata dengan bahasa roh lebih dari pada kamu semua.  19 Tetapi dalam pertemuan
Jemaat aku lebih suka mengucapkan lima kata yang dapat dimengerti untuk mengajar
orang lain juga, dari pada beribu-ribu kata dengan bahasa roh.  20Saudara-saudara,
janganlah sama seperti anak-anak dalam pemikiranmu. Jadilah anak-anak dalam
kejahatan, tetapi orang dewasa dalam pemikiranmu!  21 Dalam hukum Taurat ada
tertulis: "Oleh orang-orang yang mempunyai bahasa lain dan oleh mulut orang-orang
asing Aku akan berbicara kepada bangsa ini, namun demikian mereka tidak akan
mendengarkan Aku, firman Tuhan."  22 Karena itu karunia bahasa roh adalah tanda,
bukan untuk orang yang beriman, tetapi untuk orang yang tidak beriman; sedangkan
karunia untuk bernubuat adalah tanda, bukan untuk orang yang tidak beriman, tetapi
untuk orang yang beriman.  23 Jadi, kalau seluruh Jemaat berkumpul bersama-sama
dan tiap-tiap orang berkata-kata dengan bahasa roh, lalu masuklah orang-orang luar
atau orang-orang yang tidak beriman, tidakkah akan mereka katakan, bahwa kamu
gila?  24 Tetapi kalau semua bernubuat, lalu masuk orang yang tidak beriman atau
orang baru, ia akan diyakinkan oleh semua dan diselidiki oleh semua;  25 segala
rahasia yang terkandung di dalam hatinya akan menjadi nyata, sehingga ia akan sujud
menyembah Allah dan mengaku: "Sungguh, Allah ada di tengah-tengah kamu."

LATAR BELAKANG TEKS


Korintus merupakan salah satu kota terpenting di dunia Perjanjian Baru. Kota itu
terletak di tengah-tengah negeri Yunani, pada suatu tempat yang strategis untuk
perdagangan, baik perdagangan dalam negeri maupun ekspor-impor dengan negeri-
negeri lain. Setelah dijajah oleh kekaisaran Romawi, Korintus menjadi penting juga
sebagai pusat pertahanan dan pemerintahan. Pastilah penduduk-penduduk kota seperti
itu terdiri dari bermacam-macam bangsa, ras dan suku: orang-orang Yunani asli,
orang Romawi dari golongan pemerintahan, orang-orang Yahudi yang diusir dari
tempat lain (misalnya Kis. 18:2) dan banyak bangsa lain yang datang ke sana untuk
urusan perdagangan. Di kota itu juga terdapat bermacam agama, termasuk agama-
agama Roma dan Yunani (dunia Barat), iman kepercayaan dari dunia Timur dan
agama Yahudi dari Palestina. Boleh dikatakan Korintus adalah kota internasional.
Jemaat Kristen di Korintus juga terdiri dari beberapa bangsa dan golongan
masyarakat, sebagaimana nampak dalam surat Paulus kepada mereka (1 Kor. 1:26;
7:18-21; 10:1 + 12:2). Namun bagi Paulus hal yang jauh lebih penting daripada
perbedaan-perbedaan itu ialah kesatuan jemaat Kristen sebagai orang-orang yang
dipanggil dan dikuduskan dalam Kristus (1 Kor.1:2; 12:12-13).[1]
ü  Penulis dan Tahun Penulisan
Surat 1 Korintus di tulis oleh Paulus, antara tahun 53-57 M di kota Efesus (1 Kor.
16:8). Sebenarnya dia pernah menulis surat kepada jemaat di Korintus sebelumnya (1
Kor. 5:9), tetapi surat tersebut tidak dimasukkan ke dalam Perjanjian Baru dan
naskahnya sudah hilang.[2] Paulus pergi ke Korintus sekitar tahun 51 M pada waktu
perjalanan misinya yang kedua. Di situ Paulus tampaknya menyadari implikasi dari
memusatkan perhatian kepada orang-orang Yunani dalam rangka memenangkan
orang-orang Yahudi. Korintus merupakan tempat yang sangat cocok untuk mencoba
membangun kebenaran karya misi ini. Paulus diberitakan tinggal di Korintus lebih
lama (sekitar delapan belas bulan menurut Lukas dalam Kis. 18:11) daripada di
tempat-tempat lain yang ia datangi untuk pewartaan. Hubungannya dengan orang
Korintus lebih menyerupai hubungan seorang pengkhotbah ulung daripada seorang
musafir. Singkatnya,ia hidup dan bekerja di antara orang Korintus dan seluruh
hubungan kerasulannya seperti tercermin dalam hubungan surat-menyurat dengan
mereka dicirikan oleh semua segi hubungan dari hari ke hari, saling menukar
pengalaman, lengkap dengan keakraban, ketegangan dan kekecewaan.[3]

ü  Pembaca
Sekelompok orang Kristen tinggal di Korintus sebelum Paulus bergabung dengan
mereka. Akwila dan Priskila adalah anggota terkemuka dari jemaat dan sudah
memegang tampuk pimpinan (Kis. 18: 2-3). Pasangan inilah yang menyelesaikan
pengajaran dari Apolos sesudah Paulus menuju Efesus (Kis. 18:24-28). Jemaat
Korintus rupanya terdiri dari orang-orang Kristen, baik Yahudi maupun Yunani.
Surat 1 Korintus ditujukan kepada orang-orang Kristen yang ada di Korintus, karena
Paulus mendengar ada beberapa persoalan yang timbul di dalam jemaat Korintus.
Persoalan tentang perpecahan dan kebejatan di dalam jemaat, dan tentang persoalan-
persoalan seks dan perkawinan, persoalan hati nurani, tata tertib dalam jemaat,
karunia-karunia Roh Allah, dan tentang bangkitnya orang mati. Dengan pandangan
yang dalam, Paulus menunjukkan bagaimana Kabar Baik dari Allah itu untuk
menyoroti persoalan-persoalan tersebut.[4] Surat 1 Korintus juga bukan saja diterima
serta dibaca oleh orang-orang Kristen yang ada di Korintus melainkan diterima serta
dibaca oleh seluruh orang Kristen yang ada di dunia.
 
ü  Maksud Penulisan
Ada dua factor yang berada di belakang penulisan Surat 1 Korintus ini
yakni,pertama, Paulus telah menerima laporan-laporan dari jemaat/gereja, yang
membuatnya gelisah (1 Kor. 1:11; 5:1). Kedua, utusan-utusan datang dari Korintus,
dengan membawa sepucuk surat untuk meminta nasihatnya mengenai berbagai
macam permasalahan (1 Kor. 7:1; 16:17). Dalam surat itu, Paulus menangani lima
masalah yang dilaporkan kepadanya:
1.      Perpecahan di dalam gereja
2.      Kasus inses (hubungan seksual antar anggota keluarga dekat)
3.      Kasus pengaduan ke pengadilan di antara sesama anggota jemaat
4.      Penyalahgunaan ‘kemerdekaan’ orang Kristen
5.      Suasana kacau yang umumnya terjadi pada saat ibadah di gereja, bahkan saat
perjamuan kudus.
Ia juga menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ditulis oleh orang-orang Korintus
mengenai:
1.      Masalah hidup menikah dan melajang
2.      Masalah makanan yang sudah dipersembahkan kepada berhala, dan fungsi social
yang diselenggarakan di dalam kuil-kuil
3.      Masalah perlu tidaknya wanita menggunakan kerundung, dan kedudukan wanita
di pertemuan-pertemuan umum
4.      Masalah karunia-karunia roh
5.      Makna kebangkitan orang mati.[5]

ü  Konteks Penulisan
Jemaat atau gereja Kristen di Korintus, sama seperti kotanya, terdiri dari berbagai
campuran suku bangsa dan tindakan social. Orang Yahudi hanya sedikit, sedangkan
orang non-Yahudi lebih banyak: beberapa diantaranya orang kaya dan orang
terkemuka, tetapi kebanyakan dari golongan kelas  bawah. Sebagian besar orang
yang bertobat itu berasal dari latar belakang kafir (penyembah berhala) yang
permisif, membolehkan apa saja. Mereka tidak memiliki sesuatu yang dapat
dibanggakan. Namun, sebagaimana lazimnya gaya hidup Yunani, mereka
membanggakan diri atas kecerdasan intelektual mereka. Mereka mengelompokkan
diri untuk melakukan perdebatan, namun mereka merupakan kelompok yang tidak
erat hubungannya satu sama lain.[6]

TAFSIRAN
Ay.1 Kejarlah kasih itu dan usahakanlah dirimu memperoleh karunia-karunia Roh,
terutama karunia untuk bernubuat.
Ayat pembukaan ini merupakan penegasan terhadap isi dari 12:31b-13:13 dengan
maksud untuk peralihan. Kejarlah merupakan istilah yang lebih kuat
daripadausahakan. Dalam ayat ini Paulus memiliki harapan agar orang-orang
Kristen yang ada di Korintus dapat “mengejar kasih”, Orang percaya yang
mempunyai kasih yang sejati bagi orang lain dalam tubuh Kristus harus merindukan
karunia rohani supaya sanggup menolong, menghibur, mendorong, dan menguatkan
mereka yang membutuhkan (bd. 1Kor 12:17). Mereka tidak akan dengan pasif
menunggu Allah mengaruniakan karunia Roh (1Kor 12:7-10). Sebaliknya, mereka
harus merindukan dengan sungguh-sungguh, berusaha, dan berdoa memohon karunia
itu, khususnya yang bersifat mendorong, menghibur, dan menguatkan (ayat 1Kor
14:3,13,19,26).[7]

Ay.2 Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, tidak berkata-kata kepada


manusia, tetapi kepada Allah. Sebab tidak ada seorangpun yang mengerti
bahasanya; oleh Roh ia mengucapkan hal-hal yang rahasia
Ayat ini menunjukkan bahwa penggunaan utama bahasa roh, baik dalam jemaat
maupun secara pribadi, adalah terutama untuk berbicara kepada Allah dan bukan
kepada manusia. Ketika bahasa roh ditujukan kepada Allah, maka pembicara itu
sedang berhubungan dengan Allah oleh Roh Kudus dalam bentuk doa, pujian,
nyanyian, ucapan berkat, dan ucapan syukur. Yang diucapkan itu adalah "hal-hal
yang rahasia", yaitu hal-hal yang tidak dapat dipahami oleh pembicara itu dan oleh
para pendengar (bd. ayat 1Kor 14:2,13-17). Jadi intinya hanya Allah yang mengerti
bahasa roh, kecuali jika ditafsirkan maka pendengar akan mengerti apa yang
diucapkan oleh orang yang berbicara. Implikasinya adalah bahwa bahasa roh, bila
ditafsirkan, diarahkan kepada manusia. Pandangan ini didukung oleh pernyataan
Paulus yang menyatakan bahwa berkata-kata dengan bahasa roh tidak diucapkan
kepada manusia karena "tidak ada seorang pun yang mengerti"
.
Ay.3 Tetapi siapa yang bernubuat, ia berkata-kata kepada manusia, ia membangun,
menasihati dan menghibur. 
Karunia bernubuat dalam jemaat didorong oleh Roh Kudus, bukan terutama untuk
menubuatkan masa depan, melainkan untuk membangun iman orang percaya,
kehidupan rohani, dan keputusan moral untuk tinggal setia kepada Kristus dan
ajaran-ajaran-Nya. Akan tetapi, nubuat bukanlah menyampaikan suatu khotbah yang
telah dipersiapkan, tetapi menyampaikan pesan secara spontan di bawah dorongan
Roh demi pembangunan setiap pribadi ataupun jemaat

Ay.4 Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, ia membangun dirinya sendiri,


tetapi siapa yang bernubuat, ia membangun Jemaat.   
Ayat ini jelas berkaitan dengan ayat 2 dan 3 dimana orang yang berbahasa roh tanpa
penafsiran tentunya hanya membangun dirinya sendiri,dengan kata lain
mengokohkan iman dan kehidupan rohani dari orang tersebut. Hal ini dikarenakan
bahasa yang diucapkan oleh orang yang berbahasa roh itu ditujukan kepada Allah
dan merupakan hal-hal yang rahasia. Dengan demikian apa yang diucapkan tidak
dapat dimengerti oleh satu orangpun. Lain halnya dengan bernubuat, bernubuat dapat
membangun diri sendiri dan orang lain karena pesan yang disampaikan itu
menggunakan bahasa yang dimengerti oleh manusia bahkan ditujukan kepada
manusia. Dengan bernubuat maka orang merasakan persekutuan dengan sesame.

Ay.5 Aku suka, supaya kamu semua berkata-kata dengan bahasa roh, tetapi lebih
dari pada itu, supaya kamu bernubuat. Sebab orang yang bernubuat lebih berharga
dari pada orang yang berkata-kata dengan bahasa roh, kecuali kalau orang itu juga
menafsirkannya, sehingga Jemaat dapat dibangun.
Dalam bagian ini, Paulus tidak meremehkan berbicara dalam bahasa roh, karena
menurut Paulus bahasa roh itu adalah sarana untuk seseorang berkomunikasi dengan
Allah dalam bentuk berdoa maupun ucapan syukur. Bahasa roh juga sama dengan
bahasa yang di pakai di seluruh dunia, bahasa roh bisa mengeluarkan makna hanya
jika bahasa roh itu ditafsirkan. Lain halnya dengan bernubuat, bernubuat itu
dilakukan tanpa penafsiran, karena orang lain mengerti apa yang disampaikan. Orang
yang bernubuat dikatakan lebih berharga karena apa yang disampaikan dimengerti
dan dipahami oleh orang lain, dapat memotivasi orang lain dan dapat membangun
kerohanian orang lain. orang yang berbahasa rohpun dapat dikatakan lebih berharga
jika orang tersebut memiliki karunia menafsir sehingga apa yang dikatakan
dimengerti dan dipahami oleh orang lain, juga dapat memotivasi dan membangun
kerohanian orang lain.

Ay.6 Jadi, saudara-saudara, jika aku datang kepadamu dan berkata-kata dengan


bahasa roh, apakah gunanya itu bagimu, jika aku tidak menyampaikan kepadamu
penyataan Allah atau pengetahuan atau nubuat atau pengajaran? 
Berkata-kata dengan bahasa roh dapat diarahkan kepada kalangan orang Kristen.
Paulus mengandaikan suatu keadaan di mana ia datang kepada jemaat Korintus dan
berkata-kata dengan bahasa roh dalam kebaktian. Perkataan itu tidak ada gunanya
bagi mereka "jika" ia tidak menyampaikan suatu penyataan atau pesan yang
mengandung petunjuk. Susunan dari ayat ini mengemukakan bahwa perkataan
Paulus dalam bahasa roh, jika ditafsirkan, akan terdiri atas suatu berita yang berisi
penyataan, pengetahuan, nubuat atau petunjuk kepada jemaat. Penafsiran ini
didukung oleh ayat 1Kor 14:8, di mana Paulus memberikan suatu analogi mengenai
sebuah nafiri yang membawa berita dan peringatan bersiap untuk bertempur. Dengan
kata lain, berkata-kata dengan bahasa roh yang disertai penafsiran dapat
menyampaikan suatu berita kepada umat Allah, misalnya suatu berita untuk bersiap-
siap dalam peperangan rohani melawan Iblis, dosa, dan unsur-unsur yang berdosa
dari dunia, atau berita itu dapat menantang kita untuk siaga bagi kedatangan Kristus
yang kedua.

Ay.7-9 Sama halnya dengan alat-alat yang tidak berjiwa, tetapi yang berbunyi,
seperti seruling dan kecapi bagaimanakah orang dapat mengetahui lagu apakah
yang dimainkan seruling atau kecapi, kalau keduanya tidak mengeluarkan bunyi
yang berbeda?  8 Atau, jika nafiri tidak mengeluarkan bunyi yang terang, siapakah
yang menyiapkan diri untuk berperang? 9 Demikianlah juga kamu yang berkata-kata
dengan bahasa roh: jika kamu tidak mempergunakan kata-kata yang jelas,
bagaimanakah orang dapat mengerti apa yang kamu katakan? Kata-katamu sia-sia
saja kamu ucapkan di udara! 
Paulus menggunakan gambaran dari dunia music. Aransemen dari bermacam nada
memberi makna pada suara yang dikeluarkan oleh alat music tersebut (seruling dan
kecapi). Jika nadanya tidak dapat dibedakan maka alatnya tidak berguna. Begitu juga
nafiri harus mengeluarkan suara dengan urutan tertentu supaya memberi tanda
kepada pasukan untuk bertempur. Jika tidak, yang muncul tidak hanya kekacauan
tetapi juga keributan. Demikian juga dengan berbicara dalam bahasa roh, jika suara
yang dikeluarkan tanpa adanya penafsiran maka tidaklah berguna bahkan tidak
memiliki makna, karena apa yang diucapkan itu tidak dimengerti dan kedengarannya
asing (bahasa asing). Menurut Paulus apa yang dipahami dan dilakukan oleh orang-
orang Korintus terkesan menggelikan karena mereka hidup dalam kesia-siaan.

Ay.10-11 Ada banyak entah berapa banyak macam bahasa di dunia; sekalipun


demikian tidak ada satupun di antaranya yang mempunyai bunyi yang tidak
berarti.  11 Tetapi jika aku tidak mengetahui arti bahasa itu, aku menjadi orang asing
bagi dia yang mempergunakannya dan dia orang asing bagiku.
Selain menggunakan gambaran dari dunia music, Paulus juga menggunakan
gambaran dari dunia bahasa. Dimana bahasa memiliki fungsi sebagai sarana
komunikasi yang memungkinkan hubungan antarmanusia. Bahasa dituntut agar dapat
dimengerti sehingga menjadi alat komunikasi yang sesuai. Jika kita tidak dapat
menafsirkan suara-suara dari bahasa lain  maka suara-suara itu tetap asing bagi kita,
dan tidak mungkin kita berkomunikasi dengan orang yang mengeluarkan suara yang
asing itu. Oleh karena itu sebuah percakapan tidak berguna bagi pendengar jika
pendengar tidak memahaminya.

Ay.12  Demikian pula dengan kamu: Kamu memang berusaha untuk memperoleh
karunia-karunia Roh, tetapi lebih dari pada itu hendaklah kamu berusaha
mempergunakannya untuk membangun Jemaat. 
Kalimat “demikian pula dengan kamu” mengawali kesimpulan terhadap pokok yang
dikemukakan mengenai gambaran dunia music dan gambaran dunia bahasa. Dalam
ayat ini Paulus mendesak orang-orang yang bersemangat dalam hal-hal rohani untuk
memfokuskan diri mereka dalam membangun kerohanian sesame (jemaat). Karena
dalam menggunakan karunia roh secara khusus bahasa roh, bukan saja berkaitan
dengan Allah tetapi harus diinterpretasikan kepada sesama.

Semakin kita mengejar uang, semakin sedikit punya uang yang


akan kita dapatkan. Tetapi semakin kita mengejar Kristus,
termasuk soal kebutuhan keuangan, maka hidup kita akan semakin
dipernuhi melimpah.

Soal hal ini, kita tentu sudah kerap dengar dalam Alkitab dimana
Allah berulang kali memperingati kita agar menghindari sikap
serakah dan cinta uang. Bukan berarti Allah tidak menghendaki
orang percaya memiliki uang atau menjadi kaya. Pada dasarnya,
Allah ingin memberkati kita secara finansial, bukan berarti kita
harus menimbun harta kepunyaan kita atau menghambur-
hamburkannya. Sebaliknya dengan harta itu kita bisa mengejar
tujuan-Nya untuk menjadi berkat bagi orang lain.

Yesus sering berbicara tentang uang yang hampir seluruhnya


berfokus pada kebutuhan pelayanan yang baik karena Dia peduli
tentang kebutuhan keuangan. Untuk itulah, Allah berjanji akan
menjamin kebutuhan kita dan memberikan kita hikmat untuk bisa
mengelola harta yang diberikan-Nya dengan baik. Dia juga
memberikan kita kemampuan untuk menjaga hati kita dari godaan
dan tipu daya kekayaan yang melimpah.

Berikut 8 ayat Alkitab yang membuktikan bahwa Allah ingin kita


mengalami kelimpahannya dengan cara yang benar.

1. Kejadian 50: 21, “Jadi janganlah takut, aku akan menanggung


makanmu dan makan anak-anakmu juga." Demikianlah ia
menghiburkan mereka dan menenangkan hati mereka dengan
perkataannya.”

2. Ulangan 8: 18, “Tetapi haruslah engkau ingat kepada TUHAN,


Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk
memperoleh kekayaan, dengan maksud meneguhkan perjanjian
yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu,
seperti sekarang ini.”

3. Mazmur 65: 9, “Engkau mengindahkan tanah itu,


mengaruniainya kelimpahan, dan membuatnya sangat kaya. Batang
air Allah penuh air; Engkau menyediakan gandum bagi mereka. Ya,
demikianlah Engkau menyediakannya:”

4. Matius 6: 30, “Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di


ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah
Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang
percaya?”
5. Matius 10: 30-31, “Dan kamu, rambut kepalamupun terhitung
semuanya. Sebab itu janganlah kamu takut, karena kamu lebih
berharga dari pada banyak burung pipit.”     

6. Filipi 4: 6, “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun


juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada
Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.”

7. Filipi 4: 19, “Allahku akan memenuhi segala keperluanmu


menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus.”

8. Ibrani 13: 5, “Janganlah kamu menjadi hamba uang dan


cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah
telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau
dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau."

Untuk mengalami kelimpahan dari Allah kita hanya diminta untuk


taat dan percaya. Jika Anda percaya bahwa Allah di surga itu kaya,
maka tak ada alasan untuk takut, khawatir atau gelisah akan
masalah keuangan kita.

Anda mungkin juga menyukai