Anda di halaman 1dari 6

Laporan Kasus

EPILEPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
Pada Bagian/SMF Radiologi Fakultas Kedokteran Unsyiah/
RSUD dr. ZainoelAbidin Banda Aceh

Oleh:

Prastika Tiara Santi


1807101030092

Pembimbing:
dr. Indrita Iqbalawati, Sp. Rad

BAGIAN/ SMF RADIOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
RSUD Dr. ZAINOEL ABIDIN
BANDA ACEH
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul
“Epilepsi”. Shalawat beserta salam penulis sampaikan kepada Rasulullah SAW yang
telah membawa umat manusia ke masa yang menjunjung tinggi ilmu pengetahuan.
Laporan kasus ini merupakan salah satu tugas dalam menjalankan
Kepaniteraan Klinik Senior pada Bagian/SMF Radiologi Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada dr. Indrita Iqbalawati, Sp. Rad
yang telah membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas ini. Penulis
menyadari bahwa laporan kasusu ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karenanya
penulis mengharapkan saran yang membangun dari semua pihak terhadap laporan
kasus ini. Semoga laporan kasus ini bermanfaat bagi penulis dan orang lain.

Banda Aceh, Oktober 2020

Penulis
Datar Isi
BAB I
PENDAHULUAN

Epilepsi merupakan gangguan serius pada otak yang paling sering terjadi dan
mengenai hampir lima puluh juta orang di seluruh dunia. 1 Data WHO menunjukkan
bahwa epilepsi menyerang 1% penduduk dunia, nilai yang sama dengan kanker
payudara pada wanita dan kanker paru pada pria.2 Angka kejadian epilepsi masih
tinggi terutama di negara berkembang, yang mencapai 114 kasus per 100.000
penduduk pertahun.3 Bila jumlah penduduk Indonesia berkisar 220 juta, maka
diperkirakan jumlah penyandang epilepsi baru di Indonesia adalah sekitar 250.000
pertahun. Berkaitan dengan umur, grafik prevalensi epilepsi menunjukkan pola
bimodal, dimana prevalensi epilepsi pada bayi dan anak-anak cukup tinggi, menurun
pada dewasa muda dan pertengahan, dan kemudian meningkat lagi pada kelompok
usia lanjut.4,5
Sekitar 30-40% dari seluruh penderita epilepsi nantinya akan menjadi
refrakter atau kebal terhadap OAE (Obat Anti Epilepsi). 6,7 Epilepsi parsial kompleks
merupakan bagian terbesar dari epilepsi refrakter.8,9 Hal ini menyebabkan epilepsi
parsial kompleks merupakan kandidat terbanyak untuk bedah epilepsi. Epilepsi ini
sebagian besar mempunyai fokus epilepsi atau zona epileptogenik di otak samping
atau lobus temporal, tepatnya pada bangunan hippocampus dan badan amigdala, serta
sebagian dari permukaan otak samping.8,9
Di Indonesia, epilepsi dikenal sebagai “ayan” atau “sawan”. Banyak
masyarakat masih mempunyai pandangan yang keliru (stigma) dan beranggapan
bahwa epilepsi bukanlah penyakit tapi karena masuknya roh jahat, kesurupan, guna-
guna atau suatu kutukan. Mereka juga takut memberi pertolongan karena
beranggapan epilepsi dapat menular melalui air liur2.
Stigma dan mitos yang berkembang di masyarakat membuat orang dengan
epilepsi di kucilkan oleh lingkungan, banyak keluarga dari orang dengan epilepsi
yang menutup-nutupi keadaan, sehingga membuat penanganan epilepsi menjadi tidak
optimal. Padahal epilepsi bukan termasuk penyakti menular, bukan penyakit jiwa,
bukan penyakit yang diakibatkan “ilmu klenik” dan bukan penyakit yang tidak bisa
disembuhkan. Pengobatan epilepsi sendiri juga menjadi masalah, disebabkan lamanya
pengobatan dan berbagai aspek lainnya. Prinsip umum pengobatan epilepsi adalah
untuk membebaskan penderita dari kejang dengan tidak menimbulkan efek samping
klinis yang nyata dengan tujuan utama memperbaiki kualitas hidup penderita
epilepsi1,2,3.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK2602/
2. https://www.researchgate.net/publication/
333313166_Mesial_Temporal_Sclerosis_and_Epilepsy-
A_Case_Report#fullTextFileContent
3. https://radiopaedia.org/articles/epilepsy-protocol-mri?lang=us
4. https://www.researchgate.net/publication/
273076037_Case_Report_on_Epilepsy_with_Cough_Aura
5. https://www.ilae.org/files/ilaeGuideline/
RecommendationsForUseOf-StructuralMRI-Bernasconi_et_al-
2019-Epilepsia.pdf
6. https://www.epilepsy.com/learn/diagnosis/looking-brain/mri/
why-its-performed
7. https://www.epilepsysociety.org.uk/brain-scans-epilepsy
8. https://www.sciencedirect.com/c/article/pii/S1059131116303077
9. http://www.callosumneurology.org/index.php/
callosumneurology/article/view/46/24
10.https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3141493/
11.https://jnnp.bmj.com/content/76/suppl_3/iii2.full
12.https://www.epilepsy.com/learn/diagnosis/looking-brain/mri/
why-its-performed
13.https://www.spandidos-publications.com/10.3892/
etm.2013.1228
14.

Anda mungkin juga menyukai