REFERAT
EPILEPSI
Disusun oleh:
Pembimbing:
MAUMERE
2019
HALAMAN PENGESAHAN
Nama:
Pembimbing Klinik :
Ditetapkan di : Maumere
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
Referat ini dibuat untuk memenuhi persyaratan ujian kepanitraan klinik di bagian
sepenuhnya bahwa penyusunan referat ini tidak akan tercapai tanpa bantuan
Dalam penulisan referat ini, terdapat banyak pihak yang telah memberikan
bantuan kepada penulis. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan
(1) dr. Candida Isabel L. Sam, Sp.S selaku selaku kepala SMF bagian Ilmu
penulis selama proses belajar di SMF bagian Ilmu Saraf RSUD dr. T. C.
Hillers.
(3) Seluruh staf dan karyawan Instalasi bagian Ilmu Saraf RSUD dr. T. C.
iii
Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari kesempurnaan oleh
karena itu semua saran dan kritik yang konstruktif sangat diharapkan untuk
perbaikan selanjutnya. Semoga referat ini dapat memberikan manfaat kepada serta
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL............................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................v
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................3
2.1 Definisi ...............................................................................................................3
2.1.1 Definisi Konseptual...................................................................................3
2.1.2 Definisi Operasional/Definisi Praktis .......................................................3
2.2 Epidemiologi ......................................................................................................3
2.3 Etiologi ...............................................................................................................4
2.4 Faktor Risiko ......................................................................................................4
2.5 Patogenesis .........................................................................................................5
2.6 Klasifikasi ..........................................................................................................5
2.7 Diagnosis ..........................................................................................................10
2.8 Diagnosis Banding ...........................................................................................14
2.9 Penatalaksanaan ...............................................................................................18
2.9.1 Tujuan Terapi ..........................................................................................18
2.9.2 Prinsip Terapi Farmakologi.....................................................................18
2.9.3 Jenis Obat Anti Epilepsi dan Mekanisme Kerjanya ................................20
2.9.4 Penghentian OAE ....................................................................................25
2.9.5 Terapi terhadap Epilepsi Resisten OAE..................................................26
2.9.6 Penatalaksanaan Status Epileptikus ........................................................27
2.10 Komplikasi ……………………………………………………………….. 31
2.11 Prognosis ........................................................................................................32
BAB 3 PENUTUP.................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................34
v
1
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.1.1 Definisi Konseptual
Epilepsy: Kelainan otak yang ditandai dengan kecenderungan untuk
menimbulkan bangkitan epileptic yang terus menerus, dan konsekuensi
neurobiologis, kognitif, psikologis, dan sosial(1).
Bangkitan epileptic : Terjadinya tanda/gejala yang bersifat sesaat
akibat aktivitas neuronal yang abnormal dan berlebihan di otak(1).
2.1.2 Definisi Operasional
Penyakit otak yang ditandai oleh gejala atau kondisi sebagai
berikut:
a. Setidaknya ada dua kejang tanpa provokasi atau dua bangkitan
reflex yang berselang lebih dari 24 jam.
b. Satu bangkitan tanpa provokasi atau satu bangkitan reflex
dengan adanya kemungkinan bangkitan berulang dengan risiko
rekurensi sama dengan dua bangkitan tanpa provokasi
(setidaknya 60%), yang dapat timbul hinga 10 tahun ke depan.
*Bangkitan reflex adalah bangkitan yang muncul akibat induksi oleh factor
pencetus tertentu seperti stimulasi visual, auditorik, somatosensitif, dan
somatomotorik.
c. Dapat ditegakkan diagnosis sindrom epilepsy(1).
2.2 Epidemiologi
Kejadian epilepsy diperkirakan terdapat 50 juta orang di seluruh dunia
(WHO 2012). Populasi dengan epilepsy aktif (terjadi bangkitan terus menerus
dan memerlukan pengobatan) diperkirakan 4 – 10 per 1000 penduduk. Negara
dengan pendapatan perkapita menengah dan rendah cenderung lebih banyak
yaitu 7 – 14 per 1000(3).
4
2.5 Patogenesis
Dalam keadaan fisiologik, neuron melepaskan muatan listrik karena adanya
potensial membrannya direndahkan oleh potensial post sinaptik yang tiba
pada dendrit. Potensial aksi disalurkan melalui akson yang bersinaps pada
dendrit neuron lain. Pada keadaan patologik terjadi penurunan potensial
membrane neuron, sehingga neuron melepaskan muatan listriknya. Pelepasan
muatan listrik memberikan manifestasi klinis berupa kejang atau adanya suatu
modalitas perasaan(4).
Teori lain mengungkapkan bahwa neurotransmitter acethylcholine
merupakan zat yang merendahkan potensial membrane. Apabila terjadi
timbunan acethylcholine dengan konsentrasi tertentu pada permukaan otak,
maka dapat merendahkan potensial membrane sehingga terjadi pelepasan
muatan listrik neuron. Oleh karena itu fenomena lepas muatan listrik terjadi
secara berkala, sehingga manifestasi epilepsy timbul secara serangan dan
berkala(4).
Gama-aminobutyric acid (GABA) merupakan zat anti-konvulsi alamiah
yang ada di serebral. Pada orang-orang tertentu komponen neurotaransmitter
eksitasi dan inhibisi berbeda-beda, jika didapatkan GABA dalam jumlah
kurang dari cukup akan mudah bereaksi melepaskan muatan listrik. Perbedaan
individual terjadi pada gambaran klinis yang disebut febrile convulsion, yaitu
kejang yang timbul pada bayi atau anak kecil saat terjadi demam. Pada
seorang terjadi kejang jika demamnya meningkat sampai 40⁰C, namun pada
yang lain sudah terjadi kejang ketika demam sampai 37,8⁰C(4).
2.6 Klasifikasi
Klasifikasi yang ditetapkan oleh International League Againts Epilepsi
(ILAE) terdiri atas dua jenis klasifikasi, yaitu klasifikasi untuk jenis bangkitan
epilepsy dan klasifikasi untuk sindrom epilepsy.
Klasifikasi ILAE 1981 untuk tipe bangkitan epilepsy(1)
1. Bangkitan parsial/fokal
6
2.7 Diagnosis
Diagnosis epilepsy ditegakkan terutama dari anamnesis, yang didukung
dengan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang(1)
Ada tiga langkah dalam menegakkan diagnosis epilepsy, yaitu:
1. Pastikan adanya bangkitan epileptic
2. Tentukan tipe bangkitan berdasarkan klasifikasi ILAE 1981
3. Tentukan sindroma epilepsy berdasarkan klasifikasi ILAE 1989
Dalam praktik klinis, langkah-langkah dalam penegakkan diagnosis adalah
sebagai berikut(1):
Anamnesis
Auto dan allo-anamnesis dari orang tua atau saksi mata mengenai hal
hal dibawah ini(6)
a. Gejala dan tanda sebelum, selama, dan pasca bangkitan :
11
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik umum
Untuk mencari tanda-tanda gangguan yang berkaitan dengan
epilepsi, misalnya(6):
• Trauma kepala,
• Tanda-tanda infeksi,
• Kelainan kongenital,
• Kecanduan alkohol atau napza,
• Kelainan pada kulit (neurofakomatosis)
• Tanda-tanda keganasan.
Pemeriksaan neurologis
Untuk mencari tanda-tanda defisit neurologis fokal atau difus yang dapat
berhubungan dengan epilepsi. Jika dilakukan dalam beberapa menit setelah
bangkitan maka akan tampak tanda pasca bangkitan terutama tanda fokal yang
tidak jarang dapat menjadi petunjuk lokalisasi, seperti(6):
• Paresis Todd
• Gangguan kesadaran pascaiktal
• Afasia pascaiktal
13
Pemeriksaan penunjang(1)
• Pemeriksaan elektro-ensefalografi (EEG)
Rekaman EEG merupakan pemeriksaan yang paling berguna pada
dugaan suatu bangkitan untuk:
o Membantu menunjang diagnosis
o Membantu penentuan jenis bangkitan maupun sintrom epilepsy.
o Membatu menentukanmenentukan prognosis
o Membantu penentuan perlu/ tidaknya pemberian OAE.
• Pemeriksaan pencitraan otak
Berguna untuk mendeteksi lesi epileptogenik diotak. MRI beresolusi
tinggi ( minimal 1,5 Tesla) dapat mendiagnosis secara non-invasif
berbagai macam lesi patologik misalnya mesial temporal sclerosis,
glioma, ganglioma, malformasi kavernosus, DNET ( dysembryoplastic
neuroepithelial tumor ), tuberous sclerosiss. Fuctional brain imaging
seperti Positron Emission Tomography (PET), Singel Photon Emission
Computed Tomography (SPECT) dan Magnetic Resonance
Spectroscopy (MRS) bermanfaat dalam memberikan informasi
tambahan mengenai dampak perubahan metabolik dan perubahan
aliran darah regional di otak berkaitan dengan bangkitan.
Indikasi pemeriksaan neuroimaging( CT scan kepala atau MRI kepala)
pada kasus kejang adalah bila muncul kejang unprovoked pertama kali
pada usia dewasa. Tujuan pemeriksaan neuroimaging pada kondisi ini
adalah untuk mencari adanya lesi structural penyebab kejang. CT scan
kepala lebih ditujukan untuk kasus kegawatdaruratan, karena teknik
pemeriksaannya lebih cepat. Di lain pihak MRI kepala diutamakan
untuk kasus elektif. Bila ditinjau dari segi sensitivitas dalam
menentukan lesi kasus elektif. Bila ditinjau dari segi sensitivitas dalam
14
paralisis)
18
2.9 Penatalaksanaan
2.9.1 Tujuan terapi
Tujuan utama terapi epilepsy adalah mengupayakan penyandang
epilepsy dapat hidup normal dan memiliki kualitas hidup optimal.
Harapannya adalah bebas bangkitan dan tanpa efek samping(1).
2.9.2 Prinsip terapi farmakologi
a. Obat anti epilepsy (OAE) diberikan bila
• Diagnosis epilepsy sudah dipastikan.
• Terdapat minimal dua bangkitan dalam setahun.
• Penyandang dan atau keluarganya sudah menerima
penjelasan tentang tujuan pengobatan.
• Penyandang dan atau keluarga telah diberitahu tentang
kemungkinan efek samping yang timnul dari OAE.
• Bangkitan terjadi berulang walaupun factor pencetus sudah
dihindari.
b. Terapi dimulai dengan monoterapi, menggunakan OAE pilihan
sesuai dengan jenis bangkitan dan jenis sindrom epilepsy.
c. Pemberian obat dimulai dari dosis rendah dan dinaikkan
bertahap sampai dosis efektif tercapai atau timbul efek samping.
d. Kadar obat dalam plasma ditentukan bila:
• Bangkitan tidak terkontrol dengan dosis efektif
• Diduga ada perubahan farmakokinetik OAE (disebabkan
oleh kehamilan, penyakit hati, penyakit ginjal, gangguan
absorpsi OAE).
• Diduga penyandang tidak patuh pada pengobatan.
• Setelah penggantian dosis/regimen OAE.
• Untuk melihat interaksi antara OAE atau obat lain.
19
setelah 2 minggu
Topiramate 100 100-400 2x Mulai 25mg/hari ↑25-50mg/hari tiap 2 2-5
minggu
Gabapentine 900-1800 900-36000 2-3x Mulai 300-900mg/hari ↑ sampai target 2
dalam 5-10 hari
Lamotrigine 50-100 50-200 1-2x Mulai 25mg/hari selama 2 minggu ↑ 2-6
sampai 50mg/hari selama 2 minggu,
↑50mg/2 minggu
Zonisamid 100-200 100-400 1-2x Mulai 200-400mg/hari ↑ sampai 1-2 7-10
minggu
Pregabalin 50-75 50-600 2-3x Mulai 200-400mg/hari ↑ sampai 1-2 1-2
minggu
23
Zonisamide Batu ginjal, hipohidrosis, anemia Mual, nyeri kepala, dizziness, kelelahan, paresthesia, ruam, gangguan
aplastic, skin rash berbahasa, glaucoma, letargi, ataksia
Pregabalin Belum diketahui Peningkatan berat badan
perlahan
2.10 Komplikasi
Komplikasi epilepsy berupa kelainan neurologis yang meliputi
• Gangguan psikiatrik, prevalensi gangguan psikiatri meningkat pada pasien
epilepsy, seperti gangguan mood, gangguan kecemasan, attention defeicit
hyperactivity disorder (ADHD).
• Gangguan kognitif, pasien mengalami abnormalitas kognitig dibanding pada
pemeriksaan yang samar.
32
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Epilepsy adalah kelainan otak yang ditandai dengan kecenderungan untuk
menimbulkan bangkitan epileptic (terjadinya tanda/gejala yang bersifat sesaat
akibat aktivitas neuronal yang abnormal dan berlebihan di otak )yang terus
menerus, dan konsekuensi neurobiologis, kognitif, psikologis, dan sosial(1).
Etiologi epilepsy idiopatik, simtomatis, dan kriptogenik.
Klasifikasi epilepsy berdasarkan ILAE 1981 dibagi berdasarkan tipe
bangkitan epilepsy, sedangkan ILAE 1989 diklasifikasikan untuk epilepsy dan
sindrom epilepsy. Tahun 2017 ILAE mengklasifikasikan berdasarkan onset
dan adanya kesadaran. Diagnosis epilepsy ditegakkan pada tiga kondisi, yaitu:
(1) Pastikan adanya bangkitan epileptic, (2) tentukan tipe bangkitan
berdasarkan klasifikasi ILAE 1981, (3) tentukan sindroma epilepsy
berdasarkan klasifikasi ILAE 1989. Langkah penegakkan diagnosis
berdasarkan dari anamnesis yang didukung pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.
Tujuan utama terapi epilepsy adalah mengupayakan penyandang epilepsy
dapat hidup normal dan memiliki kualitas hidup optimal. Harapannya adalah
bebas bangkitan dan tanpa efek samping.
3.2 Penutup
Referat ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan pembelajaran
bagi pembaca mengenai epilepsy, dan dapat menjadi acuan bagi tenaga
kesehatan dalam menangani kasus-kasus epilepsy yang ditemukan.
34
DAFTAR PUSTAKA
1. (PERDOSSI) PDSSI. Pedoman tatalaksana epilepsi. 5th ed. Dr. dr. Kurnia
Kusumawati. SS, dr. Suryani Gunadharma., Sp.S(K) MK, dr. Endang
Kustiowati., Sp.S(K) MSM, editors. Surabaya: Pusat Penerbitan dan
Perceteakan Unair (AUP); 2014.
4. Mardjono prof. DM, Sidharta PDP. Neurologi klinis dasar. Jakarta: PT. Dian
Rakyat; 2014.
5. Fisher RS, Cross JH, D’Souza C, French JA, Haut SR, Higurashi N, et al.
Manual instruksi klasifikasi tipe kejang ILAE 2017.