Anda di halaman 1dari 12

4.

3 Pengaruh Konsentrasi Na2SO3 terhadap Nilai Konstanta Transfer Massa Gas-Cair

600

580

560
Kla rata-rata (L/s)

540
KLa
520

500

480
0.024 0.025 0.026 0.027 0.028 0.029 0.03 0.031 0.032
Konsentrasi Na2SO3 (N)

Gambar 4.3 Hubungan konsentrasi Na2SO3 dengan KLa


Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan KLa rata-rata di setiap
penambahan konsentrasi Na2SO3. Pada konsentrasi 0,025 N didapatkan KLa rata-rata sebesar
519.41. Pada konsentrasi 0,027 N didapatkan KLa rata-rata sebesar 570.243. Pada variabel
konsentrasi 0,031 N didapatkan KLa rata-rata sebesar 591.058Dari grafik diatas dapat
disimpulkan bahwa semakin tinggi nilai konsentrasi Na2SO3 maka semakinbesar KLa rata-
ratanya. Menurut Prisma (2012), semakin tinggi konsentrasi suatu larutan maka semakin tinggi
pula nilai viskositas suatu larutan tersebut (Arini dkk., 2019). Hubungan antara konsentrasi dan
viskositas ditunjukan oleh

persamaan berikut:

μ = ke0.26c
dimana, μ = viskositas (Pa.s)
c = konsentrasi (gr/dL)

(Greenfield, 1976 dalam Arini dkk., 2019)


Semakin bertambahnya nilai viskositas maka akan menurunkan luas permukaan
perpindahan massa gas-gas yang menyebabkan penurunan koefisien transfer massa. Penurunan
nilai koefisien perpindahan massa ini dikarenakan dengan semakin tingginya nilai viskositas
suatu larutan, maka mengindikasikan larutan tersebut semakin jenuh. Dengan semakin jenuhnya
suatu larutan, maka larutan tersebut akan sulit untuk ditembus oleh udara, karena daya yang
diperlukan untuk menembus cairan semakin besar sebagai akibat semakin kuat gaya gesek antara
lapisan gas dan cairannya. Sehinnga daya yang ada pada gas juga harus digunakan untuk
melawan gaya gesekantara lapisan gas dan cairannya. Hal ini mengakibatkan kecepatan
perpindahan massa menurun sehingga laju perpindahan oksigen akan semakin kecil. Hal ini
mengakibatkan koefisien perpindahan massa semakin berkurang juga (Haryani dan Widayat,
2011).
Pada percobaan, perhitungan KLa menggunakan metode sulfit yaitu dengan cara
mereaksikan natrium sulfit dengan oksigen yang ada dalam udara yang dinyatakan sebagai
berikut:

Na2SO3 + 1⁄2 O2→ Na2SO4 + Na2SO3(sisa)


Natrium sulfit bereaksi dengan oksigen dalam udara membentuk natrium sulfat. Karena
tidak semua natrium sulfit bereaksi dengan oksigen maka terdapat natrium sulfit sisa. Kemudian
natrium sulfit sisa dianalisa dengan titrasi iodometri yang dinyatakan sebagai berikut:

Na2SO3(sisa) + KI + KIO3→ Na2SO4 + 2KIO2 + I2

Natrium sulfit yang sisa direaksikan dengan KI yang berlebih membentuk natrium sulfat
dan iodida. Untuk mengetahui konsentrasi natrium sulfit sisa, maka konsentrasi iodida yang
terbentuk harus dianalisa terlebih dahulu. Iodida yang terbentuk dapat dianalisa dengan
mereaksikan iodida dengan natrium tiosulfat yang titik akhir titrasinya ditandai dengan
perubahan warna
kuning menjadi kuning hampir hilang. Reaksi antara natrium tiosulfat dengan iodida dinyatakan
sebagai berikut:

I2 + Na2S2O3 → Na2S4O6 + 2NaI


Hasil yang diperoleh pada percobaan menyimpang dari teori yang ada. Menurut teori,
semakin tinggi konsentrasi cairan maka nilai KLa semakin kecil, namun hasil menunjukan nilai
KLa yang semakin besar. Hal ini disebabkan digunakannya metode sulfit didasarkan pada
oksidasi sulfitmenjadi sulfat oleh oksigen. Persamaan reaksi oksidasinya sebagai berikut.

NA2SO3 + 1⁄2 O2  Na2SO4


(Bahrin dkk., 2015)
Dari persamaan reaksi diatas tersebut dapat dijelaskan reaksi yang berlangsung dalam
reaktor yaitu oksigen yang dialirkan akan bereaksi dengan sulfit yang terlarut dalam air sehingga
berubah menjadi sulfit. Dari hal tersebut oksigen yang mulanya pada fase gas bereaksi dengan
sulfit pada fase cair, sehingga menjadi sulfat pada fase cair. Oleh karena itu, oksigen mengalami
perpindahan fase gas-cair berbanding lurus pada konsentrasi sulfit yang terlarut karena nantinya
oksigen dalam fase gas menjadi fase cair dengan cara bereaksi dengan sulfit yang terlarut,
sehingga koefisien perpindahan massa volumetrik (KLa) terpengaruh didalamnya. Dikarenakan
nilai viskositas yang semakin tinggi, maka dari itu nilai Na2SO3 yang terlarut semakin tinggi ,
sedangkan variabel konsentrasi terendah nilai KLa terendah.
Kesimpulan dari percobaan ini adalah hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan teori.
Seharusnya, semakin tinggi konsentrasinya menyebabkan meningkatnya viskositas sehingga
koefisien transfer massa semakin turun. Namun, tinggi juga hal ini dikarenakan penentuan KLa.
Hasil tidak sesuai teori karena peningkatan viskositasdan densitas sehingga larutan akan semakin
jenuh menyebabkan tumbukanantara partikel Na2SO3 dengan oksigen berjalan lebih lambat dan
laju perpindahan oksigen akan semakin kecil. Hal ini didukung oleh penelitian lain yang pernah
dilakukan yaitu tentang efek keadaan cairan terhadap perpindahan massa pada reaktor
bergelembung menunjukkan bahwa semakin tinggi viskositas suatu cairan maka akan
menurunkan luas permukaan perpindahan massa gas – cair yang menyebabkan penurunan
koefisien transfer massa (Mouza et al., 2005 dalam Widayat dkk., 2011). Semakin besar densitas,
maka perpindahan massa menjadi lebih kecil (Widayat dkk., 2011).
DAFTAR PUSTAKA
Haryani, Kristinah dan Widayat 2011. Pengaruh Viskositas dan laju alir terhadap
hidrodinamika dan perpindahan massa dalam proses produksi asam sitrat dengan
bioreactor.Universitas diponegoro.Semarang.
Bahrin, D., Susanto, H., & Subagjo. (2015). Penyusunan Kriteria PemilihanProses Flue
Gas Desulfurization. Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia “Kejuangan” Pengembangan
Teknologi Kimia untuk Pengolahan Sumber Daya Alam Indonesia, 4, 1–9. Christi, M. Y., 1989,
Air-lift Bioreactor,

Anda mungkin juga menyukai