- Q : ditusuk-tusuk urine
- R : pinggang sampai
Terjadi pengendapan mineral
uretra
menjadi kristal
- S : Berat (7-10)
- T : nyeri hilang timbul
Endapan kristal membentuk nukleus
dan nyei hebat saat
dan menjadi batu
berkemih
Kolik renal
Obstruksi saluran kemih
Hambatan aliran urin
Peningkatan tekanan cairan pada
ureter dan pelvis ginjal
Nyeri saat berkemih
Nyeri akut
2. DS : Infeksi pada ginjal Gangguan perfusi
Klien mengeluh sering jaringan
kencing Kerusakan nefron pada ginjal
DO :
- Demam, menggigil Gangguan reabsorbsi pada ginjal
- Tanda-tanda vital
meningkat Peningkatan mineral di ginjal
3. DS: Pasien mengluh sulit Kelainan pada ginjal Pola napas tidak
bernapas ↓ efektif
DO : Adanya gangguan keseimbangan
- Peningkatan frekunsi napas asam – basa
- Napas dangkal ↓
- Distress pernapasan : Menyebabkan darah menjadi asam
takipneu, retraksi ↓
sianosis ↓
Sesak
↓
Gangguan pola napas
4.
5. DS : Obstruksi pada traktus urinarius Perubahan pola
Klien mengatakan merasa eliminasi urin
susah buang air kecil Penurunan reabsorbsi dan sekresi
DO : turbulen
- Retensi urin
- Hematuria Gangguan fungsi ginjal
Penurunan produksi urin
6. DS : - Infeksi pada ginjal Risiko Infeksi
DO :
- Keadaan umum soporkoma Kerusakan nefron pada ginjal
- Suhu tubuh >37,5֯c
terapeutik.
6. Batu/dorong peningkatan aktivitas 6. Aktivitas fisik dan hidrasi
diperlukan batu.
9. Mencegah stasis/retensi urine,
menurunkan risiko
peningkatan tekanan ginjal
dan infeksi.
2. Gangguan perfusi Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi tanda-tanda vital 1. Sebagai indikator atau
jaringan b.d adanya keperawatan 3x24 jam maka 2. Observasi produksi urin setiap jam volume sirkulasi dan
obstruksi (kalkuli) gangguan perfusi dapat diatasi. 3. Kolaborasi dengan tim kesehatan : kebutuhan intervensi,
pada renal Kriteria hasil : - Pemeriksaan lab : kadar ureum/ catatan : peningkatan TD
- Produksi urin 30-50 cc kreatinin, Hb, Urin HCT dalam upaya meningkatkan
per jam - Pemberian diet rendah protein, aliran darah ginjal
- Perifer hangat rendah kalsium dan fosfat 2. Memberikan informasi
tentang fungsi ginjal dan
- Tanda vital dalam batas - Pemberian ammonium klorid dan adanya komplikasi
normal mandelamine. contohnya infeksi dan
- CRT > 3 detik perdarahan
3. Akumulasi sisa uremik dan
ketidakseimbangan
elektrolit dapat menjadi
toksik pada sistem saraf
pusat
4. 1. Awasi asupan dan haluaran 1. Mengevaluasi adanya stasis
urine/kerusakan ginjal.
2. Catat insiden dan karakteristik muntah, 2. Mual/muntah dan diare secara
diare. umum berhubungan dengan
kolik ginjal karena saraf
ganglion seliaka
menghubungkan kedua ginjal
dengan lambung.
3. Tingkatkan asupan cairan 3-4 liter/hari. 3. Mempertahankan keseimbangan
cairan untuk homeostasis, juga
dimaksudkan sebagai upaya
membilas batu keluar.
4. Indikator hiddrasi/volume
sirkulasi dan kebutuhan
4. Awasi tanda vital. intervensi.
5. Mengkaji hidrasi dan efektiviatas
intervensi.
5. Kolaborasi pemeriksaan HB/Ht dan
elektrolit. 6. Mempertahankan volume
6. Berikan cairan infus sesuai program sirkulasi (bila asupan per oral
terapi. tidak cukup)
7. Makanan mudah cerna
7. Kolaborasi pemberian diet sesuai menurunkan aktivitas saluran
keadaan klien. cerna, mengurangi iritasi dan
membantu mempertahankan
cairan dan keseimbangan nutrisi.
8. Antiemetik mungkin diperlukan
8. Berikan obat sesuai program untuk menurunkan mual/muntah.
terapi (antiemetik misalnya
Proklorperasin/ Campazin).
5. Perubahan pola Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor intake dan output 1. Menginformasikan fungsi
eliminasi urine b.d keperawatan selama 3x24 jam 2. Anjurkan untuk meningkatkan cairan ginjal.
inflamasi,obstruksi maka per oral 3-4 liter per hari. 2. Mempermudah pengeluaran
karena batu. 3. Kaji karakteristik urine. batu,mencegah terjadinya
Kriteria hasil : 4. Kaji pola BAK normal pasien pengendapan.
1. pola eliminasi urine dan 3. Adanya darah merupakan
output dalam batas normal. indikasi meningkatnya
2. Tidak menunjukkan tanda-
tanda obstruksi (tidak ada obstruksi/iritasi ureter.
rasa sakit saat 4. Batu dapat menyebabkan
berkemih,pengeluaran urine rangsangan mervus yang
lancar) dapat menyebabkan sensasi
untuk buang air kecil.
6. Risiko tinggi infeksi Setelah dilakukan tindakan KONTROL INFEKSI
b.d prosedur invasif ( keperawatan selama 1x24 jam 1. Pertahankan teknik aseptif 1. Mencegah masuknya
sitoskopoi dan infeksi pada klien dapat 2. Cuci tangan setiap sebelum dan patogen yang dapat
pemasangan kateter) terkontrol sesudah tindakan keperawatan memicu terjadinya infeksi
Kriteria hasil : 3. Tingkatkan intake nutrisi klien 2. Mencegah terjadinya
1. klien bebas dari tanda 4. Berikan terapi antibiotik infeksi silang
dan gejala infeksi (tumor, 3. Nutrisi yang baik
dolor, kalor, rubor, fungsi PROTEKSI TERHADAP INFEKSI mendukung percepatan
laesa) 1. Monitoring tanda dan gejala infeksi proses penyembuhan luka
2. jumlah leukosit dalam sistemik dan lokal 4. Menghentikan bakteri
batas normal 2. Kaji suhu badan pada klien berkembang biak di dalam
(4000-10.000/mm3) neutropenia setiap 4 jam tubuh
3. status imunitas baik
dilihat dari indikator : 1. Untuk menentukan