Anda di halaman 1dari 259

Survive In God

Buku ini berjudul Survive In God atau yang dapat


diterjemahkan Kuat di dalam Allah. Sebenarnya juga dapat
mengandung makna atau arti yang lain – tergantung
konteksnya. Akan tetapi, dalam buku ini mengacu kepada
sebuah keinginan dan harapan setiap anak-anak Tuhan atau
hamba Tuhan agar senantiasa kuat dan tabah dalam
mempertahankan imannya meskipun diperhadapkan dengan
situasi dan kondisi yang sulit.
Sebagai tubuh Kristus, Gereja dituntut untuk senantiasa
survive dalam situasi dan keadaan apapun. Oleh karena justru
kemuliaan hanya akan diperoleh apabila terbukti bahwa
seseorang itu dapat survive hingga kesudahannya. Akan
tetapi tidak hanya sekedar survive. Atau survive yang seperti
apa yang dimaksudkan? Pastinya adalah survive dalam

Dr. Dyulius Th. Bilo, M.Th.


penderitaan karena Injil, survive dalam mempertahankan
iman dan kesetiaan kepada Kristus, meskipun nyawa yang
menjadi taruhannya.

Survive In God
Dyulius Thomas Bilo, lahir 15 Maret 1975 di Tala, Mamuju-
Sulawesi Barat. Anak bungsu dari tujuh bersaudara.
Menyelesaikan pendidikan Sarjana Teologi jurusan
Pendidikan Agama Kristen (PAK) tahun 2003 dan Magister
Teologia konsentrasi PAK tahun 2006 di Sekolah Tinggi
Theologia Injili Arastamar (SETIA) Jakarta serta Doktor
Teologi konsentrasi PAK pada tahun 2011 di Sekolah Tinggi
Theologia Baptis Indonesia (STBI) Semarang. Saat ini Dr. Dyulius Th. Bilo, M.Th.
sebagai Dosen Tetap dan Ketua Pelaksana SETIA Jakarta.
Menikah dengan Lisna Novalia pada Desember 2012. Saat ini
telah dikaruniai dua anak. Pertama, seorang putra diberi nama
Great Heart, lahir di Jakarta pada 6 September 2013 dan
seorang putri diberi nama Shine Heart Hephzibah Octaviani,
lahir di Jakarta pada 7 Oktober 2015.

PENERBIT VIEWS
Gedung WTC V Lantai 3A
Jalan Jenderal Sudirman
Kav. 29-31
Jakarta Selatan
Survive In
God

Dr. Dyulius Thomas Bilo, M.Th.

PENERBIT VIEWS – JAKARTA


2017

i
SURVIVE IN GOD
Oleh: Dr. Dyulius Thomas Bilo, M.Th.
Hak Cipta © pada penulis
vii + 200 hlm; 15,5 x 22 cm.

Penyunting : Adi Putra


Tata Letak dan Desain Sampul : Putri Harefa
Editor : Adi Putra

Cetakan Pertama : Desember 2016


Cetakan Kedua : Februari 2017

Penerbit VIEWS Jakarta


(Penerbit Buku dan Majalah)
Gedung WTC V Lantai 3A
Jalan Jenderal Sudirman Kav. 29-31
Jakarta Selatan

ISBN: 978-602-74592-5-0

Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi


buku ini dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis
dari penerbit / penulis sesuai dengan Undang-
undang Hak Cipta.

ii
Kata Pengantar

KATA PENGANTAR

Harapan banyak orang adalah setiap ide, buah-buah


pikiran dan gagasan itu tidak hanya mampu disampaikan secara
lisan tetapi juga mampu disampaikan secara tertulis, sehingga
orang lain dapat membaca, menelusuri, menyimpulkan, dan
menjalankan setiap pemikiran dan gagasan tersebut.
Suatu pergumulan tersendiri bagi penulis adalah
mampukah menuangkan setiap ide, gagasan, dan pikiran dalam
suatu tulisan?, mampukah menuangkan apa yang diajarkan dan
dikhotbahkan ke dalam suatu tulisan sehingga orang lain dapat
membacanya bukan hanya mendengarkannya?
Apa yang penulis tuangkan dalam buku Cetakan Kedua ini
yang telah mengalami beberapa perbaikan, adalah langkah awal
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas. Tulisan-
tulisan dalam buku ini adalah umumnya berasal dari bahan-bahan
khotbah yang penulis pernah sampaikan dalam pelayanan
khotbah di beberapa gereja dan persekutuan serta juga pernah
dimuat dalam beberapa buku dan Jurnal SETIA Jakarta yang
diterbitkan oleh Delima dan VIEWS Jakarta.
Dalam hal ini, motivasi penulis adalah pertama, mendorong
anggota jemaat dan peserta didik tidak hanya memperhatikan
apa yang dikatakan oleh para pengkhotbah atau pendidik tetapi
juga apa yang ditulisnya dan dibacanya. Kedua, sekiranya mungkin
bukan hanya orang-orang yang mendengarkan khotbah atau

iii
Kata Pengantar

pengajaran itu diberkati melainkan siapapun yang membaca


setiap tulisan tersebut juga diberkati.
Tulisan ini masih sangat mungkin untuk disempurnakan.
Oleh karena itu penulis dalam cetakan kedu buku ini
mengharapkan sumbangan pemikiran yang kritis dan konstruktif
dari pembaca untuk menunjang penyempurnaan buku ini dalam
cetakan berikutnya.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terima
kasih kepada Pong Gazka, selaku Direktur Penerbit Vieka Wahana
Semesta (VIEWS) beserta stafnya yang telah banyak membantu
penerbitan buku ini.
Akhirnya penulis berharap buku Survive in God ini dapat
menjadi berkat bagi para pembaca, baik sebagai anggota jemaat
maupun hamba Tuhan, baik sebagai peserta didik maupun
sebagai pendidik. Tuhan Yesus memberkati. Maranatha! Amin.

Jakarta, November 2017


Dyulius Thomas Bilo

iv
Dedikasi

DEDIKASI
Buku ini dipersembahkan untuk para
pembaca karena iman dan kecintaan
kepada Tuhan Yesus sang Juruselamat.
Kasih-Nya tiada tara telah menebus
dosa manusia termasuk penulis dan
memberi karunia dan kesempatan
untuk melayani-Nya, serta Tuhan
Yesus kuatkan saat mengalami
pergumulan hidup adalah pendorong
utama munculnya buku ini.
Kepada orang-orang yang paling dekat
dengan penulis terutama istri tercinta
Lisna Novalia dan anak-anak
kebanggaanku Great Heart dan Shine
Heart Hephzibah Octaviani
didekasikan buku ini agar iman dan
kasih kepada Tuhan meluap dalam
rumah tangga kita.

v
Testimoni

TESTIMONI

Pdt. Dyulius Thomas Bilo menulis buku ini di tengah-


tengah situasi yang sulit yang sedang dihadapi oleh lembaga
pendidikan SETIA di mana dia mengajar dan melayani. Sehingga
bagi saya, apa yang dikemukakan dalam buku ini merupakan
bentuk ekspresi iman yang dimilikinya. Sekaligus menjadi
motivasi bagi setiap mahasiswa, staf, dosen, bahkan hamba
Tuhan yang sedang menjalankan visi dan misi SETIA dan GKSI.
Itulah sebabnya buku ini wajib dibaca oleh setiap orang Kristen!
Pdt. Dr. Kembong Mallisa’, M.Th.
Dosen Tetap STT Setia Jakarta

Buku Survive In God adalah buku yang wajib dibaca oleh


setiap hamba Tuhan yang ingin bertahan dan tetap kuat dalam
pelayanan. Melayani Kristus tidaklah mudah, karena itu
diperlukan iman, keyakinan dan semangat yang tidak pernah
surut. Ketiga elemen tersebut terangkum dalam sebuah frasa
yakni: Survive in God.
Yosia Belo, M.Pd.K.
Dosen Tetap STT Setia Jakarta

Puji syukur kepada Bapa Sorgawi atas belas kasihan dan


anugerah-Nya keluarga besar Sekolah Tinggi Teologi Injili
Arastamar (SETIA) Jakarta dan Gereja Kristen Setia Indonesia
(GKSI) sampai saat ini, terutama melewati masa-masa sulit yang

vi
Testimoni

dihadapi. Buku yang ditulis oleh Dr. Dyulius Th. Bilo, M.Th.,
yang berjudul “Survive In God” adalah buku yang baik untuk
dimiliki dan dibaca karena didasari Firman Tuhan dan sumbangsi
pemikiran dari berbagai literatur teologi yang bermutu dan
pengalaman-pengalaman nyata dialami oleh penulis secara
pribadi bersama dengan keluarga besar SETIA dan GKSI bahwa
“Survive In God” adalah nyata dan pasti.
Bahwa di dalam Tuhan ada kepastian keselamatan kekal,
pengampunan, kelepasan, kemenangan, dan berkat-berkat yang
mengalir kepada setiap orang percaya yang bertahan dalam iman
dan pelayanan yang dikerjakannya.
Dengan demikian setiap orang percaya akan terpelihara
hidupnya, pelayanan tetap ada dan terus dilaksanakan serta pasti
berbuah sesuai dengan janji-janji Allah. Kiranya buku ini
memberkati Bapak/Ibu/Saudara yang memiliki dan
membacanya. Tuhan Yesus memberkati. Soli Deo Glori
Yane Henderina Keluanan, M.Pd.K.
Puket II Bidang Administrasi dan Keuangan SETIA
Jakarta

“Survive in God”—adalah sebuah term yang menegaskan


keyakinan iman yang kokoh. Survive in God menjelaskan tentang
pergumulan dan proses hidup yang dijalani oleh orang-orang
percaya, dan di dalam proses itu sendiri, mereka mendapatkan
bentuk-bentuk providensi Allah—di mana Allah yang terus
menjaga, menopang, menguatkan, dan mengembalikan harapan-
harapan hidup yang hampir punah. Buku ini adalah sebuah
bingkai hidup, di mana dalam bingkai tersebut, tergambar dan
terbaca tentang hidup seorang hamba (atau para hamba) Tuhan
yang setia melayani-Nya. Pdt. Dr Dyulius Th. Bilo menuangkan

vii
Testimoni

gagasan yang mencerahkan dan melekatkan antara iman dan


pergumulan, harapan dan doa, serta sukacita dan dukacita.
Pdt. Dr. Stenly R. Paparang, M.Th.
Ketua Departemen Literatur dan Media Arastamar SETIA Jakarta
Kepala Depertemen Literatur dan Penerbitan BPS GKSI
Koordinator Nasional Cabang-cabang SETIA Jakarta
Ketua Tim Penjamin Mutu Internal SETIA Jakarta
Dosen Tetap Pascasarjana SETIA Jakarta
Sekretaris Pascasarjana SETIA Jakarta
Sekretaris PRESTASI

Buku dari Dr. Dyulius Thomas Bilo, M.Th., yang berjudul


“Survive In God” adalah sebuah buku yang memaparkan tentang
bagaimana orang-orang percaya kepada Tuhan Yesus tetap kuat,
bertahan dan eksis dalam imannya dan setia mengikut Tuhan
seumur hidupnya walaupun mengalami tantangan dan rintangan
kehidupan. Buku ini sangat baik dimiliki dan dibaca setiap kita
yang disebut orang percaya yang tidak pernah terlepas dari ujian
kehidupan karena iman kepada Tuhan Yesus dan melayani dalam
ladang-Nya. Sehingga muncul suatu pemahaman yang
komprehensif akan firman Tuhan di tengah-tengah kemajuan
IPTEK.
Sozanolo Zamasi, M.Pd.K.
Kaprodi PAK SETIA Jakarta

Ada begitu banyak buku yang bagus dan wajib dibaca oleh
hamba Tuhan yang ingin Survive dalam mengikuti dan melayani
Kristus. Dan salah satu dari buku itu adalah buku Survive in God
yang sedang di tangan Anda. Selamat membaca!
Pong Gazka
Direktur Penerbit VIEWS

viii
Daftar Isi

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................... iii


Dedikasi ............................................................................. v
Testimoni ......................................................................................... vi
Daftar Isi .......................................................................................... ix

Pendahuluan ................................................................................... 1

Pelayan Kristus: Dedikasi, Kesetiaan, Ketaatan


dan Kerja Keras ........................................................................ 5

Fight The Good Fight................................................................... 19

Kehilangan Namun Mendapatkan Kembali ............................... 65

Bahaya Mengiringi Hidup Hamba Tuhan .................................. 85

Pohon Dikenal Dari Buahnya ...................................................... 107

Menabur Angin Menuai Puting Beliung .................................... 137

Tempat Perlindungan Kekal Orang Percaya ............................. 157

ix
Daftar Isi

Biarlah Rohmu Menyala-nyala dan


Layanilah Tuhan! ..................................................................... 189

Bersukacitalah dalam Pengharapan, Sabarlah


dalam Kesesakan, dan Bertekunlah
dalam Doa................................................................................. 201

Bersukacitalah Karena Namamu Terdaftar


di Surga .................................................................................... 213

Penutup ........................................................................................... 239

Daftar Pustaka ............................................................................ 241

x
Pendahuluan

PENDAHULUAN

Buku ini berjudul Survive In God atau yang dapat


diterjemahkan Kuat di dalam Allah atau Bertahan di dalam Tuhan .
Sebenarnya juga dapat mengandung makna atau arti yang lain –
tergantung konteksnya. Akan tetapi, dalam buku ini mengacu
kepada sebuah keinginan dan harapan setiap anak-anak Tuhan
atau hamba Tuhan agar senantiasa kuat dan tabah dalam
mempertahankan imannya meskipun diperhadapkan dengan
situasi dan kondisi yang sulit.
Sebagai tubuh Kristus, Gereja dituntut untuk senantiasa
survive dalam situasi dan keadaan apapun. Oleh karena justru
kemuliaan hanya akan diperoleh apabila terbukti bahwa
seseorang itu dapat survive hingga kesudahannya. Akan tetapi
tidak hanya sekedar survive. Atau survive yang seperti apa yang
dimaksudkan? Pastinya adalah survive dalam penderitaan karena
Injil, survive dalam mempertahankan iman dan kesetiaan kepada
Kristus, meskipun nyawa yang menjadi taruhannya.
Buku ini terdiri atas sepuluh (10) bab atau bagian, yakni:
Bagian pertama, membahas tentang tugas dan kewajiban
para pelayan atau pekerja Kristus bahwa dalam perjuangan
memberitakan kebenaran Injil nampak ketulusan dan keihklasan
yang harus ada pada diri Timotius dan para hamba Tuhan atau,
pekerja Kristus adalah dedikasi seorang prajurit sejati yang setia,

1
Pendahuluan

kepatuhan seorang atlet sejati pada hukum dan kesungguhan


bekerja seorang petani sejati.
Bagian kedua, membahas tentang sebuah topik yang juga
menarik untuk dibaca, yakni: memperjuangkan perjuangan yang
baik. Dalam hal melakukan pekerjaan yang dikehendaki oleh
Tuhan, maka tentunya kita akan diperhadapkan kepada banyak
situasi yang tidak baik. Oleh karena diperlukan sikap dan cara
bertahan yang yang tepat. Tulisan ini juga merupakan sebuah
refleksi dari 1 Timotius 1: 18-20.
Bagian ketiga, membahas tentang topik kehilangan namun
mendapatkan kembali. Tulisan ini hendak menegaskan bahwa
hendaknya terus memurnikan motivasi kita, menunjukkan
kesetiaan pada iman sampai akhir hayat kita. Tuhan telah berjanji
bahwa barangsiapa setia sampai akhir, akan dibalaskan Tuhan
kepadanya upah berlipat kali ganda pada semua pengorbanan dan
kerugian atau apa pun yang telah ditinggalkannya selama ia
percaya, mengikuti dan melayani Tuhan Yesus.
Bagian keempat, membahas tentang bagaimana menjadi
murid atau pengikut Tuhan. Ternyata itu tidak mudah. Apalagi
menjadi hamba Tuhan. Allah tidak pernah berjanji bahwa
menjadi hamba-Nya tidak akan menghadapi rintangan dan
bahaya dalam pelayanan. Allah hanya berjanji bahwa Ia akan
selalu menyertai dan melepaskan hamba-hamba-Nya dari cobaan
maut.
Bagian kelima, membahas tentang nasihat bahwa sejak dari
awalnya Yesus sudah mengingatkan para murid-Nya dan orang
Kristen untuk waspada terhadap kehadiran nabi-nabi palsu yang
sangat mungkin muncul dari kalangan murid-murid-Nya,
kalangan orang percaya dan bahkan kalangan hamba Tuhan.
Mereka akan tampil seperti gembala-gembala yang baik dan
kadang dapat menjadi domba-domba yang baik pula. Tetapi
2
Pendahuluan

sesungguhnya mereka adalah serigala yang ganas, garang dan


kejam. Menguji dan menilai mereka adalah dari buahnya.
Bagian keenam, menegaskan tentang hamba Tuhan ternyata
juga bisa gagal. Oleh karena itu, diperlukan suatu ketaatan,
ketekunan dan penyerahan total dan sungguh-sungguh kepada
Tuhan agar mampu bertahan dan setia sampai akhir.
Bagian ketujuh, menegaskan sebuah prinsip bahwa bahwa
tidak ada alasan bagi kita untuk tidak menjadikan Allah sebagai
tempat perlindungan kita selama di dunia. Kita tidak bisa
menyandarkan diri kita kepada hal-hal duniawi, kepada manusia
selain hanya kepada Allah.
Bagian kedepalan, menegaskan kepada kita bahwa sebagai
pelayan Tuhan untuk terus memiliki komitmen dan konsisten
dalam melayani Tuhan. Kita tidak boleh memberi ruang kepada
kedagingan, dosa, dan setan untuk melemahkan rohani untuk giat
dalam pelayanan.
Bagian kesembilan, menegaskan bahwa pelayanan hamba
Tuhan hendaknya dijiwai dan dimotivasi oleh kesukacitaan dalam
pengharapan, kesabaran dan penderitaan serta ketekunan dalam
doa. Pengharapan hamba Tuhan menunjukkan visi, penglihatan,
pandangan, arah dan tujuan ke depan dan kepada kekekalan
walaupun ia berada dalam kesesakan. Ia tidak akan pernah
terkalahkan dengan keadaan tersebut, melainkan justru
pengharapan itu seperti nyala api yang membara membakar
dirinya untuk keluar dari penderitaan dan berlari pada tujuan
hidup yaitu memuliakan Allah dan ditinggikan Allah. Kesabaran
merupakan kekuatan batin, jiwa, dan fisik hamba Tuhan.
Bagian kesepuluh, menegaskan tentang sebuah perintah
supaya tetap bersukacita karena kita adalah orang yang beriman
atau percaya kepada Tuhan. Di mana kita dituntut untuk
mengasihi, dan melayani-Nya dengan giat, serta beribadah dan
3
Pendahuluan

aktif dalam pelayanan, kita percaya sebelum dunia dijadikan


nama-nama kita sudah tercatat dalam buku kehidupan Anak
Domba di surga, kita tidak hanya terdaftar kependudukan di
dunia tetapi tercatat kewarganegaraan kita di surga. Maka
bersukacitalah dengan sungguh dalam Tuhan, sunggu-sungguh
datang beribadah, sungguh-sungguh hidup dalam memberi bagi
pekerjaan Tuhan dan untuk sesama, sungguh-sungguh sebagai
hamba Tuhan untuk melayani Allah dan sesame manusia.

4
Bagian Pertama

PELAYAN KRISTUS:
Dedikasi, Kesetiaan, Ketaatan
Dan Kerja Keras
2 Timotius 2:1-13
(Tema ini pernah dimuat dalam Jurnal Arastamar, Januari 2013 Volume 4 Nomor 1, hal. 53-62,
ISSN 2085-9627,
Penerbit: Delima Jakarta
Editor: Edward Hanock & Stenly R. Paparang)

PENDAHULUAN
Berbagai gambaran atau matafora yang digunakan penulis
Alkitab untuk menggambarkan karakter dari pelayan (hamba)
Kristus. Seperti Rasul Paulus dalam suratnya kepada Timotius (2
Tim. 2) untuk mempertegas dan memperkuat nasihat pastoralnya
kepada Timotius. Paulus menjelaskannya dengan menggunakan
enam metafora dalam pasal ini, yaitu:
a. Metafora I: Prajurit yang setia (2 Tim. 2:3-4)
b. Metafora II: Olahragawan yang patuh pada peraturan (2
Tim. 2:5)
c. Metafora III: Petani yang bekerja keras (2 Tim. 2:6)
d. Metafora IV: Pekerja yang tidak usah malu (2 Tim. 2:14-19)
e. Metafora V: Perabot yang bersih (2 Tim. 2:20-22)
f. Matafora VI: Hamba Tuhan (2 Tim. 2:23-26).
Dalam teks 2 Timotius 2:1-13, Paulus menggambarkan
karakteristik pelayan Kristus seperti prajurit, olahragawan, dan
petani.

5
Bagian Pertama

PENGANTAR II TIMOTIUS 2
Menarik untuk diperhatikan pada bagian ini, karena dalam
ayat pertama dimulai dengan frasa “sebab itu” dilanjutkan
dengan “hai anakku” dan “jadilah kuat oleh kasih karunia dalam
Kristus Yesus”.
Frasa “sebab itu atau karena itu” yang diterjemahkan dari
bahasa Yunani su oun atau su de1 yang artinya oleh karena itu
engkau.... atau akan tetapi engkau.2 Frasa ini hendak memaparkan
paling tidak ada dua hal yaitu:
Pertama, suatu kenyataan yang terjadi di dalam kehidupan
rohani jemaat di Asia Kecil, di mana kenyataan itu sangat
mendukakan hati Paulus karena rupanya jemaat di Asia Kecil
telah berubah setia dan menjadi murtad (2 Tim. 1:15). Hanya
Onesiforus dan keluarganya yang bertahan dalam imannya dan
tetap setia mengikuti ajaran Paulus (2 Tim. 1:16-18).
Kedua, menunjukkan bahwa panggilan Timotius supaya
tampil beda atau menjadi berbeda. Ia tidak boleh menyerah
kepada kelakuan umum yang berlaku pada jemaat di Asia Kecil
atau menyesuaikan diri dengan roh ketidaksetiaan di tengah-
tengah zamannya, melainkan ia harus berdiri teguh dalam ajaran
sehat dan kebenaran Tuhan.3 Atau dengan kata lain, Timotius
harus berani berdiri tegak dan menentang arus yang sedang
melanda jemaat, yaitu: arus berubah setia dan berjuang membawa
kembali jemaat ke dalam ajaran yang benar.
Hal lain yang bisa dihubungkan dengan frasa “sebab itu atau
karena itu” adalah menunjuk pada panggilan dan tanggung jawab
yang diembankan Tuhan kepada Timotius bahwa dirinya

1Software Bible Works7


2Jhon R.W. Stott, Pemahaman dan Penerapan Amanat Alkitab Masa
Kini, II Timotius (Jakarta: YKBK/OMF, t.th), 51
3Ibid, vii.

6
Bagian Pertama

dipanggil sebagai pelayan Kristus. Dengan mengemban suatu


tugas dan tanggung jawab mengembalikan jemaat kepada ajaran
yang sehat dan benar sesuai dengan apa yang diajarkan oleh
Paulus. Tentu ajaran Paulus didasarkan pada kebenaran Allah
(Rm. 1:16-17).
Dalam menegaskan nasihat pastoralnya, Rasul Paulus
menggunakan pendekatan kekeluargaan khususnya hubungan
orangtua dengan anak. Tidak heran dalam teks ini, Paulus
memanggil Timotius dengan sebutan “hai anakku”. Istilah ini
sering digunakan Paulus untuk memanggil Timotius. Maksudnya
adalah untuk menciptakan suatu hubungan yang akrab dengan
Timotius yakni hubungan sebagai bapak dan anak. Paulus
menyapa Timotius sebagai teknon mou (1 Tim. 1:2) suatu sapaan
yang menunjukkan suatu hubungan kekeluargaan, suatu
hubungan erat dan penuh kasih sayang. Paulus tidak hanya
menyapa Timotius sebagai anak, tetapi ia menambahkan kata
gnésios artinya yang sah atau yang sejati untuk memperkuat
kekeluargaan itu. Selanjutnya Paulus sering menambahkan
ungkapan en pistei yang berarti di dalam iman, untuk menunjukkan
ciri hubungan kekeluargaan itu sebagai hubungan dalam
lingkungan rohani. Jadi, status Timotius sebagai anak dalam relasi
dengan Paulus bukan dalam hubungan darah, melainkan dalam
hubungan iman.4 Pemakaian sapaan anak ini telah menempatkan
Paulus sebagai bapak rohani atau guru rohani bagi Timotius.
Sebagai bapak atau guru rohani bagi Timotius, Paulus
menasihati dan mendesak Timotius untuk berdiri tegak “jadilah
kuat atau jadilah perkasa”) Frasa ini bukan hanya mengandung
pemikiran menyangkut keadaan diri Timotius yang masih muda

4Samuel B. Hakh, Berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia

(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002), 13

7
Bagian Pertama

dan memiliki pembawaan penakut, pemalu dan kurang percaya


diri. Paulus hendak berkata kepadanya, “Jangan pedulikan apa
yang dipikirkan atau dikatakan atau diperbuat orang lain. Jangan
juga peduli kepada kelemahanmu atau sifatmu yang pemalu.
Tetapi engkau, jadilah perkasa!”.5 Perkataan ini menunjuk pada
hal yang paling hakiki bahwa desakan Paulus kepada Timotius
untuk menjadi perkasa adalah panggilan Kristus, yang juga harus
berlaku kepada semua pengikut Kristus. Bukan sekadar nasihat
untuk tabah dan percaya pada kekuatan diri sendiri, melainkan
untuk membiarkan dirinya dikuatkan secara batiniah atau rohani
oleh “kasih karunia di dalam Yesus Kristus”.
John R. Stott mengutip pemikiran NEB yang merumuskan
kalimat ini dengan indah demikian, “Ambillah kekuatan dari
kasih karunia Allah yang adalah milik kita di dalam Kristus
Yesus”. Maksudnya Timotius harus menggali sumber daya bagi
pelayanannya bukan pada dirinya sendiri, melainkan pada kasih
karunia Kristus. Bukan hanya dalam hal keselamatan Timotius
bergantung pada kasih karunia (1:9), melainkan juga dalam hal
pelayanannya.6 Budiman menafsirkan bagian ini, “Janganlah
Timotius melanjutnya sikap takutnya. Paulus kuatir kalau-kalau
anak rohaninya tidak kuat menghadapi pergumulan-pergumulan
di dalam tugas pelayanannya. Menurut Paulus, Timotius
sesungguhnya harus dapat mengatasi kesulitan-kesulitan dengan
kasih karunia yang telah ia terima. Artinya bahwa kasih karunia
itu diberikan oleh Allah bukan diperoleh dengan sendirinya.
Kasih karunia itu dicurahkan atasnya (2 Tim. 1:6) dan merupakan
suatu kuasa (2 Kor. 12:9). Timotius hanya dapat

5Stott, ibid, 51
6Stott, ibid. 52

8
Bagian Pertama

mempertahankan kekuatan ini, kalau ia memelihara persekutuan


dengan Kristus (Flp. 4:13).7
Di dalam 2 Timotius 2:1-13 Paulus berbicara mengenai
konsekuensi yang akan diterima Timotius sebagai pelayan atau
pekerja Kristus yaitu kerelaan menderita karena Injil. Tugas
memberitakan Injil dan menjadi pengajar jemaat merupakan
tugas mulia, tetapi penuh risiko. Paulus sendiri dalam
perjalanannya memberitakan Injil telah banyak mengalami
penderitaan. Ia pernah dilempari dengan batu (Kis. 14:19), masuk
keluar penjara (Kis 16:24), diadili (Kis. 22:30-23:11; 24-16).
Namun semua penderitaan itu tidak mengendurkan semangat
Paulus dan tidak membuat ia malu untuk memberitakan Injil
(Rm. 1:16) sebaliknya ia semakin berani dan rela menderita demi
Injil.8
Berdasarkan pengalaman ini, Paulus meminta Timotius
untuk rela menderita demi Injil dengan pemikiran bahwa tugas
memberitakan Injil di masa yang akan datang semakin berat.
Oleh karena itu ia menginginkan ketaatan, kesetiaan, dan
komitmen Timotius sebagai penerusnya. Untuk rela menderita
demi Injil dan jangan takut dan malu karena menderita demi Injil
Kristus.
Dalam 2 Timotius 1:12, Paulus membeberkan keyakinan
dan alasan untuk menderita demi Injil. Alasan pertama, Allah yang
ia percaya itu berkuasa atas segala sesuatu, “Aku tahu kepada
siapa aku percaya...” Ungkapan ini menunjuk kepada Allah Yang
Mahakuasa itu yang memberikan jaminan masa depan bagi
Paulus. Karena itu, ia tidak takut dan malu. Kedua, ia yakin bahwa

7R.Budiman, Tafsiran Alkitab Surat-Surat Pastoral I & II Timotius dan

Titus (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1992), 87


8Hakh, 17

9
Bagian Pertama

Allah yang ia percayai itu berkuasa memelihara apa yang telah


dipercayakan-Nya kepada Paulus (ay. 12).
Paulus percaya bahwa Allah sanggup memelihara atau
melindungi Injil yang Ia percayakan kepada Paulus.9 Dengan
mengangkat pengalaman dan keyakinan ini, bukan hanya Paulus
mendorong Timotius untuk taat dan setia tatkala mengalami
pergumulan, kesulitan, dan penderitaan karena pemberitaan Injil.
Tidak hanya itu, nasihat ini mengingatkan Timotius akan
proteksi (perlindungan) Tuhan. Keyakinan Paulus bahwa Allah
akan tetap memelihara dan melindungi Timotius ketika
mengalami penderitaan sebagai seorang pelayan atau pekerja
Kristus.
Selanjutnya akan dijelaskan ketiga metafora yang
merupakan gambaran/kiasan yang paling disukai oleh Paulus
yaitu metafora pertama: Prajurit yang setia (2 Tim. 2:3-4),
metafora kedua: Olahragawan yang patuh pada peraturan (2 Tim.
2:5), dan metafora ketiga: Petani yang bekerja keras (2 Tim. 2:6).

METAFORA PERTAMA: PRAJURIT YANG SETIA (2


TIM. 2:3-4)
2 Timotius 2:3-4 berbunyi, “Ikutlah menderita sebagai
seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus. Seorang prajurit
yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-
soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan
kepada komandannya”. Terjemahan BIS berbunyi “Engkau
harus turut menderita sebagai prajurit Kristus Yesus yang setia.
Seorang prajurit yang sedang tugas, tidak akan menyibukkan
dirinya dengan urusan-urusannya sendiri, sebab ia ingin
menyenangkan hati panglimanya”.

9Ibid

10
Bagian Pertama

Istilah prajurit Yesus Kristus stratiootes Iesou Christo yang


setia. Paulus sering menggunakan kiasan kemiliteran dalam setiap
pengajaran atau khotbah atau surat-suratnya (2 Kor. 10:3-5; Ef.
6:10-17; Flm. 2). Kadang dalam konteks perjuangan melawan
musuh-musuh Injil (1 Tim. 1:18).10 Tetapi dalam teks kita, lebih
ditekankan pada karakter seorang pelayan atau pekerja Kristus
yang disarikan dari karakter seorang prajurit Romawi. Ternyata
pengalaman Paulus di penjara memberikan banyak peluang
untuk melihat dan mengamati prajurit Romawi yang selalu siap
sedia (stand by) mengawasi para tahanan di dalam penjara dan
merenungkan tentang persamaan antara prajurit dan orang
Kristen terutama pelayan atau pekerja Kristus.11
Sudah pasti yang dimaksudkan Paulus adalah bukan kisah
peperangan melawan kerajaan-kerajaan dan kuasa-kuasa dalam
mana prajurit-prajurit Kristen itu terlibat, perlengkapan yang
harus dikenakan dan senjata-senjata yang harus digunakan
melainkan yang dimaksudkan di sini adalah “prajurit-prajurit
yang baik dari Kristus Yesus adalah karena ia seorang yang setia
yang membuktikan kesetiaannya dalam kerelaannya, baik untuk
menderita maupun untuk mengkonsentrasikan atau
memfokuskan dirinya pada pekerjaan yang diberikan
kepadanya.12
Prajurit dalam tugas aktifnya tidak mengharapkan atau
menginginkan suatu masa yang aman atau santai. Kesukaran dan
penderitaan adalah baginya suatu yang otomatis dan termasuk
paket dari keprajuritan. Tertulianus menulis dalam Address to
Martyrs, ”Tidak ada prajurit yang pergi berperang dengan
dikelilingi kemewahan, atau berangkat menuju medan tempur

10Ibid, 18
11Stott, 55
12Ibid, 55

11
Bagian Pertama

dari tempat tidur yang empuk, melainkan dari tempat yang


darurat atau tenda yang sempit, dengan segala kesengsaraan,
kesusahan, ketidakenakan yang kita jumpai di dalamnya”.
Konon pada masa Perang Dunia II orang sering saling
menyapa dengan senyum getir, “yah, apa boleh buat, kita dalam
keadaan perang”. Demikian halnya pada masa-masa perang
kemerdekaan Indonesia. Beberapa pemimpin atau panglima
perang, seperti Jenderal Sudirman harus berpindah-pindah dari
satu tempat ke tempat yang lain sambil ditandu oleh prajuritnya
untuk melakukan perlawanan, suatu masa dan keadaan yang
sangat sulit.
Seorang prajurit harus memiliki mental siap siaga dan selalu
memusatkan perhatian pada tugasnya dan tidak pernah sedetik
pun lengah, mengantuk, apalagi tertidur. Ia harus mampu
melawan rasa ngantuk, capek, lelah, lapar, dan lain sebagainya. Ia
harus mampu menahan diri dari sikap santai, tenang-tenang, dan
kemalasan. Ia harus siap sedia mendengar dan menjalankan
instruksi komandannya untuk maju menghadapi musuh walau
nyawa taruhannya.
EK. Simson mengatakan, “Disiplin militer memberikan
gambaran yang mengesankan tentang arti keihklasan”.13 Samuel
B. Hakh mengatakan bagian ini ditekankan pada kedisiplinan
seorang prajurit. Seorang prajurit tidak akan memusingkan
dirinya dengan hal-hal yang akan menghalanginya pengabdiannya
mengikuti pemimpinnya (komandannya).14
Syarat utama bagi seorang prajurit adalah tidak
memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya. Artinya
bahwa seorang prajurit harus mengabdikan dirinya secara total

13Ibid, 56
14Hakh, 18.

12
Bagian Pertama

kepada tugasnya dan kepada pemimpinnya. Ia tidak boleh pusing


dengan keperluan-keperluan hidup sehari-hari. Ia tidak boleh
pusing dengan urusan keluarga (istri dan anak-anak) yang
menghambatnya atau menghalanginya untuk mengabdi kepada
tuannya atau atasannya. Seorang prajurit harus mampu
membebaskan dirinya dari keterlibatan-keterlibatannya di luar
supaya ia dapat fokus pada tugas dan tanggung jawabnya. Ia
harus menyerahkan semua masalah dan keperluan hidupnya
kepada pimpinan atau komandannya.
Demikian halnya seorang pekerja Kristus harus
menyerahkan seluruh persoalan, perkara dan keperluannya
kepada Tuhan dan bebas dari urusan atau perkara-perkara
duniawi agar ia dapat memberikan perhatiannya kepada tugas
pelayanannya.
Memang benar Paulus dalam pelayanannya sering mencari
nafkahnya dengan membuat tenda. Namun djelaskan secara
gamblang bahwa, dalam kasus ini ada alasan pribadi dan
istimewa, yaitu, “agar ia boleh memberitakan Injil tanpa upah
atau digaji”15 karena ia sendiri mampu membiaya pelayanannya.
Dengan demikian ia menampik “mungkinnya timbul rintangan
bagi jalan Injil (1 Kor. 9:18,12). Ia berprinsip, “mereka yang
memberitakan Injil, harus hidup dari pemberitaan Injil itu (1 Kor.
9:14).
Hal ini perlu direnungkan kembali pada zaman kita
sekarang, karena makin banyak pekerja atau pelayan Kristus
melayani secara “part time” dengan tugas “rangkap” dan bahkan
ada yang menjadikannya sebagai tugas sampingan.
Barang siapa ingin melayani harus berani memfokuskan
diri pada tugas dan tanggung jawabnya dan menyerahkan semua

15Stott, 56

13
Bagian Pertama

keperluannya untuk digenapi oleh Tuhan Yesus. Sama seperti


pimpinan atau komandan mencukupi kebutuhan prajuritnya,
karena ia berkenan kepada komandannya.

METAFORA KEDUA: OLAHRAGAWAN YANG


PATUH PADA PERATURAN (2 Tim. 2:5)
Dalam nasihat berikutnya, Paulus berpindah dari citra diri
seorang prajurit Romawi kepada citra diri atlet dalam
pertandingan olah raga Yunani. Dalam dunia kuno termasuk
dalam dunia modern, tidak ada pertandingan olah raga tanpa ada
peraturan. Di mana setiap peserta atau atlet bebas menunjukkan
kekuatan dan keterampilan semaunya. Tiap cabang olahraga
mempunyai aturan mainnya sendiri. Tiap nomor pertandingan
mempunyai hadiah-hadiah tersendiri.
Dalam tradisi pertandingan Yunani kuno, hadiahnya
adalah rangkaian bunga dengan sejenis dedaunan yang tak
kunjung layu, bukan medali emas, perak, dan perunggu. Tidak
ada atlet yang dimahkotai dengan mahkota rangkaian bunga
kejuaraan tanpa mengikuti atau menuruti “peraturan”. Dalam
sebuah tulisan harian olah raga Yunani, ditulis “no rule no crown”
atau “tanpa peraturan, tidak ada mahkota”.16
Hakh menuliskan bahwa kiasan ini menunjukkan adanya
suatu perjuangan dalam pertandingan olah raga. Paulus
menegaskan bahwa seorang olahragawan hanya dapat
memperoleh mahkota sebagai juara apabila ia bertanding
menurut peraturan-peraturan olahraga. Prinsip yang ditekankan
di sini adalah sama dengan prajurit yaitu kedisiplinan. Maka
demikian pula seorang olahragawan. Ia harus bertanding dalam
kedisiplinan yang tinggi dengan mengikuti semua peraturan yang

16Ibid, 58

14
Bagian Pertama

ada sampai ia memperoleh mahkota sebagai hadiah kemenangan


itu (1 Kor. 9:25).17
Dalam Perjanjian Baru seringkali kehidupan orang Kristen
dianalogikan dengan perlombaan, bukan berarti bahwa kita harus
saling bersaing (meskipun kita harus saling mendahului dalam
memberi hormat (Rm. 10:12), melainkan dalam arti yang lain:
dalam ketekunan berlatih untuk mendisiplinkan diri (1 Kor. 9:24-
27), menyisihkan segala hal yang dapat menjadi perintang (Ibr.
12:1,2) dan di sini: dalam hal mematuhi atau manaati peraturan.
Kita harus bertanding dalam perlombaan kristiani itu secara
nominos artinya “menurut hukum” di mana setiap orang Kristen
wajib hidup “menurut hukum”, taat pada peraturan, mematuhi
hukum-hukum moral Allah.
Memang benar bahwa kita tidak lagi berada di “bawah
hukum” sebagai jalan ia selamat, namun hukum adalah sebagai
pemandu bagi perilaku bagi kita.18 Budiman menjelaskan bahwa
syarat bagi pekerja Tuhan di sini dilukiskan sebagai bertanding
menurut peraturan-peraturan olahraga. Artinya, ia harus bersedia
menjalani semua konsekwensi dari pelaksanaan tugasnya, berupa
jerih payah, disiplin, ketertiban keuletan, pengorbanan dan
penderitaan (1 Kor. 9:25-27). Imbalannya adalah memperoleh
mahkota sebagai juara.
Hal ini terutama tidak hanya menunjuk pada pahala hidup
kekal (2 Tim. 4:7,8), tetapi juga kepada berkat-berkat semasa
hidupnya (1 Tim 6:6).19 Paulus telah memberi teladan bahwa ia
bertahan mati-matian sampai pada akhirnya. Sehingga ia juga
berperang dalam peperangan yang baik, mengakhiri pertandingan
dan memelihara iman, maka ia bisa mengharapkan pada hari

17Hakh, 18
18Stott,
59
19Budiman, 89

15
Bagian Pertama

terakhir menerima hadiah tertinggi dari segala hadiah, yaitu


“mahkota kebenaran’ (2 Tim 4:7,8).20

METAFORA KETIGA: PETANI YANG BEKERJA


KERAS (2 Tim. 2:6)
Jika seorang atlet harus bertanding dengan jujur, maka
seorang petani harus bekerja keras. Berikut Paulus menggunakan
kiasan sebagai petani kopioonta, bekerja keras. Kata kerja kopiaoo
berarti bekerja keras. Dalam konteks ini makna kata itu juga
mengandung nuansa berusaha sekuat tenaga atau bergumul.
Kerja keras memang tidak bisa dihindari, jika kita ingin
bertani dengan baik. Ini istimewa berlaku bagi negara-negara
yang sedang berkembang yang belum mengenal mekanisasi.
Dalam keadaan demikian hasil pertanian sama tergantung dari
keringat seperti pada keterampilan.
Arndt dan Gingrich menuliskan pemikirannya tentang
bekerja keras atau kerja keras adalah menjadi letih, capek, dan
dengan demikian berarti bekerja keras, membanting tulang,
berjuang. Bagi Paulus, jerih payah yang dituntut dari kita dalam
pelayanan kristiani.21
Dari penggunaan istilah ini, dengan sendirinya kata ini juga
dipakai untuk menunjuk pada pekerjaan tangan. Paulus
mengenakan pada pekerjaanya membuat tenda. Ia menulis “kami
melakukan pekerjaan tangan yang berat” (1 Kor. 4:12, Ef. 4:28, 1
Tes. 4:11).
Akan tetapi menurut pandangannya, pekerjaan rohani
menuntut jerih payah juga. Dalam suratnya kepada jemaat di
Roma, ia menulis, “kepada Maria, yang telah bekerja keras untuk

20Stott, 59
21Ibid, 61

16
Bagian Pertama

kamu dan kepada “Persis, yang kukasihi, yang telah bekerja


membanting tulang dalam pelayanan Tuhan” (Rm. 16:6-12).
Sehubungan dengan pemberitaan Injil, ia juga mengatakan,
“Aku telah bekerja lebih keras daripada mereka semua ini (2 Kor.
6:5; 1 Kor. 15:10), ia juga mengakui kerja keras para penatua,
“yang dengan jerih payah berkhotbah dan mengajar ( 1 Tim.
5:17), tetapi ia menganggap bahwa kuasa Allahlah yang telah
bekerja dengan kuat di dalam aku (Kol. 1:29; 1 Tim. 4:10).
Betapa gersangnya pun lahannya, iklim tidak serasi dan
petaninya tidak berminat, namun si petani harus tetap melakukan
pekerjaannya. Kalau ia sudah memegang bajaknya, ia tidak boleh
lagi menoleh ke belakang. Uskup Moule pernah berkata bahwa
“pekerjaan petani keras dan tanpa pamor”. Berbeda dari seorang
prajurit dan atlit, maka hidup petani itu, “sepi semarak, jauh dari
pesona bahaya dan tepuk tangan para pengagum”.22
Akan tetapi kalau sudah tiba musim panen, maka petani
yang bekerja keras itulah yang paling utama menikmatinya. Dan
itu wajar. Panen yang baik adalah berkat kerja keras dan
ketekunannya.
Itulah sebabnya dalam Kitab Kidung Agung dikatakan
bahwa seorang pemalas tak kunjung bisa menjadi petani yang
baik. Ia selalu kehilangan tuaiannya karena ia tidur kalau harus
menuai, atau karena ia terlalu malas membajak pada waktunya,
atau karena ia membiarkan saja lahan-lahannya ditumbuhi lalang
dan duri (Kid. 10:5; 20:4; 24:39, 31). Budiman menghubungkan
kalimat haruslah yang pertama menikmati hasil usahanya dengan
keberadaan pelayan Tuhan dalam jemaat dengan mengatakan

22Ibid, 60

17
Bagian Pertama

bahwa pekerja itu layak mendapat jaminan hidup dari jemaat (1


Tim. 5:17,18).23

PENUTUP
Dengan ketiga penjabaran kiasan atau metafora tersebut
tergambar tugas dan kewajiban para pelayan atau pekerja Kristus
bahwa dalam perjuangan memberitakan kebenaran Injil
diperlukan ketulusan dan keihklasan seperti yang terdapat pada
Timotius. Dengan demikian, para hamba Tuhan atau pekerja
Kristus harus berdedikasi seorang prajurit sejati yang setia,
kepatuhan seorang atlet sejati pada aturan dan kesungguhan
bekerja seorang petani sejati. John R Stott menuliskan syair yang
indah tentang ketiga hal ini demikian: “Takkan ada kemenangan
bagi seorang prajurit kecuali ia menyerahkan diri secara total
kepada tugas dan komandannya. Tak ada karangan bunga bagi
seorang atlit kecuali ia mematuhi peraturan. Dan tak akan ada
tuaian bagi seorang petani kecuali ia membanting tulang dalam
pekerjaannya”.24

DAFTAR PUSTAKA
Jhon R.W. Stott, Pemahaman dan Penerapan Amanat Alkitab Masa
Kini, II Timotius. Jakarta: YKBK/OMF, t.th.

R.Budiman, Tafsiran Alkitab Surat-Surat Pastoral: I & II Timotius


dan Titus. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1992.

Samuel B. Hakh, Berakar di Dalam Dia dan Dibangun di Atas Dia


.Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002.

23Budiman, 89
24Stott, 62-63

18
Bagian Kedua

FIGHT THE GOOD


FIGHT
“Memperjuangkan Perjuangan Yang Baik”
1 Timotius 1:18 – 20
(Tema ini pernah dimuat dalam Buku “Berilah Dirimu Didamaikan Dengan Tuhan”, hal.
99-143, Cet. Pertama: Mei 2014, Penerbit: Delima Jakarta,
ISBN:978-602-1605-14-1, Editor: Stenly R. Paparang, Kembong Mallisa’,
Edward Hanock, Yosia Belo & Adi Putra)

PENDAHULUAN
Hidup ini adalah suatu perjuangan panjang, pelayanan
tanpa akhir, tak terbatas, penuh tantangan besar, dan setelah
berlalu, orang dapat melipat tangannya dan beristrahat dalam
damai. Gambaran kehidupan sebagai suatu perjuangan
merupakan sesuatu yang senantiasa mempesona pikiran
manusia.1 Suatu cerita Maximus dari Tirus berkata, “Allah adalah
jenderal, hidup ini perjuangannya dan manusia adalah
tentaranya.” Seneca berkata, “Lucilius, kekasihku, bagiku hidup
adalah menjadi prajurit.” Ketika seseorang menjadi pengikut
Dewi Isis dan dikukuhkan ke dalam Rahasia yang dihubungkan
dengan nama dewi itu, maka perintah yang ditunjukan kepadanya
adalah, “Daftarkanlah dirimu menjadi prajurit suci Isis.”2

1William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Surat 1 & 2

Timotius (Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2012), 82


2Ibid

19
Bagian Kedua

Hidup ini bagaikan suatu perlombaan. Bukanlah


perlombaan lari jarak pendek melainkan perlombaan lari jarak
jauh. Karena itu, setiap pelari harus selalu waspada. Karena
“kewaspadaan abadi adalah harga suatu kemerdekaan.”3 Setiap
cobaan hidup tak berhenti mencari celah-celah baju zirah orang
Kristen. Bahaya paling umum dalam hidup ini adalah berasal dari
kejang-kejang otot yang datang tiba-tiba. Kita harus ingat bahwa
kita diutus untuk berjuang, dan hal itu berlangsung terus seumur
hidup.4
Setiap orang memiliki perjuangan tersendiri dalam
kehidupannya. Tetapi patutlah diyakini bahwa perjuangan yang
kita sedang perjuangan adalah perjuangan yang baik dan benar
sesuai dengan kehendak Tuhan Yesus dan bernilai kekekalan.

DASAR PANGGILAN PELAYANAN TIMOTIUS


Memahami dasar panggilan pelayanan Timotius, dapat
diketahui dari beberapa pokok pikiran yang terdapat di dalam
ayat 18 dan 19. Pokok pikiran tersebut di antaranya: Kepercayaan
generasi perintis kepada generasi penerus, kepercayaan bapak
rohani kepada anak rohani, dan kepercayaan kepada
penumpangan tangan dan peneguhan Firman Tuhan.

a. Kepercayaan Generasi Perintis kepada Generasi Penerus


Dalam ayat 18 dimulai dengan kalimat “tugas ini kuberikan
kepadamu”. Dalam bahasa aslinya diterjemahkan “kupercayakan
kepadamu”5 atau menurut terjemahan Bahasa Indonesia Sehari-
hari (BIS) “saya percayakan kepadamu”. Kalimat ini menegaskan
bahwa Paulus mau berkata “Aku mau mempercayakan pekerjaan
ini kepadamu”. Istilah mempercayakan dalam bahasa Yunani

3Ibid, 83
4Ibid
5R. Budiman, Surat-Surat Pastoral 1 dan II Timotius dan Titus (Jakarta:

BPK. Gunung Mulia, 1997), 14

20
Bagian Kedua

paratithemai dari kata parati. Kata paratithemi yang berarti 1) to place


beside or near or set before 1a) food, i.e. food placed on a table 1b) to set
before (one) in teaching 1c) to set forth (from one's self), to explain 2) to
place down (from one's self or for one's self) with any one 2a) to deposit 2b)
to intrust, commit to one's charge.6
Kata paratithemai yang digunakan di sini dalam arti
mempercayakan sesuatu yang berharga kepada seseorang untuk
disimpan dengan aman. Misalnya, menyimpan deposito di bank
atau mempercayakan seseorang pada pemeliharaan orang lain.
Implikasinya, bila seseorang telah diberi kepercayaan, maka ia
terpanggil untuk mempertanggungjawabkannya. Karena itu
Paulus berkata, “Timotius, ke dalam tanganmu aku menaruh
kepercayaan yang suci. Oleh karena itu ingatlah, janganlah
engkau gagal. Allah telah menaruh kepercayaan kepada kita, Ke
dalam tangan kita Ia meletakkan kehormatan dan Gereja-Nya.
Kita harus selalu mengingatnya agar tidak gagal.7
Tugas yang Timotius terima dari Paulus ini sangat penting.
Karena ini nyata dari kata “kupercayakan”. Timotius harus
melanjutkan tugas Paulus yaitu memberikan bimbingan spritual
kepada jemaat-jemaat. Untuk tugas ini dipakai kata adalah
paraggelian dalam bentuk kata benda akusatif feminim singular
common dari kata paraggelia.8 Apabila dihubungkan dengan ayat 5
maka “Tujuan nasihat itu ialah kasih yang timbul dari hati yang
suci, dari hati nurani yang murni dan dari iman yang tulus ikhlas”
dalam terjemahan BIS “Tujuan nasihat saya itu adalah supaya
orang dapat memiliki hati yang murni dan hati nurani yang suci,
serta sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan, dan dengan
demikian mereka dapat mengasihi sesamanya“, maka tugas
Timotius mempunyai arti bimbingan spritual.9 Kalimat ini
disampaikan dengan nada sangat serius oleh Paulus kepada anak

6Bible Works 7
7Barclay,
83
8Bible Works 7
9Budiman, 18

21
Bagian Kedua

rohaninya, Timotius. Dari rute perjalanan misi ke-IV Paulus


dapat diketahui alasan:
Dari data-data yang diperoleh dari surat-surat Pastoral dapat
disusun rute-rute perjalanan Paulus sesudah masa tahanan di
Roma. Paulus bersama-sama dengan Timotius berangkat dari
Roma pada tahun 62. Perjalanan ke-IV ini pertama-tama
menuju Asia Kecil. Di sana ia meninggalkam Timotius di kota
Efesus (1 Tim. 1:3), kemudian pergi ke Makedonia. Dari
Makedonia Paulus menulis 1 Timotius ke Efesus (tahun 63).
Tak lama kemudian (1 Tim. 3:14) Paulus kembali ke Asia
Kecil, bersama-sama dengan Titus, pergi ke Troas (2 Tim.
3:14; 4:13), ke Milete (2 Tim. 4:20), ke Kreta, di mana ia
meninggalkan Titus (Tit. 1:5). Dari Kreta Paulus pergi ke
Korintus (2 Tim. 4:20), ke Nikopolis (Tit. 3:12). Dari kota ini
ia menulis surat Titus di Kreta (tahun 64). Kemudian Paulus
pergi ke Roma dengan maksud untuk melaksanakan rencana
PI semula ke Spanyol, tetapi ia ditangkap dan dipenjarakan di
Roma, Dari penjara ia menulis surat 2 Timotius ke Efesus
(tahun 65). Firasat kematiannya (2 Tim.4:6) tidak digenapi
(perhatikan peluang di 2 Tim. 4:14-18) dan Paulus jadi pergi
ke Spanyol (tahun 66). Ada petunjuk kuat bahwa Paulus
meninggal dunia tak lama sesudah perjalanannya ke Spanyol.
Ini nyata dari surat 1 Clemens 5:7 “sesudah ia mengajarkan
kebenaran kepada seluruh dunia dan tiba di ujung Barat
(menurut pengertian zaman itu Spanyol), dan sesudah ia
bersaksi di muka pembesar-pembesar, ia terlepas dari dunia,
pergi ke tempat suci, menjadi teladan ketekunan yang
terbesar”. Ungkapan ini memungkinkan bahwa Paulus
dibunuh di Spanyol (tahun 66) atau segera setiba dari Spanyol
di Roma (tahun 66/67) dibawah pemerintahan kaisar Nero
(tahun 54-68).10

Berdasarkan alasan di atas, sangat jelas bahwa nada


permintaan dan perintah dari Paulus yang berhubungan dengan
“tugas” dan “kepercayaan” yang diberikan Paulus kepada
Timotius bahwa ia memperhitungkan atau memperkirakan

10Budiman, xiii

22
Bagian Kedua

kemungkinan bahwa ia tidak akan kembali ke Timur lagi. Oleh


sebab itu ia melimpahkan tugas bimbingan spritual kepada orang
kepercayaannya, Timotius. Inilah saatnya serah terima dari
generasi perintis kepada generasi penerus. Seluruh surat-surat
Pastoral memberi kesan, bahwa untuk serah terima itu Paulus
ingin memantapkan satu dan lain, terutama tradisi gereja berupa
ajaran yang benar dan dasar-dasar peraturan gereja, yang penting
bagi kelangsungan hidup gereja.
Alasan pelimpahan kepercayaan dari generasi perintis
kepada generasi penerus sangat pentinng bagi keberlangsungan
dan pengembangan pelayanan di masa yang akan datang. Seperti
generasi Paulus kepada generasi kepercayaannya, Timotius. CJ
Haak menjelaskan secara detail hal ini sebagai berikut:
Paulus dipercayakan Kristus untuk melayani Firman Allah.
Demikian juga sekarang Timotius dipercayakan Paulus untuk
meneruskan pekerjaan yang sama di tempat mana Paulus tidak
ada. Paulus mengalihkan pelayanan itu kepada Timotius. Hal
itu terjadi menurut kehendak Allah. Allah tidak mau bahwa
pelayanan Firman tergantung kepada satu atau sedikit orang
saja. Kuasa pelayanan bukan magis untuk beberapa orang
dalam pekerjaan ini. Tentu adanya jabatan dan tugas khusus
dalam jemaat, juga untuk pelayanan Firman. Tetapi pelayanan
firman tidak terbatas dan tidak terikat kepada para pejabat
khusus itu. Kalau satu penginjil meninggal ada lain yang dapat
menggantikan dia. Kerja pelayanan Firman tidak boleh kandas
apabila penginjil atau pendeta sakit, pindah atau meninggal
dunia! Pembangunan gereja dan pekabaran Injil tergantung
kepada Kristus. Ia akan mengaruniakan cukup pelayan untuk
gereja (Ef. 4:7-12).11

b. Kepercayaan Bapak Rohani kepada Anak Rohani


Dalam ayat ini, Paulus memanggil atau menyebut
Timotius, anakku. Hal ini tidak hanya melukiskan hubungan
akrab antara Timotius dengan Paulus sebagai bapak rohaninya,

11CJ. Haak, Surat Paulus Yang Pertama Kepada Timotius Suatu Bahan

Pedoman Gerejani , STM GGRI, 36

23
Bagian Kedua

melainkan juga adanya sikap percaya antara kedua orang itu.


Tidak ada orang yang begitu mendapat kepercayaan Paulus
seperti Timotius.12
Terjemahan Baru Filipi 2:20-22 mengatakan “Karena tak
ada seorang padaku, yang sehati dan sepikir dengan dia dan yang
begitu bersungguh-sungguh memperhatikan kepentinganmu;
sebab semuanya mencari kepentingannya sendiri, bukan
kepentingan Kristus Yesus. Kamu tahu bahwa kesetiaannya telah
teruji dan bahwa ia telah menolong aku dalam pelayanan Injil
sama seperti seorang anak menolong bapanya”. Dapat
dibandingkan dengan terjemahan BIS “Hanya Timotiuslah satu-
satunya orang yang sejiwa dengan saya, dan sungguh-sungguh
memikirkan kebahagiaanmu. Semua yang lainnya hanya
mengurusi kepentingan diri sendiri saja, bukan kepentingan
Yesus Kristus. Kalian sendiri sudah melihat buktinya bahwa
Timotius berguna. Ia sudah bekerja keras bersama saya untuk
penyebaran Kabar Baik dari Allah. Kami berdua seperti anak
dengan bapak saja”.
F.D. Wellèm dalam bukunya “Hidupku Bagi Kristus”
menuliskan Paulus mempunyai hubungan yang sangat mesra
dengan Timotius. Ia menyebut Timotius sebagai anaknya yang
terkasih. Timotius adalah seorang yang setia kepada Tuhan (1
Kor. 4:17) dan beriman dengan tulus (2 Tim. 1:5). Paulus tidak
pernah melupakan Timotius dalam doanya siang dan malam serta
senantiasa memberikan nasihat-nasihat kepada Timotius (1 Tim.
4:6-16; 2 Tim. 1:4, 7-18).13 Demikian pula Samuel B. Hakh
mengambarkan relasi Paulus dengan Timotius:
Sungguh pun demikian Paulus mau memakainya untuk
menjadi pelayan yang akan meneruskan tongkat estafet
pelayanan gereja di masa yang akan datang. Bagi maksud itu
Paulus menciptakan suatu hubungan yang akrab dengan
Timotius yakni hubungan sebagai bapak dan anak. Paulus

12Budiman, 14
13F.D. Wellèm, Hidupku Bagi Kristus (Jakarta: BPK. Gunung Mulia,
2005), 61-62

24
Bagian Kedua

menyapa Timotius sebagai teknoo (dalam kasus datif) artinya


anakku (1 Tim. 1:2). Sapaan ini menunjukkan suatu hubungan
kekeluargaan, suatu hubungan erat dan penuh kasih sayang
yang sering ia pakai dalam surat-suratnya (2 Tim. 1:2; Tit. 1:4;
Flm. 1:10). Paulus tidak hanya menyapa Timotius sebagai
anak, tetapi ia menambahkan kata gnésios artinya yang sah atau
yang sejati untuk memperkuat hubungan kekeluargaan itu.
Selanjutnya Paulus menambahkan ungkapan en pistei yang
berarti di dalam iman, untuk menunjukkan ciri hubungan
kekeluargaan itu sebagai hubungan dalam lingkungan rohani.
Jadi, status Timotius sebagai anak dalam relasi dengan Paulus
bukan dalam hubungan darah, melainkan dalam hubungan
iman. Sebab, Timotius telah menjadi Kristen oleh pekabaran
Injil Paulus. Hubungan kekeluargaan itu telah menempatkan
Paulus sebagai bapak. Di tempat lain Paulus menyapa Timotius
sebagai agapetoo teknoo (dalam bentuk datif) yang berarti anak
yang kekasih (2 Tim. 1:2; 1 Kor. 4:17). Sapaan itu sekali lagi
melukiskan hubungan erat yang penuh kasih sayang antara
Paulus dan Timotius. Pemakaian sapaan anak ini telah
menempatkan Paulus sebagai bapak rohani bagi orang-orang
tertentu yang setia mengikuti Paulus, maupun bagi jemaat.
Fungsi Paulus sebagai bapak rohani di sini adalah berusaha
mendewasakan mereka dalam iman melalui hubungan
kekeluargaan yang akrab penuh kasih sayang itu. Demikian
juga pengenaan sapaan itu kepada Timotius mengandung
makna bahwa dalam hubungan kekeluargaan yang erat secara
imaniah itu ia turut menciptakan kondisi agar Paulus dapat
mengkaderkan Timotius sebagai seorang pelayan masa depan
yang dewasa. Dengan demikian, Paulus secara sadar
mempersiapkan Timotius untuk menerima tongkat estafet itu
di masa depan.14

Memang Timotius penuh kasih sayang (2 Tim. 1:4), tetapi


sangat penakut (2 Tim. 1:7); ia memerlukan banyak nasihat
pribadi dari bapaknya secara iman; ia dinasihati supaya jangan

14Samuek B. Hakh, Berakar Di Dalam Dia Dan Dibangun Di atas Dia

(Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2010), 13

25
Bagian Kedua

membiarkan dirinya tergoda oleh nafsu orang muda (2 Tim.


2:22), dan supaya jangan merasa malu menyaksikan Injil (2 Tim.
1:8).15
Dengan demikian dapat diyakini bahwa tidak ada alasan
lain untuk dapat mengetahui mengapa Paulus mempercayakan
pelayanan di Efesus kepada Timotius selain dari pengenalan yang
mendalam melalui hubungan yang sangat kuat seperti bapak
rohani dengan anak rohaninya.

c. Kepercayaan Penumpangan Tangan dan Peneguhan Firman


Tuhan
Kalimat berikutnya adalah sesuai dengan apa yang
dinubuatkan tentang dirimu, supaya dikuatkan oleh nubuat ini.
Dalam bahasa aslinya kalimat ini ditambahkan kata-kata “lebih
dahulu”. Ini berarti bahwa nubuat itu telah diucapkan lebih
dahulu; ini menunjuk kepada peristiwa pelantikan Timotius. Pada
saat itu Timotius menerima karunia khusus untuk tugasnya itu,
yang disampaikan kepadanya melalui penumpangan tangan
sidang penatua dan Paulus sendiri (1 Tim. 4:14; 2 Tim. 1:6).16
Beberapa ayat yang berhubungan ini dapat disebutkan:
1) Dalam Kisah Para Rasul 16:1-3, berbunyi demikian
“Paulus datang juga ke Derbe dan ke Listra. Di situ ada
seorang murid bernama Timotius; ibunya adalah
seorang Yahudi dan telah menjadi percaya, sedangkan
ayahnya seorang Yunani. Timotius ini dikenal baik oleh
saudara-saudara di Listra dan di Ikonium, dan Paulus
mau, supaya dia menyertainya dalam perjalanan. Paulus
menyuruh menyunatkan dia karena orang-orang

15Guthrie,
Dalam The Pastoral Epistles, 479
16DonaldGuthrie, The Pastoral Epistles, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini
(Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 2004), 479

26
Bagian Kedua

Yahudi di daerah itu, sebab setiap orang tahu bahwa


bapanya adalah orang Yunani.
2) Dalam 1 Timotius 4:14, berbunyi demikian “Jangan lalai
dalam mempergunakan karunia yang ada padamu, yang
telah diberikan kepadamu oleh nubuat dan dengan
penumpangan tangan sidang penatua”.
3) Dalam 1 Timotius 6:12 berbunyi demikian
“Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar
dan rebutlah hidup yang kekal. Untuk itulah engkau
telah dipanggil dan telah engkau ikrarkan ikrar yang
benar di depan banyak saksi.
4) Dalam 2 Timotius 1:6 berbunyi demikian “Tuhan
kiranya mengaruniakan rahmat-Nya kepada keluarga
Onesiforus yang telah berulang-ulang menyegarkan
hatiku. Ia tidak malu menjumpai aku di dalam penjara”.

Pada saat Timotius ditumpangi tangan, nubuat-nubuat


diucapkan tentang dirinya dan suatu karunia ilahi diberikan
kepadanya. Kita tidak tahu apa yang menjadi isi nubuat-nubuat
itu, tetapi itu pasti ada hubungan dengan tugas dan tanggung
jawab yang dilimpahkan kepadanya.17 CJ. Haak mengatakan
bahwa Timotius harus bekerja sesuai dengan apa yang telah
dinubuatkan tentang dirinya. Dimana Paulus mengingat akan
waktu Timotius diteguhkan. Dalam 2 Timotius 1: 6 menulis
bahwa Timotius dapat karunia istimewa yang harus
digunakannya. Kemungkinan bahwa panggilan dan peneguhan
terjadi berdasarkan nubuat khusus oleh Roh Kudus. Pasti
karunianya menjadi tanda khusus hingga Timotius dapat

17Budiman, 14-15

27
Bagian Kedua

ditugaskan sebagai penginjil, penolong dan sekarang sebagai


pengganti Paulus.18
Dalam sejarah perkabaran Injil dan penanaman gereja-
gereja baru, kita banyak mendengar keluhan dan bahwa mereka
yang diutus tidak sanggup menjalankan tugas, tidak kuat
menghadapi berbagai macam cobaan, ujian dan kesulitan hidup.
Sehingga seringkali para pelayan menjadi kecewa, frustasi, tidak
melayani, dan meninggalkan pelayanannya. CJ. Haak
mengatakan:
Tetapi kerja pelayanan Firman Allah berat. Banyak kali
penginjil kecewa, biar berjerih payah, biar berusaha,
namun orang menolak. Pekabaran Injil rupanya tidak
berhasil. Timotius juga mengalami kekecewaan dan
kesulitan banyak. Paulus menghibur dia. Paulus tidak
berkata: Oh, ringan saja! Bukan. Penginjilan adalah
perjuangan, peperangan yang hebat. Pikir ringankah
melawan Iblis dan kerajaannya? Iblis ingin menyamakan
Injil dengan dongeng kafir dan adat istiadat secara paling
licik. Bahaya sinkritisme selalu mengancam gereja dan
pengkhotbah. Juga cukup berat menjadikan hati batu
menjadikan hati yang percaya. Hal itu hanya dapat
dikerjakan Roh Kudus.19

Sebagai orang terpanggil, terpilih dan diurapi khusus


untuk pelayanan di Efesus, Timotius harus kuat dan tidak boleh
dikalahkan oleh kekecewaan. Timotius tidak boleh menjadi ciut
dan tawar hati. CJ. Haak menuliskan “janganlah Timotius
dikalahkan oleh kekecewaan (2 Tim. 1:6 “Karena itulah
kuperingatkan engkau untuk mengobarkan karunia Allah yang

18Haak, 37
19Haak, 36-37

28
Bagian Kedua

ada padamu oleh penumpangan tanganku atasmu”). Orang kafir


pasti akan lawan. Tetapi juga ada halangan dari tengah-tengah
jemaat sendiri. Di situpun adanya dosa. Dan orang Kristen juga
tidak suka dengar nasihat dan mereka melawan penggunaan
siasat. Waktu penginjil masuk rumah anggota melalui pintu
depan, maka anggota itu meloloskan dirinya melalui pintu
belakang. Mereka menolak, bahkan kadang-kadang mengancam
penginjil. Namun penginjil dipanggil untuk mengasihi mereka,
berdoa untuk mereka, berusaha demi keselamatan mereka” (Kis.
20:26-35).20
Tetapi Timotius harus ingat bahwa ia bukanlah orang
sembarangan yang dinubuatkan oleh nabi palsu, ia bukanlah salah
dipilih oleh bapak rohaninya, Paulus. Timotius harus yakin
bahwa ia ditetapkan menjadi pelayan karena anugerah dan
panggilan Allah, nubuat dari Roh Kudus, dipercayakan Paulus,
dan ditumpang tangan. Sebagai orangtua rohaninya Paulus
menguatkan dan mengajak Timotius untuk bertahan dalam iman.
Paulus berkata kepadanya “engkau adalah orang yang telah
dipilih dan tidak dapat menolak tugas itu”.21 Selanjutnya ia
berkata “kamu telah dipilih karena itu janganlah mengecewakan
Allah dan manusia”. Tuhan telah memilih setiap orang dan
apabila kita dipanggil untuk suatu pekerjaan bagi-Nya, janganlah
kita berani menolaknya.22
Paulus menasihati Timotius agar tetap memiliki
pengharapan akan kehidupan yang kekal walaupun hidup di
dunia dan menderita dalam pelayanan sama seperti umat Kristen
lainnya. Tulisan Ira C sangat menguatkan bahwa mereka sadar
bahwa mereka hidup di dalam daging, tetapi tidak hidup menurut

20Ibid
21Barclay, 79
22Ibid, 81

29
Bagian Kedua

daging. Mereka hidup di bumi, namun kewarganegaraan mereka


ada di surga. Mereka taat pada hukum yang berlaku, dan mereka
memenuhi tuntutan hukum itu dalam hidupanya bahkan
melebihinya. Mereka mengasihi setiap orang, namun mereka
dimuliakan dalam kehinaan mereka. Mereka difitnah, namun
mereka dibenarkan Tuhan. Mereka dimaki, namun mereka
memberkati. Mereka diejek, namun mereka menghormati.
Mereka melakukan hal yang baik, namun menderita sebagai
orang yang melakukan kejahatan. Dalam penghukuman mereka
bersukacita, sebab mereka telah dihidupkan. Mereka diperangi
bagaikan orang asing oleh orang-orang Yahudi dan siksaan
ditimpakan atas mereka oleh orang-orang Yunani. Namun
demikian, orang-orang yang memusuhi mereka tidak mempunyai
alasan mengapa memulai permusuhan itu.23
Dalam nasihatnya, Paulus berkali-kali menguatkan
Timotius dengan namanya. Barclay mengatakan seolah-olah
Paulus mau berkata bahwa bilamana Timotius menghadapi
cobaan, ujian, dan kesulitan dalam pelayanan. Ingatlah arti
namamu dan jadilah seperti yang diungkapkan dalam namamu
“Timotius” aslinya Timótheos, artinya "memuliakan Tuhan"24
merupakan gabungan dari dua kata Yunani time, yang berarti
“kehormatan” dan theos artinya Allah, sehingga dapat diartikan
“kehormatan bagi Allah” atau “kemuliaan bagi Tuhan” dan atau
“kebanggaan bagi Tuhan”. Jika kita disebut dengan nama
“Kristen”, kawanan domba milik Kristus, maka kita harus benar-
benar sesuai dengan nama itu.25

23Ira C, Semakin Dibabat Semakin Merambat (Jakarta: BPK. Gunung


Mulia, 2001), 6
24http://id.wikipedia.org/wiki/Timotius . Nama Timotius arti

aslinya adalah kemuliaan (kebanggaan, kehormatan Tuhan)


25Barclay, 81

30
Bagian Kedua

PELAYANAN YANG HARUS DIPERJUANGKAN BAIK


OLEH TIMOTIUS
Timotius diutus dan ditugaskan sebagai prajurit atau
tentara Kristus untuk memperjuangkan (suatu) perjuangan yang
baik. Bahkan Paulus memintanya untuk rela dan ikhlas
memperjuangkan perjuangan yang baik tersebut. Dalam bahasa
aslinya (Yunani) dituliskan hina strateun en autais ten kalen strateian
dapat diartikan berperang peperangan yang baik.26 Dalam
terjemahan FAYH, berbunyi “Timotius, Anakku, inilah
perintahku kepadamu: berjuanglah dengan sungguh-sungguh dalam
perang Tuhan, sebagaimana telah diperintahkan oleh Tuhan
melalui para nabi-Nya”.
Paulus sendiri suka menggunakan istilah-istilah dalam
dunia ketentaraan atau kemiliteran (bnd. 1 Kor. 9:7; 2 Kor. 10:3,
4; 2 Tim. 2:3,4) dan mengenakan istilah-istilah tersebut pada
dirinya sendiri (1 Tim. 6:12; 2 Tim. 4:7). Kata |strateun atau
strateuomai berarti: 1) to make a military expedition, to lead soldiers to
war or to battle, (spoken of a commander), 2) to do military duty, be on
active service, be a soldier 3) to fight.27 Istilah tersebut dari kata strateuo
yang berarti to make war, hence to serve as a soldier dari kata dasar
aslinya stratos dapat berarti an encamped army, fight, serves as a soldier,
soldier in active service, soldiers, wage war, war.28
Dari penggunaan istilah tersebut nampak bahwa Paulus
menasehati Timotius untuk mengerti bahwa tugas yang ia emban
adalah tugas yang sangat berat layaknya ia sedang diutus pergi
berperang dan dalam peperangan tersebut hendaknya Timotius
tampil sebagai seorang tentara atau prajurit sejati, prajurit hebat
atau gagah perkasa. Oleh karena itu untuk peperangan ini,
Timotius muda harus menjadi ksatria (Knighthood) atau seorang

26Budiman, 15
27Bible Works 7
28Ibid

31
Bagian Kedua

ksatria Kristen sejati (a good Christian Knight). Sebagai bapak atau


guru rohani bagi Timotius, Paulus menasihati dan mendesak
Timotius untuk berdiri tegak “jadilah kuat atau jadilah perkasa di
dalam Kristus Yesus” (2 Tim. 2:1) dalam bahasa aslinya en dunamo
en te charity en Christo Iesou. Frasa ini bukan hanya mengandung
pemikiran menyangkut keadaan diri Timotius yang masih muda
dan memiliki pembawaan penakut, pemalu dan kurang percaya
pada diri sendiri. Paulus hendak berkata kepadanya, “Jangan
pedulikan apa yang dipikirkan atau dikatakan atau diperbuat
orang lain. Jangan juga peduli kepada kelemahanmu atau sifatmu
yang pemalu. Tetapi engkau, jadilah perkasa!”.29
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, Paulus dalam 2
Timotius 2:3-4 menyebut Timotius sebagai seorang prajurit
Kristus yang baik, “Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit
yang baik dari Kristus Yesus. Seorang prajurit yang sedang
berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal
penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada
komandannya”. Dalam terjemahan BIS berbunyi “Engkau harus
turut menderita sebagai prajurit Kristus Yesus yang setia. Seorang
prajurit yang sedang tugas, tidak akan menyibukkan dirinya
dengan urusan-urusannya sendiri, sebab ia ingin menyenangkan
hati panglimanya”.
Istilah prajurit Yesus Kristus, stratiotes Iesou Christo yang
setia. Paulus sering menggunakan kiasan kemiliteran dalam setiap
pengajaran atau khotbah atau surat-suratnya (2 Kor. 10:3-5; Ef.
6;10-17; Flm. 2). Kadang dalam konteks perjuangan melawan
musuh-musuh Injil (1 Tim. 1:18).30 Tetapi dalam teks kita, lebih
ditekankan pada karakter seorang pelayan atau pekerja Kristus

29Jhon R.W. Stott, Pemahaman dan Penerapan Amanat Alkitab Masa

Kini, II Timotius (Jakarta: YKBK/OMF, t.th), 51


30Ibid, 18

32
Bagian Kedua

yang disarikan dari karakter seorang prajurit Romawi. Ternyata


pengalaman Paulus di penjara memberikan banyak peluang
untuk melihat dan mengamati prajurit Romawi yang selalu siap
sedia (stand by) mengawasi para tahanan di dalam penjara dan
merenungkan tentang persamaan antara prajurit dan orang
Kristen terutama pelayan atau pekerja Kristus.31 Sudah pasti yang
dimaksudkan Paulus adalah bukan kisah peperangan melawan
kerajaan-kerajaan dan kuasa-kuasa dalam mana prajurit-prajurit
Kristen itu terlibat, perlengkapan yang harus dikenakan dan
senjata-senjata yang harus digunakan melainkan yang
dimaksudkan disini adalah “prajurit-prajurit yang baik dari
Kristus Yesus adalah karena ia seorang yang setia yang
membuktikan kesetiaannya dalam kerelaannya, baik untuk
menderita maupun untuk mengkonsentrasikan atau
memfokuskan dirinya pada pekerjaan yang diberikan
kepadanya.32
Prajurit dalam tugas aktifnya tidak mengharapkan atau
menginginkan suatu masa yang aman atau santai. Kesukaran dan
penderitaan adalah baginya suatu yang otomatis dan termasuk
paket dari keprajuritan. Tertulianus menulis dalam Address to
Martyrs, ”Tidak ada prajurit yang pergi berperang dengan
dikelilingi kemewahan, atau berangkat menuju medan tempur
dari tempat tidur yang empuk, melainkan dari tempat yang
darurat atau tenda yang sempit, dengan segala kesengsaraan,
kesusahan, ketidakenakan yang kita jumpai di dalamnya”. Konon
pada masa peperangan dunia II orang sering saling menyapa
dengan senyum getir, “yah, apa boleh buat, kita dalam keadaan
perang” demikian halnya pada masa-masa perebutan

31Stott, 55
32Ibid, 55

33
Bagian Kedua

kemerdekaan negara Republik Indonesia. Beberapa pemimpin


atau panglima perang, seperti Jendral Sudirman harus berpindah-
pindah dari satu tempat ke tempat yang lain sambil ditandu oleh
prajuritnya untuk melakukan perlawanan, suatu masa dan
keadaan yang sangat sulit.
Seorang prajurit harus memiliki mental siap siaga dan selalu
memusatkan perhatian pada tugasnya dan tidak pernah sedetik
pun lengah, mengantuk, apalagi tertidur. Ia harus mampu
melawan rasa ngantuk, capek, lelah, lapar, dan lain sebagainya. Ia
harus mampu menahan diri dari sikap santai, tenang-tenang, dan
kemalasan. Ia harus siap sedia mendengar dan menjalankan
instruksi komandannya untuk maju menghadapi musuh walau
nyawah taruhannya. EK. Simson mengatakan, “Disiplin militer
memberikan gambaran yang mengesankan tentang arti
keihklasan”.33 Samuel B. Hakh mengatakan bagian ini ditekankan
pada kedisiplinan seorang prajurit. Seorang prajurit tidak akan
memusingkan dirinya dengan hal-hal yang akan menghalanginya
pengabdiannya mengikuti pemimpinnya (komandannya).34
Timotius ditugaskan untuk memperjuangkan suatu
perjuangan yang baik. Istilah baik dalam bahasa Yunani kalen
dalam bentuk adjective normal accusative feminine singular dari kata
kalos yang berarti beautiful, good, better, excellent, fine.35 Kata kalos
sangat disukai oleh Paulus dalam surat-surat pastoralnya. Kata ini
tidak hanya berarti sesuatu yang baik dan kuat, melainkan juga
sesuatu yang menawan dan indah.36 Artinya bahwa panggilan
pelayanan yang diperjuangkan Timotius itu adalah sesuatu
menarik hati, menawan jiwa, menimbulkan cinta yang membara

33Ibid,56
34Hakh, 18.
35Bible Works 7
36Barclay, 83

34
Bagian Kedua

di hati. Maka tepatlah kalimat cinta akan rumah-Mu


menghanguskan aku. Jadi melayani dan menjadi prajurit Kristus
bukanlah paksaan dan tekanan melainkan sukarela dan sukacita.
Barclay mengatakan prajurit Kristus bukanlah prajurit paksaan
yang melayani dengan bengis dan menggerutu. Ia adalah
sukarelawan yang melayani dengan keteguhan seorang ksatria. Ia
bukan budak tugas, melainkan pelayan kesukacitaan.37
Selanjutnya apakah peperangan perjuangan yang baik itu,
apakah yang harus diperjuangkan dengan baik oleh Timotius
serta tidak boleh ada kelalaian di dalamnya? PJ. Gloag
menyebutkan paling tidak ada tiga peperangan yang baik itu yaitu
bukan peperangan percintaan (romance) tetapi peperangan atas
segala tipu muslihat dosa, suatu peperangan di dalam
Juruselamat, Yesus Kristus dengan Injil-Nya, dan suatu
peperangan yang menjanjikan kesuksesan dan kebahagiaan
kehidupan baik di dunia maupun di kekekalan.38 Donald Guthrie
menghubungkan perjuangan yang baik itu dengan tugas yang
diberikan oleh Paulus kepada Timotius, bahwa setelah Paulus
meninggalkan Timotius di Efesus (1 Tim. 1:3), ia menugasinya
menghadapi guru-guru bidat, mengawasi ibadah umum dan
menetapkan pejabat-pejabat gereja.39 Sehubungan dengan hal ini
Mattew Henry memberi penjelasan:
1. The ministry is a warfare, it is a good warfare against sin and
Satan: and under the banner of the Lord Jesus, who is the
Captain of our salvation (Ibr. 2:10), and in his cause, and
against his enemies, ministers are in a particular manner

37Ibid
38PJ. Gloag, The Pulpit Commentary Vol. 21: 1 & 2 Tesalonika, 1 & 2

Timotius, Titus, Hebrew, James (Mussachusetts: Hendrickson Publisher, 1961),


31
39Guthrie, The Pastoral Epsitles, 479

35
Bagian Kedua

engaged. 2. Ministers must war this good warfare, must


execute their office diligently and courageously,
notwithstanding oppositions and discouragements. 3. The
prophecies which went before concerning Timothy are here
mentioned as a motive to stir him up to a vigorous and
conscientious discharge of his duty; so the good hopes that
others have entertained concerning us should excite us to our
duty: That thou by them mightest war a good warfare. 4. We must
hold both faith and a good conscience: Holding faith and a good
conscience, (ayat 19). Those that put away a good conscience will
soon make shipwreck of faith. Let us live up to the directions
of a renewed enlightened conscience, and keep conscience
void of offence (Kis. 24:16), a conscience not debauched by
any vice or sin, and this will be a means of preserving us sound
in the faith; we must look to the one as well a the other, for
the mystery of the faith must be held in a pure conscience (1
Tim. 3:9).40

Demikian pula Samuel B. Hakh menghubungkan


memperjuangkan perjuangan baik dengan kewajiban Timotius
sebagai penerima tongkat estafet pelayanan gereja di Efesus dari
Paulus yaitu suatu perjuangan memberitakan firman, menderita
karena Injil, dan memelihara Injil.41 Sehubungan dengan tugas
dan tanggung jawab Timotius serta keadaan jemaat di Efesus,
maka dapat disimpulkan bahwa peperangan atau perjuangan yang
harus diperjuangkan baik oleh Timotius adalah memberitakan
Injil Yesus Kristus, mempertahankan ajaran yang benar dan
melawan penyesatan, menderita untuk Injil, menguatkan dan
menasihati anggota jemaat, menolong orang lemah yang tak

40Bible Works 7
41Hakh, 16-21

36
Bagian Kedua

berdaya, melawan dosa, melawan Iblis, dan memberikan


keteladanan.

a. Memberitakan Firman Injil Yesus Kristus


Tugas memberitakan firman adalah tugas yang Paulus
lakukan sesudah ia dipanggil menjadi rasul di antara orang-orang
kafir (Gal. 2:7; 2 Tim. 1:11). Paulus pernah tinggal selama tiga
tahun untuk memberitakan Injil dan melayani di Efesus.42 Tugas
yang sama ia wajibkan kepada Timotius untuk meneruskannya
dalam pelayanan di jemaat Efesus. Tugas sebagai pemberita
adalah memproklamasikan inti sari Injil yakni Yesus Kristus yang
telah mati dan bangkit. Paulus secara tegas mendesak Timotius
untuk memberitakan Injil itu.43 Dalam 2 Timotius 4:2 dengan
tegas dikatakan “Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau
tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegurlah dan
nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran”. Perkataan
beritakanlah keruxon ton logon merupakan kalimat imperatif yang
ditujukan kepada Timotius. Kalimat itu mengandung makna
bahwa apa yang Paulus katakan dalam ayat itu adalah suatu
amanat yang berkaitan dengan dengan pemberitaan firman.
Amanat ini Paulus sampaikan kepada Timotius untuk dilakukan.
Ia harus memberitakan atau memproglamasikan dengan suara
yang keras supaya semua orang mendengarnya. Yang Paulus
maksudkan dengan firman di sini adalah Firman Allah atau
Firman Kebenaran (2 Tim. 2:9, 15).44

b. Mempertahankan ajaran yang benar dari para penyesat

42Tulluan,167
43Ibid,
16
44Hakh, 17

37
Bagian Kedua

Tugas yang diemban oleh Timotius dalam pelayanannya di


Efesus begitu berat. Timotius harus berdiri tegak memberitakan
Injil Kristus, Firman Kebenaran. Dalam pemberitaan firman,
Timpotius harus berani mempertahankan ajaran yang benar,
menegur, menyatakan kesalahan dan menasihati jemaat. Dalam
tugas memberitakan Firman Kebenaran itu Timotius akan
berhadapan dengan ajaran yang sesat, karena itu Timotius harus
berani mengungkapkan kesalahan mereka itu. Tentang
penyesatan guru-guru palsu yang membahayakan kehidupan
jemaat-jemaat yang pernahg dilayani Paulus, Jhon Drane
menuliskan:
Banyak surat Paulus ditulis sebagai tanggapan terhadap
ancaman-ancaman yang datang dari berbagai lawan: Para
pengajar kekristenan yang bercorak Yahudi di Galatia, para
asketik di Kolose dan para Gnostik Yahudi di Korintus.
Timotius dan Titius menghadapi masalah-masalah yang sama,
dan sedang di bawah tekanan supaya meninggalkan berita Injil
seperti yang diberitakan Paulus kepada mereka.45

Ajaran palsu yang berkembang pada saat itu sangat


membahayakan kehidupan iman jemaat di Efesus dan jemaat-
jemaat lainnya seperti di Jemaat Kreta terdiri dari berbagai unsur.
Hukum Taurat pasti merupakan salah satu unsur sebab beberapa
perusuh dikenal sebagai “orang yang hidup tidak tertib, terutama
di antara mereka yang berpegang pada hukum sunat. Dengan
omongan yang sia-sia mereka menyesatkan pikiran. Dalam Titus
1:10-11, Paulus menggambarkan hal ini “Karena sudah banyak
orang hidup tidak tertib, terutama di antara mereka yang
berpegang pada hukum sunat. Dengan omongan yang sia-sia

45John Drane, Memahami Perjanjian Lama (Jakarta: BPK. Gunung

Mulia, 2009), 394

38
Bagian Kedua

mereka menyesatkan pikiran. Orang-orang semacam itu harus


ditutup mulutnya, karena mereka mengacau banyak keluarga
dengan mengajarkan yang tidak-tidak untuk mendapat untung
yang memalukan”. Rupannya orang-orang tersebut memakai
Perjanjian Lama bagi kepentingan mereka sendiri. Itulah
sebabnya, Timotius diingatkan, “hukum Taurat itu baik kalau
tepat digunakan” (1 Tim. 1:8). Pandangan-pandangannya yang
berkembang saat itu di jemaat Efesus adalah khususnya berkisar
tentang hubungan seksual dan soal makanan. Ada yang
mengatakan bahwa penerangan rohani sejati hanya dapat melalui
kehidupan asketik di mana keberadaan badani material sedapat
mungkin disangkal. Tetapi Timotius diajak supaya mengingat,
“semua yang diciptakan Allah itu baik dan suatupun tidak ada
yang haram (1 Tim. 4:4).46
Penyesatan dari unsur lain adalah sebagai orang di dalam
anggota jemaat di Efesus lebih condong mengikuti suatu bentuk
Gnostisisme Yahudi yang disebut tentang “omongan yang
kosong dan yang tidak suci dan pertentangan-pertentangan yang
berasal dari apa yang disebut pengetahuan (gnosis, 1 Tim. 6:20).
Sama seperti para Gnostik abad kedua, mereka menyangkal
bahwa dunia ini benar-benar dunia Allah – sehingga semakin
cepat mereka dapat lolos dari dunia, semakin baik keberadaan
hidupnya. Kenyataan bahwa lawan-lawan Timotius bertengkar
tentang “dongeng dan silsilah yang tiada putus-putusnya, yang
hanya menghasilkan persoalan belaka dan telah sesat dalam
omongan yang sia-sia (1 Tim. 1:4-6). Tentu ada banyak cara
untuk meremehkan keberadaan jasmaniah. Asketisisme bukanlah
satu-satunya pilihan: Kelonggaran moral secara ekstrim
merupakan cara yang lain, jadi “secara lahiriah mereka

46Ibid, 395

39
Bagian Kedua

menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakikatnya mereka


memungkiri kekuatannya (2 Tim. 3:5). Bagi Paulus, Injil Kristus
selalu menyangkut perubahan gaya hidup, dan bukan bagaimana
membangkitkan perdebatan. 47
Sebagai tanggapan terhadap semua penyesatan tersebut,
Paulus mengajak Timotius dan Titus agar menggelorakan
kembali unsur-unsur yang hakiki dari iman Kristen. Mereka harus
menolak gagasan bahwa Allah tidak mempedulikan dunia,
tempat kita hidup ini (seperti yang dikembangkan oleh para nabi
palsu). Kenyataannya bahwa Yesus sendiri merupakan manusia
sejati maupun Allah sejati merupakan bantahan yang yang paling
jitu atas pandangan mereka (1 Tim. 3:14-16). Yesus tidak hanya
datang ke dunia ini untuk menyatakan kasih Allah, tetapi Ia
terlibat secara pribadi dengan orang-orang berdosa. Sebab itu
makna hakiki keselamatan tidak akan ditemukan dalam spekulasi
filsafat, melainkan dalam penerimaan dengan rendah hati akan
kasih dan kemurahan Allah seperti yang diperlihatkan dalam
kehidupan, kematian, dan kebangkitan Kristus (1 Tim. 1:15-17).
Mereka yang memiliki keyakinan-keyakinan teologis yang benar
akan menunjukkan dengan cara hidupnya – tidak digerakkan oleh
uang melainkan oleh “perkataan sehat, yakni perkataan Tuhan
kita Yesus Kristus (1 Tim. l6:3-10).48 Paulus menegaskan bahwa
keselamatan yang daripada Allah hanya dapat dinikmati melalui
percaya kepada Kristus. Hidup yang kekal adalah akibat dari
percaya kepada Kristus (1 Tim. 1:16; 2 Tim. 1:9; Tit. 3:5). 49
Selanjutnya Olla Tulluan mengatakan, “dalam bagian
pertama Paulus memberikan nasihat tentang ajaran-ajaran yang
sesat. Sebaiknya Timotius tidak menghadapi orang-orang yang

47Ibid
48Ibid, 395-396
49Tulluan, 227

40
Bagian Kedua

tersesat dengan akal budinya atau diskusi-diskusi yang panjang


lebar, melainkan dengan memberitakan Injil Kristus seperti
Paulus sendiri pernah mengajar kepadanya (1 Tim. 1:3-20).
Nasihat ini tidak hanya berdasarkan teori saja, melainkan
pengalaman pribadi Paulus dari kasih karunia Allah”.50 Kesaksian
Paulus dalam 1 Timotius 1:12-17 tentu sangat indah sekali,
demikian:
(12) Aku bersyukur kepada Dia, yang menguatkan aku, yaitu
Kristus Yesus, Tuhan kita, karena Ia menganggap aku setia
dan mempercayakan pelayanan ini kepadaku (13) aku yang
tadinya seorang penghujat dan seorang penganiaya dan
seorang ganas, tetapi aku telah dikasihani-Nya, karena
semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar
iman. (14) Malah kasih karunia Tuhan kita itu telah
dikaruniakan dengan limpahnya kepadaku dengan iman dan
kasih dalam Kristus Yesus. (15) Perkataan ini benar dan patut
diterima sepenuhnya: "Kristus Yesus datang ke dunia untuk
menyelamatkan orang berdosa," dan di antara mereka akulah
yang paling berdosa. (16) Tetapi justru karena itu aku
dikasihani, agar dalam diriku ini, sebagai orang yang paling
berdosa, Yesus Kristus menunjukkan seluruh kesabaran-Nya.
Dengan demikian aku menjadi contoh bagi mereka yang
kemudian percaya kepada-Nya dan mendapat hidup yang
kekal. (17) Hormat dan kemuliaan sampai selama-lamanya
bagi Raja segala zaman, Allah yang kekal, yang tak nampak,
yang esa! Amin.

c. Menderita untuk Injil Kristus


Tugas memberitakan Injil dan melawan penyesatan adalah
tugas yang mulia, tetapi penuh resiko. Paulus sendiri telah
mengalami banyak penderitaan dalam perjalanan pekabaran Injil-
Nya. Ia pernah dilempari dengan batu ( Kis. 14:19), masuk keluar
penjara (Kis. 16:24), ia diadili (Kis. 22:30-23:11, 24-26). Tentang

50Tulluan, 225

41
Bagian Kedua

hal ini, Paulus menuliskannya dalam 2 Korintus 11:23-33,


demikian:
(23) Apakah mereka pelayan Kristus? -- aku berkata seperti
orang gila -- aku lebih lagi! Aku lebih banyak berjerih lelah;
lebih sering di dalam penjara; didera di luar batas; kerap kali
dalam bahaya maut. (24) Lima kali aku disesah orang Yahudi,
setiap kali empat puluh kurang satu pukulan, (25) tiga kali aku
didera, satu kali aku dilempari dengan batu, tiga kali mengalami
karam kapal, sehari semalam aku terkatung-katung di tengah
laut. (26) Dalam perjalananku aku sering diancam bahaya
banjir dan bahaya penyamun, bahaya dari pihak orang-orang
Yahudi dan dari pihak orang-orang bukan Yahudi; bahaya di
kota, bahaya di padang gurun, bahaya di tengah laut, dan
bahaya dari pihak saudara-saudara palsu. (27) Aku banyak
berjerih lelah dan bekerja berat; kerap kali aku tidak tidur; aku
lapar dan dahaga; kerap kali aku berpuasa, kedinginan dan
tanpa pakaian, (28) dan, dengan tidak menyebut banyak hal
lain lagi, urusanku sehari-hari, yaitu untuk memelihara semua
jemaat-jemaat. (29) Jika ada orang merasa lemah, tidakkah aku
turut merasa lemah? Jika ada orang tersandung, tidakkah
hatiku hancur oleh dukacita? (30) Jika aku harus bermegah,
maka aku akan bermegah atas kelemahanku. (31) Allah, yaitu
Bapa dari Yesus, Tuhan kita, yang terpuji sampai selama-
lamanya, tahu, bahwa aku tidak berdusta. (32) Di Damsyik wali
negeri raja Aretas menyuruh mengawal kota orang-orang
Damsyik untuk menangkap aku. (33) Tetapi dalam sebuah
keranjang aku diturunkan dari sebuah tingkap ke luar tembok
kota dan dengan demikian aku terluput dari tangannya.

Namun, semua penderitaan itu tidak mengendurkan


semangat Paulus dan tidak membuat ia malu untuk
memberitakan Injil (Bnd. Rm. 1:16). Sebaliknya ia semakin berani
dan rela menderita demi Injil. Berdasarkan pengalaman itu,
Paulus juga meminta kepada Timotius untuk rela menderita demi
Injil. Paulus menyadari bahwa tugas pemberitaan Injil di masa
depan semakin berat. Oleh sebab itu, ia menginginkan suatu

42
Bagian Kedua

komitmen dari Timotius sebagai penerusnya agar rela menderita


karena Injil. Ia (Timotius) tidak perlu malu. Alasan Paulus
membangun keyakinan seperti itu adalah: Pertama, Allah yang ia
percayai itu berkuasa atas segala sesuatu, “Aku tahu kepada sia
aku percaya...”. Ungkapan ini menunjuk kepada Allah yang
mahakuasa itu yang memberikan jaminan masa depan bagi
Paulus. Karena itu, ia tidak takut dan malu. Kedua, ia yakin bahwa
Allah yang ia percayai itu berkuasa memelihara apa yang telah
dipercayakannya kepada Paulus (1 Tim. 1:12). Paulus percaya
bahwa Allah sanggup memelihara atau melindungi Injil yang Ia
percayakan kepada Paulus.51 Dengan mengangkat contoh pribadi
ini, Paulus mendorong Timotius untuk menderita demi Injil.
Perhatian Paulus di sini tidak hanya tertuju pada ketaatan atau
kesetiaan Timotius, tetapi juga menjamin bahwa Allah akan tetap
memelihara dan melindungi Timotius dalam penderitaan sebagai
pelayan.52

d. Menguatkan dan menasihati anggota jemaat yang lemah dan tak


berdaya
Bermacam-macam latar belakang orang-orang yang tinggal
di Kota Efesus. Demikian pula Jemaat yang dilayani Timotius di
Efesus dari berbagai latar belakang keadaan kehidupan. Ada yang
kaya dan terpelajar, ada pula yang miskin dan buta huruf, ada
orang Yunani, orang Romawi, orang Yahudi, dan penduduk asli
Efesus Anatolia dan Ionia. Di Kota Efesus banyak orang Yahudi
yang menikmati kedudukan khas pada zaman kerajaan
Romawi mula-mula.53 Namun demikian dalam jemaat terdapat
banyak juga saudara-saudara seiman yang kehidupannya

51Hakh, 17
52Ibid
53Dyulius Thomas Bilo, Skripsi: Kompetensi Para Pemimpin Jemaat

Dalam Memperlengkapi Orang-orang Kudus (Jakarta: STT SETIA, 2003), 12

43
Bagian Kedua

diliputi berbagai permasalahan. Itulah sebabnya dalam 1


Timotius 5:1-2, Paulus menasihati Timotius, “Janganlah
engkau keras terhadap orang yang tua, melainkan tegorlah dia
sebagai bapa. Tegorlah orang-orang muda sebagai saudaramu,
perempuan-perempuan tua sebagai ibu dan perempuan-
perempuan muda sebagai adikmu dengan penuh kemurnian”.
Alkitab mengajar untuk menolong dan memelihara orang
berkekurangan, yang lemah, yang tua, yang sakit, dan lain-lain.
Tidak boleh pikir dulu apakah orang itu akan membalas atau
tidak. Sebab Kristus sendiri telah membuktikan belas kasihan
kepada kita semua dalam kematian-Nya. Sekarang Ia minta
supaya kita juga membuktikan belas kasihan kepada orang lain,
terutama di dalam jemaat. Khusus janda-janda dan anak-anak
yatim piatu harus diperhatikan.54 Istilah Yunani untuk janda, yaitu
“khera” berarti telah kehilangan atau dirampas sesuatu. Maka
yang benar-benar janda adalah perempuan, yang benar ada dalam
keadaan membutuhkan karena kehilangan seorang penopang.
Yang tidak dalam keadaan membutuhkan, tidak perlu ditolong (1
Tim. 5:4).55
Menurut Paulus, janda yang perlu ditolong adalah janda
yang tidak ada sanak saudaranya lagi yang dapat memeliharanya
(yang ditinggalkan seorang diri). Ia hanya bergantung pada Allah
(menaruh harapannya kepada Allah). Ketergantungannya ini juga
nampak dalam ketekunannya berdoa kepada Allah. Hormatilah
janda-janda itu berarti bukan saja dengan mulut dan perkataan,
tetapi juga dengan pertolongan, makanan, perumahan, dan apa
saja. Sehingga mereka merasa terangkat dalam persekutuan dan
tidak dibuang seperti ibu-ibu tua di dalam lingkungan kafir
sebelum menjadi Kristen.56
Orang-orang seperti ini bahkan termasuk anggota jemaat
yang lainnya yang hidup dalam kesusahan apapun patut diberi
perhatian dan pelayanan khusus oleh Timotius.

54Haak, 120
55Budiman, 46
56Haak, 120

44
Bagian Kedua

e. Melawan Kuasa Dosa


Perjuangan pelayanan Timotius, hendaknya tidak hanya
menyentuh pelayanan hal-hal yang lahiriah saja melainkan juga
menyentuh seluruh aspek kehidupan dari anggota jemaat yang
dilayaninya di Efesus, terutama masalah dosa-dosa anggota
jemaat. Paulus menasihati Timotius, agar tidak segan-segan
menegor orang sudah berkali-kali berbuat dosa. Tidak terkecuali
apabila ada penatua (pelayan) yang melakukan dosa. Haak
menegaskan,
Pemimpin yang salah harus ditegur. Sebab memang pemimpin
jemaat juga manusia. Mereka juga dapat berbuat salah,
sehingga mereka sendiri menghalangi pelayanan Firman dan
pendamaian. Kalau itu terjadi, jangan dibiarkan tetapi tegurlah
mereka. Memang secara manusiawi berat, untuk menegur
kawan sekerja. Tetapi demi keselamatan kawanan domba itu
penatua atau pendeta itu harus ditegur.57

Bagi Paulus, seorang penatua harus menjunjung tinggi


jabatan penatua dan menjaga kesucian jabatan itu. Bila seorang
penatua memang terbukti salah (mereka yang berbuat dosa),
maka demi kesucian jabatan dan jemaat, penatua itu harus ditegor
di depan semua orang, supaya orang-orang yang lain takut untuk
berbuat kesalahan yang sama. Kesalahan seorang pemimpin
rohani memang dihitung lebih berat dari pada kesalahan warga
jemaat biasa, karena pengaruh dosanya juga lebih berat terhadap
jemaat. Oleh sebab itu kesalahan penatua itu harus ditegor di
depan umum dan diselesaikan dengan baik (diampuni dan

57Haak, 136

45
Bagian Kedua

ditertibkan kembali), supaya tidak ada sisa-sisa pengaruh yang


buruk.58
Selanjutnya virus kejahatan yang harus dibasmi oleh
Timotius adalah kejahatan (dosa) karena cinta uang (1 Tim. 6:10).
Alkitab ingin membuka topeng dan isi hati manusia. Akar
kejahatan adalah cinta uang, rakus uang dan barang. Tetapi ayat
ini sering disalah artikan. Sekali lagi, Alkitab tidak mengatakan
bahwa uang adalah akar segala kejahatan, Alkitab berkata bahwa
cinta uang adalah akar segala kejahatan. Demikian pula Budiman
menjelaskan uang itu pada dirinya tidak mengandung dosa,
karena dengan uang orang dapat berbuat baik (Luk. 8:3, 16:9),
tetapi cinta uang adalah akar segala kejahatan. Orang yang cinta
akan uang bersedia melakukan berbagai kejahatan.59 Kebenaran
ini telah disadari oleh pemikir klasik terkemuka, Barclay berkata:
Cinta uang”, kata Democritus, “merupakan metropolis (kota besar)
bagi semua kejahatan.” Seneca berkata bahwa keinginan terhadap
sesuatu yang bukan milik kita adalah benih dari segala pikiran yang
jahat. “Cinta uang,” kata Phocylides, “adalah ibu dari segala
kejahatan.” Philo berbicara tentang “cinta uang yang merupakan
asal-muasal pelanggaran hukum yang paling besar.” Athenaenus
mengutip pribahasa: “Kesenangan perut adalah awal dan akar dari
segala kejahatan.”.... Keinginan akan uang cenderung menjadi
kehausan yang tidak akan pernah terpuaskan. Pribahasa
Romawi mengatakan bahwa kekayaan bagaikan air laut; bukan
memuaskan dahaga seseorang, sebaliknya membuatnya lebih
dahaga. Semakin banyak yang diperoleh seseorang, semakin
banyak pula yang ia inginkan60

58Budiman, 53
59Ibid,62
60Barclay, 205-206

46
Bagian Kedua

Sebab itu pikiran mereka sudah tidak sehat lagi. Kerakusan


untuk mencari uang itu seperti racun merusakkan otak dan
pendapat mereka. Dengan jalan apa saja, mereka harus berhasil,
harus banyak untung. Kalu sudah ada banyak, maka ia ingin lebih
banyak lagi. Tidak pernah orang itu merasa kenyang atau puas
atau cukup. Selalu ada barang apa-apa yang belum dipunyai, jadi
ia memburu-buru supaya itu juga menjadi miliknya. Orang itu
tidak beristirahat, selalu kuatir terus, baik tentang yang telah
dimilikinya supaya jangan dicuri, maupun tentang yang belum
dimilikinya supaya diperolehnya juga. Ia benar-benar tekah
menjadi hamba uang diperbudak olehnya (2 Tim. 3:1) serta tentu
mereka kena banyak pencobaan. Seluruh hidupnya dikuasai oleh
iblis yang mengajarnya dan membisikinya bahwa ia masih
berkekurangan.61
Keinginan untuk menjadi kaya tanpa Allah adalah dosa
besar. Dan dosa ini mengandung hukumannya sediri. Dosa ini
tidak membiarkan korbannya bernafas bebas, teapi membawa dia
kedalam jerat. Jerat itu seperti tali yang ikat leher binatang atau
manusia. Nanti ia tertangkap sampai mati. Orang yang terikat
oleh kerakusan dan cinta uang itu akan menanggung hukuman
yang dibawa oleh keinginan itu sendiri. ia akan tenggelam banyak
urusan. Sebab itu ia akan lupa dan mengabaikan apa yang betul
penting dalam hidup. Kehidupan yang harus menjadi
kemuliaannya menjadi keruntuhan, puing dan kebinasaan,
kerugian yang tak terucapkan. Orang yang ingin hidup tanpa
Allah, juga akan hidup tanpa Allah, dalam kebinasaan yang
kekal.62

61Haak, 152
62Haak, 153

47
Bagian Kedua

f. Melawan Kuasa dan Tipu Muslihat Iblis


Salah satu perjuangan pelayanan yang harus dimenangkan
oleh Timotius adalah bagaimana ia bersama dengan anggota
jemaat di Efesus berjuang melawan kuasa dan tipu muslihat Iblis.
Hal itu nampak sangat menggerogoti dan menggembosi
pelayanan Timotius. Sudah banyak diantara anggota jemaat telah
dikuasa Iblis dan malah menjadi penentang ajaran yang sehat
seperti yang diajarkan oleh Paulus. Dalam 2 Timotiu 3:6 – 9,
Paulus menuliskan:
(6) Sebab di antara mereka terdapat orang-orang yang
menyelundup ke rumah orang lain dan menjerat perempuan-
perempuan lemah yang sarat dengan dosa dan dikuasai oleh
berbagai-bagai nafsu, (7) yang walaupun selalu ingin diajar,
namun tidak pernah dapat mengenal kebenaran. (8) Sama
seperti Yanes dan Yambres menentang Musa, demikian juga
mereka menentang kebenaran. Akal mereka bobrok dan iman
mereka tidak tahan uji. (9) Tetapi sudah pasti mereka tidak
akan lebih maju, karena seperti dalam hal Yanes dan Yambres,
kebodohan mereka pun akan nyata bagi semua orang.

Kisah Para Rasul 20: 19-30: Dalam pertemuan dan


perpisahan yang mengharukan antara Paulus dengan para
penatua dari Efesus, Paulus dengan terang-terangan berkata:
"Aku tahu, bahwa setelah aku pergi, serigala-serigala yang ganas
akan masuk ke tengah-tengah kamu darn tidak menyayangkan
kawanan itu, bahkan dengan jujur dan kecurigaan yang jelas is
mengakui bahwa dari antara mereka sendiri akan muncul
beberapa orang penyesat". Bahkan tidak lama kemudian sesuai
dengan nubuat Paulus (2 Tim. 1:15) Figelus dan Hermogenes
telah berpaling dari ajaran Paulus, Aleksander (1 Tim. 1:20; 2
Tim. 4:14), dan Demas (2 Tim. 4:10). Hal ini berarti bahwa

48
Bagian Kedua

sebagian dari anggota-anggota Jemaat di Efesus mudah


terpengaruh dengan ajaran-ajaran sesat.63
Itulah sebabnya Paulus menasihati Timotius agar
mengawasi dirinya dan ajarannya, “Awasilah dirimu sendiri dan
awasilah ajaranmu. Bertekunlah dalam semuanya itu, karena
dengan berbuat demikian engkau akan menyelamatkan dirimu
dan semua orang yang mendengar engkau.” (1 Tim. 4:16).
Salah satu tantangan terbesar kehidupan rohani jemaat di
Efesus adalah maraknya kehidupan menyembah berhala. Charles
Ludwing mengatakan bahwa bagaimanapun perdagangannya,
puncak kemashyuran Kota Efesus berhubungan erat dengan kuil
Artemis yang dikenal sebagai kuil Diana. Dan tentu saja ketika
Paulus tiba di Efesus pada tahun 52-55, ia melihat kuil itu dan
juga masyarakat yang mengerumuni kuil itu. Sebuah bangunan
yang kokoh dengan jajaran tiang-tiang marmernya yang
merupakan salah satu dari tujuh keajaiban dunia.64 Akan tetapi
keindahan kuil itu berbeda sekali dengan patung Dewi Diana yang
ada di dalam kuil itu. Patung itu hitam, pendek, dan buruk sekali
bentuknya, menggambarkan sosok tubuh wanita yang kasar
dengan dada yang penuh payudara sebagai lambang kesuburan.
Sekalipun demikian, berjuta-juta orang datang untuk menyembah
patung tersebut. Di dalam kuil dan di belakang patung Diana
terdapat ruang yang dipakai sebagai kantor bank karena di sana
emas, perak, uang, dan barang-barang yang indah disimpan oleh
orang banyak. Di dalam kuil itu terdapat pula imam-imam
perempuan yang disebut "Melissa" yang tidak lain adalah
perempuan-perempuan sundal. Hal lain yang menarik dari

63Bilo, 21
64CharlesLudwing, Kota-Kota Pada Zaman Perjanjian Baru (Bandung:
Kalam Hidup, 1999), 71

49
Bagian Kedua

patung Diana ini adalah apabila ada penjahat yang paling jahat
sekalipun bila sudah sampai di kuil itu dan berlindung di bawah
pelatarannya, maka hukum tidak berdaya atasnya.65
Oleh karena itu Efesus terkenal dengan penyembahan
berhala terhadap patung Dewi Diana dan seluruh penduduk
dalam imperium Romawi datang berbondong-bondong untuk
melihat dan mengadakan penyembahan. Hal ini tentunya
sangat berpengaruh terhadap iman jemaat.66 Dalam nasihatnya
kepada Jemaat Efesus, untuk mempergunakan seluruh
perlengkapan senjata Allah. Dalam Efesus 6:11-20, Paulus
menasihatkan:
(11) Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya
kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis;( 12) karena
perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi
melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-
penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini,
melawan roh-roh jahat di udara. (13) Sebab itu ambillah
seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat
mengadakan perlawanan pada hari yang jahat itu dan tetap
berdiri, sesudah kamu menyelesaikan segala sesuatu.(14) Jadi
berdirilah tegap, berikatpinggangkan kebenaran dan
berbajuzirahkan keadilan, (15) kakimu berkasutkan kerelaan
untuk memberitakan Injil damai sejahtera;
(16) dalam segala keadaan pergunakanlah perisai iman, sebab
dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua
panah api dari si jahat, (17) dan terimalah ketopong
keselamatan dan pedang Roh, yaitu firman Allah, (18) dalam
segala doa dan permohonan. Berdoalah setiap waktu di dalam
Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan
permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang
Kudus, (19) juga untuk aku, supaya kepadaku, jika aku
membuka mulutku, dikaruniakan perkataan yang benar, agar
dengan keberanian aku memberitakan rahasia Injil, (20) yang

65Bilo, 11
66Ibid

50
Bagian Kedua

kulayani sebagai utusan yang dipenjarakan. Berdoalah supaya


dengan keberanian aku menyatakannya, sebagaimana
seharusnya aku berbicara.

Demikian kiranya Timotius diharapkan dapat menghadapi


dan melawan penyembahan berhala dengan ajaran yang benar,
mawas diri yang kuat dan penyerahan diri secara total kepada
Tuhan. Walaupun tantangannya sangat berat yaitu taruhan
nyawahnya sendiri. Suatu sumber mengatakan bahwa:
Menurut tradisi yang kemudian, Paulus menahbiskan Timotius
menjadi uskup di Efesus pada tahun 65, di mana ia melayani
selama 15 tahun. Pada tahun 97 (ketika Timotius sedang sakit
parah pada usia 80 tahun), ia mencoba menghalangi prosesi
penyembahan berhala dari orang-orang di sana dengan
menyampaikan khotbah. Massa marah dan memukulinya,
menyeretnya di jalan-jalan dan melemparinya dengan batu
sampai mati.67

g. Memberikan Keteladanan Kehidupan


Samuel B. Hakh mengatakan Timotius sebagai generasi
penerus dalam pelayanan gereja dituntut untuk memiliki
kepribadian tersendiri dalam melaksanakan tugasnya yang akan
dipercayakan kepadanya. Tentu ada banyak ciri kepribadian yang
disebutkan dalam surat-surat yang ditujukan kepada Timotius.68
André Bustanoby mengutip definisi kepribadian menurut Kamus
Webster adalah “perpaduan yang teratur dari sifat, watak, sikap,
atau kebiasaan khas seseorang”.69 Para psikolog
mempertimbangkan dua faktor waktu mendefinisikan

67http://id.wikipedia.org/wiki/Timotius
68Hakh,
20
69Andre
Bustanoby, Kepribadian Penunjang Pelayanan (Malang:
Gandum Mas, 1995), 17

51
Bagian Kedua

kepribadian yaitu kesatuan yang dapat dilihat dan berbagai sifat,


dorongan, sikap, dan kebiasaan khusus. Kita menaruh perhatian
pada cara seseorang berfungsi sebagai suatu pribadi yang utuh
dan bagaiman ia tersusun secara unik.70
Paulus menasihati Timotius, agar dalam hidup dan
pelayanannya menunjukkan ciri-ciri hamba Tuhan yang baik.
Menurut Olla Tulluan, ada dua hal yang menjadi ciri khas hamba-
hamba Tuhan yang baik, yaitu mengajar dengan setia (1 Tim 4:1-
11) dan hidup sebagai teladan (1 Tim. 4:12-16). Hal ini berarti
bahwa hamba-hamba Tuhan harus mempersiapkan dari dalam
dua arah yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain, yaitu
secara teologis melalui pendidikan teologia dan secara
pembentukan melalui belajar disiplin.
Ada banyak hamba Tuhan, yang menganggap remeh segi
persiapan teologis. Mereka mengatakan bahwa “terang Roh
Kudus” cukup untuk melayani tetapi itu tidak benar (bnd. 1 Tim.
4:6). Menjadi hamba Tuhan yang baim merupakan pekerjaan
yang berat. Kita harus berkeringat untuk belajar teologia dan
melatih diri berdisiplin di dalam segala langkah hidup kita.71
Karena itu, Paulus meminta Timotius untuk menjadi
teladan dalam kehidupannya. Istilah teladan dari bahasa Yunani
tupos dari noun nominative masculine singular dapat diartikan: 1. Mark
(Mat. 20:25). 2. Image, statue (Kis. 7:43). 3. form, figure, pattern, mold
(Rm. 6:17). 4. (Arche) type, pattern, model, design: a. technically (Kis.
7:44; Hb. 8:5). b. In the moral life example, pattern (Flp. 3:17; 1 Tim.
1:7; 2 Tim. 3:9; 1 Tim.. 4:12; Tit. 2:7; 1 Pt. 5:3). 5. The types given
by God as an indication of the future (Rm. 5:14; 1 Kor. 10:6, 11).72

70Ibid
71Olla Tulluan, Introduksi Perjanjian Baru (Malang: Departemen

Literatur YPPI, 1999), 226


72Bible Works 7

52
Bagian Kedua

Kata tupos (teladan: contoh, pola) adalah harapan Paulus atas


kepribadian Timotius di depan jemaatnya. Istilah ini sangat
disukai oleh Paulus (Rm.5:4, 18:8:17; 1 Kor. 10:6; Flp. 3:17; 1
Tes. 1:7; 2 Tes. 3:9; Tit. 2:7).
Dalam surat-suratnya itu Paulus minta Timotius pada
saman itu dan hamba-hamba Tuhan sekarang ini menjadikan ciri
kepribadian itu dalam kehidupannya di depan jemaat. Menurut
Hakh maksudnya adalah supaya dengan ciri kepribadian itu
jemaat menjadi teladan, contoh, pola bagi orang-orang yang
berada di sekitar mereka. Dengan demikian keteladanan yang
Paulus minta dari hamba Tuhan dan jemaat adalah menjadi
sarana atau alat mengkomunikasikan Injil kepada orang-orang di
sekitar lokus pelayanan dan kehidupan jemaat.73
Istilah tupos dalam ayat 12 dikaitkan dengan ginou (jadilah)
sehingga membentuk kalimat imperatif (perintah) yang
dikenakan kepada Timotius. Artinya Timotius diminta dengan
sangat (seolah-olah diperintahkan) agar menjadi teladan bagi
jemaat sekalipun masih muda. Permintaan ini mengandung
makna bahwa pelayanan yang dilakukannya adalah pelayanan
keteladanan (1 Ptr. 5:3) atau dengan kata lain bahwa pelayanan
akan hambar, kurang berhasil, dan tidak menjadi berkat bagi
jemaat kalau tidak ditunjang keteladanan pribadi Timotius.
Karena pelayanan tidak hanya dengan kata-kata saja, melainkan
juga ditunjang dengan perbuatan dan kepribadian baik dari
pelayannya. Dengan demikian kesatuan kata dan perbuatan
sangat pernting dan berpengaruh bagi pertumbuhan kerohanian
hamba Tuhan dan anggota jemaat.74

73Hakh, 21
74Ibid

53
Bagian Kedua

Dalam 1 Timotius 4:12, ada lima unsur yang Paulus minta


dari Timotius untuk menjadi teladan bagi jemaat, yaitu:
perkataan, tingka laku, kasih, kesetiaan, dan kesucian. Menurut
Paulus, perkataan dan tingkah laku yang harus dihindari oleh
seorang pelayan termasuk Timotius adalah kepalsuan,
kemarahan, kepahitan, fitnah, kebencian, kejam, perkataan kasar
dan kotor, peminim dan pemarah (Ef. 4:25, 26, 29, 31; 5:4; Kol.
3:8, 9; Tim. 3:3) sedangkan yang harus diusahakan adalah
kebenaran, nasihat, kelemalembutan, pengampunan,
kebijaksanaan, kesopanan, dan pengucapan syukur kepada Allah
(Ef. 4:25, 26, 29, 32; 5:4, 19, 20; Kol. 3:12, 13, 16, 17; 1 Tim. 3:2,
4).
Unsur yang berikut adalah kasih. Kasih merupakan unsur
yang penting dalam surat-surat Paulus, sebab kasih sangat
menentukan kualitas hidup oarang-orang Kristen (Rm. 12:9;
13:9, 10; 14:15; 1 Kor. 8:1;13; 16:14 dll.) karena itu dia menasihati
jemaat agar mereka hidup didalam kasih sebagaimana Kristus
mengasihi mereka (Ef. 5:2). Unsur keemapat dan kelima adalah
kesetiaan dan kesucian. Paulus kadang-kadang menggandeng
kasih dan kesetiaan ini bersama-sama ( 1 Tes. 3:6; 5:8; 1 Tim.
1:4; 2 Tim. 1:13; Fil. 5) sebagai unsur yang berkaitan satu dengan
yang lain. Kesetiaan dalam melayani sangat ditentukan oleh kasih
seorang kepada Tuhan. Demikian juga kesucian tetep terpelihara
bila seorang pelayan memiliki yang sama itu.75
Paulus menyebut unsur-unsur ini (perkataan, tingka laku,
kasih, kesetiaan, kesucian) yang mencerminkan kata dan
perbuatan seorang pelayan harus Timotius miliki dalam melayani
jemaat. Sebab Timotius masih sangat muda sementara ia harus
menghadapi sejumlah anggota jemaat yang mungkin lebih tua

75Hakh, 21-22

54
Bagian Kedua

darinya sehingga agak sulit bagi orang yang lebih tua itu
menerima nasihat-nasihatnya. Tetapi dengan keteladanannya itu.
Yang ia wujudkan dengan kata dan perbuatan, memungkinkan ia
melakukan tugasnya itu. Hilangnya keteladanan itu akan
menimbulkan krisis dalam kepemimpinannya.76

PERLENGKAPAN PERJUANGAN YANG BAIK


Dalam setiap peperangan, perlengkapan diri seperti baju
zirah dan perlengkapan senjata tidak bisa diabaikan. Sekali lalai
dan gagal dalam hal ini sangat berakibat fatal. Dalam
memperjuangkan perjuangan yang baik, Timotius diperintahkan
untuk memperlengkapi diri dengan dua macam senjata yaitu
harus memiliki iman dan hati nurani yang murni. Kombinasi
iman dan hati nurani yang murni terdapat juga dalam 1 Timotius
3:9, Paulus mengatakan, “melainkan orang yang memelihara
rahasia iman dalam hati nurani yang suci (TB), dalam terjemahan
BIS “Mereka harus berpegang teguh dengan hati nurani yang
murni pada ajaran kepercayaan Kristen yang sudah dinyatakan
oleh Allah”.

a. Timotius harus memiliki Iman


Timotius harus memperlengkapi diri dengan iman. Bahkan
ketika segala sesuatu berada dalam kegelapan, ia harus
mempunyai iman berdasarkan kebenaran yang paling mendasar
atas tujuannya dan berdasarkan kemenangan Allah yang paling
akhir.77
Paulus mengajak Timotius untuk tahan dalam iman.
Artinya arah iman dari pada Timotius adalah firman yang tertulis
yang berarti mempertahankan dalam keyakinan ajaran Alkitab

76Ibid, 22
77Barclay, 83

55
Bagian Kedua

yang benar dan pada firman yang telah menjadi daging yaitu
melalui inkarnasi Yesus menjadi manusia. Iman seperti ini akan
menguatkan Timotius dalam pelayanannya saat menghadapi
serangan penyesat dan tantangan dari dalam jemaat sendiri.
Haak mengatakan Paulus mengajak Timotius untuk tahan
dalam iman. Berarti mempertahankan dalam keyakinan ajaran
Alkitab yang benar, bahwa keselamatan hanya terdapat oleh iman
kepada Kristus. Timotius harus melawan ajaran sesat yang selalu
mengurangi kepentingan iman. Lindungilah jemaat melawan
kehilangan inti jemaat; Iman!.78

b. Timotius harus memiliki hati nurani


Timotius juga harus memperlengkapi diri dengan hati
nurani yang murni. Dikatakan, paling tidak, prajurit Kristen harus
mencoba untuk hidup menurut pendiriannya sendiri. Kebajikan
akan musnah dari kata-kata seseorang bila hati nuraninya
mempersalahkan atas apa yang dikataknnya.79
Kepada Timotius rasul Paulus memberikan tugas sesuai
dengan apa yang telah dinubuatkan tentang dirinya supaya
Timotius memperjuangkan perjuangan yang baik dengan hati
nurani yang murni. Sebab ada banyak orang yang telah menolak
hati nuraninya yang murni karena terjerat dengan tipu daya Iblis,
terpengaruh dengan perkara-perkara yang duniawi bahkan kalah
oleh keinginan dagingnya sendiri.80
Hati nurani yang baik adalah penting bagi orientasi iman
yang baik. Bila hati nurani seseorang terganggu, maka imannya

78Haak, 37
79Barclay, 84
80Sumber:http://alpaomegasuarakebenaran.blogspot.com/2013/07

/bible-study_15.html diunggah tanggal 6 Mei 2014, pukul 04:00 pagi

56
Bagian Kedua

akan menyeleweng. Misalnya seorang pendeta yang lemah


terhadap suatu dosa akan enggan untuk berbicara mengenai
kekudusan hidup. Hati nuraninya tidak memungkinkan hal itu.
Dengan demikian ajaran iman dipersempit baginya, seakan-akan
tidak ada unsur kekudusan hidup.81 Demikian halnya apabila
hamba Tuhan bicara saat teduh, memberitakan Injil ke daerah-
daerah pelayanan, memberi persembahan kalau hamba Tuhannya
lemah dalam hal tersebut dan bahkan tidak ada waktu untuk hal
itu, maka niscaya hati nuraninya menuduh dan mendakwanya
tatkala ia memperkatakan hal itu kepada orang lain.
Hati nurani yang tidak baik akan memengaruhi isi dan
praktik iman. Iman yang tidak baik yang tidak memfokuskan
pada Alkitab firman Allah dan Yesus Kristus akan menghalangi
mata dan karya dari hati nurani. Pada prinsipnya iman yang tidak
baik akan mempengaruhi juga tingkah laku seseorang. Misalnya,
ajaran sesat di Korintus, yang mengajarkan bahwa tidak ada
kebangkitan orang mati, menyebabkan orang Kristen hidup
secara etis tidak baik (1 Kor. 15:32).
Hubungan antara iman dengan hati nurani dapat
dirumskan sebagai hubungan antara orthodoxi dan orthopraxis.82
Kedua-duanya harus berjalan bersama-sama. Bila yang satu
lemah, maka yang lainnya juga akan lemah. Demikian pula
sebaliknya bila yang satunya kuat, maka yang lainnya pun akan
kuat.

TANTANGAN PELAYANAN YANG HARUS


DIWASPADAI OLEH TIMOTIUS

81Budiman, 15
82Ibid

57
Bagian Kedua

Tugas Timotius sangat berat. Karena tidak hanya ia harus


berjuang mengajar kebenaran Injil kepada jemaatnya, tetapi ia
juga harus berjuang melawan musuh baik dari dalam maupun dari
luar jemaat. Dari nasihat Paulus ini, nampak musuh terberat yang
dihadapi Timotius adalah bukan musuh dari luar melainkan
musuh dari dalam jemaat itu sendiri. Bagian ini diakhiri dengan
kecaman keras yang ditujukan kepada dua orang anggota jemaat
yang telah merugikan Gereja, mendukakan Paulus sang perintis
pelayanan di Efesus dan yang kini meregenerasikan pelayanan
tersebut kepada Timotius. Tidak hanya merugikan orang lain
tetapi sikap dan perbuatan mereka merugikan diri sendiri, karir,
dan masa depannya.
Himeneus, disebutkan juga dalam 2 Timotius 2:17, dan
Aleksander, mungkin yang dimaksudkan adalah Aleksander yang
ditujukan dalam 2 Timotius 4:14. Lebih tegasnya, Timotius harus
mewaspadai pengajaran sesat dari orang-orang tertentu, yang
kata Paulus telah menolak hati nuraninya yang murni itu, yaitu:
Pertama, Himeneus. Guru Palsu yang bekerjasama dengan
Aleksander (1 Tim. 1:19-20) dan Filetus ( 2 Tim. 2:17), Peristiwa
Paulus menyerahkan Himeneus dan Aleksander kepada Iblis,
mengingatkan pada 1 Korintus 5:5 yang ditafsirkan “dikucilkan”
yaitu penyerahan kepada kuasa Iblis dan diberlakukannya
hukuman badan “disakiti” sehingga ia menderita penyakit yang
melekat pada badan.
Kesalahan Himeneus yang diistilahkan dalam kedokteran
“menjalar bagaikan penyakit kanker” yaitu menspritualkan ajaran
tentang kebangkitan seperti ajaran gnostik, jadi bukan
kebangkitan yang diajarkan Alkitab.83 Kedua, Aleksander, disebut
Guru Penyesat, menegakkan moral yang tidak murni ( 1 Tim.

83Tim penyusun Ensiklopedi

58
Bagian Kedua

1:20), dia juga disebut musuh ganas Paulus dan Injil (2 Tim. 4:14)
yang nyata, ia tukang tembaga sehingga sering disebut Aleksander
Chalceus, Paulus berkata “Tuhan akan membalasnya menurut
perbuatannya, suatu nubuat bukan kutukan.84 Terhadap kedua
orang ini, Paulus menyampaikan tiga keluhan yaitu:
a. Mereka telah menolak pimpinan hati nurani. Mereka
membiarkan nafsunya merayu-rayu ketimbang dengan
suara Allah.
b. Mereka telah kembali kepada perbuatan-perbuatan
jahat. Pada saat mereka meninggalkan Allah, hidup
menjadi cemar dan rendah. Ketika Allah berlalu dari
kehidupan, keindahan pun lenyap bersama-Nya.
c. Mereka telah menerima ajaran sesat. Sekali lagi, ketika
orang salah jalan, nalurinya yang pertama adalah
mencari-cari alasan untuk membenarkan kesalahannya.
Ia memakai ajaran Kristen, lalu diputarbalikan untuk
disesuaikan dengan keinginan dan apa yang
dilakukannya. Dengan mengesampingkan kebenaran ia
mendapatkan alasan yang menyesatkan untuk
membenarkan kesalahannya. Ia mencari alasan dalam
kata-kata Kristus untuk membenarkan cara-cara Iblis.85

Oleh karena itu, Paulus melanjutkan perkataannya bahwa


ia telah “menyerahkan mereka kepada Iblis”. Ada tiga
kemungkinan arti dari kalimat ini:
a. Mungkin Paulus teringat pada aturan pengucilan
Yahudi. Menurut aturan yang berlaku di sinagoge, jika
seseorang dianggap sebagai pelaku kejahatanm
pertama-tama ia mendapat kecaman umum. Bila hal itu

84Tim penyusun Ensiklopedi


85Barclay, 85

59
Bagian Kedua

tidak efektif, maka ia akan diusir dari sinagoge selama


30 hari. Bila masih keras kepala, maka ia dianggap orang
terkutuk dan diasingkan baik dari masyarakat maupun
dari persekutuan Allah.
b. Mungkin Paulus berkata bahwa ia telah mengucilkan
mereka dari jamaat dan membiarkannya tersesat di
dunia.
c. Iblis bertanggung jawab atas penderitaan dan kesakitan
manusia. Sebagai contoh seseorang di Gereja Korintus
telah terjatuh dalam kesalahan yang mengerikan dengan
melakukan dosa inses. Paulus menasihatkan agar ia
diserahkan kepada Iblis “sehingga binasa tubuhnya,
agar rohnya diselamatkan pada hari Tuhan” (1 Kor.
5:5).86

Dengan demikian, Paulus melakukan hukuman atas


Himeneus dan Aleksander, tetapi penjatuhan penderitaan atas
orang-orang itu diserahkan kepada Iblis (1 Kor. 5:5) karena Iblis
dianggap sebagai sumber segala penderitaan (ay. 2:6; 2 Kor. 12:7).
Supaya jerah mereka menghujat, dalam bahasa Yunaninya
diartikan supaya mereka dihajar untuk tidak menghujat. Dihajar
artinya dipukuli dengan berbagai macam penderitaan, dan untuk
tidak menghujat menunjuk kepada efek dari hajaran itu. Dengan
harapan orang itu bertobat oleh karena penderitaannya dan
bertekad tidak menghujat lagi. Diserahkan kepada Iblis, ini
dilakukan Paulus dan dan jemaat (1 Kor. 5:4,5) atas nama Tuhan
Yesus (1 Kor. 5:5) dan dengan kuasanya ( Mat. 16:19, 18:18) ini
merupakan tindak siasat atau disiplin gereja.87

86Barclay, 86
87Budiman, 16

60
Bagian Kedua

Dalam kasus Ayub, setanlah yang menimpakan


penderitaan fisik kepadanya (Ay. 2:6, 7). Dalam Perjanjian Baru
sendiri kita menemukan akhir yang mengenaskan bagi Ananias
dan Safira (Kis. 5:5,10) dan kebutaan yang menimpa Elimas
karena menentang Injil (Kis. 13:11). Mungkin itu merupakan doa
Paulus agar dua orang tersebut ditimpa kesakitan sebagai
hukuman dan peringatan baginya.88
Lebih lanjut Haak mengatakan bahwa maksud pengucilan
dan siasat bukanlah supaya mereka tetap akan hilang, melainkan
supaya orang dididik, diajar, dijadikan malu sampai jera mereka
menghujat. Siasat ini bermaksud menyelamatkan Himeneus dan
Aleksander, jadi mereka akan merasa malu karena sudah keluar
dari persekutuan jemaat dan Allah. Siasat akan melindungi
jemaat, supaya jangan dirusakkan oleh dosa. Siasat juga
bermaksud untuk memuliakan Allah, artinya nama-Nya tidak
boleh dihujat.89

KESIMPULAN
Setelah membahas beberapa pokok di atas, maka untuk
mengakhiri pembahasan ini, ada beberapa kesimpulan yang dapat
ditarik sebagai bahan perenungan berhubungan dengan
bagaimana kita memperjuangan perjuangan yang baik dalam
kehidupan dan pelayanan kita.
1. Hidup ini adalah perjuangan atau pergumulan. Suatu
perjuangan yang panjang menyita waktu, tenaga, pikiran,

88Barclay, 87
89Haak, 39

61
Bagian Kedua

hati, iman, dan materi yang kita miliki. Perjuangan yang


panjang dan baik itu, tidak mengenal usia tua dan muda,
miskin dan kaya, pintar dan bodoh. Karena itu semua
orang harus tahu apa yang sedang diperjuangkan dalam
hidupnya. Kiranya semua yang diperjuangkan itu adalah
paling baik dan benar dalam hidupnya.
2. Memperjuangkan perjuangan yang baik, hendaklah
didasarkan pada keyakinan dan kepercayaan yang kuat.
Paulus meyakinkan Timotius bahwa perjuangan yang
sedang dilaluinya bukanlah tanpa ada dasar. Perjuangan itu
didasarkan pada kepercayaan generasi perintis kepada
generasi penerus, kepercayaan bapak rohani kepada anak
rohani, dan kepercayaan kepada penumpangan tangan dan
peneguhan Firman Tuhan.
3. Kita harus memfokuskan apa diperjuangkan itu pada
sesuatu yang baik dan benar pada pandangan Allah
bukanlah baik dan benar dalam pandangan manusia. Fokus
perjuangan Timotius adalah memberitakan Injil Yesus
Kristus, mempertahankan ajaran yang benar dan melawan
penyesatan, menderita untuk Injil, menguatkan dan
menasihati anggota jemaat, menolong orang lemah yang
tak berdaya, melawan dosa, melawan Iblis, dan
memberikan keteladanan.
4. Semua orang harus yakin bahwa apa yang diperjuangkan
dalam hidup dan pelayanannya adalah benar sesuai dengan
prinsip-prinsip firman Tuhan dengan perlengkan
perjuangan yaitu perlengkapan iman dan hati nurani.
5. Dalam memperjuangkan perjuangan yang baik, kita harus
mewaspadai musuh baik yang muncul dari dalam dan luar.
Dan yang paling terberat kita hadapi adalah musuh dari
dalam jemaat itu sendiri. Kita harus beriman pada Tuhan,
62
Bagian Kedua

biarlah Tuhan sendiri yang menolong dan memberikan


jalan keluar tatkala kita menghadapi musuh baik dari dalam
dan dari luar.

DAFTAR PUSTAKA
Andre Bustanoby, Kepribadian Penunjang Pelayanan . Malang:
Gandum Mas, 1995.
Charles Ludwing, Kota-Kota Pada Zaman Perjanjian Baru. Bandung:
Kalam Hidup, 1999.
CJ. Haak, Surat Paulus Yang Pertama Kepada Timotius Suatu Bahan
Pedoman Gerejani , STM GGRI,....
Donald Guthrie, The Pastoral Epistles, Ensiklopedi Alkitab Masa
Kini . Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF,
2004.
F.D. Wellèm, Hidupku Bagi Kristus . Jakarta: BPK. Gunung
Mulia, 2005.
Ira C, Semakin Dibabat Semakin Merambat .Jakarta: BPK. Gunung
Mulia, 2001
John Drane, Memahami Perjanjian Lama .Jakarta: BPK. Gunung
Mulia, 2009.
John R.W. Stott, Pemahaman dan Penerapan Amanat Alkitab Masa
Kini, II Timotius . Jakarta: YKBK/OMF, t.th.
Olla Tulluan, Introduksi Perjanjian Baru. Malang: Departemen
Literatur YPPI, 1999.
PJ. Gloag, The Pulpit Commentary Vol. 21: 1 & 2 Tesalonika, 1 &
2 Timotius, Titus, Hebrew, James. Mussachusetts:
Hendrickson Publisher, 1961.
R. Budiman, Surat-Surat Pastoral 1 dan II Timotius dan
Titus.Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 1997.

63
Bagian Kedua

Samuek B. Hakh, Berakar Di Dalam Dia Dan Dibangun Di atas


Dia.Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2010.
William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Surat 1 & 2
Timotius. Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2012.
Sumber lain:
Dyulius Thomas Bilo, Skripsi: Kompetensi Para Pemimpin Jemaat
Dalam Memperlengkapi Orang-orang Kudus (Jakarta: STT
SETIA, 2003)
http://alpaomegasuarakebenaran.blogspot.com/2013/07/bible
-study_15.html diunggah tanggal 6 Mei 2014, pukul 04:00
Sumber dari http://id.wikipedia.org/wiki/Timotius

64
Bagian Ketiga

KEHILANGAN NAMUN
MENDAPATKAN
KEMBALI
(Matius 19:27-30; Markus 10:28-30; Lukas 18:28-30)
(Tema ini pernah dimuat dalam Buku “Dari Gelap Terbit Terang”,
hal. 99-116, Cet. Pertama: Mei 2016,Penerbit: Delima Jakarta,
ISBN:978-602-1605-66-0,
Editor: Stenly R. Paparang, Yosia Belo & Lewi N. Bora)

PENDAHULUAN
Cerita ini tidak terlepas dari kisah orang muda (Lukas
menyebutnya pemimpin) yang kaya datang menemui Yesus dan
bertanya apakah yang harus diperbuat untuk memperoleh hidup
yang kekal?. Yesus memintanya untuk menjual seluruh hartanya
dan hasilnya diberikan kepada orang miskin setelah itu ia diminta
mengikuti Yesus. Orang muda yang kaya ini, menjadi sedih
(Markus menambahkan kata kecewa dan Lukas, menuliskan amat
sedih) karena banyak hartanya lalu pergi meninggalkan Yesus.
Yesus berkata, betapa sukarnya orang kaya (Markus
menyebutnya orang yang beruang) masuk surga. Lebih mudah
seekor Unta masuk melalui lubang jarum dari pada seorang kaya
masuk ke dalam kerajaan Allah. Ketika para murid
mendengarnya gemparlah mereka dan berkata, “Jika demikian,
siapakah yang dapat diselamatkan?”. Yesus memandang mereka
dan berkata, bagi manusia hal ini tidak mungkin, tetapi bagi Allah
segala sesuatu mungkin.
65
Bagian Ketiga

PEMBAHASAN
Rupanya jawaban Yesus, tidak membuat Petrus menjadi
tenang (dan mungkin itu pertanyaan/pergumulan kita semua saat
mengikut dan melayani Tuhan. Petrus tentu merasa telah
sungguh-sungguh meninggalkan “segala sesuatu” (versi Matius
dan Markus) dan mengikut Tuhan. Versi Lukas menuliskan
meninggalkan “kepunyaan” kami dan mengikut Engkau.
Berbeda dengan pemuda yang memilih “tidak meninggalkan”
kekayaan dan kepunyaannya. Jadi apakah yang akan diperoleh?
(versi Matius).
Istilah “meninggalkan” dari bahasa Yunani “aphiemi,
artinya: to send away “mengusir”, leave alone “membiarkan”, permit
“mengijinkan, membolehkan”. Menurut KJV disebut “forsaken”
artinya meninggalkan, mengabaikan.
Dengan istilah ini Petrus hendak berkata bahwa kami ini
secara sadar telah meninggalkan segala sesuatu termasuk yang
merupakan hak kepunyaan kami di rumah masing-masing untuk
mengikut Yesus. Segala sesuatu yang merupakan kepunyaan kami
itu ada yang sifatnya merupakan sumber penghasilan, kekayaan
materi, rumah, benda hidup, benda mati, permanen, bisa
digandakan untuk menghasilkan sesuatu yang lebih banyak lagi
dari sisi ekonomi, dan bahkan yang tidak bisa disangkal adalah
kami yang telah berkeluarga telah meninggalkan istri, anak, dan
keluarga dekat lainnya demi mengikut Yesus.
Pertanyaan dari Petrus ini tidak hanya mengandung makna
bagaimana dengan apa yang mereka tinggalkan (dan mungkin
dianggap kerugian) tetapi juga apakah yang diharapkan dan
diperoleh murid-murid setelah menjadi pengikut, menjadi murid
dan pelayan Kristus. Petrus mewakili murid-murid yang lain,
mengungkapkan bahwa mereka bergantung pada-Nya untuk
66
Bagian Ketiga

mendapatkan sesuatu yang besar sebagai ganti apa yang telah


mereka tinggalkan demi Dia.1 Tetapi perlu diingat bahwa apakah
patut seorang yang mengikut Yesus harus menanyakan apakah
yang akan diperolehnya?
Tentang ayat ini, Jacob van Bruggen mengingatkan kita
bahwa ketika Yesus memanggil para murid, Dia tidak menuntut
supaya mereka menjual seluruh harta milik mereka. Mereka
diberi perintah meninggalkan semuanya dan mengikut Dia (Mrk.
1:16-20).2
Kemudian Matthew Henry mengatakan bahwa ada
kecenderungan dalam diri kita untuk membesar-besarkan apa
yang telah kita tinggalkan dan kerugian yang kita alami. Kita
cenderung melebih-lebihkan apa yang telah kita lakukan dan
derita demi Kristus. Hal ini juga tampak dalam diri Petrus: Kami
ini telah meninggalkan segala kepunyaan kami dan mengikut
Engkau (Mat. 19:28; Mrk. 10:28). Dalam hal yang menyangkut
dirinya, ia tidak tahan untuk membesar-besarkan kasihnya
sendiri dan kasih saudara-saudaranya yang lain terhadap Kristus,
dalam meninggalkan segala sesuatu untuk mengikuti-Nya.
Namun, kita hendaknya membuang jauh-jauh pikiran untuk
menyombongkan diri, sebaliknya, akuilah bahwa semuanya itu
tidaklah berharga untuk diperhitungkan.
Kita hendaknya merasa malu dengan diri sendiri dalam
menginginkan imbalan-imbalan seperti itu. Hendaknya kita

1Matthew Henry, Tafsiran Matthew Henry Injil Matius 15-28

(Surabaya; Momentum, 2008), 970.


2Yakub Van Bruggen, Markus: Injil Menurut Petrus (Jakarta: BPK.

Gunung Mulia, 2006), 356

67
Bagian Ketiga

merasa menyesal dan berat hati dalam menyombongkan


perbuatan kita itu.3
Seharusnya sikap kita janganlah seperti Petrus mengikut
Tuhan sambil menanti balasan. Suatu kali seorang pernah
bertanya kepada David Livingstone,yang sedang memikirkan
pencobaan-pencobaan yang ia alami dan dan segala penderitaan
yang ia pikul, tentang bagaimana ia telah kehilangan istrinya dan
rusak kesehatannya di Afrika, “pengorbanan apakah yang anda
sudah buat!”, “pengorbanan?”, demikian Livingstone
menjawab, “Saya tidak pernah melakukan pengorbanan
sepanjang hidup saya.” Seharusnya bagi seseorang yang berjalan
pada jalan Kristus mungkin ada sesuatu yang bagi dunia disebut
kesulitan, tetapi --- di atas semuanya dan melalui semuanya ---
terdapatlah damai yang tidak dapat diberikan dan tidak dapat
diambil oleh dunia dan kesukaan yang tidak dapat diambil oleh
siapapun juga.4
Tetapi pertanyaan ini tidak membuat Yesus marah,
sebaliknya Yesus mengganggap pertanyaan ini penting dan
membuat-Nya segera memberikan jawaban. Markus dan Lukas
memperkaya pemahaman ini.
Dalam Markus dituliskan “Jawab Yesus: "Aku berkata
kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena Aku dan
karena Injil meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau
saudaranya perempuan, ibunya atau bapanya, anak-anaknya atau
ladangnya” (Mrk. 10:29) dan Lukas menuliskan, “Kata Yesus
kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap
orang yang karena Kerajaan Allah meninggalkan rumahnya,

3Matthew Henry, Tafsiran Matthew Henry Injil Lukas 13-24 (Surabaya;

Momentum, 2009), 694


4William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari Injil Lukas (Jakarta:

BPK. Gunung Mulia, 2008), 338

68
Bagian Ketiga

isterinya atau saudaranya, orang tuanya atau anak-anaknya (Luk.


18:29).
Dalam bagian ini, ada tiga hal yang sangat penting menjadi
alasan akhirnya membuat orang tersebut meninggalkan segala
sesuatu atau segala kepunyaannya yaitu pertama, karena “Aku:
Yesus”, kedua, karena “Injil” dan ketiga karena “kerajaan Allah”,
menurut Yesus pasti tidak sia-sia. Yakub van Bruggen berkata
bahwa jawaban Yesus dalam Markus 10:29-31 bermaksud ganda.
Di satu pihak dinyatakan-Nya bahwa para pengikut-Nya akan
menerima upah (29-30). Pada pihak lain Dia memperingatkan
mereka supaya harapan mereka jangan ternyata tidak berdasar
(31).5
Sangat menarik perkataan Yesus kepada mereka. Dalam
Matius 19:28, Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata
kepadamu, sesungguhnya pada waktu penciptaan kembali,
apabila Anak Manusia bersemayam di takhta kemuliaan-Nya,
kamu, yang telah mengikut Aku, akan duduk juga di atas dua
belas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel.” Dalam
ayat ini, Yesus merujuk pada masa yang akan datang, yaitu masa
kedatangan Yesus kedua kali yang disebut masa penciptaan
kembali atau masa pembaruan (Ibr. 9:10), dimana hal-hal lama
mulai berlalu dan segala sesuatu kelihatan baru.
Pada masa itu pula para murid akan dimuliakan yaitu
duduk di atas dua belas takhta untuk menghakimi kedua belas
suku Israel. Mattew Henry menafsirkan hal ini dalam empat
bagian yaitu:
1. Ketika Kristus diangkat di sebelah kanan Allah Bapa dan
duduk di atas takhta kemuliaan-Nya, maka para rasul akan
menerima kuasa Roh Kudus (Kis. 1:8). Pada saat itu mereka

5 van Bruggen, 357

69
Bagian Ketiga

akan memperoleh penugasan yang lebih besar, dan akan


menyatakan hukum-hukum Kristus, yang melaluinya gereja
yakni umat Israel rohaniah Allah (Gal. 6:16 “Dan semua
orang, yang memberi dirinya dipimpin oleh patokan ini,
turunlah kiranya damai sejahtera dan rahmat atas mereka
dan atas Israel milik Allah.” Kemulian dan kuasa yang
diberikan kepada mereka dapat dijelaskan melalui Yeremia
1:10 “Ketahuilah, pada hari ini Aku mengangkat engkau atas
bangsa-bangsa dan atas kerajaan-kerajaan untuk mencabut
dan merobohkan, untuk membinasakan dan meruntuhkan,
untuk membangun dan menanam." Dan Yeheskiel 20:4,
“Maukah engkau menghakimi mereka, hai anak manusia,
maukah engkau menghakimi mereka? Beritahukanlah
kepada mereka perbuatan-perbuatan yang keji dari nenek
moyang mereka.”
2. Ketika Kristus muncul untuk membinasakan Yerusalem
(24:31” Dan Ia akan menyuruh keluar malaikat-malaikat-
Nya dengan meniup sangkakala yang dahsyat bunyinya dan
mereka akan mengumpulkan orang-orang pilihan-Nya dari
keempat penjuru bumi, dari ujung langit yang satu ke ujung
langit yang lain.”), Ia akan menugaskan para rasul untuk
menghakimi bangsa Yahudi, karena di dalam kebinasaan
tersebut, nubuat akan dipenuhi sesuai dengan Firma Kristus.
3. Beberapa orang mengatakan hal itu mengacu pada
pertobatan orang-orang Yahudi, yang akan terjadi pada masa
akhir dunia. Dr. Whitby mengatakan bahwa mengacu
kepada pemerintahan para rasul atau kedua belas suku Israel,
bukan melalui kebangkitan jasmaniah mereka, melainkan
melalui kebangkitan Roh yang berdiam dalam diri mereka,
dan melalui kekudusan dan pengetahuan yang mereka

70
Bagian Ketiga

sampaikan kepada dunia, terutama melalui penerimaan Injil


mereka sebagai dasar iman dan arah hidup mereka.
4. Hal ini pasti akan digenapi pada kedatangan Yesus Kristus
kedua, ketika orang-orang kudus akan menghakimi dunia,
khsususnya keduabelas rasul sebagai penilik bersama-sama
dengan Kristus, pada hari penghakiman yang besar itu.6

Tetapi hari kemuliaan, yang telah ditentukan masanya itu


tidak akan terjadi segera setelah janji itu dinyatakan. Para murid
diminta bersabar menunggu sampai Anak Manusia bersemayam
di tahta kemuliannya. Hal ini menyiratkan para murid bahwa,
Pertama, mereka harus bertekun sampai masa pengangkatan
mereka. Selama waktu kemulian Guru belum dinyatakan, selama
itu pula kita harus bersedia untuk bersabar menantikan
kehormatan kita dinyatakan, dan kita harus menantikannya dalam
pengharapan yang tulus, seperti mengharapkan apa yang tidak
kelihatan (Rm. 8:19).
Kita harus hidup, bekerja, dam menderita dalam iman,
pengharapan, dan kesabaran, dan semuanya itu diuji dalam masa
penantian kita. Kedua, mereka harus berbagi dengan Kristus
dalam pengangkatan-Nya. Kemuliaan mereka hendaknya
merupakan persatuan dengan Dia dalam kemuliaan-Nya. Mereka
yang telah menderita bersama Yesus yang menderita, harus
memerinta bersama dengan Yesus yang memerinta, karena baik
dalam kehidupan ini maupun kehidupan yang akan datang, Yesus
adalah semua di dalam semua. Kita hendaknya berada di mana Ia
berada (Yoh. 12:26), harus menyatakan diri bersama dengan Dia
(Kol. 3:4). Hal ini menjadi ganti rugi yang berlimpah bukan hanya
atas kehilangan kita, namun juga atas masa penantian kita. Ketika

6Matthew Henry, Tafsiran Matthew Henry Injil Matius 15-28, 975-976

71
Bagian Ketiga

Tuhan kita datang, kita tidak hanya akan menerima apa yang
menjadi milik kita, tetapi juga milik kita bersama dengan bunga-
Nya. Perjalanan yang terpanjang mendatangkan hasil yang sangat
berlimpah pula.7
Jadi sekali lagi makna dari janji ini secara umum adalah
untuk menunjukkan kemuliaan dan keagungan yang disediakan
bagi orang-orang kudus di sorga, yang akan menjadi ganti rugi
yang berlimpah atas kehinaan yang mereka derita karena
mengikut Kristus. Akan ada kemuliaan yang lebih besar bagi
mereka yang telah berbuat dan menderita paling banyak.
Di dalam dunia ini, para rasul terburu-buru dan pontang
panting namun di sana mereka akan duduk dengan tenang dan
santai. Di dunia ini penjara, sengsara, dan maut menunggu
mereka, namun di sorga mereka akan bersemayam di takhta
kemuliaan. Di dunia mereka diseret ke kursi pengadilan, di sorga
mereka akan diangkat untuk duduk di kursi hakim. Di dunia,
kedua belas suku Israel menginjak-injak mereka, di sorga mereka
akan gentar di hadapan para rasul.8 Yesus berkata, “Dan Aku
akan menentukan hak-hak Kerajaan bagi kamu, sama seperti
Bapa-Ku menentukannya bagi-Ku, bahwa kamu akan makan dan
minum semeja dengan Aku di dalam Kerajaan-Ku dan kamu
akan duduk di atas takhta untuk menghakimi kedua belas suku
Israel (Luk. 22:29-30).
Selanjutnya pada ayat Matius 19:29 dikatakan “Dan setiap
orang yang karena nama-Ku meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-
laki atau saudaranya perempuan, bapa atau ibunya, anak-anak atau
ladangnya, akan menerima kembali seratus kali lipat dan akan
memperoleh hidup yang kekal.” Di dalam Markus 10:29 dikatakan ,

7Matthew Henry, Tafsiran Matthew Henry Injil Matius 15-28 , 974-975


8Ibid, 977

72
Bagian Ketiga

“Jawab Yesus: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang


karena Aku dan karena Injil meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-
laki atau saudaranya perempuan, ibunya atau bapanya, anak-anaknya
atau ladangnya, dan Lukas 18:29 b Kata Yesus kepada mereka: "Aku
berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena Kerajaan Allah
meninggalkan rumahnya, isterinya atau saudaranya, orang tuanya atau
anak-anaknya.
Pada bagian ini, Yesus menegaskan kembali arti
meninggalkan atau kehilangan semuanya karena mengikut Yesus.
Sebelumnya Yesus telah memberi tahu murid-murid-Nya untuk
menyangkal diri sendiri terhadap segala sesuatu yang terjadi
dengan mereka di dunia ini. Matius 16: 24 Lalu Yesus berkata
kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut
Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan
mengikut Aku. Dan Matius 16:25 Karena barangsiapa mau
menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi
barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan
memperolehnya.
Para rasul telah meninggalkan segalanya. Penulis Injil
Matius dan Markus sama-sama menuliskan pertama
meninggalkan rumahnya dan mengakhiri dengan meninggalkan
ladangnya. Matthew Henry mengatakan di sini rumah disebutkan
pertama dan ladang yang terakhir. Jika seseorang meninggalkan
rumahnya yang menjadi tempat tinggalnya dan ladangnya yang
menjadi sumber penghidupannya, sehingga mereka keluar dan
berkelana di padang pasir dan hidup terlunta-lunta. Cara hidup
demikian telah menjadi pilihan orang kudus yang suka hidup
menderita, mereka mengucapkan selamat tinggal kepada rumah
dan ladang mereka, walaupun begitu nyaman dan menyenangkan,
yang di dapat melalui warisan orangtua, hanya demi mendapatkan
rumah yang di sorga dan warisan dari orang-orang kudus dalam
73
Bagian Ketiga

terang, di mana ada banyak tempat tinggal (Yoh. 14:2 Di rumah


Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku
mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan
tempat bagimu”).9
Selanjutnya akan meninggalkan kerabat-kerabat dekat
tercinta: Bapa dan ibu, istri dan anak-anak, saudara laki-laki dan
saudara perempuan. Ini hal-hal yang paling susah untuk
dipisahkan oleh jiwa yang halus dan lembut. Tanpa hal ini dunia
terasa bagaikan padang belantara.10 Tetapi, pada saatnya kita
harus memilih antara meninggalkan saudara-saudara kita ini atau
Kristus.
Kita harus ingat bahawa hubungan kekerabatan kita
jaraknya lebih dekat denga Kristus dari pada dengan mahkluk
ciptaan lainnya. Karena itu kita harus tetap bersama Dia. Ujian
terberat bagi ketabahan hati seorang yang baik adalah ketika
kasihnya kepada Kristus harus bersaing dengan kasihnya kepada
keluarganya. Tetapi ini harus dilakukan daripada menyangkal atau
menolak Kristus.
Matthew Henry, menuliskan tentang kehilangan ini dalam
beberapa bagian, yaitu:
1. Kehilangan atas hal-hal ini hendaknya adalah demi nama
Kristus. Karena kalau tidak, maka orang tidak berhak
mendapatkan gantinya. Jika kita meninggalkan mereka demi
Kristus, karena kita tidakn dapat terus hidup dengan mereka
dengan tetap memiliki hati nurani yang baik, maka kita harus
memilih untuk meninggalkan mereka, atau menyingkirkan
niat untuk mengikuti Kristus. Yang harus kita lakukan adalah,
kita tetap harus memperhatikan atau memperdulikan mereka

9Matthew Henry, Tafsiran Matthew Henry Injil Markus (Surabaya;

Momentum, 2007), 232.


10Ibid

74
Bagian Ketiga

dan melakukan kewajiban kita terhadap mereka. Namun, kita


harus melepaskan kenikmatan yang kita peroleh dalam hidup
bersama dengan mereka, dan kalau ini kita lakukan dengan
mata tertuju kepada Kristis supaya kita tidak
menyangkaliNya, demi kehendak dan kemuliaan-Nya, maka
dari hal inilah kita akan beroleh ganti rugi kelak.
2. Kehilangan seperti ini memang sungguhlah hebat. Namun,
Kristus akan menggantikan-Nya, karena Ia mampu
melakukannya. Ganti rugi atas kehilangan-kehilangan ini
dijaminkan di sini. Walau beribu-ribu orang telah mengenal
Kristus dan tetap percaya kepada-Nya sejauh ini, namun
tidak ada satu pun yang diluputkan oleh-Nya. Semua
mendapat balasan yang tidak ternilai dari-Nya ketika
perhitungan dibuat. Kristus di sini memberikan janji-Nya
bahwa Ia tidak hanya akan memberikan ganti rugi kepada
hamba-hamba-Nya yang menderita, dan menyelamatkan
mereka dengan tidak kurang suatu apa pun, namun juga akan
memberikan pahala yang berlimpah.11

Tentang hal ini, Jakob van Bruggen mengatakan bahwa


meninggalkan yang dimaksud bukan pertapa. Yesus tidak juga
memerintahkan para pengikut-Nya agar mereka keluar dari
masyarakat ramai. Tetapi panggilan Kristus dan kabar baik
mengenai Kerajaan yang akan datang, dapat saja menghadapkan
orang pada pilihan: percaya kepada Injil, atau tidak percaya, yang
disebabkan keterikatan pada keluarha atau kekayaan. Karena
kedua belas murid harus mengemban tugas istimewah, mereka
secara khusus dihadapkan pada pilihan itu.

11Matthew Henry, Tafsiran Matthew Henry Injil Matius 15-28, 978-


979.

75
Bagian Ketiga

Pada masa itu, Kristus sedang membagikan tugas.


Penyebaran kabar baik memerlukan usaha besar. Sementara itu,
banyak orang tidak percaya, bahkan bersikap bermusuhan.
Karena itu, mengikut Dia sering berarti: meninggalkan atau
melepaskan.12
Selanjutnya dalam Matius 19:29, “Dan setiap orang yang
karena nama-Ku meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau
saudaranya perempuan, bapa atau ibunya, anak-anak atau ladangnya,
akan menerima kembali seratus kali lipat dan akan memperoleh hidup
yang kekal.”, Markus 10:30, “orang itu sekarang pada masa ini juga
akan menerima kembali seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki,
saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai
penganiayaan, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup
yang kekal.” Dan Lukas 18:30, “akan menerima kembali lipat ganda
pada masa ini juga, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima
hidup yang kekal.".
Pada bagian ini, Yesus memberi keuntungan yang sangat
besar bagi orang-orang percaya yang setia mengikuti-Nya baik
dalam waktu senang dan susah. Keuntungan ini dapat dinikmati
pada masa kini dan pada masa yang akan datang. Hal tersebut
dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Pada Masa Kini


Pada masa kini, mereka akan menerima seratus kali lipat
saat ini, rumah-rumah, dan saudara-saudara laki dan saudara-
saudara perempuan. Kadang-kadang yang diterima kembali ini
sama dalam jenisnya tetapi juga bukan dalam bentuk yang sama
tetapi seharga dengan itu.13 Allah akan mendatangkan bagi

12Bruggen, 357
13Matthew Henry, Tafsiran Matthew Henry Injil Markus, 232

76
Bagian Ketiga

hambah-hambah-Nya yang telah menderita, sahabat-sahabat


ganti semua sahabat yang telah mereka tinggalkan demi Kristu,
lebih banyak daripada yang bisa mereka miliki. Dalam
pemeliharaan-Nya, Ayub dua kali lipat dari apa yang pernah
dimilikinya (Ayb. 42:10, Lalu TUHAN memulihkan keadaan Ayub,
setelah ia meminta doa untuk sahabat-sahabatnya, dan TUHAN
memberikan kepada Ayub dua kali lipat dari segala kepunyaannya
dahulu). Akan tetapi orang-orang Kristen yang menderita akan
memperoleh seratus kali lipat dalam penghiburan Roh yang
membuat berkat di dunia ini sangat manis.14
Para Rasul, kemana pun mereka pergi, selalu bertemu
dengan orang-orang yang berlaku baik terhadap mereka,
menjamu mereka, dan membuka hati dan pintu bagi mereka.
William Barclay mengatakan, dalam lingkungan Gereja Mula-
mula, apa yang dikatakan Yesus ini menjadi kenyataan secara
harfiah. Orang yang menjadi Kristen mungkin saja telah
kehilangan keluarganya, sahabat-sahabatnya dan orang-orang
yang ia kasihi. Namun, namun semua anggota Gereja Kristen, ia
di bawah ke dalam suatu lingkungan keluarga yang jauh lebih
besar dan lebih luas dibandingkan dengan yang pernah ia miliki
sebelumnya, yakni suatu keluarga yang semuanya menjadi sanak
saudarany secara rohani. Kita melihat bahwa hal ini benar-benar
terjadi dalam kehidupan Paulus.
Tentu saja, setelah Paulus menjadi Kristen, pintu
rumahnya dibanting di depan mukanya dan keluarga
mengucilkannya. Namun, tentu saja juga, ada kota demi kota dan
kampung demi kampung di Eropa dan Asia Kecil di mana ia bisa
menemukan sebuah rumah yang menunggu kedatangannya dan
sebuah keluarga di dalam Kristus yang menyambutnya dengan

14 Ibid, 233

77
Bagian Ketiga

hangat. Menarik untuk diperhatikan bagaimana Paulus


menggunakan istilah-istilah keluarga. Dalam Roma 16:13, Paulus
menyatakan bahwa Ibu Rufus dipandang sebagai ibunya sendiri.
Dalam Surat Filemon, ia berkata-kata tentang Onesimus sebagai
anaknya yang ia temukan sewaktu berada di dalam penjara.
Demikianlah juga halnya dengan setiap orang Kristen pada
masa mula-mula. Ketika ia ditolak oleh keluargannya sendiri, ia
diterima masuk ke dalam keluarga Kristus yang jauh lebih luas.
Seorang bisa saja terpaksa harus mengorbankan hubungan atau
ikatan dengan orang-orang yang sangat dikasihinya demi menjadi
Kristen. Namun, ketika hubungannya terputus seperti itu, ia
menjadi anggota dari satu keluarga dan persaudaraan seluas bumi
dan sorga.15
Jadi mereka akan menerima kembali seratus kali lipat dalam
hal kebaikan hati, dan semua hal yang jauh lebih baik dan
berharga. Anugerah mereka bertambah, penghiburan bagi
mereka berlimpah, mereka akan mendapat tanda-tanda bukti
kasih Allah, bersekutu dengan lebih bebas dengan Dia, Allah
sendiri akan berbicara dengan mereka lebih banyak, mereka akan
memperoleh penglihatan-penglihatan ke depan yang lebih jelas
dan tanda-tanda peringatan yang lebih manis mengenai
kemuliaan-Nya yang akan dinyatakan. Dengan begitu, mereka
dapat benar-benar berkata mereka telah menerima seratus kali
lipat sukacita dalam Allah dan Kristus daripada apa yang dapat
mereka terima dari istri atau anak-anak.16
Van Bruggen menambahkan bahwa imbalannya berlipat
ganda (seratus kali lipat). Orang akan menerimanya tidak dimasa

15William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari Injil Markus

(Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2009), 412-413


16 Matthew Henry, Tafsiran Matthew Henry Injil Matius 15-28, 979-

980.

78
Bagian Ketiga

yang akan datang (kerajaa surga membawa kehidupan kekal),


tetapi juga sekarang, di zaman ini, yang masih membawa
penganiayaan bagi orang percaya. Rumah, saudara laki-laki dan
perempuaan, ibu, anak, ladang akan diterima kembali dalam
persekutuan gereja. Dalam persekutuan itu tidak seorang pun
yang menutup-nutupi kekayaannya bagi orang lain, di sana
ditemukan persekutuan kasih yang baru (seperti gambaran gereja
mula-mula, Kis. 4:32 Adapun kumpulan orang yang telah percaya itu,
mereka sehati dan sejiwa, dan tidak seorang pun yang berkata, bahwa
sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu
adalah kepunyaan mereka bersama, Kis. 4:33 Dan dengan kuasa yang
besar rasul-rasul memberi kesaksian tentang kebangkitan Tuhan Yesus
dan mereka semua hidup dalam kasih karunia yang melimpah-limpah. Kis.
4:34 Sebab tidak ada seorang pun yang berkekurangan di antara mereka;
karena semua orang yang mempunyai tanah atau rumah, menjual
kepunyaannya itu, dan hasil penjualan itu mereka bawa, dan Kis. 4:35
dan mereka letakkan di depan kaki rasul-rasul; lalu dibagi-bagikan
kepada setiap orang sesuai dengan keperluannya).17

b. Hidup Kekal
Ganti rugi yang disebutkan sebelumnya sudah merupakan
pahala yang lebih dari cukup. Kehidupan yang dijanjikan di sini
mencakup semua kenyamanan hidup dalam tingkat yang tertinggi
dan semuanya kekal. Mereka akan memperoleh kehidupan kekal
dalam dunia yang akan datang. Jika orang sudah menerima
seratus kali lipat di dunia ini, dia mungkin tidak akan berharap
untuk menerima lebih dari itu lagi. Namun mereka akan
menerima hidup kekal, yang harganya lebih dari sepuluh ribu kali

17Bruggen, 357

79
Bagian Ketiga

lipat, sepuluh ribu kali tersebut, sebagai ganti dari semua


kehilangan yang diderita.
Bernard Johan Boland mengatakan, “bagaimana pun juga,
memanglah murid-murid itu, menurut pendapat mereka sendiri,
telah melepaskan segala-galanya, bukan hanya harta milik
kebendaan (sebab barangkali mereka tidak tergolong kepada
orang kaya) tetapi juga berbagai-bagai ikatan duniawi lainnya
(Luk. 14:25-27). Maka Yesus menetapkan dan menghibur hati
mereka: Barangsiapa yang telah mengambil keputusan seperti itu
dalam hidupnya oleh karena ia mau mencari Kerajaan Allah, ia
akan menerima pula lebih banyak daripada yang ditinggalkannya,
baik di dalam hidup ini antara lain persekutuan dengan saudara-
saudari dalam arti rohani (Luk. 8:19-21) maupun di hari depan
apabila Kerajaan Allah terwujud sepenuhnya. Itulah kekayaan
sejati yang boleh kita cita-citakan dan hendak diberikan Allah
kepada kita: Kekayaan berupa keselamatan, yaitu kehidupan di
dalam Kerajaan Allah yang merangkum masa kini dan masa
depan.18
Hal yang sama dikatakan J.J. de Heer bahwa di Matius
19:29 Yesus berjanji bahwa orang yang mengikut Dia dengan
setia, akan menerima seratus kali lipat apa yang dikorbankan.
Dalam Markus 10:30 dan Lukas 18:30 dikatakan bahwa mereka
hendak menerima kembali seratus kali lipat pada masa kini juga.
Apa yang dimaksudkan ialah bahwa mereka hendak mengalami
sikap tolong menolong juga.
Hal itulah pengganti kerugian yang diderita. Tetapi sayang
sekali sekarang ini persaudaraan dalam jemaat Kristen kadang-
kadang agak lemah. Manusia dicipta oleh Tuhan untuk hidup

18B.J. Boland, Tafsiran Alkitab Injil Lukas (Jakarta: BPK. Gunung

Mulia, 2003), 436

80
Bagian Ketiga

dalam persekutuan, tanpa persekutuan tidak ada kebahagiaan,


Maksud Tuhan supaya dalam jemaat Kristen ada persekutuan
rohani yang memperkaya roh kita dan persekutuan juga dalam
tolong menolong. Tetapi terutama hal yang menjadi ganti segala
kerugian ialah hidup yang kekal, yang akan diperoleh oleh orang-
orang yang setia kepada Yesus dan yang rela berkorban bagi-Nya.
Persekutuan abadi dengan Tuhan adalah inti dari hidup kekal
itu.19
Tetapi peringatan Tuhan Yesus, karena murid-murid-Nya
menuntut terlalu banyak, melebihi apa yang benar-benar telah
mereka tinggalkan demi Kristus, maka Ia memberitahukan
mereka bahwa walaupun mereka yang pertama akan dipanggil,
akan ada murid-murid lain lagi yang akan dipanggil setelah
mereka, yang akan lebih dipilih daripada mereka, misalnya Rasul
Paulus, seorang anak yang lahir terlambat dari waktunya, dan
walaupun begitu, telah bekerja lebih keras daripada rasul-rasul
yang lain (1 Kor. 15:10). Maka yang terdahulu akan menjadi yang
terakhir dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu.20
Barclay mengatakan bahwa banyak orang yang terdahulu
akan menjadi yang terakhir dan yang terakhir akan menjadi yang
terdahulu, ini adalah peringatan kepada Petrus. Karena besar
sekali kemungkinan bahwa pada waktu itu Petrus sedang
memperkirakan berapa banyak upah yanga akan ia peroleh dan
tentu saja dalam benaknya ia merasa bahwa dirinya pantas
menerima banyak.
Yang dikatakan Yesus adalah, “Penilaian terakhir ada di
tangan Allah. Banyak sekali terjadi bahwa dalam penilaian dunia
ini seseorang itu dinyatakan baik, tetapi penilaian Allah bisa saja

19J.J. de Heer, Tafsiran Alkitab Injil Matius (Jakarta: BPK. Gunung

Mulia, 2009),388
20Matthew Henry, Tafsiran Matthew Henry Injil Markus, 233

81
Bagian Ketiga

mengecewakan penilaian dunia. Lagi pula ada banyak orang yang


menilai diri sendiri baik, tetapi kemudian mendapati bahwa
penilaian Allah terhadapnya ternyata sangat berbeda. Perkataan
Yesus ini merupakan peringatan terhadap semua keangkuhan. Ini
adalah peringatan bahwa penilaian terakhir ada di tangan Allah
sebab hanya Dia yang mengetahui motif yang ada dalam hati
manusia. Ini adalah peringatan bahwa penilaian di sorga bisa jadi
akan mengecewakan reputasi di bumi.21
Van Bruggen mengatakan bahwa tidak kebetulan kata-kata
“orang banyak” tertulis di depan. Sebab ucapan Yesus berlaku
bagi orang yang tidak sedikit jumlahnya…ucapan itu ditujukan
kepada semua murid Yesus. Ternyata Markus 10:31 adalah berisi
peringatan bagi para murid. Menurut perkiraan murid-murid,
mereka lebih jauh mengungguli orang lain, karena merekalah
yang lebih dahulu menjadi pengikut. Tetapi hendaklah mereka
sadar akan kemungkinan lain: bisa saja orang yang datang terakhir
(seperti pemuda yang kaya itu) didahulukan. Bandingkan dengan
si Yudas dengan Saulus, si penganiaya gereja.
Dalam Injil Matius, perkataan ini langsung disusul
perumpamaan mengenai para pekerja di ladang anggur. Hal itu
juga menjelaskan bahwa di sini Yesus memerangi rasa puas diri
dan pengandalan akan status sendiri di dalam gereja. Apa yang
tak munkin bagi manusiam tetap tidak mungkin bagi para
pengikut Kristus. Hanya bagi Allah tidak mustahil
menyelamatkan baik orang kaya maupun pengikut-pengikut
Yesus.22

KESIMPULAN

21William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari Injil Markus

(Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2009), 414-415


22Bruggen, 358

82
Bagian Ketiga

Dari penjelasan di atas, menyadarkan kita kembali bahwa


kita yang sudah lebih dahulu mengikut Tuhan Yesus, hendaknya
terus memurnikan motivasi kita, menunjukkan kesetiaan pada
iman sampai akhir hayat kita. Tuhan telah berjanji bahwa
barangsiapa setia sampai akhir, akan dibalaskan Tuhan kepadanya
upah berlipat kali ganda pada semua pengorbanan dan kerugian
atau apa pun yang telah ditinggalkannya selama ia percaya,
mengikuti dan melayani Tuhan Yesus. Upah yang diberikan
Tuhan Yesus berlaku dalam masa kekinian dimana semua
pengikutnya akan menerima harga dan nilai yang sama dengan
apa yang telah dikorbankannya, lebih daripada itu para murid
Tuhan Yesus yang setia akan menerima hadiah hidup kekal yang
tiada taranya dengan apa yang diterima di dunia. Kiranya kita
selalu beriman dan melayani Tuhan Yesus dengan kesungguhan
hati sampai Tuhan memanggil kita masing-masing untuk
menerima mahkota kehidupan kekal.

DAFTAR PUSTAKA

Matthew Henry, Tafsiran Matthew Henry Injil Matius 15-


28.Surabaya; Momentum, 2008.
Yakub Van Bruggen, Markus: Injil Menurut Petrus. Jakarta: BPK.
Gunung Mulia, 2006.
Matthew Henry, Tafsiran Matthew Henry Injil Lukas 13-24.
Surabaya; Momentum, 2009.
William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari Injil Lukas.
Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2008.
Matthew Henry, Tafsiran Matthew Henry Injil Markus. Surabaya;
Momentum, 2007.

83
Bagian Ketiga

William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari Injil


Markus.Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2009.
B.J. Boland, Tafsiran Alkitab Injil Lukas. Jakarta: BPK. Gunung
Mulia, 2003.
J.J. de Heer, Tafsiran Alkitab Injil Matius. Jakarta: BPK.
Gunung Mulia, 2009.

84
Bagian Keempat

BAHAYA MENGIRINGI
HIDUP HAMBA TUHAN
(Tema ini pernah dimuat dalam Jurnal Arastamar, Januari 2015 Volume 7 Nomor 2, hal. 319-
334, ISSN 2085-9627, Penerbit: Delima Jakarta
Editor: Stenly R. Paparang, Yosia Belo & Lewi N. Bora)
Diadaptasi dari Buku “Pria Berdedikasi & Tak Mementingkan Diri Sendiri: MUSA” hal. 403-
426, yang ditulis Charles R. Swindoll, diterbitkan NAFIRI GABRIEL Jakarta, cetakan ketiga,
2008.

PENDAHULUAN
Setiap orang pernah merencanakan dan melakukan suatu
perjalanan jauh untuk suatu maksud dan tujuan tertentu. Apakah
itu menggunakan alat transportasi darat, laut dan udara. Setiap
perjalanan tersebut pasti ada bahaya yang mengintainya, tak
satupun dari manusia yang bisa mengelak kalau bahaya itu datang.
Seseorang yang ingin melakukan hal apa pun pasti ada risiko dan
bahaya yang mengancamnya.
Demikian halnya seseorang yang ingin menempuh
perjalanan panjang dalam hidupnya bersama Allah dan melayani-
Nya. Salah satu dari misteri-misteri yang besar dalam pekerjaan
Allah adalah sifat yang membahayakan dari keilahian itu sendiri.
Semua orang yang memburu suatu perjalanan yang intim
bersama Allah bergerak ke dalam daerah berbahaya.

BAHAYA SUATU REALITAS KEHIDUPAN


Kamus Webster mendefinisikan “bahaya” (peril) sebagai
“terbukanya risiko untuk menjadi terluka; bahaya”. Bahaya

85
Bagian Keempat

berbicara soal ancaman terluka, bukan berarti kepastian terluka.


Suatu aktivitas yang digambarkan sebagai berbahaya bukannya
pasti terjadi, tetapi dapat terjadi.
Dalam Perjanjian Baru menjelaskan “Memang, setiap
orang yang ingin menjalani hidup beribadah di dalam Yesus
Kristus akan menderita aniaya.” (2 Tim. 3:12). Amplified Bible
menerjemahkan ayat tersebut sebagai berikut: “Semua yang
memutuskan untuk menjalani hidup mengabdi, yang ilahi, akan
bertemu dengan penganiayaan yaitu, akan dibuat menderita
karena ketetapan mereka itu.” Secara sederhana dapat
dikalimatkan “Mereka yang berketetapan untuk berjalan bersama
Allah menjadi sasaran musuh.”
Petrus berkata: “Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si
Iblis, berjalan keliling sama seperti Singa yang mengaum-ngaum
dan mencari orang yang dapat ditelannya. Lawanlah dia dengan
iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di
seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama” (1 Pet. 5:8-
9).
Musuh kita seperti Singa yang mengaum-aum, mencari
mangsa yang lemah. Dia memangsa orang-orang yang ilahi
dengan sangat lahap. Jika kita mengkompromikan jalan kita, kita
tidak benar-benar menjadi sasaran musuh. Kita sedang dalam
perjalanan menuju kemah Allah. Tetapi jika kita memutuskan
untuk berdiri sendiri dan melawan arus; jika kita menolak
pendapat dunia mengenai bagaimana menjalani hidup kita,
yakinlah bahwa musuh kita sedang menantikan saat yang tepat
menelan kita. Kita akan pasti menghadapi panah-panah si Iblis.
Beberapa orang pernah berkata demikian, “Siapa pun yang
hendak berjalan dengan Allah, ia berjalan tepat dalam pencobaan
yang berat.” Semua orang yang memilih hidup dalam Tuhan,

86
Bagian Keempat

sebuah pencobaan berat akan datang. Suatu prinsip yang


universal bahwa jika kita memutuskan untuk hidup dan melayani
Allah, prinsip bahaya berkata bahwa si musuh akan menjadikan
diri kita sebagai sasaran utamanya. Semakin kita dekat dengan
Allah semakin dekat bahayanya.
Tetapi semua tidak hilang. Jauh dari itu! Harapan dan
keyakinan besar kita adalah bahwa Dia yang di dalam kita lebih
besar daripada siapan dan apapun di dunia ini. Kita tidak
menghadapi musuh yang begitu menakutkan sehingga kita tidak
dapat melawannya atau pun berdiri teguh dan aman pada
keputusan kita. Tuhan kita sumber pengharapan. Mazmur 4:4
menyebut sebagai “penguatan untuk peperangan”. Batas
persediaan Allah tidak akan menyusut. Ketika pengikut-
pengikut-Nya yang ilahi memerlukan sesuatu, Dia berada di sana
untuk menyediakan penguatan yang diperlukan. Ketika kita
berperang, Allah akan menyediakan segala keperluan kita.
Musa adalah seorang yang memilih berjalan dengan Allah,
karena itu menjadi target dari musuh. Dalam Bilangan 10, umat
Allah berada di Gunung Sinai, membangun sebuah Kemah Suci
(Tabernakel), menundukkan kepala mereka bersama sesuai
dengan hukum Allah. Mereka sedang siap meninggalkan Sinai
dan melanjutkan perjalanan mereka ke Kanaan, Tanah
Perjanjian. Dan Musa bermaksud mempimpin mereka ke sana.
Akan tetapi, pertama-tama, bahaya-bahaya itu, “(Pada
tahun yang kedua, pada bulan yang kedua, pada tanggal duapuluh
bulan itu, naiklah awan itu dari atas Kemah Suci, tempat hukum
Allah. Sesudah itu Kemah Suci dibongkar, dan berangkatlah bani
Gerson dan bani Merari yang mengangkat Kemah Suci itu” (Bil.
10:11, 17).

87
Bagian Keempat

Kemah Suci adalah sebuah rumah penyembahan yang


dapat dipindahkan, terbuat dari tenda-tenda dan didukung
dengan kayu penguat yang dapat dibongkar, diturunkan, dilipat,
dan diangkat di atas bahu umat Allah. Ketika umat Israel
mendatangi suatu tempat dan menetap pada kemah mereka,
mereka mendirikan Kemah Suci. Dan ketika awan bergerak,
mereka melibat Kemah Suci, mem-bawanya lebih jauh, kemudian
mendirikannya lagi. Sekarang kita bisa berpikir bahwa orang-
orang ini yang sudah melihat Hukum Allah tertulis dengan jari
tangan-Nya sendiri, yang baru saja membangun fasilitas
penyembahan baru, dibuat dengan teliti, dapat dipindahkan,
didesain dalam pikiran Allah sendiri, akan seratus persen
terdorong untuk berangkat ke Tanah Perjanjian, tetapi ternyata
tidak.
Sejumlah besar kelompok orang yang ingin berjalan
bersama Allah selalu tampak menarik sebuah kelompok yang
lebih kecil yang kekurangan hasrat seperti itu. Alkitab menyebut
kelompok ini sebagai “kumpulan bajingan” (rabble). Arti dalam
bahasa Ibrani untuk “kumpulan bajingan” adalah orang-orang
tak bernilai dan tanpa reputasi. Allah sungguh mengetahui
bagaimana menutup mulut dan langkah kelompok seperti ini.
Dalam kemah yang terdiri dari ratusan ribu umat Israel ini
dan sedikit orang asing yang bergabung dengan mereka pada saat
mereka keluar dari Mesir, satu segmen secara konstan menjadi
duri bagi Musa. Dalam Keluaran 12:28 Allah memanggil mereka,
“kumpulan yang bercampur dari berbagai bangsa”, di sini Allah
menyebut mereka, “kumpulan bajingan”. Dalam Bilangan 11:1
dilukiskan sekolompok orang Israel dalam perjalanan mereka ke
Kanaan yang tiba-tiba menolak dengan keras mengikuti
pimpinan Tuhan, “Pada suatu kali bangsa itu bersungut-sungut

88
Bagian Keempat

di hadapan TUHAN tentang nasib buruk mereka, dan ketika


TUHAN mendengarnya bangkitlah murka-Nya, kemudian
menyalalah api TUHAN di antara mereka dan merajalela di tepi
tempat perkemahan” (Bil. 11:1).
Ketika segalanya menjadi panas, para pengelun ini
merengek kepada Musa, Musa berdoa kepada Tuhan, dan api pun
padam. Tetapi mereka belum selesai. Ayat 4-6 berkata, “Orang-
orang bajingan yang ada di antara mereka kemasukan nafsu
rakus; dan orang Israelpun menangislah pula serta berkata:
‘Siapakah yang akan memberi kita makan daging? Kita teringat
kepada ikan yang kita makan di Mesir dengan tidak bayar apa-
apa, kepada mentimun dan semangka, bawang prei, bawang
merah dan bawang putih. Tetapi sekarang kita kurus kering, tidak
ada sesuatu apapun, kecuali manna ini saja yang kita lihat.’”

BERBAGAI MACAM BAHAYA MENGIRINGI


KEHIDUPAN HAMBA TUHAN
Berbagai macam bahaya akan mengiringi Kehidupan
Hamba Tuhan Yang Ilahi, tetapi dalam bagian ini akan dibahas
bahaya keputusasaan dan depresi, bahaya iri hati dan merasa diri
penting, bahaya disalah mengerti dan disalahpahami, bahaya
diabaikan dan ditolak, serta bahaya sakit hati dan balas dendam.

a. Bahaya keputusasaan dan depresi


Meskipun kita mungkin merupakan seorang hamba Tuhan,
kita dapat mendengarkan hal yang menekan semacam itu hanya
beberapa lama sebelum itu mulai mendemoralisasikan roh kita,
menarik kita ke bawah. Kita ingin berjalan bersama Allah, tetapi
kita bersama dengan sekelompok kecil orang yang tidak mau.
Secara terus-menerus mereka bersuara minor dan negatif.
Mereka tidak mau pergi dengan jalan Allah, mereka mau pergi

89
Bagian Keempat

dengan jalan mereka sendiri. Dan mereka selalu melihat ke


belakang kepada betapa besar sesuatu seharusnya.
Dr. Howard Hendrich berkata, “waktu-waktu masa lalu
yang baik itulah yang menciptakan sewaktu-waktu yang buruk
bahwa kita sedang memiliki hari-hari ini.” Artinya kita lebih
sering melihat kembali pada “waktu-waktu masa lalu yang baik”
itu dan kita bahkan tidak ingin member kesempatan pada waktu-
waktu baru yang menantang. Kumpulan bajingan tidak pernah
menyadari akan hal itu.
Musa mendengar kelompok orang yang menyedihkan ini
merengek dan mengeluh dan bersungut-sungut. Ia
mendengarnya terus-menerus. Ia mendengarnya begitu banyak
sehingga ia ingin muntah, “Ketika Musa mendengar bangsa itu,
yaitu orang-orang dari setiap kaum, menangis di depan pintu
kemahnya, bangkitlah murka TUHAN dengan sangat, dan hal itu
dipandang jahat oleh Musa” (Bil. 11:10). Tidakkah kita dapat
melihat dan merasakan apa yang dirasakan Musa?, ia berjalan ke
atas dan ke bawah dari batas-batas tenda itu, mendengarkan
keluhan terus-menerus? Ada rengekan, ada tangisan, ada wajah-
wajah muram, ada kepala-kepala yang menggelengkan dan air
muka yang suram, dan itu sangat melemahkan pria tua, Musa.
Ayat tersebut berkata, “dipandang jahat” (displeased). Tapi Musa
adalah manusia ilahi, manusia Tuhan. Ia sungguh sabar dan
berusaha meyakinkan umat Israel supaya dapat melihat Tuhan
yang dilihat Musa di semak-semak terbakar, supaya umat Israel
percaya tiang awan dan tiang api yang menuntun mereka menuju
tanah Kanaan, tetapi umatnya tidak mengerti.
Musa ingin mereka mengembangkan selera ssurgawi yang
menyenangkan di dalam makanan surgawi, tetapi mereka tidak
menghendaki, mereka lebih suka selera duniawi yang ada di
Mesir, ada ikan, ada bawang prei, bawang merah dan bawang

90
Bagian Keempat

putih. Akhirnya, mereka melemahkannya, dan ia menjadi putus


asa. Musa berkata tanpa berpikir tentang Allah,
Lalu berkatalah Musa kepada TUHAN: "Mengapa
Kauperlakukan hamba-Mu ini dengan buruk dan mengapa aku
tidak mendapat kasih karunia di mata-Mu, sehingga Engkau
membebankan kepadaku tanggung jawab atas seluruh bangsa ini?
Akukah yang mengandung seluruh bangsa ini atau akukah yang
melahirkannya, sehingga Engkau berkata kepadaku: Pangkulah
dia seperti pak pengasuh memangku anak yang menyusu, berjalan
ke tanah yang Kaujanjikan dengan bersumpah kepada nenek
moyangnya? Dari manakah aku mengambil daging untuk
diberikan kepada seluruh bangsa ini? Sebab mereka menangis
kepadaku dengan berkata: Berilah kami daging untuk dimakan.
Aku seorang diri tidak dapat memikul tanggung jawab atas seluruh
bangsa ini, sebab terlalu berat bagiku. Jika Engkau berlaku
demikian kepadaku, sebaiknya Engkau membunuh aku saja, jika
aku mendapat kasih karunia di mata-Mu, supaya aku tidak harus
melihat celakaku." (Bil. 11:11-15)

Dapat kita merasakan apa yang dirasakan Musa?,


pernahkah kita merasa begitu rendahnya? Semakin dalam kita
menyatakan komitmen diri kita, semakin berat beban kita.
Semakin besar kecepatannya, semakin berat jangkarnya. Semakin
besar impian-impian yang Allah mungkin berikan kepada kita,
semakin lebih gigih “kelompok bajingan” akan menghancurkan
impian-impian itu. Mereka akan mengeluh, bertengkar,
mengomel, menggerutu, mempersalahkan, menghakimi,
meneror, dan mengancam. Ingat, semakin ada waktu
mendengarkan mereka, kita akan tertekan dan dimakan habis
mereka.
Ini berarti bahwa ketika kita ingin hidup menyenangkan
Allah, melayani Allah dan sangat ingin diperhitungkan bagi
Kristus, capat atau lambat kita akan menjadi “bulan-bulanan”,
“makanan empuk” bagi sekumpulan bajingan yang tidak

91
Bagian Keempat

mengenal Tuhan. Jika kita membiarkan dan memberi waktu bagi


mereka, sama halnya kita memberikan yang terbaik dari Tuhan
dalam diri kita, dan kita akan menyerah pada mereka dalam
keputusasaan dan depresi. Jika kita berfokus pada konfrontasi-
konfrontasi ini, bagaimana pun kita akan tinggal dalam
keputusasaan. Itulah yang terjadi pada Musa. Ia mendengar
tangisan di belakang seseorang, terlalu banyak goyangan tenda
dan akhirnya serangan, “Tuhan ambillah nyawaku.”. Itulah
ekspresi puncak depresi dan frustasi Musa.
Kisah yang sama pernah terjadi juga dengan Elia, seorang
nabi unggulan Tuhan. Dalam suatu keletihan ia menggerutu
dengan kata-kata mirip di bawah sebuah pohon yang kering di
tengah padang gurun.. Yunus mengatakan hal yang sama di
bawah sebuah pohon anggur di sisi luar tembok Niniwe.
Keduanya sudah siap untuk berhenti; keduanya meminta
kematian yang cepat pada Tuhan. Tetapi Tuhan menolak
mengambil nyawah Elia maupun Yunus, dan tidak juga
mengambil nyawah Musa. Tetapi justru Allah mengurus
masalahnya dan menyelesaikannya serta member kekuatan
kepada mereka.
Lagi-lagi Musa sudah berusaha mencoba begitu banyak hal,
maka Tuhan mendistribusikan beban pekerjaannya. Dalam
Bilangan 11:16-25, Allah mengurus keperluannya. Tetapi segera
mungkin bahaya itu pergi dari sisi kanan, maka bahaya lainnya
muncul dari sisi kiri. Seperti itulah terjadi ketika kita memutuskan
untuk berjalan bersama dengan Allah, hidup bagi Dia dan
melayani seumur hidup bagi-Nya, bahaya-bahaya akan selalu
datang silih berganti.

b. Bahaya iri hati dan merasa diri penting

92
Bagian Keempat

Bahaya kedua Musa mulai dari kata-kata berikut dalam


Bilangan 11:26, “Masih ada dua orang tinggal di tempat
perkemahan; yang seorang bernama Eldad, yang lain bernama
Medad. Ketika Roh itu hinggap pada mereka — mereka itu
termasuk orang-orang yang dicatat, tetapi tidak turut pergi ke
kemah — maka kepenuhanlah mereka seperti nabi di tempat
perkemahan. Lalu berlarilah seorang muda memberitahukan
kepada Musa: "Eldad dan Medad kepenuhan seperti nabi di
tempat perkemahan."
Pernyataan ini mungkin kita tidak mengerti kecuali kita
menyadari bahwa Musa telah meminta tujuhpuluh tua-tua untuk
datang ke luar dan berdiri di sekeliling kemah. Allah telah
menunjukkan ketujuhpuluh orang ini untuk membantu Musa
memikul beban. Tetapi ketika mereka dipanggil kembali, dua dari
mereka tidak muncul. Satu bernama Eldad, satu lagi bernama
Medad. Keduanya bukanlah seorang pemberontak, bahkan
mereka telah dipimpin oleh Roh Allah untuk tinggal di
perkemahan.
Nah, sekarang apa maksud orang itu? Ia bermaksud,
“Musa, itu pekerjaanmu. Kaulah yang menjadi nabi. Dan jika ada
orang yang akan bernubuat, kaulah yang seharusnya melakukan
hal itu.” Itulah cara orang muda itu melihatnya. “Musa, sepasang
pengikut tidak mengikuti program,” dia mengadu, “Dan dari
semuanya itu, mereka di sana melakukan pekerjaanmu.” Menarik
untuk melihat apa yang terjadi kemudian: “Maka menjawablah
Yosua bin Nun, yang sejak mudanya menjadi abdi Musa,
“Tuanku Musa, cegahlah mereka” (Bil. 11:28).
Orang-orang muda ini iri pada peranan Musa. Dan mereka
berkata, “Musa, kau tidak membiarkan mereka melakukan itu.
Engkau sang nabi. Apa yang sedang Eldad dan Medad lakukan

93
Bagian Keempat

di sana? Mereka pikir siapa mereka?, bernubuat seperti itu? Itu


kan pekerjaanmu”. Maka Yosua berkata, “Jenderal Musa, tuan,
hentikanlah itu”. Tetapi Musa memiliki hati yang lebih lapang
dari itu. Dia menjawab dengan tenang, tanpa adanya tanda iri
hari,” Tetapi Musa berkata kepadanya: "Apakah engkau begitu
giat mendukung diriku? Ah, kalau seluruh umat TUHAN
menjadi nabi, oleh karena TUHAN memberi Roh-Nya hinggap
kepada mereka!" Kemudian kembalilah Musa ke tempat
perkemahan, dia dan para tua-tua Israel.” (Bil. 11: 29-30). Di sini
berbicara tidak mementingkan diri sendiri. Tidak ada sedikit pun
perasaan tidak aman dalam diri Musa ketika mendengar laporan
dan melihat kenyataan tersebut.
Apakah kita memburu keilahian?, apakah kita inging
terhitung bagi Kristus? Apakah Allah telah mengaruniakan diri
kita dalam pelayanan-Nya? Jika Ya, di suatu tempat sepanjang
perjalanan, kita akan menghadapi bahaya iri hati, merasa “diri
penting” dalam suatu pelayanan tertentu. Dan beberapa orang
dan bahkan sekelompok orang akan menanamkan benih iri hati
ke dalam kepala kita dan yang akan mencobai kita untuk merasa
diri paling penting.
Kita bukanlah orang penting, tidak ada seorang pun punya
hak merasa diri penting, kecuali hanya Tuhan Yesus Kristus.
Dialah yang menjadi Kepala. Dialah Yang Utama dan Terutama.
Dialah yang meletakkan dasar. Dialah yang berada di tempat
pertama dan seterusnya di sana. Dan ketika Dia memindahkan
yang satu ke atas dan yang lain ke bawah atau ketika Dia yang
menaikkan seseorang dan yang lain Dia turunkan, Dialah yang
berhak dan berkedaulatan melakukannya. Dialah yang
menempatkan diri kita dimana pun Dia mau. Dialah yang yang
memberikan kepada kita pekerjaan itu. Dia dapat mengambilnya

94
Bagian Keempat

begitu saja secepat Dia memberinya. Setialah dalam melakukan


pekerjaan kita, tetap merendah, dan meninggikan Yesus bukan
diri kita.

c. Bahaya disalah mengerti dan disalah pahami


Adalah sangat mungkin bahwa istri Musa, Zipora, sudah
mati, dan Musa menikahi wanita lain yang digambarkan dalam
Bilangan 12: 1 sebagai perempuan Kusy. Lihatlah respon
Miryam dan Harun terhadap pilihan yang dibuat Musa, “Miryam
serta Harun mengatai Musa berkenaan dengan perempuan Kush
yang diambilnya, sebab memang ia telah mengambil seorang
perempuan Kush.” Kata mereka: "Sungguhkah TUHAN
berfirman dengan perantaraan Musa saja? Bukankah dengan
perantaraan kita juga Ia berfirman?" Dan kedengaranlah hal itu
kepada TUHAN.” (Bil.12:1-2).
Siapakah Miryam dan Harun? Bukankah mereka adalah
saudara perempuan dan saudara laki-laki Musa?. Cukup Benar.
Dan luar biasa, kakak-kakak kandung Musa memulai sebuah
kampanye hitam “black compain” terhadap adik mereka.
Mengapa? “Karena perempuan Kusy yang ia nikahi.” Bacaan ini
unik dan masalah bagi beberapa orang, karena Allah berdiri
membela Musa, sekalipun ia menikahi seorang non Israel.
Bukankah TUHAN secara terang-terangan melarang spesifik
seorang pun Israel untuk menikahi orang Kanaan? Ya, tetapi
perempuan ini adalah orang Kusy, bukan orang Kanaan.
Tidak ada larangan yang telah dibuat terhadap itu. Masalah
sesungguhnya adalah dalam pikiran mereka adalah bahwa Musa
tidak mencari atau meminta nasihat pada Miryam dan Harun
terlebih dahulu. Mereka menganggap diri mereka sebagai
anggota-anggota yang penting dari lingkaran dalam. Mereka tidak
menghargai ketika Musa membuat sesuatu keputusan tanpa

95
Bagian Keempat

berkonsultasi pada mereka. Maka mereka berkata, “Kata mereka:


"Sungguhkah TUHAN berfirman dengan perantaraan Musa
saja? Bukankah dengan perantaraan kita juga Ia berfirman?" Dan
kedengaranlah hal itu kepada TUHAN” (ay. 2). Hal yang
menakjubkan adalah kalimat “Dan kedengaranlah hal itu kepada
TUHAN.” Dalam setiap fitnah terdapat seorang penggosip dan
yang digosipkan. Dan diantara keduanya ada TUHAN.
Sangat perlu diketahui bahwa sebelum orang yang
digosipkan mendengar komentar tersebut, TUHAN sudah
menangkap apa yang dikatakan. Miryam dan Harun
menyalahpahami anak Allah ini yang telah membuat suatu
keputusan mengenai sebuah pernikahan yang tidak dapat mereka
mengerti dan tidak akan mereka setujui.
Alkitab berkata, “Lalu berfirmanlah TUHAN dengan tiba-
tiba kepada Musa, Harun dan Miryam: "Keluarlah kamu bertiga
ke Kemah Pertemuan". Maka keluarlah mereka bertiga” (Bil.
12:4). Tentu saja Musa tidak memiliki apapun untuk kehilangan .
Ia senang untuk kembali kepada kehadiran ALLAH, tetapi tidak
demikian halnya dengan Miryam dan Harun. Ketika TUHAN
memerintahkan mereka untuk “keluar” berani bertaruh mereka
pasti datang! Dan inilah yang mereka dengar: “Lalu turunlah
TUHAN dalam tiang awan, dan berdiri di pintu kemah itu, lalu
memanggil Harun dan Miryam; maka tampillah mereka
keduanya. Lalu berfirmanlah Ia: "Dengarlah firman-Ku ini. Jika
di antara kamu ada seorang nabi, maka Aku, TUHAN
menyatakan diri-Ku kepadanya dalam penglihatan, Aku berbicara
dengan dia dalam mimpi.
Bukan demikian hamba-Ku Musa, seorang yang setia
dalam segenap rumah-Ku. Berhadap-hadapan Aku berbicara
dengan dia, terus terang, bukan dengan teka-teki, dan ia

96
Bagian Keempat

memandang rupa TUHAN. Mengapakah kamu tidak takut


mengatai hamba-Ku Musa? "Sebab itu bangkitlah murka
TUHAN terhadap mereka, lalu pergilah Ia” (Bil. 12: 6-9).
Kita boleh melihat suatu hal yang sakral dalam hubungan
ini, “TUHAN memiliki suatu hubungan unik dengan hamba-Nya
Musa, Allah memproklamasikan, mempertahankan dam
melindungi yang diinginkan-Nya. Dan tidak seorang pun akan
mengambil tem-patnya. Musa akan mati dan berlalu, tetapi tidak
aka nada seorang pun yang lain di perkemahan ini selama ia masih
hidup yang dengannya Allah memiliki suatu hubungan
berhadapan muka.
Karena itu tinggalkan ia sendiri. Dan untuk meyakinkan
pesan Allah ini dan supaya jangan ada yang salah mengerti
terhadap pesan ilahi ini, Allah menegaskan, “Dan ketika awan
telah naik dari atas kemah, maka tampaklah Miryam kena kusta,
putih seperti salju; ketika Harun berpaling kepada Miryam, maka
dilihatnya, bahwa dia kena kusta! Lalu kata Harun kepada Musa:
"Ah tuanku, janganlah kiranya timpakan kepada kami dosa ini,
yang kami perbuat dalam kebodohan kami. Janganlah kiranya
dibiarkan dia sebagai anak gugur, yang pada waktu keluar dari
kandungan ibunya sudah setengah busuk dagingnya" (Bil. 12:10-
12).
Lalu bagaimanakah respons Musa? Sebagai hamba Tuhan
yang memiliki hubungan intim dengan Tuhan dan mendapatkan
pembelaaan dari Tuhan atas perkaranya, apakah ia akan
memamfaatkan kesempatan itu karena memiliki legitimasi dari
Tuhan untuk melakukannya dan membalas kejahatan
saudaranya? Tidak. Dengarkanlah Firman Tuhan, “Lalu
berserulah Musa kepada TUHAN: "Ya Allah, sembuhkanlah
kiranya dia" (Bil. 12: 13). Betapa rendah hatinya Musa, betapa

97
Bagian Keempat

lembut dan murah hatinya Musa. Musa telah dihianati dan


difitnah oleh kakak perempuannya,tetapi ketika ia melihat kena
lepra, ia berkata, “Ya Allah, tahirkanlah tubuhnya.”
Dan kemudian inilah saatnya bagi respon Allah,
“Kemudian berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Sekiranya
ayahnya meludahi mukanya, tidakkah ia mendapat malu selama
tujuh hari? Biarlah dia selama tujuh hari dikucilkan ke luar tempat
perkemahan, kemudian bolehlah ia diterima kembali." Jadi
dikucilkanlah Miryam ke luar tempat perkemahan tujuh hari
lamanya, dan bangsa itu tidak berangkat sebelum Miryam
diterima kembali” (Bil. 12:14-16). Dengan kata lain, “Biarkanlah
hukuman ini berjalan selama satu minggu.” Dan Miryam
dikucilkan ke luar tempat perkemahan tujuh hari lamanya, dan
bangsa itu tidak berangkat sebelum Miryam diterima kembali.
Dalam Bilangan 12 mengingatkan kita betapa Allah
melindungi seorang yang ilahi. Kita tida perlu melakukan
pembelaan diri; Allahlah yang melakukan pembelaaan bagi diri
kita. Suatu saat kita akan disalahpahami dan disalahmengerti.
Tetapi ketika itu terjadi, jangan mencoba untuk mengatasi segala
fitnah terhadap kita. Biarkan Allah yang menjadi pembela diri
kita. Sangat menarik Musa difitnah di wilayah pribadi dan
kehidupan pribadi domestiknya. Lagi pula, siapa yang dia nikahi
adalah urusannya sendiri. Namun demikian kehidupan domestik
tampaknya menjadi daerah skandal yang paling sering dijadikan
umpan oleh kumpulan bajingan, khususnya di antara orang-
orang percaya dan hamba Tuhan.
Allah tidak pernah mengatakan kepada kita mengapa Musa
menikahi perempuan itu, tetapi dapat dianggap bahwa karena
Allah membela keputusannya, Musa dan Allah sudah pernah
membicarakannya, dan Musa memilih perempuan yang Allah

98
Bagian Keempat

inginkan supaya ia nikahi. Tetapi Miryam dan Harun tidak dapat


menerimanya maka mereka menekan adik kandung mereka. Di
sini kita belajar, sangat perlu berhati-hati tentang apa yang
dikatakan mengenai urusan pribadi dari orang-orang pilihan
Allah. Jika kita tidak mengetahui berbagai faktanya, bicarakanlah
secara pribadi kepada orang yang bersangkutan, atau tetap lebih
baik, tidak mengatakan apa-apa sama sekali.

d. Bahaya diabaikan dan ditolak


Ketika orang Israel datang ke pintu gerbang Tanah
Kanaan, Allah memerintahkan mereka mengintai tanah tersebut.
Musa mengirim mereka keluar dari padang guru Paran untuk
melakukan beberapa penyelidikan terhadap Kanaan. Duabelas
pengintai pergi, menghabiskan empatpuluh hari untuk
mengamati sekeliling tanah Kanaan. Dalam Bilangan 13
diceritakan,
TUHAN berfirman kepada Musa: "Suruhlah beberapa orang
mengintai tanah Kanaan, yang akan Kuberikan kepada orang
Israel; dari setiap suku nenek moyang mereka haruslah kausuruh
seorang, semuanya pemimpin-pemimpin di antara mereka." Lalu
Musa menyuruh mereka dari padang gurun Paran, sesuai dengan
titah TUHAN; semua orang itu adalah kepala-kepala di antara
orang Israel. Dan inilah nama-nama mereka: Dari suku Ruben:
Syamua bin Zakur; dari suku Simeon: Safat bin Hori; dari suku
Yehuda: Kaleb bin Yefune; dari suku Isakhar: Yigal bin Yusuf;
dari suku Efraim: Hosea bin Nun; dari suku Benyamin: Palti bin
Rafu; dari suku Zebulon: Gadiel bin Sodi; dari suku Yusuf,
yakni dari suku Manasye: Gadi bin Susi; dari suku Dan: Amiel
bin Gemali; dari suku Asyer: Setur bin Mikhael; dari suku
Naftali: Nahbi bin Wofsi; dari suku Gad: Guel bin Makhi. Itulah
nama orang-orang yang disuruh Musa untuk mengintai negeri itu;
dan Musa menamai Hosea bin Nun itu Yosua. Maka Musa
menyuruh mereka untuk mengintai tanah Kanaan, katanya kepada
mereka: "Pergilah dari sini ke Tanah Negeb dan naiklah ke

99
Bagian Keempat

pegunungan, dan amat-amatilah bagaimana keadaan negeri itu,


apakah bangsa yang mendiaminya kuat atau lemah, apakah mereka
sedikit atau banyak; dan bagaimana negeri yang didiaminya,
apakah baik atau buruk, bagaimana kota-kota yang didiaminya,
apakah mereka diam di tempat-tempat yang terbuka atau di
tempat-tempat yang berkubu, dan bagaimana tanah itu, apakah
gemuk atau kurus, apakah ada di sana pohon-pohonan atau tidak.
Tabahkanlah hatimu dan bawalah sedikit dari hasil negeri itu."
Waktu itu ialah musim hulu hasil anggur. Mereka pergi ke sana,
lalu mengintai negeri itu mulai dari padang gurun Zin sampai ke
Rehob, ke jalan yang menuju ke Hamat. Mereka berjalan melalui
Tanah Negeb, lalu sampai ke Hebron; di sana ada Ahiman, Sesai
dan Talmai, keturunan Enak. Hebron didirikan tujuh tahun lebih
dahulu dari Soan di Mesir. Ketika mereka sampai ke lembah
Eskol, dipotong merekalah di sana suatu cabang dengan setandan
buah anggurnya, lalu berdualah mereka menggandarnya; juga
mereka membawa beberapa buah delima dan buah ara. Tempat
itu dinamai orang lembah Eskol, karena tandan buah anggur yang
dipotong orang Israel di sana” (Bil. 13:1-24).

Setelah mereka melakukan pengintaian, mereka kembali


dan melaporkan, "Kami sudah masuk ke negeri, ke mana
kausuruh kami, dan memang negeri itu berlimpah-limpah susu
dan madunya, dan inilah hasilnya” (Bil. 13:27). Para pengintai itu
menunjukkan gambaran buah yang indah dari Tanah Kanaan.
Hati Musa berdegup lebih cepat karena ia dapat membayangkan
orang-orang itu pergi ke tanah tersebut dan mengambilnya
sebagaiman yang telah Tuhan janjikan. Ya, itulah yang
sesungguhnya akan terjadi! Apa yang Allah katakan di padang
gurun Midian akhirnya akan digenapi. Tetapi hal ini tidak
berlangsung lama, karena para pengintai melanjutkan laporan
mereka dan berkata, “Hanya, bangsa yang diam di negeri itu kuat-
kuat dan kota-kotanya berkubu dan sangat besar, juga keturunan
Enak telah kami lihat di sana. Orang Amalek diam di Tanah

100
Bagian Keempat

Negeb, orang Het, orang Yebus dan orang Amori diam di


pegunungan, orang Kanaan diam sepanjang laut dan sepanjang
tepi sungai Yordan." (Bil. 13:28-29).
Siapakah keturunan Enak? Mereka adalah raksasa, suatu
ras yang terdiri dari orang-orang besar. Dan mereka menakutkan
kesepuluh pengintai melebihi kekuatan pikiran mereka, “Kami
berjalan terus dan tiba-tiba kami bertemu dengan raksasa-raksasa
ini. Kami berlari ketakutan, kembali pada kalian, teman-teman,
untuk memberitahukan tentang hal itu.” Itulah yang terjadi di
sini. Laporan sepuluh pengintai melemahkan hati orang-orang,
dan hati Musa tenggelam dalam sampai ke bawah.
Namun demikian Kaleb dan Yosua mencoba
menenteramkan hati orang-orang dengan berkata, “"Tidak! Kita
akan maju dan menduduki negeri itu, sebab kita pasti akan
mengalahkannya!" Tetapi orang-orang yang pergi ke sana
bersama-sama dengan dia berkata: "Kita tidak dapat maju
menyerang bangsa itu, karena mereka lebih kuat dari pada kita"
(Bil. 13:30). Tetapi orang-orang Israel menolak untuk
mendengar, mereka memilih larut dalam ketakutan mereka, dan
memikirkan jalan keluar dengan berkata, “Lalu segenap umat itu
mengeluarkan suara nyaring dan bangsa itu menangis pada
malam itu. Bersungut-sungutlah semua orang Israel kepada Musa
dan Harun; dan segenap umat itu berkata kepada mereka: "Ah,
sekiranya kami mati di tanah Mesir, atau di padang gurun ini!
Mengapakah TUHAN membawa kami ke negeri ini, supaya kami
tewas oleh pedang, dan isteri serta anak-anak kami menjadi
tawanan? Bukankah lebih baik kami pulang ke Mesir?" Dan
mereka berkata seorang kepada yang lain: "Baiklah kita
mengangkat seorang pemimpin, lalu pulang ke Mesir" (Bil. 14:1-
4).

101
Bagian Keempat

Itulah bahaya diabaikan dan ditolak. Orang-orang Israel


tidak menginginkan tanah Kanaan. Mereka juga tidak
menginginkan Musa. Mereka lebih suka kembali ke rantai-rantai
di tanah Mesir yang duniawi, karena untuk memasuki tanah
Perjanjian berarti mereka harus menghadapi raksasa-raksasa itu.
Kaleb dan Yosua mencoba membicarakan dengan orang Israel
bagaimana cara mereka masuk ke tanah Kanaan dan
mengalahkan orang-orang raksasa di sana. Kaleb, Yosua, Harun
dan Musa bersujud dengan muka sampai ke tanah dihadapan
seluruh orang Israel. Namun Alkitab mencatat, “Lalu segenap
umat itu mengancam hendak melontari kedua orang itu dengan
batu. Tetapi tampaklah kemuliaan TUHAN di Kemah
Pertemuan kepada semua orang Israel” (Bil. 14:10). Demikianlah
sikap kelompok bajingan dari Israel, mereka menolak menuruti
Musa dan lebih memilih mengangkat seorang pemimpin untuk
kembali ke Mesir, ke tanah perbudakan dosa.

e. Bahaya sakit hati dan balas dendam


Betapa merupakan kesempatan bagi Musa untuk berkata,
“TUHAN, habiskan mereka!” Jika ada orang yang berhak untuk
merasa sakit hati dan balas dendam, itu adalah Musa pada momen
itu. Dengan segera, kemuliaan tampak di Kemah Pertemua dan
Allah berfirman kepada Musa, “TUHAN berfirman kepada
Musa: "Berapa lama lagi bangsa ini menista Aku, dan berapa lama
lagi mereka tidak mau percaya kepada-Ku, sekalipun sudah ada
segala tanda mujizat yang Kulakukan di tengah-tengah mereka!
Aku akan memukul mereka dengan penyakit sampar dan
melenyapkan mereka, tetapi engkau akan Kubuat menjadi bangsa
yang lebih besar dan lebih kuat dari pada mereka" (Bil. 14:11-12).
Musa bisa saja mengambil kesempatan saat Tuhan hendak
memusnakan bangsa Israel, untuk melampiaskan sakit hati dan

102
Bagian Keempat

balas dendamnya. Tetapi Musa, tidak mau. Musa sadar bahwa


kalau itu dilakukannya kesaksian Allah dipertaruhkan, bukan soal
dirinya. Musa tidak ada apa-apanya, Tuhanlah yang hebat.
Musa dengan rendah hati menjawab, “Lalu berkatalah
Musa kepada TUHAN: "Jikalau hal itu kedengaran kepada orang
Mesir, padahal Engkau telah menuntun bangsa ini dengan
kekuatan-Mu dari tengah-tengah mereka, mereka akan
berceritera kepada penduduk negeri ini, yang telah mendengar
bahwa Engkau, TUHAN, ada di tengah-tengah bangsa ini, dan
bahwa Engkau, TUHAN, menampakkan diri-Mu kepada mereka
dengan berhadapan muka, waktu awan-Mu berdiri di atas mereka
dan waktu Engkau berjalan mendahului mereka di dalam tiang
awan pada waktu siang dan di dalam tiang api pada waktu malam.
Jadi jikalau Engkau membunuh bangsa ini sampai habis, maka
bangsa-bangsa yang mendengar kabar tentang Engkau itu nanti
berkata:
Oleh karena TUHAN tidak berkuasa membawa bangsa ini
masuk ke negeri yang dijanjikan-Nya dengan bersumpah kepada
mereka, maka Ia menyembelih mereka di padang gurun. Jadi
sekarang, biarlah kiranya kekuatan TUHAN itu nyata
kebesarannya, seperti yang Kaufirmankan: TUHAN itu
berpanjangan sabar dan kasih setia-Nya berlimpah-limpah, Ia
mengampuni kesalahan dan pelanggaran, tetapi sekali-kali tidak
membebaskan orang yang bersalah dari hukuman, bahkan Ia
membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada
keturunan yang ketiga dan keempat. Ampunilah kiranya
kesalahan bangsa ini sesuai dengan kebesaran kasih setia-Mu,
seperti Engkau telah mengampuni bangsa ini mulai dari Mesir
sampai ke mari" (Bil. 14:13-19).

103
Bagian Keempat

Musa tidak ada merasa sakit hati, tidak ada balas dendam.
Justru yang ada adalah Musa membela bangsa yang tegar tengkuk
ini dan meminta Tuhan untuk menahan tangan-Nya terhadap
mereka. Dan Tuhan melakukannya. Ketika seseorang atau
sekelom-pok bajingan menembak seorang yang ilahi, bahaya
akhir sakit hati dan balas dendam akan menggerogoti kita.
Banyak anak atau hamba Tuhan penuh dengan sakit hati dan
balas dendam, ingin membalikkan podium menjadi sebuah palu
untuk memperjuang-kan peperangannya melawan sekumpulan
bajingan. Suatu rencana yang buruk, pasti Tuhan tidak kehendaki.
Betapa jauh lebih baik jika kita meninggalkan sakit hati dan balas
dendam tersebut pada Tuhan, seperti yang dilakukan Musa.

TIGA KEBENARAN TENTANG KEHIDUPAN YANG


ILAHI
Melalui perjalanan panjang bersama Tuhan dan melayani-
Nya seumur hidup, ada tiga hal yang patut kita renungkan dari
pergumulan hidup Musa bersama Allah dalam memimpin bangsa
Israel agar dari pernyataan ini dapat membantu kita menjalani
kehidupan yang diringi bahaya-bahaya maut:

a. Kehidupan yang ilahi tidak akan pernah mudah


Menguntungkan? ya, Memuaskan? ya. Bermanfaat?
Seribu kali ya. Tapi tidak pernah mudah. Berpikirlah dua kali
sebelum kita memasuki pelayanan kristiani. Berpikirlah dua kali
lipat sebelum kita mengikatkan diri untuk melayani di sebuah
pelayanan lintas budaya atau sebuah sekolah Kristem, karena
seluruh dunia kesulit-an menanti kita. Berhati-hatilah orang-
orang kudus.

b. Kehidupan yang ilahi seringkali membahayakan

104
Bagian Keempat

Suatu kali seseorang berkata bahwa kehidupan para rasul


bagaika jalur seekor kelinci berdarah yang membuat jalan bagi
dirinya menyeberangi bukit-bukit bersalju – hanya sebuah jejak
darah. Jika anda mencari kenyamanan, keamanan, jenis
keberadaan tanpa kronfrontasi, maka perjalanan keilahian yang
sempit berliku-liku ke bukit-bukit yang curam mungkin bukanlah
jalur pilihan kita.

c. Kehidupan yang ilahi selalu penuh peristiwa


Jika kita benar-benar ingin mematahkan sindrom
kebosanan, ikatkan diri pada Yesus Kristus. Hidup akan mulai
datang pada kita! Kita akan efektif, diberi kuasa dari surga, dan
peperangan akan bergolak. Kita tidak akan pernah menemukan
orang-orang di garis depan tertidur. Mereka berada dalam
peperangan yang sedang meledak. Itu sangat penuh dengan
peristiwa saat kita terhitung bagi Kristus. Mazmur 34: 20 berkata,
“Kemalangan orang benar banyak, tetapi Tuhan melepaskan dia
dari semuanya itu.” Jika perjalanan kita bersama Kristus
konsisten, seluruh neraka akan lepas. Tetapi seluruh surga akan
datang menyelamatkan diri kita.

PENUTUP
Menjadi murid atau pengikut Tuhan tidaklah mudah
apalagi menjadi hamba Tuhan. Allah tidak pernah berjanji bahwa
menjadi hamba-Nya tidak akan menghadapi rintangan dan
bahaya dalam pelayanan. Allah hanya berjanji bahwa Ia akan
selalu menyertai dan melepaskan hamba-hamba-Nya dari cobaan
maut. Banyak rintang-an, ujian, cobaaan, dan bahaya yang siap
merenggut kehidupan hamba Tuhan. Oleh karena itu diperlukan
kesiapan dan kesigapan hamba Tuhan agar mampu menghadapi

105
Bagian Keempat

dan melewati berbagai rintangan dan bahaya yang mengancam


jiwa hamba Tuhan.
Akhirnya, ingatlah pesan Rasul Paulus berikut ini (Ef.6: 10-
18):

Akhirnya, hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam


kekuatan kuasa-Nya. Kenakanlah seluruh per-lengkapan senjata
Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis;
karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi
melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa,
melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh
jahat di udara. Sebab itu ambillah seluruh perlengkapan senjata
Allah, supaya kamu dapat mengadakan perlawanan pada hari yang
jahat itu dan tetap berdiri, sesudah kamu menyelesaikan segala
sesuatu. Jadi berdirilah tegap, berikatpinggangkan kebenaran dan
berbajuzirahkan keadilan, kakimu berkasutkan kerelaan untuk
memberitakan Injil damai sejahtera; dalam segala keadaan
pergunakanlah perisai iman, sebab dengan perisai itu kamu akan
dapat memadamkan semua panah api dari si jahat, dan terimalah
ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu firman Allah, dalam
segala doa dan permohonan. Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan
berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak
putus-putusnya untuk segala orang Kudus”.

DAFTAR PUSTAKA

Swindoll Charles R., Pria Berdedikasi & Tak Mementingkan Diri


Sendiri: MUSA. Jakarta: NAFIRI GABRIEL, 2008.

106
Bagian Kelima

POHON DIKENAL DARI


BUAHNYA
Matius 7:15-20
(Tema ini pernah dimuat dalam Buku “Menabur Kasih Menuai Jiwa”,
hal. 79-108, Cet. Pertama: Oktober 2016, Penerbit: Delima Jakarta,
ISBN:978-602-1605-74-5,
Editor: Stenly R. Paparang, Yosia Belo & Paulus Basy)

PENDAHULUAN
Zaman ini menuntut orang untuk hidup bijaksana. Setiap
hari kita diperhadapkan dengan kenyataan memilih mana yang
benar dan mana yang tidak benar, mana yang asli dan mana yang
palsu. Di Indonesia, hampir di setiap tokoh penjualan barang
(misalnya tokoh penjualan spare parts motor dan mobil akan
selalu kita temui ada barang-barang original (KW 1) dan barang-
barang kwalitas dua (KW 2). Para penjualnya pun menawarkan
kepada kita, mau pilih KW 1 atau KW 2. Di Eropa nyaris kita
tidak bisa menemukan model seperti ini.
Faktanya bahwa dalam kurun waktu bersamaan kedua hal
ini mana yang kebenaran (asli) dan mana yang kemunafikan
(palsu) akan selalu muncul bersama, berjalan bersama, tinggal
bersama dan menunjukkan eksistensi. Ibaratnya seperti yang
dikatakan Tuhan Yesus “biarkanlah lalang dan gandum tumbuh
bersama” (Mat. 13:24-30).

107
Bagian Kelima

Dalam kehidupan orang percaya, hal semacam ini juga


harus menjadi perhatian kita. Tidak sedikit dari kita telah tertipu
orang-orang yang kelihatannya baik, ramah, sangat akrab, dan
sangat dekat dengan kita, tetapi ternyata dia seorang penipu
ulung. Yang paling menghebohkan beberapa hamba Tuhan
terkenal pun tidak luput dan menjadi korban penipuan dari
orang-orang sudah dan baru dikenalnya. Dalam pelayanan dan
bergeraja pun banyak orang yang kelihatan benar, baik tetapi
sesungguhnya seorang munafik, pendusta dan penipu.
Sekarang ini, kita pun juga apresiasi dengan luar biasa
karena semakin banyak orang tertarik sekolah teologi, banyak
pemuda pemudi mulai tertarik belajar soal-soal agama Kristen.
Dan yang paling luar biasa adalah sekarang ini semakin banyak
orang ingin mendirikan sekolah teologi, mendirikan gereja
(sinode). Mana yang paling benar dari semuanya ini; Mana yang
paling dikehendaki Tuhan dari semuanya ini?. Dari Matius 7 : 15
– 20 Yesus memberi perhatian khusus pada keberadaan nabi-nabi
palsu yang berkedokkan domba.

PERMASALAHAN DAN PERGUMULAN SEANTERO


DUNIA
Tema “Pohon Dikenal Dari Buahnya”. Sangat menarik
tentang hal ini karena orang-orang Yahudi, Yunani dan Romawi
sama-sama memakai gambaran ini, bahwa pohon dikenal melalui
buahnya.1 Hal ini mengindikasikan bahwa ternyata persoalan
mana yang benar dan mana yang palsu menjadi permasalahan dan
pergumulan setiap orang, pergumulan setiap bangsa, dan setiap
kebudayaan. Epictetus pernah berkata: “Dapatkah anggur

1William Barclay, Pemahaman Alkitab Setia Hari: Injil Matius Pasal 1 –

10 (Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2008), 462

108
Bagian Kelima

tumbuh dari Zaitun, atau zaitun menjadi anggur?” Seneca juga


menegaskan, bahwa sama seperti buah ara tidak dapat tumbuh
pada pohon zaitun, demikian juga kebaikan tidak akan pernah
muncul dari kejahatan. Tetapi dalam perikop ini kita mendapat
lebih dari pada semua gambaran itu. Yesus bertanya: “Dapatkah
orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari
rumput duri?. Di Palestina zaman Yesus memang terdapat semak
duri yang buah-buahnya mirip anggur kecil; di situ juga terdapat
rumput duri yang bunganya dari jauh nampak seperti buah ara.2
Pokok yang diutarakan Yesus memang sangat nyata, cocok dan
bermakna bagi situasi pada waktu itu.

EKSISTENSI NABI PALSU ADALAH SUATU


KENYATAAN
Ayat 15-20 merupakan bagian dari “Khotbah di Bukit”
dimana dari khotbah tersebut ditutup dengan empat peringatan.
Dalam ayat 15-20 merupakan peringatan kedua tentang adanya
nabi-nabi palsu. Tidak mengherankan jikalau Yesus berkata-kata
tentang nabi palsu itu, sebab dalam “Khotbah di Bukit”
berulang-ulang disebut Kitab Taurat dan kitab para nabi (yang
merupakan sumber referensi khotbah Yesus) justru di kitab –
kitab tersebut banyak peringatan tentang nabi-nabi palsu (mis. Ul.
13:1-5; Yer. 23:21-21-32), di mana ada nabi-nabi yang benar, di
situ ada nabi-nabi palsu juga.3
Siapakah dan bagaimana gambaran nabi palsu yang
dimaksudkan Yesus?. Bagi orang Yahudi tentu tahu masalah para
nabi palsu. Oleh karena nabi palsu selalu ada dan muncul dari
mereka ketika ada muncul seorang atau kelompok nabi yang

2Ibid,
463
3J.J.
de Heer, Tafsiran Alkitab Injil Matius Pasal 1 – 22 (Jakarta: BPK.
Gunung Mulia, 2009), 126

109
Bagian Kelima

benar-benar berasal dari Tuhan. Pada zaman raja-raja, muncullah


nabi palsu seperti Zedekia bin Kenaana (1 Raj. 22:11) dan
Zedekia bin Maaseya (Yer. 29:21). Pada masa pelayanan Nabi
Yeremia, mengalami pertentangan-pertentangan dengan nabi
palsu yang mengatakan “Damai sejahtera! Damai sejahtera!,
tetapi tidak ada damai sejahtera (Yer. 6:14; 8:11). Para pemimpin
dan nabi palsu biasanya disebut dengan sebutan serigala. Ketika
bangsa Israel mengalami masa yang sangat buruk, nabi Yeheskiel
berkata: “Pemuka-pemukanya di tengah-tengahnya adalah
serigala-serigala yang menerkam mangsanya dalam kehausan
akan darah, yang membinasakan orang-orang untuk
menguntungkan diri sendiri secara haram (Yeh. 22:27). Demikian
pula nabi Sefanya melukiskan keadaan suram Israel dengan
mengatakan: “Para pemukanya di tengah-tengahnya adalah singa
yang mengaum; para hakimnya serigala pada waktu malam yang
tidak meninggalkan apa pun sampai pagi hari. Para nabinya
adalah orang-orang ceroboh dan penghianat (Zef. 3:3). Ketika
Paulus untuk terakhir kalinya berpamitan kepada orang-orang
Efesus, ia memperingatkan para tua-tua di stu tentang bahaya
yang akan datang. Paulus berkata: “Aku tahu, bahwa sesudah aku
pergi, serigala-serigala yang ganas akan masuk ke tengah-tengah
kamu dan tidak akan menyayangkan kawanan itu (Kis. 20:29).
Yesus sendiri juga mengatakan, bahwa para murid-Nya diutus-
Nya seperti domba di tengah-tengah serigala (Mat. 10:6); Yesus
juga bertutur, bahwa Gembala Yang Baik itu mempertaruhkan
nyawahnya untuk melindungi kawanan ternaknya dari serangan
para serigala (Yoh. 10:12).4
Dari pengambaran di atas, umumnya nabi palsu
diidentifikasi seperti binatang serigala. Secara harfiah serigala

4Barclay, 459

110
Bagian Kelima

adalah binatang liar yang bentuknya seperti anjing dan warna


buluhnya kuning kelabu.5 Serigala (canis lupus) adalah hewan
karnivora yang wujudnya seperti anjing. Serigala dan anjing (carnis
lupus familiars) yang memiliki nenek moyang yang sama. Serigala
dikenal sebagai salah satu binatang paling buas. Serigala salah satu
binatang pemburu yang paling cepat dan mematikan mangsanya.6
Tetapi serigala juga memiliki sifat baik yaitu kesetiaan pada
kelompoknya terutama pada pasangannya. Karena perangai
tersebut, untuk mengidentifikasi seseorang yang kelihatan baik,
sering digunakan istilah serigala berbulu domba yang artinya
orang yang kelihatannya bodoh dan penurut, tetapi sebenarnya
kejam, jahat dan curang.
Leon Morris menjelaskan bagian ini, “Yesus berbicara
tentang guru yang bisa menolong atau menghambat. Yesus juga
memperingatkan “prosekho” artinya memberi perhatian,
digunakan bersama “apo” maka kata ini mengandung makna
“berjaga-jaga” tentang orang-orang yang tampaknya baik tetapi
mengajarkan jalan yang salah. Nabi adalah orang yang bisa
menyampaikan pesan langsung dari Allah; ia bisa berkata,
“Demikianlah Firman Tuhan”. Di masa dimana nabi dianggap
bisa berbicara dengan otoritas seperti ini, baik di dalam hal
menubuatkan masa depan, menegur kejahatan, atau menguji
kebaikan, beberapa orang bisa tergoda untuk mengklaim
mendapat inspirasi langsung, baik mereka benar-benar mereka
mendapatkannya atau tidak. Jadi nabi palsu (hostis) bisa berarti
orang dengan kualitas seperti... adalah orang yang memalsukan
klaim berbicara atas nama Allah.. tetapi mencakup semua orang

5Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta; Balai Pustaka,

2005), 1049
6Disadur dari http://www.bibliotika.com/2015/04/fakta-fakta-

menarik-seputar-serigala.html

111
Bagian Kelima

yang berdusta mengklaim menyatakan jalan Allah. Faktanya


adalah umat Allah tidak pernah kekurangan pengajar sesat yang
akan menjauhkan mereka dari Allah. Yesus berkata para nabi
palsu ini sedang mendekati para murid (nabi palsu tidak perlu
dicari) dan mereka akan tampil beda. Mereka muncul “dengan
jubah domba” yang berarti mereka tampak begitu tidak
membahayakan, pada hal mereka adalah serigala-serigala buas,
binatang dengan nafsu yang tak terpuaskan. Sesungguhnya
menujukkan natur mereka berbeda dari apa yang tampak dari
luar. Yesus menunjukkan guru agama yang memasang wajkah
yang tak berbahaya untuk menipu pengikut mereka, yang mau
mengeruk keuntungan bagi diri sendiri. Mereka bisa saja tampak
seperti domba, tetapi karakter mereka menunjukkan mereka
adalah serigala yang mau mencapai keuntungan mereka dengan
mengorban domba-domba itu.7
Yesus memperingatkan para murid-Nya untuk waspada
(NKJV menterjemahkan “beware” artinya hati-hati, berhati-hati,
awas. Mattew Henry mengatakan, kita perlu sangat berhati-hati,
sebab kepura-puraan mereka itu tampak sangat wajar dan tidak
menimbulkan prasangka orang, sehingga bisa membuat kita
mudah terperdaya bila kita tidak berjaga-jaga. Mereka menyamar
seperti domba, sesuai kebiasaan nabi-nabi yang penampilannya
bersahaja, kasar, dan biasa-biasa saja. Mereka mengenakan jubah
berbuluh untuk berbohong (Za. 13:4). Septuaginta menyebut
jubah Elia “he melote” artinya jubah kulit domba.8 Tentang hal ini,
William Barclay mempertegas bahwa Yesus mengatakan bahwa
para nabi palsu adalah seperti serigala-serigala yang berkedok
domba. Pada zaman itu para gembala yang menggembalakan

7Leon Moris, Injil Matius (Surabaya: Momentum, 2016), 183-184


8Matthew Henry, Tafsiran Matthew Henry: Injil Matius 1 – 14
(Surabaya: Momentum, 2007), 313

112
Bagian Kelima

ternaknya di lereng-lereng bukit selalu memakai pakaian yang


terbuat dari kulit domba. Pakaian itu merupakan pakaian luar.
Sedangkan di bagian dalam mereka memakai pakiaan biasa.
Itulah pakaian yang khas untuk para gembala. Namun ada juga
orang-orang yang bukan gembala tetapi memakai pakaian
gembala. Sama halnya dengan para nabi, pada zaman dahulu para
nabi mempunyai pakaian khusus. Nabi Eliya memakai jubah (1
Raj. 19:13; 19) yang berbuluh (2 Raj. 1:8). Jubah berbuluh yang
dibuat dari kulit domba seperti itu merupakan pakaian khusus
para nabi. Hanya dengan melihat pakaiannya saja setiap orang
membedakan pra nabi dari orang-orang lain. Tetapi kadang-
kadang jubah berbuluh demikian itu dipakai juga oleh orang-
orang yang tidak berhak.9
Kita harus berhati-hati agar tidak terperdaya dengan
pakaian dan penampilan orang, seperti misalnya milik para ahli
Taurat, yang suka berjalan-jalan memakai jubah panjang (Luk.
20:46). Mereka berpura-pura seperti doma, dari luar tampak nya
begitu suci, tidak berbahaya, lemah lembut, berguna. Pokoknya
segalanya sangat baik dan tidak tertandingi oleh siapa pun.
Mereka berpura-pura sebagai orang yang benar, dan dengan
penampilan itu mereka diizinkan masuk ke tengah jemaat
sehingga memperoleh kesempatan berbuat jahat sebelum jemaat
itu menyadarinya. Diri dan kejahatan mereka disepuh dengan
kesucian dan ibadah palsu. Iblis mengubah dirinya sebagai
malaikat terang (2 Kor. 11:13-14). Musuh kita bertanduk dua
sama seperti muka manusia (Why. 9:7-8). Mereka adalah
penggoda-penggoda yang manis dalam tutur kata dan perilakunya
(Rm. 16:18; 30:10).10

9Barclay, 460
10Henry, 313

113
Bagian Kelima

MENGUJI POHON DARI BUAHNYA


Setiap jalan ada pedomannya. Diperlukan pedoman yang
baik dan benar untuk berjaga-jaga. Kita harus menguji segala
sesuatu (1 Tes. 5:21) dan menguji roh-roh (1 Yoh. 4:1).
Bagaimana para murid dan orang percaya dapat mengenali orang-
orang seperti itu?. Bagaimana mengetahui nabi dari Tuhan dan
nabi palsu?, mana hamba Tuhan yang benar-benar dari Tuhan
dan bukan dari Tuhan?. Untuk menguji dan menilainya ada
beberapa cara yang bisa kita lakukan yaitu menguji dan menilai
mereka dari kebenaran firman Tuhan (Alkitab), menguji dan
menilai mereka dari masalah yang dihadapi, menguji dan menilai
dari waktu, menguji dan menilai dari motivasi, cara dan
tujuannya, menguji dan menilai dari pikiran, tutur kata dan
perbuatannya dan pada akhirnya menguji dan menilai mereka
dari buahnya akan menunjukkan siapa mereka. Tetapi pada
permasalahan ini, sesuai firman Tuhan, maka pendekatan yang
dilakukan adalah menguji dan menilai dari buahnya.
Dalam ayat 16-18; 20, dikatakan “Dari buahnyalah kamu
akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur
dari semak duri atau buah ara dari rumput duri?, Demikianlah
setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang
pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. Tidak
mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik,
ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik.
Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti
ditebang dan dibuang ke dalam api. Jadi dari buahnyalah kamu
akan mengenal mereka.”
Pada ayat 16 mengatakan “Dari buahnyalah kamu akan
mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari
semak duri atau buah ara dari rumput duri?” Yang sama juga
114
Bagian Kelima

dengan ayat 20 yaitu “Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal


mereka.” Hal ini menunjukkan sesuatu yang benar-benar penting
karena diucapkan lebih dari satu kali dalam satu perikop.
Gambaran yang dipakai di sini adalah buah anggur dan
buah Ara. Suatu pertanyaan, “dapatkah orang memetik buah
anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri?” Sejatinya
adalah tidak mungkin. Tetapi yang tidak sejati bisa mungkin. Di
sini sangat memperjelas bahwa sesuatu yang substansial tidak
akan mungkin muncul sesuatu yang tidak substansial, sesuatu yang
hakiki tidak mungkin muncul sesuatu yang tidak hakiki, sesuatu
yang sejati tidak mungkin memunculkan sesuatu yang tidak sejati,
sesuatu yang benar tidak mungkin memunculkan sesuatu yang
tidak benar. Tetapi dalam dunia kepalsuan, kemunafikan,
kebohongan ketidakbenaran bisa saja hal-hal semacam itu
muncul dan mungkin terjadi. Di samping keaslian dan kebenaran,
akan selalu muncul dan berdiri kepalsuan dan ketidakbenaran.
Dalam suatu zaman Tuhan akan munculkan nabi-nabi-Nya,
rasul-rasul-Nya, penginjil-penginjil-Nya, gembala-gembala-Nya,
guru-guru-Nya dan umat-Nya atau orang-orang percaya. Tetapi
perlu juga diketahui bahwa di saat yang sama dan selanjutnya
akan muncul pula nabi-nabi palsu, rasul-rasul palsu, penginjil-
penginjil palsu, gembala-gembala palsu, guru-guru palsu dan
umat atau orang-orang percaya yang palsu.
Dari buahnya kita akan mengenal mereka. Menurut Morris,
kata buah pertama-tama merujuk kepada hasil pohon yang bisa
dimakan, tetapi secara figuratif juga bisa berarti berbagai produk.
Intinya, yang paling penting bukan apa yang tampak dari luar...
tetapi apa yang dikerjakan oleh para nabi palsu itu: Pikiran,
perkataan dan perilaku.11 Hal yang sama dipertegas oleh Matthew

11Moris, 184

115
Bagian Kelima

Henry bahwa buah yang dimaksudkan adalah buah pribadi, kata-


kata, dan gerak-gerik perilaku mereka serta ajaran mereka.12
Berdasarkan beberapa pemikiran di atas, maka perihal
“buah” yang dimaksudkan adalah dari buah pemikiran,
perkataan, perbuatan, dan pengajaran.

1. Buah Pemikiran
Menurut Aristoteles (384-322 SM.), manusia adalah
makhluk rasional. Manusia adalah satu-satunya makhluk yang
dapat berpikir, melakukan analisis, dan dapat berlogika.13
Menurut Stephen Tong, manusia disebut manusia karena ia
merupakan satu-satunya makhluk yang dapat mengenal
kebenaran, keadilan dan kesucian melalui rasio. Manusia menjadi
manusia karena ia dapat menjalankan keadilan, yaitu memiliki
sifat hukum. Dan manusia dinamakan manusia karena ia adalah
satu-satunya makhluk yang memiliki kewajiban moral untuk
dapat mencapai tuntutan kecucian.14 Itulah sebabnya rasio
manusia mempunyai tugas untuk mengerti kebenaran, keadilan
dan kesucian. Melalui rasio itu, manusia menyadari bahwa
kebenaran, keadilan dan kesucian harus dikembalikan kepada
pencipta-Nya. Pada saat keadilan seseorang kembali kepada
keadilan Allah, maka orang itu menjadi beres. Demikian pula
ketika kebenarn manusia kembali kepada kebenaran Allah, dan
kesucian manusia kembali pada standar moralitas Allah, maka
manusia itu akan menjadi beres.15

12Henry, 316
13Stephen Tong, Hati Yang Terbakar (Surabaya: Momentum, 2007),
99
14Ibid, 94
15Ibid, 95

116
Bagian Kelima

Dallas Williard menjelaskan bahwa pemikiran (thought)


membawa segala sesuatu ke hadapan pikiran atau ingatan (mind)
kita dengan bermacam-macam cara (termasuk persepsi dan
imajinasi) dan memampukan kita untuk mempertimbangkan
semua itu dengan beragam respek dan menelusuri hubungan-
hubungan timbal balik dari semuanya itu dengan yang lain.
Pemikiran memampukan kehendak (atau roh) kita bergerak jauh
melampaui batas-batas langsung lingkungan dan persepsi dari
pikiran sehat kita. Melalui pemikiran, kesadaran kita mencapai
pemahamn tentang alam semesta, masa lalu, masa sekarang, dan
masa depan, dengan menggunakan pertimbangan dan buah
pikiran ilmiah, imajinasi dan seni – juga dengan penyataan ilahi,
yang sampai kepada kita terutama dalam bentuk pemikiran.16
Tetapi tidaklah demikian dengan nabi-nabi palsu, mereka
tidak memikirkan dan menyadari bahwa kebenaran, keadilan dan
kesucian itu berasal dari Allah. Mereka kuat pada pendirian
mereka yang egois bahwa dikiranya bahwa dengan berbuat
begitu mereka berlaku benar, adil dan suci. Sanders mengatakan
bahwa ciri khas seorang munafik (pembohong, pendusta,
penipu) akan nyata apabila ia mau melindungi kuat-kuat aku-nya
(egonya) dari segi negatifnya yang ia sadari sepenuhnya.17
Apa yang nabi-nabi palsu pikirkan?. Adalah pikiran-pikiran
yang yang jahat, pikiran-pikiran yang menipu, pikiran-pikiran
yang memikirkan keuntungan diri sendiri walaupun orang lain
menjadi korban. Willim Barclay menjelaskan bahwa kesalahan
utama dari para nabi adalah pikiran dan usaha untuk mencari
keuntungan bagi diri mereka sendiri. Mereka mempunyai interes

16Dallas Williard,Renovation of The Heart (Malang: Literatur SAAT,


2005), 45
17C. Sanders, Iman: Akali dan Nir Akali (Jakarta: BPK. Gunung

Mulia, 2004), 82

117
Bagian Kelima

pribadi. Gembala sejati akan lebih memperhatikan ternak


gembalannya ketimbang diri dan hidupnya sendiri. Serigala hanya
akan berusaha memuaskan nafsu dan ketamakannya sendiri. Para
nabi palsu memang memberikan pengajaran. Tetapi mereka
melakukan itu buka untuk memberikan suatu kepada orang lain,
melainkan sebaliknya agar mereka memperoleh sesuatu dari
orang lain tersebut.18 Itulah yang mereka pikirkan terus menerus
bahwa bagaimana mereka bisa untung walaupun dalam situasi
yang sulit. Yeheskiel 34: 2 - 4 mengatakan, “...Celakalah gembala-
gembala Israel, yang mengembalakan dirinya sendiri! Bukiankah
domba-domba yang seharusnya digembalakan oleh gembala-
gembala itu?. Kamu menikmati susunya, dari bulunya kamu buat
pakaian, yang gemuk kamu sembelih, tetapi domba-domba itu
sendiri tidak kamu gembalakan. Yang lemah tidak kamu kuatkan,
yang sakit tidak kamu obati, yang luka tidak kamu balut, yang
tersesat tidak kamu bawa pulang, yang hilang tidak kamu cari,
melainkan kamu injak-injak mereka dengan kekerasan dan
kekejaman. Dengan demikian mereka berserak, oleh karena
gembala tidak ada, dan mereka menjadi makanan bagi segala
binatang di hutan. Domba-dombaku berserak dan tersesat di
semua gunung dan di semua bukit yang tinggi, ya di seluruh tanah
itu domba-domba-Ku berserak, tanpa seorang pun yang
memperhatikan atau yang mencarinya.”

2. Buah Perkataan
Apa yang nabi-nabi palsu katakan? Mereka akan berkata
seolah-olah mereka diutus Allah. Nabi-nabi sejati akan bernubuat
sesuai dengan perintah dan keinginan Allah. Para nabi palsu akan
bernubuat sesuai perintah dan keinginan diri sendiri. Para nabi

18Barclay, 464-465

118
Bagian Kelima

sejati akan berkata-kata atas nama Allah, sehingga wibawa dan


penyertaan ilahi ada pada mereka, tetapi nabi-nabi palsu
menyebut diri mereka dipakai Allah, tetapi wibawa dan
pernyertaan ilahi tidak ada pada mereka.
Ulangan 13: 1-5 berbunyi, “Apabila di tengah-tengahmu
muncul seorang nabi atau seorang pemimpi, dan ia
memberitahukan kepadamu suatu tanda atau mujizat, dan apabila
tanda atau mujizat yang dikatakannya kepadamu itu terjadi, dan
ia membujuk: Mari kita mengikuti allah lain, yang tidak kaukenal,
dan mari kita berbakti kepadanya, maka janganlah engkau
mendengarkan perkataan nabi atau pemimpi itu; sebab TUHAN,
Allahmu, mencoba kamu untuk mengetahui, apakah kamu
sungguh-sungguh mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan segenap
hatimu dan dengan segenap jiwamu. TUHAN, Allahmu, harus
kamu ikuti, kamu harus takut akan Dia, kamu harus berpegang
pada perintah-Nya, suara-Nya harus kamu dengarkan, kepada-
Nya harus kamu berbakti dan berpaut.
Nabi atau pemimpi itu haruslah dihukum mati, karena ia
telah mengajak murtad terhadap TUHAN, Allahmu, yang telah
membawa kamu keluar dari tanah Mesir dan yang menebus
engkau dari rumah perbudakan--dengan maksud untuk
menyesatkan engkau dari jalan yang diperintahkan TUHAN,
Allahmu, kepadamu untuk dijalani. Demikianlah harus
kauhapuskan yang jahat itu dari tengah-tengahmu”.
Demikian pula di dalam Yeremia 23: 21-32 berkata “Aku
tidak mengutus para nabi itu, namun mereka giat; Aku tidak
berfirman kepada mereka, namun mereka bernubuat. Sekiranya
mereka hadir dalam dewan musyawarah-Ku, niscayalah mereka
akan mengabarkan firman-Ku kepada umat-Ku, membawa
mereka kembali dari tingkah langkahnya yang jahat dan dari
perbuatan-perbuatannya yang jahat. Masakan Aku ini hanya
119
Bagian Kelima

Allah yang dari dekat, demikianlah firman TUHAN, dan bukan


Allah yang dari jauh juga? Sekiranya ada seseorang
menyembunyikan diri dalam tempat persembunyian, masakan
Aku tidak melihat dia? demikianlah firman TUHAN. Tidakkah
Aku memenuhi langit dan bumi? demikianlah firman TUHAN.
Aku telah mendengar apa yang dikatakan oleh para nabi, yang
bernubuat palsu demi nama-Ku dengan mengatakan: Aku telah
bermimpi, aku telah bermimpi! Sampai bilamana hal itu ada
dalam hati para nabi yang bernubuat palsu dan yang
menubuatkan tipu rekaan hatinya sendiri, yang merancang
membuat umat-Ku melupakan nama-Ku dengan mimpi-
mimpinya yang mereka ceritakan seorang kepada seorang, sama
seperti nenek moyang mereka melupakan nama-Ku oleh karena
Baal? Nabi yang beroleh mimpi, biarlah menceritakan mimpinya
itu, dan nabi yang beroleh firman-Ku, biarlah menceritakan
firman-Ku itu dengan benar! Apakah sangkut-paut jerami dengan
gandum? demikianlah firman TUHAN. Bukankah firman-Ku
seperti api, demikianlah firman TUHAN dan seperti palu yang
menghancurkan bukit batu? Sebab itu, sesungguhnya, Aku akan
menjadi lawan para nabi, demikianlah firman TUHAN, yang
mencuri firman-Ku masing-masing dari temannya.
Sesungguhnya, Aku akan menjadi lawan para nabi, demikianlah
firman TUHAN, yang memakai lidahnya sewenang-wenang
untuk mengutarakan firman ilahi. Sesungguhnya, Aku akan
menjadi lawan mereka yang menubuatkan mimpi-mimpi dusta,
demikianlah firman TUHAN, dan yang menceritakannya serta
menyesatkan umat-Ku dengan dustanya dan dengan bualnya.
Aku ini tidak pernah mengutus mereka dan tidak pernah
memerintahkan mereka. Mereka sama sekali tiada berguna untuk
bangsa ini, demikianlah firman TUHAN.”

120
Bagian Kelima

Di dalam Wahyu 2:20 berkata “Tetapi Aku mencela


engkau, karena engkau membiarkan wanita Izebel, yang
menyebut dirinya nabiah, mengajar dan menyesatkan hamba-
hamba-Ku supaya berbuat zinah dan makan persembahan-
persembahan berhala.” Dengan mempergunakan bahasa dari
Matius 7:15 dapat kita mengatakan bahwa wanita Izebel itu
“menyamar seperti domba”, ia menganggap dirinya sebagai
orang Kristen dan pasti berbicara banyak tentang Roh Kudus
“yang memberi ilham kepadanya”, namun demikian, ia
membawa ajaran sezat; misalnya ia mengizinkan orang Kristen
untuk berbuat zinah dan makan persembahan-persembahan
berhala. Dengan jalan itu wanita Izebel sebenarnya telah menjadi
serigala yang buas, yang merampas domba-domba Kristus.19
Para nabi palsu mengumbar perkataan-perkataan dusta,
perkataan-perkataan kebohongan. Mereka mencoba mengelabui
umat Tuhan dengan kata-kata manis dan kata-kata indah agar
percaya kepadanya. Tidak hanya itu, ketika mereka sudah terbuka
kedoknya perkataan mereka begitu kasar, menyakitkan, dan
mematikan. Itulah keadaan mereka yang sebenarnya. Mereka
menutupi diri mereka dengan apa yang kelihatan baik di lihat dan
didengar dari luar tetapi sesungguhnya di dalamnya begitu buruk,
busuk, dan pahit. Dalam Matius 12:34-35 berkata “Hai kamu
keturunan ular beludak, bagaimanakah kamu dapat
mengucapkan hal-hal yang baik, sedangkan kamu sendiri jahat?
Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati. Orang yang baik
mengeluarkan hal-hal yang baik dari perbendaharaannya yang
baik dan orang yang jahat mengeluarkan hal-hal yang jahat dari
perbendaharaannya yang jahat. ”Demikian pula ditulis dalam
Lukas 6:45 berkata “Orang yang baik mengeluarkan barang yang

19Heer, 127

121
Bagian Kelima

baik dari perbendaharaan hatinya yang baik dan orang yang jahat
mengeluarkan barang yang jahat dari perbendaharaannya yang
jahat. Karena yang diucapkan mulutnya, meluap dari hatinya."
Perbuatan manusia mencerminkan apa yang ada dalam
hatinya. Perbuatan manusia diatur oleh hati, sebagaimana
disebutkan dalam Markus 7:20-23. Otak yang berpikir, namun
hati yang menentukan. Makanya kalau hati seseorang jahat, maka
apa yang dikerjakannya jahat pula. Oleh sebab itu hati kita mesti
diubahkan oleh Yesus. Hati kita harus seperti hatinya Yesus.
Kalau orang berperilaku baik tanpa ada Kristus dalam hatinya,
maka kebaikannya itu adalah semu dan kondisional. Tetapi hati
yang telah diterangi Yesus akan bersipat kekal. Kebaikan yang
dilakukan bukan supaya mendapatkan ibalan dari Tuhan,
melainkan imbalan atas apa yang ia dapatkan dari Tuhan.20 Dari
sini Kristus menekankan tentang perkataan-perkataan yang jahat,
buah-buah kejahatan bertahtakan di dalam hati. Matthew Henry
mengatakan:
a. Hati adalah akar, bahasa adalah buah. Jika pohonnya baik,
buahnya juga akan baik. Jika yang terutama bertahta di dalam
hati adalah anugerah, maka bahasa yang keluar adalah bahasa
yang dipakai oleh orang yang takut akan Tuhan. Sebaliknya,
jika yang bertahyta di dalam hati adalah hawa nafsu, maka
itulah yang akan meluap ke luar. Paru-paru yang sakit akan
mengeluarkan nafas yang menusuk, demikian pula, bahasa
orang menunjukkan asal bangsanya dan roh macam apa yang
dimilikinya. Tumbuhkanlah pohon yang baik, maka buahnya
pun akan baik. Milikilah hati yang murni, maka kamu akan

20Dikutip dari pemikiran Pendeta Anto dalam

https://gappinpsd.wordpress.com/2013/05/25/pohon-dikenal-dari-
buahnya-manusia-dikenal-dari-perbuatannyalukas/

122
Bagian Kelima

memiliki bibir yang bersih dan hidup yang suci. Jika hati kita
tidak diubah, maka hidup kita tidak akan diperbaharui.
b. Hati adalah mata air, perkataan adalah aliran airnya, yang
diucapkan mulut meluap dari hati, seperti aliran air meluap
dari air. Hati yang jahat dikatakan meluapkan kejahatannya
seperti mata air meluapkan airnya (Yer. 6:7), mata air yang
keruh dan sumber yang kotor (Ams. 25:26), dari orang fasik
timbul kefasikan (1 Sam. 24:13), dan orang bebal mengatakan
kebebalan (Yes. 24:13). Orang yang dengan sendirinya jahat
tidak mempunyai kecakapan maupun kehendak untuk
mengataan hal-hal yang baik, seperti seharusnya dikatakan.
Itulah sebabnya penulis Amsal mengatakan “Jagalah hatimu
dengan segala kewaspadaan, karena disitulah terpancar
kehidupan” (Ams. 4:23).
c. Hati adalah perbendaharaan, dan perkataan adalah apa yang
dikeluarkan dari perbendaharaan itu. Orang yang baik
mempunyai perbendaharaan yang baik dalam hatinya, dan
dari sana keluarlah hal-hal yang baik. Belas kasihan,
penghiburan, pengalaman, pengetahuan yang baik, perasaan-
perasaan yang baik, dan tekad yang baik, semunya ini adalah
perbendaharaan yang baik di dalam hati. Firman Allah
bersemayam di sana, hukum Allah tertulis di sana, dan
kebenaran-kebenaran ilahi diam dan berkuasa di sana,
semuanya ini harta karun yang berharga dan sesuai, yang
tersimpan dengan aman dan tersembunyi dengan baik,
seperti persediaan-persediaan yang disimpan tuan rumah
yang baik, yang siap digunakan kapan pun diperlukan. Tetapi
sifat orang yang jahat adalah mempunyai perbendaharanan
yang jahat di dalam hatinya, dan dari hatinya itu ia
mengeluarkan hal-hal yang jahat. Hawa nafsu dan kejahatan
yang tinggal dan berkuasa di dalam hati adalah
123
Bagian Kelima

perbendaharaan yang jahat, dan dari perbendaharaan itulah


orang berdosa mengeluarkan perkataan dan perbuatan
buruk, yang membawa penghinaan bagi Allah dan menyakiti
orang lain (Kej. 6:5, 12; Mat. 15:18-20; Yak. 1:15), tetapi
perbendaharaan yang fasik (Ams. 10:2) akan menjadi
perbendaharaan bagi murka yang akan datang.21
Perumpaan dari mata air dan perbendaharaan itu mau
mengajarkan kepada kita bahwa Yesus mau setiap perkataan-
perkataan yang kita ucapkan adalah hal yang sangat penting
karena kata-kata kita berasal dari isi hati kita dan merupakan
cermin dari isi hati itu. Walaupun manusia seringkali berusaha
untuk menyembunyikan isi hatinya, namun melalui percakapan-
percakapan kita, mau tidak mau tabit kita akan nyata.22
Dalam Matius 12: 37 berkata “Karena menurut ucapanmu
engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau
akan dihukum”. Di sini Yesus menegaskan betapa terperincinya
pertanggungjawaban yang diminta atas dosa lidah pada hari
penghakiman itu. Dan bahkan setiap kata atau percakapan sia-sia
yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkan. Allah
sangat memperhatikan setiap kata kita ucapkan dan bahkan yang
tidak kita pikirkan dan perhatikan. Mazmur 139:4 menuliskan,
“Sebelum lidahku mengeluarkan perkataan, sesungguhnya,
semuanya telah Kuketahui”. Walaupun diucapkan tanpa
perhatian dan tanpa direncanakan Allah mengetahuinya.
Demikian pula setiap perkataan yang sombong, yang sia-sia, dan
kasar itu tidak menyenangkan hati Allah. Perkataan seperti itu
tidak pernah mengarah kepada suatu kebaikan apa pun, dan sama
sekali tidak dapat digunakan untuk membangun orang lain.

21Henry, 592-595
22Heer, 241

124
Bagian Kelima

Perkataan ini merupakan buah dari hati yang sombong dan tidak
sungguh-sungguh. Perkataan yang sia-sia ini sama dengan
perkataan yang kotor, kosong, atau semborono yang dilarang
(Ef.5:4) dan tidak berfaedah (Ayb. 15:3).
Para nabi palsu terbiasa, bangga dan bahkan menikmati
setiap umbaran kata-katanya. Tetapi mereka lupa bahwa setiap
perkataan akan akan dipertanggung jawabkan dan dihukum atau
dibenarkan pada saat penghakiman, “Karena menurut ucapanmu
engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau
akan dihukum." (Mat. 12:37).

3. Buah Perbuatan
Jika para murid memperhatikan perbuatan para nabi palsu
ini dan menolak untuk dibuai oleh ucapan palsu belaka, mereka
akan melihat para nabi palsu ini sebagaimana adanya. Jika ingin
tahu apakah mereka orang yang benar atau tidak, amatilah cara
hidup mereka, sebab perbuatan mereka akan bersaksi bagi atau
melawan mereka. Para ahli Taurat dan orang Farisi duduk di kursi
Musa, dan mengajarkan hukum Taurat, tetapi mereka bersilahkan
kesombongan, ketamakan, kepalsuan dan suka menindas. . . Jika
orang berpura-pura sebagai nabi tetapi perilaku tidak senonoh,
itu sudah membuktikan kepura-puraan mereka. . . apapun
pengakuan mereka, karena Tuhan mereka adalah perut mereka,
dan pikiran mereka semata-mata tertuju kepada perkara duniawi
(Flp. 3:18-19). Orang yang kehidupannya membuktikan bahwa ia
dipimpin oleh roh najis, bukanlah orang-orang yang diajar atau
diutus oleh Allah yang kudus.

4. Buah Pengajaran
Salah satu cara menguji nabi palsu adalah dari ajaran
mereka. Apakah ajaran itu berasal dari Allah atau bukan. Apakah

125
Bagian Kelima

kesukaan dan yang cenderung mereka ajarkan dan perbuat?, Jika


ajaran itu berasal dari Allah, maka ini akan menimbulkan
kesalehan, kerendahan hati, kedermawanan, kekudusan, dan
kasih yang sungguh-sungguh. Namun bila sebaliknya,
kecenderungan membuat orang menjadi sombong, duniawi, dan
suka bertengkar, berperilaku ceroboh, tidak adil, tidak dermawan,
gemar menggolong-golongkan, mengganggu ketenangan umum,
memuaskan kebebasan hawa nafsu dan menyebabkan orang
meninggalkan pengendalian atas diri dan keluarga. . . pasti ajakan
ini bukan datang dari Dia (Gal. 5:8), ini bukan pula hikmat yang
datang dari atas (Yak. 3:15). Perhatikanlah ajaran yang
menimbulkan keragu-raguan harus diuji dengan anugerah dan
melalui kewajiban-kewajiban, apakah dilakukan atau tidak. Kalau
menuntun kepada dosa, maka itu bukan berasal dari Allah.23
Mengenai buah-buah (pengajaran) palsu yang dihasilkan
oleh para nabi palsu, William Barclay memberikan interpretasi
mengenai pengajaran palsu dari nabi-nabi palsu sebagai berikut:
a. Suatu pengajaran disebut palsu apabila menghasilkan agama
yang utamanya hanya terdiri dari ketaatan-ketaatan pada hal-
hal lahiriah saja. Hal itulah yang merupakan kesalahan para
ahli Taurat dan orang Farisi. Bagi mereka agama adalah
ketaatan pada hukum upacara-upacara. Bagi mereka orang
yang baik adalah orang yang membasuh tangan dengan cara
yang benar, pada hari Sabbat membawa beban yang beratnya
tidak lebih dari yang ditentukan hukum, pada hari Sabbat
melakukan perjalanan yang jauhnya tidak melebihi jarak yang
ditentukan hukum. Memang agama dapat dengan mudah
dikacaukan dengan kegiatan-kegiatan agamaniah.

23Henry, 317

126
Bagian Kelima

b. Suatu pengajaran disebut palsu apabila menghasilkan agama


yang hanya terdiri dari larangan-larangan. Agama yang
didasarkan pada sederetan larangan adalah agama yang palsu.
Ada guru agama yang memberi nasihat kepada orang yang
baru menjadi Kristen demikian, “Sejak saat ini anda tidak
boleh menonton film, berdansa, merokok, memakai alat-alat
kecantikan, membaca cerita-cerita roman, atau memasuki
tempat-tempat hiburan. Kalau kita menjadi Kristen itu bisa
dilakukan hanya dengan jalan berhenti melakukan hal-hal
tertentu, maka kekristen akan merupakan agama yang sangat
mudah. Tetapi inti kekristenan tidak terletak pada macam-
macam larangan seperti itu. Sebaliknya inti kekristenan justru
terletak pada kewajiban untuk melakukan banyak hal,
kekristenan yang negatif dan penuh larangan, malah tidak
akan dapat menjawab kasih Allah yang positip, yang penuh
dengan suruhan atau perintah.
c. Suatu pengajaran disebut palsu apabila menghasilkan agama
yang mudah dan gampang. Dalam surat Roma 6 jelas perkara
ini, Mereka berkata kepada Paulus: Apakah anda percaya
bahwa anugerah Allah merupakah hal terbesar di dunia ini?,
Paulus menjawab: “Ya.” Apakah anda percaya bahwa
anugerah Allah cukup besar untuk menutupi setiap dosa?.
Jawab Paulus” “Ya.”. Mereka lalu berkata: “Nah, kalau
begitu, mari kita terus menerus berbuat dosa sampai
kedalaman hati kita. Alalh tentu akan mengampuni. Dan
ingat, dosa-dosa kita itulah yang justru memberikan
kesempatan bagi berlakunya anugerah Allah yanb ajaib itu!”.
Agama semacam itu adalah agama yang palsu yang penuh
olok-olok, karena merendahkan dan menghina kasih Allah
yang sejati. Setiap ajaran yang disebut ajaran palsu apabila
ajaran itu membuang tiang-tiang penting agama,
127
Bagian Kelima

mengeluarkan salib dari kekristen, mengurangi ancaman yang


terkandung di dalam suara Kristus, mengesampingkan
hukuman, dan menina-bobokan orang.
d. Suatu pengajaran disebut palsu apabila pengajaran itu
memisahkan agama dari hidup. Setiap ajaran yang
menyingkirkan orang Kristen dari hidup dan kegiatan di
dunia nyata ini adalah ajaran palsu. Kesalahan seperti itulah
yang dilakukan oleh para biarawan dan para petapa masa lalu.
Pada waktu itu mereka percaya, bahwa untuk
memberlakukan hidup Kristen mereka harus menyingkir ke
tengah pada gurun atau ke dalam biara terpisah dari
kehidupan dunia sehari-hari. Mereka percayam bahwa
memberlakukan hidup Kristen berarti harus memisahkan diri
dari hidup yang penuh cobaan dan gelora. Mereka percaya,
bahwa mereka hanya dapat menjadi orang Kristen yang sejati
kalau mereka neghentikan hidup duniawi. Pada hal Yesus
berkata, dan berdoa bagi para murid-Nya: “Aku tidak
meminta, supaya Engkau mengambil mereka dari dunia,
tetapi supaya Engkau melindungi mereka dari pada yang jahat
(Yoh. 17:15).
e. Suatu pengajaran disebut palsu apabila menghasilkan agama
yang sombong dan memisahkan diri. Setiap ajaran yang
mendorong orang untuk masuk ke dalam kelompok kecilnya
sendiri, dan menganggap orang lain serta dunia berdosa,
adalah ajaran yang palsu. Fungsi dan tugas agama adalah
bukanlah untuk mendirikan tembok pemisah, melainkan
justru menghancurkannya. Agama itu dimaksudkan untuk
mendekatkan orang satu kepada yang lain, dan bukan
mencerai-beraikan mereka. Agama dimaksudkan untuk
menghimpun semua manusia ke dalam satu keluarga besar,
dan bukan untuk memecah-mecah mereka ke dalam
128
Bagian Kelima

kelompok-kelompok yang saling bertentangan. Ajaran yang


mengatakan, bahwa hanya Gereja atau kelompok orang
Kristen tertentu saja yang memiliki anugerah Allah, adalah
ajaran yang palsu. Mengapa? Karena Kristus bukanlah
Kristus yang memisahkan dan mencerai-beraikan manusia,
melainkan Kristus yang mempersatukan dan
24
mempersekutukan mereka.
Para nabi-nabi palsu pseudo-propheta atau yang mengaku-ngaku
demikian akan mengeluarkan perintah-perintah palsu, pura-pura
mendapatkan wewenang dan petunjuk langsung dari Allah untuk
menjadi nabi, dan menerima ilham ilahi, pada hal buka demikian
halnya. Mereka adalah orang-orang yang memberitakan
pengajaran palsu mengenai hal-hal mendasar yang merupakan
inti agama, orang yang mengajarkan hal yang berlawanan dengan
kebenaran yang sebenarnya yang ada dalam Yesus, yang
bertentangan dengan kesalehan.
Dalam Wahyu 2:2 dalam terjemahan Bahasa Indonesia
Masa Kini (BMIK) dikatakan “Aku tahu apa yang kalian buat:
Kalian bekerja keras dan kalian tabah sekali. Aku tahu bahwa
kalian tidak memberi hati kepada orang jahat. Dan orang-orang
yang mengaku dirinya rasul padahal bukan, sudah kalian uji, dan
kalian dapati bahwa mereka pembohong. Kita harus mewaspadai,
mencurigai, mencobai, menguji dan membongkar kepalsuan
mereka. Wapadalah terhadap terhadap orang-orang yang
mengaku-ngaku memiliki pewahyuan, dan jangan akui mereka
tanpa bukti yang cukup, jangan sampai satu kejanggalan diakui,
maka seribu lainnya akan menyusul. Oleh sebab berdirilah teguh
melawan mereka, bersiaplah membongkar segala kebohongan
dan kepalsuan mereka. Dan jika patut dilakukan hal ini;

24Barclay, 467-471

129
Bagian Kelima

hindarilah mereka, jauhilah mereka dan jangan mau berurusan


dengan mereka.
Intinya bahwa tidak mungkin semak duri menghasilkan
buah anggur, rumput duri menghasilkan buah ara. Karena
sejatinya pohon anggurlah yang menghasilkan buah anggur,
pohon aralah yang menghasilkan buah ara seandainya hal itu bisa
terjadi; semak duri menghasilkan buah anggur, rumput duri
menghasilkan buah ara itu pasti itu suatu kemustahilan, itu pasti
suatu kebohongan, itu pasti suatu kepalsuan.

KUALITAS POHON DITENTUKAN BUAHNYA


Yesus sekarang tidak berbicara tentang jenis buah, tetapi
kualitas buah berikut pohon yang menghasilkannya. Yesus
mengkontraskan pohon yang baik dengan pohon yang tidak baik.
Kata pohon yang baik, kata baik menggunkan (Yun. agathos)
berarti “baik” di dalam berbagai aspeknya, fisiknya atau
moralnya, di sini merujuk kepada pohon yang sehat. Suatu pohon
yang sehat buahnya pasti baik. Tetapi tidak demikian dengan
pohon yang tidak baik, kata tidak baik (Yun. Sapros) berarti
memburuk, membusuk. Tetapi bukan dimaksudkan benar-benar
pohon itu busuk, karena jika demikian tidak mungkin bisa
berbuah. Tetapi hal ini mengacu pada pohon atau tubuh manusia
yang sedang sakit, sehingga membuatnya tidak sanggup berbuah
atau menghasilkan buah yang baik. Pohon yang baik akan
menghasilkan buah yang baik. Kata buah yang baik (Yun. kalos)
artinya serupa dengan agathos, yang menunjuk kepada kesalehan
yang nyata. Pohon yang tidak baik akan menghasilkan buah yang
tidak baik. Kata buah yang tidak baik (Yun. poneros) artinya jahat,
dikaitkan dengan buah yang busuk, buruk, dan tidak berharga.25

25Morris, 184

130
Bagian Kelima

Yesus mempertegas ajaran-Nya dengan berkata sebatang


pohon mustahil bisa menghasilkan buah yang melawan naturnya.
Jika sebatang pohon sepenuhnya sehat, maka pohon itu tidak
akan bisa menghasilkan buah yang tidak baik. Demikian pula
pohon yang tidak baik tidak akan sanggup menghasilkan buah
yang baik (Ayb. 14:4).
Buah-buah yang baik yang terungkap dalam tindakan
sehari-hari tentu berasal dari hati yang baik. Kebaikan itu
diperoleh dari sang sumber kebaikan yakni Allah sendiri. Oleh
karena itu, sangatlah perlu untuk selalu menjalin persekutuan
dengan sumber kebaikan kebaikan. Ini semua bisa dikerjakan
dengan mengisi hati kita dengan Firman Tuhan. Berbicara
tentang pohon yang baik tergantung dengan kualitas bibitnya.
Jika pohon itu berasal dari bibit yang unggul, tentu akan
menghasilkan buah yang baik pula.26
Jadi jikalau pohon yang baik (fisiknya baik, moralnya baik,
tingkah lakukanya baik) maka buahnya akan baik (artinya
kehidupan rohaninya baik, akan menjadi orang saleh, rohani, dan
taat). Jika pohonnya tidak baik (sakit, tidak sehat), maka tidak bisa
menghasilkan buah, atau kalaupun menghasilkan buah maka
buahnya akan busuk, buruk, jelek. Kalau pohon tidak baik (tetap
akan bisa hidup tetapi buahnya tidak baik, membawa racun,
membawa kebusukan, kejahatan) dan membuat orang lain
disekitarnya mengalami kerusakan. Jadi di sini menjadi jelas natur
dari pohon tersebut tidak mungkin menghasilkan buah yang
berbeda.

26Disadur dari http://www.kuasadoa.com/2014/09/13/pohon-

dikenal-dari-buahnya/

131
Bagian Kelima

POHON YANG TIDAK BERBUAH BAIK PASTI


DITEBANG
Yesus beralih dari buah pohon yang tidak baik kepada
nasib pohon seperti ini. Di dalam ucapannya yang mengingatkan
kita pada Yohanes Pembaptis (Mat. 3:10), Yesus menegaskan
sang pengelola kebon tidak akan membiarkan pohon yang tidak
berbuah (Luk. 13:6-9). Selain menghabiskan tempat, pohon
seperti itu tidak baik bagi tanah dan bisa mencemari pohon-
pohon yang masih baik. Tidak ada alasan untuk pohon tersebut
terus tumbuh, dan tidak ada alasan seorang pengelola kebun yang
ahli akan membiarkan pohon itu. Peringatan ini sifatnya universal
diperkuat dengan istilah “setiap” bahwa tidak ada pohon yang
tidak berbuah dan menghasilkan buah yang tidak baik, dibiarkan
tumbuh dan hidup. Yang menarik, Yesus tidak berbicara tentang
apa yang pohon itu hasilkan, tetapi apa yang pohon itu tidak
hasilkan; yang ditebang bukanlah pohon yang secara aktif
menghasilkan buah yang buruk, tetapi yang gagal menghasilkan
buah yang baik (suatu gagasan sebab akibat; dimana pohon itu
tidak memberi buah yang baik).27
Konskeuensi yang diterima pohon yang tidak
menghasilkan buah yang baik akan ditebang dan dibuang ke
dalam api. Ditebang mengandung makna kekerasan; setidaknya
menyatakan penolakan. Bagi pengelolah kebun api bersifat
harafiah pohon yang tidak berguna dibakar supaya tidak menulari
pohon-pohon yang lainnya. Tetapi secara kekal api merujuk
kepada neraka. Allah akan memperlakukan orang jahat sepert
manusia memperlakukan pohon kering yang mengotori tanah: Ia
akan menandai mereka dengan beberapa tanda rasa tidak senang-
Nya. Ia akan menguliti mereka dengan cara mengambil semua

27Moris, 185

132
Bagian Kelima

bagian berkat dan karunia-karunia dari mereka dan menebang


mereka lewat maut serta membuang mereka ke dalam api neraka,
api yang dikorbankan dengan murka Allah dan dinyalakan
dengan kayu dari pohon-pohon yang tidak menghasilkan buah
itu (Yeh. 31:12-13; Dan. 4:14; Yoh. 15:6).28
Pada ayat 20, kata “jadi” merujuk pada ayat 16. Yang secara
logis menegaskan bahwa buah adalah ujian bagi pohon, jika tidak
ada buah yang baik, maka tidak ada alasan yang baik untuk pohon
itu tetap ada. Dan buah adalah ujian bagi yang mengklaim diri
nabi. Jika tidak ada buah yang baik, maka tidak ada alasan yang
baik untuk memperlakukan orang yang bersangkutan sebagai
nabi.29
Kristus menghendaki agar setiap murid Kristus berbuah.
Karena kalau kita tidak berbuah, maka kita akan dipotong atau
dibersihkan. Itulah alasan mengapa Yesus menegaskan maksud
ini dengan berkata, “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi
Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu,
supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap,
supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku,
diberikan-Nya kepadamu,”(.16:16). Tapi, banyak orang Kristen
yang tidak berbuah, bahkan mereka tidak berbuah sama sekali.
Seorang murid Kristus dituntut bukan hanya menghasilkan buah
saja, tetapi juga harus berbuah lebat.30

28Henry, 316
29Moris,185
30Dikutip dari Eddy Leo, penatua jemaat Abbalove Ministries

dalam
http://www.abbalove.org/index.php?option=com_content&view=article&i
d=864:seorang-murid-kristus-dikenal-dari-buahnya&catid=26:movement-
news

133
Bagian Kelima

PENUTUP
Dari penjelasan di atas, jelas bahwa Yesus sejak dari
awalnya sudah mengingatkan para murid-Nya dan orang Kristen
untuk waspada terhadap kehadiran nabi-nabi palsu yang sangat
mungkin muncul dari kalangan murid-murid-Nya, kalangan
orang percaya dan bahkan kalangan hamba Tuhan. Mereka akan
tampil seperti gembala-gembala yang baik dan kadang dapat
menjadi domba-domba yang baik pula. Tetapi sesungguhnya
mereka adalah serigala yang ganas, garang dan kejam. Menguji
dan menilai mereka adalah dari buahnya. Seperti pohon yang baik
akan menghasilkan buah yang baik pula. Tidak mungkin pohon
yang baik akan menghasilkan buah yang tidak baik dan sebaliknya
pohon yang tidak baik akan menghasilkan buah yang baik.
Ditegaskan bahwa tidak mungkin buah anggur dipetik dari
semak-semak duri dan buah ara dari rumput duri. Kualitas buah
yang baik akan menunjukkan kualitas pohon baik.
Buah yang dihasilkan para nabi palsu tidak akan pernah
baik. Karena semua yang ditunjukkan itu berasal dari dalam
hatinya yang busuk, buruk dan pahit. Tidak mungkin akan
menghasilkan buah tidak busuk, buah yang baik, dan buah yang
manis. Segala pikiran, perkataan, perbuatan dan ajaran mereka
adalah kemunafikan, kebohongan, dusta, dan kepalsuan belaka.
Semua yang ditunjukkan baik adalah hanya untuk menarik
simpati, mengelabui orang dan menjebak orang lain ke dalam
perangkap mereka. Ketika orang lain sudah masuk ke dalam
perangkap mereka, akan dilahapnya dengan sangat kejam dan
bengis. Itulah sebabnya mereka disebut serigala berbuluh domba.
Dari luar kelihatan manis, lembut, baik dan familiar tetapi di
dalamnya penuh dengan kejahatan.
Tetapi setiap perbuatan mereka tidak akan bertahan lama.
Sebagaimana pohon yang tidak berbuah akan ditebang dan
134
Bagian Kelima

dibuang ke dalam api, maka para nabi palsu pun suatu saat akan
dihukum Tuhan. Secara praktis bisa saja Tuhan mengizinkan
kemurkaan menimpa mereka dari perlakuan orang-orang
disekitarnya yang langsung menolak, mengusir, dan menghukum
mereka tetapi prinsipnya akan datang suatu masa dimana
kemurkaan Tuhan akan dinyatakan.

DAFTAR PUSTAKA

Barclay William, Pemahaman Alkitab Setia Hari: Injil Matius Pasal


1 – 10. Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2008.

De Heer J.J. Tafsiran Alkitab Injil Matius Pasal 1 – 22.Jakarta:


BPK. Gunung Mulia, 2009.

Guza Afnil, Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Asa Mandiri,


2008.

Henry Matthew, Tafsiran Matthew Henry: Injil Matius 1 – 14.


Surabaya: Momentum, 2007.

Mangentang Matheus, Visi dan Misi SETIA. Jakarta: Delima,


2006.

Moris Leon, Injil Matius. Surabaya: Momentum, 2016.

Sanders C, Iman: Akali dan Nir Akali. Jakarta: BPK. Gunung


Mulia, 2004.

135
Bagian Kelima

Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta; Balai


Pustaka, 2005.

Tong Stephen, Hati Yang Terbakar. Surabaya: Momentum, 2007.

Williar Dallas, 2005, Renovation of The Heart. Malang: Literatur


SAAT.

Internet:
https://gappinpsd.wordpress.com/2013/05/25/pohon-
dikenal-dari-buahnya-manusia-dikenal-dari-
perbuatannyalukas/
http://www.bibliotika.com/2015/04/fakta-fakta-menarik-
seputar-serigala.html

http://www.kuasadoa.com/2014/09/13/pohon-dikenal-dari-
buahnya/

http://www.abbalove.org/index.php?option=com_content&vi
ew=article&id=864:seorang-murid-kristus-dikenal-dari-
buahnya&catid= ent-news

136
Bagian Keenam

MENABUR ANGIN
MENUAI PUTING
BELIUNG
Suatu pembelajaran dari kegagalan Hamba Tuhan
(Tema ini pernah dimuat dalam Jurnal Arastamar, Januari 2016 Volume 8 Nomor 1, hal. 189-
202, ISSN 2085-9627, Penerbit: Delima Jakarta
Editor: Stenly R. Paparang, Yosia Belo & Lewi N. Bora)
Diadaptasi dari Buku “Pria Berdedikasi & Tak Mementingkan Diri Sendiri: MUSA” hal. 157-
172, yang ditulis Charles R. Swindoll, diterbitkan NAFIRI GABRIEL Jakarta, cetakan ketiga,
November 2006.

PENDAHULUAN
Ada salah satu buku paling terkenal yang pernah ditulis
seseorang yang sudah tiga kali masuk keluar penjara. Buku yang
ditulisnya benar-benar telah mengubah kehidupan dirinya dan
jutaan orang yang membacanya. Orang ini adalah seorang pria
bernama John Bunyan, dan buku itu adalah The Pilgrim’s Progress
(Perjalanan Seorang Musafir). Pada suatu titik di dalam kisah ini,
ketika Musafir sedang melakukan perjalanan yang panjang dan
sukar untuk menuju ke Kota Allah, ia terjatuh ke dalam sebuah
lubang yang dalam, becek, dan berlumpur. Lubang tersebut
bernama Rawa Keputusasaan. Ia tidak bisa keluar sendiri, tetapi
ketika ia mulai berseru, Sang Penolong – gambaran dari Roh
Kudus – menggapai ke bawah dan kemudian mengangkatnya dari
keputusasaan.

137
Bagian Keenam

Jika kita harus menerjemahkan Rawa Keputusasaan dari


Bunyan ke dalam istilah sekarang, kita akan menyebut kubangan
berlumpur itu “lubang.” Tidak ada cara bagi seorang Kristen
untuk dapat melalui kehidupannya tanpa menghabiskan waktu
tertentu di dalam “lubang”… Dan di tempat itulah kita
menemukan Daud yang akan menjadi pembahasan dalam
khotbah ini.

PENYEBAB TIMBULNYA KEGELAPAN DALAM


HIDUP
Ada beberapa penyebab yang memimpin kepada hari-hari
gelap yang Daud alami ini. Ia tidak hanya tanpa sengaja terjatuh
berguling-guling ke dalam “lubang” tersebut. Daud mengalami
hari yang gelap karena ada tiga hal yaitu melihat dari sudut
pandang kemanusiaan, melihat sesuatu dengan pesimis dan
mengukur dengan logika manusia.

a. Melihat dari sudut pandang kemanusiaan


Dalam 1 Samuel 27: 1, “Tetapi Daud berpikir dalam
hatinya: ‘Bagaimanapun juga pada suatu hari aku akan binasa oleh
tangan Saul. Jadi tidak ada yang lebih baik bagiku selain
meluputkan diri dengan segera ke negeri orang Filistin; maka
tidak ada harapan bagi Saul untuk mencari aku lagi di seluruh
daerah Israel dan aku akan terluput dari tangannya.’” Masalah
pertama, adalah ketika kita berbicara kepada diri kita sendiri,
adalah penting untuk memberitahukan kepada diri kita sendiri hal
yang benar. Tetapi Daud tidak melakukannya. Dia melihat
situasinya dan meng-ukurnya dengan cermat secara horizontal.
Kita tidak akan menemukan Daud sedang berdoa bahkan
sekali pun di dalam pasal ini. Dan pastinya, Daud tidak pernah

138
Bagian Keenam

menengadah ke langit sampai lama kemudian. Daud adalah


penulis mazmur, tetapi sekalipun dalam pasal ini tidak ada syair
dan mazmur yang keluar dari mulut Daud, dia tidak meminta
pertolongan, dia hanya tertekan dengan kepanikan. Daud sedang
terjatuh dari ketinggian spiritual dan emosi. Ingatlah, dia bisa saja
membunuh Saul dua kali, tetapi dia tidak melakukannya. Kemu-
dian dia sudah akan membunuh Nabal, tetapi Abigail
mencegahnya dari perbuatan tersebut. Jadi ia telah berjalan di
dalam kemenangan selama beberapa waktu tertentu yang cukup
lama. Lalu ia jatuh dari puncak kemenangan. Sebagaimana kita
ketahui, daerah puncak merupakan daerah yang sangat riskan
bagi seorang yang pernah sukses.

b. Melihat Sesuatu dengan Pesimis


Hal kedua yang menyebabkan masalah Daud adalah peng-
lihatan dan pendapat yang pesimis. Lihatlah apa yang ia katakan
kepada dirinya sendiri, "Bagaimanapun juga pada suatu hari aku
akan binasa oleh tangan Saul. Jadi tidak ada yang lebih baik
bagiku selain meluputkan diri dengan segera ke negeri orang
Filistin; maka tidak ada harapan bagi Saul untuk mencari aku lagi
di seluruh daerah Israel dan aku akan terluput dari tangannya" (1
Sam. 27:1). Seharusnya Daud tahu yang terbaik. Perhatikanlah
bahwa ia berkata, “aku akan binasa oleh tangan Saul.” Daud
sedang berbicara mengenai sesuatu masa depan … tetapi pria itu
tidak mengetahui masa depan. Tidak ada seorang pun tahu!
Tetapi pendapat yang pesimis terus menerus akan memusatkan
perhatian pada sisi terbawah dari masa depan yang potensial, dan
hal ini memperbesar kekuatiran.
Di dalam benak orang-orang yang pesimis, masa depan
suram tidak bisa dihindari, maka kita tidak perlu terkejut ketika

139
Bagian Keenam

mendengar ramalannya, “Aku akan binasa.” Pada masa depan


ada di tangan Tuhan. Apalagi Daud pernah diurapi oleh Samuel
dengan minyak dan meyakinkan dia bahwa suatu hari nanti ia
akan menjadi raja, setiap hari Daud dituntunt oleh tangan yang
kuat, sehingga ia bisa terluput dari musuh-musuhnya. Dalam
kisah yang lain, Allah berbicara kepadanya melalui Abigail dan
mengatakan bahwa Tuhan, “Apabila TUHAN melakukan
kepada tuanku sesuai dengan segala kebaikan yang difirmankan-
Nya kepadamu dan menunjuk engkau menjadi raja atas Israel”
(1Sam. 25:30). Allah juga berbicara kepadanya lebih dari satu kali
melalui Yonatan, sambil meyakinkannya, “Engkau akan menjadi
raja berikutnya.” Bahkan Saul, musuhnya, telah berkata, “Oleh
karena itu, sesungguhnya aku tahu, bahwa engkau pasti menjadi
raja dan jabatan raja Israel akan tetap kokoh dalam tanganmu.
Oleh sebab itu, bersumpahlah kepadaku demi TUHAN, bahwa
engkau tidak akan melenyapkan keturunanku dan tidak akan
menghapuskan namaku dari kaum keluargaku" (1 Sam. 24:20-
21).
Tetapi Daud lupa dan mengabaikan semua janji yang telah
Allah berikan. Sekarang ia meyakinkan dirinya sendiri, “Aku akan
binasa, Aku tidak akan pernah memerintah Israel…tidak akan
pernah.” Mengapa kita menjadi pesimis? Karena mata kita tertuju
kepada diri kita sendiri. Kita tidak pernah merasakan bahwa Allah
akan mempimpin kita bukan karena kita.

c. Mengukur dengan logika manusia


Adapun alasan ketiga dari mengapa Daud berada di dalam
keputusasaan yang dalam, yakni karena kita sering menggunakan
logika manusia yang rasionalistik. Dapat kita mempercayai
pernyataan tersebut, tidak ada yang lain selain berpikir rasio-

140
Bagian Keenam

nalistik. Daud berpikir, “Saat-saat ini sangat sulit. Allah telah


meninggalkanku. Aku pikir aku bisa menjadi raja, tetapi aku tidak
akan pernah menjadi raja. Aku akan mati jika aku tetap berada
diujung depan tentara Saul. Aku harus melarikan diri,
penyelesaian yang terbaik ialah pergi ke negeri Filistin.”
Ya, tentu saja Saul tidak akan mencari Daud di perkemahan
orang Filitistin! Musuh tinggal di sana. Sungguh ini adalah
gambar yang menyedihkan tentang seorang Kristen yang sengaja
memilih keduniawian. Kita tidak banyak mendengar tentang
orang Kristen yang duniawi, bukan? Kita banyak mendengar
orang yang tersesat yang tidak pernah bertemu dengan Tuhan
Yesus Kristus. Kita banyak mendengar tentang orang yang
diselamatkan yang berjalan di dalam kemenangan. Tetapi tidak
banyak yang dikatakan mengenai orang percaya memilih untuk
tidak mentaati Allah dan hidup di dalam kedagingan. Pada saat
ini, Daud, adalah sebuah ilustrasi yang jelas mengenai seorang
yang merupakan orang percaya di bagian dalam, tetapi bagian luar
ia kelihatan sama saja dengan yang tidak percaya karena cara
menjalani hidupnya.
Itulah sebabnya Psikolog, Rollo May pernah berkata,
“Manusia adalah satu-satunya binatang yang berlari lebih cepat
ketika tersesat.” Bukankah itu menajukjubkan bagaimana kita
tersesat, kita bergerak cepat ke arah yang salah dan masuk ke
dalam cengkraman musuh? Itulah sesungguhnya yang Daud
perbuat. Kadang terpikir oleh kita bahwa keputusan yang seperti
ini tidak berpengaruh terhadap siapan pun kecuali diri sendiri.
Bahkan kita pernah mendengar seorang Kristen berkata, “Aku
yang akan menggunggung akibatnya. Aku akan memilih arah ini
dan aku akan menanggung konsekuensinya.”

141
Bagian Keenam

Tetapi sesungguhnya tidak ada seorang pun yang


menanggung akibatnya sendirian. Kita bisa menyeret orang lain
bersama dengan kita. Jika benar bahwa tidak ada orang yang
hidup bagi dirinya sendiri, dan tidak ada orang mati yang mati
bagi dirinya sendiri, maa kita juga bisa yakin bahwa tidak ada
orang yang berdosa bagi dirinya sendiri.
Lihatlah apa yang dikatakan Firman Tuhan ini, “Bersiaplah
Daud, lalu berjalan ke sana, ia dan keenam ratus orang yang
bersama-sama dengan dia itu, kepada Akhis bin Maokh, raja kota
Gat Daud dan semua orangnya menetap pada Akhis di Gat,
masing-masing dengan rumah tangganya; Daud dengan kedua
orang isterinya, yakni Ahinoam, perempuan Yizreel, dan Abigail,
bekas isteri Nabal, perempuan Karmel” (1 Sam. 27:2-3). Ketika
Daud meninggalkan rumah padang gurunya di Israel dan mundur
ke dalam negeri orang Filistin, dia tidak pergi sendirian. Ingat, ia
adalah pemimpin dari pasukan gerilyawan. Orang-orang yang
telah ia latih di dalam gua Adulam terikat kepadanya. Mereka
telah hidup bersama-sama dan juga bersama-sama melakukan
pertempuran di padang gurun di antara suku-suku perbatasan.
Tentu Daud tahu bahwa mereka akan mengikutinya.
Tetapi tidak hanya prajurit-prajuritnya yang pergi bersama
dengan mereka. Prajurit-prajurit itu juga membawa keluarga
mereka dan kedua istri Daud, Ahinoam dan Abigail, juga ikut
pergi, Maka sekarang ada Daud dan keluarganya ditambah enam
ratus lebih keluarga. Kita berpikir kita dapat berkrompomi dan
hal itu tidak akan memengaruhi keluarga kita? Kita tidak hidup
dengan tidak bergantung dengan orang lain. Ketika kita membuat
keputusan yang salah, ketika kita memilih jalan yang buka
rencana Allah, hal itu memengaruhi mereka yang mempercayai
kita dan yang bergantu kepada kita, mereka yang menengadah

142
Bagian Keenam

kepada kita dan percaya kepada kita. Walaupun tidak bersalah,


mereka tercemar oleh pilihan kita yang berdosa.
Dan kemana Daud pergi? Dia melarikan diri ke Gat. Masih
ingatkah kita tentang manusia raksasa yang dikalahkan oleh raja
Daud?,
Tetapi Daud berkata kepada orang Filistin itu: "Engkau
mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing, tetapi
aku mendatangi engkau dengan nama TUHAN semesta alam,
Allah segala barisan Israel yang kautantang itu. Hari ini juga
TUHAN akan menyerahkan engkau ke dalam tanganku dan aku
akan mengalahkan engkau dan memenggal kepalamu dari
tubuhmu; hari ini juga aku akan memberikan mayatmu dan mayat
tentara orang Filistin kepada burung-burung di udara dan kepada
binatang-binatang liar, supaya seluruh bumi tahu, bahwa Israel
mempunyai Allah, dan supaya segenap jemaah ini tahu, bahwa
TUHAN menyelamatkan bukan dengan pedang dan bukan
dengan lembing. Sebab di tangan Tuhanlah pertempuran dan
Iapun menyerahkan kamu ke dalam tangan kami.

Ketika orang Filistin itu bergerak maju untuk menemui


Daud, maka segeralah Daud berlari ke barisan musuh untuk
menemui orang Filistin itu; lalu Daud memasukkan tangannya
dalam kantungnya, diambilnyalah sebuah batu dari dalamnya,
diumban-nya, maka kenalah dahi orang Filistin itu, sehingga batu
itu terbenam ke dalam dahinya, dan terjerumuslah ia dengan
mukanya ke tanah. Demikianlah Daud mengalahkan orang
Filistin itu dengan umban dan batu; ia mengalahkan orang Filistin
itu dan membunuhnya, tanpa pedang di tangan. Daud berlari
mendapat-kan orang Filistin itu, lalu berdiri di sebelahnya;
diambilnyalah pedangnya, dihunusnya dari sarungnya, lalu
menghabisi dia. Dipancungnyalah kepalanya dengan pedang itu.
Ketika orang-orang Filistin melihat, bahwa pahlawan mereka
telah mati, maka larilah mereka” (1 Sam. 17:45-50). Goliat yang

143
Bagian Keenam

dikalahkan Daud adalah raksasa yang berasal dari Gat, tetapi


justru ke tempat itulah Daud pergi ke kota musuhnya dan tinggal
bersama dengan Akhis, sang raja – musuh utama bangsa Israel,
Daud begitu mudah terpengaruh dan mau mengikuti mereka.

KONSEKUENSI YANG TAK TERELAKKAN


Apakah konsekuensi dari tindakan bodoh Daud di atas?
Konsekuensi pertama, adalah keputusan itu menciptakan rasa
aman palsu, konsekuensi kedua adalah takluk kepada kehendak
musuh dan dalam jangka waktu lama untuk hidup dalam
kompromi.

a. Hidup dalam rasa aman palsu


Dalam 1 Samuel 27:4, dikatakan, “Setelah diberitahukan
kepada Saul, bahwa Daud telah melarikan diri ke Gat, ia tidak lagi
mencarinya.”. Dalam pikiran Daud, dari pada saya dan keluarga,
serta pengikut saya merasa tidak aman, diganggu, digembosin,
dan diteror terus menerus, dan begitu banyak kerugian yang
ditimbulkannya, maka lebih baik menyerahkan diri saja kepada
musuh. Daud pasti merasa aman karena Saul telah berhenti
mengikuti setiap gerakan, memburu dan menghantuiku. Tekanan
dan terror itu sudah hilang! Sungguh melegakan!”. Tetapi dosa
memang memberikan kesenangan dan kelegaan sementara.
Ketidaktaatan memberikan saat-saat gembira tertentu. Ada saat-
saatnya ketika kita bersantai dan menikmati ketidaktaatan,
karena adanya kesenangan-kesenangan tersebut, tetapi hal itu
akan segera berlalu, kesenangan dan kelegaan semu itu berumur
pendek, dan tidak akan memberikan kepuasan sejati. Segera itu
akan datang bencana besar dan tak terelakkan.

b. Takluk kepada kehendak musuh

144
Bagian Keenam

Konsekuensi kedua dari keputusan Daud ditemukan di


dalam ayat 5, “Berkatalah Daud kepada Akhis: "Jika kiranya aku
mendapat belas kasihanmu, biarlah diberikan kepadaku tempat
di salah satu kota di tanah datar, supaya aku tinggal di sana.
Mengapa hambamu ini tinggal padamu di kota kerajaan ini?" (1
Sam. 27:5). Inilah dia kenyataan dari seorang pembunuh raksasa
Gat, kini dia sedang berbicara dengan raja kota Gat, betapa telah
rapuh dirinya, sehingga harus minta tolong kepada musuhnya,
telah lupakah ia akan kehebatannya?, telah lupakah ia atas
kemampuan dirinya melawan dan membunuh raksasa Goliat, dan
apakah telah lupakah ia pada Allah yang memakainya secara
dashyat?. Ketika kita memilih hidup untuk tidak taat kepada
Allah, kita akan berada pada zona nyaman kenikmatan duniawi.
Dan kita akan lebih menyerahkan diri sendiri kepada
keduaniawian daripada spritualitas, itu pasti sudah takluk dan siap
kehendak melayani musuh utama kita. Sebenarnya kita telah
takluk dan bersedia melayani kehendak yang jahat tanpa kita
sadari. Kita jadi heran, dan itulah yang terjadi, Daud, panglima
besar, pilihan Allah kini menyebut dirinya “hamba” dari Akhis,
musuh bebuyutan Israel dan Allah. Tetapi itulah sesungguhnya
keadaanya sekarang. Lihatlah apa yang Daud terima sekarang?,
“Maka pada hari itu Akhis memberikan Ziklag kepadanya; itulah
sebabnya Ziklag menjadi kepunyaan raja-raja Yehuda sampai
sekarang. Dan lamanya Daud tinggal di daerah orang Filistin
adalah satu tahun empat bulan” (1 Sam. 27:6-7).
Daud telah mendapatkan apa yang diinginkannya dari
ketidaktaatannya kepada Tuhan. Ia mendapat bagian dalam
kejahatan manusia, bahkan itu menjadi warisan turun temurun
sampai sekarang. Seolah-olah tidak ada masalah kan?, seolah-olah

145
Bagian Keenam

tidak ada kerugian kan, malah suatu keuntungan luar biasa


melewati lintas generasi. Tetapi apa yang terjadi berikutnya?

c. Dalam jangka waktu lama hidup dalam kompromi


Ketika Daud mendapatkan apa yang diinginkannya, maka
konsekuensi dari hal tersebut adalah secara sadar atau tidak sadar,
Daud dalam jangka waktu yang lama hidup dalam kompromi
besar. Apakah artinya satu tahun empat bulan dalam
keduniawian, dibanding dengan ketaatan seumur hidup?. Ketika
Abraham pergi ke Mesir, ia tinggal untuk waktu yang cukup lama.
Ketika keponakannya, Lot, pergi ke Sodom, ia membentangkan
kemahnya di dekat kota, tetapi tidak lama kemudian, ia sudah
tinggal di dalam kota itu sendiri. Erosi telah masuk ke dalam,
Akhirnya, Lot menjadi salah satu orang-orang tua yang duduk di
pintu gerbang kota, Akhirnya dia menjadi sama dengan orang
Sodom, diracuni oleh gaya hidup Sodom yang memalukan.
Sekarang Daud, ketika dia pergi ke Gat, berakhir dengan
tinggal selama enam belas bulan. Ini adalah pria yang dikenal
sebagai “pemazmur yang disenangi di Israel” (2 Sam. 23:1).
Tetapi perlu kita ketahui bahwa mazmur yang dibuat oleh Daud
adalah merupakan hasil perenungan dan inspirasi keintiman
Daud dengan Allah, walaupun Daud dalam baying-bayang maut
baik di padang belantara waktu mengembalakan kambing domba
peliharaan maupun waktu berada di padang pengungsian, di gua
persembunyiannya banyak syair dan Mazmur dibuat Daud
karena kedekatannya dengan Allah.
Tetapi lihatlah ketika Daud berada di negeri Gat, musuh
Israel yang juga adalah musuh Tuhan, tidak ada satu mazmur
pun yang diciptakan Daud dan menghubungkan masa-masa
ketika dia bersama dengan Akhis di Gat dan Ziklag. Tentu saja

146
Bagian Keenam

tidak ada! Penyanyi yang disenangi di Israel sudah bisu “bisu


rohani”. Dia tidak menulis lagu ketika dia berada di dalam
kemerosotan ini. Dia tidak dapat menyanyikan nyanyian Allah di
negeri asing yang diperintah oleh musuh! Seperti yang kemudian
akan ditanyakan oleh orang Yahudi yang ditahan di Babel,
“Bagaimanakah kita menyanyikan nyanyian TUHAN di negeri
asing? Jika aku melupakan engkau, hai Yerusalem, biarlah
menjadi kering tangan kananku! Biarlah lidahku melekat pada
langit-langitku, jika aku tidak mengingat engkau, jika aku tidak
jadikan Yerusalem puncak sukacitaku!” (Mzm. 137:4).
Tidak ada banyak sukacita sorgawi yang mengalir keluar
dari kehidupan Daud selama selingan hidup duniwinya di Gat.
Bahkan Akhis musuhnya pun melihat keputusan Daud
sebagaimana adanya, suatu pembelotan, suatu penyebarangan.
Daud, yang telah lama berjalan bersama dengan Allah, sekarang
meninggalkan Dia. Betapa tragisnya hidup hamba Tuhan pilihan
Allah. Beberapa lama kemudia, Akhis sendiri mengatakan dengan
tepat seperti ini, “Berkatalah para panglima orang Filistin itu:
"Apa gunanya orang-orang Ibrani ini?" Jawab Akhis kepada para
panglima orang Filistin itu: "Bukankah dia itu Daud, hamba Saul,
raja Israel, yang sudah satu dua tahun bersama-sama dengan aku,
tanpa kudapati sesuatupun kesalahan padanya sejak saat ia
membelot sampai hari ini?" (1 Sam. 29:3).

PILIHAN YANG MENABUR ANGIN


Ketika Daud membuat pilihan yang tidak tepat dan tidak
sesuai dengan kehendak Tuhan, Daud mulai menabur angin dan
pasti akan menuai angin puting beliung, suatu badai kehidupan.
Semakin hari semakin meningkat pergerakkan peristiwa-
peristiwa yang mengerikan menyeret kehidupan rohani Daud.
Daud menjadi bermuka dua dan menjadi samar-samar. Pertama-

147
Bagian Keenam

tama, sikap bermuka dua mulai menandai langkah-langkah Daud.


Kamus Webster mengatakan bahwa sikap bermuka dua adalah
“penipuan dengan cara berpura-pura.” Kita bisa berpura-pura
menghibur satu kumpulan perasaan, tetapi sebenarnya kita hidup
sepenuhnya di perasaan yang lain.
Di dalam lubuk hatinya, Daud adalah seorang Israel. Dia
tetap akan menjadi orang Israel. Tetapi ia mencoba membuat
orang-orang Filistin mengira bahwa ia berada di pihak mereka.
Itulah yang akan terjadi bagi kita ketika kita berada di tempat yang
disebut “tempat mengapung duniawi.” Di bagian dalam, kita
adalah seorang percaya, tetapi di bagian luar kita ini kelihatan
seperti orang-orang dunia yang lain. Dalam hal ini Daud, telah
membuka suatu kebutuhan kompromi bagi dirinya. Dan itulah
dia perbuat sesungguhnya, “Maka Daud dan orang-orangnya
bergerak maju dan menyerbu orang Gesur, orang Girzi dan
orang Amalek; sebab orang-orang inilah penduduk negeri itu
yang membentang dari Telam ke arah Syur sampai tanah Mesir.
Apabila Daud memusnahkan negeri itu, seorangpun tidak
dibiarkannya hidup, baik laki-laki maupun perempuan; ia
merampas kambing domba, lembu, keledai, unta dan pakaian,
kemudian pulanglah ia dan kembali kepada Akhis” (1Sam. 27:8-
9).
Siapakah orang Gesur, orang Girzi, orang Amalek ini?,
mereka adalah musuh-musuh Israel, tetapi mereka bukan musuh
orang Gat, orang Filistin. Meskipun, mereka juga bukan sekutu
orang Filistin. Ketika Daud membantai orang-orang Gesur dan
Girzi, ia membantai orang-orang yang bukan musuh maupun
sekutu bangsa Filistin. Dan rupanya Daud harus
mempertanggung jawabkan kepada Akhis atas perbuatannya, dan
ketika ia kembali ke kota, raja meminta laporan, Dari mana

148
Bagian Keenam

kamu? Di mana kamu menyerbu pada hari ini?. Daud berada


dalam dilema dan membuatnya bersikap bermuka dua. Sikap
bermuka dua Daud memimpin kepada sikap samar-samar atau
abu-abu. Mari, kita lihat dan perhatikan jawaban Daud. Daud
menjawab, “Di Tanah Negeb Yehuda,” atau: "Di Tanah Negeb
orang Yerahmeel," atau: "Di Tanah Negeb orang Keni” (1 Sam.
27:10). Negeb adalah kata Ibrani yang luas yang berarti “selatan”
Jadi Daud sedang mengatakan, “oh, aku bertempur di bagian
Selatan Yehuda,” secara tidak langsung mengatakan bahwa ia
membunuh orang Yehuda, yakni orang Israel. Tetapi
sesungguhnya ia tidak membunuh orang-orang Israel. Ia mem-
bunuh orang-orang Amalek, Gesur dan Girzi.
Kedua, walaupun, Daud lebih daripada sekadar samar-
samar. Dia berkata bahwa ia telah bertempur di tanah Negeb,
Yehuda “dan di tanah Negeb orang Keni.” Itu adalah bohong.
Dia tidak bertempur dengan orang-orang itu. Karena itulah ia
memusnakan orang-orang yang diserbunya, sehingga kabar
mengenai apa yang benar-benar ia lakukannya tidak akan
kembali. Daud, sedang menutupi jejaknya, sehingga tidak
seorang pun yang akan benar-benar tahu kemana ia telah pergi
dan apa yang telah ia perbuat, “Daud tidak membiarkan hidup
seorangpun, baik laki-laki maupun perempuan, untuk dibawa ke
Gat, sebab pikirnya: "Jangan-jangan mereka mengabarkan
tentang kami, dengan berkata: Beginilah dilakukan Daud." Itulah
kebiasaannya, selama ia tinggal di daerah orang Filistin" (1 Sam.
27: 11).
Ingatlah, pelajaran ini! Ketika kita hidup di dalam “tempat
mengapung duniawi,” kita juga akan hidup di bawah jubah
kerahasiaan. Kita tidak mau bertanggung jawab, kita tidak mau

149
Bagian Keenam

ada yang bertanya, apa lagi ada orang yang menceritakannya, kita
akan berusaha menghalangi dan tidak tega menyingkirkannya.
Kita akan berusaha menutup rapat-rapat rahasia itu. Dan
lihatlah seolah-olah telah menyelesaikan suatu perkara, karena
apa yang dilakukan Daud, raja Akhis mempercayainya, “Tetapi
Akhis mempercayai Daud, sebab pikirnya: Tentulah ia telah
membuat diri dibenci di antara orang Israel, bangsanya; ia akan
menjadi hambaku sampai selamanya" (1 Sam. 27: 12). Daud telah
memilih jalan hidupnya yang bercabang, dan kini ia menjalani
gaya hidup yang mengakibatkan kekacauan rohani dari dalam
dirinya yang sangat luar biasa. Daud benar-benar telah dilukai
perasaannya oleh kebohongannya sendiri, dan akibatnya dia
mencapai titik keputusasaan yang sangat dalam.

MENUAI ANGIN PUTING BELIUNG


Daud telah menabur angin, kini akhirnya menuai angin
puting beliung bagi diri sendiri dan bagi orang-orang yang
mengikutinya. Kini, Daud menjadi kehilangan identitas dirinya,
Daud kehilangan kepuasan rohani, Daud turun ke lembah
depresi, dan lembah ketidakpercayaan.
Pertama, Daud menjadi kehilangan identitas dirinya. Ini
dimulai dari tekanan dan kritikan dari orang Filistin terhadap
rajanya, Akhis. Mereka ingin tahu mengapa Daud dan orang-
orangnya dan semua keluarga mereka berada di tengah-tengah
mereka, “Mengapa semua orang Israel itu tinggal di Ziklag?,
Daud dan rakyatnya tidak disukai oleh raja-raja kota Ziklag.
Akhirnya Akhis mengkonfrontasikan Daud dengan kenyataan
bahwa orang Filistin tidak menghendaki Daud dan pengikutnya
berlama-lama tinggal di daerahnya (1 Sam. 29:6-11). Daud,
menjadi orang asing di negeri orang asing, ia pun menjadi orang
asing bagi negerinya sendiri, Israel. Daud tidak mempunyai

150
Bagian Keenam

wilayah kekuasaan, ia tidak mempunyai negara. Daud menjadi


orang yang terbuang dan ditolak. Daud kehilangan identitas,
siapakah dia, apakah misinya, kemanakah dia pergi, dan siapakah
yang akan setia kepada Daud? Kini Daud mengalami krisis
identitas yang nyata, dia adalah orang yang terbuangan. Dia
bukan orang Filistin maupun Israel. Bagaimana hubungannya
dengan Allah? Sejak tinggal di Filistin, Daud telah kehilangan
hubungan dengan Allah’.
Kedua, Daud kehilangan kepuasan rohani. Daud mencoba
membela diri dan ia berusaha mendapat simpati dari raja Akhis,
“Tetapi Daud berkata kepada Akhis: "Apa yang telah kuperbuat?
Dan kesalahan apa yang kaudapati pada hambamu ini, sejak saat
aku menjadi hamba kepadamu, sampai hari ini, sehingga aku
tidak boleh ikut pergi berperang melawan musuh tuanku raja?"
Lalu Akhis menjawab Daud: "Aku tahu, engkau ini memang
kusukai seperti utusan Allah. Hanya, para panglima orang Filistin
telah berkata: Ia tidak boleh pergi berperang bersama-sama
dengan kita. Jadi, bangunlah pagi-pagi beserta orang-orang
tuanmu ini yang datang bersama-sama dengan engkau;
bangunlah kamu pagi-pagi, segera sesudah hari cukup terang
bagimu, dan pergilah" (1 Sam. 29:8-11).
Sekarang Daud dalam pergumulan besar, ia harus
bergumul dengan kekecewaan. Cobalah lihat, keuntungan yang
sedikit dari keduniawian dihilangkan kerugian yang banyak.
Ketika seseorang pertama kali meninggalkan Allah, rasanya
menyenangkan dan bebas, bahkan mungkin menggembirakan.
Tetapi itu hanya sesaat, kemudian tagihan datang dan kita harus
bertanggung jawab atasnya, yaitu merasakan kekecewaan dan
keputusasaan. Dan betapa beratnya kehidupan dalam
kemalangan, kekecewaan, dan keputusasaan tanpa merasakan

151
Bagian Keenam

kehadiran dan pertolongan Allah. Dan bahkan kita sendiri


merasakan bahwa Allah sudah meninggalkan kita. Alangkah
celakanya hidup seperti ini, yang dirasakan oleh Daud. Sekarang
Daud mau minta tolong sama siapa? Dan akan kemana ia
bersama pengikutnya? Akhis secara politis telah menolaknya
secara halus, rakyat Filistin telah terbuka menolaknya, raja Saul di
Israel terus mengincarnya, dan akan membunuhnya kalau
bertemu dengan dirinya.
Ketiga, Daud turun ke lembah depresi. Daud benar-benar
dalam depresi berat. Hatinya piluh, apalagi ketika melihat kota
Ziklag telah hancur dan banyak orang yang tertawan oleh musuh.
Daud hanya bisa menangis dan meratap,
Ketika Daud serta orang-orangnya sampai ke Ziklag pada hari
yang ketiga, orang Amalek telah menyerbu Tanah Negeb dan
Ziklag; Ziklag telah dikalahkan oleh mereka dan dibakar habis.
Perempuan-perempuan dan semua orang yang ada di sana, tua
dan muda, telah ditawan mereka, dengan tidak membunuh
seorangpun; mereka menggiring sekaliannya, kemudian
meneruskan perjalanannya. Ketika Daud dan orang-orangnya
sampai ke kota itu, tampaklah kota itu terbakar habis, dan isteri
mereka serta anak mereka yang laki-laki dan perempuan telah
ditawan. Lalu menangislah Daud dan rakyat yang bersama-sama
dengan dia itu dengan nyaring, sampai mereka tidak kuat lagi
menangis. Juga kedua isteri Daud ditawan, yakni Ahinoam,
perempuan Yizreel, dan Abigail, bekas isteri Nabal, orang Karmel
itu (1Sam. 30:1-5).

Daud turun dari bukit di atas punggung kudanya, dan di


depannya di kejauhan adalah kota tempat dia dan orang-orangnya
telah tinggal selama satu setengah tahun… dan kini seluruh
tempat itu telah terbakar habis. Meskipun demikian, yang lebih
parah daripada kehancuran fisik adalah kerugian jiwa. Semua istri
dan anak-anak mereka telah ditawan oleh musuh – orang

152
Bagian Keenam

Amalek, orang yang sama yang pernah Daud serang sebelumnya.


Daud dan orang-orangnya menangis sampai mereka tidak
mempunyai air mata lagi. Jika kita pernah menangis selama itu,
maka kita akan tahu dalamnya depresi seperti itu. Sekarang apa
yang terjadi, “Dan Daud sangat terjepit, karena rakyat
mengatakan hendak melempari dia dengan batu. Seluruh rakyat
itu telah pedih hati, masing-masing karena anaknya laki-laki dan
perempuan.” (1 Sam. 30: 6). Tidak hanya itu, Daud pun
mengalami persoalan terberat orang-orang selama ini setia
mengikutinya, kini di depan matanya menjadi musuhm yang
siang menerkamnya karena mereka telah kehilangan orang-orang
yang dicintainya, dan yang menyebabkan hal itu adalah Daud,
orang-orang Daud pun, kini siap melempari dengan batu.
Keempat, Daud turun ke lembah ketidakpercayaan. Orang-
orang yang sama dahulu memandang Daud sebagai pembimbing
dan seorang sahabat dan seorang pemimpin sekarang mereka
mengangkat tumit dan berbalik menyerang, pedih hati akibatnya.
Orang-orang yang telah dilatihnya di dalam gua, pasukannya yang
ulung dari padang gurun Paran, orang-orang ini sekarang sedang
bersungut-sungut. “Kami tidak mempercayai Daud lagi, karena
ulah Daud pemimpin kami, istri dan anak tertawan oleh musuh.”
Sekarang pemberontakan memperlebar ruang keduniawian.
Daud mencapai titik di dalam kehidupan dimana beberapa
orang berpikir untuk mencabut nyawah mereka sendiri. Di telah
begitu jauh menuruni tangga keputusasaan sampai sudah
mencapai anak tangga paling dasar, perhentian terakhir, suatu
tempat dimana kita tinggal hanya terjun ke dalam kematian atau
kita berseru kepada Allah untuk meminta pengampunan dan
pertolongan-Nya. Suatu pilihan tepat adalah bukan nekad
menerjunkan diri ke dalam kematian melainkan meminta

153
Bagian Keenam

pertolongan keselamatan dari Allah. Hal yang menakjubkan


adalah bahwa kita benar-benar memiliki pilihan tersebut, karena
Allah tidak pernah membiarkan anak-anak-Nya dan hamba-
hamba-Nya terhilang dan menjadi celaka dalam alam kematian.
Kini, Daud memiliki pilihan itu, di tengah-tengah
ketidakberdayaannya. Daud membuat pilihan yang benar,
“Tetapi Daud menguatkan kepercayaannya kepada TUHAN,
Allahnya” (1 Sam. 30:6).
Sekarang Daud menjadi sadar. Dan itulah cara Daud
mengatasi rawa keputusaasaan dan depresinya. Mungkin lubang
itu tidak terbatas, tetapi ada harapan di atasnya. Menataplah
keatas, mintalah pertolongan ke atas sana. Dan ini sangat ajaib.
Untuk pertama kalinya selama enam belas bulan, Daud
menengadah, dan meminta pertolongan, Daud berkata, “Ya
Allah, tolonglah aku.” Dan dia melakukannya. Setelah pemulihan
itu terjadi, Daud akan selalu melakukannya, sebab bagi diri-Nya,
Allah itu adalah “penolong yang terbukti” ketika dibutuhkan.
Memang, Daud telah menabur angin, dan kini menuai angin
puting beliung (bdk. Hos. 8:7).
Tetapi kini, ia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan
meminta pertolongan dari atas, ia telah menengadah ke atas, dan
menggapai yang di atas. Kini ia boleh pulang, karena sang Bapa
menunggu di depan pintu, siap menerima, mengampuni dan
bersedia memulihkan mereka yang telah lama meninggalkan
Tuhan, hidup dalam lembah kekecewaan, keputusasaan, dan
depresi.” Inilah saatnya kembali, perkuat iman dan kepercayaan
kita. Karena Allah siap menerima, mengampuni dan memulihkan
kita.

154
Bagian Keenam

PENUTUP
Sehebat-hebatnya hamba Tuhan seperti Daud, ia juga bisa
dan pernah gagal. Kalau seseorang biasa gagal mungkin tidak
berpengaruh apa-apa bagi orang lain disekitarnya tetapi kalau
seorang hamba Tuhan dan pemimpin yang diurapi Tuhan gagal
dalam hidupnya akan sangat mempengaruhi kehidupan orang-
orang disekitarnya. Oleh karena itu diperlukan suatu ketaatan,
ketekunan dan penyerahan total dan sungguh-sungguh kepada
Tuhan agar mampu bertahan dan setia sampai akhir.

DAFTAR PUSTAKA

Swindoll Charles R., Pria Penub Gairah & Terpilih: DAUD.


Jakarta: NAFIRI GABRIEL, 2006.

155
Bagian Keenam

156
Bagian Ketujuh

TEMPAT
PERLINDUNGAN
KEKAL ORANG
PERCAYA
Mazmur 91:1-16
(Tema ini pernah dimuat dalam Buku “Kasih Karunia Yesus Kristus: Didedikasikan kepada
Pong Kembong dalam rangka Ulang tahun
ke-66”, Oktober 2016, hal. 153-176, Perbit: VIEWS Jakarta,
ISBN:978-602-74592-43,
Editor: Adi Putra, Darwin T. Zega & Lewi Nataniel Bora)

PENDAHULUAN
Membaca kitab Mazmur, menimbulkan kesan tersendiri
dibanding dengan membaca kitab-kitab lain di dalam Alkitab.
Billy Kristanto mengungkapkan keunikan membaca Kitab
Mazmur demikian:
Membaca dan mengerti Kitab Mazmur bukan hanya sekadar
persoalan intelektual (betapa seringnya pikiran kita dikendalikan
oleh afeksi yang tidak kudus). Mazmur tidak hanya menyatakan
kepada kita perkataan-perkataan orang-orang kudus, melainkan
juga apa yang ada di dalam hati dan jiwa mereka, bagaimana
mereka merespons kepada Tuhan dalam segala keadaan. Kitab
Mazmur mengajak kita untuk jujur terhadap Tuhan, terhadap
diri sendirim dan juga terhadap sesama kita. Seseorang tidak
mungkin mengalami pertumbuhan yang sejati jika dia senantiasa
hidup berpura-pura entah dalam pengertian munafik atau
“hanya” menjaga citra diri (image). Berani terbuka terhadap diri
sendiri membawa kita dalam pengenalan diri yang benar, dan ini
berarti mengenal diri dalam segala kelebihan (anugerah Tuhan)
serta kekurangan dan keberdosaan kita. Tuhan tidak tertarik

157
Bagian Ketujuh

dengan pembentukan superfisial dan artifisial, sebaliknya Dia


rindu untuk mengubah manusia dari kedalaman lubuk hatinya.
Kita bersyukur karena Dia telah memberikan kepada kita Kitab
Mazmur, yang di dalamnya kita dapat melihat pergumulan
orang-orang kudus yang dipaparkan apa adanya, tidak ada yang
disayangkan dan citra diri yang perlu dijaga dalam kitab ini. Kita
menyaksikan di satu sisi sukacita orang-orang percaya, di sisi
yang lain ratapan mereka, di satu sisi keyakinan percaya yang
teguh, di sisi yang lain keragu-raguan dan kesulitan mereka
untuk percaya, di satu sisi kesalehan merek, di sisi yang lain
kejatuhan dan kegagalan mereka. Sulit agaknya membaca Kitab
Mazmur tanpa kita membaca diri kita sendiri.1

Kitab Mazmur terdiri dari 5 Kitab (buku). Pembagian ini


bermula pada LXX yang telah ada tahun 300 sM. Tiap bagian
mudah dikenal, karena satu pujian menutup tiap bagian pujian
singkat, kecuali pujian penutup kitab kelima, di situ satu mazmur
selengkapnya dipakai sebagai pujian penutup. Kelima bagian
kitab Mazmur itu adalah: Kitab pertama Mazmur 1-41; Kitab
kedua Mazmur 42-72; Kitab ketiga Mazmur 73-89; Kitab
keempat Mazmur 90-106; Kitab kelima Mazmur 107-150. Ada
anggapan bahwa pembagian menjadi 5 bagian ini sebagai usaha
meniru pembagian Taurat dalam 5 kitab, Pentateukh.2
Buku pertama Mazmur 1-41 dimulai dengan berbicara
tentang jalan orang benar dan jalan orang fasik, Buku kedua
Mazmur 42-72 dimulai dengan berbicara tentang kerinduan
kepada Allah, Buku ketiga Mazmur 73-89 dimulai dengan
berbicara tentang pergumulan dan pengharapan orang-orang
percaya, Buku keempat Mazmur 90-106 dimulai dengan

1Billy Kristanto, Ajarlah Kami Bergumul “Refleksi Atas Kitab Mazmur”

(Surabaya: Momentum, 2012), ix-x


2Tim Penyusun, Ensiklopedia Alkitab Masa Kini (Jakarta: Yayasan

Komunikasi Bina Kasih/OMF, 2004), 41-42

158
Bagian Ketujuh

berbicara tentang Allah tempat perlindungan yang kekal, Buku


kelima Mazmur 107-150 dimulai dengan berbicara tentang
nyanyian syukur dari orang-orang yang ditebus TUHAN.
Kitab Mazmur adalah suatu kitab yang unik, bukan saja
karena memuat nomor atau pasal yang terbanyak dalam Alkitab,
melainkan juga karena di dalamnya kita dapat menyaksikan
kehidupan seorang percaya yang tidak pernah lepas dari
pergumulan. Martin Luther menyebut Mazmur secara
keseluruhan dengan rumusan: “Psalterium affectuum quaedam
palaestra et exercitium” (Mazmur adalah suatu sekolah pergumulan
dan latihan afeksi).3
Kehidupan yang kita jalani seperti suatu pergumulan,
peperangan, pertempuran dan pertarungan kita memerlukan
perlindungan, kita memerlukan tempat perlindungan. Para tokoh
Alkitab seperti nats ini Musa sepanjang pergumulan
kehidupannya telah meyakini bahwa tidak ada yang lain tempat
perlindungan dan perteduhannya selain Tuhan.
Menarik bahwa pasal 91 ini adalah rentetan kisah dari pasal
90 tentang Allah, tempat perlindungan yang kekal. Tetapi ada
kemungkinan bukan Musa yang menuliskannya melainkan Daud,
dengan alasan peristiwa ini berkaitan dengan terjadinya wabah
penyakit sampar yang dikirimkan Allah karena ia menghitung
jumlah rakyatnya (2 Sam. 24:1-17; 1 Taw. 21:1-30). Matthew
Henry menjelaskan:
Beberapa penulis dari zaman dahulu berpendapat bahwa
Musalah penulisnya, bukan saja Mazmur sebelum ini yang
dengan jelas menyebutkan dia sebagai penulis, tetapi kedelapan
mazmur sesudahnya. Namun, hal i i tidak mungkin terjadi,
karena dengan jelas disebutkan bahwa Mazmur 95 ditulis oleh
Daud dan lama sesudah zaman Muza (Ibr. 4:7). Ada

3Kristanto, ix

159
Bagian Ketujuh

kemungkinan bahwa Mazmur ini juga ditulis oleh Daud.


Mazmur ini merupakan surat perintah perihal perlindungan bagi
semua orang percaya sejati, bukan nama Raja Daud, atau
dibubuhi segelnya yang sah, melainkan dalam nama Raja di atas
segala raja dan dibubuhi segel Sorgawi. Daud sendiri pun
membutuhkan mazmur ini, terutama bila seperti diperkirakan
beberapa orang, mazmur ini ditulis di masa terjadinya wabah
penyakit sampar yang dikirimkan karena ia menghitung jumlah
rakyatnya.4

Akan tetapi, siapa penulis yang paling tepat, Musa atau


Daud? Ada pendapat lain bahwa yang menulis Daud tetapi
menceritakan tentang tokoh Musa. Dari sini kita bisa katakan
bahwa bukan penulis yang menjadi persoalan utama. Yang paling
utama adalah apa yang ditekankan dalam firman Tuhan ini, itu
yang paling benar yaitu Allah, tempat tempat perlindungan yang
kekal. Entah siapa pun yang mengalaminya. Tetapi untuk
mengarahkan pembaca maka dalam tulisan ini akan banyak
digunakan istilah pemazmur.
Dalam bagian ini pemazmur mengungkapkan doanya
sekaligus pernyataaan imannya bahwa Allah adalah tempat
perlindungan yang kekal. Kuat dugaan bahwa Mazmur 90 dan 91
dituturkan tatkala pemazmur usianya sudah semakin tua, saat
fisiknya sudah tidak kuat, matanya makin kabur dan sulit melihat.
Kalau mazmur ini dikaitkan dengan Musa, maka mazmur ini
ditulis saat dia sudah menjelang mendekati tanah Kanaan untuk
membawa bangsa Israel masuk ke tanah Kanaan. Namun
keyakinannya kuat dan pengalaman hidupnya selama 120 tahun
(Ul. 34:7) membuktikan bahwa hanyalah Allah tempat
perlindungan yang kekal bagi dirinya dan bagi umat percaya pada

4Matthew Henry, Kitab Mazmur 51 -100 (Surabaya: Momentum,

2012), 1319

160
Bagian Ketujuh

umumnya. Kalau mazmur ini dikaitkan dengan tokoh Daud,


maka mazmur ini ditulis saat-saat Daud sendiri sudah sangat tua
(1 Raj. 1 & 2).
Sebenarnya yang menjadi penekanan utama adalah bukan
bicara bagaimana doa, iman, pengharapan, keinginan pemazmur
menjadikan Allah menjadi tempat perlindungan dan perteduhan
hidupnya melainkan sebaliknya mengapa Allah menjadi satu-
satunya tempat perlindungan yang kekal, bagaimana Allah
menunjukkan diri-Nya sebagai satu-satunya pribadi yang paling
tepat dijadikan tempat perlindungan dan perteduhan.
Dari pasal 91 ini kita akan melihat keteguhan hati
pemazmur atau orang-orang yang percaya bahwa mengapa Allah
menjadi satu-satunya tempat perlindungan dan perteduhan hidup
orang-orang percaya dan bagaimana Allah menunjukkan diri-Nya
sebagai satu-satunya pribadi yang paling tepat dijadikan tempat
perlindungan dan perteduhan orang-orang percaya.
Pada ayat 1 ini terdiri dari dua bagian. Pertama, dikatakan
orang yang duduk dalam lindungan Yang Mahatinggi dan kedua,
dan bermalam dalam naungan Yang Mahakuasa. Bagian pertama,
dalam terjemahan New King James Version (NKJV) “He who
dwells in the secret place of the Most High” (dituliskan penulis siapa
yang tinggal, menghuni, mendiami, atau menjadikan tempat
kediaman tempat rahasia Yang Mahatinggi. Dan New
International Version (NIV) “He who dwells in the shelter of the Most
High” diterjemahkan penulis siapa yang tinggal, menghuni,
mendiami tempat perlindungan Yang Mahatinggi, atau
berlindung/bersembunyi kepada Yang Mahatinggi. Kata dweel,

161
Bagian Ketujuh

kata diam dari akar kata Ibrani sekinah dan kata sekinah itu artinya
his glory present, hadirat yang mulia dari Allah.5
Bagian kedua, menurut terjemahan NKJV “Shall abide under
the shadow of the Almighty“ diartikan penulis akan (boleh, dapat,
sebaiknya) bertahan dengan sabar, stabil, menunggu di bawah
bayangan Yang Mahakuasa. Dalam NIV dituliskan “will rest in the
shadow of the Almighty” artinya akan beristrahat atau berteduh
dalam bayang-bayang (bayangan) dari Allah Yang Mahakuasa.
Allah Yang Mahakuasa dituliskan El-Shaddai.
Menurut Frommel dan Pareira kedua ayat pembukaan ini
adalah suatu ajakan untuk menyerahkan diri kepada Tuhan. Kata-
kata ini disampaikan kepada peziarah atau orang-orang yang
datang beribadah/berdoa. Kata “tinggal” di sini tidak berarti
terus-menerus berdiam diri secara fisik di lingkungan Bait Suci
(seperti dalam Mazmur 84:5), tetapi menunjukkan suatu sikap
dan kerinduan (Mzm. 27:4). Kata “lindungan“ aslinya arti
konkret berarti tempat bersembunyi (Mzm. 139:15) untuk
berlindung khusus dalam bahaya (1 Sam. 19:2). Kata “naungan”
adalah perlindungan dari terik matahari (Yes. 4:6). Kedua kata ini
kemudian berkembang menjadi istilah doa-liturgis untuk
menunjukkan perlindungan Allah yang diperoleh dari lingkungan
Bait Suci (Mzm. 17:8; 36:8; 57:2).6
Bagian ini berbicara jelas tentang pengalaman orang-orang
percaya yang teguh hatinya percaya pada perlindungan Allah
selalu diperkenankan Tuhan mengalami dan merasakan
perlindungan dari Tuhan. Di mana pun ia berada dan kemana

5Disadur dari penjelasan Pendeta Petrus Agung Purnomo dalam


https://djayasentana.wordpress.com/2012/03/11/dalam-lindungan-allah/

6Marie Claire Barth Frommel & Berthold Anton Pareire, Tafsir

Alkitab: Kitab Mazmur 73-150 (Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2015), 166

162
Bagian Ketujuh

pun ia pergi bayangan Allah selalu bersamanya, melindungi, dan


menjaganya. Seperti seseorang berjalan dipanas terik matahari,
sinar matahari terhalangi oleh tubuhnya sehingga terlihat jelas
bayangan diri sendiri. Membuatnya merasa teduh dan aman
karena melihat bayangan dirinya.
Untuk memperkuat keyakinan akan sumber perlindungan
dan perteduhan itu, pemazmur mengkombinasi istilah “Yang
Mahatinggi” dan “Yang Mahakuasa”. Kedua sebutan ini pastilah
punya sejarah. Yang aslinya gelar “Yang Mahatinggi: Adalah
sebutan nama Allah yang berdiam di Yerusalem (Kej. 14:18)
sebagai dewa tertinggi dalam panteon Kanaan (Mzm. 82:6).
Sebaliknya sebutan “Yang Mahakuasa” (Shaddai) selain
digunakan dalam ayat ini tetapi juga dalam Mazmur 68:15.
Uniknya kedua kata ini hanya dipakai dan disejajarkan di mazmur
ini menunjukkan betapa pemazmur mengagumi dan menjunjung
tinggi bahwa tempat perlindungan orang-orang percaya adalah
satu-satunya pribadi Yang Mahagung, Mahamulia, dan
Mahatinggi, tak ada yang menyamainya, tidak ada lagi yang di atas
Dia. Tetapi selain itu Dia juga “Yang Mahakuasa” menunjukkan
bahwa kuasa, kekuatan, kemampuan, wibawa, dan wewenang-
Nya tidak ada yang menandinginya.
Tetapi hal ini perlu diingat bahwa bagian ini tidak berbicara
bagaimana manusia mencari, mengejar, dan memperoleh
perlindungan Tuhan melainkan berbicara ketika perlindungan
Tuhan datang, menghampiri, mendiami orang-orang percaya.
Berbeda dengan konsep dunia dimana kita yang mencari
perlindungan, menggunakan perlindungan, sehingga
perlindungan itu kita bawah ke sana kemari. Tetapi bagian ini
berbicara perlindungan Tuhan akan selalu menghampiri,
mendatangi, bersama dengan orang-orang percaya. Artinya juga
bahwa Allah selalu mempersekutukan diri-Nya dengan orang-
163
Bagian Ketujuh

orang percaya dimana ia berada dan kemana pun ia pergi.


Matthew Hendry menekankan hal ini bahwa sebuah kebenaran
agung yang ditetapkan secara umum, bahwa semua orang yang
menjalani hidup persekutuan yang akrab dengan Allah akan
senantiasa aman di bawah perlindungan-Nya. Dan oleh sebab itu,
mereka bisa memelihara ketenteraman yang kudu dan
ketenangan pikiran sepanjang waktu. Orang yang melalui iman
memilih Allah sebagai perlindungannya akan mendapati semua
hal yang dibutuhkan atau diinginkannya di dalam Dia.
Perhatikanlah: 1) Sudah menjadi sifat orang percaya sejati
untuk duduk di dalam lindungan Yang Mahatinggi. Dia merasa
nyaman di dalam Allah, kembali kepada Allah, dan bersistrahat
di dalam Dia. Ia mengenal betul apa itu beragama secara batiniah,
dan melayani Allah dengan sepenuh hati. Di beribadah di balik
tabir dan sangat suka berada sendirian bersama Allah untuk
bergaul akrab dengan-Nya dalam keheningan. 2) Merupakan hak
istimewah dan merupakan penghiburan bagi orang-orang seperti
itu, karena mereka bisa bermalam dalam naungan Yang
Mahakuasa. Ia melindungi mereka dan akan memisahkan mereka
dari segala sesuatu yang dapat mengganggu mereka, baik di
tengah badai maupun di hari yang cerah. Mereka bukan saja akan
memperoleh izin masuk, tetapi juga tempat tinggal di bawah
perlindungan Allah. Dia akan menjadi peristrahatan dan tempat
perlindungan mereka sampai selamanya.7
Ayat 2, mengatakan akan berkata kepada Tuhan, dalam
terjemahan NKJV “I will say of the Lord artinya saya akan berkata
kepada Tuhan” menunjukkan suatu pernyataan iman, suatu
deklarasi iman, suatu pengumuman iman kepada publik yang
ditunjukkan dengan perkataan, sikap dan perbuatan. Jadi hal ini

7Henry, 1320-1321

164
Bagian Ketujuh

mengacu pada keyakinan diri (pribadi) bukan sekelompok orang.


Perlindungan Tuhan hanya dapat dirasakan maksimal secara
pribadi bukan secara kelompok. Keyakinan pribadi itu
mengatakan tempat perlindunganku atau tempat pengungsianku,
tempat pengasinganku, kubu pertahananku atau bentengku
adalah Allahku yang kupercayai atau Tuhanku, yang di dalamnya
aku akan percaya.
Matthew Henry mengatakan bahwa Aku akan berkata
kepada TUHAN, tak peduli apa yang dikatakan orang tentang
Dia, “tempat perlindunganku, Allahku, Aku memilih Dia sebagai
tempat itu dan mempercayakan diri kepada-Nya. Orang lain
menjadikan berhala sebagai perlindungan mereka, tetapi aku akan
berkata tentang Yahweh, Allah yang benar dan hidup, bahwa Dia
adalah tempat perlindunganku: yang lain adalah perlindungan
bohong. Dia adalah tempat perlindungan yang tidak akan
mengecewakan aku, sebab Dia adalah tempat perlindunganku
dan kubu pertahananku. Para penyembah berhala menyebut
dewa mereka Mehuzzim,benteng-benteng mereka yang diperkuat (Dan.
11:39), tetapi dalam hal ini mereka sebenarnya telah menipu diri
sendiri. Hanya mereka yang menjadikan Tuhan sebagai Allah dan
kubu pertahanan merekalah yang dapat mengamankan diri.
Karena tidak ada alasan untuk mempertanyakan kecukupan-Nya,
maka dengan sendirinya aku dapat berkata, Allahku, yang
kupercayai. Jika Yahweh adalah Allah kita, tempat perlindungan.
Dapat kita yakini ada di dalam Dia? Dia tidak pernah berubah,
palsu, lemah, ataupun fana. Dia adalah Allah, dan bukan manusia.
Oleh sebab itu kita tidak akan merasa kecewa, di dalam Dia kita
mengenal siapa yang kita percayai.8

8Henry, 1321

165
Bagian Ketujuh

Dari ayat 1 dan 2 ini menekankan satu hal dari pemazmur


adalah mengapa Allah menjadi satu-satunya tempat perlindungan
yang kekal. Pemazmur telah mengalami sepanjang pergumulan
dan peperangan hidupnya Allah sebagai sumber perlindungan,
Allah yang beriniasitif melindungi pemazmur, Allah yang
mendatangi, membela dan menyelamatkan pemazmur. Demikian
halnya untuk setiap orang-orang percaya, kesaksian hidup
pemazmur mewakili kesaksian mereka bahwa sepanjang
kehidupan mereka Allah satu-satunya tempat perlindungan yang
kekal adalah terbukti.
Seseorang tidak hanya dipercayai dari perkataannya
melainkan yang paling utama dari perbuatannya. Demikian pula
bagi Allah, Allah menginginkan kita tidak hanya percaya pada
perkataan-Nya tetapi juga pada perbuatan-Nya.
Dalam Ayat 3-13 berbicara tentang bagaimana Allah
membuktikan dan menunjukkan diri-Nya sebagai satu-satunya
pribadi yang paling tepat dijadikan tempat perlindungan dan
perteduhan. Ayat 3, mengatakan sungguh, Dialah yang akan
melepaskan engkau dari dua hal: Pertama, jerat perangkap
burung dan kedua penyakit sampar yang busuk.
Pertama, suatu perangkap burung yang dipasang oleh
pemburuh burung liar. Frommel dan Pareira menjelaskan bahwa
Tuhan akan melepaskan dari jerat yang dipasang oleh orang-
orang fasik secara sembunyi-sembunyi untuk menangkap dan
mencelakakan dia (bdk. 119:10; 140:6; 141:9; 142:4). Jerat adalah
rencana busuk, tetapi juga jerat bisa juga suatu konteks hidup atau
pergaualan yang mencelakakan orang lain (Yos. 23:13; Ams.
22:5,24).9 Tentang bagian ini juga Matthew Henry mengatakan
bahwa orang-orang percaya akan dijauhkan dari celaka yang

9Frommel & Pareira, 167

166
Bagian Ketujuh

sangat mungkin mengintai mereka dan akan mendatangkan


kematian kepada mereka, dari jerat penangkap burung, yang telah
dipasang tanpa terlihat dan tiba-tiba mangsa yang angsung
tertangkap, dan dari penyakit sampar yang busuk yang menimpa
manusia tanpa sangka-sangka dan yang yang tidak terlindung.
Janji ini melindungi: 1) Kehidupan alami yang sering kali
digenapi dan terhindarnya kita dari bahaya-bahaya yang sangat
mengancam dan dekat, sementara kita sendiri tidak
menyadarinya, sama seperti burung tidak menyadari jerat
penangkap burung. Lebih dari pada yang kita sadari, kita patut
mensyukuri Pemeliharaan Ilahi karena telah dijauhkan dari
penyakit menular dan tangan-tangan orang jahat dan tidak
berakal budi. 2) Kehidupan rohani yang dilindungi oleh anygerah
ilahi dair pencobaan Iblis yang sama seperti jerat penangkap
burung, dan dari pengaruh buruk dosa yang seperti penyakit
sampar yang busuk. Orang yang telah menjadikan kasih karunia
sebagai kemuliaan jiwa akan menjaga baik-baik kemuliaan itu.10
Menarik untuk didalami bahwa perangkap-perangkap itu
tidak hanya dipasang oleh musuh-musuh kita, tetapi mungkin
juga kita sendiri telah menjebak dan membuat perangkap untuk
diri sendiri. Maka, hal ini juga berbicara tentang jebakan-jebakan
(perangkap-perangkap) yang dibuat oleh diri sendiri dan orang
lain. Perangkap (jebakan, siasat) yang dibuat diri sendiri bisa
berarti bahwa kita dengan sadar melakukannya. Kita sudah tahu
bahwa apa yang kita pikirkan dan buat itu tidak benar tetapi kita
tetap melakukannya, atau saat kita membuat persengkongkolan
dengan orang lain, atau membuat komitmen-komitmen yang
salah dengan orang lain, atau membuat aturan-aturan main
dengan orang lain.

10Henry, 1322

167
Bagian Ketujuh

Sebenarnya semuanya itu kita tahu dan sadar


melakukannya. Para pelaku korupsi itu bukan berarti tidak tahu,
para pencuri bukan berarti tidak tahu, pelaku curang itu bukan
berarti tidak tahu, yang bersekongkokol itu bukan berarti tidak
tahu. Semuanya tahu, mereka sudah buat perangkap dan jebakan
pasti terperangkap dan terjebak sendiri. Sepandai-pandainya
tupai melompat akan tetap jatuh juga, sepandai-pandainya kita
membungkus kebusukan akan tercium juga. Berhati-hatilah
jangan membuat perangkap sendiri, membuat jebakan sendiri,
sangat mungkin bukan orang lain tetapi yang paling mungkin
kena adalah diri sendiri.
Tetapi ada juga perangkap yang dibuat orang lain. Nas ini
berbicara perangkap-perangkap (jebakan, siasat) yang dipasang
oleh musuh-musuh orang percaya. Hal ini berbicara mengenai
usaha-usaha manusia untuk membuat jebakan-jebakan
(perangkap) di depan kita, bisa itu teman, saudara, orang dekat
yang kelihatan baik kepada kita tetapi sesungguhnya ia sedang
menyusun siasat-siasat untuk menjebak kita. Kita mengenal
Operasi Tertangkap Tangan (OTT) atau Orang Tertangkap
Basah (OTB). Berhati-hatilah jangan mengikuti naluri
kedagingan kita, jangan mengikuti naluri keinginan kita, jangan
ambisius, jangan mau cepat kaya kalau memang belum waktunya,
jalani proses yang ada karena kalau kita tidak berhati-hati hal itu
akan membawa kita mudah terpangaruh dan terjebak. Tetapi
syukur kepada Allah, sebagai tempat perlindungan kita tahu
bahwa saat-saat seperti itu kita membutuhkan pertolongannya,
tanpa kita minta Allah akan datang dengan perlindungannya dan
menolong kita.
Kedua, Allah akan melepaskan kita dari penyakit sampar
yang busuk. Tentang penyakit sampar, ini momok besar sebagai
tulah yang akan menimpah orang Mesir. Dalam Keluaran 9:1-7
168
Bagian Ketujuh

disebut sebagai tulah kelima yang akan menimpah segala hewan


ternak orang-orang Mesir. Apakah penyakit sampar ini dan
mengapa disebut penyakit yang busuk. Dalam wikipedia, sesuai
informasi medika, penyakit sampar atau pes adalah penyakit
infeksi mematikan yang disebabkna oleh bakteri. Bakteri
penyebab pes ini ditularkan melalui binatang sejenis rodent
sebagai binatang karir dari bakteri ini. Beberapa binatang ini
antara lain: Tikus, kelinci, anjing dan kucing.
Penyebab dari penyakit sampar atau pes ini adalah bakteri
yang bernama Yersinia pistis (sesuai dengan nama penemunya
seorang bakteriolog dari Prancis bernama A.J.E. Yersin. Bakteri
disebarkan lewat kutu yang hidup pada bulu rodent yang
terinfeksi bakteri ini. Penyakit pes yang mengenai paru-paru bisa
menimbulkan peradangan paru-paru. Kuman penyakit pes
disebarkan melalui droplet yang dikeluarkan saat penderita batuk.
Orang yang bernafas dengan doplet ini saat ada di udara akan
bisa terinfeksi bakteri penyakit pes ini. Beberapa organ yang
sering diserang oleh kuman pes ini antara lain: kelenjar getah
beining, paru-paru, dan pembulu darah. Gejala pes berbeda-beda
tergantung dari lokasi mana yang diserang bakteri ini.
Pes yang menyerang getah bening dapat memperlihatkan
gejala-gejala panas dingin, sakit kepala, nyeri padat pada otot-
otot, kejang, pembengkakan kelenjar getah bening terutama di
daerah pelipatan paha, ketiak, leher. Pes yang menyerang paru-
paru memperlihatkan gejala-gejala batuk, sesak nafas, batuk
berdahak darah dan nyeri dada saat menarik nafas dalam dalam.
Pes yang menyerang pembuluh darah memperlihatkan gejala-
gejala sakit perut, gampang mengalami lebam karena pendarahan,
diare, demam, mual dan muntah.
Bagaimana penanganan penyakit pes?. Penderita yang
terserang pes perlu penanganan secepat mungkin, apabila
169
Bagian Ketujuh

penanganan terlambat tidak dalam 24 jam bisa fatal bahkan


menyebabkan kematian. Pengobatan penyakit pes dengan
antibiotik, oksigen, infus dan pernafasan bantuan mungkin
diperlukan untuk membunuh bakteri yang menyerang penderita
pes dan memperbaiki kondisi penderita.
Apabila seseorang mengalami kontak dengan penderita
pes, mereka perlu diperiksa oleh dokter untuk melihat apakah
mereka terkena penyakit pes dan perlu diberikan antibiotik untuk
mencegah penularan. Pencegahan yaitu mengontrol populasi dan
penyebaran tikus yang dapat memunculkan resiko epidemi perlu
adanya vaksinasi. Dalam bagian firman Tuhan ini, Allah yang
melepaskan dan membebaskan kita dari penyakit yang
membahayakan ini.
Pada ayat 4-6, Musa menegaskan lagi tentang bagaimana
Allah menunjukkan diri-Nya sebagai satu-satunya tempat
perlindungan.
Ayat 4, mengatakan dengan kepak-Nya Ia menudungi
engkau, di bawah sayap-Nya engkau berlindung, kesetian-Nya
ialah perisai dan pagar tembok. Allah menggambarkan diri seperti
induk ayam atau burung rajawali (Garuda Indonesia). Kepak dan
sayap-Nya seperti cover (sampul) untuk menutupi diri kita dari
marabahaya dari luar. Bahwa Tuhan disamakan dengan burung
besar (Kel. 19;4; Ul. 32:11-12; Mat. 23:17). Mungkin kedua
metafora ini menunjuk pada kerub yang bersayap yang menjadi
seperti penjaga tabut perjanjian dalam ruang yang mahakudus
(Kel. 25:16-20; 1 Raj. 6:24-32; 8:6). Tuhan adalah yang Allah
“yang bersemayam di atas kerubim” (1 Sam. 4:4; Mzm. 80:2;
99:1). Datang ke “kemah” Tuhan berarti datang berlindung di
bawah naungan sayap-sayap-Nya (Mzm. 61:5; 17:7; 36:8; 57:2;
63:8). Perlindungan Tuhan itu teguh karena Dia adalah “Allah

170
Bagian Ketujuh

yang setia” (Mzm. 31:6). Kesetiaannya adalah perisai dan


pelindung.11
Bagi Allah kepak dan sayap-Nya menggambarkan
kesetiaan-Nya sebagai pagar dan tembok untuk memagari,
membatasi dan melindungi kita dari serangan musuh-musuh.
LAI menerjemahkan kata sokhera untuk kata “pagar tembok”.
Sokhera di sini adalah sejenis perisai, mungkin suatu perisai besar
yang bisa melindungi lebih dari satu tentar. Mungkin “perisai dan
pagar tembok” lebih baik diganti dengan “perisai-perisai
pelindung”.12
Matthew Henry mengatakan bahwa Allah sendirilah yang
akan menjadi pelindung mereka. Orang-orang yang memiliki Dia
sebagai pelindung mereka pasti akan selamat, dan mereka yang
dijamin oleh-Nya pasti akan berhasil (ay.4), Ia akan menudungi
engkau, dan menyembunyikan engkau dalam naungan (31:21),
sehingga dengan demikian melindungimu dengan aman (27:5).
Allah melindungi orang-orang percaya: 1) Dengan penuh
kelembutan dan kasih sayang yang tersirat di dalam kata-kata
Dengan Kepak-Nya Ia akan menudungi engkau, yang merujuk kepada
induk ayam yang mengumpulkan anak-anaknya di bawah
sayapnya (Mat. 23:37). Secara naluri, induk ayam itu bukan saja
melindungi anak-anaknya, tetapi juga menyayangi dan
menghangatkan mereka. Dengan hal inilah Allah suka
membandingkan pemeliharaan-Nya atas umat-Nya yang tidak
berdaya seperti anak-anak ayam itu, yang mudah dijadikan
mangsa. Mereka diajak untuk percaya di bawah naungan kepak
sayap janji dan pemeliharaan ilahi. Hal ini merupakan ungkapan
tidak langsung bagi yang berbalik memeluk agama yang benar,

11Frommel & Pareire, 167


12Frommel & Pareire, 165

171
Bagian Ketujuh

yang telah datang untuk berlindung di bawah sayap Allah Israel


(Rut 2:12). 2) Dengan kekuatan dan kuasa sepenuhnya. Meskipun
dikembangkan dengan penuh kelembutan, saya dan kepaknya
masih dianggap lemah dan mudah diterobos. Oleh sebab itu
ditambahkan, kesetiaan-Nya ialah perisai dan pagar tembok.
Pertahanan yang kuat. Allah bersedia melindungi umat-Nya
seperti seekor induk ayam melindungi anak-anaknya, dan sama
perkasanya dengan pejuang bersenjata lengkap.13
Ayat 5-6, ditekankan bahwa engkau tidak usah takut pada
tiga hal: Kedasyatan malam, panah yang terbang di siang hari,
penyakit sampar yang berjalan di dalam gelap, dan penyakit
menular yang mengamuk diwaktu petang.
Pertama, Kedasyatan malam. Hal ini berbicara tentang
teror, intimidasi, tekanan (preasure), perampokan, pencurian,
pemerkosaaan, penculikan, pembunuhan. Semua hal ini bisa saja
menimpa kita, ketika kita memiliki sesuatu jabatan, uang, harta
kekayaan, teman banyak ada-ada saja orang yang benci kita,
memusuhi kita, dan ingin kita hancur dan mati. Mereka
melakukan teror, intimidasi dan bahkan secara terang-terangan
menunjukkan kepada kita kebencian, permusuhan dan usahanya
menghancurkan kita. Tidak sedikit juga akhirnya prosesnya
sampai ke hukum, ke pengadilan.
Kedua, panah yang terbang di siang hari. Hal ini berbicara
tentang panah api si jahat, tembakan-tembakan kecil dan besar,
halus dan kasar, jangka pendek dan jangka panjang yang
diarahkan kepada kita. Kadang melalui kuasa kegelapan (setan,
iblis, roh-roh jahat) dan kadang bisa juga melalui obat-obatan,
racun, medium-medium tertentu, santet, tuyul, kutuk, serapah,
tulah dan lain sebagainya.

13Henry, 1322-1323

172
Bagian Ketujuh

Ketiga, penyakit sampar yang berjalan di dalam gelap. Hal


ini merujuk pada ayat ke 3 di mana penyebabnya adalah binatang
tikus (yang sering berjalan malam atau berjalan dalam kegelapan)
membawa virus penyakit.
Keempat, dan penyakit menular yang mengamuk diwaktu
petang. Dalam NKJV dituliskan nor of the destruction that lays waste
at noonday (terhadap pekerjaan-pekerjaan duniawi yang merusak atau
menghancurkan dan yang memboroskan siang atau tengah hari). Hal ini
berbicara adanya kemungkinan seseorang yang bisa
memboroskan hartanya, tenaganya, waktunya, hidupnya untuk
sesuatu yang merusak dirinya (seperti pesta pora, mabuk,
narkoba, berjudi, dan lain sebagainya).
Pada ayat 5-6 Matthew Henry memberi penjelasan bahwa
Dia bukan saja akan menjauhkan mereka dari yang jahat, tetapi
juga dari ketakutan terhadap kejahatan, disini terlihat: 1) Bahaya
besar yang diperkirakan. Mendengar kata ini disebut-sebut saja
sudah cukup untuk membuat kita takut. Kita tidak terlindung
baik siang maupun malam, dan orang-orang yang cenderung
mudah takut tidak akan pernah merasa dirinya aman. Pada waktu
kita masuk beristrahat di kamar, di tempat tidur, dan
mengamankan segala sesuatu di sekeliling kita, masih saja
terdapat ancaman di malam hari yang datang dari pencuri dan
perampok, angin dan badai, di samping makhluk-makhluk yang
hanya ada di dalam bayangan dan khayalan, yang justru sering
terasa paling menakutkan. Kita membaca perihal kedahsyatan
malam (Kid. 3:8). Selain itu ada juga penyakit sampar yang
berjalan dalam gelap, seperti penyakit yang telah menewaskan
anak sulung orang Mesir dan pasukan orang Asyur. Tidak ada
kunci ataupun jeruji yang mampu mencegah masuknya penyakit,
sementara kita membawa-bawa benih kuman di dalam tubuh
kita. Namun, di siang hari, pada waktu kita dapat melihat
173
Bagian Ketujuh

sekeliling kita dengan jelas, kita tidak begitu di dalam bahaya.


Namun, juga panah yang terbang di waktu siang tetapi tidak terlihat.
Ada kehancuran yang bisa membinasakan di tengah hari, pada
saat kita terjaga dan dikelilingi sahabat. Bahkan pada saat itu pun
kita tidak mampu mengamankan diri sendiri dan mereka pun
tidak dapat mengamankan kita. Bagi yang setuju Daud penulis
Mazmur ini mengatakan bahwa justru di siang harilah penyakit
sampar yang mampu membinasakan itu dikirimkan untuk
menegur Daud karena menghitung rakyatnya, dan menurut
pendapat beberapa orang, atas peristiwa itulah mazmur ini ditulis.
2) Di sini sebuah jaminan dijanjikan kepada orang-orang percaya
di tengah bahaya tersebut: Engkau tak usah takut. Melalui
anugerah-Nya, Allah akan menjauhkanmu dari ketakutan penuh
curiga yang meresahkan (ketakutan yang menyiksa) di tengah
bahaya besar. Hikmat akan mencegah engkau merasa takut tanpa
sebab, dan iman akan mencegah engkau merasa sangat ketakutan.
Engkau tak usah takut terhadap panah itu, karena tahu bahwa
meskipun mengenaimu, panah itu tidak dapat melukaimu.
Kalaupun berhasil mengambil kehidupan alami, panah itu tidak
akan mampu merusak kehidupan rohani, sehingga kehidupan itu
akan menjadi sempurna. Orang percaya tidak usah takut, dan
oleh karena itu tidak akan takut terhadap panah apa pun, karena
ujungnya sudah tanggal, dan racunnya telah dikeluarkan. Hai
maut di manakah sengatmu? Panah itu pun berada di bawah
kendali ilahi dan hanya akan mengenai tempat yang ditunjuk
Allah, bukan di tempat lain. Setiap peluru mempunyai tugas
masing-masing. Apa pun yang terjadi adalah atas kehendak Allah,
dan kita tidak punya alasan untuk takut dengan hal itu.14

14Henry, 1323-1324

174
Bagian Ketujuh

Demikian Frommel dan Pareira menjelaskan bagian ini


bahwa siapa yang mendapat perlindungan Tuhan, tidak perlu
takut. Dia tidak perlu takut akan “kedasyatan malam”. Kata
“malam” adalah saat bencana atau malapetaka yang kerap
mendatangi orang secara tiba-tiba dan tak terduga (Ams.3:25).
Kata “malam” adalah saat kekuasaan Iblis dan roh-roh jahat. Dia
juga tidak perlu takut akan ancaman panah yang mematikan yang
biasanya dibidikkan oleh orang-orang fasik terhadap orang benar
dari tempat yang gelap (Mzm.11:2; 64:4-5; 64:6) menyebut pula
perangkap, 91:3). Keterangan “di waktu siang” mungkin untuk
menekankan ancaman bahaya yang sudah tidak mengenal waktu.
Juga “tengah hari” (waktu istrahat siang, bnd. Kej. 18:1-5) adalah
saat yang b aik untuk mengadakan serangan yang tiba-tiba (Yer.
6:4). Orang yang dilindungi oleh Tuhan juga tidak perlu takut
akan penyakit sampar dan menular yang biasanya dikirim oleh
Tuhan sebagai hukuman (Mzm. 6; 78:49-50). Pada Habakuk 3:5
penyakit-penyakit ini berjalan di hadapan Tuhan sebagai
pengiring-Nya. Tetapi penyakit-penyakit ini mungkin pula
kekuatan kegelapan atau Iblis. Kekuatan kegelapan menjatuhkan
amat banyak orang, tetapi hal itu tidak akan menimpa orang yang
percaya kepada Tuhan (Mzm. 3 & 7). Dia hanya akan berdiri dan
menyaksikan hukuman atas orang-orang fasik itu.15
Hidup yang penuh ancaman dan bahaya digambarkan
sebagai suatu pertempuran melawan kekuasaan-kekuasaan yang
jahat. Pada ayat 7 – 8 berbicara tentang situasi peperangan nyata,
suatu pergumulan nyata?, apakah kita akan tampil sebagai
pemenang, orang kalah, atau pecundang. Musa meyakini bahwa
orang yang dilindungi Tuhan walaupun mengalami peperangan
segit, terpaan peluru-peluru dari senjata berat dan tecanggih akan

15Frommel & Pareira, 167-168

175
Bagian Ketujuh

tetap selamat dan terlindungi. Suatu sumber menceritakan


tentang kesaksian-kesaksian yang luar biasa dari Mazmur 91
sebagai berikut:
a. Ada seorang marinir yang akan berangkat perang ke Irak.
Setiap orang yang mau pergi berperang itu pasti galau.
Mereka pasti bertanya-tanya, “Saya pulang dalam keadaan hidup
atau mati? Cacat atau tidak? Cacat mental atau jasmani?....” dan
bermacam-macam lainnya. Tetapi tentara itu adalah anak
Tuhan yang sungguh-sungguh, dia mengambil Bible Study.
Dia sempat diajarkan tentang Mazmur 91, dan dia begitu
mengimaninya dan dia berkata kepada Tuhan, “Tuhan,
sekarang saya beriman dan saya percaya, saya pulang sehat lahir dan
batin!” Lalu dia bersaksi kepada teman-temannya, dan mereka
semua mulai saat itu memperkatakan Mazmur 91. Pada suatu
hari ada kontak senjata selama 6-7 jam. Dua orang dari
regunya termasuk komandan regunya tertembak di bagian
kepala. Pelurunya menembus topi bajanya, tetapi mujizat
terjadi karena peluru itu tidak menembus tulang dahinya. Apa
yang terjadi? Ketika peluru itu sampai di tulang dahinya, tiba-
tiba peluru itu berjalan melenceng menimbulkan lecet-lecet
di dahinya lalu keluar lagi ke belakang kepala. Kedua-duanya
mengalami ada mujizat yang sama! Lalu mereka semua
akhirnya pulang dengan selamat lahir dan batin. Haleluya!
b. Satu lagi kesaksian dari seorang letnan dari Pennsylvania.
Dalam sebuah kontak senjata tiba-tiba dia tertembak di
bagian dada, yaitu tepat dibagian jantung. Dia terpental ke
belakang, dan temannya melihat dan berpikir, “Wah, habislah
teman saya!” Lalu dia marah dan mengambil senjata serta
menghajar habis musuh-musuh sehingga mati semua.
Namun apa yang dia lihat? Ternyata temannya yang
tertembak itu bangun kembali dan masih hidup! Kemudian
dia meraba-raba serta mencari bagian mana yang kena
tembakan. Ternyata tembakan itu tepat mengenai Alkitab
yang ada di dalam kantongnya, dan apa yang terjadi? Alkitab
itu berlubang dari Kejadian, Keluaran, Imamat, dan sampai

176
Bagian Ketujuh

di Mazmur 91:7 lubang itu berakhir! Dan Mazmur 91:7


berkata, “Walau seribu orang rebah di sisimu, dan sepuluh ribu di
sebelah kananmu, tetapi itu tidak akan menimpamu.” Haleluya!16

Kita akan melihat dengan mata sendiri (menjadi penonton)


bagaimana Allah sebagai pelindung dan pembela kita menghabisi
para musuh-musuh (lawan) kita. Disebut di sini para musuh kita
adalah orang-orang fasik.
Ayat 9-13 menekankan sekali lagi perlindungan Tuhan bagi
orang yang percaya. Dan ayat 9 berfungsi sebagai pembukaan
karena mengulang ayat 1-2 (9a=2; 9b=1). Ayat 9, pemazmur
kembali menegaskan Bagaimana TUHAN sebagai tempat
perlindungan, Yang Mahatinggi kita jadikan (buat) sebagai
tempat perteduhan. Pujian pemazmur meyakinkan orang percaya
akan perlindungan ilahi, berdasarkan pengalaman sendiri. Ia
meyakinkan orang percaya apa yang dikatakannya itu adalah
perkataan Allah dan kita dapat mengandalkannya. Mereka
menjadikan Yang Mahatinggi sebagai tempat perteduhan mereka,
senantiasa tinggal bersama Allah dan berdiam diri di dalam Dia.
Mereka menjadikan nama-Nya, bait dan menara mereka yang
kuat, tinggal di dalam kasih dan dengan demikian tinggal di dalam
Allah. Sudah menjadi kewajiban kita untuk tinggal di dalam Allah,
memilih Dia dan setelah itu menjalani kehidupan kita di dalam
Dia sebagai tempat tinggal kita sendiri, untuk bergaul akrab
dengan-Nya, bersukacita di dalam Dia, dan bergantung kepada-
Nya. Maka setelah itu, akan menjadi istiwewah bagi kita untuk
merasa dekat dengan Allah Kita akan disambut-Nya dengan
akrab seperti seorang yang merasa akrab dengan tempat

16Disadur dari penjelasan Pendeta Niko Rahardjo dalam

http://catatankhotbahkristen.blogspot.co.id/2013/12/pesan-gembala-dan-
mazmur-911-16-pdt.html

177
Bagian Ketujuh

tinggalnya sendiri. Tanpa halangan, rintangan, atau gangguan


sedikit pun berupa penahanan hukum ataupun kekalutan hati
nurani. Maka kita pun akan aman di dalam Dia dan akan tetap
merasa damai sejahtera (Yes. 26:3). Untuk mendorong kita
supaya menjadikan Tuhan sebagai tempat perteduhan kita dan
untuk mengharapkan keamanan dan kepuasan di dalam Dia.
Pemazmur berkata “Dia yang engkau jadikan tempat
perteduhanmu adalah tempat perlindunganku”. Aku telah
mendapati Dia teguh dan setia, dan di dalam diri-Nya terdapat
cukup tempat dan perlindungan, baik untukmu maupun
untukku.17
Ayat 10 merupakan kelanjutan dampak dari bagaimana
TUHAN kita jadikan sebagai satu-satunya tempat perlindungan
dan perteduhan yang kekal. Janji-janji yang pasti bagi semua
orang percaya yang menjadikan Yang Mahatinggi dan Yang
Mahakuasa tempat perlindungan dan perteduhan yaitu bahwa:
Pertama, malapetaka tidak akan menimpa kita. Istilah lain
bahwa kesalahan, kejatuhan, kehancuran, musibah tidak akan
menimpa kita. Kita akan diluputkan dari berbagai kejatuhan
(jabatan, karir, pamor, reputasi, nama baik, harkat dan martabat)
dari kehancuran (bisnis, keluarga, pelayanan, hubungan). Bahwa
apa pun yang terjadi atas mereka, tidak ada yang akan melukai
mereka. Walaupun kesukaran dan penderitaan menimpamu,
tidak akan ada yang benar-benar jahat di dalamnya. Kesukaran
itu akan datang bukan untuk menyakitimu, melainkan untuk
kebaikannmu.
Kedua, tulah tidak akan mendekat kepada kemahmu. Tulah
(plague: Penyakit, wabah, godaan) tidak akan mendekati kemah
atau tempat perteduhan (Allah) kita. Allah tidak mungkin

17Henry, 1326

178
Bagian Ketujuh

didekati penyakit, malapetaka, wabah, musibah, kehancuran.


Karena itu marilah kita berdekat dengan Allah, marilah kita
tinggal di dalam lindungan Allah, marilah berteduh dan
mendiami tempat perlindungan kita yaitu Allah kita. Bukan saja
diri orang percaya, tetapi juga tempat kediaman akan berada di
bawah naungan perlindungan ilahi: Tulah tidak akan mendekat
kepada kemahmu sehingga tidak ada suatu pun yang
menimbulkan kerusahakan atasmu “Nihil accidere bono viro mali
potest artinya Yang jahat tidak akan menimpa orang yang baik”.
Seneca, De Providentia.18
Ayat 11-12, menegaskan bahwa kadang Allah tidak terlihat
langsung melindungi kita. Dan itulah yang sering dan paling
banyak terjadi. Allah Yang Mahatinggi dan Yang Mahakuasa
mampu menggunakan berbagai cara dan hadir dalam berbagai
ragam cara untuk menyatakan perlindungan-Nya. Pada ayat 4,
Allah menyatakan perlindungan-Nya dalam wujud induk ayam,
burung rajawali (garuda). Dan sekarang Allah kita menyuruh
(memerintahkan) para malaykat-Nya (para menolong, para
bidadari suci-Nya) untuk charge over you (bertanggung jawab
melindungi) dan menjaga kita dalam segala jalan (pikirkan,
rasakan, jalani) oleh kita. Ini merupakan janji yang sangat
berharga dan berbicara banyak tentang kehormatan dan
penghiburan bagi orang-orang yang dikasihi Allah. Tetapi
sungguh keterlaluan Iblis mengutip dan menyalahgunakan ayat
ini untuk mencobai Kristus (Mat. 4:6). Matthew Henry
menuliskan bahwa perintah yang diberikan kepada para malaykat
berkenaan dengan orang-orang yang dikasihi Allah. Dia yang
adalah Tuhan para malaykat, yang membuat mereka ada dan
memberi hukum kepada mereka, yang memiliki mereka dan yang

18Henry, 1327

179
Bagian Ketujuh

membuat mereka untuk melayani, malaykat-malaykat-Nya akan


diperintahkan-Nya kepadamu, bukan saja kepada gereja secara
umum, tetapi juga kepada setiap orang percaya. Para malaykat
memelihara kewajiban terhadap TUHAN, Allah mereka, dan
inilah kewajiban yang mereka terima dari Dia. Hal ini
menunjukkan perhatian yang diberikan Allah kepada orang-
orang yang dikasihi-Nya, sehingga para malaykat sendiri
memelihara kewajiban dan dipekerjakan bagi mereka. Perintah
itu adalah untuk menjaga engkau disegala jalanmu. Artinya
“selama engkau memlihara kewajibanmu”. Orang-orang yang
keluar dari jalan itu menempatkan diri di luar perlindungan Allah.
Oleh karena itu kemana pun orang percaya pergi, para malaykat
akan bertanggung jawab atas mereka.19
Para penolong ini (malaykat) akan menatang kita
(meletakkan kita di telapak tangannya supaya kaki kita tidak
terantuk kepada batu, singa dan ular tedung kau akan langkahi,
kita akan menginjak-injak anak singan dan ular naga.
Pemeliharaan yang diberikan para malaykat kepada orang-orang
yang dikasihi Allah dalam melaksanakan kewajiban ini: Mereka
akan menatang engkau di atas tangannya, yang menunjukkan baik
kemampuan maupun kasih sayang yang besar. Mereka mampu
menatang orang-orang yang dikasihi Allah hingga tidak
terjangkau oleh bahaya, dan mereka melakukannya dengan
penuh kelembutan serta kasih sayang seperti juru rawat
mengendong anak kecil. Hal ini berbicara tentang diri kita yang
tak berdaya dan tentang mereka (malaykat) yang suka menolong.
Pertama, kaki kita tidak terantuk kepada batu. Kalimat ini
dipakai Iblis menggoda dan menjebak Tuhan Yesus agar
melepaskan (mengeluarkan) diri dari perlindungan sang Bapa

19Henry, 1328

180
Bagian Ketujuh

(Mat. 4:6; “lalu berkatalah (iblis) kepada-Nya: “jika Engkau anak


Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis:
Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-
Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangan-Nya,
supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu, Lukas 4:10-11
“sebab ada tertulis: Mengenai Engkau, Ia akan memerintahkan
malaikat-malaikat-Nya untuk melindungi Engkau, dan mereka
akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan
terantuk kepada batu). Tetapi jawaban Yesus: Jangan engkau
mencobai Tuhan, Allahmu. Pemazmur menuliskan bahwa para
malaykat diperintahkan menjaga kaki orang-orang yang dikasihi
Allah, supaya kaki mereka jangan terantuk kepada batu hingga
jatuh dalam dosa dan kesukaran.
Kedua, singa dan ular tedung akan kau langkahi. Ini
berbicara tentang rasa takut yang menghantui seseorang akan
hilang lenyap.Seberapa kuat dan besarnya masalah di depan kita
kita tidak perlu takut harus yakin pada pelindung kita untuk
melangkahi dan melewati masalah tersebut.
Ketiga, kita akan menginjak-injak anak singa dan ular naga.
Ini berbicara kemenangan besar yang akan dimiliki Musa (orang-
orang percaya) yang dilindungi Tuhan. Dalam Kejadian 3: 15
bahwa keturunan perempuan akan meremukkan kepala ular
(naga: Iblis) itu. Singa berbicara musuh-musuh Musa/Israel
(orang-orang Mesir, orang Amelek, Midian, Filistin, orang Moab,
orang Kanaan). Ular naga berbicara gambaran Iblis musuh Allah
dan orang-orang percaya.
Kuasa kegelapan akan dikalahkan oleh mereka. Engkau
akan menginjak anak singan dan ular naga, Iblis disebut singa
yang mengaum-aum, si ular tua, naga merah, sehingga kepada
janji inilah rasul Paulus merujuk (Rm. 16:20) bahwa Allah,
sumber damai sejahtera, segerah akan menghancurkan Iblis di
181
Bagian Ketujuh

bawah kakimu. Kristus telah menghancurkan kepala ular itu,


melucuti musuh-musuh kita (Kol. 2;15), dan melalui Dia, kita
lebih dari orang-orang yang menang.20
Ayat 14-16, berkat-berkat yang melekat pada orang-orang
percaya yang berlindung pada Allah, ditandai dengan “hatinya
melekat kepada-Ku”,”ia berseru kepada-Ku”, maka dipihak
Allah akan: Aku akan meluputkannya, Aku akan
membentenginya sebab ia mengenal nama-Ku, Aku akan
menjawab, Aku akan menyertai dia dalam kesesakan, Aku akan
meluputkannya dan memulihkannya, Allah akan mengenyangkan
dia dengan umur panjang, Allah akan memperlihatkan kepadanya
keselamatan dari pada-Ku. Beberapa orang berpendapat bahwa
kata-kata ini diucapkan kepada para malaykat sebagai alasan
kewajiban mereka berkaitan dengan orang-orang yang dikasihi-
Nya itu, seolah-olah Ia telah berkata, “peliharakan mereka, sebab
mereka sangat berharga bagi-Ku dan Aku sangat peduli kepada
mereka”. Kepada siapa saja janji-janji ini diberikan, dalam
mazmur ini mereka digambarka sebagai orang-orang yang
memiliki ketiga sifat berikut:
1) Mereka adalah orang-orang yang mengenal nama Allah. Kita
tidak dapat mengenal sifat Allah dengan sempurna, tetapi
melalui nama-Nya Ia telah memperkenalkan diri-Nya dan
karena itu kita juga harus memperkenalkan diri.
2) Mereka adalah orang-orang yang mengasihi Dia, dan mereka
yang mengenal Dia dengan baik akan mengasihi-Nya,
mengasihi Dia sebagai satu-satunya yang pantas dikasihim
dan menyatakan kasih mereka kepada-Nya dengan sukacita
yang semakin bertambah. Mereka akan mengasihi Dia

20Henry, 1329

182
Bagian Ketujuh

dengan ketetapan hati untuk tidak pernah mengalihkan kasib


itu kepada siapa pun.
3) Mereka adalah orang-orang yang berseru kepada-Nya, seperti
malalui doa yang senantiasa dinaikkan selaras dengan-Nya,
dan berserah kepada-Nya dalam setiap kesulitan.21

JANJI-JANJI ALLAH YANG MELEKAT BAGI ORANG-


ORANG BERLINDUNG PADA ALLAH
Berikut janji berkat-berkat yang akan melekat pada orang-
orang yang dikasihi-Nya dan yang memiliki ketiga sifat tersebut:
Pertama, Aku akan meluputkannya. Hal ini berbicara
tentang kelepasan hanya dari pada Allah saja. Allah adalah
pembebas, Allah adalah pelepas kita dari beban, masalah, tekanan
yang menimpa kita. Yesus adalah pemikul beban dan pelepas kuk
kita (Mat. 11:28-29). Menunjuk kepada pembebasan ganda, baik
dari kehidupan maupun kematian, baik di tengah-tengah maupun
keluar dari kesesakan, Jika Allah menyesuaikan tingkat dan
lamanya kesukaran kita dengan kekuatan kita, jika Ia menjauhkan
kita dari perbuatan yang menyakitkan hati-Nya di tengah
kesesakan kita dan akhirnya menggunakan kematian sebagai cara
untuk membebaskan kita dari semua kesukaran kita, maka janji
ini telah digenapi (2 Tim. 3; 11; 4:18).
Kedua, Aku akan membentenginya sebab ia mengenal
nama-Ku. Bahwa Ia akan meninggikan dan memuliakan mereka,
tidak terjangkau oleh kesesakan, tinggi di atas badai, di atas bukit
batu di atas gelombang-gelombang laut (Yes. 33:16). Melalui
anugerah Allah mereka akan dimampukan untuk memandang
hal-hal dunia ini dengan rasa jijik dan ketidakacuhan yang kudus,
dan menengadah kepada hal-hal di dunia lain dengan hasrat dan

21Henry, 1329

183
Bagian Ketujuh

kepedulian yang kudus, maka ketika itulah mereka akan


dibentengi atau ditaruh di tempat yang tinggi. Allah adalah
proteksi kita, pelindung kita, cover dan sampul kita. Allah bagaikan
induk ayam dan burung rajawali memproteksi hidup kita,
pelayanan kita, keluarga kita, dan apa yang kita kerjakan dan
miliki. Ia menjaga hidup kita, keluarga kita, milik kita. Nyawah
kita ada di tangan kita. Pengenalan kita akan Nama Dia menjadi
garansi penuh sebagai proteksi hidup kita. Nama Yesus nama
yang heran, ajaib, nama yang berkuasa.
Ketiga, Aku akan menjawab. Allah adalah penjawab seruan
dan doa kita. Kapan pun kita berseru, dan apa pun kita serukan,
dimana pun kita berseru, Allah akan berpaling mendengarkan
dan siap menjawab permohonan kita. Doa adalah nafas hidup.
Dan Allah selalu sedia mendengar dan menjawab kita. Allah akan
menjawab melalui janji-janji (Mzm. 85:9), menjawab melalui
pemeliharaan, membawa pembebasan pada waktunya, dan
menjawab melalui kasih karunia, menambahkan kekuatan dalam
jiwa mereka (139:3). Demikianlah ia menjawab Paulus dengan
kasih karunia yang cukup (2 Kor. 12:9).
Keempat, Aku akan menyertai dia dalam kesesakan. Hal ini
berbicara tentang siapa teman, sahabat, dan pendamping kita
tatkala mengalami kesesakan (penderitaan, kesusahan).
Kalaupun Ia tidak segera mengakhiri penderitaan mereka,
mereka akan disertai oleh-Nya di tengah kesesakan. Ia akan
memperhatikan dukacita mereka dan mengenal jiwa mereka
dalam kesengsaraan. Ia akan melawat mereka dengan firman dan
Roh-Nya, serta bergaul akrab dengan mereka. Ia akan turut
mengambil bagian, mendukung dan menghibur mereka, serta
menguduskan penderitaan mereka, yang akan menjadi tanda
paling pasti tentang penyertaan-Nya di tengah semua kesesakan
mereka.
184
Bagian Ketujuh

Dunia saat kita senang, saat kita kaya, saat kita sehat, saat
kita kuat akan datang mengelilingi kita dan seketika menyebut
kita saudaranya, temannya, keluarganya, temannya. Tetapi
lihatlah saat kita susah, menderita, tersesak mereka semua akan
pergi, lari dan bahkan memungkiri kita ini siapa bagi mereka.
Tetapi syukur kepada Allah, ia mau menjadi teman, sahabat,
pendamping kita tatkala kita susah, menderita, tak punya apa-apa.
Yesus sahabat sejati, tiap hal boleh dibawah pada-Nya.
Kelima, Aku akan meluputkannya dan memulihkannya.
Istilah ini begitu kuat bagi Musa karena seringkali diluputkan atau
dilepaskan dari marabahaya, penghinaan, intimidasi, tekanan,
perkataan-perkataan yang menyinggung perasaannya. Terhadap
semua itu Allah meluputkan dan memulihkan jiwa dan hidup
Musa. Karena beratnya pergumulan dan tekanan Musa seringkali
minta kepada Allah untuk membunuhnya supaya bebannya
hilang. Tetapi hal itu tidak dikehendaki Allah, justru sebaliknya
Allah mau memulihkan dirinya. Demikian pula orang percaya
tatkala tersesak pasti Tuhan luputkan dan pulihkan.
Keenam, Allah akan mengenyangkan dia dengan umur
panjang. Setiap orang ingin hidup lama dan panjang umur. Ia
ingin selalu sehat. Itulah sebabnya ia berusaha cari tahu
bagaimana hidup panjang umur dan sehat. Musa menemukan
orang mengenal Allah, menjadikan tempat perlindungannya
adalah rahasia umur panjang. Panjang umur itu datang dari Allah,
bukan datang dan usahakan manusia. Matthew Henry
menjelaskan hal ini: 1) Mereka akan hidup cukup lama: Umur
mereka akan berlanjut di dunia ini sampai mereka telah
menyelesaikan pekerjaan untuk apa mereka diutus ke dunia ini,
serta siap masuk sorga, dan itu sudah cukup lama bagi mereka.
Siapakah yang ingin hidup satu hari lebih lama daripada waktu
yang diberikan untuk menyelesaikan tugas, baik oleh Dia maupun
185
Bagian Ketujuh

untuk Dia. 2) Mereka akan menganggap cukup lama, sebab


melalui anugerah-Nya, Allah akan menyapih mereka dari dunia
dan membuat mereka bersedia meninggalkannya. Seseorang
mungkin saja mati di usia muda tetapi juga sepuas umur, satur
dierum – puas hidup. Orang duniawi yang fasik tidak merasa puas,
bahkan dengan umur panjang. Dia masih saja berseru, untukku,
untukku!. Sebaliknya, orang yang menyimpan harta dan hatinya
di dalam dunia lai akan segera merasa cukup. Dia tidak akan
hidup di dunia selamanya.22
Ketujuh, Allah akan memperlihatkan kepadanya
keselamatan dari pada-Ku. Bahwa mereka akan memperoleh
kehidupan kekal di dunia lain. Hal inilah yang memahkotai
kebahagiann: Akan Kuperlihatkan kepadanya keselamatan dari
pada-Ku. Akan kuperlihatkan kepadanya mesias. Simeon yang
baik hati dan sudah tua itu merasa puas dengan umur panjang
pada saat ia berkata, mataku telah melihat keselamatan yang dari
pada-Mu (Luk. 2: 29-32). Tidak ada sukacita yang lebih besar bagi
orang-orang kudus dari Perjanjian Lama selain memandang hari
Tuhan, meskipun hanya dari jauh. Lebih besar kemungkinan
bahwa istilah keselamatan itu merujuk kepada negeri yang lebih
baik, yakni negeri sorgawi yang didambakan dan dicari-cari para
bapa leluhur: akan Dia perlihatkan kepadanya negeri itu (Ibr.
11:14-16).
Semua janji itu menunjuk kepada pribadi Kristus,
penggenapannya ada dalam kebangkitan, kenaikan, dan
kedatangan-Nya. Orang yang percaya selalu menanti-nantikan
hari penggenapan janji-janji Allah, akan selalu diluputkan Tuhan
dari berbagai masalah, tekanan, dan musibah adalah wujud
keselamatan sementara bagi orang-orang percaya. Tetapi Allah

22Henry, 1331

186
Bagian Ketujuh

telah menyediakan keselamatan selamanya, sempurna dan kekal


di surga. Keselamatan itu hanya dinyatakan dalam diri Yesus.
Musa dan Daud disebut sebagai prototipe atau personifikasi Tuhan
Yesus dalam PL tetapi yang sesungguhnya adalah keselamatan
kekal itu datang melalui diri Yesus Kristus dan pada kedatangan
kedua kali keselamatan kekal itu akan sempurna terwujud.

PENUTUP
Dari bagian ini jelas, bahwa tidak ada alasan bagi kita untuk
tidak menjadikan Allah sebagai tempat perlindungan kita selama
di dunia. Kita tidak bisa menyandarkan diri kita kepada hal-hal
duniawi, kepada manusia selain hanya kepada Allah. Mazmur 91
mengajak kita berdoa supaya teguh percaya kepada Tuhan di
dalam hidup yang ditandai dengan permusuhan, pencobaan,
ancaman malapetaka dan rintingan. Mazmur ini meyakinkan
orang-orang percaya bahwa Tuhan adalah penyelamat,
pelindung, Allah yang setia dan selalu menyertai orang-orang
percaya kepada-Nya. Barangsiapa yang percaya, dia tidak perlu
takut. Mazmur 2:12 “Berbahagialah semua orang yang
berlindung kepadanya”.

DAFTAR PUSTAKA

Billy Kristanto, 2012. Ajarlah Kami Bergumul “Refleksi Atas Kitab


Mazmur”. Surabaya: Momentum.
Marie Claire Barth Frommel & Berthold Anton Pareire, 2015.
Tafsir Alkitab: Kitab Mazmur 73-150. Jakarta: BPK.
Gunung Mulia.
Matthew Henry, 2012. Kitab Mazmur 51 -100. Surabaya:
Momentum.
187
Bagian Ketujuh

Tim Penyusun, 2004. Ensiklopedia Alkitab Masa Kini. Jakarta:


Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF

Internet:
https://djayasentana.wordpress.com/2012/03/11/dalam-
lindungan-allah/

http://catatankhotbahkristen.blogspot.co.id/2013/12/pesan-
gembala-dan-mazmur-911-16-pdt.html

188
Bagian Kedelapan

BIARLAH
ROHMU MENYALA-
NYALA DAN
LAYANILAH TUHAN
Roma 12:11

PENDAHULUAN
Membaca bagian ini, dan menghubungkan dengan tema
“Biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan” terdapat
beberapa hal penting untuk dipikirkan yaitu:
1. Dunia sekarang ini sebagian orang telah dipengaruhi oleh
kehidupan hedonis. Di mana manusia lebih memilih hidup
mau enak saja, maunya gampang saja, tidak mau bekerja keras
tapi mau mengharapkan dan menerima lebih banyak
2. Dunia sekarang ini sebagai orang telah dipengaruhi oleh
kehidupan materialisme. Dimana manusia belum puas kalau
belum mengumpulkan harta lebih banyak lagi, belum
dikelilingi harta lebih banyak lagi, belum tidur di atas harta
duniawi yang lebih banyak lagi, belum berhenti mencari dan
mengumpulkan harta kekayaan lebih banyak lagi supaya tidak
ada orang yang menyainginya lagi.
3. Dunia sekarang ini sebagian orang telah dipengaruhi oleh
kehidupan yang difokuskan pada diri sendiri (begitu egoisme
189
Bagian Kedelapan

dan narsisme “perilaku memperhatikan (mencintai) diri


sendiri secara berlebihan”). Maka timbullah akulogi atau
egoisme (semuanya karena aku, kalau bukan aku siapa lagi,
kalau bukan aku semua tidak beres, orang lain tidak ada apa-
apanya).
4. Dunia sekarang ini sebagian orang telah melupakan Tuhan
dalam hidupnya, bahkan dulunya ia Kristen sekarang sudah
meninggalkan Kristus, sebagian orang sudah malas melayani
Tuhan, dan bahkan sebagian orang tidak mau lagi melayani
Tuhan. Dan lebih memfokuskan diri pada apa yang dunia cari
dan dan inginkan. Sebagian orang telah menggantikan
orientasi kekekalan sorgawi dengan orientasi duniawi
kekinian. Sebagian orang telah prustasi melayani Tuhan,
kecewa melayani Tuhan karena tidak dapat apa-apa dan
makin susah hidupanya. Sementara ia melihat orang
disekitarnya tidak di dalam Tuhan dan melayani Tuhan tetapi
kehidupannya beres-beres saja, aman-aman saja, dan bahkan
makin kaya dan sukses saja. Kita yang di dalam Tuhan dan
melayani Tuhan malah lebih susah hidupnya.

Menurut Cranfield , seorang penulis buku “A Crititical and


Exegetical Commentary on The Epistle to The Romans, The International
Critical Commantary: 1975 “ pasal 12:9-13 lebih menekankan
hubungan orang percaya dengan orang percaya, pasal 12:14-13
lebih menekankan hubungan orang percaya dengan orang luar.1
Sementara itu Dave Hagelberg, penulis buku “Tafsiran Roma:
1998 “ dari segi tata bahasa, istilah “kasih” kan pokok utama dari

1Cranfiel, C.E.B, A Crititical and Exegetical Commentary on The Epistle

to The Romans, The International Critical Commantary, T. & T. Clark Limited,


Edinburgh, 1975, 629

190
Bagian Kedelapan

pasal 12:9-13. Dari segi isi pembahasan, kasih yang tidak pura-
pura merupakan judul dari seluruh pasal 13.
Terdapat berbagai versi terjemahan Alkitab terhadap
Roma 12: 11. Menurut Terjemahan Lama (TL) dikatakan “Maka
di dalam usaha jangan lenga; hendaklah bersungguh-sungguh di
dalam roh, beribadat kepada Tuhan.” Terjemahan Bahasa
Indonesia Sehari-hari (BIS) Dituliskan “Bekerjalah dengan rajin.
Jangan malas. Bekerjalah untuk Tuhan dengan semangat dari
Roh Allah.”
Dalam terjemahan Firman Allah Yang Hidup (FAYH)
diterjemahan “Janganlah Saudara bermalas-malas dalam
melakukan pekerjaan, melainkan layanilah Tuhan dengan giat.”
Dalam Terjemahan King James Version dituliskan “Not slothful in
business; fervent in spirit; serving the Lord”. Dan terjemahan New
International Version (NIV) dituliskan “Never be lacking in zeal, but
keep your spiritual fervor, serving the Lord.”

JANGANLAH HENDAKNYA KERAJINANMU


KENDOR
Dalam Terjemahan Baru (LAI) dituliskan “janganlah
hendaknya kerajinanmu kendor”, Terjemahan Lama “di dalam
usaha jangan lengai”, terjemahan BIS dikatakan “Bekerjalah
dengan rajin. Jangan malas.”, terjemahan Firman Allah Yang
Hidup (FAH) dikatakan “Janganlah Saudara bermalas-malas
dalam melakukan pekerjaan“ , dalam terjemahan King James
Version “Not slothful in business” diartikan jangan lambat atau
malas dalam usahamu, perusahaanmu, daganganmu” terjemahan
New International Version “Never be lacking in zeal” diartikan
Jangan/tidak pernah kekurangan dalam semangat”, terjemahan
191
Bagian Kedelapan

New American Standar “not lagging behind in diligence” diartikan


Janganlah meninggalkan kerajinan”, terjemahan Revised
Standard Version “Never flag in zeal” diartikan Jangan/tidak
pernah merosot/kendur/lesu dalam semangatmu/rohmu.
Dave Hagelberg mengatakan bahwa orang yang
melakukan kehendak Allah, yaitu orang yang diubahkan melalui
pembaruan pikiran, tidak akan menjadi malas. Tuhan Yesus tidak
malas menyediakan kemurahan-Nya bagi kita, maka sebagai
orang yang selalu menanggapi kemurahan-Nya dengan perasaan
syukur, kita tidak akan menjadi malas. 2
William Barclay mengatakan bahwa kita harus tidak
kendor. Ada semangat tertentu dalam kehidupan Kristen, yaitu
tidak ada tempat untuk kelesuan di dalamnya. Orang Kristen
tidak dapat mencari jalan enak saja, karena dunia ini selalu
menjadi medan pertempuran antara yang baik dan yang jahat,
waktunya singkat, dan kehidupan adalah persiapan untuk
kekekalan. Orang Kristen boleh bekerja sampai kehabisan
tenaga, tetapi jangan hanya duduk sehingga karatan (mandeg,
kehilangan semangat.3
Kita harus menjadikan melayani Tuhan sebagai usaha kita
dan tidak boleh malas mengerjakannya. Di dalam pekerjaan dunia
yang menjadi panggilan khusus kita, kerajinan kita tidak boleh
kendor (1 Tes. 4:11) yaitu pekerjaan melayani Tuhan, pekerjaan
Bapa kita (Luk. 2:49).4 Orang-orang yang mengaku sebagai orang
Kristen harus benar-benar menjadikan hidup keagamaan mereka

2Dave Hagelberg, Tafsiran Roma (Bandung: Kalam Hidup, 1998),


246
3William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari Surat Roma

(Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2011), 246


4Metthew Henry, Tafsiran Matthew Henry Surat Roma, 1& 2 Korintus

(Surabaya: Momentum,2015), 329

192
Bagian Kedelapan

sebagai pekerjaan mereka. Mereka harus memilihnya,


mempelajarinya, dan memberikan diri mereka kepadanya.
Mereka harus mencintainya, melibatkan diri di dalamnya, tinggal
di dekatnya, dan menjadikannya sebagai pekerjaan besar dan
utama mereka. Setelah kita menjadikannya sebagai perkerjaan
kita, kerajianan kita di dalamnya tidak boleh kendor, tidak boleh
mengikuti kesenangan kita sendiri, dan harus
mempertimbangkannya ketika timbul persaingan dnegan
kewajiban-kewajiban kita. Kita tidak boleh berlambat-lambat di
dalam hidup keagamaan kita. Pelayan-pelayan yang malas
diperhitungkan sebagai pelayan-pelayan yang jahat.5
Kerajinan sudah disebut dalam hubungan dengan
pelayanan kaum pimpinan (ayat 8). Namun setiap orang Kristen
memerlukannya. Kita teringat akan anjuran Paulus di tempat lain,
untuk berlari-lari kepada tujuan (1 Kor. 9:24, band Flp. 3:12-15).
Akan tetapi semangat manusia biasa mengendur dengan
berlangsungnya waktu. Orang-orang Kristen dapat saja
mengikuti kecenderungan umum itu. Oleh karena itu, dalam
Kitab Suci mereka sering diajak agar kerajinan mereka tidak
mengendur, bnd. Misalnya Wahyu 2:4; 3;15 dan beberapa
perumpamaan Tuhan Yesus sendiri.6
RA. Jaffray mengatakan sangat baik jika kita bekerja dan
berusaha dengan rajin. Namun, lebih baik jika kerajinan itu tidak
menjadi kendor dan membuat kita lalai. “Segala sesuatu yang
dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat
tenaga (Pkh. 9:10).7 Kerajinan yang tidak kendor akan lebih baik
lagi jika disertai dengan roh yang menyala-nyala atau
kesungguhan. Dalam hal itu, banyak pekerjaan dan pergerakan

5End, 677
6Barclay, 584
7Jaffray, 225

193
Bagian Kedelapan

yang sudah dimulai, tetapi sangat disayangkan kalau hanya


menyerupai busa air soda yang sebentar berbuih, lalu
menghilang. Dengan demikian, kita harus lebih banyak
bercermin, “karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka
kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin (Mat. 24:12).
Banyak daya upaya, tetapi kesungguhan juga berkurang,
meninggalkan kasihmu yang semula.... karena engkau suam-suam
kuku, dan tidak dingin atau panas (Why. 2:4; 3:15-16).

BIARLAH ROHMU MENYALA-NYALA


Kalimat ini KJV menterjemahkan “fervent in spirit“ diartikan
sungguh-sungguhlah dalam rohmu/jiwamu/ semangatmu”, NIV
menterjemahkan “but keep your spiritual fervor” diartikan tetapi
peliharalah gairah rohmu atau semangatmu”, NAS
menterjamahkan “fervent in spirit ” diartikan sungguh-sungguhlah
atau kuatlah dalam roh, RSV menerjamahkan “be aglow with the
Sprit” diartikan menjadi bersinarlah/bercahayalah/ menyalalah
dengan rohmu/semangatmu” dalam Terjemahan Lama
diterjemahkan “hendaklah bersungguh-sungguh di dalam roh”,
BIS diterjemahkan “dengan semangat dari Roh Allah “.
Dave Hagelberg menterjemahkan istilah “menyala-nyala”
dengan kata “ mendidihlah”.8 Istilah ze,o/zeo hanya dipakai
secara kiasan dalam Perjanjian Baru, yaitu dalam ayat ini dan
Kisah Para Rasul 18:25 “Ia telah menerima pengajaran dalam Jalan
Tuhan. Dengan bersemangat ia berbicara dan dengan teliti ia mengajar
tentang Yesus, tetapi ia hanya mengetahui baptisan Yohanes.” Tetapi di
luar kata ini dipakai air mendidih atau logam yang membara. Menurut

8Istilah ze,o/zeo hanya dipakai secara kiasan dalam PB, yaitu dalam

ayat ini dan KPR 18:25, tetapi diluar kata ini dipakai air mendidih atau
logam yang membara
194
Bagian Kedelapan

Th. van den End, pneuma oleh LAI, IKG, FAH dianggap sebagai
roh manusia (semangat). Sebaliknya KB menerjemahkan “Roh
Allah” (Kis. 18:25). 9
Sebaliknya mereka harus “mendidih”, ”berkobar-kobar”.
Kita dapat mengartikan pneuma sebagai “roh manusia”, sehingga
“roh” menunjukkan semangat manusia (LAI). Tetapi kita dapat
mengartikannya juga sebagai “Roh Kudus”, sehingga yang
tertulis di sini: “ Berkobar-kobarlah oleh/dalam Roh”.
Bagaimanapun, kalau roh manusia berkobar karena kasih yang
diterimanya dari Allah, Roh-lah yang telah mengorbarkan
hatinya. Di sini kembali kita temukan dua segi yang terdapat
dalam kehidupan Kristen: Kehidupan itu merupakan pemberian
Tuhan sekaligus juga suatu yang wajib dikerjakan. Demikian juga
semangat yang berkobar adalah karunia Roh, namun kita
dianjurkan untuk bersemangat. Orang Kristen bahkan diajar agar
jangan mendukakan atau malah memadamkan Roh (Ef. 4:30; 1
Tes. 5:19).10
Menyala-nyala atau mendidihlah dalam Roh Allah.11
Mengingat pemakaian artikel (tw/to) dalam ayat ini dan lawan
kata “padamkan” dalam 1 Tes 5:19 di mana Roh Allah yang
dimaksud, maka kami setuju dengan Cranfield (hal. 634) dan
Dunn (hal. 742) bahwa Roh Allah yang dimaksud di sini bukan

9Th. van den End, Tafsiran Alkitab Surat Roma (Jakarta: BPK.
Gunung Mulia, 2015), 677
10Ibid, 585
11Mengingat pemakaian artikel (tw/|/to) dalam ayat ini dan lawan

kata “padamkan” dalam 1 Tes 5:19 di mana Roh Allah yang dimaksud, maka
kami setuju dengan Cranfield (hal 634) dan Dunn (hal 742) bahwa Roh Allah
yang dimaksud di sini bukan roh manusia, walaupun istilah Allah tidak dipakai.
(Bahasan Yunani tidak membedakan Roh dari roh, dengan huruf besar atau
huruf kecil). Sebenarnya kalau diterjemahkan “rohmu” akibatnya pun tidak
jauh berbeda, karena Roh Allah adalah sumber dari segala semangat yang
berkenan kepada Tuhan.

195
Bagian Kedelapan

roh manusia, walaupun istilah Allah tidak dipakai. (Bahasan


Yunani tidak membedakan Roh dari roh, dengan huruf besar
atau huruf kecil). Sebenarnya kalau diterjemahkan “rohmu”
akibatnya pun tidak jauh berbeda, karena Roh Allah adalah
sumber dari segala semangat yang berkenan kepada Tuhan. Arti
kalimat ini ada kaitannya dengan semangat melayani Tuhan sama
dengan semangat menyembah Tuhan Semangat dalam
penyembahan, malah dalam seluruh segi dari hidup kerohanian
kita diimbau dalam ayat ini. 12
William Barclay mengatakan kita harus memelihara roh
kita supaya tetap bernyala-nyala. Orang yang tidak dapat diterima
oleh Kristus ialah orang tidak panas dan tidak dingin (Why.
3:15,16 “Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau tidak dingin dan tidak
panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas!. Jadi karena
engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan
memuntahkan engkau dari mulut-Ku“). Sekarang orang ragu-ragu
terhadap antusiasme; teriak perjuangan orang modern ialah
“peduli apa aku”. Tetapi lain dengan orang Kristen, karena
mereka adalah orang-orang yang bertekun dengan tidak putus
asa; mereka menyala-nyala untuk Kristus.13
Allah harus dilayani dengan roh (semangat) di bawah
pengaruh Roh Kudus (Rm.1:9; Yoh. 4:24). Apapun yang kita
lakukan di dalam keagamaan kita adalah untuk menyenangkan
hati Allah, tidak lebih dair itu, dan hal itu harus dilakukan dengan
roh kita yang dibentuk oleh Roh Allah. Harus ada semangat di
dalam roh kita yaitu semangat yang kudus, penuh kehangatan dan
kasih sayang yang menyala-nyala di dalam semua yang kita
lakukan, seperti orang-orang yang mengasihi Allah tidak saja

12Ibid
13Barclay, 246-247

196
Bagian Kedelapan

dengan hati dan jiwa mereka, tetapi dengan segenap hati dan jiwa
(Mat. 22:37). Ini adalah api kudus yang membakar korban
persembahan dan membawanya naik ke sorga, suatu
persembahan yang baunya harum semerbak, yaitu melayani
Tuhan (Tō kairō deuleuontes).14 Secara ringkas Mattew Henry
memberikan penjelasan sebagai berikut:
1. Serving the Lord. Wherefore do we present ourselves to him, but that we
may serve him? Acts 27:23, Whose I am; and then it follows, whom I
serve. To be religious is to serve God. How?. We must make a business
of it, and not be slothful in that business. Not slothful in business. But
this seems to be meant of the business of serving the Lord, our Father's
business, Luk. 2:49.
2. We must be fervent in spirit, serving the Lord. God must be served with
the spirit (ch. 1:9; Jn. 4:24), under the influences of the Holy Spirit.
Whatever we do in religion it is pleasing to God no further than it is
done with our spirits wrought upon by the Spirit of God.
3. And there must be fervency in the spirit-a holy zeal, and warmth, and
ardency of affection in all we do, as those that love God not only with
the heart and soul, but with all our hearts, and with all our souls. This
is the holy fire that kindles the sacrifice, and carries it up to heaven, an
offering of a sweet-smelling savour.
4. Serving the Lord. To kairo douleuontes (so some copies read it), serving
the time, that is, improving your opportunities and making the best of
them, complying with the present seasons of grace.

Kerajinan yang tidak kendor akan lebih baik lagi jika


disertai dengan roh yang menyala-nyala atau kesungguhan.
Dalam hal itu, banyak pekerjaan dan pergerakan yang sudah
dimulai, tetapi sangat disayangkan kalau hanya menyerupai busa

14Henry, 329

197
Bagian Kedelapan

air soda dan yang sebentar berbuih, lalu menghilang. Dengan


demikian, kita harus banyak bercermin “karena makin
bertambangnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan lorang
akan menjadi dingin (Mat. 24:12). Banyak daya upaya, tetapi
kesungguhan juga berkurang, “. . . meninggalkan kasihmu yang
semula . . . karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau
panas (Why. 2:4; 3:15-16).15

LAYANILAH TUHAN DAN LAYANILAH WAKTU


Istilah “layanilah” diambil dari istilah douleuw atau
/douleuo satu kelompok dengan istilah douloj atau/doulos,
yang berarti “budak”, maka secara harafiah ayat ini dapat
diterjemahkan “jadilah budak dari Tuhan” 16. Pada waktu
semangat kita mendidih dalam Roh Kudus, kita harus ingat
bahwa kita mempunyai satu Tuhan, yaitu Tuhan Yesus yang kita
layani. Perasaan sukacita dan semangat yang berapi-api berkenan
kepada Tuhan, seperti waktu raja Daud menari di depan Tabut
Allah. Tetapi kita perlu waspada karena perasaan dan semangat
yang tinggi muda sekali dibelokkan dari tujuan yang berkenan,
yaitu Yesus, kepada tujuan yang tidak berkenan. Maka kita
diingatkan dalam ayat ini bahwa kita melayani Tuhan Yesus.17
William Barclay mengatakan naska purba berbeda antara
dua cara membacanya. Ada yang membaca, “layanilah Tuhan”,
dan ada pula yang membaca, “layanilah waktu”, yang maksudnya
adalah mempergunakan kesempatanmu. Alasannya adalah, para
penulis kuno memakai singkatan dalam tulisan mereka. Pada

15Jaffray,
225-226
16Istilah
douleuw /douleuo satu kelompok dengan istilah
douloj/doulos, yang berarti “budak”, maka secara harafiah ayat ini dapat
diterjemahkan “jadilah budak dari Tuhan”
17Hagelberg, 246

198
Bagian Kedelapan

umumnya kata-kata yang biasa selalu disingkat. Salah satu cara


menyingkat yang paling umum ialah dengan menghilangkan
huruf hidup – seperti steno – dan menempatkan tanda-tanda
tekanan baca di atas huruf-huruf pada bagian sisinya. Misalnya,
kata Tuhan adalah kurios, dan kata untuk waktu adalah kairos .
Dan singkatan untuk kedua kata ini ialah” krs”.
Melayani Tuhan seperti melayani waktu. Artinya setiap
kesempatan dalam waktu terlalu sulit menemukannya. Mungkin
banyak waktu kita miliki tetapi belum tentu kita memiliki banyak
kesempatan di dalamnya. Melayani Tuhan terlalu sedikit
kesempatannya. Kita bisa berumur panjang tetapi beberapa
waktu kita di dalam usia tersebut dipakai melayani Tuhan. Hanya
sedikit. Melayani Tuhan dalam waktu adalah memamfaatkan
peluang-peluang kita dan mendatangkan yang terbaik darinya,
sesuai dengan kasih karunia yang diberikan kepada kita.
Jadi secara praktis, Paulus mengatakan kepada orang-
orang, “pergunakanlah kesempatan yang ada”. Salah satu tragedi
hidup ini adalah seringnya kita gagal untuk memakai kesempatan-
kesempatan itu ketika mereka datang”. Ada tiga hal yang tidak
dapat datang kembali – anak panah yang telah dibidikkan, kata
yang telah diucapkan dan kesempatan yang hilang”. 18
Dalam semua itu orang Kristen harus melayani Tuhan.
Kobaran Roh dan semangat yang berapi-api tidak menjadi tujuan
akhir, tetapi harus menjadi sarana pembangunan jemaat dan
pengamalan kehidupan Kristen. Dengan Demikian kita melayani
Tuhan.19

PENUTUP

18Barclay, 247
19Ibid

199
Bagian Kedelapan

Dari bagian ini, mengingatkan kita sebagai pelayan Tuhan


untuk terus memiliki komitmen dan konsisten dalam melayani
Tuhan. Kita tidak boleh memberi ruang kepada kedagingan,
dosa, dan setan untuk melemahkan rohani untuk giata dalam
pelayanan. Kita harus mampu menyingkirkan segala patah
semangat, frustasi, kekecewaan, dan suam-suam kuku dalam
melayani Tuhan. Sebaliknya apalagi jiwa dan rohani serta tubuh
kita tetap sehat, segar, dengan semangat “move on”, “on fire”,
berapi-api, menyala-nyala melayani Tuhan dengan mengingat
waktu dan kesempatan sangat terbatas. Karena itu, saudara-
saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan
giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! (1 Kor. 15:58).

DAFTAR PUSTAKA

Barclay, William, Pemahaman Alkitab Setiap Hari Surat Roma.


Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2011.

Cranfiel, C.E.B, A Crititical and Exegetical Commentary on The


Epistle to The Romans, The International Critical Commantary.
T. & T. Clark Limited, Edinburgh, 1975.

End Th. van den, Tafsiran Alkitab Surat Roma. Jakarta: BPK.
Gunung Mulia, 2015.

Hagelberg, Dave, Tafsiran Roma. Bandung: Kalam Hidup, 1998

Henry, Metthew, Tafsiran Matthew Henry Surat Roma, 1& 2


Korintus. Surabaya: Momentum,2015.

200
Bagian Kesembilan

BERSUKACITALAH
DALAM PENGHARAPAN,
SABARLAH DALAM
KESESAKAN, DAN
BERTEKUNLAH DALAM
DOA!
Roma 12:12
PENDAHULUAN
Dalam bagian kita akan mempelajari rahasia keberhasilan
pelayanan hamba Tuhan di tengah-tengah keadaan dan situasi
sulit. Paulus adalah sosok penting dalam pekabaran Injil dan
pendirian gereja pasca kenaikan Yesus ke surga. Tidak banyak
rasul Tuhan Yesus, yang sesukses seperti Paulus, pada kita
ketahui bahwa Paulus bukan bilangan dari dua belas murid yang
dipilih dan ditetapkan Tuhan Yesus. Paulus juga memiliki latar
belakang kehidupan yang awalnya sangat menghambat
pekabaran Injil dan penyebaran orang-orang percaya. Tetapi,
oleh kasih karunia Allah, Paulus menjadi orang yang dikhususkan
untuk melayani orang-orang Yahudi di luar wilayah Israel dan
melayani orang-orang non Yahudi di emporium Romawi, dunia
Helenistis, dan Asia. Ketiga rahasia itu dicatat khusus dalam

201
Bagian Kesembilan

Roma 12:12 demikian “Bersukacitalah dalam pengharapan,


sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!”

BERSUKACITALAH DALAM PENGHARAPAN


King James Version menterjemahkan bagian ini dengan
“rejoicing in hope”. Seorang penafsir Jerman menceritakan bahwa
di Jerman bagian ini sering dipakai dalam pemberkatan
perkawinan dimana para keluarga berharap pasangan suami-istri
yang diberkati dikemudian hari mereka akan bahagia, segera
memiliki anak-anak dan mereka panjang umur. Tentu nas ini
tidak berbicara perkawinan dan harapan yang menyertainya.
Pengharapan yang dimaksudkan di sini bukanlah pengharapan
agar keluarga kita bahagia, agar kita memiliki anak-anak sehat dan
berbudi, dan agar kita berumur panjang. Tetapi yang
dimaksudkan di sini adalah pengharapan akan datangnya dunia
yang baru, akan kebangkitan dan kehidupan bersama Kristus
(1Ptr. 1:3).
RA. Jaffray berkata, “Segala pendirian dan pekerjaan kita
seharusnya didasarkan atas pengharapan pada hari kedatangan
Tuhan, hari pemberian mahkota kebenaran (2 Tim. 4:8). Dengan
demikan, dalam menyatakan kasih terhadap orang lain,
pengharapan kita didasarkan pada kedatangan-Nya yang kedua
kali.1
Pengharapan ini bukan untuk bimbang, melainkan untuk
bersukacita, sebab janji Allah pasti akan digenapi. Pengharapan
orang percaya dijelaskan secara detail oleh Rasul Paulus di dalam
Roma 8:18-25. Orang dunia tidak dapat bersukacita dalam
pengharapan, mereka hanya mendasarkan kesenangan mereka

1RA. Jaffray, Tafsiran Surat Roma (Bandung: Yayasan Kalam Hidup,

2007), 226

202
Bagian Kesembilan

pada apa yang mereka lihat sekarang. Itulah sebabnya ketika apa
yang dilihat itu tidak ada, mereka menjadi putus asa, kecewa dan
sedih. Hanya orang yang percaya kepada Yesus Kristus dapat
bersukacita dalam pengharapan dan menjadi teguh di dalam
Kristus, dan dapat bersabar dalam kesesakan.
Bisakah kita bersukacita ketika persoalan-persoalan hidup
datang menghimpit hidup ini? Ini sering dipertanyakan orang
ketika pergumulan hidup dialaminya. Secara logika ini memang
sangat sulit. Tetapi dengan iman yang percaya pada Kristus,
semua pergumulan akan bisa dimenangkan. Tapi bagaimana
caranya? Cerita yang sederhana ini akan membantu kita untuk
memenangkan semua pergumulan hidup kita. Seorang pemuda
kristen datang menjumpai seorang pendeta. Ia meminta untuk
didoakan, "Tolong doakan saya, supaya saya bisa lebih sabar".
Dan pendeta itu setuju untuk mendoakannya. Lalu mereka
bersujud bersama, dan pendeta itu memulai berdoa: "Tuhan,
kirimkanlah dalam hidup pemuda ini kesulitan di pagi
hari,...Tuhan, kirimkanlah dalam hidup pemuda ini kesulitan di
siang hari,...Tuhan, kirimkanlah....", tiba-tiba pemuda ini
memotong doa pendeta tersebut: "Tidak, tidak...aku tidak minta
pak pendeta berdoa untuk kesulitan, aku minta pak pendeta
berdoa untuk kesabaran". Lalu pendeta itu berkata: "Melalui
kesulitan itulah kita belajar kesabaran. Bila kesulitan hidup
datang, lihatlah itu sebagai kesempatan untuk bertumbuh-
menjadi lebih sabar". Akhirnya pemuda itu mengerti, apa yang
disampaikan pendeta tersebut.
Ia dengan kesulitan itulah kita terlatih menjadi orang yang
bersabar. Dan kesulitan hidup itulah yang sebenarnya mendidik
kita semakin kuat dan semakin bersyukur. Orang percaya tahu,
dalam hidupnya ada yang selalu menguatkan hidupnya, yaitu
Yesus Kristus, yang memberikan kekuatan dan penghiburan
203
Bagian Kesembilan

baginya. Rasul Paulus sendiri merasakan, hidupnya bukan dirinya


lagi (Gal. 2:20). Itulah sebabnya Rasul Paulus bersaksi atas
dirinya, yang telah dimenangkan oleh Yesus Kristus. Dengan
kesabaran di dalam Kristus-lah kita bisa bersukacita.
William Barclay berkata, “orang Kristen pada pokoknya
harus optimis, karena Allah adalah Allah, orang Kristen harus
yakin bahwa yang terbaik masih menunggu kita di masa depan.
Karena ia mengenal kasih karunia itu cukup untuk segala sesuatu,
bahkan merupakan kekuatan yang menyempurnakan di dalam
kelemahan, maka orang Kristen mengetahui bahwa tidak ada
tugas yang terlalu berat baginya. Tidak ada situasi yang tanpa
pengharapan dalam kehidupan; yang ada ada hanyalah orang-
orang yang meragukan pengharapan itu. Tidak mungkin ada
orang Kristen yang tanpa pengharapan.2
Menurut Matthew Henry bahwa Allah disembah dan
dihormati oleh pengharapan dan kepercayaan kita kepada-Nya.
Khususnya ketika kita bersukacita di dalam pengharapan serta
merasa puas dengan keyakinan itu, yang menunjukkan adanya
keyakinan kita akan kepastian terwujudnya dan penghargaan
tinggi terhadap keunggulan dari apa yang kita harapkan itu.3
Ketika pergumulan itu datang, solusinya hanya dengan doa
penuh keyakinan kepada Kristus, yang akhirnya kita dapat sabar
dalam menghadapi persoalan hidup ini. Untuk itu bersukacitalah
di dalam Kristus, apapun persoalan hidup ini.

2Willian Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Surat Roma (Jakarta:

BPK. Gunung Mulia, 2011), 248


3Matthew Henry, Tafsiran Matthew Henry Surat Roma, 1&2 Korintus

(Surabaya: Momentum, 2015), 329

204
Bagian Kesembilan

SABARLAH DALAM KESESAKAN


KJV menerjemahkan bagian ini dengan “patient in
tribulation”. Dalam bahasa Yunani thlipsis dari kata kerja thlibein
yang berarti “menekan”, “mendesak”, menindas”, “memeras”.
Lebih tepat kalau diterjamahkan “kesengsaraan” sesuai dengan
pasal 5 ayat 3. Kesengsaraan (LAI: kesesakan) yang disebut disini
lain sifatnya dari penyakit atau kemiskinan yang dapat menimpa
suatu keluarga. Memang penyakit dan kemiskinan dapat menjadi
pencobaan bagi orang percaya. Tetapi kesengsaraan yang
dimaksudkan adalah sesuai dengan Roma 5:3-5, “Dan bukan
hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan
kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan
ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji
menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak
mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati
kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.”
Latar belakang “kesengsaraan” banyak diungkapkan dalam
Kitab Mazmur dan kitab-kitab Perjanjian Lama lainnya, misalnya,
penindasan oleh musuh (Hak. 10:8, kesesakan karena tersesat
dalam padang guru (Mzm. 107:6), karena dipenjarakan (Mzm.
107:13), karena penyakit (Mzm. 107:19). Yang berada dalam
kesengsaraan adalah bangsa Israel. Dalam Perjanjian Lama
kesengsaraan itu merupakan hukuman Tuhan atas ketidak
setiaan, tetapi juga cara Tuhan menyiapkan bagi diri-Nya suatu
umat yang taat. Kesengsaraan itu akan memuncak pada akhir
zaman (Dan. 12:1; Zef. 1:15).
Dalam kitab Mazmur kesengsaraan orang saleh tampil ke
depan. Sengsara itu wajar: Kemalangan orang benar banyak
(Mzm. 34:20). Orang benar itu “berjalan dalam kesesakan”
(Mzm. 138:7). Sengsara itu pun datang dari Tuhan (Mzm. 66:11;

205
Bagian Kesembilan

71:20), tetapi Tuhan pula yang menyelamatkan orang benar


darinya.
Menjadi orang Kristen tidak berarti kita bebas dari
penderitaan, malah sebaliknya. Sama seperti kesesakan bangsa
Israel dan orang-orang benar dalam Perjanjian Lama, begitu pula
kesengsaraan orang percaya dalam Perjanjian Baru.
Kesengsaraan orang percaya tidak terjadi secara kebetulan
melainkan merupakan bagian dari kehidupan orang percaya
ketika sudah menerima Kritus sebagai Tuhan dan
juruselamatnya. Kita menderita sengsara karena kita hidup dalam
persekutuan dengan Kristus (Kol. 1:24; Flp. 3:10; 2 Kor. 1:5).
Sebagaimana Kritus “harus” menderita sengsara (Mat. 16:21;
Luk. 24:26), begitu pula orang Kristen “harus’ mengalami banyak
penderitaan (Kis. 14:22).4 Karena itu saat penderitaan datang
menimpa kita marilah kita menguatkan hati di dalam Tuhan.
Tuhan satu-satunya sandaran kita sebab Dia telah mengalahkan
dunia. Yohanes 16:33 berkata “Semuanya itu Kukatakan
kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku.
Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah
hatimu, Aku telah mengalahkan dunia.”
Seperti apakah penderitaan yang dimaksudkan dalam
bagian ini? Rasul Paulus mengatakan bahwa penderitaan itu
terjadi atas kita karena kita anggota jemaat Kristen. Penderitaan
itu dapat berupa kerugian ekonomi karena kita selaku orang
Kristen tidak bisa ikut melakukan praktik-praktik ketidakjujuran.
Atau penderitaan karena olok-olokan dari masyarakat di sekitar
kita menganggap kepercayaan kita aneh. Atau penderitaan fisik
karena orang ingin mengenyahkan jemaat Kristen. Tetapi ada

4TH. Van Den End, Tafsiran Alkitab: Surat Roma, Cetakan 10

(Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2015), 259-260

206
Bagian Kesembilan

penderitaan yang umum terjadi berlaku bagi kita dan bagi orang
yang bukan Kristen yaitu penderitaan karena sakit, karena
ditinggal mati orang yang dikasihi, atau karena kemiskinan, itu
pun tidak lepas dari penderitaan Kristus, mengapa karena
penyebabnya adalah kuasa maut dan kuasa Iblis. Tetapi orang
Kristen mengetahui hubungan ini dalam terang Kristus, sebab
penderitaan itu bukan karena “nasib”, bukan “tulah” atau bukan
“hukuman Tuhan” melainkan penderitaan itu mendekatkan kita
pada Kristus, karena kita menyadari bahwa kita mengalaminya
bersama Kristus, bahwa Dia telah mendahului kita di jalan
penderitaan, rela menderita bagi kita karena dosa-dosa kita.5
Dalam kasih seharusnya kita memiliki kesabaran ketika
menanggung segala kesengsaraan, seperti petani yang sabar
menantikan hasil tanahnya yang berharga setelah turun hujan
(Yak. 5:7). Harus ada sukacita ketika kita menderita dan memikul
salib, seperti Tuhan Yesus yang menjadi kesempurnaan iman kita
(Ibr. 12:2).6
Setelah kita percaya Kristus, janganlah kita hanya mau
menerima hanya nikmatnya saja. Persekutuan kita dengan Kristus
berarti persekutuan dengan seluruh Kristus, dengan Kristus yang
menderita sama seperti dengan Kristus yang dimuliakan (Rm.
6:4). Paulus menegaskan keseimbangan ini dengan mengatakan
bahwa kita bermegah juga dalam kesengsaraan kita. Sebab
dengan kesengsaran itu justru turut menandakan persekutuan
dengan Kristus, dan persekutuan itulah yang menjadi alasan kita
“bermegah”.
Kesatuan antara penderitaan dengan orang percaya
merupakan hasil persekutuan kita dengan Kritus. Dunia telah

5Ibid, 260-261
6Jaffray, 226

207
Bagian Kesembilan

membenci Kristus, dan karena itu wajarlah para pengikut Kristus


dibencinya pula. William Barclay berkata, “orang percaya dapat
menghadapi segala sesuatu, apabila ia menghadapinya bersama
dengan Kristus.”7
Karena itu orang percaya harus menanggung penderitaan
dengan sabar. Istilah sabar dapat juga diterjemahkan “tahanlah”
sama seperti dalam Markus 13:13 atau “bertekunlah” sama
seperti dalam Yakubus 5:11. Unsur pasif (sabar) memang perlu
tetapi diperlukan juga sikap aktif dalam kehidupan orang percaya.
Allah juga dilayani dengan cara bersabar dalam kesesakan.
Tidak saja dengan cara bekerja bagi-Nya ketika Ia memanggil kita
untuk bekerja, tetapi juga dengan cara duduk diam dengan tenang
ketika Ia memanggil kita untuk menderita. Bersabar demi
kepentingan Allah, dan dengan pandangan yang tertuju kepada
kehendak dan kemuliaan-Nya, merupakan kesalehan yang sejati.
Orang-orang yang bersukacita di dalam pengharapan akan
cenderung untuk bersabar dalam kesesakan. Dengan percaya
akan mengalami sukacita yang disediakan di hadapan kita, hal itu
akan menopang roh kita untuk tetap bertahan di bawah semua
tekanan dari luar.8

BERTEKUNLAH DALAM DOA


KJV menterjemahkan bagian ini dengan “continuing instant
in prayer”, ASV menterjemahkan “continuing stedfastly in prayer”.
Keaktifan utama orang percaya dalam menahan atau bertekun
dalam kesengsaraan adalah berdoa. Hanya dengan berdoa terus
kepada Allah yang adalah sumber kekuatan dan penghiburan
(Rm. 15:5), orang Kristen menerima kekuatan agar dapat

7Barclay, 249
8Henry, 330

208
Bagian Kesembilan

bertahan menghadapi berbagai penderitaan hidup. Thomas dari


Aquino berkata, “Sebab doa membangkitkan kerajinan dan
menyalakan semangat di dalam diri kita, mendorong kita untuk
melayani Tuhan, menambahkan sukacita di dalam kita, dan
merupakan pertolongan di tengah penindasan”.
Bagaimana semua hal itu bisa terjadi?, Ingatlah bahwa saat
kita berdoa, Roh Kuduslah yang membantu kita berdoa dengan
menyampaikan keluhan-keluhan yang tak terucapkan (Rm. 8:26).
Ketika Roh Kudus hadir dalam diri kita, saat itu kita merasakan
betapa ajaibnya anugerah Tuhan dalam hidup kita. Oleh karena
itu orang percaya harus terus bertekun dalam doa. Sebab doa
merupakan pintu masuk bagi Roh, dan pintu masuk itu akan
tetap terbuka (Kis. 1:14; 2:42; Ef. 6:18).9
Bertekun dalam doa, sama artinya tidak boleh berhenti,
selalu ada waktu dan kesempatan untuk berbicara dengan Allah.
Janganlah kita membiarkan hari-hari lewat dan minggu ke
minggu berlalu tanpa kita berbicara dengan Allah. Apabila orang
berhenti untuk berdoa, ia menghindari dirinya sendiri untuk
memperoleh kekuatan Allah yang Mahakuasa.10
Doa adalah sahabat bagi pengharapan dan kesabaran, dan
kita melayani Tuhan bila kita melakukannya. Istilah
proskarterountes menunjukkkan semangat dan ketekunan di dalam
doa. Kita tidak boleh menjadi dingin dalam menjalankan
kewajiban kita, juga tidak boleh merasa jemu (Luk. 18:1; 1Tes.
5:17; Ef. 6:18; Kol.4:2). Ini adalah kewajiban kita yang dengannya
kita langsung menghormati Allah.

PENUTUP

9End, 678-679
10Barclay, 249

209
Bagian Kesembilan

Pelayanan hamba Tuhan hendaknya dijiwai dan dimotivasi


kesukacitaan dalam pengharapan, kesabaran dan penderitaan
serta ketekunan dalam doa. Pengharapan hamba Tuhan
menunjukkan visi, penglihatan, pandangan, arah dan tujuan ke
depan dan kepada kekekalan walaupun ia berada dalam
kesesakan. Ia tidak akan pernah terkalahkan dengan keadaan
tersebut, melainkan justru pengharapan itu seperti nyala api yang
membara membakar dirinya untuk keluar dari penderitaan dan
berlari pada tujuan hidup yaitu memuliahkan Allah dan
dimuliakan Allah. Kesabaran merupakan kekuatan batin, jiwa,
dan fisik hamba Tuhan. Penderitaan yang dialami bisa saja
melemahkan, merusak, dan menghancurkan jiwa dan fisiknya,
tetapi dengan kesabaran yang dimiliki menjadikan dirinya tetap
kuat. Amsal 24:10 mengatakan, “Jika engkau tawar hati pada
masa kesesakan, kecillah kekuatanmu.” Doa merupakan
kekuatan rohani hamba Tuhan, mungkin ada banyak hal seperti
membaca Alkitab, berkhotbah atau mengajar, mengunjungi
orang sakit, dan lain sebagainya tidak bisa dilakukan saat
terdesak, teraniaya, dan menderita. Tetapi tidak ada yang
menghalangi dan membatasi hamba Tuhan berdoa. Doa bisa
dilakukan saat orang lain atau musuh lihat tetapi juga saat orang
lain tidak bisa lihat. Doa bisa dengan kata-kata yang terucap tetapi
juga bisa dengan kata-kata dan iman di dalam hati kepada Tuhan.

DAFTAR PUSTAKA

Barclay, Willian, Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Surat Roma.


Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2011

210
Bagian Kesembilan

End, TH. van den, Tafsiran Alkitab: Surat Roma, Cetakan 10.
Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2015.

Henry, Matthew, Tafsiran Matthew Henry Surat Roma, 1&2


Korintus. Surabaya: Momentum, 2015.

Jaffray RA., Tafsiran Surat Roma. Bandung: Yayasan Kalam


Hidup, 2007.

211
Bagian Kesembilan

212
Bagian Kesepuluh

BERSUKACITALAH
KARENA NAMAMU
TERDAFTAR DI SURGA
Lukas 10:20

PENDAHULUAN
Pada waktu kecil saya pernah mendengar dari guru sekolah
minggu bahwa setiap orang Tuhan perintah dua Malaikat
menjaga dan mengawasi dirinya. Satu malaikat duduk di pundak
kirinya bertugas untuk mencatat segala perbuatan buruk atau
jahat dan malaikat satunya duduk di pundak kanan dengan tugas
mencatat segala kebaikan dari orang tersebut. Konon ceritanya
kalau banyak pahala kebaikan orang itu langsung dicatat namanya
di surga, dan apabila lebih banyak perbuatan buruknya maka
namanya akan tercatat di neraka. Pada bagian firman Tuhan di
dalam Lukas 10:20 kita mendapatkan suatu informasi yang
berbeda mengenai respon Yesus terhadap kembalinya ketujuh
puluh murid tempat pelayanan bahwa janganlah bersukacita
karena roh-roh itu takluk kepadamu, tetapi bersukacitalah karena
namamu ada terdaftar di surga.

213
Bagian Kesepuluh

PENGUTUS DUA KELOMPOK MURID TUHAN


YESUS
Lukas 10:17-20 tidak terlepas dari Lukas 10:1-16 di mana
dalam bagian ini mengisahkan tentang penunjukkan Yesus atas
tujuh puluh murid yang lain dengan diutus berdua-dua
mendahului-Nya ke setiap kota dan tempat yang akan
dikunjungi-Nya. Dalam Injil Lukas dikisahkan dua kelompok
pengutusan murid Tuhan Yesus. Pertama, kelompok yang
terdapat di Lukas 9:1-6 yang mengikuti pemikiran Markus 6:7-13
tentang pengutusan duabelas murid. Kedua, kelompok yang
terdapat di Lukas 10:1-20 tentang pengutusan ketujuhpuluh
murid Tuhan yang disebut murid yang lain.
Apakah perbedaan antara pengutusan kedua belas murid
Tuhan Yesus dan pengutusan ketujuhpuluh murid yang lain?
Dari segi tugas, fungsi dan tanggung jawab sebagai utusan tidak
ada perbedaan. Baik pengutusan keduabelas murid maupun
ketujuhpuluh orang sama saja. Yang membedakan adalah kepada
siapa, ke daerah mana, dan kelompok mana mereka diutus untuk
memberitakan Injil?. Pada kelompok pertama, keduabelas murid
Tuhan Yesus. Dari angka tersebut kita dapat ketahui bahwa
untuk angka kedua belas pada umumnya penafsir mengakui
bahwa itu merujuk kepada kedua belas suku Israel jadi terbatas
pada kaum Yahudi saja. Pada masa itu pengutusan kedua belas
murid Tuhan Yesus ditujukan kepada orang-orang Yahudi
keturunan Israel yang menyebar di daerah pedesaan dan kota di
wilayah Galilea. Kedua belas murid ini telah lama dipersiapkan,
mereka telah belajar pada Yesus, mereka telah terdidik dan
terlatih untuk melanjutkan pekerjaan pemberitaan Injil. Apalagi
masa Yesus bekerja memberitakan Injil akan segera berakhir
(Luk. 9:51) tetapi tugas pemberitaan Injil masih terus dilanjutkan.

214
Bagian Kesepuluh

Pada kelompok kedua, pengutusan ketujuh puluh murid


Yesus yang lain. Dari mana Lukas memperoleh cerita ini dan apa
maksudnya?, kalau kita memperhatikan dengan baik konteks ini,
maka sangat berkaitan dengan permulaan “masa pelayanan
kedua” dari pekerjaan pelayanan Yesus. Sebab dimana pada masa
pertama pelayanan Yesus; segala perhatian-Nya dipusatkan pada
pelayanan dan pemberitaan Injil kepada orang-orang Yahudi
keturunan Israel. Dan sekarang, Yesus mengetahui bahwa sudah
mulai muncul penolakan-penolakan dari orang Yahudi pada diri-
Nya, kini tiba waktunya Yesus mengarahkan perhatian dan
pelayanan pemberitaan Injil kepada orang-orang bukan Yahudi.
Dalam Lukas 9:51-56 diceritakan bahwa Yesus telah
meninggalkan Galilea dan sekarang berjalan melalui Samaria,
sedikit menjadi rujukan bahwa pengutusan ketujuh puluh murid
yang lain itu ditujukan kepada daerah di luar Galilea, bahkan
kepada dunia yang bukan Yahudi.1
Mengenai angka tujuh puluh atau tujuh puluh dua dapat
merujuk ke arah itu. Ada penafsir yang berpendapat, bahwa
angka ini dimaksudkan untuk mengingatkan kita kepada Majelis
Yahudi yang beranggotakan 70 orang, seperti dalam zaman
dahulu di Israel ada “tujuh puluh orang tua-tua” (Bil. 11:16;
dengan menghitung Eldad dan Medad secara terpisah,
tercapailah angka 72 itu, Bil. 11:24-26). Tetapi pendapat ini
kurang memuaskan karena Lukas mengarang bukunya sebagai
orang bukan Yahudi, untuk orang-orang yang bukan Yahudi.
Lagi pula “ketujuh puluh orang” itu bukan merupakan golongan
tetap atau pejabat-pejabat (seperti ketujuh puluh tua-tua Israel
dari PL).

1B.J. Boland, Tafsiran Alkitab Injil Lukas (Jakarta: BPK. Gunung

Mulia, 2003), 254

215
Bagian Kesepuluh

Keterangan yang baik adalah berdasarkan Kejadian 10


(dalam Alkitab Bahasa Ibrani) yang dianggap orang Yahudi
bahwa ada tujuh puluh bangsa di dunia ini. Menurut Septuaginta,
yang diterjemahkan 70 ahli dari PL ke dalam bahasa Yunani, ada
terdapat tujuh puluh dua nama dalam Kejadian 10; perbedaan ini
juga terdapat di dalam Lukas 10:1,17 dimana ada beberapa
naskah tua yang mempunyai angka 70 dan yang lain 72, kadang
dibulatkan menjadi 70. Juga dalam Ulangan 32:8 dan Kejadian
1:5 ditemukan angka “tujuh puluh” itu untuk menyatakan jumlah
bangsa-bangsa di dunia ini.2
Jadi pendapat Lukas mengenai angka 70 atau 72 itu
memang mengingatkan kepada dunia bangsa-bangsa lain di luar
Israel, seperti kita mengingat kepada “kedua belas suku” Israel.
Dalam bagian pertama dari karangan Lukas dilukiskan hidup dan
pekerjaan Yesus, yang hampir-hampir terbatas kepada kaum
Yahudi saja. Dalam bagian kedua Kisah Para Rasul, Lukas
memperlihatkan bagaimana keselamatan yang mula-mula
disuguhkan kepada kaum Yahudi, berkembang dan meluas
sampai ke dunia bangsa-bangsa.
Demikian pula mengenai dua macam pengutusan dimana
dalam Lukas 9:1-6 tentang pengutusan kedua belas orang itu ke
antara orang-orang Yahudi di daerah Galilea; dan pengutusan
ketujuh puluh orang atau ketujuh puluh dua orang yaitu 6 x12
dalam Lukas 10:1-20 itu keluar Galilea, ke daerah-daerah yang
lebih luas lagi yang seakan-akan mewakili dunia bangsa-bangsa.3
Kapankah Kristus mengutus ketujuh puluh murid itu?. Menurut
pandangan yang ada bahwa hal itu terjadi ketika Ia sedang ke
Yerusalem untuk mengikuti hari raya Pondok Daun. Ketika itu

2Boland, 254
3Boland, 255

216
Bagian Kesepuluh

Ia pergi ke situ tidak terang-terangan, tetapi diam-diam (Yoh.


7:10). Menurut Lightfoot peristiwa pengutusan ketujuh puluh
murid tersebut terjadi sebelum Ia kembali dari perayaan itu,
ketika Ia masih berada di Yerusalem, atau Betania, karena masih
berdekatan (Luk. 10:38).4
Dalam Lukas 10:1, ketujuh puluh murid itu diutus dua
demi dua, sesuai dengan aturan bahwa kesaksian dua orang
berlaku dan dapat dipercaya (Ul. 19:15b) di mana berlaku hukum
“dwiganda”.Menurut Lukas, mereka diutus untuk
mempersiapkan kedatangan Yesus sendiri. Tetapi dari bagian
yang menyusul ternyata bahwa tugas mereka juga benar-benar
merangkum pemberitaan Injil (kabar baik) tentang Kerajaan
Allah (Luk. 10:9,11). Ketujuh puluh atau ketujuh pulu dua orang
itu dalam ayat 2 (Mat. 9:37-39) pertama-tama didorong untuk
berdoa supaya masih banyak lagi orang lain yang diikutsertakan
dalam pemberitaan Injil. Yesus mengarahkan pandangan mereka
dan pandangan kita kepada dunia: ada banyak kesempatan dan
kemungkinan untuk memberitakan Injil. Dalam segala kesukaran
dan permusuhan yang akan mereka alami, tak usah mereka
kecewa, bahkan tidak, kalau menurut perhitungan mereka,
hampir tidak akan ada hasilnya. Pada akhirnya tuaian atau panen
akan besar, menurut ukuran Tuhan Allah yang adalah “tuan
(kyrios) panen/tuaian” yaitu Pemilik yang berkuasa atas panen
itu.5

TUGAS PENGUTUSAN MURID TUHAN YESUS

4Matthew Henry,Tafsiran Matthew Henry: Injil Lukas 1-12 (Surabaya:

Momentum, 2009), 354


5Boland, 256

217
Bagian Kesepuluh

Baik kedua belas murid maupun ketujuh puluh murid yang


lain itu memiliki tugas, fungsi dan tanggung jawab yang sama.
Dimana mereka dipanggil dengan maksud untuk “mengutus”
mereka supaya memberitakan Kerajaan Allah” (perhatikan
hubungan antara “memanggil “ dan “mengutus” untuk
memberitakan Kerajaan Allah” yang masih juga berlaku sekarang
untuk gereja dan anggota-anggotanya: Kita dipanggil untuk
kemudian diutus mengabarkan Injil ke dunia. Kata “mengutus”
itu berhubungan dengan kata Yunani “apostolos yang biasanya
diterjemahkan dengan “rasul”. Sebenarnya kata itu berarti “duta”
atau “utusan” yang sebagai wakil yang berwenang penuh
melaksanakan perintah dari orang yang mengutus/menyuruh dia
(Luk. 6:12-13). Menurut terjemahan Indonesia, Yesus
memberikan mereka “kuasa untuk menguasai setan-setan” dan
seterusnya: tetapi sebenarnya ada tertulis, bahwa Ia memberikan
mereka kuasa dan wewenang atas setan-setan. Maksudnya: Yesus
memberikan mereka “kuasa” (Yun.: dynamis) untuk mengusir
roh-roh jahat dan menyembuhkan orang-orang sakit (Luk. 4:33-
37) dan Ia memberi mereka wewenang (Yun.: exousia) untuk
mempergunakan “kuasa” itu sebagai wakil Dia sendiri, dalam
menghadapi segala “kuasa-kuasa jahat” dari penyakit-penyakit
dan roh-roh najis.6
Para murid Yesus disuruh “memberitakan” yaitu
memaklumkan seperti seorang bentara yang berjalan di depan
seorang raja) tentang Kerajaan Allah dan pemerintahan-Nya,
sebagai suatu kenyataan yang betul-betul ada di dunia ini secara
tersembunyi dan yang satu kali kelak akan dinyatakan (Luk. 8:1).
Pemberitaan itu disifatkan dengan memakai suatu kata kerja yang
berarti “mengabarkan/memberitakan Injil” (Yun.: euanggelion),

6Boland, 212

218
Bagian Kesepuluh

yaitu “kabar yang baik”), yakni Injil mengenai Kerajaan Allah!


Mujizat-mujizat dan penyembuhan-penyembuhan yang
menyertai pemberitaan itu adalah sebagai tanda dan bukti dari
Kerjaaan yang akan datang itu (Luk. 4:40-41).
Dalam jemaat Kristen yang mula-mula dianggap juga
perbuatan-perbuatan serupa itu sebagai “tanda-tanda dari
seorang rasul” yaitu sebagai bukti bahwa orang semacam itu
betul-betul menerima kuasa penuh dari Allah, jadi ia berhak untuk
disebutkan “rasul” (2 Kor.12:11-12).7

LAPORAN MISI KETUJUH MURID TUHAN YESUS


Dalam Lukas 10: 17-20 dikisahkan bahwa sesudah
beberapa waktu lamanya, kembalilah ketujuh puluh utusan itu.
Dengan kegembiraan besar mereka menceritakan tentang
pengalaman-pengalamannya (Kis. 14:27). Pada ayat 17, Para
murid itu berkata: Tuhan, juga setan-setan takluk kepada kami
demi nama-Mu. Dalam terjemahan NKJV: “Lord, event the demons
are subject to us in Your name”. Dengan heran mereka telah
mengalami bahwa mereka juga dapat mengusir “roh-roh jahat”
dengan bertindak “demi nama Yesus” yaitu apabila mereka
mengucapkan bahwa mereka bertindak atas nama Yesus, sebagai
wakil-Nya yang dikuasakan penuh tentang
“pengusiran/penghalauan roh-roh jahat” (Luk. 4:33-37).
Matthew Henry mengatakan menjelaskan bahwa dari
laporan yang mereka berikan kepada-Nya mengenai keberhasilan
perjalanan mereka: ketujuh puluh murid itu kembali dengan
gembira (ay. 17), tanpa mengeluhkan kepenatan yang mereka
rasakan karena perjalanan yang telah mereka lakukan, atau
mengeluhkan perlawanan dan sikap mengecilkan hari yang

7Boland, 212

219
Bagian Kesepuluh

mereka temui. Mereka bersukacita karena keberhasilan mereka,


terutama dalam mengusir roh-roh jahat: Tuhan, juga setan-setan
takluk kepada kami demi nama-Mu. Meskipun tugas mereka yang
disebutkan dalam penugasan mereka hanyalah menyembuhkan
orang-orang sakit (ay. 9), tidak diragukan lagi bahwa mengusir
setang juga termasuk di dalamnya, dan mereka sangat berhasil
dalam hal itu.
Pertama, Mereka memberikan kemuliaan kepada Kristus
atas hal ini: Ini semua karena demi nama-Mu. Perhatikanlah,
semua kemenangan kita atas Iblis dicapai melalui kuasa yang
diperoleh dari Yesus Kristus. Kita harus memasuki medan
pertempuran melawan musuh-musuh rohani kita dalam Nama-
Nya, dan apapun keuntungan yang kita peroleh, Dialah yang
harus mendapatkan seluruh pujian. Jika pekerjaan itu dilakukan
demi nama-Nya, maka kehormatan itu juga harus diberikan kepada
nama-Nya. Kedua, mereka bersukacita karena penghiburan yang
mereka rasakan, dan membicarakannya dengan nada
kegembiraan yang meluap-luap: Juga setan-setan, musuh-musuh
yang kuat itu takluk kepada kami. Perhatikanlah, bagi para kudus,
tidak ada sukacita atau kepuasan yang lebih besar dalam semua
kemenangan selain dari pada kemenangan atas Iblis. Jika setan-
setan saja takluk kepada kita, apa lagi yang mampu menghalangi
kita?.8
KUASA DAN KERAJAAN IBLIS DIHANCURKAN
Pada ayat 18 yang dikatakan, lalu kata Yesus kepada
mereka, “Aku melihat Iblis jatuh seperti kilat dari langit”
mengingatkan pada Yesaya 14:12, dimana sama ayat 15
mengingatkan kita pada Yesaya 14:13-15). Dalam Yesaya 14 itu
diberitahukan hukuman atas Babel, tetapi hukuman itu adalah

8Henry, 355

220
Bagian Kesepuluh

seolah-olah tanda dan lambang dari hukuman definitif terakhir


atas segala kuasa jahat. Ditinjau sebagai suatu kesatuan maka
kuasa jahat itu dilukiskan sebagai suatu oknum dengan nama Iblis
atau Setan. Kata Ibrani Setan di-Yunanikan menjadi satanas atau
Diabolos (dalam kata Arab Iblis mungkin dari kata diabolos). Semua
dari kata itu berarti: Dia yang mengemukakan dakwaan dengan
maksud-maksud bermusuhan dan dengan demikian menjadi
pendakwa dan lawan sesorang.
Jadi dalam Alkitab, dia yang menjadi lawan Allah dan lawan
segala orang yang percaya kepada Allah. Barangkali maksud dari
ayat 18 itu bahwa pekerjaan “ketujuh puluh orang itu” yang
memberitakan Kerajaan Allah dengan perkataan dan perbuatan,
berarti bahwa mereka terus menerus memerangi kuasa-kuasa
jahat dan terus menerus mencapai kemenangan atas Iblis,
sementara utusan-utusan itu memenuhi tugasnya, maka Yesus
sadar akan perjuangan dan kemenangan-kemenangan yang
diperjuangkan, sehingga Ia melihat dalam bayangan-Nya bahwa
hukuman yang pasti atas setan itu sedang dilaksanakan: kuasa jahat,
yang seakan-akan mau dilemparkan ke dalam “dunia bawah” atau
dunia orang mati (Yes. 14:15).9
Barclay menjelaskan bagian ini bahwa dapat berarti, “Aku
melihat kekuatan-kekuatan dan kuasa-kuasa kegelapan dan
kejahatan dikalahkan; benteng-benteng setang diserang dan
Kerajaan Allah sedang tiba”. Dapat juga bererti Yesus
mengetahui bahwa saat-saat kematian Iblis dan pengikut-
pengikutnya sudah ditetapkan tetapi penaklukkannya yang
terakhir masih akan ditunda.10

9Boland,261
10WilliamBarclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Injil Lukas
(Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2008), 195

221
Bagian Kesepuluh

Yesus membenarkan perkataan mereka, yang juga sesuai


dengan pengamatan-Nya (ay. 19). Bukankah “Hati dan mata-Ku
juga menyertaimu. Aku telah melihat keberhasilanmu, dan Aku
melihat Iblis jatuh seperti kilat dari langit. Perhatikanlah, bahwa Iblis
dan kerajaannya jatuh di hadapan pemberita Injil. Lihatlah
bagaimana kerajaan Iblis menjadi goyah, lihatlah bagaimana
kerajaan itu runtuh dengan tiba-tiba. Mereka berjaya dalam
mengusir setan-setan dari dalam tubuh orang-orang. Tetapi
Kristus melihat dan bersukacita atas kejatuhan Iblis dari tempat
cengkramannya dalam jiwa-jiwa manusia, yaitu kuasanya di udara
(Ef. 6:12). Kristus telah melihat lebih dulu hal-hal benar-benar
akan terjadi, dan bahkan sudah mulai terjadi, yakni kehancuran
Iblis melalui hancurnya penyembahan berhala dan kembalinya
bangsa-bangsa untuk percaya kepada Kristus. Iblis jatuh dari
langit ketika ia jatuh dari tahtanya di dalam hati manusia (Kis.
26:18). Kristus juga sudah bisa melihat sebelumnya bahwa
pemberitaan Injil yang akan melayang keluar seperti kilat ke
seluruh dunia akan meruntuhkan Iblis kemana pun Injil dibawa.
Sekarang juga penguasa dunia ini akan dilemparkan ke luar. Pada
bagian ini, menjadi peringatan supaya jangan keberhasilan
mereka membuat mereka besar kepala: Aku melihat malaikat-
malaikat berubah menjadi setan-setan karena kesombongan:
itulah dosa yang membuat Iblis telah jatuh dari langit, tempat ia
pernah menjadi malaika terang. Aku melihatnya dan
memperingatkanmu supaya jangan kamu menjadi sombong dan
kena hukuman Iblis, yang jatuh karena kesombongan (1 Tim.
3:6).11

KARENA KUASA NAMA YESUS

11Henry, 356

222
Bagian Kesepuluh

Pada ayat 19 mengingatkan kita kepada janji-janji yang


diberikan berhubungan dengan “perintah mengabarkan Injil
(Mrk. 16:15-18; Mat. 28:18-20). Pemberita-pemberita Injil akan
sanggup “menahan (segenap) kekuatan musuh” yaitu segala
kuasa-kuasa jahat.
Pada zaman dahulu itu dianggap bahwa ada hubungan
khusus antara kuasa-kuasa itu dan binatang-binatang tertentu,
seperti ular dan kalajengking (Kej. 3). Zaman keselamatan ketika
Kristus muncul, berarti bahwa kuasa Iblis dan kaki tangannya
pada asasnya sudah dihancurkan. Kuasa-kuasa itu tidak perlu lagi
ditakuti dalam penjelmaan apa pun mereka mengancam kita.
Siapa memerangi kuasa itu, “demi nama Yesus” dengan
berpegang kepada kemenangan yang telah Dia capai, ia pasti
menang. Kepada “ketujuh puluh orang” itu telah diberikan
“kuasa” khusus untuk melakukan tanda-tanda mujizat yang
membuktikan kenyataan/realitas adanya Kerajaan Allah
(menyembuhkan orang-orang sakit dan menghalaukan roh-roh
jahat).12
Matthew Henry mengatakan bahwa mereka telah memakai
kuasa yang mereka miliki untuk mengusir Iblis dengan penuh
semangat, dan sekarang Kristus mempercayakan kuasa yang lebih
besar lagi kepada mereka. Suatu kuasa untuk menyerang, kuasa
untuk menginjak ular dan kalajengking, setang-setan, dan roh-
roh jahat, si ular tua itu, “Kamu akan meremukkan kepada
mereka di dalam nama-Ku (Kej. 3:15). Marilah, injaklah leher
musuh-musuh ini: kamu akan menginjak singa dan ular naga ini
di mana pun kamu berjumpa dengan mereka. Kamu akan
menginjak mereka di bawah kakimu (Mzm. 91:13). Kamu akan
menahan kekuatan musuh, dan kerajaan Mesias akan ditegakkan

12Boland, 261

223
Bagian Kesepuluh

di atas puing-puing kerajaan Iblis. Demikian pula diberikan kuasa


untuk bertahan: Tidak ada yang akan membahayakan kamu, baik
ular maupun kelajengking. Meskipun kamu disiksa atau
dilemparkan ke dalam penjara di bahwa tanah bersama binatang-
binatang ini. Kamu tidak akan dicelakakan oleh makhluk-
makhluk yang paling berbisa sekalipun (Kis. 28:15; Mrk. 16:18).
Dan kalaupun orang-orang jahat berlaku seperti ular kepadamu,
dan kamu tinggal di antara kalajengking (Yeh. 2:6) abaikan saja
amarah mereka dan injaklah mereka. Kamu bisa bermain-main
dekat liang ular tedung, sebab maut itu sendiri tidak akan berbuat
jahat atau berlaku busuk (Yeh. 11:8-9; 25:8).13

BERSUKACITALAH KARENA NAMAMU ADA


TERDAFTAR DI SURGA
Tetapi Yesus menambahkan (Luk. 10:20) janganlah kamu
pertama-tama bersukacita karena karunia-karunia khusus itu
(Yunani: kharismata), tetapi baiklah kamu terutama bersukacita
karena kenyataan bahwa “namamu ada terdaftar di surga” artinya
bahwa Allah sungguh mengenal kamu.
Di dunia pada waktu terdapat dua negara atau bangsa yang
sangat ketat dalam pencacahan atau pendaftaran penduduk yaitu
bangsa Yahudi dan bangsa Romawi. Orang Yahudi sangat akurat
dalam mencatat statistik kelahiran, kematian, dan lain-lain. Saat
kembali dari pembuangan, daftar orang Yahudi disusun demi
registrasi keluarga (Neh. 7:5-6; 12:22-24). Memang dalam sejarah
bangsa Israel pernah terjadi penghapusan nama dari catatan
keluarga Israel yaitu dilakukan di masa Yeheskiel, dimana nabi-
nabi palsu diusir dan dilarang masuk ke tanah Israel (Yeh. 13:9).
Bangsa Romawi sangat berkepentingan terhadap pendataan dan

13Henry, 356

224
Bagian Kesepuluh

pendaftaran penduduk yang berada di bawah jajahannya dalam


rangka pengumpulan pajak untuk membiayai seluruh operasional
emporium Romawi.
Dari bidang hukum dan politik pemerintah Romawi
berkepentingan dengan pendataan penduduk untuk mengetahui
warga mana yang melanggar hukum dan peraturan Kaisar.
Pemerintah Romawi akan menghapus nama pelaku kejahatan
dari catatan kependudukan sebelum mereka dihukum mati.
Itulah sebabnya ketika orang Kristen menolak menyembah
Kaisar dinilai sebagai orang hukuman dan kehilangan
kewarganegaraan romawi.14 Hal lain dari pencatatan ini merujuk
pada kebiasaan bangsa Yahudi dan bukan Yahudi pada waktu itu
untuk melakukan pendaftaran diri menjadi penduduk atau orang-
orang merdeka di suatu kota Romawi.
Injil Lukas menggunakan istilah “terdaftar di surga” yang
memiliki hubungan erat pendaftaran dan pendataan
kependudukan di suatu wilayah pemerintahan duniawi untuk
mengingatkan bahwa mereka yang terdaftar itu secara hukum sah
dan memiliki hak serta kewajiban sebagai warga negara.
Demikian pula negara atau pemerintah bertanggung jawab
melindungi dan memelihara mereka.
Dengan perkataan ini Tuhan Yesus menekankan bahwa
ketujuhpuluh murid itu harus bersukacita terutama karena Allah
mengenal mereka dan telah menunjukkan kasih-Nya dan
anugerah-Nya kepadamu, sehingga kamu boleh mengenal dan
mengasihi Dia dan boleh hidup dalam persekutuan dengan Dia
(1 Kor. 12:28-31; 1 Kor. 13), dimana Paulus berbicara tentang
berbagai-bagai karunia, kemudian dia menunjuk kepad apa yang

14Simon J. Kistemaker, Tafsiran Kitab Wahyu (Surabaya:

Momentum,2011), 164-165

225
Bagian Kesepuluh

mengatasi karunia itu, yakni iman, harapan dan kasih, yang


diantaranya kasih itulah yang terutama!).
Dalam ayat 20 ini termuat juga suatu peringatan yang ada
kaitan dengan ayat 18 (bdk. Yes. 14) itu kepada pengikut-pengikut
Yesus, yakni: Berhati-hatilah supaya jangan engkau menjadi
sombong atas “suksesmu” menghalau roh-roh jahat itu, juga Iblis
itu pernah sombong dan oleh sebab itu ia jatuh dan disingkirkan
oleh Allah dari hadirat-Nya. Ketujuhpuluh orang itu yang
melaporkan pengalaman pelayanan mereka yang berhasil
diperingatkan supaya janganlah bersukacita karena bermacam-
macam karunia itu dan jangalah mereka menjadi sombong atas
berbagai-bagai hasil yang telah kau lihat dalam pemberitaan Injil.
Sebab bahayanya ialah bahwa engkau memandang dirimu dan
pekerjaanmu sendiri terlalu penting, sehingga lupa pada siapa
yang bekerja dibelakang diri kita, lupa siapa yang memberikaan
kuasa dan karunia untuk melakukan hal tersebut.
Pada bagian ini, William Barclay tuliskan bahwa hal ini
merupakan peringatan terhadap kebanggaan. Menurut legenda
(Yes. 14) justru kebanggaan inilah yang memberontak terhadap
Allah sehingga Iblis dibuang dari surga dimana ia pernah menjadi
penghulu para malaikat. Mungkin sekali Yesus mau mengatakan
kepada ketujuh puluh murid itu, “Engkau telah memperoleh
kemenangan; sekarang kemenangan itu tidak usah dibangga-
banggakan, karena sekali waktu penghulu segala malaikat itu juga
membangga-banggakan dirinya dan sebagai akibatnya ia dibuang
dari Surga.”
Sesungguhnya Yesus melanjutkan dengan mengingatkan
para murid-Nya terhadap kebanggaan diri dan kecenderungan
untuk terlampau yakin akan diri sendiri. Benar bahwa kepada
mereka diberikan segala kuasa, tetapi kemuliaan mereka yang
paling besar adalah bahawa nama mereka dituliskan di surga.
226
Bagian Kesepuluh

Akan senantiasa merupakan kebenaran bahwa kemuliaan


seseorang yang terbesar bukanlah apa yang ia telah perbuat bagi
Allah, tetapi sebaliknya, apa yang Allah telah perbuat baginya.
Suatu kesaksian menegaskan hal ini, dimana bisa saja diklaim
bahwa penemuan khloroform yang menolong orang untuk tidak
merasakan sakit pada waktu dioperasi merupakan penemuan
terbesar dalam dunia kedokteran. Pada suatu kali seseorang
bertanya kepada Sir James Simpson, penemu khloroform tersebut,
“Apakah yang Anda pandang sebagai penemuan terbesar Anda?
Mungkin jawaban yang diharapkan adalah, “khloroform”. Tetapi
Simpson, menjawab, “Penemuan saya yang terbesar adalah
bahwa Yesus ialah Juruselamatku”. Kebanggaan (kesombongan)
pribadi merintangi orang untuk masuk ke surga, kerendahan hati
adalah paspor untuk dapat tampil di hadapan Allah.15
Matthew Henry juga menjelaskan bahwa Yesus
mengarahkan perhatian mereka agar mengubah sukacita mereka
ke jalur yang benar. Namun demikian janganlah bersukacita
karena roh-roh itu takluk kepadamu, bahwa mereka pernah
takluk, dan akan tetap takluk. Janganlah hanya bersukacita karena
hal ini merupakan penghormatan bagimu dan peneguhan atas
pengutusanmu, dan telah menempatkanmu lebih tinggi daripada
orang-orang lain. Janganlah bersukacita hanya karena hal-hal ini
atau terutama karena hal-hal ini, tetapi bersukacitalah karena
namamu ada terdaftar di surga, karena kamu adalah orang-orang
pilihan Allah untuk menerima hidup kekal dan menjadi anak-
anak Allah melalui iman.16
Yesus mengingatkan bersukacitalah terutama karena
anugerah dan kasih yang ditunjukkan oleh Allah kepadamu,

15Barclay, 196-197
16Henry, 357

227
Bagian Kesepuluh

sehingga engkau menjadi rendah hati dan bersukacita di dalam


Tuhan, yaitu dengan mengingat segala sesuatu yang diperbuat
Allah bagimu (Flp. 4:4).17 Kristus yang mengenal kebijaksanaan
Alalh dapat mengatakan kepada mereka bahwa nama mereka ada
terdaftar di surga, sebab di dalam kitab kehidupan dari Anak
Dombalah nama mereka terdaftar. Melalui anugerah, semua
orang percaya mewarisi hak menjadi anak-anak Allah dan
diangkat menjadi anak-anak-Nya, serta menerima Roh
pengangkatan. Semua ini memberikan bukti pewarisan itu,
sehingga kita diterima dalam keluarga-Nya. Inilah yang pantas
menimbulkan sukacita, sukacita yang lebih besar daripada
mengusir setan-setan.
Perhatikanlah bahwa kuasa menjadi anak-anak Allah harus
lebih dihargai daripada melakukan mujizat, sebab kita membaca
tentang orang-orang yang mengusir setan-setan demi nama Kristus,
seperti yang dilakukan Yudas tetapi tidak diakui Kristus pada hari
penghakiman itu kelak. Tetapi mereka yang namanya ada terdaftar
di surga tidak akan pernah binasa. Mereka adalah domba-domba
Kristus, yang kepadanya Ia akan memberikan hidup kekal.
Anugerah yang menyelamatkan harus lebih membuat orang
bersukacita daripada karunia-karunia roh. Kasih yang kudus
adalah cara yang lebih unggul daripada bahasa lidah.

TERDAFTAR DI SURGA SAMA DENGAN


TERDAFTAR DALAM KITAB KEHIDUPAN
Perlu diketahui bahwa tentang “nama ada terdaftar di
surga” sama pemikirannya dengan “terdaftar dalam buku
kehidupan”. Istilah ini memiliki benang merah dalam Alkitab
baik dalam Perjanjian Lama (PL) maupun Perjanjian Baru (PB).

17Boland, 262

228
Bagian Kesepuluh

Dalam PL terdapat di dalam Keluaran 32:32; Mazmur 69:29;


Daniel 12:1. Dalam PB terdapat selain di dalam Lukas 10:20
terdapat juga dalam Filipi 4:3; Wahyu 3:5; 13:8; 20:12, 15; 21:27;
22:19. Selain itu juga bahwa nama-nama yang tidak tercatat dalam
buku kehidupan seperti dinyatakan dalam Keluaran 32:33;
Wahyu 13;8 dan Wahyu 17:8.
Dalam Keluaran 32: 32 “Tetapi sekarang, kiranya Engkau
mengampuni dosa mereka itu--dan jika tidak, hapuskanlah
kiranya namaku dari dalam kitab yang telah Kautulis." Ini
merupakan doa dan permohonan Musa kepada Tuhan agar
orang-orang Israel yang telah membuat patung lembu (allah) dari
emas dan mempersembahkan korban kepada dewa tersebut.
Allah begitu murka sehingga mengijinkan murka Tuhan
merajalela melalui kaum Lewi membunuh saudara, teman, dan
tetangganya yang ikut mempersembahkan korban (Kel. 32: 26-
27). Musa begitu prihatin akan korban yang begitu banyak
ditimbulkan dari kesalahan orang-orang Israel membuat patung
lembu emas. Musa bahkan bersedia namanya dihapuskan dari
kitab yang dituliskan Allah kalau tidak mendapatkan
pengampunan dari Allah atas umat Israel.
Dalam tafsiran yang lain kalimat “Hapuskanlah kiranya
namaku dari dalam kitab yang telah Kautulis” artinya "Keluarkan
dari persekutuan dengan Allah yang hidup, atau dari kerajaan
orang-orang yang hidup di hadapan Allah, dan serahkan kepada
maut. Selaku perantara sejati dari umatnya, Musa bersedia untuk
mempertaruhkan nyawanya sendiri bagi keselamatan bangsa itu
dan bersedia untuk tidak hidup di hadapan Allah, yaitu jika
Yehovah tidak mau mengampuni dosa mereka" (bdg. Rm. 9:3).
"Tidak mudah untuk mengukur kasih Musa atau Paulus, sebab
batasan-batasan sempit dari kekuatan nalar kita tidak dapat

229
Bagian Kesepuluh

memahaminya, seperti seorang anak kecil tidak mampu


memahami keberanian dari para pahlawan perang".18
Dalam Daniel 12:1 “Pada waktu itu juga akan muncul
Mikhael, pemimpin besar itu, yang akan mendampingi anak-anak
bangsamu; dan akan ada suatu waktu kesesakan yang besar,
seperti yang belum pernah terjadi sejak ada bangsa-bangsa
sampai pada waktu itu. Tetapi pada waktu itu bangsamu akan
terluput, yakni barangsiapa yang didapati namanya tertulis dalam
Kitab itu.” Pada bagian ini dijelaskan bahwa pada masa kesesakan
yang besar akan ada dari bangsa Israel yang terluput yakni yang
didapati namanya tertulis di dalam Kitab itu. Abineno
mengatakan, meskipun seluruh bangsa Israel seharusnya terluput
pada waktu kesesakan yang besar itu, tetapi orang-orang di antara
mereka yang tidak setia akan dibinasakan bersama-sama dengan
bangsa-bangsa lain. Istilah “Kitab itu” merujuk kepada “kitab
peringatan” yang ditulis bagi “orang-orang yang takut akan
Tuhan dan bagi orang-orang yang menghormato-Nya (Mal.
3:16). Kitab ini berbeda dengan kita yang didalamnya ditulis
perbuatan manusia yang salah (Dan. 10:7).19
Dalam Filipi 4:3 “Bahkan, kuminta kepadamu juga,
Sunsugos, temanku yang setia: tolonglah mereka. Karena mereka
telah berjuang dengan aku dalam pekabaran Injil, bersama-sama
dengan Klemens dan kawan-kawanku sekerja yang lain, yang
nama-namanya tercantum dalam kitab kehidupan.” Untuk
kawan-kawan sekerja, Rasul Paulus berkata, yang nama-namanya
tercantum dalam kitab kehidupan, entah mereka dipilih Allah

18Bengel, Gnomon of the NT dalam


http://alkitab.sabda.org/commentary.php (diakses Senin tanggal 31 Oktober
2016)
19S.M. Siahaan dan Robert M. Paterson, Tafsiran Alkitab Kitab

Daniel (Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2011), 197

230
Bagian Kesepuluh

sejak dari kekekalan (Ef. 1:12), atau mereka tercatat dan terdaftar
dalam kumpulan dan persekutuan yang menjadi miliki orang yang
mempunyai hak istimewah akan hidup kekal. 20
Demikian kita membaca tentang nama-nama mereka yang
ada terdaftar di surga (Luk. 10:20), yang tidak akan terhapus dari
kitab kehidupan (Why. 3:5), dan yang namanya tertulis di dalam
kitab kehidupan Anak Domba (Why. 21:27). Perhatikanlah
bahwa ada kitab kehidupan. Dalam kitab itu ada nama-nama, dan
bukan hanya ciri-ciri dan syarat-syarat saja. Kita tidak dapat
menyelidiki isi kitab itu, atau mengetahui nama-nama siapa saja
yang tertulis di dalamnya, akan tetapi dengan penilaian yang
didasari kasih, kita bisa menyimpulkan bahwa siapa yang bekerja
dalam pekabaran Injil, dan yang setia pada kepentingan Kristus
dan jiwa-jiwa, maka nama-nama mereka terdaftar dalam kitab
kehidupan.21
Di dalam Wahyu 3:5 “Barangsiapa menang, ia akan
dikenakan pakaian putih yang demikian; Aku tidak akan
menghapus namanya dari kitab kehidupan, melainkan Aku akan
mengaku namanya di hadapan Bapa-Ku dan di hadapan para
malaikat-Nya.” Simon J. Kistemaker menjelaskan “Aku tidak
akan menghapus namanya dari kitab kehidupan” di sini kita
menemukan janji berbentuk negatif untuk menjamin orang-
orang Kristen yang setia di Sardis. Janji itu menjamin mereka
sepenuhnya selamat dan aman. Nama mereka telah tertulis di
kitab kehidupan dan tidak akan pernah dihapus. Di lain tempat,
Allah akan berkata kepada umat-Nya, “lihat Aku telah

20J.L.Ch. Abineno, Tafsiran Alkitab Surat Filipi (Jakarta: BPK.


Gunung Mulia, 2009), 131
21Matthew Henry, Tafsiran Matthew Henry: Surat Galatia, Efesus, Filipi,

Kolose, 1 & 2 Tesalonika, 1 & 2 Timotius, Titus, dan Filemon (Surabaya:


Momentum, 2015), 328-329

231
Bagian Kesepuluh

menuliskan engakau pada telapak tangan-Ku (Yes. 40:16). Ia


tidak akan dapat dipisahkan dari mereka, karena mereka adalah
biji mata-Nya (Ul. 32:10; Mzm. 17:8; Za. 2:8). Menurut Yohanes,
nama di kitab kehidupan telah dituliskan sejak dunia dijadikan
(Why. 17:8).22
Tuhan menjamin orang yang setia di Sardis bahwa nama
mereka tidak akan dihapus dari kitab kehidupan. Nama orang
yang mengaku Yesus, tetapi hidup tidak sesuai dengan
pengakuannya, sebenarnya tidak pernah dicatat di kitab
kehidupan. Tuhan tidak pernah mengenal mereka dan Ia
memerintahkan mereka enyah dari hadapan-Nya (Mat. 7:21-23).
Menjadi penegasan kepada orang-orang percaya bahwa
istilah “kitab kehidupan” sangat penting karena membedakannya
dari “daftar penduduk; Kitab kehidupan berada di surga
sementara daftar penduduk berada di bumi. Di kitab Wahyu,
kitab kehidupan merujuk semua orang yang namanya tertulis di
surga dan telah menerima karunia hidup kekal (3:5; 13:8; 17:8;
20:12, 15; 21:27; Luk. 10:20; Flp. 4:3; Ibr. 12:23). Di Perjanjian
Lama, “dihapuskan dari kitab kehidupan” di bumi berarti
“dihukum dan mati” yaitu dihapuskan dari daftar penduduk (Kel.
32:32-33; Mzm. 69:29; Dan. 12:1). 23 Tercatat di Surga atau di
dalam kitab Kehidupan juga merupakan pengukuhan penegasan
tentang pengakuan Yesus di hadapan Sang Bapa dan para
malaikat-Nya. Kalimat ini dengan variasi diucapkan Tuhan Yesus
selama ia melayani di dunia:
a. Dalam Matius 10:32 “Setiap orang yang mengakui Aku di
depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-
Ku yang di surga.”

22Kistemaker, 165
23 Kistemaker, 164-165

232
Bagian Kesepuluh

b. Dalam Lukas 12:8 ”Aku berkata kepadamu: Setiap orang


yang mengakui Aku di depan manusia, Anak Manusia juga
akan mengakui dia di depan malaikat-malaikat Allah.“
c. Dalam 2 Klemen 3:2” Seseorang yang mengakui Aku di
hadapan manusia, Aku akan mengakuinya di hadapan Bapa-
Ku.

Dalam himne Kekristenan mula-mula, Tuhan Yesus akan


menyanghkal orang yang menyangkal Dia (2 Tim. 2:12).
Sebaliknya di hadapan Allah Bapa, Tuhan akan menghormati
mereka menghormati Dia (1Sam. 2:30). Di pengadilan tertinggi
di Surga, di hadapan Allah dan para malaikat-Nya, Tuhan akan
mengakui nama-nama mereka yang mengakui nama-Nya di
bumi. Tuhan satu dengan umat-Nya dan tidak malu mengakui
mereka sebagai saudara-Nya laki-laki dan perempuan (Ibr. 2:11).

NAMA YANG TIDAK TERCATAT DI SURGA ATAU


KITAB KEHIDUPAN
Bagi yang namanya tercatat di Surga atau Kitab Kehidupan
adalah suatu anugerah dan wujud keadilan Allah bagi manusia.
Tetapi bagi yang tidak tercatat namanya di Surga atau Kitab
Kehidupan adalah suatu hukuman bagi manusia.
Tentang nama-nama yang tidak tercatat dalam buku
kehidupan, ribuan tahun lalu Musa sudah menuliskan di
Keluaran 32:33 yaitu “Tetapi TUHAN berfirman kepada Musa:
"Siapa yang berdosa kepada-Ku, nama orang itulah yang akan
Kuhapuskan dari dalam kitab-Ku.” Dalam Terjemahan Lama
(TL) dikatakan: Maka firman Tuhan kepada Musa: Orang itulah
patut Kuparangkan dari dalam kitab-Ku, yaitu yang telah berdosa
kepada-Ku.” Dari terjemahan Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS)
dituliskan: TUHAN menjawab, "Hanya orang-orang yang telah

233
Bagian Kesepuluh

berdosa terhadap-Ku akan Kuhapus namanya dari buku itu.”


Dan dalam terjemahan Firman Allah Yang Hidup (FAYH)
dikatakan: TUHAN menjawab Musa, "Siapa yang berdosa
kepada-Ku akan dihapuskan namanya dari kitab-Ku.” Dari
beberapa terjemahan tersebut jelas bahwa Allah tegas dalam
keadilan-Nya menyatakan hukuman kepada manusia yang
berdosa kepada Allah tidak akan dicatat namanya di dalam Kitab
Kehidupan. Seandainya pun pernah namanya dicatat, Allah
berkata akan menghapuskan namanya dari kitab tersebut.
Dalam Mazmur 69:29 dikatakan “Biarlah mereka
dihapuskan dari kitab kehidupan, janganlah mereka tercatat
bersama-sama dengan orang-orang yang benar!”. Marie-Claire,
Barth-Frommel, dan BA. Pareire mengatakan bahwa orang-
orang yang terang-terangan menentang Allah, patut dihukum
mati, yaitu dicoret dari kitab Kehidupan yaitu kitab yang
merupakan daftar orang-orang yang hidup, atau daftar
keputusan Allah (Kel. 32:32; Yes. 4:3; Mzm. 139:16). Namun
nama orang-orang fasik tidak akan dicatat bersama-sama orang
yang dibenarkan Tuhan dalam kasih setia-Nya, supaya keadilan
Tuhan nyata di depan mata sekalian orang.24
Matthew Henry menegaskan bahwa janganlah mereka
dibiarkan hidup lebih lama lagi, karena semakin lama mereka
hidup, semakin banyak kejahatan yang mereka lakukan. Banyak
orang Yahudi yang tidak percaya Kristus mati karena pedang dan
kelaparan, dan tidak ada dari antara orang-orang yang menerima
iman Kristen ikut binasa bersama mereka. Bangsa itu, sebagai
sebuah bangsa, telah dihapuskan, dan tidak lagi merupakan suatu
umat. Banyak yang memahaminya sebagai penolakan terhadap

24Marie-Claire, Barth-Frommel, dan BA. Pareire, Tafsiran Alkitab:

Kitab Mazmur 1-72 (Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2012), 618

234
Bagian Kesepuluh

mereka dari kovenan Allah dab semua hak istimewah yang


menyertainya. Itulah yang dimaksukan dengan kitab kehidupan,
“kiranya kewarganegaraan Israel sendiri, yaitu Israel menurut
daging, sekarang terasingkan dair kovenan yang dijanjikan itu,
yang sampai waktu itu dikuasai sendiri oleh mereka. Kiranya
nyata bahwa mereka tidak pernah tertulis di dalam kitab
kehidupan Anak Domba, melainkan sebutkanlah mereka perak
yang ditolak, sebab Tuhan telah menolak mereka! Jangalah
mereka tercatat bersama-sama dengan orang-orang benar.
Artinya, janganlah mereka mendapat bagian dan tempat di dalam
jemaat orang-orang kudus ketika jemaat ini semua nantinya
dikumpulkan di dalam perhimpunan besar orang-orang yang
namanya terdaftar di surga, “Sebab itu orang fasik tidak akan
tahan dalam penghakiman, begitu pula orang berdosa dalam
perkumpulan orang benar (Mzm. 1:5).”
Wahyu 13:8 dikatakan “Dan semua orang yang diam di atas
bumi akan menyembahnya, yaitu setiap orang yang namanya
tidak tertulis sejak dunia dijadikan di dalam kitab kehidupan dari
Anak Domba, yang telah disembelih.”. Setiap orang fasik,
penyembah berhala, penyembah kaisar, dan tidak percaya serta
menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya akan
menyembah naga besar itu, yaitu Iblis. Para penyembah berhala
itu adalah orang-orang yang tidak tercatat namanya di dalam kitab
kehidupan dari Anak Domba.
J.J. de Heer, menjelaskan bahwa dalam ayat 8 dikatakan
bahwa semua orang yang hidup di bumi, yakni semua penduduk
kerajaan Romawi yang sangat luas itu dan sekutu-sekutunya akan
ikut melakukan penyembahan kepada kaisar sebagai ilah, kecuali
“orang-orang yang namanya tertulis sejak dunia dijadikan di
dalam kitab kehidupan dari Anak Domba yang telah disembelih”.
Istilah “Kitab kehidupan” adalah suatu gambaran yang beberapa
235
Bagian Kesepuluh

kali dipergunakan di dalam Alkitab untuk daftar orang-orang


yang mendapat kehidupan kekal (Flp. 4:3). Buku ini disebut Kitab
Kehidupan Anak Domba oleh karena mereka yang terdaftar di
dalamnya mendapat kehidupan kekal karena kepercayaan mereka
kepada Anak Domba itu, yakni Kristus. Dalam Yohanes 14:6,
Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup.
Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak
melalui Aku.” Menurut Wahyu 17:8 mereka telah terdaftar di
dalamnya “sejak dunia dijadikan”, jadi sudah lama sebelum
mereka dilahirkan. Ini mengajarkan kepada kita dengan jelas
bahwa ada suatu predestinasi, yaitu bahwa Alalh telah
menetapkan lebih dahulu siapa yang akan menjadi percaya. Ini
pernah disebutkan orang ajaran Augustinus atau Calvin, tetapi
haruslah diakui bahwa ajaran ini dengan jelas terdapat di dalam
berbagai nas Alkitab seperti Kisah Para Rasul 13:48. Memang
ajaran ini sulit diterima secara logika tetapi diajarkan di dalam
Alkitab. Dapat diyakini bahwa “sejak dunia dijadikan” tergolong
sama dengan “tertulis dalam kitab kehidupan”25
Demikian pula dalam Wahyu 17:8 “Adapun binatang yang
telah kaulihat itu, telah ada, namun tidak ada, ia akan muncul dari
jurang maut, dan ia menuju kepada kebinasaan. Dan mereka yang
diam di bumi, yaitu mereka yang tidak tertulis di dalam kitab
kehidupan sejak dunia dijadikan, akan heran, apabila mereka
melihat, bahwa binatang itu telah ada, namun tidak ada, dan akan
muncul lagi.” Simon J. Kistemaker menjelaskan “Dan mereka yang
diam di bumi, yaitu mereka yang tidak tertulis di dalam kitab kehidupan
sejak dunia dijadikan, akan heran”. Frasa mereka yang diam di bumi
merujuk kepada orang yang tidak percaya (ay.2). ada kaitan erat

25J.J de Heer, Tafsiran Alkitab Wahyu Yohanes (Jakartya: BPK.

Gunung Mulia, 1996), 188

236
Bagian Kesepuluh

dengan 13:3b di mana dunia menyembah binatang (naga) itu,


yaitu Iblis. Setelah menerima pukulan pada salah satu kepalanya,
binatang itu sembuh dan disanjung oleh seluruh dunia. Ia
menjadi kekuatan hebat yang menebar pengaruh anti-Kristen di
setiap aspek hidup manusia. Kekuatan ini amat menakutkan,
tetapi penghiburan telah diberikan bagi mereka yang namanya
tercatat di buku kehidupan sebelum dunia dijadikan.26

PENUTUP
Bersukacitalah kita yang beriman, percaya kepada Tuhan,
mengasihi, dan melayani-Nya dengan giat beribadah dan aktif
dalam pelayanan, kita percaya sebelum dunia dijadikan nama-
nama kita sudah tercatat dalam buku kehidupan Anak Domba di
surga, kita tidak hanya terdaftar kependudukan di dunia tetapi
tercatat kewarganegaraan kita di surga. Maka bersukacitalah
dengan sungguh dalam Tuhan, sungguh-sungguh datang
beribadah, sungguh-sungguh hidup dalam memberi bagi
pekerjaan Tuhan dan untuk sesama, sungguh-sungguh sebagai
hamba Tuhan untuk melayani Allah dan sesama.

DAFTAR PUSTAKA

Abineno, J.L. Ch., Tafsiran Alkitab Surat Filipi. Jakarta: BPK.


Gunung Mulia, 2009.

Boland, B.J., Tafsiran Alkitab Injil Lukas. Jakarta: BPK. Gunung


Mulia, 2003.

26Kistemaker, 509

237
Bagian Kesepuluh

Barclay, William, Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Injil Lukas.


Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2008.

Claire, Marie, Barth-Frommel, dan BA. Pareire, Tafsiran


Alkitab: Kitab Mazmur 1-72. Jakarta: BPK. Gunung
Mulia, 2012.

Henry, Matthew,Tafsiran Matthew Henry: Injil Lukas 1-12.


Surabaya: Momentum, 2009.

Henry, Matthew, Tafsiran Matthew Henry: Surat Galatia, Efesus,


Filipi, Kolose, 1 & 2 Tesalonika, 1 & 2 Timotius, Titus, dan
Filemon. Surabaya: Momentum, 2015.

Heer, J.J de, Tafsiran Alkitab Wahyu Yohanes. Jakartya: BPK.


Gunung Mulia, 1996.

Kistemaker Simon J., Tafsiran Kitab Wahyu. Surabaya:


Momentum,2011

Siahaan, S.M. dan Robert M. Paterson, Tafsiran Alkitab Kitab


Daniel. Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2011.

Bengel, Gnomon of the NT dalam


http://alkitab.sabda.org/commentary.php (diakses Senin
tanggal 31 Oktober 2016)

238
Penutup

PENUTUP

Berdasarkan pemaparan panjang-lebar dalam buku ini


tentang Survive in God, maka diperoleh sepuluh prinsip, motivasi
serta pengajaran bagaimana untuk tetap bertahan hidup dan kuat
bersama Tuhan, yakni:
Pertama, sebagai seorang hamba Tuhan atau pelayan
Tuhan, agar bisa survive diperlukan dedikasi seorang prajurit sejati
yang setia, kepatuhan seorang atlet sejati pada aturan dan
kesungguhan bekerja seorang petani sejati.
Kedua, ketika kita menyadari bahwa yang kita perjuangkan
adalah sesuatu yang benar, maka berjuanglah tanpa mengenal
lelah, jangan kendor, dan tetaplah berdoa.
Ketiga, hendaknya kita terus memurnikan motivasi,
menunjukkan kesetiaan pada iman sampai akhir hayat kita. Oleh
karena Tuhan telah berjanji bahwa barangsiapa setia sampai
akhir, akan dibalaskan Tuhan kepadanya upah berlipat kali ganda
pada semua pengorbanan dan kerugian atau apa pun yang telah
ditinggalkannya selama ia percaya, mengikuti dan melayani
Tuhan Yesus.
Keempat, Menjadi murid atau pengikut Tuhan tidaklah
mudah apalagi menjadi hamba Tuhan. Allah tidak pernah berjanji
bahwa menjadi hamba-Nya tidak akan menghadapi rintangan
239
Penutup

dan bahaya dalam pelayanan. Allah hanya berjanji bahwa Ia akan


selalu menyertai dan melepaskan hamba-hamba-Nya dari cobaan
maut.
Kelima, sebagai hamba Tuhan yang diurapi oleh Tuhan,
maka kita perlu memiliki buah yang baik. Hal ini dapat dinilai
dari pikiran, perkataan, perbuatan dan ajaran kita.
Keenam, diperlukan suatu ketaatan, ketekunan dan penyerahan
total dan sungguh-sungguh kepada Tuhan agar mampu bertahan dan
setia sampai akhir.
Ketujuh, tidak ada alasan bagi kita untuk tidak menjadikan
Allah sebagai tempat perlindungan kita selama di dunia. Kita
tidak bisa menyandarkan diri kita kepada hal-hal duniawi, kepada
manusia selain hanya kepada Allah.
Kedelapan, terus memiliki komitmen dan konsisten dalam
melayani Tuhan. Kita tidak boleh memberi ruang kepada
kedagingan, dosa, dan setan untuk melemahkan rohani untuk giat
dalam pelayanan.
Kesembilan, pelayanan hamba Tuhan hendaknya dijiwai dan
dimotivasi kesukacitaan dalam pengharapan, kesabaran dan
penderitaan serta ketekunan dalam doa. Pengharapan hamba Tuhan
menunjukkan visi, penglihatan, pandangan, arah dan tujuan ke depan
dan kepada kekekalan walaupun ia berada dalam kesesakan.
Kesepuluh, Bersukacitalah kita yang beriman, percaya
kepada Tuhan, mengasihi, dan melayani-Nya dengan giat
beribadah dan aktif dalam pelayanan, kita percaya sebelum dunia
dijadikan nama-nama kita sudah tercatat dalam buku kehidupan
Anak Domba di surga, kita tidak hanya terdaftar kependudukan
di dunia tetapi tercatat kewarganegaraan kita di surga.

240
Daftar Pustaka

DAFTAR PUSTAKA

Abineno, J.L. Ch., Tafsiran Alkitab Surat Filipi. Jakarta: BPK.


Gunung Mulia, 2009.

Andre Bustanoby, Kepribadian Penunjang Pelayanan . Malang:


Gandum Mas, 1995.

B.J. Boland, Tafsiran Alkitab Injil Lukas. Jakarta: BPK. Gunung


Mulia, 2003.

Barclay William, Pemahaman Alkitab Setia Hari: Injil Matius Pasal


1 – 10. Jakarta: BPK. Gunung Mulia. 2008.

............................, Pemahaman Alkitab Setiap Hari Surat Roma.


Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2011.
............................, Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Injil Lukas.
Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2008.

............................, Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Surat Roma.


Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2011

241
Daftar Pustaka

Billy Kristanto, 2012. Ajarlah Kami Bergumul “Refleksi Atas Kitab


Mazmur”. Surabaya: Momentum.

Boland, B.J., Tafsiran Alkitab Injil Lukas. Jakarta: BPK. Gunung


Mulia, 2003.

Budiman R., Tafsiran Alkitab Surat-Surat Pastoral: I & II Timotius


dan Titus. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1992.
...................., Surat-Surat Pastoral 1 dan II Timotius dan
Titus.Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 1997.

Charles Ludwing, Kota-Kota Pada Zaman Perjanjian Baru. Bandung:


Kalam Hidup, 1999.

CJ. Haak, Surat Paulus Yang Pertama Kepada Timotius Suatu Bahan
Pedoman Gerejani , STM GGRI,....

Claire, Marie, Barth-Frommel, dan BA. Pareire, Tafsiran


Alkitab: Kitab Mazmur 1-72. Jakarta: BPK. Gunung Mulia,
2012.

Cranfiel, C.E.B, A Crititical and Exegetical Commentary on The


Epistle to The Romans, The International Critical Commantary.
T. & T. Clark Limited, Edinburgh, 1975.

De Heer, J.J., Tafsiran Alkitab Wahyu Yohanes. Jakartya: BPK.


Gunung Mulia, 1996.

......................, Tafsiran Alkitab Injil Matius Pasal 1 – 22.Jakarta:


BPK. Gunung Mulia. 2009.

242
Daftar Pustaka

......................, Tafsiran Alkitab Injil Matius. Jakarta: BPK.


Gunung Mulia, 2009.

Donald Guthrie, The Pastoral Epistles, Ensiklopedi Alkitab Masa


Kini . Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF,
2004.

End Th. van den, Tafsiran Alkitab Surat Roma. Jakarta: BPK.
Gunung Mulia, 2015.

F.D. Wellèm, Hidupku Bagi Kristus . Jakarta: BPK. Gunung


Mulia, 2005.

Guza Afnil, 2008, Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Asa


Mandiri

Hagelberg, Dave, Tafsiran Roma. Bandung: Kalam Hidup, 1998

Henry Matthew, Tafsiran Matthew Henry: Injil Matius 1 – 14.


Surabaya: Momentum ,2007.

............................, Tafsiran Matthew Henry Injil Markus. Surabaya;


Momentum, 2007.

............................, Kitab Mazmur 51 -100. Surabaya:


Momentum,2012.

............................, Tafsiran Matthew Henry Injil Matius 15-


28.Surabaya; Momentum, 2008.

243
Daftar Pustaka

............................, Tafsiran Matthew Henry Injil Lukas 13-24.


Surabaya; Momentum, 2009.

............................,Tafsiran Matthew Henry: Injil Lukas 1-12.


Surabaya: Momentum, 2009.

............................, Tafsiran Matthew Henry Surat Roma, 1&2


Korintus. Surabaya: Momentum, 2015.

............................, Tafsiran Matthew Henry: Surat Galatia, Efesus,


Filipi, Kolose, 1 & 2 Tesalonika, 1 & 2 Timotius, Titus, dan
Filemon. Surabaya: Momentum, 2015.

............................, Tafsiran Matthew Henry Surat Roma, 1& 2


Korintus. Surabaya: Momentum, 2015.

Ira C, Semakin Dibabat Semakin Merambat .Jakarta: BPK. Gunung


Mulia, 2001

Jaffray RA., Tafsiran Surat Roma. Bandung: Yayasan Kalam


Hidup, 2007.
Jhon R.W. Stott, Pemahaman dan Penerapan Amanat Alkitab Masa
Kini, II Timotius. Jakarta: YKBK/OMF, t.th.

John Drane, Memahami Perjanjian Lama .Jakarta: BPK. Gunung


Mulia, 2009.

Kistemaker Simon J., Tafsiran Kitab Wahyu. Surabaya:


Momentum, 2011.

244
Daftar Pustaka

Mangentang Matheus, Visi dan Misi SETIA. Jakarta: Delima,


2006.

Marie Claire Barth Frommel & Berthold Anton Pareire, Tafsir


Alkitab: Kitab Mazmur 73-150. Jakarta: BPK. Gunung
Mulia, 2015.

Moris Leon, Injil Matius. Surabaya: Momentum, 2016.

Olla Tulluan, Introduksi Perjanjian Baru. Malang: Departemen


Literatur YPPI, 1999.

PJ. Gloag, The Pulpit Commentary Vol. 21: 1 & 2 Tesalonika, 1 &
2 Timotius, Titus, Hebrew, James. Mussachusetts:
Hendrickson Publisher, 1961.

Samuel B. Hakh, Berakar di Dalam Dia dan Dibangun di Atas Dia


.Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002.

............................, Berakar Di Dalam Dia Dan Dibangun Di atas


Dia.Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2010.

Sanders C, Iman: Akali dan Nir Akali. Jakarta: BPK. Gunung


Mulia, 2004.

Siahaan, S.M. dan Robert M. Paterson, Tafsiran Alkitab Kitab


Daniel. Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2011.

Swindoll Charles R., Pria Penub Gairah & Terpilih: DAUD.


Jakarta: NAFIRI GABRIEL, 2006.

245
Daftar Pustaka

...................................., Pria Berdedikasi & Tak Mementingkan Diri


Sendiri: MUSA. Jakarta: NAFIRI GABRIEL, 2008.

Tim Penyusun, Ensiklopedia Alkitab Masa Kini. Jakarta: Yayasan


Komunikasi Bina Kasih/OMF, 2004.

Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta; Balai


Pustaka. 2005.

Tong Stephen, Hati Yang Terbakar. Surabaya: Momentum, 2007.

William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari Injil Lukas.


Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2008.

............................, Pemahaman Alkitab Setiap Hari Injil


Markus.Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2009.

............................, Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Surat 1 & 2


Timotius. Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2012.

Williar Dallas, Renovation of The Heart. Malang: Literatur SAAT,


2005.

Yakub Van Bruggen, Markus: Injil Menurut Petrus. Jakarta: BPK.


Gunung Mulia, 2006.

246
Daftar Pustaka

Sumber lain:
Bahan Yang Belum Dipublikasikan

Dyulius Thomas Bilo, Skripsi: Kompetensi Para Pemimpin Jemaat


Dalam Memperlengkapi Orang-orang Kudus (Jakarta: STT
SETIA, 2003)

Software
Bible Works 7

Internet
Bengel, Gnomon of the NT dalam
http://alkitab.sabda.org/commentary.php (diakses Senin
tanggal 31 Oktober 2016)

http://alpaomegasuarakebenaran.blogspot.com/2013/07/bible
-study_15.html diunggah tanggal 6 Mei 2014, pukul 04:00
Sumber dari http://id.wikipedia.org/wiki/Timotius

https://gappinpsd.wordpress.com/2013/05/25/pohon-
dikenal-dari-buahnya-manusia-dikenal-dari-
perbuatannyalukas/

http://www.bibliotika.com/2015/04/fakta-fakta-menarik-
seputar-serigala.html

http://www.kuasadoa.com/2014/09/13/pohon-dikenal-dari-
buahnya/

247
Daftar Pustaka

http://www.abbalove.org/index.php?option=com_content&vi
ew=article&id=864:seorang-murid-kristus-dikenal-dari-
buahnya&catid= ent-news

https://djayasentana.wordpress.com/2012/03/11/dalam-
lindungan-allah/

http://catatankhotbahkristen.blogspot.co.id/2013/12/pesan-
gembala-dan-mazmur-911-16-pdt.html

248

Anda mungkin juga menyukai