Prinsipnya kita harus membandingkan yang sakit dengan yang sehat dengan cara kita memeriksa yang sehat dulu baru yang sakit
Kita akan melakukan pemeriksaan motoric ini
Pertama kita akan periksa gerakan, jadi di dalam pemeriksaan motoric kita harus membandingkan mana yang sakit mana yang sehat, kemudian langsung kita laporkan hasil pemeriksaan
I. Pertama yaitu pemeriksaan gerakan
Mohon maaf bapak, boleh angkat tangan kanannya ke atas, terus turun ke bawah, diangkat lagi, terus turun ke bawah. Kemudian yang kiri diangkat, turun lagi, naikkan lagi, turukan lagi. Baik dari pemeriksaan didapatkan gerakan kiri sukar dibedakan dengan yang kanan, berarti kemungkinan gerakannya sama. II. Kemudian kita lanjutkan pemeriksaan kekuatan otot Pemeriksaan kekuatan meliputi pemeriksaan otot flexor, otot extensor dan otot tangan. a. Kita mulai pemeriksaan kekuatan otot flexor…jadi kita menyuruh penderita untuk menarik tangannya sesuai dengan kekuatan otot flexor nya, kita menahannya. Kemudian kita lakukan pada sebelahnya, dari hasil pemeriksaan kita dapatkan kekuatan otot flexor kiri nilai nya 5, dan kekuatan otot flexor kanan nilainya 5. b. Selanjutnya kita lanjutkan dengan pemeriksaan extensor “coba di dorong kesini, saya kesana”, didapatkan pemeriksaan kekuatan kiri 5, kekuatan otot kanan 5 c. Kemudian kita lanjutkan pemeriksaan kekuatan otot tangan Kita mengajak penderita bersalaman, dan kita meminta penderita untuk menggenggam, nah ini sekaligus kita rasakan mana yang lebih kuat. kekuatan kiri 5, kekuatan otot kanan 5 III. Kemudian kita lanjutkan pemeriksaan tonus Pemeriksaan tonus meliputi pemeriksaan yaitu dengan palpasi perabaan, yang kemudian dilakukan fleksi, ekstensi maksimal. a. Pertama kita lakukan perabaan tangan, dari hasil palpasi ternyata kita dapatkan yang kiri dan kanan terasa kenyal b. Yang kedua dengan melakukan fleksi ekstensi maksimal, kita melakukan fleksi ekstensi yang maksimal. Ternyata pada pemeriksaan fleksi ekstensi maksimal yang kiri dan kanan kedua nya maksimal dan sama besar. Sehingga kesimpulannya, tonus otot kanan dan kiri sama besarnya.
IV. Kemudian kita lanjutkan pemeriksaan refleks fisiologis
a. Yang pertama kita lakukan pemeriksaan fisiologis dari tendon biceps, lengan dalam keadaan sedikit fleksi, kemudian kita lakukan pukulan pada tendo daripada musculus biceps. Pemeriksaan pertama dengan intensitas pukulan. Kita memukul dengan kekuatan berbeda, yaitu dengan kekuatan yang kuat, sedang, dan lemah. Yang kita usahakan pada pukulan yang lemah tidak menimbulkan bangkitan (tidak menimbulkan kontraksi maksudnya). Kita mulai….ini kita pukul, pada pukulan ketiga tidak bergerak. Kemudian kita periksa yang sebelahnya sama, dengan pukulan pertama kuat, pukulan kedua sedang, dan pukulan ketiga lemah. Disimpulkan pada pukulan ketiga tidak didapatkan bangkitan. b. Kemudian kita lanjutkan pemeriksaan zona refleks menurun Posisi lengan tetap sama, kita pukul dari mulai tendo ke arah proksimal, jadi kita pukul dengan kekuatan yang paling lemah yang masih dapat menimbulkan kontraksi. Lakukan juga di lengan sebelah kirinya. Disini dapat kita lihat reflek fisiologis tendo biceps normal untuk kanan dan kiri c. Kemudian kita lanjutkan dengan refleks tendo triceps Posisi lengan dalam keadaan demikian, kemudian kita lakukan pemeriksaan dengan intensitas pukulan kuat, sedang, lemah. Lakukan juga disebelahnya. Disini tampak pada pukulan yang lemah tidak menunjukkan reaksi kontraksi d. Kemudian kita lanjutkan dengan pemeriksaan zona refleks menurun Disini kita pukul dengan kekuatan lemah yang masih dapat menimbulkan bangkitan. Lakukan di lengan sebelahnya. Dan kita lihat zona luas nya sama, . Disini dapat kita lihat reflek fisiologis tendo triceps normal untuk kanan dan kiri e. Kita lanjutkan dengan pemeriksaan refleks periost, yang pertama yaitu periost radii. Yang kita pukul adalah processus styloideus radii dengan intensitas pukulan kuat, sedang, dan lemah. Kemudian kita lakukan juga pemeriksaan zona refleks nya. Kemudian kita mulai dengan pemeriksaan intensitas pukulan, posisi tangan dengan keadaan setengah supinasi dan setengah pronasi. Jadi posisinya tidak demikian, tidak demikian..jadi setengah seperti. Kita periksa dengan intensitas kuat, sedang, lemah. Lakukan juga di tangan sebelahnya. Dari hasil didapatkan kanan memberikan reaksi negatif (yang dimaksud positif jika terjadinya fleksi 1,2,3, kemudian terjadi gerakan supinasi. f. Kita lanjutkan dengan pemeriksaan zona refleks Kita memukul dari processus styloideus ke arah proksimal dengan intensitas yang lemah yang masih memberikan reaksi yang positif. Lakukan di lengan sebelahnya. Disini kita bisa lihat bahwa zona refleks kanan dan kiri sama, refleks periost radii kanan dan kiri normal. g. Kemudian kita lanjutkan pemeriksaan refleks periost di ulna Pertama di intensitas pukulan di processus styloideus di ulna dengan intensitas berbeda kuat, sedang, dan lemah. Dipukul juga di tangan sebelahnya. h. Kita lanjutkan dengan pemeriksaan zona refleks Kita memukul dari processus styloideus ulna ke arah proksimal dengan intensitas yang lemah yang masih memberikan reaksi yang positif. Lakukan di lengan sebelahnya. Disini kita bisa lihat bahwa zona refleks kanan dan kiri sama, refleks periost radii kanan dan kiri normal.
V. Kemudian kita lanjutkan pemeriksaan refleks patologis Hoffman dan Tromner
a. Jadi posisi lengan dalam keadaan demikian, dengan tangan kiri kita menahan tangan tersebut, kemudian kita lakukan jentikan pada jari ketiga (jari tengah). Kesimpulannya yang kanan negative dan yang kiri negative. VI. Kemudian kita lanjutkan pemeriksaan tungkai a. Gerakan tungkai, coba diangkat tungkai kanan nya terus setinggi mungkin, yang kaki kiri juga diangkat. Kesimpulan gerakan tungkai kiri sukar dibedakan dengan tungkai kanan dan interpretasinya normal
VII. Kemudian kita lanjutkan pemeriksaan kekuatan otot
Pemeriksaan kekuatan meliputi pemeriksaan otot flexor, otot extensor dan otot kaki a. Kita menekan pada bagian pas patella dengan pasien diminta untuk fleksi kaki. Coba ditekuk kakinya, Kemudian kita lakukan pada sebelahnya, dari hasil pemeriksaan kita dapatkan kekuatan otot flexor kiri nilai nya 5, dan kekuatan otot flexor kanan nilainya 5. b. Selanjutnya kita lanjutkan dengan pemeriksaan extensor “posisi kaki dalam keadaan demikian, penderita mendorong atau melakukan ekstensi dan kita menahannya. Kemudian lakukan juga di kaki sebelahnya. dari hasil pemeriksaan kita dapatkan kekuatan otot flexor kiri nilai nya 5, dan kekuatan otot flexor kanan nilainya 5. c. Kemudian kita lanjutkan pemeriksaan kekuatan otot kaki Kita menyuruh penderita untuk dorsofleksi dan plantar fleksi, jadi kita periksa. Bapak nanti dorong ke atas yaa (dorso fleksi), lakukan juga di kaki sebelahnya. Setelah itu lakukan plantar fleksi , coba turun kebawah pak.. akan kita dapatkan kekuatan otot kanan dan kiri 5 dan semua normal
VIII. Kemudian kita lanjutkan dengan pemeriksaan tonus
a. Yang pertama yaitu dengan dilakukan palpasi, dari hasil palpasi terlihat kenyal di kedua tungkai b. Yang kedua dengan melakukan fleksi ekstensi maksimal, kita melakukan fleksi ekstensi yang maksimal. Ternyata pada pemeriksaan fleksi ekstensi maksimal yang kiri dan kanan kedua nya maksimal dan sama besar. Sehingga kesimpulannya, tonus otot kanan dan kiri sama besarnya. c. Pemeriksaan klonus paha, jadi kita lakukan cubitan pada kulit di bagian sebelah atas bagian patella dengan pertama kali kita menarik ke proksimal dan dilakukan gerakan dengan cepat ke arah distal dan menahannya. Jadi kita bisa lihat lagi hasilnya positif pada kanan dan kiri d. Pemeriksaan klonus kaki, posisi tungkai dalam keadaan demikian, kemudian tangan kita diletakkan pada posisi demikian. Lalu dilakukan dorsofleksi pada kaki secara tiba-tiba kemudian ditahan. Ini hasilnya tonus kaki positif. Samahalnya dilakukan pada kaki sebelahnya, lakukan hal yang sama dorsofleksi dan langsung kita tahan. Hasilnya yang kiri dan kanan sama-sama positif.
IX. Pemeriksaan refleks fisiologis
a. Yang pertama kita lakukan pemeriksaan fisiologis dari tendo patella, pemeriksaan pertama yaitu dengan intensitas pukulan, posisi tungkai dengan keadaan demikian, pasien dalam keadaan rileks, intensitas dengan pukulan kuat, sedang, lemah. Kita memukul dengan kekuatan berbeda, yaitu dengan kekuatan yang kuat, sedang, dan lemah. Yang kita usahakan pada pukulan yang lemah tidak menimbulkan bangkitan (tidak menimbulkan kontraksi maksudnya). Kita mulai….ini kita pukul, pada pukulan ketiga tidak bergerak. Kemudian kita periksa yang sebelahnya sama, dengan pukulan pertama kuat, pukulan kedua sedang, dan pukulan ketiga lemah. Disimpulkan pada pukulan ketiga tidak didapatkan bangkitan (kontraksi) b. Kemudian kita lanjutkan pemeriksaan zona refleks Kita pukul dengan pukulan intensitas lemah yang masih dapat menimbulkan kontraksi, kita pukul dengan posisi demikian, kita lihat bahwa jaraknya hanya sedemikian. Kemudian ;akukan juga di lengan sebelah kirinya. Disini dapat kita lihat reflek fisiologis tendo biceps normal untuk kanan dan kiri c. Kemudian kita lanjutkan dengan refleks tendo achilles Posisi kaki dalam keadaan demikian, kemudian kita lakukan pemeriksaan dengan intensitas pukulan kuat, sedang, lemah. Kita lakukan penegangan sedikit pada tendo nya dengan melakukan dorsofleksi pada kaki sehingga tendo Achilles nya sedikit meregang dengan pukulan intensitas kuat, sedang, lemah. Lakukan juga disebelahnya. Disni tampak pada pukulan yang lemah tidak menunjukkan reaksi kontraksi d. Kemudian kita lanjutkan dengan pemeriksaan zona refleks Disini kita pukul dengan kekuatan lemah yang masih dapat menimbulkan bangkitan. Posisi dalam keadaan demikian. Kita lakukan pukulan kearah proksimal. Lakukan di kaki sebelahnya. Dan kita lihat zona luas nya sama, . Disini dapat kita lihat reflek fisiologis tendo achilles normal untuk kanan dan kiri
X. Pemeriksaan Refleks Patologis
a. Refleks babinsky Posisi tungkai kita usahakan demikian dan ditahan dengan tangan. Kita lakukan goresan demikian dengan huruf C terbalik. Refleks babinsky pada kanan dan kiri positif b. Refleks chaddok Kita gores pada sekitar maleus lateralis pada kakinya, kemudian sebelahnya, refleks cahddok kanan dan kiri positif. c. Refleks Oppenheim Lakukan gosokan pada tulang tibia dari proksimal ke distal. Kemudian kita lakukan pemeriksaan sebelahnya. Hasilnya yang kiri negatif dan kanan negatif. d. Refleks patologis Gordon Dengan melakukan penekanan atau memencet pada otot gastrocnemius, lakukan di bagian sebelahnya juga. Ternyata hasilnya yang kiri dan kanan aktif e. Refleks patologis schaefer Jadi kita dengan menjentik tendo Achilles nya, kita lihat lagi sebelahnya. Hasilnya yang kanan dan kiri negative f. Refleks patologis Mendel Bechterew Kita letakkan posisi kaki demikian, lakukan pada pemukulan pada articulatio metatarsopalachiae bagian dorsal. Kita lakukan sebelahnya, hasilnya yang kiri dan kanan positif g. Refleks patologis rosolimo Lakukan pukulan articulation metatarso palachiae tetapi pada bagian plantarnya, lakukan disebelahnya juga. Hasilnya refleks kanan dan kiri positif Pemeriksaan kaku kuduk berbarengan dan Brudzinski I negatif Lasegue sign - Pasien diminta berbaring lurus - Tangan menekan paha dan tangan lainnya mengangkat pada bagian otot gastrocnemius - Satu tungkai diangkat lurus, dibengkokan pada persendian panggulnya, dibandingkan dengan kanan dan kiri - Normalnya dapat mencapai sudut 70 derajat - Interpretasi negative
Pemeriksaan kernig dapat dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan
brudzinski II Kernig : negative Brudzinski II : negative Brudzinski III : negative Brudzinki IV : negative