Anda di halaman 1dari 187

KESIAPAN SEKOLAH DALAM MENGHADAPI

ASESSMEN KOMPETENSI MINIMUM (AKM)


(Studi Pada SMA Negeri 2 Kota Blitar)

SKRIPSI

Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana

pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya

FARIDA HANUM VIDYANIS

NIM. 185030900111020

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN


JURUSAN ILMU ADMINISTRASI PUBLIK
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2022
HALAMAN MOTTO

“TIDAK ADA KESUKSESAN TANPA KERJA

KERAS, TIDAK ADA KEBERHASILAN TANPA

KEBERSAMAAN, TIDAK ADA KEMUDAHAN

TANPA DOA”

--RIDWAN KAMIL

i
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Judul : Kesiapan Sekolah Dalam Menghadapi Asessmen

Kompetensi Minimum (AKM) (Studi Pada SMA Negeri 2

Kota Blitar)

Disusun Oleh : Farida Hanum Vidyanis

NIM : 185030900111020

Fakultas : Ilmu Administrasi

Jurusan : Ilmu Administrasi Publik

Program Studi : Administrasi Pendidikan

Malang, 11 Mei 2022

Komisi Pembimbing

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

Dr. Ainul Hayat, S.Pd., MSi Andy Kurniawan, S.AP., M.AP


NIP. 197307132006041001 NIP. 2011078603201001

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Telah dipertahankan di depan majelis penguji skripsi Fakultas Ilmu Administrasi

Universitas Brawijaya, Pada:

Hari : Rabu

Tanggal : 08 Juni 2022

Skripsi atas nama Farida Hanum Vidyanis

Judul Kesiapan Sekolah Dalam Menghadapi Asessmen

Kompetensi Minimum (AKM) (Studi pada SMA

Negeri 2 Kota Blitar)

Dan dinyatakan

LULUS

Penguji

Majelis Penguji Anggota Penguji I

Dr. Ainul Hayat, S.Pd., M.Si Andy Kurniawan, S.AP., MAP


NIP.197307132006041001 NIP. 2011078603201001

Anggota Penguji II Anggota Penguji III

Dr.Drs. Riyanto, M.Hum Dr. Hermawan, S.IP., M.Si


NIP. 19600430198611001 NIP. 197204052003121001

iii
PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya sepanjang pengetahuan saya, di

dalam naskah skripsi yang berjudul “Kesiapan Sekolah Dalam Menghadapi

Asessmen Kompetensi Minimum (AKM) (Studi pada SMA Negeri 2 Kota

Blitar)” tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh pihak lain untuk

mendapatkan karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang

lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebut dalam sumber

kutipan dan daftar pustaka.

Apabila di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur

jiplakan, saya bersedia ini digugurkan dan gelar akademik yang telah saya peroleh

(S1) dibatalkan, serta diproses dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

(Undang-undang Nomor 20 tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan Pasal 70).

Malang, 11 Mei 2022

Farida Hanum Vidyanis


NIM. 185030900111020

iv
RINGKASAN

Farida Hanum Vidyanis, 2022, Kesiapan Sekolah Dalam Menghadapi


Asessmen Kompetensi Minimum (AKM) (Studi Pada SMA Negeri 2 Kota
Blitar). Dosen Pembimbing: Dr. Ainul Hayat S.Pd., M.Si., dan Andy Kurniawan,
S.AP., M.AP.

Asessmen Nasional (AN) merupakan sebuah kebijakan baru pemerintah


sebagai pengganti Ujian Nasional (UN) untuk pemetaan pendidikan yang
didalamnya memuat Asessmen Kompetensi Minimum (AKM), survey karakter,
dan survey lingkungan. AKM menguji kognitif peserta didik dalam hal literasi
numerasi dan literasi membaca. Dikarenakan kebijakan ini merupakan kebijakan
baru dan pelaksanaannya mulai tahun 2021, maka terdapat berbagai kesiapan yang
dalam menghadapi Asessmen Kompetensi Minimum (AKM) diantaranya kesiapan
peserta didik dan kesiapan sekolah dengan melihat berbagai komponen pendidikan.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengetahui kesiapan
sekolah dalam menghadapi Asessmen Kompetensi Minimum (AKM). Selain itu
juga untuk menganalisis dan mengetahui apa sajakah hambatan dalam menghadapi
Asessmen Kompetensi Minimum (AKM). Penelitian ini menggunakan tempat
penelitian di SMA Negeri 2 Kota Blitar dengan beberapa informan.
Jenis penelitian yang digunakan yaitu kualitatif dengan pendekatan
deskriptif untuk menjelaskan kesiapan sekolah dalam menghadapi Asessmen
Kompetensi Minimum (AKM). Peneliti akan mendeskripsikan penelitian yang
akan dilakukan berdasarkan fakta dan hasil penelitian yang telah didapatkan.
Peneliti juga menggunakan data yang didapatkan dari berbagai sumber baik tulis
maupun lisan untuk menganalisa penelitian ini. Analisis data yang digunakan
penulis adalah menggunakan model Miles, Huberman dan Saldana (2014).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesiapan sekolah dalam menghadapi
AKM dapat dikatakan mempunyai kesiapan yang baik dimana dengan melihat
beberapa komponen pendidikan seperti guru (metode pembelajaran), kurikulum,
sarana dan prasarana yang memadai di sekolah. Hambatan-hambatan yang dihadapi
berasal dari internal sekolah maupun eksternal sekolah.
Kata kunci : Kesiapan Sekolah, Asessmen Nasional, Asessmen Kompetensi
Minimum, Literasi

v
SUMMARY

Farida Hanum Vidyanis, 2022, Readiness of School in Facing Minimum


Competency Asessment (AKM) (Study at state hight school 2 Blitar city).
Supervisor: Dr. Ainul Hayat S.Pd., M.Si, Andy Kurniawan S.AP., M.AP

The National Assessment (AN) is a new government policy as a substitute


for the National Examination (UN) for educational mapping which includes
Minimum Competency Assessment (AKM), character surveys, and environmental
surveys. AKM tests students' cognitive in terms of numeracy literacy and reading
literacy. Because this policy is a new policy and its implementation will start in
2021, there are various preparations in facing the Minimum Competency
Assessment (AKM), including student readiness and school readiness by looking at
various components of education.
This study aims: (1) To analyze and determine school readiness in facing
the Minimum Competency Assessment (AKM). (2) To analyze and find out what are
the obstacles in facing the Minimum Competency Assessment (AKM). The type of
research used is qualitative with a descriptive approach to explain school readiness
in facing the Minimum Competency Assessment (AKM).
Researchers will describe the research that will be carried out based on the
facts and research results that have been obtained. Researchers also used data
obtained from various sources, both written and oral, to analyze this research. The
data analysis used by the author is using the Miles, Huberman and Saldana (2014)
model.
The results showed that school readiness in dealing with AKM can be said
to have good readiness by looking at several components of education such as
teachers (learning methods), curriculum, adequate facilities and infrastructure in
schools. The obstacles faced come from internal and external schools.
Keywords: School Readiness, National Assessment, Minimum Competency
Assessment, Literacy

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT karena telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya, sehingga dikesempatan ini peneliti dapat menyelesakan

tugas akhir skripsi dengan judul “Kesiapan Sekolah Dalam Menghadapi Asessmen

Kompetensi Minimum (AKM) (Studi Pada SMA Negeri 2 Kota Blitar)”. Skripsi

ini, peneliti buat sebagai salah satu persyaratan untuk menempuh ujian sarjana pada

Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya Malang. Sebelumnya peneliti

sadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak akan berhasil tanpa adanya

dukungan dari berbaga pihak. Maka dari itu, peneliti menyampakan ucapan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada Yth:

1. Bapak Drs. Andy Fefta Wijaya, MDA., Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu

Administrasi Universitas Brawijaya Malang.

2. Bapak Dr. Fadillah Amin, M.AP., Ph.D selaku Ketua Jurusan Ilmu

Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya

Malang.

3. Bapak Dr. Hermawan, S.IP., M.Si selaku Ketua Program Studi Administrasi

Pendidikan, Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang.

4. Bapak Dr. Ainul Hayat S.Pd., MSi selaku ketua komisi pembimbing skripsi

yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing peneliti, serta

memberikan arahan dan masukan kepada peneliti dalam proses penyusunan

skripsi ini.

5. Bapak Andy Kurniawan, S.AP., M.AP selaku anggota komisi pembimbing

skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing peneliti, serta

vii
memberikan arahan dan masukan kepada peneliti dalam proses penyusunan

skripsi ini.

6. Seluruh dosen pengajar mata kuliah di Fakultas Ilmu Administrasi jurusan

Ilmu Administrasi Publik yang selama perkuliahan telah memberikan

banyak sekali ilmu yang bermanfaat bagi penulis, sehingga dapat

dipergunakan oleh peneliti dimasa akan datang.

7. Bapak Murdiono, S.Pd., M.Pd selaku kepala sekolah SMA Negeri 2 Kota

Blitar yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk

memperbolehkan dilakukannya penelitian sebagai tugas akhir dalam

penyusunan skripsi.

8. Bapak Ibnu selaku wakil kepala sekolah SMA Negeri 2 Kota Blitar yang

telah meluangkan waktunya kepada peneliti untuk membantu dalam proses

penelitian pada skripsi ini.

9. Ibu Widi selaku Waka Kurikulum SMA Negeri 2 Kota Blitar yang

meluangkan waktunya kepada peneliti untuk membantu dalam proses

penelitian pada skripsi ini.

10. Bapak Basuki selaku Waka Sarana dan Prasarana SMA Negeri 2 Kota Blitar

yang meluangkan waktunya kepada peneliti untuk membantu dalam proses

penelitian pada skripsi ini.

11. Ibu Cici, Ibu Eci, Ibu Anis selaku guru pengajar di SMA Negeri 2 Kota

Blitar yang telah meluangkan waktunya kepada peneliti untuk membantu

dalam proses penelitian pada skripsi ini.

viii
12. Sekar dan teman-temannya selaku peserta didik di SMA Negeri 2 Kota

Blitar meluangkan waktunya kepada peneliti untuk membantu dalam proses

penelitian pada skripsi ini.

13. Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan moril maupun materil

kepada penulis dalam proses penyusunan skripsi atau tugas akhir.

14. Kepada keluarga besar penulis yang telah memberikan dukungan, motivasi

dan semangat selama penyusunan skripsi ini.

15. Luluk Laksmana Dipa pasangan yang selalu mendukung dan selalu

membantu peneliti dalam proses penyusunan skripsi.

16. Kepada seluruh pihak yang telah membantu proses penyusunan skripsi yang

tidak sempat peneliti sebutkan satu persatu dikarenakan keterbatasan

penulis.

Penyusunan tugas akhir atau skripsi ini telah disusun dengan sebaik-

baiknya, dan peneliti sadar bahwa masih banyak kekurangan pada peyusunan

skripsi ini, maka kritik dan saran yang bersifat memperbaki dari berbagai pihak

akan sangat berarti kepada peneliti. Dan peneliti berharap skripsi ini dapat

memberikan manfaat kepada pembaca dan diharapkan menambah ilmu

pengetahuan.

Malang, 21 April 2022

peneliti

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN MOTTO ............................................................................................ i


LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN ..................................... Error! Bookmark not defined.
PERNYATAAN ORISINALITAS ...................................................................... iv
RINGKASAN ........................................................................................................ v
SUMMARY ............................................................................................................ vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... x
DAFTAR TABEL................................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 12
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 13
1.4 Kontribusi Penelitian .................................................................................... 13
1.5 Sistematika Penulisan ................................................................................... 15
BAB II .................................................................................................................. 15
TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 15
2.1 Penelitian Terdahulu .................................................................................... 15
2.2 Asessmen / Penilaian ..................................................................................... 23
2.3 Asessmen Nasional ........................................................................................ 24
2.3 Asessmen Kompetensi Minimum (AKM) ................................................... 26
2.4 Kesiapan ......................................................................................................... 30
2.4.1 Indikator Kesiapan .......................................................................................32
2.4.2 Kriteria Kesiapan .........................................................................................33
2.5 Kesiapan Sekolah melaksanakan Asessmen Kompetensi Minimum (AKM)
............................................................................................................................... 35
2.5.1 Kesiapan Peserta Didik................................................................................36
2.5.2 Kesiapan Sekolah .........................................................................................39
2.6 Metode Pembelajaran ................................................................................... 41
2.6.1 Pengertian Metode Pembelajaran ...............................................................41
2.6.2 Macam-Macam Metode Pembelajaran ......................................................42
2.6.3 Manfaat Metode Pembelajaran ...................................................................44
2.7 Kurikulum Pendidikan ................................................................................. 45
2.7.1 Fungsi dan Tujuan Kurikulum ....................................................................46
2.7.2 Manajemen Kurikulum Pendidikan ...........................................................47
2.8 Sarana dan Prasarana Pendidikan .............................................................. 48
BAB III ................................................................................................................. 41
METODE PENELITIAN ................................................................................... 41
3.1 Jenis Penelitian .............................................................................................. 41

x
3.2 Fokus Penelitian ............................................................................................ 42
3.3 Lokasi Penelitian dan Situs Penelitian ........................................................ 43
3.4 Jenis dan Sumber Data ................................................................................. 45
3.5 Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 46
3.6 Instrumen Penelitian..................................................................................... 48
3.7 Teknik Analisis Data ..................................................................................... 48
BAB IV ................................................................................................................. 52
HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................... 52
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian........................................................... 52
4.1.1 Gambaran Umum Kota Blitar .....................................................................52
4.1.2 Gambaran Umum SMA Negeri 2 Kota Blitar ..........................................57
4.2 Penyajian Data .............................................................................................. 65
4.2.1 Kesiapan Peserta Didik dalam Menghadapi AKM ..................................65
4.2.2 Kesiapan Sekolah dalam Menghadapi AKM ............................................71
4.2.3 Hambatan-Hambatan yang dihadapi ..........................................................96
4.3 Analisis dan Pembahasan ........................................................................... 100
4.3.1 Kesiapan Peserta Didik dalam Menghadapi AKM ................................101
4.3.2 Kesiapan Sekolah dalam menghadapi AKM ..........................................107
4.3.3 Hambatan yang dihadapi ...........................................................................119
BAB V ................................................................................................................. 129
KESIMPULAN .................................................................................................. 129
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 129
5.2 Saran............................................................................................................. 133
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 135
LAMPIRAN ....................................................................................................... 139

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ............................................................................. 19


Tabel 2.2 Perbedaan UN dan AKM ...................................................................... 27
Tabel 2.3 Komponen AKM Membaca .................................................................. 28
Tabel 2.5 Komponen AKM Numerasi .................................................................. 29
Tabel 4.1 Jumlah kelas SMA Negeri 2 Kota Blitar .............................................. 52
Tabel 4.2 Jumlah siswa berdasarkan tingkat pendidikan SMA Negeri 2 Kota Blitar
............................................................................................................................... 52
Tabel 4.3 Rekapitulasi data SMA Negeri 2 Kota Blitar........................................ 53
Tabel 4.4 Tingkat kompetensi AKM .................................................................... 64
Tabel 4.5 Arah kebijakan kurikulum pendidikan.................................................. 70
Tabel 4.6 POKJA SMA Negeri Kota Blitar ......................................................... 84
Tabel 4.7 Pengembangan karakter kurikulum ...................................................... 99
Tabel 4.8 Variasi soal AKM ............................................................................... 103
Tabel 4.9 Daftar sarana dan prasarana SMA Negeri 2 Kota Blitar ..................... 106

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Tren Skor PISA Indonesia dari Tahun 2000 Hingga 2018 ............... 2
Gambar 1.2 Skor Kemampuan Pada PISA 2018 .................................................. 3
Gambar 1.3 Disparitas Mutu Antar Jenjang Pendidikan ....................................... 4
Gambar 3.1 Komponen Analisis Data Model Interaktif ....................................... 51
Gambar 4.1 Peta administrative Kota Bltiar ......................................................... 53
Gambar 4.2 Luas wilayah kota Blitar menurut kecamatan dalam km2 ................ 55
Gambar 4.3 Luas wilayah kota Blitar menurut kecamatan dalam persen ............. 55
Gambar 4.4 SMA Negeri 2 Kota Blitar ................................................................ 58
Gambar 4.5 Pojok Baca Kelas .............................................................................. 82
Gambar 4.6 Menu Aplikasi Google Teams........................................................... 84
Gambar 4.7 Diskusi kelas ..................................................................................... 87
Gambar 4.8 Contoh soal AKM Matematika ......................................................... 89
Gambar 4.9 Contoh soal PAT AKM Bahasa Indonesia ....................................... 90
Gambar 4.10 Dokumentasi laboratorium komputer.............................................. 92
Gambar 4.11 Dokumentasi kondisi kelas.............................................................. 93
Gambar 4.12 Taman depan SMA Negeri 2 Kota Blitar ........................................ 95
Gambar 4.17 Gazebo SMA Negeri 2 Kota Blitar ................................................. 96
Gambar 4.18 Analisi data hambatan internal ...................................................... 120
Gambar 4.19 Analisis data hambatan eksternal .................................................. 121

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan digunakan untuk mempersiapkan peserta didik untuk berperan

aktif dan positif dalam kehidupan sekarang dan yang akan datang. Dalam

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk aktif mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa,

dan negara. Potensi diri yang dimaksud adalah kemampuan yang ada dalam diri

sendiri namun belum dilakukan secara maksimal oleh individu tersebut.

Kemampuan atau kompetensi yang dimaksud dimaknai pula sebagai

pengetahuan, keterampuilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam

kebiasaan berfikir, dan bertindak. Secara garis besar, pendidikan merupakan

salah satu aspek penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dalam

pengembangan intelektual, professional dan memainkan peran penting untuk

mendukung kemajuan dan lebih kompetitif secara global. Seyogyanya,

pendidikan harus terus dikembangkan seiring dengan perubahan dan

perkembangan global.

1
Kajian mengenai pendidikan indonesia juga terus digalakkan demi tujuan

pendidikan yang sesuai dengan amanat dalam Pembukaan Undang-Undang

Dasar 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut serta memajukan

kesejahteraan umum. Selain itu, kebijakan pendidikan indonesia dibuat untuk

meningkatkan mutu atau kualitas pendidikan indonesia. Mutu pendidikan dapat

2
2

dikatakan sebagai salah satu pilar dalam pembangunan nasional melalui

pengembangan sumber daya manusia. Pendidikan dan mutu yang berkualitas

dapat diraih melalui sebuah kebijakan pendidikan yang ditetapkan oleh

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia.

Permendiknas Nomor 63 Tahun 2009 mendefinisikan mutu pendidikan

sebagai tingkat kecerdasan kehidupan bangsa yang sesuai dengan tujuan bangsa

dan dapat diraih melalui penerapan sistem atau kebijakan pendidikan indonesia.

Mutu pendidikan dapat dilihat dalam mutu input, mutu proses, dan mutu output.

Pada tahun 2018, Berdasarkan data laporan PISA (Progamme Intenational

Student Asessment) sebagai lembaga yang digagas oleh negara-negara yang

tergabung dalam OECD (Organization for Economic Cooperation and

Development), mengumumkan bahwa hasil pemeringkatan dan skor pendidikan

indonesia relatif turun di semua bidang. Secara berkala, PISA juga melakukan

pemeringkatan pendidikan dunia sesuai dengan indikator tertentu yaitu

kemampuan membaca (literasi), kemampuan matematika (numerasi) dan

kemampuan sains.
3

Gambar 1.1 Tren Skor PISA Indonesia dari Tahun 2000 Hingga 2018
Sumber: Pusat Penilaian Pendidikan Balitbang Kemendikbud

Berdasarkan gambar tersebut dapat diketahui bahwa tren nilai PISA

indonesia menunjukkan peningkatan sejak tahun 2000 hingga 2018, dengan

peningkatan tipis pada membaca dan sains, dan peningkatan lebih tajam di bidang

matematika. Meski tren sepanjang periode naik, pada PISA 2018 skor indonesia

relatif turun di semua bidang. Penurunan paling tajam terjadi di bidang membaca.

Hasil PISA 2018 di dalam laporan ini menjabarkan data dan bukti yang dapat

dijadikan acuan bagi para pembuat kebijakan dalam memutuskan bagaimana

memperbaiki kualitas sistem pendidikan di indonesia, dan pada akhirnya menjamin

pendidikan yang inklusif dan setara, serta mempromosikan pendidikan sepanjang

hayat untuk semua. Dengan demikian para siswa dapat memperoleh keterampilan

yang dibutuhkan untuk meraih kesuksesan di masa mendatang sebagaimana

ditetapkan dalam tujuan keempat SDGs (United Nations, 2017b).


4

Gambar 2.2 Skor Kemampuan pada PISA 2018


Sumber: Pusat Penilaian Pendidikan Balitbang Kemendikbud

Pada PISA 2018 dapat diketahui bahwa hasil dari skor membaca dan

matematika yang masing-masing diketahui masih berada pada level di bawah

kompetensi minimal. Skor PISA pada kategori membaca yakni 70% berada di

bawah kompetensi minimum. Sedangkan kategori matematika yaitu 71% berada di

bawah kompetensi minimum. Sedangkan skor pada kategori sains berada pada 60%

di bawah kompetensi minimum. Hasil pemeringkatan pendidikan dan skor PISA

Indonesia dari tahun ke tahun belum menunjukkan peningkatan yang signifikan.

Hal ini mengakibatkan sistem pendidikan Indonesia dipandang rendah dan belum

setara dengan negara-negara lainnya yang tergabung dalam pemeringkatan PISA

dan OECD. Hasil asessmen inilah yang menjadi pusat perhatian publik termasuk

dalam kategori literasi membaca dan matematika. Deretan raport merah yang

dihasilkan membuat tekanan publik semakin tinggi. Maka dari itu, indonesia perlu

mengubah atau memperbaiki kebijakan pendidikan dengan asumsi bahwa kualitas

pendidikan akan setara dengan hasil penilaian PISA dalam melakukan


5

pemeringkatan pendidikan dunia. Selain itu, adanya disparitas mutu antar jenjang

pendidikan pendidikan, sebagaimana dalam gambar berikut.

Gambar 3.3 Disparitas mutu antar jenjang pendidikan


Sumber: Pusat Penilaian Pendidikan Balitbang Kemendikbud

Dari gambar tersebut dapat diketahui adanya disparitas atau kesenjangan

mutu antar jenjang pendidikan di Indonesia pada kategori membaca PISA tahun

2018. Rencana strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang terkait

target SDGs pendidikan ini adalah: 1) penguatan peran siswa tenaga kependidikan,

orang tua dan aparatur institusi pendidikan dalam ekosistem pendidikan; 2)

peningkatan akses pendidikan; 3) peningkatan mutu dan relevansi pembelajaran

yang berorientasi pada pembentukan karakter; 4) peningkatan sistem tata kelola

yang transparan dan akuntabel dengan melibatkan publik (Permendikbud No. 12

tahun 2018). Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia Nadiem Makariem

meluncurkan berbagai inovasi dan kebijakan-kebijakan baru sebagai upaya dalam


6

peningkatan mutu pembelajaran dan pendidikan indonesia. Kebijakan pendidikan

tersebut adalah merdeka belajar. Dalam pokok-pokok kebijakan merdeka belajar

terdiri dari Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN), Ujian Nasional (UN),

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Peraturan Penerimaan Peserta

Didik Baru (PPDB) Zonasi. Namun dalam penelitian ini, peneliti berfokus pada

Ujian Nasional dengan arah kebijakan baru yaitu UN akan dilaksanakan terakhir

kalinya pada tahun 2020 dan berganti menjadi Asessmen Nasional.

Asessmen (penilaian) merupakan suatu proses dalam mendapatkan

informasi yang digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan mengenai peserta

didik untuk mengetahui komopetensi siswa sebelum dan setelah pembelajaran,

memudahkan guru untuk melakukan umpan balik (feedback) agar dapat

memperbaiki perangkat pembelajaran yang meliputi metode pembelajaran,

kegiatan dan sumber) melalui kebijakan-kebijakan pendidikan (Hamzah, 2014).

Sedangkan Suwandi (2010) mengemukakan bahwa penilaian adalah suatu proses

untuk mengetahui apakah proses dan hasil dari suatu program kegiatan telah sesuai

dengan tujuan atau kriteria yang telah ditetapkan. Sedangkan evaluasi merupakan

penilaian keseluruhan program pendidikan termasuk perencanaan suatu program

substansi pendidikan termasuk kurikulum dan penilaian, pelaksanaanya, pengadaan

dan peningkatan, kemampuan guru, pengelolaan pendidikan, dan reformasi

pendidikan secara keseluruhan. Untuk melihat apakah suatu program atau

kebijakan yang direnanakan telah tercapai atau belum, maka perlu dilakukan

evaluasi. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa asessmen

merupakan bagian dari evaluasi dimana evaluasi kebijakan-kebijakan perlu


7

dilakukan secara komprehensif agar kebijakan tersebut dapat tercapai sesuai dengan

tujuan dibuatkannya.

Kebijakan mengenai asessmen nasional (AN) tersebut telah dirancang pada

tahun 2019, namun dalam pelaksanaannya itu mulai tahun 2021 ini sebagai

pengganti dari Ujian Nasional (UN) yang dianggap hanya menilai peserta didik dan

cenderung menguji penguasaan konten dan bukan kompetensi penalaran.

Menurutnya, ujian nasional tidak efektif lagi untuk dijalankan sebagai indikator

keberhasilan studi peserta didik sebagai individu. Dari hal tersebut dapat dilihat

bahwa fenomena yang terjadi saat ini banyak peserta didik, guru, dan orang tua

menuai pro dan kontra terkait diselenggarakannya ujian nasional terutama di

pendidikan menengah atas. Asessmen nasional inilah yang digunakan untuk

pemetaan mutu pendidikan di seluruh sekolah, madrasah, dan program kesetaraan

jenjang dasar dan menengah. Asessmen nasional dalam mengukur mutu

menggunakan Asessmen Kompetensi Minimum (AKM), survey karakter, dan

survey lingkungan belajar. Hal tersebut telah tertuang dalam Peraturan Menteri

Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 17 Tahun 2021 tentang

Asessmen Nasional. Namun dalam penelitian ini, peneliti terfokus pada Asessmen

Kompetensi Minimum (AKM).

Secara teoritik, kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan tersebut memiliki

beberapa komponen dan kegiatan-kegiatan didalamnya. Kebijakan-kebijakan

tersebut juga akan menjawab permasalahan publik dengan disertai alasan pada

bagaimana, mengapa, dan kapan kebijakan tersebut akan dibuat serta sasarannya

untuk siapa saja. Dalam Kebijakan tentunya memiliki tujuan akhir yang ingin
8

dicapai, baik tujuan dalam skala nasional maupun dalam memenuhi visi, misi dan

tujuan dari lembaga sekolah yang dibarengi dengan berbagai program-program

yang dapat mendukung keberlangsungan dan ketercapaian kebijakan AKM

tersebut. Setiap pengambilan keputusan dalam penetapan kebijakan-kebijakan

publik juga memperhitungkan efek atau dampak yang ditimbulkan dari adanya

kebijakan tersebut melalui pelaksanaan kebijakan. Tanpa adanya pelaksanaan

kebijakan, tidak akan diketahui adanya efek atau dampak yang ditimbulkan yang

digunakan sebagai monitoring dan evaluasi kebijakan.

Dalam keberhasilan kebijakan AKM yang mengukur kemampuan literasi

membaca dan numerasi peserta didik juga terdapat faktor yang mempengaruhinya.

Faktor-faktor tersebut diantaranya faktor fisiologis, psikologis, lingkungan dan

instrumental. Faktor fisiologis dan psikologis berasal dari faktor internal peserta

didik, sedangkan faktor instrumental dan lingkungan berasal dari faktor eskternal

peserta didik. Kesiapan-kesiapan tersebut meliputi kesiapan peserta didik dengan

faktor fisiologis dan psikologis peserta didik. Serta kesiapan sekolah meliputi

kesiapan guru dengan faktor instrumental dan lingkungan. Pemahaman aspek-aspek

yang dapat mempengaruhi hasil dari Asessmen Kompetensi Minimum (AKM)

dapat berjalan maksimal salah satunya dipengaruhi oleh faktor instrumental yang

meliputi guru (metode pembelajaran yang efektif), manajemen kurikulum, sarana

dan prasarana yang memadai dalam penunjang kegiatan belajar mengajar. Hal

tersebut terbukti telah berhasil dalam meningkatkan kemampuan membaca,

matematika, dan sains peserta didik di Indonesia dalam lima tahun terakhir. Dalam

proses pemenuhannya, pihak sekolah penyelenggara dapat melakukan berbagai


9

kesiapan dari mulai pengadaan atau pemanfaaatan sarana dan prasarana yang sudah

ada di sekolah sebagai penunjang dalam proses pembelajaran dan sebagai

keberlangsungan kebijakan ini. Kesiapan sekolah dari mulai tenaga pendidik dan

kependidikannya sampai pada peserta didiknya melalui manajemen atau tata kelola

pendidikan.

Menurut Haditno (2004), kesiapan sekolah yaitu kondisi yang berawal dari

suatu kegiatan tertentu yang dimana berupa suatu perencanaan agar proses

pembelajaran di sekolah berjalan dengan baik, karena sekolah termasuk bagian

penting dalam proses pendidikan, dan sekolah menjadi bagian yang paling utama

dalam proses membuat keputusan. Kesiapan sekolah juga sangat penting untuk

seseorang sebelum menerima materi pelajaran di lingkungan pendidikan. Karena

jika kesiapan sekolahnya baik maka akan menjadi lebih mudah untuk siswa dalam

menerima serta memahami pelajaran (New & Cochran, 2007). Kesiapan sekolah

memiliki ikatan timbal balik dengan keberhasilan peserta didik melalui aspek

perkembangan pembelajaran di kelas dan sekolah adalah organisme yang memiliki

unsur-unsur keberadaanya.

Pada kenyataanya, masih terdapat beberapa sekolah di Indonesia dalam

melaksanakan AKM dengan menumpang di sekolah lain karena keterbatasan sarana

dan prasarana pendidikannya. Hal tersebut sudah tertuang dalam peraturan

perundang-undangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia.

Dibarengi hal tersebut, juga ditemukannya bahwa sekolah sudah melakukan

berbagai kesiapan-kesiapan dalam menghadapi atau melaksanakan asessmen ini.

Walaupun dapat dikatakan sudah siap, namun masih ada beberapa hal yang perlu
10

ditindaklanjuti lagi seperti sosialisasi yang diberikan, pelatihan atau workshop guru

dan bedah soal dalam ujian tersebut. walaupun sosialisasi telah dilaksanakan,

namun sosialisasi tersebut dikatakan kurang sedini mungkin yang bersifat

mendadak dan kurang persiapan, pelatihan-pelatihan bagi guru dalam memahami

substansi soal-soal HOTS (Higher Order Thinking Skills) pada AKM, sarana dan

prasarana serta kesiapan sekolah secara umum dalam melaksanakan Asessmen

Kompetensi Minimum (AKM) ini. Keberhasilan studi peserta didik dalam hal

Asessmen Kompetensi Minimum (AKM) belum dapat diketahui hasilnya dan AKM

akan mengukur mutu atau kualitas dari sekolah tersebut. Hal ini juga dibantu dan

dikoordinir melalui Cabang Dinas Pendidikan wilayah Blitar dimana cabang dinas

tersebut adalah menaungi pendidikan menengah atas di wilayah Blitar.

Asessmen ini telah dilaksanakan secara bertahap dari jenjang Sekolah

Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas. Jika dilihat dari

pelaksanaan yang dilakukan secara bertahap maka telah terjadi interaksi antara

pembuat kebijakan dengan warga negara khususnya peserta didik. Sehingga

interaksi tersebut memperoleh umpan balik yang digunakan untuk

menyempurnakan kebijakan asessmen nasional ini. Mayoritas daerah telah

menerapkan kebijakan tersebut, salah satunya yaitu Kota Bitar. Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) Kota Blitar pada tahun 2020 mencapai 78,57. Rata-

Rata Lama Sekolah (RLS) mencapai angka 10,11 dan Harapan Lama Sekolah

(HLS) mencapai angka 14,32. Kota Blitar dengan Kota yang tidak terlalu luas dan

memperhatikan dengan baik pada aspek pendidikan dimana terdapat 4 sekolah

menengah atas negeri didalamnya. SMA Negeri 2 Kota Blitar merupakan salah satu
11

sekolah yang telah menerapkan kebijakan asessmen kompetensi minimum di Kota

Blitar. SMA Negeri 2 Kota Blitar adalah sekolah pilihan dan satu-satunya

pendidikan menengah atas di Kecamatan Kepanjen Kidul yang memiliki kenaikan

jumlah peminat dari tahun ke tahun. Berbagai fasilitas yang memadai dan berbagai

kejuaraan yang telah diraih oleh siswa tersebut, ditambah dengan jumlah kelulusan

di SMA Negeri 2 Kota Blitar yang mencapai angka 100% dengan prestasi yang

membanggakan memperlihatkan bahwasanya SMA Negeri 2 Kota Blitar

merupakan sekolah dengan tingkat akademis yang baik dan berakreditas A

(sman2blitar.sch.id). Berdasarkan hasil pra penelitian ketika kebijakan mengenai

asessmen kompetensi minimum diberlakukan, dalam penerapannya SMA Negeri 2

Kota Blitar dapat dikatakan melakukannya dengan baik, baik pendidik dan

kependidikannya maupun peserta didiknya walaupun masih terdapat ketidaksiapan

sekolah. Fenomena ini menunjukkan bahwa perlu dilakukan sosialisasi secara

intensif di tiap sekolah terutama pendidik dan kependidikan serta peserta didik,

disamping itu terdapat permasalahan baru yang muncul akibat dari dampak

asessmen kompetensi minimum yaitu masih banyaknya peserta didik yang belum

siap dengan adanya asessmen ini dikarenakan bentuk soal mengarah kepada soal-

soal HOTS dan pemilihan sampel peserta didik juga dipilih secara acak oleh pusat.

Selain itu, SMA Negeri 2 Kota Blitar dalam program Gerakan Literasi Sekolah

(GLS) terlihat kurang berjalan dengan semestinya akibat adanya pandemi covid-19

di Indonesia yang juga berdampak pada sektor pendidikan. Dengan adanya pandemi

tersebut mengharuskan peserta didik harus belajar secara tatap muka terbatas.
12

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk

meneliti lebih lanjut mengenai kesiapan sekolah dalam penerapan asessmen

kompetensi minimum (AKM) di SMA Negeri 2 Kota Blitar. Penelitian ini penting

untuk dikaji mengingat Asessmen Nasional merupakan kebijakan baru yang

dilaksanakan pada tahun 2021 untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan

pendidikan yang dapat bersaing dengan negara-negara lainnya serta berkontribusi

aktif dan positif di masyarakat. Namun dalam penelitian ini, peneliti terfokus pada

Asessmen Kompetensi Minimum (AKM) tentang literasi membaca dan literasi

numerasi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi, kritik, dan

rekomendasi kepada para pembuat dan pelaksana kebijakan asessmen untuk

menjalankan kebijakan dengan tepat. Sehingga tujuan utama perumusan kebijakan

yakni untuk meningkatkan kualitas dan pemerataan pendidikan dapat dilaksanakan

dengan maksimal. Maka dari itu, peneliti tertarik untuk meneliti lebih dalam

mengenai asessmen kompetensi minimum dengan tujuannya untuk melihat sejauh

mana kesiapan sekolah dalam penerapan asessmen kompetensi minimum melalui

penelitian yang berjudul “Kesiapan Sekolah dalam Menghadapi Asessmen

Kompetensi Minimum (AKM) (Studi pada SMA Negeri 2 Kota Blitar)”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan, maka peneliti

merumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:


13

1. Bagaimanakah kesiapan sekolah dalam menghadapi asessmen kompetensi

Minimum (AKM) di SMA Negeri 2 Kota Blitar?

2. Hambatan apa sajakah yang dihadapi oleh SMA Negeri 2 Kota Blitar dalam

menghadapi asessmen kompetensi minimum (AKM)?

1.3 Tujuan Penelitian

Pada hakekatnya, tujuan penelitian tersebut adalah mengapa penelitian itu

dilakukan dan diperdalam lebih lanjut dimana harus sesuai dengan rumusan

masalah. Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah disusun,

maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisis dan mengetahui kesiapan sekolah dalam menghadapi

Asessmen Kompetensi Minimum (AKM) di SMA Negeri 2 Kota Blitar

melalui komponen-komponen pendidikan.

2. Untuk menganalisis dan mengetahui hambatan-hambatan apa sajakah yang

dihadapi oleh SMA Negeri 2 Kota Blitar dalam menghadapi asessmen

kompetensi minimum (AKM).

1.4 Kontribusi Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi beberapa pihak,

antara lain adalah sebagai berikut:

1. Kontribusi Teoritis
14

a. Sebagai bahan masukan untuk pengembangan Ilmu Administrasi

Pendidikan, terutama berkaitan dengan kesiapan sekolah dalam

menghadapi Asessmen Kompetensi Minimum (AKM) dan memperkaya

pengetahuan tentang konsep Asessmen Kompetensi Minimum (AKM).

b. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan akan memberikan

pembanding bagi penelitian-penelitian yang telah ada sebelumnya dan

memberikan masukan bagi penelitian yang dilakukan dimasa yang akan

datang dengan topik yang serupa.

2. Kontribusi Praktis

a. Bagi peneliti

Menambah wawasan teoritis maupun praktis peneliti terkait bagaimana

kesiapan sekolah dalam penerapan asessmen kompetensi minimum

(AKM) di SMA Negeri 2 Kota Blitar dan untuk memenuhi tugas akhir

dalam menempuh pendidikan Srata-1.

b. Bagi Instansi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan serta sarana

kesiapan sekolah dalam penerapan Asessmen Kompetensi Minimum

(AKM) di SMA Negeri 2 Kota Blitar.

c. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah sumber informasi dan

pengetahuan serta wawasan bagi masyarakat umum terkait asessmen

kompetensi minimum (AKM).


15

1.5 Sistematika Penulisan

Dalam rangka mempermudah pembaca untuk memahami isi skripsi secara

keseluruhan dan mendapat susunan yang logis serta sistematis dalam penulisan,

maka peneliti mengacu pada buku pedoman penulisan skripsi program sarjana

(S1) Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya. Laporan skripsi ini terbagi

dalam 5 bab, dimana masing-masing bab saling terkait satu sama lain. Adapun

mengenai sistematika penulisan dalam skripsi ini diuraikan sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini dijelaskan mengenai latar belakang dari penelitian yang

membahas terkait kesiapan sekolah dalam menghadapi Asessmen

Kompetensi Minimum (AKM). Dalam bab ini juga memaparkan rumusan

masalah sebagai batasan penelitian, kemudian menjelaskan terkait dengan

tujuan penelitian, kontribusi penelitian baik secara akademis maupun

praktis dan sistematika kepenulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini merupakan pemaparan dan uraian teori dan penelitian-penelitian

terdahulu sebagai landasan yang digunakan peneliti untuk menyusun

penelitian ini. Dengan menguraikan teori-teori yang berkaitan dengan topik

pembahasan, diharapkan dapat memudahkan peneliti dalam menganalisis

dan mendeskripsikan penelitian yang dilakukan.

BAB III : METODE PENELITIAN


16

Pada bab ini metode penelitian apa yang akan digunakan dalam melakukan

penelitian ini. Metode penelitian terdiri dari: jenis penelitian, fokus

penelitian, lokasi dan situs penelitian, jenis dan sumber data, Teknik

pengumpulan data serta Teknik analisis data yang nantinya akan digunakan

dalam pembahasan dari hasil yang terdapat di lapangan.

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini membahas mengenai hasil penelitian di lapangan serta menyajikan

data primer dan data sekunder yang telah terhimpun oleh penelitian pada

saat terjun ke lapangan. Penyajian data mengacu pada rumusan masalah dan

sesuai dengan fokus penelitian

BAB V : PENUTUP

Pada bab ini membahas kesimpulan dari penyajian data serta analisis

berdasarkan kajian teoritik, empirik dan normatif. Kesimpulan yang tertera

pada bab ini merupakan akumulasi dari proses analisis berdasarkan fokus

penelitian serta saran dan masukan yang bersifat konstruktif berdasarkan

permasalahan empiris yang ada di lapangan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terkait asessmen kompetensi minimum dilakukan dengan tujuan

untuk mengetahui bagaimana kebijakan tersebut dilaksanakan dan bagaimana

kesiapan sekolah dalam penerapannya. Berikut adalah penjelasan mengenai

penelitian-penelitian terdahulu yang digunakan oleh peneliti dalam melakukan

perbandingan dan rujukan adalah sebagai berikut:

1. Analisis Kebijakan Implementasi Asessmen Kompetensi Minimum

Sebagai Upaya Peningkatan Literasi Membaca Peserta Didik di

Sekolah.

Pada penelitian pertama yang dilakukan oleh Ma’mum Zahrudin,

Shalahudin Ismail, Qiqi Yuliati Zakiah pada tahun 2019 dengan judul

“Analisis Kebijakan Implementasi Asessmen Kompetensi Minimum

Sebagai Upaya Peningkatan Literasi Membaca Peserta Didik di

Sekolah” yang bertujuan untuk menganalisis kebijakan implementasi

asessmen kompetensi minimum (AKM) dalam meningkatkan sebagai

upaya peningkatan literasi membaca peserta didik di sekolah.

Perbedaanya terletak pada metode penelitian, fokus, dan lokasi

penelitian, dimana penelitian ini menggunakan metode literature review

dengan pendekatan kualitatif. Selain itu penelitian ini berfokus pada

15
16

analisis kebijakan AKM, strategi yang digunakan dalam pembelajaran

AKM, dan memberikan gambaran umum terkait konsep AKM.

2. Implementasi Kebijakan Sekolah Dasar dalam menghadapi

Asessmen Kompetensi Minimum

Pada penelitian kedua yang dilakukan oleh Nur Imam, Nasir Umam, dan

bahrun pada tahun 2020 dengan judul “ Implementasi Kebijakan

Sekolah Dasar dalam menghadapi Asessmen Kompetensi Minimum”

yang bertujuan untuk mengetahui tentang implementasi kebijakan

sekolah dalam mempersiapkan siswa menghadapi asessmen kompetensi

minimum di sekolah dasar. Adapun perbedaannya terletak pada fokus

dan lokasi penelitian, dimana penelitian ini berfokus pada memberikan

gambaran secara umum terkait AKM dan faktor pendukung dalam

kebijakan tersebut yang berlokasi di Sekolah Dasar Negeri 1 Peuken

Pidie.

3. Pengembangan Kemampuan Guru Ekonomi di Kediri melalui

Kegiatan Pelatihan Asessmen Kompetensi Minimum (AKM)

Pada penelitian ketiga yang dilakukan oleh M. Anas, Mochamad

Muchson, Sugiono, dan Rr. Forijati pada tahun 2021 dengan judul

“Pengembangan Kemampuan Guru Ekonomi di Kediri melalui

Kegiatan Pelatihan Asessmen Kompetensi Minimum (AKM)” yang

bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang ada

pada guru ekonomi di Kediri dalam pelaksanaan asessmen kompetensi

minimum. Perbedaanya terletak pada fokus, metode dan lokasi


17

penelitian, dimana penelitian ini dilaksanakan dengan pengisian

kuisioner pelatihan yang diselengarakan dan mengevaluasi peningkatan

kemampuan guru.

4. Analisis Kesiapan Peserta Didik dan Guru pada Asessmen Nasional

(Asessmen Kompetensi Minimum, Survey Karakter, dan Survey

Lingkungan Belajar)

Pada penelitian keempat yang dilakukan oleh Deni Ainur Rokhim, Binti

Nuriyanti Rahayu, Laila Nur Alifah, Ristiwi Peni, Babang Wahyudi,

Sutomo dan Hayuni Setno Widarti dengan judul “Analisis Kesiapan

Peserta Didik dan Guru pada Asessmen Nasional (Asessmen

Kompetensi Minimum, Survey Karakter, dan Survey Lingkungan

Belajar)” yang bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis kesiapan

guru dan peserta didik dalam asessmen nasional. Adapun perbedaanya

terletak pada metode penelitian, fokus, dan lokasi penelitian. Metode

dalam penelitian ini menggunakan metode survey melalui penyebaran

angket google form. Fokus penelitiannya adalah berfokus hasil kuisioner

yang berkaitan dengan kesiapan guru dan peserta didik dalam kebijakan

ini dan berlokasi pada Sekolah Menengah Atas di Jawa Timur.

5. Konsep Asessmen Kompetensi Minimum untuk Meningkatkan

Kemampuan Literasi Numerasi Siswa Sekolah Dasar

Pada penelitian kelima yang dilakukan oleh Dhina Cahya Rohim,

Septina Rahmawati, dan Inggrid Dyah Ganestri pada tahun 2021 dengan

judul “Konsep Asessmen Kompetensi Minimum untuk Meningkatkan


18

Kemampuan Literasi Numerasi Siswa Sekolah Dasar” yang bertujuan

untuk memberikan pengetahuan tentang konsep asessmen kompetensi

minimum (AKM) guna meningkatkan kemampuan literasi nuerasi siswa

di sekolah dasar. Adapun perbedaanya terletak pada metode penelitian,

dan fokus penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini

adalah literature review atau studi kepustakaan. Fokus dari penelitian ini

adalah hanya berfokus dalam memberikan gambaran secara umum

mengenai kebijakan tersebut.

6. Implementasi Kebijakan Asessmen Kemampuan Minimum

(AKM): Analisis Implementasi Kebijakan AKM)

Pada penelitian keenam yang dilakukan oleh Heti Aisah, Qiqi yulianti

Zaqiah dan A. Supiana pada tahun 2021 dengan judul “Implementasi

Kebijakan Asessmen Kemampuan Minimum (AKM): Analisis

Implementasi Kebijakan AKM)” yang bertujuan untuk menganalisis

kebijakan AKM yang saat ini dilakukan dengan menggunakan teori

implementasi. Adapun perbedaanya yaitu terletak pada fokus dan lokasi

penelitian, dimana penelitian ini berfokus menganalisis pelaksanaan dari

kebijakan AKM dengan menggunakan teori-teori implementasi.

Berdasarkan uraian diatas mengenai penelitian terdahulu, tentunya terdapat

poin perbedaan dan persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti.

Perbedaannya terletak pada lokasi penelitian, fokus penelitian dan metode

penelitan. Dimana yang dilakukan peneliti lebih mengkaji terkait kesiapan sekolah

dalam menghadapi asessmen kompetensi minimum dengan melihat kesiapan


19

peserta didik dengan faktor fisiologis dan faktor psikologis dan kesiapan sekolah

dari komponen pendidikan seperti guru (metode pembelajaran), kurikulum, sarana

dan prasarana pendidikan di sekolah serta faktor lingkungannya. Selain itu, juga

mengidentifikasi hambatan atau tantangan apa sajakah yang dihadapi oleh sekolah

dalam menghadapi asessmen kompetensi minimum. Lokasi penelitiannya yaitu di

SMA Negeri 2 Kota Blitar dan Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Blitar sebagai

penunjang data dimana cabang dinas tersebut menaungi di bidang pendidikan

menegah atas wilayah Blitar. Metode penelitian yang digunakan adalah metode

deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Adapun persamaan dari penelitian tersebut

yaitu peneliti terdahulu sama-sama meneliti terkait dengan Asessmen Kompetensi

Minimum (AKM) yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai upaya peningkatan dan

pemetaan mutu pendidikan di Indonesia.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu


No. Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
Terdahulu
1.  Judul  Jenis Penelitian Hasil dari asessmen
Analisis Kebijakan Literatur Review kompetensi minimum
Implementasi dapat menjadi
Asessmen gambaran guru
Kompetensi  Pendekatan mengenai takaran
Minimum Sebagai Penelitian yang tepat untuk
Upaya Peningkatan Kualitatif setiap teaching at the
Literasi Membaca right level, srategi,
Peserta Didik di tugas atau
Sekolah (Jurnal) pembelajaran
disesuaikan dengan
 Peneliti dan tahun kondisi murid.
Ma’mum Zahrudin,
Shalahudin Ismail,
dan Qiqi yuliati
Zakiah (2019)
20

2.  Judul  Jenis penelitian Hasil yang diperoleh


Implementasi Deskriptif dalam penelitian ini
Kebijakan Sekolah menunjukkan bahwa
Dasar dalam implementasi
Menghadapi  Pendekatan asessmen kompetensi
Asessmen penelitian berupa buku
Kompetensi Kualitatif penunjang dan
Minimum (Jurnal) penambahan jam
belajar siswa dengan
 Peneliti dan Tahun faktor pendukungnya
Nur Imam, Nasir adalah dukungan dan
Umam, dan Bahrun sikap proaktif kepala
(2020) sekolah dan
tersedianya buku
penunjang bagi guru
dan siswa.
3.  Judul  Jenis penelitian  Hasil
Pengembangan survey menunjukkan
Kemampuan Guru bahwa terdapat
Ekonomi di Kediri permasalahan
melalui Kegiatan  Pendekatan bahwa guru-guru
Pelatihan Asessmen penelitian ekonomi di
Kompetensi kuantitatif Kabupaten dan
Minimum (AKM) Kota Kediri: 1)
(Jurnal) belum memahami
konsep AKM, baik
 Peneliti dan tahun AKM AN maupun
M. Anas, Mochamad AKM Kelas; 2)
Muchson, Sugiono, belum memiliki
dan Rr. Forijati (2021) kemampuan yang
memadai dalam
pengembangan
AKM yang
meliputi AKM
literasi dan
numerasi, survey
karakter, dan
survey lingkungan
belajar; 3) belum
memiliki
21

kemampuan yang
memadai dalam
pengembangan
soal-soal HOTS.
 Guna
meningkatkan
kemampuan guru
dalam AKM
dilaksanakan
pelatihan seperti;
1) pengembangan
materi AKM; 2)
pengembangan
materi AKM
kelas; 3)
pengembangan
instrument survey
karakter; 4)
pengembangan
instrument survey
lingkungan
belajar; dan 5)
penyusunan soal-
soal HOTS
4.  Judul  Jenis Penelitian Menunjukkan bahwa
Analisis Kesiapan Metode survey 46% peserta didik
Peserta Didik dan memahami mengenai
guru pada Asessmen asessmen nasional dan
Nasional (Asessmen  Pendekatan 53,2% peserta didik
Kompetensi penelitian belum memahami.
Minimum, Survey Kuantitatif Serta 755 guru
Karakter, dan Survey memahami asessmen
Lingkungan belajar) nasional dan 25%
(Jurnal) lainnya belum
memahami.
 Peneliti dan tahun
Deni Ainur Rokhim,
Binti Nuriyati
Rahayu, Laila Nur
Alifah, Ristiwi Peni,
22

babang Wahyudi,
Sutomo, dan Hayuni
Setno Widarti (2021)
5.  Judul  Jenis Penelitian Hasil penelitian
Konsep Asessmen Literatur review menunjukkan bahwa
Kompetensi asessmen
Minimum untuk dilaksanakan bukan
Meningkatkan  Pendekatan berdasar pada
Kemampuan Literasi penelitian kemampuan
Numerasi Siswa Kualitatif menguasai materi
Sekolah Dasar sesuai kurikulum ujian
(Jurnal) nasional, tetapi
dirancang untuk
 Peneliti dan tahun memetakan dan
Dhina Cahya Rohim, memperbaiki kualitas
Septina Rahmawati, pendidikan secara
dan Inggrid Dyah menyeluruh.
Ganestri (2021) Asessmen kompetensi
minimum (AKM)
berfokus pada
penguasaan
kompetensi literasi
dan numerasi yang
akan diukur.
6.  Judul  Jenis penelitian Hasil analisis
Implementasi Deskriptif menunjukkan bahwa
Kebijakan Asessmen kemendikbud sudah
kemampuan berhasil
Minimum (AKM):  Pendekatan mengimplementasikan
Analisis Implementasi penelitian sosialisasi kebijakan
Kebijakan AKM Kualitatif AKM terbukti dengan
(Jurnal) kebijakan ini sudah
mampu diterima oleh
 Peneliti dan tahun semua pihak,
Heti Aisah, Qiqi termasuk orangtua
yulianti Zaqiah, dan siswa. Keberhasilan
A. Supiana (2021) sosialisasi
implementasi
kebijakan akan
berhasil jika diawali
23

dengan komunikasi
dalam benuk
sosialisasi yang
melibatkan semua
pihak, dan dikelola
secara matang dan
penuh perencanaan.
Sumber: Hasil Olahan penulis, 2021

2.2 Asessmen / Penilaian

Asessmen adalah proses dalam pengumpulan data terkait perkembangan

belajar peserta didik (Gloria, 2012). Asessmen juga dapat sebagai penilaian

proses, perkembangan, serta hasil belajar peserta didik (Wulan, 2007).

Sedangkan menurut Suchman (1961) asessmen adalah sebuah proses dalam

menentukan hasil yang telah dicapai dengan beberapa kegiatan yang telah

direncanakan untuk mendukung tercapainya tujuan. Dengan adanya asessmen

terdapat kegiatan sebagai proses sistematik pengumpulan, penganalisaan, dan

penafsiran informasi untuk menentukan sejauh mana siswa mencapai tujuan.

(gronlund (1984) dalam Asep Jihad dan Abdul Haris). Berdasarkan pengertian

asessmen tersebut, dapat disimpulkan bahwa asessmen merupakan upaya dalam

mendapatkan hasil pembelajaran untuk mengetahui seberapa baik kinerja

peserta didik di kelas dalam capaian pembelajaran tertentu.

Terdapat beberapa langkah dalam melakukan asessmen yaitu dengan (1)

perencanaan awal, dimana perencanaan tersebut harus dilakukan dengan

matang agar seluruh tindakan atau kegiatan nantinya bisa dijalankan sesuai

dengan apa yang perlu dilakukan penetapan tujuan atau fokus. (2) proses

pelaksanaan dimana dilaksanakan untuk menggenapu seluruh hal yang telah


24

direncanakan. (3) analisis data, dalam hal ini data yang dimaksud adalah data

yang diperoleh melalui instrumen yang digunakan untuk melakukan penilaian

atau asessmen. Instrumen tentunya digunakan dalam proses pengambilan data.

Dalam asessmen ini dapat dibedakan menjadi dua bentuk yakni asessmen

formatif dengan tujuan untuk menjamin akuntabilitas proses pembelajaran.

Serta asessmen sumatif yang bertujuan untuk mengukur ketercapaian peserta

didik dan mengevaluasi efektifitas srategi pembelajaran yang digunakan guru.

Selain itu, asessmen juga dibedakan asessmen tradisional yang meliputi tes

benar-salah, pilihan ganda, dan jawaban terbatas. Serta asessmen alternatif yang

meliputi soal uraian, penilaian praktek, proyek, kuisioner, daftar cek, penilaian

teman, penilaian diri, portofolio, observasi, diskusi, dan wawancara. Asessmen

ini diselenggarakan dengan tujuan untuk mendeskripsikan keberhasilan

kompetensi peserta didik, mendeskripsikan proses pembelajaran, menentukan

tindak lanjut hasil penelitian, sebagai bentuk pertanggungjawaban sekolah

kepada orang tua, masyarakat dan pemerintah, serta sebagai bahan untuk

perbaikan proses kegiatan belajar mengajar di sekolah.

2.3 Asessmen Nasional

Menteri Pendidikan dan Kebudyaan Indonesia membuat kebijakan-

kebijakan baru terkait dengan pendidikan, kebijakan tersebut salah satunya

yaitu asessmen nasional. Asessmen nasional merupakan alat evaluasi yang

digunakan dalam menilai hasil peserta didik dan sebagai pengganti dari ujian

nasional yang dianggap hanya menilai hasil peserta didik dalam aspek kognitif
25

saja. Asessmen nasional ini baru dijalankan mulai tahun 2021 sebagai pemetaan

mutu pendidikan pada seluruh sekolah, madrasah, dan program kesetaraan

jenjang dasar dan menengah. Asessmen nasional diukur melalui asessmen

kompetensi minimum, survey karakter, dan survey lingkungan. Dalam

penelitian ini, peneliti berfokus untuk meneliti mengenai asessmen kompetensi

minimum (AKM).

Berdasarkan Pusat Asessmen dan Pembelajaran Kemendikbud (2020)

menyatakan bahwa tujuan adanya asessmen nasional ini adalah sebagai berikut:

a. Asessmen untuk meningkatkan mutu pendidikan

Asessmen nasional ini dilakukan untuk mengevaluasi kinerja satuan

pendidikan dan sekaligus menghasilkan informasi untuk perbaikan

kualitas belajar-mengajar yang kemudian diharapkan akan berdampak

pada karakter dan kompetensi siswa.

b. Asessmen nasional sebagai penunjuk arah tujuan dan praktik

pembelajaran

Menunjukkan apa yang seharusnya menjadi tujuan utama sekolah,

yakni pengembangan karakter dan kompetensi siswa. Hal ini diharap

dapat mendorong sekolah dan dinas pendidikan untuk memfokuskan

sumber daya pada perbaikan mutu pembelajaran.

c. Asessmen nasional memberi gambaran tentang karakteristik esensial

sebuah sekolah yang efektif

Sekolah yang efektif memiliki ciri dari mulai pengajaran yang baik,

sampai program dan kebijakan sekolah yang membentuk iklim


26

akademik, sosial, dan keamanan yang kondusif. Selain itu untuk

membantu sekolah dalam memahami apa yang perlu dilakukan untuk

meningkatkan mutu pembelajaran.

d. Asessmen nasional untuk memotret mutu sekolah

Mutu sekolah meliputi mutu input, proses, dan output yang

mencerminkan kinerja sekolah sebagai umpan balik berkala yang

objektif dan komprehensi bagi manajemen sekolah, dinas pendidikan

dan kemendikbud.

Secara keseluruhan, asessmen nasional (AN) ini dirancang untuk

memantau dan mengevaluasi sistem pendidikan dasar dan menengah,

sedangkan prestasi siswa dievaluasi oleh pendidik dan satuan pendidikan.

Dengan mengacu pada Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang

Sisdiknas pasal 57 (1), evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu

pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara

pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Pasal 59 (1),

pemerintah dan pemerintah daerah melakukan evaluasi terhadap pengelola,

satuan, jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. AN menghasilkan potret

komprehensif yang berguna bagi sekolah/madrasah dan Pemda untuk

melakukan evaluasi diri dan perencaan perbaikan mutu pendidikan.

2.3 Asessmen Kompetensi Minimum (AKM)

Asessmen kompetensi minimum sebagai penilaian kompetensi yang

mendasar yang dibutuhkan peserta didik dalam pengembangan kapasitas dan


27

berpartisipasi positif di masyarakat. dalam kata minimum mengacu kepada

tidak semua konten di dalam kurikulum di dalam AKM. Posisi AKM ini

merupakan pengganti ujian nasional dalam posisinya sebagai alat untuk

pemetaan kualitas pendidikan. Terdapat dua kompetensi yang diukur dalam

AKM ini yaitu literasi membaca dan literasi numerasi (matematika).

Kompetensi yang dinilai mencakup keterampilan berpikir logis-sistematis,

keterampilan bernalar dengan menggunakan konsep serta pengetahuan yang

telah dipelajari dan keterampilan memilah serta mengolah informasi. Konteks

dari AKM ini menyajikan permasalahan dengan beragam yang diharapkan

peserta didik mampu menyelesaikan menggunakan literasi membaca dan

numerasi. Keduanya dipilih karena kompetensi yang mendasar dan diperlukan

oleh semua peserta didik. Literasi dan numerasi juga dikembangkan secara

lintas mata pelajaran. AKM dimaksudkan untuk mengukur kompetensi secara

mendalam yang tidak hanya pada spek kognitif dan penguasaan konten saja.

Pelaporan hasil AKM dirancang untuk memberikan informasi mengenai

tingkat kompetensi peserta didik. Kompetensi tersebut dapat dimanfaaatkan

oleh pendidik dalam menyusun strategi pembelajaran. Berikut adalah

perbedaan soal pada UN dan AKM pada AN :

Tabel 2. 2 Perbedaan UN dan AKM


Aspek UN AKM

Format Soal PG dan isian singkat PG, PG Kompleks,


Menjodohkan, Isian
Singkat dan uraian.
28

Komposisi Pengetahuan 40%, Pengetahuan 20%,


aplikasi 40%, penalaran aplikasi 50%, penalaran
20% 30%

Konteks 50% soal UN tidak Semua soal diberikan


menggunakan konteks konteks (personal,
sosial budaya, sains)

Teks untuk stimulus Panjang 2-3 paragraf Panjang bergradasi


soal (100 kata), sedikit sesuai kelas. Di kelas 11
ilustrasi. Hanya 1 teks panjang teks sampai
untuk menjawab satu 700 kata. Teks disertai
soal ilustrasi dan infografis,
terdapat soal-soal yang
memerlukan
pemahaman multiteks

Format jawaban Semua jawaban tunggal Disediakan soal dengan


jawaban terbuka

a. Literasi membaca

Literasi membaca didefinisian sebagai kemampuan dalam

memahami, menggunakan, mengevaluasi, merefleksikan berbagai jenis teks

tertulis sebagai pengembangan kapasitas diri untuk dapat berkontribusi aktif

dan positif di masyarakat. Secara umum, literasi dapat diartikan sebagai

kemampuan membaca dan menulis.

Tabel 2.3 Komponen AKM Membaca


Komponen Membaca

Konten Teks informasi, teks sastra

Konteks Personal, sosial budaya, saintifik


29

Proses kognitif Menemukan informasi interpretasi dan


integrasi, evaluasi dan refleksi

Sumber : Pusat Asessmen dan Pembelajaran Kemendikbud (2020)

b. Literasi numerasi

Numerasi merupakan kemampuan berpikir dalam menggunakan

konseo, prosedur, fakta, dan alat matematika dalam pemecahan masalah

kontekstual di kehidupan sehari-hari yang sesuai dengan individu sebagai

warga yang baik (Mendikbud, 2020). Kemampuan literasi numerasi ini

berhubungan dengan kemampuan dalam pengaplikasian pengetahuan dasar

yang dimiliki, prinsip serta proses matematika ke dalam permasalahan

sehari-hari seperti memahami masalah yang disajikan dalam bentuk tabel

atau diagram, perdagangan, dan lainnya. Literasi numerasi digunakan dalam

pemecahan masalah yang menggunakan banyak cara penyelesaian,

permasalahan tidak terstruktur, serta permasalahan yang tidak ada

penyelesaian tuntas dan tidak berhubungan dengan faktor non matematika.

Tabel 1.4 Komponen AKM Numerasi


Komponen Numerasi

Konten Bilangan, pengukuran dan geometri,


data dan ketidakpastian aljabar

Konteks Personal, sosial budaya, saintifik

Proses kognitif Pemahaman, penerapan, penalaran

Sumber : Pusat Asessmen dan Pembelajaran Kemendikbud (2020)


30

Dalam mencapai tujuan asessmen kompetensi minimum, terdapat komponen

pendidikan yang dapat mempengaruhui proses dan hasil belajar atas kebijakan

AKM tersebut, diantaranya yaitu metode pembelajaran, kuikulum, sarana dan

prasarana. Komponen tersebut harus dipertimbangkan dengan baik dalam

ketercapaian tujuan kebijakan.

2.4 Kesiapan

Menurut kamus psikologi, kesiapan (readiness) adalah suatu titik

kematangan untuk menerima dan mempraktekkan tingkah laku tertentu.

Menurut Thorndike (dalam Slamteo, 2010) mendefinisikan kesiapan adalah

preparedness to respond or react. Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi

respon atau rekasi. Kesiapan atau readiness adalah kondisi individu yang

memungkinkan ia dapat belajar. Berkenan dengan hal tersebut, terdapat

berbagai macam taraf kesiapan belajar untuk suatu tugas khusus. Seseorang

siswa yang belum siap untuk melaksanakan suatu tugas dalam belajar akan

mengalami kesulitan atau malah putus asa.

Lebih lanjut menurut Thorndike sebagaimana yang dikutip oleh Sumanto

menyebutkan bahwa kesiapan merupakan salah satu hukum primer dalam

kegiatan pembelajaran yang terdiri dari:

a. Apabila individu atau organisasi sudah siap untuk

melakukan/memberikan suatu respon dan diberi kesempatan untuk

melakukannya maka akan timbul kepuasan


31

b. Apabila individu atau organisasi sudah siap melakukan/memberikan

suatu respon tetapi tidak diberi kesempatan untuk melakukannya, maka

akan timbul ketidakpuasan/kekecewaan dan mendorong individu untuk

melakukan aktivitas tertentu sebagai pelampiasan dari rasa

kekecewaannya

c. Apabila individu atau organisasi belum siap untuk

melakukan/memberikan suatu respon tetapi dia dipaksa untuk

melakukannya maka akan timbul perasaan yang tidak puas dan

mendorong individu untuk melakukan tindakan tertentu sebagai

pelampiasan rasa ketidakpuasan

Menurut Hamalik kesiapan adalah keadaan kapasitas yang ada pada diri

siswa dalam hubungan dengan tujuan pengajaran tertentu. Berdasarkan

pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kesiapan belajar

merupakan kondisi awal dari suatu kegiatan belajar yang membuat

seseorang siap untuk memberi respon/jawaban yang ada pada dirinya dalam

mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Heroit&Beale (2004)

mengemukakan bahwa kesiapan sekolah yakni diperuntukkan untuk anak

agar anak tersebut siap untuk belajar di sekolah. Kesiapan sekolah juga

menjadi perhatian bagi kalangan profesional pendidikan serta para pembuat

kebijakan di berbagai negara. Hal ini terjadi karena adanya beberapa riset

yang mengatakan bahwa bagaimana sikap anak ketika di sekolah sangat

bergantung pada kesiapan anak untuk belajar di sekolah. Kesiapan sekolah

ini memiliki timbal balik antara keahlian serta sikap melalui aspek
32

perkembangan dan belajar serta dibatasai oleh satu zona perkembangan atau

fungsi (Schoen&Nagle, 2004).

2.4.1 Indikator Kesiapan

Kegiatan dalam proses pembelajaran membutuhkan berbagai kesiapan.

Kesiapan dapat dijelaskan dalam sebuah indikator. Kamus Besar Bahasa

Indonesia mendeskripsikan indikator sebagai sesuatu yang dapat diartikan

sebagai petunjuk atau keterangan untuk menjelaskan bahwa siswa siap sedia

dalam menghadapi segala sesuatu yang harus dihadapinya dalam proses

belajar. Indikator kesiapan memiliki peranan untuk mengetahui sejauh mana

kesiapan siswa. Kesiapan bersekolah dan mengikuti kegiatan di sekolah sangat

bergantung pada perkembangan siswa. Jannah (Marwati, 2017) menyebutkan

bahwa capaian kesiapan yang perlu diperhatikan meliputi aspek-aspek

perkembangan siswa. Selain itu, Rifai (2017) juga berpendapat jika kesiapan

berkaitan dengan perkembangan siswa, semakin baik proses tingkat

perkembangan maka semakin baik pula kesiapan siswa mengikuti kegiatan

yang ada disekolah dalam menerima pembelajaran atau tugas belajar.

A. perkembangan fisik motorik

perkembangan fisik motorik membuat siswa nyaman belajar di

sekolah. Dayamanti (2016) menjelaskan bahwa kesiapan di bidang fisik

terutama motorik menjadi modal bagi siswa untuk mampu melakukan

kegiatan-kegiatan di sekolah mulai dari tuntuan untuk mampu duduk dalam

jangka waktu yang cukup lama, kemampuan menulis, membaca, dan lain

sebagainya.
33

B. Perkembangan intelektual

Perkembngan intelektual sama dengan perkembangan aspek

kognitif siswa. Marwati (2016) berpendapat bahwa aspek kognitif atau

perkembangan intelektual menjadi dasar bagi siswa untuk memenuhi

tuntutan pada berbagai bidang pelajaran. Kemampuan kognitif meliputi

perubahan aktivitas mental yang berhubungan dengan persepsi, pemikirian,

ingatan, keterampilan dan pengolahan informasi.

C. Perkembangan emosi

Perkembangan emosi sangat diperlukan siswa karena jika

perkembangan tersebut sudah dicapai apabila siswa secara emosional dapat

cukup mandiri terlepas dari bantuan dan bimbingan, tidak mengalami

kesulitan untuk berpisah dalam waktu tertentu dengan orangtuanya dapat

menerima dan mengerti setiap tuntutan dan dapat mengontrol emosinya.

2.4.2 Kriteria Kesiapan

Siswa dapat dikatakan siap untuk mengikuti kegiatan di sekolah termasuk

belajar di dalam maupun diluar kelas jika memenuhi kriteria-kriteria tertentu.

Kamus Besar Bahasa Indonesia mengatakan kriteria adalah ukuran yang

menjadi dasar penilaian atau penetapan sesuatu. Dasar suatu penilaian dan

penetapan sesuatu dapat diukur dengan adanya kriteria yang berlaku. Kriteria

yang berlaku dalam berbagai bidang memiliki banyak fungsi, termasuk dalam

bidang pendidikan. Kriteria kesiapan belajar dapat digunakan untuk

mengetahui seberapa siap siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.

Kesimpulan yang dapat diambil dari beberapa pengertian kriteria diatas yaitu
34

kriteria kesiapan adalah tanda atau penetapan kondisi secara fisik atau mental

seseorang yang membuatnya siap atau sedia dalam menghadapi segala

sesuatu yang harus dihadapinya dalam proses belajar di sekolah baik diluar

ataupun di dalam kelas.

Proses belajar membutuhkan kesiapan siswa agar dapat dengan mudah

menerima materi pembelajaran sehingga akan membuahkan hasil yang

memuaskan. Havighurst (Hurlock, 1978) menanamkan matangnya kesiapan

sebagai “saat untuk diajar” (teachable moment) bahwa ketika badan sudah

matang, masyarakat memintanya dan dirinya telah siap untuk menerima tugas

tertentu. Usaha pembelajaran akan terbuang bila dilakukan sebelumnya dan

membuahkan hasil yang memuaskan bila dilakukan dengan tepat. Tiga

kriteria praktis dan mudah diterapkan pada umumnya untuk menandakan

keadaan kesiapan seorang siswa untuk belajar menurut Hurlock (1978) yaitu:

a. minat belajar, siswa menunjukkan minat belajar mereka dengan

keinginan untuk diajar atau belajar sendiri

b. minat yang, ketika siswa telah siap belajar, minat mereka tetap

walaupun mereka menghadapi hambatan dan kesulitan.

c. Kemajuan, dengan berlatih siswa yang telah siap belajar akan

menunjukkan kemajuan, walaupun sedikit dan berangsur-angsur.

Ketiga kriteria itu harus diterapkan untuk meyakinkan gambaran akan

kesiapan siswa yang akurat. Misalnya, minat mungkin sepintas lalu, yang

timbul dari keinginan untuk meniru saudar kandung atau teman yang lebih
35

besar. Bila minat umum itu bertahan untuk beberapa waktu lamanya, ini

merupakan petunjuk kesiapan yang lebih baik daripada minat yang

menggebi yang sekilas berlalu. Tekanan orang tua atau teman sebaya

mungkin menyebabkan seorang siswa mempertahankan minat cukup lama

untuk membenarkan. Keberhasilan anak untuk belajar di sekolah bersifat

kompleks. Perhatian hanya ditujukan pada satu dimensi saja menurut riset

bisa menjadi penghambat yang serius bagi anak untuk menyesuaikan

dirinya dengan keadaan sekolah sehingga mereka tidak dapat belajar

dengan baik.

2.5 Kesiapan Sekolah melaksanakan Asessmen Kompetensi Minimum (AKM)

Dalyono (2005) menyatakan bahwa belajar memiliki lima prinsip yang

saling berkaitan satu dengan lainnya, yaitu kematangan jasmani dan rohani,

memiliki kesiapan, memahami tujuan, memiliki kesungguhan tes, ulangan, dan

latihan. Dilanjutkan oleh Munadi (Rusman: 2012) yang mengemukakan bahwa

faktor yang mempengaruhi hasil dari peserta didik dibagi menjadi dua yaitu

faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi faktor fisiologis

dan psikologis peserta didik. Sedangkan faktor eskternal dalyono meliputi

faktor lingkungan dan faktor instrumental. Slameto (2018) mengatakan bahwa

faktor lingkungan sekolah merupakan kondisi seluruh yang ada di sekolah yang

dapat mempengaruhi prestasi yang dicapainya. Aspek-aspek inilah yang akan

peneliti gunakan dalam kesiapan peserta didik. Selain itu, juga mengarahkan

kepada peserta didik terhadap pandangannya terhadap metode pembelajaran,

kurikulum, dan sarana prasarana sekolah dalam penunjang kegiatan


36

pembelajaran serta faktor lingkungan sekitar. Selain munadi, (Djamarah, 2002)

juga mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi peserta didik yaitu faktor

internal yang meliputi fisiologis (kondisi fisiologis dan kondisi pancaindra),

psikologis (minat, bakat, motivasi, kecerdasan, kemampuan kognitif), dan

faktor eksternal yang meliputi faktor instrumental (kurikulum, sarana dan

prasarana, bahan ajar atau program, dan guru) dan faktor lingkungan

(lingkungan alam dan lingkungan sosial). Hal ini juga diperkuat oleh Abu

Ahmadi dan Joko Tri Prasetya yang mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi hasil peserta didik itu kepada 3 hal yaitu (1) raw input adalah

faktor yang berasal dari siswa itu sendiri dimana dengan memperhatikan

kondisi fisiologis dan psikologisnya. (2) faktor instrumental input yang

didalamnya terdiri dari kurikulum, program atau bahan ajar, guru, dan sarana

dan prasarana pendidikan. (3) faktor environmental input yakni faktor

lingkungan baik lingkungan alami atau lingkungan sosial. Faktor pertama

disebut faktor internal dan faktor kedua dan ketiga disebut faktor eksternal.

2.5.1 Kesiapan Peserta Didik

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa peserta didik atau siswa

merupakan anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan diri mereka

melalui proses pendidikan pada jalur dan jenjang pendidikan tertentu. Peserta

didik didefinisikan sebagai anak usia di jenjang pendidikan yang masih

membutuhkan pendidikan dan bimbingan dari seorang pendidik dalam

pengembangan kapasitas dirinya di bidang sesuai minatnya. Dalyono (2005)


37

menyatakan bahwa kesiapan merupakan suatu keadaan peserta didik yang mana

disitu terdapat kemampuan yang cukup baik secara fisik maupun mentalnya.

Kesiapan fisik diartikan sebagai yang memiliki fisik atau badan yang sehat,

tenaga yang baik secara jasmani. Sedangkan kesiapan mental atau psikologis

memiliki minat dan motivasi yang baik dalam melakukan berbagai suatu

kegiatan. Tingkat kematangan psikologis dan keagamaan dari seseorang dimana

seseorang tersebut memiliki keyakinan yang cukup tinggi dengan keadaan sadar

dan siap praktek dalam kehalian dan skill yang dikuasai dengan tingkat

kematangan yang tinggi.

a. Aspek fisiologis

Aspek fisiologis adalah aspek jasmani, tingkat kebugaran fisik

peserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar di sekolah.

Apabila kondisi fisik pembelajar kurang baik atau sakit maka ditakutkan

akan menururnkan kualitas dan hasil belajar peserta didik. Selanjutnya

berkaitan dengan proses tes atau ulangan atau ujian semacamnya, maka

peserta didik tidak dapat berpikir secara maksimal sehingga hasil tes

yang didapat tidak dapat mewakili kondisi peserta didik yang

sebenarnya. Dalam aspek fisiologis dapat dibedakan menjadi dua

macam. Pertama, keadaan tonus jasmani dimana keadaan ini sangat

mempengaruhi kegiatan belajar seseorang maka perlu adanya usaha

dalam menjaga kesehatan jasmani. Kedua, keadaan fungsi jasmani atau

fisiologis dimana keadaan ini mempunyai pengaruh dalam hasil belajar

terutama pada panca indra. Maka dari itu, keadaan ini sebaiknya dijaga
38

dengan baik karena dengan menyediakan sarana belajar yang memenuhi

persyaratan dengan pemeriksaan kesehatan fungsi panca indra.

b. Aspek psikologis

Dalam dunia pendidikan, mental atau psikologis dalam dunia

pendidikan merupakan keadaan dimana dapat mempengaruhi hasil atau

proses belajar peserta didik. Maka kesiapan mental adalah kondisi

dimana siap atau tidak siapnya mental seseorang dalam menghadapi

proses pembelajaran. Aspek psikologis ini dipengaruhi oleh beberapa

komponen diantaranya kecerdasan/pengetahuan, minat, bakat, motivasi,

dan sikap. Tingkat kecerdasan tiap individu juga berbeda-beda dan

disesuaikan dengan minat dan bakat dalam bidang yang mereka

inginkan. James Draver dalam Slameto (2010) mengatakan bahwa motif

sebagai “motive is an effective-conative factor which operates in

determining the direction of of an individual’s toward an end goal,

consiustly apprehended or unconsiustly”. Pernyataan tersebut diartikan

bahwa motif dengan tujuan yang akan dicapai mempunyai hubungan

yang sangat erat. Sedangkan (Djaali, 2012) menyatakan bahwa motivasi

adalah kondisi dimana terdapat dalam diri seseorang untuk

mendorongnya dalam melakukan sesuatu sesuai dengan keinginannya.

Dalam hal ini, kecemasan dalam menghadapi ujian juga termasuk

didalamnya. Menurut Frederick “kecemasan ujian adalah sebuah

kondisi psikologis dan fisiologis yang ditandai dengan oleh

ketidaknyamanan dalam manifestasi kognitif, emosional, dan


39

perilaku. Komponen-komponen ini bergabung untuk membuat

perasaan tidak menyenangkan yang biasanya dikaitkan

dengankegelisahan, ketakutan, atau khawatir” (Idris & Idris, 2019).

Menurut Amwalina dalam Lubaba tahun 2018 mengemukakan

bahwa “Kecemasan ujian adalah suatu keadaan yang didasari

kehadirannya oleh individu, kecemasan ini dapat berupa kekhawatiran,

ketakutan, perasaan tertekan menghadapi kenyataan-kenyataan

yangakan terjadi di masa yang akan datang atau kecemasan akan

apa yang diharapkan oleh individu berbanding terbalik dengan

kenyataan yang ada, yaitu lulus atau tidaknya dalam ujian” (Afifa,

2020).

2.5.2 Kesiapan Sekolah

Sekolah merupakan satuan pendidikan jenjang dasar dan menengah yang

menyelenggarakan pembelajaran dan berbagai pelaksanaan dari kebijakan yang

telah ditetapkan dibawah koordinasi pemerintah pusat. Kesiapan sekolah

merupakan tingkat kesediaan suatu satuan pendidikan dalam melaksanakan

kebijakan dimana dalam hal ini kebijakan pendidikan adalah melaksanakan

kebijakan asessmen nasional yang mempunyai 3 aspek yaitu asessmen

kompetensi minimum, survey karakter dan survey lingkungan. Namun dalam

penelitian ini, peneliti berfokus pada Asessmen Kompetensi Minimum (AKM).

Kesiapan sekolah dibatasi pada kesiapan aspek yang dapat mempengaruhi

kesiapan siswa yaitu kesiapan guru melalui metode pembelajaran yang

digunakan dalam proses pembelajaran di tiap jurusan, kurikulum pendidikan


40

yang menyesuaikan dengan urgensi AKM melalui penambahan jam mata

pelajaran atau program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) serta sarana dan

prasarana sekolah apakah cukup memadai atau belum melalui kegiatan

manajemen sarana dan prasarana sekolah. Peran guru dalam mempengaruhi

kesiapan siswa juga sangat besar dimana perkataan seorang guru atau pendidik

sering diperhatikan oleh peserta didik di kelas. Begitu juga dengan manajemen

sarana dan prasarananya yang baik akan dapat meningkatkan kualitas dan

kesiapan siswa dalam penerimaan materi belajar di kelas. Hal itu senada dengan

yang dinyatakan oleh Munadi (Rusman: 2012) dengan faktor yang

mempengaruhi hasil peserta didik juga dapat dipengaruhi oleh faktor eskternal

yang meliputi faktor lingkungan dan faktor instrumental. Dimana faktor

lingkungan lebih mengarah pada keadaan lingkungan sekitar seperti suhu

ruangan, kelembaban, tingkat kecahayanya ataupun lingkungan sekitar sekolah

yang dapat membuat tingkat kenyamanan siswa belajar. Selain itu terdapat juga

faktor instrumental yang meliputi guru dengan berbagai macam metode

pembelajaran yang digunakan, kurikulum, sarana dan prasarana pendidikannya.

Faktor instrumental ini juga telah terbukti berhasil dalam meningkatkan

kemampuan peserta didik dalam hal membaca, matematika, dan sains dalam

lima tahun terakhir.


41

2.6 Metode Pembelajaran

2.6.1 Pengertian Metode Pembelajaran

Dalam sebuah kegiatan belajar mengajar diperlukan interaksi antara

guru dengan peserta didik untuk mewujudkan tujuan yang ditetapkan.

Metode merupakan suatu cara, jalan, atau teknik yang digunakan oleh

guru dalam kegiatan belajar mengajar sehingga peserta didik dapat

mencapai tujuan pembelajaran atau kompetensi tertentu yang telah

dirumuskan dalam silabus mata pelajaran. Menurut Sudjana (2005)

metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan guru dalam

mengadakan hubungan dengan siswa pada saat pengajaran berlangsung.

Sedangkan sutikno (2009) mengemukakan bahwa metode pembelajaran

ialah cara-cara yang digunakan dalam penyajian materi pelajaran yang

dilakukan oleh pendidik agar terjadinya proses pembelajaran pada diri

siswa untuk mencapai tujuan. Metode pembelajaran dapat diartikan

sebagai cara dalam pelaksanaan rencana yang disusun dalam bentuk

kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran (Arif,

2011).

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa metode

pembelajaran merupakan suatu cara yang dilakukan oleh pendidik atau

guru sehingga terjadinya proses pembelajaran pada peserta didik dalam

mencapai tujuannya. Metode pembelajaran yang digunakan oleh

pendidik dalam penyampaian materi untuk peserta didik merupakan


42

salah satu hal yang dapat menunjang keberhasilan dalam asessmen

kompetensi minimum ini.

2.6.2 Macam-Macam Metode Pembelajaran

Berikut adalah beberapa metode yang bisa diterapkan dalam kegiatan belajar

mengajar:

1. Metode ceramah

Metode ceramah dapat dikatakan sebagai metode yang boleh dikatakan

sebagai metode tradisional karena sudah digunakan sebagai alat komunikasi

lisan antar guru dengan peserta didik dalam pembelajaran. Secara umum,

metode ceramah ini bertujuan untuk menciptakan landasan pemikiran peserta

didik, menyajikan garis-garis besar isi pelajaran, merangsang peserta didik

dalam rasa ingin tau yang tinggi, dan penjelasan lebih gamblang.

2. Metode tanya jawab

Metode tanya jawab merupakan salah satu cara dalam penyajian materi

pelajaran melaui sebuah pertanyaan yang perlu dijawab oleh peserta didik.

Metode ini bertujuan untuk mengembangkan keterampilan mengamati,

menginterpretasi, mengklasifikasikan, membuat kesimpulan, menerapkan dan

mengkomunikasikan. Penggunaan metode ini dimaksudkan untuk memotivasi

peserta didik dalam proses belajar mengajar.

Metode tanya jawab memperlihatkan adanya hubungan timbal balik secara

langsung antara guru dan siswa. Metode ini biasanya digunakan untuk

bermaksud mengulang bahan pelajaran, ingin membangkitkan perhatian belajar


43

siswa, sebagai selingan metode ceramah dan untuk mengarahkan proses

berpikir (Sabri, 2005).

3. Metode Diskusi

Metode ini merupakan salah satu cara pendidik dalam memberikan

pemahaman sebagai upaya dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi

dengan argumentasi yang memperkuat. Pada dasarnya, diskusi merupakan

bertukar informasi, pendapat, dan pengalaman dalam memperoleh pemahaman

bersama secara jelas dan teliti. (Alma, 2010) yang mengemukakan bahwa

kelebihan dari metode diskusi yaitu menambah suasana kelas menjadi hidup,

membiasakan para siswa untuk mendengarkan pendapat orang lain dan

meningkatkan kepribadian individu siswa seperti toleransi, kritis, berpikir

sistematis, sabar, dan sebagainya.

Tujuan metode diskusi adalah untuk melatih peserta didik dalam

mengembangkan keterampilan berkomunikasi, menafsirkan, dan

menyimpulkan bahasan, melatih dan membentuk kestabilan emosional,

mengembangkan kemampuan berpikir dalam pemecahan masalah,

mengembangkan sikap responsif terhadap isu-isu terkini, dan melatih peserta

didik dalam menyampaikan pendapat atas suatu masalah.

4. Metode Contextual Teaching and Learning (CTL)

CTL adalah konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan

materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari sehingga peserta didik mampu

menghubungkan dan menerapkan kompetensi dalam kehidupan sehari-hari.


44

Melalui proses penerapan kompetensi ini, peserta didik akan memperoleh

makna yang mendalam terhadap kehidupan sehari-hari.

5. Metode Resitasi

Metode resitasi merupakan cara penyajian bahan pelajaran pendidik dalam

memberikan tugas tertentu, agar peserta didik melalukan dan lebih bertanggung

jawab terhadap tugasnya. Tugas yang diberikan dapat memperdalam bahan

pelajaran dan merangsang peserta didik untuk aktif secara individu maupun

kelompok.

6. Metode Permainan dan Simulasi

Metode ini adalah salah satu metode dalam pengajaran dimana situasi yang

sesungguhnya adalah bagian penting yang diduplikasikan dalam bentuk

permainan. Tujuannya adalah untuk menumbuhkan kesadaran diri, rasa simpati,

perubahan sikap dan kepekaan. Metode permainan dan simulasi diatur

sedemikian rupa dengan peserta didik dapat terlibat aktif

didalamnya.Tujuannya adalah untuk menggambarkan bagaimana seseorang

dapat memecahkan suatu masalah dan melukiskan bagaimana seharusnya

seseorang bertindak dalam situasi tertentu.

2.6.3 Manfaat Metode Pembelajaran

1. Guru dapat menyaikan bahan pelajaran dengan baik dan dapat diterima

oleh peserta didik. Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa Indonesia

merupakan negara heterogen dengan tingkat kecerdasan peserta didik

yang berbeda sehingga sangat memungkinkan metode pembelajaran

dikembangkan sebagaimana mestinya.


45

2. Guru dapat mengetahui lebih dari satu metode pembelajaran. Dengan

mempelajari berbagai model metode pembelajaran, maka guru akan lebih

mengetahui metode pembelajaran yang dapat disesuaikan dengan kondisi

dan akan terus mengembangkan metode tersebut. Metode pembelajaran

bertujuan untuk memudahkan peserta didik dalam memahami pelajaran.

3. Guru akan lebih mudah dalam mengendalikan dan mengatur suasana

kelas. Dengan menguasai berbagai macam metode pembelajaran, maka

guru akan lebih leluasa dalam mengatur kelasnya dan mempercepat

proses belajar mengajar. Dengan berbagai bentuk metode, maka guru

akan lebih mudah dalam mengontrol siswa yang aktif dan siswa yang

pasif.

4. Kreatifitas dalam menyampaikan materi akan lebih bervariasi.

2.7 Kurikulum Pendidikan

Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang

diberikan oleh suatu lembaga pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang

akan diberikan kepada peserta didik. Menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun

2003 kurikuklum merupakan seperangkat rencana dan sebuah pengaturan yang

berkaitan dengan tujuan, isi, bahan ajar dan cara yang digunakan sebagai

pedoman dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai suatu

tujuan pendidikan nasional. Sebagaimana yang disebutkan oleh Beaucham

(1976) kurikulum diartikan sebagai dokumen tertulis yang berisikan seluruh


46

mata pelajaran yang akan diajarkan kepada peserta didik dengan pilihan

berbagai disiplin ilmu dan rumusan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai program pendidikan yang telah terencana sedemikian rupa,

kurikulum memberikan peranan yang sangat penting dalam sebuah kebijakan

atau program yang dibuat. Terdapat tiga peranan penting adanya sebuah

kurikulum dalam pendidikan yakni peranan konservatif, peranan kritis atau

evaluative dan peranan kreatif. Ketiga peran tersebut penting yang harus

dilaksanakan secara seimbang.

2.7.1 Fungsi dan Tujuan Kurikulum

Kurikulum merupakan alat atau pedoman dalam sebuah

penyelenggaraan pendidikan. Jika dilihat dari cakupannya dan tujuan

kurikulum menurut McNeil (1990) dalam Sanjaya (2008) memiliki empat

fungsi, yaitu fungsi pendidikan umum, suplementasi, eksplorasi, dan

keahlian. Keempat fungsi tersebut dijabarkan sebagai berikut:

1. Fungsi pendidikan umum

Fungsi pendidikan umum merupakan fungsi dari kurikulum

yang digunakan untuk mempersiapkan peserta didik dalam menjadi

anggota masyarakat yang bertanggung jawab. Kurikulum ini harus

memberikan pengalaman belajar agar mampu menginternalisasi

nilai dalam kehidupan, memahami hak dan kewajiban sebagai

masyarakat dan makhluk sosial. Maka dari itu, fungsi kurikulum ini

harus diikuti oleh peserta didik di jenjang dan level pendidikan.

2. Suplementasi
47

Setiap peserta didik memiliki perbedaan yang dapat dilihat

dari adanya perbedaan kemampuan, perbedaan minat, maupun

bakat. Kurikulum ini sebagai alat pendidikan yang dapat

memberikan pelayanan kepada setiap siswa dengan perbedaan

tersebut.

3. Eksplorasi

Fungsi eksplorasi memiliki makna bahwa kurikulum harus

dapat menemukan dan mengembangkan minat dan bakat peserta

didik. Melalui fungsi ini diharapkan peserta didik dapat belajar

sesuai minat dan bakatnya.

4. Keahlian

Kurikulum berfungsi sebagai pengembangan kemampuan

anak yang sesuai dengan keahlian, minat dan bakat peserta didik.

Pengembangan kurikulum harus melibatkan para spesialis untuk

menentukan kemampuan yang dimiliki setiap peserta didik.

2.7.2 Manajemen Kurikulum Pendidikan

Manajemen kurikulum merupakan sebuah bentuk usaha yang

digunakan untuk memperlancar tujuan pengajaran khususnya untuk

meningkatkan kualitas interaksi belajar mengajar. Dalam upaya tersebut

diperlukan adanya evaluasi, perencanaan dan pelaksanaan yang tidak dapat

dipisahkan. Pada kurikulum 2013 memiliki tiga aspek penilaian yaitu aspek

pengetahuan, keterampilan, aspek sikap dan perilaku. Dalam peraturan

Permendikbud Nomor 69 tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur


48

Kurikulum Sekolah Mennegah Atas/Madrasah Aliyah yang berbunyi tujuan

kurikulum 2013 adalah untuk mempersiapkan manusia agar memiliki hidup

sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif,

dan afektif yang dapat berkontribusi pada kehidupan masyarakat,

berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Dalam tujuan tersebut peserta

didik dituntut untuk berpikir lebih kreatif, inovatif, cepat, dan tanggap.

2.8 Sarana dan Prasarana Pendidikan

Salah satu kualitas lembaga pendidikan dapat dilihat dari adanya sarana dan

prasarana yang dimilikinya. Sarana dan prasarana digunakan sebagai penunjang

dalam kegiatan proses pembelajaran dan pelaksanaan kebijakan pendidikan.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia dikatakan bahwa sarana merupakan

segala sesuai yang dapat digunakan sebagai alat untuk mencapai suatu tujuan.

Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung

dapat menunjang proses pendidikan khsususnya dalam kegiatan belajar

mengajar dan pelaksanaan kebijakan pendidikan (Mulyasa, 2004). Sarana

pendidikan diantaranya yaitu lokasi atau tempat, bangunan sekolah, lapangan,

ruang, buku, laboratorium, perpustakaan dan lain sebagainya. Sedangkan

prasarana penddikan merupakan keperluan yang secara tidak langsung dapat

menunjang jalannya proses pendidikan diantaranya yaitu kantin, taman sekolah.

Tujuan dari adanya manajemen sarana dan prasarana yakni menciptakan

sekolah yang bersih, rapi, dan menyenangkan bagi warga sekolah,


49

mengupayakan pemakaian sarana dan prasarana pendidikan harus tepat dan

efisien, mengupayakan pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan secara

teliti dan tepat.

Setiap mata pelajaran memiliki karakter yang berbeda dengan pelajaran

lainnya. Masing-masing mata pelajaran juga memerlukan sarana pembelajaran

yang berbeda pula. Beberapa hal yang perlu dikembangkan dalam menunjang

proses belajar mengajar adalah perpustakaan, sarana penunjang kegiatan

kurikulum, dan sarana dan prasarana kegiatan ekstrakurikuler. Mengingat

pentingnya sarana dan prasarana pendidikan ini maka peserta didik, guru, dan

sekolah akan terkait secara langsung. Bagi guru akan terbantu dengan dukungan

fasilitas sarana dan prasarana ini karena kegiatan pembelajaran juga akan lebih

bervariatif, menarik, dan bermakna. Sedangkan sekolah berkewajiban sebagai

pihak yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan seluruh kegiatan yang

diselenggarakan. Selain menyediakan, sekolah juga akan menjaga, memelihara

sarana dan prasarana yang telah dimiliki. Kebijakan asessmen kompetensi

minimum ini dilaksanakan dengan berbasis komputer, maka pengadaan sarana

dan prasarana yang memadai terkait komputer ini juga diperhitungkan sehingga

pelaksanaan asessmen dapat berjalan sesuai dengan semestinya dan peserta

didik tidak perlu membawa laptop sendiri dalam kegiatan asessmen.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif

kualitatif. Jenis kualitatif digunakan sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-

orang atau perilaku yang diamati. Menurut Basrowi dan Suwandi (2008)

penelitian kualitatif merupakan penelitian yang dilakukan berdasarkan

paradigm, srategi, dan implementasi model secara kualitatif. Penelitian

kualitatif bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang sifatnya umum

terhadap kenyataan sosial dari perspektif partisipan.

Menurut Supardi (2005) penelitian deskriptif merupakan suatu metode

penelitian yang menggambarkan semua data atau keadaan subjek atau objek

penelitian yang kemudian dianalisis dan dibandingkan berdasarkan kenyataan

yang sedang berlangsung pada saat ini dan selanjutnya mencoba untuk

memberikan pemecahan masalahnya dan dapat memberikan informasi yang

akurat sehingga bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Menurut Ali

(2013) menyatakan bahwa metode penelitian deskriptif digunakan untuk

berupaya dalam memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang

dihadapi pada situasi sekarang dengan menempuh langkah-langkah

pengumpulan klasifikasi, dan analisis dan pengolahan data, serta membuat

kesimpulan dan laporan dengan tujuan untuk memperoleh gambaran tentang

41
suatu keadaan secara objektif dalam suatu deskriptif situasi. Secara garis besar,

dapat disimpulkan bahwa penelitian deskriptif merupakan gambaran suatu

peristiwa atau fenomena secara sistematis, faktual dengan penyusunan yang

mutakhir.

Penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dipilih dalam penelitian

ini yang bertujuan untuk mengetahui, mendeskripsikan dan menganalisis

bagaimana Kesiapan Sekolah dalam penerapan Asessmen Kompetensi

Minimum (AKM) di SMAN 2 Blitar. Pemilihan penelitian kualitatif

dimaksudkan untuk mendorong tercapainya penelitian ini yang bersifat lebih

mendalam dan menjelaskan data secara sistematis terutama dengan keterlibatan

peneliti sendiri di lapangan. Dalam penelitian kualitatif, peneliti menjadi

instrumen utama dalam mengumpulkan data yang dapat berhubungan langsung

dengan objek penelitian.

3.2 Fokus Penelitian

Fokus penelitian merupakan penjelasan terkait apa yang akan diteliti dengan

lebih detail yang nantinya akan membantu untuk menentukan batasan masalah

dalam penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti akan memfokuskan pada

kesiapan sekolah dalam menghadapi asessmen kompetensi minimum (AKM) di

SMA Negeri 2 Kota Blitar. Dengan ini peneliti menurunkan fokus tersebut

menjadi dua aspek penting dalam fokus penelitian ini adalah sebagai berikut:

42
43

1. Kesiapan sekolah dalam penerapan Asessmen Kompetensi Minimum

(AKM) di SMA Negeri 2 Kota Blitar. Dimana menurut Munadi (Rusman:

2012) keberhasilan studi peserta didik dapat dipengaruhi oleh beberapa

faktor. Kesiapan sekolah ini meliputi :

a. Kesiapan peserta didik

- Faktor fisiologis

- Faktor psikologis

b. Kesiapan sekolah

- Faktor instrumental yang meliputi guru (metode pembelajaran),

kurikulum, serta sarana dan prasarana sekolah

- Faktor lingkungan

2. Hambatan-hambatan yang dihadapi oleh SMA Negeri 2 Kota Blitar dalam

penerapan Aessmen Kompetensi Minimum (AKM)

a. Hambatan internal

b. Hambatan eksternal

3.3 Lokasi Penelitian dan Situs Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat dimana peneliti melakukan kegiatan

penelitian langsung terhadap objek yang diteliti atas fenomena yang terjadi,

dimana tempat peneliti menggali berbagai informasi dan mengumpulkan data-

data yang dibutuhkan dan relevan di lapangan dalam kepenulisan. Lokasi yang

digunakan dalam penelitian ini adalah di kota Blitar dengan alasan bahwa angka

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) meningkat. Indeks Pembangunan


44

Manusia (IPM) Kota Blitar pada tahun 2020 mencapai 78,57. Rata-Rata Lama

Sekolah (RLS) mencapai angka 10,11 dan Harapan Lama Sekolah (HLS)

mencapai angka 14,32. Kota Blitar dengan Kota yang tidak terlalu luas dan

memperhatikan dengan baik pada aspek pendidikan dimana terdapat 4 sekolah

menengah atas negeri didalamnya.

Situs penelitian adalah menunjukkan dimana peneliti dapat menganalisis

keadaan dari objek yang akan diteliti dan menghasilkan keakuratan data yang

dibutuhkan. Maka situs penelitian ini berada di SMA Negeri 2 Kota Blitar

dengan alasan bahwa SMA Negeri 2 Kota Blitar merupakan salah satu sekolah

favorit yang ada di Kota Blitar. Berdasarkan observasi awal ketika kebijakan

mengenai Asessmen Kompetensi Minimum diberlakukan, dalam penerapannya

SMA Negeri 2 Kota Blitar dapat dikatakan sudah melakukan dengan baik, baik

pendidik dan kependidikan maupun peserta didiknya. Selain itu juga terdapat

adanya ketidaksiapan. Fenomena ini menunjukkan bahwa perlu dilakukan

sosialisasi secara intensif di tiap sekolah terutama pendidik dan kependidikan

serta peserta didik, disamping itu terdapat permasalahan baru yang muncul

akibat dari dampak Asessmen Kompetensi Minimum (AKM) yaitu masih

banyaknya peserta didik yang belum siap dan program Gerakan Literasi

Sekolah (GLS) di sekolah tersebut belum berjalan dengan maksimal akibat

adanya pandemi covid-19. Dalam mencapai keakuratan dan pendukung data

yang dibutuhkan di SMA Negeri 2 Kota Blitar, peneliti juga menggunakan situs

penelitian di Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Blitar, dimana instansi tersebut


45

menaungi pendidikan menengah atas, kejuruan, pendidikan khusus dan

pendidikan layanan khusus di wilayah Blitar.

3.4 Jenis dan Sumber Data

Menurut Lofland dan Lofland (1984: 47) yang dikutip oleh Basrowi (2008:

169) sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan

selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Dalam

penelitian ini, peneliti menggunakan 2 (dua) jenis data, yakni sumber data

primer dan sumber data sekunder. Berikut adalah penjelasan mengenai

keduanya.

1. Data primer

Data yang diambil dari sumber data secara langsung oleh peneliti,

sumber data ini juga dapat diperoleh melalui observasi langsung,

wawancara, dan dokumentasi terhadap objek penelitian. Data ini dapat

diambil melalui wawancara terhadap informan peneliti, yaitu:

1. Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Kota Blitar

2. Tenaga Pendidik dan Kependidikan SMA Negeri 2 Kota Blitar

3. Peserta didik SMA Negeri 2 Kota Blitar

4. Kepala Seksi SMA Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Blitar.

2. Data sekunder

Data yang diambil dari studi kepustakaan seperti buku-buku, jurnal,

penelitian terdahulu, dokumen-dokumen dan situs internet yang relevan


46

atau berkaitan dengan topik penelitian yang dapat menunjang keakuratan

dari penelitian ini.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data ini digunakan untuk mengumpulkan data-data

secara sistematis dan strategis agar memudahkan peneliti dalam mengumpulkan

data. Metode pengumpulan data ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi merupakan salah satu teknik dalam pengumpulan

fakta/data yang relatif efektif dalam menemukan dan mempelajari sesuatu

fenomena. Dengan menggunakan metode ini peneliti mendapatkan

infromasi dan gambaran yang lebih jelas mengenai bagaimana kebijakan

asesssmen kompetensi minimum dan masalah apa saja yang dihadapi oleh

sekolah terkait penerapan kebijakan tersebut. Observasi dalam penelitian

ini dilakukan dengan mengamati lokasi penelitian yaitu di SMA Negeri 2

Blitar. Adapun hasil observasi ini sangat membantu dalam proses

penelitian karena peneliti dapat mengetahui langsung bagaimana

pelaksanaan kebijakan asessmen kompetensi minimum di SMA Negeri 2

Blitar. Peneliti juga melakukan observasi di Cabang Dinas Pendidikan

Wilayah Blitar dengan melakukan pengamatan secara bebas, mencatat,

wawancara, dan melakukan analisis untuk ditarik kesimpulan.

2. Wawancara
47

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu oleh dua

pihak, yaitu pewawancara (interviewer) sebagai pengaju atau pemberi

pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) sebagai pemberi jawaban

atas pertanyaan itu (Basrowi & Suwandi, 2008). Wawancara pada

penelitian ini menggunakan pertanyaan terbuka, namun terdapat batasan

dan alur pembicaraan serta ada pedoman wawancara yang digunakan

sebagai kontrol dalam menggiring pertanyaan jika semakin melebar. Dalam

proses ini peneliti juga menggunakan alat bantu voice recorder agar tidak

mengganggu jalannya proses wawancara. Melalui kegiatan ini, diharapkan

peneliti dapat mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan

dalam menginterpresentasikan situasi dan fenomena yang terjadi. Informan

atau narasumber yang dipilih juga merupakan pihak-pihak yang

berhubungan dengan fokus penelitian.

3. Dokumentasi

Teknik dokumentasi digunakan sebagai pelengkap atau penunjang

sekaligus menambah keakuratan, kebenaran data atau informasi yang

dikumpulkan dari bahan-bahan dalam pengecekan keabsahan data. Metode

ini merupakan suatu cara pengumpulan data yang menghasilkan catatan-

catatan penting yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, sehingga

akan diperoleh data yang lengkap, sah, dan bukan berdasarkan perkiraan

(Basrowi & Suwandi, 2008). Dokumentasi ini bisa berbentuk tulisan,

gambar, atau karya-karya monumental seseorang. Metode dokumentasi


48

yang dimaksud adalah semua jenis rekaman atau alat catatan data sekunder

yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.

3.6 Instrumen Penelitian

Dalam sebuah penelitian dibutuhkan instrumen untuk mendapatkan data

yang valid (Moleong, 2016). Dalam penelitian kualitatif yang menjadi

instrumen penelitian adalah peneliti itu sendiri sehingga peneliti bertindak

sebagai pengumpul data dan sebagai instrumen aktif dalam mengumpulkan

data-data di lapangan. Oleh karena itu, peneliti harus bersikap responsif

terhadap subjek dan objek penelitian sehingga akan diperoleh data yang sesuai

dengan tujuan yang telah ditetapkan. Selain peneliti sebagai intrumen utama

juga menggunakan instrumen pendukung untuk memudahkan peneliti dalam

mengumpulkan data-data seperti menggunakan alat bantu berupa pedoman

wawancara, catatan lapangan, dan voice recorder.

3.7 Teknik Analisis Data

Menurut Moleong (2016) analisis data merupakan proses

mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan

uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis

kerja seperti yang disarankan oleh data. Analisis data dalam penelitian

berlangsung bersamaan dengan proses pengumpulan data. Dalam penelitian


49

kualitatif analisis data yang dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan,

selama di lapangan, dan setelah di lapangan. Namun dalam penelitian kualitatif

analisis data lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan

pengumpulan data. Miles, Huberman dan Saldana (2014) menjelaskan bahwa

dalam melakukan analis terdapat 4 (empat) alur kegiatan, yang meliputi:

1. Pengumpulan data

Kegiatan dalam pengumpulan data dilakukan dalam upaya

memperoleh kevalidan data. Peneliti mengumpulkan data yang berkaitan

dengan kebutuhan penelitian ini melalui pengamatan langsung ke lapangan,

wawancara dari berbagai pihak yang terkait dengan permasalahan ini serta

dokumentasi berupa foto. Data ini diperoleh dari situs penelitian yang dapat

langsung diperoleh dari SMAN 2 Blitar dan Cabang Dinas Pendidikan

Wilayah Blitar. Selanjutnya dilakukan wawancara serta peneliti juga

mengambil data dokumentasi yang dapat mendukung data-data penelitian

yang digunakan sebagai data tambahan, namun dikarenakan ada kendala

pandemi sehingga dokumentasi terbatas.

2. Kondensasi data

Kondensasi data merupakan proses pemilihan, pemusatan,

penyederhanaan, dan transformasi data yang diperoleh di lapangan,

wawancara, dokumen, dan data hasil lapangan lainnya. Kondensasi data

memberikan gambaran lebih jelas dan memudahkan dalam melakukan

pengumpulan data dan mencari apabila diperlukan. Kondensasi data

dilakukan dengan cara menuangkan data yang diperoleh dari lapangan ke


50

dalam bentuk uraian atau laporan secara rinci. Kemudian laporan tersebut

disederhanakan, dirangkum, dan dipilih hal-hal pokok yang dianggap

penting.

3. Penyajian data

Penyajian data merupakan proses penyusunan informasi yang

kompleks ke dalam bentuk sistematis dan memberikan kemungkinan

adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Hal ini bertujuan

untuk mempermudah penelitian dalam melihat gambar secara keseluruhan

atau bagian-bagian tertentu. Penyajian data biasanya dilakukan dalam

bentuk uraian singkat, bagan, hubungan atar kategori, flowchart, dan

sejenisnya. Penyajian data dirancang untuk menghubungkan informasi

yang terjadi dalam satu bentuk alur yang padu dan mudah diraih, dengan

demikian peneliti dapat melihat apa saja yang sedang terjadi, dan

menentukan apakah menarik kesimpulan yang benar ataukah terus

melakukan analis yang menurut saran dikiaskan sebagai sesuatu yang

mungkin berguna.

4. Penarikan kesimpulan

Tahap terakhir dari teknik analisis data kualitatif model interaktif

adalah penarikan kesimpulan atau verifikasi. Dari permulaan pengumpulan

data, peneliti mulai mencari arti dan makna benda-benda, keterangan atau

penjelasan, sebab-sebab dan proposisi. Peneliti membuat kesimpulan

berdasarkan data yang didukung dengan bukti yang kuat pada tahap

pengumpulan data. Kesimpulan awal masih bersifat sementara dan dapat


51

berubah jika tidak ditemukan bukti-bukti yang mendukung. Tetapi bila data

yang disajikan didukung dengan data-data yang akurat, maka dapat

dijadikan kesimpulan yang kredibel. Tahap terakhir yaitu semua data yang

sudah tepat dan menjawab permasalahan yang diangkat, disajikan

sedemikian rupa sehingga dapat dipahami dalam mengadakan penarikan

kesimpulan. Empat tahap tersebut dapat digambarkan seperti berikut:

Gambar 3.1 Komponen Analisis Data Model Interaktif


Sumber: Miles, Huberman, dan Saldana (2014)

Berdasarkan gambar komponen analisis data model interaktif yang

dikemukakan oleh Miles, Huberman, dan Saldana (2014) dapat disimpulkan

bahwa teknik analis data pada jenis penelitian dengan pendekatan kualitatif

dimulai dari mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan topik pembahasan

dan disajikan dalam bentuk gambar-gambar atau tabel dan lampiran penjelas.

Kemudian data tersebut dipilih dan dipilah untuk dilakukan penyederhanaan,

pengabstrakan dan transformasi data yang muncul dari kegiatan lapangan

berupa catatan-catatan. Tahap terakhir yaitu penarikan kesimpulan yang

dilakukan dengan cara meninjau ulang data-data yang diperoleh di lapangan

agar data tersebut bersifat kredibel.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Kota Blitar

4.1.1.1 Kondisi Adminisratif dan Geografis Kota Blitar

Kota Blitar merupakan salah satu daerah yang berada dalam wilayah

adminisratif Provinsi Jawa Timur. Kota Blitar yang juga dikenal dengan sebutan

Kota Patria, Kota Lahar, dan Kota Proklamator yang secara legal didirikan pada

tanggal 1 April 1906. Kota blitar merupakan salah satu daerah di wilayah Provinsi

Jawa Timur yang secara geografis terletak diujung selatan Jawa Timur dengan

ketinggian 156m dari permukaan air laut, pada koordinat 112º14’ – 112º28’ Bujur

Timur dan 8º2’ – 8º8’ Lintang Selatan. Dimana Kota Blitar ini memiliki suhu

udara cukup sejuk rata-rata 24º C – 34ºC karena Kota Blitar berada di kaki

Gunung Kelud dan dengan jarak 160km arah tenggara dari Ibukota Provinsi

Surabaya.

Kota Blitar merupakan wilayah terkecil kedua di Provinso Jawa Timur

setelah Kota Mojokerto. Wilayah Kota Blitar dikelilingi oleh Kabupaten Blitar

dengan batas :

a. Sebelah Utara : Kecamatan Garum dan Kecamatan Nglegok

Kabupaten Blitar

52
53

b. Sebelah Timur : Kecamatan Kanigoro dan Kecamatan Garum

Kabupaten Blitar

c. Sebelah Selatan : Kecamatan Sanankulon dan Kecamatan Kanigoro

Kabupaten Blitar

d. Sebelah Barat : Kecamatan Sanankulon dan Kecamatan Nglegok

Kabupaten Blitar.

Gambar 4.1 Peta Administratif Kota Blitar


Sumber : bps. Kota blitar

Kota Blitar dengan luas wilayah kurang lebih 32,58 Km2 terbagi habis

menjadi tiga kecamatan dengan beberapa keluarahan-kelurahan yang ada di

masing-masing kecamatan tersebut. Kecamatan dan keluarahan tersebut meliputi :

a. Kecamatan Sukorejo dengan luas 9,57 Km2 (30%)


54

- Kelurahan Blitar

- Kelurahan Karangsari

- Kelurahan Sukorejo

- Kelurahan Pakunden

- Kelurahan Tanjungsari

- Kelurahan Turi

- Kelurahan Tlumpu

b. Kecamatan Kepanjen Kidul 10,50 Km2 (32%)

- Kelurahan Bendo

- Kelurahan Kauman

- Kelurahan Kepanjen Kidul

- Kelurahan Kepanjen Lor

- Kelurahan Ngadirejo

- Kelurahan Sentul

- Kelurahan Tanggung

c. Kecamatan SananWetan 12,16 Km2 (38%)

- Kelurahan Bendogerit

- Kelurahan Gedog

- Kelurahan Karangtengah

- Kelurahan Klampok

- Kelurahan Plosokerep

- Kelurahan Rembang

- Kelurahan Sananwetan
55

Gambar 4.2 Luas Wilayah Kota Blitar Menurut Kecamatan dalam


km2
Sumber : Bagian Tata Pemerintahan Kota Blitar, 2016

Gambar 4.3 Luas Kecamatan Kota Blitar dalam Persen


Sumber : Bagian Tata Pemerintahan Kota Blitar, 2016

Dilihat dari kedudukan dan letak geografisnya, Kota Blitar tidak memiliki

sumber daya alam yang berarti, karena seluruh wilayahnya adalah wilayah

perkotaan yang berupa perdagangan, layanan publik, sawah pertanian, kebun

campuran dan pekarangan. Oleh karena itu, sebagai penggerak ekonomi Kota Blitar

mengandalkan potensi diluar sumber daya alam, yaoti sumber daya manusia dan

sumber daya buatan. Kota Blitar terletak diantara 150 – 200 m diatas permukaan
56

laut. Dilihat dari ketinggian tersebut Kota Blitar termasuk dalam kategori daerah

datar. Sedangkan pembagian daerah ketinggian adalah sebagai berikut :

a. Ketinggian 175 – 200 meter dpl, seluas 605.203 Ha (18.577% dari

luas wilayah)

b. Ketinggian 150 – 175 meter dpl, seluas 1.055.200 Ha (32.359% dari

luas wilayah)

c. Ketinggian 150 meter dpl, seluas 692.234 Ha (21.248% dari luas

wilayah)

Sedangkan kemiringan rata-rata Kota Blitar adalah antara 0 – 2% kecuali

pada daerah utara kemiringan antara 2 – 15. Kedalaman tanah di wilayah ini sangat

beragam mulai dari 30 – 90 cm yang meliputi 71.5% dari luas wilayah. Urutan

selanjutnya dengan kedalaman 60 – 90 cm meliputi 15.5 % dan terkecil dengan

kedalaman 30 – 60 cm meliputi areal 13%.

4.1.1.2 Kondisi Geologi dan Topografi Kota Blitar

Letak Kota Blitar ini berada di tengah-tengah Kabupaten Blitar yang

menjadikan kota ini mempunyai kondisi topografi berupa dataran rendah

yang dikelilingi oleh pegunungan di sebelah selatan dan utara. Keberadaan

gunung kelud yang terletak di utara kota blitar dapat menyebabkan adanya

kali lahar di kota tersebut sebagai penngaliran lahar yang merupakan produk

dari letusan gunung api. Jenis tanah di Kota Blitar itu termasuk ke dalam

jenis tanah litosol dan regosol dengan tingkat kesuburan yang terbilang baik

karena adanya dampak dari abu vulkanik Gunung Kelud. Jenis tanah regosol

ini berasal dari bahan vulkanis serta batuan endapan kapur, dimana tanah
57

regosol yang ada di Kota Blitar berasosiasi dengan tanah litosol yang berasal

dari batuan beku basis sampai intermedier.

Tanah regosol coklat kelabu merupakan tanah dengan bahan induk

abu/pasir vulkanisme yang bertekstur kasar dengan kadar pasir lebih 60%.

tanah ini sesuai untuk penggunaan hutan primer dan sekunder, semak

belukar, palawija dan rerumputan. Jenis tanah litosol ini mempunyai

konsistensi gembur, porositas, merupakan tanah mineral yang ketebalannya

20 cm atau kurang, di bawahnya terdapat batuan keras yang terpadu daya

tahan untuk menahan air yang baik dan tahan terhadap erosi. Material

letusan abu vulkanik yang disebabkan oleh gunung kelud ini dapat

menyuburkan tanah dimana abu tersebut mengandung unsur hara yang baik

bagi tanaman pertanian, perkebunan dan tanaman holtikultura. Hal ini

menjadi salah satu penyebab di Kota Blitar dan sekitarnya menjadi lahan

yang terbilang subur. Sementara lahar yang berupa campuran pasir, kerikil,

kerakal atau batuan andesitic vulkanikk dimanfaatkan untuk bahan

bangunan.

4.1.2 Gambaran Umum SMA Negeri 2 Kota Blitar

4.1.2.1 Profil SMA Negeri 2 Kota Blitar

UPT SMA Negeri 2 Kota Blitar atau yang biasa dikenal dengan

smada merupakan sebuah sekolah menengah atas di Kota Blitar, Jawa

Timur yang didirikan pada 20 Maret 1984 dengan akreditasi saat ini adalah

Sangat Baik (A). sekolah tersebut terletak di Jalan Ciliwung No.396

kelurahan tanggung kecamatan kepanjenkidul.


58

Gambar 4.4 SMA Negeri 2 Kota Blitar


Sumber : Dokumentasi Peneliti

A. Identitas Sekolah

1) Nama Sekolah : SMA Negeri 2 Kota Blitar

2) NPSN : 20535051

3) Jenjang Pendidikan : SMA

4) Status : Negeri

5) Status Kepemilikan : Pemerintahan Daerah

6) SK Pendirian Sekolah : 102/I04.7.2/I.5.84/SK

7) Tanggal SK Pendirian : 1984-05-21

8) SK Izin Operasional : 102/I04.7.2/I.5.84/SK

9) Tanggal SK Izin Operasional : 1984-05-21

B. Data Pelengkap

1) Kebutuhan Khusus Dilayani : Tidak ada

2) Nama Bank : BPD Jawa Timur

3) Cabang/KCP/Cabang Unit : BPD Jawa Timur Cabang

Blitar
59

4) Rekening Atas Nama :

BOSSMAN2BLITAR

C. Data Rinci

1) Status BOS : Bersedia Menerima

2) Waktu Penyelenggaraan : Sehari Penuh

(5h/m)

3) Sertifikat ISO : Belum Bersertifikat

4) Sumber Listrik : PLN

5) Daya Listrik : 63600

6) Akses Internet : Telkom Speedy

4.1.2.2 Visi, Misi, dan Tujuan SMA Negeri 2 Kota Blitar

A. Visi

“Handal dalam IMTAQ, Berbudaya Lingkungan dan terampil dalam

IPTEKS”

B. Misi

1) Mengimplementasikan penghayatan dan pengamalan ajaran agama

dalam kehidupan sehari-hari.

2) Menumbuhkan kesadaran dan kepedulian warga sekolah dalam

ketertiban, keamanan, kekeluargaan, sopan santun dan aktivitas

sosial.
60

3) Membudayakan pelestarian lingkungan, pencegahan,

penanggulangan kerusakan dan pencemaran lingkungan serta

mewujudkan lingkungan yang asri.

4) Memberikan layanan pendidikan, pembelajaran, bimbingan karir

yang bermutu sesuai tingkat perkembangan siswa.

5) Mengoptimalkan potensi siswa dalam bidang akademik, olahraga,

seni, dan bahasa.

C. Tujuan

1) Peserta didik mampu melaksanakan ajaran agama dengan baik dan

benar.

2) Peserta didik mampu melaksanakan sholat dhuhur berjamaah dan

sholat jum’at serta sholat dhuha bagi siswa beragama islam dan

pembelajaran agama bagi siswa beragama katholik, kristen, buddha,

dan hindu.

3) Terwujudnya atmosfir sekolah yang tertib, aman, nyaman, dan sehat

melalui gerakan ketertiban, belanja jujur, pelayanan polisi keamanan

sekolah, senyum, sapa, salam (3S), pelaksanaan budaya mematikan,

menuntun (2M) sepeda motor di aera sekolah, trias UKS dan 8

golongan UKS, menu jajanan bebas penyedap, pemanis, pengenyal.

Pengawet, pewarna, pembungkus (5P).

4) Mengembangkan pendidikan lingkungan hidup yang terintegrasi

dalam pembelajaran.
61

5) Seluruh warga sekolah mampu membudayakan pelestarian

lingkungan, kepekaan dalam pencegahan dan perbaikan kerusakan

dan pencemaran lingkungan.

6) Peserta didik mampu menemukan cara belajar yang efektif dam

efisien dalam mencapai tujuan pembelajaran.

7) Peserta didik mampu mengatasi masalah diluar pembelajaran yang

mempengaurhi proses dan tujuan pembelajaran secara efektif.

8) Terwujudnya peningkatan Gain Score Achievement (GSA) minimal

+0,4.

9) Meningkatkan jumlah peserta didik yang diterima di perguruan tinggi

negeri dibandingkan tahun sebelumnya 60% menjadi 75%.

10) Sekolah memiliki tim olahraga (cabang sepak bola, bulu tangkis,

pencak silat) yang mampu menjadi finalis di tingkat provinsi.

11) Sekolah memiliki tim kesenian (tari, musik) yang mampu menjadi

finalis di tingkat provinsi.

12) Sekolah memiliki tim English Speech Contest dan English Debate

yang mampu menjuarai di tingkat provinsi.

13) Peserta didik mampu menjadi finalis OSN tingkat Kota Blitar.

D. Motto

“Bekerja Keras, Penuh Simpatik sebagai Pembela Lingkungan”

4.1.2.3 Keadaan Rombongan Belajar SMA Negeri 2 Kota Blitar

A. Jumlah Kelas
62

Tabel 4.1 Jumlah kelas di SMA Negeri 2 Kota Blitar


KELAS ROMBEL
IPA IPS

X X IPA 1 X IPS 1

X IPA 2 X IPS 2

X IPA 3 X IPS 3

X IPA 4 X IPA 4

X IPA 5 X IPS 5

XI XI IPA 1 XI IPS 1

XI IPA 2 XI IPS 2

XI IPA 3 XI IPS 3

XI IPA 4 XI IPS 4

XI IPA 5 XI IPS 5

XII XII IPA 1 XII IPS 1

XII IPA 2 XII IPS 2

XII IPA 3 XII IPS 3

XII IPA 4 XII IPS 4

XII IPA 5 XII IPS 5

B. Jumlah Siswa Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tabel 4.2 Jumlah siswa berdasarkan tingkat pendidikan SMA Negeri 2


Kota Blitar
Tingkat Pendidikan L P Total

Tingkat 10 144 205 349


63

Tingkat 11 110 200 310

Tingkat 12 91 192 283

TOTAL 345 597 942

4.1.2.4 Rekapitulasi Data SMA Negeri 2 Kota Blitar

Tabel 4.3 Rekapituasi data SMA Negeri 2 Kota Blitar


Uraian Guru Tendik PTK PD

Laki-Laki 23 12 35 344

Perempuan 29 5 34 598

Total 52 17 69 942

Keterangan :

- Perhitungan jumlah PTK adalah yang sudah mendapat penugasan,

berstatus aktif, dan terdaftar di sekolah induk.

- Singkatan :

a. PTK : Guru ditambah Tendik

b. PD : Peserta Didik

4.1.2.5 Fasilitas yang ada di SMA Negeri 2 Kota Blitar

SMA Negeri 2 Kota Blitar adalah salah satu sekolah negeri di Kota

Blitar. SMA Negeri 2 Kota Blitar mengembangkan pendidikan khusus pada

jenjang pendidikan negeri. SMA negeri 2 Kota Blitar sekarang ini menjadi

salah satu sekolah yang memiliki daya tarik tersendiri di masyarakat. hal
64

tersebut terbukti dari banyaknya peminat dari tahun ke tahun yang

mendaftarkan dirinya untuk sekolah di SMA Negeri 2 Kota Blitar baik dari

alamat terdekat maupun jauh peserta didik banyak yang berminat di sekolah

tersebut.

Selain fasilitas yang dimiliki di SMA Negeri 2 Kota Blitar dalam

memberikan pelayanan baik pelayanan administrasi maupun pelayanan

pengembangan keterampilan dan keintelektualan siswa juga disediakan

sarana pendidikan yang berupa :

1) Ruang kelas dari masing-masing tingkat pendidikan dan

rombongan belajar yang dilengkapi dengan kipas angina,

proyektor, dan sound

2) Perpustakaan

3) Ruang guru

4) Ruang tata usaha

5) Ruang laboratorium komputer, fisika, kimia, biologi

6) Masjid

7) Kantin

8) Lapangan volley, basket, dan lapangan sepak bola

9) Pojok baca atau gazebo literasi

10) Toilet
65

4.2 Penyajian Data

4.2.1 Kesiapan Peserta Didik dalam Menghadapi AKM

4.2.1.1 Faktor Fisiologis

Faktor fisiologis merupakan faktor yang berasal dari internal peserta

didik yang dapat mempengaruhi keberhasilan peserta didik dalam studinya.

Persiapan ujian AKM ini adalah siswa yang ditunjuk secara acak oleh pusat.

Maka dari itu, setiap siswa juga harus mempersiapkan dirinya jika ditunjuk

sebagai sampel dalam ujian tersebut. AKM adalah ujian yang masih

terbilang baru pertama kali dilakukan di tahun 2021. Setiap siswa juga harus

mempersiapkan dirinya sebaik mungkin dalam menghadapi ujian ini seperti

yang dikatakan oleh siswa bernama Sekar yang mengatakan bahwa :

“Hal yang saya persiapkan waktu saya ditunjuk sebagai siswa yang
mengikuti ujian ini yaitu menjaga pola makan agar badan tetap sehat
apalagi masih pandemi seperti ini. Kalau weekend biasanya saya
olahraga”.(Hasil wawancara langsung pada 3 Februari 2022)
Hal senada juga disampaikan oleh sebagian siswa yang diwakili

Natalia yang mengatakan bahwa :

“Yang saya lakukan selama daring dirumah ya menjaga pola makan


juga, jaga kesehatan, tidur siang dan tidak begadang terus agar badan
kita saat ujian berlangsung biar tetap segar”(Hasil wawancara
langsung pada 3 Februari 2022)
Siswa yang bernama Adeka juga menyampaikan hal yang senada

yang mengatakan bahwa :

“Selama daring biasanya ya tetap olahraga, pola makannya dijaga,


tidak keluar rumah kalau tidak berkepentingan dan tetap mematuhi
66

protokol kesehatan. Kalau sudah tatap muka ya seperti biasanya


olahraga juga, memakai masker dan jaga kesehatan”. (Hasil
wawancara langsung pada 3 Februari 2022)
Dari penjelasan diatas dapat dimaknakan yang menjadi persiapan

siswa dalam menghadapi ujian ini diantaranya menjaga kesehatan agar

badan tetap sehat dimasa pandemi dan otomatis siswa dituntut untuk

menjaga pola makan dan pola tidur serta belajar. Menjaga pola makan

dengan mengonsumsi makanan yang sehat dan terus mematuhi protokol

kesehatan baik dirumah maupun diluar rumah sehingga pada saat ujian

berlangsung badan kita tetap sehat dan menjadikan badan segar dan

berenergi.

Rentang waktu yang direkomendasikan dokter bagi usia remaja

adalah selama 7 hingga 8 jam. Namun, tidur yang ideal itu bukan hanya dari

durasi saja. Seberapa berkualitas tidur kita juga menjadi faktor pola tidur

yang baik. Cara yang dapat dilakukan dengan banyak-banyak minum air,

mengurangi begadang, dan lain sebagainya. Selain rentang waktu untuk

tidur agar badan tetap fit, rentang waktu untuk belajar juga dapat

mempengaruhi badan atau jasmani kita. Waktu belajar yang terlalu lama

juga akan membuat badan dan pikiran capek. Terkait rentang waktu untuk

belajar, Sekar juga menambahkan bahwa :

“Kalau saya rentang waktu untuk belajar yang cukup biasanya


sekitar 1 sudah cukup diluar pembelajaran sekolah. Tapi untuk
persiapan ujian AKM ini saya belajarnya kurang lebih 1 hingga 2
jam”. (Hasil wawancara langsung pada 3 Februari 2022)
67

Hal senada juga disampaikan oleh temannya, yaitu Celena yang

mengatakan bahwa :

“Saya mengikuti bimbel jadi waktu belajar saya itu mengikuti jam
les. Tapi jika bimbelnya libur kalau saya ada PR atau pengen belajar
gitu saya biasanya kurang lebih satu jam sudah cukup”. (Hasil
wawancara langsung pada 3 Februari 2022)
Selain itu, Bryan juga mengatakan bahwa :

“Waktu belajar saya tidak tentu, tapi biasanya saya akan belajar jika
ada ujian atau ulangan atau PR saja dan itu tidak terbatas jam. Jika
saya rasa sudah cukup ya cukup belajarnya”. (Hasil wawancara pada
3 Februari 2022)
Rentang waktu belajar yang efektif menurut pakar ahli adalah 30

menit hingga 1 jam agar badan dan otak kita tetap stabil. Namun hal ini

kembali lagi ke ciri fisik masing-masing peserta didik dalam merespon hal

tersebut. Waktu yang paling efektif untuk belajar adalah waktu pagi dimana

tubuh dan otak kita masih fresh dalam menerima materi. Dari penjelasan

diatas dapat dimaknakan rentang waktu belajar setiap peserta didik itu

berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan masing-masing individu.

Persiapan ujian secara fisiologis ini dapat mempengaruhi studi

peserta didik dimana tubuh atau jasmani kita dituntut untuk fit, sehat, dan

segar agar hasil dari ujian ataupun dalam menerima materi pelajaran bisa

terserap dengan baik dimana meliputi persiapan jasmani atau persiapan

waktu yang dapat mempengaruhi kondisi fisik masing-masing individu.


68

4.2.1.2 Faktor Psikologis

Faktor psikologis ini juga berasal dari internal peserta didik yang

meliputi minat, bakat, tingkat intelegensi, motivasi, maupun metode

pembelajaran yang dapat mempengaruhi psikologis peserta didik. Hal ini

disampaikan oleh Sekar yang mengatakan bahwa :

“Terkait metode pembelajaran yang saya sukai adalah metode


diskusi karena bisa bertukar pendapat dengan guru dan teman-teman
lainnya”. (Hasil wawancara langsung pada 3 Februari 2022)
hal senada yang disampaikan oleh Natalia juga mengatakan terkait

metode pembelajaran bahwa :

“kalau saya juga suka diskusi dan tanya jawab karena jika kita tidak
menemukan jawabannya kita bisa sharing satu sama lain yang
akhirnya bisa menemukan solusi atau jawaban atas pertanyaan
tersebut”. (Hasil wawancara langsung pada 3 Februari 2022)
Terkait dengan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru

dalam menyampaikan materi, peserta didik lebih menyukai diskusi dan

tanya jawab sehingga dapat melatih peserta didik untuk berdiskusi,

berbicara didepan umum, dan melatih tingkat kepedean maupun kritis

dalam berpikir. Soal-soal yang berkaitan dengan AKM adalah soal-soal

yang terbilang HOTS dan dengan tingkat literasi yang tinggi. Maka dari itu,

guru memanfaatkan berbagai macam metode pembelajaran salah satunya

yaitu dengan diskusi, tanya jawab, maupun presentasi di depan kelas.

Dengan mengetahui metode pembelajaran yang disukai oleh peserta didik

ini dapat meningkatkan semangat dan tingkat berpikir peserta didik. Terkait

dengan ujian AKM, hal yang dilakukan oleh peserta didik yaitu dengan
69

berkonsultasi atau bertanya dengan guru mata pelajaran yang bersangkutan.

Guru juga akan membantu dalam mendalami materi terkait AKM. Adapun

tambahan dari siswa yang bernama Nanda yang mengatakan bahwa :

“Belajar sama memperbanyak latihan-latihan soal terkait soal


AKM”. (Hasil wawancara langsung pada 3 Februari 2022)
Selain metode pembelajaran, perangsang atau motivasi juga

termasuk ke dalam faktor psikologis peserta didik dimana motivasi ini yang

mendorong siswa untuk belajar lebih giat lagi. Seperti yang dikatakan oleh

Celena bahwa motivasi untuk belajar adalah :

“Kalau saya motivasinya ya karena agar nilai saya ketika ujian itu
biar bagus dan memuaskan serta diatas KKM”. (Hasil wawancara
pada 3 Februari 2022)
Hal senada juga disampaikan oleh Adeka yang mengatakan bahwa :

“Kadang kita belajar disekolah secara luring saja tidak begitu paham
apalagi secara daring. Jadi biar saya tetap menguasai pelajaran ya
solusinya saya belajar sendiri dengan mencari hal yang saya tidak
ketahui dan biar nilai ujian kita itu memuaskan”. (Hasil wawancara
langsung pada 3 Februari 2022)
Perangsang atau motivasi ini juga merupakan hal yang sangat

penting bagi keberhasilan studi peserta didik dimana mendorong peserta

didik untuk giat belajar agar memperoleh hasil yang memuaskan. Ujian

AKM bagi peserta didik merupakan hal yang baru pertama kali dilakukan

karena kebijakan tersebut adalah kebijakan baru dan dilaksanakan mulai

tahun 2021 sehingga banyak dari peserta didik yang merasa belum

sepenuhnya siap. Karena tidak semua siswa mengikuti ujian AKM dan

dipilih secara acak serta nama-nama siswa yang mengikuti ujian tersebut itu
70

secara mendadak. Kendala-kendala yang dihadapi oleh peserta didik dalam

menghadapi AKM itu macam-macam. Pasti saat melakukan namanya ujian

sebagian siswa juga ada yang merasakan kekhawatiran, rasa takut serta

cemas akan berlangsungnya ujian AKM ini.

Seperti yang dialami oleh Adeka yang mengatakan bahwa :

“ada rasa cemas, takut karena ujian ini baru pertama kali dan kita
ditunjuk sebagai siswa yang ikut ujian. Soal AKM juga berbeda
dengan UN. Soal AKM lebih sulit dari UN. Jadi pastinya kalau saya
ada rasa takut kalau hasilnya tidak memuaskan sekolah”. (Hasil
wawancara langsung pada 3 Februari 2022)
Adapun tambahan dari peserta didik yang bernama Natalia yang

mengatakan bahwa :

“Itu yang dicemaskan kalau saya adalah sistemnya atau jaringannya


eror. Karena kemarin aplikasi dari pusat itu sering eror pada saat
mengerjakan”. (Hasil wawancara langsung pada 3 Februari 2022)
Dari penjelasan diatas dapat dimaknakan bahwa ujian AKM

merupakan penyebab kecemasan peserta didik. Selain kecemasan, adapun

kendala lainnya saat menghadapi AKM yang dialami oleh peserta didik

seperti yang diungkapkan oleh Sekar yang mengatakan bahwa :

“Karena AKM ini masih baru, jadi kita kurang beradaptasi dengan
variasi soal-soal AKM. Selain itu, soal-soal AKM itu kan mengarah
kepada literasi. Jadi kita harus lebih teliti lagi, lebih memahami lagi
apa yang dimaksudkan dalam pertanyaan tersebut”. (Hasil
wawancara langsung pada 3 Februari 2022)
Siswa takut jika hasilnya kurang memuaskan dan sang guru juga

takut jika hasil nya kurang memuaskan karena hasil tersebut juga

mempengaruhi tingkat sekolah. Adapun cara peserta didik untuk


71

menghilangkan rasa cemas akan menghadapi ujian AKm selain belajar,

seperti yang dikemukakan oleh Adeka yang mengatakan bahwa :

“Kalau saya caranya itu seperti ya banyak-banyak ibadah, berdoa


sebelum mengerjakan agar dilancarkan dan tidak terkendala
apapun”. (Hasil wawancara langsung pada 3 Februari 2022)
Selain itu adapula tambahan dari peserta didik yang bernama Natalia

yang mengatakan bahwa :

“Bukan hanya ujian AKM, ujian-ujian lainnya seperti ujian sekolah,


ujian semester itu biasanya saya untuk mengurangi rasa cemas
dengan melakukan refreshing sedikit-sedikit”. (Hasil wawancara
langsung pada 3 Februari 2022)
Kunci sukses dalam menghadapi berbagai ujian adalah membangun

percaya diri akan keberhasilan dengan cara menghilangkan rasa cemas agar

memperoleh hasil yang memuaskan.

4.2.2 Kesiapan Sekolah dalam Menghadapi AKM

Dalam menghadapi ujian Asessmen Kompetensi Minimum (AKM)

berbasis komputer dimana peran pendidik dan kependidikan sangat penting

terutama dalam hal membimbing peserta didik dalam menghadapi ujiannya.

AKM secara umum diartikan sebagai pengganti ujian nasional yang

berfungsi sebagai pemetaan pendidikan dalam mengukur derajat sekolah

tersebut dan sebuah kebijakan baru yang diluncurkan oleh Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia yang telah dijalankan pada tahun

2021. Dalam konteks arti AKM menurut Bapak Ibnu selaku wakil kepala

sekolah SMA Negeri 2 Kota Blitar mengatakan :


72

“Ujian AKM merupakan ujian yang ditetapkan oleh pemerintah dan


yang dinilai adalah sekolahnya dan tidak semua sekolah secara
nasional yang bertujuan untuk memetakan pendidikan di daerah
tersebut. Untuk di Kota Blitar sendiri semua sekolah melaksanakan
ujian AKM ini salah satunya yaitu di sekolah kita”.
(Hasil wawancara secara langsung pada 31 Januari 2022)

Proses pelaksanaan ujian AKM rencanya akan dilaksanakan dari

tahun ke tahun dimana sekolah akan lebih mempersiapkan pembelajaran

dikelas secara maksimal. Ujian AKM ini tidak menguji seluruh peserta didik

di tingkat kelas XI, namun menguji peserta didik yang sudah dipilih secara

acak oleh pemerintah pusat. Maka dari itu, sekolah harus mempersiapkan

sebaik mungkin dalam proses belajar mengajar di kelas maupun secara

daring agar semua siswa dirasa sudah siap dalam menghadapi ujian AKM.

Di SMA Negeri 2 Kota Blitar terdapat 50 peserta didik yang dipilih untuk

mengikuti ujian. 45 peserta didik diantaranya adalah yang mengikuti ujian

AKM, dan 5 orang lainnya sebagai cadangan apabila diantara 45 orang

tersebut tidak dapat mengikuti ujian dikarenakan berbagai hal seperti sakit

sebagaimana telah dinyatakan oleh Bapak Ibnu yang mengatakan :

“Siswa yang mengikuti ujian ini itu hanya 50 siswa dan ditunjuk
secara acak oleh pemerintah pusat. Jadi kita tidak bisa menebak
siapa saja yang akan mengikuti ujian itu. Dari 50 siswa tersebut yang
mengikuti hanya 45 siswa dan 5 orang lainnya adalah sebagai
cadangan jika diperlukan.. dari sekolah hanya menyiapkan untuk
seluruh siswa agar siap jika ditunjuk sebagai sampel untuk ujian ini.
Jika hasil dari sampel tersebut rendah yang disalahkan ya bukan
siswanya, melainkan sekolahnya karena sekolahnya ya memang
belum memenuhi kriteria dan ada beberapa tingkatan dan mereka
tidak mau tau apakah siswa yang ditunjuk ini adalah siswa yang
benar-benar pintar atau bagaimana atau siswa yang tidak naik kelas
73

pun mereka tidak mau tau karena yang dipilih benar-benar secara
acak”.
(Hasil wawancara secara langsung pada 31 Januari 2022)

Jika dilihat dari penjelasan Bapak Ibnu selaku wakil kepala sekolah

SMA Negeri 2 Kota Blitar dapat digambarkan bahwa sekolah harus

mempersiapkan peserta didiknya secara matang agar semua peserta didik

jika ditunjuk secara acak oleh pemerintah mereka sudah siap dan sudah

matang. Karena semua hasil dari ujian ini akan menilai sekolah tersebut

apakah sekolah tersebut layak dan sudah memenuhi kriteria dan ada

beberapa tingkatan yang telah ditetapkan seperti apakah kompetensi literasi

membaca dan numerasi nya sudah cukup bagus atau belum. Hasil tersebut

nantinya akan digunakan oleh pemerintah dalam memberikan stimulus-

stimulus atau perhatian khusus agar sekolah tersebut memenuhi kriteria

yang ditetapkannya sebagai pemetaan pendidikan di wilayah tersebut.

Selain itu, sekolah juga mempersiapkan kepada guru-guru pengajar

dengan memberikan workshop atau sosialisasi terkait soal-soal yang akan

diujikan dalam AKM dimana guru pengajar ini yang akan berperan penting

dalam mempersiapkan peserta didiknya agar mengerjakan ujian sesuai

dengan apa yang diharapkan. Sebagaimana yang dikatakan oleh Bapak

Ibnu, beliau menambahkan :

“Untuk hasilnya mungkin akan keluar tahun 2022. Karena AKM


tahun 2021 ini masih pertama kali dilakukan, tentunya dari peserta
didik ada yang merasa kaget, terbebani atau belum siap dalam
mengerjakan ujian. Namun, dari sekolah sendiri sudah
mempersiapkan dari berbagai infrastruktur, fasilitas, hingga
74

sosialisasi-sosialisasi dengan para guru-guru pengajar maupun ke


siswa nya agar mereka diberi wawasan terkait AKM. Sosialisasi dari
pusat sudah dilakukan namun hanya sekali saja sosialisasinya.
Selain itu, kita juga memberikan pengetahuan kepada peserta didik
bahwa ujian ini tidak menilai siswa itu sendiri dan apapun hasilnya
tidak mempengaruhi raport siswanya, karena takutnya nantinya
peserta didik merasa terbebani akan ujian ini karena mereka merasa
ditunjuk untuk melakukan ujian AKM. Kita juga beri arahan
bagaimana karakteristik soal-soal AKM”.
(Hasil wawancara langsung pada 31 Januari 2022)

Terkait kesiapan sekolah dalam menghadapi ujian AKM ini

diantaranya yaitu memberikan sosialisasi kepada guru dan peserta didik.

Hasil dari AKM tahun 2021 sudah keluar dari pusat tanggal 9 Maret 2022

dimana hasil inilah yang akan digunakan untuk memetakan pendidikan

berdasarkan tingkat kompetensi sebagaimana yang telah dijelaskan dalam

buku AKM dan Implikasinya pada Pembelajaran yang dikeluarkan oleh

Pusat Asessmen dan Pembelajaran Badan Penelitian dan Pengembangan

dan Perbukuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2020). Tingkat

kompetensi tersebut dapat digambarkan melalui tabel berikut:

Tabel 4.4 Tingkat Kompetensi AKM


Sumber : Pusat Asessmen dan Pembelajaran Badan Penelitian dan
Pengembangan dan Perbukuan Kemendikbud (2020)
TINGKAT KOPETENSI LITERASI MEMBACA
Perlu intervensi khusus Murid belum mampu menemukan
dan mengambil informasi
eksplisit yang ada dalam teks
ataupun membuat interpretasi
sederhana
Dasar Murid mampu menemukan dan
mengambil informasi eksplisit
yang ada dalam teks serta
membuat interpretasi sederhana
75

Cakap murid mampu membuat


interpretasi dari informasi implisit
yang ada dalam teks, mampu
membuat simpulan dari hasil
integrasi beberapa informasi
dalam suatu teks
Mahir Murid mampu mengintegrasikan
beberapa informasi lintas teks,
mengevaluasi isi, kualitas, cara
penulisan suatu teks, dan bersikap
reflektif terhadap isi teks.
TINGKAT KOMPETENSI NUMERASI
Perlu intervensi khusus Murid hanya memiliki
pengetahuan matematika yang
terbatas. Murid menunjukkan
penguasaan konsep yang parsial
dan keterampilan komputasi yang
terbatas
Dasar Murid memiliki keterampilan
dasar matematika, komputasi
dasar dalam bentuk persamaan
langsung, konsep dasar terkait
geometri dan statistika, serta
menyelesaikan masalah
matematika sederhana yang rutin
Cakap Murid mampu mengaplikasikan
pengetahuan matematika yang
dimiliki dalam konteks yang lebih
beragam.
Mahir Murid mampu bernalar untuk
menyelesaikan masalah kompleks
serta non rutin berdasarkan
konsep matematika yang
dimilikinya

Terkait dengan kesiapan atau strateginya, beliau juga menambahkan yang

mengatakan bahwa:
76

“Srategi yang akan kami lakukan dalam mempersiapkan AKM


tahun 2022 ini ya dengan cara tetap melanjutkan pembelajaran
dikelas secara maksimal, terus untuk soal-soal ujiannya juga selalu
mengikuti bentuk soal dari AKM, jenis-jenis soal, stimulusnya. Jadi
setiap soal ada stimulusnya. Jadi srateginya ya kita menerapkan
bentuk soal-soal seperti soal AKM dan soal ujian semester maupun
ulangan harian itu sudah mengikuti variasi dari soal-soal AKM dan
tetap konsisten”.
(Hasil wawancara langsung pada 31 Januari 2022)

Untuk mempersiapkan AKM tahun 2022 sekolah akan lebih siap dan

matang dikarenakan SMA Negeri 2 Kota Blitar sudah melakukan

pembelajaran tatap muka terbatas. Beliau juga mengatakan bahwa kesiapan

sekolah atau strategi yang akan dilakukan sekolah dalam menghadapi AKM

tahun 2022 ini yaitu memberikan pemahaman, pembelajaran secara

maksimal dan latihan soal-soal yang persis dengan variasi soal AKM.

4.2.2.1 Faktor Instrumental (Kurikulumnya)

Dari beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan

peserta didik menurut teori dari Munadi (Rusman: 2012) salah satunya yaitu

faktor instrumental yang meliputi kurikulum, metode pembelajaran, sarana

dan prasarana pendidikan. Dalam hal ini kurikulum juga merupakan salah

satu instrument sekolah yang berperan penting yang dapat mengatur

kegiatan belajar-mengajar peserta didik di sekolah. Sebagaimana yang telah

dijelaskan oleh Ibu Widi selaku Waka Kurikulum SMA Negeri 2 Kota Blitar

yang mengatakan bahwa :

“Bagian kurikulum dalam menghadapi AKM ini juga merupakan


peran yang sangat penting, dikarenakan sampel yang dipilih dari
pemerintah ini adalah siswa yang dipilih benar-benar secara acak,
77

jadi kita tidak bisa mempersiapkan 50 siswa tersebut, jadi sekolah


hanya bisa menyiapkan untuk seluruh siswa yang. Untuk kurikulum
ini kita masih menggunakan kurikulum 2013”. (Hasil wawancara
langsung pada 31 Januari 2022)
Kurikulum 2013 sudah dijalankan beberapa tahun yang lalu

mengingat K13 ini adalah kurikulum yang mengedepankan keaktifan dari

peserta didik itu sendiri, jadi tidak bergantung pada guru melainkan dari

siswa yang memiliki keaktifan untuk mencari materi-materi yang kemudian

akan didiskusikan dengan guru. Kurikulum 2013 ini juga menunjang

keberhasilan dari peserta didik dalam menghadapi ujian AKM. Beliau juga

menambahkan bahwa :

“Kegiatan pembelajaran disekolah ini pada waktu tahun 2021 yang


masih gencar-gencarnya kasus covid-19 ya kita melakukan
pembelajaran secara daring dengan memaksimalkan berbagai
media-media pembelajaran. Namun untuk saat ini kita sudah
melakukan kegiatan pembelajaran secara luring namun jam mata
pelajaran dipangkas dan tetap mematuhi protokol kesehatan dengan
memaka masker. Kita juga tidak menambahkan jam mata pelajaran
untuk khusus AKM, namun kita memaksimalkan dan terus
melakukan kegiatan sosialisasi maupun workshop kepada guru-guru
pengajar agar memberikan soal sesuai dengan variasi soal AKM”.
Pada waktu pembelajaran secara daring ini ada beberapa pilihan
yaitu adanya kurikulum khusus, jadi tidak semua materi atau
Kompetensi Dasar (KD) dihabiskan semua dan kita boleh
menentukan materi”. (Hasil wawancara langsung pada 31 Januari
2022)

Dari penjelasan diatas, dalam hal kurikulum sekolah SMA Negeri 2

Kota Blitar tetap menggunakan Kurikulum 2013 dengan melakukan strategi

memberikan workshop kepada guru-guru pengajar. Selain itu, dengan

adanya merdeka belajar kita juga diberikan kemerdekaan dalam hal belajar,
78

baik peserta didik yang merdeka maupun sekolah yang merdeka. Dari

sinilah kurikulum sekolah juga dapat menyesuaikan apa saja yang

dibutuhkan oleh peserta didik dan sekolahnya dalam melakukan kegiatan

belajar mengajar dan apa yang diharapkannya. Dengan adanya kebijakan

baru yaitu merdeka belajar jadi sekolah juga diberikan kebebasan dengan

menggunakan kurikulum K13 murni atau bisa juga menggunakan

kurikulum yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan sekolah.

Terkait kesiapan sekolah dalam hal kurikulum sebenarnya sekolah

SMA Negeri 2 Kota Blitar juga sudah menyongsong untuk melakukan

kurikulum Prototype dimana kurikulum ini dirancang agar peserta didik bisa

mengkaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari dan bisa meringankan

beban pekerjaan rumah maupun ujian yang diberikan oleh guru. Untuk

kurikulum Prototype ini di Kota Blitar sendiri belum ada yang

menerapkannya. Namun, dalam rangka menyongsong kurikulum baru ini

SMA Negeri 2 Kota Blitar juga sudah menyiapkan untuk menetapkan

kurikulum prototype ini. Latar belakang dari adanya kurikulum prototype

ini juga karena adanya dampak dari pandemi covid-19 dan menerapkan

kurikulum darurat. Ibu Widi selaku Waka Kurikulum SMA Negeri 2 Kota

Blitar juga telah menegaskan bahwa :

“Sekolah kita juga sudah menyongsong kurikulum prototype yang


digunakan sebagai keleluasaan sekolah untuk menentukan arah
tujuan sekolah kita kemana walaupun sebenernya kita belum
sekolah penggerak dan juga belum menetapkan kurikulum
prototype. Akan tetapi, arah pembelajarannya sudah mengarah
kearah sana. Misalkan kita menggunakan pembelajaran berbasis
79

projek dimana pembelajaran ini adalah kolaborasi antar beberapa


mata pelajaran terus kemudian akan dibuatkan satu projek yang
hubungannya nanti adalah profil pelajar pancasila. Jadi siswa nanti
bisa belajar bergotong royong, bekerja sama, beriman dan bertakwa
dan lain sebagainya yang nanti ada beberapa tema. Dan ini
sebenernya kita sudah mengawali walaupun kita belum menerapkan
kurikulum prototype. Jadi arahnya kita sudah project based
learning”. (Hasil wawancara langsung pada 31 Januari 2022)
Variasi soal-soal ujian AKM ini juga mengarah pada keterkaitan

materi dengan kehidupan sehari-hari. Jadi untuk semester ini sekolah SMA

Negeri 2 Kota Blitar masih menggunakan kurikulum K13. Namun, untuk

semester depan sekolah tersebut akan menetapkan kurikulum prototype

dimana kurikulum tersebut dimaksudkan dan diarahkan untuk melakukan

pembelajaran berbasis projek. Pelaksanaan kurikulum K13 dari tahun ke

tahun juga sudah menunjukkan keberhasilan belajar peserta didik

diantaranya yaitu banyaknya peserta didik di SMA Negeri 2 Kota Blitar

yang masuk pada perguruan tinggi negeri, 100% peserta didik lulus pada

ujian UNBK pada tahun-tahun sebelumnya. Namun, untuk pelaksanaan

ujian AKM banyak sekolah yang sudah menyongsong maupun menetapkan

kurikulum prototype sebagai penunjang keberhasilan studi peserta didik

yang berkaitan dengan pembelajaran berbasis projek dan relevan dengan

soal-soal ujian AKM.. Selain itu, beliau juga menambahkan bahwa :

“Kita juga sudah melakukan sosialisasi-sosialisasi dengan para


guru-guru pengajar agar diberikan wawasan terkait pembuatan soal,
pembuatan materi, cara pengajaran yang mengarah pada soal AKM
serta memberikan wawasan tentang kurikulum prototype ini. Selain
itu, kita juga mengarahkan kepada guru-guru pengajar untuk
memberikan tiap ulangan harian maupun ujian semester dalam
bentuk atau variasi soal yang mengarah pada variasi ujian AKM.
80

Karena kita tidak pernah tau siapa saja siswa yang akan dijadikan
sampel karena itu adalah dipilih secara acak dari pemerintah dan
nama-nama siswa yang dijadikan sampel itu juga mepet keluarnya.
Tahun lalu sepertinya H- beberapa minggu gitu sebelum
pelaksanaan ujiannya. Jadi kita tetap harus menyiapkan untuk
seluruh siswa”.
(Hasil wawancara langsung pada 31 Januari 2022)

Kurikulum prototype diberikan opsi sebagaI tambahan bagi satuan

pendidikan untuk melakukan pemulihan pembelajaran selama 2022 – 2024.

Kebijakan kurikulum nasional akan dikaji ulang pada 2024 berdasarkan

evaluasi selama masa pemulihan pembelajaran. Berdasarkan hasil rapat dan

kebijakan yang telah ditetapkan oleh Kemendikbud tentang kurikulum,

dapat digambarkan dalam bentuk tabel berikut :

Tabel 4.5 Arah Kebijakan Kurikulum Pendidikan


Sumber : Dapodik.co.id
Pra Pandemi 2020 Pandemi Pemulihan 2024
pandemi – 2021 2021 - 2022 Pembelajaran
2022- 2024
Kurikulum Kurikulum Kurikulum Kurikulum Penentuan
2013 2013 dan 2013, 2013, kurikulum kebijakan
Kurikulum kurikulum darurat, dan kurikulum
darurat (Kur- darurat, dan kurikulum nasional
2013 yang kurikulu prototype berdasarkan
disederhanaka prototype di sebagai opsi bagi evaluasi
n) SP dan semua satuan terhadap
SMK PK pendidikan kurikulum
pada masa
pemulihan
pembelajaran

Seperti yang telah dijelaskan, beliau juga menegaskan kembali

dengan adanya program GLS yang dapat menunjang AKM ini yang

mengatakan bahwa:
81

“Gerakan Literasi Sekolah di sekolah kita pada waktu covid-19 yang


mengharuskan siswa belajar secara daring ini kita agak merasa
kesulitan dan sebenernya kurang berjalan dengan maksimal juga.
GLS ini juga sebenernya dapat meningkatkan kemampuan literasi
membaca siswa. Tetapi untuk saat ini karena kita sudah melakukan
pembelajaran secara luring program GLS tersebut sudah mulai
berjalan normal yaitu siswa diwajibakan membaca 15 menit pertama
sebelum mata pelajaran dimulai. Program GLS ini sebenarnya juga
sudah berjalan beberapa tahun yang lalu”.
(Hasil wawancara langsung pada 31 Januari 2022)

Dilihat dari pemaparan oleh Ibu Widi selaku Waka Kurikulum SMA

Negeri 2 Kota Blitar untuk kurikulum AKM ini lebih baik menggunakan

kurikulum prototype dimana kurikulum tersebut lebih mengarah kepada

pembelajaran berbasis projek (project based learning) dan mengarah

kepada student at the right level. Selain itu, AKM juga ada AKM kelas jadi

adanya ulangan formatif soal-soalnya juga sudah mengacu kepada soal

AKM. Kemudian program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) juga tetap

dilakukan setelah adanya pembelajaran luring namun kurang berjalan

dengan maksimal.
82

Gambar 4.5 Pojok Baca Kelas


Sumber : Dokumentasi Peneliti

Berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi yang

diperoleh, dapat disimpulkan bahwa kurikulum yang digunakan di sekolah

tersebut menggunakan arahan dari pemerintah yaitu menggunakan

kurikulum darurat dan menyongsong kurikulum prototype serta program

GLS di situasi pandemi tidak berjalan dengan semestinya sebagaimana yang

telah dijelaskan diatas.

4.2.2.2 Faktor Instrumental (Metode pembelajaran)

Pelaksanan AKM pada tahun 2021 ini adalah pelaksanaan ujian

yang pertama kali dilakukan. Sebelum pelaksanan AKM tahun 2021, SMA

Negeri 2 Kota Blitar melakukan pembelajaran secara daring dikarenakan

adanya pandemi covid-19. Sekitar bulan oktober, SMA Negeri 2 Kota Blitar
83

melakukan pembelajaran dengan Blended Learning dimana 50%

pembelajaran secara daring dan 50% pembelajaran secara luring. Pada saat

pembelajaran secara daring, guru-guru pengajar memanfaatkan berbagai

platform untuk media pembelajarannya. Hal ini dipaparkan oleh Ibu Cici

selaku guru matematika di SMA Negeri 2 Kota Blitar yang mengatakan

bahwa :

“Metode pembelajaran pada waktu tahun kemarin dikarenakan


masih adanya pandemi covid-19 kita melakukan blended learning,
jadi waktu kemarin saya melakukan pembelajaran waktu secara
luring itu saya kasih pembelajaran seperti biasa tatap muka. Untuk
yang dirumah saya sempat memakai google meet, zoom, google
classroom. Pada waktu pembelajaran daring jadi siswa tidak banyak
melakukan literasi numerasi secara mandiri dan masih saya
terangkan”. (Hasil wawancara langsung pada 3 Februari 2022)
Hal senada juga dikatakan oleh Ibu Anis selaku guru bahasa

indonesia di SMA Negeri 2 Kota Blitar yang mengatakan bahwa:

“Pada waktu masih pembelajaran secara daring, saya menggunakan


video yang saya buat yang kemudian anak-anak akan belajar melalui
video tersebut, selain itu saya juga menggunakan berbagai platform
seperti google classroom, dan google meet, google teams. Namun
saat ini lebih banyak menggunakan google teams.”. (Hasil
wawancara langsung pada 3 Februari 2022)
Selain itu, Ibu Widi yang juga merangkap sebagai guru bahasa

inggris juga menerangkan bahwa :

“kemarin pada waktu pembelajaran daring saya menggunakan video


yang nantinya akan saya posting di channel youtube saya yang
kemudian anak-anak harus melihatnya dengan ditandai anak-anak
harus komen di video tersebut dan akan merangkum materinya. Jika
tidak diseingi dengan video, biasanya anak-anak males membaca
84

materi. Jadi saya membuat 2 yaitu berupa video dan berupa PPT
yang nantinya akan saya jelaskan melalui google meet”.
(Hasil wawancara pada 31 Januari 2022)

Gambar 4.6 Menu Aplikasi Google Teams


Sumber : SMA Negeri 2 Kota Blitar

Seperti yang kita ketahui bahwa saat ini Indonesia juga masih

dilanda pandemi covid-19. Namun, beberapa sekolah di Kota Blitar

termasuk SMA Negeri 2 Kota Blitar sudah melakukan pembelajaran secara

luring 100% dengan tetap mematuhi protokol kesehatan. Pembelajaran


85

secara daring ini memanfaatkan berbagai media sosial, platform

pembelajaran, dan kreatifitas guru masing-masing. Metode pembelajaran

yang digunakannya pun juga berbeda dengan pembelajaran secara daring.

Ibu Cici selaku guru matematika juga menambahkan bahwa :

“Pembelajaran luring nantinya akan saya ubah biar tidak klasikal,


yaitu yang lebih aktif adalah siswa dan saya akan membuat
kelompok belajar atau diskusi kelompok biar mereka lebih aktif
berinteraksi juga karena saya rasa kedekatan dengan teman-
temannya itu kurang dikarenakan adanya pandemi kemarin yang
mengahruskan siswa tidak bertemu teman-temannya. Akhirnya saya
buat kelompok belajar yang mereka buat sendiri. Jadi saya kasih
materinya apa yang nantinya mereka akan cari sendiri entah dari
buku, LKS, internet yang penting mereka mencari. Setelah itu saya
kasih beberapa latihan soal yang harus mereka kerjakan secara
berkelompok”.
(Hasil wawancara langsung pada 3 Februari 2022)

Hal senada juga disampaikan oleh Ibu Anis selaku guru bahasa

indonesia yang mengatakan bahwa

“Metode pembelajaran saya waktu ngajar dikelas yaitu juga saya


mengajak anak-anak untuk diskusi, untuk membentuk kelompok.
Nah, kelompok-kelompok disukusi itu saya berikan materi yang
nantinya mereka akan mencari materi itu sendiri di berbagai sumber
dan melakukan presentasi di kelas. Guru disini kebanyakan
memakai metode seperti itu dikarenakan arah pembelajaran kita
mengarah kepada kurikulum prototype dan yang lebih aktif itu siswa
nya bukan gurunya. Guru disini sebagai fasilitator”.
(Hasil wawancara langsung pada 3 Februari 2022)

Dari pemaparan tersebut dapat diketahui bahwa gambaran metode

pembelajaran yang dilakukan oleh guru-guru pengajar adalah dengan

student centered learning dimana pembelajarannya yang lebih aktif adalah

siswanya dan guru hanya sebagai fasilitator. Selain itu juga dalam rangka
86

menyongsong kurikulum prototype. Peserta didik di SMA Negeri 2 Kota

Blitar baik dari jurusan IPA maupun jurusan IPS juga menyukai metode

pembelajaran dengan diskusi kelompok. Hal ini disampaikan oleh Sekar dan

Natalia selaku peserta didik di SMA Negeri 2 Kota Blitar dari jurusan IPA

yang mengatakan bahwa :

“Kalau saya lebih suka diskusi dan tanya jawab, kalau hanya guru
yang menerangkan gitu malah lebih membosankan dan mengantuk
di kelas”.
(Hasil wawancara langsung pada 31 Januari 2022)

Hal yang sama juga disampaikan oleh Nanda dan Bryan selaku

peserta didik di SMA Negeri 2 Kota Blitar dari jurusan IPS yang

mengatakan bahwa :

“Sama kak, kalau saya juga suka diskusi lalu presentasi di kelas agar
bisa melatih tingkat ke pd an saya dan bisa lebih aktif di kelas”.
(Hasil wawancara langsung pada 31 Januari 2022)
87

Gambar 4.5 Diskusi kelas


Sumber : Dokumentasi Peneliti

Guru merupakan satu komponen penting dalam keberhasilan

pembelajaran dan studi peserta didik. Kemampuan guru dalam memahami

dan menyampaikan materi pembelajaran juga akan berdampak baik pada

pemahaman peserta didik. Sebagai pendidik professional maka guru harus

terus mengembangkan kapasitas dan potensi dirinya. Dari guru itu sendiri

yang perlu dipersiapkan dalam menghadapi ujian AKM salah satunya yaitu

memberikan latihan-latihan soal yang berkaitan dengan AKM. Seperti yang

dikemukakan oleh Ibu Cici yang mengatakan bahwa:

“Setiap bab ini akan saya kenalkan bentuk variasi dari soal-soal
AKM. Selain itu juga setiap ada ulangan harian maupun ujian
semester begini saya juga menyisipkan beberapa soal dengan bentuk
soal-soal AKM seperti pilihan ganda, benar-salah, pilihan ganda
lebih dari satu dan lain sebagainya yang mengarah ke dalam bentuk
soal-soal AKM. Untuk kelas 10 saya juga sudah mengenalkan
88

variasi bentuk-bentuk AKM, agar nantinya pada waktu naik ke kelas


11 mereka lebih familiar dan sudah terbiasa dengan bentuk soal
AKM”.
(Hasil wawancara langsung pada 3 Februari 2022)

Hal senada juga disampaikan oleh Ibu Anis selaku guru bahasa

Indonesia yang mengatakan bahwa :

“Sekolah kita juga sudah menerapkan bentuk soal-soal seperti


AKM, jadi pembelajaran, pemberian materi maupun ujian-ujian
yang dilakukan juga sudah mengarah ke bentuk soal AKM”. (Hasil
wawancara langsung pada 3 Februari 2022)
Bentuk soal dari AKM ini baik literasi membaca maupun literasi

numerasi seperti pilihan ganda, pilihan ganda lebih dari satu, benar-salah,

pilihan menjodohkan, dan lain sebagainya. Berikut adalah contoh soal yang

mengarah pada AKM di mata pelajaran bahasa Indonesia dan matematika

adalah dapat dilihat pada gambar berikut:


89

Gambar 4.6 Contoh Soal AKM Matematika


Sumber : Guru Pengajar Matematika SMA N 2 Kota
Blitar
90

Gambar 4.7 Contoh Soal PAT Bahasa Indonesia


Sumber : Guru Pengajar Bahasa Indonesia
SMA Negeri 2 Kota Blitar

4.2.2.3 Faktor Instrumental (Sarana dan Prasarana)

Faktor yang ketiga dalam faktor instrumental adalah sarana dan

prasarana pendidikannya. Sarana dan prasarana ini digunakan sebagai

penunjang kegiatan belajar mengajar di sekolah. Sarana dan prasarana ynag

ada di SMA Negeri 2 ini sudah cukup memadai dan berfungsi dengan baik.

Hal ini disampaikan oleh Bapak Basuki selaku Waka Kurikulum di SMA

Negeri 2 Kota Blitar yang mengatakan bahwa :

“Untuk hal sarana dan prasarana di sekolah kita ini sudah cukup
memadai, bahkan sangat memadai. Baik sarana dan prasarana di
kelas maupun di luar kelas. Di masing-masing kelas juga sudah
91

tersedia LCD, proyektor, dan lain sebagainya yang dapat menunjang


kegiatan pembelajaran di kelas. Selain itu, kami juga mempunyai 5
laboratorium yang masing-masing lab itu juga berfungsi dengan
amat baik dan terawat”. (Hasil wawancara pada 3 Februari 2022).
Pada pelaksanaan ANBK yang menguji tentang AKM, survey

karakter, dan survey lingkungan belajar ini dimana masing-masing tes atau

ANBK ini menggunakan komputer. Komputer-komputer yang ada di SMA

Negeri 2 Kota Blitar ini juga hampir semuanya berfungsi dengan baik. Hal

ini juga disampaikan oleh Bapak Basuki yang mengatakan bahwa :

“Untuk komputer-komputernya juga hampir semuanya berfungsi


dengan baik, jadi pada pelaksanaan AKM kemarin jika dilihat dari
segi sarana dan prasarana di sekolah kita ini sudah tidak ada
masalah. Yang disiapkan dalam menghadapi ujian tersebut ya
seperti pengecekan komputer,, jaraingannya serta software yang
digunakan. Selain itu juga daya listrik di sekolah kita juga sudah
ditambah, wifi nya juga bisa digunakan walaupun ada beberapa titik
yang tidak bisa dijangkau. Untuk listriknya jika ada pemadaman dari
PLN gitu saya harus melapor dulu kepada pihak sana bahwa SMA 2
akan melakukan ujian pada tanggal sekian, jam sekian agar
pemadaman di Kota Blitar untuk SMA 2 tidak dilakukan
pemadaman”. (Hasil wawancara pada 3 Februari 2022)
Sarana dan prasarana pendidikan di sekolah SMA Negeri 2 Kota

Blitar ini sudah cukup memadai dan manajemen sarana dan prasarananya

juga cukup baik. Sarana dan prasarananya ini sebagai salah satu faktor yang

mendukung keberhasilan studi peserta didik dimana sarpras ini adalah

penunjang kegiatan pembelajaran di kelas. Manajemen sarana dan prasarana

juga terus dilakukan seperti perawatan, pengadaan, dan lain sebagainya agar

sarana dan prasarana yang ada terawat dengan baik. Hal ini juga
92

disampaikan oleh Dwi dan Adeka selaku peserta didik di SMA Negeri 2

Kota Blitar yang mengatakan bahwa :

“Untuk sarana dan prasarana di sekolah juga bagus dan bisa


digunakan semua. Pelaksanaan AKM kemarin hampir semua
komputernya bisa digunakan sehingga peserta didik tidak membawa
laptop sendiri. Namun kemarin kendalanya hanya sering eror saja”.
(Hasil wawancara langsung pada 3 Februari 2022)
Dari penjelasan diatas dapat dimaknakan bahwa kesiapan sekolah

dari segi sarana dan prasarananya SMA Negeri 2 Kota Blitar sudah cukup

memadai dan manajemen sarana dan prasaranya juga berjalan dengan

maksimal yang dibuktikan dengan sarana dan prasaranya sudah terawat

dengan baik.

Gambar 4.10 Dokumentasi Laboratorium Komputer


SMA Negeri 2 Kota Blitar
Sumber : Dokumentasi Peneliti
93

Gambar 4.11 Dokumentasi Kondisi kelas


SMA Negeri 2 Kota Blitar
Sumber : Dokumentasi Peneliti

4.2.2.4 Faktor Lingkungan

Faktor eksternal lainnya yang dapat mempengaruhi keberhasilan

peserta didik adalah faktor lingkungan dimana faktor ini adalah kondisi atau

keadaan sekolah yang nyaman. Baik keadaan diluar kelas maupun didalam

kelas. Dari semua kelas baik jurusan IPA maupun IPS kondisi ruang

kelasnya cukup bagus dari segi pencahayaannya, udara, dan suhu yang ada

di kelas tersebut juga cukup sejuk. Hal ini dikarenakan SMA Negeri 2 Kota

Blitar menerapkan program adiwiyata dan tiap kelas diberi amanah untuk

menjalankan pokja masing-masing sesuai dengan pembagian yang telah

ditentukan. Hal ini disampaikan oleh Ibu Widi yang juga sebagai

koordinator atau penanggung jawab adiwiyata di SMA Negeri 2 Kota Blitar

yang mengatakan bahwa:

“Sekolah kita dari dulu sekitar tahun 2016 sudah menerapkan


adiwiyata sekolah sampai sekarang. Namun pada tahun ini sekolah
94

adiwiyata di Kota Blitar difokuskan untuk jenjang SMP”. (Hasil


Wawancara 3 Februari 2022)
Sekolah adiwiyata juga membawa dampak positif bagi suatu kondisi

sekolah dimana sekolah tersebut lingkungannya menjadi sejuk, segar, dan

nyaman karena adanya pepohonan-pepohonan yang mengelilinginya.

Masing-masing kelas diberi tanggung jawab dalam pokja kelas yang sudah

ditentukan, seperti pokja sanitasi, pokja air, pokja kolam, dan lain

sebagainya. Ibu Widi juga mengatakan bahwa :

“Setiap kelas kita beri tanggung jawab untuk pokja-pokja kelas, hal
ini akan melatih kreatifitas siswa dan sekaligus mendukung program
Go Green School. Dengan adanya adiwiyata nantinya lingkungan
sekolah kita menjadi asri dan nyaman karena dikelilingi oleh
tanaman-tanaman yang segar”.
(Hasil wawancara 3 Februari 2022)

Tabel 4.6 POKJA SMA Negeri 2 Kota Blitar


Sumber : SMA Negeri 2 Kota Blitar
No. Kelas Nama Pokja
1. IPA 1.1 Kebersihan Lingkungan
2. IPA 1.2 Sanitasi
3. IPA 1.3 Drainase
4. IPA 1.4 Lomba Kebersihan
5. IPA 1.5 Piket Kebersihan
6. IPS 1.1 Pengelolaan Sampah
7. IPS 1.2 Reduse
8. IPS 1.3 Reuse
9. IPS 1.4 Reycyle
10. IPS 1.5 Daur Ulang Sampah
11. IPA 3.1 Komposter
12. IPA 3.2 Pembibitan
13. IPA 3.3 Penanaman
14. IPA 3.4 Pemeliharaan Tanaman
15. IPS 3.1 Konservasi Air
16. IPS 3.2 Biopori
17. IPS 3.3 Konservasi Energy
95

18. IPS 3.4 Inovasi Produk


19. IPS 3.5 Inovasi Teknologi Rekayasa
20. IPS 3.6 Sampah Terpilah

Dari data tersebut, SMA Negeri 2 Kota Blitar membagi pokja-pokja

kepada masing-masing kelas untuk mendukung program adiwiyata. Hal

senada juga disampaikan oleh Sekar selaku peserta didik jurusan IPA di

SMA Negeri 2 Kota Blitar yang mengatakan bahwa :

“Lingkungan di SMA 2 ini juga sudah nyaman menurut saya karena


tidak panas, segar, dan sejuk ya karena banyak pohon-pohon juga”.
(Hasil wawancara 3 Februari 2022)

Seperti yang disampaikan oleh sekar, Nanda selaku peserta didik

jurusan IPS juga mengatakan hal yang serupa bahwa :

“iya, kalo dari segi lingkungan sih SMA 2 sudah cukup nyaman
untuk belajar, kondisi ruang kelasnya juga nyaman, tidak gelap,
pencahayaanya juga bagus kok”.
(Hasil wawancara 3 Februari 2022)

Gambar 4.12 Taman Depan


SMA Negeri 2 Kota Blitar
Sumber : Dokumentasi Peneliti
96

Gambar 4.13 Gazebo


SMA Negeri 2 Kota Blitar
Sumber : Dokumentasi Peneliti

4.2.3 Hambatan-Hambatan yang dihadapi

4.2.3.1 Hambatan Internal

Hambatan internal yang dihadapi oleh SMA Negeri 2 Kota Blitar

adalah hambatan yang berasal dari sekolah itu sendiri dalam menghadapi

AKM. Hambatan internal ini juga dirasakan oleh warga sekolah yang terkait

dengan AKM seperti tenaga pendidik maupun kependidikan hingga ke

peserta didiknya. Hambatan internal yang dirasakan oleh guru yaitu Ibu Cici

selaku guru pengajar matematika di SMA Negeri 2 Kota Blitar mengatakan

bahwa :

“Untuk hambatannya sendiri dari guru itu kita kurang diberi


pelatihan dari sekolah. Karena AKM ini kan masih berjalan kemarin
dan hitungannya tergolong baru ya kita dari guru ikut menyesuaikan
itu. Untuk hambatannya kalau menurut saya itu soal-soal AKM itu
kan bervariasi, jadi kita ya harus menyesuaikan. Untuk buku khusus
AKM itu saya bersama MGMP matematika itu berdiskusi untuk
membuat contoh soal AKM karena modul AKM yang resmi itu
masih belum ada. Setelah kita berdiskusi itu ternyata tidak semua
97

materi matematika itu bisa di AKM kan. Jadi nanti setelah buku nya
keluar akan saya baca-baca lagi terkait AKM”. (Hasil wawancara 3
Februari 2022)
Selain guru matematika, hal senada juga disampaikan oleh Ibu Anis

selaku guru pengajar bahasa Indonesia di SMA Negeri 2 Kota Blitar yang

mengatakan bahwa :

“Untuk hambatannya kalau dari saya itu bagaimana meningkatkan


minat baca atau literasi siswa. Karena kita pembelajaran secara
luring dan siswa diberi waktu 15 menit di jam pertama untuk
kegiatan literasi saja masih ada siswa yang tidak mau membaca.
Apalagi kalau pembelajarannya secara daring. Secara luring saja
masih susah untuk literasi apalagi kalau sampai daring”. (Hasil
wawancara 3 Februari 2022)
Pembelajaran secara daring ini juga hal yang sangat tidak diinginkan

oleh semua kalangan pendidik. Hal ini adalah dampak dari adanya pandemi

covid-19 yang mengharuskan kegiatan pembelajaran dihentikan dan beralih

menjadi pembelajaran daring atau dalam jaringan. Setiap guru juga

mempunyai kesulitan atau hambatan tersendiri dalam masa-masa

pembelajaran daring seperti banyak Bapak/Ibu guru yang kurang melek

teknologi. Hal ini disampaikan oleh Ibu Widi selaku waka kurikulum di

SMA Negeri 2 Kota Blitar yang mengatakan bahwa:

“Bapak/Ibu guru di sekolah kita ini juga sudah banyak yang tidak
muda lagi. Dulu bapak/ibu guru ini kan teknologi masih belum
begitu canggih dan untuk sekarang ini yang diajar adalah generasi Z
dimana generasi ini berada di jaman yang teknologinya sudah
canggih dan beragam. Jadi jika pembelajaran daring seperti ini
bapak/ibu guru juga mengalami kesulitan seperti bagaimana
membuat video yang menarik, bagaimana membuat PPT menarik
agar siswa yang sedang belajar dirumah itu tidak bosan dan mau
untuk mengikuti pembelajaran daring ini. Walaupun sekolah juga
98

sudah mengadakan berbagai pelatihan untuk guru-guru tersebut


namun kembali lagi dengan tingkat kecepatan daya tanggap masing-
masing orang kan berbeda juga”. (Hasil wawancara langsung 3
Februari 2022)
Seperti yang sudah kita ketahui bahwa AKM ini adalah ujian dengan

kebijakan baru yang sudah dijalankan pada tahun 2021 kemarin dan baru

pertama kali, maka kesiapan-kesiapan dari sekolah dan peserta didiknya

harus diperhatikan. Sekar selaku peserta didik di SMA Negeri 2 Kota Blitar

yang pada tahun 2021 kemarin telah ditunjuk untuk mengikuti ujian tersebut

mengatakan bahwa :

“Untuk persiapan kemarin sebenarnya saya juga belum siap,


dikarenakan yang ditunjuk itu kan secara acak dan saya juga belum
familiar dengan tipe-tipe soal AKM”. (Hasil wawancara langsung 3
Februari 2022)
Hal senada juga disampaikan oleh Bryan yang juga ditunjuk untuk

mengikuti ujian tersbeut juga mengatakan bahwa :

“AKM ini kan baru pertama kali jadi kalau saya rasa walaupun
hasilnya nanti kurang memuaskan kalau menurut saya wajar karena
dari kita sendiri kemarin masih daring terus materi yang
disampaikan oleh guru pada saat daring itu soal-soalnya walaupun
sudah mengarah ke AKM namun masih sedikit”. (Hasil wawancara
langsung 3 Februari 2022)
Selan itu, Adeka juga menyampaikan hal yang serupa yang

mengatakan bahwa :

“Jika saya ditunjuk lagi sebagai siswa yang ikut ujian AKM 2022
kalau saya pribadi lebih siap, karena kemarin kan sudah ikut AKM
2021 dan sudah mendapat gambaran bagaimana soal-soal AKM nya.
Jadi kalau saya ditunjuk lagi saya bisa lebih siap”. (Hasil wawancara
langsung 3 Februari 2022)
99

4.2.3.2 Hambatan Eksternal

Hambatan eksternal adalah hambatan yang berasal dari luar sekolah.

Hambatan eksternal ini juga akan mempengaruhi proses atau jalannya

kebijakan yang ditetapkan. Pihak eksternal sekolah yang dimaksud disini

adalah cabang dinas pendidikan wilayah Blitar dimana pihak tersebut yang

menaungi pendidikan menengah atas di wilayah Blitar. Bapak Ibnu selaku

wakil kepala sekolah SMA Negeri 2 Kota Blitar mengatakan bahwa :

“Hambatan yang kita alami waktu berlangsungnya ujian tersebut itu


aplikasi atau software dari pusatnya itu sering eror. Saya tidak tau
kenapa tapi waktu pengerjaan soal itu sering eror. Mungkin untuk
kedepannya software yang digunakan lebih di uji coba kan lagi agar
tidak terjadi masalah saat pengerjaan. Selain itu seperti sosialisasi
yang dilakukan oleh cabdin pun sepertinya hanya beberapa kali. Jadi
guru-guru kita kalau mau lebih memperdalam itu ya harus mencari
tau sendiri, browsing-browsing materi AKM dan lain sebagainya”.
(Hasil wawancara langsung pada 3 Februari 2022)
Hal tersebut juga disampaikan oleh Ibu Widi selaku Waka

Kurikulum di SMA Negeri 2 Kota Blitar yang mengatakan bahwa :

“ya saya tidak tau sosialisasi dari cabdin itu sosialisasinya kepada
kepala sekolah saja atau bagaimana namun sepertinya sudah
dilakukan. Kita pun juga begitu kalau mau belajar tentang AKM ya
kita cari sendiri seperti lihat youtube bagaimana sih AKM itu, soal-
soal AKM bagaimana, apa yang harus dilakukan sekolah dalam
persiapan AKM dan lain sebagainya. Jadi kita belajar secara
mandiri”. (Hasil wawancara langsung pada 3 Februari 2022)
Pihak eksternal disini berperan penting dalam pelaksanaan

kebijakan ini seperti pihak dinas pendidikan yang aktif memonitoring dan

evaluasi terhadap jalannya AKM. Selain itu, pihak cabang dinas pendidikan

wilayah Blitar juga memberikan pernyataan terkait hambatannya dari dinas


100

pendidikan provinsi melalui Bapak Erwan selaku Kepala KASI 2021

cabang dinas pendidikan wilayah Blitar yang mengatakan bahwa :

“Untuk hambatannya kemarin sih dari pusat itu sosialisasinya


dilakukan secara mepet atau mendekati pelaksanaan AKM nya. Jadi
kita untuk sosialisasi ke lembaga-lembaga juga kurang maksimal.
Mungkin untuk kedepannya harapannya itu sosialisasinya dilakukan
di awal-awal atau tidak mepet. AKM 2021 ini kan masih baru dan
kemarin juga daring jadi kalo dari kita mungkin persiapannya masih
tidak 100% terkait sosialisasi agar lembaga-lembaga punya bekal
dan paham terakit apa itu AKM”. (Hasil wawancara langsung pada
4 Januari 2022)
4.3 Analisis dan Pembahasan

Proses analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis data

dari Miles, Huberman, dan Saldana (2014) dengan menggunakan analisis data

model interaktif yang membahas mengenai kesiapan sekolah dalam

menghadapi AKM di SMA Negeri 2 Kota Blitar. Kesiapan sekolah ini meliputi

kesiapan dari peserta didik itu sendiri, kesiapan dari pendidik maupun

kependidikannya. Sumber informan tersebut berasal dari hasil wawancara,

observasi, dan dokumentasi yang peneliti lakukan. Informan tersebut

diantaranya yaitu dari Bapak Ibnu selaku wakil kepala sekolah di SMA Negeri

2 Kota Blitar, Ibu Widi selaku waka kurikulum, Bapak Basuki selaku waka

sarana dan prasarana, Ibu Cici selaku guru pengajar matematika, Ibu Anis

selaku guru pengajar bahasa Indonesia, dan peserta didik yang telah ditunjuk

oleh pemerintah pusat sebagai sampel dalam ujian tersebut.


101

4.3.1 Kesiapan Peserta Didik dalam Menghadapi AKM

4.3.1.1 Faktor Fisiologis

Aspek fisiologis merupakan aspek jasmani, tingkat kebugaran fisik

peserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar di sekolah. Apabila

kondisi fisik pembelajar kurang baik atau sakit maka yang akan ditakutkan

nantinya adalah menurunkan kualitas dan hasil belajar peserta didik.

Selanjutnya berkaitan dengan proses tes atau ulangan atau ujian

semacamnya, maka peserta didik tidak dapat berpikir secara maksimal

sehingga hasil tes yang didapat itu mewakili kondisi peserta didik

sebenarnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa peserta didik

yang ditunjuk sebagai siswa yang mengikuti ujian tersebut memiiki

kekhawatiran mengenai ujian yang akan mereka lakukan dikarenakan ujian

tersebut baru pertama kali dilakukan dan soal-soalnya berbeda dengan yang

sebelumnya.

Kesiapan itu merupakan suatu kondisi dimana ada kemampuan yang

baik dan sehat secara fisik maupun psikologisnya. Kesiapan secara fisik

dimaknakan memiliki kesehatan dan tenaga yang baik, sedangkan kesiapan

secara psikologis atau mental adalah tingkat pemahaman, minat, dan

motivasi yang bak untuk melakukan sesuatu. Kematangan psikologis dan

spiritual dimana individu memiliki tingkat keyakinan yang tinggi dalam

keadaan sadar dan dapat dikatakan seseorang siap adalah bahwa dia sudah

mencapai kematangan skill.


102

Berdasarkan hasil wawancara yang telah peneliti lakukan, terdapat

beberapa kesiapan secara fisiologis yang dilakukan oleh peserta didik yang

mengikuti ujian tersebut diantaranya yaitu selalu menjaga kesehatan,

olahraga secara rutin, menjaga pola makan dan menjaga pola tidur, tetap

selalu taat kepada protokol kesehatan dimana sampai saat ini Indonesia

masih berjuang dalam menangani pandemi covid-19. Hal tersebut memiliki

berbagai dampak termasuk dalam sektor pendidikan dimana diharuskan

untuk belajar mengajar secara daring sebagai upaya dalam menghindari atau

mencegah penularan covid-19. Maka dari itu, peserta didik selama belajar

secara daring mereka tetap melakukan hal-hal yang dapat membuat badan

atau tubuh tetap sehat, terhindar dari segala penyakit agar tetap bisa

mengikuti pembelajaran secara daring maupun secara luring. Selain itu,

peserta didik dalam memaksimalkan hasil studinya juga belajar secara

mandiri dirumah. Rentang waktu belajar dan pola tidur juga dapat

mempengaruhi kondisi fisiologis peserta didik dimana fisik peserta didik

harus tetap terjaga.

Rentang waktu yang direkomendasikan oleh dokter bagi usia remaja

adalah selama 7 hingga 8 jam. Namun, tidur yang ideal bukan hanya dari

durasi saja. Seberapa berkualitas tidur juga menjadi pola tidur yang baik.

Selain itu, terdapat juga rentang waktu yang direkomendasikan oleh para

ahli dalam belajar itu adalah 30 menit hingga 1 jam saja. Waktu yang tepat

untuk belajar ini sebenarnya tidak ada waktu yang pasti. Namun, dianjurkan

untuk melakukan aktivitas belajar di pagi hari dikarenakan badan kita masih
103

terjaga dan masih fit. Hal ini diperkuat oleh pernyataan dari Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia dalam hal kebutuhan tidur sesuai usia

dimana menurut penelitian anak yang tidak memiliki waktu istirahat yang

cukup, dapat menyebabkan mereka menjadi hiperaktif, tidak

konsentrasibelajar, dan memiliki masalah pada perilaku di sekolah.

(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2018).

Hal ini sejalan dengan pendapat Munadi (Rusman: 2012) mengenai

faktor yang mempengaruhi hasil belajar peserta didik dalam hal aspek

fisiologis. Masing-masing individu peserta didik harus benar-benar

memperhatikan kondisi fisiknya dimana kondisi fisik yang baik akan

membantu peserta didik dalam menerima materi pelajaran, melakukan ujian

dengan badan yang fit dan begitu juga sebaliknya. Kondisi organ tubuh yang

tidak sehat atau lemah tersebut akan dapat menurunkan kualitas kognitif tiap

individu dan tidak tersimpan dalam memori.

Hal ini diperkuat oleh teori Djamarah (2002) yang mengatakan

bahwa faktor yang mempengaruhi keberhasilan studi peserta didik

dipengaruhi oleh fisiologis yang meliputi kondisi fisiologis dan kondisi

pancaindra. Faktor ini berasal dari dalam individu peserta didik. Peserta

didik yang memiliki kesiapan yang tinggi dimana mereka telah

mempersiapkan dengan baik dan dijaga dengan baik dengan cara

beristirahat yang tepat, mempertimbangkan waktu bermain dan menjaga

waktu belajar serta waktu dalam beristirahat. Sedangkan peserta didik yang

memiliki tingkat kesiapan rendah dapat membuat peserta didik tidak fokus
104

dalam belajar dan cenderung pasif di kelas. kesiapan kondisi fisik

merupakan kondisi tubuh siswa yang siap untuk belajar.

Selain itu, diperkuat lagi oleh Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya

dalam hal faktor yang berasal dari dalam atau internal peserta didik itu dapat

dikatakan sebagai raw input yaitu kondisi fisiologis peserta didik dimana

mereka melihat kondisi fisik yang sehat dan keberfungsian pancaindra yang

baik.

4.3.1.2 Faktor Psikologis

Mental atau psikologis dalam dunia pendidikan adalah dimana

keadaan seseorang yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran. Maka

kesiapan mental adalah kondisi dimana siap atau tidaknya mental seseorang

dalam menghadapi proses pembelajaran. Aspek psikologis ini dipengaruhi

oleh beberapa komponen diantaranya kecerdasan atau pengetahuan, minat,

bakat, motivasi dan sikap. Tingkat kecerdasan tiap individu juga berbeda-

beda dan disesuaikan dengan minat dan bakat dalam bidang yang mereka

inginkan. Tingkat keberhasilan studi peserta didik ini dapat dipengaruhi

oleh metode pembelajaran dan motivasi dari masing-masing individu.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan

beberapa peserta didik yang ditunjuk sebagai siswa yang mengikuti ujian

tersebut diperoleh bahwa kebanyakan metode pembelajaran yang disukai

oleh peserta didik adalah metode diskusi, tanya jawab, maupun presentasi.

Metode diskusi paling banyak disukai karena mereka berpendapat bahwa


105

diskusi bisa bertukar pikiran dan pendapat dengan guru maupun teman yang

menjadikan kita lebih berpikir kritis. Pada dasarnya tujuan dari metode

pembelajaran dengan diskusi adalah untuk melatih peserta didik dalam

mengembangkan keterampilan berkomunikasi, menafsirkan, dan

menyimpulkan pokok bahasan, melatih, dan membentuk kestabilan

emosional, mengembangkan kemampuan berpikir dalam pemecahan

masalah, mengembangkan sikap responsif terhadap isu-isu terkini, dan

melatih peserta didik dalam menyampaikan pendapat atau suatu masalah.

Selain itu, metode diskusi ini juga sesuai dengan kurikulum yang digunakan

saat ini maupun kurikulum yang akan ditetapkan yaitu tentang kurikulum

prototype.

Selain metode pembelajaran, motivasi atau perangsang juga dapat

mempengaruhi kondisi psikologis peserta didik. Motivasi peserta didik

dapat disimpulkan untuk mencapai hasil yang mereka inginkan yaitu hasil

yang memuaskan. Hal ini sependapat dengan James Draver dalam Slameto

(2010) yang mengatakan bahwa motif dan tujuan yang hendak dicapai

adalah mempunya hubungan yang sangat erat. Dapat disimpulkan bahwa

motivasi adalah kondisi dimana terdapat dalam diri seseorang untuk

mendorongnya dalam melakukan sesuatu sesuai dengan keinginannya. Cara

belajar peserta didik dalam memahami karakter soal-soal AKM adalah

dengan memperbanyak latihan-latihan soal yang diberikan oleh guru

maupun dengan cara mencari materi di internet karena AKM ini baru

pertama kali dilakukan. Jika mereka ditunjuk lagi sebagai siswa yang
106

mengikuti ujian lagi mereka akan lebih siap karena sudah mengetahui

bagaimana tipe soal yang akan diujikan melalui AKM 2021.

Dikarenakan ujian ini adalah kebijakan baru dan pertama kali

dilakukan pada tahun 2021, maka peserta didik mengalami kendala-kendala

yang dihadapinya diantaranya yaitu adanya rasa cemas dan khawatir akan

hasil yang diperoleh. Walaupun hasilnya tidak menilai individu peserta

didik, namun mereka tetap mempunyai rasa kecemasan akan hal tersebut.

Dalam dunia pendidikan ini dikenal dengan test anxiety (kecemasan dalam

menghadapi tes). Cara menghadapi kecemasan tersebut, mereka melakukan

banyak-banyak beribadah. Hal senada juga dikatakan oleh Subandi (1988)

yang mengatakan bahwa Agama akan memberikan kepastian dan

kepercayaan diri serta meningkatkan rasa aman dan mencegah rasa cemas

atau panik pada remaja. Dari pendapat tersebut dapat dimaknakan bahwa

kepercayaan diri adalah kombinasi antara pikiran dan perasaan yang sangat

berarti. Selain itu, cara yang dilakukan oleh peserta didik adalah dengan

belajar yang giat dan melakukan refreshing sedikit-sedikit agar tidak cemas

dan panik saat akan menghadapi ujian. Kunci sukses dalam menghadapi

ujian adalah dengan membangun rasa percaya diri akan keberhasilan dengan

cara menghilangkan rasa cemas. Rasa cemas adalah musuh yang harus

dihindarkan dalam menghadapi ujian. Kecemasan yang dimaksud adalah

kecemasan ujian yang timbul sebelum melaksanakan suatu ujian atau

penilaian.
107

Faktor kedua ini juga diperkuat oleh Djamarah (2002) dalam hal

kondisi psikologis peserta didik ini meliputi minat, kecerdasan, bakat,

motivasi, dan kemampuan kognitif dimana hal tersebut dapat diperoleh

melalui cara atau metode pembelajaran yang diberikan.

4.3.2 Kesiapan Sekolah dalam menghadapi AKM

4.3.2.1 Faktor Instrumental (Kurikulum)

Kurikulum merupakan seperangkat mata pelajaran dan program

pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga pendidikan yang berisi

rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik. Menurut

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem pendidikan

Nasional, Kurikulum adalah seperangkat rencana dan sebuah pengaturan

yang berkaitan dengan tujuan, isi, bahan ajar dan cara yang digunakan

sebagai pedoman dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk

mencapai suatu tujuan pendidikan nasional.

Dengan adanya pandemi covid-19 yang melanda Indonesia sejak

tahun 2020 hingga sekarang yang mengakibatkan pendidikan di Indonesia

berganti arah menjadi pembelajaran secara daring yaitu belajar di rumah

untuk mencegah penularan covid-19 yang terus meningkat. SMA Negeri 2

Kota Blitar adalah salah satu sekolah yang menerapkan pembelajaran secara

daring. Namun, untuk saat ini sekolah tersebut sudah dilakukan

pembelajaran tatap muka terbatas dengan kuota 50% dari total warga

sekolah. Kebijakan merdeka belajar yang telah ditetapkan mengemukakan

pokok-pokok kebijakan dari merdeka belajar terdiri dari Ujian Sekolah


108

Berstandar Nasional (USBN), Ujian Nasional (UN), Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP), dan Peraturan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB)

Zonasi. Dalam hal ini, para peserta didik dan pendidik diberikan

kemerdekaan dalam belajar. Mulai tahun 2022 hingga 2024, Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan, Riset, dan teknologi (Kemendikbudristek)

memberikan tiga opsi kurikulum yang diterapkan oleh satuan pendidikan

dalam hal pembelajaran yaitu kurikulum 2013, kurikulum darurat, dan

kurikulum prototype. Kurikulum darurat merupakan penyederhanaan dari

kurikulum 2013 yang mulai diterapkan pada tahun 2020 saat pandemi

covid-19. Dengan adanya pandemi covid-19 yang mengharuskan belajar

secara daring, kurikulumnya pun juga mengikuti situasi dan kondisinya.

Berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi yang

telah dilakukan, sekolah tersebut menggunakan kurikulum darurat sesuai

arahan dari pemerintah. Selain itu juga menyambut kurikulum prototype

walaupun sekolah tersebut belum ditetapkan sebagai sekolah penggerak.

Kurikulum prototype adalah kurikulum berbasis kompetensi untuk

mendukung pemulihan pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran

berbasis projek (Project based learning). Pelaksana Tugas Kepala Pusat

Perbukuan mengatakan bahwa saat ini kurikulum prototype sudah

diterapkan di 2500 satuan pendidikan yang tergabung dalam program

sekolah penggerak dan SMK Pusat Keunggulan pada tahun 2021. Mulai

tahun 2022 satuan pendidikan yang tidak termasuk sekolah penggerak pun

diberikan opsi untuk dapat menerapkan kurikulum prototype. Karakteristik


109

kurikulum protype adalah menerapkan pembelajaran berbasis projek dalam

rangka untuk mendukung pengembangan karakter sesuai dengan profil

pelajar pancasila. Dalam kurikulum prototype sekolah diberikan

keleluasaan dan kemerdekaan untuk memberikan proyek-proyek

pembelajaran yang relevan dan dekat dengan lingkungan sekolah. SMA

Negeri 2 Kota Blitar saat ini sudah mengimplementasikan kurikulum

tersebut dimana terdapat satu mata pelajaran dengan diberikan projek yang

nantinya projek-projek mata pelajaran tersebut dapat menilai mata pelajaran

lainnya yang berkaitan.

Tabel 4.7 Pengembangan Karakter kurikulum


Sumber : Hasil Olahan Peneliti (2022)
Pengembangan Karakter

Pengembangan Dalam Project Based Learning


karakter ini kurikulum penting untuk
ditekankan pada prototype pengembangan karakter
kurikulum Pengembangan karena :
2013, akan karakter profil a. Memberi
tetapi dalam pelajar kesempatan untuk
kurikulum pancasila belajar melalui
tersebut belum melalui Project pengalaman
memberikan Based Learning b. Mengintegrasikan
Kurikulum dikembangkan kompetensi
porsi khusus melalui 20-30% esensial yang
dalam jam dipelajari peserta
strukturnya. pelajarannya. hdidik dari
berbagai disiplin
ilmu
c. Struktur belajar
yang fleksibel

Berkaitan dengan AKM, kurikulum yang diberikan kepada peserta

didik tetap berkiblat pada kurikulum 2013 dimana kurikulum 2013


110

mengharuskan peserta didik dapat lebih aktif dalam pembelajaran. Hal ini

sesuai dengan tujuan kurikulum 2013 adalah untuk mempersiapkan manusia

agar memiliki hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman,

produktif, kreatif, inovatif, dan afektif yang dapat berkontribusi pada

kehidupan masyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.

Selain kurikulum 2013 dan kurikulum darurat, kurikulum prototype

juga digunakan dalam proses pembelajaran guna membangun karakter

peserta didik melalui pembelajaran berbasis projek. Jika dilihat dari

cakupan dan tujuan kurikulumnya hal tersebut sesuai dengan McNeil (1990)

dalam Sanjaya (2008) yang memiliki empat fungsi yaitu pendidikan umum,

suplementasi, eksplorasi dan keahlian.

Faktor instrumental dalam hal kurikulum dapat mempengaruhi hasil

studi peserta didik yang diperkuat dengan Abu Ahmadi dan Joko Tri

Prasetyo dalam faktor instrumental input yang meliputi kurikulum, program

atau bahan ajar. Hal ini sejalan dengan Djamarah (2002) dan Munadi

(Rusman: 2012) dalam faktor instrumental kurikulum yang dapat

mempengaruhi keberhasilan studi peserta didik dimana kurikulum ini sesuai

dengan arahan dari pemerintah dengan melihat situasi, kondisi ataupun

kebutuhan peserta didik dan sekolahnya.

4.3.2.2 Faktor Instrumental (Metode Pembelajaran)

Metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan guru dalam

mengadakan hubungan dengan siswa pada saat pengajaran berlangsung.


111

Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara dalam pelaksanaan

rencana yang disusun dalam benuk kegiatan nyata dan praktis untuk

mencapai tujuan pembelajaran (arif, 2011). Dapat disimpulkan bahwa

metode pembelajaran merupakan suatu cara yang dilakukan oleh pedidik

atau guru sehingga terjadinya proses pembelajaran pada peserta didik dalam

mencapai tujuannya. Metode pembelajaran yang digunakan oleh pendidik

dalam menyampaikan materi untuk peserta didik merupakan salah satu hal

yang dapat menunjang keberhasilan dalam AKM.

Berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi yang

telah dilakukan dengan ibu guru pengajar matematika, bahasa Indonesia,

dan bahasa inggris di SMA Negeri 2 Kota Blitar bahwa metode yang sering

digunakan adalah metode diskusi, tanya jawab, dan presentasi. Jika

pembelajaran secara daring, biasanya guru akan membuat video dan PPT

dalam bentuk yang menarik. Selain menggunakan zoom, google meeting,

dan teams, guru memanfaatkan media sosial untuk media belajar seperti

aplikasi youtube. Untuk pembelajaran secara luring, guru banyak

menggunakan metode diskusi dengan asumsi bahwa peserta didik dapat

berdiskusi atau bertukar pendapat dengan guru maupun temannya yang akan

melatih tingkat berpikir secara kritis, tingkat kepedean, dan berani

mengutarakan pendapatnya dikarenakan pembelajarannya mengarah pada

student centered learning dan bukan teacher centered leraning dimana guru

hanya sebagai fasilitator dan motivator. Selain itu, Banyak peserta didik

yang suka dengan metode pembelajaran diskusi dan tanya jawab. Mereka
112

beranggapan bahwa diskusi bisa membuat percaya diri dalam

menyampaikan pendapat dan menemukan solusi atas masalah yang

dihadapi dan mengembangkan kemampuan berpikir. Selain metode diskusi,

banyak cara yang digunakan oleh guru dalam hal metode pembelajaran yang

akan disampaikan yang mengarah pada kurikulum prototype.

Hal tersebut sesuai dengan Alma (2010) yang mengemukakan

bahwa kelebihan dari metode diskusi yaitu menambah suasana kelas

menjadi hidup, membiasakan para siswa untuk mendengarkan pendapat

orang lain dan meningkatkan kepribadian individu siswa seperti toleransi,

kritis, berpikir sistematis, sabar, dan sebagainya.

Dalam rangka menyambut kurikulum prototype, metode

pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum tersebut yaitu Metode

Contextual Teaching and Learning (CTL) dan Project Based Learning

dimana metode tersebut adalah pembelajaran yang menekankan pada

keterkaitan materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari sehingga peserta

didik mampu untuk menghubungkan dan menerapkan kompetensi di

kehidupan sehari-hari. Dalam faktor ini juga diperkuat lagi oleh Djamarah

(2002) dan Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya dalam faktor yang

mempengaruhi peserta didik salah satunya melalui faktor instrumental

dengan metode pembelajaran yang disampaikan oleh guru-guru pengajar

dalam proses pembelajaran sehingga peserta didik dapat menerima

pembelajaran dengan baik. Faktor ini termasuk faktor instrumental input

yang berasal dari faktor eksternal peserta didik.


113

Dalam pemaparan lembar tanya jawab Asessmen Nasional yang

dikeluarkan oeh Pusat Asessmen dan Pembelajaran Badan Penelitian dan

Pengembangan dan Perubahan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

dimana soal AKM memiliki beberapa variasi dan SMA Negeri 2 Kota Blitar

juga sudah menerapkan beberapa soal dalam bentuk variasi AKM. Hal

tersebut digambarkan melalui tabel dibawah ini :

Tabel 4.8 Variasi Soal AKM


Sumber : Hasil Olahan Peneliti (2022)
Variasi Soal AKM

Soal AKM Soal AKM SMA


Negeri 2 Kota
Blitar
Pilihan Ganda Murid hanya dapat √ (sudah sesuai)
memilih satu jawaban
benar dalam satu soal
Pilihan ganda murid dapat memilih √ (sudah sesuai)
kompleks lebih dari satu jawaban
benar dalam soal

Menjodohkan murid menjawab √ (sudah sesuai)


dengan cara menarik
garis dari satu titik ke
titik lainnya yang
merupakan pasangan
pertanyaan dengan
jawabannya.
Isian Singkat Murid dapat √ (sudah sesuai)
menjawab berupa
bilangan, kata untuk
menyebutkan nama
benda, tempat, atau
jawaban pasti lainnya.
114

Uraian Murid menjawab soal √ (sudah sesuai)


berupa kalimat-
kalimat untuk
menjelaskan
jawabannya.

4.3.2.3 Faktor Instrumental (Sarana dan Prasarana)

Salah satu kualitas lembaga pendidikan itu juga dapat dilihat dari

adanya sarana dan prasarana yang dimilikinya. Sarana dan prasarana

digunakan sebagai penunjang dalam kegiatan proses belajar mengajar dan

pelaksana kebijakan pendidikan. Sarana pendidikan adalah peralatan dan

perlengkapan yang secara langsung dapat menunjang proses pendidikan

khususnya dalam kegiatan belajar mengajar dan pelaksanaan kebijakan

pendidikan. Sarana yang ada di SMA Negeri 2 Kota Blitar seperti

bangunan-bangunan kelas, laboratorium, hingga ruang baca terawat dengan

baik.

Sedangkan prasarana merupakan keperluan yang secara tidak

langsung dapat menunjang jalannya proses pendidikan. Berdasarkan hasil

wawancara yang telah dilakukan dengan waka sarana dan prasarana di SMA

Negeri 2 Kota Blitar dapat diketahui bahwa sarana dan prasarana yang ada

di sekolah tersebut berfungsi dengan baik. Laboratoriumnya hingga

peralatan komputer juga hampir semuanya berfungsi dengan baik sehingga

pada saat ujian AKM berlangsung tidak mengganggu akibat komputernya

yang eror. Semua kelas yang ada di SMA Negeri 2 Kota Blitar mempunyai

fasilitas yang cukup memadai dalam menunjang kegiatan belajar mengajar


115

seperti adanya LCD dan Proyektor. Manajemen sarana dan prasarana di

SMA Negeri 2 Kota Blitar juga berjalan dengan baik dan fasilitas yang ada

di sekolah tersebut dapat berfungsi dan terawat dengan amat baik.

Dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasarana pendidikan

merupakan fasilitas pendidikan yang menunjang segala pelaksanaan

kegiatan pendidikan dapat diketahui dari tiga hal yang diamati yaitu

ketersediaan komputer, spesifikasi jaringan, manajemen sarana dan

prasarana serta berbagai perlengkapan yang dapat menunjang langsung

dalam proses ujian AKM maupun belajar mengajar di kelas.

Perangkat dan kesiapan dalam segi infrastruktur seperti yang telah

dijelaskan dalam lembar tanya jawab Asessmen Nasional yang dikeluarkan

oeh Pusat Asessmen dan Pembelajaran Badan Penelitian dan

Pengembangan dan Perubahan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

harus memenuhi dalam hal jumlah rasio PC/Komputernya, processor,

tingkat kecepatan internetnya dan cadangannya minimal 10%. Dari

pernyataan tersebut, SMA Negeri 2 Kota Blitar sudah memenuhi dari segi

infastrukturnya dalam pemenuhan kegiatan belajar mengajar maupun

pelaksanaan AKM sesuai dengan peraturan pemerintah. Menurut Munadi

(Rusman :2012) Sarana dan prasarana pendidikan juga dapat mempengaruhi

hasil dari peserta didik dimana hal tersebut dapat menunjang

keberlangsungan proses belajar mengajar di kelas. Sedangkan sekolah

berkewajiban sebagai pihak yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan

seluruh kegiatan yang diselenggarakan. Selain menyediakan, sekolah juga


116

akan menjaga, memelihara sarana dan prasarana yang telah dimiliki. Hal ini

diperkuat juga dengan Djamarah dan Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya

dalam faktor yang mempengaruhi hasil studi peserta didik dalam hal sarana

dan prasarana pendidikan dimana disebut dengan faktor instrumental input.

Sarana dan prasarana ini juga meliputi bagaimana pemeliharaan atau

manajemen sarana dan prasarana pendidikan di sekolah agar fasilitas-

fasilitas tersebut terjaga dan terawatt dengan baik.

Tabel 4.9 Daftar Sarana dan Prasarana SMA Negeri 2 Kota Blitar
Sumber : Hasil Olahan Penulis (2022)
No Nama sarpras Jumlah Berfungsi/tidak Keadaan Keterangan
baik,
sedang,
tidak
1. Ruang kelas 28 Berfungsi Baik -
2. Akses Internet 1 Berfungsi Bak Telkom Speedy
3. Lab. Mata 4 Berfungsi Baik Fisika, kimia, dan
Pelajaran biologi, bahasa
3. Lab. 3 Berfungsi Sedang Terdapat komputer
Komputer yang sudah tidak
berfungsi
4. Perpustakaan 1 Berfungsi Baik Berisi buku paket
pelajaran dan non
pelajaran
h5. Lapangan dan 3 Berfungsi Baik Bola, basket,
sarana badminton
olahraga
6. Fasilitas 1 Berfungsi Baik Mushola untuk
keagaamaan muslim. Untuk non
dan R.ibadah muslim di kelas
7. Fasilitas seni 1 Berfungsi Baik
budaya
8. Kantor 4 Berfungsi Baik Kepala Sekolah,
guru, BK, TU
117

9. Gudang 1 Berfungsi Baik Olahraga dan


perlengkapan
lainnya
10. Parker Berfungsi Baik Sangat terpenuhi
11. Cafeteria 1 Berfungsi Baik Sehat karena
menerapkan
adiwiyata
12. Taman 1 Berfungsi Baik Perawatan: petugas
sekolah
13. Pos keamanan 1 Berfungsi Baik
14. Tempat 1 Berfungsi Sedang Kurang terurus
pengelolaan
sampah
15. Ruang UKS 1 Berfungsi Baik
16. Ruang osis 1 Berfungsi Baik
17. Ruang 1 Berfungsi Baik
koperasi

4.3.2.4 Faktor Lingkungan

Menurut Munadi (Rusman: 2012) Berdasarkan hasil wawancara dan

observasi, menunjukkan bahwa kondisi lingkungan di SMA Negeri 2 Kota

Blitar dapat dikatakan nyaman dan sejuk untuk belajar dimana sekolah

tersebut terdapat program adiwiyata dan sudah menyandang prestasi

sebagai adiwiayata mandiri. Lingkungan SMA Negeri 2 Kota Blitar banyak

terdapat banyak pohon yang menjadikan udara di sekitar sekolah menjadi

sejuk. Terlihat pula didepan juga terdapat taman yang indah serta halaman

yang luas yang membuat siswa betah untuk selalu berada di sekolah yang

membuat siswa betah di sekolah. Tamanisasi sekolah mempunyai beberapa

manfaat, bagi sekolah yaitu untuk memperindah lingkungan sekolah dan

memberi rasa sejuk karena dikelilingi oleh tanaman yang indah. Taman
118

sekolah dapat memberi motivasi belajar kepada para siswa karena

lingkungan sekolah yang indah dan sejuk mereka akan merasa betah dan

bersemangat untuk belajar. Selain itu, pencahayaan yang ada di setiap kelas

juga sangat bagus dan terang serta mempunyai udara yang sejuk. Dengan

adanya adiwiyata yang mengharuskan setiap kelas untuk mengelola pokja-

pokja yang diberikan, maka siswa dapat berkreatifitas dalam mengatur

tanggung jawab tersebut serta membuat kondisi kelas menjadi berwarna dan

kreatif. Namun, dengan adanya pandemi kegiatan tersebut tidak berjalan

dengan maksimal.

Hal tersebut sejalan dengan teori yang dikemukakan slameto (2018)

mengatakan bahwa lingkungan sekolah merupakan kondisi seluruh yang

ada di sekolah yang dapat mempengaruhi prestasi yang dicapainya. Maka

siswa dalam belajar dapat terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Lingkungan

yang aman, nyaman dan bisa disesuaikan sendiri dapat menumbuhkan

dorongan untuk belajar. Sebaliknya lingkungan yang kurang menyenangkan

seperti kegaduhan, kekacauan, dan tidak bersih dapat mengganggu

kapasitas untuk berkonsentrasi dan menumbuhkan keinginan untuk tidak

belajar.

Hal tersebut juga didukung dan diperkuat dengan Djamarah dan Abu

Ahmadi dan Joko Tri Prasetya dalam faktor lingkungan yang disebut

environmental input yang meliputi lingkungan alam dan lingkungan sosial

dimana lingkungan tersebut dapat menunjang dan mempengaruhi

keberhasilan studi peserta didik. Selan itu, juga diperkuat oleh Ngalim
119

Purwanto (2003) yang dapat dikatakan sebagai faktor sosial yang meliputi

faktor lingkungan dari peserta didik yang dapat mempengaruhi hasil studi

peserta didik.

4.3.3 Hambatan yang dihadapi

Sekolah merupakan salah satu tempat bagi para siswa untuk menuntut

ilmu. kesiapan sekolah merupakan kesiapan anak untuk belajar, menerima

informasi, serta beradaptasi dengan lingkungan sekolah yang meliputi

kesiapan fisik dan psikologis, instrumental dan lingkungan. Pemerintah

dalam PP No. 19 Tahun 2005 telah mengatur mengenai Standar Nasional

Pendidikan (SNP), yang bertujuan agar sekolah sebagai lembaga pendidikan

dapat lebih terarah serta tetap terjamin mutu dan kualitasnya.

Pelaksanaan Asessmen Nasional (AN) dengan Asessmen Kompetensi

Minimum (AKM) di SMA Negeri 2 Blitar dilakukan dengan sedemikian rupa

dan dengan persiapan yang telah dipersiapkan. Hal tersebut dilakukan dengan

harapan bahwa proses pembelajaran yang diselenggarakan oleh pihak sekolah

dapat mencapai tujuan pembelajaran dan tujuan dari AKM dengan efektif dan

efisien. Oleh karena itu, selama proses pembelajaran dalam AKM

berlangsung terdapat hambatan-hambatan yang dihadapi baik hambatan

internal maupun hambatan eksternal lembaga. Kesiapan sekolah ini memiliki

timbal balik antara keahlian serta sikap melalui aspek perkembangan dan

belajar yang didukung oleh beberapa komponen pendidikan (Schoen&Nagle,

2004). Menurut Oemar (1992), hambatan adalah segala sesuatu yang


120

menghalangi, merintangi, menghambat yang ditemui manusia atau individu

dalam kehidupan bagi yang menjalaninya. Berdasarkan hasil analisis dan

interpretasi peneliti, hambatan internal dan hambatan eksternal dalam

kesiapan sekolah dalam menghadapi AKM (Asessmen Kompetensi

Minimum) di SMA Negeri 2 Kota Blitar dapat dilakukan perbaikan atau

penyempurnaan untuk kesiapan sekolah dalam menghadapi asessmen

kompetensi minimum baik dari kesiapan peserta didik maupun kesiapan dari

lembaga sekolah itu sendiri.

4.3.3.1 Hambatan internal

Hambatan internal merupakan salah satu hambatan yang bersifat

menghambat, menggagalkan, dan menahan terjadinya suatu hal atau

aktivitas yang dihadapi oleh sekolah dalam menghadapi AKM berasal dari

pendidik dan peserta didik itu sendiri. Adapun hambatan internal ini adalah

pelaksanaan dan proses dalam pembelajaran untuk ujian asessmen

kompetensi minimum (AKM) yang berasal dari internal. Dari beberapa

komponen pendidikan yang berpengaruh besar terhadap kelancaran proses

pembelajaran dikelas adalah guru (metode dan manajemen

pembelajarannya) dimana metode yang digunakan oleh guru sangat

berpengaruh terhadap hasil dari peserta didik dan guru dapat mengontrol

peserta didik yang pasif. Berdasarkan pengamatan peneliti hambatan

internal dapat diklasifikasikan kedalam beberapa poin yaitu sebagai berikut:

1. Adanya kesulitan guru terkait materi atau bahan ajar dalam pemberian

materi ke peserta didik dikarenakan tidak semua materi bisa di AKM


121

kan. Selain itu, soal-soal dalam ujian tersebut berbeda dengan ujian

nasional dan terdapat beberapa variasi diantaranya pilihan ganda,

pilihan ganda kompleks, isian singkat, uraian, dan menjodohkan. Selain

itu, para guru tersebut mengaku kurangnya pelatihan yang diberikan

oleh sekolah terkait pembuatan soal dan materi-materi AKM yang hanya

mengandalkan MGMP saja.

2. Kebijakan terkait perubahan dari ujian nasional menjadi asessmen

nasional sudah ditetapkan dan dilaksanakan mulai tahun 2021 dimana

pada tahun tersebut adalah indonesia dilanda pandemi covid-19 yang

mengakibatkan pendidikan di indonesia masih dilaksanakan secara

daring atau belajar dirumah. Meski sempat dilakukan pembelajaran

tatap muka terbatas, namun pembelajaran yang dilakukan masih dirasa

belum maksimal. Hal ini bedampak pada keterbatasan guru-guru

pengajar yaitu susahnya untuk mengembangkan kemampuan IT dan

mengajar secara daring. Sumber daya manusia terutama guru pengajar

dalam kegiatan pembelajaran dikelas dituntut untuk mampu menguasai

dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam proses

pembelajaran. Selain itu, dalam pembelajaran daring peserta didik juga

sulit untuk melakukan interaksi dengan guru dan cenderung

menyepelekan pembelajaran dan sulit diajak berliterasi. Hal ini

berakibat pada program GLS tidak berjalan dengan semestinya.

Walaupun sudah dilakukan tatap muka terbatas, namun hal tersebut


122

masih dirasa kurang maksimal karena jam pelajarannya dipangkas dari

sebelumnya sehingga pembelajaran tidak optimal.

Dalam pembelajaran daring terdapat indikator teknologi, pengajar,

dan karakteristik peserta didik. Hal ini sejalan dengan penelitian yang

pernah dilakukan oleh (Pangondian, Santosa & Nugroho, 2019) bahwa

faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran daring adalah teknologi

yang digunakan, karakteristik pengajar dan karakteristik peserta didik.

Dalam karakteristik teknologi diketahui bahwa masih banyak peserta

didik yang belum memiliki akses yang memadai dan dapat

mempengaruhi proses pembelajaran misalnya adanya keterlambatan

dalam mengisi daftar hadir atau bahkan keterlambatan dalam mengirim

tugas. Pada indikator pengajar, guru-guru kelas yang berusia lanjutan

dan memiliki kemampuan teknologi terbatas ini dapat mengganggu

jalannya pembelajaran. Lalu pada indikator karakteristik peserta didik

dilihat dari tingkat kehadiran dan tingkat keaktifan mulai menurun.

3. Peserta yang mengikuti ujian asessmen kompetensi minimum (AKM)

mengaku adanya kurang kesiapan dalam mengerjakan ujian. Hal

tersebut karena peserta didik yang ditunjuk itu dilakukan secara acak

oleh pusat dengan artian bahwa sekolah tidak bisa menyiapkan peserta

didik dengan tingkat pemahaman atau tingkat kognitif yang lebih unggul

untuk diujikan. Maka dari itu, sekolah harus mempersiapkan peserta

didiknya dengan baik, merata, dan siap dalam menghadapi ujian

tersebut. Selain itu, variasi soal-soal juga berbeda dengan ujian nasional
123

yang cenderung pilihan ganda saja. Disisi lain, mereka juga

beranggapan bahwasanya AKM lebih sulit dari UN dan diperlukan

ketelitian dalam membaca yang berakibat akan menimbulkan

kecemasan yang berlebih. Hal ini juga menyumbang dalam hambatan-

hambatan yang dihadapinya.

4. Kurangnya kesadaran peserta didik untuk aktif dalam KBM yaitu ketika

KBM dikelas masih terdapat peserta didik yang kurang menunjukkan

sikap disiplin, seperti masih ada peserta didik yang kurang

memperhatikan pelajaran dengan asik bermain handphone atau

mengobrol, peserta didik yang susah diatur, hingga peserta didik yang

cenderung pasif dalam KBM berlangsung. Dalam pembelajaran daring

pun peserta didik banyak yang tidak memperhatikan guru dan hanya

menggugurkan kewajiban saja dalam mengikuti pembelajaran daring

dikelas. Selain itu, peserta didik juga bermalas-malas an dan menjadi

tidak gemar berliterasi lagi karena literasi pada saat pembelajaran daring

tidak begitu berjalan dengan maksimal dan bahkan tidak berjalan sama

sekali karena adanya pemangkasan jam mata pelajaran.

5. Adanya perubahan kurikulum dengan kurikulum prototype dimana

kurikulum adalah modifikasi dari kurikulum 2013 dengan

pembelajarannya adalah pembelajaran berbasis projek (project based

learning). Hal ini dapat membuat guru pengajar kesulitan-kesulitan

dalam pembelajaran karena satu ujian bisa dibuat beberapa mata

pelajaran juga. Fungsi dari kurikulum untuk pendidik tersebut sangat


124

berguna dalam penerapan cara mengajar nantinya. Dengan adanya

kurikulum, pendidik atau guru dapat mengadakan evaluasi terhadap

perkembangan peserta didik dalam menyerap ilmu dan pengalaman

yang telah diberikan. Dari penjelasan tersebut, diketahui bahwa jika

kurikulumnya berubah, maka cara, metode, atau model

pembelajarannya pun juga berubah. Hal ini dapat membuat guru

pengajar kesulitan-kesulitan dalam pembelajaran karena satu ujian bisa

dibuat beberapa mata pelajaran juga.

6. Adanya pergantian kepala sekolah yang membuat tenaga pendidik

maupun kependidikannya masih menyesuaikan terkait kebijakan atau

program yang diluncurkan oleh kepala sekolah yang baru.

Pelatihan dan bahan ajar


kurang
Pendidik
Peserta Didik sulit diajak
ber literasi dan keaktifan
dalam KBM menurun

Kurang Siap Karena


Hambatan Internal dipilih acak dari pusat dan
Peserta Didik
adanya perubahan variasi
soal

Menggunakan kurikulum
darurat, dan menyambut
Kurikulum kurikulum prototype.

Gambar 4.14 Analisis Data Hambatan Internal


Sumber : Hasil olahan penulis (2022)
125

4.3.3.2 Hambatan Eksternal

Hambatan yang berasal dari eskternal atau luar sekolah tersebut bisa

berasal dari dinas pendidikan provinsi Jawa Timur dan cabang dinas

pendidikan wilayah Blitar dimana instansi tersebut yang menaungi

pendidikan menengah atas di wilayah Blitar. Adapun hambatan eksternal

dalam aktivitas kegiatan pembelajaran AKM dan kesiapan sekolah dalam

menghadapi AKM yang berasal dari hambatan eksternal berdasarkan

pengamatan peneliti dapat diklasifikasikan kedalam beberapa poin yaitu

sebagai berikut:

1. Adanya lost learning sebagai akibat dari dampaknya pandemi covid-19

yang melanda indonesia yaitu ditunjukkan dengan adanya penurunan

tingkat pemahaman peserta didik berupa lambannya peserta didik

dalam memahami dan mengikuti materi dikelas. Hal ini disebabkan

karena adanya kebijakan dari pemerintah indonesia, Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia terkait pandemi yang

mengharuskan pendidikan di indonesia beralih menjadi pembelajaran

secara daring dan tatap muka terbatas serta menerapkan kurikulum

darurat. Kurikulum darurat merupakan kurikulum yang disesuaikan

dengan situasi dan kondisi yang ada saat ini dengan tidak

menghilangkan substansi dari kurikulum 2013 dan dapat diartikan

bahwa kurikulum darurat merupakan bagian dari kurikulum 2013

namun jam mata pelajarannya dipangkas. Selain menggunakan

kurikulum darurat, sekolah tersebut juga menggunakan kurikulum


126

prototype yang dirasa dapat mengubah media dan metode pembelajaran

yang digunakan sehingga para guru-guru pengajar harus beradaptasi

lagi dengan kurikulum prototype dimana kurikulum tersebut adalah

dengan pembelajaran yang berbasis projek (project based learning).

2. Sosialisasi yang dilakukan oleh pihak Cabang Dinas Pendidikan

wilayah Blitar hanya dilakukan beberapa kali saja dan tidak ada

monitoring terkait pelaksanaan maupun proses dalam Asessmen

Kompetensi Minimum (AKM). Hal ini berakibat karena sosialisasi

yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur juga terlalu

mepet, akibatnya pihak Cabang Dinas Pendidikan di setiap wilayah

termasuk wilayah Blitar melakukan sosialisasi ke lembaga-lembaga

sekolah juga mepet dengan pelaksanaan ujian tersebut. Sosialisasi ini

penting mengingat AKM adalah pertama kali dilakukan di tahun 2021

maka perlu banyak sosialisasi ke lembaga-lembaga sekolah agar

pelaksanaan atau implementasi dari ujian tersebut dapat berjalan

dengan lancar dan pendidik maupun kependidikannya paham mengenai

teknis maupun teori dari Asessmen Nasional terutama dalam Asessmen

Kompetensi Minimum (AKM). Akibat dari sosialisasi yang hanya

dilakukan beberapa kali dan terlalu mepet dengan jadwal pelaksanaan

AKM, maka pendidik atau guru tersebut harus mencari tau secara

mandiri tentang AKM.

3. Tidak stabilnya server atau aplikasi dari pusat dalam pelaksanaan

asessmen nasional sehingga banyak peserta didik yang mengeluhkan


127

bahwa pada saat mengerjakan soal itu server atau aplikasi yang

digunakan tidak merespon dan tiba-tiba keluar dari aplikasi sendiri.

Walaupun sudah dilaksanakan simulasi, namun kendala tersebut masih

ditemui pada saat hari H pelaksanaan ujian. Hal tersebut mengganggu

peserta didik dalam mengerjakan soal karena dapat mengulang dalam

pengerjaanya. Hal tersebut masih diwajarkan oleh pemerintah karena

pelaksanan ujian ini adalah ujian yang pertama kali, jadi masih perlu

banyak yang harus diperbaiki dan ditinjau kembali.

4. Hasil dari AKM 2021 masih terdapat beberapa indikator yang hasilnya

belum keluar dari pusat yang mengakibatkan sekolah belum tau apa

yang perlu di monitoring dan evaluasi di lingkungan sekolahnya dalam

Asessmen Nasional terutama pada Asessmen Kompetensi Minimum

(AKM).
128

Pembelajaran daring
Kebijakan
Pemerintah
Pusat berakibat adanya lost
learning
Dinas
Pendidikan
Hambatan Eksternal Provinsi dan
sosialisasi yang
Cabang Dinas dilakukan terlalu mepet
Pendidikan
Wilayah
Blitar
hasil dari AKM 2021 pada indikator
tertentu dalam capaian pembelajaran
hasil AKM bidang numerasi dan literasi masih
2021 belum keluar hasilnya. sehingga
sekolah belum tau apa yang harus
diperbaiki dan ditingkatkan lagi.

Gambar 4.15 Analisis Data Hambatan Eksternal


Sumber : Hasil Olahan Peneliti (2022)
BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian terkait kesiapan sekolah dalam menghadapi AKM

yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, peneliti berfokus kepada kesiapan

peserta didik dan kesiapan sekolah dalam menghadapi AKM di SMA Negeri 2

Kota Blitar beserta hambatan apa saja yang menjadi faktor dalam kesiapan

sekolah. Ujian AKM (asessmen kompetensi minimum) ini merupakan ujian

sebagai pengganti dari ujian nasional dimana AKM pertama kali dilakukan pada

tahun 2021 sehingga perlu banyak persiapan. Berdasarkan uraian dan

pembahasan yang dikaitkan dengan teori faktor yang dapat mempengaruhi hasil

dari peserta didik oleh Munadi (Rusman: 2012) dapat disimpulkan sebagai

berikut :

1. Kesiapan Peserta didik

a. Faktor Fisiologis

Faktor fisiologis dimana faktor yang melihat kondisi fisik dari

peserta didik. Peserta didik yang memiliki tingkat kesiapan yang tinggi

dimana mereka telah mempersiapkan dengan baik melalui beristirahat

yang tepat, tetap pada protokol kesehatan, mempertimbangkan waktu

bermain, menjaga waktu belajar, serta waktu dalam beristirahat dan

129
130

berolahraga dengan konsisten. Masing-masing individu peserta didik

harus benar-benar memperhatikan kondisi fisiknya dimana kondisi fisik

yang baik akan membantu peserta didik dalam menerima materi

pelajaran, melakukan ujian dengan badan yang fit dan begitu juga

sebaliknya.

b. Faktor Psikologis

Banyak dari peserta didik yang memilih metode pembelajaran dengan

cara diskusi, tanya jawab, dan presentasi karena dapat bertukar pikiran

atau pendapat, melatih kepercayaan diri untuk mengutarakan apa

pendapatnya, dan melatih komunikasi. Selain itu, dalam faktor psikologis

ini juga dipengaruhi oleh tingkat kecemasan peserta didik dimana peserta

didik merasa cemas atau khawatir dalam melakukan tes atau ujian AKM

karena ujian tersebut pertama kali dilakukan dan variasi soal berbeda

dengan ujian sebelumnya. Motivasi peserta didik dapat ditarik

kesimpulan yaitu untuk memperoleh hasil yang memuaskan. Kunci

sukses dalam menghadapi ujian adalah dengan membangun rasa percaya

diri akan keberhasilan dengan cara menghilangkan rasa cemas.

Pernyataan tersebut diartikan bahwa motif dengan tujuan yang akan

dicapai mempunyai hubungan yang sangat erat.

2. Kesiapan Sekolah

a. Kurikulum

SMA Negeri 2 Kota Blitar dalam hal kurikulumnya menggunakan

kurikulum darurat sesuai arahan dari pemerintah dimana kurikulum


131

darurat ini diterapkan dengan melihat situasi dan kondisinya. Hal ini

dilatarbelakangi oleh adanya dampak dari pandemi covid-19. Selain itu,

pemerintah juga sudah mengumumkan adanya kurikulum prototype

yang digunakan sebagai kurikulum dalam pemulihan pembelajaran.

SMA 2 dalam rangka menyambut kurikulum prototype sudah

melakukan pembelajaran yang mengarah kepada kurikulum tersebut

dimana kurikulum prototype ini adalah kurikulum dengan pembelajaran

yang berbasis projek (Project Based Learning) dimana sesuai dengan

maksud dan tujuan yang dituju.

b. Metode Pembelajaran

Terkait dengan metode pembelajaran yang sering kali guru lakukan

ketika pembelajaran secara luring adalah dengan diskusi, tanya jawab,

presentasi, dan ceramah. Pada saat pembelajaran daring, guru

melakukan pembelajaran melalui platform yang disediakan oleh sekolah

yaitu google teams. Selain itu juga menggunakan media sosial seperti

instagram, youtube, google meeting, zoom, google classroom atau WA

Grup. Strategi guru dalam pembelajaran AKM yaitu mengenalkan

variasi soal-soal AKM kepada peserta didik dengan setiap ujian selalu

menyisipkan beberapa soal variasi AKM dengan tujuan agar peserta

didik mulai terbiasa dengan AKM.

c. Faktor Sarana dan Prasarana

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sarana dan

prasarana di SMA Negeri 2 Kota Blitar sudah memadai serta manajemen


132

sarana dan prasarana yang baik sehingga fasilitas-fasilitas yang ada dapat

terawatt dan dapat digunakan. Masing-masing kelas sudah terdapat

fasilitas yang memadai seperti LCD dan proyektor.

Dalam menghadapi AKM, laboratorium komputer sudah

disediakan. Terdapat 3 ruang lab komputer dan hampir semua komputer

berfungsi dengan baik. Selain itu, SMA Negeri 2 Kota Blitar

berkoordinasi dengan pihak PLN untuk pengecualian listrik apabila

terdapat pemadaman agar tidak mengganggu kegiatan ujian berlangsung.

d. Faktor Lingkungan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa kondisi

lingkungan di SMA Negeri 2 Kota Blitar dapat dikatakan nyaman dan

sejuk untuk belajar dimana sekolah tersebut terdapat program adiwiyata

dan sudah menyandang prestasi sebagai adiwiayata mandiri. Tamanisasi

sekolah mempunyai beberapa manfaat yaitu untuk memperindah

lingkungan sekolah dan memberi rasa sejuk karena dikelilingi oleh

tanaman yang indah. Halaman yang luas membuat warga sekolah betah

untuk selalu berada di sekolah. Sebaliknya, jika lingkungan yang kurang

menyenangkan seperti kegaduhan, kekacauan, dan tidak bersih dapat

mengganggu kapasitas untuk berkonsentrasi dan menumbuhkan

keinginan untuk tidak belajar. Selain itu, pencahayaan yang ada di setiap

kelas juga sangat dan mempunyai udara yang sejuk.

3. Hambatan-Hambatan yang dihadapi

a. Hambatan Internal
133

Hambatan internal yang dihadapi oleh SMA Negeri 2 Kota Blitar

diantaranya yaitu (1) adanya kesulitan guru dalam pemberian materi

terkait AKM; (2) adanya SDM guru kesulitan dalam kemampuan IT

untuk pembelajaran daring dan program GLS tidak berjalan akibat

pandemi; (3) kurangnya peserta didik untuk aktif dalam KBM; (4)

peserta didik kurang siap karena dipilih secara acak dan variasi soal

berbeda dengan ujian sebelumnya.

b. Hambatan eksternal

Hambatan eksternal yang dihadapi oleh SMA Negeri 2 Kota Blitar

diantaranya adalah adanya lost learning, Sosialisasi yang dilakukan oleh

dinas hanya dilakukan beberapa kali saja dan kebijakan pemerintah

seperti pembelajaran secara daring dan pembelajaran tatap muka

terbatas dimana peserta didik masuk sekolah hanya 50% dari total warga

sekolah yang mengakibatkan jam pelajarannya dipangkas dan tidak

optimal dalam menyampaikan materi pembelajaran. Cabang dinas

pendidikan wilayah blitar juga mengalami hambatan seperti sosialisasi

atau arahan yang diberikan oleh dinas pendidikan provinsi terlalu mepet

sehingga untuk sosialisasi ke lembaga-lembaga sekolah juga hanya

beberapa kali saja.

5.2 Saran

Berdasarkan temuan yang telah disimpulkan sebelumnya, maka tulisan ini

akan mencoba merekomendasikan beberapa saran yang dapat dijadikan acuan

dalam penyempurnaan kesiapan sekolah untuk menghadapi AKM (Asessmen


134

Kompetensi Minimum) yang dilakukan oleh SMA Negeri 2 Kota Blitar dan

pihak-pihak terkait di waktu yang akan datang yaitu sebagai berikut :

a. Sebaiknya pihak sekolah memberikan penjadwalan terkait sosialisasi dan

pelatihan terutama kepada guru-guru pengajar sehingga dalam

pembelajaran guru mempunyai bekal dalam memberikan materi pelajaran

yang berkaitan dengan AKM karena tidak semua materi bisa di AKM kan.

Selain itu, dalam program GLS sebaiknya tetap dilakukan dan mengajak

peserta didik serta memonitoring untuk berliterasi 15 menit sebelum jam

pelajaran dimulai dan hasil literasi dituliskan di bagian lembar atau form

tersendiri.

b. Sebaiknya pihak cabang dinas pendidikan wilayah blitar melakukan

monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan AKM 2021 agar dapat

dijadikan bahan evaluasi untuk kedepannya. Dalam pemberian sosialisasi

sebaiknya jangan terlalu mepet dengan waktu pelaksanan ujian.

c. Hasil dari AKM dapat dijadikan sebagai bahan acuan dan bahan evaluasi

untuk sekolah kedepannya.


DAFTAR PUSTAKA

Aditya, D. Y. (2016). Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Resitasi Terhadap


Hasil Belajar Matematika Siswa. Jurnal SAP, 166-168.

Afifa. (2020). Dukungan Sosial dengan Tingkat Kecemasan Siswa dalam


Menghadapi Ujian Akhir Nasional. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada.

Alma, B. (2010). Guru Profesional (Menguasai Metode dan Terampil Mengajar).


Bandung: Alfabeta.

Arif. (2011, November Selasa). Pengertian Strategi, Metode, Taktik. Retrieved


from http://blog.elearning.unesa.ac.id/m-saikhul-arif?p=3/.

Armenakis. (2007). Creating readiness for organisational change human relations.


human realtions.

Azimi, H. M. (2013). Readiness for implementing of E-Learning in Colleges of


Education. Journal of Novel Applied Sciences, 769-775.

Badan Pusat Statistik Kota Blitar. (2021, November Selasa). Retrieved from
https:blitarkota.bps.go.id

Basrowi&Suwandi. (2009). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Rineka


Cipta.

Dalyono. (2005). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Direktorat Pengembangan Akademik. (2021, Oktober Monday). Pengantar


Asessmen, Penilaian, dan Evaluasi Pembelajaran. Retrieved from
https://dpa.uii.ac.id

Direktorat Sekolah Dasar. (2022, Maret Sabtu). Direktorat Jenderal PAUD Dikdas
dan Dikmen Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Retrieved from Kurikulum Prototype utamakan pembelajaran berbasis
proyek: https://ditpsd.kemendikbud.go.id

Djaali. (2012). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah, S. B. (2002). Psikologi Belajar Edisi : 1. Jakarta: Rineka Cipta.

E, M. (2002). Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

135
136

Edward III, g. C. (1980). Implementation Public Policy. Congressional Quartely


Press. Washington.
Gloria, R. Y. (2012). Pentingnya asessmen alternatif dalam meningkatkan
kemampuan berpikir dan membaca ilmiah siswa pada pembelajaran biologi.
Scientiae Educatia: Jurnal pendidikan Sains, 1-7.

Grindle, M. (1980). Policy Content and Context in Implementation. Politics and


Policy Implementation in the Third World.

Handoko, T. H. (2012). Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.


Yogyakarta: BPFE.

Hasibuan, M. (2012). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Bumi


Aksara.

Hurlock, E. (Perkembangan Anak). 1978. Jakarta: Erlangga.

Idris&Idris. (2019). Emotional Freedom Technique Dalam Mengatasi Kecemasan


Siswa Menghadapi Ujian. Tadbir: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam.

Imron, A. (2002). Kebijakan Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

Jones, C. O. (1996). Pengantar Kebijakan Publik (Publiv Policy) Terjemahan Ricky


Ismanto. Jakarta: Penerbit PT Raja Grafindo.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2018, September 22). Kebutuhan


tidur sesuai usia. Retrieved from https://p2ptm.kemenkes.go.id

Kustriani, S. H. (2015). Analisis Kebijakan. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara


Republik Indonesia.

Lutfi Mustafa., S. P. (2013). Sisi-Sisi Lain Kebijakan Profesionalisme Guru.


Malang: Tim Ub Press.

Moleong, L. (1999). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Mulyasa. (2004). Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Rosda Karya.

Nughroho, R. (2016). Kebijakan Publik: Formulasi, Implementasi dan Evaluasi.


Jakarta: Elex Media Komputindo.

Parsons, W. (2001). Analysis of policy. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.

Pemerintah Pusat. (2003). Undang-undang (UU) tentang Sistem Pendidikan


Nasional. Jakarta: BPK RI.
137

Pemerintah Pusat. (2009). Undang-undang (UU) No. 63 tentang Penjaminan Mutu


Pendidikan. Jakarta: BPK RI.

Pruit, D. (2015). The evolution of Readiness Theory.

Pusat Asessmen dan Pembelajaran Badan Penelitian dan Pengembangan dan


Perbukuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2021). Lembar
Tanya Jawab Asessmen Nasional. Jakarta: Kemendikbud.

Pusat Asessmen dan Pembelajaran Mendikbud. (2020). Asessmen Nasional.


Jakarta: 2020.

Rosenberg, M. (2001). E-Learning: Strategis For Delivering Knowledge In Digital


Age.

Rosnaeni. (2009). Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan. 34-42.

Rusman. (2012). Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer Mengembangkan


Profesionalisme Guru Abad 21. Bandung: ALFABETA.

Sachdeva. (2002). E-Readiness Asessment in Indi.

Sanjaya, W. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Group.

Shiue, Y. (2007). Investigating the sources of teachers intrsuctional technology use


through the decomposed theory of planned behavior. jpurnal of educataion
reseach, 425-453.

Siswanto. (2012). Pengantar Manajemen. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta:


Rineka Cipta.

SMAN 2 Blitar. (2021, Oktober Minggu). PPDB. Retrieved from


http://sman2blitar.sch.id/web/

Subandi. (1988). Hubungan Antara Tingkat Relegiusitas Dengan Kecemasan Pada


Remaja. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM.

Subarsono. (2005). Analisis Kebijakan Publik. Magister Administrasi Fakultas


Pascarsarjana Universitas Gadjah Mada.

Sudjana, N. (2005). Penelitian Hasil Proses Belajar mengajar. Bandung: PT.


Remaja Rosdakarya.
138

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Supardi. (2005). Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta: UII


Press.

Sutikno. (2009). Belajar dan Pembelajaran, Prospect. Bandung.

Suwandi, B. &. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Tachjan. (2006). Implementasi Kebijakan Publik. Bandung: Penerbit AIPI


Bandung-Puslit KP2W Lemlit .

Tahir, A. (2016). Kebijakan Publik dan Good Governancy. Gorontalo.

Tohirin. (2006). Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Raja


Grafindo Persada.

United Nations. (2017). Resolution Work of the Statistical Commission pertaining


to the 2030 Agenda for Sustainable Develoment. 71.

Vosloo, S. (2009). E-Government and E-Readiness of Non Profit Organisations in


the Western Cape. South Africa.

Wahab, S. A. (2008). Analisis Kebijakan Publik, Konsep, Teori, dan Aplikasi.


Jakarta: Bumi Aksara.

Wulan, A. R. (2007). Pengertian dan esensi konsep evaluasi, asessmen, tes dan
pengukuran. FMIPA Universitas Pendidikan Indonesia, 1-12.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Pedoman Wawancara (Interview Guide)

Teori / Fokus Data Indikator Sub Ditujukan Pedom


Konsep indikator kepada an
Sekund Primer
er
Faktor Kesiapa Peserta Faktor Kesiapan Peserta Berkaitan dengan
yang n Didik fisiologis fisik atau didik di kesiapan jasmani dalam
mempenga Peserta SMA jasmani SMA pembelajaran dan ujian
ruhi Didik Negeri 2 Negeri 2 AKM
keberhasil Kota Kota Blitar
an peserta Blitar
didik
(Munadi )
Waktu Peserta Rentang belajar peserta
didik di didik
SMA
Negeri 2
Kota
Blitar
Faktor Metode Peserta Berkaitan dengan
psikologis didik di bagaimana metode
SMA pembelajaran yang
Negeri 2 disukai
Kota Blitar
Perangsang Peserta Motivasi apa saja yang
didik di mempengaruhi belajar
SMA individu
Negeri 2
Kota Blitar
Kendala Peserta Kendala yang dihadapi
didik di peserta didik dalam AKM
SMA 2021
Negeri 2
Kota Blitar
Kesiapa SMA Faktor Kurikulum Waka Berkaitan dengan
n Negeri 2 instrument Kurikulum pelaksanaan kurikulum
Sekolah Kota al SMA pada masa pandemi dan
Blitar Negeri 2 penetapan AKM
Kota Blitar

139
140

Pentingnya kurikulum
dalam pembelajaran
Metode Guru Berkaitan dengan Metode
Pembelajara Pengajar pembelajaran yang
n Matematik digunakan
a, Bahasa
Inggris,
dan
Bahasa
Indonesia
Bagaimana kesiapan atau
strategi guru dalam
metode pembelajaran
untuk menghadapi AKM
Kendala dan evaluasi
yang berkaitan dengan
metode pembelajaran
yang dihadapi selama
pembelajaran AKM
Sarana dan Waka Tersedianya sarana dan
Prasarana Sarana dan prasarana pendidikan
Prasana yang memadai
SMA
Negeri 2
Kota Blitar
Bagaiamana manajemen
sarana dan prasarana di
sekolah
Faktor Kenyamana Peserta Tingkat Kenyamanan
Lingkung n belajar didik di belajar di lingkungan
an SMA sekolah
Negeri 2
Kota Blitar
Hamba Sekolah Internal Peserta Hambatan yang dihadapi
tan- SMA Didik di oleh peserta didik dalam
hamba Negeri 2 SMA AKM 2021
tan Kota Negeri 2
yang Blitar Kota Blitar
dihada
pi
141

Tenaga Hambatan yang dihadapi


pendidik oleh tenaga pendidik dan
dan kependidikan pada AKM
kependidi 2021
kan

Tenaga Strategi yang digunakan


pendidik dalam menghadapi AKM
dan 2022
kependidi
kan

Eksternal Tenaga Hambatan eksternal


pendidik sekolah dalam
dan pelaksanaan AKM 2021
kependidi
kan

Tenaga Evaluasi untuk eksternal


pendidik sekolah dalam AKM 2021
dan
kependidi
kan
142

KEPALA SEKOLAH

1. Garis besar dari AKM ini seperti apa?

2. Bagaimana strategi dari kepala sekolah dalam menghadapi AKM tahun

2022?

3. Kesiapan sekolah dalam menghadapi AKM bagaimana?

4. Apakah sosilasasi yang dilakukan oleh pusat sudah tersampaikan dengan

baik?

5. Adakah tenaga pendidik atau guru yang sampai saat ini belum paham

mengenai AKM?

6. Selain guru, apakah siswa juga dibekali dengan sosialisasi terkait AKM?

WAKA KURIKULUM

1. Bagaimana kesiapan sekolah dalam menghadapi AKM dari segi kurikulum?

2. Apakah kurikulum nya tetap menggunakan kurikulum k13?

3. Bagaimana pembagian jam mata pelajaran apakah ditambah jam khusus

terkait AKM?

4. Bagaimana pembelajaran di SMAN 2 Blitar pada saat pandemi covid-19?

5. Apa hambatan yang dialami oleh bagian kurikulum dalam menghadapi

AKM?

WAKA SARANA DAN PRASARANA

1. Apakah sarana dan prasarana di SMAN 2 sudah cukup memadai dalam

menunjang kegiatan belajar mengajar di kelas?


143

2. Berapa banyak laboratorium komputer dan berapa jumlah komputer yang

ada di SMAN 2 Blitar?

3. Bagaimana manajemen sarana dan prasarana di SMAN 2 Blitar?

GURU PENGAJAR

1. Dalam melakukan pembelajaran secara daring dan luring bagaimana

metode pembelajaran yang diajarkan itu seperti apa?

2. Apa hambatan yang ditemui oleh guru selama pembelajaran daring dan

luring terkait dengan materi AKM?

3. Apakah guru juga diberikan sosialisasi atau pelatihan yang mengarah

kepada materi dan soal-soal AKM?

4. Bagaimana strategi guru dalam pemberian materi pada AKM tahun 2022?

5. Apa hambatan dan evaluasi dari pelaksanaan AKM tahun 2021?

PESERTA DIDIK

1. Apakah ada cara belajar tersendiri dalam ujian AKM dan bagaimana jam

belajar AKM?

2. Dalam kesiapan fisiologis, pada masa covid seperti ini bagaimana kamu

tetap menjaga kesehatan kamu agar proses belajar mengajar tetap bisa

mengikuti dengan baik?

3. Dalam kesiapan psikologis, metode pembelajaran seperti apakah yang kamu

sukai? Dan apa alasannya?

4. Bagaimana lingkungan belajar di SMAN 2 Blitar?

KASI SMA CABANG DINAS PENDIDIKAN WILAYAH BLITAR


144

1. Apakah semua sekolah sudah diberikan sosialisasi terkait AKM?

2. Apa evaluasi dari pelaksanaan AKM 2021?

3. Dari segi sarana dan prasarana, apakah SMA Negeri 2 Kota Blitar sudah

memadai untuk pelaksanaan AKM?

4. Bagaimana pelaksanaan kurikulumnya?


145

Lampiran 2. Hasil Wawancara


KEPALA SEKOLAH
1. Garis besar dari AKM ini seperti apa?

“Ujian AKM merupakan ujian yang ditetapkan oleh pemerintah dan yang
dinilai adalah sekolahnya dan tidak semua sekolah secara nasional yang
bertujuan untuk memetakan pendidikan di daerah tersebut. Untuk di Kota
Blitar sendiri semua sekolah melaksanakan ujian AKM ini salah satunya
yaitu di sekolah kita”.
(Hasil wawancara secara langsung pada 31 Januari 2022)

2. Bagaimana strategi dari kepala sekolah dalam menghadapi AKM tahun

2022?

“Srategi yang akan kami lakukan dalam mempersiapkan AKM tahun 2022
ini ya dengan cara tetap melanjutkan pembelajaran dikelas secara maksimal,
terus untuk soal-soal ujiannya juga selalu mengikuti bentuk soal dari AKM,
jenis-jenis soal, stimulusnya. Jadi setiap soal ada stimulusnya. Jadi
srateginya ya kita menerapkan bentuk soal-soal seperti soal AKM dan soal
ujian semester maupun ulangan harian itu sudah mengikuti variasi dari soal-
soal AKM dan tetap konsisten”.
(Hasil wawancara langsung pada 31 Januari 2022)

3. Kesiapan sekolah dalam menghadapi AKM bagaimana?

“Hasil dari AKM tahun 2021 ini dari pusat belum keluar, saya tidak tau
kapan keluarnya karena memang sampai saat ini belum ada hasil yang
dikeluarkan dari pemerintah untuk AKM tahun 2021. Untuk hasilnya
mungkin akan keluar tahun 2022. Karena AKM tahun 2021 ini masih
pertama kali dilakukan, tentunya dari peserta didik ada yang merasa kaget,
terbebani atau belum siap dalam mengerjakan ujian. Namun, dari sekolah
sendiri sudah mempersiapkan dari berbagai infrastruktur, fasilitas, hingga
sosialisasi-sosialisasi dengan para guru-guru pengajar maupun ke siswa nya
agar mereka diberi wawasan terkait AKM. Sosialisasi dari pusat sudah
dilakukan namun hanya sekali saja sosialisasinya. Selain itu, kita juga
memberikan pengetahuan kepada peserta didik bahwa ujian ini tidak
menilai siswa itu sendiri dan apapun hasilnya tidak mempengaruhi raport
siswanya, karena takutnya nantinya peserta didik merasa terbebani akan
ujian ini karena mereka merasa ditunjuk untuk melakukan ujian AKM. Kita
juga beri arahan bagaimana karakteristik soal-soal AKM”.
(Hasil wawancara langsung pada 31 Januari 2022)
146

4. Apakah sosilasasi yang dilakukan oleh pusat sudah tersampaikan dengan

baik?

“Sosialisasi yang dilakukan oleh dinas pendidikan terlalu mepet dan hanya
dilakukan beberapa kali saja sehingga kita para guru disini secara mandiri
aktif untuk mencari tau sendiri apa itu AKM dan semacamnya”
(hasil wawancara langsung pada 31 januari 2022).

5. Adakah tenaga pendidik atau guru yang sampai saat ini belum paham

mengenai AKM?

“InshaAllah sudah karena kita sudah melakukan sosialisasi kepada guru


guru dan mereka juga aktif untuk searching mandiri terkait AKM”.
(hasil wawancara langsung pada 31 januari 2022)

6. Selain guru, apakah siswa juga dibekali dengan sosialisasi terkait AKM?

“Iya, kita juga memberikan pengetahuan kepada peserta didik bahwa ujian
ini tidak menilai siswa itu sendiri dan apapun hasilnya tidak mempengaruhi
raport siswanya, karena takutnya nantinya peserta didik merasa terbebani
akan ujian ini karena mereka merasa ditunjuk untuk melakukan ujian AKM.
Kita juga beri arahan bagaimana karakteristik soal-soal AKM”.
(Hasil wawancara langsung pada 31 Januari 2022)

WAKA KURIKULUM

1. Bagaimana kesiapan sekolah dalam menghadapi AKM dari segi

kurikulum?

“Terkait kesiapan sekolah dalam hal kurikulum sebenarnya sekolah SMA


Negeri 2 Kota Blitar juga sudah menyongsong untuk melakukan kurikulum
Prototype dimana kurikulum ini dirancang agar peserta didik bisa
mengkaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari dan bisa meringankan
beban pekerjaan rumah maupun ujian yang diberikan oleh guru.”

2. Apakah kurikulum nya tetap menggunakan kurikulum k13?

“Pada waktu pembelajaran secara daring ini ada beberapa pilihan yaitu
adanya kurikulum khusus, jadi tidak semua materi atau Kompetensi Dasar
(KD) dihabiskan semua dan kita boleh menentukan materi. Sekolah kita
147

juga sudah menyongsong kurikulum prototype yang digunakan sebagai


keleluasaan sekolah untuk menentukan arah tujuan sekolah kita kemana
walaupun sebenernya kita belum sekolah penggerak dan juga belum
menetapkan kurikulum prototype. Akan tetapi, arah pembelajarannya sudah
mengarah kearah sana. Misalkan kita menggunakan pembelajaran berbasis
projek dimana pembelajaran ini adalah kolaborasi antar beberapa mata
pelajaran terus kemudian akan dibuatkan satu projek yang hubungannya
nanti adalah profil pelajar pancasila. Jadi siswa nanti bisa belajar bergotong
royong, bekerja sama, beriman dan bertakwa dan lain sebagainya yang nanti
ada beberapa tema. Dan ini sebenernya kita sudah mengawali walaupun kita
belum menerapkan kurikulum prototype. Jadi arahnya kita sudah project
based learning”.
(Hasil wawancara langsung pada 31 Januari 2022)

2. Bagaimana pembagian jam mata pelajaran apakah ditambah jam khusus

terkait AKM?

“tidak ada jam khusus”


(hasil wawancara langsung pada 31 januari 2022)

6. Bagaimana pembelajaran di SMAN 2 Blitar pada saat pandemi covid-19?

“Kegiatan pembelajaran disekolah ini pada waktu tahun 2021 yang masih
gencar-gencarnya kasus covid-19 ya kita melakukan pembelajaran secara
daring dengan memaksimalkan berbagai media-media pembelajaran.
Namun untuk saat ini kita sudah melakukan kegiatan pembelajaran secara
luring namun jam mata pelajaran dipangkas dan tetap mematuhi protokol
kesehatan dengan memaka masker. Kita juga tidak menambahkan jam mata
pelajaran untuk khusus AKM, namun kita memaksimalkan dan terus
melakukan kegiatan sosialisasi maupun workshop kepada guru-guru
pengajar agar memberikan soal sesuai dengan variasi soal AKM”. Pada
waktu pembelajaran secara daring ini ada beberapa pilihan yaitu adanya
kurikulum khusus, jadi tidak semua materi atau Kompetensi Dasar (KD)
dihabiskan semua dan kita boleh menentukan materi”.
(Hasil wawancara langsung pada 31 Januari 2022)

WAKA SARANA DAN PRASARANA

1. Apakah sarana dan prasarana di SMAN 2 sudah cukup memadai dalam

menunjang kegiatan belajar mengajar di kelas?

“Untuk hal sarana dan prasarana di sekolah kita ini sudah cukup
memadai, bahkan sangat memadai. Baik sarana dan prasarana di kelas
maupun di luar kelas. Di masing-masing kelas juga sudah tersedia LCD,
148

proyektor, dan lain sebagainya yang dapat menunjang kegiatan


pembelajaran di kelas. Selain itu, kami juga mempunyai 5 laboratorium
yang masing-masing lab itu juga berfungsi dengan amat baik dan
terawat”.
(Hasil wawancara pada 3 Februari 2022).

2. Berapa banyak laboratorium komputer dan berapa jumlah komputer

yang ada di SMAN 2 Blitar?

“Untuk komputer-komputernya juga hampir semuanya berfungsi


dengan baik, jadi pada pelaksanaan AKM kemarin jika dilihat dari segi
sarana dan prasarana di sekolah kita ini sudah tidak ada masalah. Yang
disiapkan dalam menghadapi ujian tersebut ya seperti pengecekan
komputer,, jaraingannya serta software yang digunakan. Selain itu juga
daya listrik di sekolah kita juga sudah ditambah, wifi nya juga bisa
digunakan walaupun ada beberapa titik yang tidak bisa dijangkau. Untuk
listriknya jika ada pemadaman dari PLN gitu saya harus melapor dulu
kepada pihak sana bahwa SMA 2 akan melakukan ujian pada tanggal
sekian, jam sekian agar pemadaman di Kota Blitar untuk SMA 2 tidak
dilakukan pemadaman.”
(Hasil wawancara pada 3 Februari 2022)

3. Bagaimana manajemen sarana dan prasarana di SMAN 2 Blitar?

“Terlaksana dengan baik dan terawat dengan baik.


(Hasil wawancara langsung pada 3 Februari 2022)

GURU PENGAJAR

1. Dalam melakukan pembelajaran secara daring dan luring bagaimana

metode pembelajaran yang diajarkan itu seperti apa?

“Metode pembelajaran pada waktu tahun kemarin dikarenakan masih


adanya pandemi covid-19 kita melakukan blended learning, jadi waktu
kemarin saya melakukan pembelajaran waktu secara luring itu saya kasih
pembelajaran seperti biasa tatap muka. Untuk yang dirumah saya sempat
memakai google meet, zoom, google classroom. Pada waktu pembelajaran
daring jadi siswa tidak banyak melakukan literasi numerasi secara mandiri
dan masih saya terangkan”.
“Pembelajaran luring nantinya akan saya ubah biar tidak klasikal, yaitu yang
lebih aktif adalah siswa dan saya akan membuat kelompok belajar atau
diskusi kelompok biar mereka lebih aktif berinteraksi juga karena saya rasa
kedekatan dengan teman-temannya itu kurang dikarenakan adanya pandemi
149

kemarin yang mengahruskan siswa tidak bertemu teman-temannya.


Akhirnya saya buat kelompok belajar yang mereka buat sendiri. Jadi saya
kasih materinya apa yang nantinya mereka akan cari sendiri entah dari buku,
LKS, internet yang penting mereka mencari. Setelah itu saya kasih beberapa
latihan soal yang harus mereka kerjakan secara berkelompok”.
(Hasil wawancara langsung pada 3 Februari 2022)

2. Apa hambatan yang ditemui oleh guru selama pembelajaran daring dan

luring terkait dengan materi AKM?

“Untuk hambatannya sendiri dari guru itu kita kurang diberi pelatihan dari
sekolah. Karena AKM ini kan masih berjalan kemarin dan hitungannya
tergolong baru ya kita dari guru ikut menyesuaikan itu. Untuk hambatannya
kalau menurut saya itu soal-soal AKM itu kan bervariasi, jadi kita ya harus
menyesuaikan. Untuk buku khusus AKM itu saya bersama MGMP
matematika itu berdiskusi untuk membuat contoh soal AKM karena modul
AKM yang resmi itu masih belum ada. Setelah kita berdiskusi itu ternyata
tidak semua materi matematika itu bisa di AKM kan. Jadi nanti setelah buku
nya keluar akan saya baca-baca lagi terkait AKM”.
(Hasil wawancara langsung 3 Februari 2022)

3. Apakah guru juga diberikan sosialisasi atau pelatihan yang mengarah

kepada materi dan soal-soal AKM?

“Diberikan, namun untuk pelatihannya tidak ada dan hanya mengandalkan


dari workshop MGMP”
(Hasil wawancara langsung pada 3 februari 2022)

4. Bagaimana strategi guru dalam pemberian materi pada AKM tahun 2022?

“Setiap bab ini akan saya kenalkan bentuk variasi dari soal-soal AKM.
Selain itu juga setiap ada ulangan harian maupun ujian semester begini saya
juga menyisipkan beberapa soal dengan bentuk soal-soal AKM seperti
pilihan ganda, benar-salah, pilihan ganda lebih dari satu dan lain sebagainya
yang mengarah ke dalam bentuk soal-soal AKM. Untuk kelas 10 saya juga
sudah mengenalkan variasi bentuk-bentuk AKM, agar nantinya pada waktu
naik ke kelas 11 mereka lebih familiar dan sudah terbiasa dengan bentuk
soal AKM”.
“Sekolah kita juga sudah menerapkan bentuk soal-soal seperti AKM, jadi
pembelajaran, pemberian materi maupun ujian-ujian yang dilakukan juga
sudah mengarah ke bentuk soal AKM”
(Hasil wawancara langsung pada 3 Februari 2022)

5. Apa hambatan dan evaluasi dari pelaksanaan AKM tahun 2021?


150

“Untuk hambatannya sendiri dari guru itu kita kurang diberi pelatihan dari
sekolah. Karena AKM ini kan masih berjalan kemarin dan hitungannya
tergolong baru ya kita dari guru ikut menyesuaikan itu. Untuk hambatannya
kalau menurut saya itu soal-soal AKM itu kan bervariasi, jadi kita ya harus
menyesuaikan. Untuk buku khusus AKM itu saya bersama MGMP
matematika itu berdiskusi untuk membuat contoh soal AKM karena modul
AKM yang resmi itu masih belum ada. Setelah kita berdiskusi itu ternyata
tidak semua materi matematika itu bisa di AKM kan. Jadi nanti setelah buku
nya keluar akan saya baca-baca lagi terkait AKM”.
“Untuk hambatannya kalau dari saya itu bagaimana meningkatkan minat
baca atau literasi siswa. Karena kita pembelajaran secara luring dan siswa
diberi waktu 15 menit di jam pertama untuk kegiatan literasi saja masih ada
siswa yang tidak mau membaca. Apalagi kalau pembelajarannya secara
daring. Secara luring saja masih susah untuk literasi apalagi kalau sampai
daring”.
(Hasil wawancara 3 Februari 2022)

PESERTA DIDIK

1. Apakah ada cara belajar tersendiri dalam ujian AKM dan bagaimana jam

belajar AKM?

“Kalau saya rentang waktu untuk belajar yang cukup biasanya sekitar 1
sudah cukup diluar pembelajaran sekolah. Tapi untuk persiapan ujian AKM
ini saya belajarnya kurang lebih 1 hingga 2 jam”.
“Saya mengikuti bimbel jadi waktu belajar saya itu mengikuti jam les. Tapi
jika bimbelnya libur kalau saya ada PR atau pengen belajar gitu saya
biasanya kurang lebih satu jam sudah cukup”
(Hasil wawancara langsung pada 3 Februari 2022)

2. Dalam kesiapan fisiologis, pada masa covid seperti ini bagaimana kamu

tetap menjaga kesehatan kamu agar proses belajar mengajar tetap bisa

mengikuti dengan baik?

“Hal yang saya persiapkan waktu saya ditunjuk sebagai siswa yang
mengikuti ujian ini yaitu menjaga pola makan agar badan tetap sehat apalagi
masih pandemi seperti ini. Kalau weekend biasanya saya olahraga”.
“Yang saya lakukan selama daring dirumah ya menjaga pola makan juga,
jaga kesehatan, tidur siang dan tidak begadang terus agar badan kita saat
ujian berlangsung biar tetap segar”
151

“Selama daring biasanya ya tetap olahraga, pola makannya dijaga, tidak


keluar rumah kalau tidak berkepentingan dan tetap mematuhi protokol
kesehatan. Kalau sudah tatap muka ya seperti biasanya olahraga juga,
memakai masker dan jaga kesehatan”.
(Hasil wawancara langsung pada 3 Februari 2022)

3. Dalam kesiapan psikologis, metode pembelajaran seperti apakah yang kamu

sukai?

“Terkait metode pembelajaran yang saya sukai adalah metode diskusi


karena bisa bertukar pendapat dengan guru dan teman-teman lainnya”
“kalau saya juga suka diskusi dan tanya jawab karena jika kita tidak
menemukan jawabannya kita bisa sharing satu sama lain yang akhirnya bisa
menemukan solusi atau jawaban atas pertanyaan tersebut”.
(Hasil wawancara langsung pada 3 Februari 2022)

4. Bagaimana lingkungan belajar di SMAN 2 Blitar?

“Lingkungan di SMA 2 ini juga sudah nyaman menurut saya karena tidak
panas, segar, dan sejuk ya karena banyak pohon-pohon juga”.
“iya, kalo dari segi lingkungan sih SMA 2 sudah cukup nyaman untuk
belajar, kondisi ruang kelasnya juga nyaman, tidak gelap, pencahayaanya
juga bagus kok”.
(Hasil wawancara 3 Februari 2022)

KASI SMA CABANG DINAS PENDIDIKAN WILAYAH BLITAR

1. Apakah semua sekolah sudah diberikan sosialisasi terkait AKM?

“Sosialisasinya dilakukan secara mepet atau mendekati pelaksanaan AKM


nya. Jadi kita untuk sosialisasi ke lembaga-lembaga juga kurang maksimal.
Mungkin untuk kedepannya harapannya itu sosialisasinya dilakukan di awal-
awal atau tidak mepet. AKM 2021 ini kan masih baru dan kemarin juga
daring jadi kalo dari kita mungkin persiapannya masih tidak 100% terkait
sosialisasi agar lembaga-lembaga punya bekal dan paham terakit apa itu
AKM”.
(hasil wawancara langsung 4 Januari 2022)

2. Dari segi sarana dan prasarana, apakah SMA Negeri 2 Kota Blitar sudah

memadai untuk pelaksanaan AKM?

“semua sekolah di kota blitar dari segi sarana dan prasarananya sudah cukup
bagus dan memadai termasuk SMAN 2 Blitar”
(hasil wawancara langsung 4 januari 2022)
152

3. Bagaimana pelaksanaan kurikulumnya?

“pelaksanaan kurikulumnya tetap sesuai dengan arahan pemerintah”


(hasil wawancara langsung 4 Januari 2022)
153

Lampiran 3. Daftar Riwayat Hidup


A. Identitas Diri

1. Nama Lengkap Farida Hanum Vidyanis


2. Tempat dan Tanggal Blitar, 06 Maret 2001
Lahir
3. Jenis Kelamin Perempuan
4. Program Studi Administrasi Pendidikan
5. Fakultas Ilmu Administrasi
6. Universitas Brawijaya
7. NIM 185030900111020
8. Angkatan 2018
9. E-mail hanumfarida@student.ub.ac.id
10. Nomor Telepon/HP 085606496070
11. Alamat Jl. Mayjend Panjaitan XIX/39B, Kota
Malang

B. Riwayat Pendidikan

SD SMP SMA Universitas


Nama SDN SMP Negeri SMA Negeri Universitas
Institusi Bangsri 02 7 Kota Blitar 2 Kota Blitar Brawijaya
Blitar
Jurusan - - Akselerasi - Administrasi
IPA Pendidikan
Tahun 2007 - 2013 2013 – 2016 2016 - 2018 2018 - 2022
Masuk –
Lulus

C. Riwayat Internship / Organisasi

No. Jabatan Instansi Tahun


1. Intern PT Digital Solusi Group 2022
1. Intern Cabang Dinas Pendidikan 2021
Wilayah Blitar
2. Public Relation Cendekiawan Nusantara 2021 - 2022
154

3. Advokasi Himpunan Mahasiswa Program 2019


Studi Administrasi Pendidikan
D. Riwayat Kepanitiaan

No. Jabatan Nama Kepanitiaan Tahun


1. Mentor PKKMABA FIA UB 2020
2. Mece PKKMABA FIA UB 2019
(Kesehatan)
3. Humas Seminar Nasional Activation 2019
FIA UB
4. Kestari Simfoni Senja 4 FIA UB 2018

E. Riwayat Kegiatan

No. Sebagai Nama Kegiatan Tahun

1. MC & Webinar “CV Trik : CV 2022


Moderator Menarik buat HRD Tertarik”
2. MC & Live Instagram “Pegiat Literasi 2021
Moderator : Tantangan dan Budaya
Literasi di Indonesia
3. Pemateri Pengenalan Kampus 2020
Universitas Brawijaya
155

Lampiran 4. Surat Pengantar Riset


156

Lampiran 5. Surat Keterangan Riset dari Tempat Riset


157

Lampiran 6. Logbook Penelitian

LOGBOOK PENELITIAN SKRIPSI FIA UB

NAMA : Farida Hanum Vidyanis

NIM : 185030900111020

JUDUL PENELITIAN : Kesiapan Sekolah Dalam Menghadapi Asessmen

Kompetensi Minimum (AKM) (Studi Pada

SMA Negeri 2 Kota Blitar)

No. Tanggal Kegiatan


1. 06/10/2021 Pra riset untuk mengetahui permasalahan
terkait kesiapan sekolah dalam menghadapi
AKM di SMA Negeri 2 Kota Blitar
1. 03/01/2022 Kunjungan ke SMA Negeri 2 Kota Blitar
untuk menanyakan terkait alur perizinan
penelitian.
2. 04/01/2022 Kunjungan ke Cabang Dinas Pendidikan
wilayah Blitar untuk meminta surat izin
penelitian ke SMA Negeri 2 Kota Blitar dan
menyerahkan kembali surat izin penelitian ke
SMA Negeri 2 Kota Blitar.
3. 28/01/2022 Mengunjungi SMA Negeri 2 Kota Blitar
untuk menanyakan terkait jadwal wawancara
terhadap informan dengan Ibu Eci.
4. 31/01/2022 Kegiatan wawancara dan dokumentasi dengan
Bapak Ibnu selaku wakil kepala sekolah dan
Ibu Widi selaku Waka Kurikulum di SMA
Negeri 2 Kota Blitar.
5. 01/02/2022 Kegiatan wawancara dan dokumentasi dengan
Ibu Cici selaku guru pengajar mata pelajaran
matematika SMA Negeri 2 Kota Blitar.
158

6. 03/02/2022 Kegiatan wawancara dan dokumentasi dengan


Ibu Anis selaku guru pengajar Bahasa
Indonesia SMA Negeri 2 Kota Blitar.
7. 07/02/2022 Kegiatan wawancara dan dokumentasi dengan
Bapak Basuki selaku Waka sarana dan
prasarana di SMA Negeri 2 Kota Blitar.
8. 08/02/2022 Kegiatan mengikuti kelas Matematika
bersama Ibu Cici dan kelas XI A.1
9. 15/02/2022 Kegiatan wawancara dan dokumentasi dengan
peserta didik yang ditunjuk sebagai sampel
untuk mengikuti ujian AKM sekitar 5 orang.
159

Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian

Peneliti bersama Bapak Ibnu selaku wakil kepala sekolah SMA Negeri 2 Kota
Blitar
Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2022

Peneliti bersama Ibu Widi selaku Waka Kurikulum SMA Negeri 2 Kota Blitar
Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2022
160

Peneliti bersama Ibu Cici selaku Guru Matematika SMA Negeri 2 Kota Blitar
Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2022

Peneliti bersama Ibu Anis selaku Guru Bahasa Indonesia SMA Negeri 2 Kota
Blitar
Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2022
161

Peneliti bersama Bapak Basuki Selaku Waka Sarana dan Prasarana SMA Negeri 2
Kota Blitar
Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2022

Peneliti bersama Peserta Didik yang ditunjuk sebagai sampel AKM 2021
Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2022

Anda mungkin juga menyukai