Diterbitkan Oleh
UNESA UNIVERSITY PRESS
Anggota IKAPI
Kampus Unesa Ketintang Surabaya
Gedung C-15
Telp. 031-8288598; 8280009 ext. 109
Fax. 031-8293462
iii
memutuskan untuk menerbitkan 3 (tiga) buah buku pendamping dan
pelengkap laporan penelitian tersebut. Buku pendamping yang pertama
berjudul Jejak Budaya dalam Karakter Siswa Indonesia telah selesai
disusun dan diterbitkan pada tahun 2012 yang lalu. Buku ini adalah buku
pendamping yang kedua, aksentuasinya adalah identifikasi identitas
kultural dan karakter siswa-siswa di setiap daerah atau kelompok etnis
yang diteliti, disertai perspektif perubahan karakter dalam era
globalisasi dan peranan nilai karakter dalam Kurikulum 2013. Nilai
karakter dalam Kurikulum 2013 dimaksudkan untuk dikembangkan
dalam diri setiap peserta didik di Indonesia dalam konteks menghadapi
perubahan global. Buku ini diberi judul Identitas Kultural dan Karakter
Siswa-Siswa di Indonesia dalam Perspektif Perubahan Global.
Terakhir saya berharap banyak manfaat yang dapat dipetik dari
penerbitan buku ini, serta kehadirannya mampu memperkaya khasanah
ilmu kependidikan di negara tercita Republik Indonesia ini. Semoga.
iv
DAFTAR ISI
BAB I: PENDAHULUAN 1
A. Dimensi penting karakter dalam persaingan global 2
B. Karakter siswa yang relevan dengan perkembangan global 4
v
BAB IV: REORIENTASI PENDIDIKAN KARAKTER 121
A. Urgensi pendidikan karakter di sekolah 121
B. Strategi implementasi pendidikan karakter di sekolah 123
C. Pentingnya peranan keluarga dalam pendidikan karakter 127
D. Peran kurikulum dalam membangun karakter siswa 132
E. Relevansi dan implikasi penerapan pendididkan karakter bagi 141
pendidikan di masa depan
vi
01
BAB I
PENDAHULUAN
S
ejak tahun 2010, melihat berbagai gejolak dan fenomena sosial
yang menjangkiti anak bangsa, pentingnya pendidikan karakter
menjadi wacana nasional yang semarak dibicarakan di mana-
mana. Pelan tapi pasti, sejak itu, dilaksanakan implementasi
pendidikan karakter di sekolah-sekolah, sejak dari Sekolah Dasar (SD)
sampai ke perguruan tinggi. Sejumlah pertanyaan yang kemudian
muncul antara lain adalah, sejauh manakah implementasi pendidikan
karakter di Indonesia saat ini? Adakah implementasi pendidikan
karakter itu pada lajur yang benar (in the right track) ?. Cukup efektifkah
pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah? Dalam hubungan ini,
Universitas Negeri Surabaya yang bekerja sama dengan Badan
Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan mengadakan penelitian yang berjudul “Peta Profil
Variabel-variabel Karakter Bangsa Siswa-siswi pada Pendidikan Dasar
dan Menengah”. Populasi penelitian adalah seluruh siswa di Indonesia,
mulai dari Aceh sampai Papua, dengan sampel sejumlah SD, SMP,
SMA/SMK di sejumlah kota besar di seluruh wilayah Indonesia.
2
Pendahuluan
etos kerja, rendahnya rasa hormat kepada orangtua dan guru, rendahnya
rasa tanggung jawab individu dan warga negara, maraknya
ketidakjujuran, dan hadirnya rasa saling curiga serta kebencian di antara
sesama.
3
Pendahuluan
Karakter yang bersumber dari olah hati antara lain, beriman dan
bertakwa, jujur, amanah, adil, tertib, taat aturan, bertanggung jawab,
berempati, berani mengambil risiko, pantang menyerah, rela berkorban,
dan patriotik. Karakter yang bersumber dari olah pikir antara lain adalah
cerdas, kritis, kreatif, inovatif, kuriositas, produktif, analisis, dan
reflektif. Karakter yang dikembangkan dari olah raga antara lain, bersih
dan sehat, sportif, tangguh, andal, berdaya tahan, kooperatif,
determinatif, kompetitif, ceria, dan gigih. Karakter yang ingin
dikembangkan dari olah rasa dan karsa adalah kemanusiaan, saling
menghargai, gotong royong, kebersamaan, ramah, hormat, toleran,
peduli, cinta tanah air, dinamis, kerja keras, dan beretos kerja. Dalam
hubungan ini ada semacam keyakinan dari para pengambil kebijakan
dan pemerhati pendidikan di Indonesia, bila keempat dimensi olah hati,
olah pikir, olah raga, olah rasa dan karsa tersebut mampu dikembangkan
dengan baik melalui institusi pendidikan, seluruh anak bangsa, peserta
didik yang bergelut dan berkecimpung dalam wahana pendidikan di
Indonesia akan mampu dengan yakin dan teguh menghadapi semua
tantangan global.
4
Pendahuluan
Ada hal lain yang menjadi perhatian atau bahasan buku ini, hal
tersebut adalah keinginan untuk memahami sejauh mana Kurikulum
2013 mampu menyiapkan para tunas bangsa menjadi sosok yang unggul
dan mampu bertahan dalam riuh rendah persaingan global.
Demikianlah, sebagai temuan dari suatu penelitian, buku ini mencoba
untuk mengungkapkan apakah pendidikan karakter dengan segala
dimensi dan variasinya mampu membangun jati diri para peserta didik
mulai dari SD, SMP, sampai SMA/SMK, baik dalam hal kemuliaan
dirinya pribadi, maupun membangun jati diri sebagai bangsa, yang
niscaya merupakan modal esensial dalam menghadapi persaingan
global.
5
06
BAB II
GLOBALISASI DAN IDENTITAS
KULTURAL BANGSA
G
lobalisasi menurut Stanford Encyclopedia of Philosophy
makna sederhananya adalah perubahan fundamental dalam
kontur ruang dan waktu. Joko Siswanto (2009) menyatakan
bahwa globalisasi adalah semua bentuk dan proses yang merujuk pada
penyatuan seluruh warga dunia menjadi sebuah kelompok global, dan
lebih jauh merupakan bentuk keterhubungan masyarakat dunia yang
meliputi bidang politik, ekonomi, budaya, dan sosial. Dalam hubungan
ini, sebelumnya Sastrapratedja (1995) menegaskan bahwa globalisasi
harus dipahami lebih dari sekadar proses internasionalisasi, yaitu
hubungan timbal balik antar negara; tetapi sebagai suatu bentuk baru,
dimana dunia disatukan dan menghasilkan kebudayaan global yang
disebut kebudayaan “ketiga” yang melampaui batas negara.
7
Globalisasi dan Identitas Kultural Bangsa
8
Globalisasi dan Identitas Kultural Bangsa
9
Globalisasi dan Identitas Kultural Bangsa
10
Globalisasi dan Identitas Kultural Bangsa
11
Globalisasi dan Identitas Kultural Bangsa
Sebenarnya teori Edwars T. Hall ini bukan teori yang tiba-tiba muncul
sendiri. Jika dilacak, teori ini sebenarnya berakar dari teori kebutuhan
(need theory) yang telah dikembangkan oleh Henry Murray, seorang ahli
psikologi, pada tahun 1938. Murray menyatakan ada tiga kebutuhan
dasar manusia yang disebutnya sebagai kebutuhan untuk berprestasi
(need for achievement), kebutuhan untuk berkuasa (need for power),
serta kebutuhan untuk berafiliasi (need for affiliation). Teori Murray ini
menemui bentuknya dan lebih berkembang lagi karena penelitian David
C. McClelland yang kemudian dipublikasiklan dalam bukunya yang
fenomenal, The Achieving Society ( 1961).
12
Globalisasi dan Identitas Kultural Bangsa
1. Konsep Karakter
13
Globalisasi dan Identitas Kultural Bangsa
14
Globalisasi dan Identitas Kultural Bangsa
15
Globalisasi dan Identitas Kultural Bangsa
16
Globalisasi dan Identitas Kultural Bangsa
2. Pendidikan Karakter
17
Globalisasi dan Identitas Kultural Bangsa
18
Globalisasi dan Identitas Kultural Bangsa
3. Perkembangan Karakter
19
Globalisasi dan Identitas Kultural Bangsa
4. Pembentukan Karakter
20
Globalisasi dan Identitas Kultural Bangsa
21
22
BAB III
IDENTITAS KULTURAL DAN
KARAKTER SISWA-SISWA
DI INDONESIA
A
sumsi yang dijadikan landasan penulisan buku ini adalah,
karena faktor nature sudah given, merupakan sifat kolektif dari
siswa-siswa yang diturunkan oleh orangtua di wilayah
hidupnya masing-masing, maka sebelum membahas karakter siswa
sebagai hasil temuan penelitian, akan dibahas dahulu hasil interaksi
manusia dengan lingkungan tempat bersemainya karakter tersebut atau
nurture, dengan titik berat kondisi lingkungan alam. Sebelumnya perlu
ditegaskan bahwa sesuai dengan teori Edward T. Hall, identitas kultural
secara umum siswasiswa di Indonesia termasuk ke dalam high context
culture. Pengertian identitas kultural di sini agak berbeda dari klasifikasi
Hall tersebut, demikian pula pada pembahasan selanjutnya. Dalam hal
ini identitas kultural dimaknai sebagai identitas yang terbentuk dari
kondisi lingkungan, setting geografis, termasuk topografi, ketinggian
dari muka laut, kondisi iklim dan lain-lain serta hasil interaksi antara
manusia setempat dengan lingkungannya yang mencipta budaya yang
khas bagi daerah masing-masing.
a. Identitas Kultural
23
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
b. Karakter Siswa
24
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
25
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
Pekerjaan Rumah (PR), diskusi di kelas, tanya jawab dengan siswa, dan
mengikutsertakan siswa dalam lomba olimpiade bidang studi, terutama
matematika dan sains. Berikut ini adalah unsur-unsur yang terdapat
dalam pengembangan nilai cerdas di antaranya adalah,
26
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
27
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
a. Identitas Kultural
Kata Riau berasal dari bahasa Portugis rio, yang artinya sungai.
Hal ini menandai banyaknya sungai-sungai besar di provinsi Riau.
Diketahui ada sungai Siak, Kampar, Rokan, dan Inderagiri. Semula etnik
Riau hanya berada di satu provinsi, yaitu provinsi Riau, namun dengan
adanya pemekaran maka sekarang berada di dua provinsi, yaitu di
28
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
provinsi Riau dan provinsi Kepulauan Riau. Walau demikian ciri etnis
dan kulturalnya tetap sama. Berkenaan dengan itu penelitian ini hanya
mengambil sampel di provinsi Riau, tepatnya di kota Pekanbaru.
b. Karakter Siswa
29
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
adalah pada saat ulangan ada sebagian siswa yang suka mencontek, dan
guru tidak dapat mengawasi karena jumlah siswa terlalu banyak. Wajib
untuk jujur sebenarnya telah menjadi adat tradisi budaya setempat,
seperti ungkapan, “popat di lue popat di dalam, becakap tidak
mengulum lidah, bekato tidak bemuko duo” (pepat di dalam pepat di
luar, bercakap tidak mengulum lidah, berkata tidak bermuka dua). Nilai
kejujuran biasanya setara dengan keadilan. Bahwa orang Riau harus
adil, kerap dinyatakan dalam ungkapan, ”menimang samo boatnyo,
menyukat samo takenyo, meukou samo panjangnyo” (menimbang
sama beratnya, menyukat sama takarnya, mengukur sama panjangnya).
30
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
31
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
a. Identitas Kultural
32
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
b. Karakter Siswa
33
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
34
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
35
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
a. Identitas Kultural
36
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
b. Karakter Siswa
37
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
38
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
39
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
a. Identitas Kultural
40
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
b. Karakter Siswa
41
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
42
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
43
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
a. Etnis Sunda
1) Identitas Kultural
44
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
ijuk”, jangan seperti api dengan ijuk (jangan mudah berselisih, pandai
mengendalikan nafsu-nafsu negatif yang merusak hubungan dengan
orang lain); “ulah nyieun pucuk ti girang”, jangan merusak tunas dari
hulu (jangan mencari bibit permusuhan).
45
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
2) Karakter Siswa
46
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
47
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
48
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
b. Etnis Banten
1) Identitas Kultural
2) Karakter Siswa
49
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
c. Etnis Betawi
1) Identitas Kultural
50
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
2) Karakter Siswa
51
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
Sikap “loe loe, gue gue” yang dikabarkan menjadi karakter anak
Betawi pada umumnya, tidak ditemukan di sekolah yang diamati.
Kemungkinan besar, sikap “loe – gue” yang mencerminkan gaya hidup
individulistis itu hanya menjangkiti anak-anak muda yang tinggal di
kota metropolitan Jakarta (DKI Jakarta). Sedangkan di kota-kota
pinggiran seperti Bekasi, Depok, Tangerang, anak-anak Betawi tidak
terpengaruh gaya hidup modern itu. Mereka masih menjaga adat
orangtua yang saling peduli pada sesamanya.
52
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
2. Etnis Jawa-Yogyakarta
a. Identitas Kultural
53
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
54
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
perang antara sifat buruk dan sifat baik yang ada dalam diri seseorang,
sehingga perang yang paling pantas dilakukan adalah perang terhadap
watak buruk dalam diri sendiri, bukan memerangi pihak (orang) lain yang
perlu dimusnahkan.
55
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
Klasifikasi Kelompok
Peribahasa Arti Makna
Nilai Inti Indikator Nilai
Jujur Adat dan Saben desa Setiap daerah Semakna dengan
Tradisi mawa caro memiliki peribahasa, di
kebiasaan mana bumi dipijak
berbeda di situ langit
dijunjung
-Keimanan dan Gusti ora Tuhan/Gusti Keyakinan bahwa
Kepercayaan sare mengerti setiap Allah akan
-Kejujuran dan perbuatan membalas
kebijakan makhlukNya perbuatan
(kebaikan maupun
keburukan) kita
Pembangunan Becik ketitik, Perbuatan baik Perbuatan baik
Moral, Akhlak ala ketara dan buruk pasti dan buruk suatu
dan akan diketahui saat pasti akan
Kepribadian diketahui orang
lain
Cerdas Pendidikan dan Ajining dhiri Harga diri Kepribadian dan
Ilmu dumunung seseorang harga diri kita
Pengetahuan ing lati, tergantung pada tercermin dari apa
ajining raga caranya yang dikatakan
saka busana berbicara dan dan kepantasan
apa yang busana yang kita
dibicarakan, pakai
derajat kita
bergantung
kepada cara kita
berpakaian,
mematut diri
Strategi Ajo Jangan berharap Segala sesuatu
mengatasi njagakake sesuatu yang yang belum ada di
Kesulitan endhoge sing belum pasti tangan jangan
Hidup blorok dihitung
Peduli Tugas dan Dudu sanak Walaupun Memiliki rasa
Tanggung dudu kadang, bukan saudara solidaritas yang
Jawab yen mati tapi ikut kuat
Kemanusiaan melu merasakan
Hukum dan kelangan musibah/pende
Keadilan ritaannya
Kepemimpinan Ing ngarso Orang yang Merasa
dan manajemen sung tuladha, bijak dalam bertanggung
ing madya menempatkan jawab ketika
56
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
57
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
b. Karakter Siswa
58
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
57
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
60
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
Terkait dengan nilai cerdas ini, ada beberapa nilai turunan yang
akan dikupas, yaitu: (1) analitis; (2) pemecahan masalah; (3) kuriositas;
(4) kreativitas; (5) kritis; (6) kemandirian; (7) disiplin diri; dan (8)
visoner.
61
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
62
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
63
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
64
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
65
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
66
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
67
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
Kedelapan, sifat yakin. Sinergi dengan etos kerja ini, siswa selalu
ditanamkan sikap yakin bahwa setiap kerja keras pasti akan
mendatangkan sesuatu yang bermanfaat. Dalam konteks ini guru selalu
memberikan nasihat bahwa kerja keras, akan mendapatkan nilai
pelajaran yang lebih baik.
68
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
a. Identitas Kultural
69
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
70
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
b. Karakter Siswa
71
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
4. Etnis Madura
a. Identitas Kultural
Suku asli pulau Madura adalah suku Madura. Orang Madura pada
dasarnya adalah orang yang suka merantau karena keadaan wilayahnya
yang tidak baik untuk bertani, orang Madura seperti halnya orang
Minangkabau bersifat kosmopolit. Mereka berdiam di mana-mana.
Orang Madura juga senang berdagang, berdagang apa saja termasuk
besi tua dan barang-barang bekas lainnya. Selain itu banyak yang
bekerja menjadi nelayan dan buruh, serta beberapa ada yang berhasil
72
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
b. Karakter Siswa
73
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
berita bahasa Inggris dan lain-lain. Hal yang paling disayangkan adalah
nilai kecerdasan ini tidak muncul secara maksimal dalam bentuk
mengerjakan tugas yang telah diberikan oleh guru.
74
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
a. Identitas Kultural
75
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
76
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
77
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
yang terkait dengan ini adalah: Uthlubil ’Ilma walau bi tsini (Carilah
ilmu walaupun sampai ke negeri Cina), Mencari Ilmu itu wajib bagi
Muslimin dan Muslimat, Carilah ilmu mulai dalam ayunan sampai ke
liang lahat. Pentingnya berilmu diekspresikan masyarakat dalam
bentuk penghargaan yang tinggi pada orang-orang yang memiliki ilmu,
baik ilmu agama maupun yang bersifat umum. Masyarakat Banyuwangi
sangat hormat dan meletakkan orang yang baik dan berilmu pada
kedudukan tertinggi di strata sosial walaupun mereka berasal dari luar
daerah atau bukan penduduk asli. Kenyataan masyarakat sangat
menghormati kyai dan guru dan menjadikan anutan dalam berperilaku
dan mengatasi berbagai masalah kehidupan sehari-hari.
78
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
79
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
b. Karakter Siswa
80
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
81
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
Bentuk karakter inti cerdas di sekolah ini tampak pada saat para
siswa diberi tugas oleh guru maka mereka selalu mengerjakan dengan
baik dan tanggung jawab yang tinggi, baik tugas yang bersifat kurikuler
maupun yang ekstrakurikuler. Dari LKS dapat dilihat bahwa jawaban
mereka selalu variatif sehingga dapat disimpulkan mereka memang
mengerjakan sendiri-sendiri. Pada umumnya siswa memang memiliki
inisiatif yang tinggi, hal ini didukung oleh adanya motovasi untuk
menjadi yang terbaik. Motivasi terbesar untuk menjadi yang terbaik
adalah adanya kegiatan yang diadakan setiap setahun sekali yaitu Pentas
Tahunan Teater maupun Story Telling Contest. Untuk melaksanakan
kegiatan tersebut, para guru tidak pernah ikut campur baik dalam hal
82
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
Selain itu, pada saat pemilihan Ketua OSIS para guru hanya
bertindak sebagai pembimbing, itu pun jika siswa memintanya. Para
siswa sendiri yang mengatur segalanya. Melalui orasi dari para calon
pada akhirnya mereka mendapatkan suara dari teman-temannya dan
yang mendapatkan suara terbanyak adalah yang terpilih. Dalam hal ini
mereka selalu mengutamakan musyawarah jika terjadi perbedaan
pendapat. Sejauh ini berjalan dengan lancar dan aman.
83
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
84
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
85
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
86
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
87
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
rasa tanggung jawab yang tinggi selaku warga sekolah yang akhirnya
memicu terciptanya kompetisi yang sehat antarsiswa untuk mencapai
yang terbaik dei nama baik sekolah. Semua itu dapat dicapai tentu
dengan disiplin yang tiggi dari mereka secara pribadi maupun bersama-
sama.
1. Identitas Kultural
88
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
Dewa Brahma, Wisnu, dan Siwa, yang disebut Tri Murti, kendati
terpilah tiga, namun terkait satu jua sebagai proses lahir-hidup-mati
atau utpeti-stiti-pralina. Dewata Nawa Sanga sebagai sembilan Dewata
yang menempati delapan arah mata angin dan satu di tengah kendati
terpilah sembilan lalu menjadi sebelas tatkala terpadu dengan lapis
ruang ke arah vertikal bawah-atas-tengah atau bhur-bwah-swah, adalah
satu jua sebagai kekuatan Tuhan dalam menjaga keseimbangan alam
semesta. Demikian pula halnya dengan nama dan sebutan lain yang
dimaksudkan secara khusus memberikan gelar atas ke-Mahakuasa-an
Tuhan.
89
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
2. Karakter Siswa
90
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
91
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
92
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
93
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
94
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
seluruh jagat raya ini sehingga harus berbuat baik dalam setiap
tindakan, berperilaku sopan santun dalam bergaul, dapat dipercaya, dan
selalu menghargai setiap pendapat yang dimiliki oleh orang lain.
95
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
Siswa-siswi dari daerah Bali memiliki adat dan tradisi yang masih
dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari, dalam kaitan
pengembangan karakter peduli, yaitu gotong royong (manyema
braya) masih dibutuhkan dan berlaku sampai saat ini karena dapat
meningkatkan sifat kekeluargaan dan kesatuan. tenggang rasa masih
terjalin dalam hubungan antar warga masyarakat sekitar. Kepedulian
terhadap seni dan budaya merupakan warisan leluhur yang selalu
dijaga keutuhannya, hal ini ditunjukkan dengan selalu berlatih dan
mengembangkan seni budaya yang ada sehingga dapat menarik minat
bagi bangsa lain untuk lebih mengenal seni budaya Bali.
96
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
1. Identitas Kultural
97
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
98
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
99
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
2. Karakter Siswa
100
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
ungkapan, “talon ate, menang perasaq” (jangan iri hati dan buruk
sangka).
101
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
1. Etnis Kaili-Palu
a. Identitas Kultural
102
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
103
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
industri.
Pada zaman dulu, tepi pantai Teluk Palu terletak menjorok lebih
104
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
105
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
b. Karakter Siswa
106
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
nilai ini. Hal itu diwujudkan dalam kegiatan keagamaan atau tindakan
meminta maaf kepada guru dan teman apabila melakukan kesalahan.
107
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
108
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
2. Etnis Toraja
a. Identitas Kultural
109
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
110
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
Tana Toraja memiliki dua jenis upacara adat yang populer, yaitu
Rambu Solo dan Rambu Tuka. Rambu Solo adalah upacara
pemakaman, sedangkan Rambu Tuka adalah upacara atas rumah adat
yang baru direnovasi.
111
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
b. Karakter Siswa
112
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
113
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
114
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
115
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
Sugi’ artinya kaya secara luas, yaitu kaya dalam pengetahuan, kaya
dalam moralitas dan keimanan, serta kaya dalam materi. Barani artinya
berani mengambil keputusan, berani bertanggung jawab, terbuka, jujur,
dan sportif.
1. Identitas Kultural
116
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
2. Karakter Siswa
117
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
118
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
119
Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswa di Indonesia
120
121
BAB IV
REVITALISASI PENDIDIKAN KARAKTER
D
alam sejarah pendidikan di Indonesia diketahui bahwa dahulu
sempat dilaksanakan pendidikan budi pekerti, di samping
diajarkan pula etika dan tata karma, yang esensinya adalah
pendidikan karakter. Sebagai bagian dari pendidikan agama juga telah
diajarkan akhlak. Dengan karut marutnya moralitas sebagian remaja
dan generasi muda dewasa ini, ditanbah lagi dengan semakin beratnya
tantangan global, disepakati untuk menghidupkan kembali, atau
memberikan jiwa kembali kepada pendidikan karakter di sekolah.
Diharapkan dengan revitalisasi pendidikan karakter ini, yang
memanfaatkan potensi setiap siswa yang telah dibekali dengan nilai-
nilai lokal sesuai dengan identitas kulturalnya masing-masing akan
terlahir peserta didik, agen pembaharuan yang siap bertarung dalam
persaingan global.
122
Revitalisasi Pendidikan Karakter
123
Revitalisasi Pendidikan Karakter
124
Revitalisasi Pendidikan Karakter
125
Revitalisasi Pendidikan Karakter
126
Revitalisasi Pendidikan Karakter
127
Revitalisasi Pendidikan Karakter
128
Revitalisasi Pendidikan Karakter
Melalui pola asuh yang dilakukan oleh orang tua, anak belajar
tentang banyak hal, termasuk karakter. Tentu saja pola asuh otoriter
(yang cenderung menuntut anak untuk patuh terhadap segala keputusan
orang tua) dan pola asuh permisif (yang cenderung memberikan
kebebasan penuh pada anak untuk berbuat) sangat berbeda dampaknya
dengan pola asuh demokratis (yang cenderung mendorong anak untuk
terbuka, namun bertanggung jawab dan mandiri) terhadap hasil
pendidikan karakter anak. Artinya, jenis pola asuh yang diterapkan oleh
orang tua terhadap anaknya menentukan keberhasilan pendidikan
karakter anak oleh keluarga.
129
Revitalisasi Pendidikan Karakter
Dalam hal ini, yang dimaksud dengan anak yang diterima adalah
130
Revitalisasi Pendidikan Karakter
anak yang diberikan dengan kasih sayang, baik secara verbal (diberikan
kata-kata cinta dan kasih sayang, kata-kata yang membesarkan hati,
dorongan, dan pujian), maupun secara fisik (diberi ciuman, elusan di
kepala, pelukan, dan kontak mata yang mesra). Sementara, anak yang
ditolak adalah anak yang mendapat perilaku agresif orang tua, baik
secara verbal (kata-kata kasar, sindiran negatif, bentakan, dan kata-kata
lainnya yang dapat mengecilkan hati), ataupun secara fisik (memukul,
mencubit, atau menampar). Sifat penolakan orang tua dapat juga
bersifat indiference atau neglect, yaitu sifat yang tidak mempedulikan
kebutuhan anak baik fisik maupun batin, atau bersifat undifferentiated
rejection, yaitu sifat penolakan yang tidak terlalu tegas terlihat, tetapi
anak merasa tidak dicintai dan diterima oleh orang tua, walaupun orang
tua tidak merasa demikian.
131
Revitalisasi Pendidikan Karakter
132
Revitalisasi Pendidikan Karakter
133
Revitalisasi Pendidikan Karakter
134
Revitalisasi Pendidikan Karakter
Untuk memperkuat hal ini para guru pun harus menyadari peran
dan fungsinya terkait pendidikan karakter. Ada dua peran guru terkait
implementasi pendidikan karakter menurut PNU, yaitu, guru sebagai
fasilitator dalam pembelajaran afektif dan kognitif, serta guru sebagai
pengarah nilai (values director). Esensi guru sebagai fasilitator adalah
memfasilitasi agar dalam kondisi pembelajaran formal pengajaran
bahan ajar para ssiswa dapat membuat keputusan berdasarkan nilai-
nilai yang dianutnya serta mampu memanifestasikan orientasi nilainya.
Dengan demikian selama pembelajaran, kegiatan pembelajaran
135
Revitalisasi Pendidikan Karakter
136
Revitalisasi Pendidikan Karakter
137
Revitalisasi Pendidikan Karakter
138
Revitalisasi Pendidikan Karakter
139
Revitalisasi Pendidikan Karakter
1. Dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari tahu
140
Revitalisasi Pendidikan Karakter
141
Revitalisasi Pendidikan Karakter
142
Revitalisasi Pendidikan Karakter
143
Revitalisasi Pendidikan Karakter
144
Revitalisasi Pendidikan Karakter
juga ada slogan dan pemeo yang lain, yakni “ora obah ora mamah” (jika
tidak bergerak, bekerja, tidak akan ada nasi yang dimakan) Ini jelas
menggambarkan etos kerja yang tinggi. Maka etos kerja yang dibiasakan
di sekolah haruslah etos kerja yang tinggi, sehingga lambat laun siswa
tersebut akan menjadi agen perubahan, sehingga pada gilirannya akan
melakukan rekonstruksi terhadap nilai etos kerja tersebut.
145
Revitalisasi Pendidikan Karakter
146
Revitalisasi Pendidikan Karakter
(1) Karena kepadatan penduduk serta infra struktur yang lebih lengkap
akan terjadi perubahan yang lebih cepat di Jawa dari pada di luar
Jawa
(2) Perubahan lebih tcepat terjadi di wilayah barat, makin ke arah timur
wilayah Indonesia perubahan akan makin lambat
147
Revitalisasi Pendidikan Karakter
No Nilai Inti Nilai Turunan yang Diteliti Temuan Positif Temuan Negatif
1 Jujur Tulus hati, iman dan takwa, Tulus hati, iman dan Kurang
tanggung jawab, takwa, tanggung amanah, karena
menghargai diri sendiri, jawab, menghargai suka
amanah, sportivitas diri sendiri membicarakan
orang lain,
sebagian kurang
sportif,
memakai segala
cara untuk
menang dan
berhasil
2 Cerdas Analitis, pemecahan Analitis, pemecahan Ada sebagian
masalah,kuriositas, kritis, masalah,kuriositas, kecil yang lebih
mandiri, disiplin kritis, mandiri, suka
disiplin memecahkan
masalah sendiri,
tidak suka
dalam tim
3 Peduli Suka membantu, Suka membantu, Ada sebagian
kewarganegaraan, kewarganegaraan, kecil yang sukar
berkomitmen, menghargai berkomitmen, memberikan
kesetaraan, suka memberi menghargai maaf dan
maaf,toleran, peka, hemat, kesetaraan, suka kurang
keadaban, patriotik, memberi maaf, menghargai
demokratis, menghargai toleran, peka, hemat, waktu/suka
waktu, lembut hati,rasa keadaban, terlambat
humor, kebanggaan, patriotik,demokratis,
kebersamaan menghargai waktu,
lembut hati,rasa
humor, kebanggaan,
kebersamaan
4 Tangguh Tegas, berani,hati-hati, Tegas, berani,hati- Sebagian kecil
berdaya upaya, suka hati, berdaya upaya, kurang hati-
berkompetisi, dinamis, suka berkompetisi, hati, kurang
beretos kerja, bersikap dinamis, beretos bersikap yakin,
yakin, antisipatif, rajin kerja, bersikap dan tidak
yakin, antisipatif, antisipatif
rajin
148
Revitalisasi Pendidikan Karakter
1 Jujur Tulus hati, iman dan takwa, Iman dan takwa, akhlak mulia,
tanggung jawab, menghargai
tanggung jawab , ketulusan hati,
diri sendiri, amanah,
sportivitas amanah
2 Cerdas Analitis, pemecahan masalah, Analitis, berpikir logis, kuriositas,
kuriositas, kritis, mandiri,
kreativitas, kritis, inovatif,
disiplin
inisiatif, suka memecahkan
masalah, percaya diri, disiplin,
mandiri, berwawasan
global/visioner
3 Peduli Suka membantu/gotong Kewarganegaraan, keadaban,
royong, kewarganegaraan,
komitmen, kegotongroyongan,
berkomitmen, menghargai
kesetaraan, suka memberi kesantunan, demokratis, disiplin,
maaf, toleran, peka, hemat,
kesetaraan, kedermawanan,
keadaban, patriotik,
demokratis, menghargai pandai berterima kasih, pandai
waktu, lembut hati, rasa
bersyukur, suka membantu ,
humor, kebanggaan,
kebersamaan kemanusiaan, keterbukaan,
patriotisme, kebersamaan,
toleransi, ramah lingkungan,
cinta damai
4 Tangguh Tegas, berani, hati-hati, Antisipatif, kesediaan/responsif,
berdaya upaya, suka
keberanian, suka berkompetisi,
berkompetisi, dinamis,
beretos kerja, bersikap yakin, kerajinan, berdaya upaya,
antisipatif, rajin
ketabahan, beretos kerja
149
Revitalisasi Pendidikan Karakter
150
151
BAB IV
PENUTUP
J
ika kita mencermati keseluruhan hasil temuan tentang karakter
siswa-siswa di Indonesia, terlihat bahwa mayoritas temuan
bersifat positif. Artinya, nilai karakter siswa-siswa Indonesia yang
dibangun sebagai interaksi antara faktor genetik (nature) dengan faktor
asuhan dan bimbingan di lingkungannya masing-masing (nurture)
bernilai positif untuk menghadapi pergumulan di era globalisasi.
Masalah pokoknya adalah apakah sampel yang diteliti cukup
representatif, mengingat hampir semua sekolah sampel mulai dari SD,
SMP, SMA/SMK dari Aceh sampai Papua, merupakan sekolah unggul,
yang notabene memang memiliki SDM yang unggul. Jadi memang
selayaknya jika karakter para siswanya adalah karakter yang positif,
yang unggul.
151
Penutup
152
Penutup
153
DAFTAR PUSTAKA
Goble, Frank g., and David Brooks, 1983. Case for Character Education,
Ottawa: Jameson Books, Inc.
154
Daftar Pustaka
----------, 1983. The Dance of Life : The Other Dimension of Time, New
York: Doubleday.
Iman Budhi Santoso, 2008. Budi Pekerti Bangsa, Yogyakarta : Arti Bumi
Intaran.
Lickona, Thomas. 1992. Educating for Character, How Our Schools Can
Teach Respect and Responsibility. Bantam Books, New York.
Marte, Benjamin I.G., and M.C. Marte, 2005., The PNU Affective-
Cognitive Experience for Self-Direction (ACES) Teaching
Approaches to Values Education, accessed at 07/21/2014 in
http://www.valueseducation.net/apprchs-pnu
McClelland, David C., 1961, The Achieving Siciety, New York: Free Press.
155
Daftar Pustaka
Nurul Zuriah, 2008. Pendidikan Moral & Budi Pekerti dalam Perspektif
Perubahan, Jakarta: Bumi Aksara.
156
Daftar Pustaka
Wilson,J.Q., 1993. The Moral Sense. New YorK :Simon & Schuster Inc.
157