Anda di halaman 1dari 3

Perencanaan Kebutuhan Obat di Puskesmas

A. Persoalan
Perencanaan adalah salah satu fungsi yang menentukan dalam proses pengadaan
kebutuhan obat di puskesmas. Tujuannya yaitu untuk menetapkan jenis dan jumlah
kebutuhan sesuai dengan pola penyakit dan kebutuhan pelayanan kesehatan di
puskesmas.

Tahapan perencanaan kebutuhan obat meliputi:


1. Pemilihan
Fungsi pemilihan adalah untuk menetukan apakah kebutuhan obat benar-benar
diperlukan sesuai dengan jumlah pasien/kunjungan dan pola penyakit di
puskesmas.
2. Kompilasi penggunaan
Fungsinya adalah untuk mengetahui penggunaan bulanan masing-masing jenis
obat di unit pelayanan selama setahun dan sebagai data pembanding.
3. Perhitungan kebutuhan
Menentukan kebutuhan obat merupakan tantangan yang berat yang harus
dihadapi oleh tenaga farmasi yang bekerja di Puskesmas. Masalah kekosongan
atau kelebihan obat dapat terjadi, apabila informasi yang digunakan semata-
mata hanya berdasarkan kebutuhan teoritis saja.
Adapun pendekatan perencanaan kebutuhan dapat dilakukan melalui beberapa
metode:
a. Metode Konsumsi
Perhitungan kebutuhan dengan metode ini didasarkan pada data real
konsumsi obat selama setahun yang lalu, dengan berbagai penyesuaian dan
koreksi.
1. Pengobatan untuk penyakit myalgia biasanya di puskesmas
menggunakan Kalium diklofenak,Ibuprofen, meloxicam, piroxicam,
Metampiron, Ostetotin, Kalk,Tiamin tab untuk vitamin.
2. Pengobatan untuk ISPA yaitu Hustab, amboroxol, dextrofen syr, dextral
syr, dextral f, Kaloba syr, kaloba tab, noza, molex flu tab, molex flu syr,
zentra.
3. Kebutuhan penggunaan obat untuk pengobatan gigi biasanya caviton
untuk bahan tambalan sementara, Curaspon digunakan setelah cabut
gigi, dentin conditioner untuk lapisan gigi sebelum tambal biasanya
sebagai antiseptik, glass ionomer fuji ix art untuk penambalan dan
topikal anastesi.
b. Metode Epidemiologi
Metode Epidemiologi berdasar pada perhitungan yang artinya jumlah
kebutuhan obat berdasarkan pola penyakit, perkiraan kenaikan kunjungan
dan waktu tunggu.
Persoalan yang kadang sering terjadi yaitu perencanaan obat yang
sudah dipersiapkan secara matang, tetapi kebutuhan obat di puskesmas
kadang kosong karena terdapat obat-obat yang sudah mendekati expaired
atau masa berlakunya habis jadi hal ini dapat mempengaruhi dalam
terwujudnya perencanaan kebutuhan obat di Puskesmas serta antara
permintaan dan pemberian kadang tidak sesuai dengan yang diperlukan di
puskesmas.
B. Pranggapan
Diharapkan perencanaan kebutuhan obat di Puskesmas Giligenting dapat
terkoordinasi dengan baik dan sesuai dengan kasus yang banyak terjadi seperti
Hipertensi, ISPA, Asma, Gastritis, Dermatitis, Rematik, Chepalgia, Febris, Myalgia,
Typus, DBD, TB, Dispepsia, Hipoglikemia, Thypoid dan GEA. Kemungkinan dapat
terjadi penambahan kasus seperti sakit mata dan penambahan jumlah kunjungan.
C. Fakta yang Mempengaruhi
Obat-obat yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan, pola penyakit dan
perkiraan kenaikan kunjungan di puskesmas agar perencanaan pengadaan obat
dapat terwujud. Supaya sasaran yang dituju dapat tercapai sesuai jumlah kebutuhan
dan pola penyakit serta kebutuhan pelayanan kesehatan di puskesmas sehingga
tidak terjadi kelebihan atau kekurangan obat.
D. Analisis
Pengadaan obat di puskesmas merupakan suatu kegiatan untuk merealisasikan
kebutuhan yang telah direncanakan. Tujuan pengadaan untuk mendapatkan obat
yang dibutuhkan sesuai dengan yang ditetapkan pemerintah. Ada beberapa
masyarakat yang menginginkan pelayanan serta obat-obatan yang dapat
menyembuhkan penyakit yang dideritanya secara cepat dan sama dengan
sebelumnya. Selain perencanaan obat penyusunan kebutuhan obat mengacu pada
Formularium nasional yang bertujuan adalah untuk meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan, melalui peningkatan efektifitas dan efisiensi pengobatan sehingga
tercapai penggunaan obat rasional. Obat-Obatan yang dapat meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan perlu menjamin aksesibilitas obat yang aman, berkhasiat,
bermutu, dan terjangkau dalam jenis dan jumlah yang cukup. Dalam hal obat yang
dibutuhkan tidak tercantum dalam Fornas, dapat digunakan obat lain secara terbatas
berdasarkan persetujuan Kepala Puskesmas. Pemilihan obat di luar Fornas karena
memiliki khasiat lebih efektif dan efisien.
E. Simpulan
Dalam merencanakan pengadaan obat diawali dengan kompilasi data yang di
sampaikan puskesmas kemudian oleh Instalasi farmasi kabupaten /kota diolah
menjadi rencana kebutuhan obat dengan menggunakan teknik-teknik tertentu.
Selain itu, penyusunan obat juga harus berdasarkan Formulairuim Nasional.
F. Saran
Untuk mengindari ketiadaan obat-obatan di puskesmas yang ujungnya akan
berdampak pada terhambatnya dipelayanan adalah dalam pengadaan kebutuhan
obat harus direncanakan dengan matang dan di sesuaikan dengan kebutuhan di
puskesmas serta sesuai dengan tahapan perencanaan kebutuhan obat. Sehingga
sasaran yang dituju sesuai dengan yang diharapkan.

Anda mungkin juga menyukai