Abstrak
Demam tifoid adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Salmonella typhi. Penularan biasanya melalui konsumsi
makanan atau air yang terkontaminasi. Perilaku hidup bersih dan sehat yang kurang baik dapat meningkatkan risiko
terjadinya demam tifoid. Penanganan dini dan adekuat dapat menekan komplikasi dan kekambuhan berulang. Studi ini
merupakan laporan kasus. Pasien An. F, usia 10 tahun, didiagnosis dengan demam tifoid. Faktor risiko internal pada pasien
adalah kebiasaan jajan sembarangan dan pengetahuan yang kurang mengenai demam tifoid. Faktor eksternal pasien yaitu
perilaku hidup bersih dan sehat yang belum optimal serta tingkat ekonomi rendah. Pasien tinggal bersama kedua
orangtuanya dan lima orang kakak kandung. Pada anamnesis, pemeriksaan fisik, dan laboratorium ditemukan demam
o
selama tujuh hari disertai mual dan muntah 4−5x/hari, suhu 39,0 C, typhoid tongue (+), nyeri tekan pada epigastrium, dan
kenaikan titer yang bermakna pada uji serologi Widal. Pengobatan medikamentosa dengan kloramfenikol 4x500mg,
paracetamol 3x500mg, dan domperidone 3x10mg. Telah dilakukan penatalaksanaan secara holistik dan komprehensif
terhadap permasalahan pasien An.F dengan pemberian penyuluhan mengenai penyakit demam tifoid, upaya pencegahan,
dan menerapkan pola hidup bersih dan sehat serta pentingnya tindakan preventif untuk mencegah komplikasi
penyakitnya untuk meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarganya.
Korespondensi: Andria Novita Sari, S.Ked, alamat: Jalan Lintas Sumatera km.21 Candimas II, Natar, Lampung Selatan, HP
08127999022, email andrianovitasari1@gmail.com
yang terjadi setiap tahun di seluruh dunia.3 juga merasakan lemas dan tidak nafsu makan.
Studi epidemiologi yang dilakukan pada pada Riwayat sering jajan makanan sembarangan di
beberapa negara, menunjukkan bahwa lingkungan sekolah.
insidensi dengan biakan darah positif pada Asia Keluhan yang sama dirasakan juga oleh
mencapai 267,6 per 100.000 per tahun. pasien satu tahun yang lalu. Pasien sudah
Insidensi tifoid pada Asia Tenggara sebesar 280 beberapa kali minum obat warung seperti
per 100.000 penduduk per tahun. Berdasarkan panadol namun tidak ada perbaikan. Anggota
usia, insidensi tifoid dibawah lima tahun di keluarga ada yang mengalami keluhan serupa
Asia Tenggara sebesar 1600 per 100.000 sekitar lima bulan yang lalu yaitu kakak
penduduk dan diatas lima tahun sebesar 100 kandung pasien. Tempat tinggal pasien
per 100.000 penduduk per tahun.4 termasuk dalam lingkungan yang cukup baik,
Tifoid merupakan suatu penyakit namun di dalam rumah terasa suasana kurang
endemis di Indonesia dan harus mendapat rapi dan kurang bersih. Pencahayaan matahari
perhatian dari berbagai pihak. cukup dan ventilasi pada rumah pasien cukup.
Permasalahannya semakin komplek dengan Dapur dan WC bersebelahan. Air minum
meningkatnya kasus-kasus karier (carrier) atau didapat dari sumur. Di dalam kamar mandi
relaps dan resisten terhadap obat-obat yang terdapat jamban jongkok dengan lantai kamar
dipakai, sehingga menyulitkan upaya mandi licin dan beralaskan semen halus.
pengobatan dan pencegahan. Di Indonesia Saluran air dialirkan ke septic tank. Septic tank
dilaporkan insidensi demam tifoid sebesar 81,7 berada 8m dari sumber air. Di dalam kamar
per 100.000 penduduk, dengan sebaran mandi, bak mandi terlihat kurang bersih.
menurut kelompok umur 148,7/100.000 Tempat sampah berada di depan rumah yang
penduduk (2–4 tahun), 180,3/100.000 (5-15 biasanya langsung dibuang setiap hari.
tahun), dan 51,2/100.000 (≥16 tahun), dengan Selain itu kebiasaan dari keluarga pasien
usia rerata penderita 10,2 tahun. Angka ini jarang menerapkan cuci tangan menggunakan
menunjukkan bahwa penderita terbanyak sabun sebelum makan. Pasien juga sering jajan
adalah pada kelompok usia 5-15 tahun.5 sembarangan di lingkungan rumah dan sekolah
Kelompok usia 5-15 tahun menjadi seperti cilok, siomay, es seduh dan banyak
prevalensi tertinggi akibat anak usia sekolah lainnya. Selama ini pasien belum mengetahui
memiliki risiko tinggi konsumsi makanan atau adanya hubungan penyakit yang diderita
minuman yang terkontaminasi. Anak akan dengan pentingnya pola hidup bersih dan sehat
terpapar dengan berbagai jenis makanan di serta kebersihan lingkungan yang baik.
pinggir jalan, sehingga menjadikan mereka Pada pemeriksaan fisik didapatkan
lebih mudah terinfeksi bakteri basil tifoid. Penampilan cukup bersih, keadaan umum:
Wilayah pedesaan memiliki angka kejadian tampak sakit sedang; suhu: 39,0oC; frekuensi
relatif lebih tinggi dibandingkan perkotaan, nadi: 80x/menit; frekuensi nafas: 16x/menit;
juga pada kelompok pendidikan dan tingkat berat badan: 32 kg; tinggi badan: 135 cm;
ekonomi yang rendah karena adanya status gizi: baik.
perbedaan sumber air yang digunakan, Pada pemeriksaan status generalis
kebiasaan mencuci tangan, dan fasilitas ditemukan kepala dan hidung dalam batas
sanitasi.6 normal. Pada mata sklera putih, konjungtiva
kemerahan tidak pucat. Regio coli tidak
Kasus ditemukan adanya peningkatan Jugular Venous
Pasien An. F usia sepuluh tahun, datang Pressure (JVP), tidak ditemukan pembesaran
ke puskesmas Natar diantar oleh ibu limfanodi di regio coli. Pada inspeksi regio
kandungnya untuk berobat karena demam pulmo tidak tampak retraksi interkostal,
sejak tujuh hari yang lalu. Demam dirasakan palpasi dalam batas normal, perkusi ditemukan
terutama pada sore sampai malam hari. bunyi sonor pada kedua lapang paru, dan
Demam disertai dengan mual dan muntah. auskultasi ditemukan napas vesikuler (+/+),
Muntah sebanyak 4−5 kali dalam sehari, ronkhi (-/-), wheezing (-/-). Batas jantung
muntah berisikan cairan dan makanan. Pasien
normal, tidak terlihat besar, S1-S2 normal, muntah. Muntah sebanyak 4−5 kali dalam
tidak ditemukan murmur maupun gallop. sehari, muntah berisikan cairan dan makanan.
Pada pemeriksaan status lokalis Pasien juga merasakan lemas dan tidak nafsu
ditemukan typhoid tongue pada mulut, regio makan. Riwayat jajan makanan sembarangan
abdomen datar, lemas, BU (+) 4x/ menit dilingkungan sekolah. Keluhan yang sama
(menurun), timpani, dan nyeri tekan dirasakan juga oleh pasien pada satu tahun
epigastrium (+). yang lalu.
Pada pemeriksaan penunjang serologi Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik
berupa widal test tanggal 04/01/2020, didapatkan keadaan umum pasien tampak
didapatkan : sakit sedang, typhoid tongue (+); suhu: 39,0oC;
- Typhi H antigen 1/80 frekuensi nadi: 80x/menit; tekanan isi cukup,
- Typhi O antigen 1/320 frekuensi nafas: 16x/menit. Dari pemeriksaan
- Parathyphi A-O antigen 1/160 abdomen didapatkan nyeri tekan pada
- Parathyphi H-O antigen 1/160 epigastrium.
Berdasarkan alur penegakkan diagnosis
Penatalaksanaan nonmedikamentosa pasien dengan suspect demam tifoid, setelah
pada pasien yaitu sebagai berikut. dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik,
1. Edukasi penyakit demam tifoid mengenai selanjutnya dilakukan pemeriksaan penunjang
penyebab, penanganan awal, komplikasi, berupa uji serologi tes Widal. Pemeriksaan
dan pencegahan kekambuhan penyakit Widal dilakukan sebanyak 2 kali untuk melihat
demam tifoid. adanya peningkatan serum aglutinin (antibodi)
2. Edukasi mengenai personal hygiene pasien terhadap antigen H (flagel) dan O
seperti cuci tangan yang baik dan benar, (somatik) bakteri S. typhi. Antibodi terhadap
memotong kuku dan mandi sehari antigen O yang dominan adalah IgM yang
minimal dua kali. meningkat pada hari ke-6 sampai 8, kemudian
3. Edukasi kepada anggota keluarga menghilang dengan cepat. Antibodi terhadap
mengenai pentingnya melakukan perilaku antigen H adalah IgM dan IgG yang meningkat
hidup bersih dan sehat misalkan dengan pada hari ke-10 sampai 12 lalu bertahan dalam
membiasakan merebus atau memasak air waktu lama. Peningkatan titer O ≥ 1/80
hingga matang, mencuci piring segera dan/atau titer H ≥ 1/160 menjadi penanda
sehabis makan, mencuci tangan pakai adanya infeksi S. typhi.7
sabun sebelum makan, mengurangi Pemeriksaan gold standard pada demam
kebiasaan jajan makanan diluar rumah tifoid adalah kultur darah. Sensitivitas tertinggi
yang kurang higienis, dan membiasakan kultur darah terlihat pada minggu pertama
menjaga kebersihan lingkungan rumah infeksi yang kemudian akan menurun dengan
setiap hari. memberatnya kesakitan. Sensitivitas kultur
Penatalaksanaan medikamentosa pada dipengaruhi oleh penggunaan antibiotik,
pasien yaitu kloramfenikol tab 4x500mg, sampling yang inadekuat, media kultur, lama
paracetamol tab 3x500mg, dan domperidone inkubasi, dan variasi bakteremia pada pasien.
tab 3x10mg. Akan tetapi, pemeriksaan kultur darah
membutuhkan waktu 4-7 hari untuk isolasi dan
Pembahasan identifikasi organisme sehingga pemeriksaan
Berdasarkan hasil anamnesis, menyulitkan penegakan diagnosis pasien
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, khususnya di fasilitas kesehatan tingkat
pada kasus ini seorang pasien An. F usia pertama. Pemeriksaan Widal dilakukan karena
sepuluh tahun didiagnosis dengan demam hasilnya dapat diketahui dalam waktu yang
tifoid. Diagnosis demam tifoid pada pasien cepat. Pada pasien, didapatkan hasil kenaikan
ditegakkan berdasarkan anamnesis, keluhan titer bermakna sehingga diagnosis demam
demam sejak tujuh hari yang lalu. Demam tifoid dapat ditegakkan.8
dirasakan terutama pada sore sampai malam Demam tifoid didefinisikan sebagai
hari. Demam disertai dengan mual dan penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang
disebabkan oleh Salmonella enterica serovars bergambar tentang penyakit demam tifoid dan
Typhi, Paratyphi A, Paratyphi B, dan Paratyphi cara pencegahannya serta penjelasan
C. Penyakit ini ditandai dengan demam mengenai pola hidup bersih dan sehat (PHBS)
berkepanjangan 7 sampai 14 hari, malaise, seperti bagaimana mencuci tangan yang baik
sakit kepala sakit perut, perut kembung, dan dan benar, kebiasaan dalam memperhatikan
gejala konstitusional lainnya, ditopang dengan sumber air yang bersih misal dengan memasak
bakteremia dan invasi bakteri sekaligus atau merebus air sampai matang,
multiplikasi ke sel fagosit mononuklear dari membersihkan rumah setiap hari,
hati, limpa, kelenjar limfe usus dan Peyer’s membiasakan segera mencuci piring sehabis
Patch.9 makan, dan memberikan edukasi dalam
Manusia adalah satu−satunya host Salmonella memperhatikan bagaimana cara
typhi yang diketahui. Salmonella typhi mengkonsumsi makanan yang sehat dan
umumnya ditularkan melalui makanan atau air bersih. Ketika intervensi dilakukan, keluarga
yang terkontaminasi tinja atau air kencing. juga turut serta mendampingi dan
Penyebaran langsung orang ke orang juga bisa mendengarkan apa yang disampaikan kepada
terjadi. Wabah demam tifoid sering dikaitkan pasien. Intervensi ini dilakukan dengan tujuan
dengan kontaminasi air minum. Salmonella untuk merubah pola pikir dan perilaku pasien
Typhi dapat bertahan selama beberapa hari di terhadap penyakit yang diderita serta
air tawar (misalnya air tanah, air kolam, dan air mencegah penularan maupun kekambuhan
laut). Selanjutnya, S. Typhi dapat bertahan terjadi pada anggota keluarga lainnya.
dalam waktu lama (sampai beberapa bulan) Beberapa langkah yang digunakan dalam
pada makanan yang terkontaminasi. Wabah mengadopsi perilaku baru; Pertama adalah
telah dikaitkan dengan telur yang awareness (kesadaran) yaitu menyadari
terkontaminasi, tiram (segar dan beku), es stimulus tersebut dan mulai tertarik (interest).
krim, minuman, buah dan sayuran mentah, Selanjutnya, orang tersebut akan
ikan beserta produk daging.2 menimbang−nimbang baik atau tidaknya
Pada pasien ini didapatkan pula stimulus tersebut (evaluation) dan mencoba
beberapa risiko dan kebiasaan yang melakukan apa yang dikehendaki oleh stimulus
mendukung untuk terjadinya demam tifoid, (trial). Pada tahap akhir adalah adoption,
seperti riwayat jajan sembarang yang berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
mengakibatkan masuknya bakteri dan juga kesadaran dan sikapnya.12
kurang personal hygiene. Hal ini sesuai dengan Sebagian besar pasien demam tifoid
penelitian Nuruzzaman, bahwa terdapat dapat diobati di rumah dengan pemberian
hubungan kebiasaan cuci tangan sebelum antibiotik oral dan antipiretik, tirah baring,
makan, kebiasaan cuci tangan setelah BAB, dan pemenuhan kebutuhan cairan serta nutrisi.
kebiasaan jajan dengan kejadian demam tifoid Pada kasus berat harus dirawat di rumah sakit
pada anak di RSUD dr. Abdoer Rahem, agar dapat diberikan antibiotik parenteral,
Situbondo.10 cairan, elektrolit, serta nutrisi serta observasi
Pada pasien ini sudah beberapa kali kemungkinan timbul penyulit. Terapi non
terkena penyakit yang sama, sehingga ada farmakologi yang dilakukan pada pasien adalah
beberapa hal yang harus ditekankan yaitu tirah baring dan pemberian makan makanan
mengenai perilaku hidup bersih dan sehat, dari yang lunak sehingga tidak memperberat kerja
yang sederhana seperti mencuci tangan usus.1
sebelum makan, dan memakan makanan yang Menurut penelitian Dyson di negara Asia
bersih dan sehat. Hal ini sesuai dengan termasuk Indonesia memiliki resistensi
penelitian Wulandari, bahwa terdapat chloramphenicol, tetracycline, streptomycin
hubungan antara PHBS dengan kejadian dan sebanyak 3,6% dan ampicilin 1,8%, tetapi
demam tifoid di wilayah kerja Puskesmas Upai tidak terjadi resistensi pada ciprofloxacin,
Kota Kotamobagu tahun 2015.11 cefotaxime, ceftazidime, imipenem.13 Sesuai
Telah dilakukan intervensi terhadap dengan rekomendasi WHO, ciprofloxacin
pasien dengan menggunakan media flip chart merupakan antibiotik pilihan pertama