Anda di halaman 1dari 8

Andria Novita Sari | Penatalaksanaan Holistik pada Pasien Anak dengan Demam Tifoid Melalui Pendekatan Kedokteran Keluarga

Penatalaksanaan Holistik pada Pasien Anak dengan Demam Tifoid Melalui


Pendekatan Kedokteran Keluarga
Andria Novita Sari
Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Demam tifoid adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Salmonella typhi. Penularan biasanya melalui konsumsi
makanan atau air yang terkontaminasi. Perilaku hidup bersih dan sehat yang kurang baik dapat meningkatkan risiko
terjadinya demam tifoid. Penanganan dini dan adekuat dapat menekan komplikasi dan kekambuhan berulang. Studi ini
merupakan laporan kasus. Pasien An. F, usia 10 tahun, didiagnosis dengan demam tifoid. Faktor risiko internal pada pasien
adalah kebiasaan jajan sembarangan dan pengetahuan yang kurang mengenai demam tifoid. Faktor eksternal pasien yaitu
perilaku hidup bersih dan sehat yang belum optimal serta tingkat ekonomi rendah. Pasien tinggal bersama kedua
orangtuanya dan lima orang kakak kandung. Pada anamnesis, pemeriksaan fisik, dan laboratorium ditemukan demam
o
selama tujuh hari disertai mual dan muntah 4−5x/hari, suhu 39,0 C, typhoid tongue (+), nyeri tekan pada epigastrium, dan
kenaikan titer yang bermakna pada uji serologi Widal. Pengobatan medikamentosa dengan kloramfenikol 4x500mg,
paracetamol 3x500mg, dan domperidone 3x10mg. Telah dilakukan penatalaksanaan secara holistik dan komprehensif
terhadap permasalahan pasien An.F dengan pemberian penyuluhan mengenai penyakit demam tifoid, upaya pencegahan,
dan menerapkan pola hidup bersih dan sehat serta pentingnya tindakan preventif untuk mencegah komplikasi
penyakitnya untuk meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarganya.

Kata Kunci : Demam tifoid, pelayanan dokter keluarga, pelayanan holistik

Holistic Management of Pediatric Patient with Typhoid Fever Through


Family Medicine Approaches
Abstract
Typhoid fever is an infectious disease caused by Salmonella typhi. Transmission of the disease is usually through
contaminated food or water. Poor hygiene and healthy behavior can increase the risk of typhoid fever. Early and adequate
treatment can reduce complications and recurrence. This study is a case report. Patient Ms.F, 10 years old, was diagnosed
with typhoid fever. Internal risk factors for patient were the habit of careless street food snacking and lack of typhoid
fever knowledge. External factors were unoptimized habit of clean and healthy lifestyles and low-income family. The
patient lives with her parents and five siblings. On history taking, physical examination, and laboratories found seven days
o
of fever accompanied by nausea and vomiting 4−5x / day, temperature of 39.0 C, typhoid tongue (+), tenderness in the
epigastrium, and a significant rise in titer in the Widal serology test. Medical treatment with chloramphenicol 4x500mg,
paracetamol 3x500mg, and domperidone 3x10mg. Holistic and comprehensive management of Ms.F's patients has been
carried out by providing counseling about typhoid fever, prevention efforts, and implementation of clean and healthy
lifestyles and the importance of preventive measures to prevent complications of the disease to increase the knowledge
of patients and their families.

Keyword : Family doctor services, holistic care, typhoid fever

Korespondensi: Andria Novita Sari, S.Ked, alamat: Jalan Lintas Sumatera km.21 Candimas II, Natar, Lampung Selatan, HP
08127999022, email andrianovitasari1@gmail.com

Pendahuluan 30%, mual dan muntah, konstipasi 10% atau


Demam tifoid merupakan penyakit diare), bradikardi relatif (17-50%),
infeksi sistemik yang disebabkan oleh bakteri hepatosplenomegali (23-65%), leukopenia
gram negatif Salmonella enterica serotype (16-46%) dan gejala non spesifik seperti
typhi dan Salmonella enterica serotypes menggigil, diaphoresis, anoreksia, batuk,
paratyphi A, B, dan C.1 Demam tifoid memiliki lemah, sakit tenggorokan, pusing, dan nyeri
masa inkubasi 10-14 hari (kisaran 5-21 hari). otot, sering terjadi sebelum timbulnya
Demam tifoid akut ditandai dengan gejala demam.2
sistemik berupa demam naik secara bertahap Berdasarkan data World Health
dan berlanjut (30-100% kasus), sakit kepala Organization (WHO), terdapat 11-21 juta kasus
(43-90%), gejala gastrointestinal (nyeri perut dan 128.000-161.000 kematian terkait tifoid

Medula | Volume 10 | Nomor 3 | Oktober 2020 | 415


Andria Novita Sari | Penatalaksanaan Holistik pada Pasien Anak dengan Demam Tifoid Melalui Pendekatan Kedokteran Keluarga

yang terjadi setiap tahun di seluruh dunia.3 juga merasakan lemas dan tidak nafsu makan.
Studi epidemiologi yang dilakukan pada pada Riwayat sering jajan makanan sembarangan di
beberapa negara, menunjukkan bahwa lingkungan sekolah.
insidensi dengan biakan darah positif pada Asia Keluhan yang sama dirasakan juga oleh
mencapai 267,6 per 100.000 per tahun. pasien satu tahun yang lalu. Pasien sudah
Insidensi tifoid pada Asia Tenggara sebesar 280 beberapa kali minum obat warung seperti
per 100.000 penduduk per tahun. Berdasarkan panadol namun tidak ada perbaikan. Anggota
usia, insidensi tifoid dibawah lima tahun di keluarga ada yang mengalami keluhan serupa
Asia Tenggara sebesar 1600 per 100.000 sekitar lima bulan yang lalu yaitu kakak
penduduk dan diatas lima tahun sebesar 100 kandung pasien. Tempat tinggal pasien
per 100.000 penduduk per tahun.4 termasuk dalam lingkungan yang cukup baik,
Tifoid merupakan suatu penyakit namun di dalam rumah terasa suasana kurang
endemis di Indonesia dan harus mendapat rapi dan kurang bersih. Pencahayaan matahari
perhatian dari berbagai pihak. cukup dan ventilasi pada rumah pasien cukup.
Permasalahannya semakin komplek dengan Dapur dan WC bersebelahan. Air minum
meningkatnya kasus-kasus karier (carrier) atau didapat dari sumur. Di dalam kamar mandi
relaps dan resisten terhadap obat-obat yang terdapat jamban jongkok dengan lantai kamar
dipakai, sehingga menyulitkan upaya mandi licin dan beralaskan semen halus.
pengobatan dan pencegahan. Di Indonesia Saluran air dialirkan ke septic tank. Septic tank
dilaporkan insidensi demam tifoid sebesar 81,7 berada 8m dari sumber air. Di dalam kamar
per 100.000 penduduk, dengan sebaran mandi, bak mandi terlihat kurang bersih.
menurut kelompok umur 148,7/100.000 Tempat sampah berada di depan rumah yang
penduduk (2–4 tahun), 180,3/100.000 (5-15 biasanya langsung dibuang setiap hari.
tahun), dan 51,2/100.000 (≥16 tahun), dengan Selain itu kebiasaan dari keluarga pasien
usia rerata penderita 10,2 tahun. Angka ini jarang menerapkan cuci tangan menggunakan
menunjukkan bahwa penderita terbanyak sabun sebelum makan. Pasien juga sering jajan
adalah pada kelompok usia 5-15 tahun.5 sembarangan di lingkungan rumah dan sekolah
Kelompok usia 5-15 tahun menjadi seperti cilok, siomay, es seduh dan banyak
prevalensi tertinggi akibat anak usia sekolah lainnya. Selama ini pasien belum mengetahui
memiliki risiko tinggi konsumsi makanan atau adanya hubungan penyakit yang diderita
minuman yang terkontaminasi. Anak akan dengan pentingnya pola hidup bersih dan sehat
terpapar dengan berbagai jenis makanan di serta kebersihan lingkungan yang baik.
pinggir jalan, sehingga menjadikan mereka Pada pemeriksaan fisik didapatkan
lebih mudah terinfeksi bakteri basil tifoid. Penampilan cukup bersih, keadaan umum:
Wilayah pedesaan memiliki angka kejadian tampak sakit sedang; suhu: 39,0oC; frekuensi
relatif lebih tinggi dibandingkan perkotaan, nadi: 80x/menit; frekuensi nafas: 16x/menit;
juga pada kelompok pendidikan dan tingkat berat badan: 32 kg; tinggi badan: 135 cm;
ekonomi yang rendah karena adanya status gizi: baik.
perbedaan sumber air yang digunakan, Pada pemeriksaan status generalis
kebiasaan mencuci tangan, dan fasilitas ditemukan kepala dan hidung dalam batas
sanitasi.6 normal. Pada mata sklera putih, konjungtiva
kemerahan tidak pucat. Regio coli tidak
Kasus ditemukan adanya peningkatan Jugular Venous
Pasien An. F usia sepuluh tahun, datang Pressure (JVP), tidak ditemukan pembesaran
ke puskesmas Natar diantar oleh ibu limfanodi di regio coli. Pada inspeksi regio
kandungnya untuk berobat karena demam pulmo tidak tampak retraksi interkostal,
sejak tujuh hari yang lalu. Demam dirasakan palpasi dalam batas normal, perkusi ditemukan
terutama pada sore sampai malam hari. bunyi sonor pada kedua lapang paru, dan
Demam disertai dengan mual dan muntah. auskultasi ditemukan napas vesikuler (+/+),
Muntah sebanyak 4−5 kali dalam sehari, ronkhi (-/-), wheezing (-/-). Batas jantung
muntah berisikan cairan dan makanan. Pasien

Medula | Volume 10 | Nomor 3 | Oktober 2020 | 416


Andria Novita Sari | Penatalaksanaan Holistik pada Pasien Anak dengan Demam Tifoid Melalui Pendekatan Kedokteran Keluarga

normal, tidak terlihat besar, S1-S2 normal, muntah. Muntah sebanyak 4−5 kali dalam
tidak ditemukan murmur maupun gallop. sehari, muntah berisikan cairan dan makanan.
Pada pemeriksaan status lokalis Pasien juga merasakan lemas dan tidak nafsu
ditemukan typhoid tongue pada mulut, regio makan. Riwayat jajan makanan sembarangan
abdomen datar, lemas, BU (+) 4x/ menit dilingkungan sekolah. Keluhan yang sama
(menurun), timpani, dan nyeri tekan dirasakan juga oleh pasien pada satu tahun
epigastrium (+). yang lalu.
Pada pemeriksaan penunjang serologi Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik
berupa widal test tanggal 04/01/2020, didapatkan keadaan umum pasien tampak
didapatkan : sakit sedang, typhoid tongue (+); suhu: 39,0oC;
- Typhi H antigen 1/80 frekuensi nadi: 80x/menit; tekanan isi cukup,
- Typhi O antigen 1/320 frekuensi nafas: 16x/menit. Dari pemeriksaan
- Parathyphi A-O antigen 1/160 abdomen didapatkan nyeri tekan pada
- Parathyphi H-O antigen 1/160 epigastrium.
Berdasarkan alur penegakkan diagnosis
Penatalaksanaan nonmedikamentosa pasien dengan suspect demam tifoid, setelah
pada pasien yaitu sebagai berikut. dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik,
1. Edukasi penyakit demam tifoid mengenai selanjutnya dilakukan pemeriksaan penunjang
penyebab, penanganan awal, komplikasi, berupa uji serologi tes Widal. Pemeriksaan
dan pencegahan kekambuhan penyakit Widal dilakukan sebanyak 2 kali untuk melihat
demam tifoid. adanya peningkatan serum aglutinin (antibodi)
2. Edukasi mengenai personal hygiene pasien terhadap antigen H (flagel) dan O
seperti cuci tangan yang baik dan benar, (somatik) bakteri S. typhi. Antibodi terhadap
memotong kuku dan mandi sehari antigen O yang dominan adalah IgM yang
minimal dua kali. meningkat pada hari ke-6 sampai 8, kemudian
3. Edukasi kepada anggota keluarga menghilang dengan cepat. Antibodi terhadap
mengenai pentingnya melakukan perilaku antigen H adalah IgM dan IgG yang meningkat
hidup bersih dan sehat misalkan dengan pada hari ke-10 sampai 12 lalu bertahan dalam
membiasakan merebus atau memasak air waktu lama. Peningkatan titer O ≥ 1/80
hingga matang, mencuci piring segera dan/atau titer H ≥ 1/160 menjadi penanda
sehabis makan, mencuci tangan pakai adanya infeksi S. typhi.7
sabun sebelum makan, mengurangi Pemeriksaan gold standard pada demam
kebiasaan jajan makanan diluar rumah tifoid adalah kultur darah. Sensitivitas tertinggi
yang kurang higienis, dan membiasakan kultur darah terlihat pada minggu pertama
menjaga kebersihan lingkungan rumah infeksi yang kemudian akan menurun dengan
setiap hari. memberatnya kesakitan. Sensitivitas kultur
Penatalaksanaan medikamentosa pada dipengaruhi oleh penggunaan antibiotik,
pasien yaitu kloramfenikol tab 4x500mg, sampling yang inadekuat, media kultur, lama
paracetamol tab 3x500mg, dan domperidone inkubasi, dan variasi bakteremia pada pasien.
tab 3x10mg. Akan tetapi, pemeriksaan kultur darah
membutuhkan waktu 4-7 hari untuk isolasi dan
Pembahasan identifikasi organisme sehingga pemeriksaan
Berdasarkan hasil anamnesis, menyulitkan penegakan diagnosis pasien
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, khususnya di fasilitas kesehatan tingkat
pada kasus ini seorang pasien An. F usia pertama. Pemeriksaan Widal dilakukan karena
sepuluh tahun didiagnosis dengan demam hasilnya dapat diketahui dalam waktu yang
tifoid. Diagnosis demam tifoid pada pasien cepat. Pada pasien, didapatkan hasil kenaikan
ditegakkan berdasarkan anamnesis, keluhan titer bermakna sehingga diagnosis demam
demam sejak tujuh hari yang lalu. Demam tifoid dapat ditegakkan.8
dirasakan terutama pada sore sampai malam Demam tifoid didefinisikan sebagai
hari. Demam disertai dengan mual dan penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang

Medula | Volume 10 | Nomor 3 | Oktober 2020 | 417


Andria Novita Sari | Penatalaksanaan Holistik pada Pasien Anak dengan Demam Tifoid Melalui Pendekatan Kedokteran Keluarga

disebabkan oleh Salmonella enterica serovars bergambar tentang penyakit demam tifoid dan
Typhi, Paratyphi A, Paratyphi B, dan Paratyphi cara pencegahannya serta penjelasan
C. Penyakit ini ditandai dengan demam mengenai pola hidup bersih dan sehat (PHBS)
berkepanjangan 7 sampai 14 hari, malaise, seperti bagaimana mencuci tangan yang baik
sakit kepala sakit perut, perut kembung, dan dan benar, kebiasaan dalam memperhatikan
gejala konstitusional lainnya, ditopang dengan sumber air yang bersih misal dengan memasak
bakteremia dan invasi bakteri sekaligus atau merebus air sampai matang,
multiplikasi ke sel fagosit mononuklear dari membersihkan rumah setiap hari,
hati, limpa, kelenjar limfe usus dan Peyer’s membiasakan segera mencuci piring sehabis
Patch.9 makan, dan memberikan edukasi dalam
Manusia adalah satu−satunya host Salmonella memperhatikan bagaimana cara
typhi yang diketahui. Salmonella typhi mengkonsumsi makanan yang sehat dan
umumnya ditularkan melalui makanan atau air bersih. Ketika intervensi dilakukan, keluarga
yang terkontaminasi tinja atau air kencing. juga turut serta mendampingi dan
Penyebaran langsung orang ke orang juga bisa mendengarkan apa yang disampaikan kepada
terjadi. Wabah demam tifoid sering dikaitkan pasien. Intervensi ini dilakukan dengan tujuan
dengan kontaminasi air minum. Salmonella untuk merubah pola pikir dan perilaku pasien
Typhi dapat bertahan selama beberapa hari di terhadap penyakit yang diderita serta
air tawar (misalnya air tanah, air kolam, dan air mencegah penularan maupun kekambuhan
laut). Selanjutnya, S. Typhi dapat bertahan terjadi pada anggota keluarga lainnya.
dalam waktu lama (sampai beberapa bulan) Beberapa langkah yang digunakan dalam
pada makanan yang terkontaminasi. Wabah mengadopsi perilaku baru; Pertama adalah
telah dikaitkan dengan telur yang awareness (kesadaran) yaitu menyadari
terkontaminasi, tiram (segar dan beku), es stimulus tersebut dan mulai tertarik (interest).
krim, minuman, buah dan sayuran mentah, Selanjutnya, orang tersebut akan
ikan beserta produk daging.2 menimbang−nimbang baik atau tidaknya
Pada pasien ini didapatkan pula stimulus tersebut (evaluation) dan mencoba
beberapa risiko dan kebiasaan yang melakukan apa yang dikehendaki oleh stimulus
mendukung untuk terjadinya demam tifoid, (trial). Pada tahap akhir adalah adoption,
seperti riwayat jajan sembarang yang berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
mengakibatkan masuknya bakteri dan juga kesadaran dan sikapnya.12
kurang personal hygiene. Hal ini sesuai dengan Sebagian besar pasien demam tifoid
penelitian Nuruzzaman, bahwa terdapat dapat diobati di rumah dengan pemberian
hubungan kebiasaan cuci tangan sebelum antibiotik oral dan antipiretik, tirah baring,
makan, kebiasaan cuci tangan setelah BAB, dan pemenuhan kebutuhan cairan serta nutrisi.
kebiasaan jajan dengan kejadian demam tifoid Pada kasus berat harus dirawat di rumah sakit
pada anak di RSUD dr. Abdoer Rahem, agar dapat diberikan antibiotik parenteral,
Situbondo.10 cairan, elektrolit, serta nutrisi serta observasi
Pada pasien ini sudah beberapa kali kemungkinan timbul penyulit. Terapi non
terkena penyakit yang sama, sehingga ada farmakologi yang dilakukan pada pasien adalah
beberapa hal yang harus ditekankan yaitu tirah baring dan pemberian makan makanan
mengenai perilaku hidup bersih dan sehat, dari yang lunak sehingga tidak memperberat kerja
yang sederhana seperti mencuci tangan usus.1
sebelum makan, dan memakan makanan yang Menurut penelitian Dyson di negara Asia
bersih dan sehat. Hal ini sesuai dengan termasuk Indonesia memiliki resistensi
penelitian Wulandari, bahwa terdapat chloramphenicol, tetracycline, streptomycin
hubungan antara PHBS dengan kejadian dan sebanyak 3,6% dan ampicilin 1,8%, tetapi
demam tifoid di wilayah kerja Puskesmas Upai tidak terjadi resistensi pada ciprofloxacin,
Kota Kotamobagu tahun 2015.11 cefotaxime, ceftazidime, imipenem.13 Sesuai
Telah dilakukan intervensi terhadap dengan rekomendasi WHO, ciprofloxacin
pasien dengan menggunakan media flip chart merupakan antibiotik pilihan pertama

Medula | Volume 10 | Nomor 3 | Oktober 2020 | 418


Andria Novita Sari | Penatalaksanaan Holistik pada Pasien Anak dengan Demam Tifoid Melalui Pendekatan Kedokteran Keluarga

terutama pada daerah dengan prevalensi chemoreceptor trigger zone. Domperidone


resisten fluorokuinolon yang rendah.14 Namun, banyak digunakan untuk mengatasi muntah
penggunaan antibiotik golongan pada anak yang disebabkan karena dispepsia
fluorokuinolon pada anak tidak dianjurkan fungsional. Sebuah studi membuktikan bahwa
karena berpotensi merusak kartilago pada penggunaan domperidone tidak menimbulkan
tulang dan mengganggu pertumbuhan tulang.15 efek samping dalam 24 jam. Dosis
Hal ini mendukung penatalaksanaan pada domperidone (2,5 mg untuk anak dengan berat
manuskrip ini. Meskipun ciprofloxacin banyak badan <15 kg, 5 mg untuk anak dengan berat
digunakan di Indonesia, namun penggunaan badan 15-30 kg, dan 10 mg untuk anak berat
pada anak harus diperhatikan karena dapat badan >30 kg).16
menimbulkan efek samping yang serius yaitu Demam tifoid dapat dicegah dengan cara
menurunkan lempeng epifisis. Obat ini tidak sebagai berikut.
dianjurkan pada anak yang berusia kurang dari 1. Tersedia air bersih
18 tahun. Demam tifoid adalah penyakit yang
Pada kasus ini diberikan antibiotik dapat ditularkan melalui air. Tindakan
kloramfenikol yang efektif dapat menurunkan pencegahan utamanya adalah
secara bertahap bakteri Salmonella typhi. memastikan akses air yang aman. Air
Pemilihan kloramfenikol dapat harus cukup memadai untuk kebutuhan
dipertimbangkan untuk pasien demam tifoid dasar yang dipergunakan sehari-hari
karena mudah didapat dan biasanya tersedia di seperti minum, memasak, mandi,
berbagai fasilitas kesehatan. Dosis antibiotik berkumur, membersihkan lantai, mencuci
ciprofloxacin, kloramfenikol dan cefriaxone alat-alat dapur, mencuci pakaian, dan
yang diberikan pada demam tifoid, yaitu sebagainya. Dalam beberapa situasi,
sebagai berikut.2 seperti daerah pedesaan di negara
berkembang atau daerah pengungsian,
Antibiotik Dosis anak Dosis bahan bakar untuk air mendidih dan
dewasa wadah penyimpanan mungkin harus
disediakan.
Kloramfenikol 50-100 4x 500 Air bersih secara fisik dapat
mg/kg/hari mg/hari dibedakan melalui indera kita, antara lain
dibagi 4 dosis (dapat dilihat, dirasa, dicium, dan diraba):
a. Air tidak berwarna, harus
Ciprofloxacin 15 mg/kg/ 500-750mg bening/jernih.
hari dibagi 2 /12 jam b. Air tidak keruh, harus bebas dari
dosis, selama selama 5-7 pasir, debu, lumpur, sampah, busa
5-7 hari hari dan kotoran lainnya.
c. Air tidak berasa, tidak berasa asin,
Ceftriaxone 50-75mg/kg/ 1-2g/12
hari dibagi 2 jam, selama
tidak berasa asam, tidak payau, dan
dosis IV, 10-14 hari tidak pahit, harus bebas dari bahan
selama 10-14 kimia beracun.
hari d. Air tidak berbau seperti bau amis,
anyir, busuk atau bau belerang.
Konsumsi air yang digunakan oleh
Berdasarkan dosis antibiotik
keluarga dan pasien ini masih kurang
kloramfenikol tersebut, dosis yang sesuai untuk
diperhatikan kebersihannya walaupun
pasien adalah 1600-3200 mg/hari dibagi 4
sumber air minum sehari-hari didapatkan
dosis. Sehingga, pemberian kloramfenikol
dari galon isi ulang, terkadang pasien juga
4x500 mg/hari pada pasien sudah sesuai.
menggunakan air sumur untuk masak,
Pada pasien ini juga diberikan tatalaksana
mandi, dan mencuci pakaian.
simptomatis, berupa domperidon 3x10mg.
Domperidon merupakan golongan prokinetik,
derivat benzimidazole dan bekerja pada

Medula | Volume 10 | Nomor 3 | Oktober 2020 | 419


Andria Novita Sari | Penatalaksanaan Holistik pada Pasien Anak dengan Demam Tifoid Melalui Pendekatan Kedokteran Keluarga

2. Keamanan pangan dalam tubuh, yang bisa menimbulkan


Makanan yang terkontaminasi penyakit. Sabun dapat membersihkan
menjadi tempat transmisi demam tifoid. kotoran dan meminimalisir kuman.
Penanganan dan pengolahan makanan Mencuci tangan menggunakan sabun dan
yang tepat serta terjaga kebersihannya air mengalir dilakukan saat setelah dari
merupakan aspek dasar sangat penting. jamban, setelah membersihkan anak yang
Langkah-langkah selama epidemi buang air besar, sebelum menghidangkan
mestinya diperkuat yaitu sebagai berikut. makanan, sebelum makan, dan setelah
a. Cuci tangan dengan sabun sebelum memegang hewan atau benda kotor.17
menyiapkan atau makan makanan 6. Tersedia jamban.
b. Menghindari makanan mentah Ketersediaan jamban yang bersih dan
c. Mengkonsumsi makanan yang sesuai dengan kriteria jamban sehat dapat
dimasak dan masih panas atau memperkecil risiko tercemarnya
makanan yang dipanaskan. lingkungan rumah dengan kuman
3. Sanitasi Salmonella typhi.
Sanitasi yang tepat berkontribusi Syarat jamban sehat adalah sebagai
mengurangi risiko penularan semua berikut.
kuman patogen termasuk Salmonella typhi a. Tidak mencemari sumber air minum
dan dilakukan dengan langkah-langkah (jarak antara sumber air minum
sebagai berikut. dengan lubang penampungan
a. Menjaga kebersihan diri dengan cara minimal sepuluh meter)
menerapkan PHBS (Pola Hidup Bersih b. Tidak berbau.
dan Sehat). c. Kotoran tidak dapat dijamah oleh
b. Menjaga kebersihan lingkungan serangga dan tikus.
sekitar terutama kondisi di dalam d. Tidak mencemari tanah disekitarnya.
rumah, berupaya semaksimal e. Mudah dibersihkan dan aman
mungkin agar kondisi rumah bersih digunakan.
dan sehat. f. Dilengkapi dinding dan atap
c. Menjaga pola makan yang baik dan pelindung.
bersih, seperti tidak jajan g. Penerangan dan ventilasi cukup.
sembarangan. h. Lantai kedap air dan luas ruangan
4. Pendidikan kesehatan memadai.
Pendidikan kesehatan sangat penting i. Tersedia air, sabun, dan alat
untuk meningkatkan kesadaran pembersih.
masyarakat akan semua hal yang Pada pasein ini untuk kriteria jamban
disebutkan di atas. Tindakan pencegahan sehat masih belum memenuhi syarat
dengan pesan pendidikan kesehatan seperti pencahayaan dan ventilasi yang
untuk kebutuhan masyarakat yang kurang dan jarak antara sumber air dari
berisiko. Untuk disesuaikan dengan penampungan yang kurang dari sepuluh
kondisi setempat dan diterjemahkan ke meter.
dalam bahasa lokal. Untuk mencapai 7. Perbaiki makan dengan gizi seimbang
Komunitas, gunakan semua sarana (makan sayur dan buah setiap hari)
komunikasi yang mungkin (misalnya Faktor kebiasaan dan kesadaran dari
media, sekolah, kelompok perempuan, pasien dan juga motivasi dari keluarga
kelompok agama) harus diterapkan. pasien masih kurang diperhatikan
5. Cuci tangan dengan sabun. sehingga pasien terkadang masih membeli
Air yang tidak bersih banyak makanan diluar rumah yang belum
mengandung kuman dan bakteri terjamin kebersihannya. Namun setelah
penyebab penyakit. Bila digunakan, dilakukannya intervensi kepada pasien
kuman berpindah ke tangan. Pada saat dan keluarga, kebiasaan tersebut sudah
makan, kuman dengan cepat masuk ke berkurang.

Medula | Volume 10 | Nomor 3 | Oktober 2020 | 420


Andria Novita Sari | Penatalaksanaan Holistik pada Pasien Anak dengan Demam Tifoid Melalui Pendekatan Kedokteran Keluarga

Simpulan diphtheria toxoid (Vi-DT) conjugate


1. Didapatkan faktor internal berupa vaccine. PLoS One. 2019; 14(2): 1-14.
kebiasaan jajan sembarangan dan 6. Devaradanagi RA, Srinivasa S. A study on
kurangnya pengetahuan mengenai clinical profile of typhoid fever in children.
penyakit yang diderita. Faktor eksternal International Journal of Contemporary
berupa perilaku hidup bersih dan sehat Pediatrics. 2017;4(3): 1067-73.
yang masih belum optimal serta tingkat 7. Sultana S, Al Maruf MA, Sultana R, Jahan
ekonomi rendah. S. Laboratory diagnosis of enteric fever: a
2. Telah dilakukan penatalaksanaan pada review update. Bangladesh Journal of
pasien secara holistik, patient centered, Infectious Disease. 2016; 3(2): 43-51.
family appropriate dengan pengobatan 8. Mawazo A, Bwire GM, Matee MIN.
demam tifoid sesuai literatur berdasarkan Performance of widal test and stool
EBM (Evidence Based Medicine). culture in diagnosis of typhoid fever
3. Peran keluarga sangat penting dalam among suspected patients in dar es
perawatan dan pengobatan anggota salaam, tanzania. BMC Res Notes. 2019;
keluarga yang sakit. 12(2):1-5.
4. Telah dilakukan tatalaksana baik 9. Yasin N, Nisa I, Tasleem U, Khan H, Momin
farmakologi ataupun non-farmakologis F, Shah F, dkk. A review: typhoid fever. J
terhadap pasien An. F 10 tahun dengan Bacteriol Infec Dis. 2018;2(2):1-7.
demam tifoid secara holistik sesuai 10. Nuruzzaman H, Syahrul F. Analisis risiko
dengan pendekatan dokter keluarga dan kejadian demam tifoid berdasarkan
evidence based medicine. kebersihan diri dan kebiasaan jajan di
rumah. Jurnal Berkala Epidemiologi. 2016;
Daftar Pustaka 4(1): 74-86.
1. Brusch JL, Garvey T, Corales R, Schmitt SK. 11. Wulandari P, Dina R, H.Akili R. Hubungan
Typhoid fever [internet]. New York: antara perilaku hidup bersih dan sehat
Medscape; 2019 [disitasi tanggal 18 dengan kejadian demam tifoid di wilayah
Agustus 2020]. Tersedia dari: kerja puskesmas upai kota kotamobagu
https://emedicine.medscape.com/article/ tahun 2015. Pharmacon Jurnal Ilmiah
231135-overview#showall. Farmasi Unsrat. 2016; 5(2): 267-75.
2. NICD. Typhoid: NICD recommendations 12. Sakinah ZV. Aplikasi health belief model
for diagnosis, management and public dalam menganalisis perilaku penggunaan
health response. South Africa: The kacamata pelindung. Jurnal Promkes.
National Institute for Communicable 2017; 5(1):105-16.
Diseases; 2016. 13. Dyson ZA, Klemm EJ, Palmer S, Dougan G.
3. WHO. Typhoid [internet]. Geneva: World Antibiotic resistance and typhoid. Clinical
Health Organization; 2018 [disitasi tanggal Infectious Diseases. 2019; 68(2): 165-70.
18 Agustus 2020]. Tersedia dari: 14. WHO. The selection and use of essential
https://www.who.int/news-room/fact- medicines: report of the WHO Expert
sheets/detail/typhoid. Committee on Selection and Use of
4. Marchello CS, Hong CY, Crump JA. Global Essential Medicines, 2019 (including the
typhoid fever incidence: a systematic 21st WHO Model List of Essential
review and meta-analysis. Clinical Medicines and the 7th WHO Model List of
Infectious Disease. 2019; 68(Suppl Essential Medicines for Children). Geneva:
2):S105-16. World Health Organization; 2019.
5. Medise BE, Soedjatmiko S, Rengganis I, 15. Abbas MB, Meran T, Abbas MB, Tariq F,
Gunardi H, Sekartini R, Koesno S, dkk. Six- Amjad A, Abbas MB. Assessment of
month follow up of a randomized clinical- prevalence, diagnostic tests and
trial phase I study in indonesia adults and prescription trends of typhoid fever in
children: safety and immunogenicity of children below 12 years in sialkot,
salmonella typhi polysaccharide

Medula | Volume 10 | Nomor 3 | Oktober 2020 | 421


Andria Novita Sari | Penatalaksanaan Holistik pada Pasien Anak dengan Demam Tifoid Melalui Pendekatan Kedokteran Keluarga

pakistan. Pharmacology Online. 2018;1:1- 17. Veeraraghavan B, Pragasam AK,


8. Bakthavatchalam YD, Ralph R. Typhoid
16. Health Sciences Authority. New fever: issues in laboratory detection,
recommendations on the use of treatment options, and concerns in
domperidone. Health Sciences Authority: management in developing countries.
Government of Singapore. 2017; 19(1): 1- Future Sci OA. 2018; 4(6):1-12.
8.

Medula | Volume 10 | Nomor 3 | Oktober 2020 | 422

Anda mungkin juga menyukai