Anda di halaman 1dari 65

LAPORAN TAHUNAN

PROGRAM GIZI

UPTD PUSKESMAS
RAWAT INAP KOTAKALER

TAHUN 2019

TAHUN 2021

Jln. Sopyan Iskandar No. 34 Telp. (0261) 203078


email : pkmkotakalersumedang@gmail.com
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Tahunan Program Gizi Tahun 2021. Laporan
tahunan ini merupakan akumulasi dari hasil kegiatan bulanan gizi di
wilayah kerja UPTD Puskesmas Rawat Inap Kotalaler Kecamatan
Sumedang Utara tahun 2021.
Penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan
sejawat yang telah membantu pelaksanaan kegiatan program gizi dan
kelancaran penyusunan laporan ini.
Laporan tahunan ini disusun dalam rangka evaluasi keberhasilan
program gizi yang dicapai oleh UPTD Puskesmas Rawat Inap Kotakaler
dan untuk menyajikan kerangka acuan dasar dalam penyusunan rencana
tahunan Puskesmas untuk tahun berikutnya.
Masukan dari Bapak/Ibu sangat saya harapkan demi perbaikan
penyusunan laporan kegiatan tahunan program gizi di tahun yang akan
datang karena laporan ini tersusun dari segala kekurangan yang
disebabkan oleh keterbatasan kemampuan dan pengetahuan dari
penyusun.

Sumedang, Januari 2022

Sabila Gantini, S. Gz
NIP. 19890429 201101 2 003
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
PMK NO. 23/KEP/M.PAN/4/2001 TENTANG JABFUNG NUTRISIONIS
TUPOKSI DAN URAIAN TUGAS NUTRISIONIS

BAB I PENDAHULUAN
1.1 .............................................................................................. Latar
Belakang ............................................................................... 1
1.2 .............................................................................................. Tujuan
............................................................................................3
1.2.1 .................................................................................... Tujuan
Umum ........................................................................ 3
1.2.2 .................................................................................... Tujuan
Khusus ....................................................................... 3
1.3 .............................................................................................. Manfaat
............................................................................................. 4

BAB II ANALISIS SITUASI


2.1 .............................................................................................. Situasi
Umum .................................................................................. 5
2.1.1 .................................................................................... Letak
dan Batas Wilayah ..................................................... 5
2.1.2 .................................................................................... Analisis
Geografis ................................................................... 6
2.1.3 .................................................................................... Sosial
Ekonomi ..................................................................... 7
2.1.4 .................................................................................... Sumber
Pembiayaan Program Gizi.......................................... 8
2.1.5 .................................................................................... Jumlah
Posyandu ................................................................... 8
2.2 Target Indkator Program Gizi ....................................... 8

BAB III HASIL KEGIATAN PROGRAM GIZI TAHUN 2021


3.1 ............................................................................................... Cakupa
n Program Gizi.................................................... .................... 10
3.1.1 Cakupan Stunting................................................... ....... 10
3.1.2 Cakupan Wasting ......................................................... 11
3.1.3 Presentase Ibu Hamil Kurang Energi Kronis ................. 11
3.1.4 Persentase Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan Mendapat ASI
Ekslusif .................................................................................. 12
3.1.5 Persentase Bayi yang Dipantau Pertumbuhan dan
Perkembangan....................................................................... . 12
3.1.6 Persentase Underweight pada Balita..................... ....... 13
3.1.7 Presentase Ibu Hamil Anemia ...................................... 14
3.1.8 Presentase BBLR..................................................... ... . 15
3.1.9 Presentase Bayi Usia 6 Bulan Mendapat ASI Ekslusif... 15
3.1.10 Presentase Ibu Hamil Mendapatkan TTD 90 Tablet .... 16
3.1.11 Presentase Ibu Hamil KEK Mendapatkan Makanan
Tambahan ............................................................................... 17
3.1.12 Presentase Balita Gizi Kurang Mendapatkan Makanan
Tambahan ............................................................................. 17
3.1.13 Presentase Remaja Putri Mendapat TTD .................... 18
3.1.14 Presentase Bayi Baru Lahir Mendapat IMD................. 19
3.1.15 Presentase Balita Mempunyai Buku KIA/KMS ............ 19
3.1.16 Presentase Balita yang Naik Berat Badannya ............. 20
3.1.17 Presentase Balita 6-59 Bulan Mendapat Kapsul Vit. A 21
3.1.18 Presentase Ibu Nifas Mendapat Kapsul Vit. A............ . 21
3.1.19 Presentase Rumah Tangga Mengkonsumsi Garam
Beryodium ............................................................................. 22

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN


4.1 .............................................................................................. Kesimp
ulan ....................................................................................... 24
4.2 .............................................................................................. Saran
..........................................................................................25

LAMPIRAN

1. Photo kegiatan Program Gizi tahun 2021


2. PDCA Program Gizi tahun 2021
3. RPK tahun 2022 Program Gizi
4. RUK tahun 2023 Program Gizi
PEMERINTAH KABUPATEN SUMEDANG
DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS RAWAT INAP
KOTAKALER
Jalan Sopian Iskandar No. 34 Sumedang 45363
e mail : pkmkotakalersumedang@gmail com

TUGAS POKOK DAN FUNGSI


Nama :
SABILA GANTINI, S. GZ
NIP :
198904292011012003

Jabatan :
NUTRISIONIS AHLI PERTAMA

Fungsi : Melaksanakan pelayanan gizi untuk meningkatkan


gizi, makanan, dietetik masyarakat, kelompok,
individu atau klien yang merupakan suatu rangkaian
Foto Petugas
kegiatan yang meliputi pengumpulan, pengolahan,
analisis, kesimpulan, anjuran, impelemntasi dan
evaluasi gizi, makanan dan dietetik dalam rangka
mencapai status kesehatan optimal dalam kondisi
sehat atau sakit.

URAIAN TUGAS
 Menyusun rencana lima tahunan : menganalisis data secara deskriptif
 Menyusun rencana tahunan : menganalisis data secara deskriptif
 Menyusun rencana triwulanan: menganalisis data secara deskriptif
 Menyusun rencana bulanan: menganalisis data secara deskriptif
 Menyusun juklak/juknis: menganalisis data
 Menyusun standar gizi : menganalisis data standar umum
 Menyusun kebutuhan gizi : menganalisis data
 Melaksanakan studi kelayakan rancangan
juklak/juknis/pedoman/standar/kebutuhan gizi: menganalisis
 Melaksanakan studi kelayakan rancangan
juklak/juknis/pedoman/standar/kebutuhan gizi: menyusun laporan
pelaksanaan studi
 Menyusun instrumen pengamatan keadaan gizi: menyusun proposal
 Menyusun instrumen pengamatan keadaan gizi: melaksanakan uji coba
 Melakukan pengamatan masalah keadaan gizi, makanan dan dietetik:
menganalisis data secara deskriptif
 Mengumpulkan data gizi, makanan dan dietetik serta penunjangnya untuk
melaksanakan koordinasi kegiatan gizi, pemantauan dan penilaian keadaan
gizi, pembinaan kegiatan perbaikan gizi, makanan dan dietetik pada
kegiatan kelompok sasaran tertentu, pencatatan dan pelaporan
 Melakukan pelatihan bagi pelaksanaan pelayanan gizi, makanan & dietetik
 Melakukan invetarisir fisik bahan materi, pangan, peralatan, sarana
pelayanan gizi
 Mengukur palpasi di unit wilayah kerja setiap 10 org
 Mengumpulkan data deteksi dini kekurangan vitamin A di unit atau wilayah
kerja tahunan
 Melakukan penilaian hasil pengumpulan data prevalensi anemia gizi besi
 Melakukan penilaian pemeriksaan penunjang (lab., klinis)
 Melakukan konsultasi diet khusus dengan 1 komplikasi
 Melakukan konsultasi diet KEB berat tanpa komplikasi
 Melakukan penyuluhan gizi/diet kelompok
 Melakukan pemeriksaan pada penyediaan makanan biasa
 Melakukan pemeriksaan pada penyediaan makanan khusus
 Melakukan pengawasan harian mutu makanan dan PMT
 Menyusun perencanaan diet sesuai penyakit dengan 2 komplikasi
 Melakukan penilaian diet klien dalam tim kerja pada kunjungan keliling
 Melakukan penilaian terapan dalam bidang gizi dan dietetik: mengolah data
 Melakukan rujukan gizi sesuai kasus layanan gizi, makanan, dietetik:
penyakit tanpa komplikasi
 Melakukan rujukan tenaga dalam pelayanan gizi, makanan dan dietetik
 Memantau kegiatan pengukuran LILA, IMT, Palpasi, sasaran, perawatan gizi
standar
 Memantau penggunaan dana kegiatan pelayanan gizi, makanan dan dietetik
: bulanan
 Memantau Penyuluhan gizi, khusus, individu, kelompok (sasaran, macam
dan jumlah penyuluhan sarana)
 Memantau konsultasi diet, standar khusus
 Mengevaluasi hasil kegiatan pelayanan gizi (pengukuran TB, BB, umur) di
akhir kegiatan secara deskriptif
 Mengevaluasi hasil distribusi pelayanan gizi (vit. A, pil besi, obat gizi) di
desa, kecamatan ditengah dan diakhir tahun
 Mengevaluasi dana kegiatan pelayanan gizi, makanan dan dietetik di desa,
kecamatan diakhir tahun
 Mengevaluasi hasil kegiatan PMT : anak sekokah
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan Kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting
dari pembangunan Nasional. Tujuan diselenggarakannya pembangunan
kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang optimal. Keberhasilan pembangunan kesehatan
berperan penting dalam meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya
manusia Indonesia
Peningkatan derajat kesehatan masyarakat sangat diperlukan dalam
mengisi pembangunan yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia. Salah
satu upaya peningkatan derajat kesehatan adalah perbaikan gizi
masyarakat.Gizi yang seimbang dapat meningkatkan ketahanan tubuh,
dapat meningkatkan kecerdasan dan menjadikan pertumbuhan yang
normal (Depkes RI, 2014).
SDGs adalah sebuah kesepakatan pembangunan baru pengganti
MDGs dengan masa berlaku 2015–2030 yang berisikan 17 goals dan 169
sasaran pembangunan. Tujuh belas tujuan dengan 169 sasaran
diharapkan dapat menjawab ketertinggalan pembangunan negara–negara
di seluruh dunia, baik di negara maju (konsumsi dan produksi yang
berlebihan, serta ketimpangan) dan negara–negara berkembang
(kemiskinan, kesehatan, pendidikan, perlindungan ekosistem laut dan
hutan,perkotaan, sanitasi dan ketersediaan air minum) (Hoelman et all,
2015).
Yang menjadi perhatian khusus pada sektor kesehatan dalam SDGs
diantaranya gizi masyarakat yakni mengakhiri kelaparan, mencapai
ketahanan pangan dan meningkatkan gizi, serta mendorong pertanian
yang berkelanjutan serta sanitasi dan air bersih yaitu menjamin
ketersediaan dan pengelolaan air serta sanitasi yang berkelanjutan bagi
semua orang (Kemenkes, 2015).
Dalam rangka menuju Indonesia sehat, program perbaikan gizi
menekankan pada peningkatan status gizi melalui upaya promotif dan
preventif. Salah satu dari wujud kegiatan tersebut diantaranya :
1. Pemantauan pertumbuhan balita melalui aplikasi e-PPGBM
(kunjungan rumah)
2. Intervensi gizi dan kesehatan meliputi :
 Pemberian Makanan Tambahan untuk balita dan ibu hamil
 Pemberian suplemen gizi (kapsul vitamin A, tablet Fe)
3. Bulan Penimbangan Balita (BPB)
4. Pemantauan Garam Yodium
5. Menyelenggarakan pendidikan dan konseling gizi (konseling diet
khusus, konseling laktasi, konseling PMBA, demo masak sesuai
konsep PMBA, pada kelas ibu hamil dan ibu balita)
6. Monitoring dan evaluasi kegiatan konseling PMBA (penyeliaan
PMBA)
7. Profiling dan intervensi balita stunting (pendampingan baduta
stunting)

Berdasarkan uraian diatas, maka upaya perbaikan gizi yang dilakukan


di wilayah UPTD Puskesmas Rawat Inap Kotakaler pun diarahkan kepada
upaya promotif dan preventif.
Program perbaikan gizi sangat erat berkaitan dengan pembangunan
sumber daya manusia, karena menjadi salah satu faktor penentu dalam
indikator Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Ibu (AKI), angka
kejadian stunting dan Umur Harapan Hidup.
Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut
diselenggarakan berbagai upaya kesehatan secara menyeluruh,
berjenjang dan terpadu. Puskesmas adalah penanggung jawab
penyelenggara upaya kesehatan untuk jenjang tingkat pertama. Dalam
penyelenggaraan upaya kesehatan tersebut bagi setiap Puskesmas wajib
untuk melihat sejauh mana Puskesmas mampu menggerakkan semua
sumber daya yang ada untuk menghasilkan capaian Program yang
diharapkan dan memberi daya ungkit terhadap peningkatan derajat
kesehatan masyarakat. Untuk itu harus dibuat laporan pelaksanaan
kegiatan setiap tahun dalam bentuk Laporan Tahunan Puskesmas.
Penyusunan yang sistematis mengenai kegiatan – kegiatan yang
perlu dilakukan untuk mengatasi masalah –masalah yang dihadapi dalam
rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Sehingga Puskesmas
dapat mewujudkan tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya
yaitu derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka
mewujudkan Indonesia Sehat.
Dengan laporan tahunan dapat dievaluasi sehingga diketahui
berbagai hambatan, peluang dan kekuatan yang muncul dari pelaksanaan
berbagai kegiatan. Dengan latar belakang tersebut, program gizi UPTD
Puskesmas Rawat Inap Kotakaler menyusun laporan tahun 2021 ini, yang
memuat hasil pencapaian program gizi selama tahun 2021 berdasarkan
kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan diawal tahun 2021.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Memberikan gambaran secara keseluruhan kegiatan program gizi yang
telah dilaksanakan pada tahun 2021.

1.2.2 Tujuan Khusus


a. Mengetahui seluruh kegiatan program gizi
b. Mengetahui cakupan indikator pembinaan gizi masyarakat
c. Sebagai bahan penyusunan perencanaan selanjutnya
1.3 Manfaat
a. Menilai keberhasilan program gizi di wilayah UPTD Puskesmas
Rawat Inap Kotakaler tahun 2021
b. Melaksanakan sistem kewaspadaan dini terjadinya masalah-
masalah gizi di wilayah UPTD Puskesmas Rawat Inap Kotakaler
c. Merumuskan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian,
pemantauan dan evaluasi program perbaikan gizi masyarakat
secara terpadu di wilayah UPTD Puskesmas Rawat Inap Kotakaler
d. Merencanakan pengembangan program perbaikan gizi masyarakat
di wilayah UPTD Puskesmas Rawat Inap Kotakaler
e. Sebagai alat advokasi bagi penentu kebijakan di wilayah UPTD
Puskesmas Rawat Inap Kotakaler
BAB II
ANALISIS SITUASI

2.1. Situasi Umum


2.1.1 Letak dan Batas Wilayah UPTD Puskesmas Rawat Inap
Kotakaler
UPTD Puskesmas Rawat Inap Kotakaler merupakan salah satu
Puskesmas di Kabupaten Sumedang yang terletak di sebelah utara kota
Kabupaten Sumedang yang berjarak 2 kilometer, dengan waktu tempuh
10 menit menggunakan kendaraan roda 4. Keadaan geografis dataran
rendah dengan suhu maksimum 24 derajat celsius, dengan curah hujan
tertinggi pada bulan Januari.
Luas Wilayah Kerja Puskesmas Kotakaler adalah 463,415 Ha.
- Kotakaler : 156,400 Ha
- Talun : 55 Ha
- Rancamulya : 252,015 Ha

Secara administrasi UPTD Puskesmas Kotakaler Rawat Inap berbatasan


dengan :
 Sebelah utara berbatasan dengan wilayah Puskesmas Cimalaka
 Sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah Puskesmas
Sumedang Selatan
 Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah Puskesmas Ganeas
 Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah Puskesmas Situ
Kotakaler

Ranca Mulya
Puskesmas

Talun

Peta Wilayah UPTD Puskesmas Rawat Inap Kotakaler

Keterjangkauan pelayanan kesehatan salah satunya dapat dilihat dari


geografis wilayah, dimana secara geografis dapat digambarkan jarak dan
waktu tempuh ke fasilitas kesehatan dalam hal ini Puskesmas. Daerah –
daerah yang ada di wilayah kerja UPTD Puskesmas Rawat Inap Kotakaler
pada dasarnya dapat dijangkau dengan kendaraan roda 2 atau 4.
Dimana waktu tempuh terlama yaitu dari dusun Andir desa Rancamulya
selama 15 menit dengan biaya menggunakan angkot sebesar 5000
rupiah.

2.1.2 Analisis Demografi


UPTD Puskesmas Rawat Inap Kotakaler pada tahun 2021 mempunyai
jumlah penduduk sebanyak 32.307 orang terdiri dari laki-laki 16.512 dan
perempuan sebanyak 15.795 orang dengan jumlah KK sebanyak 8.323
KK.
Tabel
Jumlah Penduduk Per Desa/Kelurahan
Di Wilayah UPTD Puskesmas Rawat Inap Kotakaler
Tahun 2021

NO. NAMA DESA/KEL. JML RW JML RT LAKI-LAKI PEREMPUAN JML JIWA

1. KOTAKALER 15 4.555 9.432 8.983 18.415

2. TALUN 7 2.095 3.331 3.249 6.580

3. RANCAMULYA 9 1.673 3.749 3.563 7.312

JUMLAH 31 8.323 16.512 15.795 32.307


Sumber : Data sasaran Kecamatan Sumedang Utara, 2021

2.1.3 Sosial Ekonomi


Pada dasarnya kondisi alam di wilayah UPTD Puskesmas Rawat Inap
Kotakaler sama dengan wilayah Kabupaten Sumedang pada umumnya,
yaitu potensi alam yang berpotensi yang sangat mendukung dan
menguntungkan untuk kegiatan budidaya pertanian, sementara itu mata
pencaharian pokok masyarakat di wilayah UPTD Puskesmas Rawat Inap
Kotakaler sebagian masih pada sektor pertanian dan perkebunan. Akan
tetapi sebagian besar sebagai pedagang karena dilihat lingkungan
sosialnya, wilayah UPTD Puskesmas Rawat Inap Kotakaler memiliki
lingkungan yang cukup berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat
terutama di Kelurahan Kotakaler dan Talun merupakan daerah pusat
pembelanjaan dan perdagangan dimana mobilitas penduduk akan
berpengaruh terhadap dinamika kehidupan masyarakat, terutama
tingginya aktivitas sangat tinggi ekonomi di wilayah perkotaan daya beli
sangat tinggi.
2.1.4 Sumber Pembiayaan Program Gizi
Sumber biaya yang menunjang dalam pelaksanaan program :
1. Bantuan Operasional Kesehatan ( BOK )
2. APBD
3. APBN
4. Anggaran Dana Desa (ADD)

2.1.5 Jumlah Posyandu


Tabel
Jumlah Posyandu
Di Wilayah UPTD Puskesmas Rawat Inap Kotakaler
Tahun 2021
No. Nama Desa/Kelurahan Jumlah Posyandu

1 Kotakaler 14

2 Talun 7

3 Rancamulya 10

JUMLAH 31

2.2 Target Indikator Program Gizi


No. Indikator Target
(%)
1 Stunting (pendek dan sangat pendek) pada balita 21,1

2 Wasting (kurus dan sangat kurus) pada balita 7,8

3 Jumlah balita yang mendapatkan suplementasi gizi 90


mikro
4 Ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK) 14,5

5 Kabupaten/kota yang melaksanakan surveilans gizi 70

6 Puskesmas mampu tatalaksana gizi buruk pada balita 20

7 Bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat ASI ekslusif 45

8 Bayi yang dipantau pertumbuhan dan 65


perkembangannya
9 Underweight pada balita 15
10 Ibu hamil anemia 42

11 Bayi dengan berat badan lahir rendah (BB < 2500 4,6
gram)
12 Bayi usia 6 bulan mendapat ASI ekslusif 40

13 Ibu hamil mendapatkan Tablet Tambah Darah (TTD) 81


minimal 90 tablet selama masa kehamilan
14 Ibu hamil kurang energi kronis (KEK) yang mendapat 80
makanan tambahan
15 Balita gizi kurang mendapat makanan tambahan 85

16 Remaja putri mendapat TTD 52

17 Bayi baru lahir mendapat IMD 58

18 Balita yang ditimbang berat badannya 70

19 Balita mempunyai buku KIA/KMS 70

20 Balita ditimbang yang naik berat badannya 95

21 Balita 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A 87

22 Ibu nifas mendapat kapsul vitamin A 73

23 Rumah tangga mengkonsumsi garam beryodium 90

24 Kasus balita gizi buruk yang mendapat perawatan 90


BAB III
HASIL KEGIATAN PROGRAM GIZI TAHUN 2021

3.1 Cakupan Program Gizi


Indikator kinerja dan target kegiatan pembinaan gizi tahun 2019 – 2024
ada 24 indikator yang diantaranya akan dipaparkan pada poin-poin
selanjutnya.

3.1.1. Cakupan Stunting (pendek dan sangat pendek) pada Balita

Berdasarkan hasil BPB Agustus tahun 2021 menunjukan bahwa


angka kejadian stunting di UPTD Puskesmas Rawat Inap Kotakaler
sebesar 9,6 %. Adapun angka kejadian stunting tertinggi berada di
wilayah Kelurahan Talun sebesar 11,7% (49 orang).
3.1.2. Cakupan Wasting (kurus dan sangat kurus) pada Balita

Berdasarkan hasil BPB Agustus tahun 2021 menunjukan bahwa angka


kejadian wasting di UPTD Puskesmas Rawat Inap Kotakaler sebesar
3,4%. Adapun angka kejadian wasting tertinggi berada di wilayah
Kelurahan Talun sebesar 4,4% (22 orang) dengan 1 angka kejadian gizi
buruk.

3.1.3. Persentase Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK)

Angka kejadian bumil Kurang Energi Kronis sebanyak 18 orang


(4,8%). Hal ini tidak terlepas dari upaya yang telah dilakukan sepanjang
tahun 2021 ini dengan melakukan KIE, mengoptimalkan kelas ibu dan
pemberian PMT ibu hamil KEK. Persentase terbanyak di Kelurahan Talun
sebesar 5,4 % (5 orang).
3.1.4. Persentase Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan Mendapat ASI
Ekslusif

Grafik diatas menunjukan bahwa capaian ASI Ekslusif pada usia


kurang dari 6 bulan sudah mencapapi target.

3.1.5. Persentase Bayi yang Dipantau Pertumbuhan dan


Perkembangan

Jumlah balita yang ditimbang di posyandu tahun 2021 sudah mencapai


target kegiatan pembinaan gizi 2019 – 2024 jika menggunakan data
sasaran riil ,yaitu 1.156 balita datang dari jumlah sasaran sebanyak 1.583
balita (73%). Partisipasi masyarakat terendah berada di Kelurahan
Kotakaler sebesar 70,4%. Perlu dilakukan upaya penggerakan sasaran
yang lebih maksimal,dan pemberian KIE dalam lingkup pembentukan
keluarga sadar gizi perlu lebih optimal. Dalam penggerakan sasaran ini
sangat perlu dukungan dari lintas sektor terkait. Upaya advokasi telah
dilakukan petugas dalam kegiatan rakor desa, pertemuan PKK dan
lokakarya mini triwulan.
Penggerakan sasaran juga tidak hanya merupakan tugas dan
tanggungjawab pemegang program gizi namun tugas bersama seluruh
pemegang program dan pembina desa oleh karena itu, dibutuhkan
komitmen yang kuat dan nyata dari semua pihak.

3.1.6. Persentase Underweight pada Balita

Berdasarkan hasil BPB Agustus tahun 2021 menunjukan bahwa


angka kejadian underweight di UPTD Puskesmas Rawat Inap Kotakaler
sebesar 10,5%. Adapun angka kejadian underweight tertinggi berada di
wilayah Kelurahan Talun sebesar 12 % (50 orang).
3.1.7. Persentase Ibu Hamil Anemia

Angka kejadian anemia pada ibu hamil tingkat Puskesmas sebesar


0,8 % (3 orang), hal ini di bawah target yang telah ditetapkan yaitu
sebesar 42%. Pemberian Tablet Fe kepada ibu hamil merupakan upaya
pencegahan masalah anemia gizi pada ibu hamil yang meningkatkan
resiko melahirkan dengan pendarahan dan BBLR. Cakupan ibu hamil
mendapat tablet Fe3 pada Tahun 2021 sudah memenuhi target yang
ditetapkan yaitu sebesar 101% (dengan data bumil riil, sumber data KIA).
Meskipun demikian, dipandang perlu untuk lebih memperbaiki sistem
pencatatan dan pelaporan dan pemantauan minum Fe agar pemberian
tablet fe dapat memberikan dampak atau pengaruh terhadap tingkat
kejadian BBLR dan stunting.
3.1.8. Persentase BBLR

Berdasarkan grafik diatas jumlah BBLR tingkat Puskesmas tahun


2020 sebanyak 1 orang (1%), diketahui bahwa BBLR berada Kelurahan
Kotakaler sebesar. Perlu ditingkatkan kembali KIE untuk konsumsi ibu
hamil agar asupan nutrisi tercukupi, meningkatkan pemantauan terhadap
konsumsi tablet tambah darah dan mengoptimalkan kegiatan kelas ibu
untuk penyuluhan mengenai paritas, gaya hidup dan faktor lain yang
dapat menjadi penyebab ibu melahirkan bayi dengan BBLR. Selain itu
menyiapkan calon ibu agar dapat menjalani kehamilan yang sehat juga
dipandang perlu dilakukan sejak remaja.

3.1.9. Persentase Bayi Usia 6 bulan mendapat ASI Ekslusif


Dilihat dari grafik diatas dapat diketahui bahwa cakupan bayi usia 6
bulan mendapat ASI Eksklusif sudah tercapai yaitu sebesar 67,5%.
Walaupun demikian perlu dipertanyakan apakah bayi – bayi yang
dilaporkan mendapat asi eksklusif itu benar – benar hanya mendapat asi
saja, hal ini sulit diukur karena berkaitan dengan kejujuran seseorang,
mengingat data diperoleh dengan menanyakan kepada ibu apakah
bayinya hanya mendapat ASI saja atau sudah mendapat
makanan/minuman lain selain ASI. Diperlukan peran serta masyarakat
dalam hal ini kader untuk melihat apakah ibu benar – benar memberikan
ASI Eksklusif.
Pemantauan, pendampingan serta pelaporan by name perlu dilakukan
secara terus menerus untuk keberhasilan program dan keakuratan data di
lapangan melalui kohort ASI ekslusif.
3.1.10. Persentase Ibu Hamil Mendapatkan Tablet Tambah Darah
(TTD) Minimal 90 Tablet selama Kehamilan

Melihat grafik diatas dapat diketahui bahwa cakupan ibu hamil


mendapat Fe3 sudah mencapai target yaitu 101% di tingkat Puskesmas.
Namun dipandang perlu untuk memperbaiki pencatatan dan pelaporan
terutama untuk tingkat konsumsinya menggunakan kalender pemantauan
serta diperlukan dukungan dari masyarakat dalam hal ini kader untuk
melakukan pemantauan minum Fe menggunakan kalender pemantauan.

3.1.11. Persentase Ibu Hamil KEK Mendapatkan Makanan Tambahan


Angka kejadian bumil Kurang Energi Kronis sebanyak 18 orang
(4,8%). Hal ini tidak terlepas dari upaya yang telah dilakukan sepanjang
tahun 2020 ini dengan melakukan KIE, mengoptimalkan kelas ibu dan
pemberian PMT ibu hamil KEK. Persentase terbanyak di Kelurahan
Kotakaler sebanyak 10 orang.
Untuk pemberian PMT bumil KEK dilaksanakan kepada seluruh bumil
KEK sebanyak 22 orang, dengan angka capaian 100%.

3.1.12. Persentase Balita Gizi Kurang Mendapat Makanan Tambahan

Pada grafik diatas dapat dilihat bahwa cakupan balita kurus yang
mendapat makanan tambahan belum sesuai target (0%). Harus lebih
dioptimalkan kembali koordinasi dengan lintas sektor untuk penggunaan
dana Desa/Kelurahan bagi pengadaan PT-pemulihan balita kurus..
3.1.13. Persentase Remaja Putri Mendapat TTD

Grafik tersebut menunjukan bahwa sebesar 49% remaja putri di


wilayah kerja UPTD Puskesmas Rawat Inap Kotakaler telah mendapatkan
TTD. Kendala yang ditemukan di lapangan yaitu pada era pandemi seperti
ini petugas kesulitan untuk melakukan distribusi dan monitoring pemberian
tablet tambah darah mengingat kegiatan sekolah yang online tanpa tatap
muka.

3.1.14. Persentase Bayi Baru Lahir Mendapat IMD


Grafik tersebut menunjukkan bahwa cakupan bayi baru lahir yang
mendapat IMD belum 100% walaupun sudah mencapai target tahun 2021
yaitu sebesar 82%. Bayi baru lahir yang tidak mendapat pelayanan IMD
adalah bayi atau bulin yang harus dirujuk segera setelah proses
persalinan.

3.1.15. Persentase Balita Mempunyai Buku KIA/KMS

Grafik di atas menunjukan bahwa sasaran di wilayah kerja Puskesmas


Kotakaler belum semua memiliki KMS.

3.1.16. Persentase Balita yang Naik Berat Badannya


Balita yang naik berat badannya berdasarkan balita ditimbang di
posyandu masih belum mencapai target tahun 2021 yaitu sebesar 62%
(211 orang). Kenaikan berat badan pada balita dipengaruhi beberapa
faktor diantaranya faktor ekonomi sehingga mempengaruhi daya beli dan
asupan gizi. Penyebab paling banyak ditemukan yaitu pola asuh yang
kurang tepat. Selain itu faktor penyakit penyerta juga dapat
mempengaruhi naik atau turunnya berat badan balita. Perlu dilakukan
upaya peningkatan pengetahuan tentang pengolahan makanan lokal yang
terjangkau sebagai makanan tambahan untuk balita. Kegiatan tersebut
dapat dilakukan pada saat kelas balita.

3.1.17. Persentase Balita 6-59 Bulan Mendapat Kapsul Vitamin A

Grafik diatas menunjukkan bahwa cakupan bayi dan balita yang


mendapat kapsul vitamin A 6-59 bulan sudah mencapai target sebesar
100% tingkat Puskesmas.
3.1.18. Persentase Ibu Nifas Mendapat Kapsul Vitamin A

Berdasarkan grafik diatas, menunjukkan bahwa semua ibu nifas telah


mendapat kapsul vitamin A (101%). Hal ini dikarenakan logistik kapsul
vitamin A untuk bufas sudah tersedia dan dapat diakses oleh bidan
penolong persalinan.

3.1.19. Persentase Rumah Tangga Mengkonsumsi Garam Beryodium

Cakupan rumah tangga mengkonsumsi garam beryodium yang cukup


sesuai dengan batasan yang ditetapkan mengandung yodium 30 ppm
sudah mencapai target yang ditetapkan yaitu sebesar 93,3% terdiri dari 30
sampel rumah tangga yang di cek dalam kurun waktu setahun sekali yaitu
Desember dengan hasil sebanyak 28 rumah tangga positif beryodium.
Keberhasilan tersebut merupakan dampak dari kegiatan pemberdayaan
masyarakat melalui pemantauan konsumsi garam beryodium tingkat
rumah tangga.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
1) Presentase stunting (pendek dan sangat pendek) pada balita
9,6% sudah mencapai target (21,1%), namun masih perlu
intervensi konvergensi untuk menurunkan angka kejadian
stunting secara bertahap.
2) Presentase wasting (kurus dan sangat kurus) pada balita 3,4%
sudah mencapai target (7,8%), namun masih perlu intervensi
pemberian makanan tambahan.
3) Ditemukan bumil KEK sebanyak 18 orang (4,8%) sudah
dibawah target (14,5%).
4) Pemberian ASI Ekslusif bayi usia kurang dari 6 bulan sebesar
83,9%, sudah diatas target (45%).
5) Bayi yang dipantau pertumbuhan dan perkembangannya
sebesar 673, diatas target (70%).
6) Ditemukan 1 kasus gizi buruk dengan kategori BB/TB sangat
kurus di UPTD Puskesmas Rawat Inap Kotakaler sepanjang
tahun 2021.
7) Pesentase D/S belum mencapai target.
8) Hasil pemantauan garam beryodium tahun 2021 di wilayah
UPTD Puskesmas Rawat Inap Kotakaler sudah mencapai
target.
9) Cakupan ASI Eksklusif tahun 2021 di wilayah UPTD
Puskesmas Rawat Inap Kotakaler sudah mencapai target.
10) Cakupan bayi dan balita yang mendapat kapsul Vitamin A
tahun 2021 di wilayah UPTD Puskesmas Rawat Inap Kotakaler
sudah mencapai .
11) Cakupan pemberian 90 tablet tambah darah (Fe) pada ibu
hamil tahun 2021 di wilayah UPTD Puskesmas Rawat Inap
Kotakaler telah mencapai target.
12) Cakupan ibu hamil KEK sebanyak 18 orang sudah diberikan
PMT bumil KEK 100%.
13) Cakupan pemberian PMT-pemulihan pada balita kurus sudah
masih 0 perlu koordinasi lebih lanjut dengan lintas sektor.
14) Cakupan pemberian kapsul Vitamin A pada ibu nifas tahun
2021 di wilayah UPTD Puskesmas Rawat Inap Kotakaler telah
mencapai target.
15) Cakupan IMD sudah mencapai target.
16) Cakupan BBLR sudah mencapai target.
17) Cakupan balita naik BB belum mencapai target.
18) Cakupan bumil anemia mencapai target.
19) Cakupan memiliki buku KMS mencapai target.
20) Cakupan rematri mendapat TTD belum mencapai target
dikarenakan pandemi.

4.2 Saran
1) Sebaiknya advokasi lintas program dan lintas sektoral
dengan instansi terkait lebih ditingkatkan guna pencapaian
cakupan partisipasi masyarakat.
2) Alokasi PMT-pemulihan balita kurus sesuai sasaran.
3) Kerja sama yang aktif dengan Bidan Desa untuk pencatatan
dan pelaporan TTD ibu hamil agar pemantauan nya dapat
terevaluasi, sehingga menurunkan angka kejadian anemia
pada ibu hamil.
4) Kerja sama dengan pemegang program PKPR untuk
kegiatan pemberian dan monitoring evaluasi TTD rematri,
serta mengaktifkan tenaga di sekolah untuk input distribusi
dan konsumsi TTD by name.
5) Penguatan pencatatan dan pelaporan menggunakan aplikasi
sigizi e-PPGBM dan e-SIMPATI.
6) Perlu kerjasama lintas sektor dalam upaya pencegahan dan
penanggulangan stunting terutama di Kelurahan Talun
dengan masalah gizi yang kompleks.
7) Peningkatan kualitas pelaksanaan kelas ibu hamil dan ibu
balita
PHOTO KEGIATAN PROGRAM GIZI
TAHUN 2021

Pengukuran panjang badan dalam rangka penilaian status gizi


Pengukuran tinggi badan dalam rangka penilaian status gizi

Distribusi PMT-p bagi balita kurus


Distribusi PMT-p bagi ibu hamil KEK

Kunjungan rumah balita rawan


Pendampingan kader e-PPGBM

Distribusi TTD rematri ke sekolah


Kunjungan rumah gizi buruk bersama lintas sektor

Konseling pendukung PMBA


Pemantauan garam beryodium
Verifikasi entry e-PPGBM bersama kader
PDCA
A. Latar Belakang
Pembangunan Kesehatan merupakan bagian integral dan
terpenting dari pembangunan Nasional.Tujuan diselenggarakannya
pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang optimal.Keberhasilan pembangunan
kesehatan berperan penting dalam meningkatkan mutu dan daya saing
sumber daya manusia Indonesia
Peningkatan derajat kesehatan masyarakat sangat diperlukan
dalam mengisi pembangunan yang dilaksanakan oleh bangsa
Indonesia.Salah satu upaya peningkatan derajat kesehatan adalah
perbaikan gizi masyarakat.Gizi yang seimbang dapat meningkatkan
ketahanan tubuh, dapat meningkatkan kecerdasan dan menjadikan
pertumbuhan yang normal (Depkes RI, 2014).
Untuk menciptakan masyarakat yang sehat, Dinas Kesehatan dan
Puskesmas melakukan berbagai upaya seperti bagian dari sistem
kesehatan nasional dengan melibatkan peran serta kader dan masyarakat
untuk menangani masalah gizi yang pada hakikatnya adalah masalah
kesehatan masyarakat namun penanggulangan tidak dapat dilakukan
lewat pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Penyebab
timbulnya masalah gizi adalah multifaktor, oleh karena itu pendekatan
penanggulangannya harus melibatkan berbagai sektor yang terkait.
Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan
bersumber daya masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan
dari, oleh dan untuk masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan
kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan
kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan
dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi, Dirjen
Binkesmas Depkes RI (2005 : 8).
Dalam rangka menuju Indonesia sehat, program perbaikan gizi
menekankan pada peningkatan status gizi melalui upaya promotif dan
preventif. Salah satu dari wujud kegiatan tersebut diantaranya :
8. Pemantauan pertumbuhan balita di posyandu,
9. Intervensi gizi dan kesehatan meliputi :
 Pemberian Makanan Tambahan untuk balita dan ibu hamil
 Pemberian suplemen gizi (kapsul vitamin A, taburia, dan
tablet Fe)
10. Bulan Penimbangan Balita (BPB)
11. Pemantauan Garam Yodium
12. Menyelenggarakan pendidikan dan konseling gizi (konseling diet
khusus, konseling laktasi, konseling PMBA)
Berdasarkan uraian diatas, maka upaya perbaikan gizi yang
dilakukan di wilayah UPTD Puskesmas Rawat Inap Kotakaler pun
diarahkan kepada upaya promotif dan preventif. Program perbaikan gizi
sangat erat berkaitan dengan pembangunan sumberdaya manusia,karena
menjadi salah satu faktor penentu dalam indikator Angka Kematian Bayi
(AKB),Angka Kematian Ibu (AKI) dan Umur Harapan Hidup.
Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut
diselenggarakanberbagai upaya kesehatan secara menyeluruh,
berjenjang dan terpadu.Puskesmas adalah penanggung jawab
penyelenggara upaya kesehatan untuk jenjang tingkat pertama.Dalam
penyelenggaraan upaya kesehatan tersebut bagi setiap Puskesmas wajib
untuk melihat sejauh mana Puskesmas mampu menggerakkan semua
sumber daya yang ada untuk menghasilkan capaian Program yang
diharapkan dan memberi daya ungkit terhadap peningkatan derajat
kesehatan masyarakat.
A. Tujuan
Mengetahui prioritas masalah dan alternatif pemecahan madalah
dari kegiatan pelayanan gizi yang ada di UPTD Puskesmas Rawat Inap
Kotakaler.

B. Analisa Hasil dan Langkah Penyelesaian


No. Indikator Target Capaian Kesenjangan
(%) (%) (%)
1 Stunting (pendek dan sangat pendek) pada balita 21,1 9,6 -

2 Wasting (kurus dan sangat kurus) pada balita 7,8 3,4 -

3 Jumlah balita yang mendapatkan suplementasi 90 100 -


gizi mikro
4 Ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK) 14,5 4,8 -

5 Kabupaten/kota yang melaksanakan surveilans 70 70 -


gizi
6 Puskesmas mampu tatalaksana gizi buruk pada 20 20 -
balita

7 Bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat ASI 45 83,9 -


ekslusif
8 Bayi yang dipantau pertumbuhan dan 65 73 -
perkembangannya
9 Underweight pada balita 15 11 -

10 Ibu hamil anemia 42 0,8 -

11 Bayi dengan berat badan lahir rendah (BB < 2500 4,6 1 -
gram)
12 Bayi usia 6 bulan mendapat ASI ekslusif 40 67,5 -

13 Ibu hamil mendapatkan Tablet Tambah Darah 81 101 -


(TTD) minimal 90 tablet selama masa kehamilan
14 Ibu hamil kurang energi kronis (KEK) yang 80 100 -
mendapat makanan tambahan
15 Balita gizi kurang mendapat makanan tambahan 85 0 -85

16 Remaja putri mendapat TTD 52 49 -3

17 Bayi baru lahir mendapat IMD 58 82 -

18 Balita yang ditimbang berat badannya 70 73 -

19 Balita mempunyai buku KIA/KMS 70 99 -

20 Balita ditimbang yang naik berat badannya 95 62 -33


21 Balita 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A 87 100 -

22 Ibu nifas mendapat kapsul vitamin A 73 101 -

23 Rumah tangga mengkonsumsi garam beryodium 90 93 -

24 Kasus balita gizi buruk yang mendapat perawatan 90 100 -

C. Penentuan Prioritas Masalah


Ditinjau dari sudut pelaksanaan program kesehatan, penentuan
prioritas masalah kesehatan dipandang sangat penting dilakukan, hal ini
dikarenakan terbatasnya sumber daya yang tersedia sehingga tidak
mungkin untuk menyelesaikan semua masalah, selain itu juga adanya
hubungan antara satu masalah dengan masalah lainnya sehingga tidak
perlu semua masalah diselesaikan. Dengan adanya prioritas masalah
tersebut, maka akan memudahkan dalam perencanaan dan pemecahan
masalah kesehatan selanjutnya.
Prioritas masalah kesehatan harus dibedakan dengan prioritas
program kesehatan. Prioritas masalah kesehatan dilakukan untuk
menentukan masalah kesehatan mana yang perlu mendapat perhatian
lebih dari masalah kesehatan lainnya, sedangkan prioritas program
kesehatan dilakukan untuk menentukan intervensi kesehatan apa yang
sebaiknya dilakukan untuk eradikasi/eliminasi masalah prioritas tersebut.
Untuk mencari prioritas masalah kesehatan dilakukan dengan
metode USG (Urgency, Seriuosness, Growth). Metode USG adalah salah
satu alat untuk menyusun urutan prioritas isu yang harus diselesaikan.
Caranya dengan menentukan Tingkat Urgensi, Keseriusan, dan
Perkembangan Isu dengan menentukan sakala nilai 1-5. Isu yang memilik
Skor Tertinggi merupakan isu Prioritas. USG Dapat diuraikan sebagai
berikut :
a. Urgency
Seberapa mendesak isu tersebut harus dibahas dikaitkan dengan
waktu yang tersedia serta seberapa keras tekanan waktu tersebut
untuk memcahkan masalah yang menyebabkan isu.
b. Seriuosness
Sebarapa serius isu tersebut perlu dibahas dikaitkan dengan akibat
yang timbul dengan penundaan pemecahan masalah yang
menimbulkan isu tersebut atau akibat yang menimbulkan masalah
masalah lain kalau masalah penyebab isu tidak di pecahkan. Dalam
keadaan yang sama suatu masalah yang dapat menimbulkan
masalah lain adalah lebish serius bila dibandingkan dengan suatu
masalah lain yang berdiri sendiri.
c. Growth
Seberapa kemungkinan-kemungkinannya isu tersebut menjadi
berkembang dikaitkan kemungkinan masalah penyebab isu akan
makin memburuk kalau dibiarkan.

N MASALAH URGENC SERIOUSNES GROWT JUMLAH RANGKIN


O Y S H G
(U) (S) (G)
1 Remaja putri mendapat TTD 5 3 3 11 2
2 Balita gizi kurang mendapat 5 3 2 10 3
makanan tambahan
3 Persentase balita ditimbang yang 6 3 4 13 1
naik berat badannya (N/D’)
4 Wasting (kurus dan sangat 2 2 2 6 5
kurus) pada balita
5 Stunting (pendek dan sangat 3 3 3 9 4
pendek) pada balita

2. Analisis Penyebab Masalah


Mencari akar masalah dapat dilakukan dengan menggunakan
metode Fishborn Diagram atau Diagram Tulang Ikan adalah salah satu
metode untuk menganalisa penyebab dari sebuah masalah atau
kondisi.Fungsi dari diagram Fishborn (Tulang Ikan) cause end effect
(sebab dan akibat/Ishikawa adalah mengidentifikasi dan mengorganisasi
penyebab-penyebab yang mungkin timbul dari suatu efek spesifik dan
kemudian memisahkan akar penyebabnya.
Program gizi UPTD Puskesmas Rawat Inap Kotakaler membuat
Metode Fishborn berdasarkan urutan Prioritas masalah mulai dari 1
sampai dengan 5 masalah, yaitu :
a. Persentase balita ditimbang yang naik berat badannya (N/D’)
b. Remaja putri mendapat TTD
c. Balita gizi kurang mendapat makanan tambahan
d. Stunting (pendek dan sangat pendek) pada balita
e. Wasting (kurus dan sangat kurus) pada balita
MAN
MATERIAL

Makanan komersil
Dominan
Variasi bahan makanan
penggunaan fast
di tingkat rumah tangga
food
kurang variatif Ibu yang
Kurang asupan makan bekerja
Cakupan balita ditimbang yang
naik BB tidak tercapai (-33%)
Cakupan stunting (-)
Merasa fast food kaya akan Cakupan wasting (-)
zat gizi karena pengaruh
lingkungan
Pola asuh yang kurang Orang tua/pengasuh
tidak aktif responsif
baik Metode pemasakan
dalam pemberian
makan tidak beragam, terlalu
sering digoreng
ENVIRONMEN METHOD
T
MATERIAL MAN

Petugas kurang koordinasi


Kartu kepatuhan tidak
tersedia banyak dengan pihak sekolah
Rematri kurang antusias
untuk konsumsi TTD

Cakupan remaja putri yang mendapat TTD


Teman sebaya tidak saling (-3%)
mendukung untuk Tidak ada dana untuk
konsumsi TTD gebyar minum TTD

Teknis ditribusi,
pencatatan dan pelaporan
kurang menarik
ENVIRONMEN MONEY METHOD
T
NO IDENTIFIKASI MASALAH PENYEBAB ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

MATERIAL MAN

Kurang koordinasi dengan


pihak Desa/Kelurahan

Tidak adanya makanan


tambahan yang harus
didistribusikan Cakupan balita gizi
kurang mendapat
makanan tambahan (-
Tidak ada anggaran 85%)
Tidak adanya tanaman
hidup yang bisa untuk pembelian MP-
dimanfaatkan untuk ASI
makanan keluarga agar
tidak perlu membeli
Tidak memaksimalkan
alokasi anggaran
ENVIRONMEN MONEY METHOD
T
1 2 3 4
1 -Belum tercapainya persentase 1. Kurang asupan makan, makanan yang tidak 1. Konseling pendukung PMBA

balita ditimbang yang naik berat beragam 2. Menjelaskan bahwa makanan untuk balita cukup makanan
2. Variasi bahan makanan di tingkat RT kurang keluarga
badannya (N/D’) (Kesenjangan -33%)
variatif 3. Penjelasan bahaya fast food dan makanan komersil/siap saji
-Stunting 3. Penggunaan makanan komersil apabila di konsumsi secara terus menerus
-Wasting 4. Ibu yang bekerja 4. Ibu diharapkan dapat menyiapkan makanan untuk balitanya
5. Dominan penggunaan fast food sebelum berangkat bekerja
6. Merasa fast food memiliki kandungan gizi yang 5. Penjelasan/peyuluhan tentang tumpeng gizi seimbang
lengkap 6. Penyeliaan PMBA
7. Pola asuh yang kurang baik 7. Memberikan contok MP-ASI yang baik dan benar melalui
8. Metode pemasakan kurang variatif, dominan di demo masak
goreng 8. Pembinaan kader PMBA
9. Konseling PMBA
10. Pemantauan pertumbuhan balita melalui e-PPGBM
11. Profiling balita stunting
12. Optimalisasi kegiatan kelas ibu dan balita
13. Kunjungan rumah pemantauan balita rawan
14. Pendampingan baduta stunting
2 Belum tercapainya remaja putri yang 1. Teman sebaya tidak saling mendukung untuk 1. Optimalisasi distribu dan monev TTD rematri ke sekolah
mendapat TTD (Kesenjangan -3%) konsumsi TTD 2. Optimalisasi kegiatan posyandu remaja
3. Pemantauan dan pembinaan rematri dan WUS wilayah kerja
2. Tidak ada dana untuk gebyar minum TTD
3. Teknis ditribusi, pencatatan dan pelaporan
kurang menarik
4. Rematri kurang antusias untuk konsumsi TTD
5. Petugas kurang koordinasi dengan pihak sekolah
6. Kartu kepatuhan tidak tersedia banyak
3 Belum tercapainya cakupan balita kurus 1. Tidak adanya makanan tambahan yang harus 1. Memanfaatkan pekarangan rumah untuk menananm
(BB/TB) yang mendapat makanan didistribusikan tumbuhan yang dapat dikonsumsi sebagai makanan keluarga

(Kesenjangan -85%) 2. Tidak adanya tanaman hidup yang bisa 2. Memanfaatkan pekarangan rumah untuk menanam tumbuhan
dimanfaatkan untuk makanan keluarga agar yang dapat dikonsumsi sebagai makanan keluarga
tidak perlu membeli 3. Menganggarkan pembelian makanan tambahan
3. Tidak ada anggaran untuk pembelian MP-ASI 4. Meningkatkan koordinasi dengan lintas sektor (pihak
4. Kurang koordinasi dengan pihak Desa/Kelurahan Desa/Kelurahan)

5. Tidak memaksimalkan alokasi anggaran 5. Menganggarkan pada kegiatan MusrenbangDes


RENCANA MONITORING DAN EVALUASI
UPTD PUSKESMAS RAWAT INAP KOTAKALER
PROGRAM GIZI TAHUN 2022

Target PJ Volume Rincian


No. Kegiatan Tujuan Sasaran Jadwal
Sasaran Kegiatan Pelaksanaan
1 3 4 5 6 8
2 7 9
-Balita ditimbang -Adanya peningkatan cakupan
N/D’ -N/D’ 95% -Monev hasil N/D’ setiap bulannya
yang naik berat
-Prevalensi stunting <9% dari Bayi/balita -Stunting 12x Setiap -Monev prevalensi stunting hasil BPB Februari
TPG
badannya (N/D’) setiap Desa/Kelurahan (sesuai yang tidak <9% bulan dan Agustus tahun 2022
target Kabupaten di tahun naik BB, -Wasting -Monev prevalensi wasting hasil BPB Februari
1. -Stunting
2022) stunting <7,5% dan Agustus tahun 2022
-Wasting -Prevalensi wasting menurun, dan
balita wasting dapat segera wasting
diintervensi sesuai
permasalahan
Remaja putri yang Semua sasaran rematri di
mendapat TTD wilayah kerja dan sekolah Remaja 4x Setiap 3
2. 54% TPG
binaan mendapatkan dan putri bulan sekali Monev capaian rematri yang mendapat dan
konsumsi TTD konsumsi TTD setiap bulannya
Balita kurus
(BB/TB) yang Maret, Juni,
Semua balita kurus mendapat Balita
3. mendapat 85% TPG 4x September, Pemberian PMT balita kurus kepada sasaran
PMT kurus
makanan Desember balita kurus
tambahan
B. Latar Belakang
Pembangunan Kesehatan merupakan bagian integral dan
terpenting dari pembangunan Nasional.Tujuan diselenggarakannya
pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang optimal.Keberhasilan pembangunan
kesehatan berperan penting dalam meningkatkan mutu dan daya saing
sumber daya manusia Indonesia
Peningkatan derajat kesehatan masyarakat sangat diperlukan
dalam mengisi pembangunan yang dilaksanakan oleh bangsa
Indonesia.Salah satu upaya peningkatan derajat kesehatan adalah
perbaikan gizi masyarakat.Gizi yang seimbang dapat meningkatkan
ketahanan tubuh, dapat meningkatkan kecerdasan dan menjadikan
pertumbuhan yang normal (Depkes RI, 2014).
Untuk menciptakan masyarakat yang sehat, Dinas Kesehatan dan
Puskesmas melakukan berbagai upaya seperti bagian dari sistem
kesehatan nasional dengan melibatkan peran serta kader dan masyarakat
untuk menangani masalah gizi yang pada hakikatnya adalah masalah
kesehatan masyarakat namun penanggulangan tidak dapat dilakukan
lewat pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Penyebab
timbulnya masalah gizi adalah multifaktor, oleh karena itu pendekatan
penanggulangannya harus melibatkan berbagai sektor yang terkait.
Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan
bersumber daya masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan
dari, oleh dan untuk masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan
kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan
kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan
dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi, Dirjen
Binkesmas Depkes RI (2005 : 8).
Dalam rangka menuju Indonesia sehat, program perbaikan gizi
menekankan pada peningkatan status gizi melalui upaya promotif dan
preventif. Salah satu dari wujud kegiatan tersebut diantaranya :
13. Pemantauan pertumbuhan balita di posyandu,
14. Intervensi gizi dan kesehatan meliputi :
 Pemberian Makanan Tambahan untuk balita dan ibu hamil
 Pemberian suplemen gizi (kapsul vitamin A, taburia, dan
tablet Fe)
15. Bulan Penimbangan Balita (BPB)
16. Pemantauan Garam Yodium
17. Menyelenggarakan pendidikan dan konseling gizi (konseling diet
khusus, konseling laktasi, konseling PMBA)
Berdasarkan uraian diatas, maka upaya perbaikan gizi yang
dilakukan di wilayah UPTD Puskesmas Rawat Inap Kotakaler pun
diarahkan kepada upaya promotif dan preventif. Program perbaikan gizi
sangat erat berkaitan dengan pembangunan sumberdaya manusia,karena
menjadi salah satu faktor penentu dalam indikator Angka Kematian Bayi
(AKB),Angka Kematian Ibu (AKI) dan Umur Harapan Hidup.
Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut
diselenggarakanberbagai upaya kesehatan secara menyeluruh,
berjenjang dan terpadu.Puskesmas adalah penanggung jawab
penyelenggara upaya kesehatan untuk jenjang tingkat pertama.Dalam
penyelenggaraan upaya kesehatan tersebut bagi setiap Puskesmas wajib
untuk melihat sejauh mana Puskesmas mampu menggerakkan semua
sumber daya yang ada untuk menghasilkan capaian Program yang
diharapkan dan memberi daya ungkit terhadap peningkatan derajat
kesehatan masyarakat.
D. Tujuan
Mengetahui prioritas masalah dan alternatif pemecahan madalah
dari kegiatan pelayanan gizi yang ada di UPTD Puskesmas Rawat Inap
Kotakaler.

E. Analisa Hasil dan Langkah Penyelesaian


No. Indikator Target Capaian Kesenjangan
(%) (%) (%)
1 Stunting (pendek dan sangat pendek) pada balita 21,1 9,6 -

2 Wasting (kurus dan sangat kurus) pada balita 7,8 3,4 -

3 Jumlah balita yang mendapatkan suplementasi 90 100 -


gizi mikro
4 Ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK) 14,5 4,8 -

5 Kabupaten/kota yang melaksanakan surveilans 70 70 -


gizi
6 Puskesmas mampu tatalaksana gizi buruk pada 20 20 -
balita

7 Bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat ASI 45 83,9 -


ekslusif
8 Bayi yang dipantau pertumbuhan dan 65 73 -
perkembangannya
9 Underweight pada balita 15 11 -

10 Ibu hamil anemia 42 0,8 -

11 Bayi dengan berat badan lahir rendah (BB < 2500 4,6 1 -
gram)
12 Bayi usia 6 bulan mendapat ASI ekslusif 40 67,5 -

13 Ibu hamil mendapatkan Tablet Tambah Darah 81 101 -


(TTD) minimal 90 tablet selama masa kehamilan
14 Ibu hamil kurang energi kronis (KEK) yang 80 100 -
mendapat makanan tambahan
15 Balita gizi kurang mendapat makanan tambahan 85 0 -85

16 Remaja putri mendapat TTD 52 49 -3

17 Bayi baru lahir mendapat IMD 58 82 -

18 Balita yang ditimbang berat badannya 70 73 -

19 Balita mempunyai buku KIA/KMS 70 99 -

20 Balita ditimbang yang naik berat badannya 95 62 -33


21 Balita 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A 87 100 -

22 Ibu nifas mendapat kapsul vitamin A 73 101 -

23 Rumah tangga mengkonsumsi garam beryodium 90 93 -

24 Kasus balita gizi buruk yang mendapat perawatan 90 100 -

F. Penentuan Prioritas Masalah


Ditinjau dari sudut pelaksanaan program kesehatan, penentuan
prioritas masalah kesehatan dipandang sangat penting dilakukan, hal ini
dikarenakan terbatasnya sumber daya yang tersedia sehingga tidak
mungkin untuk menyelesaikan semua masalah, selain itu juga adanya
hubungan antara satu masalah dengan masalah lainnya sehingga tidak
perlu semua masalah diselesaikan. Dengan adanya prioritas masalah
tersebut, maka akan memudahkan dalam perencanaan dan pemecahan
masalah kesehatan selanjutnya.
Prioritas masalah kesehatan harus dibedakan dengan prioritas
program kesehatan. Prioritas masalah kesehatan dilakukan untuk
menentukan masalah kesehatan mana yang perlu mendapat perhatian
lebih dari masalah kesehatan lainnya, sedangkan prioritas program
kesehatan dilakukan untuk menentukan intervensi kesehatan apa yang
sebaiknya dilakukan untuk eradikasi/eliminasi masalah prioritas tersebut.
Untuk mencari prioritas masalah kesehatan dilakukan dengan
metode USG (Urgency, Seriuosness, Growth). Metode USG adalah salah
satu alat untuk menyusun urutan prioritas isu yang harus diselesaikan.
Caranya dengan menentukan Tingkat Urgensi, Keseriusan, dan
Perkembangan Isu dengan menentukan sakala nilai 1-5. Isu yang memilik
Skor Tertinggi merupakan isu Prioritas. USG Dapat diuraikan sebagai
berikut :
a. Urgency
Seberapa mendesak isu tersebut harus dibahas dikaitkan dengan
waktu yang tersedia serta seberapa keras tekanan waktu tersebut
untuk memcahkan masalah yang menyebabkan isu.
b. Seriuosness
Sebarapa serius isu tersebut perlu dibahas dikaitkan dengan akibat
yang timbul dengan penundaan pemecahan masalah yang
menimbulkan isu tersebut atau akibat yang menimbulkan masalah
masalah lain kalau masalah penyebab isu tidak di pecahkan. Dalam
keadaan yang sama suatu masalah yang dapat menimbulkan
masalah lain adalah lebish serius bila dibandingkan dengan suatu
masalah lain yang berdiri sendiri.
c. Growth
Seberapa kemungkinan-kemungkinannya isu tersebut menjadi
berkembang dikaitkan kemungkinan masalah penyebab isu akan
makin memburuk kalau dibiarkan.

N MASALAH URGENC SERIOUSNES GROWT JUMLAH RANGKIN


O Y S H G
(U) (S) (G)
1 Remaja putri mendapat TTD 5 3 3 11 2
2 Balita gizi kurang mendapat 5 3 2 10 3
makanan tambahan
3 Persentase balita ditimbang yang 6 3 4 13 1
naik berat badannya (N/D’)
4 Wasting (kurus dan sangat 2 2 2 6 5
kurus) pada balita
5 Stunting (pendek dan sangat 3 3 3 9 4
pendek) pada balita

3. Analisis Penyebab Masalah


Mencari akar masalah dapat dilakukan dengan menggunakan
metode Fishborn Diagram atau Diagram Tulang Ikan adalah salah satu
metode untuk menganalisa penyebab dari sebuah masalah atau
kondisi.Fungsi dari diagram Fishborn (Tulang Ikan) cause end effect
(sebab dan akibat/Ishikawa adalah mengidentifikasi dan mengorganisasi
penyebab-penyebab yang mungkin timbul dari suatu efek spesifik dan
kemudian memisahkan akar penyebabnya.
Program gizi UPTD Puskesmas Rawat Inap Kotakaler membuat
Metode Fishborn berdasarkan urutan Prioritas masalah mulai dari 1
sampai dengan 5 masalah, yaitu :
f. Persentase balita ditimbang yang naik berat badannya (N/D’)
g. Remaja putri mendapat TTD
h. Balita gizi kurang mendapat makanan tambahan
i. Stunting (pendek dan sangat pendek) pada balita
j. Wasting (kurus dan sangat kurus) pada balita
MAN
MATERIAL

Makanan komersil
Dominan
Variasi bahan makanan
penggunaan fast
di tingkat rumah tangga
food
kurang variatif Ibu yang
Kurang asupan makan bekerja
Cakupan balita ditimbang yang
naik BB tidak tercapai (-33%)
Cakupan stunting (-)
Merasa fast food kaya akan Cakupan wasting (-)
zat gizi karena pengaruh
lingkungan
Pola asuh yang kurang Orang tua/pengasuh
tidak aktif responsif
baik Metode pemasakan
dalam pemberian
makan tidak beragam, terlalu
sering digoreng
ENVIRONMEN METHOD
T
MATERIAL MAN

Petugas kurang koordinasi


Kartu kepatuhan tidak
dengan pihak sekolah
tersedia banyak
Rematri kurang antusias
untuk konsumsi TTD

Cakupan remaja putri yang mendapat TTD


Teman sebaya tidak saling (-3%)
mendukung untuk
konsumsi TTD
NO IDENTIFIKASI MASALAH PENYEBAB ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

Tidak ada dana untuk


gebyar minum TTD

Teknis ditribusi,
pencatatan dan pelaporan
kurang menarik
ENVIRONMEN MONEY METHOD
T

MATERIAL MAN

Kurang koordinasi dengan


pihak Desa/Kelurahan

Tidak adanya makanan


tambahan yang harus
didistribusikan Cakupan balita gizi
kurang mendapat
makanan tambahan (-
Tidak adanya tanaman Tidak ada anggaran 85%)
hidup yang bisa untuk pembelian MP-
dimanfaatkan untuk ASI
makanan keluarga agar
tidak perlu membeli
Tidak memaksimalkan
alokasi anggaran
ENVIRONMEN MONEY METHOD
T
1 2 3 4
1 -Belum tercapainya persentase balita 9. Kurang asupan makan, makanan yang tidak beragam 15. Konseling pendukung PMBA

ditimbang yang naik berat badannya 10. Variasi bahan makanan di tingkat RT kurang 16. Menjelaskan bahwa makanan untuk balita cukup
variatif makanan keluarga
(N/D’) (Kesenjangan -33%)
11. Penggunaan makanan komersil 17. Penjelasan bahaya fast food dan makanan
-Stunting 12. Ibu yang bekerja komersil/siap saji apabila di konsumsi secara
-Wasting 13. Dominan penggunaan fast food terus menerus
14. Merasa fast food memiliki kandungan gizi yang 18. Ibu diharapkan dapat menyiapkan makanan
lengkap untuk balitanya sebelum berangkat bekerja
15. Pola asuh yang kurang baik 19. Penjelasan/peyuluhan tentang tumpeng gizi
16. Metode pemasakan kurang variatif, dominan di seimbang
goreng
2

3 Belum tercapainya cakupan balita kurus 6. Tidak adanya makanan tambahan yang harus 6. Memanfaatkan pekarangan rumah untuk
(BB/TB) yang mendapat makanan didistribusikan menananm tumbuhan yang dapat dikonsumsi

(Kesenjangan -85%) 7. Tidak adanya tanaman hidup yang bisa dimanfaatkan sebagai makanan keluarga
untuk makanan keluarga agar tidak perlu membeli 7. Memanfaatkan pekarangan rumah untuk
8. Tidak ada anggaran untuk pembelian MP-ASI menanam tumbuhan yang dapat dikonsumsi
9. Kurang koordinasi dengan pihak Desa/Kelurahan sebagai makanan keluarga

10. Tidak memaksimalkan alokasi anggaran 8. Menganggarkan pembelian makanan tambahan


9. Meningkatkan koordinasi dengan lintas sektor
(pihak Desa/Kelurahan)
10. Menganggarkan pada kegiatan MusrenbangDes
RENCANA MONITORING DAN EVALUASI
UPTD PUSKESMAS RAWAT INAP KOTAKALER
PROGRAM GIZI TAHUN 2022

Target PJ Volume Rincian


No. Kegiatan Tujuan Sasaran Jadwal
Sasaran Kegiatan Pelaksanaan
1 3 4 5 6 8
2 7 9
-Balita ditimbang -Adanya peningkatan cakupan
N/D’ -N/D’ 95% -Monev hasil N/D’ setiap bulannya
yang naik berat
-Prevalensi stunting <9% dari Bayi/balita -Stunting 12x Setiap -Monev prevalensi stunting hasil BPB Februari
TPG
badannya (N/D’) setiap Desa/Kelurahan (sesuai yang tidak <9% bulan dan Agustus tahun 2022
target Kabupaten di tahun naik BB, -Wasting -Monev prevalensi wasting hasil BPB Februari
1. -Stunting
2022) stunting <7,5% dan Agustus tahun 2022
-Wasting -Prevalensi wasting menurun, dan
balita wasting dapat segera wasting
diintervensi sesuai
permasalahan
Remaja putri yang Semua sasaran rematri di
mendapat TTD wilayah kerja dan sekolah Remaja 4x Setiap 3
2. 54% TPG
binaan mendapatkan dan putri bulan sekali Monev capaian rematri yang mendapat dan
konsumsi TTD konsumsi TTD setiap bulannya
Balita kurus
(BB/TB) yang Maret, Juni,
Semua balita kurus mendapat Balita
3. mendapat 85% TPG 4x September, Pemberian PMT balita kurus kepada sasaran
PMT kurus
makanan Desember balita kurus
tambahan

Anda mungkin juga menyukai