Family Centered 4 PDF Free
Family Centered 4 PDF Free
PENDAHULUAN
Perjalanan penyakit HIV sangat progresif merusak kekebalan tubuh. Kebanyakan orang
dengan HIV akan meninggal dalam beberapa tahun setelah tanda pertama AIDS muncul
dan tidak mendapatkan pelayanan dan terapi yang tepat (Departemen Kesehatan RI,
2010).
Menurut Judarwanto (2008) di seluruh dunia lebih dari 20 juta orang meninggal
sementara 40 juta orang telah terinfeksi. Fakta yang lebih memprihatinkan adalah di
seluruh dunia setiap hari virus HIV menular kepada sekitar 2.000 anak di bawah 15 tahun,
terutama berasal dari penularan ibu-bayi, menewaskan 1400 anak di bawah 15 tahun,
dan menginfeksi lebih dari 6000 orang muda dalam usia produktif antara 15 sampai
dengan 24 tahun yang juga merupakan mayoritas dari orang-orang yang hidup dengan
HIV dan AIDS.
Apabila lingkungan memberikan peluang pada perilaku seksual yang permisivenes maka
kelompok masyarakat yang sekual aktif akan cenderung melakukan promiskuitas
sehingga akan meningkatkan penyebaran HIV dalam masyarakat. Maka itu, peran
keluarga sangat penting bagi seorang karena keluarga mempunyai kewajiban dalam
memberikan pendidikan dan pembentuk karakter seseorang (Sudarsono, 2004).
Keutuhan dalam keluarga juga dapat berpengaruh terhadap psikologis seorang,
sehingga apabila psikologisnya terganggu maka orang tersebut akan lebih mudah lari
dalam pergaulan negative di luar rumah dan juga akan mudah terjerumus dalam gaya
hidup seksual maupun penyalahgunaan NAPZA (Hawari, 2009).
Penyalahguna NAPZA di Indonesia masih banyak melibatkan pada kalangan remaja, hal
ini menyebabkan salah satu ancaman yang dapat menghancurkan generasi muda,
dibuktikan dengan semakin meningkatnya tindak pidana (Waluyo B, 2011).
Pengguna NAPZA di Indonesia semakin meluas di kalangan anak usia sekolah, sehingga
bila tidak segera diatasi maka dapat menjadi salah satu ancaman bagi kesejahteraan
generasi yang akan datang, di mana generasi muda merupakan penerus bangsa dan
juga merupakan sumber daya manusia. Penyalahgunaan NAPZA dapat disebabkan
salah satunya karena faktor lingkungan keluarga. Keluarga merupakan unit terkecil dalam
suatu masyarakat. Penyebab penyalahgunaan NAPZA pada lingkungan keluarga salah
satunya yaitu karena keharmonisan (Depkes, 2001).
1.2 Tujuan
1.2.1 Agar mahasiswa mampu memahami tentang trend dan issue pada pasien
dengan HIV/AIDS (ODHA) dan penyalahgunaan NAPZA
1.2.2 Agar mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tentang family centered
Pada ODHA dan Penyalahgunaan NAPZA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Beberapa hal yang diterapkan untuk menghargai dan mendukung individualitas dan
kekuatan yang dimiliki dalam satu keluarga seperti:
1. Kunjungan yang dibuat dirumah keluarga atau ditempat lain dengan waktu dan lokasi
yang disepakati bersama keluarga.
2. Perawat mengkaji keluarga berdasarkan kebutuhan keluarga.
3. Orangtua adalah bagian dari keluarga yang menjadi fokus utama dari perawatan yang
diberikan mereka turut merencanakan perawatan dan peran mereka dalam
perawatan anak.
4. Perencanaan perawatan yang diberikan bersifat komprehensif dan perawatan
memberikan semua perawatan yang dibutuhkan misalnya perawatan pada pasien
ODHA, dukungan kepada orangtua, bantuan keuangan, hiburan dan dukungan
emosional.
Memfassilitassi kerjasama antara keluarga dengan perawat di semua tingkat pelayanan
kesehatan, merawat anak secara individual, pengembangan program, pelaksanaan dan
evaluasi serta pembentukan kebijakan hal ini ditujukan ketika.
1. Kalaborasi untuk memberikan perawatan kepada anak peran kerjasama antara
orangtua dan tenaga perofesional sangat penting dan vital. Keluarga bukan sekedar
sebagai pendamping, tetapi terlibat didalam pemberian pelayanan kesehatan kepada
anak mereka.
2. Kerjasama dalam mengembangkan masyarakat dan pelayanan rumah sakit Pada
tahap ini pada pasien ODHA dengan kebutuhan khusus merasakan mamfaat dari
kemampuan orangtua dan perawat dalam mengembangkan, melaksanakan dan
mengevaluasi program.
3. Kalaborasi dalam tahap kebijakan Family Centered Care dapat tercapai melalui
kalaborasi orangtua dan tenaga professional dalam tahap kebijakan.
4. Menghormati keanekaragaman ras, etnis budaya dan sosial ekonomi dalam keluarga
tujuannya adalah untuk menunjang keberhasilan perawatan pada pasien ODHA
mereka dirumah sakit dengan mempertimbangkan tingkat perkembangan pasien
diagnosa medis.
5. Memberikan imformasi yang lengkap dan jelas kepada keluarga dan secara
berkelanjutan dengan dukungan penuh memberikan imformasi kepada keluarga
bertujuan untuk mengurangi kecemasan yang dirasakan orangtua terhadap perawat
pada pasien ODHA. Selain itu, dengan demikian imformasi keluarga akan merasa
menjadi bagian yang penting dalam perawatan pada pasien ODHA.
6. Mendorong dan mempasilitasi keluarga untuk saling mendukung.
Komunikasi peran perawat dan orangtua pasien ODHA sesuai dengan Hirarki Family
Centerd Care terdiri dari 3 tahap yaitu:
1. Keterlibatan orangtua
Pada tahap ini orang tua dan perawat untuk pertama kalinya melakukan intraksi. Perawat
berperan penuh dalam memberikan asuhan keperawatan dan bertindak sebagai
pemimpin dalam memberikan perawatan dan orangtua dilibatkan dalam perawatan ini.
2. Partisipasi orangtua
Pada tahap ini ditandai dengan telah terbinanya hubungan kerjasama antar orangtua dan
perawat.
3. Family Centered Care
Hubungan yang terjalin pada tahap ini adalah perawat dan orangtua saling menghormati
peran masing-masing dan melibatkan anggota keluarga dalam perawatan pada pasien
ODHA.
Berikut adalah bebeapa cara untuk terhindar dari penyalahgunaan NAPZA di lingkungan
keluarga, diantaranya:
1. Orang tua hendaknya mengambil kesempatan untuk mempelajari masalah narkoba
dengan membaca, mendengarkan ceramah, berdiskusi, serta mencari informasi yang
berasal dari buku, internet, maupun referensi lain. Umumya remaja menerima
informasi tentang narkoba dari luar rumah, sebagian besar dari teman sebayanya.
Akan sangat berbahaya jika anak mengetahui suatu hal baru yang hanya setengah-
setengah. Oleh karena itu, sebagai orang tua harus memiliki informasi yang benar
dan luas mengenai permasalahan narkoba.
2. Pola asuh orang tua dalam keluarga sangat mempengaruhi perkembangan dan
kepribadian seorang anak. Menjadi sahabat anak dapat diterapkan orang tua dalam
pendidikan keluarga. Dalam kesehariannya, anak-anak pasti membutuhkan figur
orang tua, tetapi tidak menutup kemungkinan seorang anak juga membutuhkan sosok
sahabat yang bisa menjadi partner dalam dunianya. Mendapatkan kepercayaan dari
anak sangat berarti besar, saat seorang anak menghadapi masalah ia akan
menjadikan orang tuanya sebagai tempat curhat dan berbagi beban.
3. Jangan terlalu memanjakan anak, karena menurut penelitian terlalu memanjakan
anak dengan menuruti kemauan memberikan fasilitas-fasilitas secara berlebihan
kepada anaknya akan membuat seorang anak mempunyai mental dan prinsip apapun
yang mereka inginkan semuanya mudah didapat dan anak tidak belajar menghadapi
situasi frustasi, kegagalan, penolakan, larangan serta memahami konsekuensi dari
tindakannya. Akibatya mereka kurang memiliki kontrol diri sehingga mudah
terpengaruh dengan godaan dari lingkungan luar.
4. Perilaku orang tua hendaknya menjadi contoh yang baik bagi anak-anaknya,
seringkali orang tua lupa bahwa anak belajar dari tingkah laku dan perilaku orang tua
yang mereka lihat dan memperhatikan setiap harinya dari bayi sampai remaja. Untuk
itu, sebagai orang tua harus memberikan contoh yang baik bagi anak-anaknya.
5. Menjalin hubungan interpersonal yang baik dengan pasangan dan juga dengan anak-
anaknya dapat memungkinkan orang tua dalam melihat gejala-gejala awal pemakaian
narkoba pada anak-anak. Komunikasi diperlukan pada setiap anggota keluarga,
karena komunikasi merupakan sebuah fondasi demi terwujudnya keluarga harmonis.
6. Bekerja sama dengan lingkungan sekitar dan memiliki hubungan yang baik dengan
para tetangga selalu mendatangkan kenyamanan dan keamanan bagi kita. Bila ikatan
dan sistem yang dibangun dengan para tetangga itu kuat, gejala-gejala
penyahgunaan NAPZA di pemukiman kita akan terdeteksi dan dapat tertanggulangi
dengan cepat dan baik.
Pencegahan penyalahgunaan NAPZA di dalam keluarga tentunya sangat penting untuk
dilakukan dan dinilai sangat efektif, dikarenakan keluarga merupakan pendidikan
pertama dari pembentukan karakter seorang anak dan keluarga adah lingkungan yang
paling dekat dengan anak. Apabila sebuah keluarga tidak dapat menciptakan
keharmonisan di dalam kehidupan berkeluarga, maka akan dapat mengakibatkan banyak
kejadian-kejadian yang merugikan setiap anggota keluarga, salah satunya adalah
kenakalan remaja yang berdampak pada penyalahgunaan NAPZA. Bayangkan saja
apabila tidak adanya pencegahan, 10-20 tahun kedepan kemungkinan dapat terjadi
hilangnya penerus bangsa akibat penyahgunaan NAPZA. Oleh karena itu, marilah
menciptakan keluarga yang sejahtera, dan harmonis sebagai dasar pembentukan
generasi emas bangsa.
BAB II
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Praktik keperawatan keluarga adalah pemberian asuhan keperawatan kepada keluarga
dan anggota keluarga. Lima cara berfikir tentang keluarga yang menjadi dasar praktik,
pendidikan, penelitian dan perkembangan teori keperawatan keluarga dengan HIV/AIDS
adalah keluarga sebagai konteks, keluarga sebagai kumpulan dari anggotanya, keluarga
sebagai subsitem, keluarga sebagai klien, dan keluarga sebagai komponen masyarakat.
Sikap keluarga memegang peranan penting dalam membentuk keyakinan remaja dalam
mencegah penyalahgunaan NAPZA. Penelitian Rutter menunjukan bahwa hubungan
kedua orang tua yang tidak harmonis turut mendorong anak terjerumus dalam
penyalahgunaan narkoba. Tidak hanya alasan keluarga yang tidak harmonis yang
menjadikan penyebab seorang remaja menyalahgunakan NAPZA, kurangnya
komunikasi, kurangnya keterbukaan, kurangnya pengawasan orang tua terhadap
anaknya, terlalu memanjakan anaknya, orang tua terlalu sibuk mencari nafkah,
kurangnya perhatian, kehangatan, kasih sayang terhadap anak-anaknya dan bisa juga
dikarenakan karena kedua orang tua sebagai pemakai.
Khamimatuz Zulfa dan Eny Purwandari 2016, Pola Keluarga Remaja Berisiko
Penyalahgunaan Napza file:///C:/Users/ASUS/AppData/Local/Temp/3716-7848-1-
PB.pdf. Diakses 10 November 2019