Anda di halaman 1dari 12

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/332272560

STRATEGI TENAGA KESEHATAN DALAM MENURUNKAN ANGKA KEJADIAN


ISPA PADA BALITA DI WILAYAH BINAAN PUSKESMAS GETASAN

Article  in  Jurnal Kesehatan Kusuma Husada · July 2018


DOI: 10.34035/jk.v9i2.273

CITATIONS READS

0 172

3 authors, including:

Dary Dary
Universitas Kristen Satya Wacana
32 PUBLICATIONS   10 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Article View project

Identification of Factors Related to Covid 19 Prevention Behavior Among Pregnant Women View project

All content following this page was uploaded by Dary Dary on 21 November 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Jurnal Kesehatan Kusuma Husada - Juli 2018

STRATEGI TENAGA KESEHATAN DALAM


MENURUNKAN ANGKA KEJADIAN ISPA PADA
BALITA DI WILAYAH BINAAN PUSKESMAS
GETASAN

Dary1), Treesia Sujana2), Josevina Naomi Pajara3)


1,2,3
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
dary@staff.uksw.edu

ABSTRAK
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan radang akut pada saluran pernapasan yang
disebabkan oleh agen infeksius sepertin virus, jamur dan bakteri. Menurut Riskesdas 2013, Provinsi
Jawa Tengah merupakan salah satu profinsi dengan angka kejadian ISPA paling tinggi dimana
Prevalensi ISPA secara umum sebesar 26,6% dan untuk balita diketahui mencapai 31,5%. Tujuan
penelitian adalah mendeskripsikan strategi tenaga kesehatan dalam menurunkan angka kejadian ISPA
pada anak balita di wilayah binaan Puskesmas Getasan. Penelitian menggunakan metode kualitatif
deskriptif dengan menggunakan teknik pengumpulan data wawancara mendalam. Teknik analisa data
dilakukan dengan model Miles and Huberman, yaitu Data Reduction (reduksi data), Data Display
(penyajian data) dan Conclusion (penarikan kesimpulan). Penelitian dilakukan pada September-
oktober 2017 di Puskesmas Getasan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah . Hasil
dari penelitian ini menyimpulkan bahwa angka kejadian ISPA pada balita di wilayah binaan Puskesmas
Getasan tergolong tinggi, penanganan balita ISPA menggunakan pedoman Manajemen Terpadu Balita
Sakit (MTBS) dan Manajemen Terpadu Balita Sakit Berbasis Masyarakat (MTBSM) serta dalam
menjalankan perannya tenaga kesehatan melakukan berbagai strategi baik secara teknis maupuan
inisiatif seperti pemantauan kesehatan balita, penyuluhan dan pemeberian pengobatan tradisional, dan
kerjasama lintas sector, sebagai upaya menurunkan angka kejadian ISPA pada balita di wilayah binaan
Puskesmas Getasan. Berdasaarkan hasil penelitian juga diketahui bahwa angka kejadian ISPA pada
balita di daerah Getasan sudah mengalami penurunan.
Kata kunci: ISPA, balita, strategi tenaga kesehatan

ABSTRACT
Acute respiratory infection (ARI) is an acute inflammation in the respiratory tract caused by infectious
agents such as virus, fungus, and bacterium. According to Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2013,
province of Central Java is one of the provinces with the highest rate of ARI case number where the
ARI prevalence generally is about 26,6% and for toddlers is about 31,5%. The purpose of this research
was to describe the strategy of health workers in decreasing the ARI case number on toddlers in the
assisted area of Puskesmas Getasan. This research was using descriptive qualitative method with the
data collection technique was through deep interview. The data analysis technique was done through
Miles and Huberman, which were data reduction, data display and conclusion. This research was done
in September-October 2017 in Puskesmas Getasan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa
Tengah. The result of this study concluded that ARI case number to toddlers in the assisted area of
Puskesmas Getasan was high. The treatment to ARI toddlers was using Manajemen Terpadu Balita

142
Jurnal Kesehatan Kusuma Husada - Juli 2018

Sakit and Manajemen Terpadu Balita Sakit Berbasis Masyarakat. Also when doing their responsibility,
the health workers did many strategies either technically or initiatively such as monitoring the toddlers’
health, counseling and giving traditional medicine, and cooperating across sectors as the effort to
reduce the number of ARI case number on toddlers in the assisted area of Puskesmas Getasan. Based on
the study result, the ARI case number on toddlers in the area of Getasan was getting decreased.
Keywords: ARI, toddler, strategy of health worker.

1. PENDAHULUAN kelompok umur balita diperkirakan 0,29 episode


Kesehatan merupakan hal yang penting setiap tahun di negara berkembang dan 0,05 episode
bagi setiap orang, tidak terkecuali untuk anak. setiap tahun di negara maju. Ini menunjukkan
Pertumbuhan dan perkembangan anak yang bahwa terdapat 156 juta episode baru di dunia
baik akan memberikan pengaruh baik juga pertahunnya dimana 151 juta episode/ 96,7%
terhadap kesehatan anak, upaya pemeliharaan terjadi di negara berkembang. Kasus terbanyak
kesehatan anak ditujukan untuk mempersiapkan terjadi di India sebesar 43 juta, China 21 juta
generasi yang akan datang yang sehat, cerdas, dan Pakistan 10 juta dan Bangladesh, Indonesia,
dan berkualitas serta untuk menurunkan angka Nigeria masing-masing sebesar 6 juta episode
kematian anak. Hal ini harus dilakukan sejak janin (Kementerian Kesehatan Ri 616.24, 2011).
masih dalam kandungan, dilahirkan, dan sampai Sumber yang sama juga memperlihatkan bahwa
berusia 18 (delapan belas) tahun (Kesehatan & di Indonesia pada tahun 2008, ISPA merupakan
Indonesia, 2014). Sehingga yang perlu menjadi salah satu penyebab utama kunjungan pasien di
perhatian bagi orang tua adalah untuk tetap Puskesmas sebesar (40%-60%) dan rumah sakit
memantau pertumbuhan dan perkembangan (15%-30%), 7-13% diantaranya merupakan
anak. Adapun beberapa penyakit pada anak kasus berat. Di Indonesia pada tahun 2013
diantaranya masalah pernafasan, diare, demam, Prevalensi ISPA secara umum mencapai 25,0%,
gizi buruk dan lainnya, salah satu penyakit yang hasil Riset Kesehatan Dasar juga menjelaskan
menjadi perhatian dan sering di temui pada bahwa di Indonesia ISPA merupakan penyakit
anak ialah masalah gangguan pernafasan seperti dengan angka kesakitan paling banyak berada
infeksi saluran pernafasan akut (Sakit, 2009). pada kelompok umur usia balita yaitu sebesar
25,8% di tahun 2013 dan untuk Provinsi Jawa
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA)
Tengah Prevalensi ISPA secara umum mencapai
adalahradang akut pada saluran pernapasan yang
26,6% sedangkan prevalensi ISPA pada balita di
disebabkan oleh agen infeksius sepertin virus,
Provinsi Jawa Tengah diketahui sebesar 31,5%
jamur dan bakteri yang masuk ke dalam tubuh
(Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
dan menyerang saluran pernafasan mulai dari
2013) (Balitbangkes RI, 2013).
hidung (saluran pernafasan atas) hingga alveoli
(saluran pernafasan bawah) yang penyebarannya Tingginya angka kejadian ISPA juga
melalui udara.Gejalanya meliputi demam, batuk, dipengaruhi oleh berbagai faktor. Seperti
dan sering juga nyeri tenggorok, pilek, sesak yang dijelaskan dalam buku manajemen balita
napas, mengi, atau kesulitan bernapas. ISPA sakit 2008 dan pedoman pengendalian ISPA
biasanya berlangsung lebih dari 14 hari (Badan 2011 menyimpulkan bahwa terdapat 3 faktor
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013) utama penyebab ISPA diantaranya; faktor
(Pengendalian, 2012). lingkungan seperti polusi udara, asap rokok, asap
pembakaran di rumah tangga, gas buang sarana
Angka kejadian ISPA masih tergolong
transportasi dan industri, kebakaran hutan, faktor
tinggi dan merupakan penyakit yang sering
individu anak seperti umur anak, berat badan
terjadi pada balita, baik di Negara Maju maupun
lahir, status gizi, vitamin A dan status imunisasi,
Negara Berkembang masih terdapat balita yang
dan faktor jenis kelamin yaitu usia balita, status
mengalami ISPA. Sama seperti yang dijelaskan
gizi, berat lahir balita, suplementasi vitamin A,
dalam WHO tahun 2008, insiden ISPA menurut

143
Jurnal Kesehatan Kusuma Husada - Juli 2018

riwayat pemberian ASI eksklusif, pendidikan dan hasil penelitian yang sudah dilakukan, dan
perilaku (Pengendalian, 2012)(Terpadu & Sakit, berdasarkan beberapa hasil penelitian yang sudah
2008). ada tidak dapat dipungkiri, bahwa angka kejadian
Penelitian yang dilakukan oleh Rosita dan ISPA masih menjadi permasalahan kesehatan dan
Haniek di Puskesmas Nulumsari mengenai merupakan penyakit yang banyak menyerang
Faktor Penyebab Terjadinya Infeksi Saluran balita.
Pernafasan Akut (ISPA) pada balita di Puskesmas Selain peran orang tua dibutuhkan juga
Nalumsari Jepara menunjukkan bahwa kejadian peranan tenaga kesehatan dimana tenaga
ISPA pada balita dipengaruhi oleh beberapa kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan
faktor diantaranya faktor usia sebanyak 68,6%, diri dalam bidang kesehatan serta memiliki
faktor jenis kelamin sebanyak 51,4%, status pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan
gizi baik sebanyak 80,0%, gizi kurang sebanyak di bidang kesehatan. Tenaga kesehatan berperan
8,6%, terpaparnya asap rokok sebanyak 60,0% penting dalam meningkatkan derajat kesehatan
(Blimbingrejo, Desa, Haniek, & Rosita, 2015). masyarakat yang setinggi-tingginya. Berdasarkan
Sedangkan pada penelitian yang dilakukan South hal tersebut pemerintah telah mengembangkan
dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) sebagai
status gizi dan status imunisasi dengan kejadian penyedia layanan kesehatan (Kesehatan &
infeksi saluran pernapasan akut pada anak balita” Indonesia, 2014).
memperlihatkan bahwa terdapat hubungan yang Puskesmas adalah unit pelaksana teknis
signifikan antara status gizi dan status imunisasi yang bertanggung jawab menyelenggarakan
terhadap kejadian ISPA pada balita. Tidak jauh pembangunan kesehatan secara menyeluruh.
berbeda dengan penelitian South, pada penelitian Puskesmas juga bertanggung jawab dalam
Rayate tahun 2010 mengenai faktor resiko meningkatkan kesadaran masyarakat akan
ISPA di Solapur menunjukkan bahwa terdapat pentingnya hidup sehat, meningkatkan pelayanan
hubungan yang signifikan antara status imunisasi kesehatan yang berkualitas, merata dan terjangkau
dengan kejadian ISPA pada balita, dikarenakan serta dapat meningkatkan kesehatan individu,
balita yang mendapatkan imunisasi dasar secara keluarga dan masyarakat serta lingkungan
lengkap memberikan kekebalan dan melindungi dalam pembangunan kesehatan. Sebagaiupaya
balita dari serangan penyakit (Suoth et al., 2016) mewujudkan pembangunan kesehatan secara
(Solapur, 2010). menyeluruh, tenaga kesehatan memiliki
Berbeda dengan penelitian South dan peranan penting yang dapat menjalankan fungsi
Rayate, hasil penelitian lainnya memperlihatkan puskesmas dengan baik (RI, 2015)(Rahmayanti
adanya hubungan antara tingkat pengetahuan & Ariguntar, 2017). Menurut penelitian yang
dengan kemampuan ibu dalam merawat balita dilakukan oleh Martina, tentang Peran tenaga
ISPA, dikarenakan usia balita yang masih muda medis dalam pelayanan kesehatan masyarakat di
serta kemampuan imun yang masih lemah Puskesmas pembantu Linggang Amer diketahui
terhadap paparan virus dan bakteri, membuat bahwa peran tenaga medis Puskesmas Pembantu
balita dengan mudah terserang ISPA, sehingga dalam pemeriksaan dan pengobatan pasien di
dibutuhkan pengetahuan yang merupakan faktor Puskesmas Pembantu Linggang Amer sudah
penting dalam membentuk tindakan pencegahan cukup baik dan sudah berdasarkan standar
dalam merawat balita ISPA (Manado & Babakal, operasional prosedur (SOP) yang berlaku
2013). di Puskesmas dengan mengutamakan alur
Balita merupakan usia dimana anak belum pelayanan yang memberikan kemudahan dan
mampu untuk mempertahankan diri terhadap kepastian tahapan pelayanan kepada masyarakat.
serangan penyakit. Sehingga dibutuhkan peranan Akan tetapi pemeriksaan dan pengobatan pasien
orang tua dalam membentuk tindakan pencegahan di Puskesmas Pembantu Linggang Amer masih
ISPA pada balita. Hal ini terbukti dari beberapa kurang optimal dikarenakan jumlah petugas

144
Jurnal Kesehatan Kusuma Husada - Juli 2018

yang hanya berjumlah dua orang dan kurang Studi pendahuluan yang dilakukan di
lengkapnya peralatan serta kurang lengkapnya Puskesmas Getasan, diketahui bahwa Puskesmas
ketersediaan obat (Miles & Huberman, 2016). sudah melakukan upaya yang cukup besar dalam
Sama halnya dengan penelitian yang di menurunkan angka kesakitan pada balita dengan
lakuakan oleh Benyamin mengenai Pelayanan menjalankan beberapa program. Puskesmas
Kesehatan Masyarakat di Puskesmas Semaja sebagai pusat layanan primer di masyarakat telah
Kecamatan Samarinda Utara, memperlihatkan teridentifikasi melakukan usaha usaha untuk
bahwa beberapa pelayanan sudah berjalan menurunkan angka kesakitan ISPA pada balita,
sebagaimana mestinya tetapi masih terdapat akan tetapi pada kenyataannya angka kejadian
beberapa kendala yang di hadapi, yaitu masih ISPA pada balita masih tergolong tinggidi wilayah
kurangnya keramahan dari beberapa petugas Puskesmas Getasan. Penelitian ini bertujuan
pelayanan kesehatan, serta kedisiplinan dalam untuk mendeskripsikan strategi tenaga kesehatan
memberikan pelayanan, jumlah pegawai dalam menurunkan angka kejadian ISPA pada
kesehatan yang kurang jika dibandingkan anak balita di wilayahbinaan Puskesmas Getasan.
dengan banyaknya pasien yang selalu bertambah PELAKSANAAN
sehingga pelayanan yang diberikan tidak
a. Lokasi dan Waktu Penelitian
maksimal (Benyamin, 2013).
Penelitian dilakukan di Puskesmas Getasan,
Hasil penelitian penelitian terdahulu Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang,
memperlihatkan bahwa Puskesmas dan tenaga Jawa Tengah. Penelitian dilakukan selama 2
kesehatan pada dasarnya sudah menjalakan peran bulan pada September-oktober 2017.
dan fungsinya secara baik.Tetapi belum dapat
b. Populasi dan sampel penelitian
dikatakan maksimal dikarenakan masih terdapat
Kriteria partisipan adalah tenaga kesehatan
kendala baik dari tenaga kesehatan maupun
(bidan dan kordinator anak) yang masih aktif
ketersedian peralatan dan obat-obatan.
dan terlibat dalam pelayanan kesehatan anak
Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dengan pengalaman kerja minimum 1 tahun
dilakukan di Puskesmas Getasan pada Februari di Puskesmas Getasan.
2017, dan dari hasil wawancara dengan bidan
koordinator anak, diketahui bahwa ISPA 3. METODE PENELITIAN
merupakan penyebab kesakitan paling banyak
Penelitian ini menggunakan metode
pada balita di wilayah Puskesmas Getasan. Data
penelitian kualitatif deskriptif. Pengumpulan
Kohort Puskesmas Getasan juga memperlihatkan
data menggunakan teknik wawancara mendalam
bahwa pada tahun 2015 terdapat 634 kasus
(in depth interview). Setelah data wawancara
balita yang mengalami ISPA, diikuti oleh
dikumpulkan, peneliti akan menyusun secara
pneumoni dan diare. Kemudian pada tahun 2016
sistematis berdasarkan data hasil wawancara.
kejadian ISPA mengalami sedikit penurunan
dari 634 kasus turun menjadi 610 kasus balita Teknik analisa data dilakukan dengan model
yang mengalami ISPA. Dari hasil wawancara Miles and Huberman dengan tiga komponen
juga diketahui bahwa di Puskesmas Getasan yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan
sudah menjalankan beberapa program sebagai kesimpulan (Sugiyono,2012).
upaya menurunkan angka kesakitan pada balita HASIL DAN PEMBAHASAN
diantaranya; kegiatan Posyandu dilakukan secara
A. Udara dingin serta kebiasaan merokok
rutin untuk memantau status kesehatan bayi dan
sembarangan teridentifikasi sebagai pe-
balita, kemudian sudah dilakukan Manajemen
nyebab tingginya kejadian ISPA
Terpadu Balita Sakit (MTBS) yang dilakukan
setiap bulannya di puskesmas serta dilakukan Ditemukan beberapa ungkapan tentang
kegiatan pendidikan kesehatan atau penyuluhan tema yang disampaikan oleh partisipan, sebagai
kesehatan untuk mengatasi masalah kesehatan berikut:
pada bayi dan balita.

145
Jurnal Kesehatan Kusuma Husada - Juli 2018

“ooh kalo keadaan penyakitnya balita kita masuk ISPA pada anak balita sehingga menjadikan
di spuluh besar ya tapi yang paling banyak itu balita sebagai perokok pasif (Tazinya et al.,
2018). Penelitian ini sejalan dengan penelitian
ISPA, dimana ISPAnya kami kelompokan menjadi
yang dilakukan oleh Neni Kusuma pada tahun
non-pneumonia, pneumonia dan pneumonia
2015 & Anthony tahun 2017, ditemukan bahwa
berat” (q1p2a1).
balita yang memiliki orang tua perokok dan
“hhhmmm ISPA, umumnya itu penyakit yang terpapar asap rokok lebih mudah terkena ISPA
banyak pada balita yaa itu ISPA” (q1p3a2). dikarenakan gas berbahaya yang terkandung
“bapak merokok sembarangan karena disini didalam rokok merangsang pembentukan lendir,
udaranya dingin ya nda usah dibukalah pintunya debu dan bakteri yang bertumpuk dan tidak
terus cerobong asap juga tidak difungsikan” dapat dikeluarkan (Kusuma, Sri, & Sukini, 2015)
(q1p5a3) (Anthony Widyanata Lebuan1, 2017).
Selain adanya faktor cuaca dan kebiasaan
“Ya kondisi udara memang dingin juga disini
merokok. Dari hasil penelitian diketahui
banyak anak-anak muda yang sudah merokok
penyebab lain yang mendukung kejadian ISPA
“(Q4p1a1)
di daerah Getasan adalah pola hidup bersih yang
Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara masih kurang dan pengggunaan kayu bakar
pada bidan desa yang dilakukan didaerah Getasan untuk memasak. Erlinda dalam penelitiannya
diketahui bahwa yang menjadi faktor utama menjelaskan bahwa bahan bakar yang digunakan
terjadinya ISPA adalah keadaan geografis dari untuk memasak seperti minyak dan kayu bakar
daerah tersebut yang berada pada daerah dataran dapat menghasilkan polusi dalam bentuk debu
tinggi dan memiliki suhu udara yang dingin dan yang menyebabkan zat pencemar kimia seperti
tingkat kelembapan yang tinggi sehingga bisa karbonoksida, oksida sulfur, oksida oksigen,
menyebabkan ISPA pada balita. Sejalan dengan hidrokarbon, yang menyebabkan gangguan pada
penelitian yang dilakukan oleh Yingsi dkk saluran pernapasan selain itu juga terjadinya
menunjukan balita beresiko tinggi tertular ISPA ISPA disebabkan karena kurang penggunaan
selama musim dingin dimana pada saat tersebut ventilasi udara dan cerobong asap, asupan gizi
udara menjadi lebih dingin dan meningkat angka yang kurang, kedekatan antara tempat tidur dan
kejadian ISPA (Chen, Williams, & Kirk, 2014). dapur, serta kepadatan hunian rumah (Erlinda &
Penelitian Tiina juga menunjukkan bahwa suhu Kunci, 2015).
dingin dan kelembaban rendah dikaitkan dengan Dari hasil penelitian yang dilakukan di
peningkatan kejadian infeksi saluran pernapasan, Daerah Getasan, diketahui bahwa beberapa
keadaan suhu udara yang dingin secara klinis faktor mempengaruhi tingkat kejadian ISPA pada
apabila masuk ke tubuh akan mendinginkan Balita di Getasan. Faktor pertama yang paling
permukaan tubuh dan menyebabkan terjadinya berpengaruh adalah keadaan geografis (udara
respon patofisiologi yang berakibat meningkatnya yang dingin) dan asap rokok (kebiasaan merokok
kemungkinan untuk terjadinya infeksi saluran sembarangan). Faktor lainnya adalah asap bahan
napas (Ma, Tiina M Harju, 2009). bakar yang digunakan untuk memasak, kepadatan
Selain cuaca yang dingin, terjadinya ISPA hunian, cerobong asap dan ventilasi yang tidak
kepada balita juga disebabkan karena asap digunakan, jarak dapur yang dekat dengan kamar
rokok, dimana menurut beberapa narasumber tidur serta pola makan yang tidak teratur.
yang mengatakan bahwa banyak bapak-bapak
yang merokok disembarangan tempat, dan juga B. Minimnya program khusus ISPA dan
banyak anak muda yang sudah merokok, dimana penggunaan MTBS sebagai pedoman
asap rokok yang dihirup oleh balita, berpotensi penanganan ISPA.
menimbulkan ISPA. Ditemukan beberapa ungkapan tentang
Dalam penelitian Alexis juga disebutkan tema yang disampaikan oleh partisipan, sebagai
bahwa asap rokok merupakan faktor penyabab berikut:

146
Jurnal Kesehatan Kusuma Husada - Juli 2018

“ada to MTBS, tabel klasifikasi batuk & Lucia dalam penelitiannya diketahui bahwa
penanganan ISPA. MTBS kan mengdeteksi sedini Puskesmas di Lumajang dalam memberikan
mungkinya mengetahui arah kemana perjalanan penanganan ISPA pada balita menggunakan
penyakit ini apakah ke ISPA atau kemana gitu MTBS, selain penerapan MTBS sebagai
arahnya”(q2p5a2a3) pedoman dalam melakukan penanganan ISPA,
MTBS juga bermanfaat untuk pengambangan
“kalo program khususnya gak ada, terus
upaya pengobatan, pencegahan penyakit dan
pemeriksaanya kita melalui MTBS gitu
promosi kesehatan (Puskesmas et al., 2013).
to”(q2p6a3)
Penelitian lain yang dilakukan oleh A’laa Nurul
“MTBSM itu untuk yang di masyarakat jadi & Wahyono, 2011 juga menyatakan bahwa ada
pengkaderisasi kader kita latih untuk mengatahui hubungan antara tatalaksana MTBS dan sarana
bahwa kader pun bisa mengskrining masuknya pendukung MTBS dengan kejadian Infeksi
resiko” (Q2p8a3) saluran pernapasan, selain itu pendekatan
Program Pengendalian Penyakit ISPA dengan MTBS diharapkan dapat meningkatkan
(P2ISPA) sudah diterapakan pada pertengahan kesehatan pada Balita (Mahmudah, Cahyati, &
2007 oleh Kementrian Kesehatan, dimana Wahyuningsih, 2013).
P2ISPA mengembangkan survelains sentinel Dalam mendukung kegiatan MTBS. Kader-
pneumonia di 10 provinsi dengan masing – kader kesehatan juga memiliki peran, peran
masing 1 Kabupaten/kota dengan 10 Puskesmas kader dalam hal ini adalah untuk pendeteksian
dan pada tahun 2010 berkembang menjadi 20 suatu penyakit menggunakan MTBSM dan
provinsi dan sampai pada 2014 menjadi 132 lokasi dapat memberikan penyuluhan bagi masyarakat
sentinel, dengan berdasarkan Surat Keputusan disekitarnya terkait penanganan ISPA itu sendiri.
Menteri Kesehatan Nomer 1116/MENKES/SK/ Penelitian yang dilakukan oleh Dewi, kader
VIII/2003 tentang pedoman penyelenggaraan diharapkan dapat mempengaruhi masyarakat
sistem surveilens epidemologi kesehatan yang dengan memberikan pengatahuan dan informasi
bertujuan untuk mengetahui gambaran kejadian pencegahan penyakit, selain itu kader di
pneumonia dalam distribusi epidemologi menurut posyandu juga diharapkan dapat meningkatkan
waktu, tempat,dan orang diwilayah sentinel pengetahuan ibu akan arti pentingnya kesehatan
serta sebagai terpantaunya sistem pelaksanaan anak balita dalam pertumbuhannya. Sehingga
program P2ISPA (Pengendalian, 2012). pandangan masyarakat terhadap pentingnya
Sri Isroyati melakukan penelitian pada kesehatan menjadi meningkat (Dewi, 2017).
37 Puskesmas di daerah Semarang, penelitian Berdasarkan penjelasan diatas maka, dapat
tersebut mendapatkan hasil bahwa hanya 8 diketahui bahwa di Puskesmas Getasan minim
Puskesmas yang sudah menjalankan program akan Program Khusus penanganan ISPA, untuk
P2ISPA. Penelitian yang sama, menyimpulkan penangan ISPA sendiri menggunakan MTBS
bahwa 29 puskesmas tidak dapat memenuhi sebagai pedoman penanganan ISPA, serta adanya
cakupan tersebut dikarenakan perencanaan kerja sama antara kader dan tenaga kesehatan,
yang kurang baik, penganggaran yang kurang dimana kader diajarkan untuk menggunakan
baik, pengorganisasian dan penanggungjawab MTBSM dalam menangani pasien ISPA selain
program yang kurang baik (M. K. Indonesia & itu juga diajarkan untuk memberikan penyuluhan
Balita, 2015). yang meningkatkan pengetahuan dan kesadaran
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di masyarakat akan pentingnya kesehatan.
Puskesmas Getasan, teridentifikasi tidak terdapat C. Terdapat beberapa strategi baik secara
program khusus dalam penangan ISPA seperti teknis maupuan strategi inisiatif yang di-
program P2ISPA, namun dalam penanganannya lakukan oleh tenaga kesehatan dan kader
tenaga kesehatan menggunakan Manajemen
Ditemukan beberapa ungkapan tentang
Terpadu Balita Sakit (MTBS). Sama halnya
tema yang disampaikan oleh partisipan, sebagai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Diah
berikut:

147
Jurnal Kesehatan Kusuma Husada- Juli 2018

“Kami melsakukan pemantauan akan kondisi bakar serta menerapkan pola hidup sehat ( WHO,
kesehatannya terus pendampingan kepada kader Epidemi, & Pandemi, 2008).
kesehatan di dusunnya masing-masing untuk Model Family Centered Nursing juga
pemantauan kesehatannya” (Q2p3a1) merupakan salah satu strategi yang efektif dalam
“strateginya ya itu mba dengan melakukan mencegah ISPA pada Balita Erlinda. Model ini
penyuluhan untuk bagian promotifnya, ya menggunakan pendekatan proses keperawatan
misal kita lihat status gizinya, terutama dalam berupa pendidikan kesehatan, coaching dan
meningkatkan kesadaran dari para perokok untuk peereducation. Dikatakan efektif karena
mengurangi merokoknya itukan susah”(q3p3a2) pendekatan ini mampu membantu keluarga untuk
mengenal masalah ISPA, mengambil keputusan
“nah untuk pengobatannya seumpama cuma tindakan, pedoman perawatan bagi pendamping
batuk biasa, akan dilakukan pemberian dalam merawat anggota keluarga yang sakit serta
pengobatan tradisional jeruk nipis dan kecap panduan memodifikasi lingkungan yang ada agar
yang jelas minum banyakkan untuk mengurangi bebas dari ISPA (Erlinda & Kunci, 2015).
gejala simtomatika”(Q3p3a1)
Di wilayah Puskesmas Getasan sendiri, ikut
“Selain melakukan penyuluhan kita juga ada mendukung pernyataan (WHO, 2008) terkait
kader-kader yang nantinya memantau kesehatan trategi pencegahan dimana tenaga kesehatan
mereka dan apabila ada balita yang sakitnya lebih dan kader melakukan pemantauan kesehatan
parah itu akan dirujuk ke pelayanan kesehatan dan penyuluhan pada masyarakat setempat serta
misalkan didesa merujuk ke puskesmas nanti kerja sama antar sektor. Pemantauan kesehatan
kalo di puskesmas ISPA menjadi pneumoni berat dilakukan dengan menempatkan kader – kader
jadinyakan ke rumah sakit. (q3p3a2) kesehatan di setiap dusun di wilayah Getasan,
“kerjasama lintas program lintas sector,kita suda kemudian melakukan pengawasan terhadap
masuk ke semua lapisan masyarakat sudah sangat kondisi kesehatan balita dan pemantauan
terstruktur kerjasama mulai dari kader kadernya terhadap suatu gejala penyakit, pemantauan
dan pkk dasa wisma serta RT”(Q5p2a1) berat badan balita serta status gizi di dusun
maupun pada saat Posyandu dilakukan. Saat hasil
Upaya penurunan angka kejadian Ispa pada pemantauan kesehatan menunjukan adanya balita
balita secara umum, dilakukan dengan beberapa dengan ISPA ringan, maka strategi penanganan
strategi (WHO, 2008) diantaranya adalah: (a) tahap awal yang dilakukan berupa pemberian
pengawasan administrasi berupa adanya pedoman tradisional medikasi seperti, air madu, jeruk nipis,
tindakan pencegahan, sumberdaya manusia yang dan air jahe, sebagai penanganan tahap awal. Hal
memadai, serta tindakan pemberian penyuluhan ini sejalan dengan penelelitian yang dilakukan
pada pasien dan pengunjung, (b) pengendalian oleh Apri yang membahas mengenai tradisional
sumber penyebab, ini ditunjukan melalui upaya medikasi sebagai pengobatan awal yang efektif
meningkatkan kebersihan pernapasan dan etika mengurangi ISPA (Ramadhani et al., 2014).
batuk (menutup mulut dan hidung saat batuk,
Selain usaha pengobatan yang sudah
setelah bersin segera membersihkan tangan)
dilakukan, kader dapat merujuk balita yang
oleh petugas kesehatan, pasien, maupun pihak
sakit atau beresiko ke bidan desa setempat
keluarga atau yang mendampingi, serta (c) upaya
atapun kejenjang kesehatan yang lebih tingggi
pengendalian lingkungan (jarak aman dengan
untuk pemeriksaan lebih lanjut. Seperti yang
pasien, memastikan pertukaran udara melalui
dijelaskan dalam pedoman penyelenggaraan
ventilasi tidak terhambat dan rutin dibersihkan).
MTBSM bahwa kader sebagai tenaga pelaksana
Strategi lainnya dapat dilakukan dengan cara
difokuskan pada kegiatan promotif dan preventif
menghidari kontak langsung dengan penderita
serta mengusahakan pencarian pertolongan
ISPA (mengingat penularan dapat terjadi melalui
kesehatan dan perawatan balita di rumah (K. K.
udara), peningkatan kebersihan lingkungan, baik
R. Indonesia, 2014).
kebersihan rumah, menghidari asap rokok/bahan

148
Jurnal Kesehatan Kusuma Husada - Juli 2018

Strategi selanjutnya yang dilakukan tenaga ASI Ekslusif dapat menurunkan ISPA pada
kesehatan dan kader untuk menurunkan angka Balita, terbukti setelah di berikan ASI Eklusif
ISPA pada Balita, yaitu melakukan penyuluhan pada balita, maka tingkat ISPA pada balita pun
di setiap kegiatan Posyandu, poswindu maupun menurun (Astarani, 2015). Penyuluhan mengenai
diluar kegiatan tersebut oleh tenaga kesehatan pemberian ASI Ekslusif, sebenarnya sudah
kepada masyarakat, penyululuhan difokuskan dilakukan oleh petugas kesehatan yang berada
perihal tanda – tanda penyakit ISPA dan di Getasana, namun berdasarkan hasil penelitian,
pencegahannya. Strategi ini dilakukan karena dari 8 reponden hanya 2 orang petugas saja yang
dapat meningkatkan pengetahuan ibu tentang melakukan penyuluhan tersebut sehingga tidak
praktik pencegahan infeksi saluran pernapasan dapat dijadikan data valid dalam penelitian ini
akut pada anak. Hasil penellitian ini sejalan karena tidak terwakilkan.
dengan penelitian Gajendra yang menunjukkan Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat
bahwa ada hubungan antara nilai pengetahuan ibu ditarik kesimpulan bahwa dalam menurunkan
dengan variabel sosial demografi dan pendidikan tingkat ISPA pada Balita, dapat dilakukan
kesehatan berbasis masyarakat (Singh, 2015). dengan beberapa strategi yang sudah dilakukan
Strategi ketiga yang dilakukan oleh tenaga di daerah Puskesmas Getasan seperti pemantauan
kesehatan dalam menurunkan tingkat ISPA pada kesehatan, penyuluhan yang diberikan oleh kader
Balita di Daerah Getasan adalah kerjasama dan tenaga kesehatan kepada masyarakat, dan
lintas sektor, adanya kerja sama dengan bagian adanya kerja sama yang dilakukan antar lintas
gizi agar terpenuhinya pemberian gizi dan sektor maupun lintas program, serta kerja sama
nutrisi untuk meningkatkan sistem imun. Selain antar kader, tenaga kesehatan, pamong desa, pkk,
adanya kerjasama dengan bagian gizi, kerjasama serta masyarakat yang ada di wilayah Puskesmas
dilakukan dengan tenaga kesehatan lingkungan, Getasan. Dengan adanya strategi strategi
terkait bentuk pemberian penyuluhan mengenai yang dilakukan maka diketahui bahwa terjadi
kesehatan lingkungan, pengaruh gizi, dan adanya penurunanangka kejadian ISPA pada Balita di
pendidikan kesehatan mengenai apa itu sanitasi, wilayah Getasan.
kesling tempat tinggal ibu dan anak. Penelitian
KESIMPULAN
lain juga mengatakan bahwa pengetahuan ibu
yang cukup terhadap status gizi, imunisasi Faktor geografis dan kebiasaan merokok
bahkan kebersihan lingkungan juga berpotensi sembarangan merupakan faktor penyebab yang
untuk menurunkan tingkat ISPA pada Balita sangat berpengaruh terhadap tingginya angka
(Aries Wahyuningsih, 2015) . kejadian ISPA pada balita di wilayah binaan
Puskesmas Getasan. Serangkaian strategi telah
Dengan adanya tiga strategi yang sudah
dilakukan oleh tenaga kesehatan dan kader dalam
dilakukan oleh tenaga kesehatan dan kader di
menurunkan angka kejadian ISPA pada balita di
daerah Puskesmas Getasan, salah satu bentuk
wilayah binaan Puskesmas Getasan antara lain;
dalam menurunkan ISPA menurut penulis,
pemantauan kesehatan balita oleh balita baik di
sangat penting yaitu dengan adanya penyuluhan
Puskesmas, posyandu maupun disetiap dusun,
mengenai pemberian ASI Ekslusif, karena ASI
pemberian penyuluhan yang dilakukan tenaga
ekfektif mengurangi angka ISPA pada Balita.
kesehatan dan kader, pengobatan tradisional
Pernyataan ini sejalan dengan penelitian yang
oleh tenaga kesehatan, kader dan ibu, serta
dilakukan oleh Roso terkait pencegahaan ISPA
melakukan kerjasama antar sektor dan program.
dengan pemberian ASI Ekslusif, pemberian
Dari serangkain strategi yang diberikan, adanya
Nutrisi yang baik, penghindaran asap rokok, asap
penurunan angka kejadian balita ISPA di wilayah
dapur, perbaikan lingkungan dan hidup sehat
Puskesmas Getasan.
(Roso & Aisah, n.d.).
Tidak jauh berbeda dengan penelitian SARAN
diatas, pada penelitian yang dilakukan oleh Disarankan bagi peneliti selanjutnya untuk
Astrani & Misradi, diketahui bahwa pemberian mengkaji lebih dalam tentang kerja sama lintas

149
Jurnal Kesehatan Kusuma Husada - Juli 2018

secktor dan program pendukung seperti peranan Chen, Y., Williams, E., & Kirk, M. (2014). Risk
tenaga ahli gizi dan kesehatan lingkungan serta Factors for Acute Respiratory Infection in
peranan peranan pemerintah desa (RT,kades, the Australian Community, 9(7), 1–7. https://
kadus, PKK dan lainnya) terhadap upaya doi.org/10.1371/journal.pone.0101440
menurunkan angka kejadia ISPA pada balita. Dan, W., Epidemi, T., & Pandemi, D. A. N.
(2008). World Health Organization 2008
6. REFERENSI Infeksi saluran pernapasan akut ( ISPA
Anthony Widyanata Lebuan1, A. S. (2017). ) yang cenderung epidemi dan Pandemi
Faktor Yang Berhubungan Dengan Infeksi Pencegahan dan Pengendalian ISPA di
Saluran Pernapasan Akut Pada Siswa Taman Fasilitas Pelayanan Kesehatan Strategi
Kanak-Kanak Di Kelurahan Dangin Puri Kunci, 5–6.
Kecamatan Denpasar Timur Tahun 2014,
Dewi, D. S. (2017). Peran Komunikator Kader
6(6), 1–8.
Posyandu Dalam Meningkatan Status
Aries Wahyuningsih, E. N. P. (2015). Gizi Balita Di Posyandu Nurikelurahan
PENGETAHUAN IBU TENTANG Makroman Kecamatan Sambutan Kota
PENCEGAHAN ISPA MENURUNKAN Samarinda. ejournal.ilkom.fisip-unmul .ac.
KEJADIAN ISPA PADA BALITA. Jurnal id, 5(1), 272–282.
STIKES RSBK, 8(2), 1–9.
Erlinda, V., & Kunci, K. (2015). Penerapan
Astarani, K. (2015). Pemberian ASI Ekslusif Model Family-Centered Nursing Terhadap
Menurunkan Angka Kejadian ISPA pada Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga
Balita ISSN 2085-0921. Jurnal STIKES RS. Dalam Pencegahan ISPA Pada Balita Di
Baptis Kediri, 8(2). Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Tiga
Badan Penelitian dan Pengembangan Kabupaten Aceh Besar Application Of
Kesehatan. (2013). Riset Kesehatan Dasar Family-Centered Nursing Model On The
(RISKESDAS) 2013. Laporan Nasional Execution Of Family He. Jurnal Kedokteran
2013, 1–384. https://doi.org/1 Desember YARSI 23 (2) : 165-186 (2015), 23(November
2013 2014), 165–186.
Balitbangkes RI. (2013). Riskesdas Dalam Angka Indonesia, K. K. R. (2014). Pedoman
Provinsi Jawa Tengah 2013 (Vol. 7). Penyelenggaraan Manajemen Trpadau
Benyamin, D. (2013). Pelayanan kesehatan Balita Sakit Berbasis Masyarakat (MTBS-M)
masyarakat di puskesmas sempaja (Katalog Da). Jakarta.
kecamatan samarinda utara. Pelayanan Indonesia, M. K., & Balita, C. P. (2015).
kesehatan masyarakat di puskesmas Hubungan Fungsi Manajemen Program P2
sempaja kecamatan samarinda utara (Studi ISPA dengan Ketercapaian Target Angka
Implementasi Peraturan Menteri Kesehatan Cakupan Pneumonia Balita di Puskesmas
RI Nomor 741/ Menkes/ Per/VII/2008 Kota Semarang Relationship between
Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Management Functions of P2 ISPA Program
Kesehatan di Kabupaten/Kota), 1(2), 440– and Target Achievement of Coverage
452. Rate of Pneumonia on Children un. Jurnal
Blimbingrejo, D., Desa, D. A. N., Haniek, U., Manajemen Kesehatan Indonesia, 3(3),
& Rosita, D. (2015). Faktor penyebab 179–185.
terjadinya infeksi saluran pernafasan akut Kementerian Kesehatan Ri 616.24. (2011).
(ISPA) pada balita di Puskemas Nalumsari Pedoman Pengendalian Infeksi saluran
( studi kasus di desa tunggul pandean,desa pernafasan akut. Jakarta: Kementerian
blimbingrejo dan desa pringtulis). Jurnal Kesehatan RI. 2011.
Kesehatan dan Budaya ISSN : 1907-1396, Kesehatan, K., & Indonesia, R. (2014). PROFIL
8(2), 48–56. KESEHATAN INDONESIA. (M. S. dkk

150
Jurnal Kesehatan Kusuma Husada - Juli 2018

Yudianto, SKM, Ed.). Jakarta: Website: Puskesmas Cisoka Kabupaten Tangerang,


http://www.kemkes.go.id. 6(36), 61–65. https://doi.org/10.18196/
Kusuma, N., Sri, W., & Sukini, T. (2015). jmmr.6128.Karakteristik
Hubungan Antara Paparan Asap Rokok Ramadhani, A. N., Novayelinda, R., Woferst,
Dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan R., Studi, P., Keperawatan, I., & Riau, U.
Akut ( Ispa ) Pada Balita Di Desa Pucung (2014). Efektifitas pemberian minuman jahe
Rejo Kabupaten, 4(8), 18–26. madu terhadap keparahan batuk pada anak
Ma, Tiina M Harju, Terttu H Peitso, Ari Bloigu, dengan ispa, 1(2), 1–7.
Aini Silvennoinen-kassinen, Sylvi Leinonen, RI, K. K. (2015). profil-kesehatan-
Maija Hassi, J. (2009). Cold temperature and Indonesia-2015.pdf. Jakarta: Kementerian
low humidity are associated with increased Kese-hatan Republik Indonesia Jalan HR.
occurrence of respiratory tract. Respiratory Rasuna Said Blok X-5 Kav 4-9, Jakarta
Medicine, 103(3), 456–462. https://doi. 12950.
org/10.1016/ j.rmed.2008.09.011 Roso, C., & Aisah, S. (n.d.). Peran Keluarga
Mahmudah, U., Cahyati, W. H., & Wahyuningsih, Prasejahtera Dengan Upaya Pencegahan
A. S. (2013). Pelayanan Puskesmas Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
Berbasis Manajemen Terpadu Balita Sakit Pada Balita Di Desa Depok Kecamatan
dengan Kejadian Pneumonia Balita. Jurnal Kandeman Kabupaten Batang, 8, 149–160.
Kesehatan Masyarakat, 8(2), 113–120. Sakit, D. I. R. (2009). Katalog Dalam Terbitan
https://doi.org/ISSN 1858-1196 World Health Organization. Country Office
Manado, K., & Babakal, A. (2013). Hubungan for Indonesia Pedoman pelayanan kesehatan
tingkat pendidikan danpengetahuan ibu anak di rumah sakit rujukan tingkat
tentang ISPA dengan kemampuan ibu pertama di kabupaten/ WHO ; alihbahasa,
merawat balita dengan ISPA pada balita Tim Adaptasi Indonesia. – Jakarta : WHO
diPuskesmas Bahu Kota Manado. ejournal Indonesia, 2008.
keperawatan (e-Kp), 1(1). Singh, G. (2015). Impact of Health Education
Miles, M. B., & Huberman, A. M. (2016). Peran on Preventive Practices of A . R . I among
tenaga medis dalam pelayanan kesehatan Mothers Living In Urban Slum – Bangalore,
masyarakat di puskesmas pembantu linggang 4(1), 27–31. https://doi.org/ 10.9790/1959-
amer kecamatan linggang bigung kabupaten 04112731
kutai barat. ejournal.an.fisip-unmul.org, Solapur, S. of risk factors of acute respiratory
4(1), 2127–2140. infection (ARI) in U. in. (2010). Study of risk
Pengendalian, P. (2012). Pedoman pengendalian factors of acute respiratory infection (ARI)
infeksi saluran pernapasan akut,-- Jakarta : in underfives in Solapur Prasad D Pore1,
Kementerian Kesehatan RI. 2011 isBn: 978- Chandrashekhar H Ghattargi2, Madhavi V
602-235-046-0. Jakarta: Katalog Dalam Rayate3. National Journal of Community
terbitan. Kementerian Kesehatan ri 616.24. Medicine ISSN: 0976-3325, 1(2),64–67.
Puskesmas, D. I., Kabupaten, D. I., Tahun, L., http://www. doaj.org/doaj? func= fulltext &
Ua, F. K. M., Epidemiologi, D., & Ua, F. aId=1155322
K. M. (2013). The Evaluation of Integrated Suoth, S., Tandipajung, T., Kiling, M., Fakultas,
Management of Childhood Ilness (IMCI) M., Universitas, K., Indonesia, S., …
Pneumonia in Public Health Center at Imunisasi, S. (2016). Hubungan status gizi
District Lumajang Diah. Jurnal Berkala dan status imunisasi dengan kejadian infeksi
Epidemiologi, 1(2 Imci), 291–301. saluran pernapasan akut pada anak balita
Rahmayanti, S. N., & Ariguntar, T. (2017). di wilayah kerja Puskesmas Ratatotok.
Karakteristik Responden dalam Penggunaan E-Jurnal Sariputra, Juni 2016 Vol. 3(2),
Jaminan Kesehatan Pada Era BPJS di 3(2), 48–55.

151
Jurnal Kesehatan Kusuma
View publication stats Husada - Juli 2018

Tazinya, A. A., Halle-ekane, G. E., Mbuagbaw, in Cameroon, 1–8. https://doi.org/10.1186/


L. T., Abanda, M., Atashili, J., & Obama, M. s12890-018-0579-7
T. (2018). Risk factors for acute respiratory Terpadu, M., & Sakit, B. (2008). Buku bagan
infections in children under five years Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
attending the Bamenda Regional Hospital No.497A-00-05-00031-00.

-oo0oo-

152

Anda mungkin juga menyukai