Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PROSEDUR PEMBERIAN MEDIKASI SUPPOSITORIA

DISUSUN OLEH :

1. ADE ARJUN
2. ALGI ARIF
3. AHMAD FAUZAN ASRI
4. ARJUN JURTIO
5. ANDINI RATU WULANDARI
6. AULIA NURUL HUDA
7. ANGELIKA RIZKY N
8. BAIQ NURDINAH
9. BAIQ SITI PATRIYAH
10. DESI OPRA ISNAINI
11. DIMA SULISTIA WARDANI
12. ERVANA YUNITA
13. ELVINA AYU AYUMARTHA.P
14. YESSHE SUGESTY

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM

PRODI KEPERAWATAN JENJANG S1

MATARAM

2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan hidayah-
Nyalah sehingga tugas ini dapat diselesaikan tanpa suatu halangan yang amat
berarti. Tanpa pertolongannya mungkin penyusun tidak akan sanggup
menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik.
Tugas ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “penulisan
buku saku”, yang disajikan berdasarkan referensi dari berbagai sumber.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Keperawatan
Dasar yang telah membimbing dan memberikan kesempatan kepada kami
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, untuk itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran, baik dari dosen pembimbing maupun
teman-teman atau pembaca agar makalah ini dapat lebih sempurna. Semoga
makalah ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan yang luas kepada
pembaca, dan semoga dengan adanya tugas ini Allah SWT senantiasa
meridhainya dan akhirnya membawa hikmah untuk semuanya.
Sekian dan terimakasih.

Mataram, 9 MARET 2022

penyusun

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .................................................................................... I


KATA PENGANTAR ..................................................................................... Ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... Iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 1
1.3 Tujuan masalah .................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 2
2.1 Pengertian Suppositoria ....................................................................... 2
2.2 Macam-macam Rute Pemberian Suppositoria ..................................... 3
2.2.1 Supositoria Rektum.................................................................. 3
2.2.2 Suppositoria Vagina ................................................................. 5
2.2.3 Supositoria Saluran Urin ......................................................... 8
2.3 Keuntungan dan Kerugian Suppositoria .............................................. 11
BAB III PENUTUP ......................................................................................... 13
3.1 Kesimpulan ........................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Supositoria adalah suatu bentuk sediaan padat yang pemakaiannya dengan
cara memasukkan melalui lubang atau celah pada tubuh, dimana ia akan
melebur, melunak atau melarut dan memberikan efek lokal atau sistemik.

1.2 Tujuan Umum


Memberikan informasi tentang Prosedur Pemberian Medikasi Suppositoria
1.3 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui apa itu Suppositoria
2. Untuk mengetahui apa saja macam atau tipe dari Suppositoria
3. Untuk mengeahui apa keuntungan dan kerugian dari Suppositoria
1.4 Rumusan Masalah
1. Apa itu Suppositoria?
2. Berapa macam atau tipe dari Suppositoria?
3. Apa saja keuntungan dan kerugian penggunaan Suppositoria?

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Suppositoria


Supositoria adalah suatu bentuk sediaan padat yang pemakaiannya dengan
cara memasukkan melalui lubang atau celah pada tubuh, dimana ia akan
melebur, melunak atau melarut dan memberikan efek lokal atau sistemik.
Supositoria umumnya dimaksukkan melalui rektum, vagina, kadang kadang
melalui saluran urin dan jarang melalui telinga dan hidung. Bentuk dan
beratnya berbeda-beda. bentuk dan ukuranya harus sedemikian rupa sehingga
dapat dengan mudah dimasukan dalam lubang atau celah yang diinginkan
tampa menimbulkan kejanggalan dan penggelembungan begitu masuk, harus
dapat bertahan untuk suatu waktu tertentu. supositoria untuk rektum umumnya
dimasukan dengan jari tangan tetapi utuk vagina khususnya vagina insert atau
tablet vagina yang diolah dengan cara kompresi dapat dimasukan lebih jauh
kedalam saluran vagina dengan bantuan alat khusus.
Dikalangan umum biasanya supositoria rektum panjangnya kurang lebih
32mm(1,5 inci), berbentuk silinder berbentuk tajam. beberapa sipositoria
untuk rektum diantaranya ada yang berbentuk seperti peluru, torpedu, atau
jari-jari kecil, tergantung kepada bobot dan basis yang digunakan,
beratnyapun berbeda-beda.USP menetapkan beratnya 2gr, untuk orang dewasa
bila olium cacao yang digunakan sebagai basis. sedang supositoria untuk bayi
dan anak-anak, ukuran dan beratanya ½ dari ukuran berat untuk orang dewasa,
bentuknya kira-kira seperti pensil. supositorial untuk vagina yang juga disebut
pessarium biasanya berbentuk bola lonjong atau seperti kerucut, sesuai dengan
opendik resmi beratnya 5gr, apa bila basisnya olium cacao. sekali lagi
tergantung pada macam basis dan masing-masing pabrik pembuatanya, berat
supositoria untuk vagina ini berbeda-beda. supositoria untuk seluruh urin
yang juga disebut bougie bentuknya ramping seperti pensil, gunanya untuk
dimasukan kedalam sekuruh urin pria dan wanita. supositoria saluran urin pria
bergaris tengah 3-6mm dengan pang kurang lebih 140mm, walaupun ukururan
ini masih bervariasi satu dengan lainya. apa bila basisnya dari olium cacao

2
maka beratnya kurang lebih 4gr. supositoria untuk saluran urin wanita
panjang dan beratnya ½ dari ukuran untuk pria, panjang kurang lebih 70mm
dan beratnya 2gr., ini pun bila olium cacao sebagai basisnya. supositoria untuk
hidung dan untuk telinga dan disebut juga kerucut telinga, keduanya
berbentuk sama dengan supositoria saluran urin hanya ukuran panjangnya
lebih kecil, biasanya 32mm. supositoria telinga umuunya di olah dengan suatu
basis glatin yang mengandung gliserin. seperti dinyatakan sebelumnya,
supositoria untuk obat hidung dan telinga sekarang jarang digunakan

2.2 Macam-macam Rute Pemberian Supositoria


2.2.1 Supositoria Rektum
Jalur pemberian melalui rektum khususnya digunakan dalam
keadaan di mana pasien tidak bersedia atau tidak mampu diberi obat
secara oral. supositiria juga dimaksudkan untuk mendapatkan efek
lokal mengenaiefek rektum. Supositoria untuk anestetika lokal (gatal
pada anus), umumnya digunakan untuk menghilangkan pruritus ani
dari berbagai penyebab dan rasa sakit kadang-kadang berhubngan
dengan hemoroid. Banyak Supositoria Hemotoid dalam perdagangan
mengandung beberapa macam bahan obat termasuk astirengen,
pelindung anastetika, pelincir dan lain-lainya dengan maksud untuk
menghilangkan keadaan rasa tidak enak. supositoria kataritika
merupakan bahan yang bila kontak dengan mukosa kolon akan
langsung bekerja dengan menghasilkan pristalsis normal.
Prosedur pemberian suppositoria melalui rektum sebagai berikut :
a. Pengertian: cara memberikan obat dengan memasukkan obat
melalui anusanus atau rektum, yang melewati spinkter ani
aksterna.
b. Tujuan: memberikan efek lokal dan sistemik. Contoh: efek
local untuk melunakkan feces dan meransang/melancar
defekasi; efek sistemik untuk dilatasi bronkus.
c. Manfaat: tidak menimbulkan iritasi pada saluran bagian atas,
mempunyai tingkatan aliran pembuluh darah yang besar
(pembuluh darah di rectum tidak ditransportasikan melalui

3
liver), dan pada obat tertentu diabsorbsi dengan baik melalui
dinding rectum.
d. Sediaan: cair (enema), padat (supositoria). Contoh:
supositoria= aminophilin, dulcolac, kaltrofen, stesolid, dumin;
gliserin.
e. Cara: supositoria, krim, jelly, foam.
f. Indikasi: gangguan defekasi, membersihkan colon, gangguan
pernafasan.
g. Kontraindikasi: klien dengan pembedahan rectal.
h. Alat dan bahan
1) Obat sesuai yang diperlukan: suppositoria, krim, jelly,atau
foam dalam tempatnya.
2) Aplikator (untuk sediaan bukan supositoria)
3) Pelumas/vaselin/ jelly
4) Sarung tangan
5) Kain kasa
6) Kertas tisyu
7) Bak instrument
8) Bengkok
9) Pengalas
i. Persiapan :
1) Mengindentifikasikan klien dengan tepat (klien, obat,
waktu, dosis, cara)
2) Menjelaskan kepada klien tujuan tindakan yang akan
dilakukan.
3) Meminta klien untuk berkemih terlebih dahulu
4) Menjaga privasi: menutup jendela, korden, dan memasang
sampiran atau sketsel apabila diperlukan
5) Menganjurkan orang yang tidak berkepentingan untuk
keluar ruangan
6) Mengatur posisi klien berbaring, posisi sims dengan
tungkai bagian atas fleksi ke depan

4
7) Menutup dengan selimut mandi dan ekpose hanya pada
area perineal saja
j. Prosedur atau langkah-langkah
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Gunakan sarung tangan
4. Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa
(apabila obat dalam bentuk selain suppositoria, maka
masukkan obat dalam aplikator sesuai dosis).
5. Oleskan ujung pada aplikator/obat suppositoria dengan
pelican
6. Minta klien untuk menarik nafas dalam untuk
merelaksasikan sfingter ani
7. Regangkan glutea dengan tangan kiri, kemudian masukkan
aplikator/suppositoria dengan perlahan melalui anus,
spingter anal interna dan mengenai dinding rektal kurang
lebih 10 cm pada orang dewasa, 5 cm pada bayi atau anak.
8. Setelah selesai tarik jari tangan dan bersihkan daerah
sekitar anal dengan tisyu
9. Anjurkan klien untuk tetap berbaring telentang atau miring
selama kurang lebih 5 menit.
10. Jika supositoria mengandung laktosit (pelunak faeces),
maka siapkan pispot dan atau bantuan untuk ke kamar
mandi jika efek laksatifnya mulai bekerja.
11. Setelah selesai lepaskan sarung tangan
12. Cuci tangan
13. Kaji respon klien
14. Dokumentasi: catat obat, jumlah dosis, dan cara pemberian.

5
perdagangan di dapat sediaan untuk vagina yaitu: kandidisin dan
infuroksin(anti fungsin), 9-aminokridin, nitrofurazon dan sulfanilamin
(anti bakteri) dan furazolidon serta metrornidazol ( anti trikomonas) .
zat estrogonik seperti di entrol terdapat dalam kesediaan untuk vagina
untuk memperbaiki mukosa vagina kekeadaan normal.
Prosedur pemberian Suppositoria melalui vagina sebagai berikut :
k. Pengertian: cara memberikan obat dengan memasukkan obat
melalui vagina.
l. Tujuan: mendapatkan efek terapi obat (mengurangi rasa nyeri,
terbakar, ketidaknyamanan) dan mengobati saluran vagina atau
serviks (infeksi atau peradangan).
m. Sediaan: cream, jelly, foam, supositoria (contoh: nistatin
supositoria, albotil, tricostatic, suppositoria, neogiknosa
suppositoria).
n. Cara: irigasi, mengoleskan, supositoria.
o. Indikasi: klien dengan vagina yang kotor, radang, infeksi, dan
persiapan tindakan bedah jalan lahir (diberikan pada pasien
dengan hymen yang sudah tidak utuh, dan tidak kontak seksual
selama pengobatan).
p. Kontra indikasi: menstruasi, perdarahan, KPD, placenta previa,
partus preterm.
q. Alat dan Bahan :
1. Obat dalam tempatnya
2. Bak instrument
3. Sarung tangan
4. Kain kasa
5. Kapas sublimat
6. Vaselin / jelly
7. Kertas tisyu
8. Kapas sublimat dalam tempatnya
9. Bengkok
10. Pengalas

6
11. Lampu sorot/ lampu leher angsa (gcoseneck)
r. Persiapan:
1. Mengindentifikasikan klien dengan tepat (klien, obat,
waktu, dosis, cara)
2. Menjelaskan kepada klien tujuan tindakan yang akan
dilakukan
3. Meminta klien untuk berkemih terlebih dahulu
4. Menjaga privasi: menutup jendela, korden, dan memasang
sampiran atau sketsel apabila diperlukan.
5. Menganjurkan orang yang tidak berkepentingan untuk
keluar ruangan
6. Mengatur posisi klien berbaring, posisi dorsal recumbent
7. Menutup dengan selimut mandi dan ekpose hanya pada
area perineal saja
8. Prosedur atau langkah-langkah :
a) Cuci tangan
b) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
c) Gunakan sarung tangan
d) Siapkan obat yang akan digunakan: buka pembungkus
obat
e) Bersihkan sekitar alat kelamin dengan kapas sublimat
f) Inspeksi kondisi genetalia eksterna dan saluran vagina
g) Apabila jenis obat suppositoria maka berikan pelumas
pada obat
h) Regangkan labia minora dengan tangan kiri dan
masukkan obat sepanjang dinding kanal vagina
posterior sampai 7,5-10 cm.
i) Setelah obat masuk, bersihkan daerah sekitar orifisium
dan labia dengan tisu
j) Anjurkan untuk tetap dalam posisi kurang lebih 10
menit agar obat bereaksi.
k) Lepaskan sarung tangan

7
l) Cuci tangan
m) Kaji respon klien
n) Dokumentasi: catat identitas, waktu, obat,
dosisi/jumlah, dan cara pemberian
o) Catatan: Apabila obat jenis krim, isi aplikator krim atau
petunjuk penggunaan krim yang ada di kemasan,
masukkan aplikator dan lanjutkan sesuai langkah 8 s/d
11.

2.2.2 Supositoria Saluran Urin


Pada saat sekarang ini supositoria saluran urin yang resmi tidak ada,
tapi kenyataan dalam jumlah yang kecil sekarang ini digunakan
bentuk sediaan lain yang digunakan pada rektum,vagia dan saluran
urin yaitu :
a. Tablet dan kapsul, tablet vagina pemakaiannya sekarang ini lebih
luas dari pada supositoria vagina.tablet lebih mudah di produksi,
lebih stabil dan jika dipegang pada waktu penggunaan tidak kotor
di tangan .Tablet vagina sering di sebut sebagai vagina insret,
umunya berbentuk bulat telur dan pada kemasannya disertai
plastik untuk memasukan, suatu alata untuk memudahakan
menempatkan tablet dalam vagina. beberapa vagina insert adalah
kapsul glatin yang berisi obat supaya dilepaskan dilam vagina.
kapsul dapat juga digunakan melalui rektum, terutama pada
kesehatan anak, untuk memberikan obat pada anak yang tidak
bersedia atau tidak mampu menerima obatbsecara oral. supaya
memasukanya dalam rektum menyenangkan, kapsul lebih dahulu
di basahi dengan air sediikit. obat di absorbsi dari rektum, tapi
sering tidak dapat diramalkan kecepatan dan jumlahnya yang
berfariasi sepeti yang telah yang di sebutkan terdahulu. obat yang
tidak dapat melarut dengan cepat dan yang mengiritasi membran
mukosanharus dipakai secara langsung untuk kontrak dengan
membran.

8
b. Salep, krim dan busa aerosol, salep rektum dan vagina serta krim
vagina digunakan untuk menyembuhkan keadaan secaralokal
seperti pruritus ani dan untuk mengurangi rasa sakit dan tidak
enak sehubung dengan hemoroit. obat yang terkandung
umumnya sama dengan apa yang telah di bahas dalam supositoria
rektum, termasuk lokal anastetik , analgetik, protektif dan zat anti
implamasi. salep dan kirim vagina biasanya mengandung bahan
bahan anti infeksi, zat golongan hormon estrogenik dan bahan
bahan bahan kontrasepsi. anti infeksi dan obat golongan hormon
digunakan sama seperti yang dibahas terdahulu dalam supositoria
vagina.
c. Jeli dan Gel, jeli adalah golongan Gel dimana susunan matriksnya
saling melengket mengandung cairan dalam proporsi yang tinggi
biasanya air. jeli untuk sediaan farmasi umunya dibuat dengan
penambahan bahan –bahan pengental seperti tragakan atau karabon
ssssimetil selulosa pada larutan berair dari suatu bahn obat. hasil
akhir biasanya jernih dan dengan konsistensi setang padat yang
rata. di kenal tiga jeli yang resmi, jeli lidokain hidroklorida, USP,
jeli siklometikain sulfat, USP dan jeli pramoksi hidroklorida , USP
, masing-masing merukapakn anastatik lokal. jeli lidokain
hidroklorida dan siklomitikain sulfat biasanya digunakan untuk
pencegahan dan mengendalikan rasa sakit pada pelaksanaan
pemeriksaan termasuk uretrapria dan wanita dalam pengobatan
secara topikal dan rasa sakit uretritis. jeli pramoksin hidroklorida
paling banyak tedapat untuk pemakaian menghilangkan rasa sakit
pada rektum dan untuk pemakaian topikal pada gatal- gatal dan
kiritasi kulit. jel.ik mudah terkontaminasi bakteri dan
memungkinkan perubahannya, maka kebanyakan di awetkan
dengan pengawet anti mikroba. tube dari jeli harus tertutuprapat
bila tidak digunakan, karena cenderung kehilangan air ke udara dan
akan menghilang.

9
d. Sepon kontrasepsi, sepon kontrasepsi vagina( sekarangVLI Crop)
telah dapat melewati pengujian obat-obat baru FDA. untuk
keamana dan kemanfaatan dalam tahun 1983 dan di edaekan ke
pasar sebagai obat bebas. sepon konta sepsi dibuat dalam bentuk
bulat dan cembung , dirancang supaya tepat, nyaman di pakai di
dalam luar vagina. selama pembuatan kurang lebih 1gr dari
spermisida nonoksinol -9 di campur kedalam strukturnya.
spermisida dinaktifkan ketika spon di basahi dengan dan disisikan
kedalam vagina.spon dirancang untuk memberikan proteksi
srbagain kontraksepsi selama periode 24 jam. spon di rancang
untuk tetap tinggal di tempatnya paking tidak 6 jam setelah
bersenggama.
e. Serbuk, digunakan untuk membuat larutan untuk disemprotkan
pada vagina, yaitu untuk membasahi guna membersihkan vagina.
serbuk itu sendiri dapat disediakan dan dikemas dalam kemasan
besar atau sebagai kemasan kecil dalam unit.kemasan satu unit
dirancang guna mengadung sejumlah serbu yang cocok untuk
membuat voleme yang di rencanakan dalam larutan semprotan.
serbuk dari kemasan besar jumlah penggunaannya memakai
takaran sendok teh atau sendok makan didalam pembuatan larutan
yang diinginkan. pemakaiannya dengan mudah menambahkan
sejumlah bubuk yang telah ditentukan dalam resep, juga
menambahkan air hangat ke dalam suatu volume tertentu dan
mengaduknya hingga larut. komposisi dari serbuk untuk
disemprotkan di antaranya adalah:
1. Asam borat atau natrium borat
2. Astringen seperti kalium alum (tawas), amonium alum, zink
sulfat.
3. Antimikroba seperti oksiquinolin sulfat, povidon-iodium
4. Kompleks amonium kuartener seperti benzetonium klorida.
5. Detergen seperti natrium lauril sulfat.
6. Oksidator seperti natrium perborat.

10
7. Garam-garam sseperti natrium siitrat, natrium klorida.
8. Aromatika seperti mentol, timol, eukaliptol, metil salisilat,
fenol.
Serbuk untuk di semprotkan umumnya digunakan untuk
efek kebersihan. sedikit serbuk untuk disemprotkan
mengandung zat antiinfeksi untuk pengobatan yang spesifik
seperti yang disebabkan.
f. Larutan, dalam penggunaan cairan pekat, pasien siinstruksikan
untuk menambahkan sejumlah cairan pekat yang di tentukan
(biasanya stu sendok teh atau satu tutup botol) dengan sejumlah
tertentu air hangat (sering kali hampir satu liter). larutan yang di
hasilkan maka mengandung bahan kimia dalam jumlah yang tepat
dalam kekuatan yang wajar. zat yang terdapat adalah sama seperti
yang ditetapkan di atas untuk serbuk yang di semprotkan.
g. Suspensi

2.3 Keuntungan dan Kerugian Suppositoria


1. Keuntungan Suppositoria
- Menurut Auton : 412
a. Pasien yang tidak bisa menggunakan jalur oral. Mungkin kasus
ketika pasien memmpunyai masalah pada saluran gastrointestinal,
atau postoporasi (ketika pasien mungkin tidak sadar atau tidak bisa
menelan obat secara oral). Lebih jauh lagi, kategori umum pasien,
contohnya terlalu muda, terlalu tua atau gangguan mental, bisa
lebih mudah menggunakan jalur rectal daripada oral.
b. Obat yang dipertimbangkan kurang baik untuk oral. Kasus ini
mungkin berakibat pada saluran gastrointestinal, obat ini mugnkin
cukup stabil pada Ph dari saluran pencernaan, atau rentan dari
serangan enzim pada saluran pencernaan atau selama absorbsi
lintas pertama di hati. Juga untuk obat biasanya tidak disenangi
digunakan secara rectal tanpa ketidaknyamanan dari
pasien.Formulasi suppositoria dari obat tertentu yang

11
disalahgunakan, seperti untuk bunuh diri juga sudah
dipertimbangkan.
- Arief, 2006
a. Dapat menghindari terjadinya iritasi pada lambung
b. Dapat menghindari kerusakan obat oleh enzim pencernaan dan
asam lambung
c. Obat dapat masuk langsung dalam sluran darah sehingga obat
dapat berefek lebih cepat daripada penggunakan obat peroral
d. Baik bagi pasien yang mudah muntah atau tidak sadar

2. Kerugian
a. Pengisapan menimbulkan rasa tidak nyaman
b. Bahan obat terabsorbsi secara lambat menghasilkan waktu aksi
terapeutik yang lama
c. Penyimpanan dengan kelembapan yang sangat kurang dapat
kehilangan dan menjadi rapuh
d. Jumlah obat yang akan diberikan dalam bentuk suppo tergantung pada
pembawa dan bentuk kimia serta fisik obat yang diberikan
2.3.1
2.4 g

12
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Supositoria adalah suatu bentuk sediaan padat yang pemakaiannya dengan


cara memasukkan melalui lubang atau celah pada tubuh, dimana ia akan melebur,
melunak atau melarut dan memberikan efek lokal atau sistemik.

Ada beberapa macam atau jenis dari obat suppositoria, yaitu Suppositoria
rektal, vagiina dan saluran uriin. Masing-masing suppositoria tersebut memiliki
keuntungan maupun kerugian, menurut beberapa ahli diantaranya yaitu menurut
Menurut Auton : 412 dan menurut Arief, 2006: Dapat menghindari terjadinya
iritasi pada lambung, Dapat menghindari kerusakan obat oleh enzim pencernaan
dan asam lambung, Obat dapat masuk langsung dalam sluran darah sehingga obat
dapat berefek lebih cepat daripada penggunakan obat peroral, baik bagi pasien
yang mudah muntah atau tidak sadar dan lain-lain.

13
DAFTAR PUSTAKA

Arief, 2005. farmasetika. Jogjakarta: UGM press

Arief, 2006. Ilmu meracik obat. Jogjakarta: UGM press

Ansel, Leon, dkk.1994. Teori dan Praktik Farmasi dan Industri. Jakarta: UI press

14

Anda mungkin juga menyukai