BAB I
PENDAHULUAN
Energi Kabupaten Aceh Selatan memberikan izin Surat Keterangan Izin Peninjauan (SKIP)
kepada PT. Pinang Sejati Wati dengan Nomor 010515100112. Pada tanggal 10 Desember 2007
PT. Pinang Sejati Wati mendapatkan Surat Rekomendasi Kuasa Pertambangan Eksplorasi dari
Bupati Aceh Selatan dengan SK Nomor 390 Tahun 2007, memberikan Izin Kuasa Pertambangan
Eksplorasi pada PT. Pinang Sejati Wati dengan Luas Areal 3000 Ha untuk melakukan kegiatan
eksplorasi terhadap Endapan Bijih Besi pada daerah Desa Ladang Teungoh dan Pantan Bili
Kecamatan Pasie Raja Kabupaten Aceh Selatan. Selanjutnya berdasarkan Keputusan Bupati
Aceh Selatan Nomor 390 Tahun 2007 Tanggal 10 Desember 2007 Status KP Eksplorasi PT.
Maksud dan tujuan dilakukannya studi kelayakan endapan bijih besi, baik aspek teknis maupun
aspek ekonomis tentang investasi proyek didaerah Kuasa Pertambangan PT. Pinang Sejati Wati
ini adalah :
1. Mengkaji dan mengavaluasi data-data geologi ; geolistrik; serta data eksplorasi lainnya,
fasilitas mess, bengkel, stoc pile, gudang bahan peledak, dan lain-lain.
Ruang lingkup studi kelayakan yang dilakukan dalam rangka perhitungan nilai teknis dan
ekonomis endapan Bijih besi diwilayah Kuasa Pertambangan ini meliputi beberapa aspek
kajian yaitu :
2. Keadaan geologi
1.2. Luas wilayah kuasa pertambangan dan sarana penunjang di luar wilayah kuasa
pertambangan
1.2.1. Luas wilayah dalam kuasa pertambangan yang direncanakan untuk kegiatan
Ha, maka yang direncanakan untuk kegiatan penambangan dan sarana penunjangnya adalah
seluas 44,9 Ha. Untuk maksud tersebut, PT. Pinang sejati Wati telah melakukan pembebasan
lahan secara bertahap sesuai yang dibutuhkan. Sarana penunjang dan fasilitas tambang yang
- Bengkel, ( 12 x 25 )m2 = 80 m2
- Gudang, ( 5 x 6 )m2 = 20 m2
-
Rumah Pompa dan Pengelolaan air , (4x5) m2 = 20 m2
- Poliklinik, = 16m2
Kriteria umum dalam hal pemilihan lokasi untuk Tempat dimulainya Penambangan Bijih Besi
tersebut adalah : Pada daerah yang mempunyai kemiringan cukup besar ( 30 0 ). Hal ini
diperuntukan untuk mendapat bidang bebas dalam rangka memulai kegiatan peledakan pertama.
Namun masih direncanakan akan dikaji lagi apakah bisa melakukan penambangan dengan tidak
” jack hammer ”
Bangunan Jalan
Infrastruktur bangunan jalan adalah semua bangunan jalan yang sengaja dibuat untuk
lokasi ke lokasi lain dengan menggunakan peralatana angkut bermesin /bermotor. Berdasarkan
Kontruksi jalan angkut yang dibangun direncanakan akan menggunakan jenis perkerasan
jalan. Jalan angkut juga akan dilengkapi dengan lampu penerangan jalan disalah satu isinya
(sebagai opsi bilamana memang sangat diperlukan) dengan interval setiap 500 m. Untuk
pengamanan kegiatan transportasi, selain digunakan lampu penerangan jalan, pada beberapa
lokasi ruas jalan juga dilakukan pbijih besiangan rambu-rambu lalu lintas, misalnya pada lokasi
tangjakau, turunan, tikungan tajam, persimpangan, dll. Demikian juga pada ujung-ujung ruas
jalan operasi PT. Pinang Sejati Wati yang berhubungan dengan jalan angkut umum, didirikan
pos-pos penjagaan yang berfungsi untuk mengamankan arus keluar masuknya material atau bara
Kantor
Bangunan Kantor tambang merupakan bagian dari infrastruktur tambang yang digunakan
untuk kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi dari kegiatan operasi
berikut :
Tabel 1.2.1
Catatan : Perhitungan ruang selain untuk kantor lempenang, juga termasuk kantor buntok kecil
dari kantor kelanis.
Kebutuhan ruang kantor dengan adanya factor penambahan seperti koridor atau gang
sebesar 1,25, maka diperkirakan dibutuhkan luas 1.200 m 2 , konstruksi bangunan kantor ini
dibuat dari kayu dengan atap sirap atau asbes. Beberapa fasilitas yang disediakan dalam kantor
Fasilitas administrasi
Akomodasi
Akomodasi atau mess terdiri dari mess staff dan karyawan yang diperlukan untuk
karyawan yang menginap dilokasi penambangan atau untuk tamu perusahaan yang memerlukan
penginapan. Selanjutnya poliklinik, ruang rekreasi, mesjid atau bangunan lainnya yang
Rumah genset
Bangunan ini dipergunakan sebagai tempat operasi genset, bangunan ini mempunyai luas
Pondasi ini dibuat ubtuk meredam getaran yang ditimbulkan oleh mesin genset. Lantai bangunan
Penyedian air bersih di luar kepentingan untuk air minum disediakan oleh instalasi
pengolahan air yang memamfaatkan air sungai, kebutuhan air untuk pencucian kendaraan dan
bengkel alat-alat berat adalah beberapa contoh yang memamfaatkan air ini.
Sumber air berasal dari air sungai yang disalurkan kesaluran pengambilan . Dari sini air
disedot menggunakan pompa menuju kolam pengendapan. Pada saluran pengambilan dibangun
juga tempat dan pintu penguras. Setelah proses air di dalam pengendap, air masuk ke reservoir
keempat buah tangki air yang mempunyai ketinggian 6 m dari muka tanah. Dari tangki, air
pengambilan air.
Perbengkelan
Bengkel merupakan infrastruktur yang digunakan untuk alat-alat berat yang memerlukan
perbaikan dan perawatan. Letak bangunan ini diusahakan tidak terlalu jauh dari lokasi
penambangan agar alat-alat berat yang memerlukan perbaikan dapat dengan cepat diperbaiki.
Bangunan ini juga dilengkapi dengan peralatan-peralatan bengkel alat berat. Konstruksinya dari
kayu dengan atap asbes. Luas lahan yang direncanakan untuk bengkel ini adalah :
Gudang
Bangunan ini digunakan sebagai tempat menyimpan suku cadang alat-alat berat dan
peralatan tambang lainnya. Terletak pada masing-masing bangunan bengkel dengan luas 5 x 6m2
Laboratorium
Analisa yang dilakukan berupa analisa kimia sebanyak 21 contoh bantuan dan analisa
geoteknik sebanyak 2 contoh bantuan, dimana analisa tersebut dilakukan oleh PT. Sucofindo,
Jakarta untuk analisa kimianya dan pusat penelitian dan pengembangan teknologi mineral dan
Berdasarkan hasil analisis kandungan kimia terhadap kebeberapa contoh terpilih, kualitas
Total Fe : 65 % wt
Sulfur : 0.02 % wt
PT. PINANG SEJATI WATI 7
Jaminan Reklamsi
Phosphorus : 0.02 % wt
lingkungan adalah jalan tambang, jalan pengangkutan dan bak kontrol pengendapan (settling
pond).
Kolam pengendapan (settling pond) dibangun dimana sebelum air dari tambang masuk
kedalam sungai (kreung lawe) sehingga akan mencegah atau mengontrol jumlah lumpur yang
penambangan ini diperlukan mulai 15 orang pada tahap pengembangan (development stage)
sampai 50 orang pada tahap produksi penuh untuk mencapai tingkat produksi sebesar 3.500 ton.
Kelayakan Lingkungan Hidup Pembangunan Penambangan Bijih Besi PT. Pinang sejati
Jabatan : Direktur
Alamat : Jl. Tanjung VIII No. 2 Ie Masen Kayee Adang, Banda Aceh
natural rapat Tanggal 16 Juni 2007 terhadap Analisis Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL),
(RPL), maka berdasarkan SK Bupati Aceh Selatan Nomor 390 Tahun 2007 Tanggal 10
Besi di Desa Pantan Bili Kecamatan Pasie Raja Kabupaten Aceh Selatan Propinsi Nanggroe
Aceh Darusssalam.
Wilayah kuasa pertambangan Eksplorasi bahan galian bijih besi atas nama PT. Pinang
Sejati Wati ini secara administrative terletak di Kecamatan Pasie Raja Kabupaten Aceh Selatan,
Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Secara geografis wilayah ini berada pada koordinat 97 0
14’00” BT - 970 19’00” BT dan 030 11’00” LU - 030 16’00” LU ( lampiran ), dilihat pada peta
topografi lembar Tapaktuan berskala 1 : 50.000 atau helai 0519-32, 0519-33 dan 0519-34 edisi 1
terbitan BAKOSURTANAL 1982
2.1.1.Geologi
Keadaan tatanan batuan di daerah telitian terutama pada areal 500 Ha, yang terkait
langsung dengan prospeksi Iron Ore, pengamatan batuan didasarkan pada sifat fisik dan
mineralogy yang mendasar sebagai penyusun batuan. Geologi local yang akan dilaporkan
4. Endapan Alluvium
Di wilayah Kecamatan Menggamat ada empat buah sungai, yaitu Krueng Kluet yang
hulunya di Gunung Leuser, dan Krueng Sibubung, serta Lae Sempali. Krueng Sibubung dan Lae
Sempali bersatu dengan Krueng Kluet yang kemudian bermuara ke Lautan Hindia. Krueng
tersebut membentuk kelokan-kelokan sebagai akibat dari topografi daerah dan tidak
mengherankan pula bila diketemukan beberapa anak-anak sungai. Daerah aliran sungai masih
selalu berpindah sebagai pertanda besarnya erosi dan sedimentasi bahan erosi ini serta belum
Sesuai dengan keadaan letak geografi dan kondisi geologinya, di daerah sekitar proyek
penambangan bijih besi ini mengalir beberapa sungai kecil (alur), yaitu Alue Pinang, Alue Bue
pertambangan bijih besi. Potensi kuantitatif sumber daya air dari kedua sungai tersebut
berdasarkan analisa neraca air diketahui bahwa Alue Jagung mempunyai debit andalan minimum
0,073 m³.detik-1 dan maksimum 0,439 m3.detik-1. Keadaan hidrologi di daerah ini adalah sesuai
dengan siklus hidroogi yaitu air hujan sebagian mengalir di permukaan sebagai aliran permukaan
dan yang sebagian lagi meresap kedalam tanah atau batuan, kemudian tersimpan dan mengalir di
dalam tanah atau batuan. Air tersebut masuk hingga mencapai pada meja air tanah dan nantinya
Pada batuan gamping terutama yang mempunyai struktur kekar sehingga banyak
rekahan rongga-rongga. Batu gamping seperti ini dapat merupakan batuan pembawa air yang
penting. Dari data litologi yang diperoleh penelitian dan sekitarnya berdasarkan sifat fisik jenis-
Terjadinya perbedaan antara musim kemarau dan hujan dengan fluktuasi lebar sungai
antara 10 – 15 m dan tinggi muka air sungai antara 35 – 200 cm. Sedimentasi sungai kecil
bahkan tidak dijumpai adanya sedimentasi pada kedua titik pengamatan. Keadaan ini
menandakan bahwa kondisi daerah aliran sungai terutama pada daerah hulunya masih cukup baik
sehingga air hujan lebih banyak yang terinfiltrasi ke dalam tanah menjadi aliran dasar dan aliran
2 Bau - Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau
3 Rasa - Tawar Tawar Tawar Tawar Tidak Berasa
4 Warna TCU 20,1 20,1 21,0 22,0 50
5 Kesadahan (CaCO3) (mg.I-1) 36,4 36,4 37,5 37,4 500
16 Krome (Cr ) 6+
(mg.I )-1
0,0009 0,0028 0,0024 0,0024 0,05
Catatan :
± : Kep. Men. Kes No. 907/Menkes/SK/VII/2002
2.1.3. Fisiografi
Fisiografi daerah lokasi pertambangan Bijih Besi di Kecamatan Pasie Raja ini
merupakan daerah perbukitan sampai bergunung dengan pengamatan lapangan dibantu dengan
adanya Peta Geologi dan Peta Topografi Skala 1 : 50.000 dari Bakorsurtanal (1975).
2.1.4. Tanah
Dari pengamatan profil tanah di lapangan dapat ditentukan jenis tanah di lokasi
pertambangan ini adalah Podsolik Merah Kuning dengan kedalaman efektif 40 sampai 60 cm.
Bertekstur lempung berliat dan drainase baik pada umumnya. Adapun jenis tanah yang di lokasi
pertambangan bijih besi dan sekitarnya dikaji berdasarkan pengamatan lapangan dan berdasarkan
Pada lokasi Pertambangan bijih besi dan pada aliran Krueng Kluet adalah alluvial dan
endapan berupa batu koral dan krikil serta pasir. Sedangkan pada daerah yang agak jauh dari
aliran sungai ini didapatkan tanah Aluvial dan Podsolik Merah Kuning.
Penggunaan tanah di sekitar lokasi pertambangan bijih besi adalah hutan sekunder dan
semak belukar dan ada juga yang merupakan kebun tanaman keras seperti pala, kemiri dan lain-
lain. Lahan milik penduduk terutama di Panton Bili yang terkena lokasi tapak pembangunan
kantor, gudang, dan sarana lainnya dibebaskan terlebih dahulu sebelum dipergunakan untuk
perusahaan. Karena menurut kepemilikannya lahan tersebut adalah berstatus milik masyarakat.
Sedangkan daerah sekitar lokasi pertambangan bijih besi adalah merupakan lahan hutan milik
Negara yang telah diberikan izin kepada perusahaan penambangan bijih besi ini untuk
perkampungan, baik Gampong Paya teuk dan Gampong-Gampong lain sekitarnya demikian di
Panton Bili dan sekitarnya, Penggunaan lahan berupa areal pemukiman, pesawahan dan kebun
terjadinya perubahan bentang alam yang disebabkan oleh kegiatan peledakan dan penambahan
bijih besi, baik yang berada di atas permukaan tanah maupun di bawah permukaan tanah. Pada
kegiatan system peledakan, lapisan tanah penutup bijih besi digali dari tempat dan kondisi asal,
kemudian dipindah ketempat lain (penimbunan tanah penutup dan lokasi penimbunan bijih besi)
hal ini mengakibatkan terbentuknya daerah bekas penambangan yang kondisinya berbeda dengan
aslinya, dimana lokasi tersebut akan menjadi terbuka dan membentuk lubang-lubang bekas
tambang. Seluruh ekosistem dalam kehidupan semula ( flora dan fauna ) menjadi hilang akibat
ditambang. Pelaksanaan rehabilitasi ini haruslah dipandang sebagai kegiatan yang terintegrasi
dalam perencanaan dan operasi penambangan bijih besi, baik dari segi teknis maupun dari segi
ekonomis.
Kegiatan penambangan Bijih Besi yang merupakan sumber dampak terjadinya perubahan
iklim mikro adalah akibat pembersihan dan penyiapan lahan (land clearing) untuk pembuatan
basecamp dan penggalian dan pengerukan di lokasi kegiatan penambangan Bijih Besi. Di mana
pekerjaan penyiapan lahan (land clearing) ini merubah kondisi lahan yang tertutup oleh vegetasi
budidaya maupun vegetasi hutan dan semak belukar dan alang-alang. Perubahan kondisi yang
semula di bawah naungan vegetasi semak belukar menjadi terbuka mengakibatkan terjadinya
penyinaran sinar matahari langsung di permukaan tanah menyebabkan kenaikan suhu lebih
cepat. Keadaan yang demikian mengakibatkan perubahan yang relatif cepat pula pada unsur
iklim lainnya seperti kelembaban udara dan kelembaban tanah. Dari kenyataan tersebut terlihat
pekerjaan fisik (pembuatan dan pengoperasian basecamp, penyiapan lahan (land clearing)
untuk konstruksi dan kantor, base camp, dan gudang, serta tempat pemrosesan bijih besi serta
pertanaman pertambangan bijih besi. Sebgai turunan dampak ini adalah pada komponen sosial,
yaitu penurunan kenyamanan iklim mikro, dari kondisi yang sejuk menjadi panas, terutama
apabila pada areal pemukiman. Akan tetapi karena calon lokasi ini tidak langsung berdekatan
dengan perkampungan maka dampak terhadap iklim mikro ini tidak nyata karena keadaan
kelembaban tidak berbeda dengan kondisi awalnya, di mana udaranya masih tetap sejuk karena
antara lokasi kegiatan dan perkampungan masih dibatasi lagi oleh hutan gampong dan di
sekitarnya masih dalam kondisi alami berupa hutan sekunder dan semak belukar serta tambang
bijih besi masyarakat. Akan tetapi kegiatan penambangan Bijih Besi ini akan direncanakan
dengan membagi areal dalam beberapa blok berarti tidak sekaligus areal ini terbuka. Maka yang
terpengaruh terhadap perubahan iklim mikro ini adalah pada areal yang sudah terbuka saja.
Dengan dilakukan pembukaan lahan untuk semua kegiatan penambangan Bijih Besi dan fasilitas
kacangan penutup tanah (LCC) dan penanaman tanaman penghijauan maka perubahan iklim
BAB III
3.1.Tambang
3.1.1. Lokasi dan luas penyebaran cadangan, metode penambangan, umur tambang,
peralatan yang digunakan, lokasi dan luas lahan yang digunakan untuk tambang
Kegiatan Penambangan bijih besi PT. Pinang Sejati Wati terletak di Desa Pantan Bili
Adapun batas-batas Kuasa Pertambangan (KP) PT. Pinang Sejati Wati adalah:
- Sebelah Timur berbatasan dengan kebun masyarakat dan KSU. Tiega Manggis
Kondisi fisik batu besi / iron di daerah telitian berwarna abu-abu kehitaman dan coklat
kemerahan. Kilap logam, kristalin massif, kekak umum dijumpai, cerah hitam merah tua,
mineraloginya didominasi oleh magnetit dan hematite sedang limonit umumnya hanya
ditemukan pada areal pelapukan ataupun sebagian grafel dan lateritnya. Di daerah penyelidikan
ini ditemukan dua jenis cebakan batu besi yaitu berupa body iron ore dan laterit (tanah lapukan)
yang masih mengandung grafel-grafel iron ore yang bernilai ekonomis umumnya berwarna
coklat kemerahan, dengan grafel-grafel magnetit berukuran antara 1-3 cm dan boulder sampai
ukuran > 5 m, dari data salah satu test pit didapatkan Swelling factor (factor pengembangan)
Berdasarkan hasil analisa laboratorium yang dilakukan oleh PT. Sucofindo terhadap 21
sample, menunjukkan bahwa kualitas bijih besi cukup baik dan memenuhi standar pabrik bijih
besi.
Dengan demikian, maka untuk rencana penambangan ini, perhitungan cadangan yang
dilakukan dengan menggunakan metode Surpac – Vis Solid Modelling Report adalah hanya pada
yang di anggap baik tersebut, yaitu sebesar 1.503.399,38 Mton, baik untuk boulder dan laterit.
Rencana produksi penambangan yang akan dilakukan beserta jumlah bijih besi yang
dan pengolahan sebesar 10%, dapat dilihat pada table di bawah ini :
C. Metode Penambangan
Berdasarkan pertimbangan factor-faktor teknis seperti model geologi bijih besi seperti
yang telah diuraikan dimana mencakup kondisi lapisan bijih besi, kondisi kapisan menutup
(overburden); maupun pertimbangan ekonomis seperti jumlah sumber daya bijih besi yang
relative tidak besar maka pada rencana penambangan bijih besi akan dilakukan secara tambang
terbuka (surface mining), yaitu penutupan kembali (Back Filing) bekas tamabang pada interval
waktu tertentu. Dengan demikian akan memungkin menggunakan alat penambangan dilakukan
dengan membuka lahan secara besar-besaran untuk menggali tanah penutup (Overburden).
Facilities) dan pekerjaan penambangan (Development Work) antara lain ; Pembersihan Lahan
(Land Clearing); Jalan Tambang dan jalan masuk konstruksi jalan pengangkutan; Saluran
Drainase; Pengadaan tenaga listrik dan penerangan; Sarana perbaikan kendaraan dan perawatan;
Sarana Keselamatan dan Kesehatan Kerja; Penilaian dan perbaikan lingkungan serta Reklamasi.
D. Peralatan Produksi
tentu saja didatangkan dari luar daerah penambangan. Alat-alat berat yang digunakan untuk
mendukung pelaksanaan penambangan bijih besi dari lokasi ini berdasarkan hasil hitungan yang
didasarkan kepada perhitungan produksi. Secara keseluruhan peralatan tersebut pada waktu
pengoperasian tambang bijih besi akan ditempat di areal operasi penambangan dan perawatan
dan pemeliharaan juga dilakukan disini. Pada TABEL II-3 berikut ini dapat dilihat jenisnya :
Tahap pertama dalam operasi penambangan adalah pembersihan lokasi dan melakukan
pembuatan jalan masuk ke lokasi tambang dengan sistem drainasenya beserta culvert, tempat
parkir, perkantoran dan laboratorium, dan fasilitas pendukung lainnya. Kemudian pekerjaan
diperlukan
-
Ruangan perkantoran, laboratorium, garasi, bengkel, gudang dan insfrastruktur lainnya.
-
Pengupasan lapisan humus dan disimpan ditempat yang aman dan erosi
-
Pengupasan tanah penutup dan dibuang ke tempat penimbunan
Awal front produksi yang digali dibuat sejajar dengan arah jurus (strike) lapisan bijih
besi. Arah jenjang (bench) akan mengikuti arah jurus (strike) lapisan bijih besi. Penggalian tanah
penutup baik yang berada di hangingwall maupun di footwall serta penambangan bijih besi dapat
dilakukan secara bersamaan. Setelah kedalaman tertentu kemajuan front tambang dipindahkan ke
Timur dari permukaan kerja tambang (blok tambang) masih didalam areal PT. Pinang Sejati
Wati. Diareal tambang disediakan beberapa lokasi untuk penimbunan tanah yang memenuhi
persyaratan, dimana lokasi tersebut dirancang sedemikian rupa, sehingga tanah penutup mudah
diangkat dan tidak mengganggu lingkungan disekitarnya, sedangkan pemindahan tanah penutup
dilakukan dengan menggunakan alat Excavator yang dituangkan kedalam Dump Truck,
E. Penirisan Tambang
memindahkan air permukaan (surface run off) dan air bawah tanah (ground water) yang ada
dalam tambang. Sumur pengumpulan air (sum pit) harus digali pada lokasi rendah dari jenjang
(bench). Setiap sumuran dilengkapi dengan pompa, disarankan pompa listrik submersibel atau
pompa lumpur yang digunakan untuk membuang air keluar dari tambang. Kapasitas pompa
harus dapat memompa jumlah air permukaan sesuai dengan asumsi curah hujan sekitar 25,8 mm
curah hujan yang terjadi selama 1 jam dalam sehari. Rata-rata hari hujan bulanan adalah 18 hari.
Run off coofficient di asumsikan maksimum = 1.0, sehingga digunakan pompa listrik
Secara litologi diasumsikan bahwa tidak ada aquifer yang terdapat di daerah ini, sehingga
tidak diperlukan pengeboran khusus untuk penirisan air bawah tanah. Untuk menstabilkan
dinding/lereng (slope) dan lantai tambang (floor), maka pipa-pia horizontal dapat dipasang.
Pada lokasi pembuangan tanah penutup (waste dump) dan untuk menjaga permukaannya
selalu kering, lantai lokasi pembuangan (waste dump) harus dibuat pada kemiringan 2 %.
dalam desain tambang PT. Pinang Sejati Wati mengambil daerah seluas 1000 Ha dan akan
ditempatkan dalam jumlah cadangan (indicated) sebesar 1.503.399,38 Mton. Rencana Produksi
penambangan yang akan dilakukan beserta jumlah bijih besi yang harus ditambang setelah
Tabel 3.1.3
Luas Lokasi dan produksi Tambang Bijih Besi
PT. Pinang Sejati Wati
Bulan Lokasi
Targe Produksi
ke Luas (Ha)
Bulani Jumlah Bulani Jumlah Bulani Jumlah Bulani Jumlah
MTon MTon MTon MTon LCM LCM BCM BCM
1-6 30.000 180.000 33.334 200.004 7.699 46.194 7.000 42.000
7-12 45.000 270.000 50.000 300.000 11.548 69.288 10.499 62.994
13-24 60.000 720.000 66.667 88.004 15.397 184.764 13.998 167.976
1.170.000 1.300.008 300.246 272.070
Skema produksi dari tambang ini dapat dilihat dalam table di bawah ini :
perawatan dan pengalaman operator lebih baik, maka effesiensi pekerjaan bisa di tingkatkan ke
3.2. Timbunan
Lokasi yang akan digunakan untuk tempat penimbunan tanah lapisan atas (top soil) atau
tanah zona pengakaran direncanakan tidak jauh dari lokasi tambang (masih dalam areal tambang)
Lokasi yang akan digunakan untuk penimbunan tanah/batuan penutup direncanakan tidak
jauh dari lokasi tambang atau dekat pada lokasi tambang dengan luas tempat penimbunan /
3.2.3. Luas lahan dan lokasi yang digunakan untuk penimbunan bahan galian
Luas lahan yang akan direncanakan untuk penimbunan bahan galian atau bahan baku
yang diolah diperkirakan seluas ± 3 Ha dengan lokasi / tempat dekat dengan Pabrik Pengolahan
3.2.4. Lokasi dan luas lahan yang digunakan untuk penimbunan / penyimpanan limbah
Lokasi yang akan digunakan untuk penimbunan / penyimpanan limbah tidak jauh dari
lokasi pabrik pengolahan dengan jarak diperkirakan ± 600 m. Luas lahan yang digunakan ± 6 Ha.
3.3. Jalan
Lokasi dan luas lahan yang akan di buka untuk pembuatan jalan tambang dan non
tambang.
Jalan Tambang
Lokasi dan luas lahan yang dibuka untuk pembuatan jalan tambang :
-
Dari Blok (pala open pit) ke blok (jelatang open pit) diperkirakan luas lahan yang digunakan ±
8000 m2, dimana panjang jalan diperkirakan jaraknya ± 2000 m dengan lebar jalan ± 4 m.
Jalan ini merupakan jalan yang berada dalam KP / IUP PT. Pinang Sejati Wati yang
digunakan untuk jalan masuk dan keluar dimana jalan ini yang menghubungkan desa Paya Teuk
dan Desa Simpang Tiga dengan jarak diperkirakan ± 3500 m dengan lebar jalan ± 6 m, maka
Rencana Lokasi dan luas lahan yang akan dibuka untuk pembuatan Kolam Sedimen
berada di dalam daerah penambangan dan tidak jauh dari lokasi pabrik pengolahan dengan jarak
± 400 m luas lahan yang akan dibuka untuk pembuatan Kolam Sedimen ± 0,75 Ha.
BAB IV
PROGRAM REKLAMASI
Reklamasi lahan bekas penambangan direncanakan oleh PT. Pinang Sejati Wati seluas ±
Rencana tersebut disusun sesuai dengan tahapan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun
tahapan pertama, kemudian dirincikan untuk setiap tahunnya dan lain-lain akan direklamasi
untuk tahapan 5 (lima) tahun berikutnya atau akan berakhirnya umur tambang sesuai dengan
peruntukannya.
Lahan yang sudah terganggu akibat terjadinya penambangan, perlu ditata ulang kembali dengan
melakukan Reklamasi Lahan yang sesuai dengan peruntukannya. Dalam hal ini PT. Pinang Sejati
Wati selaku perusahaan pertambangan melakukan kajian teknis tentang tata guna lahan,
melakukan koordinasi dengan Instansi Teknis/terkait dan masyarakat Desa Pantan Bili
Kecamatan Pasie Raja, dimana lahan bekas tambang akan dirubah atau diarahkan menjadi lahan
produktif pertanian / perkebunan dengan melakukan penghijauan dengan tanaman keras seperti
tanaman Kemiri atau tanaman lain yang sesuai dengan potensi lahan dan keinginan masyarakat
setempat.
- Tanah Penutup
Pasca penambangan, dimana tanah penutup; batuan penutup dan material limbah (Waste
Material) berupa pasir dan kerikil yang sudah disiapkan terlebih dahulu ditempat penimbunan
tidak jauh dari lokasi tambang (blok tambang) akan dimanfaatkan dan dipindahkan ke lokasi
bekas tambang untuk penutupan lubang galian tambang dan selanjutnya tanah penutup tersebut
diratakan dengan menggunakan peralatan Buldozer, Dump Truck dan alat bantu lainnya. Untuk
pengaturan tata guna lahan ini agar disesuaikan dengan kondisi lapangan (kemiringan
lereng/bukit).
- Tanah Pucuk
Tumpukan tanah pucuk (top sail) yang disimpan/ditimbun pada lokasi penimbunan
dipindahkan dan ditabur / diletakkan kembali paling atas dari permukaan tanah, karena tanah
pucuk ini banyak mengandung unsur hara dan humus yang diperlukan oleh tanaman untuk
pertumbuhannya dan peningkatan produksi. Penebaran tanah pucuk dalam lokasi bekas tambang
disesuaikan dengan lahan bentukan (land farm) guna untuk mencapai tata guna lahan pasca
tambang yang berkelanjutan, sembari mengelola resiko dampak lingkungan dan untuk
membatasi kebutuhan akan perawatan yang terus menerus. Lahan bentukan bekas tambang
sedapat mungkin meniru lahan bentukan yang alami dengan lereng buatan dari batuan
sisa/buangan tambang (waste rock) tambang. Lereng buatan dari sisa buangan tambang
dibangunkan dan dibentuk menjadi profil yang Linear, sedangkan lereng bukit alami biasanya
berbentuk cekung dan cenderung menangkap sedimentasi erosi dilerengnya, serta memiliki
sudut, panjang dan tektur permukaan yang berbeda dengan lereng bukit alami dapat terlindung
Pengelolaan Tanah Pucuk. Pada kegiatan ini lahan yang masih belum rata harus terlebih dahulu
ditata dengan penimbunan kembali (back filling) dengan memperhatikan jenis dan asal bahan
urugan, ketebalan dan ada tidaknya system aliran air (drainase) yang kemungkinan terganggu.
penutupan tanah (Sub Soil) berkisar antara 70 – 120 cm yang dilanjutkan dengan Re-destruksi
tanah pucuk.
Pengaturan drainase sangat penting terutama untuk pengendalian erosi, kegiatan ini
Peningkatan laju erosi merupakan dampak negative yang berlansung akibat kegiatan pembukaan
lahan (Land Clearing). Perubahan bentang alam, elevasi lahan dan struktur tanah karena
pekerjaan tanah galian dan timbunan kelokasi tambang, serta dampak tidak langsung hilangnya
vegetasi penutup lahan. Tempat yang sering terjadinya erosi adalah lereng dari bekas tambang.
Untuk itu lereng bekas tambang akan dibuat sedemikian rupa (bentuk) seperti pembuatan
terassering dan Drainne, guna untuk menjaga kestabilan lereng dan diperuntukkan juga
penempatan tanaman.
Jenis terasering menurut kelerengan lahan akan disesuaikan dengan keadaan dilapangan,
d. Revegetasi.
Pasca tambang, dimana timbunan tanah dan batuan penutup yang telah disimpan dan
ditempatkan pada lokasi diluar tambang (tidak jauh dari lokasi tambang) akan dipindahkan dan
dikembalikan pada lahan bekas tambang, guna untuk dilakukan penutupan serta penimbunan
lubang-lubang bekas tambang. Selanjutnya tanah penutup diratakan sesuai dengan kondisi lahan
dilapangan.
4.1.3. Jalan Tambang dan Non Tambang yang tidak di gunakan lagi
Pasca tambang, dimana jalan tambang seluas ± (2 km) dan jalan akan di Reklamasi sesuai
dengan peruntukannya.
Pasca tambang, dimana kolam sediment ini akan ditutup dan dialihkan fungsinya sesuai
Pada saat pasca tambang fasilitas penunjang yang berada pada PT. Pinang Sejati Wati
terutama sarana dan prasarana yang berada dalam tambang akan dialihkan fungsinya sesuai
- Pembersihan lahan dari sarana dan prasarana atau fasilitas tambang / bangunan yang berada
Lahan yang sudah terganggu/rusak akibat penambangan, perlu ditata ulang kembali untuk
Reklamasi dan Revegetasi lahan yang sesuai dengan peruntukannya dalam hal ini
Tumpukan tanah penutup yang sudah disimpan dikembalikan kepada lubang bekas
tambang untuk penutupan lubang dan diratakan sesuai dengan kondisi lahan.
Tumpukan tanah pucuk yang disimpan pada satu tempat akan dipindahkan dan ditaburkan
Pada kegiatan ini dilakukan pengaturan drainase dan pembuatan terassering sesuai dengan
- Revegetasi
- Buldozer untuk pembersihan lahan dan penimbunan maupun pemerataan permukaan lahan.
Material yang digunakan untuk pengisian kembali lubang galian tambang (Fill) dengan
jenis tanah pucuk, tanah penutup / batuan dan material limbah berupa pasir dan kerikil. Lokasi
asal material tersebut pada lahan penambangan dan volume yang di butuhkan untuk isi lubang
kembali.
4.4. Revegetasi
penanaman dan pemeliharaan. Perbaikan kondisi tanah dapat dilakukan dengan pemberian tanah
pucuk dan bahan organik serta pemupukan dasar dan pemberian kapur.
Untuk mengatasi PH tanah yang rendah dapat dilakukan dengan cara penambahan kapur.Secara
Ekologi, spesies tanaman seperti tanaman Kakao, Kopi, Pinang, Pala dan Karet dapat beradaptasi
dengan iklim setempat dan kondisi tanah, untuk itu pemilihan spesies tanaman Kemiri sangat
Jenis tanaman yang akan di Revegetasi adalah tanaman Pala dengan jumlah tanaman
yang dibutuhkan selama jangka waktu 5 (lima) tahunan yang dirinci setiap tahunnya dapat dilihat
Tabel 4.1. Jenis tanaman, jumlah tanaman, jarak tanam, lokasi dan luas lahan.
Jumlah tanaman Jarak Luas Lahan
No Tahun Jenis Tanaman Lokasi
(Btg) Tanam (m) (Ha)
1 2010 Pala 2.500 4x4 Keca,matan
Raja
Pasie 10
2 2011 Pala 2.500 4x4 SDA 10
3 2012 Pala 2.500 4x4 SDA 10
4 2013 Pala 2.500 4x4 SDA 10
Berdasarkan tabel diatas, bahwa lahan bekas tambang yang akan direvegetasi selama
jangka waktu 5 (lima) tahun yang direncanakan setiap tahunnya dengan luas lahan 10 Ha dan
jumlah tanaman pala = 2.500 batang dengan jarak tanam 4m x 4m dan jumlah tanam per Ha nya
± 625 batang.
Untuk mencegah terjadinya erosi selama tanaman pokok Pala tumbuh, perlu dilakukan
dan diadakan tanaman penutup tanah (Cover Crop) seperti Centrosema Pubescan (CP) dengan
. . . . . . . . . . . . .
. x . . x . . X . . X . . x .
. . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . .
. x . . x . . X . . X . . x
. . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . .
. x . . x . . X . . X . . x .
. . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . .
. x . . x . . X . . X . . x .
. . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . .
. x . . x . . X . . X . . x .
. . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . .
Keterangan:
X = Tanaman pokok dengan jarak 4 m x 4 m
. = Tanaman penutup tanah dengan jarak 1 m x 1 m per lubang 3 – 5 biji
Pekerjaan sipil yang akan dilaksanakan pada pasca tambang adalah pembongkaran seluruh
fasilitas bangunan yang berada pada lahan tambang yang dipakai pada waktu penambangan yaitu
rumah pompa, mess staff dan karyawan, mushala, bengkel, pos jaga dan fasilitas bangunan
lainnya yang doperkirakan luasnya ± 588 m2. Pekerjaan sipil ini akan dilakukan pada saat
Rencana pemeliharaan lahan dan tanaman yang telah direklamasi meliputi antara lain:
a. Pengendalian Gulma
b. Pemupukan dan
a. Pengendalian Gulma
Gulma disebut juga tumbuhan pengganggu alias rumput liar yaitu semua tanaman yang
tumbuh liar dan mengganggu tanaman utama (tanaman pala), kalau dibiarkan sangat merugikan
dan menghambat pertumbuhan tanaman, kadang-kadang tanaman bisa mati. Oleh karena itu
agar tanaman pokok (pala) dapat tumbuh dengan baik dan subur.
Pemberantasan gulma dapat dilakukan dengan cara membabat seluruh gulma yang
tumbuh, penyiangan dan dengan cara mencangkul tanah. Disamping itu juga dapat dilakukan
gram/lubang.
-
Pupuk diberikan setahun dua kali yaitu awal musim hujan dan akhir musim hujan.
-
Jenis pupuk yang diberikan adalah NPK 16:16:16
-
Sebelum dipupuk, sekeliling tanaman dibersihkan terlebih dahulu, kemudian dibuat
tabel 4.3.
Untuk pertumbuhan tanaman pala agar lebih baik dan subur serta berproduksi tinggi,
maka sangat perlu dilakukan pemberantasan hama dan penyakit pada tanaman Pala (cokelat).
Sebaiknya dalam pemberantasan hama dan penyakit dilakukan secara terpadu, dengan
memadukan berbagai cara pengendalian dengan mempertimbangkan factor ekonomi, ekologi dan
Parasit, Predator) dan pengendalian kimiawi (menggunakan pestisida), kultur teknis dan sanitasi,
mekanis dan lain-lain. Bila pengendalian secara kimiawi dengan menggunakan pestisida
BAB V
Kegiatan dan pekerjaan yang sangat perlu dilaksanakan pada lahan bekas tambang
adalah:
Lahan yang sudah terganggu akibat terjadinya penambangan, perlu ditata ulang kembali
dengan melakukan penutupan lubang / Penimbunan / Pemerataan kembali lahan bekas tambang
dengan batuan dan tanah penutup yang sudah disediakan sebelumnya pada lokasi Penimbunan
(dumping area). Peruntukan lahan ini diarahkan/difokuskan pengembangan lahan produktif
pertanian / perkebunan. Biaya yang diperkirakan sebesar Rp. 287.000.000, (dua ratus delapan
puluh tujuh juta rupiah)
Pada saat pasca tambang, dimana tumpukan tanah pucuk yang sudah di simpan/ditimbun
pada lokasi/tempat penimbunan dipindahkan dan ditabur kembali paling atas dari permukaan
tanah secara merata. Karena tanah ini banyak mengandung bahan organik unsur hara dan humus
yang diperlukan oleh tanaman. Dengan biaya yang diperkirakan seberasr Rp. 125.500.000,-
Rencana kebutuhan biaya untuk pengendalian erosi dan pengelolaan air selama jangka
waktu 5 (lima) tahun yang dirinci untuk setiap tahunnya dapat adalah sebesar Rp. 90.600.000,-
5.1.2. Revegetasi
Analisis ini perlu dilakukan, karena tanah penutup dan tanah pucuk diperkirakan
dan erosi pada musim hujan. Contoh tanah untuk di analisis meliputi : kandungan unsur hara
(unsur hara makro/mikro), ph tanah (asam atau basa) tekstur tanah dan lain-lain. Dengan
perkiraan biaya selama 5 (lima) tahun sebesar Rp. 35.000.000,- (tiga puluh lima jjuta rupiah).
b. Pemupukan
Lahan bekas tambang yang sudah ditata dengan penutupan dan penebaran tanah pucuk
perlu dilakukan pemupukan dasar baik dengan pupuk organic maupun pupuk anorganik pada
lubang-lubang tanam yang sudah disiapkan terlebih dahulu. Pupuk dasar yang digunakan pada
kegiatan ini adalah pupuk SP-36 dengan dosis perlubang ±250 gram (0,25 Kg). Dengan
Perkiraan Biaya sebesar Rp. 7.500.000,- (tujuh juta lima ratus ribu rupiah)
16:16:16. Dosis pemupukan pada tanaman disesuaikan dengan umur tanaman dengan dosis ±
300 gram (0,30 Kg) / pohon / tahun. Dengan perkiraan biaya sebesar Rp. 12.350.000,- (Dua
Bibit tanaman yang diperlukan untuk merevegetasi lahan adalah bibit tanaman pokok
(pala), dan benih / biji Cover Crop ( Cp/Cm ). Dengan Perkiraan Biaya sebesar Rp. 32.750.000,-
d. Penanaman
Rencana kebutuhan biaya untuk penanaman seperti ongkos melubang, memupuk lubang,
dan penanaman bibit Kemiri dan benih Cover Crop. Dengan Perkiraan Biaya sebesar Rp.
e. Pemeliharaan Tanaman
Agar pertumbuhan tanaman lebih baik dan subur serta berproduksi tinggi, maka
pemberantasan hama dan penyakit. Dalam rangka pemeliharaan tanaman membutuhkan obat-
obatan seperti Herbisida dan Insektisida/Fungisida dan lain-lain. Mengenai kebutuhan pupuk
NPK sudah dihitung sebelumya. Sedangkan untuk pemeliharaan Tanaman biaya yang
dibutuhkan diperkirakan sebesar Rp. 12.850.000,- (Dua belas juta delapan ratus lima puluh ribu
rupiah)
Pekerjaan sipil yang akan dilaksanakan pada pasca tambang adalah pembongkaran dan
pembersihan seluruh fasilitas sarana dan prasarana baik yang berada dalam lokasi tambang
maupun diluar lokasi tambang. Pekerjaan ini akan dilaksanakan pada akhir umur tambang dan
Biaya ini di hitung dalam jangka waktu 5 (lima) tahun yang diperinci setiap tahunnya
5.2.1. Biaya Mobilisasi dan Demobilisasi alat sebesar 2,5 % dari Biaya Langsung
۩ Pada tahun pertama (2011) perkiraan kebutuhan Rp. 3.295.250,-
biaya ( 2,5 % x Rp. 131.810.000,-)
5.2.3. Biaya Administrasi dan Keuntungan Kontraktor sebesar 3 % - 14 % dari Biaya Langsung
۩ Pada tahun pertama (2011) perkiraan kebutuhan Rp. 10.544.800,-
biaya (8 % x Rp. 131.810.000,-)
Total biaya langsung dan biaya tidak langsung sudah memperhitungkan pajak-pajak yang
berlaku sesuai dengan peraturan perundang-undangan dengan total seluruhnya Rp. 787.564.750,-
(tujuh ratus delapan puluh tujuh juta lima ratus enam puluh empat ribu tujuh ratus lima
puluh rupiah).
TABEL 2
RENCANA BIAYA REKLAMASI
PERIODE TAHUN 2011 S/D 2015