Anda di halaman 1dari 5

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS PAJARAKAN
Jalan Raya P.Sudirman No. 26 Pajarakan, Kabupaten Probolinggo 67281
Telp. 0335 – 841944 email: puskesmas.pajarakan.841944@gmail.com

KERANGKA ACUAN
DETEKSI DINI TBC DI KELOMPOK MUSLIMAT/FATAYAT
PUSKESMAS PAJARAKAN

I. PENDAHULUAN
Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis (Mtb). Tuberkulosis ditularkan melalui udara dari pasien TBC
yang infeksius ke orang-orang disekitarnya. Satu pasien TBC terkonfirmasi bakteriologis
yang tidak diobati secara tepat dan berkualitas dapat menginfeksi sekitar 10 orang per
tahun. Sekitar 3,5-10% orang-orang yang kontak akan sakit TBC dan sekitar sepertiganya
akan terinfeksi tetapi tidak sakit TBC. Kelompok yang berisiko tinggi untuk terinfeksi adalah
orang yang kontak erat dengan pasien TBC, antara lain anak, lansia dan orang dengan
gangguan sistem kekebalan tubuh (misal gizi buruk, infeksi HIV). Di antara orang-orang
yang terinfeksi ini, 5-10% kemungkinannya akan berkembang menjadi sakit TBC dalam
perjalanan hidupnya.

II. LATAR BELAKANG


Berdasarkan Global TB Report 2018, diperkirakan di Indonesia pada tahun 2017
terdapat 842.000 kasus TB baru (319 per 100.000 penduduk) dan kematian karena TB
sebesar 116.400 (44 per 100.000penduduk) termasuk pada TB-HIV positif. Angka
notifikasi kasus (case notification rate/CNR) dari semua kasus dilaporkan sebanyak 171
per 100.000 penduduk. Secara nasional diperkirakan insidens TB HIVsebesar 36.000
kasus (14 per 100.000 penduduk). Jumlah kasus TB-RO diperkirakan sebanyak 12.000
kasus (diantara pasien TB paru yang ternotifikasi) yang berasal dari 2.4% kasus baru dan
13% kasus pengobatan ulang. Terlepas dari kemajuan yang telah dicapai
Indonesia,jumlah kasus tuberkulosis baru di Indonesia masih menduduki peringkat ketiga
di dunia dan merupakan salah satu tantangan terbesar yang dihadapi Indonesia dan
memerlukan perhatian dari semua pihak,karena memberikan beban morbiditas dan
mortalitas yang tinggi.Tuberkulosis merupakan penyebab kematian tertinggi setelah
penyakit jantung iskemik dan penyakit serebrovaskuler. Pada tahun 2017, angka kematian
akibat tuberkulosis adalah 40/100.000 populasi (tanpa TB HIV) dan 3,6 per 100.000
penduduk (termasuk TB-HIV). Indonesia merupakan salah satu dari negara dengan beban.
Dengan insiden sebesar 842.000 kasus per tahun dan notifikasi kasus TBC sebesar
570.289 kasus maka masih ada sekitar 32% kasus masih belum ditemukan dan diobati
(un-reach) atau sudah ditemukan dan diobati tetapi belum tercatat oleh program (detected,
un-notified). Mereka yang belum ditemukan menjadi sumber penularan TBC di
masyarakat. Keadaan ini merupakan tantangan besar bagi program penanggulangan TBC
di Indonesia, diperberat dengan tantangan lain dengan tingkat kompleksitas yang makin
tinggi seperti ko-infeksi TBC-HIV, TBC resistan obat (TBC-RO), TBC kormobid, TBC pada
anak serta tantangan lainnya. Tuberculosis (TBC) masih merupakan ancaman kesehatan
masyarakat di Indonesia. Berdasarkan WHO Global TBC Report 2020, kasus TBC di
Indonesia pada tahun 2019 diperkirakan sejumlah 845.000 kasus dengan insidensi 312
per 100.000 penduduk yang kemudian membawa Indonesia menjadi negara dengan
jumlah kasus terbesar kedua di dunia setelah India.
Upaya untuk mengendalikan Tuberkulosis merupakan tantangan yang harus kita
sikapi bersama dengan sungguh-sungguh. Sebab, setiap tahun diperkirakan muncul
842.000 kasus baru tuberkulosis di Indonesia. Dari jumlah tersebut, baru sekitar 68% yang
berhasil ditemukan dan diobati, sedangkan sekitar 32% sisanya masih diupayakan untuk
segera ditemukan dan diobati Dukungan dari seluruh jajaran kementerian/ lembaga, TNI-
Polri, Pemerintah Daerah dan Akademisi serta seluruh lapisan masyarakat sangat
diperlukan agar masalah Tuberkulosis dapat kita selesaikan segera dan tidak lagi menjadi
masalah kesehatan yang ada di dalam masyarakat. Indonesia bersama lebih dari 100
negara di Dunia telah sepakat dan bertekad mencapai Eliminasi Tuberkulosis pada tahun
2030. Untuk menuju target eleminasi TBC tahun 2030, perlu adanya strategi percepatan
penemuan dan pengobatan yang mencakup perluasan akses dan penyediaan layanan
yang bermutu dan terstandart. Tekad ini telah kita wujudkan dengan upaya meningkatkan
penemuan dan pengobatan kasus Tuberkulosis di seluruh Indonesia yang didukung
dengan, antara lain (1) penyediaan sumberdaya, obat dan alat yang berkualitas (2)
penggerakan seluruh lapisan masyarakat, termasuk peran dan partisipasi dari kader
masyarakat termasuk dalam investigasi kontak dan (3) peningkatan kesadaran masyarakat
tentang pentingnya pencegahan serta pengendalian Tuberkulosis.
Berdasarkan hal tersebut di atas Program Penanggulangan TBC merubah strategi
penemuan pasien TBC tidak hanya “secara pasif dengan aktif promotif” tetapi juga melalui
“penemuan aktif secara intensif dan masif berbasis keluarga dan masyarakat“, dengan
tetap memperhatikan dan mempertahankan layanan yang bermutu sesuai standar. Salah
satu kegiatan yang penting untuk mendukung keberhasilan strategi penemuan aktif ini
adalah Deteksi dini TBC di kelompok-kelompok masyarakat. Untuk itu Puskesmas
Pajarakan melakukan kegiatan Deteksi dini TBC di kelompok muslimat/fatayat

III. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Kegiatan ini bertujuan untuk menemukan pasien TBC dan TBC Laten
b. Tujuan Khusus
1. Menemukan kasus TBC secara dini dengan melakukan skrining gejala dan faktor
risiko TBC terhadap seluruh anggota Muslimat/fatayat
2. Mencegah penularan TBC dengan cara memberikan edukasi tentang perilaku
hidup bersih dan sehat.
3. Memutus mata rantai penularan TBC di masyarakat.

IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN


No Kegiatan Pokok Rincian kegiatan
1 Persiapan 1. Berkoordinasi dengan kader desa dan
pemerintah desa terkait sasaran kelompok
muslimat/fatayat
2. Menyiapkan form screening
3. Membuat surat pemberitahuan
2 Pelaksanaan kegiatan 1. Petugas kesehatan/kader melakukan
penyuluhan tentang TBC
2. Petugas kesehatan/kader melakukan skrining
secara langsung (tatap muka) kepada
anggota muslimat/fatayat bila memenuhi
salah satu kriteria di bawah ini:
a. Batuk
b. Gejala lain (sesak napas, berkeringat di
malam hari tanpa kegiatan, demam meriang
>1 bulan) dan faktor risiko yang lain (DM,
lansia, HIV, perokok, ibu hamil, malnutrisi,
anak usia 5 – 14 tahun)
3. Jika menemukan terduga TBC, petugas
kesehatan/kader mengisi Surat Pengantar
Pemeriksaan TBC dan merujuk anggota
muslimat/fatayat untuk mendapat
pemeriksaan di Puskesmas. Apabila
diperlukan, maka kader mendampingi
terduga TBC untuk datang ke Puskesmas.
4. Petugas kesehatan merekap hasil screening
di blangko rekapan hasil deteksi dini TBC di
kelompok muslimat/fatayat
3 Tindak Lanjut Di 1. Petugas menerima rujukan hasil deteksi dini
Puskesmas bagi anggota muslimat/fatayat yang terduga
TBC lainnya dari kader dan melakukan
prosedur diagnosis serta memberikan
pengobatan apabila hasil diagnosis pasien
positif TBC
2. Petugas memberikan edukasi serta motivasi
kepada pasien TBC dan Pengawas Menelan
Obat (PMO)
3. Petugas melakukan pencatatan dan
pelaporan kegiatan deteksi dini TBC di
kelompok muslimat/fatayat

V. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN


No Kegiatan Rincian kegiatan Metode Alat Bantu
Pokok
1 Persiapan 1. Berkoordinasi dengan Diskusi/koordinasi -
kader desa dan
pemerintah desa
terkait sasaran
kelompok
muslimat/fatayat
2. Menyiapkan form
screening
3. Membuat surat
pemberitahuan
2 Pelaksanaan 1. Petugas Ceramah Lembar
kegiatan kesehatan/kader Tanya jawab Balik
investigasi melakukan Praktek
kontak penyuluhan tentang
TBC
2. Petugas Wawancara Form
kesehatan/kader screening
melakukan skrining
secara langsung (tatap
muka) kepada anggota
muslimat/fatayat bila
memenuhi salah satu
kriteria di bawah ini:
a. Batuk
b. Gejala lain (sesak
napas, berkeringat di
malam hari tanpa
kegiatan, demam
meriang >1 bulan)
dan faktor risiko yang
lain (DM, lansia, HIV,
perokok, ibu hamil,
malnutrisi, anak usia 5
– 14 tahun)
3. Jika menemukan Rekapan
terduga TBC, petugas hasil
kesehatan/kader skreening
mengisi Surat
Pengantar
Pemeriksaan TBC dan
merujuk anggota
muslimat/fatayat untuk
mendapat pemeriksaan
di Puskesmas. Apabila
diperlukan, maka kader
mendampingi terduga
TBC untuk datang ke
Puskesmas.
4. Petugas kesehatan Rekapan
merekap hasil hasil
screening di blangko skreening
rekapan hasil deteksi
dini TBC di kelompok
muslimat/fatayat
3 Tindak Lanjut 1. Petugas menerima Pemeriksaan Rekam
Di Puskesmas rujukan hasil deteksi medis
dini bagi anggota
muslimat/fatayat yang
terduga TBC lainnya
dari kader dan
melakukan prosedur
diagnosis serta
memberikan
pengobatan apabila
hasil diagnosis pasien
positif TBC
2. Petugas memberikan Ceramah Lembar
edukasi serta motivasi Tanya jawab Balik
kepada pasien TBC dan
Pengawas Menelan
Obat (PMO)
3. Petugas melakukan
pencatatan dan
pelaporan kegiatan
deteksi dini TBC di
kelompok
muslimat/fatayat

VI. SASARAN
Sasaran dari kegiatan ini adalah semua anggota muslimat/fatayat di masing-masing
Desa.

VII. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN


NO KEGIATAN BLN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Persiapan √ √

2 Pelaksanaan kegiatan √ √
investigasi kontak
3 Tindak Lanjut Di √ √
Puskesmas

VIII. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN:


Evaluasi pelaksanaan kegiatan:
Masing-masing pemegang program memastikan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan
jadwal, dan jika terjadi penyimpangan terhadap jadwal harus melaporkan kepada
penanggung jawab UKM Puskesmas.
IX. PENCATATAN DAN PELAPORAN
Pencatatan dan pelaporan dibuat sebagai dokumentasi kegiatan sehingga dapat
dijadikan sebagai bahan informasi dan acuan untuk kegiatan selanjutnya dan
kepentingan lintas program maupun lintas sektor. Pelaporan disusun setiap selesai
melaksanakan kegiatan. Adapun laporan yang perlu dibuat:
1. Absensi kegiatan
2. Notulen kegiatan
3. Hasil laporan kegiatan
a. Jenis kegiatan
b. Tanggal pelaksanaan
c. Hasil kegiatan
d. Analisa Masalah
e. Rencana Tindak Lanjut
f. Tindak Lanjut
g. Evaluasi
4. Foto kegiatan

Anda mungkin juga menyukai