Anda di halaman 1dari 70

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Letak Geografis

Kecamatan Poasia merupakan salah satu kecamatan induk yang ada di


Kota Kendari dengan 5 wilayah admistratif yang terdiri dari 5 kelurahan.
Kecamatan Poasia secara geografis berada di titik koordinat 3 o54’30”-403’11”LS
(Lintang Selatan) dan 122023’-122039” BT (Bujur Timur), dengan luas daratan
37,74 Km2. Karakteristik wilayah yaitu lingkungan daratan pesisir, daratan yang
terdapat perbukitan dan bebatuan.

4.1.2 Batas
Kecamatan Poasia berbatasan dengan :
 Sebelah Utara : Teluk Kendari
 Sebelah Selatan : Kabupaten Konawe Selatan
 Sebelah Barat : Kecamatan Kambu
 Sebelah Timur : Kecamatan Abeli
4.1.3 Geologi

Permukaan tanah di Kecamatan Poasia pada umumnya dapat digolongkan


dengan daerah pesisir berbukit dengan ketinggian rata-rata 30 meter diatas
permukaan l,aut. Wilayah pesisir yang merupakan hutan mangrove pada awalnya
sekarang telah mengalami pergeseran pengelolaan lahan menjadi lokasi
pemukiman yang terdiri dari bangunan ruko, perkantoran pemerintahan dan
perumahan penduduk sedangkan wilayah yang lebih dekat pada daerah perbukitan
dimanfaatkan warga yang memiliki tanah sebagai wilayah untuk ditanami dengan
tanaman keras seperti kelapa, jambu, jati, cengkeh dan lain sebagainya.
4.1.4 Iklim
Wilayah Kecamatan Poasia beriklimk tropis dengan suhu minimum
berkisar 24,70oC dan suhu maksimum berkisar antara 32,83’oC. Sedangakn suhu
rata-rata sepanjang tahun 2019 adalah 1012,40 mb s/d 1010,90 mb. Kemudian
keadaan tekanan udara minimum adalah 10007,20 mb s/d 1008,20 mb sedangkan
tekanan udara maksimum adalah 1009,50 mb s/d 1010,00 mb.

Kecamatan Poasia mempunyai kelembapan udara rata-rata berkisar 75%-


88%. Kecepatan angin maksimum 14-35 knot dengan rata-rata kecepatan sebesar
2 knot. Sementara jumlah hari hujan yakni rata-rata 20 hari dengan rata-rata hujan
perbulan 331,60 mm.

4.1.5 Luas Wilayah

Luas wilayah Poasia adalah 37,74 Km2. Kelurahan yang terluas daratannya
adalah Kelurahan Anduonohu dengan luas wilayah 11,61 Km2 dan dapat dilihat
pada tabel 1.1.

Tabel 1.1. Luas Wilayah menurut kelurahan di kecamatan Poasia, 2021

Kelurahan/Desa Luas Wilayah Daratan (Km2)


(1) (2)
Kelurahan Wundumbatu 2,2
Kelurahan Rahandouna 6,8
Kelurahan Anduonohu 11,61
Kelurahan Anggoeya 11,20
Kelurahan Matabubu 2,57
Jumlah 37,7
Sumber Data : BPS Kota Kendari, Tahun 2020

4.1.6 Visi Misi Kecamatan Poasia


Adapun Visi dari Kecamatan Poasia adalah: “Terwujudnya Kecamatan
Poasia Yang BERSATU (Bersih Elok Ramah Santun Amanah Tekun dan
Utuh)” untuk mewujudkan visi tersebut maka misi yang akan dilaksanakan
adalah:

1) MISI APARAT KEAMANAN

Mengembangkan kemampuan aparat yang terampil, bermoral, berdedikasi


tinggi dalam menjalankan tugasnya serta memberikan pelayanan kepada
masyarakat serta menciptakan tatanan pemerintah yang bersih, demokrasi,
berwibawa dan bertanggungjawab.

2) MISI PELAYANANAN

Menciptakan pelayanan yang prima bagi masyarakat yang dapat


dipertanggungjawabkan

3) MISI SOSIAL

Menciptakan suasana kehidupan masyarakat yang harmonis serta


mendukung pemberdayaan lembaga-lembaga masyarakat yang ada untuk ikut
berperan aktif dalam pembangunan dan perbaikan lingkungan.

4) MISI LINGKUNGAN

Mempertahankan dan meningkatkan kualitas lingkungan yang segar,


bersih, indah dan aman

5) MISI PEREKONOMIAN

Mendorong terciptanya pertumbuhan ekonomi kerakyatan yang kondusif


berdasarkan potensi wilayah yang dimiliki.

4.2 Subjek Penelitian

4.2.1 Deskripsi Subjek Penelitian


Penelitian ini bersumber dari delapan subjek penelitian dan delapan key

informan. Dalam penelitian ini yang menjadi key informan adalah orang tua atau

wali dari subjek penelitian. Nama subjek dan key informan yang digunakan

peneliti merupakan nama inisial, hal ini dimaksudkan untuk menjaga kerahasiaan

subjek penelitian dan key informan. Profil delapan subjek penelitian dapat dilihat

dalam table 3 sebagai berikut :

Table 3. Profil Subjek Penelitian

No Keterangan Subjek 1 subjek 2 subjek 3 Subjek 4 Subjek 5 Subjek 6 Subjek 7 Subjek 8


1 Nama SS (Inisial) IN (Inisial) YA (Inisial) BE (Inisial) RD (Inisial) AR (Inisial) AZ (Inisial) MD (Inisial)
2 Jenis Kelamin Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki
3 Usia 20 Tahun 21 Tahun 21 Tahun 18 Tahun 19 Tahun 18 Tahun 18 Tahun 21 Tahun
4 Alamat Jln. Kelapa Jln. Banteng KDI Permai KDI Permai Prumnas KDI Permai Jln. Mangga Jl. Kancil
5 Status/pekerjaan Bekerja Bekerja Mahasiswa Pelajar Pelajar Bekerja tidak ada Pelajar
6 Lama orang tua bercerai ± 10 Tahun ±6 Tahun ± 4 Tahun ± 3 tahun 3 Tahun 8 Tahun 6 tahun 2 Tahun

Untuk lebih menguatkan jawaban subjek, peneliti berusaha untuk

memperoleh informasi dari beberapa orang dekat subjek seperti berikut ini :

Tabel 4. Profil Key Informan

Key Key Key Key Key Key Key


Key Informan
No Keterangan Informan Informan Informan Informan Informan Informan Informan
1
2 3 4 5 6 7 8
1 Nama
2 Jenis Kelamin Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki
3 Alamat Jln. Kelapa Jln. Banteng KDI Permai KDI Permai Prumnas KDI Permai Jln. Mangga Jln. Kancil
Hubungan
4 Dengan Nenek Subjek Ibu Subjek Ibu Subjek Nenek Subjek Ibu Subjek Kakak subjek Ibu Subjek Ibu Subjek
Subjek

4.3 Deskripsi Hasil Penelitian


Hasil wawancara kepada kedelapan subjek mengenai pengungkapan diri

remaja yang orang tuanya telah bercerai menunjukkan bahwa pengungkapan diri

yang dilakukan oleh kedelapan subjek variatif. Keterbukaan diri remaja dapat

dilihat dari seberapa dalam dan keluwesan informasi yang diberikan kepada orang

tuanya. Berikut hasil penelitian mengenai keterbukaan diri remaja yang orang

tuanya bercerai di Kecamatan Poasia.

a. Subjek SS (Inisial)

1) Profil Keluarga

Berdasarkan hasil wawancara dan obeservasi, interaksi dan komunikasi

dalam keluarga SS sebelum dan sesudah perceraian orang tuanya mengalami

banyak perubahan, dimana sebelum kedua orang tuanya memutuskan untuk

bercerai SS merasa sangat dekat baik kepada ibu atau ayahnya dalam bidang

interaksi dan komunikasi, sedangkan setelah kedua orang tuanya bercerai

hubungan dengan ibu SS sudah tidak sedekat dulu bahkan SS sudah bertahun-

tahun hungga saat ini sudah putus komunikasi dengan ayahnya karena telah

tinggal jauh dari ayahnya. Hal ini dapat didukung oleh penyataan SS

“Kami dulu hidup sederhana dan bisa dibilang harmonis, bisa

dibilang bahagia dengan kehidupan yang dulu dibandingkan yang

sekarang. Kalau dulu, apa apa pasti di bilang ke mama atau ke bapa, tapi

setelah bercerai mama sudah kurang perhatian mungkin karena sudah

nyaman dengan keluarga barunya…bahkan kalau bicara kecuali yang

penting-penting saja. Sedangkan bapak, karna tinggal di Malaysia dan


memiliki keluarga baru, kita jadi jarang komunikasi dan akhirnya putus

komunikasi sudah 5 tahun…” (24 Mei 2022).

Interaksi dan komunikasi yang terjalin antara subjek dan orang tuanya

seperti digambarkan diatas berubah ketika kedua orang tuanya bercerai yang

disebabkan oleh alasan-alasan tertentu.

2) Reaksi Subjek terhadap kondidi keluarganya pasca perceraian

Reaksi SS yang sangat kaget dan marah ditunjukkan ketiga Neneknya

memberitahu tentang keadaan keluarga dan alasan perpisahan orang tuanya karena

didalam keluarganya terdapat orang ketiga yang saat ini menjadi suami ibunya.

Berikut pernyataan SS saat mengetahui bahwa orangtuanya telah bercerai.

“ Dulu kan waktu mama dan bapa saya bercerai saya masih kecil,

waktu itu kelas 5 SD, jadi belum tau alasannya mereka bercerai. Tapi

setelah dewasa, saya coba tanya kenenekku waktu itu sa kelas 1 SMA,

setelah tau saya sangat kecewa sama mamaku dan akhirnya memutuskan

untuk tinggal sama nenenkku saja, lagian sa sudah tidak nyaman juga

tinggal sama mamaku setelah mamaku menikah lagi…..”

Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Key informan SS, nenek SS

yang saat itu memberitahu SSS tentang perceraian mereka.

“ marah nak, bahkan sempat tidak baku bicara sama mamanya

setelah tau. Saya juga sedih liat SS dan mamanya seperti itu. Tapi mau di

apa sudah itu keputusannya mereka” (24 Mei 2022)


Saat mengetahui kemarahan SS, Key informan SS tidak mampu meredam

kemarahan dan rasa sakit hati SS karena ia merasa bahwa itu perupakan keputusan

dan konsesuensi yang harus diterima oleh orang tua SS.

3) Kehidupan sosial subjek pasca perceraian orang tua

SS bukanlah anak yang dekat dengan lingkungan sekitar, ia tidak banyak

menghabiskan waktu luangnya untuk berkumpul dengan anak sebayanya yang ada

di lingkungan sekitarnya. Begitu pula dengan Key Informan SS yang tidak banyak

mengikuti kegiatan-kegiatan di lingkungannya. Begitu juga dengan sikap sosial

SS di tempat kerja, SS sampai saat ini cenderung tertutup dengan rekan kerjanya

yang di anggap kurang dekat, ia hanya dekat dengan 1 orang teman kerjanya yang

di anggap dekat dan sama-sama dari keluarga yang telah bercerai.

“ kalau di tempat kerja nda terlalu banyak temanku yang sa

akrabkan, padahal sudah lamami juga sa kerja, tapi masih susah samau

menyesuaikan dengan teman-teman yang lain. paling bertemanji saja tapi

kalau teman dekat yang sa percaya dan yang sanyamankan hanya satu

orangji, kebetulan dia juga sudah cerai orang tuanya…”

“sedangkan kalau di lingkungan rumahku, sa kurang akrab

memang, kecuali di rumahku yang lama, ada teman dekatku yang sering

ketemu atau kumpul-kumpul tapi kalau disini, nda pernah, lagian saya

jarang juga di rumah.

Beberapa hal yang diungkapkan SS senada dengan pernyataan Key

informan SS yang menyatakan bahwa :


“Setahu saya SS memang jarang keluar-keluar kalau di tetangga,

paling biasa kalau dia libur kerja dia pergi sama temannya, dia juga

jarang di rumah karna kerja. Kalau saya sendiri memang jarang ke

tetangga kecuali bantu-bantu saja kalau ada acara, karna sudah tua juga

jadi tidak kuatmi…”

4) Komunikasi antara subjek dengan orang tua sebelum perceraian orang tua

Komunikasi dalam keluarga SS sebelum perceraian terjali baik walaupun

dalam waktu yang terbatas karena ayah SS yang sibuk bekerja, namun masih ada

waktu untuk keluarga SS untuk sekedar berkomunikasi. beda halnya dengan

ibunya yang merupakan ibu rumah tangga sehingga waktu untuk berkomunikasi

lebih banyak dibandingkan dengan ayah. Hal ini ditunjukkan dengan pernyataan

SS sebagai berikut :

“ kalau sama bapak memang kurang waktunya untuk

berkomunikasi karena bapak dulu kerja pagi-malam, lagian saat itu saya

juga masih kecil, sedangkan kalau mama, memamg dulu lebih banyak

komunikasi ke mama, karena mama di rumah terus. Tapi kalau untuk

kedekatan komunikasi antara mama dengan bapak sama-samaji baik,

hanya beda di waktu komunikasinya saja “

Pernyataan SS senada dengan yang diungkapkan key informan SS berikut

ini :

“ biasa saja nak, yahh seperti keluarga pada umumnya, sedangkan

SS waktu itu kan masih SD dia juga dekat sama bapak dan mamanya bisa
dibilang anak manja jadi apa apa di ceritakan sama mamanya biasa juga

sama bapaknya, sedikit-sedikit melapor….”

Komunikasi yang terjalin di dalam keluarga SS sebelum kedua orang

tuanya bercerai menunjukkan adanya hubungan yang harmonis diantara SS dan

orang tua, walaupun dalam waktu yang terbatas tetapi setidaknya komunikasi

tetap lancar.

5) Komunikasi antara subjek dengan orang tua setelah perceraian orang

tuanya

Saat orang tua SS memutuskan untuk bercerai, usia SS masih kecil

sehingga masih sulit untuk menerima kenyataan. Akan tetapi orang tua SS yaitu

ibu dan ayahnya masih tetap berusaha membangun komunikasi yang baik dengan

SS, namun hal ini tidak berlangsun lama setelah ibunya memutuskan untuk

menikah lagi bahkan ayam SS yang sama sekali tidak memberi kabar setelah

pindah dan tinggal ke Luar Negeri. Hal ini sangat membuat SS sakit hati, berikut

kutipan wawancara SS

“ seperti yang saya bilang tadi kak, kalau sekarang komunikasi

sama mama sudah kurang, walaupun tinggal berdekatan tapi

komunikasinya sangat kurang setelah mama menikah lagi. Terlebih lagi sa

tidak suka suaminya yang sekarang. Tapi maudiapa sudah itu

pilihannya.”

“Sedangkan kalau bapak setelah pindah ke Malaysia, awalnya

masih sering telpon atau chat tapi lama kelamaan setelah bapak juga

akhirnya menikah disana, jadi tidak pernah. Kalau saya chat tidak di
balas, telpon juga biasa di angkat istrinya dan dijawab seadanya. Jadi

semenjak itu karena bapak juga tidak ada respon saya tidak pernah juga

hubungi lagi.”

Hal ini juga dikuatkan dengan pernyataan Key informan SS sebagai

berikut :

“ kalau soal itu mungkin karena SS juga masih sakit hati sama

mamanya, tidak suka juga sama suami barunya, belum lagi bapanya yang

putus hubungan jadi mungkin SS tambah sakit hati sampe malas lagi

komunikasi sama orang tuanya. Pernah memang SS sempat mengeluh soal

mamanya yang kaya tidak peduli, bapaknya juga yang tidak pernah balas

smsnya”

6) Lawan bicara dalam melakukan pengungkapan diri

Lawan bicara dalam pembukaan diri adalah orang yang sangat dipercaya

dan memiliki hubungan dekat dengan pelaku pengungkapan diri. Namun dalam

hal ini, SS tidak memilih orang tuanya untuk melakukan pengungkapan diri

karena kondisi orang tuanya yang tidak dapat ia percaya untuk mengetahui

informasi-informasi tentang dirinya. Berikut pernyataan SS tentang orang yang

dipilihnya dalam melakukan keterbukaan diri.

“ biasanya cerita sama nenek tapi agak jarang, sahabat atau

paling sering sama pacar kak”

Hal ini senada dengan yang diungkapkan key informan SS, sebagai berikut

:
“ biasa cerita sama saya kalau mengeluh soal mamanya saja,

selebihnya jarang sekali karena memang SS jarang dirumah. Mungkin

juga sama teman dekatnya dari kecil, karna biasa da izin mau jalan-jalan

sama itu temannya, pernah baku tetangga dengan SS waktu dirumah

lamanya yg dikancil.”

Sikap SS yang memilih melakukan pengungkapan diri pada nenek. Teman

atau pacarnya namun tidak kepada orang tuanya menunjukkan bahwa SS

kehilangan kepercayaan pada orang tuanya untuk mengetahui informasi

pribadinya. Hal ini juga membuktikan bahwa hubungan SS dan kedua orang

tuanya memang tidak berjalan baik seperti sebelum perceraian orang tuanya.

Namun pada dasarnya, orang yang melakukan keterbukaan diri

menginginkan timbal balik dari lawan bicaranya, namun tidak dengan SS. Ketika

neneknya memberikan timbal balik, SS tetap tidak menghiraukan hal tersebut, hal

ini diungkapkan oleh SS yang terkesan tidak suka dengan timbal balik yang di

ungkapkan neneknya.

“ kalau nenek biasa kasih nasehat atau saran biasanya sampe

marah, dibilangi kuat mengeluh, suka larang juga kalau mau pergi-pergi

sama temanku yang lain, jadi sa lebih nyaman cerita sama sahabatku atau

pacarku responnya bagus kalau sama nenekku sedikit-sedikit marah jadi

biasa malah juga cerita atau mengeluh”

Sikap SS yang kurang menerima masukkan juga dibenarkan oleh Key

Informan SS, seperti berikut ini:


“ tergantung ceritanya nak, kalau SS ada masalah saya kasih tau,

tapi SS juga susah dikasih tau, gampang marah, jadi saya juga kadang

cape tegur”

Sikap SS yang menunjukkan bahwa ia tidak mau menerima masukan

membuat SS menganggap bahwa sikapnya selalu benar. Hal ini terbukti dengan

adanya pengakuan dari nenek korban yang mengaku SS adalah orang yang keras

kepala.

7) Cara melakukan pengungkapan diri subjek setelah perceraian orang tuanya

SS melakukan pengungkapan diri kepada nenek dan temannya baik secara

langsung maupun tidak langsung. Berikut kutipan wawancara dengan SS

mengenai cara pengungkapan dirinya

“ kalau sama nenek biasanya sa langsusng ceritaji, tapi diwaktu

saya liat moodnya nenek bagus atau kalau kalau kebetulan lagi duduk-

duduk sama nenek, tapi kalau sama sahabat atau pacar biasa secara

langsung kalau kebetulan lagi ketemu, atau biasa juga lewat chat”

Senada dengan yang diungkapkan SS, key informan SS mengungkapkan

hal yang sama seperti berikut ini

“biasa dia cerita kalau kebetulan lagi duduk sama-sama atau

kalau dia lagi di rumah”

8) Informasi yang diungkapkan dalam pengungkapan diri

Setiap individu memiliki pilihan masing-masing, ada individu yang

memilih meceritakan seluruh masalahnya pada satu orang namun ada juga
individu yang memilih untuk memendam masalahnya sendiri. SS lebih tertarik

untuk menceritakan segala masalahnya pada pacar atau sahabatnya yang di

anggap selalu punya waktu untuk diajak cerita dibandingkan nenek bahkan ayah

atau ibunya, seperti pernyataan berikut ini

“ Kalau sama nenek paling mengeluh kalau lagi ada masalah

sama mama, kalau sama pacar biasanya sa cerita semua mulai dari

masalah keluarga, teman, masalah di tempat kerja juga, sedangkan kalau

sama sahabatku biasa sa cerita soal keluargaku juga atau tidak kalau

salagi marahan sama pacarku, sama itu temanku biasa curhat”

“ kalau sama nenek atau mama tidak pernah cerita kalau ada

masalahku sama pacarku, karna mereka belum tahu kalau sa pacaran,

setahunya mereka kita berteman biasaji”

Berikut pernyataan Key Informan SS terkait dengan informasi yang biasa

di ungkapkan SS

“dia memang jarang cerita nak, kalaupun cerita kalau sudah

emosi, tiba-tiba saja ngomel soal mamanya, kalau soal yang lain SS tidak

pernah cerita, jadi saya pikir tidak adaji permasalahannya diluar itumi

tidak pernah ngeluh soal masalah diluar”

Berikut komentar SS ketika ditanya apakah jika ada waktu yang

memungkinkan untuk berkomuniakasi mengenai hal-hal pribadi SS kepada ibunya

“ kalau memang ada kesempatan paling hanya bicara yang

penting-pentingji, yang jelas bukan hal-hal yang pribadi, soalnya sudah

terlanjur tidak nyaman juga”


SS memilih untuk lebih mengungkapkan dirinya dibandingkan pada

keluarganya sendiri, karena SS menganggap bahwa mereka dianggap dapat

membantu SS meringankan bebannya dan dianggap lebih nyaman dibandingkan

dengan melakukan pengungkapan diri kepada keluarganya sendiri baik nenek

maupun ibunya.

b. IN ( Inisial)

1) Profil Keluarga

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi terhadap subjek IN dan salah

satu keluarganya, interaksi dan komunikasi dalam keluarga IN berjalan lancar

sejak perceraian belum terjadi sampai perceraian orang tua terjadi Begitu juga

dengan pola asuh otoritatif yang diberikan oleh orang tua IN kepada anaknya.

Orang tua IN memberi kebebasan kepada IN dan selalu mengajak IN ketika

berdiskusi mengenai kondisi yang terjadi dalam keluarganya, termasuk dalam hal

perceraian. Terlihat dari interaksi yang terjalin antara OP dengan key informan

IN (ibunya) yang menunjukkan kedekatam antara ibu dan anak seperti saat

wawancara dan observasi yang dilakukan, terlihat key informan IN yang sesekali

bercanda dan mengejek IN berkaitan dengan jawaban-jawaban yang di lontarkan

IN. Hal ini juga didukung oleh pernyataan IN

“ keluargaku termasuk keluarga yang harmonis, sampe akhirnya

saya tau kalau mereka mau pisah saya masih tidak percaya, karna mama

dengan bapaku juga tidak pernah ribut di depanku”


Begitu juga denga interaksi yang terjalin setelah perceraian terjadi, senada

dengan pernyataan IN yang mengatakan bahwa:

“ biar orang tuaku sudah cerai, tapi kalau komunikasi masih tetap

lancar walaupun sudah pisah tempat tinggal, sama mama juga masih

dekat, sama bapa juga masih perhatian kaya dulu”

Interaksi yang terjalin antara IN dan orang tunya seperti digambarkan di

atas tidak berubah ketika akhirnya key informan In dan suaminya memutuskan

untuk berpisah. Orang tua IN memang telah bercerai, namun keduanya tetap

berusaha menjalankan kewajibannya sebagai orang tua sehingga IN pun tidak

merasa bahwa keluarganya berpisah, ia bahkan menunjukkan bahwa tidak

memiliki masalah yang berarti walaupun orang tuanya telah berpisah. Hal ini juga

di perkuat dengan pernyataan key informan IN sebagai berikut :

“ kalau soal itu kan sebagai orang tua sudah seharunya

menjalankan kewajibannya, walaupun saya sudah pisah sama bapaknya,

tidak berarti hubungan ta dengan anak juga berubah…”

2) Reaksi subjek terhadap kondisi kelurga pasca perceraian

Walaupun orang tua IN bercerai tetapi mereka tidak menunjukkan konflik

yang dapat membuat IN tersakiti. Hal ini terbukti dengan masih adanya

komunikasi diantara kedua orang tua IN mengenai perkembangan IN setelah

perceraian. Walaupun tidak terjadi konflik, namun berikut reaksi dan perasaan

IN ketika mengetahui bahwa orang tuanya bercerai


“ awalnya pasti kaget, sedih juga, lagian siapa juga bisa langsung

terima kalau orang tuanya bercerai”

Pernyataan IN sejalan dengan yang dikatakan ibunya

“ Responnya sudah pasti kaget dek, pasti juga tidak terima kalau

orang tuanya pisah, apa lagi dia kan anak satu-satu, sempat juga diam

beberapa hari padahal dia orangnya cerewet dek….”

Meskipun merasa kaget, namun IN tidak mau bertanya pada ibu ataupun

ayahnya terkait dengan alasan mereka bercerai karena IN merasa takut kalau

ayah atau ibunya marah terhadap pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukannya,

walaupun sebenarnya IN ingin bertanya mengapa orang tuanya bercerai karena

selama ini mereka memperlihatkan hubungan yang baik, berikut pernyataan IN

“ saya juga sebenarnya ingin tau alasannya mereka cerai, tapi

disisi lain sa takut juga jangan sampai mereka tersinggung, karena pasti

mereka juga ada perasaan sedih biar sedikit”

IN melakukan hal tersebut karena ia sangat menghormati dan menghargai

perasaan orang tuanya. Ia juga berusaha untuk menerima keputusan orang tuanta,

seperti yang dikatakannya

“ mau tidak mau harus terima kenyataan, kalau sudah itu yang

terbaik, yah nda masalahji kalau saya”

Tetapi hal ini belum cukup bagi IN yang sebenarnya menginginkan

penjelasan mengenai alasan perceraian orang tuanya. berikut alasan key informan
IN (Ibu IN) mengapa ia tidak memberitahu IN tentang sebab perceraian orang

tuanya.

“ waktu cerai sama bapaknya saya tidak kasih tau memang IN,

lagian IN juga tidak tanya-tanya juga, jadi saya juga tidak kasih tau”

Sebenarnya penting memberikan pengertian kepada IN tentang sebab-

sebab perceraian mereka sehingga IN tidak menyalahkan salah satu pihak saja.

Walaupun begitu, IN tetap berusaha mengetahui sebab perceraian orang tuanya,

usaha yang dilakukannya dengan tetap berkomuikasi dengan orang tuanya.

Sampai akhirnya, IN memahami perpisahan diantara orang tuanya terjadi karena

perbedaan pendapat dan ego dari masing-masing orang tuanya. Seperti yang di

jelaskan oleh IN

“ berusaha cari tau sendiri, jadi sa rasa mereka cerai karena

memang ego masing-masing, mama egois bapak juga egois jadi mungkin

itu juga penyebabnya”

3) Kehidupan sosial subjek pasca perceraian orang tua

Kehidupan sosial IN di lingkungan sekitar maupun di tempat kerja tidak

menunjukkan banyak perubahan setelah perceraian kedua orang tuanya, hal ini

ditunjukkan dengan pernyataan IN berikut ini

“ kalau waktu masih sekolah dulu biasa saja, sama teman kerja

juga biasa saja, lagian hanya beberapa orang yang tau kalau mama
dengan bapaku cerai, mereka juga biasa saja, ndatau karna sa malas

pusing atau bemana.”

Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh key informan IN (ibu IN)

“ kalau sama tetangga saya rasa biasaji dek, tapi menurut saya

bukan karna dia orangnya malas pusing, tapi memang dia orangnya

pintar sembunyikan perasaannya, SS juga orangnya tenang-tenang saja

jadi orang lain juga bisa nyaman”

Sikap IN terhadap lingkungan sekitar memang dapat dipengaruhi oleh

banyak hal terutama bagaimana IN sendiri menyikapi perceraian orang tuanya.

namun reaksi yang ditunjukkan oleh teman-teman dan lingkungan sekitarpun

mendukung IN untuk tetap bersikap seperti sebelum terjadi perceraian diantara

orang tuanya sehingga hal itu lebih mudah bagi IN.

4) Komunikasi antara subjek dengan orang tua sebelum perceraian orang tua

Seperti yang telah dijelaskan di aspek yang pertama, komunikasi antara

subjek dan orang tua berjalan lancar, terbukti saat wawancara dilakukan terjadi

candaan-candaan kecil antara key informan IN dan IN. Sesuai dengan pernyataan

subjek yang menyatakan bahwa

“ kalau komunikasi dari dulu memang lancar, sampai sekarang

juga masih lancar, biasa lewat chat telpon atau kadang juga ke rumahnya

bapak, paling yang beda hanya nda bisa seleluasa dulu kalau mau cerita

sama bapak, karna beda tempat tinggal jadi nda tiap hari ketemu”
Pernyataan subjek juga didukung dengan pernyatann Key Informan IN

(ibu IN) yang menjelaskan bahwa komunikasi yang terjalin dengan anaknya

seperti berikut

“ masih lancar sekali dek, IN juga sering curhat kalau ada

masalah diluar atau kalau rindu bapaknya, jadi biasa dia bermalam sama

bapanya kalau hari-hari minggu”

Hal ini menunjukan bahwa orang tua IN memang memberikan situasi

keluarga yang nyaman bagi IN. Sehingga komunikasi dapat berjalan dengan baik

antara anak dan orang tua.

5) Komunikasi antara subjek dengan orang tua setelah perceraian orang tua

Komunikasi antara IN dengan orang tuanya terjalin sangat baik bahkan

sampai perceraian orang tua IN terjadi, hal ini terbukti dengan pernyataan IN

berikut ini

“ yah seperti yang sabilang tadi, sampe sekarang Alhamdulillah

masih lancar”

Hal tersebut juga senada dengan yang diungkapkan oleh key informan IN

(ibu IN) yang mengatakan bahwa

“ masih lancar, paling hanya kendala di tempat tinggal yang

berbeda juga, jadi tidak bisa ketemu tiap hari seperti dulu”

6) Lawan bicara dalam melakukan keterbukaan diri


Dalam melakukan keterbukaan diri, seharusnya keluarga terdekatlah yang

menjadi tempat yang dipilih individu. Begitu juga dengan IN, ia memilih

melakukan keterbukaan diri kepada orang tuanya walaupun itu juga dilakukannya

dengan temannya, hal ini dilakukan IN karena selain mempercayai orang tuanya,

IN juga sangat mempercayai dan merasa nyaman dengan kekasihnya untuk

berbagi cerita, berikut pernyataan IN

“ biasanya lebih sering cerita ke orang-orang terdekat saja seperti

mama, bapak, pacar atau sahabatku”

Senada dengan yang dikatakan IN, ibunya pun membenarkan pernyataan

IN, berikut pernyataan key informan IN

“biasa sama saya, kadang juga sama bapaknya, karna kalau apa

apa habis cerita sama bapaknya pasti cerita lagi kesaya”

Beberapa hal di atas menunjukkan bahwa IN memang memiliki kedekatan

dengan orang tuanya.Walaupun orang tuanya telah berpisah, ia tetap mempercayai

orang tuanya untuk mengetahui informasi-informasi pribadinya meskipun orang

tuanya telah mengecewakannya.

Saat melakukan keterbukaan diri, individu membutuhkan timbal balik dari

lawan bicaranya agar ia mengetahui reaksi lawan bicaranya mengenai masalah

yang dikatakannya. Begitu juga dengan IN, berikut timbal balik yang didapatkan

IN dari lawan bicaranya.


“ biasanya kalau bapa kasih saran atau nasehati, kalau mama

biasanya kasih tau sampe mengomel, contohnya dulu waktu masih SMA

pernah sa cerita sama mamku kalau sa bohongi bapa, saya minta uang

bilangnya mau beli buku padahal saya pake untuk beli skincare, akhirnya

sa dimarahi mamaku hahaha…”

Senada dengan yang dikatakan IN, berikut pernyataan key informan IN

(ibu IN)

“ kalau masalah sekolah atau sama teman kerja bahkan soal

pacarnya biasanya saya kasih saran dan nasehati seperti kalau bergaul

hati-hati, harus bisa jaga diri, tapi biasa juga dia susah dikasih tau, tapi

mau diapa sebagai orang tua kita harus bisa juga mengerti jadi jangan

hanya tau kasih tau saja anak-anak tanpa liat kondisi anak bagaimana”

Seperti pernyataan-pernyataan di atas bahwa timbal balik yang diberikan

ibu dan ayah IN sangat berguna bagi In untuk mengoreksi dirinya sendiri.

7) Cara melakukan keterbukaan diri subjek setelah perceraian orang tua

Keterbukaan diri dapat dilakukan dengan cara langsung dan tidak

langsung. Berikut cara IN melakukan keterbukaan diri pada orang-orang

terdekatnya

“kalau saya lebih suka bicara langsung karena bisa langsung liat

reaksinya, tapi kalau sama bapak karna rumahnya cukup jauh jadi leboh

sering lewat telpon”


Senada dengan yang diuangkapkan oleh IN, ibu IN pun mengatakan hal

serupa, berikut pernyataan IN

“ kalau sama saya biasanya dia cerita langsungji dek, tapi kalau

sama bapakya, karna kadang hanya seminggu sekali ketemu jadi lebih

sering lewat telpon, bapaknya juga lumayan jauh di Konda”

8) Informasi yang diungakapkan dalam keterbukaan diri

IN memilih melakukan keterbukaan diri pada kedua orang tuanya dan

teman dekatnya. Ada berbagai masalah yang menurut IN lebih aman jika

diceritakan pada orang tuanya ataupun pada temannya, berikut penuturannya

mengenai informasi yang diungkapkannya

“ kalau sama mama atau bapak paling cerita soal masalah diluar,

kaya sama teman atau teman kerja, tapi kalau sama pacarku biasa saya

cerita soal pertemanan atau keluarga kalau lagi kebetulan ada salah

paham sama mama, sedangkan kalau sama temanku biasa sa curhat kalau

ada masalah sama pacarku, kan temanku juga kenalji pacarku”

“ kadang-kadang juga kalau sama mamaku sa tidak tidak cerita

curhat soal masalahku dengan pacarku takutnya nanti mamaku ikut

jengkel juga sama pacarku”

Senada dengan yang di ungkapkan ibu IN yang mengungkapkan bahwa


“ banyak dek kalau lagi ada waktu luang biasa da cerita soal

kerjanya, soal temannya juga, hari-hari pasti ada ceritanya, dia memang

begitu cerewet orangnya hahah…”

IN memang kadang memilih-milih dengan siapa dia menceritakan

permasalahan pribadinya. Dia juga memilih-milih informasi mana yang akan

diceritakannya pada orang tuanya ataupada temannya baik informasi positif

ataupun negatif.

Keterbukaan diri yang dilakukan IN kepada orangtuanya memang tidak

keseluruhan. Namun sebagai anak korban perceraian, ia mampu menunjukkan

bahwa tidak ada yang berubah dalam kondisi keluarganya, terbukti dengan

komunikasi yang tetap terjalin antara IN dan orang tuanya. IN tetap memperoleh

kasih sayang yang sama dari kedua orang tuanya. ia juga tetap memperoleh waktu

dari kedua orang tuanya untuknya bercerita. Sehingga ia tidak kehilangan

kesempatan untuk memperoleh perbaikan diri dari timbal balik yang diberikan

orang tuanya

c. YA (Inisial)

1) Profil Keluarga

Berdasarkan hasil wawancara terhadap subjek YA dan Keluargamya,

hubungan keluarga dari segi komunikasi berubah sejak kedua orang tuanya

bercerai, seperti yang diungkapkan oleh YA

“ sebelum bercerai harmonis sekali sampe-sampe tidak pernah ada

terlintas kalau mereka mau pisah, bahkan sampai banyak orang-orang iri
hati, sampai akhirnya kaya sekarang jadi beda sekali suasannya, jadi

jarang sekali juga cerita. Bicaraji kecuali yang penting-penting saja”

Hal serupa juga di perkuat dengan pernyataan dari ibu YA ( key informan

YA) terkait dengan perceraiannya

“ saya juga tidak sangka-sangka kalau akan cerai, tapi mau diapa

kalau sudah takdir toh dek”

2) Reaksi Subjek terhadap kondisi keluarga pasca perceraian

Reaksi YA sangat kaget dan sulit untuk menerima perceraian orang

tuanya, terlebih lagi setelah tau alasan perceraian keduanya, YA semakin kecewa

kepada ayahnya dan juga kepada ibunya yang ikut berubah setelah kedua orang

tuanya bercerai, seperti pernyataan yang di kemukakan oleh YA.

“ kaget to, apa lagi tau alasannya mereka cerai, jadi lebih tidak

sangka-sangka tapi sa tidak bisa kasih tau kita alasannya soalnya terlalu

privasi. Terus mama juga ikut berubah setelah cerai, ndatau kenapa sa

malas juga mau tanya-tanya”

Seperti pernyataan yang dikemukakan YA, semenjak kedua orang tuanya

bercerai kondisi komunikasi keluarganyanya baik, akan tetapi setelah kedua orang

tuanya bercerai sikap orang tuanya juga ikut berubah sehingga membuat

YEAmenjadi lebih tertutup bahkan seperti malas untuk membahas mengenai

perceraian orang tuanya.

Hal serupa juga sama diungkapkan oleh ibu YA


“waktu awal tau kita bercerai YA juga kelihatan tidak senang

bahkan marah setelah tau dari kakaknya alasan saya dengan bapaknya

cerai, lagipula kalau sudah begitu jalannya mau di apa dek, dia juga kan

sudah besar jadi seharusnya bisa mengerti kondisinya orang tua

bagaimana”

3) Kehidupan sosial subjek pasca perceraian orang tua

YE bukan anak yang dekat dengan lingkungan sekitanya akan tetapi

berbeda pada lingkungan kampus, seperti yang pernyataan yang di kemukakan

YA

“ kalau pergi ketetangga buat kumpul-kumpul atau bermain sama

anak seusiaku sudah tidak pernah, terakhir saya kumpul-kumpul kayanya

waktu kecilji, lagian teman yang saya cukup dekat ditentanggaku hanya

dua orang tapi sekarang sudah tidak dekat kaya dulu”

“Kalau di kampus bagusji kak, memang awalnya sa agak susah

menyesuaikan diri, tapi lama kelamaan tidakmi, sa dekat juga sama

teman-temanki yang lain. pokonya beda sekali dengan di lingkungan

rumahku”

Beberapa hal yang diungkapkan YA senada dengan pernyataan Key

Informan YE (ibu YA)

“ Kalau sama orang-orang sini dia juga jarang sekali keluar,

bahkan bisa dibilang tidak pernah. Lagi pula YA juga jarang keluar
kecuali ke kampus atau pergi kerja tugas kalau tidak masuk kampus

dikamarnya saja terus”

4) Komunikasi antara subjek dengan orang tua sebelum perceraian orang

tua

Komunikasi dalam keluarga YE terjalin baik walaupun hanya dalam

waktu yang terbatas karena ayah YE jarang berada dirumah, akan tetapi masih

ada waktu untuk keluarga YE untuk sekedar berkomunikasi. Hal ini ditunjukkan

dengan pernyataan YE berikut ini

“bae baeji, seperti keluarga pada umumnya, biarpun bapakku

sibuk tapi pasti tetap sempatkan waktunya untuk keluarga, biar hanya

sekedar kumpul-kumul makan atau nonton TV sama-sama, sama mama

juga dulu masih lancar”

Pernyataan YE senda dengan yang diungkapkan oleh Key Informan YE

( Ibu YE) sebagai berikut

“biasa saja dek, komunikasi juga lancar. Tapi YE memang biasa

lebih suka cerita sama bapaknya karna memang di manja bapaknya dari

kecil”

Komunikasi yang terjalin di dalam keluarga YE menunjukkan bahwa

adanya hubungan yang harmonis diantara anak dan orang tua sebelum

pereceraian terjadi. Walaupun hanya komunikasi dalam waktu yang terbatas

tetapi setidaknya ada komunikasi yang baik dalam keluarga YE.


5) Komunikasi antara subjek dengan orang tua setelah perceraian orang

tua

Hubungan komunikasi dalam keluarga YE sebelum dan sesudah percerain

dianggap memiliki perubahan seperti pernyataan yang dikemukakan oleh YE,

berikut kutipan wawancara dengan YE

“ nda seperti dulumi, sudah beda, dulu kita akrab satu sama lain,

atau apa begitu pokonya sa senang, tapi pas bercerai kaya bedanmi,

mulaimi ada yang menjauh, bahkan sekarang sudah putus komunikasi

sama bapaku”

Pernyataan YE juga diperkuat dengan pernyataan Key Informan YE ( Ibu

YE) terkait hubungan komunikasi setelah perceraian

“semenjak bercerai sudah putus hubunganmi memang, bapanya

juga tidak pernahmi lagi telpon, sudah menikah lagi juga”

6) Lawan bicara dalam melakukan keterbukaan diri

Keluarga yang seharusnya dijadikan tempat pertama anak untuk

mencurahkan segala permasalahnnya karena dianggap memiliki hubungan dekat

dengan pelaku pengungkapan diri. Namun dalam hal ini YE tidak memilih orang

tuanya untuk melakukan keterbukaan diri karena kondisi orang tuanya yang tidak

dapat ia percaya untuk mengetahui informasi-informasi pribadinya. Berikut

pernyataan YE tentang orang yang dipilihnya dalam melakukan keterbuakaan diri

“ biasanya sama pacar saja, kalau saudara kan adeku masih kecil,

kalau sama mama, memang dari dulu sa jarang cerita sama dia, paling
sama bapakji, tapi karna sekarang sudah beda jadi tidak bisa cerita

kesiapa-siapa lagi”

Hal senada juga di ungkapkan key informan YE berikut ini

“ tidak pernah juga cerita apa-apa, dia juga orangnya tertutup,

paling kalau hal-hal pentingji dia bicarakan, yang jelas jarang cerita ke

saya”

Sikap YE yang memilih melakukan keterbukaan diri hanya kepada

kekasihnya dibandingkan dengan orang tuanya menunjukkan bahwa YE

kehilangan kepercayaan pada orang tuanya untuk mengetahui informasi

pribadinya.

Namun pada dasarnya, orang yang melakukan keterbukaan diri

menginginkan timbal balik dari lawan bicaranya, namun tidak dengan YE. Ketika

ibunya memberikan timbal balik, YE tetap tidak menghiraukan hal tersebut, hal

ini diungkapkan oleh YE yang terkesan tidak suka dengan timbal balik yang

diungkapkan ibunya

“ pernahji sa cerita satu kali sama mamaku, sa mengeluh soal

kuliahku, buaknnya support, malah dia mengomel juga seolah-olah sa

tidak berusaha juga, akhirnya sa tidak banyak mengeluhmi juga”

Sikap YE yang kurang bisa menerima masukan juga di benarkan oleh ibu

YE seperti berikut ini


“ ohiya pernah memang dia mengeluh karna bermasalah di

kampus, saya nesehati ji juga tapi dia juga tidak bisa ditegur padahal

untuk dirinya sendiriji juga”

Sikap YE yang menunjukkan bahwa ia tidak mau menerima masukan dari

ibunya karena merasa bahwa ibunya tidak mengerti dengan keadaannya.

7) Cara melakukan keterbukaan diri subjek setelah perceraian orang tua

YE melakukan keterbukaan diri kepada pacarnya secara langsung atau

melalui telepon atau chat

“ tergantung situasinya, kalau kebetulan lagi ketemu, biasa cerita secara

langsung, tapi lebih sering lewat chat atau telepon”

YE berusahan mengurangi beban pikirannta dengan mengungkapkan

banyak hal yan dialaminya kepada kekasihnya.

8) Informasi yang diungkap dalam keterbukaan diri

Setiap individu memiliki pilihan masing-masing, ada individu yang

memilih menceritakan seluruh masalahnya pada satu orang namun ada individu

yang memilih untuk membagi-bagi masalahnya pada orang yang dinaggapnya

tepat, ada pula yang memilih untuk memendam masalahnya sendiri. Namun yang

dipilih YE adalah, ia menceritakan segala masalahnya kepada kekasihnya, karena

merasa nyaman dan merasa lebih dimengerti oleh kekasihnya di bandingkan orang

tuanya sendiri seperti pernyataannya YE berikut ini


“ seperti yang sabilang tadiji, kalau sama mamaku memang sa jarang

sekali cerita, kalaupun bicara kecuali hal-hal penting saja, sedangkan kalau sama

pacarku semuanya kayanya sa curhatkan, mulai dari masalah dalam rumah,

kampus, masalah sama temanku pasti sa selaui cerita sama dia”

d. Subjek BE (Inisiak)

1) Profil Keluarga

Ibu BE bekerja di Jakarta setelah bercerai dengan suaminya,sedankan ayah

BE tinggaldi kediamannya yang berada di Kendari Permai. Pola asuh yang

diberikan ayah BE kepada BE cenderung otoritatif, orang tua BE cuek terhadap

apa yang dilakukan BE dan lebih sibuk mengurus pekerjaan dan pertengkarannya

dengan istrinya dibandingkan memperhatikan perkembangan anaknya. Berikut

pernyataan BE ketika ditanya kondisi keluarganya saat sebelum perceraian.

“kalau sama bapak memang tidak akrab dari kecil kak, bapaku

jarang dirumah kalaupun dirumah sering marah-marah nda jelas”

“iya kak sering bertengkar dengan mamaku”

Seperti yang diungkapkan oleh BE, bahwa kondisi keluarganya memang

sudah buruk sejak sebelum perceraian terjadi. Ayah dan ibu BE sering bertengkar

dihadapan BE dan adiknya tanpa memperdulikan mereka. Hal ini juga diperkuat

dengan pernyataan nenek BE berikut ini

“ mamanya memang sering cerita soal suaminya, tapi sa sering

ingatkan untuk ingat anak-anakmu masih kecil-kecil kasihan”


Tentu ND merasa sangat tertekan saat melihat orang tuanya bertengkar,

namun yang disa dilakukannya saat itu hanya menangis.

2) Reaksi subjek terhadap kondisi keluarga pasca perceraian

Tampak dari kondisi keluarga BE saat sebelum dan setelah perceraian

terjadi memang sudah buruk. Salah satu orang tua BE tidak memperdulikan

keberadaan BE dan adiknya. Maka berikut reaksi BE ketika mengetahui

perceraian orangtuanya

“ biasaji kak, sa terima juga mereka cerai karena menurutku lebih

baik dorang berpisah saja”

Pernyataann BE senada dengan yang diuangkapkan nenek BE seperti

berikut ini

” kalau saya terima saja keputusannya mereka, kasihan juga liat

mamanya BE di sakiti terus, lagian anak-anaknya sudah setuju juga

mba”

Sikap BE yang langsung menerima keputusan orang tuanya untuk bercerai

menunjukkan bahwa BE sudah mempersiapkan dirinya sejak dulu untuk

perceraian orang tuanya. BE merasa tidak heran karena orang tuanya sangat sering

bertengkar, terlebih lagi sikap ayah BE yang di membuatnya tidak nyaman.

3) Kehidupan sosial subjek pasca perceraian orang tua


BE memang dapat menerima perceraian orang tuanya, namun BE masih

sering merasa iri pada teman-temannya yang terlihat memiliki keluarga utuh. Ini

terbukti dari pernyataan BE berikut ini

“ biasaji kak kalau di sekolah, hanya biasa kaya ada perasaan iri

liat teman-temanku yang biasa di antar bapanya kesekolah, baru saya

hanya di antar maxim terus hahah….”

“iya kak saya memang susah bergaul, di sekolah juga teman

dekatku hanya satu orang yang sa akrabkan”

“nda kak kalau sama tetangga tidak dekat sama sekali, kalau lagi

dirumahnya nenekku sa nda keluar-keluar rumah juga”

Sikap BE yang memiliki perasaan iri terhadap teman-temannya tidak dapat

disalahkan sepenuhnya karena trauma yang dialaminya dalam keluarganya, selagi

BE tidak melakukan hal-hal negative karena rasa irinya. Selain itu BE juga

tumbuh Menjadi remaja introvert dan sulit bergaul.

4) Komunikasi antara subjek dengan orang tua sebelum perceraian orang tua

Seperti yang telah dijelaskan BE bahwa hubungan dengan ayahnya yang

tidak dekat baik saat orang tuanya belum bercerai, namun setelah perceraian orang

tuanya, BE benar-benar sangat jarang berkomunikasi dengan ayahnya. Hal ini

dibuktikan dengan pernyataan BE berikut ini

“Kalau masalah komunikasi dari kecil sa lebih sering komunikasi

atau lebih dekat sama ibu sih kak, dibangingkan sama bapakku”
5) Komunikasi antara subjek dengan orang tua setelah perceraian orang tua

Komunikasi BE dengan ayahnya menjadi lebih buruk ketika BE tinggal

bersama neneknya dan tinggal berjauhan dengan ibunya, seperti yang dijelaskan

oleh BE

“iya kak, jarang sekalimi komunikasi kalau sama bapakku, kalau

sama ibu masih sering komunikasi, tapi tidak sesering dulu, karna ibu

juga disana kan kerja, tapi masih bisaji sempatkan waktunya untuk

hubungi kita”

“sa malas kalau sama bapak kak”

Hal ini senada dengan yang diungkapkan nenek BE mengenai komunikasi

BE dengan orang tuanya, berikut pernyataan Key Informan BE (Nenek BE)

“ kalau sama bapaknya sudah tidak komunikasi setelah cerai mba,

kalau sama mamanya seringji telpon, malah biasa hampir tiap hari telpon

BE dengan adenya”

Sikap BE yang memilih untuk tidak berkomunikasi dengan ayahnya

memang bukan sepihak salahnya, ini karena kondisi yang dihadapinya tidak

memungkinkan untuk ia berkomunikasi dengan ayahnya.

6) Lawan bicara dalam melakukan keterbukaan diri


BE lebih memilih melakukan keterbukaan diri dengan ibunya

dibandingkan ayahnya atau neneknya yang saat ini tinggal bersama BE, berikut

alasan BE melakukan hal tersebut

“ biasa sama ibu kak, kalau sama nenek tidak karena takut”

“ semunya sih kak, sa cerita soal sekolahku, terus pacar juga

kadang, terus karna ada traumaku dari masa kecil jadi kadang sering

panic attack, biasa langsung telpon ibu supaya dikasih tenang”

“pokoknya semuanya kak sa ceritakan ke ibu”

Senada dengan BE, Key informan BE ( Nenek BE) membenarkan

beberapa pernyataan BE

“ mungkin sama mamanya mba, kalau sama saya tidak pernah,

kalaupun di rumah kerjanya dikamar saja menyendiri, kadang juga saya

marah karena dia dikamar terus, kalaupun bicara kecuali yang pentin-

penting saja”

Selain melakukan keterbukaan diri, tentunya BE menginginkan adanya

timbal balik baik seperti pernyataan BE berikut ini

“kalau sama ibu, karena responnya selalu bagus, mau mengerti,

kasih tau bae-bae juga,dinasehati bae-bae, mama juga kadang-kadang

curhat soal kerjaannnya disana, jadi kaya saling mengerti saja bgitu kak”
“kalau sama bapak sa rasa bukan tipe orang yang bisa di ajak

curhat atau cerita”

Timbal balik tersebut menjadi masukkan yang berguna bagi BE agar

lebihh memperbaiki diri kedepannya.

7) Cara melakukan keterbukaan diri subjek setelah perceraian

Subjek BE lebih tertarik untuk melakukan pengungkapan diri secara

langsung, akan tetapi karena alasan-alasan tertentu mau tidak mau hanya bisa ia

lakukan melalui telpon atau chat, seperti yang dikatakan oleh BE berikut ini

“ lebih suka langsung sebenarnya kak, tapi mau diapa mama di

Jakarta saya di kendari, jadi hanya bisa lewat telpon atau chat”

“iya kak kalau dulu memang lebih sering cerita langsung sama mama”

8) Informasi yang diungkapkan dalam keterbukaan diri

BE mengaku menceritakan semua hal yang dialaminya pada ibunya,

berikut menyataan BE

“ seperti yang saya bilang tadiji kak, apa apa pasti cerita ke ibu,

mengeluh ke ibu juga, soal apa saja”

Hal ini sesuai pengakuan dari Nenek BE seperti pernyataan berikut ini

“ sama mamanya memang mba, mamanya juga biasa telpon saya

kalau BE habis cerita soal ini, biar saya bantu perhatikan BE dari sini,

kasihan juga itu anak mba”


BE memang lebih terbuka hanya kepada ibunya dibandingkan nenek dan

ayahnya, informasi yang diungkapkan BE terhadap neneknya memang sangat

terbatas karena BE memiliki perasaan takut terhadap neneknya.

e. RD (Inisial)

1) Profil Keluarga

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, interaksi komunikasi dalam

keluarga RD mengalami banyak perubahan setelah bercerai seperti pernyataan

yang di ungkapkan oleh RD pada saat wawancara, berikut ini

“sebelumnya kak, bagusji hubungan keluargaku, sa dekat sama

bapa dengan mamaku, bapa juga sering bantu mamaku menjual,

walaupun memang kadang mereka bertengkar juga”

Hal ini dibenarkan oleh key informan RD (Ibu RD) seperti pernyataan

yang dijelaskan oleh ibu RD berikut ini

“ biasaji dek, walaupun memang biasa bertengkar, karna kan

namanya rumah tangga pasti ada cekcoknya juga”

Hubungan dalam keluarga RD sebelum perceraian dianggap baik-baik saja

karena hubungan komunikasi antara anak dan orang tua masih terjaga,seperti

pernyataan RD berikut ini


“ dulu sa dekat sama bapaku, mamaku juga tapi setelah bercerai,

sudah jarang ketemu bapaku, mamaku juga sibuk cari uang, jadi sedikit

waktu untuk cerita-cerita kaya dulu lagi”

Hal ini diperkuat dengan pernyataan ibu RD sebagai berikut

“ seperti yang sabilang tadiji dek, sekarang sa jarang juga di

rumah karna kerja di warungnya orang dari pagi sampe malam”

2) Reaksi subjek terhadap kondisi keluarga pasca perceraian

Reaksi RD sangat kecewa ketika mendengar dari kakaknya kalau ibu dan

ayahnya akan bercerai,berikut pernyataan RD

“ kecewa kak, karna harus hidup terpisah sama bapaku, tapi sa

tidak bisa buat apa apa juga”

Hal ini senada dengan pernyataan ibu RD berikut ini

“ sempat dia diam-diam dek kalau di rumah, terus jadi kuat jalan

sama temannya biasa pulang nanti malam”

Perceraian kedua orang tua RD juga membuat RD menjadi anak yang

pendiam dan mencari kesenangkan di luar rumah seperti penyataan RD berikut ini

“ biasa sa lebih sering pergi sama teman-temanku biasa pergi

nongkrong atau mabar”

“ kalau sebelumnya tidak kak, sa lebih sering di rumah, kalau

main-main paling sama anak-anak lorong


3) Kehidupan sosial subjek pasca perceraian orang tua

Setelah orang tuanya bercerai RD menjalin pertemanan dengan orang-

orang baru untuk menenangkan diri seperti yang diungkapkan oleh RD

“ awalnya sa di ajak sama temanku juga untuk nongkrong, terus

lama kelamaan jadi baku bawa terusmi kak, setidaknya sa nda pusing

kaya di rumah”

Hal ini dibenarkan oleh ibu RD seperti pernyaataan ibu RD berikut ini

“ iya dek, suka jalan memang, baru tidak ada yang beres

temannya, pas berteman sama itu ana-ana RD jadi merokok, pulang

sekolah biasa nanti sudah malammi jam-jam 10”

Setelah perceraian orang tuanya RD menjadi anak yang sulit diarahkan

bahkan membangkang seperti pernyaan RD saat ditanya mengenai respon RD

ketika di nasehati ibunya berikut ini

“ dengarji kak, mau bikin apa juga duduk di rumah sendiriku kaya orang

bodo-bodo, masa nda boleh berteman, dia saja pulang di rumah sudah malam”

Pernyataan RD yang mengaku mendengarkan perkataan ibunya tidak

sejalan dengan pernyataan ibunya ketika diwawancara, berikut pernyataan ibu RD

“ iya, iya saja dek tapi begitu terusji, ada saja jawabannya kalau ditegur”

4) Komunikasi antara subjek dengan orang tua sebelum perceraian


Seperti yang telah dijelaskan di atas pada aspek pertama, komunikasi

antara subjek dan orang tua berubah setelah perceraian dimana yang sebelumnya

anatar orang tua dan anak memiliki kedekatan komunikasi yang baik, seperti

pernyataan RD berikut ini

“kaya sabilang tadiji kak, lancar baik sama bapa ataupun

sama mamaku”

5) Komunikasi antara subjek dengan orang tua setelah perceraian orang

tua

Komunikasi antara RD dan kedua orang tuanya berubah setelah perceraian

yang disebabkan oleh kesibukan dan kondisi orang tua RD sehingga waktu untuk

hanya sekedar saling bertukar informasi terbatas, seperti yang dijelaskan RD

berikut ini

“ iya kak, jarang sekalimi. Mamaku kerja dari pagi sampe malam,

bapaku juga dia dikebun juga, tidak pernahmi kerumah setelah itu

masalah”

Hal ini dibenarkan oleh ibu RD seperti berikut ini

“ jarang dek, bapaknya juga sudah tidak kerumah, saya juga

kerja, mana banyak tanggungan dek”

Berdasarkan pengakuan RD dan Ibunya KEY INFORMAN RD bahwa

kondisilah yang mempengaruhi kondisi komunikasi antara RD dan orang tuanya

jadi terhambat.
6) Lawan bicara dalam melakukan keterbukaan diri

Dalam melakukan keterbukaan diri, seharusnya keluarga atau orang-orang

terdekatlah yang menjadi tempat yang dipilih individu akan tetapi berbeda dengan

RD yang lebih memilih menyimpan sendiri informasi-informasi terkait dirinya,

seperti pernyataan RD

“ sa tidak pernah curhat sama mama atau bapaku, dulu mungkin

sering cerita karna samasih kecil, tapi setelah sa sudah besar sa tidak

pernah cerita-cerita begitu sama mereka.

RD bahkan tidak menceritakan permasalahan-permasalahnya kepada

orang lain baik itu kepada teman atau sahabatnya, seperti pernyataan RD berikut

“ tidak kak, nda ada, kalaupun ada masalah sa diam saja, paling

cari kesibukan lain supaya tidak kepikiran”

Hal ini dibenarkan oleh ibu RD,seperti penyataan yang di ungkapkan KEY

INFORMAN RD berikut ini

“ iya dek, nda pernah mi cerita-cerita begitu. Paling bicara soal

sekolahnya kalau mau mebayar atau apa”

7) Cara melakukan keterbukaan diri subjek setelah perceraian orang tua

Keterbukaan diri dapat dilakukan dengan cara langsung atau tidak

langsung. Berikut cara RD melakukan pengungkapan diri kepada keluargaya

“ bemana di kak, paling sa diamji, biasa juga emosi sendiri kak”


Hal ini dibenarkan oleh ibunya, berikut pernyataan ibu RD

“ kadang-kadang dia suka rebut dengan adenya, kalau di tanya

juga kaya da emosi jawab, padahal kita ini bicara biasa saja, kalau

ditegur juga malah marah balik, jadi kalau capemi juga sakasih tau saya

diam saja

Sikap RD yang menyembunyikan perasaan dan permasalahnnya membuat

RD menjadi sulit untuk mengatur emosinya dan membuat ibu ataupun saudaranya

merasa tidak nyaman.

8) Informasi yang diungkap dalam keterbukaan diri

RD merupakan anak yang cenderung tertutup kepada keluarganya sendiri,

seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa RD tidak memiliki kedekatan

komunikasi antara ia dengan ibu maupun ayahnya, RD hanya mengomunikasikan

hal-hal umum saja seperti seputar kebutuhannya, berikut pernyataan RD

“ paling hanya soal hal-hal pentingji kak, kaya mau beli buku,

minta uang jajan, izin kesekolah, pokonya begitu-begituji”

f. AR (Inisial)

Berdasarkan hasil wawancara terhadap AR (Inisial) dan kakaknya, orang

tua AR memberikan pola asuh permisif yang cenderung tidak peduli terhadap

anak, jadi apapun yang dilakukan anak diperbolehkan. Hal ini disebabkan karena

orang tua AR yang lebih mementingkan diri mereka sendiri. Orang tua AR yang

merupakan pelaut dan Ibu AR yang setelah bercerai tinggal bersama suaminya di
morowali dan bekerja disana, sedangkan AR tinggal bersama kakaknya. Hal ini

dapat dibuktikan oleh hasil wawancara yang dilakukan kepada AR

“ saya tidak ingatmi kak, karena waktu itu masih TK mereka cerai,

terus mamaku menikah lagi sama bapak tiriku yang sekarang”

“tidak kak, biasa sa tinggal sama kakaku, kakaku juga sudah

menikahmi jadi biasa saya tinggal dirumah sendiri, kalau bapak sudah

lama tidak ketemu, terakhir ketemu waktu masih SD”

Hal ini dibenarkan oleh kakanya key informan AR, berikut penjelasannya

“ biasa bermalam di rumah kalau dia lagi dikendari, dia juga kan

kerja di sekarang kan kerja kapal penumpang jadi jarang-jarang di

rumah”

“ohh kalau waktu SMA dia tinggal di pondok dek”

Berdasarkan hasil wawancara dengan kakak korban yang di anggap lebih

tau mengenai kondisi keluarganya sebelum bercerai, key informan AR mengaku

bahwa hubungan keluarganya memang sudah tidak baik sebelum orang tuanya

bercerai

“ memang dek, sudah tidak bagus memang hubungannya mereka,

sering bertengar, sama sama keras orangnya sampe akhirnya ceraimi.

2) Reaksi subjek terhadap kondisi keluarga pasca perceraian


Reaksi AR saat tau orang tuanya bercerai merasa sangat sedih, apalagi di

usia AR yang masih sangat kecil, sehingga masih sangat bergantung kepada orang

tuanya, seperti pernyataan AR berikut ini

“ pernahkan masih kecil kak, jadi pastimi sedih toh”

Key informan AR membenarkan hal tersebut, berikut kutipan

wawancaranya

“kalau sedih pasti mi dek, biar juga saya yang waktu itu sudah

smp sarasa sedih, apa lagi AR yang masih kecil”

Menurit AR perceraian orang tuanya disebabkan oleh pekerjaan yang

membuat kedua orang tuanya menjadi jarang bertemu, seperti pernyataan key

informan AR berikut ini

“ karna jarang ketemu kayanya, karna bapaku dulu pelaut jadi

jarang sekali pulang, nanti berbulan bulan baru bisa pulang dek”

3) Kehidupan sosial subjek pasca perceraian orang tua

AR memang bukan anak yang dekat dengan lingkungan sekitar, ia tidak

banyak menghabiskan waktunya bermain-main dengan anak-anak dilingungan

sekitarnya, bahkan ketika sedang duduk di bangu SMA, AR sudah mulai bekerja

di sebuah pelabuhan kapal penumpang di Kendari, yang membuat AR sering

bermasalah di sekolahnya dulu, berikut pernyataan AR


“ sa jarang kumpul-kumpul begitu sama anak-anak sini, waktu masih

sekolah juga kan sa sudah kerjami, jadi paling sa bergaul sama teman kerjakuji”

“kalau di sekolah satu orangji teman dekatku, karena teman-temanku

yang lain kaya tidak suka dengan saya mungkin karena sa jarang masuk sekolah

jadi di cap anak nakal, atau karna sa jelek mungkin hahah…

Hal ini dibenarkan oleh key informan AR ( kakak AR), berikut pernyataan

AR mengenai kehidupan sosial AR

“ tidak nakal dia dek, hanya sering sa dapat surat dari SMA nya

karna jarang masuk sekolah, sempat malah mau dikeluarkan dari

sekolah”

4) Komunikasi antara subjek dengan orang tua sebelum perceraian orang tua

Komunikasi AR dalam keluarganya terjalin cukup baik walaupun hanya

kepada ibu dan kakaknya saja, sedangkan ayahnya jarang memiliki waktu untuk

keluarganya karena kondisi pekerjaannya yang tidak mumungkinkan, berikut

pernyataan AR

“dulu sa dekatji sama mamaku kak, tapi setelah dia menikah lagi

terus tunggal di morowali, jadi jarang komunikasi juga”

Sejalan dengan pernyataan Ar, key informan AR juga menyatakan hal

yang sama
“bagusji dek, kalau sama bapak memang jarang sekali karna

jarang juga ketemu”

5) Komunikasi antara subjek dengan orang tua setelah perceraian orang tua

Saat orang tua AR memutuskan untuk bercerai, usia AR masih sangat

kecil sehingga orang tua AR yaitu ibunya, masih tetap membangun komunikasi

yang baik dengan AR untuk beberapa waktu, hingga akhirnya hubungan

komunikasi mereka jadi terbatas setelah ibu AR memutuskan untuk menikah lagi

dan tinggal di luar daerah bersama suaminya, berikut kutipan wawancara AR

“ awalnya masih lancar kak kalau sama mamaku, kalau sama

bapaku langsung putus komunikasi memang”

“iya kak, jadikan mamaku setelah cerai menikah lagi, suaminya

orang tambang, jadi pas mereka menikah mamaku ikut suaminya disana,

dia kerja juga disana, pulang ke Kendari juga kecuali saat-saat lebaran

atau cuti tahunan”

Walaupun memiliki kesempatan untuk bertemu, komunikasi antara AR

dengan ibunya juga tetap tidak sedekat dulu, seperti pernyataan AR berikut ini

“ nda juga kak, heheh… bemana di kak mungkin karna jarang

ketemu juga jadi kaya merasa asing pas ketemu”

Hal ini dibenarkan oleh kakak AR, berikut pernyataan key informan AR
“puhh jarang memang dek, kalaupun ketemu bicara yang umum-

umum saja”

6) Lawan bicara dalam melakukan keterbukaan diri

Dalam melakukam pengungkapan diri AR cenderung tertutup kepada

keluarganya sendiri baik kepada ibu ataupun kakaknya, AR lebih memilih untuk

melakukan pengungkapan diri kepada teman dekatnya, berikut pernyataan AR

“ nda pernah kak”

“ paling sama temankuji karena biasa juga sa kerumahnya kalau

sempat”

Hal ini senada dengan yang di ungkapkan key informan AR berikut ini

“ nda pernah kalau sama saya dek, bicara-bicara yang biasa saja

7) Cara melakuka keterbukaan diri subjek setelah perceraian orang tua

AR melakukan keterbukan diri kepada teman dekatnya secara langsung,

walaupun ia harus mencari waktu yang tepat disela-sela kesibukannya berkerja.

Berikut pernyataan AR

“ biasanya kalau sa kerumahnya kak, tapi nda sering karena kan sa kerja

di kapal, jadi kadang jarang-jarangpi baru sa kerumahnya”


“dirumahnya ji saja, sa dekatji juga sama saudara-saudaranya jadi

memang sudah dekat sekalimi sama mereka”

8) Informasi yang diungkap dalam keterbukaan diri

AR lebih memilih teman dekatnya untuk mengetahui informasi-informasi

mengenai dirinya, seperti berikut ini

“biasa soal keluarga, kalau sa ada masalah dengan pacarku atau

soal teman-temanku di sekolah dulu”

“karna bemana di kak, sarasa nda akan ji dakash tau siapa-siapa

begitu, lagian dia juga sering cerita soal keluaganya”

“ nda kak kalau sama kakaku sa da mau saja, sa nda sedekat itu juga, apa

lagi sekarang kan da sudah menikah juga”

g. AZ (Inisial)

1) Profil Keluarga

Berdasarkan hasil wawancara terhadap subjek AZ dan keluarganya, salah

satu orang tua AZ cenderung kurang memperdulikan AZ dan kakak-kakaknya,

tertentu berikut pernyataan AZ.

“ menurutku sudah tidak harmonis memang kak, karena memamg

dari dulu mereka sering bertengkar “

Hal ini dibenarkan oleh ibunya AZ, seperti berikut ini

“ iya dek, sering bertengkar memang dan akhirnya cerai “


Berdasarkan hasil wawancara kepada AZ dan Ibunya, hubungan keluarga

AZ memang sudah tidak harmonis sebelum perceraian orang tuanya.

2) Reaksi subjek terhadap kondisi keluarga pasca perceraian

Tampak dari kondisi keluarga AZ saat sebelum dan setelah perceraian

terjadi memang sudah buruk. Maka berikut reaksi AZ ketika mengetahui

perceraian orangtuanya

“Biasaji kak, kita sudah seringmi liat mereka bertengkar,

dari pada begitu lebih baik cerai saja”

Senada dengan yang diungkapkan key informan AZ, ibu AZ pun

mengatakan hal yang sama seperti berikut ini

“mau di apa dek sudah jalannya”

Hal ini menunjukkan bahwa AZ memang sudah mempersiapkan diri

dengan perceraian orang tuanya. AZ merasa tidak heran karena orang tuanya

sudah sangat sering bertengkar sebelum perceraian terjadi.

3) Kehidupan sosial subjek pasca perceraian orang tua

AZ mengaku bukanlah tipe anak yang dekat dengan lingkungan sekitar

baik sebelum orang tuanya bercerai maupun setelah orang tuanya bercerai, berikut

pernyataan AZ
“ dari kecil memang sa jarang keluar main-main sama temanku,

karena bapaku larang keluar-keluar. Paling main sama kakakuji di depan

rumahku”

“pengen kak, hanya satakut bapaku, jadi harus ikuti bicaranya”

Senada dengan pernyataan AZ, berikut tanggapan ibu AZ

“tidak memang dek, paling tenang dia, malah kalau di ajak

spupunya kaya pergi jalan-jalan dia malas, lebih baik itu dia dirumah dari

pada ikut spupunya”

“ bapanya memang dulu keras, kaka-kakanya saja terlambat

sedikit pulang sekolah di pukul, pokonya keras orangnya”

Karena pengalaman yang AZ dapatkan di masa kecil AZ pun tumbuh

menjadi remaja yang pendiam dan menarik diri dari lingkungan seikitarnya,

berikut pernyataan AZ

“ iya kak, kalau teman adaji tapi sejauh ini hanya 3 orang teman

dekatku dari dulu sampe sekarang, kalau sama orang baru juga sa susah

beradaptasi sama yang lain, itumi sedikit juga temanku”

4) Komunikasi antara subjek dengan oran tua sebelum percerauab orang tua

Seperti yang telah dijelaskan AZ bahwa hubungan keluarganya sebelum

perceraian memanglah sudah tidak baik, begitu pula dengan hubungan

komunikasi yang terjalin dalam keluarga AZ, berikut pernyataan AZ

“ tidak kak, kalau sama bapa memang jarang bicara karena takut,

paling sama mamaji”


Hal ini senada dengan yang diungkapkan ibu AZ

“ kalau sama bapaknya tidak, kalau sama saya itu ana-ana mereka

dekat ji”

5) Komunikasi antara subjek dengan orang tua setelah perceraian orang tua

Komunikasi antara AZ dengan orang tuanya semakin membaik setelah

perceraian orang tuanya, berikut pernyataan AZ

“ kalau awal-awal memang jarang sekali kak, tapi sekarang sudah

mulai membaikmi, biasa bapaku telpon hanya sekedar tanya kabar, tanya

soal kaka-kakaku juga. Mungkin karena sudah tua mi juga kak, kadang

sakasihan juga dia tinggal sendiri”

“kalau saya jarang ketemu bapak kak, karena setelah lulus sekolah

kan sabantu mamaku menjual makanan, baru tidak ada juga kendaraan

mau bolak balik ke rumahnya bapaku, yang sering kesana kakakuji, kalau

dia pulang dari kampus biasa dia singgah “

Hal ini senada dengan pernyataan ibu AZ berikut ini

“bagusmi dek, dia sudah tidak seperti dulumi juga, mungkin

karena sudah tua juga, biasa juga dia telpon AZ tapi paling sering dia

menelpon sama kakaknya yang satu, yang dekat sama dia memamg dari

kecil”

6) Lawan bicara dalam melakukan keterbukaan diri


AZ memilih untuk melakukan keterbukaan diri kepada kakaknya

dibandingkan ibu dan ayahnya, berikut pernyataan AZ dalam kutipan wawancara

“ sama kakakuji kak, kalau sama bapaku sa kurang dekat, kalau

sama mamaku kaya sa kurang nyaman mau curhat-curhat begitu”

Hal ini senada dengan pernyataan ibu AZ berikut ini

“ kalau sama saya tidak dek, dia paling jarang mengeluh atau

curhat-curhat soal masalahnya, paling dia bicarakan soal kebutuahnnya

saja kaya mau beli sesuatu”

“ tidak tau kalau sama kakaknya, kakaknya juga tidak bilang

bilang kalau AR habis cerita atau apa

Selain melakukan pengungkapan diri, AZ tentunya menginginkan adanya

timbal balik dari lawan bicaranya. Berikut pernyataan AZ

“ kalau sama kakaku, bagusji responnya dakasih solusi atau

dakasih tau bae-bae. Kalau sama mamaku kadang dakasih tau marah-

marah, kalaupun tidak marah, nanti lama kelamaan diungkit”

Timbal balik tersebut menjadi masukan yang berguna bagi AZ baik untuk

memperbaiki diri atau dalam menyelesaikan masalah yang di alami AZ.

7) Cara melakukan keterbukaan diri subjek setelah perceraian orang tua

AZ biasanya melakukan keterbukaan diri secara langsung kepada

kakaknya, berikut pernyataan AZ

“ biasa secara langsungji kak kalau sa cerita”


8) Informasi yang diungkapkan dalam keterbukaan diri

Berikut pernyataan AZ ketika ditanya mengenai informasi yang biasanya

ia ungkapkan

“ kalau sama kakaku biasa sa cerita seputar keluarga, atau

masalah sa inging kerja dimana, atau soal keinginanku ituji kak”

“ kalau sama mama paling yang penting-penting saja, kalau untuk

curhat saya tidak yain kak”

Hal ini dibenakan oleh ibu AR, berikut pernyataan ibu AR

“ iya dek, kaya yang sabilang tadi, kalau yang penting-pentingji,

kalau soal mengeluh begitu seingatku tidak pernah”

h. MD (Inisial)

1) Profil keluarga

Sama halnya dengan subjek sebelumnya, kondisi keluarga MD memang di

anggap sudah tidak harmonis baik sebelum perceraian, baik dari segi kedekatan

dalam keluarga ataupun dari segi intensitas komunikasi,berikut pernyataan MD

mengenai keluarganya

“ tidak , karena dari masih kecil sudah terbiasa lihat kedua orang

tuaku bertengkar bahkan kadang-kadang pisah rumah kalau lagi

bertengkar”
“ tidak juga kak, kalau sama bapak memang tidak dekat, karena

bapa dulu sibuk kerja, jadi tidak punya waktu banyak untuk keluarga”

Senada dengan pernyataan MD, berikut pernyataan ibu MD

“ iya tidak dek, baru bapanya juga dulu jarang ada waktu

kumpul”

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada MD dan ibu MD,

hubungan keluarga MD memang sudah tidaklah baik sebelum akhirnya berpisah.

2) Reaksi subjek terhadap kondisi keluarga pasca perceraian

Tampak dari kondisi keluarga MD saat sebelum perceraian yang sudah

buruk membuat MD dapat mengerti dan menerima perceraian kedua orang

tuanya, berikut pernyataan MD

“ iya kak, sarasa perceraiannya mereka sudah jalan tengah untuk

keluargaku”

Hal ini dibenarkan oleh ibu MD, beriku pernyataan ibu MD

“ kalau dari yang saya liat dek, dia kaya tenang-tenang saja,

ketika saya kasih tau juga kalau saya dengan bapaknya mau cerai, dia

setuju-setuju saja”

Hal ini menunjukkan bahwa MD telah mempersipakan diri dengan

perceraian orang tuanya. MD merasa tidak heran akrena orang tuanya sudah

sangat sering bertengkar sebelum perceraian terjadi.


3) Kehidupan sosial subjek pasca perceraian

MD mengaku bahwa ia kurang berani dalam memulai pembicaraan kepada

orang baru dan susah untuk beradaptasi dengan lingkungan baru yang membuat

MD merasa kesulitan dalam berteman. Berikut pernyataan MD

“ kalau disekolah saya bisa dibilang pendiam kak, sa rebut kecuali

sama teman-teman dekatku saja.

“ iya kak sa susah beradaptasi, susah juga samau berteman sama

orang, jadi tidak heran temanku hanya itu itu saja”

Berikut penyataan ibu MD terkait kehidupan sosial anaknya

“ kalau itu saya kurang tua kalau disekolah dek, dia juga jarang

cerita, setahuku dia memamng anaknya tertutup kalau di rumah”

4) Komunikasi antara subjek dengan orang tua sebelum perceraian orang tua

Seperti yang di ungkapkan MD sebelumnya bahwa ia dengan ayahnya

memang tidak memiliki kedekatan dalam hal berkomunikasi baik sebelum kedua

orang tuanya bercerai yang disebabkan oleh kesibukan orang tuanya, begitu pula

dengan ibunya. Berikut pernyataan MD

“ iya kak, bapak memang sibuk jadi tidak ada waktu untuk sekedar

cerita-cerita, mama juga dulu sibuk sama usahanya tapi setidaknya tidak

separah bapak yang tidak pernah sama sekali”

Hal ini dibenarkan oleh ibu MD, berikut pernyataan ibu MD


“ kalau sama bapaknya memang tidak dekat, saya juga dulu sibuk

sama uahaku, tapi kalau dulu kadang dia masih seringji mengeluh tapi

semenjak da SMA memang hampir tidak pernah”

5) Komunikasi anatara subjek dengan orang tua setelah perceraia orang tua

Komunikasi antara MD dan orang tuanya menjado lebih buruk ketika

kedua orang tuanya bercerai, berikut penyataan MD

“sama bapaku sudah tidak pernahmi bicara, karena jarang

sekalimi juga ketemu, sedangkan sama mamaku ketemu ji memang tiap

hari, tapi mamaku sibuk menjual jadi tambah jarang juga cerita-cerita”

6) Lawan bicara dalam melakukan keterbukaan diri

Berdasarkan hasil wawancara dengan MD dan pengakuan dari ibu MD

sebelumnya bahwa MD merupakan anak yang cenderung tertutup kepada

keluarganya. Seperti pernyataan MD berikut ini

“saya lebih tertatik untuk cerita sama temanku kak dibandingan

sama orang tuaku”

“kalau cerita sama mamaku kadang tidak sesuai ekspetasi ujung-

ujungnya di marahi,jadi sa malas juga mau cerita”

Hal ini juga di benarkan oleh ibu MD, berikut pernyataan ibu MD

“ iya memang dek jarang sekali, kadang juga dia tidak bisa di kasih tau”
7) Cara melakukan keterbukaan diri subjek setelah perceraian orang tua

MD mengaku lebih senang untuk melakukan pengungkapan diri secara

langsung dibandingkan secara tidak langsung. Berikut pernyataan MD

“ langsung kak, kalau lagi kumpul-kumpul biasa juga sa cerita, kadang

juga lewat chat tapi jarang sekali “

8) Informasi yang diungkapkan dalam keterbukaan diri

MD mengaku menceritakan semua hal yang dialaminya pada temannya,

berikut pernyataan MD

“ kayanya semuanya, biasa soal mamaku, soal bapaku juga, soal

sekolah, soal pacarku”

“ kalau sama mamaku paling yang penting-penting saja kak, kalau

soal mau curhat sa ndamau mi hahah”

4.4 Pembahasan

4.4.1 Bentuk dan faktor yang mendorong pengungkapan diri

Remaja yang orang tuanya bercerai di Kecamata Poasia

Pada bagian ini, peneliti akan membahas mengenai bentuk keterbukaan

diri remaja yang orang tuanya bercerai di kecamatan poasia yang dianalisis

berdasarkan teori self disclosure yang memiliki empat bidang yaitu bidang open

(open area) , bidang blind ( Blind area),bidang hidden (Hidden Area) dan bidang

unknow (Unknow Area) serta faktor-faktor yang mendorog pengungkapan diri


remaja yang terdiri atas lima aspen yaitu karakter individu, budaya, jenis kelamin,

pendengar, topik dan saluran.

1) SS (Inisial)

Dalam hal ini penulis akan menjelaskan besaran daerah johari windows

ketika SS melakukan pengungkapan diri dalam kelurganya serta faktor yang

mendorong bentuk pengungkapan diri SS kepada keluarganya

a. Open Area/Terbuka

Komunikasi SS dengan keluarga cenderung pasif sehingga SS tidak mau

terbuka tentang segala hal tentang dirinya kepada keluarganya, yang disebabkan

oleh perpisahakan kedua orang tua dan rasa kecewa yang ia rasakan. Dengan

kepribadiannya yang tertutup, SS menjadi sulit beradaptasi dengan lingkungan

sekitarnya. Meskipun SS menutup diri terhadap orang tuanya, SS cenderung

terbuka kepada sahabat dan pasangannya.

b. Hidden Area/ Tersembunyi

Berdasarkan hasil wawancara kepada SS, SS lebih banyak hal yang ia

tutupi (tersembunyi) dibandigkan yang ia tunjukkan kepada orang tuanya.

Terdapat beberapa alasan yang menyebabkan SS cenderung tertutup kepada

keluarganya yaitu karena perasaan tidak nyaman kepada ibunya, topik yang

dianggap terlalu privasi untuk diketahui baik kepada ibu atau neneknya.

c. Blind Area
Ketika SS melakukan pengungkapan diri kepada neneknya, SS merasa

sikap yang ia tunjukkan tidaklah salah, akan tetapi tanpaia sadari respon yang SS

berikan kepada neneknya merupakan respon

d. Unknow Area

Walaupun SS tahu bahwa neneknya suka marah ketika SS mengeluh soal

permasalahannya, namun ia masih belum mengetahui bagaimana respon neneknya

ketika SS menceritakan permasalahnnya dengan cara yang baik dan tidak diikuti

oleh emosi, begitu pula dengan nenek SS yang juga tidak mengetahui apa yang

terjadi dan apa yang dirasakan SS terkait dengan permasalahan yang SS hadapi,

karena SS melakukan pengungkapan diri dengan cara mengeluh yang diikuti

dengan emosi.

Hal ini juga berlaku untuk ibu SS, walaupun SS merasa ibunya berubah

dan merasa tidak diperhatikan, SS belum mengetahui bagaimana respon ibu SS

ketika SS menceritakan semua yang ia rasa dan pendam selama ini, begitu pulan

dengan ibu SS yang tidak mengetahui apa yang membuat menutup diri bahkan

menarik diri karena SS hanya diam dan tidak terbuka kepada ibunya sendiri.

Dimana jika SS terbuka kepada nenek ataupun ibunya, jendela Unknow ini lambat

laun akan mengecil, sehubungan dengan informasi yang diketahui oleh kedua

belah pihak.

2) IN Inisial)
Dalam hal ini penulis akan menjelaskan besaran daerah johari windows

ketika SS melakukan pengungkapan diri dalam kelurganya serta faktor yang

mendorong bentuk pengungkapan diri SS kepada keluarganya

a. Open Area/Terbuka

Berdasarkan hasil wawancara kepada SS dan orang tuanya, hubungan

komunikasi yang terjalin dalam keluarga SS tergolong baik walaupun kedua orang

tuanya telah bercerai,dimana masih terjadi kedekatan komunikasi antara IN

dengan kedua orang tuanya. IN cenderung terbuka kepada kedua orang tuanya

baik itu kepada ibu ataupun ayahnya, walaupun keduanya telah tinggal terpisah,

sehingga antara IN dan kedua orang tuanya sama-sama saling pmengeahui

informasi, perilaku, sikap, perasaan, keinginan dll. Selain kepada kedua orang

tuanya, keterbukaan IN juga terjadi kepada sahabat dan juga kekasihnya.

Kecenderungan IN yang membuka diri kepada keluarganya ataupun orang orang

terdekatnya disebabkan oleh karakter IN yang extrofet, kebiasaan dalam

keluarganya sejak IN kecil, perasaan nyaman dan topik yang mereka diskusikan.

b. Hidden Area/ Tersembunyi

Karena bentuk pembukaan diri IN yang cenderug terbuka kepada

keluarganya, maka jendela pada bidang ini semakin mengecil karena terjadi

pengungkapan diri atas informasi-informasi pribadi IN yang meliputi keinginan,

perasaaan, ide atau gagagsan, permasalahan-permasalahan yang ia alami dll.

c. Blind Area
Pada bidang ini juga semakin mengecil dengan iformasi-Informasi IN

berikan kepada kedua orang tuanya. IN merasa bahwa ia merupakan orang yang

malas pusing sehingga ia tidak begitu memperdulikan tanggapan orang-orang

disekitarnya atas perceraian orang tuanya, akan tepai ibu IN menilai bahwa IN

bersikap seperti itu karena IN anak yang padai menyembunyikan perasaannya dan

bisa bersikap tenang terhadap apa yang ia alami.

d. Unknow Area

Pada bidang ini juga ikut menjadi mengecil, karena informasi-informasi

yang diungkap IN terhadap keluarga dan orang-orang terdekatnya. Meskipun IN

menutupi beberapa informasi mengenai permasalahan-permasalahan IN dengan

kekasihnya, karena beranggapan bahwa ibunya akan merespon negative jika ia

mengkomunikasikan permasalahnnya dengan kekasihnya. Sehingga walaupun IN

berpikir bahwa ibunya akan menilai buruk kekasihnya jika ia meceritakan

permasalahan yang hadapi, namun ia masih belum mengetahui secara pasti

bagaimana respon ibunya ketika ia jujur mengenai permasalannya. Begitu pula

sebalinknya, ibu IN juga tidak mengetahui apa yang sedang terjadi kepada IN

karena IN bersikap seperti biasanya.

3) YA ( Inisial)

Dalam hal ini penulis akan menjelaskan besaran daerah johari windows

ketika YA melakukan pengungkapan diri dalam kelurganya serta faktor yang

mendorong bentuk pengungkapan diri YA kepada keluarganya

a. Open Area/Terbuka
YA cenderung tidak mau terbuka tentang segala hal tentang dirinya

kepada keluarganya, yang disebabkan oleh perpisahakan kedua orang tua dan rasa

kecewa yang ia rasakan. Dengan kepribadiannya yang tertutup, SS menjadi sulit

beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Meskipun SS menutup diri terhadap

orang tuanya, SS cenderung terbuka kepada pasangannya. Karena kepribadian YE

yang cenderung tertutup mebuat bidan Open semakin mengecil. Dimana bidang

ini dapat perlahan-lahan melebar jika YA melakukan pengungkapan diri kepada

keluarganya.

b. Hidden Area/ Tersembunyi

YA cenderung tertutup kepada keluarganya yaitu pada ibunya, dimana hal

ini menyebabkan jendela pada bidang hidden semakin membesar. Berdasarkan

hasil wawancara dengan subejek YA, ia mengaku bahwa alasannya menutup diri

kepada ibunya kerena hubuungan YE dengan ibunya baik sebelum perceraian

orang tuanya, memang terbatas, sedangkan sebelum perceraian YA lebih

cenderung terbuka kepada ayahnya. Penyebab lainnya yaitu karena respon ibunya

yang tidak sesuai dengan apa yang YA harapkan.

c. Blind Area

Dalam bidang ini, penilaian orang lain sebagai aspek dari blind area ini

juga dapat digunakan untuk menilai atau mengukur keterbukaan diri yang

dilakukan oleh remaja yang orang tuanya bercerai. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa YA tidak melakukan keterbukaan diri dengan keluarganya sehingga ibu

YA menganggapnya sebagai orang yang penyendiri, pasif, dan pendiam.


d. Unknow Area

Walaupun YA tahu bahwa ibunya terkadang marah ketika YA mengeluh

soal permasalahannya, namun ia masih belum mengetahui bagaimana respon

ibunya ketika YA menceritakan permasalahnnya dengan cara yang baik dan tidak

diikuti oleh emosi, begitu pula dengan ibu YA yang juga tidak mengetahui apa

yang terjadi dan apa yang dirasakan YA terkait dengan permasalahan yang YA

hadapi.

4) BE (Inisial)

Dalam hal ini penulis akan menjelaskan besaran daerah johari windows

ketika BE melakukan pengungkapan diri dalam kelurganya serta faktor yang

mendorong bentuk pengungkapan diri BE kepada keluarganya

a. Open Area/Terbuka

Pada bidang open, BE cenderung tertutup kepada ayahnya akan tetapi ia

cenderung terbuka kepada ibunya. Berdasarkan hasil wawancara kepada BE, ia

terbuka kepada ibunya dalam segala hal walaupun keduanya tinggal berjauhan.

b. Hidden Area/Tersembunyi

BE cenderung tertutup kepada ayahnya baik sebelum perceraian dan

sesudah perceraian dengan alasan BE menganggap ayahnya sebagai pendengar

yang baik dan tidak memiliki kedekatan dengan ayahnya. Selain tertutup kepada

ayahnya BE juga tertutup kepada neneknya yang bahkan tinggal bersamanya

dengan alasan karena merasa takut, hal ini membuat jendela Hidden Area juga
ikut melebar karena informasi-informasi yang BE tutupi kepada ayah dan juga

neneknya yang saat ini tinggal bersama.

c. Blind Area

Karena sikap BE yang menutup diri kepada neneknya baik berupa sikap

ataupun tindakan membuat neneknya menganggap BE anak pemalas karena hanya

menghabiskan waktunya menyendiri dikamar. Hal ini terkadang membuat

neneknya marah sehingga membuat BE merasa takut dan semakin ragu untuk

membuka diri. Hal ini membuat jendela blind area juga ikut melebar.

d. Unknow Area

Karena hanya terbuka kepada ibunya yang tinggal berjauhan dengan BE,

dan cenderung menutup diri kepada ayah dan juga neneknya membuat jendela

unknow ikut membesar, yang disebabakan oleh perasaan tidak nyaman BE kepada

ayah dan juga neneknya sehingga membuat BE tidak tau bagaimana respon ayah

ataupun neneknya jika ia melakukan pengungkapan diri, begitu pula dengan ayah

serta nenek BE yang tidak tau informasi-informasi pribadi BE karena sikap BE

yang tertutup/

5) RD (Inisial)

Dalam hal ini penulis akan menjelaskan besaran daerah johari windows

ketika RD melakukan pengungkapan diri dalam kelurganya serta faktor yang

mendorong bentuk pengungkapan diri RD kepada keluarganya

a. Open Area/ terbuka


Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada RD menunjukkan

bahwa RD merupakan remaja yang cenderung terututp baik kepada ibu,

ayah,saudara bahkan kepada temannya. RD hanya terbuka untuk informasi

tentang hal-hal umum saja seperti kebutuhan, kebutuhan sekolah dll. Hal ini

membuat area open berukuran kecil.

b. Hidden Area/Tersembunyi

Sejak perceraian orang tuanya sikap RD yang cenderung tertutup baik

kepada orang tua ataupun orang-oang terdekatnya, RD merasa kecewa dan sulit

menerima perceraian kedua orang tuanya yang membuat RD mencari kesenangan

lain diluar rumah untuk hanya sekadar berkumpul bersama temannya, bermain

game bersama bahkan berdasarkan wawancara kepada ibunya RD menjadi

pengguna rokok untuk diusianya yang masih cukup muda bahkan masih duduk di

bangku SMA. Dengan sikap RD yang cenderung tertutup baik kepada orang tua

dan orang-orang terdekatnya membua jendela hidden berukuran besar .

c. Blind Area

Dengan sikap RD yang menutup diri kepada keluarganya dan

menyembunyikan perasannya membuat RD melakukan tindakan-tindakan yang

nilai negatif oleh ibunya, seperti sikap RD yang mencari pelarian diluar rumah

dengan menghabiskan banyak waktu bersama teman-temannya dan sulit untuk

dinasehati membuat ibunya menganggap bahwa RD anak yang pemarah, sulit

diarahkan bahkan membangang.

d. Unknow Area
Dikarenakan bentuk pengungkapan diri RD yang cenderung tertutup

membuat RD ataupun orang tuanya menjadi tidak mengetahui perasaan ataupun

respon masing-masing, yang menyebabkan bidang ini juga ikut meluas.

6) AR

Dalam hal ini penulis akan menjelaskan besaran daerah johari windows

ketika AR melakukan pengungkapan diri dalam kelurganya serta faktor yang

mendorong bentuk pengungkapan diri AR kepada keluarganya

a. Open Area/ Terbuka

Berdasarkan hasil wawancara kepada AR dan kakaknya hubungan

komunikasi keluarga AR baik sebelum ataupun sesudah perceraian memanglah

tidak baik, dimana ibu ataupun ayah AR yang cenderung tidak peduli terhadap

AR dan saudaranya yang membuat AR menjadi anak yang cenderung tertutup

kepada keluarganya sendiri dan hanya melakukan pengungkapan diri kepada

teman dekatnya. Karena sikap AR yang tertutup kepada keluarganya membuat

jendela open berukuran kecil.

b. Hidden Area/Tersembunyi

Karena perceraian orang tuanya membuat AR semakin menutup diri

kepada keluarganya yang disebabkan oleh pola asuh orang tua, kepribadian AR

yang introvert, dan perasaan tidak nyaman kepada keluarganya.hal ini membuat

jendela Hidden berukuran besar.

c. Blind Area
Pada jendela blind area juga memiliki ukuran yang besar karena sedikit

sekali upan balik yang diberikan kepada orang tuanya, dimana ibu ataupun

ayahnya bersikap acuh dan kurang peduli terhadap AR sehingga menyebabkan

intensitas komunikasi keduanya rendah dan AR pun lebih memilih menutup diri.

d. Unknow Area

Karena hubungan komunikasi AR dan orang tuanya yang terhambat,

membuat AR tidak mengetahui respon ibu atau ayahnya jika ia mengungkapkan

diri, begitu pula dengan ibu AR yang tidak mengetahui hal-hal pribadi AR. Hal ini

membuat bidang unknow area juga memiliki ukuran yang besar.

7) AZ (Inisial)

Berikut penulis akan menjelaskan bentuk pengungkapan diri AR

berdasarkan besaran daerah jendela johari.

a. Open Area/terbuka

Berdasarkan hasil wawancara kepada AZ dan ibunya kondisi keluarga AZ

dianggap tidak harmonis, dimana sering terjadi pertengkaran antara kedua orang

tuanya yang membuat AR takut dan memilih untuk menutup diri kepada kedua

orang tuanya dan membuka diri kepada saudaranya. AZ mengaku hanya

menceritakan hal-hal umum baik kepada ayah ataupun ibunya. Bebeda kepada

kakaknya, AZ cenderung lebih terbuka, dimana AZ mengungkapkan hal-hal

pribadinya, seperti perasaan, keinginan, ataupun permasalahan yang ia hadapi. Hal


ini disebabkan karena AZ lebih merasa nyaman dan tertarik untuk membuka diri

kepada kakanya di bandingkan kedua orang tuanya.

b. Hidden Area/tersembunyi

Karena cenderung tertutup kepada orang tuanya membuat bidang hidden

berukuran besar hal ini disebabkan oleh perasaan tidak nyaman AZ untuk

membuka diri kepada orang tuanya dan kepribadian introfet AZ yang disebabkan

oleh pola asuh dalam keluarganya yang cenderung mengekang AZ. AZ mengaku

hanya berbagi hal-hal umum saja kepada kedua orang tuanya walaupun hubungan

ia dengan ibu atau ayahnya berangsur membaik setelah lama bercerai.

c. Blind Area

Pada jendela blind area juga memiliki ukuran yang besar karena sedikit

sekali upan balik yang diberikan kepada orang tuanya, dimana karena hubungan

komunikasi yang tidak baik dan pola asuh orang tua yang cenderung mengekang

menyebabkan AZ merasa takut untuk membuka diri, bahkan membentuk

kepribadian AZ yang introfet.

d. Unknow Area

Karena hubungan komunikasi AZ dan orang tuanya yang terhambat,

membuat AZ tidak mengetahui respon ibu atau ayahnya jika ia mengungkapkan

diri, begitu pula dengan ibu AZ yang tidak mengetahui hal-hal pribadi AR. Hal ini

membuat bidang unknow area juga memiliki ukuran yang besar.


8) MD (Inisial)

Berikut penulis akan mejelaskan bentuk pembukaan diri MD berdasarkan

besaran jendela johari

a. Open Area/ terbuka

Berdasarkan hasil wawancara kepada MD dan ibunya, MD memiliki

pembukaan diri yang cenderung tertutup kepada keluarganya dan lebih memilih

untuk terbuka kepada teman dekatnya, hal ini membuat bidang open berukuran

kecil. Dengan kepribadiannya yang tetutup membuat menjadi sulit untuk

beradaptasi baik di lingkugan tempat tinggal atapun disekolah.

b. Hidden Area/ tersembunyi

Karena hubungan keluarga MD yang tidak harmonis baik sebelum

perceraian membuat MD menjadi tetutup baik kepada ibu ataupun ayahnya.

Setelah percerainpun komunikasi antara MD dan kedua orang tuanya semakin

memburuk karena alasan sibuk bekerja dan sedikit waktu untuk bertemu ataupun

berkumpul bersama.

c. Blind Area

Pada jendela blind area juga memiliki ukuran yang besar karena sedikit

sekali upan balik yang diberikan kepada orang tuanya, dimana karena kesibukan

kedua orang tuanya membuat MD memilih untuk menutup diri.

d. Unknow Area
Karena kurangnya komunikasi antara MD dan kedua orang tuanya

membuat MD ataupun orang tuanya sama-sama tidak saling mengetahui respon

dan hal-hal pribadi MD.

4.4.2 Faktor yang mendorong pengungkapan diri remaja yang orang

tuanya bercerai

1) Karakter Individu

Karakter individu mempengaruhi bagaimana individu melakukan self

disclosure (pengungkapan diri). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan

kepada delapan orang subjek dengan latar belakang yang sama yaitu remaja yang

orang tuanya bercerai menunjukkan bahwa karakter yang dimiliki subjek

penelitian juga mempengaruhi bentuk pembukaan diri dalam keluarganya. Seperti

pada subjek IN yang memiliki kepribadian extrofet menjadi salah satu faktor

pendorong IN menjadi lebih mudah untuk melakukan pengungkapan diri kepada

keluarganya. Berbeda dengan AZ yang memiliki kepribadian introvert yang

membuat AZ cenderung menutup diri kepada keluarganya walaupun setelah

perceraian kedua orang tuanya kondisi komunikasi antara AZ menjadi lebih baik

dari sebelumnya, AZ tetaplah menutup diri kepada keluarganya.

2) Efek Diadik

Self disclosure bersifat timbal balik, dimana keterbukaan diri kita

medorong lawan komunikasi kita dalam membuka diri. Berdasarkan hasil

penelitian yang dilakukan oleh peneliti, pengungkapan diri remaja yang orang
tuanya bercerai dikecamatan poasia berbeda-beda tergantung dari hubungan

antara subjek dengan keluarganya

Anda mungkin juga menyukai