Anda di halaman 1dari 3

MATERI PRESENTASI

SEJARAH INDONESIA

(MULA-MULA KESULTANAN TIDUNG)

Masih ingat baju adat Tidung di uang Rp 75.000 yang tahun lalu beredar, lalu ramai
karena dianggap mirip China? Jangan salah, baju adat itu milik suku Tidung yang
berasal dari Kalimantan Utara.
Penduduk suku Tidung berasal dari bagian utara Pulau Kalimantan. Suku ini
merupakan suku asli Kalimantan, yang mana dulu pernah memiliki kerajaan yang
disebut Kerajaan Tidung.
Namun, Kerajaan Tidung punah akibat politik adu domba dari pihak Belanda.
Suku Tidung juga merupakan suku anak Negeri di Sabah. Jadi, Suku ini merupakan
suku bangsa yang terdapat di Indonesia maupun di Malaysia (Negeri Sabah).
Suku Tidung adalah salah satu suku asli Nunukan yang menganut agama Islam dan
mengakui bahwa dirinya merupakan orang Dayak. Hal ini berbeda dengan suku-
suku lainnya yang telah memeluk islam, biasanya tidak menganggap diri mereka
sebagai orang Dayak.
Namun, ternyata tak semua masyarakat Tidung menyebut diri mereka sebagai
keturunan Dayak. Ada juga yang disebut dengan Tidung Ulun Pagun, kelompok di
daerah pesisir.

Asal Usul Suku Tidung


Mengutip jurnal penelitian "Orang Tidung di Pulau Sebatik: Identitas Etnik, Budaya
dan Kehidupan Keagamaan" karya Muhammad Yamin Sani dan Rismawati Ibon,
ada 3 versi asal mula suku Tidung.
Menurut penjelasan Amir Hamzah, ketiga versi itu adalah versi masyarakat Tidung
sendiri, versi pemerintahan Hindia Belanda, dan versi pemerintah Republik
Indonesia.
Pertama, versi masyarakat Tidung meyakini bahwa nenek moyang mereka berasal
dari daratan Asia yang bermigrasi sekitar abad ke 5 - I SM. Saat itu, terjadi eksodus
manusia dari daratan Asia menuju pulau-pulau di sebelah Timur dan Selatan.
Di antara minimnya tulisan, Kerajaan Tidung sebenarnya diperkirakan berdiri sejak
abad ke-11. Kerajaan Tidung Kuno diduga mulai eksis pada tarikh 1076 Masehi.
Kisahnya tersebutkan dalam cerita rakyat yang mengetengahkan seorang tokoh
bernama Benayuk selaku raja Menjelutung, kampung yang berdiri di tepi Sungai
Sesayap --sekarang di Kabupaten Malinau dan Tana Tidung, Kalimantan Utara.

Mereka diduga mendarat di pantai Timur Provinsi Kalimantan Utara, yaitu sekitar daerah
Labuk dan Kinabatangan. Lalu, mereka menyebar ke daerah-daerah pesisir pantai dan
pulau-pulau di sebelah Timur. Seperti wilayah Tarakan, Bulungan Nunukan, dan Pulau
Sebatik.
Kedua, versi Hindia Belanda yang mengatakan bahwa suku Tidung berasal dari Dayak
Kayan. Versi ini diduga dilatarbelakangi kepentingan politik tertentu, yang mana beberapa
pemukiman penduduk Tidung lainnya diabaikan.
Terakhir, versi pemerintah Indonesia menyatakan suku Tidung adalah Dayak Pantai yang
berasal dari daerah pegunungan di Menjelutung. Sementara suku Tidung yang mendiami
Pulau Sebatik sebagai bagian dari Nunukan, disebut sebagai Ulun Pagun atau orang
kampung.
Bahkan permukimannya pernah berpindah-pindah dari satu pinggiran sungai ke pinggiran
sungai lainnya.
Saat ini, orang-orang Tidung tersebar di sepanjang wilayah timur laut pulau Kalimantan dan
pulau-pulau kecil sekitarnya. Di antaranya yaitu di Kecamatan Nunukan dan Kecamatan
Sebatik Barat.
Orang Tidung memiliki bahasa daerah yang mirip dengan Melayu, karena wilayahnya yang
dekat dari Malaysia. Kelompok bahasa Tidung terdiri dari bahasa Tidung, Bulungan,
Kalabakan, Murut Sembakung, dan Murut Serudung.

Kebudayaan Suku Tidung


Ada beberapa kebudayaan suku Tidung, seperti salah satunya seni yang
diunggulkan dan dibanggakan.
Contohnya yaitu seni pahatan yang ada pada unsur alat musik atau berbagai
instrumen bangunan. Bangunan ini berupa rumah adat, perkantoran, dan lembaga
pemerintahan yang mencirikan karakteristik penduduk asli.
Suku tidung juga memiliki aneka jenis alat tangkap, permainan, dan makanan khas.
Datu Norbeck, budayawan Tarakan, menjelaskan beberapa ragam alat tangkap dan
alat permainan di dalam masyarakat Tidung.
Alat tangkap masyarakat Tidung diantaranya yaitu Tamba (Kelong), Bintul (Ambau),
Ubu (Keramba), Jala, Pukat, Apon (Pancing), Sesiyut (Tangguk), dan Isit-isit.

Sedangkan alat permainan Masyarakat Tidung seperti begegala (asinan), beguli


(kelereng), bitur, bebantung (lepokan), raga (takraw), tegasing (gasing), ketikan
(ketapel), marak (kelayangan), yuyuan (yoyo), gumbak ula, dan masih banyak lagi.

budaya adat, tradisi & peninggalan bersejarah di Kota Tarakan yang kesohor:
1. Balai Adat dan Budaya Tidung
2. Gelar Adat Budaya Dumud
3. Iraw Tengkayu
4. Wisata Sejarah Peningki Lama
5. Museum Perang Dunia II dan Perminyakan
6. Tugu Australia
7. Tugu Perabuan Jepang
Raja dikerajaan tidung
 Amiril Rasyd Gelar Datoe Radja Laoet (1557-1571)
 Amiril Pengiran Dipati I (1571-1613)
 Amiril Pengiran Singa Laoet (1613-1650)
 Amiril Pengiran Maharajalila I (1650-1695)
 Amiril Pengiran Maharajalila II (1695-1731)
 Amiril Pengiran Dipati II (1731-1765)

Anda mungkin juga menyukai