Anda di halaman 1dari 6

ICE BREAKER

A. Pengertian Ice Breaker


Secara bahasa, Ice breaker atau ice breaking artinya "memecahkan es". Es identik
dengan beku/kebekuan. Jadi, ice breaking artinya memecah kebekuan atau mencairkan
suasana, agar lebih riang, gembira, tidak bikin ngantuk atau membosankan.
Ice breaking merupakan sentuhan aktivitas yang dapat digunakan untuk
memecahkan kebekuan, kekalutan, kejemuan dan kejenuhan suasana sehingga menjadi
mencair dan suasana bisa kembali pada keadaan semula (lebih kondusif). Jika sentuhan
aktivitas ini diterapkan pada proses pembelajaran di kelas, maka besar kemungkinannya
siswa kembali pada kondisi (semangat, motivasi, gairah belajar, kejemuan dan lain
sebagainya) yang lebih baik.
Lafendry bependapat, “Ice breaking secara harfiah berarti pemecah es. Secara
maknawi berarti permainan yang digunakan untuk memecah kebekuan dalam berbagai
aktivitas, terutama pembelajaran atau training”.Ice breaking dibutuhkan para siswa untuk
mengenal satu sama lainnya dan dengan melakukan rangkaian kegiatan ice breaking
dapat menyegarkan daya konsentrasi siswa.1 Menurut Basyarudin Ice breaker dapat
menggugah peserta didik secara emosional, menciptakan suasana yang menyenangkan,
dan mampu menciptakan pembelajaran yang menarik bagi peserta didik.
Menurut Abidin,2 proses pembelajaran yang serius kaku tanpa sedikitpun ada
nuansa kegembiraan tentulah akan sangat cepat membosankan karena otak tidak dapat
dipaksa untuk melakukan fokus dalam waktu yang lama. Irachmat3 menyatakan, melalui
ice breaker diharapkan suasana pada proses pembelajaran menjadi menyenangkan.
Peserta didik yang sebelumnya tidak memperhatikan pendidik saat pembelajaran menjadi
aktif dan termotivasi untuk belajar. Lebih lanjut Sunarto mengungkapkan bahwa ice
breaking dimaksudkan untuk membangun suasana belajar yang dinamis, penuh

1
Ferdinal Lafendry, Ice Breaking For Teacher, (Shafira Tama Edukasi Training & Consulting, 2018), h. 3
2
H. A. Zaenal Abidin, Hubungan Ice Breaker Dan Motivasi Belajar Siswa Dengan Hasil Belajar IPS, Joyful
Learning Journal. (2018). Vol 7. No 2. h. 29
3
Irachmat, Miftahur Reza. (2015). Peningkatan Perhatian Siswa Pada Proses Pembelajaran Kelas III Melalui
Permainan Ice Breaking di SDN Gembongan. Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 2 Tahun ke IV Vol 4.
No 2. h. 1
semangat, antusias, dan menyenangkan serta serius tapi santai. Melalui ice breaking
diharapkan suasana pembelajaran menjadi menyenangkan, siswa tidak lagi merasa bosan,
lebih bersemangat, dan dapat meningkatkan hasil belajar.4
Ice breaker atau ice breaking dapat dilakukan dalam berbagai bentuk aktivitas,
misalnya dalam bentuk cerita lucu dan bermakna dari guru, tebakan berhadiah, ataupun
game-game. Aktivitas bisa dilakukan dalam waktu antara 5 – 15 menit tergantung pada
kebutuhan. Ice breaking bisa dilakukan pada saat kapan saja tergantung pada kondisi dan
keperluan, serta bisa dilakukan oleh guru siapa saja. Dalam pelaksanaannya memang
membutuhkan keterampilan dan kreativitas guru, terutama dalam memilih aktivitas yang
tepat sesuai dengan kebutuhan.
Ice breaker dapat diberikan pada awal pembelajaran untuk menyiapkan perhatian
peserta didik, disela-sela pembelajaran untuk menghilangkan kejenuhan dan
meningkatkan konsentrasi dalam pembelajaran atau diakhir pelajaran untuk mengakhiri
kegiatan dengan penuh sukacita.5

B. Tujuan Ice Breaker


Adapun tujuan dari metode ice breaker dalam implementasinya saat pelaksanaan belajar
mengajar anatara lain:
1. Memusatkan perhatian siswa kembali.
2. Memberikan semangat baru pada saat siswa mencapai titik jenuh.
3. Mengalihkan perhatian terhadap fokus materi pelajaran yang berbeda.
C. Kelebihan Ice Breaker
            1) Membawa dampak menyenangkan dalam pembelajaran.
            2) Membuat waktu panjang terasa cepat.
            3) Dapat digunakan secara spontan atau terkonsep.
            4) Membuat suasana kompak dan menyatu.
D. Kelemahan Ice Breaker
            1) Penerapan disesuaikan dengan kondisi ditempat masing-masing.
E. Manfaat Ice Breaker

4
Sunarto. Ice Breaker dalam Pembelajaran Aktif, (Surakarta: Cakrawala Media, 2017), h. 3
5
Ibid
Pemberian ice breakingakan menjadi sebuah hal yang baru dan segar bagi siswa karena ice
breaking berperan sebagai pemberi energi tambahan, adapun manfaat Ice Breaker diantaranya
adalah:
1. Melatih berpikir secara kreatif dan luas siswa.
2. Mengembangkan dan mengoptimalkan otak dan kreativitas siswa.
3. Meningkatkan rasa percaya diri.
4. Melatih konsentrasi, berani bertindak dan tidak takut salah.

Lafendry memaparkan beberapa manfaat dari penggunaan ice breaking, antara lain:

a) pengkondisian agar siswa siap untuk belajar


b) membantu membangun mindset positif bahwa belajar dapat dilakukan tanpa tekanan,
justru menjadi aktivitas yang menyenangkan
c) bila mengajar pada siang hari, siswa cenderung kehabisan energi. Perlu adanya energizer
(penggiat) untuk melibatkan mereka.

MODIFIKASI METODE

Salah satu solusi agar pembelajaran lebih interaktif adalah dengan penerapan metode ice
breaking yang dikemas dengan metode pembelajaran Teams Games Tournament (TGT). Metode
ini merupakan salah satu variasi pembelajaran yang dapat memberikan efek senang dan
semangat. Said6 berpendapat, “Ice Breaking adalah permainan atau kegiatan yang berfungsi
untuk mengubah suasana kebekuan dalam kelompok”,sehingga penggunaan ice breaking dalam
aktivitas belajar dengan model Teams Games Tournament memungkinkan siswa dapat belajar
lebih rileks di samping menumbuhkan tanggung jawab, kerja sama, persaingan sehat, dan
keterlibatan belajar.
Kegiatan pembelajaran dengan ice breaking yang dikemas dengan games tournament
menjadikan suasana pada proses pembelajaran akan menjadi lebih menyenangkan, sehingga
siswa yang sebelumnya tidak memperhatikan guru pada saat pembelajaran menjadi lebih aktif
dan semangat untuk belajar dan diharapkan akan dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi
belajar siswa.

6
Said, M. 80+ Ice Breaker Games – Kumpulan Permainan Penggugah Semangat. (Yogyakarta: CV Andi Offset,
2010), h. 1
Teams Games Tournaments merupakan model pembelajaran dengan menggunakan tim,
format pembelajaran, dan lembaran kerja/tugas yang sama seperti STAD (Student Teams
Achivement Divions), yang dimodifikasi dengan siswa memainkan pertandingan-pertandingan
akademik di dalam Turnamen Mingguan sebagai ganti kuis.
Model belajar mengajar turnamen-permainan-tim (Teams Games Tournament) yang
dikembangkan oleh Robert Slavin, merupakan teknik pembelajaran dengan menggabungkan
kelompok belajar dengan kompetisi tim, dan bisa digunakan untuk meningkatkan pembelajaran
beragam fakta, konsep dan ketrampilan.7
Metode Teams Games Tournament lebih mementingkan keberhasilan kelompok
dibandingkan keberhasilan individu. Penghargaan yang didapatkan oleh kelompok sangat
ditentukan oleh keberhasilan penguasaan materi setiap anggota kelompok. Teams Games
Tournament menggunakan turnamen permainan akademik. Dalam turnamen ini mahasiswa
bertanding mewakili timnya dengan anggota tim lain yang setara dalam kinerja akademik.
(Pembelajaran dengan model Teams Games Tournament adalah salah satu model dalam belajar
kelompok yang dapat digunakan sebagai alternatif bagi pengajar untuk menyelesaikan masalah
pada peserta didik yang cenderung menghafalkan dalam pemahaman materi pelajaran.
Model ini akan merangsang keaktifan peserta didik, sebab dalam Teams Games
Tournament semua siswa tidak ada yang tidak aktif menyuarakan pendapatnya, siswa dengan
kemampuan kelompok bawah maupun kelompok atas bekerjasama menyelesaikan tugas-tugas
yang diberikan pengajar.
Secara sederhana Hamdani memaparkan ada lima komponen utama dalam TGT, yaitu:
(1) Penyajian kelas; (2) Kelompok (team); (3) Game; (4) Turnamen, dan (5) Penghargaan
kelompok. Metode Teams Games Turnament ini merupakan jenis metode pembelajarandengan
menerapkan game akademik sehingga memberikan kesenangan dan rasa ingin berkompetisi
dengan teman sekelasnya.8
Keunggulan dari pembelajaran TGT, sebagai berikut :
1. Model TGT tidak hanya membuat siswa yang cerdas (berkemampuan akademis tinggi)
lebih menonjol dalam pembelajaran, tetapi siswa yang berkemampuan akademik lebih
rendah juga ikut aktif dan mempunyai peranan yang penting dalam kelompoknya.

7
Hamdani. Strategi Belajar Mengajar. (Bandung: Pustaka Setia, 2011), h. 92
8
Ibid
2. Dengan model pembelajaran ini,akan menumbuhkan rasa kebersamaan dan saling
menghargai sesama anggota kelompoknya.
3. Dalam model pembelajaran ini, membuat siswa lebih bersemangat dalam mengikuti
pelajaran. Karena dalam pelajaran ini, guru menjanjikan sebuah penghargaan pada siswa
atau kelompok terbaik.
4. Dalam pembelajaran ini membuat siswa menjadi lebih senang dalam mengikuti pelajaran
karena ada kegiatan permainan berupa tournamen.

Kelemahan Model Pembelajaran TGT:


1. Dalam model pembelajaran ini, harus menggunakan waktu yang relative lama.
2. Guru harus mempersiapkan model ini dengan baik sebelum diterapkan.
SUMBER:

Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.


Silberman, Melvin. 2006. Active Learning. Penerbit Nusa Media. Bandung.
Tyas, Damaring. 2006. Permainan Kreatif Pengisi Waktu Luang. Jakarta: Erlangga
Said, M. 2010. 80+ Ice Breaker Games – Kumpulan Permainan Penggugah Semangat.
Yogyakarta: CV Andi Offset
Abidin, H. A. Zaenal. (2018). Hubungan Ice Breaker Dan Motivasi Belajar Siswa Dengan Hasil
Belajar IPS. Joyful Learning Journal. Vol 7. No 2. h. 29
Irachmat, Miftahur Reza. (2015). Peningkatan Perhatian Siswa Pada Proses Pembelajaran Kelas
III Melalui Permainan Ice Breaking di SDN Gembongan. Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 2
Tahun ke IV Vol 4. No 2. h. 1
Achmad Fanani Ice Breaking Dalam Proses Belajar Mengajar, vol VI, No. 11, (Oktober
2010). h. 68-70

Anda mungkin juga menyukai