OLEH
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala rahmat dan
hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ilmiah ini dengan tepat waktu.
Tugas ini disusun sebagai persyaratan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Pendidikan Olaharaga Rekreasi mengenai “Untuk Meningkatkan Motivasi Siswa
Dalam Pembelajaran di SD”.
Saya berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini, khususnya Bapak Drs. Adi Putra, M.Pd selaku dosen
Mata Kuliah Pembelajaran Pendidikan Olahraga Rekreasi yang telah memberikan
bimbingan kepada kami sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Saya mengakui bahwa makalah ilmiah ini masih jauh dari sempurna karena
keterbatasan pengetahuan yang kami miliki, dengan dasar itu kami mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak sebagai modal
perbaikan di tugas-tugas selanjutnya. Semoga makalah ilmiah ini dapat berguna
bagi semua pihak, baik bagi diri sendiri dan para pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses belajar mengajar adalah suatu proses yang dengan sengaja diciptakan
untuk kepentingan anak didik. Agar anak didik senang dan bergairah belajar, guru
berusaha menyediakan lingkungan belajar yang kondusif dengan memanfaatkan
semua potensi kelas yang ada.1
Suatu kondisi optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur anak didik dan
sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan
untuk mencapai tujuan pengajaran. Keinginan ini selalu ada pada setiap diri guru,
sayangnya tidak semua keinginan guru itu terkabul karena berbagai faktor
penyebabnya.
Pada umumnya saat guru mengajar di ruang kelas sebagian besar waktunya
dihabiskan untuk menyampaikan materi pelajaran tanpa memperhatikan
bagaimana kondisi dan kemampuan daya tangkap atau memori para siswanya.
Kebanyakan guru menganggap hal itu sebagai salah satu bentuk pemanfaatan
waktu yang tepat. Hal ini bisa kita pahami karena guru mempunyai target
kurikulum yang harus selesai disampaikan kepada siswa dalam kurun waktu yang
relatif singkat. Jarang sekali para guru yang memberikan ice breaking atau jeda
ditengah materi pelajaran yang sedang disampaikan. Padahal melakukan ice
breaking ditengah penyampaian materi pelajaran amatlah penting.
Ice breaking atau pemecah kebekuan lebih sering dipakai pada saat
penataran, atau diklat (pendidikan dan latihan) saja, yang memang pesertanya
adalah orang-orang dewasa yang cepat mengalami kelelahan dan kejenuhan
1 Syauful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 147.
1
serta lemah dalam proses penyimpanan memori. Sehingga ice breaking di sini
dimanfaatkan untuk menyegarkan suasana belajar, menghilangkan kejenuhan,
rasa kantuk yang memang sangat mudah menyerang orang-orang dewasa.
Sampai dengan saat ini sebagian guru yang masih enggan menyisipkan ice
breaking didalam kegiatan belajarnya. Hal ini disebabkan karena para guru
kebingungan mencari bahan yang dapat dijadikan sebagai ice breaking.
B. Perumusan Masalah
3. Untuk mengetahui cara penerapan permainan ice breaking di dalam kelas dan
di luar kelas
4. Untuk mengetahui fungsi dan manfaat permainan ice breaking
2
BAB II
PEMBAHASAN
Ice Breaking atau (kami artikan : kegiatan hiburan) adalah proses kegiatan
peralihan situasi dari kondisi yang menjenuhkan, membosankan, menegangkan
serta lainnya menjadi kondisi yang santai dan nyaman, dengan tujuan agar
perhatian kembali tertuju pada materi yang diajarkan.
Ice breaking akan menjadi sebuah hal yang menarik saat penerima ice
breaking tidak mengetahui alur dari ice breaking tersebut. Singkatnya ice breaking
yang diberikan merupakan hal baru bagi para peserta ice breaking. Jika, penerima
atau peserta ice breaking mengetahui alur ice breaking yang akan diberikan, maka
ice breaking akan menjadi kurang segar saat diberikan dan tidak menimbulkan
efek menghibur yang signifikan.
Istilah ice breaking berasal dari dua kata asing, yaitu ice yang berarti es yang
memiliki sifat kaku, dingin, dan keras, sedangkan breaker berarti memecahkan.
Arti harfiah ice-breaker adalah “pemecah es”. Jadi, ice breaking bisa diartikan
sebagai usaha untuk memecahan atau mencairkan suasana yang kaku seperti es
agar menjadi lebih nyaman, mengalir dan santai. Hal ini bertujuan agar materi-
materi yang disampaikan dapat diterima. Siswa akan lebih dapat menerima materi
pelajaran jika suasana tidak tegang, santai, nyaman, dan lebih bersahabat
(Sunarto, 2012: 2)2.
2 Sunarto. 2012. Ice Breaker dalam Pembelajaran Aktif. Surakarta: Cakrawala Media.
3
2. Manfaat Ice Breaking
3
Tyas, Damaring. 2006. Permainan Kreatif Pengisi Waktu Luang. Jakarta: Erlangga
4
3. Teknik pembuatan dasar ice breaking
4
Sunarto. 2012. Ice Breaker dalam Pembelajaran Aktif. Surakarta: Cakrawala Media. Hal 106
5
5. Prinsip-Prinsip Penggunaan Ice Breaking dalam Pembelajaran
Oleh karena itu penggunaan ice breaking dalam proses pembelajaran perlu
mempertimbangkan beberapa prinsip sebagai berikut:
a. Efektifitas
Jenis ice breaking apapun yang digunakan dalam proses pembelajaran
haruslah dalam rangka menguatkan strategi pembelajaran yang telah
dilaksanakan. Dengan dilakukannya ice breaking mestinya tujuan
pembelajaran semakin efektif dicapai. Ice breaking yang sekiranya akan
membuat pembelajaran tidak kondusif dalam situasi tertentu hendaknya
dihindari. Misalnya jenis ice breaking “ Kepala pundak” tidak cocok
digunakan dalam situasi kelas dengan siswa banyak atau ruangan sempit,
karena dapat membahayakan keselamatan siswa.
b. Motivate
Tujuan utama ice breaking adalah meningkatkan motivasi siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran. Dengan ice breaking diharapkan siswa
yang belum termotivasi untuk mengikuti pembelajaran menjadi termotivasi,
atau siswa yang sudah jenuh mengikuti proses pembelajaran dapat kembali
kepada performa awal sebagaimana saat awal pembelajaran yang penuh
motivasi.
c. Singkronized
Ice breaking dalam pembelajaran adalah bagian yang tidak terpisahkan dari
seluruh proses pembelajaran yang sedang dilakukan. Akan sangat baik jika
ice breaking yang dipilih adalah ice breaking yang sesuai atau sinkron
dengan materi yang dibahas pada saat itu. Dengan demikian ice breaking
akan mempunyai daya penguat ketercapaian tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan.
d. Tidak Berlebihan
Ice breaking adalah kegiatan yang sangat menyenangkan bagi siswa,
sehingga mereka akan termotivasi untuk mengikuti pelajaran yang sedang
berlangsung. Namun demikian pengguanaan ice breaking yang berlebihan
6
justru akan mengaburkan tujuan pembelajaran itu sendiri. Selain itu juga
perlu memperhatikan ketersediaan waktu/jam pelajaran yang sedang
diampu.
e. Tepat Situasi
Ice breaking hendaknya dilaksanakan tepat situasi. Ice breaking yang
dilaksanakan serampangan dikhawatirkan justru akan merusak situasi yang
sudah kondusif. Misalnya pada saat siswa sedang asyik menjalankan tugas
yang diberikan oleh guru tiba-tiba guru memberikan ice breaking. Tentu
situasi menjadi membingungkan dan menjadi proses pengerjaan tugas
tidak terfokus lagi.
f. Tidak Mengandung Unsur SARA
Ice breaking yang diberikan kepada siswa hendaknya dipilihkan ice
breaking yang mempunyai nilai yang positif terhadap rasa persatuan dan
kesatuan. Hal-hal yang mengandung unsur membedakan atau menghina
suku, agama, ras, dan antar golongan harus dihindarkan, sekalipun hal
tersebut sebagai lelucon saja.
g. Tidak Mengandung Unsur Pornografi
Banyak sekali ice breaking yang sangat menarik bagi para guru. Baik yang
diperoleh pada saat pelatihan guru maupun dari teman-teman satu profesi
atau dari internet. Namun sebagai pendidik harus memilih jenis ice breaking
yang edukatif, sopan dan tidak mengandung unsur pornografi. (Sunarto,
2012: 107)5
5
Sunarto. 2012. Ice Breaker dalam Pembelajaran Aktif. Surakarta: Cakrawala Media. Hal 107
7
B. Penerapan Ice Breaking
a. Permainan di dalam dan di luar kelas (Indoor/outdoor)
8
b. Permainan di dalam dan luar kelas (Indoor/outdoor)
9
4. Sifat Permianan : Direncanakan, Sebab ini adalaha bagian permianan
dari Olahraga
5. Aturan Permainan :
Siswa harus membuat 3 barisan
Untuk barisan yang pertama dan kedua akan menjadi sangkar, dimana
barisan yang pertama dan kedua akan bergandeng tangan yang
membentuk sebuah lingkaran yang lebar.
Sedangkan untuk barisan yang ketiga menjadi burung dan nantinya akan
berada di dalam sangkar ( berada di tengah sangkar ) .
Ketika Pembina meniup sebuah peluit dan berkata ( sangkar ) , nantinya
burung harus berlari dan mencari untuk berpindah ke sangkar yang lain.
Bila Pembina berkata ( burung ) nantinya sangkar harus berlari dan
mencari untuk berpindah ke burung yang lain.
Bila ketika peluit sudah di tiup dan masih ada sangkat atau burung yang
tersisa namun belum juga menemukan pasangannya , mereka harus
menunggu di tengah untuk menunggu teman lain salah dan terlambat
mendapatkan pasangan.
Bila permainan sudah selesei , namun burung dan sangkar tidak
mendapat pasangan akan dikenakan hukuman squat jump sebanyak.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
10
membangkitkan atau meningkatkan semangat belajar siswa setiap pembelajaran
di dalam maupun di luar kelas.
B. Lampiran
11
DAFTAR PUSTAKA
Syauful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006),
h. 147.
Sunarto. 2012. Ice Breaker dalam Pembelajaran Aktif. Surakarta: Cakrawala
Media.
Said. 2010. 80+ Ice Breaker Games Kumpulan Permainan Penggugah
Semangat. Yogyakarta: Andi offset.
12