Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS CRITICAL THINKING DAN PROBLEM SOLVING MAHASISWA

PADA PEMBELAJARAN DARING SELAMA PANDEMI COVID-19

Aldiani Prastika
1),2),3)
Pendidikan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Muhammadiyah Semarang
Email: aldianiprastika202@gmail.com
ABSTRAK

PENDAHULUAN
Berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pada
pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan (Ennis, 1962). Berpikir
kritis juga bisa disebut sebagai kemampuan berpikir secara kompleks dengan menggunakan
proses analisis dan evaluasi terhadap suatu informasi yang diterima maupun dalam
menyelesaikan masalah atau berpikir untuk mencari kebenaran dari informasi yang diterima.
Kemampuan berpikir kritis ini juga dapat diterapkan untuk menentukan kredibilitas suatu
sumber, membedakan antara yang relevan dan yang tidak relevan, membedakan fakta dari
penilaian, mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi yang tidak terucapkan, mengidentifikasi
bias yang ada, mengidentifikasi sudut pandang, dan mengevaluasi bukti yang ditawarkan untuk
mendukung pangakuan (Beyer, 1985). Sedangkan Menurut Ennis berfikir kritis adalah berfikir
secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang
harus di percayai atau dilakukan.
Manfaat dari berpikir kritis adalah dapat lebih mudah memahami sudut pandang orang
lain, karena orang yang berpikir kritis akan melakukan analisis terhadap sudut pandang orang
lain dan tidak terpatok pada pemikiran diri sendiri saja. Orang yang berpikir kritis memiliki
banyak alternatif jawaban dan ide yang kreatif, karena permasalahan tersebut akan dianalisis dan
dievaluasi terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan sehingga akan ditemukan berbagai
alternatif jawaban yang ada. Orang yang terbiasa berpikir kritis cenderung lebih mandiri dalam
menghadapi permasalahan, karena dapat mengetahui kebenaran dari suatu informasi (Nur Indah,
1990). Kemampuan berpikir kritis dapat ditingkatkan dengan berbagai cara salah satunya dengan
berinteraksi dengan orang lain. Membaca suatu berita juga dapat meningkatkan daya kritis
karena didalamnya juga dapat menganalisis suatu permasalahan yang terjadi. Di lingkungan
sosial masyarakat, kemampuan berpikir kritis juga dapat diasah dengan cara mengobservasi
aktivitas atau kegiatan yang sedang terjadi disekitar kita, sebagai contoh saat mengobservasi
limbah pembuangan sampah atau aliran dana desa yang ada di masyarakat, atau bisa disebutkan
mengobservasi aktivitas yang mengandung pro dan kontra di dalamnya. Cara berpikir kritis tidak
dilakukan dalam keadaan emosional tetapi dilakukan dengan tenang, suasana hati dan pikiran
yang jernih, serta mendahulukan logika dan analisis yang baik. Setelah semua proses tadi dapat
dilaksanakan dengan baik, pengambilan keputusan atas suatu masalah dapat lebih objektif.
Dengan demikian akan muncullah suatu pemecahan masalah dengan cara berpikir secara kritis.
Pemecahan masalah adalah sebuah tindakan yang dilakukan untuk menyelesaikan suatu
permasalahan. Menurut Aunurrahman (2011:108) kemampuan pemecahan masalah merupakan
salah satu kompetensi yang harus diajarkan kepada siswa. Ada beberapa cara yang efisien untuk
memecahkan suatu permasalahan, yaitu mendefinisikan masalah, menentukan penyebab utama
dari suatu permasalahan, menentukan alternatif solusi, dan menginplementasikan solusi tersebut
sampai masalah benar-benar selesai. Menurut Adjie dan Maulana (2007:14) kemampuan dalam
memecahkan suatu masalah termasuk suatu keterampilan, karena dalam pemecahan suatu
masalah melibatkan segala aspek pengetahuan (ingatan, pemahaman, penerapan, analisis,
sintesis, dan evaluasi) dan sikap menerima tantangan. Menurut Wardhani (2008) pemecahan
masalah adalah proses menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya ke dalam
situasi baru yang belum dikenal. Oleh sebab itu kemampuan berpikir kritis dan memecahkan
masalah dapat menjadi tolak ukur dalam efektivitas pembelajaran. Karena hal tersebut sesuai
dengan pengertian efektivitas menurut Moore D.Kenneth Dalam Moh Syarif (2015:1) efektivitas
suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) telah
tercapai, atau makin besar presentase target yang dicapai, makin tinggi efektivitasnya.
Pengertian efektivitas tersebut dapat disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran
merupakan suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas, dan waktu)
yang telah tercapai yang mana target tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu. Dalam konteks
kegiatan pembelajaran efektivitas artinya sejauhmana tujuan yang sudah ditetapkan dapat
dicapai sesuai harapan. Pada masa pandemi COVID-19 ini perlu adanya inovasi dalam
pembelajaran agar terciptanya efektivitas pembelajaran yang maksimal. Sehingga pembelajaran
jarak jauh perlu diterapkan guna mengantisipasi tersebarnya virus Corona semakin luas terutama
dilingkungan pendidikan. Oleh sebab itu disini kami mencoba meneliti bagaimana efektivitas
pembelajaran daring dalam lingkup critical thingking dan problem solving antara dosen dengan
mahasiswa yang dilakukan dimasa pendemi sekarang ini di lingkungan perguruan tinggi negeri
dengan perguruan tinggi swasta.

METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Adapun teknik pengambilan data
menggunakan teknik survey. Data Penelitian diperoleh melalui pengisian kuisioner yang
dibagikan secara online kepada mahasiswa dan dosen perguruan tinggi negri maupun perguruan
tinggi swasta dalam bentuk google form. Selanjutnya data yang terkumpul dianalisis
dideskripsikan. Penelitian ini bermaksud mengkaji tentang critical thingking dan problem
solving pada pembelajaran daring selama pandemi covid-19. Jumlah sampel pada penelitian ini
sebanyak 117 yang didalamnya terdapat 100 mahasiswa dan 17 dosen.
Pada penelitian ini teknik analisis data menggunakan skala pengukuran berbentuk skala likert.
Skala pengukuran dalam skala likert pada penelitian ini yaitu Sangat Setuju (SS) dengan nilai 4,
Setuju (S) dengan nilai 3, Kurang Setuju (KS) dengan nilai 2, dan Tidak Setuju (TS) dengan
niali 1.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian dari pengisian kuisioner yang terdiri dari 60 pertanyaan dengan 15.indikator
yang dipersempit menjadi 3 dimensi. Tiga dimensi tersebut meliputi; dimensi (1) problem
solving, (2) crithikal thingking, (3) mengolah kegiatan pembelajaran.
Deskripsi penyajian hasil penelitin dilakukan dengan cara mengkategorikan per dimensi dalam
bentuk diagram grafik yang menunjukkan prosentasi setiap indikator untuk mengetahui kualitas
critical thingking dan problem solving maka rentang faktor yang dapat disesuaikan dengan
kriteria di bawah ini.

Rentang Skor Kategori


2,75 – 2,90 Sangat Baik
2,65 - 2,70 Baik
2,00 - 2,60 Kurang Baik
Tabel 1. Rentang skor dan kategori yang diraih

Problem solving
Indikator terkait adalah :
a) Mengambil keputusan
b) Membangun proses pemecahan masalah
c) Mengordinasikan masalah
d) Menemukan masalah
e) Penyelesaian masalah

problem solving

2.9
2.85
2.8 2.9
2.75 2.8 2.8
2.7 2.7 2.7
2.65
2.6
Gambar 1.1 Problem solving
Tabel 1. Keterangan dimensi problem solving

Indikator Prosentase Rata-Rata Kategori


Penyelesaian masalah 2,8 Baik
Menemukan masalah 2,7 kurang Baik

Mengordinasikan masalah 2,9 Sangat Baik


Membangun proses
pemecahan masalah 2,8 Baik

mengambil keputusan 2,7 Kurang Baik

Pada grafik 1.1 diatas menjelaskan perolehan data indikator problem solving. Indikator
penyelesaian masalah sebanyak 2.8, indikator menemukan masalah sebanyak 2.7,
indikator mengordinasikan masalah sebanyak 2.9, indikator membangun proses
pemecahan masalah sebanyak 2.8, dan indikator mengambil keputusan sebanyak 2.7.
Dari hasil tersebut menjelaskan bahwa indikator mengordinasikan masalah merupakan
grafik tertinggi dengan nilai skors 2,9 artinya mahasiswa dan dosen dalam
mengordinasikan masalah yang ditemui selama pembelajaran daring dapat
dikoordinasikan dengan baik, sehingga saat pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan
dengan semestinya seperti pada pertemuan tatap. Sedangkan grafik terendah pada
indikator menemukan masalah dan mengambil keputusan dengan nilai 2kors 2,7 artinya
selama proses pembelajaran daring banyak mahasiswa yang kesulitan atau memang
belum menyadari kesulitan apa saja yang sedang dialami selama pembelajaran daring.
Oleh karena itu, dalam indikator mengambil keputusan juga merupakan grafik terendah,
hal ini dikarenakan kedua indikator tersebut saling berkaitan, ketika mahasiswa kesulitan
menemukan masalah yang sedang dihadapi, maka mereka juga akan kesulitan ketika
disuruh mengambil keputusan yang terbaik untuk proses pembelajaran daring. Untuk itu,
sebaiknya baik dari mahasiswa maupun dosen dapat merenung bagaimana proses
pembelajaran daring yang telah terlaksana, setelah itu diharapkan mereka dapat
menemukan masalah yang dialami dan dapat mengambil keputusan atas solusi dari
permasalahan yang mereka, agar selama proses pembelajaran dapat belajar dengan
semestinya dan ilmu yang disampaikan dosen dapat ditransfer dengan baik kepada
mahasiswa.
Problem solving merupakan metode/cara memberikan pengertian dengan menstimulasi
anak didik untuk memperhatikan, menelaah, dan berfikir tentang suatu masalah untuk
selanjutnya menganalisis masalah tersebut sebagai upaya memecahkan masalah(Abdul
Mujid,2013). Masalah ialah suatu kesenjangan antara apa yang seharusnya terjadi
dengan apa yang sudah terjadi tentang suatu perihal, atau kesenjangan antara kenyataan
yang terjadi dengan yang seharusnya terjadi serta harapan dan
kenyataannya(Notoadmojo). Sedangkan, Pengambilan keputusan adalah suatu
pendekatan yang sistematis terhadap hakikat alternatif yang dihadapi dan mengambil
tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling cepat(Sondang P.
Siagian)

CRITICAL THINKING
Indikator terkait adalah :
a) Analisis masalah
b) Argumentasi
c) Strategi pemecahan masalah
d) Menginterprestasikan
e) Keterampilan berfikir

Critical Thinking
2.95
2.85
2.75
2.65
2.55
kir ika
n
ala
h
as
i
ala
h
rfi s s et s
be sta a
um
a
nilai

m sm
lan pre an ra
r
si
pi te
r ah be ali
ra
m
gin ec an
ete en em
k m gip
e
at
str
ilih
e m
m

Gambar 2. Critical thinking


Tabel 2. Keterangan dimensi critical thinking

Indikator Prosentase Rata-Rata Kategori


Keterampilan berfikir 2,91 sangat Baik
menginterprestasikan 2,74 kurang Baik

memulih strategi pemecahan masalah 2,81 Baik


berargumentasi 2,68 kurang baik

analisis masalah 2,77 Baik

Dari grafik diatas menunjukkan kemampuan critical thinking mahasiswa dalam


melakukan serta mengamati pembelajaran daring yang meliputi indikator analisis
masalah, argumentasi, strategi pemecahan masalah, menginterpretasikan dan
keterampilan berpikir. Grafik yang tertinggi yaitu pada indikator keterampilan
berpikir dengan nilai skors 2,91 artinya dalam kemampuan keterampilan berfikir
mahasiswa sudah dapat berfikir dengan kritis, inovatif, dan berkemajuan,
sedangkan grafik yang terendah yaitu pada indikaor argumentasi dengan nilai
skosr 2,68 artinya mahasiswa belum sepenuhnya atau masih kesulitan dalam
mengungkapkan pendapatnya kepada orang orang lain. Keterampilan berfikir
sangat diperlukan di era pembelajaran daring seperti saat ini, saat mahasiswa
berada di rumah masing-masing semua mahasiswa namun mereka tetap dituntut
untuk bisa dan selalu berfikir kritis, inovatif, dan berkemajuan dalam menghadapi
masalah dan tetap berkarya meskipun ditengah pandemi. Sedangkan
berargumentasi merupakan suatu indikator yang diperlukan dalam critical
thinking, namun tidak semua orang dapat berargumen dengan baik di depan orang
banyak, saat berargument sangat diperlukan keahlian dan pelatihan tersendiri agar
semua mahasiswa dapat berargumen dengan baik, sehingga pendapat yang
dikemukaan dapat didengar dan diterima oleh orang lain.
Berfikir kritis adalah proses metakognitif yang melalui penilaian reflektif yang
disengaja, meningkatkan kemungkinan menhasilkan kesimpulan logis terhadap
suatu argumenatasi solusi untuk suatu masalah. Intruksi dalam pemikiran kritis
menjadi sangat penting karena memunkingkan individu untuk memperoleh
pemahaman yang lebih kompleks dari informasi yang mereka temui dan
mempromosikan penambilan keputusan yang baik dan pemecahan masalah dalam
aplikasi dunia nyata (Butleer et.al.,A2012,Helpern,2003,Ku,2009. Orlich, et al.
(dalam Ibrahim, 2007) menyatakan bahwa kemampuan yang berasosiasi dengan
berpikir kritis yang efektif meliputi: (1) mengobservasi; (2) mengidentifikasi pola,
hubungan, hubungan sebab-akibat, asumsi-kesalahan alasan, kesalahan logika dan
bias; (3) membangun kriteria dan mengklasifikasi; (4) membandingkan dan
membedakan, (5) menginterpretasikan; (6) meringkas; (7) menganalisis,
mensintesis dan menggeneralisasi; mengemukakan hipotesis; (8) membedakan
data yang relevan dengan yang tidak relevan, data yang dapat diverifikasi dan
yang tidak, membedakan masalah dengan pernyataan yang tidak relevan.
Sedangkan Argumentasi merupakan aktivitas verbal, social, dan rasional yang
bertujuan untuk meyakinkan kritik yang masuk akal tentang suatu pandangan
yang diterima. (Roviati, Eva dan Ari Widodo, 2009, hal 56).

3. Dimensi Efektivitas pembelajaran


Indikator terkait adalah :
a) Manage sumber daya
b) Strategi pembelajaran
c) Membangun pengetahuan
d) Sistem penugasan
e) Cara peniliaian

dimensi efektivitas pembelajaran


2.95 2.9
2.9
2.85 2.8 2.8
2.8
2.75 2,7
2.7
2.65 2.6
2.6
2.55
2.5
2.45
n n an rn ya
ia sa ja da
la ga hu la
ni nu et
a
be
r
pe be
ra pe ng m m
ca m pe pe su
te un gi e
si s ng te ag
a rt a an
b s m
em
m

Ganbar 3. Efektivitas pembelajaran


Tabel 3. Keterangan di mensi efektivitas pembelajaran

Indikator Prosentase Rata-Rata Kategori


Cara penilaian 2,8 Sangat Baik
Sistem penugasan 2,9 Sangat Baik

Membangun pengetahuan 2,7 Baik


Strategi pembelajaran 2,8 Sangat Baik
Manage sumber daya 2,6 Kurang Baik

Dari diagram diatas diperoleh data dari dimensi efektivitas pembelajaran yang mencakup 5
indikator yaitu, cara penilaian, sistem penugasan,, membengun pengetahuan, strategi
pembelajaran, dan manage sumber daya. Diagram tertinggi terdapat pada indikator sistem
penugasan dengan nilai skor 2,9 artinya sistem penugasan berjalan dengan baik dan terendah
terdapat pada manage sumber daya dengan nilai skor 2,6 artinya mahasiswa beranggapan
seluruh civitas akademik kesulitan untuk menage sumber daya yang ada, baik sumber daya
manusianya, maupun sumber daya fasilitasnya. Sistem penugasan secara online pada
pembelajaran daring ini semakin membaik dan menjadi salah satu bahan evaluasi dalam
memahami suatu materi. Adanya penugasan online mahasiswa dapat lebih belajar mandiri dan
lebih bertanggung jawa mengerjakan kewajibannya sebagai murid. Sedangkan manage sumber
daya disaat kuliah during sulit seperti untuk merangkul sumber daya manusia seperti para
civitas akademik dan seluruh staf yang ada, serta mengontrol fasilitas kampus disebabkan
adanya pembatasan bertemu di masa pandemi, karena tidak semua hal bisa dilakukan dengan
virtual ataupun online, seperti mengembangkan kualitas diri semua civitas akademik, dan
mengontrol serta mengawasi segala keadaan di kampus, sehingga hasil data yang diperoleh
nilainya paling rendah atau dapat diartikan belum berjalan dengan baik atau kurang baik.
Efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah
tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa
kegiatan yang dijalankannya(Sondang dalam Othenk (2008:4). Sedangkan pembelajaran adalah
proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkunan belajar
(UU No. 20 tahun 2003). Efektivitas merupakan suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh
target (kuantitas, kualitas dan waktu) yang telah tercapai oleh manajemen, yang mana target
tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu. Hal ini dapat di padankan dalam pembelajaran
seberapa jauh tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan capaian kuantitas,
kualitas, dan waktu. Dalam konteks kegiatan pembelajaran perlu dipertimbangkan efektivitas
artinya sejauh mana tujuan yang telah diterapkan dapat dicapai sesuai harapan ( M. Ahmad,
2017). Capaian kualitas dapat diperoleh dari sistem penugasan, membangun pengetahuan, dan
strategi pembelajaran. Capaian kuantitas dapat diperoleh dari cara penilaian dosen. Capaian
waktu diperoleh dari hasil me manage sumber daya yang dimana sangat membutuhkan
kesabaran waktu, supaya bisa merangkul semua civitas akademik
perbandingan hasil jawaban responden PTN dan PTS

perbandingan hasil
2.84
2.82
2.82 2.81
2.8
2.8

2.78 2.77
2.76
2.74 2.74
2.74

2.72

2.7
problem solving critical thinking efektivitas pembelajarn

ptn pts

perbandingan jumlah responden


PTN PTS

37%

63%

Gambar 4. Perbandingan data dimensi PTN dan PTS


Diagram diatas menjelaskan perbandingan data dari 3 dimensi antara mahasiswa PTN
dengan mahasiswa PTS. Pada diagran pertama pertama menunjukkan perbandingan
hasil rata-rata dimensi problem solving pada PTN dan PTS dengan nilai skor 2,77 untuk
PTN dan 2,82 untuk PTS. Diagram kedua menunjukkan perbandingan hasil rata-rata
dimensi critical thinking pada PTN dan PTS dengan nilai skor 2,74 untuk PTN dan 2,81
untuk PTS. Diagram ketiga menunjukkan hasil rata-rata efektivitas pembelajaran dengan
nilai skor 2,74 untuk PTN dan 2,8 untuk PTS.
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwasannya kegiatan pembelajaran daring yang
mencangkup problem solving, critical thinking dan efektivitas pembelajaran yang
dilakukan oleh mahasiswa PTN dan PTS memiliki perbedaan yang signifikan di ketiga
dimensi tersebut, , hal ini disebabkan responden terbanyak PTS sehingga nilai
perbandingannya PTS jauh lebih tinggi dibanding PTN. Jumlah responden yang
diperoleh ialah 100 mahasiswa, 63 mahasiswa PTS dan 37 mahasiswa PTN.
KESIMPULAN
1. Dimensi problem solving nilai rata-rata tertnggi diperoleh oleh indikator
mengordinasikan masalah yaitu 2,9 dan yang terendah 2,7 pada indikator
menemukan masalah dan mengambil keputusan.
2. Dimensi critical thinking nilai rata-rata tertinggi diperoleh indikator keterampilan
berfikir dan yang terendah 2,68 pada indikator berargumentasi.
3. Dimensi efektivitas pembelajaran nilai rata-rata tertinggi terdapat pada grafik
sistem penugasan yaitu 2,9 dan yang terendah 2,6 yaitu, me manage sumber
daya.
Ketiga dimensi hubungkan dengan pengelompokkan mahasiswa PTN dan PTS,
bahwasannya nilai tertinggi diperoleh

Daftar pustaka
Facione, P. A. (1990). Critical thinking: A statement of expert consensus for
purposes of educational assessment and instruction - The Delphi
Report. Berkeley, CA: California Academic Press.
Facione, P. A. (2011). Think critically. Englewood Cliffs, NJ: Pearson.
Facione, P.A., & Facione, N. C. (2007). Talking critical thinking. Change, 39(2),
38-45.
Facione, P .A., Facione N. C., & Giancarlo, C. (2000). The disposition toward
critical thinking: Its character, measurement, and relationship to
critical thinking skills, Journal of Informal Logic, 20(1), 61-84.
http://repository.uin-suska.ac.id/4376/3/7.%20Bab%20II.pdf
https://www.seputarpengetahuan.co.id/2015/10/10-pengertian-masalah-cara-
memperoleh-masalah-penelitian.html
http://etheses.uin-malang.ac.id/1772/5/09410127_Bab_2.pdf

Anda mungkin juga menyukai