Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN

SUHU TUBUH DAN NUTRISI


DI RUANGAN AR RAODHAH II RS HAJI MAKASSAR
STASE KEBUTUHAN DASAR PROFESI

OLEH :
RILA RISMAN
A1CI22022

CI. LAHAN CI. INSTITUSI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2022
BAB II

PENDAHULUAN

A. Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah menjadi naik karena gangguan
pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi terganggu sampai ke
jaringan tubuh yang membutuhkannya. Menurut WHO (World Health Organization) Hipertensi
adalah tekanan darah sistolik yang sama dengan atau di atas 140 mmHg dan atau tekanan
darah diastolik sama dengan atau di atas 90 mmHg (Rahmad Satrio Putra et al., 2021).

Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa di Atas 18 Tahun

Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan Sistolik/Diastolik (mmHg)


Normal < 120 dan < 80
Pre-Hipertensi 120 – 139 atau 80 – 89
Hipertensi Stadium I 140 - 159 atau 90 – 99
Hipertensi Stadium II > 160 atau > 100

B. Etiologi Hipertensi
Etiologinya hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi hipertensi primer/essensial
dimana pada hipertensi jenis ini tidak diketahui penyebabnya dan ada kemungkinan karena
faktor keturunan atau genetik (90%). Selain itu terdapat pula hipertensi sekunder akibat
adanya suatu penyakit atau kelainan yang mendasari, faktor ini juga erat hubungannya
dengan gaya hidup dan pola makan yang kurang baik. Faktor makanan yang sangat
berpengaruh adalah kelebihan lemak (obesitas), konsumsi garam dapur yang tinggi,
merokok dan minum alkohol (Krisnanda, 2017).
C. Faktor yang mempengaruhi
1) Usia
Usia mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian hipertensi, Semakin tua
umur, semakin berisiko terserang hipertensi. Umur 36-45 tahun mempunyai risiko
menderita hipertensi 1,23 kali, umur 45-55 tahun 2,22 kali, dan umur 56-65 tahun 4,76
kali dibandingkan umur yang lebih muda. Umur terjadi secara alami sebagai proses
menua dan didukung oleh beberapa faktor eksternal, ini berkaitan dengan perubahan
struktur dan fungsi kardiovaskuler. Seiring dengan bertambahnya umur, dinding ventrikel
kiri dan katub jantung menebal serta elastisitas pembuluh darah menurun. Kondisi inilah
yang menyebabkan peningkatan tekanan darah sistolik maupun diastolik yang
berdampak pada peningkatan tekanan darah.
2) Jenis Klamin
Komplikasi hipertensi meningkat pada seseorang dengan jenis kelamin laki-laki.
3) Konsumsi Makanan Yang Berlemak
konsumsi makanan lemak jenuh mempunyai hubungan bermakna dengan
kejadian hipertensi. Lemak jenuh tidak menyehatkan jantung karena dapat
meningkatkan kolesterol LDL (Low Density Lippoprotein).
4) Stress
Stress mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap tingkat kejadian
hipertensi. Stress akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan keluaran
jantung. Stress dapat memicu pengeluaran hormon kortisol dan epinefrin yang
berhubungan dengan imunosupresi, aritmia, dan peningkatan tekanan darah dan
denyut jantung. Stress yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan berbagai
penyakit yang salah satunya adalah hipertensi (Hidayat & Agnesia, 2021)
D. GEJALA DAN TANDA
1) Peningkatan sistolik dan diastolik diatas normal
2) Pusing atau sakit kepala
3) Sering gelisah
4) Mudah marah
5) Sesak napas
6) Mata berkunang-kunang
7) Mimisan (keluar darah dari hidung).

E. PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di
pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor itu bermula jaras saraf
simpatis yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ke ganglia simpatis di thoraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis
ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron masing-masing ganglia melepaskan asetilkolin
yang akan merangsang serabut saraf pusat ganglia ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor
seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respons pembuluh darah terhadap
rangsang vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang yang mengakibatkan tambahan
aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin yang pada akhirnya
menyebabkan vasokonstriksi korteks adrenal serta mensekresi kortisol dan steroid
lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah.
Vasokonstriksi tersebut juga mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal yang
kemudian menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I,
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, yaitu suatu vasokonstriktor kuat, yang
pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan
volume Intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
F. PATWAY

Obesitas Stress Konsumsi Alkohol Kurang olah Usia di atas 50 Kelainan fungsi
ginjal Feokromositoma
garam berlebih raga tahun

Penimbunan Pelepasan Peningkatan


Tidak mampu
kolesterol adrenalin dan Retensi cairan kadar kortisol Meningkatnya Penebalan
membuang
kortisol tahanan perifer dinding aorta & sejumlah garam
arteri pembuluh darah
dan air di dalam
Peningkatan Meningkatnya besar
Penyempitan tubuh Memacu stress
Vasokonstriksi volume darah sel darah merah
pembuluh darah Elastisitas
pembuluh dan sirkulasi Efek konstriksi
darah pembuluh
arteri perifer Volume darah
Meningkatnya darah menurun
dalam tubuh
viskositas
Aterosklerosis Tahanan meningkat
perifer
meningkat

Jantung bekerja keras


untuk memompa

HIPERTENSI

Otak Ginjal Indera Kenaikan beban


kerja jantung

Vasokonstriksi Retina Hidung


Suplai O2 ke Retensi Telinga
pembuluh darah Hipertrofi otot
otak menurun pembuluh darah ginjal jantung
otak meningkat Spasme Perdarahan Suara
Sinkope arteriole berdenging
Blood flow Penurunan
Tekanan menurun fungsi otot
pembuluh darah Diplopia Gangguan jantung
Resiko tinggi meningkat
keseimbangan
cidera Respon RAA
Nyeri Resiko tinggi Resiko
kepala cidera penurunan curah
Resiko terjadi Vasokonstriksi jatung
gangguan
perfusi jaringan
serebral Gangguan rasa Rangsang
nyaman nyeri aldosteron

Retensi
natrium

Oedem

Gangguan
keseimbangan
volume cairan
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
 Albuminuria pada hipertensi karena kelainan parenkim ginjal

 Kreatinin serum dan BUN meningkat pada hipertensi karena parenkim ginjal
dengan gagal ginjal akut
 Darah perifer lengkap

 Kimia darah (kalium, natrium, keratin, gula darah puasa)


2. EKG
 Hipertrofi ventrikel kiri

 Iskemia atau infark miocard

 Peninggian gelombang P

 Gangguan konduksi
3. Foto Rontgen
 Bentuk dan besar jantung Noothing dari iga pada koarktasi aorta

 Pembendungan, lebar paru

 Hipertrofi parenkim ginjal

 Hipertrofi vascular ginjal

H. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Non Farmakologi
a. Observasi keadaan umum pasien
b. Observasi tanda-tanda vital pasien
c. Observasi perubahan warna kulit pasien
d. Anjurkan pasien memakai pakaian yang tipis
e. Anjurkan pasien banyak minum
f. Anjurkan pasien banyak istirahat
g. Beri kompres hangat di beberapa bagian tubuh, seperti ketiak, lipatan paha, leher
bagian belakang
h. Beri Health Education ke pasien dan keluarganya mengenai pengertian,
penanganan, dan terapi yang diberikan tentang penyakitnya
2. Farmakologi
Beri obat penurun panas seperti paracetamol, asetaminofen

I. KOMPLIKASI
1) Penyakit jantung
Komplikasi berupa infark miokard, angina pectoris, dan gagal jantung
2) Ginjal
Terjadinya gagal ginjal dikarenakan kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada
kapiler-kapiler ginjal, glomerulus. Rusaknya glomerulus, darah akan mengalir ke unit-unit
fungsional ginjal dan nefron akan terganggu sehingga menjadi hipoksik dan kematian.
Rusaknya membrane glomerulus , protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan
osmotic koloid plasma berkurang dan menyebabkan edema.
3) Otak
Komplikasi berupa stroke dan serangan iskemik. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik
apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan menebal sehingga
aliran darah ke daerahdaerah yang diperdarahi berkurang.
4) Mata
Komplikasi berupa perdarahan retina , gangguan penglihatan,hingga kebutaan.
5) Kerusaka pada pembuluh darah arteri
Jika hipertensi tidak terkontrol, dapat terjadi kerusakan dan penyempitan arteri atau
yang sering disebut dengan aterosklerosis dan arterosklerosis (pengerasan pembuluh
darah). Komplikasi berupa kasus perdarahan meluas sampai ke intraventrikuler (Intra
Ventriculer Haemorrhage) atau IVH yang menimbulkan hidrosefalus obstruktif sehingga
memperburuk luaran. 1-4 Lebih dari 85% ICH timbul primer dari pecahnya pembuluh darah
otak yang sebagian besar akibat hipertensi kronik (65-70%) dan angiopathy amyloid.
Sedangkan penyebab sekunder timbulnya ICH dan IVH biasa karena berbagai hal yaitu
gangguan pembekuan darah, trauma, malformasi arteriovenous, neoplasma intrakranial,
thrombosis atau angioma vena. Morbiditas dan mortalitas ditentukan oleh berbagai faktor,
sebagian besar berupa hipertensi, kenaikan tekanan intrakranial, luas dan lokasi
perdarahan, usia, serta gangguan metabolism serta pembekuan darah
J. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan yang bertujuan
untuk mengumpulkan data-data.
1. Identitas diri : umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat
2. Status Kesehatan :
Keluhan utama : panas
3. Riwayat penyakit sekarang :
a. Hipertermi :
1) Data Subjektif
a) Pasien mengeluh panas
b) Pasien mengatakan badannya terasa lemas/ lemah
2) Data Objektif
a) Suhu tubuh >37oC
b) Takikardia
c) Mukosa bibir kering
d) Warna kulit kemerahan
b. Hipotermi : ketika suhu tubuh turun menjadi 350C, klien mengalami gemetar yang
tidak terkontrol, hilang ingatan, depresi, dan tidak mampu menelan. Jika suhu tubuh
turun di bawah 34,40C frekuensi jantung, pernafasan, dan tekanan darah turun.
4. Riwayat kesehatan lalu
a. Hipertermi : sejak kapan timbul demam, sifat demam, gejala lain yang menyertai
demam (misalnya mual, muntah, nafsu makan turun, eliminasi, nyeri otot, dan sendi
dll).
b. Hipotermi : tanyakan suhu pasien sebelumnya, sejak kapan timbul gejala gemetar,
hilang ingatan, depresi dan gangguan menelan.
5. Pemeriksaan fisik
a. Hitung TTV ketika panas terus menerus
b. Inspeksi dan palpasi kulit, cek turgor kulit (dingin, kering,kemerahan,hangat dan
turgor kulit menurun)
c. Tanda – tanda dehidrasi
d. Perubahan tingkah laku : bingung, disorientasi, gelisah, sakit kepala, nyeri otot,
lemah dll.

A. KONSEP DASAR NUTRISI


1. DEFINISI
Nutrisi merupakan elemen penting untuk proses dan fungsi tubuh. Pada umumnya
tubuh memerlukan bahan bakar untuk menyediakan energi untuk fungsi organ dan
pergerakan badan. Ketika energi tunuh dipenuhi lengkap oleh asupan kalori pada makanan.
Ketika energy tubuh dipenuhi lengkap oleh asupan kalori pada makanan, maka berat badan
tidak berubah. Jika pemasukan kalori melebihi kebutuhan energi, maka berat seseorang akan
bertambah, begitu juga sebaliknya. (Potter Perry, 1997).

Makanan terkadang digambarkan menurut kepadatan nutrient. Proporsi nutrient


penting untuk jumlah kalori. Makanan dengan kepadatan nutrient tinggi menyediakan
sejumlah besar nutrient yang berhubungan dengan kalori. (A. Aziz Alimul, 2006)

2. JENIS NUTRISI
Nutrisi yang terkandung dalam suatu makan sebagian besar terdiri dari enam
kategori, yaitu :

a. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energy utama dalam diet. Tiap gram karbohidrat
menghasilkan 4 kilokalori. Karbohidrat diperoleh terutama dari tumbuhan, kecuali
laktosa.

Tanaman menyimpan karbohidrat seperti tepung. Zat tepung dibuat dari biji yang
tertutup oleh dinding sel. Karbohidrat sendiri punya peranan dalam nutrisi manusia
karena bias menambah serat untuk diet. Serat berguna pada pencegahan dan
penyembuhan penyakit ketika pemberian makanan melalui selang.

b. Protein
Protein berfungsi pada tubuh untuk mensitesis jaringan tubuh dalam
pertumbuhan, pemeliharaan, dan perbaikan. Protein yang lengkap terdiri dari semua
asam amino essensial dalam kualitas yang cukup untuk pertumbuhan dan
mempertahankan keseimbangan nitrogen dalam tubuh. Ketika tubuh dalam keadaan
nitrogen lebih, maka maka tubuh dalam keseimbangan nitrogen positive. Nitrogen
yang berlebih akan digunakan untuk pembangunan, perbaikan, dan penempatan
kembali jaringan tubuh.

c. Lipid
Lipid merupakan bentuk penghasul energy tubuh utama. Monogliserida dari porsi
lipid yang dicerna dapat diubah menjadi glukosa dalam proses glukoneogenesis.
Semua sel tubuh kecuali sel darah merah dan neuron dapat mengoksidasi asam lemak
dari energy.

d. Air
Air merupakan komponen kritis dalam bentuk cairan dalam tubuh karena fungsi
sel bergantung pada lingkungan cair. Air menyusun 60 % - 70 % dari seluruh berat
badan. Ketika kehilangan air, seseorang dapat bertahan tidak lebih dari beberapa jam
di padang pasir atau beberapa hari di lingkungan yang sangat terlindungi.

Kebutuhan cairan dipenuhi oleh konsumsi cairan dan makanan padat yang tinggi
kadar air, seperti buah-buahan dan sayur-sayuran. Orang yang sakit mengalami
peningkatan kebutuhan cairan seperti penderita demam.

e. Vitamin
Vitamin merupakan substansi organic dalam jumlah kecil pada makanan yang
essensial untuk metabolisme normal. Vitamin terbagi menjadi 2 jenis yaitu vitamin
larut air yang terdiri dari vitamin C dan B, sedang vitamin yang lainnya masuk
kedalam klasifikasi vitamin larut lemak seperti vitamin A,D,E, dan K.
f. Mineral
Mineral adalah elemen essensial nonorganic pada tubuh sebagai katalis dalam
reaksi biokimia. Kenutuhan mineral sehari-hari adalah 100 mg. ketika berkurang
maka elemen renik juga akan berkurang dari kadar kebutuhan sehari-hari.

(Potter, Perry 1997)

3. GANGGUAN NUTRISI
Gangguan nutrisi seperti mal nutrisi biasanya terjadi pada klien-klien yang
mengalami gangguan dalam saluran gastrointestinalnya. Klien yang dianjurkan untuk
tidak mengkonsumsi melalui mulut biasanya beresiko mempunyai gangguan pada
nutrisinya. Asupan makanan terkadang berubah pada pasien operatif. Persiapan operasi
biasanya melibatkan pembersihan perut minimal 8 jam berpuasa. Permulaan asupan
makanan pascaoperasi bergantung pada pengembalian fungsi perut, tingkat prosedur
bedah, keberadaaan komplikasi apapun, dan pilihan pembedah untuk mengawali
pemberian makanan. (Johnson, 2000)

4. TANDA DAN GEJALA KEKURANGAN NUTRISI


Tanda-tanda subjektif dari pasien biasanya pasien mengeluh seperti :

 Mual
 Anoreksia
 Lemas
 Lesu
Sedangkan tanda-tanda obyektif yang muncul akibat gangguan nutrisi biasanya seperti :

 Rambut berserabut, kusam ,kusut, kering tipis, dan kasar


 Kulit kasar, kering, pucat, bersisik
 Wajah mengalami diskolorasi, bersisik, bengkak, kulit gelap di pipi dan di bawah
mata
 Konjungtiva pucat, konjungtiva serosis
 Bibir kering, lesi anguler pada sudut mulut
5. PATHWAYS
Malnutrisi Kerusakan saluran pencernaan

Kurangnya nutrisi masuk Gangguan makanan yg dicerna

ke sel

Sel kekurangan nutrisi Terjadinya mual dan refluks

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan

Lemah Lemas Gangguan aktifitas Berat badan turun

6. ETIOLOGI
Faktor-faktor yang mempengaruhi
 Fisiologis (intake nutrient)
- Kemampuan mendapat dan mengolah makanan
- Pengetahuan
- Gangguan menelan
- Perasaan tidak nyaman setelah makan
- Anoreksia
- Nausea dan vomitus
- Intake kalori dan lemak yang berlebih

 Kemampuan mencerna nutrient


- Obstruksi saluran cerna
- Malaborbsi nutrient
- DM
 Kebutuhan metabolism
- Pertumbuhan
- Stres
- Kondisi yang meningkatkan BMR (latihan,hipertyroid)
- Kanker
 Gaya hidup dan kebiasaan
Kebiasaan makan yang baik perlu diterapkan pada usia toddler
 Kebudayaan dan kepercayaan
Kebudayaan orang asia lebih memilih padi sebagai makanan pokok
 Sumber ekonomi
 Tinggal sendiri
Seseorang yang hidup sendirian sering tidak mempedulikan tugas memasak untuk
menyediakan makanannya.
 Kelemahan fisik
Contohnya atritis atau cedera serebrovaskular (CVA) yang menyebabkan
kesulitan untuk berbelanja dan masak. Mereka tidak mampu merencanakan dan
menyediakan makanannya sendiri.
 Kehilangan
Terutama terlihat pada pria lansia yang tidak pernah memasak untuk mereka
sendiri. Mereka biasanya tidak memahami nilai suatu makanan yang gizinya
seimbang.
 Depresi
Menyebabkan kehilangan nafsu makan. Mereka tidak mau bersusah payah
berbelanja, memasak atau memakan makanannya.
 Pendapatan yang rendah
Ketidakmampuan untuk membeli makanan yang cermat untuk meningkatkan
pengonsumsian makanan yang bergizi.
 Penyakit saluran pencernaan
Termasuk sakit gigi, ulkus
 Obat
Pada lansia yang mendapat lebih banyak obat dibandingkan kelompok usia lain
yang lebih muda ini berakibat buruk terhadap nutrisi lansia. Pengobatan akan
mengakibatkan kemunduran nutrisi yang semakin jauh.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN (GANGGUAN KEBUTUHAN NUTRISI)


1. Pengkajian

a) Mengkaji antropometri klien seperti berat badan, tinggi badan, lingkar lengan

b) Mencari tahu obat-obatan yang sering atau perah dikonsumsi klien

c) Megobservasi tanda-tanda perubahan nutrisi klien

d) Melihat tes laboratorium klien mengenai Hb, albumin, dan GDS

2. Diagnosa Keprawatan
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

a) Peningkatan laju metabolik


b) Asupan nutrient yang tidak adekuat dalam diet

c) Kebutuhan energi tinggi akibat latihan yang berlebihan

Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

a) Penurunan laju metabolik


b) Asupan nutrient dan kilo kalori yang berlebihan
c) Latihan atau aktivitas yang tidak adekuat

Perubahan nutrisi risiko untuk leih dari kebutuhan berhubungan dengan

a) Pola asupan makanan yang disfungsional


b) Gangguan hubungan dengan orang yang pentinga atau bermakna
c) Gangguan menelan akibat jalan nafas buatan

3. Intervensi

a) Biasakan klien untuk diet dan gunakan suplemen oral untuk mencapai energi dan
asupan nutrient yang adekuat

b) Anjurkan klien untuk banyak minum air putih

4. Implementasi
a) Menstimulasi nafsu makan klien
b) Terapi diet dalam manajemen penyakit
c) Memberi makan klien melalui oral
d) Konseling dengan klien dan keluarga
5. Evaluasi
a) Berat badan klien kembali normal
b) Nafsu makan klien kembali normal
c) Hasil laboratorium klien menunjukkan peningkatan parameter nutrisi
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai