Anda di halaman 1dari 270

Meja untuk menyiapkan makanan,

Daerah untuk menyiapkan Tergantung freezer, bak cuci dengan kran air dingin
5 Pantri makanan dan minuman untuk pe kebutuhan dan air panas, microwave dan atau
kompor, dan lemari pendingin.

Ruang penyimpanan alat medik


yang setiap saat diperlukan.
Ruang penyimpanan alat Peralatan yang disimpan diruangan Respirator/ventilator, alat HD, Mobile X-
6 9 - 25 m2
medik ini harus dalam kondisi siap pakai Ray, dan lain lain.
dan dalam kondisi yang sudah
disterilisasi.

untuk menyimpan obat-obatan,


semua barang-barang yang bersih
dan steril, dan boleh juga
digunakan untuk menyimpan linen Tergantung
7 Ruang utilitas bersih Lemari/kabinet/ rak
bersih, juga untuk menyimpan kebutuhan
instrumen dan bahan perbekalan
yang diperlukan, termasuk untuk
barang-barang steril.

Fasilitas untuk membuang kotoran


bekas pelayanan pasien khususnya
yang berupa cairan. Spoolhoek Kloset leher angsa, keran air bersih
8 Ruang utilitas kotor 6 - 16 m2
berupa bak atau kloset yang (Sink)
dilengkapi dengan leher angsa
(water seal).

Ruang kerja dan istirahat kepala


9 Ruang Kepala ICU 6 - 12 m2 Sofa, lemari, meja/kursi
perawat.

Ruang untuk menyelenggarakan


kegiatan administrasi khususnya
pelayanan pendaftaran dan rekam
Min. 2 m2/ Meja kerja, lemari berkas/arsip dan
10 Ruang Administrasi medik internal pasien di instalasi
petugas telepon/interkom.
ICU. Ruang ini berada pada bagian
depan instalasi ICU dengan
dilengkapi loket atau Counter.

Tempat parkir troli selama tidak


11 Parkir Troli ada kegiatan pembedahan atau 2 - 6 m2 troli
selama tidak diperlukan.

Tempat ganti pakaian, meletakkan


sepatu/alas kaki sebelum masuk
daerah rawat pasien dan
4 - 16 m2/ ruang
Ruang ganti pakaian sebaliknya setelah keluar dari
ganti Lemari loker, kontainer untuk baju
12 (termasuk didalamnya daerah rawat pasien, yang
(tergantung pelindung bekas pakai
Loker) diperuntukan bagi staf medis
kebutuhan)
maupun non medis dan
pengunjung, dipisah antara pria
dan wanita
Min. 1.5 m2/ org Lemari/Rak penyimpanan bahan-bahan
Ruang tempat diskusi medis,
(misal. Kapasitas bacaan medik dan perawatan, VCR, dan
13 Ruang Diskusi Medis pendidikan dan pembahasan kasus
10 org maka peralatan belajar, meja, kursi, komputer,
multi disiplin.
butuh luas 15m2) LCD, dll

Ruang tunggu keluarga Tempat keluarga/ pengantar Tempat duduk, televisi & Telp umum
14 Min. 5 m2/ pasien
pasien. pasien menunggu. (bila RS mampu),

Ruangan tempat penyimpanan


barang-barang/bahan-bahan dan
Janitor/ Ruang cleaning
15 peralatan untuk keperluan 4 - 6 m2 Lemari/rak
service
kebersihan ruangan, tetapi bukan
peralatan medik.

@ KM/WC
Toilet (petugas,
16 KM/WC pria/wanita luas 2
pengunjung)
m2 – 3m2

R. Penyimpanan Silinder R. Tempat menyimpan tabung- 4 – 8 m2


17 Gas Medis
Gas Medik tabung gas medis cadangan.

28 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit



LAMPIRAN – 7
CONTOH RUANG PERAWATAN INTENSIF DAN PERALATANNYA

Gambar L5A Gambar L5B


Peralatan di ruang rawat pasien ICU, Peralatan di ruang rawat pasien ICU
menggunakan ceiling pendant menggunakan bedhead

Gambar L5C
Contoh Model Peralatan di ruang ICU Neonatal menggunakan bedhead

Gambar L1 – Contoh Model Ruang Rawat Pasien ICU dengan ceiling pendant

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 29



DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1204/Menkes/SK/XII/2004 tentang Persyaratan


Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.

4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 36 Tahun 2005, tentang Peraturan


Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002, tentang Bangunan Gedung.

5. Joanna R. Fuller, Surgical Technology, Principles and Practice, Saunders.

6. American Society of Heating, Refrigerating and Air Conditionign Engineers, Handbook,


Applications, 1974 Edition, ASHRAE.

7. American Society of Heating, Refrigerating and Air Conditioning Engineers, HVAC Design
Manual for Hospitals and Clinics, 2003 edition, ASHRAE.

8. G.D. Kunders, Hospitals, Facilities Planning and Management, Tata McGraw-Hill


Publishing Company Limited, 2004.

30 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit



PEDOMAN BANGUNAN RS :
RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT

DIREKTORAT BINA PELAYANAN PENUNJANG MEDIK DAN SARANA KESEHATAN


SUB DIREKTORAT BINA SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN
TAHUN 2012
KATA PENGANTAR

Bangunan ruang rawat inap di rumah sakit merupakan salah satu faktor yang sangat penting
dalam penyelenggaraan pelayanan medik di sarana pelayanan kesehatan, sehingga perlu
dilakukan pengelolaan bangunan instalasi rawat inap dengan baik dan terpadu.

Penyusunan buku “Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit : Ruang Rawat Inap” ini
merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan manajerial dan profesional pengelola
instalasi rawat inap di rumah sakit.

Dengan dibakukanya buku Pedoman Teknis ini, maka saat ini tersedia pedoman sebagai
bahan acuan pelaksanaan bagi mereka yang menyelenggarakan pengelolaan dan
perencanaan bangunan instalasi rawat inap di rumah sakit.

Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu diterbitkannya buku Pedoman Teknis
ini, kami ucapkan terima kasih.

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | iii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar iii


Daftar Isi v

BAGIAN - I Pendahuluan 1
1.1. Latar belakang 1
1.2. Maksud dan tujuan 2
1.3 Sasaran 2
1.4 Batasan dan pengertian 2

BAGIAN - II Kegiatan di instalasi rawat inap 5


2.1 Alur kegiatan 5
2.2. Alur Dokter, Perawat, Staf 6
2.3. Alur Pasien 6

BAGIAN - III Persyaratan teknis Sarana Bangunan Instalasi rawat inap 7


2.1 Lokasi 7
2.2 Denah 7
2.3. Lantai. 9
2.4. Langit-langit. 9
2.5 Pintu. 9
2.6 Kamar mandi. 9
2.7 Jendela. 10

BAGIAN - IV Persyaratan Teknis Prasarana Bangunan Instalasi rawat inap 11


4.1 Persyaratan keselamatan bangunan. 11
4.2 Persyaratan kesehatan bangunan. 14
4.3 Persyaratan kenyamanan. 17
4.4 Persyaratan kemudahan. 18

BAGIAN - V Penutup 21
Lampiran 22
Kepustakaan 26

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | v


BAB - I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang.


Keberhasilan pembangunan kesehatan tidak semata-mata ditentukan oleh hasil kerja
keras dari sektor kesehatan, tetapi sangat dipengaruhi oleh hasil kerja keras serta
konstribusi positif dari berbagai sektor pembangunan lainnya.
Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 Pasal 28
Bagian H, ayat (1) telah menegaskan bahwa setiap orang berhak memperoleh pelayanan
kesehatan, kemudian dalam Pasal 34 ayat (3) dinyatakan negara bertanggung jawab
atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.
Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan perorangan merupakan
bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung
penyelenggaraan upaya kesehatan. Pada hakekatnya rumah sakit berfungsi sebagai
tempat penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Fungsi dimaksud memiliki
makna tanggung jawab yang seyogyanya merupakan tanggung jawab pemerintah dalam
meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat. Untuk optimalisasi hasil serta kontribusi
positif tersebut, harus dapat diupayakan masuknya upaya kesehatan sebagai asas pokok
program pembangunan nasional.
Dalam Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 10 ayat (2)
menyebutkan, bangunan rumah sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit
terdiri atas ruang: b. ruang rawat inap; Dalam Bagian Ketiga tentang Bangunan, pasal 9
butir (b) menyebutkan bahwa Persyaratan teknis bangunan Rumah Sakit, sesuai
dengan fungsi, kenyamanan dan kemudahan dalam pemberian pelayanan serta
perlindungan dan keselamatan bagi semua orang termasuk penyandang cacat,
anak-anak, dan orang usia lanjut.
Dalam rangka mendukung Undang-Undang No. 44 tersebut, maka harus disusun
pedoman teknis fasilitas ruang rawat inap rumah sakit yang memenuhi standar
pelayanan, keamanan, keselamatan, kemudahan dan kenyamanan. Ruang rawat inap
yang aman dan nyaman merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi proses
penyembuhan pasien, oleh karena itu dalam merancang ruang rawat inap harus
memenuhi persyaratan tertentu yang mendukung terciptanya ruang rawat inap yang
sehat, aman dan nyaman.
Perencanaan dan pengelolaan bangunan instalasi rawat inap rumah sakit pada dasarnya
adalah suatu upaya dalam menetapkan fasilitas fisik, tenaga dan peralatan yang
diperlukan untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat sesuai dengan
kebutuhan.

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 1


1.2. Maksud dan tujuan.
Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Bangunan Instalasi Rawat Inap ini bertujuan
untuk memberikan petunjuk agar dalam perencanaan dan pengelolaan suatu bangunan
instalasi rawat inap di rumah sakit memperhatikan kaidah-kaidah pelayanan kesehatan,
sehingga bagunan instalasi rawat inap yang akan dibuat dapat menampung kebutuhan-
kebutuhan pelayanan dan dapat digunakan oleh pemakai, pengelola serta tidak berakibat
buruk bagi keduanya.
1.3 Sasaran.
Pedoman Teknis ini diharapkan dapat digunakan sebagai pegangan dan acuan bagi
Pengelola Rumah Sakit, Dinas Kesehatan dan perencana dan pengembang bangunan
rumah sakit sehingga masing-maing pihak dapat mempunyai persepsi yang sama.
1.4 Batasan dan pengertian.
1.4.1 Ruang pasien rawat inap.
Ruang untuk pasien yang memerlukan asuhan dan pelayanan keperawatan dan
pengobatan secara berkesinambungan lebih dari 24 jam.
Untuk tiap-tiap rumah sakit akan mempunyai ruang perawatan dengan nama sendiri-
sendiri sesuai dengan tingkat pelayanan dan fasilitas yang diberikan oleh pihak rumah
sakit kepada pasiennya.
1.4.2 Ruang Pos Perawat.
Ruang untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian asuhan dan pelayanan
keperawatan (pre dan post conference, pengaturan jadwal), dokumentasi sampai dengan
evaluasi pasien.
1.4.3 Ruang Konsultasi.
Ruang untuk melakukan konsultasi oleh profesi kesehatan kepada pasien dan
keluarganya.
1.4.4 Ruang Tindakan.
Ruangan untuk melakukan tindakan pada pasien baik berupa tindakan invasive ringan
maupun non-invasive.
1.4.5 Ruang administrasi.
Ruang untuk menyelenggarakan kegiatan administrasi khususnya pelayanan pasien di
ruang rawat inap. Ruang ini berada pada bagian depan ruang rawat inap dengan
dilengkapi loket/counter, meja kerja, lemari berkas/arsip, dan telepon/interkom.
Kegiatan administrasi meliputi :
(a). Pendataan pasien.
(b). Penandatanganan surat pernyataan keluarga pasien (apabila diperlukan tindakan
bedah).
(c) Rekam medis pasien.

2 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


1.4.6 Ruang Dokter.
Ruang Dokter terdiri dari 2 ruangan, yaitu kamar kerja dan kamar istirahat/kamar jaga.
Pada kamar kerja harus dilengkapi dengan beberapa peralatan dan furnitur. Sedangkan
pada kamar istirahat hanya diperlukan sofa dan tempat tidur. Ruang Dokter dilengkapi
dengan bak cuci tangan (wastafel) dan toilet.
1.4.7 Ruang perawat.
Ruang untuk istirahat perawat/petugas lainnya setelah melaksanakan kegiatan pelayanan
pasien atau tugas jaga.
Ruang perawat harus diatur sedemikian rupa untuk mempermudah semua pihak yang
memerlukan pelayanan pasien sehingga apabila ada keadaan darurat dapat segera
diketahui untuk diambil tindakan terhadap pasien.
1.4.8 Ruang Loker.
Ruang ganti pakaian Dokter, perawat dan petugas rawat inap.
1.4.9 Ruang kepala rawat inap.
Ruang tempat kepala rawat inap melakukan manajemen asuhan dan pelayanan
keperawatan, diantaranya pembuatan program kerja dan pembinaan.
1.4.10 Ruang linen bersih.
Ruang untuk menyimpan bahan-bahan linen bersih yang akan digunakan di ruang rawat.
1.4.11 Ruang linen kotor.
Ruangan untuk menyimpan bahan-bahan linen kotor yang telah digunakan di ruang rawat
inap sebelum di bawa ke ruang cuci (laundri).
1.4.12 Spoolhoek.
Fasilitas untuk membuang kotoran bekas pelayanan pasien khusnya yang berupa cairan.
Spoelhoek dala, bentuk bak atau kloset dengan leher angsa (water seal). Pada ruang
spoehoek juga harus disediakan kran air bersih untuk mencuci tempat cairan atau cuci
tangan. Ruang tempat spoelhoek ini harus menghadap keluar/berada di luar area rawat
inap ke arahj koridor kotor. Spoelhoek dihubungkan ke septic tank khusus atau jaringan
IPAL.
1.4.13 Kamar mandi/Toilet.
Fasilitas diatur sesuai kebutuhan, dan harus dijaga kebersihannya karena dengan kamar
mandi/toilet yang bersih citra rumah sakit khususnya ruang rawat inap akan baik. Terdiri
dari toilet pasien dan toilet staf.
1.4.14 Pantri.
Tempat untuk menyiapkan makanan dan minuman bagi mereka yang ada di ruang rawat
inap rumah sakit.
1.4.15 Ruang Janitor.
Ruang tempat menyimpan dan mencuci alat-alat pembersih ruangan rawat inap.

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 3


1.4.16 Gudang bersih.
Gudang adalah ruangan tempat penyimpanan barang-barang/bahan-bahan dan peralatan
untuk keperluan ruang rawat inap.
1.4.17 Gudang kotor.
Gudang adalah ruangan tempat penyimpanan barang-barang/bahan-bahan bekas pakai.
1.4.18 Bangunan gedung.
adalah konstruksi bangunan yang diletakkan secara tetap dalam suatu lingkungan, di atas
tanah/perairan, ataupun di bawah tanah/perairan, tempat manusia melakukan
kegiatannya, baik untuk tempat tinggal, berusaha, maupun kegiatan sosial dan budaya.
1.4.19 Banguan instalasi di rumah sakit.
adalah gabungan/kumpulan dari ruang-ruang/kamar-kamar di unit rumah sakit yang saling
berhubungan dan terkait satu sama lain dalam rangka pencapaian tujuan pelayanan
kesehatan.

4 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


BAB – II
KEGIATAN DI BANGUNAN RUANG RAWAT INAP

2.1 Alur kegiatan


Alur kegiatan di bangunan rawat inap seperti ditunjukkan pada gambar 2.1.

Kamar
Laundri
Mayat
Dokter Perawat

Ruang Linen
Ruang Ganti (Loker)
Bersih

Gudang
Ruang Ruang Bersih
Dokter Perawat

Meninggal
Dunia Ruang
Pos Perawat
Konsultasi

Ruang
Linen
Kotor
Ruang Rawat Inap
Spoolhoek &
Gudang Kotor

Pasien

Pulang
Sehat Ruang Tunggu Ruang Administrasi &
Pengantar Pendaftaran

INSTALASI RAWAT INAP

Instalasi Instalasi
Instalasi
Gawat Rawat Instalasi ICU
Bedah
Darurat Jalan

Pasien+Pengantar Pasien+Pengantar Pasien+Pengantar Pasien+Pengantar

Gambar 2.1 – Skema alur kegiatan di ruang rawat inap

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 5


2.2. Alur Dokter, Perawat, Staf.
(a). Akan bertugas.
(1). Dokter masuk ke ruang dokter untuk ganti pakaian.
(2). Perawat, masuk ke ruang perawat untuk ganti pakaian.
(3). Staf, masuk ke ruang staf untuk ganti pakaian.
(b). Setelah selesai tugas.
Dokter, Perawat , staf ke luar melalui alur yang sama.
2.3. Alur Pasien.
(a). Pasien masuk ruang rawat inap.
(1). Pasien masuk ruang rawat inap dari IGD/COT/Rawat jalan melalui admisi.
(2). Pasien mendapatkan Nomor Rekam Medis.
(3). Serah terima & orientasi di pos perawat (Nurse Station).
(4). Pasien ganti pakaian.
(5). Pasien selanjutnya dirawat lebih lanjut di ruang rawat inap.
(b). Pasien meninggalkan ruang rawat inap.
(1) Pasien pulang ke rumah setelah sehat, atau
(2) Pasien meninggal dikirim ke kamar janazah.

6 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


BAB - III
PERSYARATAN TEKNIS
BANGUNAN RUANG RAWAT INAP

2.1 Lokasi.
(a) Bangunan rawat inap harus terletak pada lokasi yang tenang, aman dan nyaman,
tetapi tetap memiliki kemudahan aksesibiltas atau pencapaian dari sarana
penunjang rawat inap.
(b) Bangunan rawat inap terletak jauh dari tempat-tempat pembuangan kotoran, dan
bising dari mesin/generator.
2. 2 Denah.
(a). Persyaratan umum.
(1). Pengelompokan ruang berdasarkan kelompok aktivitas yang sejenis hingga
tiap kegiatan tidak bercampur dan tidak membingungkan pemakai bangunan.
(2) Perletakan ruangannya terutama secara keseluruhan perlu adanya hubungan
antar ruang dengan skala prioritas yang diharuskan dekat dan sangat
berhubungan/membutuhkan.
(3) Akses pencapaian ke setiap blok/ruangan harus dapat dicapai dengan mudah.
(4). Kecepatan bergerak merupakan salah satu kunci keberhasilan perancangan,
sehingga blok unit sebaiknya sirkulasinya dibuat secara linier/lurus
(memanjang)
(5) Jumlah kebutuhan ruang harus disesuaikan dengan kebutuhan jumlah pasien
yang akan ditampung.
(6) Sinar matahari pagi sedapat mungkin masuk ke dalam ruangan.
(7). Alur petugas dan pengunjung dipisah.
(8) Besaran ruang dan kapasitas ruang harus dapat memenuhi persyaratan
minimal seperti ditunjukkan dalam tabel 2.2.a.8

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 7


Tabel 2.2.a.8
Kebutuhan minimal luas ruangan pada bangunan rawat inap
Nama ruang Luas (+) Satuan
1 Ruang Perawatan :
VIP 18 m2/tempat tidur
Kelas I 12 m2/tempat tidur
Kelas II 10 m2/tempat tidur
Kelas III 7.2 m2/tempat tidur
2 Ruang Pos perawat 20 m2
3 Ruang Konsultasi. 12 m2
4 Ruang Tindakan. 24 m2
5 Ruang administrasi 9 m2
6 Ruang Dokter. 20 m2
7 Ruang perawat. 20 m2
8 Ruang ganti/Locker 9 m2
9 Ruang kepala rawat inap. 12 m2
10 Ruang linen bersih. 18 m2
11 Ruang linen kotor. 9 m2
12 Spoelhoek 9 m2
13 Kamar mandi/Toilet 25 m2
14 Pantri. 9 m2
15 Ruang Janitor/service 9 m2
16 Gudang bersih 18 m2
17 Gudang kotor 18 m2

(b). Persyaratan khusus.


(1) Tipe ruang rawat inap, terdiri dari :
a) Ruang rawat inap 1 tempat tidur setiap kamar (VIP).
b) Ruang rawat inap 2 tempat tidur setiap kamar (Kelas 1)
c) Ruang rawat inap 4 tempat tidur setiap kamar (Kelas 2)
d) Ruang rawat inap 6 tempat tidur atau lebih setiap kamar (kelas 3).
(2). Khusus untuk pasien-pasien tertentu harus dipisahkan (Ruang Isolasi), seperti
:
a) Pasien yang menderita penyakit menular.
b) Pasien dengan pengobatan yang menimbulkan bau (seperti penyakit
tumor, ganggrein, diabetes, dan sebagainya).
c) Pasien yang gaduh gelisah (mengeluarkan suara dalam ruangan).
Keseluruhan ruang-ruang ini harus terlihat jelas dalam kebutuhan jumlah
dan jenis pasien yang akan dirawat.

8 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


(c) Pos Perawat (Nurse Station).
Lokasi Pos perawat sebaiknya tidak jauh dari ruang rawat inap yang dilayaninya,
sehingga pengawasan terhadap pasien menjadi lebih efektif dan efisien.
2.3. Lantai.
(a). Lantai harus kuat dan rata, tidak berongga.
(b). Bahan penutup lantai dapat terdiri dari bahan tidak berpori, seperti vinyl yang rata
atau keramik dengan nat yang rapat sehingga debu dari kotoran-kotoran tidak
mengumpul, mudah dibersihkan, tidak mudah terbakar.
(c) Pertemuan dinding dengan lantai disarankan melengkung (hospital plint), agar
memudahkan pembersihan dan tidak menjadi tempat sarang debu dan kotoran.
2.4. Langit-langit.
Langit-langit harus rapat dan kuat, tidak rontok dan tidak menghasilkan debu atau kotoran
lain.
2.5 Pintu.
(a) Pintu masuk ke ruang rawat inap, terdiri dari pintu ganda, masing-masing dengan
lebar 90 cm dan 40 cm. Pada sisi pintu dengan lebar 90 cm, dilengkapi dengan
kaca jendela pengintai (observation glass).
(b) Pintu masuk ke kamar mandi umum, minimal lebarnya 85 cm.
(c) Pintu masuk ke kamar mandi pasien, untuk setiap kelas, minimal harus ada 1 kamar
mandi berukuran lebar 90 cm, diperuntukkan bagi penyandang cacat.
(d) Pintu kamar mandi pasien, harus membuka ke luar kamar mandi.
(e) Pintu toilet umum untuk penyandang cacat harus terbuka ke luar.
2.6 Kamar mandi.
(a) Kamar mandi pasien, terdiri dari kloset, shower (pancuran air) dan bak cuci tangan
(wastafel).
(b) Khusus untuk kamar mandi bagi penyandang cacat mengikuti pedoman atau
standar teknis yang berlaku.
(d) Jumlah kamar mandi untuk penyandang cacat, 1 (satu) buah untuk setiap kelas.
(e) Toilet umum, terdiri dari kloset dan bak cuci tangan (wastafel).
(f) Disediakan 1 (satu) toilet umum untuk penyandang cacat di lantai dasar, dengan
persyaratan sebagai berikut :
(a) Toilet umum yang aksesibel harus dilengkapi dengan tampilan rambu/simbol
"penyandang cacat" pada bagian luarnya.
(b) Toilet atau kamar kecil umum harus memiliki ruang gerak yang cukup untuk
masuk dan keluar pengguna kursi roda.
(c) Ketinggian tempat duduk kloset harus sesuai dengan ketinggian pengguna
kursi roda sekitar (45 ~ 50 cm).

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 9


(d) Toilet atau kamar kecil umum harus dilengkapi dengan pegangan rambat
(handrail) yang memiliki posisi dan ketinggian disesuaikan dengan pengguna
kursi roda dan penyandang cacat yang lain. Pegangan disarankan memiliki
bentuk siku-siku mengarah ke atas untuk membantu pergerakan pengguna
kursi roda.
(e) Letak kertas tissu, air, kran air atau pancuran (shower) dan perlengkapan-
perlengkapan seperti tempat sabun dan pengering tangan harus dipasang
sedemikian hingga mudah digunakan oleh orang yang memiliki keterbatasan
keterbatasan fisik dan bisa dijangkau pengguna kursi roda.
(f) Bahan dan penyelesaian lantai harus tidak licin. Lantai tidak boleh
menggenangkan air buangan.
(g) Pintu harus mudah dibuka dan ditutup untuk memudahkan pengguna kursi
roda.
(h) Kunci-kunci toilet atau grendel dipilih sedemikian sehingga bisa dibuka dari
luar jika terjadi kondisi darurat.
(j) Pada tempat-tempat yang mudah dicapai, seperti pada daerah pintu masuk,
disarankan untuk menyediakan tombol bunyi darurat (emergency sound
button) bila sewaktu-waktu terjadi sesuatu yang tidak diharapkan.

Gambar 2.6 - Ruang gerak dalam Toilet untuk Aksesibel.

2.7 Jendela.
Disarankan menggunakan jendela kaca sorong, yang mudah pemeliharaannya, dan
cukup rapat.

10 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


BAB – IV
PERSYARATAN TEKNIS
PRASARANA BANGUNAN RUANG RAWAT INAP

4.1 Persyaratan keselamatan bangunan.


Pelayanan pada bangunan instalasi rawat inap, termasuk “daerah pelayanan kritis”,
sesuai SNI 03 – 7011 – 2004, Keselamatan pada bangunan fasilitas kesehatan”.
4.1.1 Struktur bangunan.
(a) Bangunan instalasi bedah, strukturnya harus direncanakan kuat/kokoh, dan stabil
dalam memikul beban/kombinasi beban dan memenuhi persyaratan kelayanan
(serviceability) selama umur layanan yang direncanakan dengan
mempertimbangkan fungsi bangunan instalasi rawat inap, lokasi, keawetan, dan
kemungkinan pelaksanaan konstruksinya.
(b) Kemampuan memikul beban diperhitungkan terhadap pengaruh-pengaruh aksi
sebagai akibat dari beban-beban yang mungkin bekerja selama umur layanan
struktur, baik beban muatan tetap maupun beban muatan sementara yang timbul
akibat gempa dan angin.
(c) Dalam perencanaan struktur bangunan instalasi rawat inap terhadap pengaruh
gempa, semua unsur struktur bangunan instalasi bedah, baik bagian dari sub
struktur maupun struktur bangunan, harus diperhitungkan memikul pengaruh gempa
rencana sesuai dengan zona gempanya.
(d) Struktur bangunan instalasi bedah harus direncanakan secara detail sehingga pada
kondisi pembebanan maksimum yang direncanakan, apabila terjai keruntuhan,
kondisi strukturnya masih dapat memungkinkan pengguna bangunan instalasi rawat
inap menyelamatankan diri.
(e) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembebanan, ketahanan terhadap gempa dan/atau
angin, dan perhitungan strukturnya mengikuti pedoman dan standar teknis yang
berlaku.
4.1.2 Sistem proteksi petir.
(a) Bangunan instalasi rawat inap yang berdasarkan letak, sifat geografis, bentuk,
ketinggian dan penggunaannya berisiko terkena sambaran petir, harus dilengkapi
dengan instalasi proteksi petir.
(b) Sistem proteksi petir yang dirancang dan dipasang harus dapat mengurangi secara
nyata risiko kerusakan yang disebabkan sambaran petir terhadap bangunan
instalasi rawat inap dan peralatan yang diproteksinya, serta melindungi manusia di
dalamnya.

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 11


(c) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan,
pemeliharaan instalasi sistem proteksi petir mengikuti SNI 03 – 7015 – 2004, Sistem
proteksi petir pada bangunan gedung, atau pedoman dan standar teknis lain yang
berlaku.
4.1.3 Sistem proteksi Kebakaran.
(a) Bangunan instalasi rawat inap, harus dilindungi terhadap bahaya kebakaran dengan
sistem proteksi pasif dan proteksi aktif.
(b) Penerapan sistem proteksi pasif didasarkan pada fungsi/klasifikasi risiko kebakaran,
geometri ruang, bahan bangunan terpasang, dan/ atau jumlah dan kondisi penghuni
dalam bangunan instalasi rawat inap..
(c) Penerapan sistem proteksi aktif didasarkan pada fungsi, klasifikasi, luas, ketinggian,
volume bangunan, dan/atau jumlah dan kondisi penghuni dalam bangunan instalasi
rawat inap.
(d) Bilamana terjadi kebakaran di ruang rawat inap, peralatan yang terbakar harus
segera disingkirkan dari sekitar sumber oksigen atau outlet pipa yang dimasukkan
ke ruang rawat inap untuk mencegah terjadinya ledakan.
(e) Api harus dipadamkan di ruang rawat inap, jika dimungkinkan, dan pasien harus
segera dipindahkan dari tempat berbahaya. Peralatan pemadam kebakaran harus
dipasang diseluruh rumah sakit . Semua petugas harus tahu peraturan tentang
cara-cara proteksi kebakaran. Mereka harus tahu persis tata letak kotak alarm
kebakaran dan tahu menggunakan alat pemadam kebakaran.
(f) Ketentuan lebih lanjut mengenai perencanaan, pemasangan, dan pemeliharaan
sistem proteksi kebakaran aktif mengikuti Pedoman Teknis Prasarana Rumah Sakit
: Sistem Proteksi Kebakaran Aktif, Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan,
Kementerian Kesehatan Tahun 2012.
4.1.4 Sistem kelistrikan.
(a) Sumber daya listrik.
Sumber daya listrik pada ruang perawatan pasien di ruang rawat inap termasuk
katagori “sistem kelistrikan esensial 1”, di mana sumber daya listrik normal
dilengkapi dengan sumber daya listrik diesel generator untuk menggantikannya, bila
terjadi gangguan pada sumber daya listrik normal.
Tapi pada ruang tindakan pasien termasuk katagori “sistem kelistrikan esensial 2” di
mana pasokan listrik tidak boleh terputus apabila terjadi gangguan.
(b) Jaringan.
(1) Kabel listrik dari peralatan yang dipasang di langit-langit tetapi yang bisa
digerakkan, harus dilindungi terhadap belokan yang berulang-ulang sepanjang
track, untuk mencegah terjadinya retakan-retakan dan kerusakan-kerusakan
pada kabel.
(2) Kolom yang bisa diperpanjang dengan ditarik, menghindari bahaya-bahaya
tersebut.

12 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


(3) Sambungan listrik pada kotak hubung singkat harus diperoleh dari sirkit-sirkit
yang terpisah. Ini menghindari akibat dari terputusnya arus karena bekerjanya
pengaman lebur atau suatu sirkit yang gagal yang menyebabkan terputusnya
semua arus listrik pada saat kritis.
(c) Terminal.
(1) Kotak Kontak (stop kontak)
a) Setiap kotak kontak daya harus menyediakan sedikitnya satu kutub
pembumian terpisah yang mampu menjaga resistans yang rendah
dengan kontak tusuk pasangannya.
b) Karena gas-gas yang mudah terbakar dan uap-uap lebih berat dari
udara dan akan menyelimuti permukaan lantai bila dibuka, Kotak kontak
listrik harus dipasang 5 ft ( 1,5 m) di atas permukaan lantai, dan harus
dari jenis tahan ledakan.
c) Jumlah kotak kontak untuk setiap tempat tidur minimal 2 titik untuk
melayani peralatan kesehatan yang membutuhkan suplai listrik. Pada
ruang tindakan yang merupakan ruang pelayanan kritis minimal harus
dilengkapi 5 titik kotak kontak.
(2) Sakelar.
Sajekar yang dipasang dalam sirkit pencahayaan harus memenuhi SNI 04 –
0225 – 2000, Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL 2000), atau
Permenkes 2306/Menkes/per/XI/2011 tentang Persyaratan Teknis Prasarana
Instalasi Elektrikal RS.
(d) Pembumian.
Kabel yang menyentuh lantai, dapat membahayakan petugas. Sistem harus
memastikan bahwa tidak ada bagian peralatan yang dibumikan melalui tahanan
yang lebih tinggi dari pada bagian lain peralatan yang disebut dengan sistem
penyamaan potensial pembumian (Equal potential grounding system). Sistem ini
memastikan bahwa hubung singkat ke bumi tidak melalui pasien.
(e) Peringatan.
Semua petugas harus menyadari bahwa kesalahan dalam pemakaian listrik
membawa akibat bahaya sengatan listrik, padamnya tenaga listrik, dan bahaya
kebakaran.
Kesalahan dalam instalasi listrik bisa menyebabkan arus hubung singkat,
tersengatnya pasien, atau petugas.
Bahaya ini dapat dicegah dengan :
(1) Memakai peralatan listrik yang dibuat khusus untuk instalasi rawat inap.
Peralatan harus mempunyai kabel yang cukup panjang dan harus mempunyai
kapasitas yang cukup untuk menghindari beban lebih.
(2) Peralatan jinjing (portabel), harus segera diuji dan dilengkapi dengan sistem
pembumian yang benar sebelum digunakan.

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 13


(3) Segera menghentikan pemakaian dan melaporkan apabila ada peralatan
listrik yang tidak benar.
(f) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan, dan
pemeliharaan sistem kelistrikan pada bangunan instalasi rawat inap mengikuti
Permenkes 2306/Menkes/per/XI/2011 tentang Persyaratan Teknis Prasarana
Instalasi Elektrikal RS.
4.1.5 Sistem gas medik dan vakum medik.
(a) Vakum, udara tekan medik dan oksigen disalurkan dengan pemipaan ke ruang
instalasi rawat inap. Outlet-outletnya dipasang pada bed-head pasien. Pada ruang
perawatan minimal dilengkapi 1 (satu) outlet oksigen tiap tempat tidur pasien,
sedangkan pada ruang tindakan dilengkapi minimal 1 (satu) outlet oksigen, 1 (satu)
outlet vakum dan 1 (satu) outlet udara tekan medik pada bed-head tempat tidur
tindakan.
(d) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan, dan
pemeliharaan sistem gas medik dan vakum medik pada bangunan Ruang rawat
inap Rumah Sakit mengikuti ”Pedoman Teknis Instalasi Gas Medik dan Vakum
Medik di RS” yang disusun oleh Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan
Sarana Kesehatan, Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan, Kementerian
Kesehatan RI, Tahun 2011.
4.2 Persyaratan kesehatan bangunan.
4.2.1 Sistem ventilasi.
(a) Untuk memenuhi persyaratan sistem ventilasi, bangunan instalasi rawat inap harus
mempunyai ventilasi alami dan/atau ventilasi mekanik/ buatan sesuai dengan
fungsinya.
(b) Bangunan instalasi rawat inap harus mempunyai bukaan permanen, kisi-kisi pada
pintu dan jendela dan/atau bukaan permanen yang dapat dibuka untuk kepentingan
ventilasi alami.
(c) Ventilasi mekanik/buatan harus disediakan jika ventilasi alami tidak dapat
memenuhi syarat.
(d) Penerapan sistem ventilasi harus dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip-
prinsip penghematan energi dalam bangunan ruang rawat inap.
(e) Pada ruang perawatan pasien dan koridor di ruang rawat inap, minimal 4 (empat)
kali pertukaran udara per jam, untuk ruang perawatan isolasi infeksius, minimal 6
(enam) kali pertukaran udara per jam.
(f) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan, dan
pemeliharaan sistem ventilasi alami dan mekanik/buatan pada bangunan ruang
rawat inap mengikuti Pedoman Teknis Prasarana Sistem Tata Udara Pada
Bangunan Rumah Sakit, yang disusun oleh Direktorat Bina Pelayanan Penunjang
Medik dan Sarana Kesehatan, Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan,
Kementerian Kesehatan RI, Tahun 2011.

14 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


4.2.2 Sistem pencahayaan.
(a) Bangunan instalasi rawat inap harus mempunyai pencahayaan alami dan/atau
pencahayaan buatan, termasuk pencahayaan darurat sesuai dengan fungsinya.
(b) Bangunan instalasi rawat inap harus mempunyai bukaan untuk pencahayaan alami.
(c) Pencahayaan alami harus optimal, disesuaikan dengan fungsi bangunan instalasi
rawat inap dan fungsi masing-masing ruang di dalam bangunan instalasi rawat inap.
(d) Pencahayaan buatan harus direncanakan berdasarkan tingkat iluminasi yang
dipersyaratkan sesuai fungsi ruang dalam bangunan instalasi rawat inap dengan
mempertimbangkan efisiensi, penghematan energi, dan penempatannya tidak
menimbulkan efek silau atau pantulan.
(e) Pencahayaan buatan yang digunakan untuk pencahayaan darurat harus dipasang
pada bangunan instalasi rawat inap dengan fungsi tertentu, serta dapat bekerja
secara otomatis dan mempunyai tingkat pencahayaan yang cukup untuk evakuasi
yang aman.
(f) Pencahayaan umum disediakan dengan lampu yang dipasang di langit-langit.
(g) Disarankan menggunakan lampu-lampu yang dipasang dibenamkan pada plafon
(recessed) karena tidak mengumpulkan debu.
(i) Pencahayaan harus didistribusikan rata dalam ruangan.
(j) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan, dan
pemeliharaan sistem pencahayaan pada bangunan instalasi rawat inap mengikuti :
(1) SNI 03 – 2396 – 2001, Tata cara perancangan sistem pencahayaan alami
pada bangunan gedung,
(2) SNI 03 – 6575 – 2001, Tata cara perancangan sistem pencahayaan buatan
pada bangunan gedung,
(3) SNI 03 – 6574 – 2001, Tata cara perancangan sistem pencahayaan darurat,
tanda arah dan tanda peringatan,
(4) atau pedoman dan standar teknis lain yang berlaku.
4.2.3 Sistem Sanitasi.
Untuk memenuhi persyaratan sistem sanitasi, setiap bangunan instalasi rawat inap harus
dilengkapi dengan sistem air bersih, sistem pembuangan air kotor dan/atau air limbah,
kotoran dan sampah, serta penyaluran air hujan.
(a) Sistem air bersih.
(1) Sistem air bersih harus direncanakan dan dipasang dengan
mempertimbangkan sumber air bersih dan sistem distribusinya.
(2) Sumber air bersih dapat diperoleh dari sumber air berlangganan dan/atau
sumber air lainnya yang memenuhi persyaratan kesehatan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 15


(3) Perencanaan sistem distribusi air bersih dalam bangunan instalasi rawat inap
harus memenuhi debit air dan tekanan minimal yang disyaratkan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan, dan
pemeliharaan, sistem air bersih pada bangunan instalasi rawat inap mengikuti
SNI 03 – 6481 – 2000 atau edisi terakhir, Sistem Plambing 2000, atau
pedoman dan standar teknis lain yang berlaku.
(b) Sistem pembuangan air kotor dan/atau air limbah.
(1) Sistem pembuangan air kotor dan/atau air limbah harus direncanakan dan
dipasang dengan mempertimbangkan jenis dan tingkat bahayanya.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan, dan
pemeliharaan, sistem pembuangan air kotor dan/atau air limbah pada
bangunan instalasi rawat inap mengikuti SNI 03 – 6481 – 2000 atau edisi
terakhir, Sistem Plambing 2000, atau pedoman dan standar teknis lain yang
berlaku.
(c) Sistem pembuangan kotoran dan sampah.
(1) Sistem pembuangan kotoran dan sampah harus direncanakan dan dipasang
dengan mempertimbangkan fasilitas penampungan dan jenisnya.
(2) Pertimbangan fasilitas penampungan diwujudkan dalam bentuk penyediaan
tempat penampungan kotoran dan sampah pada bangunan ruang rawat inap,
yang diperhitungkan berdasarkan fungsi bangunan, jumlah penghuni, dan
volume kotoran dan sampah.
(3) Pertimbangan jenis kotoran dan sampah diwujudkan dalam bentuk
penempatan pewadahan dan/atau pengolahannya yang tidak mengganggu
kesehatan penghuni, masyarakat dan lingkungannya.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan, dan
pengolahan fasilitas pembuangan kotoran dan sampah pada bangunan ruang
rawat inap mengikuti Persyaratan Pengolahan dan Pembuangan Limbah
Rumah Sakit dalam bentuk padat, cair dan gas, baik limbah medis maupun
non-medis dapat dilihat pada Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1204/MENKES/SK/X/2004, tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit.

16 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


(d) Sistem penyaluran air hujan.
(1) Sistem penyaluran air hujan harus direncanakan dan dipasang dengan
mempertimbangkan ketinggian permukaan air tanah, permeabilitas tanah, dan
ketersediaan jaringan drainase lingkungan/kota.
(2) Setiap bangunan instalasi bedah dan pekarangannya harus dilengkapi
dengan sistem penyaluran air hujan.
(3) Kecuali untuk daerah tertentu, air hujan harus diserapkan ke dalam tanah
pekarangan dan/atau dialirkan ke sumur resapan sebelum dialirkan ke
jaringan drainase lingkungan/kota sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
(4) Bila belum tersedia jaringan drainase kota ataupun sebab lain yang dapat
diterima, maka penyaluran air hujan harus dilakukan dengan cara lain yang
dibenarkan oleh instansi yang berwenang.
(5) Sistem penyaluran air hujan harus dipelihara untuk mencegah terjadinya
endapan dan penyumbatan pada saluran.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan, dan
pemeliharaan mengikuti pedoman dan standar teknis yang berlaku.
4.3 Persyaratan kenyamanan.
4.3.1 Sistem pengkondisian udara.
(a) Untuk mendapatkan kenyamanan kondisi udara ruang di dalam bangunan ruang
rawat inap, pengelola bangunan ruang rawat inap harus mempertimbangkan
temperatur dan kelembaban udara.
(b) Untuk mendapatkan tingkat temperatur dan kelembaban udara di dalam ruangan
dapat dilakukan dengan pengkondisian udara dengan mempertimbangkan :
(1) fungsi ruang, jumlah pengguna, letak, volume ruang, jenis peralatan, dan
penggunaan bahan bangunan.
(2) kemudahan pemeliharaan dan perawatan, dan
(3) prinsip-prinsip penghematan energi dan kelestarian lingkungan.
(c) Kelembaban relatif dipertahankan 30 - 60% .
(e) Temperatur ruangan dipertahankan sekitar 680F sampai 800F (200C sampai 260C).
(f) Apabila ruang rawat inap menggunakan alat pengkondisian udara, unit
pengkondisian udara tersebut bisa menjadi sumber micro-organisme yang datang
melalui filter-filternya. Filter-filter ini harus diganti pada jangka waktu yang tertentu.
Apabila menggunakan sistem pengkondisian udara sentral, maka saluran udara
(ducting) harus dibersihkan secara teratur.

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 17


(h) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan, dan
pemeliharaan kenyamanan kondisi udara pada bangunan instalasi rawat inap
mengikuti Pedoman Teknis Prasarana Sistem Tata Udara Pada Bangunan Rumah
Sakit, yang disusun oleh Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana
Kesehatan, Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI,
Tahun 2011.
4.3.2 Kebisingan
(a) Untuk mendapatkan tingkat kenyamanan terhadap kebisingan pada bangunan
instalasi rawat inap, pengelola bangunan instalasi rawat inap harus
mempertimbangkan jenis kegiatan, penggunaan peralatan, dan/atau sumber bising
lainnya baik yang berada pada bangunan instalasi rawat inap maupun di luar
bangunan instalasi rawat inap
(b) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan tingkat kenyamanan
terhadap kebisingan pada bangunan instalasi rawat inap mengikuti pedoman dan
standar teknis yang berlaku.
4.3.3 Getaran.
(a) Untuk mendapatkan tingkat kenyamanan terhadap getaran pada bangunan instalasi
rawat inap, pengelola bangunan instalasi rawat inap harus mempertimbangkan jenis
kegiatan, penggunaan peralatan, dan/atau sumber getar lainnya baik yang berada
pada bangunan instalasi rawat inap maupun di luar bangunan instalasi rawat inap.
(b) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan tingkat kenyamanan
terhadap getaran pada bangunan instalasi rawat inap mengikuti pedoman dan
standar teknis yang berlaku.
4.4 Persyaratan kemudahan.
4.4.1 Kemudahan hubungan horizontal.
(a) Setiap bangunan rumah sakit harus memenuhi persyaratan kemudahan hubungan
horizontal berupa tersedianya pintu dan/atau koridor yang memadai untuk
terselenggaranya fungsi bangunan instalasi rumah sakit tersebut.
(b) Jumlah, ukuran, dan jenis pintu, dalam suatu ruangan dipertimbangkan berdasarkan
besaran ruang, fungsi ruang, dan jumlah pengguna ruang.
(c) Arah bukaan daun pintu dalam suatu ruangan dipertimbangkan berdasarkan fungsi
ruang dan aspek keselamatan. Terkait dengan sarana keselamatan pada bangunan
rumah sakit, maka pintu ruang perawatan disarankan membuka keluar, dengan
tanpa mengganggu akses pengguna koridor.
(d) Ukuran koridor sebagai akses horizontal antarruang dipertimbangkan berdasarkan
fungsi koridor, fungsi ruang dan jumlah pengguna.

18 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


4.4.2 Kemudahan hubungan vertikal.
(a) Setiap bangunan rumah sakit bertingkat harus menyediakan sarana hubungan
vertikal antarlantai yang memadai untuk terselenggaranya fungsi bangunan rumah
sakit tersebut berupa tersedianya tangga, ram, lif, tangga berjalan/ eskalator,
dan/atau lantai berjalan/travelator.
(b) Jumlah, ukuran dan konstruksi sarana hubungan vertikal harus berdasarkan fungsi
bangunan rumah sakit, luas bangunan, dan jumlah pengguna ruang, serta
keselamatan pengguna bangunan rumah sakit.
(c) Setiap bangunan rumah sakit yang menggunakan lif, harus menyediakan lif
kebakaran.
(d) Lif kebakaran dapat berupa lif khusus kebakaran atau lif penumpang biasa atau lif
barang yang dapat diatur pengoperasiannya sehingga dalam keadaan darurat dapat
digunakan secara khusus oleh petugas kebakaran.
(e) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan, dan
pemeliharaan lif, mengikuti pedoman dan standar teknis yang berlaku.
4.4.3 Sarana Keselamatan Jiwa.
(a) Setiap bangunan rumah sakit, harus menyediakan sarana keselamatan yang
meliputi:
1. Lingkungan fisik bangunan rumah sakit dirancang dan dikelola untuk
memenuhi Persyaratan Teknis Keselamatan Jiwa.
2. Bangunan rumah sakit melindungi penghuni selama jangka waktu tertentu.
3. Bangunan dan fitur proteksi kebakaran dirancang dan dipelihara untuk
meminimalkan pengaruh api, asap dan panas.
4. Bangunan rumah sakit harus dapat menjamin bahwa jumlah eksit cukup, dan
eksit memiliki konfigurasi untuk memberikan perlindungan terhadap bahaya
kebakaran.
5. Pintu jalan ke luar tidak boleh dikunci yang bisa menghalangi jalur
penyelamatan.
6. Sarana jalan ke luar termasuk koridor, tangga kebakaran, dan pintu-pintu yang
memungkinkan setiap orang meninggalkan bangunan atau bergerak di antara
ruang-ruang khusus dalam bangunan.
7. Sarana tersebut memungkinkan setiap orang mampu menyelamatkan dirinya
terhadap api dan asap kebakaran, dan oleh karena itu merupakan bagian dari
strategi proteksi kebakaran.
8. Setiap bangunan rumah sakit menyediakan dan memelihara fitur bangunan
untuk melindungi orang-orang terhadap bahaya api dan asap kebakaran.
9. Rumah Sakit menyediakan dan memelihara sistem alarm kebakaran.
10. Rumah sakit menyediakan dan memelihara sistem pemadaman kebakaran.

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 19


11. Rumah sakit menyediakan dan memelihara peralatan khusus untuk
memproteksi seseorang terhadap ancaman bahaya kebakaran atau asap.
(b) Ketentuan lebih lanjut mengenai sarana keselamatn jiwa mengikuti ”Pedoman
Teknis Sarana Keselamatan Jiwa Pada Bangunan Rumah Sakit”, yang disusun oleh
Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Direktorat
Jenderal Bina Upaya Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI, Tahun 2012.
4.4.3 Aksesibilitas.
(a) Setiap bangunan rumah sakit harus menyediakan fasilitas dan aksesibilitas untuk
menjamin terwujudnya kemudahan bagi penyandang cacat dan lanjut usia masuk
ke dan ke luar dari bangunan rumah sakit serta beraktivitas dalam bangunan rumah
sakit secara mudah, aman nyaman dan mandiri.
(b) Fasilitas dan aksesibilitas sebagaimana dimaksud meliputi toilet, telepon umum,
jalur pemandu, rambu dan marka, pintu, ram, tangga, dan lif bagi penyandang cacat
dan lanjut usia.
(c) Penyediaan fasilitas dan aksesibilitas disesuaikan dengan fungsi, luas dan
ketinggian bangunan rumah sakit.
(d) Ketentuan tentang ukuran, konstruksi, jumlah fasilitas dan aksesibilitas bagi
penyandang cacat mengikuti ketentuan dalam pedoman dan standar teknis yang
berlak

20 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


BAB – V
PENUTUP

5.1 Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit : Ruang Rawat Inap ini diharapkan dapat
digunakan sebagai rujukan oleh pengelola bangunan rumah sakit, penyedia jasa
konstruksi, instansi Dinas Kesehatan, Pemerintah Daerah, dan instansi terkait dengan
kegiatan pengaturan dan pengendalian penyelenggaraan pembangunan bangunan rumah
sakit dalam pencegahan dan penanggulangan dan guna menjamin keamanan dan
keselamatan bangunan rumah sakit dan lingkungan terhadap bahaya penyakit.
5.2 Persyaratan-persyaratan yang lebih spesifik dan atau bersifat alternatif serta penyesuaian
“ Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit : Ruang Rawat Inap” pada bangunan rumah
sakit oleh masing-masing daerah disesuaikan dengan kondisi dan kesiapan kelembagaan
di daerah.
5.3 Sebagai pedoman/petunjuk pelengkap dapat digunakan pedoman dan standar teknis
terkait lainnya.

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 21


LAMPIRAN

Gambar L1 – Contoh ruang rawat inap VIP.

Gambar L2 – Contoh ruang rawat inap 2 tempat tidur

22 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


Gambar L3 – Contoh ruang rawat inap 4 tempat tidur

Gambar L4 – Contoh ruang rawat inap 6 tempat tidur

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 23


Gambar 5 – Contoh detail ruang rawat inap

24 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


Gambar 6 – Contoh Instalasi Rawat Inap
1 Saf 9 Ruang Dokter
2 Toilet 10 Ruang Pantri
3 Ruang perawat 11 Saf
4 Ruang peralatan 12 Ruang tindakan
5 Ruang perlengkapan 13 Gudang kotor.
6 Pos Perawat 14 Tangga darurat
7 Ruang peralatan 15 Atrium
8 Ruang panel listrik

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 25


KEPUSTAKAAN

1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 36 Tahun 2005, tentang Peraturan


Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002, tentang Bangunan Gedung.
2. Joanna R. Fuller, Surgical Technology, Principles and Practice, Saunders.
3. American Society of Heating, Refrigerating and Air Conditionign Engineers, Handbook,
Applications, 1974 Edition, ASHRAE.
4. American Society of Heating, Refrigerating and Air Conditionign Engineers, HVAC Design
Manual for Hospitals and Clinics, 2003 edition, ASHRAE.
5. G.D. Kunders, Hospitals, Facilities Planning and Management, Tata McGraw-Hill
Publishing Company Limited, 2004.

26 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


PERATURAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 2306/MENKES/PER/XI/2011
TENTANG
PERSYARATAN TEKNIS PRASARANA
INSTALASI ELEKTRIKAL RUMAH SAKIT

DIREKTORAT BINA PELAYANAN PENUNJANG MEDIK DAN SARANA KESEHATAN


SUB DIREKTORAT BINA SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN
TAHUN 2012
PERATURAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 2306/MENKES/PER/XI/2011
TENTANG
PERSYARATAN TEKNIS PRASARANA
INSTALASI ELEKTRIKAL RUMAH SAKIT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 11 ayat (6) Undang-


Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, perlu
menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Persyaratan
Teknis Prasarana Instalasi Elektrikal Rumah Sakit;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan


Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1970
Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 2918);

2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002, tentang Bangunan


Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4532);

3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang


Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4729);

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | iii
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437), sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4844);

5. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang


Ketenagalistrikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 133, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5052);

6. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

7. Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 Tentang Rumah Sakit


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1989 Tentang
Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1989 Nomor 24, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3394)
sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 26
Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 10 Tahun 1989 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan
Tenaga Listrik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2006 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4628);

9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 Tahun


2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang Undang Nomor
28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.

iv | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


10. Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor
01.P/40/M.PE/1990 tentang Instalasi Ketenagalistrikan;

11. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29 /PRT/M/2006


tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung.

12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 363/Menkes/Per/IV/ 1998


tentang Pengujian dan Kalibrasi Alat Kesehatan pada Sarana
Pelayanan Kesehatan;

13. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor


KEP-75/MEN/2002 tentang Pemberlakuan (SNI) Nomor SNI-
04-0225-2000 mengenai Persyaratan Umum Instalasi Listrik
2000 (PUIL 2000) di Tempat Kerja;

14. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 530/Menkes/Per/IV/2007


tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengamanan Fasilitas
Kesehatan;

15. Peraturan Menteri ESDM Nomor 08 Tahun 2007 tentang


pemberlakuan Standar Nasional Indonesia 04-0225-2000/Amd
1-2006 mengenai Amandemen 1 Persyaratan Umum Instalasi
Listrik 2000 (PUIL 2000, sebagai Standar Wajib)

16. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/Menkes/


PER/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Kesehatan;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PERSYARATAN


TEKNIS PRASARANA INSTALASI ELEKTRIKAL RUMAH SAKIT.

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | v


Pasal 1
Pengaturan persyaratan prasarana instalasi elektrikal rumah sakit bertujuan untuk
memberikan acuan kepada Rumah Sakit dalam mewujudkan instalasi listrik yang
berkualitas sesuai dengan fungsinya, andal, efisien, serasi dan selaras dengan
lingkungan.

Pasal 2
Persyaratan Teknis Prasarana Instalasi Elektrikal Rumah Sakit sebagaimana tercantum
dalam Lampiran Peraturan Menteri ini.

Pasal 3
(1) Pelaksanaan Persyaratan Teknis Instalasi Elektrikal Rumah Sakit di Daerah diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Daerah yang berpedoman pada Peraturan ini.

(2) Dalam hal Daerah belum mempunyai peraturan daerah sebagaimana pada ayat
(1) maka pelaksanaan persyaratan teknis prasarana Instalasi Elektrikal Rumah
Sakit berpedoman pada Peraturan ini.

(3) Dalam hal Daerah Telah mempunyai Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) sebelum Peraturan ini di berlakukan maka Peraturan daerah
tersebut harus menyesuaikan peraturan ini.

Pasal 4
(1) Dalam melaksanakan pembinaan tentang Prasarana Instalasi Elektrikal Rumah
Sakit, Pemerintah melakukan Peningkatan Kemampuan aparat Pemerintah
Propinsi, Pemerintah kabupaten / kota maupun masyarakat dalam memenuhi
persyaratan Teknis sebagaimana dimaksud untuk terwujudnya Prasarana Instalasi
Elektrikal Rumah Sakit yang Andal.

(2) Dalam melaksanakan pengendalian, penyelenggaraan prasarana instalasi


elektrikal rumah sakit pemerintah propinsi, pemerintah kabupaten / kota wajib
mengikuti persyaratan teknis ini.

(3) Terhadap aparat Pemenrintah, pemerintah Propinsi, dan kabupaten / kota yang
bertugas dalam penentuan dan pengendalian Prasarana Instalasi elektrikal yang,
melakukan pelanggaran dalam peraturan ini dikenakan sangsi sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

vi | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


(4) Terhadap penyedia jasa kontruksi yang terlibat dalam penyelenggaraan prasarana
instalasi elektrikal rumah sakit yang melakukan pelanggaran ketentuan dalam
pasal (3) dan pasal (4) dikenakan sanksi dan atau ketentuan pidana sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 5
Semua peraturan pelaksanaan yang berkaitan dengan persyaratan teknis prasarana
instalasi elektrikal rumah sakit sepanjang tdak bertentangan dengan peraturan ini,
dinyatakan tetap berlaku.

Pasal 6
(1) Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

(2) Peraturan ini disebarluaskan kepada pihak-pihak yang bersangkutan untuk


diketahui untuk dilaksanakan.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal ...............................

MENTERI KESEHATAN,

ENDANG RAHAYU SEDYANINGSIH

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | vii
DAFTAR ISI

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 2306/MENKES/PER/XI/2011, TENTANG PERSYARATAN TEKNIS PRASARANA
INSTALASI ELEKTRIKAL RUMAH SAKIT iii

BAB I PENDAHULUAN
A Latar Belakang 1
B Pengertian 1
1 Lokasi Medik
2 Pasien
3 Perlengkapan Listrik Medik
4 Bagian Terapan
5 Kelompok Lokasi
6 Prosedur Intrakardiak
7 Sistem Listrik Medik
8 Lingkungan Pasien
9 Panel Distribusi Utama
10 Sistem IT Medik
C Maksud Dan Tujuan 4
D Ruang Lingkup 5

BAB II ASESMEN KARAKTERISTIK UMUM


A Asesmen Karakteristik Umum 6
B Kebutuhan, Suplai Dan Struktur 6
1 Kebutuhan Maksimum Dan Keragaman
2 Susunan Konduktor Dan Pembumian Sistem
3 Suplai
4 Pembagian Instalasi
C Kompabilitas 28
1 Kompabilitas Karakteristik
2 Kompatibilitas Elektromagnetik
D Kemampupeliharaan 29
E Pelayanan Keselamatan 29
1 Umum
2 Klasifikasi
F Kontinuitas Pelayanan 30
G Asesmen Pada Lokasi Medik 31
1 Jenis Sistem Pembumian
2 Suplai Daya

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | ix


BAB III SUMBER DIESEL GENERATOR
A Pertimbangan Rancangan 32
B Perlengkapan Pengindera 33
C Sirkit Pelindung 34
D Sumber Listrik Esensial 33
E Batere Untuk Generator 33
F Generator Sebagai Sumber Daya Normal 33
G Generator Sebagai Sumber Daya Pengganti 33
H Penggunaan Sistem Elektrikal Esensial 34
I Ruang Pembangkit 35
J Kapasitas Dan Nilai Normal 35
K Pengangkatan Beban 35
L Menjaga Temperatur 35
M Ventilasi Udara 35
N Batere Untuk Memutar Engkol 36
O Peralatan Pengasut Udara Tekan 36
P Pasokan Bahan Bakar 36
Q Persyaratan Alat Keselamatan 36
1 Motor Bakar
2 Penggerak Mula Jenis Lain
Pasokan Bahan Bakar Cair
R Anunsiator (annunciator) Alarm 37
S Batere 38

BAB IV PROTEKSI UNTUK KESELAMATAN


A Proteksi Terhadap Kejut Listrik 39
1 Proteksi Terhadap Sentuh Langsung Maupun Tidak Langsung
2 Proteksi Kebakaran

BAB V PEMILIHAN DAN PEMASANGANPERLENGKAPAN LISTRIK


A Kondisi Operasi Dan Pengaruh Eksternal 44
1 Kondisi Operasi
2 Pengaruh Eksternal
B Diagram, Dokumentasi Dan Petunjuk Operasi 45
C Sistem Pengkawatan 46
D Perangkat Hubung Bagi Dan Kendali (PHBK) 46
1 Proteksi Untuk Sistem Pengkawatan Pada Lokasi Medik
E Perlengkapan Lain 46
1 Sirkit Pencahayaan
2 Sirkit Kotak Kontak Pada Sistem IT Medik Untuk Lokasi Medik Kelompok 2
F Pelayanan Keselamatan 47
1 Sumber
G Alokasi Nomor Kelompok Dan Klasifikasi Untuk Pelayanan Keselamatan
Lokasi Medik 47
H Sirkit Pencahayaan Keselamatan 53
1 Pencahayaan Keselamatan
I Pelayanan Lain 53

x | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


BAB VI VERIFIKASI
A Verifikasi 55
B Verifikasi Awal 55
C Verifikasi Periodik 55

BAB VII CARA PENGKAWATAN DAN PERLENGKAPAN


A Cara Pengkawatan Dan Perlengkapan 57
B Kabel Yang Dicabang 58
C Tindakan Proteksi 59
D Tindakan Proteksi Terhadap Bahaya Ledakan Dan Kebakaran 70
1 Proteksi Terhadap Ledakan
2 Proteksi Terhadap Kebakaran
E Catu Daya Pengganti Khusus (CDPK) 71
F Menguji Instalasi 74

BAB VIII KETENTUAN UNTUK PROTEKSI DASAR


A Insulasi Dasar Bagian Aktif 77
B Penghalang Atau Selungkup 77

BAB IX PENUTUP 79
PENYUSUN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 81

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | xi


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dengan semakin berkembangnya teknologi peralatan kesehatan yang


berhubungan dengan elektrikal, dituntut adanya pengelolaan dan pengawasan
yang baik terhadap prasarana elektrikal Rumah Sakit, di mulai dari perencanaan,
pemasangan, pengujian, pengoperasian, sampai pemeliharaan, sehingga listrik
yang digunakan pada peralatan kesehatan tersebut aman, dan efisien.

Dalam rangka memenuhi amanat Pasal 11 Ayat (1) huruf b Undang-Undang


Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, perlu disusun Peraturan Menteri
Kesehatan tentang Persyaratan Prasarana Instalasi Elektrikal Rumah Sakit.

B. Pengertian

1. Lokasi medik,

adalah lokasi yang dimaksudkan untuk keperluan diagnosis, perawatan


(termasuk perawatan kosmetik), pemantauan dan perawatan pasien.

Untuk memastikan proteksi pada pasien terhadap kemungkinan bahaya


listrik, tindakan proteksi tambahan perlu diterapkan dalam lokasi medik. Jenis
dan uraian bahaya ini dapat bervariasi menurut perawatan yang
dilaksanakan. Cara dalam penggunaan ruangan memerlukan beberapa
pembagian dalam area yang berbeda untuk membedakan prosedur medik.

2. Pasien,

adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya


untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan, baik secara
langsung maupun tidak langsung di rumah sakit.

Orang yang dirawat untuk keperluan kosmetik dapat dianggap sebagai


pasien, sepanjang berkaitan dengan standar ini.

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 1


3. Perlengkapan listrik medik,

adalah perlengkapan listrik yang dilengkapi dengan tidak lebih dari satu
hubungan ke jaringan suplai khusus dan dimaksudkan untuk mendiagnosis,
merawat atau memantau pasien di bawah supervisi medik dan yang :

a. membuat kontak fisik atau listrik dengan pasien, dan/atau

b. mentransfer energi ke atau dari pasien, dan/atau

c. mendeteksi transfer energi tersebut ke dan dari pasien

Perlengkapan mencakup lengkapan yang ditentukan pabrikan yang dianggap


perlu untuk memungkinkan penggunaan normal dari perlengkapan.

4. Bagian terapan,

adalah bagian perlengkapan listrik medik yang dalam penggunaan normal :

a. Diperlukan kontak fisik dengan pasien agar perlengkapan dapat


melakukan fungsinya, atau

b. dapat dibuat agar kontak dengan pasien, atau

c. perlu untuk disentuh oleh pasien.

5. Kelompok lokasi.

a. Kelompok 0 adalah Lokasi medik dimana tidak ada bagian terapan


yang akan digunakan.

b. Kelompok 1 adalah Lokasi medik dimana bagian terapan yang


dimaksudkan untuk digunakan secara eksternal atau masuk ke
sembarang bagian tubuh, kecuali berlaku pada kelompok 2 .

c. Kelompok 2 adalah Lokasi medik dimana terdapat bagian terapan yang


dimaksudkan untuk digunakan dalam penerapan seperti prosedur
intrakardiak, ruang operasi/bedah dan perawatan vital jika
diskontinuitas (kegagalan) suplai dapat menyebabkan kematian

2 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


6. Prosedur intrakardiak,

adalah prosedur dengan konduktor listrik ditempatkan di dalam jantung


pasien atau mungkin kontak dengan jantung, konduktor tersebut dapat
diakses di luar tubuh pasien. Dalam konteks ini, konduktor listrik mencakup
kawat berinsulasi seperti elektrode pemacu jantung atau elektrode
intrakardiak, EKG, atau tabung berinsulasi diisi dengan cairan konduktif.

7. Sistem listrik medik,

adalah kombinasi beberapa perlengkapan, yang salah satunya sekurang-


kurangnya merupakan perlengkapan listrik medik dan diinterkoneksi dengan
hubungan fungsional atau menggunakan multi kotak kontak Portable.

Sistem mencakup lengkapan yang diperlukan untuk mengoperasikan sistem


dan ditentukan oleh pabrikan.

8. Lingkungan pasien,

adalah setiap ruang dimana dapat terjadi sentuh sengaja atau tak sengaja
antara pasien dan bagian sistem atau antara pasien dan orang lain yang
menyentuh bagian sistem. [untuk ilustrasi lihat gambar I.B.8]

CATATAN Hal ini berlaku jika posisi pasien ditentukan sebelumnya, jika tidak, semua posisi
pasien sebaiknya dipertimbangkan.
CATATAN Dimensi yang terlihat tidak sebenarnya

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 3


G
Gamb
barr I.B
B.8
8 – Co
onttoh lin
ngk
kun
nga
an pas
p sien

9.. Pan
P nel dis
strribu
usii uttam
ma,

adalah
h panel da
alam
m ged
g dun
ng yan
y g me
meme
enu
uhi se
em
mua
a fu
ung
gsi disstribusi listtrikk
utam
ma un
ntu
uk are
a ea ba
ang
gun
nan
n, sup
s plaii ya
ang
g dig
d unaka
an un
ntu
uk itu
i daan dim
ma
ana
a
drop
p volta
ase
e diuk
d kurr un
ntuk me
m ngo
ope
era
asik
kan
n la
aya
ana
an kesselam
mattan.

10
0. Sist
S temm IT
Tmmedik
k,

adalah
h sis
s tem
m lisstrik
k IT yyang mem
mpu
unyyai per
p sya
ara
atan
n sp
pes
sifikk unt
u tukk
penera
apa
an me
edik.

C. M ksud
Mak dddan
nTTujjua
ann

1.. Pers
P syaara
atan
n Te
ekn
nis P
Pra
asa
aran
na Insttala
asii Ele
ektrika
al R
Rum
mah
h Sa
akit inii
dima
akssud
dka
an sseb
bag
gai acu
a uan
n da
alam
m pe
em
men
nuh
han
n pe
ersy
yarrata
an tekn
niss
prassarrana insttala
asi ele
ekttrik
kal untukk mew
m wujjud
dkan pra
p asaran
na ins
stalas
si e
elekktrikall
Rum
R mah
h Sa
S kit ya
ang
g berku
ualiitass, se
esuai de
eng
gan
n ffungsinyya, anda
al, se
era
asi,,
se
ela
arass den
d nga
an ling
gku
ung
gan
nnyya.

4 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


2. Persyaratan Teknis Prasarana Instalasi Elektrikal ini bertujuan untuk
terselenggaranya fungsi prasarana instalasi elektrikal Rumah Sakit yang
selamat, sehat, nyaman dan memberikan kemudahan bagi pengguna
instalasi elektrikal di Rumah Sakit.

D. Ruang Lingkup

1. Persyaratan prasarana instalasi elektrikal Rumah Sakit ini berlaku untuk


instalasi listrik dalam lokasi medik sedemikian sehingga memastikan
keselamatan pasien dan staf medik.

2. Persyaratan ini secara keseluruhan mengacu pada Rumah Sakit, klinik


pribadi, praktek medik dan kedokteran gigi, pusat perawatan kesehatan dan
ruang medik khusus di tempat kerja.

Catatan:
Mungkin perlu untuk memodifikasi instalasi listrik yang ada, sesuai dengan persyaratan ini,
apabila terjadi pergantian pemanfaatan lokasi. Sebaiknya diambil tindakan khusus jika
dilaksanakan prosedur intrakardiak dalam instalasi yang ada.

3. Ruang lingkup ini terdiri dari :

a. Bab I : Pendahuluan;

b. Bab II : Asesmen Karakteristik Umum;

c. Bab III : Sumber Diesel Generator;

d. Bab IV : Proteksi Untuk Keselamatan;

d. Bab V : Pemilihan dan Pemasangan Perlengkapan Listrik;

e. Bab VI : Verifikasi;

f. Bab VII : Cara Perkawatan dan Perlengkapan;

g. Bab VIII : Ketentuan Untuk Proteksi Dasar; dan

h. Bab IX : Penutup.

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 5


BAB II

ASESMEN KARAKTERISTIK UMUM

A. Asesmen Karakteristik Umum

Klasifikasi lokasi medik harus dibuat dengan kesepakatan dari staf medik,
organisasi kesehatan terkait atau badan yang bertanggung jawab untuk
keselamatan karyawan sesuai dengan peraturan. Untuk menentukan klasifikasi
lokasi medik, perlu agar staf medis menyatakan prosedur medik apa yang akan
berada di dalam lokasi. Berdasarkan pada penggunaan yang dimaksudkan,
klasifikasi yang sesuai untuk lokasi harus ditentukan (kemungkinan bahwa lokasi
medik tertentu digunakan untuk tujuan yang berbeda yang memerlukan kelompok
yang lebih tinggi yang harus ditetapkan oleh manajemen risiko).

CATATAN 1 Klasifikasi lokasi medis sebaiknya berkaitan pada jenis kontak antara bagian terapan
dan pasien, maupun untuk tujuan apa lokasi tersebut digunakan.
CATATAN 2 Bagian terapan ditentukan oleh standar tertentu untuk perlengkapan listrik medik.

B. Kebutuhan, suplai dan struktur

1. Kebutuhan maksimum dan keragaman

Untuk desain yang ekonomis dan andal dari instalasi dalam batas termal dan
batas penurunan tegangan (drop voltage), penentuan kebutuhan maksimum
adalah penting. Pada penentuan kebutuhan maksimum instalasi atau bagian
instalasi, dapat diperhitungkan keragaman.

2. Susunan konduktor dan pembumian sistem

Karakteristik berikut harus diakses:

a. susunan konduktor penghantar arus pada kondisi operasi normal;

Susunan konduktor penghantar arus tergantung pada jenis arus.


Susunan konduktor yang diuraikan dalam bagian ini tidak menyeluruh.
Hal ini termasuk sebagai contoh susunan tipikal.

Susunan berikut dari konduktor penghantar arus pada kondisi operasi


normal diperhitungkan dalam persyaratan ini.

6 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


1). Susunan konduktor penghantar arus pada sirkit a.b.

*Penomoran konduktor opsional

Gambar II.B.2.a.1) - 1 – Fase tunggal 2-kawat

*Penomoran konduktor opsional

Gambar II.B.2.a.1) - 2 – Fase tunggal 3-kawat

*Penomoran konduktor opsional

Gambar II.B.2.a.1) - 3 – Dwifase 3-kawat

Gambar II.B.2.a.1) - 4 – Trifase 3-kawat

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 7


Gambar II.B.2.a.1) - 5 – Trifase 4-kawat

Trifase 4-kawat dengan konduktor netral atau konduktor PEN.


Sebagai definisi, PEN bukan merupakan konduktor aktif tetapi
konduktor yang menghantarkan arus operasi.

Catatan:
a) Dalam hal susunan fase tunggal 2-kawat yang didapat dari susunan
trifase 4-kawat, dua konduktor adalah dua konduktor lin atau konduktor
lin dan konduktor netral atau konduktor lin dan konduktor PEN.
b) Pada instalasi dengan semua beban dihubungkan antara fase,
pemasangan konduktor netral mungkin tidak diperlukan.
2) Susunan konduktor penghantar arus pada sirkit a.s.

Gambar II.B.2.a.2) - 1 - 2-kawat

Gambar II.B.2.a.2) - 2 – 3-kawat

Catatan :

8 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


Konduktor PEL dan PEM bukan konduktor aktif, walaupun konduktor tersebut
menghantarkan arus operasi. Oleh karena itu, berlaku penamaan susunan 2-
kawat atau 3-kawat.
b. Jenis Sistem Pembumian

Jenis pembumian sistem berikut diperhitungkan dalam standar ini.

Catatan :
1) Gambar II.B.2.b.1).a).(1) – 1 hingga gambar II.B.2.b.3) – 2 memperlihatkan
contoh sistem trifase yang umum digunakan. Gambar II.B.2.b.4).a) - A hingga
gambar II.B.2.b.4).e) – B memperlihatkan contoh sistem a.s. yang umum
digunakan.
2) Garis titik-titik menunjukkan bagian sistem yang tidak dicakup dalam ruang
lingkup persyaratan, sedang garis menunjukkan bagian yang dicakup
persyaratan.
3) Untuk sistem privat, sumber dan/atau sistem distribusi dapat dianggap sebagai
bagian instalasi dalam cakupan pengertian persyaratan ini. Untuk hal ini,
gambar tersebut dapat lengkap digambarkan dengan garis.
4) Kode yang digunakan mempunyai arti berikut:
Huruf pertama – berkaitan dengan sistem daya ke bumi:
T = hubungan langsung sebuah titik ke bumi;
I = semua bagian aktif diisolasi dari bumi; atau satu titik dihubungkan ke
bumi melalui impedans tinggi.
Huruf kedua – Berkaitan dengan bagian konduktif terbuka (BKT) instalasi ke
bumi.
T = hubungan listrik langsung dari BKT ke bumi, tidak tergantung pada
pembumian sembarang titik sistem daya.
N = hubungan listrik langsung BKT ke titik sistem daya yang dibumikan
(dalam sistem a.b., titik yang dibumikan dari sistem daya secara normal
adalah titik netral atau, jika titik netral tidak ada, konduktor lin).
Huruf berikutnya (jika ada) – Susunan konduktor netral dan konduktor proteksi.
S = fungsi proteksi diberikan oleh konduktor yang terpisah dari konduktor
netral atau dari konduktor lin yang dibumikan (atau dalam sistem a.b.
fase yang dibumikan).
C = fungsi netral dan proteksi digabung dalam konduktor tunggal (konduktor
PEN).

Penjelasan simbol pada Gambar II.B.2.b.1).a).(1) – 1 hingga gambar


II.B.2.b.4).e) - B
Konduktor netral (N), konduktor titik tengah (M)
Konduktor proteksi (PE)
Gabungan konduktor proteksi dan konduktor netral
(PEN)

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 9


1) S
Sis
stem
m TN
TN

a
a) S stem sumb
Sis berr tu
ung
gga
al

S
Sisstem
m da
aya
a TN
T me
m mp
pun
nya
ai sattu tittik ya
ang
g dib
bum
mik
kan
n
langsung
g pad
p da su
umber, BK
KT ins
stalassi dih
d ubungka
an ke
e titikk
ttersseb
butt mel
m alu
ui kon
k ndu
ukttor prrote
ekssi. Tig
ga je
eniss sist
s temm TN
TN
d
diperttimbangkan
n se
esu
uai sus
s unan kon
k ndu
ukto
or netrral dan
d n
p
pro
otek
ksi, se
eba
aga
ai ber
b riku
ut:

((1) Sis
S stem
m TN-S
S, digu
d unaaka
an ko
ond
duk
kto
or prrote
ekssi ya
ang
g
ter
t pis
sah
h pa
ada
a sselu
uruh ssisttem
m. Lih
L at ga
amb
barr
II.B
B.2.b.1)a
a).((1) – 1.
Cat
C tata
an :
Unt
U tuk sim
mbo
ol, lihatt pe
enje
elasan yan
ng d
dibe
erik
kan pad
da b
butir II.B.2
2.b.

G mb
Gam bar II.B
B.2
2.b.1).a).(1) - 1
Sist
S temm TN-
T -S den
d nga
an ko
ond
dukktorr ne
etra
al ddann kondukto
or pro
p tek
ksi terrpis
sah
h pada selu
s uruuh
ssisttem
m.

CA
ATA
ATA
AN gam
mbar II.B
I B.2.b
b.1)).a)).(1)) – 1 : Pem
mbum
mia
an ta
amb
bah
han da
ari PE
P pad
p da in
nsta
alassi dapa
at dibe
d erika
an.

10 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


Gambar II.B.2.b.1).a).(1) - 2
Sistem TN-S dengan konduktor lin dibumikan dan konduktor proteksi terpisah pada
seluruh sistem
CATATAN gambar II.B.2.b.1).a).(1) – 2 : Pembumian tambahan dari PE pada distribusi dan pada instalasi
dapat diberikan.

Gambar II.B.2.b.1).a).(1) - 3
Sistem TN-S dengan konduktor proteksi dibumikan dan tanpa konduktor netral
didistribusikan, di seluruh sistem
CATATAN gambar II.B.2.b.1).a).(1) – 3 : Pembumian tambahan dari PE pada instalasi dapat diberikan.

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 11


(2) Pada sistem TN–C-S, fungsi konduktor netral dan
konduktor proteksi digabungkan dalam konduktor
tunggal pada sebagian sistem. Lihat gambar
II.B.2.b.1).a).(2) - 1, gambar II.B.2.b.1).a).(2) - 2 dan
gambar II.B.2.b.1).a).(2) - 3.
CATATAN Untuk simbol lihat penjelasan yang diberikan pada butir
II.B.2.b.

Gambar II.B.2.b.1).a).(2) - 1
Sistem TN-C-S trifase, 4-kawat, dengan PEN terpisah menjadi PE dan N di tempat lain
pada instalasi
CATATAN gambar II.B.2.b.1).a).(2) – 1 : Pembumian tambahan dari PEN atau PE pada instalasi dapat
diberikan.
Konduktor netral dan konduktor proteksi digabungkan dalam konduktor tunggal pada sebagian sistem.

12 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


Gambar II.B.2.b.1).a).(2) - 2
Sistem TN-C-S trifase, 4-kawat dengan PEN terpisah menjadi PE dan N di awal instalasi
(lazim di Indonesia)
CATATAN gambar II.B.2.b.1).a).(2) - 2 : Pembumian tambahan dari PEN pada distribusi dan PE pada
instalasi dapat diberikan.

Gambar II.B.2.b.1).a).(2) - 3
Sistem TN-C-S – fase tunggal, 2-kawat dengan PEN terpisah menjadi PE dan N
di awal instalasi
CATATAN gambar II.B.2.b.1).a).(2) – 3 : Pembumian tambahan dari PEN pada distribusi dan PE pada
instalasi dapat diberikan.
Fungsi netral dan konduktor proteksi digabungkan dalam konduktor tunggal di sebagian
sistem.

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 13


(3) Sistem TN-C dengan fungsi konduktor netral dan
konduktor proteksi digabungkan dalam satu konduktor
tunggal di seluruh sistem. Lihat gambar II.B.2.b.1).a).(3)
- 1.

CATATAN Untuk simbol lihat penjelasan yang diberikan dalam butir


II.B.2.b.

Gambar II.B.2.b.1).a).(3) - 1
Sistem TN-C dengan fungsi konduktor netral dan konduktor proteksi digabungkan dalam
konduktor tunggal di seluruh sistem
CATATAN gambar II.B.2.b.1).a).(3) – 1 : Pembumian tambahan dari PEN dalam instalasi dapat diberikan.
b) Sistem multisumber

Catatan:
Sistem multisumber diperlihatkan pada sistem TN dengan tujuan unik
untuk memberikan EMC (electromagnetic compatibility – kesesuaian
elektromagnetik – KEM).
Sistem multisumber tidak diperlihatkan dalam sistem TT dan IT karena
sistem tersebut biasanya kompatibel berkaitan dengan EMC.

14 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


Dalam hal desain tidak sesuai pada instalasi yang
merupakan bagian sistem TN dengan multisumber,
beberapa arus operasi dapat mengalir melalui jalur yang tak
dikehendaki. Arus tersebut dapat menyebabkan:

(1) kebakaran;
(2) korosi;
(3) interferens elektromagnetik.

Sistem yang diperlihatkan dalam gambar II.B.2.b.1).b) - 1


adalah sistem dengan arus operasi parsial minor yang
mengalir sebagai arus melalui jalur yang tak dikehendaki.
Persyaratan desain esensial yang diperlihatkan dalam
gambar II.B.2.b.1).b) – 1 dari (1) hingga (4) diberikan dalam
catatan di bawah gambar II.B.2.b.1).b) - 1.
Penandaan konduktor PE harus sesuai dengan IEC
60446/PUIL.
Setiap perluasan sistem harus diperhitungkan berkaitan
dengan berfungsinya tindakan proteksi dengan baik.

Gambar II.B.2.b.1).b) - 1
Sistem multisumber TN-C-S dengan konduktor proteksi dan konduktor netral terpisah ke
perlengkapan pemanfaat listrik
Catatan gambar II.B.2.b.1).b) - 1 :
(1) Tidak diizinkan adanya hubungan langsung dari titik netral
transformator atau titik bintang generator ke bumi.

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 15


(2) Konduktor interkoneksi antara titik-titik netral transformator atau
titik-titik bintang generator harus diinsulasi. Fungsi konduktor ini
adalah seperti PEN; namun titik ini tidak boleh dihubungkan ke
perlengkapan pemanfaat listrik.
(3) Hanya satu hubungan antara titik-titik netral interkoneksi dari
sumber dan PE harus disediakan. Hubungan ini harus terletak di
dalam rakitan PHBK utama.
(4) Pembumian tambahan dari PE pada instalasi dapat disediakan.
Pada bangunan industri dengan hanya beban 2-fase dan beban 3-fase antara konduktor
fase, tidak perlu dilengkapi dengan konduktor netral. Lihat gambar II.B.2.b.1).b) - 2. Dalam
hal ini, konduktor proteksi sebaiknya mempunyai multi hubungan ke bumi.

Gambar II.B.2.b.1).b) - 2
Sistem multisumber TN dengan konduktor proteksi dan tanpa konduktor netral di seluruh
sistem untuk beban 2- atau 3-fase.
Catatan gambar II.B.2.b.1).b) – 2 :
(1) Tidak diizinkan adanya hubungan dari titik netral transformator
atau titik bintang generator ke bumi.
(2) Konduktor interkoneksi antara titik-titik netral trnsformator atau titik-
titik bintang generator harus diinsulasi. Fungsi konduktor ini adalah
seperti PEN, namun konduktor tersebut tidak boleh dihubungkan
ke perlengkapan pemanfaat listrik.
(3) Hanya satu hubungan antara titik-titik netral interkoneksi dari
sumber dan PE harus disediakan. Hubungan ini harus terletak di
dalam rakitan PHBK utama.
(4) Pembumian tambahan dari PE pada instalasi dapat disediakan.

16 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


2) Sistem TT

Sistem TT hanya mempunyai satu titik yang dibumikan langsung


dan BKT instalasi dihubungkan ke elektrode bumi yang
independen secara listrik dari elektrode bumi sistem suplai. Lihat
gambar II.B.2.b.2) – 1 dan gambar II.B.2.b.2) - 2.

Gambar II.B.2.b.2) - 1
Sistem TT dengan konduktor netral dan konduktor proteksi terpisah di seluruh instalasi
CATATAN gambar II.B.2.b.2) - 1 : Pembumian tambahan dari PE pada instalasi dapat diberikan.

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 17


Gambar II.B.2.b.2) - 2
Sistem TT dengan konduktor proteksi dibumikan dan tanpa konduktor netral
didistribusikan, di seluruh instalasi
CATATAN gambar II.B.2.b.2) – 2 : Pembumian tambahan dari PE pada instalasi dapat diberikan.
3) Sistem IT

Sistem daya IT mempunyai semua bagian aktif diisolasi dari bumi


atau satu titik dihubungkan ke bumi melalui impedans. BKT
instalasi listrik dibumikan secara independen atau secara kolektif
atau ke pembumian sistem. Lihat gambar II.B.2.b.3) - 1 dan
gambar II.B.2.b.3) - 2.

18 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


Gambar II.B.2.b.3) - 1
Sistem IT dengan semua BKT diinterkoneksi dengan konduktor proteksi yang secara
kolektif dibumikan
CATATAN gambar II.B.2.b.3) – 1 : Pembumian tambahan dari PE pada
instalasi dapat diberikan.

(1) Sistem dapat dihubungkan ke bumi melalui impedans yang cukup


tinggi. Hubungan ini dapat dilakukan misalnya pada titik netral, titik
netral buatan, atau konduktor lin.
(2) Konduktor netral dapat didistribusikan atau tidak didistribusikan.

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 19


Gambar II.B.2.b.3) - 2
Sistem IT dengan BKT dibumikan dalam kelompok atau secara individual
CATATAN gambar II.B.2.b.3) – 2 : Pembumian tambahan dari PE pada
instalasi dapat diberikan.

(1) Sistem dapat dihubungkan ke bumi melalui impedans yang cukup


tinggi.
(2) Konduktor netral dapat didistribusikan atau tidak didistribusikan.

4) Sistem a.s.

Jenis pembumian sistem untuk sistem arus searah (a.s.).

Jika gambar II.B.2.b.4).a) - A hingga gambar II.B.2.b.4).a) - B


berikut memperlihatkan pembumian kutub spesifik dari sistem a.s.
2-kawat, keputusan apakah membumikan kutub positif atau
negatif harus didasarkan pada keadaan operasional atau
pertimbangan lain, misalnya menghindari efek korosi pada
konduktor lin dan susunan pembumian.

a) Sistem TN-S

Konduktor lin dibumikan misalnya L– pada jenis (A) atau


konduktor titik tengah dibumikan M pada jenis (B), dipisahkan dari
konduktor proteksi di seluruh instalasi.

20 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


Jenis (A)

Gambar II.B.2.b.4).a) - A

CATATAN 1 Pembumian tambahan dari PE pada instalasi dapat diberikan.

Jenis (B)

Gambar II.B.2.b.4).a) - B – Sistem a.s. TN-S

CATATAN 2 Pembumian tambahan dari PE pada instalasi dapat diberikan.

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 21


b) Sistem TN-C

Fungsi konduktor lin dibumikan misalnya L– dan konduktor


proteksi pada jenis (A) digabungkan dalam satu konduktor
tunggal PEL di seluruh instalasi, atau konduktor titik tengah
dibumikan M dan konduktor proteksi digabungkan pada jenis
(B) dalam satu konduktor tunggal PEM di seluruh instalasi.

Jenis (A)

Gambar II.B.2.b.4).b) - A
CATATAN 3 Pembumian tambahan dari PEL pada instalasi dapat diberikan.
Jenis (B)

Gambar II.B.2.b.4).b) - B – Sistem a.s. TN-C


CATATAN 4 Pembumian tambahan dari PEM pada instalasi dapat diberikan.

22 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


c) Sistem TN-C-S

Fungsi konduktor lin dibumikan misalnya L– pada jenis (A)


dan fungsi konduktor proteksi digabungkan dalam satu
konduktor tunggal PEL di sebagian instalasi, atau konduktor
kawat-tengah dibumikan M pada jenis (B) dan konduktor
proteksi digabungkan dalam satu konduktor tunggal PEM di
sebagian instalasi.

Jenis A

Gambar II.B.2.b.4).c) - A – Sistem a.s. TN-C-S


CATATAN 1 Pembumian tambahan dari PE pada instalasi dapat diberikan.

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 23


Jenis B)

Gambar II.B.2.b.4).c) - B – Sistem a.s. TN-C-S

CATATAN 2 Pembumian tambahan dari PE pada instalasi dapat diberikan.


d) Sistem TT

Jenis (A)

Gambar II.B.2.b.4).d) - A - Sistem a.s T.T

CATATAN 1 Pembumian tambahan dari PE pada instalasi dapat diberikan.

24 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


Jenis (B)

Gambar II.B.2.b.4).d) - B - Sistem a.s. TT

CATATAN 2 Pembumian tambahan dari PE pada instalasi dapat diberikan.


e) Sistem IT

(1) Sistem dapat dihubungkan ke bumi melalui lmpedans


yang cukup tinggi.
CATATAN : Pembumian tambahan dari PE pada instalasi dapat
diberikan.

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 25


Jenis (A)

Gambar II.B.2.b.4).e) - A – Sistem a.s IT

Jenis B)

(2) Sistem boleh dihubungkan ke bumi melalui impedans


yang cukup tinggi.
CATATAN : Pembumian tambahan dari PE pada instalasi dapat
diberikan.

Gambar II.B.2.b.4).e) - B - Sistem a.s IT

26 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


3. Suplai

a. Umum

Karakteristik berikut dari suplai, dari sumber mana saja, dan julat
normal dari karakteristik tersebut jika sesuai, harus ditentukan dengan
perhitungan, pengukuran, investigasi atau inspeksi:

1) voltase nominal

2) sifat arus dan frekuensi;

3) arus hubung pendek prospektif di awal instalasi;

4) impedans lingkar gangguan bumi dari bagian sistem yang


eksternal terhadap instalasi;

5) kesesuaian untuk persyaratan instalasi, termasuk kebutuhan


maksimum, dan

6) jenis dan peringkat gawai proteksi arus lebih yang beroperasi di


awal instalasi.

Karakteristik ini harus dipastikan untuk suplai eksternal dan harus


ditentukan untuk sumber privat. Persyaratan ini dapat diterapkan sama
terhadap suplai utama dan terhadap pelayanan keselamatan dan suplai
siaga.

b. Suplai untuk pelayanan keselamatan dan sistem siaga.

Jika ketentuan pelayanan keselamatan disyaratkan, misalnya oleh yang


berwenang terkait dengan tindakan pencegahan kebakaran dan
kondisi lain untuk evakuasi darurat bangunan, dan/atau jika ketentuan
suplai siaga disyaratkan oleh personel yang menspesifikasikan
instalasi, karakteristik sumber suplai untuk pelayanan keselamatan
dan/atau sistem siaga harus diases secara terpisah. Suplai tersebut
harus mempunyai kapasitas, keandalan dan peringkat yang memadai
dan waktu tukar alih yang sesuai untuk operasi yang ditentukan.

Untuk persyaratan lebih lanjut bagi suplai pelayanan keselamatan, lihat


PUIL. Untuk sistem siaga, tidak ada persyaratan tertentu dalam standar
ini.

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 27


4. Pembagian instalasi

a. Setiap instalasi harus dibagi dalam sirkit, jika diperlukan, untuk:

1) mencegah bahaya dan meminimalkan kesulitan jika terjadi


gangguan;

2) memfasilitasi inspeksi, pengujian dan pemeliharan yang aman;

3) memperhitungkan bahaya yang mungkin timbul dari kegagalan


sirkit tunggal seperti sirkit pencahayaan;

4) mengurangi kemungkinan trip yang tak diinginkan dari GPAS


karena arus konduktor PE yang berlebihan yang tidak disebabkan
gangguan;

5) mengurangi efek EMI;

6) mencegah energisasi tak langsung pada sirkit yang dimaksudkan


akan diisolasi.

b. Sirkit distribusi terpisah harus disediakan untuk bagian instalasi yang


perlu dikendalikan secara terpisah, sedemikian sehingga sirkit tersebut
tidak dipengaruhi oleh kegagalan sirkit lain.

C. Kompabilitas

1. Kompabilitas karakteristik

Asesmen harus dilakukan pada setiap karakteristik perlengkapan yang


mungkin mempunyai efek merusak terhadap perlengkapan listrik lain atau
pelayanan lain atau mungkin mengganggu suplai, misalnya untuk koordinasi
dengan fihak terkait. Karakteristik tersebut mencakup, misalnya:

a. voltase lebih transien;

b. voltase kurang;

c. beban tak seimbang;

d. beban berfluktuasi cepat;

e. arus asut;

f. arus harmonik;

28 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


g. umpan balik a.s.;

h. osilasi frekuensi tinggi;

i. arus bocor bumi;

j. keperluan hubungan tambahan ke bumi;

k. arus konduktor PE berlebihan yang tidak disebabkan gangguan.

2. Kompatibilitas elektromagnetik

Semua perlengkapan listrik harus memenuhi persyaratan EMC yang sesuai,


dan harus sesuai dengan standar EMC yang relevan.

Harus dipertimbangkan oleh perencana dan desainer instalasi listrik untuk


tindakan mengurangi efek gangguan voltase yang diinduksikan dan
interferens elektromagnetik (electromagnetic interference - EMI).

Tindakan diberikan pada PUIL.

D. Kemampupeliharaan

Asesmen harus dilakukan dari seringnya dan mutu pemeliharaan instalasi yang
diharapkan dapat diterima selama usia instalasi yang dimaksudkan. Jika ada yang
berwenang bertanggung jawab terhadap operasi instalasi, maka yang berwenang
tersebut harus dikonsultasi. Karakteristik tersebut harus diperhitungkan dalam
menerapkan persyaratan Bab IV hingga Bab VI sedemikian sehingga berkaitan
dengan seringnya dan mutu pemeliharaan yang diharapkan:

1. setiap inspeksi dan pengujian periodik, pemeliharaan dan perbaikan yang


mungkin perlu selama umur yang dimaksudkan dapat siap dan aman
dilaksanakan, dan

2. keefektifan dari tindakan proteksi untuk keselamatan selama umur yang


dimaksudkan harus dipertahankan, dan

3. keandalan perlengkapan untuk berfungsi dengan benar dari instalasi sesuai


dengan umur yang dimaksudkan.

E. Pelayanan keselamatan

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 29


1. Umum

CATATAN 1 Keperluan pelayanan keselamatan dan sifatnya sering diatur oleh otoritas
pemerintah yang persyaratannya harus diobservasi.
CATATAN 2 Contoh pelayanan keselamatan adalah: lampu keluar darurat, sistem alarm
kebakaran, instalasi untuk pompa kebakaran, lift pemadam kebakaran, perlengkapan
pengeluaran asap dan bahang.
Sumber untuk pelayanan keselamatan dikenal sebagai berikut:

a. batere

b. sel primer;

c. set generator yang independen dari suplai normal;

d. penyulang terpisah jaringan suplai yang independen dari suplai normal


(lihat PUIL).

2. Klasifikasi

a. Pelayanan keselamatan adalah:

1) suplai nonotomatis; pengasutannya dilakukan oleh operator; atau

2) suplai otomatis, pengasutannya independen dari operator.

b. Suplai otomatis diklasifikasikan seperti berikut sesuai dengan waktu


tukar alih:

1) tanpa putus: suplai otomatis yang dapat memastikan suplai


kontinu dalam kondisi yang ditentukan selama periode transisi,
misalnya berkaitan dengan variasi voltase dan frekuensi;

2) putus sangat singkat: suplai otomatis tersedia dalam 0,15 detik;

3) putus singkat: suplai automatis tersedia dalam 0,5 detik;

4) putus medium: suplai otomatis tersedia dalam 15 detik;

5) putus lama: suplai otomatis tersedia lebih dari 15 detik.

F. Kontinuitas pelayanan

Asesmen harus dilakukan pada setiap sirkit untuk setiap keperluan kontinuitas
pelayanan yang dianggap perlu selama umur instalasi yang dimaksudkan.
Karakteristik berikut sebaiknya dipertimbangkan:

30 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


1. pemilihan pembumian sistem,

2. pemilihan gawai proteksi untuk mencapai selektifitas;

3. jumlah sirkit;

4. multisuplai daya;

5. penggunaan gawai monitor.

G. Asesmen pada lokasi Medik.

Klasifikasi lokasi medik harus dibuat berdasarkan kesepakatan dengan staf medik,
organisasi kesehatan terkait atau badan yang bertanggung jawab untuk
keselamatan karyawan sesuai dengan peraturan nasional. Untuk menentukan
klasifikasi lokasi medik, perlu untuk staf medik menunjukkan prosedur medik apa
yang akan berada di dalam lokasi.

Berdasarkan pada penggunaan yang dimaksudkan, klasifikasi yang sesuai untuk


lokasi harus ditentukan (kemungkinan bahwa lokasi medik tertentu dapat
digunakan untuk keperluan berbeda yang memerlukan kelompok yang lebih tinggi,
sebaiknya ditetapkan oleh manajemen risiko).

1. Jenis Sistem Pembumian.


Sistem TN-C tidak diizinkan dalam lokasi medik dan bangunan medik setelah
panel distribusi utama.

2. Suplai Daya.

Dalam lokasi medik, sistem distribusi sebaiknya didesain dan dipasang untuk
memfasilitasi tukar alih otomatis dari jaringan distribusi utama ke sumber
keselamatan listrik yang menyuplai beban esensial (lihat PUIL atau IEC
710.3131.1).

CATATAN 1 Klasifikasi lokasi medik sebaiknya berkaitan pada jenis kontak antara bagian
terapan dan pasien, maupun untuk keperluan apa lokasi tersebut digunakan.

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 31


BAB III

SUMBER DIESEL GENERATOR


A. Pertimbangan Rancangan

Dua sumber untuk daya normal harus dipertimbangkan tetapi bukan merupakan
sumber daya pengganti seperti dijelaskan dalam pasal ini.

1. Susunan sistem distribusi harus dirancang untuk meminimalkan interupsi ke


sistem kelistrikan karena gangguan internal oleh penggunaan peralatan.

2. Faktor berikut harus dipertimbangkan dalam merancang sistem distribusi :

a. Tegangan abnormal seperti fasa tunggal dari peralatan utilitas 3 fasa,


pengubahan dan atau / surja petir, penurunan tegangan dan
sebagainya.

b. Kemampuan tercepat perbaikan yang mungkin tercapai dari sirkit yang


ditunjukkan setelah bebas dari gangguan.

c. Pengaruh perubahan mendatang, seperti penambahan beban dan/atau


kapasitas pasokan.

d. Stabilitas dan kemampuan daya dari penggerak mula selama dan


setelah kondisi abnormal.

e. Urutan dan penyambungan kembali beban untuk mencegah arus


sesaat (inrush) yang besar yang menjatuhkan (trip) alat pengaman arus
lebih atau beban lebih generator.

f. Susunan pintas (bypass) untuk mengijinkan pengujian dan


pemeliharaan komponen sistem yang sebaliknya tidak dapat dipelihara
tanpa mengganggu fungsi rumah sakit yang penting.

g. Pengaruh dari setiap arus harmonik pada konduktor netral dan


peralatan.

32 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


B. Perlengkapan Pengindera.

Perlengkapan pengindera arus, fasa dan bumi, harus dipilih untuk meminimalkan
perluasan interupsi ke sistem kelistrikan karena arus abnormal yang disebabkan
oleh beban lebih dan / atau sirkit hubung singkat.

C. Sirkit Pelindung.

Sirkit pelindung beban generator dirancang untuk tujuan mengurangi beban atau
sistem prioritas beban, tidak harus memelindungi keselamatan jiwa beban
cabang/, beban cabang kritis yang melayani daerah pelayanan kritis, kompresor
udara medik, pompa vakum bedah medik, pompa menjaga tekanan (jockey) untuk
sistem proteksi kebakaran yang berbasis air, pompa bahan bakar generator, atau
perlengkapan generator lainnya.

D. Sumber Listrik Esensial.

Sistem kelistrikan esensial harus mempunyai minimum dua sumber daya yang
berdiri sendiri : sumber normal biasanya memasok seluruh sistem kelistrikan dan
satu atau lebih sumber pengganti untuk digunakan bila sumber normal
terinterupsi.

E. Batere untuk Generator

Batere untuk generator di lokasi harus dipelihara sesuai ketentuan yang berlaku
atau seperti SNI 04-7018-2004, tentang Sistem pasokan daya listrik darurat dan
siaga.

F. Generator Sebagai Sumber Daya Normal.

Apabila sebagai dasar pemikiran sumber normal terdiri dari unit generator, sumber
pengganti harus salah satu generator lain atau pelayanan utilitas eksternal.

G. Generator Sebagai Sumber Daya Pengganti.

Generator set yang dipasang sebagai sumber daya pengganti dari sistem
kelistrikan penting harus dirancang memenuhi persyaratan layanan.

1. Sumber daya elektrikal yang penting Kelompok 0 dan 1 harus diklasifikasi


sesuai ketentuan yang berlaku seperti pada SNI 04-7018-2004, Sistem
pasokan daya listrik darurat dan siaga.

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 33


2. Sumber daya elektikal yang penting kelompok 2 harus diklasifikasikan sesuai
standar yang berlaku seperti pada SNI 04-7018-2004, tentang Sistem
pasokan daya listrik darurat dan siaga.

H. Penggunaan Sistem Elektrikal Esensial.

1. Peralatan pembangkit yang digunakan harus secara eksklusif mempunyai


cadangan untuk pelayanan atau penggunaan normal yang dipakai untuk
maksud : mengontrol pada kebutuhan puncak, mengontrol tegangan internal,
melepas beban utilitas eksternal, atau pembangkit.

Jika penggunaan normal untuk maksud lain seperti tersebut di atas, maka
dua set atau lebih pembangkit harus dipasang, sehingga kebutuhan aktual
maksimum yang diperoleh dari beban tersambung sistem darurat, seperti
kompresor udara medik, pompa vakum bedah medik, pompa kebakaran
yang dioperasikan dengan listrik, pompa jockey, pompa bahan bakar dan
perlengkapan generator, harus terpenuhi dengan satu generator set terbesar
tidak dioperasikan.

Sumber pengganti daya darurat untuk iluminasi dan identifikasi sarana jalan
ke luar harus dari sistem kelistrikan esensial.

Sistem daya pengganti untuk sistem sinyal proteksi kebakaran harus dari
sistem kelistrikan esensial.

2. Satu generator set yang mengoperasikan sistem kelistrikan esensial harus


boleh menjadi bagian dari sistem yang memasok untuk tujuan lain seperti
ditunjukkan pada butir III.A, untuk penggunaan tersebut tidak akan
mengurangi perioda rata-rata antara jadwal waktu perawatan overhaul
sampai kurang dari tiga tahun.

3. Beban pilihan harus boleh dilayani oleh peralatan pembangkit sistem


kelistrikan esensial.

Beban pilihan, harus dilayani oleh sarana pemindah yang semestinya dan
beban ini tidak boleh dipindahkan ke peralatan pembangkit apabila
pemindahan dapat berakibat beban lebih pada peralatan pembangkit, dan
harus terlindung dari beban lebih peralatan pembangkit itu sendiri.

34 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


Penggunaan peralatan pembangkit untuk melayani beban pilihan tidak boleh
membentuk tujuan lain seperti yang dijelaskan dalam butir III.H.1 dan untuk
itu tidak mempersyaratkan generator lebih dari satu.

I. Ruang pembangkit.

1. Konvertor energi harus ditempatkan dalam kamar layanan yang terpisah


yang terlihat dari peralatan pembangkit, pemisahan dari sisa bangunan
dengan bahan yang memiliki tingkat ketahanan api 2 jam, atau ditempatkan
di bangunan tertutup di luar bangunan utama yang mampu menahan
masuknya air hujan dan menahan kecepatan angin maksimum seperti
ditentukan dalam persyaratan teknis bangunan gedung setempat. Kamar
untuk peralatan seperti itu tidak boleh digabung dengan peralatan lain atau
melayani peralatan listrik yang bukan sistem kelistrikan esensial.

2. Peralatan pembangkit harus dipasang di lokasi yang mudah dijangkau dan


ruang kerja yang cukup (minimum 30 inci atau 76 cm) sekeliling unit untuk
pemeriksaan, perbaikan, pemeliharaan, pembersihan dan penggantian.

J. Kapasitas dan nilai nominal

Generator set harus mempunyai kapasitas yang cukup dan nilai nominal yang
tepat untuk memenuhi kebutuhan aktual maksimum untuk melayani beban
tersambung dari sistem kelistrikan esensial pada setiap saat.

K. Pengangkatan beban.

Generator set harus mempunyai kapasitas yang cukup untuk mengangkat beban
dan memenuhi persyaratan frekuensi dan tegangan yang stabil dari sistem darurat
di dalam waktu 10 detik setelah hilangnya daya normal.

L. Menjaga temperatur

Ketentuan harus dibuat untuk menjaga ruang generator tidak kurang dari 10 oC
(50 oF) atau temperatur selimut air mesin tidak kurang dari 32 oC (90 oF).

M. Ventilasi udara

Ketentuan harus dibuat untuk menyediakan udara yang cukup untuk pendinginan
dan untuk melengkapi lagi udara pembakaran mesin.

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 35


N. Batere untuk memutar engkol

Batere untuk memutar motor bakar harus sesuai dengan persyaratan batere yang
berlaku atau seperti SNI 04-7018-2004, tentang Sistem pasokan daya listrik
darurat dan siaga.

O. Peralatan pengasut udara tekan

Alat pengasut disel generator untuk harus mempunyai kapasitas yang cukup untuk
usaha memasok sebanyak 5 kali, dan 10 detik untuk setiap kalinya, serta tidak
lebih 10 detik berhenti antara setiap usaha.

P. Pasokan bahan bakar

Pasokan bahan bakar untuk generator set harus memenuhi ketentuan yang
berlaku atau seperti SNI 04-7018-2004, tentang Sistem pasokan daya listrik
darurat dan siaga.

Q. Persyaratan alat keselamatan

1. Motor bakar

Motor bakar yang melayani generator set harus dilengkapi dengan :

a. Alat sensor ditambah alat peringatan visual untuk menunjukkan


temperatur selubung air di bawah yang dipersyaratkan pada butir III.B.

b. Alat sensor ditambah alat peringatan visual alarm awal untuk


menunjukkan :

1) Temperatur mesin tinggi (di atas rentang operasi aman yang di


rekomendasikan manufaktur).

2) Tekanan pelumasan minyak pelumas rendah (di bawah rentang


operasi aman yang direkomendasikan manufaktur).

3) Permukaan air pendingin rendah.

c. Alat mematikan mesin secara otomatik ditambah alat visual untuk


menunjukkan matinya mesin terjadi dikarenakan :

1) putaran engkol lebih (gangguan pengasutan).

2) kecepatan lebih.

36 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


3) tekanan minyak pelumas rendah.

4) temperatur mesin berlebihan.

d. Alarm bunyi untuk memberi peringatan adanya kondisi satu atau lebih
alarm awal atau alarm.

2. Penggerak mula jenis lain

Penggerak mula, selain motor bakar yang melayani generator set, harus
mempunyai alat pengaman yang cocok ditambah alarm visual dan alarm
bunyi untuk memperingatkan kondisi alarm atau mendekati alarm.

3. Pasokan bahan bakar cair

Pasokan bahan bakar cair untuk sumber daya darurat dan pembantunya
harus dilengkapi dengan alat sensor untuk memperingatkan bahwa isi tangki
bahan bakar utama kurang dari 4 jam untuk memasok operasi.

R Anunsiator (annunciator) alarm

1. Anunsiator yang jauh, batere penyimpan tenaga, harus tersedia untuk


beroperasi di luar ruang pembangkit dalam lokasi yang mudah terlihat oleh
petugas operasi dari tempat kerjanya regular (lihat ketentuan yang berlaku,
SNI 04-0225-2000 tentang Persyaratan Umum Instalasi Listrik Anunsiator
dari sumber daya darurat atau sumber daya tambahan harus menunjukkan
kondisi alarm sebagai berikut :

a. Sinyal visual individu akan menunjukkan sebagai berikut :

1) Apabila sumber daya darurat atau pembantunya beroperasi


memasok daya ke beban.

2) Apabila pengisi batere gagal berfungsi.

b. Sinyal visual individu ditambah sinyal visual biasa yang


memperingatkan kondisi alarm mesin - generator harus menunjukkan :

1) Tekanan minyak pelumas rendah.

2) Temperatur air rendah (di bawah yang dipersyaratkan pada butir


III.L).

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 37


3) Temperatur air yang berlebihan.

4) Bahan bakar rendah – apabila tangki penyimpan bahan bakar


utama berisi kurang dari 4 jam memasok untuk operasi.

5) Putaran engkol lebih (kegagalan pengasutan).

6) Kecepatan lebih.

2. Apabila tempat kerja regular tidak selalu terjaga, sinyal bunyi dan visual yang
menunjukkan kekacauan, yang terlabel dengan tepat, harus ditentukan pada
lokasi yang terus menerus termonitor.

Sinyal yang menunjukkan kekacauan ini harus bekerja apabila setiap kondisi
pada butir III.R.1 dan butir III.R.2 terjadi, tetapi kondisi ini tidak ditunjukkan
secara individu.

S. Batere.

Sistem batere harus memenuhi seluruh persyaratan yang berlaku SNI 04-0225-
2000 tentang Persyaratan Umum Instalasi Listrik.

38 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


BAB IV

PROTEKSI UNTUK KESELAMATAN

A. Proteksi terhadap kejut listrik

1. Proteksi terhadap sentuh langsung maupun tidak langsung

a. SELV dan PELV

Jika menggunakan sirkit SELV dan/atau PELV dalam lokasi medik


kelompok 1 dan kelompok 2, voltase nominal yang diterapkan pada
pemanfaat listrik tidak boleh melebihi 25 V a.b. efektif atau 60 V a.s.
bebas riak. Proteksi dengan insulasi dasar bagian aktif dan dengan
penghalang atau selungkup adalah esensial, lihat bab III.D.

Dalam lokasi medik kelompok 2, bagian konduktif terbuka (BKT)


perlengkapan (misalnya luminer ruang operasi/bedah), harus
dihubungkan ke konduktor ikatan ekuipotensial.

b. Proteksi terhadap sentuh langsung

1) Rintangan

Proteksi dengan rintangan tidak diizinkan.

2) Penempatan di luar jangkauan

Proteksi dengan penempatan di luar jangkauan tidak diizinkan.

Hanya proteksi dengan insulasi bagian aktif atau proteksi dengan


penghalang atau selungkup yang diizinkan.

c. Proteksi terhadap sentuh tak langsung

1) Diskoneksi otomatis suplai

a) Umum

(1) Diskoneksi suplai


Dalam lokasi medik dari kelompok 1 dan kelompok 2,
berlaku yang berikut:

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 39


(a) untuk sistem IT, TN dan TT, voltase sentuh
konvensional UL tidak boleh melampaui 25 V
(UL ” 25 V);

(b) untuk sistem TN dan IT, berlaku Tabel


IV.A.1.c.1).a).(1).(b).

Tabel IV.A.1.c.1).a).(1).(b)

Sistem 50 V < Uo ” 120 V 120 V < Uo ” 230 V 230 V < Uo ” 400 V Uo > 400 V
detik detik detik detik
a.b. a.s. a.b. a.s. a.b. a.s. a.b. a.s.
TN 0,8 Catatan 1 0,4 5 0,2 0,4 0,1 0,1
TT 0,3 Catatan 1 0,2 0,4 0,07 0,2 0,04 0,1
Jika dalam sistem TT, diskoneksi dilaksanakan oleh gawai proteksi arus lebih (GPAL) dan ikatan
ekuipotensial proteksi dihubungkan dengan semua BKE di dalam instalasi, dapat digunakan
waktu diskoneksi maksimum yang berlaku untuk sistem TN.
U0 adalah voltase lin ke bumi a.b. atau a.s. nominal.
CATATAN 1 Diskoneksi dapat disyaratkan untuk alasan selain proteksi terhadap kejut listrik.
CATATAN 2 Jika diskoneksi dilakukan dengan GPAS lihat butir IV.A.1.c.2) dan butir IV.A.1.c.3).
CATATAN Diskoneksi suplai ketika terjadi kondisi beban lebih
atau hubung pendek, dapat dicapai dengan metode desain yang
berbeda dalam prosedur aturan umum untuk memenuhi tingkat
keselamatan yang disyaratkan.
2) Sistem TN

Pada sirkit akhir kelompok 1 dengan nilai pengenal hingga 32 A,


harus digunakan gawai proteksi arus sisa (GPAS) dengan arus
operasi sisa maksimum 30 mA (proteksi tambahan).

Pada lokasi medik kelompok 2, proteksi dengan diskoneksi


otomatis suplai dengan sarana GPAS dengan arus operasi sisa
tidak melebihi 30 mA hanya harus digunakan untuk sirkit berikut:

a) sirkit untuk suplai meja bedah;

b) sirkit untuk unit sinar X;

c) sirkit untuk perlengkapan besar dengan daya pengenal lebih


besar dari 5 kVA;

d) sirkit untuk perlengkapan listrik nonkritis (bukan penunjang


hidup).

40 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


Harus diperhatikan untuk memastikan bahwa penggunaan secara
serentak banyak jenis perlengkapan tersebut yang dihubungkan
ke sirkit yang sama tidak dapat menyebabkan trip yang tidak
dikehendaki dari GPAS.

Pada lokasi medik kelompok 1 dan kelompok 2, jika disyaratkan


penggunaan GPAS oleh sub-ayat ini, harus dipilih hanya jenis (A)
atau jenis (B), tergantung pada kemungkinan arus gangguan yang
timbul.

CATATAN Direkomendasikan bahwa sistem TN-S dipantau untuk


memastikan tingkat insulasi semua konduktor aktif.
3) Sistem TT

Pada lokasi medik kelompok 1 dan kelompok 2, persyaratan


sistem TN berlaku dan dalam semua hal harus menggunakan
GPAS.

4) Sistem IT medik

CATATAN 1 Di Amerika Serikat sistem tersebut dikenal sebagai “Sistem Daya


Terisolasi”
a) Pada lokasi medik kelompok 2, sistem IT medik harus
digunakan untuk sirkit yang menyuplai perlengkapan listrik
medik dan sistem yang dimaksudkan untuk penunjang hidup,
penerapan bedah dan perlengkapan listrik lain yang terletak
di “lingkungan pasien”, tidak termasuk perlengkapan yang
tercantum dalam butir IV.A.1.c.2).

b) Untuk setiap kelompok ruangan yang melayani fungsi sama,


sekurang-kurangnya diperlukan satu sistem IT medik yang
terpisah. Sistem IT medik harus dilengkapi dengan gawai
monitor insulasi (GMI) sesuai persyaratan spesifik berikut:

(1) impedans internal a.b. harus sekurang-kurangnya 100


kȍ,
(2) voltase uji tidak boleh lebih besar dari 25 V a.s.;
(3) arus yang diinjeksikan, bahkan pada kondisi gangguan,
tidak boleh lebih besar dari 1 mA puncak;

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 41


(4) indikasi harus ada saat terakhir ketika resistans insulasi
telah berkurang hingga 50 kȍ. Harus dilengkapi dengan
gawai uji.

c) Untuk setiap sistem IT medik, sistem akustik dan alarm


visual yang terpadu dengan komponen berikut harus disusun
pada tempat yang sesuai sedemikian sehingga dapat
dipantau secara permanen (sinyal dapat terdengar dan
terlihat) oleh staf medik.

(1) lampu sinyal hijau untuk menunjukkan operasi normal;


(2) lampu sinyal kuning akan menyala bila dicapai setelan
nilai minimum untuk resistans insulasi. Tidak boleh
dimungkinkan lampu ini dibatalkan atau didiskoneksi.
(3) alarm dapat terdengar yang berbunyi bila dicapai
setelan nilai minimum untuk resistans insulasi. Alarm
dapat terdengar ini boleh dimatikan.
(4) sinyal kuning harus padam ketika gangguan telah
hilang dan jika kondisi normal pulih.
Jika hanya satu perlengkapan saja yang disuplai dari
satu transformator IT terdedikasi, maka dapat dipasang
tanpa GMI.
Disyaratkan untuk memantau beban lebih dan suhu
tinggi pada transformator IT medik.

5) Ikatan ekuipotensial suplemen

a) Pada setiap lokasi medik kelompok 1 dan kelompok 2,


konduktor ikatan ekuipotensial suplemen harus dipasang dan
dihubungkan ke busbar ikatan ekuipotensial untuk keperluan
menyamakan beda potensial antara bagian berikut, yang
terletak dalam “lingkungan pasien”:

(1) konduktor proteksi;


(2) bagian konduktif ekstra (BKE);
(3) skrin terhadap medan interferens listrik, jika dipasang;
(4) hubungan ke grid lantai konduktif, jika dipasang;

42 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


(5) skrin logam transformator isolasi, jika ada.

CATATAN Penunjang pasien nonlistrik konduktif magun (terpasang


tetap) seperti meja bedah, dipan fisioterapi dan kursi dokter gigi
sebaiknya dihubungkan ke konduktor ikatan ekuipotensial kecuali
dimaksudkan untuk diisolasi dari bumi.
b) Pada lokasi medik kelompok 2, resistans konduktor,
termasuk resistans hubungannya, antara terminal untuk
konduktor proteksi dari kotak kontak dan dari perlengkapan
magun atau setiap BKE dan busbar ikatan ekuipotensial
tidak boleh melebihi 0,2 ȍ.

CATATAN Nilai resistans dapat juga ditentukan dengan penggunaan


luas penampang yang sesuai dari konduktor.
c) Busbar ikatan ekuipotensial harus terletak di dalam atau
dekat lokasi medik. Pada setiap panel distribusi atau di
dekatnya, harus dilengkapi dengan busbar ikatan
ekuipotensial tambahan yang harus dihubungkan ke
konduktor ikatan suplemen dan konduktor bumi proteksi.
Hubungan harus disusun sedemikian sehingga terlihat
dengan jelas dan masing-masing dapat didiskoneksi dengan
mudah.

2. Proteksi kebakaran

Peraturan nasional atau SNI yang memberikan persyaratan tambahan dapat


berlaku.

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 43


BAB V

PEMILIHAN DAN PEMASANGAN PERLENGKAPAN LISTRIK

A. Kondisi operasi dan pengaruh eksternal

1. Kondisi operasi

a. Transformator untuk sistem IT medik

Transformator harus dipasang di dekat, di dalam atau di luar lokasi


medik dan ditempatkan dalam lemari atau selungkup untuk mencegah
kontak yang tidak disengaja dengan bagian aktif.

Voltase pengenal Un pada sisi sekunder transformator tidak boleh


melebihi 250 V a.b.

b. Sistem IT medik untuk lokasi medik kelompok 2

Transformator harus sesuai dengan SNI 04-0225-edisi terakhir, dengan


persyaratan tambahan berikut:

Arus bocor belitan keluaran ke bumi dan arus bocor selungkup jika
diukur dalam kondisi tanpa beban dan transformator disuplai pada
voltase pengenal dan frekuensi pengenal tidak boleh melebihi 0,5 mA.

Transformator fase tunggal harus digunakan untuk membentuk sistem


IT medik untuk perlengkapan portabel dan magun dan keluaran
pengenalnya tidak boleh kurang dari 0,5 kVA dan tidak boleh melebihi
10 kVA.

Jika suplai beban trifase melalui sistem IT juga disyaratkan,


transformator trifase terpisah harus disediakan untuk keperluan ini
dengan voltase keluaran lin ke lin tidak melebihi 250 V.

2. Pengaruh eksternal

CATATAN Jika sesuai, sebaiknya diberikan perhatian untuk pencegahan interferens


elektromagnetik.
a. Risiko ledakan

44 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


CATATAN 1 Persyaratan untuk perlengkapan listrik medik yang dihubungkan ke gas
dan uap mudah terbakar tercantum dalam SNI 04-0225-edisi terakhir.
CATATAN 2 Jika kondisi berbahaya mungkin terjadi (yaitu adanya gas dan uap
mudah terbakar) dapat disyaratkan tindakan pencegahan khusus.
CATATAN 3 Pencegahan terhadap timbulnya listrik statik direkomendasikan.
Gawai listrik (misalnya kotak kontak dan sakelar) harus dipasang pada
jarak horizontal sekurang-kurangnya 0,2 m (titik tengah ke titik tengah)
dari setiap outlet gas medik, sedemikian sehingga meminimalkan risiko
penyulutan gas mudah terbakar.

B. Diagram, dokumentasi dan petunjuk operasi

Rencana instalasi listrik bersama-sama dengan catatan, gambar, diagram


perkawatan dan tambahan modifikasi, dan juga petunjuk untuk operasi dan
pemeliharaan, harus disediakan untuk pengguna.

CATATAN Gambar dan diagram perkawatan sebaiknya sesuai dengan SNI 04-0225-edisi
terakhir.
Dokumen relevan terutama adalah:

1. diagram blok yang memperlihatkan sistem distribusi suplai daya normal dan
suplai daya untuk pelayanan keselamatan dalam gambar lin tunggal.
Diagram ini harus memuat informasi mengenai lokasi dari panel subdistribusi
di dalam bangunan;

2. diagram blok panel utama dan panel subdistribusi yang memperlihatkan


perangkat hubung bagi dan kendali (PHBK) dalam gambar lin tunggal;

3. gambar arsitektur;

4. diagram skema kendali;

5. petunjuk untuk operasi, inspeksi, pengujian dan pemeliharaan aki dan


sumber daya untuk pelayanan keselamatan;

6. verifikasi komputational kesesuaian dengan persyaratan ini;

7. daftar beban yang secara permanen dihubungkan ke suplai daya untuk


pelayanan keselamatan dengan menunjukkan arus normal dan dalam hal
beban dioperasikan motor, arus asutnya;

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 45


8. buku catatan yang berisi rekaman semua pengujian dan inspeksi yang perlu
dilengkapi sebelum komisioning.

C. Sistem perkawatan

Setiap sistem perkawatan dalam lokasi medik kelompok 2 harus khusus untuk
penggunaan perlengkapan dan fiting di lokasi tersebut.

D. Perangkat hubung bagi dan kendali (PHBK)

1. Proteksi untuk sistem perkawatan pada lokasi medik kelompok 2.

Proteksi arus lebih terhadap arus hubung pendek dan beban lebih perlu
untuk setiap sirkit akhir. Proteksi arus beban lebih tidak diizinkan pada sirkit
penyulang di hulu dan hilir dari transformator sistem IT medik. Sekering
boleh digunakan untuk proteksi hubung pendek.

E. Perlengkapan lain

1. Sirkit pencahayaan

Pada lokasi medik kelompok 1 dan kelompok 2, sekurang-kurangnya harus


dilengkapi dengan dua sumber suplai berbeda untuk beberapa luminer
dengan 2 sirkit. Salah satu dari dua sirkit harus dihubungkan ke pelayanan
keselamatan.

Untuk rute penyelamatan, luminer selang-seling harus dihubungkan untuk


pelayanan keselamatan.

2. Sirkit kotak kontak pada sistem IT medik untuk lokasi medik kelompok
2.

a. Pada setiap tempat perawatan pasien, misalnya kepala tempat tidur,


konfigurasi kotak kontak harus sebagai berikut:

1). harus dipasang minimum dua sirkit terpisah yang menyulang


kotak kontak; atau

2). setiap kotak kontak harus secara individu diproteksi terhadap arus
lebih.

46 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


b. Jika sirkit disuplai dari sistem lain (sistem TN-S atau TT) pada lokasi
medik yang sama, kotak kontak yang dihubungkan ke sistem IT medik
harus:

1). konstruksinya sedemikian sehingga mencegah digunakan dalam


sistem lain, atau

2). ditandai dengan jelas dan permanen.

F. Pelayanan keselamatan

1. Sumber

Klasifikasi pelayanan keselamatan diberikan dalam Tabel V.F.1.

Kelas 0
Suplai otomatis tersedia tanpa pemutusan
(tanpa pemutusan)

Kelas 0,15
Suplai otomatis tersedia dalam 0,15 detik
(pemutusan sangat singkat

Kelas 0,5
Suplai otomatis tersedia dalam 0,5 detik
(pemutusan singkat)

Kelas 15
Suplai otomatis tersedia dalam 15 detik
(pemutusan menengah)
Kelas >15
Suplai otomatis tersedia dalam lebih dari 15 detik
(pemutusan lama)
CATATAN 1 : Biasanya tidak diperlukan untuk menyediakan suplai daya tanpa pemutusan
untuk perlengkapan listrik medik. Namun perlengkapan dikendalikan mikroprosesor dapat
mensyaratkan suplai tersebut.
CATATAN 2 : Pelayanan keselamatan disediakan untuk lokasi yang mempunyai klasifikasi
berbeda sebaiknya memenuhi klasifikasi yang memberikan keamanan suplai tertinggi.
Mengacu ke Tabel V.G untuk pedoman keterkaitan klasifikasi pelayanan keselamatan dengan
lokasi medik
CATATAN 3 : Pengertian “di dalam” berarti “””

G. Alokasi nomor kelompok dan klasifikasi untuk pelayanan


keselamatan lokasi medik

Daftar definitif lokasi medik yang memperlihatkan kelompok peruntukannya tidak


praktis, karena penggunaan lokasi (ruangan) tersebut akan digunakan berbeda
antara negara dan bahkan di dalam suatu negara. Tabel V.G berikut adalah
contoh yang diberikan hanya sebagai pedoman.

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 47


Tabel V.G – Kelompok dan Klasifikasi untuk pelayanan keselamatan di lokasi medik.

Fungsi ruang Kelompok Kelas


> 0,5 detik ”15
0 1 2 ” 0,5 detik
detik
INSTALASI GAWAT DARURAT
1 Ruang Triage X
2 Ruang Observasi X
3 Ruang Resusitasi X
a
4 Ruang Tindakan X X X
INSTALASI RAWAT JALAN
5 Ruang Pendaftaran X
6 Ruang Tunggu X
7 Ruang Periksa X
8 Ruang Tindakan X
INSTALASI RAWAT INAP
9 Kamar Pasien X
a
1 X X X
Ruang Tindakan
0
1
Ruang Isolasi X
1
INSTALASI KEBIDANAN DAN KANDUNGAN
1
Ruang Periksa X
2
1
Ruang Kala (Labor) X
3
a
1 X X X
Ruang Melahirkan (Delivery)
4
1
Ruang Pemulihan Melahirkan X
5
a
1 X X X
Ruang Bayi Lahir
6
INSTALASI BEDAH SENTRAL
1
Ruang Pendaftaran X
7
1
Ruang Persiapan X
8
a
1 X X
Ruang Induksi/Anestesi X
9
2
Scrubstation X
0
2
Ruang Utilitas Bersih X
1
2
Ruang Utilitas Kotor X
2
2
Ruang Persiapan Peralatan X
3
a
2 X X X
Kamar Bedah
4
2
Ruang Spoolhuok X
5
2
Gudang Anestesi X
6
2
Ruang Pemulihan Bedah X
7
2
Gudang Peralatan X
8
2 Gudang Obat X

48 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


9
3
Gudang Linen X
0
INSTALASI PERAWATAN INTENSIF (ICU)
a
3 X X X
Ruang Rawat Intensif
1
a
3 X X X
Ruang Isolasi Infeksi
2
a
3 X X X
Ruang Isolasi
3
3
Ruang Linen X
4
3
Gudang Obat X
5
a
3 X X X
Ruang Darurat Bayi Lahir (NICU)
6
a
3 X X X
Ruang Darurat Anak-anak (PICU)
7
a
3 X X X
Ruang Luka Bakar
8
LABORATORIUM
3 Laboratorium, umum (darah, urine,
X
9 vishes)
4
Laboratorium, bacteriology X
0
4
Laboratorium, biochemistry X
1
4
Laboratorium, cytology X
2
4
Laboratorium, hematologi X
3
4
Laboratorium, histology X
4
4
Laboratorium, Microbiology X
5
4
Laboratorium, pengobatan nuklir X
6
4
Laboratorium, pathology X
7
4
Laboratorium, serology X
8
a
4 X X X
Bank darah
9
5
Ruang otopsy X
0
5
Farmasi X
1
INSTALASI DIAGNOSTIK
5
Ruang Pemeriksaan X
2
5
Ruang ECG / EEG / EMG X
3
5
Ruang Treat Mill X
4
5
Ruang Kedap Suara X
5
5
Ruang Laparascopy X
6
5 Ruang Endoscopy X

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 49


7
5
Ruang Bronchoscopy X
8
INSTALASI RADIOLOGI
5
Radiologi Diagnostik X
9
6
Ruang CT Scan X
0
6
Ruang MRI X
1
6
Ruang Angiografi X
2
6
Ruang Panoramik X
3
6
Ruang Radioterapi X
4
INSTALASI REHABILITASI MEDIK
6
Gymnasium Mats X
5
6
Treatment X
6
6
Ruang Hidroterapi X
7
6
Ruang Pemeriksaan X
8
INSTALASI LAUNDRY
6
Laundri, umum X
9
7
Sortir linen kotor dan gudang. X
0
7
Gudang linen bersih X
1
7
Linen and trash chute room X
2
7
Ruang Setrika X
3
STERILISASI DAN SUPLAI
7
Ruang Disassembly X
4
7
Ruang Cuci Alat X
5
7
Ruang Assembly X
6
7
Gudang Steril X
7
DAPUR
7
Ruang Penerimaan X
8
7
Ruang Proses Memasak X
9
8
Walk in Freezer X
0
8
Walk in Refrigerator X
1
8
Gudang X
2
a
Luminer dan perlengkapan listrik medik penunjang hidup yang memerlukan suplai daya
dalam 0,5 detik atau kurang.
b
Bukan merupakan ruang bedah.

50 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


a. Persyaratan umum untuk sumber suplai daya keselamatan dari
kelompok 1 dan kelompok 2

1) Pada lokasi medik, suplai daya untuk pelayanan keselamatan


disyaratkan yang dalam kasus kegagalan sumber suplai daya
normal, harus dienergisasi untuk menyulang perlengkapan yang
dinyatakan dalam butir V.F.1.b.1), butir V.F.1.b.2), dan butir
V.F.1.b.3) dengan energi listrik untuk periode waktu yang
ditentukan dan di dalam dalam periode tukar alih yang ditentukan
sebelumnya.

2) Jika voltase di panel distribusi utama drop pada satu atau


beberapa konduktor lebih dari 10% dari voltase nominal, suplai
daya keselamatan harus menggantikan suplai secara otomatis.

Pengalihan suplai sebaiknya dicapai dengan penundaan untuk


melayani penutupan balik otomatis dari pemutus sirkit suplai
masuk (pemutusan waktu singkat).

3) Untuk kabel interkoneksi antara komponen individu dan subrakitan


sumber suplai daya keselamatan, lihat butir V.C.

CATATAN Sirkit yang menghubungkan sumber suplai daya untuk pelayanan


keselamatan ke panel distribusi utama sebaiknya dianggap sebagai sirkit
keselamatan.
4) Bila kontak tusuk disuplai dari sumber suplai daya keselamatan
maka harus siap diidentifikasi.

b. Persyaratan rinci untuk pelayanan suplai daya keselamatan

1) Sumber suplai daya dengan periode tukar alih kurang dari


atau sama dengan 0,5 detik

Saat terjadi kegagalan voltase pada satu atau lebih konduktor lin
di panel distribusi, sumber suplai daya keselamatan khusus harus
mempertahankan luminer meja ruang bedah dan luminer esensial
lain, misalnya endoskopi, untuk periode minimum 3 jam. Sumber
ini harus memulihkan suplai dalam periode tukar alih tidak
melebihi 0,5 detik.

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 51


2) Sumber suplai daya dengan periode tukar alih kurang dari
atau sama dengan 15 detik.

Perlengkapan sesuai menurut butir V.H.1 dan butir V.I harus


dihubungkan dalam 15 detik ke sumber suplai daya keselamatan
yang mampu mempertahankannya untuk periode minimum 24
jam, jika voltase satu atau lebih konduktor lin pada panel distribusi
utama untuk pelayanan keselamatan telah berkurang lebih dari
10% nilai nominal voltase suplai dan dengan durasi lebih besar
dari 3 detik.

CATATAN Durasi selama 24 jam dapat dikurangi hingga minimum 3 jam jika
persyaratan medik dan penggunaan lokasi, termasuk setiap perawatan, dapat
ditutup dan jika gedung dapat dikosongkan dengan baik dalam waktu yang
kurang dari 24 jam.
3) Sumber suplai daya dengan periode tukar alih lebih lama dari
15 detik.

Perlengkapan selain dari yang dicakup dalam butir V.F.1.b.1) dan


butir V.F.1.b.2) , yang disyaratkan untuk pemeliharaan pelayanan
rumah sakit, dapat dihubungkan secara otomatis atau manual ke
sumber suplai daya ke selamatan yang mampu
mempertahankannya selama periode minimum 24 jam.
Perlengkapan ini dapat mencakup, misalnya:

a) perlengkapan sterilisasi;

b) instalasi bangunan teknik, khususnya sistem pengondisi


udara, pemanas dan ventilasi, pelayanan bangunan dan
sistem pembuangan limbah;

c) perlengkapan pendingin;

d) perlengkapan masak;

e) pengisi aki.

52 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


H. Sirkit pencahayaan keselamatan

1. Pencahayaan keselamatan

Saat kegagalan daya jaringan, iluminans minimum yang diperlukan harus


disediakan dari sumber pelayanan keselamatan untuk lokasi berikut. Periode
tukar alih ke sumber keselamatan tidak boleh melebihi 15 detik:

a. rute penyelamatan;

b. pencahayaan tanda keluar;

c. lokasi PHBK untuk set generator darurat dan untuk panel distribusi
utama suplai daya normal dan untuk sumber daya untuk pelayanan
keselamatan;

d. ruangan yang dimaksudkan untuk pelayanan esensial. Dalam setiap


ruangan sekurang-kurangnya satu luminer harus disuplai dari sumber
daya untuk pelayanan keselamatan;

e. ruangan lokasi medik kelompok 1. Dalam setiap ruangan sekurang-


kurangnya satu luminer harus disuplai dari sumber suplai daya untuk
pelayanan keselamatan;

f. ruangan lokasi medik kelompok 2. Minimum 50 % pencahayaan harus


disuplai dari sumber daya untuk pelayanan keselamatan.

CATATAN Nilai untuk iluminans minimum dapat diberikan dalam peraturan nasional atau
daerah.

I. Pelayanan lain

Pelayanan selain pencahayaan yang mensyaratkan suplai pelayanan


keselamatan dengan periode tukar alih tidak melebihi 15 detik dapat mencakup,
misalnya yang berikut:

1. lif terpilih untuk personel pemadam kebakaran

2. sistem ventilasi untuk penghisap asap

3. sistem pemanggilan;

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 53


4. perlengkapan listrik medik yang digunakan dalam lokasi medik kelompok 2
yang melayani pembedahan atau tindakan lain yang sangat vital.
Perlengkapan tersebut akan ditentukan oleh staf medik yang bertanggung
jawab;

5. perlengkapan listrik untuk suplai gas medik termasuk udara bertekanan,


suplai vakum dan pembiusan (anestetik) pernafasan maupun gawai
pemantaunya;

6. sistem deteksi kebakaran, alarm kebakaran dan pemadaman kebakaran.

54 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


BAB VI

VERIFIKASI

A. Verifikasi

Tanggal dan hasil setiap verifikasi harus direkam.

B. Verifikasi awal

Pengujian yang ditentukan di bawah pada butir 1 hingga butir 5 sebagai tambahan
pada persyaratan PUIL, kedua-duanya harus dilakukan sebelum komisioning dan
setelah perubahan atau perbaikan dan sebelum komisioning ulang.

1. Uji fungsional GMI dari sistem IT medik dan sistem alarm akustik/visual.

2. Pengukuran untuk memverifikasi bahwa ikatan ekuipotensial suplemen


sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

3. Verifikasi keterpaduan fasilitas yang disyaratkan sesuai dengan ketentuan


yang berlaku untuk ikatan ekuipotensial.

4. Verifikasi keterpaduan persyaratan bab IV.F untuk pelayanan keselamatan.

5. Pengukuran arus bocor sirkuit keluaran dan selungkup transformator IT


medik dalam kondisi tanpa beban.

C. Verifikasi periodik

Verifikasi periodik butir 1 hingga butir 5 dari bab V.B harus dilakukan sesuai
dengan peraturan daerah/nasional. Jika tidak terdapat peraturan daerah/nasional,
direkomendasikan interval berikut:

1. uji fungsional gawai tukar alih: 12 bulan;

2. uji fungsional GMI: 12 bulan;

3. pemeriksaan, dengan inspeksi visual, setelan gawai proteksi: 12 bulan;

4. pengukuran untuk memverifikasi ikatan ekuipotensial suplemen: 36 bulan

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 55


5. verifikasi keterpaduan fasilitas yang disyaratkan untuk ikatan ekuipotensial:
36 bulan;

6. uji fungsional bulanan dari:

a. pelayanan keselamatan dengan aki: 15 menit;

b. pelayanan keselamatan dengan mesin bakar: hingga suhu berjalan


pengenal tercapai; 12 bulan untuk “jalan daya tahan”;

c. pelayanan keselamatan dengan aki: uji kapasitas;

d. pelayanan keselamatan dengan mesin bakar: 60 menit;

7. Dalam semua hal sekurang-kurangnya 50 % hingga 100 % daya pengenal


harus diambil alih;

a. pengukuran arus bocor transformator IT: 36 bulan;

b. pemeriksaan trip GPAS pada I¨N: tidak kurang dari 12 bulan.

56 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


BAB VII

CARA PERKAWATAN DAN PERLENGKAPAN

A Cara perkawatan dan perlengkapan

1. Perlengkapan listrik, termasuk perlengkapan elektromedik atau yang


digunakan dalam ruang fasilitas pelayanan kesehatan, harus memenuhi
syarat dalam beberapa subayat di bawah ini.

2. Perlengkapan yang harus dihubungkan secara khusus hanya boleh dipasang


jika semua prasarananya telah disiapkan. Syarat khusus untuk itu tercantum
dalam rincian teknis dan gambar instalasi yang disediakan oleh pabrikan.

3. Perlengkapan dalam ruang fasilitas pelayanan kesehatan harus dipasang


sedemikian rupa sehingga tidak dipengaruhi oleh perlengkapan non medik
(misalnya komputer, pemancar, dan pesawat panggil) yang secara fungsi
berhubungan, atau memperoleh listrik dari konduktor yang sama tetapi
terdapat di luar ruang tersebut.

4. Bila voltase, arus, atau frekuensi yang digunakan berbeda-beda, kontak


tusuk yang digunakan harus tidak dapat dipertukarkan.

5. Dalam ruang kelompok 2, di atas plafonnya hanya boleh dipasang konduktor


untuk perlengkapan dalam ruang itu saja.

6. Hanya inti dari sirkit utama yang boleh dipasangkan pada kabel berinti
banyak, atau dalam satu pipa untuk kabel berinti tunggal. Berbagai sirkit
bantu hanya boleh dipasangkan pada sirkit utamanya dalam satu jalur
konduktor (misalnya pipa), jika semuanya terhubung pada satu perlengkapan
dan disuplai dari sumber yang sama.

7. Pada setiap sirkit dalam ruang pelayanan kesehatan, yang menggunakan


gawai proteksi arus sisa yang memenuhi butir VII.C.6 tersebut di atas, harus
dipasang satu konduktor proteksi. Hal yang sama bagi sirkit arus fase tiga
yang betul-betul simetris.
CATATAN : Pencegah gangguan frekuensi sering kali dipasang antara konduktor netral dan
konduktor fase, supaya arus sisa yang melalui konduktor proteksi tidak menjadi lebih
tinggi dari yang dibolehkan.

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 57


B. Kabel yang dicabang

Kabel yang dicabangkan tidak boleh dipasang dalam ruang Kelompok 2

1. PHBK harus dipasang di luar ruang pelayanan kesehatan dan harus mudah
dicapai.

CATATAN : Kotak hubung dan terminal yang menjadi satu dengan perlengkapan (misalnya
pipa pesawat sinar X), tidak termasuk PHBK seperti yang dimaksud di sini.

2. Tiap ruang pelayanan kesehatan dan ruang bukan pelayanan kesehatan


harus mempunyai PHBK tersendiri (lihat butir VII.B.3).

a. PHBK untuk ruang kelompok 2 harus langsung dihubungkan ke


PHBK utama bangunan. Bila instalasi diperluas, PHBK tersebut boleh
dihubungkan ke PHBK cabang yang digunakan untuk ruang kelompok
ini.

b. Daya untuk PHBK ruang Kelompok 0 dan 1 boleh disalurkan ke PHBK


cabang yang digunakan untuk ruang bukan pelayanan kesehatan.

Dalam hal ini harus dipasang konduktor proteksi tersendiri pada konduktor
yang menyalurkan daya pada PHBK cabang.

3. PHBK untuk ruang pelayanan kesehatan dan ruang bukan pelayanan


kesehatan boleh berada dalam satu lemari, jika ketentuan tersebut di bawah
ini dipenuhi :

a. PHBK untuk kedua ruang itu dipisahkan oleh dinding dan mempunyai
tutup masing-masing;

b. PHBK berinsulasi pengaman. Lemari terbuat dari bahan konduktor,


hanya diizinkan jika konduktor proteksi dipasang juga pada konduktor
yang menyalurkan daya ke PHBK ruang bukan pelayanan kesehatan.

4. Bagian PHBK yang terhubung pada aparat catu daya pengganti dan segala
konduktornya dipisahkan oleh dinding dengan tutup tersendiri.

5. Pengujian insulasi untuk tiap sirkit harus dapat dilaksanakan tanpa membuka
terminal konduktor netral, misalnya dengan memasang terminal pemisah
pada PHBK tersebut.

58 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


6. Penampang rel konduktor proteksi harus sama dengan penampang rel
konduktor fase, tetapi sekurang-kurangnya 16 mm2 Cu.

C. Tindakan proteksi

Untuk menghindari bahaya sentuh tak langsung harus dilakukan dengan cara
yang cocok tiap kelompok ruang pelayanan kesehatan. Ruang yang pada saat
yang sama, atau untuk sementara, dapat digolongkan dalam berbagai kelompok,
izin proteksinya hanya diberikan untuk satu kelompok saja.

1 Tindakan proteksi berlaku bagi semua perlengkapan yang bervoltase di atas


25 V antar fase atau antara fase dan bumi.

2 Cara proteksi tersebut dalam butir VII.C.1 di atas harus dipilih yang cocok
dengan ruang, ditambah syarat untuk tiap kelompok sebagai berikut :

a Jenis proteksi yang diizinkan untuk ruang Kelompok 0 dan 1 ialah:

1) insulasi proteksi dengan memperhatikan butir VII.C.3 ;

2) voltase ekstra rendah dengan memperhatikan butir VII.C.4 ;

3) sistem IT dengan memperhatikan butir VII.C.5 ;

4) gawai proteksi arus sisa dengan memperhatikan butir VII.C.6.

b Macam proteksi yang diperkenankan untuk ruang Kelompok 2 ialah :

1) insulasi proteksi dengan memperhatikan butir VII.C.3 ;

2) voltase ekstra rendah proteksi dengan memperhatikan butir


VII.C.4;

3) sistem IT dengan memperhatikan butir VII.C.5, untuk aparat


penyambung dan kontak tusuk melebihi 25 V;

4) gawai proteksi arus sisa dengan memperhatikan butir VII.C.6


untuk:

a) peranti dengan daya sambung lebih dari 5 kVA, jika


terputusnya aliran listrik karena hubungan bumi pertama
tidak menimbulkan bahaya, baik bagi penderita maupun bagi
operator;

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 59


b) pesawat rontgen, walaupun dengan daya lebih kecil dari 5
kVA;

c) perlengkapan listrik lain dengan sambungan magun dan


tidak digunakan untuk pelayanan medik;

d) pencahayaan umum ruang.

3 Insulasi di tempat kaki berpijak saja tidak diizinkan sebagai insulasi proteksi
(lokasi nonkonduktif).

4 Voltase nominal dari voltase rendah proteksi tidak boleh melebihi 25 V

5 Sistem IT

Untuk sistem IT harus diperhatikan hal-hal berikut :

a. Harus menggunakan transformator pasangan tetap yang dipasang di


luar ruang fasilitas pelayanan kesehatan.

b. Setiap ruang atau setiap kumpulan ruang Kelompok 2 beserta semua


ruang yang bersebelahan tetapi berfungsi sebagai bagian dari ruang
Kelompok 2 harus tersedia paling sedikit satu transformator. Lebih dari
satu transformator dapat dihubungkan paralel jika semuanya melayani
satu ruang atau kumpulan ruang.

c. 1) Mengingat syarat yang ketat bagi keandalan catu daya listrik,


maka gawai proteksi transformator tersebut pada butir VII.C.5.b)
harus sedemikian rupa sehingga pada hubung bumi pertama
aliran listrik tidak terputus (misalnya transfomator ditempatkan di
atas insulasi)

2) Setiap ruang yang termasuk Kelompok 2 harus disediakan paling


sedikit 2 (dua) buah kotak kontak. Khusus dalam ruang operasi
harus disediakan paling sedikit 5 buah kotak kontak yang
tersambung pada sekurang-kurangnya tiga sirkit akhir (jika
mungkin tiga fase yang berlainan) dan dipasang paling sedikit
1,25 m dari lantai.

60 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


d. Sebagai proteksi hubung pendek dan beban lebih dari sirkit beban
hanya boleh digunakan pemutus sirkit arus lebih. Pemutus sirkit ini
harus bekerja secara selektif dengan gawai proteksi yang dipasang di
depannya.

e. Transformator tersebut di atas harus mempunyai kumparan yang


terpisah, dan berinsulasi ganda yang diperkuat. Beberapa syarat
tambahan :

1) Voltase nominal pada sisi sekunder tidak boleh lebih dari 230 V;
hal itu berlaku juga untuk voltase antara fase pada voltase fase
tiga.

2) Transformator harus dilengkapi dengan pelindung statis antara


lilitan primer dan lilitan sekunder. Pelindung ini harus dapat
disambungkan pada ekuipotensial khusus atau konduktor proteksi
dengan konduktor berinsulasi.

CATATAN : Mengingat pemakaian, pengaruh kegagalan listrik, dan arus bocor


maka
a) daya pengenal transformator harus antara 3,15 kVA, dan 8
kVA;

b) gawai proteksi insulasi harus dipasang secara sistematis.

f. Setiap sistem IT harus dilengkapi dengan gawai monitor insulasi yang


memenuhi syarat berikut:

1) Impedans arus bolak-balik (Zi) dari monitor tersebut paling sedikit


100 k:. Voltase ukurnya harus 24 V a.s.; arus ukur tidak boleh
melebihi 1 mA, juga pada keadaan hubung pendek ke bumi yang
sempurna dari salah satu fase.

2) Harus ada isyarat bila resistans insulasi turun sampai 50 k:.

3) Setiap ruang atau kumpulan ruang, di tempat yang mudah terlihat


atau terdengar, harus dipasang aparat pemberi isyarat dan dalam
ruang itu harus selalu ada petugas.

Aparat pemberi isyarat tersebut berupa:

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 61


a) lampu berwarna hijau yang menyala sebagai isyarat bahwa
aparat pemberi isyarat sedang digunakan;

b) lampu berwarna kuning yang menyala jika nilai insulasi


berada di bawah nilai yang sudah ditentukan. Lampu ini tidak
dapat dipadamkan atau dinyalakan lewat sakelar.

c) isyarat bunyi dipasang paralel dengan lampu berwarna


kuning yang dapat dihentikan, tetapi tidak dapat diputuskan.

d) tombol tekan untuk uji coba.

4) Untuk setiap konduktor proteksi harus dipasang sebuah resistans


coba 42 k: melalui tombol tekan untuk uji coba sesuai dengan
butir VII.C.5.f.3) antara konduktor fase dan konduktor proteksi.

6 Gawai Proteksi Arus Sisa (GPAS)

a. Resistans pembumian RE haruslah :

ଶହ
ா ூοಿ

dengan :

I'N = arus operasi sisa pengenal yang mentripkan (membidaskan)


GPAS.

b. GPAS harus mempunyai proteksi arus operasi sisa pengenal tidak lebih
dari 30 mA.

7. Konduktor proteksi

a. Konduktor proteksi di PHBK

1). Untuk setiap sirkit beban harus dipasang satu konduktor proteksi
tersendiri, mulai dari PHBK utama bangunan atau sambungan
rumah. Untuk ruang praktek dokter dari ruang Kelompok 1,
konduktor proteksi ini dipasang mulai dari PHBK cabang untuk
ruang praktek dokter tersebut.

62 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


Bila menggunakan sistem TN, konduktor proteksi dan konduktor
fase harus berada dalam satu pipa atau merupakan salah satu
konduktor dari kabel berinti banyak.

2) Penampang konduktor proteksi harus sekurang-kurangnya sesuai


dengan PUIL.

b. Konduktor proteksi pada sirkit beban

1) Tidak diizinkan menggunakan sebuah konduktor bersama untuk


lebih dari satu sirkit beban, kecuali bila digunakan konduktor
bersama menurut catatan butir VII.7.b.2) di bawah ini.

Kontak proteksi dari kotak kontak yang berdekatan dari berbagai


sirkit beban boleh dihubungkan yang satu dengan yang lain. Pada
unit instalasi yang sudah berupa barang jadi dari pabrik (seperti rel
untuk pencahayaan), konduktor proteksi, dan ekuipotensial yang
sudah terpasang pada perlengkapan pakai dapat dihubungkan
melalui rel yang disambungkan dengan konduktor berpenampang
paling sedikit 16 mm2 Cu, kepada rel konduktor proteksi dari
PHBK yang bersangkutan atau rel ekuipotensial sesuai .

2). Resistans antara rel konduktor proteksi yang terakhir dengan


kontak proteksi dari kotak kontak atau dengan kontak konduktor
proteksi pada perlengkapan pakai, tidak boleh lebih dari 0,2 :
untuk ruang Kelompok 2.

CATATAN Dengan memperhitungkan resistans kontak, syarat ini berarti,


2
bahwa untuk penampang minimum 2,5 mm Cu, panjangnya hanya
maksimum 20 m; keterbatasan itu dapat di atasi, dengan cara:
1) memperbanyak PHBK cabang; atau
2) memasang sejumlah rel konduktor proteksi yang saling dihubungkan
2
dengan penampang minimum 16 mm Cu dan tersambung terus sampai
dengan PHBK.
c. Dalam PHBK dan pada rel konduktor proteksi, setiap konduktor proteksi
harus diberi tanda yang jelas sesuai dengan gambar instalasi.

d. Konduktor proteksi harus ditandai sesuai dengan PUIL dan berinsulasi


untuk voltase nominal 500 V.

8. Ekuipotensial khusus.

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 63


Dalam ruang fasilitas pelayanan kesehatan harus terpasang ekuipotensial.
Semua bagian yang bersifat konduktor harus dihubungkan ke ekuipotensial
itu jika resistansnya terhadap konduktor proteksi lebih kecil dari 7 k:.

Selain itu dalam ruang Kelompok 2, semua bagian yang bersifat konduktor di
dalam daerah 2,5 m dari tempat penderita harus dihubungkan ke
ekuipotensial jika resistannya terhadap konduktor proteksi lebih kecil dari 2,4
k:. Pengujian dilakukan dengan voltase searah paling sedikit 100 V. Syarat
ini tidak berlaku untuk bagian konduktif yang diinsulasi sehingga sentuhan
tidak langsung dapat dihindarkan.

a. Barang berikut harus selalu dihubungkan dengan konduktor


ekuipotensial khusus:

1) semua pipa logam;

2) pelindung terhadap medan listrik yang mengganggu dan lantai


yang bersifat konduktor;

3) rel penahan perlengkapan dan sistem kanal;

4) BKT perlengkapan magun berinsulasi proteksi yang mungkin


tersentuh, dan BKT perlengkapan dengan voltase ekstra rendah;

5) perlengkapan yang bersifat konduktor yang mungkin tersentuh


atau biasa disentuh (misalnya meja operasi, pipa gas, bak mandi
kecuali bak untuk elektrogalvanisasi).

b. Konduktor ekuipotensial dan rel ekuipotensial

1) Konduktor ekuipotensial yang disebut dalam butir VII.C.8.a harus


dihubungkan pada rel ekuipotensial.

Rel konduktor proteksi tersebut dalam butir VII.C.7 dan rel


ekuipotensial harus berada dalam satu kotak.

2) Kedua rel di atas harus dihubungkan ke konduktor yang


berpenampang minimum 16 mm2 Cu, dan harus dapat dilepas.

3) Konduktor ekuipotensial dengan penampang minimum 4 mm2 Cu


harus berinsulasi untuk voltase nominal minimum 500 V dan diberi
warna loreng hijau-kuning.

64 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


4) Antar rel ekuipotensial dari ruang atau kelompok ruang yang
dilengkapi aparat ukur atau aparat pengamat yang sama
fungsinya (misalnya perlengkapan untuk fungsi voltase aksi organ
tubuh), harus dipasang konduktor ekuipotensial khusus dengan
penampang minimum 16 mm2 Cu.

5) Pada rel ekuipotensial harus tersambung konduktor ekuipotensial


secara teratur dan jelas, mudah dilepas dan disambungkan,
ditandai dengan jelas dan permanen menurut fungsinya.

6) Bagian konduktif yang termasuk dalam ekuipotensial yang sama,


semuanya harus secara langsung tersambung ke rel
ekuipotensial.

Bagian konduktif, seperti pipa gas dalam satu ruang boleh


disambungkan ke rel ekuipotensial.

7) Dalam ruang Kelompok 2 harus disediakan alat penghubung satu


kutub yang sudah diamankan terhadap kemungkinan terlepas
tanpa sengaja, untuk memungkinkan penyambungan konduktor
ekuipotensial bagi perlengkapan pasangan tidak tetap yang
digunakan dalam ruang itu.
CATATAN : Dianjurkan agar alat penghubung ini disediakan juga dalam ruang
pelayanan kesehatan lainnya.
8) Untuk ruang Kelompok 2 berlaku juga hal berikut :

Resistans antara rel ekuipotensial di satu pihak, dan semua


bagian yang terhubung pada ekuipotensial itu termasuk juga alat
penghubungnya dipihak lain, tidak boleh lebih dari 0,2 :. Antara
rel ekuipotensial disatu pihak dan perlengkapan atau bagiannya
yang terpasang magun dan terhubung pada konduktor proteksi
atau konduktor ekuipotensial dipihak lain, dalam jarak 2,5 m dari
tempat penderita, tidak boleh ada voltase lebih besar dari 10 mV
dalam keadaan gangguan.

CATATAN : Bila setelah dilakukan tindakan penyamaan voltase dan dalam


keadaan tanpa gangguan, pada BKT yang menuju ke daerah aman yang masih
terdapat voltase 10 mV, maka harus:
a) dipasang sekat insulasi;
b) dilapisi atau diselubungi dengan insulasi.
CONTOH :
Sebagai contoh pelaksanaan ekuipotensial dengan rel penyama voltase lihat
Gambar VII.C.8.a.8) - 1 dan gambar VII.C.8.a.8) - 2 .

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 65


Gambar VII.C.8.a.8) - 1 Contoh instalasi ruang operasi dengan ekuipotensial

Catatan keterangan gambar VII.C.8.a.8) - 1:


1. Perlengkapan yang terpasang permanen dengan voltase ! 5 kV

66 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


2. Aparat rontgen
3. Aparat elektromedik
4. Lampu operasi
5. Pencahayaan ruang
6. Perlengkapan dengan insulasi pelindung
7. Perlengkapan untuk tindakan proteksi, dengan konduktor proteksi
8. Panel dengan tanda-tanda akustis dan optis, tombol uji coba, dan tombol PE
9. Kemungkinan penyambungan untuk pemberitahuan keadaan insulasi jarak
jauh
10. Meja operasi
11. Instalasi gas, air dan pemanas ruang
12. Tusuk kontak 5 kutub
13. Jaring pembuang dari lantai yang bersifat konduktor
14. Aparat penjaga nilai insulasi
15. Catu daya pengganti khusus (CDPK)
16. Ekuipotensial dan rel konduktor proteksi
17. Gawai proteksi arus bocor dengan I'N d 30 mA.
16. Gawai proteksi arus bocor dengan I'N d 30 mA.
19. Gawai proteksi arus bocor dengan I'N d 30 mA.
20. Penjaga nilai voltase dan perlengkapan pindah sambung
21. Perlengkapan penyambung untuk ekuipotensial
23. Monitor Gantung
24. Unit 220 V dan 240 V untuk lampu operasi
25. Lampu pemberitahuan bagi CDPK
26. Dinding penyekat

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 67


Gambar VII.C.8.a.8) - 2 Contoh ekuipotensial di ruang operasi

Catatan keterangan gambar VII.C.8.a.8) - 2:


1. Gawai rontgen atau alat lain dengan daya t 5 kVA
2. Perlengkapan penyambungan untuk ekuipotensial
3. Lemari instrumen pada resistan 24 mili: terhadap rel konduktor proteksi PE

68 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


4. Lampu operasi
5. Meja operasi
6. Pelindung konduktor
7. Transformator untuk sistem konduktor pelindung dengan pelindung statis
8. Perlengkapan pengukur insulasi
9. PHBK untuk ruang operasi
10. Instalasi gas, air dan pemanas ruang
11. Dinding penyekat

Gambar VII.C.8.a.8) - 3
Daerah (zone) rawan di ruang operasi yang menggunakan anastetik mampu bakar berupa
campuran gas anastetik dan bahan pembersih
Catatan keterangan gambar VII.C.8.a.8) – 3 :
1. Masukan sistem tata udara
2. Kolom gas anastetik
3. Perlengkapan medik
4. Lampu operasi
5. Penderita
6. Sakelar injak
7. Zone M
8+9 Perlengkapan gas anastetik
10. Keluaran sistem tata udara
11. Zone G.

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 69


D Tindakan proteksi terhadap bahaya ledakan dan kebakaran

1. Proteksi terhadap ledakan

a. . Di dalam daerah bahaya ledakan, ruang fasilitas pelayanan kesehatan,


hanya boleh dipasang perlengkapan berikut :

1) Perlengkapan elektromedik jenis ”G” dan ”M” (perlengkapan


dengan uji anastesi);

2) (dalam Zone M) juga perlengkapan listrik lainnya yang sesuai


dengan butir VII.D.1.a.1).

CATATAN : Yang dimaksud dengan daerah bahaya ledakan ialah:


Zone G, juga disebut sistem gas medis tertutup, mencakup seluruh rongga (tidak
selalu harus tertutup) yang secara terus menerus ataupun tidak, membuat,
menggunakan, dan dialiri campuran gas yang mudah meledak dalam jumlah sedikit
(tidak termasuk udara yang mudah meledak).
Zone M, juga disebut daerah sekitar kegiatan medis, mencakup bagian dari ruang
tempat udara yang mudah meledak dapat terbentuk sebagai akibat penggunaan
bahan analgetik pembersih kulit, atau disinfektan dalam jumlah sedikit dan dalam
waktu yang singkat.
b. Bila dalam hal luar biasa di ruang fasilitas pelayanan kesehatan sesuai
dengan fungsinya dapat timbul zone bahaya ledakan yang lain dari
zone G dan M, di zone tersebut berlaku ketentuan dalam PUIL, butir
VII.D.1.a.1) tentang Ruang dengan bahaya kebakaran dan ledakan.

c. Perlengkapan listrik yang dapat menimbulkan percikan api, baik dalam


keadaan biasa maupun saat ada gangguan, harus sekurang-kurangnya
berada 20 cm dari tempat gas keluar (misal, gas anastesi) dan tidak
boleh berada pada arah arus gas.

2. Proteksi dari kebakaran

Bila bagian perlengkapan mencakup pipa yang berisi gas yang memudahkan
terjadinya kebakaran, misalnya zat asam atau gas gelak (N20), untuk bagian
ini berlaku hal berikut :

a. Tempat ke luar gas harus berjarak minimum 20 cm dari bagian


perlengkapan listrik yang dapat menimbulkan percikan api yang dapat
menyulut gas, baik dalam keadaan biasa maupun bila ada gangguan.

70 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


Perlengkapan listrik tadi tidak boleh ditempatkan pada arah gas
mengalir.

b. Bila konduktor listrik dan pipa untuk gas yang memudahkan terjadinya
kebakaran dipasang bersama-sama dalam satu jalur, pipa, atau kotak,
maka konduktor listrik harus minimum memenuhi syarat untuk jenis
NYM.

Untuk kabel telepon hanya diperlukan tindakan pencegahan, bila hasil


perkalian dari voltase tanpa beban dan arus hubung pendek melebihi
10 VA.

E Catu Daya Pengganti Khusus (CDPK)

1. Bila aliran listrik terputus dalam ruang pelayanan kesehatan Kelompok 1 dan
2, perlengkapan seperti yang disebutkan dalam butir VII.E.2 harus dapat
bekerja terus dengan daya dari suatu CDPK, dengan mengindahkan
ketentuan di bawah ini:

CDPK tidak dapat mengganti CDP seperti yang disyaratkan, sebaliknya CDP
yang sesuai tidak dapat menggantikan CDPK.

CONTOH :

CDPK dalam sistem distribusi instalasi listrik pada fasilitas pelayanan


kesehatan diberikan dalam butir VII.E.1.

CATATAN : Dalam hal ini masing-masing ketentuan yang berlaku dalam persyaratan
pembangunan rumah sakit harus dipenuhi.

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 71


Gambar VII.C.4

Contoh sistem distribusi instalasi listrik pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan

2 Menghubungkan perlengkapan

a Dalam setiap ruang bedah atau ruang kegiatan medis lain yang dapat
digolongkan pada Kelompok 1 dan 2, sekurang-kurangnya harus ada
seperangkat lampu bedah yang dapat dinyalakan dengan tenaga dari
CDPK, misalnya dari baterai.

Waktu pindah beban paling lambat 0,5 detik.

Padamnya satu lampu dari seperangkat lampu tidak boleh


menghentikan kegiatan pembedahan.

b Pada CDPK harus juga terhubung lampu pencahayaan khusus bila


padamnya pencahayaan umum akan membahayakan penderita.

c Perlengkapan medis yang digunakan untuk menjamin kesinambungan


fungsi bagian badan manusia yang penting, harus dapat berjalan
normal kembali selambat-lambatnya dalam waktu 10 detik.

72 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


d CDPK dapat juga dihubungkan dengan sirkit lain dari sistem konduktor
proteksi dari ruang Kelompok 2 sesuai dengan butir VII.C.5, bila CDPK
tersebut memang sudah direncanakan untuk itu. Jika tidak semua kotak
kontak tersambung pada CDPK, kotak kontak yang tersambung
padanya harus diberi tanda yang jelas dan permanen.

3 Persyaratan umum

a. CDPK harus terjamin kerjanya sekurang-kurangnya selama 3 jam.

b. CDPK harus secara otomatis mengambil alih beban bila:

1) voltase jaringan umum turun lebih dari 10 %

2) voltase pada PHBK hilang, paling sedikit pada satu konduktor


fase.

Penghubungan kembali pemanfaatan listrik pada jaringan umum atau


CDP harus dilaksanakan dengan penangguhan waktu secukupnya.

c. Tindakan proteksi terhadap sentuh tak langsung harus tetap


dilaksanakan, bila menggunakan CDPK. Syarat menurut butir VII.C.5
tidak perlu dipenuhi bila tindakan proteksi dengan konduktor proteksi
menurut butir VII.C tetap dipertahankan.

CATATAN : Dengan pengecualian ini maka pada beban yang kecil sumber daya
bekerja lebih ringan karena arus mula dari transformator untuk sistem konduktor
proteksi tidak ada.
d. Bekerjanya CDPK dalam setiap ruang atau kelompok ruang harus
disertai isyarat yang mudah terlibat.

CATATAN : Untuk mengamankan pemberian daya, sebaiknya ditambah juga alat


ukur beban dengan penunjukan beban tertinggi yang dapat diberikannya.
e. Pembangkit tenaga listrik harus dipasang di luar ruang pelayanan
kesehatan, kecuali pembangkit tenaga listrik pengganti rendah.

Semua kabel dan konduktornya harus terpisah dan berjarak minimum 5


cm dari kabel konduktor listrik lainnya atau dipisahkan dengan sekat
yang tidak mudah terbakar. Kabel dan konduktor ini tidak boleh ditarik
melintasi ruang dengan bahaya kebakaran, dan harus dilindungi dari
kemungkinan kerusakan mekanik.

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 73


f. Untuk gambar instalasi listrik, PHBK, dan konduktor berlaku ketentuan
dalam PUIL.

g. Bila CDPK harus melayani lebih dari satu sirkit, selektivitas proteksi
arus lebih harus terjamin bila terjadi hubung pendek.

h. Bila menggunakan CDPK, perubahan voltase yang lebih besar dari r


10% voltase nominal pada titik sambung dengan perlengkapan pakai,
hanya diizinkan bila berlangsung tidak lebih dari waktu alih beban
seperti dimaksud pada butir VII.C.2.a.

4 Pembangkit Tenaga Listrik (PTL)

a. PTL dengan mesin penggerak harus memenuhi syarat dalam PUIL,


sejauh tidak ditentukan lain dalam bab VII.

b. Batere yang diperkenankan untuk digunakan sebagai CDPK hanya


jenis Ni-Cd atau batere Pb dengan permukaan kutub positif yang luas.
Batere kendaraan bermotor tidak boleh digunakan.

c. Memelihara muatan baterai

1) Keadaan muatan batere harus terjamin dengan sistem otomat


pengisian muatan.

2) Perlengkapan pengisian harus dibuat sedemikian rupa sehingga


batere yang telah bekerja selama 3 jam terus menerus dengan
beban nominal pada cos M = 0,8, dapat diisi penuh kembali dalam
waktu 6 jam.

3) Bila suatu CDP yang sesuai dengan butir VII.H.2.a tersedia,


batere dari CDPK harus juga terhubung pada CDP ini agar
muatannya terjamin bila jaringannya terganggu.

F Menguji instalasi

1 Agar instalasi listrik dapat digunakan dengan baik, instalasi itu perlu diulang
uji secara berkala dan pengguna instalasi harus mempunyai dokumen
berikut:

74 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


a) diagram umum (diagram listrik dalam bentuk sederhana) PHBK,
termasuk catu daya pengganti umum dan catu daya pengganti khusus;

b) gambar instalasi listrik sesuai dengan PUIL;

c) petunjuk penggunaan dan pemeliharaan;

d) buku uji atau berita acara pengujian mengenai hasil semua pengujian
sesuai dengan peraturan yang berlaku.

2. Pengujian sebelum penggunaan yang pertama dilakukan sesuai dengan


PUIL.

3. Pengujian tambahan pada penggunaan pertama

a. Resistans konduktor proteksi dan konduktor ekuipotensial harus diuji.

b. Pengujian menurut PUIL harus dilakukan sedapat mungkin pada saat


instalasi seluruh bangunan mengalami pembebanan penuh; semua
perlengkapan elektromedik baik yang tetap maupun yang randah,
dihidupkan atau dinyalakan.

Pengukuran harus dilakukan dengan voltmeter voltase efektif dengan


resistan dalam sekitar 1 k:.

Daerah frekuensi voltmeter tersebut hendaknya tidak melampaui terlalu


jauh dari 1 kHz.

c. CDPK harus diuji menurut bab VII.E.

4. Pengujian setelah instalasi diubah dan atau ditambah

a. Instalasi listrik dalam ruang fasilitas pelayanan kesehatan yang


dipasang sesuai dengan ketentuan ini, setelah mengalami perubahan
atau penambahan harus tetap memenuhi syarat dalam ketentuan ini.

b. Untuk itu, instalasi harus diuji sesuai dengan butir VII.F.2 dan butir
VII.F.2.b. Gambar instalasi listrik dan diagram PHBK harus diperbaiki
jika terjadi perubahan atau penambahan pada instalasi.

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 75


5. Pengujian berkala

a Untuk mempertahankan tingkat keamanan yang tinggi dari seluruh


instalasi haruslah dilakukan pengujian berkala terhadap instalasi yang
digunakan.

b Hasil pengujian harus dicatat dalam buku uji sesuai dengan butir
VII.F.1.

c Pengujian berkala dilaksanakan sebagai berikut:

1). Pengujian sesuai dengan bab VII.F harus dilakukan oleh orang
juru sekurang-kurangnya setahun sekali.

2). Pengujian monitor insulasi dan sakelar proteksi arus sisa harus
dilakukan oleh petugas yang ditunjuk dengan menekan tombol uji
sekurang-kurangnya setengah tahun sekali.

3). Uji coba CDPK harus dilakukan dengan pembebanan sekurang-


kurangnya 50 % daya nominal : selama 15 menit untuk catu daya
statis dan konverter berputar dan 60 menit untuk catu daya
dinamis, dilaksanakan oleh petugas sekurang-kurangnya sebulan
sekali sesuai dengan petunjuk pembuat perlengkapan catu daya.

76 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


BAB VIII

KETENTUAN UNTUK PROTEKSI DASAR


CATATAN Ketentuan untuk proteksi dasar memberikan proteksi pada kondisi normal dan diterapkan jika
ditentukan sebagai bagian tindakan proteksi yang dipilih

A Insulasi dasar bagian aktif


CATATAN Insulasi dimaksudkan untuk mencegah sentuh dengan bagian aktif
Bagian Aktif harus tertutup seluruhnya dengan insulasi yang hanya dapat dilepas dengan
merusaknya.

Untuk perlengkapan, insulasi harus memiliki standar relevan untuk perlengkapan listrik

B Penghalang atau Selungkup


CATATAN Penghalang atau selungkup dimaksudkan untuk mencegah sentuh dengan bagian aktif

1 Bagian aktif harus berada di dalam selungkup atau di belakang penghalang


yang memberikan tingkat proteksi sekurang-kurangnya IPXXB atau IP2X,
kecuali jika terjadi lubang yang lebih besar selama penggantian bagian,
misalnya fiting lampu atau sekering tertentu, atau jika diperlukan lubang yang
lebih besar agar perlengkapan dapat berfungsi dengan baik menurut
persyaratan relevan untuk perlengkapan tersebut, maka :

a harus diambil tindakan pencegahan yang sesuai untuk mencegah


manusia atau ternak menyentuh bagian aktif secara tidak sengaja, dan

b harus dapat dipastikan sejauh dapat dipraktikkan, supaya manusia


peduli bahwa bagian aktif dapat tersentuh melalui lubang dan
sebaiknya tidak disentuh dengan sengaja , dan

c lubang harus sekecil mungkin, konsisten dengan persyaratan untuk


berfungsinya secara baik dan untuk penggantian bagian.

2 Permukaan bagian atas horizontal penghalang atau selungkup yang mudah


di akses harus memberikan tinggkat proteksi sekurang-kurangnya IPXXD
atau IP4X.

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 77


3 Penghalang dan selungkup harus terpasang dengan kokoh di tempatnya dan
mempunyai kestabilan dan daya tahan yang memadai untuk
mempertahankan tingkat proteksi yang disyaratkan dan pemisahan yang
memadai dari bagian aktif dalam kondisi pelayanan normal yang dikenal,
dengan memperhitungkan pengaruh eksternal yang relevan.

4 Jika diperlukan untuk melepaskan penghalang atau membuka selungkup


atau melepas bagian selungkup, hal ini hanya mungkin :

a dengan menggunakan kunci atau perkakas menggunakan kunci atau


perkakas, atau

b setelah diskoneksi suplai ke bagian aktif yang diberi proteksi oleh


penghalang atau selengkup tersebut, pemulihan suplai hanya
dimungkinkan setelah penggantian atau penutupan balik penghalang
atau selungkup, atau

c jika ada penghalang antara yang memberikan tingkat proteksi


sekurang-kurangnya IPXXB atau IP2X untuk mencegah sentuh dengan
bagian aktif, maka penghalang antara tersebut hanya dapat dilepas
dengan mengunakan kunci atau perkakas

5 Jika dibelakang penghalang atau di dalam selungkup, perlengkapannya


terpasang dapat menyimpan muatan listrik berbahaya setelah disakelar off
(Kapasitor, dan sebagainya), diperluakan label peringatan. Kapasitor kecil
misalnya yang digunakan untuk pemadaman busur, untuk penundaan
respons relai, dan sebagai. Tidak dianggab berbahaya.

CATATAN Sentuh tidak sengaja tidak dianggap berbahaya jika voltase yang yang dihasilkan
dari muatan satik turun di bawah 120 V a.s dalam waktu kurang dari 5 detik setelah
dikoneksi dari suplai daya

78 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


BAB IX

PENUTUP

Persyaratan teknis prasarana instalasi elektikal rumah sakit ini diharapkan dapat
digunakan sebagai rujukan oleh pengelola rumah sakit, penyedia jasa kontruksi,
pemerintah daerah, dan instansi yang terkait dengan kegiatan pengaturan dan
pengendalian penyelenggaraan pembangunan prasarana instalasi elektrikal guna
menjamin keselamatan rumah sakit dan lingkungan terhadap bahaya elektrikal.

Persyaratan teknis yang lebih spesifik dan atau yang bersifat alternatif serta penyesuaian
persyaratan prasarana instalasi elektikal pada rumah sakit oleh masing-masing daerah
disesuaikan dengan kondisi dan kesiapan kelembagaan di daerah.

Sebagai pedoman/petunjuk kelengkapan dapat digunakan Standar Nasional Indonesia


(SNI) terkait lainnya.

MENTERI KESEHATAN,

ENDANG RAHAYU SEDYANINGSIH

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 79


80 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit
PENYUSUN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Pembina : dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH

Pengarah : dr. Supriyantoro, Sp.P,MARS


- dr. Zamrud Ewita Aldy, Sp.PK,MM
- Sukendar Adam, DIM, M.Kes
- Ir. Azizah
- Ir. Hanafi. MT
- Erwin Burhanuddin. ST
- R. Aryo Seto, ST

Pelaksana : Elizabeth S. Sampelino, ST, MM


- Irvan, ST, MBAT

Nara Sumber
Wakil-wakil instansi Pemerintah, Asosiasi, Akademisi, Pemeritah

Kelompok Kerja

Ir. Sukartono Soewarno Persatuan Insinyur Indonesia


Ir Bartien Sayogo Yayasan Peraturan Umum Instalasi Listrik
Ir. Sukarno Yayasan Peraturan Umum Instalasi Listrik
Ir. Taufik Izwan , MT, MM Pusat Sarana Prasarana dan Peralatan
Kesehatan
Ir. Sodikin Sodek, M.Kes RSUP Fatmawati Jakarta
Tommy I Pangaribuan, ST, MT Dinas P2B Prop.DKI Jakarta
Ir. Handoyo Tanjung Ikatan Ahli Fisika Bangunan Indonesia
Ir. Rachmat Nugroho, MBAT Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan
Surabaya
Ir. Daniel Mangindaan Himpunan Ahli Elektro Indonesia
Yohanes Kho, Dipl. Ing Konsultan Listrik
Ir. Hilman Hamid Konsultan Perencana
Ir. Nurfulela, MT Akademisi

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 81


PEDOMAN TEKNIS PRASARANA RS :
SISTEM INSTALASI GAS MEDIK DAN
VAKUM MEDIK

DIREKTORAT BINA PELAYANAN PENUNJANG MEDIK DAN SARANA KESEHATAN


SUB DIREKTORAT BINA SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN
TAHUN 2012
DAFTAR ISI

1 Penggunaan 1
2 Sifat bahaya dari sistem gas dan vakum 1
3 Sumber 1
4 Katup 37
5 Stasiun outlet I inlet 41
6 Rakitan buatan pabrik 42
7 Rel gas medik (RGM) yang terpasang pada permukaan 44
8 Indikator tekanan dan vakum 45
9 Sistem peringatan 45
10 Distribusi 50
11 Penamaan dan identifikasi 60
12 Kriteria dan uji kinerja (gas, vakum medik-bedah, dan BSGA) 63
13 Pengoperasian dan manajemen 75

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | iii
Persyaratan Teknis Sistem Instalasi Gas Medik dan Vakum
Medik Rumah Sakit

1 Penggunaan.
1.1 Ketentuan ini berlaku wajib untuk Rumah sakit yang menggunakan sistem instalasi gas
medik dan vakum medik.
1.2 Bila terdapat istilah gas medik atau vakum, ketentuan tersebut berlaku bagi semua sistem
perpipaan untuk oksigen, nitrous oksida, udara medik, karbon dioksida, helium, nitrogen, vakum
medik untuk pembedahan, pembuangan sisa gas anestesi, dan campuran dari gas-gas tersebut.
Bila terdapat nama layanan gas khusus atau vakum, maka ketentuan tersebut hanya berlaku bagi
gas tersebut.
1.3 Suatu sistem yang sudah ada yang tidak sepenuhnya memenuhi ketentuan ini boleh tetap
digunakan sepanjang pihak yang berwenang telah memastikan bahwa penggunaannya tidak
membahayakan jiwa.

2 Sifat bahaya dari sistem gas dan vakum.


Potensi bahaya kebakaran, ledakan dan lainnya yang berkaitan dengan sistem perpipaan sentral
gas medik dan sistem vakum bedah-medik harus dipertimbangkan dalam perancangan, pemasangan,
pengujian, pengoperasian dan pemeliharaan dari sistem ini.

3 Sumber.

3.1 Identifikasi dan pelabelan sistem pasokan sentral.


3.1.1 Silinder dan kontainer yang boleh digunakan hanya yang dibuat, diuji, dan dipelihara
sesuai spesifikasi dan peraturan atau standar yang berlaku.
3.1.2 Isi silinder harus diidentifikasi dengan suatu label atau cetakan yang ditempelkan pada
silinder dan kontainer yang menyebutkan isi silinder sesuai ketentuan yang berlaku.
3.1.3 Sebelum digunakan isi silinder dan kontainer harus dipastikan.
3.1.4 Label tidak boleh dirusak, diubah, atau dilepas, dan fiting penyambung tidak boleh
dimodifikasi.

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 1


3.1.5 Pintu ruangan yang berisi gas medik selain dari oksigen dan udara medik harus berlabel
sebagai berikut:
AWAS
Gas Medik
Dilarang Merokok atau Menyalakan Api
Oksigen Dalam Ruangan Mungkin Tidak Cukup
Buka Pintu dan Biarkan Ruangan Terventilasi Sebelum Masuk

3.1.6 Pintu ruangan yang berisi sistem pasokan sentral atau silinder yang hanya berisi oksigen
atau udara medik harus berlabel sebagai berikut:
AWAS
Gas Medik
Dilarang Merokok atau Menyalakan Api

3.2 Pengoperasian sistem pasokan sentral.


3.2.1 Dilarang penggunaan adaptor atau fiting konversi untuk menyesuaikan fiting khusus suatu
gas ke fiting gas lainnya.
3.2.2 Silinder dan kontainer harus ditangani sesuai bab 13 secara ketat.
3.2.3 Hanya silinder gas medik dan kontainer yang dapat diisi ulang, serta kelengkapannya
yang boleh disimpan dalam ruangan tempat sistem pasokan sentral.
3.2.4 Dilarang menyimpan bahan mudah menyala, silinder berisi gas mudah menyala atau
kontainer berisi cairan mudah menyala, dalam ruangan bersama silinder gas medik.
3.2.5 Dibolehkan pemasangan rak kayu untuk menyimpan silinder gas medik.
3.2.6 Bila silinder dibungkus pada saat diterima, pembungkus tersebut harus dibuang sebelum
disimpan.
3.2.7 Tutup pelindung katup harus dipasang erat pada tempatnya bila silinder sedang tidak
digunakan.
3.2.8 Dilarang menggunakan silinder tanpa penandaan yang benar, atau yang tanda dan fiting
untuk gas spesifik tidak sesuai.
3.2.9 Unit penyimpan cairan kriogenik yang dimaksudkan memasok gas ke fasilitas dilarang
digunakan untuk mengisi ulang bejana lain.
3.2.10 Tidak diperkenankan memindahkan oksigen dari satu silinder ke silinder lain.

2 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


3.3. Penempatan sistem pasokan sentral.
3.3.1 Penempatan sistem pasokan sentral harus memenuhi kriteria dalam butir 3.3.1.1 sampai
3.3.1.10.
3.3.1.1 Setiap sistem berikut boleh ditempatkan bersama dalam satu konstruksi pelindung di luar
bangunan (outdoor) :
(1) manifol untuk silinder gas tanpa sumber cadangan. (lihat butir 3.4.9);
(2) manifol untuk silinder gas dengan sumber cadangan;
(3) manifol untuk silinder cairan kriogenik (lihat butir 3.4.10);
(4) sistem cairan kriogenik curah (lihat butir 3.4.11).
3.3.1.2 Setiap sistem berikut ini boleh ditempatkan bersama dalam satu konstruksi pelindung di
dalam bangunan (indoor) :
(1) manifol untuk silinder gas tanpa sumber cadangan. (lihat butir 3.4.9);
(2) manifol untuk gas dengan sumber cadangan;
(3) manifol untuk silinder cairan kriogenik (lihat butir 3.4.10);
(4) cadangan darurat dalam bangunan (lihat butir 3.4.13);
(5) header siaga untuk udara instrumen (lihat butir 3.8.5).
3.3.1.3 Setiap sistem berikut ini boleh ditempatkan bersama dalam satu ruangan :
(1) sumber pasokan sentral kompresor udara medik (lihat butir 3.5.3);
(2) sumber vakum sentral bedah-medik (lihat butir 3.6);
(3) sumber pembuangan sentral sisa gas anestesi (lihat butir 3.7);
(4) sumber udara sentral instrumen (lihat butir 3.8).
3.3.1.4 Setiap sistem dalam butir 3.3.1.3 dilarang ditempatkan dalam satu ruangan yang sama
dengan setiap sistem dalam butir 3.3.1.1 atau 3.3.1.2, kecuali bila header cadangan untuk udara
medik atau udara instrumen memenuhi butir 3.4.13
3.3.1.5 Lokasi sistem pasokan sentral harus dipilih untuk memudahkan akses kendaraan
pengantar dan pengelolaan silinder (sebagai contoh: kedekatan dengan landasan bongkar-muat,
akses ke lif, pengangkutan silinder melalui daerah umum).
3.3.1.6 Lokasi dalam bangunan untuk gas oksigen, nitrous oksida, dan campuran dari gas-gas ini
tidak boleh berhubungan dengan yang berikut ini :
(1) daerah yang berhubungan dengan pelayanan pasien kritis;
(2) lokasi pelaksanaan anestesi;
(3) lokasi penyimpanan bahan mudah menyala;
(4) ruang yang berisi kontak listrik terbuka atau trafo;
(5) tangki penyimpan cairan mudah terbakar atau mudah menyala;
(6) mesin;
(7) dapur;
(8) daerah dengan nyala api terbuka.

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 3


3.3.1.7 Silinder yang sedang digunakan dan yang tersimpan harus dicegah agar tidak mencapai
temperatur melampui 54oC (130oF).
3.3.1.8 Sistem pasokan sentral untuk nitrous oksida dan karbon dioksida harus dicegah agar
tidak mencapai temperatur yang lebih rendah dari rekomendasi pabrik pembuat sistem pasokan
sentral, tetapi sama sekali tidak boleh lebih rendah dari –7oC (20oF) atau lebih tinggi dari 54 oC
(130oF).
3.3.1.9 Sistem pasokan sentral untuk oksigen dengan kapasitas terpasang dan tersimpan
seluruhnya 566 kiloliter (20 000 ft3) atau lebih, pada temperatur dan tekanan standar, harus
memenuhi ketentuan yang berlaku.
3.3.1.10 Sistem pasokan sentral untuk nitrous oksida dengan kapasitas terpasang dan tersimpan
seluruhnya 1451 kg (3200 lb) atau lebih pada temperatur dan tekanan standar harus memenuhi
ketentuan yang berlaku.

3.3.2 Perancangan dan pemasangan.


Lokasi sistem pasokan sentral dan penyimpanan gas-gas medik harus memenuhi persyaratan
berikut:
(1) Dipasang dengan akses yang mudah untuk memindahkan silinder, peralatan, dan
sebagainya, keluar dan masuk lokasi.
(2) Dijaga keamanannya dengan pintu atau gerbang yang dapat dikunci atau diamankan
dengan cara lain.
(3) Jika di luar bangunan, ruangan harus dilindungi dengan dinding atau pagar dari bahan
yang tidak mudah terbakar.
(4) Jika di dalam bangunan, harus dibangun dan menggunakan bahan interior yang tidak
mudah terbakar atau sulit terbakar sehingga semua dinding, lantai, langit-langit, dan
pintu sekurang-kurangnya mempunyai tingkat ketahanan api 1 jam.
(5) Jika peralatan listrik ditempatkan pada atau lebih tinggi dari 150 cm (5 ft) di atas lantai
untuk menghindari kerusakan fisik, harus memenuhi ketentuan atau standar yang
berlaku.
(6) Jika diperlukan pemanasan, harus dipanaskan dengan cara tidak langsung, (misalnya
dengan uap air atau air panas).
(7) Dilengkapi dengan rak, rantai, atau pengikat lainnya untuk mengamankan masing-
masing silinder, baik yang terhubung maupun yang tidak terhubung, penuh atau
kosong, agar tidak roboh.
(8) Dipasok dengan daya listrik yang memenuhi persyaratan sistem kelistrikan esensial.
(9) Apabila disediakan rak, lemari, dan penyangga, harus dibuat dari bahan tidak mudah
terbakar atau bahan sulit terbakar.

4 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


3.3.3 Ventilasi

3.3.3.1 Ventilasi di lokasi manifol


Lokasi yang berisi sistem pasokan sentral atau yang digunakan untuk menyimpan kontainer gas
medik, harus diberi ventilasi untuk mencegah akumulasi gas medik akibat kebocoran dan
pengoperasian alat keselamatan tekanan lebih dari silinder atau pipa manifol sesuai butir 3.3.3.1
(a) sampai 3.3.3.1 (g).
(a) Sistem pasokan sentral dalam bangunan harus mempunyai katup relief tekanan
(pressure release valve) yang melepaskan tekanan menurut butir 3.4.5.1 (5) hingga
(9).
(b) Bila volume total dari gas medik yang terhubung dan tersimpan lebih besar dari 85
kiloliter (3000 ft3), pada tekanan dan temperatur standar, lokasi pasokan sentral dalam
bangunan harus dilengkapi dengan sistem ventilasi mekanik khusus yang menyedot
udara pada ketinggian 300 mm (1 ft) dari lantai finis dan bekerja secara terus menerus.
(c) Sumber daya listrik untuk fan ventilasi mekanik harus memenuhi persyaratan sistem
kelistrikan esensial.
(d) Ventilasi alami dapat digunakan bila volume total dari gas medik yang tersambung dan
tersimpan lebih kecil dari 85 kiloliter (3000 ft3), pada tekanan dan temperatur standar,
atau gas bertekanan dalam ruang hanya udara medik.
(e) Bila ventilasi alami diperbolehkan, ventilasi tersebut harus terdiri dari dua bukaan
dengan kisi-kisi (louver), masing-masing mempunyai luas bebas minimum 465 cm2 (72
in2), satu ditempatkan dalam jarak 300 mm (1 ft) dari lantai finis dan yang lainnya lagi
dalam jarak 300 mm (1 ft) dari langit-langit.
(f) Bukaan dengan kisi-kisi untuk ventilasi alami tidak boleh diletakkan pada koridor akses
menuju eksit.
(g) Ventilasi mekanik harus disediakan jika persyaratan butir 3.3.3.1.(f) tidak dapat
dipenuhi.

3.3.3.2 Ventilasi untuk peralatan yang digerakkan motor


Lokasi sumber berikut harus diventilasikan dengan cukup untuk mencegah akumulasi panas:
(1) sumber udara medik (lihat butir 3.5);
(2) sumber vakum bedah-medik (lihat butir 3.6);
(3) sumber pembuangan limbah gas anestesi (lihat butir 3.7.1);
(4) sumber udara instrumen.

3.3.3.3 Ventilasi untuk lokasi di luar bangunan


Lokasi di luar bangunan yang dikelilingi oleh dinding yang tidak permanen harus mempunyai
bukaan ventilasi terlindung yang ditempatkan pada dasar tiap dinding untuk memungkinkan
sirkulasi udara secara bebas.

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 5


3.3.4 Penyimpanan
3.3.4.1 Silinder gas medik penuh atau kosong yang tidak tersambung dengan sistem distribusi
harus disimpan di tempat yang memenuhi butir 3.3.2 sampai 3.3.3 dan boleh berada dalam
ruangan bersama dengan sistem pasokan sentralnya.

3.4 Sistem pasokan sentral.


Sistem pasokan sentral boleh terdiri dari :
(1) manifol silinder untuk silinder gas sesuai butir 3.4.9;
(2) manifol untuk silinder cairan kriogenik sesuai butir 3.4.10;
(3) sistem cairan kriogenik curah sesuai butir 3.4.11;
(4) sistem kompresor udara medik sesuai butir 3.5;
(5) pembangkit vakum bedah-medik sesuai butir 3.6;
(6) penghisap limbah gas anestesi sesuai butir 3.7;
(7) sistem kompresor udara instrumen sesuai butir 3.8;
3.4.1 Sistem pasokan sentral dibolehkan dipasang sesuai petunjuk suplier yang memahami
pemasangan dan penggunaannya yang tepat.
3.4.2* Sistem pasokan sentral untuk oksigen, udara medik, nitrous oksida, karbon dioksida,
nitrogen dan semua gas medik lainnya tidak boleh disalurkan ke, atau digunakan untuk keperluan
apapun, selain untuk pelayanan pasien.
3.4.3 Bahan yang digunakan pada sistem pasokan sentral harus memenuhi persyaratan
berikut:
(1) slang penghubung pada bagian sistem yang dimaksudkan untuk menangani oksigen
pada tekanan relatif lebih besar dari 2070 kPa (300 psig), tidak boleh mengandung
bahan polimer;
(2) pada bagian sistem yang dimaksudkan untuk menangani oksigen atau nitrous oksida
pada tekanan relatif kurang dari 2070 kPa (300 psig), bahan konstruksi harus cocok
dengan oksigen pada tekanan dan temperatur terhadap mana komponen-komponen
tersebut terekspos dalam pewadahan dan penggunaan oksigen, nitrous oksida,
campuran gas-gas tersebut, atau campuran gas yang mengandung oksigen lebih dari
23,5 persen;
(3) bahan yang berpotensi terekspos temperatur kriogenik, harus dirancang untuk
pemakaian pada temperatur rendah;
(4) bahan yang dimaksudkan untuk pemakaian di luar bangunan, harus dipasang menurut
persyaratan pabrik pembuat.

6 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


3.4.4 Regulator tekanan pada saluran akhir
3.4.4.1 Semua sistem pasokan sentral bertekanan positip harus dilengkapi dengan regulator
tekanan saluran akhir jenis ganda (dupleks), yang dipasang paralel dengan katup isolasi/penutup
sebelum regulator tekanan, untuk memungkinkan perbaikan pada salah satu regulator tekanan
tanpa mengganggu pasokan. (gambar 3.4.4.1)

Gambar 3.4.4.1 Tipikal Regulator tekanan pada saluran akhir.

3.4.4.2 Alat indikator tekanan harus ditempatkan di bagian hilir setiap regulator tekanan.

3.4.5 Katup relief tekanan


3.4.5.1 Semua sistem pasokan sentral bertekanan positip harus dilengkapi dengan sekurang-
kurangnya satu katup relief tekanan yang memenuhi persyaratan berikut :
(1) dibuat dari bahan kuningan, perunggu, atau baja tahan karat;
(2) dirancang untuk pelayanan gas;
(3) ditempatkan antara katup outlet regulator saluran akhir dan katup sumber;
(4) di set pada 50 % di atas tekanan operasional normal sistem (lihat tabel 2); (hal.70)
(5) disalurkan ke bagian luar bangunan gedung, kecuali katup relief tekanan untuk sistem
udara tekan yang kurang dari 85 kiloliter ( 3000 ft3), pada tekanan dan temperatur
standar, boleh dilepas setempat;
(6) bila disalurkan ke luar, disambung ke pipa pelepasan berukuran sekurang-kurangnya
sama dengan outlet katup relief tekanan;

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 7


(7) bila banyak katup relief tekanan disalurkan ke dalam pipa ven bersama, pipa tersebut
harus mempunyai luas penampang “dalam” sama atau lebih besar dari jumlah luas
penampang “dalam” dari semua katup relief tekanan yang dilayani;
(8) bila disalurkan ke luar bangunan, dilepas ke daerah yang jauh dari bahan mudah
menyala dan bukan ke tempat mungkin membahayakan orang lewat;
(9) bila disalurkan ke luar bangunan, diarahkan ke bawah dan ujungnya dipasang saringan
untuk mencegah masuknya air atau binatang kecil yang mengganggu.
3.4.5.2 Bila dibuang keluar bangunan, bahan untuk pipa ven katup relief tekanan harus mengikuti
butir 10.1.

3.4.6 Tekanan berbeda


Bila sistem pasokan sentral tunggal memasok dua jaringan pipa distribusi yang bekerja pada
tekanan yang berbeda, maka setiap jaringan pipa distribusi harus dilengkapi dengan semua
elemen dalam butir 3.4.

3.4.7 Sinyal lokal


3.4.7.1 Sistem berikut harus mempunyai sinyal lokal pada peralatan sumbernya :
(1) untuk silinder gas tanpa pasokan cadangan (lihat butir 3.4.9);
(2) manifol untuk silinder gas dengan pasokan cadangan;
(3) manifol untuk silinder cairan kriogenik (lihat butir 3.4.10);
(4) sistem cairan kriogenik curah (lihat butir 3.4.11);
(5) cadangan darurat dalam bangunan (lihat butir 3.4.13);
(6) header udara instrumen (lihat butir 3.4.8);
3.4.7.2 Sinyal lokal harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
(1) memberikan hanya indikasi visual;
(2) diberi label agar perawatan dan pengkondisian termonitor;
(3) jika dimaksud untuk pemasangan di luar bangunan gedung, dipasang sesuai
persyaratan pabrik pembuat.

3.4.8 Header
Setiap header yang dipasang pada sistem pasokan sentral menggunakan silinder yang berisi gas
atau cairan, harus mencakup:
(1) jumlah sambungan silinder yang dibutuhkan header;
(2) satu slang penghubung (cylinder lead) untuk setiap silinder sesuai butir 3.4.3. dan
dilengkapi dengan fiting ujung yang dipasang permanen mengikuti ketentuan yang
berlaku;
(3) suatu filter dari bahan sesuai butir 3.4.3 untuk mencegah masuknya kotoran ke dalam
pengendali manifol;

8 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


(4) katup penutup header yang dipasang di bagian hilir dari sambungan silinder terdekat,
tetapi dipasang di bagian hulu titik sambungan header ke sistem pasokan sentral;
(5) suatu indikator tekanan header;
(6) katup penahan balik untuk mencegah aliran balik ke dalam header dan untuk
memungkinkan pemeliharaan header;
(7) katup penahan balik pada setiap sambungan slang penghubung silinder dalam butir
3.4.8.(2), dimaksudkan untuk pemeliharaan silinder gas, untuk mencegah kehilangan
gas jika terjadi kerusakan pada slang penghubung silinder atau bekerjanya satu katup
relief tekanan;
(8) regulator tekanan, dimaksudkan untuk mengurangi tekanan silinder ke tekanan relatif
di bawah 2070 Kpa (300 Psi);
(9) katup relief tekanan dimaksudkan untuk pelayanan silinder cairan kriogenik.

.
Gambar 3.4.8(a) Header untuk Silinder Gas.

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 9


Gambar 3.4.8(b) Header untuk Gas Kriogenik dalam Kontainer.

3.4.9 Manifol untuk silinder gas tanpa pasokan cadangan


3.4.9.1 Manifol dalam katagori ini harus ditempatkan sesuai butir 3.3.1 dan ketentuan berikut :
(1) jika ditempatkan di luar bangunan, harus dipasang dalam konstruksi pelindung dan
ditempatkan mengikuti ketentuan yang berlaku;
(2) jika ditempatkan di dalam bangunan, harus dipasang di dalam ruangan khusus;
3.4.9.2 Tempat manifol dalam katagori ini harus sesuai butir 3.3.2
3.4.9.3 Tempat manifol dalam katagori ini harus diberi ventilasi sesuai butir 3.3.3
3.4.9.4 Manifol dalam katagori ini harus terdiri dari:
(1) Dua header yang sama sesuai butir 3.4.8, masing-masing dilengkapi dengan
sambungan silinder gas dalam jumlah yang cukup untuk kebutuhan rata-rata harian
tetapi tidak kurang dari dua, dan dengan header disambungkan ke regulator tekanan
pipa akhir sedemikian hingga salah satu header dapat memasok sistem.
(2) Sebuah Katup relief tekanan “antara” disambungkan ke luar sesuai butir 3.4.5.1 (5)
sampai (9), yang melindungi pemipaan antara regulator tekanan header dan regulator
tekanan pipa, dan melindungi regulator tekanan pipa dari tekanan berlebihan bila
terjadi kegagalan regulator tekanan header.
3.4.9.5 Manifol dalam katagori ini harus mencakup sarana otomatik pertukaran dua header untuk
menyempurnakan pengoperasian normal sebagai berikut :

10 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


(1) satu header sebagai header primer, dan lainnya sebagai header sekunder, dan
keduanya dapat bertukar peran;
(2) bila header primer sedang memasok sistem, header sekunder dicegah memasok
sistem;
(3) bila header primer menipis, header sekunder harus otomatik mulai memasok sistem.
3.4.9.6 Manifol dalam katagori ini harus membangkitkan sinyal lokal dan harus mengaktifkan
suatu indikator pada semua panel utama alarm, sebelum header sekunder mulai memasok sistem,
yang menunjukkan peralihan telah atau akan terjadi.
3.4.9.7 Jika manifol ditempatkan di luar bangunan, maka harus dipasang mengikuti persyaratan
pabrik pembuatnya.

Gambar 3.4.9 - Manifol Untuk Silinder-Silinder Gas.

3.4.10. Manifol untuk silinder cairan kriogenik


3.4.10.1 Manifol dalam katagori ini harus ditempatkan sesuai dengan butir 3.3.1 dan ketentuan
berikut :
(1) jika ditempatkan di luar bangunan, harus dipasang dalam konstruksi pelindung dan
ditempatkan mengikuti ketentuan yang berlaku;
(2) jika ditempatkan di dalam bangunan, harus dipasang di dalam ruangan khusus.

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 11


3.4.10.2 Header primer dan sekunder dalam katagori ini harus ditempatkan dalam konstruksi
pelindung yang sama.
3.4.10.3 Header cadangan ditempatkan dalam konstruksi pelindung yang sama seperti header
primer dan sekunder atau dalam konstruksi pelindung lain mengikuti butir 3.4.10.1.

Gambar 3.4.10 Sumber Pasokan Tipikal untuk Kontainer Kriogenik Cair-gas.

12 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


3.4.10.4 Manifol dalam katagori ini harus terdiri dari:
(1) Dua header yang sama sesuai butir 3.4.8, masing-masing dilengkapi dengan
sambungan silinder gas dalam jumlah yang cukup untuk kebutuhan rata-rata harian
tetapi tidak kurang dari dua, dan dengan header disambungkan ke regulator tekanan
pipa akhir sedemikian hingga salah satu header dapat memasok sistem.
(2) Suatu header cadangan, tersebut di butir 3.4.8 mempunyai cukup sambungan silinder
gas untuk kebutuhan rata-rata harian tetapi tidak kurang dari tiga sambungan,
dihubungkan di bagian hilir header primer/sekunder dan di bagian hulu dari regulator
tekanan pipa akhir.
(3) Katup pelepas tekanan dipasang di bagian hilir dari sambungan header cadangan dan
di bagian hulu regulator tekanan pipa akhir dan tekanannya di set pada 50 % di atas
tekanan masukan maksimum yang diperkirakan.
3.4.10.5 Manifol dalam katagori ini harus dilengkapi sarana otomatik pengendalian tiga header
agar dalam operasi normal dapat dicapai hal berikut:
(1) Satu header untuk cairan kriogenik, header primer dan lainnya sebagai header
sekunder, dan keduanya dapat saling tukar fungsinya.
(2) Bila header primer sedang memasok sistem, header sekunder dicegah memasok
sistem.
(3) Bila header primer menipis, header sekunder harus otomatik mulai memasok sistem .
3.4.10.6 Manifol dalam katagori ini harus dilengkapi dengan sarana untuk konservasi gas yang
dihasilkan dari penguapan cairan kriogenik dalam header sekunder. Mekanisme ini harus melepas
gas tersebut ke dalam sistem di bagian hulu regulator tekanan pipa akhir.
3.4.10.7 Manifol dalam katagori ini harus dilengkapi pula dengan sarana manual dan otomatik
untuk memfungsikan satu header sebagai header primer dan lainnya sebagai header sekunder.
3.4.10.8 Manifol dalam katagori ini harus dilengkapi dengan sarana otomatik untuk mengaktifkan
header cadangan bila header primer dan sekunder tidak berfungsi memasok sistem oleh sebab
apapun.
3.4.10.9 Manifol dalam katagori ini harus membangkitkan sinyal lokal dan harus mengaktifkan
suatu indikator pada semua alarm dengan persyaratan berikut :
(1) bila pada titik set tertentu, sebelum header sekunder mulai memasok sistem, yang
menunjukkan peralihan fungsi.
(2) bila pada titik set tertentu, sebelum header cadangan mulai memasok sistem, yang
menunjukkan cadangan sedang berfungsi.
(3) bila pada titik set tertentu, sebelum isi header cadangan tinggal untuk kebutuhan rata-
rata satu hari, yang menunjukkan cadangan rendah.

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 13


3.4.11 Sistem cairan kriogenik curah.

Gambar 3.4.11 Sumber Pasokan Tipikal untuk Cairan Kriogenik dalam Bentuk Curah.

14 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


3.4.11.1 Sistem cairan kriogenik curah harus ditempatkan diluar bangunan dengan ketentuan
sebagai berikut :
(1) dalam suatu konstruksi pelindung yang ditempatkan memenuhi persyaratan jarak
minimum yang berlaku;
(2) dalam konstruksi pelindung yang dibuat tersebut di butir 3.3.2 (1) sampai (3) dan (5),
(8) dan (9);
(3) dalam konstruksi pelindung diberi ventilasi tersebut di butir 3.3.3.3;
(4) mengikuti ketentuan yang berlaku.
3.4.11.2 Sistem cairan kriogenik curah harus ditempatkan sesuai butir 3.4.11.2 (a) sampai (f).
(a) sistem pasokan harus diangker dengan kuat pada plat beton, yang sesuai dengan
beratnya, beban permukaan, dan persyaratan gempa setempat;
(b) lokasi harus tertutup rapat tersebut pada butir 3.3.2. (3) dengan pelat beton mengisi
seluruh lantai ruangan diantara dinding pembatas;
(c) lokasi yang dimaksudkan untuk kendaraan pengantar (landasan kendaraan) harus
sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
(d) lokasi yang dimaksudkan untuk penyambungan dengan kendaraan pengiriman harus
di beton;
(e) drainase landasan peralatan dan landasan kendaraan harus jauh dari bangunan,
kendaraan yang di parkir atau sumber berpotensi menyala lain;
(f) drainase tidak boleh ditempatkan di dalam batas landasan atau lebih dekat dari 2,45 m
(8 ft) terhadap tepi landasan.
3.4.11.3 Sumber cairan kriogenik curah harus terdiri dari:
(1) satu atau lebih bejana pasokan utama, yang kapasitasnya harus ditentukan setelah
mempertimbangkan jadwal pengiriman, kedekatan fasilitas dari sumber pasokan
pengganti, dan rencana penanggulangan keadaan darurat;
(2) pengukur isi pada setiap bejana utama;
(3) pasokan cadangan yang ditentukan ukurannya lebih besar dari rata-rata pemakaian
harian, dengan ukuran yang tepat dari bejana atau jumlah ditentukan setelah
mempertimbangkan jadwal pengiriman, kedekatan fasilitas dari sumber pasokan
pengganti, dan rencana penanggulangan keadaan darurat untuk fasilitas tersebut.
3.4.11.4 Sumber cairan kriogenik curah harus termasuk suatu pasokan cadangan meliputi salah
satu atau keduanya sebagai berikut :
(1) bejana cairan kriogenik kedua, termasuk sakelar penggerak/sensor yang memonitor
tekanan internal, pengukur isi, dan katup penahan balik untuk mencegah aliran balik ke
dalam sisitem cadangan;

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 15


(2) sebuah header silinder sesuai butir 3.4.8 yang mempunyai sambungan silinder gas
yang cukup untuk pasokan rata-rata harian tetapi tidak kurang dari tiga dan termasuk
sakelar tekanan isi.
3.4.11.5 Sumber cairan kriogenik curah harus beroperasi untuk terlaksananya fungsi-fungsi berikut
:
(1) apabila pasokan utama sedang memasok sistem, pasokan cadangan harus dicegah
agar tidak memasok sistem sampai pasokan utama gagal atau habis, pada saat itu
pasokan cadangan harus secara otomatik mulai memasok sistem;
(2) apabila terdapat lebih dari satu bejana pasokan utama, sistem harus beroperasi seperti
diuraikan dalam butir 3.4.10 untuk operasi primer, sekunder atau cadangan;
(3) dua bejana kriogenik atau lebih boleh bergantian fungsi primer, sekunder, dan
cadangan, dengan ketentuan urutan operasi (primer – sekunder – cadangan) seperti
dipersyaratan dalam butir 3.4.10.4 dan dipertahankan setiap waktu;
(4) dalam hal bejana kriogenik digunakan sebagai cadangan, bejana cadangan tersebut
harus dilengkapi sarana konservasi gas yang dihasilkan oleh penguapan cairan
kriogenik dalam bejana cadangan dan untuk melepas gas ke dalam pipa di bagian hulu
dari regulator tekanan pipa akhir seperti dipersyaratan dalam butir 3.4.10.6.
3.4.11.6 Sistem curah harus membangkitkan sinyal lokal dan alarm pada alarm utama yang
dipersyaratakan dengan ketentuan sebagai berikut :
(1) bila atau pada titik set tertentu sebelum pasokan utama mencapai pasokan rata-rata
harian, yang menunjukkan isi sedikit;
(2) bila atau pada titik set tertentu sebelum pasokan cadangan mulai memasok sistem,
menunjukkan cadangan sedang digunakan;
(3) bila atau pada titik set tertentu sebelum isi pasokan cadangan turun sampai pasokan
rata-rata sehari, menunjukkan isi cadangan sedikit;
(4) bila cadangan adalah bejana kriogenik, bila atau pada titik set tertentu sebelum
tekanan internal cadangan menurun terlalu rendah untuk pengoperasian yang tepat,
yang menunjukkan kegagalan cadangan;
(5) bila terdapat lebih dari satu bejana pasokan utama, bila atau pada titik set tertentu
sebelum bejana sekunder mulai memasok sistem, menunjukkan pergantian.

3.4.12* Sambungan Pasokan Oksigen Darurat ( SPOD)


POD harus dipasang untuk memungkinkan penyambungan ke sumber sementara pasokan untuk
keadaan darurat atau pemeliharaan dengan kondisi sebagai berikut:
(1) apabila sistem pasokan sentral cairan kriogenik curah diluar dan jauh dari bangunan
yang dilayani pasokan oksigen;

16 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


(2) apabila tidak ada dalam bangunan suatu cadangan oksigen yang tersambung cukup
untuk memasok rata-rata harian (lihat butir 3.4.13 untuk cadangan seperti itu);
(3) apabila bangunan mandiri dilayani dari sumber oksigen tunggal sedemikian sehingga
kerusakan pada pipa interkoneksi oksigen dapat menyebabkan hilangnya pasokan
oksigen pada satu atau lebih bangunan. Dalam situasi ini setiap bangunan harus
dilengkapi dengan suatu sambungan darurat terpisah.

Gambar 3.4.12(a) : Jaringan Pasokan Oksigen Darurat

3.4.12.1 SPOD harus ditempatkan sebagai berikut :


(1) pada bagian luar bangunan yang dilayani di lokasi yang dapat dijangkau oleh
kendaraan pasokan darurat pada setiap waktu dan kondisi cuaca;
(2) disambungkan ke pasokan utama langsung di bagian hilir dari katup penutup utama.
3.4.12.2 Sambungan Pasokan Oksigen Darurat (SPOD) harus terdiri dari:
(1) proteksi fisik untuk mencegah pengrusakan dari orang yang tidak berwenang;
(2) lubang inlet betina DN (NPS) untuk penyambungan sumber oksigen darurat yang
kapasitasnya 100 % dari kebutuhan sistem pada tekanan gas sumber darurat;
(3) katup penutup manual untuk mengisolasi SPODjika tidak digunakan;
(4) dua katup penahan balik, satu di bagian hilir dari SPOD dan satu di bagian hilir dari
katup penutup jalur utama, dan keduanya di bagian hulu dari sambungan T untuk
kedua pipa;
(5) sebuah katup relief tekanan yang ukurannya ditentukan untuk memproteksi sistem
pemipaan dan peralatannya di bagian hilir, terhadap tekanan melebihi 50% di atas
tekanan normal pipa;
(6) setiap katup yang dibutuhkan untuk memungkinkan penyambungan dari suplai
pasokan darurat oksigen dan pengisolasian pemipaan ke sumber normal suplai
pasokan.

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 17


3.4.13 Cadangan darurat dalam bangunan
3.4.13.1 Cadangan darurat dalam bangunan tidak boleh digunakan sebagai pengganti untuk
cadangan gas curah yang dipersyaratkan dalam butir 3.4.11.4.
3.4.13.2 Jika suatu cadangan disediakan di dalam bangunan sebagai pengganti SSOD SPOD,
cadangan ini harus ditempatkan sesuai butir 3.3 sebagai berikut :
(1) di dalam suatu ruangan atau konstruksi pelindung yang dibuat sesuai butir 3.3.2;
(2) di dalam suatu ruangan atau konstruksi pelindung yang diberi ventilasi sesuai butir
3.3.3
3.4.13.3 Cadangan darurat di dalam bangunan harus terdiri dari salah satu sebagai berikut :
(1) header silinder gas sesuai butir 3.4.8 dengan sambungan silinder yang cukup untuk
menyediakan sekurang-kurangnya pasokan rata-rata harian;
(2) suatu manifol untuk silinder gas memenuhi butir 3.4.9.
3.4.13.4 Cadangan darurat dalam bangunan harus dilengkapi katup penahan balik pada jalur
utama yang ditempatkan pada sisi sistem distribusi dari katup jalur utama sumber yang biasa,
untuk mencegah aliran gas cadangan darurat dari sumber yang biasa.
3.4.13.5 Cadangan darurat dalam bangunan harus membangkitkan sinyal lokal dan alarm pada
semua alarm utama bila atau sesaat sebelum mulai melayani sistem.

3.5 Sistem pasokan udara medik.

3.5.1 Kualitas udara medik


Udara medik harus mempunyai karakteristik sebagai berikut :
(1) Dipasok dari silinder, kontainer curah, sumber kompresor udara medik, atau diperoleh
dari rekonstitusi oksigen dan nitrogen kering, bebas minyak;
(2) memenuhi persyaratan udara medik ;
(3) kadar hidrokarbon cair tidak terdeteksi;
(4) kadar gas hidrokarbon kurang dari 25 ppm;
(5) kadar partikulat permanen, yang berukuran 1 mikron atau lebih, sama atau kurang dari
5 mg/m3
3.5.2 Sumber udara medik harus dihubungkan hanya ke sistem distribusi udara medik, dan
harus digunakan hanya untuk respirasi pasien, dan kalibrasi dari alat medik untuk respirator.

3.5.3 Sumber kompresor udara medik


3.5.3.1 Sistem kompresor udara medik harus ditempatkan sesuai butir 3.3 sebagai berikut :
(1) Di dalam bangunan, dalam daerah khusus peralatan mekanikal, berventilasi cukup,
dan dilengkapi dengan utilitas yang dibutuhkan (contoh, listrik, drainase, pencahayaan,
dan lain-lain).

18 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


(2) Dalam ruangan yang dibangun sesuai butir 3.3.2.
(3) Dalam ruangan yang diberi ventilasi sesuai butir 3.3.3.2.
(4) Untuk peralatan yang didinginkan dengan udara, dalam ruangan yang dirancang untuk
mempertahankan rentang temperatur ambien seperti yang direkomendasikan oleh
pabrik pembuat.
3.5.3.2 Sistem kompresor udara medik harus terdiri dari:
(1) komponen yang mengikuti butir 3.5.4 sampai 3.5.10, dirangkai sesuai butir 3.5.11;
(2) sarana otomatik untuk mencegah aliran balik dari semua kompresor yang bekerja
terhadap semua kompresor yang berhenti;
(3) katup penutup manual untuk mengisolasi setiap kompresor dari sistem pemipaan
sentral dan dari kompresor lain untuk pemeliharaan atau perbaikan tanpa kehilangan
tekanan dalam sistem;
(4) lubang masuk filter tipe kering;
(5) katup relief tekanan yang di set pada 50 % di atas tekanan pipa.
3.5.3.3 Sistem kompresor udara medik harus mencegah kondensasi uap air dalam sistem
distribusi dengan memasang peralatan pengering udara.

3.5.4 Kompresor udara medik


3.5.4.1* Kompresor udara medik harus dirancang untuk mencegah masuknya pencemar atau
cairan ke dalam pipa dengan salah satu dari metoda berikut :
(1) menghilangkan minyak di mana saja dalam kompresor; direkomendasikan
menggunakan kompresor bebas minyak (oil free atau oil less).
(2) memisahkan bagian yang mengandung minyak dari rongga kompresi dengan
sekurang-kurangnya dua penyekat yang membentuk suatu daerah terbuka ke atmosfir
yang memungkinkan:
(a) pemeriksaan visual langsung dan tidak terhalangi terhadap poros interkoneksi
melalui lubang ven dan pemeriksaan tidak lebih kecil dari 1,5 diameter poros;
(b) Konfirmasi berfungsinya sekat dengan benar oleh petugas, dengan pemeriksaan
visual langsung melalui bukaan di atas poros, tanpa membongkar kompresor.
3.5.4.2 Untuk kompresor dengan cincin cairan, kualitas air dan sekat air harus yang
direkomendasikan oleh pabrik pembuat kompresor.
3.5.4.3 Kompresor dibuat dari bahan mengandung feros dan/atau non-feros.
3.5.4.4 Dudukan anti getaran harus dipasang pada kompresor yang diperlukan oleh dinamika
kompresor atau lokasi peralatan dan sesuai dengan rekomendasi pabrik pembuat.
3.5.4.5 Sambungan fleksibel harus dipasang pada intake dan outlet kompresor ke sistem
pemipaan.

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 19


3.5.11.6

Gambar 3.5 - Elemen Tipikal Sistem Sumber Udara Medik Duplek dengan Kompresor.

3.5.5 Alat pendingin akhir


Alat pendingin akhir apabila diperlukan, harus dilengkapi perangkap kondensat (condensate traps)
individual. Penampung (receiver) tidak boleh digunakan sebagai alat pendingin akhir (aftercooler)
atau perangkap alat pendingin akhir (aftercooler trap).
3.5.5.1 Alat pendingin akhir dibuat dari bahan feros (mengandung Fe) dan / atau non-feros.
3.5.5.2 Dudukan anti getaran harus dipasang pada alat pendingin akhir yang diperlukan oleh
dinamika atau lokasi peralatan dan sesuai dengan rekomendasi pabrik pembuatnya.

20 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


3.5.6 Penampung (receiver) udara medik
Penampung udara medik harus memenuhi persyaratan berikut :
(1) Dibuat dari bahan tahan korosi atau dibuat tahan korosi.
(2) Memenuhi ketentuan yang berlaku tentang bejana bertekanan.
(3) Dilengkapi dengan katup relief tekanan, pengering otomatik (otomatik drain), pengering
manual (manual drain), manhole, dan penunjuk tekanan.
(4) Kapasitasnya cukup untuk mencegah kompresor dari siklus pendek.

3.5.7 Pengering udara medik


Pengering udara medik harus memenuhi persyaratan berikut :
(1) Dirancang untuk menyediakan udara pada titik embun maksimum di bawah titik beku
00C (32 0F) pada setiap tingkat kebutuhan.
(2) Kapasitasnya 100 % dari kebutuhan puncak sistem yang dihitung pada kondisi
perancangan.
(3) Dibuat dari bahan feros (Mengandung Fe) dan/atau non-feros.
(4) Dipasang dengan dudukan anti getaran sesuai yang diperlukan oleh dinamika atau
lokasi peralatan dan sesuai dengan rekomendasi pabrik pembuatnya.

3.5.8 Filter udara medik


Filter udara medik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
(1) Cocok untuk kondisi udara masuk.
(2) Ditempatkan di bagian hulu dari regulator tekanan pipa ujung.
(3) Kapasitasnya 100 % dari kebutuhan puncak sistem yang dihitung pada kondisi
perancangan, dan dengan efisiensi minimum 98% pada 1 mikron atau lebih besar.
(4) Dilengkapi dengan indikator visual yang terus menerus menunjukkan status umur
elemen filter.
(5) Dibuat dari bahan feros dan/ atau non-feros.
3.5.8.1 Kompresor yang mengikuti butir 3.5.4.1 (2) harus dilengkapi dengan:
(1) Filter coalescing dengan indikator pengganti elemen.
(2) Penyerap dari arang dengan indikator kolorimetrik untuk hidrokarbon.

3.5.9 Regulator tekanan udara medik


Regulator tekanan udara medik harus memenuhi persyaratan berikut :
(1) Kapasitasnya 100 % dari kebutuhan puncak sistem yang dihitung pada kondisi
perancangan.
(2) Dibuat dari bahan feros dan / atau non-feros.
(3) Dilengkapi indikator tekanan yang menunjukkan tekanan keluar.

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 21


3.5.10 Alarm lokal udara medik
Suatu alarm lokal mengikuti butir 9.4 harus disediakan untuk sumber kompresor udara medik.

3.5.11 Susunan pemipaan dan redundansi


3.5.11.1 Penyusunan komponen harus sebagai berikut :
(1) Komponen harus disusun untuk memungkinkan pelayanan dan pasokan udara medik
yang terus menerus jika terjadi kegagalan akibat satu kesalahan.
(2) Susunan komponen boleh berubah sesuai kebutuhan teknologi yang digunakan,
dengan ketentuan tingkat redundansi pengoperasian dan kualitas udara medik tetap
dipertahankan.

Gambar.3.5.11.6 Alternatif Pemasangan Deretan Katup untuk Pengontrolan Saluran dalam Udara
Medik.

3.5.11.2 Kompresor udara medik harus berkapasitas cukup untuk melayani kebutuhan puncak
yang dihitung dengan satu kompresor terbesar tidak bekerja. Dalam keadaan apapun jumlah
kompresor tidak boleh kurang dari dua.

22 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


3.5.11.3 Bila dilengkapi alat pendingin akhir, kapasitasnya harus cukup untuk melayani
kebutuhan puncak yang dihitung dengan sebuah alat pendingin akhir terbesar tidak bekerja dan
dilengkapi katup yang memadai untuk memindahkan sistem tanpa menutup pasokan udara tekan
medik.
3.5.11.4 Penampung udara medik harus dilengkapi dengan bypass tiga katup untuk
memungkinkan pemeliharaan penampung tanpa mematikan sistem udara medik.
3.5.11.5 Pengering, filter dan regulator sekurang-kurangnya dibuat ganda dengan setiap
komponen berkapasitas untuk melayani kebutuhan puncak yang dihitung dengan salah satu
komponen terbesar tidak bekerja.
3.5.11.6 Pengering, filter dan regulator harus dilengkapi dengan katup manual di bagian hulu,
dan dengan katup manual atau katup penahan balik di bagian hilir untuk memudahkan
pemeliharaan komponen tanpa menghentikan sistem dengan salah satu cara berikut :
(1) dipasang untuk setiap komponen di bagian hulu dan hilir dari setiap komponen untuk
memudahkan setiap komponen diisolasi secara individual, atau,
(2) dipasang di bagian hulu dan hilir dari komponen yang dipasang seri sehingga
membuat redundansi cabang paralel dari komponen.
3.5.11.7 Katup dengan lubang penuh, tiga arah, berindeks aliran, boleh dipakai untuk
mengisolasi satu cabang atau komponen untuk tujuan 3.5.11.6.
3.5.11.8 Dalam pengoperasian normal hanya satu alat pendingin akhir harus dibuka untuk
mengalirkan udara dengan menutup katup alat pendingin akhir lainnya.
3.5.11.9 Dalam pengoperasian normal hanya satu urutan alat pengering-filter-regulator dibuka
untuk mengalirkan udara dengan katup urutan lainnya tertutup.
3.5.11.10 Jika katup relief tekanan dipersyaratkan pada butir 3.5.3.2 (5) dan 3.5.6.(3) dapat
diisolasi dari sistem dengan susunan katup yang digunakan untuk memenuhi butuir 3.5.11.6, maka
katup relief tekanan redundansi harus dipasang dalam urutan paralel.
3.5.11.11 Lubang sampel untuk mengambil contoh dengan katup DN 8 (NPS ¼) harus dipasang di
bagian hilir dari regulator tekanan pipa ujung, monitor titik embun dan monitor karbon monoksida
dan di bagian hulu dari katup penutup sumber untuk memudahkan mengambil sampel udara
medik.
3.5.11.12 Sistem sumber udara medik harus disediakan dengan sebuah katup sumber sesuai butir
4.4.
3.5.11.13 Apabila diperlukan sistem pemipaan udara medik pada beberapa tekanan kerja yang
berbeda, pemipaan harus terpisah setelah filter, tetapi harus dilengkapi dengan regulator, monitor
titik embun, katup relief tekanan dan katup penutup sumber yang terpisah.

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 23


3.5.12 Daya listrik dan kontrol
3.5.12.1 Kompresor tambahan harus secara otomatik bekerja bila kompresor yang sedang
beroperasi tidak mampu mempertahankan tekanan yang dibutuhkan.
3.5.12.2 Pergantian kompresor secara otomatik atau manual harus memungkinkan pembagian
waktu operasi. Jika pergantian otomatik kompresor tidak disediakan, petugas fasilitas harus
menyusun jadwal pergantian secara manual.
3.5.12.3 Setiap motor kompresor harus dilengkapi dengan komponen listrik, termasuk tetapi tidak
terbatas pada:
(1) Sakelar pemutus arus khusus yang dipasang di sirkuit listrik sebelum setiap starter
motor listrik.
(2) Alat start motor.
(3) Proteksi beban lebih.
(4) Apabila sistem kompresor mempunyai dua atau lebih kompresor yang, menggunakan
trafo pengendali atau pengendali tegangan daya, sekurang-kurangnya dipasang dua
alat seperti itu.
(5) Sirkuit pengendali disusun sedemikian agar bila satu kompresor dihentikan tidak
mengganggu operasi kompresor lainnya.
3.5.12.4 Instalasi listrik dan pengawatan harus sesuai persyaratan SNI 0225-edisi terakhir
tentang “Persyaratan umum instalasi listrik (PUIL).
3.5.12.5 Layanan listrik darurat untuk kompresor harus memenuhi persyaratan sistem kelistrikan
esensial.

3.5.13 Intake kompresor


3.5.13.1 Kompresor udara medik harus mengambil udara dari suatu sumber udara bersih di
lokasi yang diperkirakan tidak ada kontaminasi yang berasal dari buangan mesin penggerak,
ventilasi tempat penyimpanan bahan bakar, pembuangan sistem vakum bedah-medik, bahan
partikel, atau setiap jenis bau-bauan.
3.5.13.2 Intake udara dari kompresor udara harus ditempatkan di luar, di atas atap bangunan,
sekurangnya 31 cm (10 ft) dari setiap pintu, jendela, lubang buangan, lubang intake lain, atau
bukaan pada bangunan, dan minimum 61 cm (20 ft) di atas tanah.
3.5.13.3 Jika terdapat suatu sumber udara yang setara atau lebih baik dari udara luar (misal:
udara yang telah disaring untuk pemakaian dalam sistem ventilasi ruang operasi), sumber tersebut
boleh digunakan untuk kompresor udara medik dengan ketentuan sebagai berikut :
(1) Sumber pengganti pasokan udara ini harus tersedia terus-menerus 24 jam per hari, 7
hari per minggu.

24 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


(2) Harus dilarang penggunaan sistem ventilasi yang mempunyai fan dengan penggerak
motor atau belt (sabuk karet) yang ditempatkan pada aliran udara sebagai sumber
intake udara medik.
3.5.13.4 Pemipaan intake kompresor harus dari bahan yang disetujui untuk pemipaan vakum
menurut butir 10.2.1, yang tidak akan menambah bahan kontaminan yang berbentuk partikel kecil,
bau, atau gas-gas lain.
3.5.13.5 Intake udara untuk beberapa kompresor terpisah boleh digabungkan menjadi satu intake
gabungan bila dipenuhi kondisi berikut:
(1) Ukuran intake gabungan dirancang untuk meminimalkan tekanan balik sesuai dengan
rekomendasi pabrik pembuat.
(2) Masing-masing kompresor dapat diisolasi oleh katup manual atau katup penahan balik,
flens penutup, atau penutup lubang, untuk mencegah inlet pemipaan yang terbuka jika
kompresor dilepas untuk perawatan dan pengaruh aliran balik dari udara ruangan ke
dalam kompresor lainnya.

3.5.14 Alarm pengoperasian dan sinyal lokal


Sistem udara medik harus di monitor untuk kondisi-kondisi yang dapat mempengaruhi kualitas
udara selama penggunaan atau ketika terjadi kegagalan, berdasarkan pada tipe kompresor yang
digunakan dalam sistem.
3.5.14.1 Bila digunakan kompresor udara cincin cairan (liquid ring air compresor), kompresor
dengan kepala silinder berpendingin air (water-cooled heads), atau kompresor dengan unit
pendinginan akhir berpendingin air (water-cooled aftercooler), maka alat penampung udara harus
dilengkapi dengan sensor permukaan air tinggi yang menghentikan sistem kompresor dan
mengaktifkan indikator lokal (lihat butir 9.4.4. (7))
3.5.14.2 Bila digunakan kompresor cincin cairan, maka setiap kompresor harus mempunyai
sensor level cairan pada setiap unit pemisah air-udara, yang bila level cairan ada diatas level
rancangan, akan menghentikan kompresor dan mengaktifkan indikator lokal [lihat butir 9.4.4. (8)].
3.5.14.3 Bila digunakan kompresor cincin bukan cairan yang mengikuti butir 3.5.4.1(1), maka
temperatur udara pada lubang keluaran terdekat dari setiap silinder kompresor harus dimonitor
dengan suatu sensor temperatur tinggi yang akan menghentikan kompresor dan mengaktifkan
indikator alarm lokal [lihat butir 9.4.4 (9)]. Pengaturan temperatur kerja sensor harus sesuai
dengan rekomendasi pabrik pembuat.
3.5.14.4 Bila digunakan kompresor yang memenuhi butir 3.5.4.1 (2), persyaratan berikut harus
diterapkan:

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 25


(1) temperatur pada lubang keluaran terdekat dari setiap silinder kompresor harus
dimonitor oleh sensor temperatur tinggi yang akan menghentikan kompresor dan
mengaktifkan indikator alarm lokal [lihat butir 9.4.4 (9)]. Pengaturan temperatur kerja
sensor harus sesuai rekomendasi pabrik pembuat kompresor;
(2) harus dilengkapi filter koalesi (coalescing) dengan indikator penggantian elemen;
(3) harus dilengkapi filter arang dengan indikator kolorimetri hidrokarbon;
(4) hidrokarbon cair harus dimonitor secara terus menerus dengan indikator pigmen atau
instrumen permanen jenis lainnya yang dipasang di bagian hilir dari setiap kompresor
dan harus diperiksa dan didokumentasikan setiap hari;
(5) gas hidrokarbon harus dimonitor setiap 3 bulanan.
3.5.14.5 Bila kompresor cadangan tidak bekerja, suatu alarm lokal harus diaktifkan.

3.5.15 Pemonitoran kualitas udara medik


Kualitas udara medik harus dimonitor di bagian hilir regulator udara medik dan di bagian hulu dari
sistem pemipaan sebagai berikut :
(1) titik embun harus dimonitor dan mengaktifkan alarm lokal dan semua panel alarm
utama jika titik embun pada sistem melebihi + 40C (+ 39 0F);
(2) karbon monosikda harus dimonitor dan mengaktifkan alarm lokal jika level CO melebihi
10 ppm [ lihat butir 9.4.4. (2)]

3.6 Sistem sentral vakum bedah - medik

3.6.1 Sentral vakum bedah - medik


3.6.1.1 Sentral vakum bedah-medik harus ditempatkan sesuai butir 3.3 sebagai berikut :
(1) di dalam gedung di daerah khusus peralatan mekanikal, berventilasi cukup dengan
setiap utilitas yang diperlukan;
(2) dalam ruangan yang dibuat sesuai butir 3.3.2;
(3) dalam ruangan yang berventilasi sesuai butir 3.3.3.2;
(4) untuk peralatan yang didinginkan dengan udara, dalam ruangan yang dirancang untuk
mempertahankan rentang temperatur ambien seperti direkomendasikan oleh pabrik
pembuat peralatan.
3.6.1.2 Sentral vakum bedah-medik harus terdiri dari sebagai berikut :
(1) dua atau lebih pompa vakum yang cukup untuk melayani perhitungan kebutuhan
puncak dengan satu pompa vakum tunggal terbesar tidak bekerja;
(2) sarana otomatik untuk mencegah aliran balik dari setiap pompa vakum yang sedang
bekerja terhadap pompa vakum yang sedang berhenti;

26 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


(3) katup penyetop atau sarana isolasi lainnya untuk mengisolasi setiap pompa vakum dari
sistem pemipaan sentral dan pompa vakum lain guna pemeliharaan atau perbaikan
tanpa kehilangan vakum di dalam sistem;
(4) alat penampung vakum;
(5) pemipaan antara pompa vakum dan katup penyetop sumber yang memenuhi butir 10.2
kecuali bahwa baja tahan karat boleh digunakan sebagai bahan pemipaan.
(6) Filter steril (bakteri) dupleks

Gambar 3.6 Elemen-Elemen Tipikal Sistem Sentral Vakum Duplek

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 27


3.6.2 Pompa vakum
3.6.2.1 Pompa vakum boleh dibuat dari bahan feros atau non-feros
3.6.2.2 Dudukan anti getaran harus dipasang untuk pompa vakum seperti yang dipersyaratkan
oleh dinamika peralatan atau lokasinya dan sesuai rekomendasi pabrik pembuat.
3.6.2.3 Hubungan pompa vakum dengan pipa masukan dan pipa keluaran harus menggunakan
sambungan fleksibel.
3.6.3 Alat Penampung vakum receiver harus memenuhi persyaratan berikut :
(1) dibuat dari bahan feros atau non-feros;
(2) memenuhi ketentuan yang berlaku untuk bejana bertekanan;
(3) mampu menahan tekanan relatif 415 kPa (60 psi) dan 760 mm (29,9 inci) HgV;
(4) dilengkapi dengan pembuangan cairan manual (manual drain);
(5) mempunyai kapasitas yang sesuai dengan kapasitas pompanya.

3.6.4 Alarm pompa vakum


Alarm lokal yang memenuhi butir 9.4 harus disediakan untuk sumber vakum.

3.6.5 Susunan pemipaan dan redundansi


3.6.5.1 Susunan pemipaan harus sebagai berikut :
(1) pemipaan harus disusun untuk memungkinkan pelayanan dan pasokan vakum bedah-
medik yang terus menerus bila terjadi satu kegagalan;
(2) susunan pemipaan boleh dirubah berdasar pada perkembangan teknologi, asalkan
tingkat redundansi pengoperasiannya yang setara dapat dipertahankan;
(3) bila hanya tersedia satu set pompa vakum untuk melayani kombinasi antara sistem
vakum bedah-medik, laboratorium analisa, riset, atau pendidikan, maka laboratorium-
laboratorium seperti itu harus disambungkan secara terpisah dari sistem bedah-medik,
langsung ke tangki alat penampung melalui katup isolasi tersendiri dan unit perangkap
cairan yang ditempatkan pada alat penampung. Antara katup isolasi dan unit
perangkap cairan, boleh dipasang alat pembersih.
3.6.5.2 Penampung vakum bedah-medik harus dapat dirawat tanpa mematikan sistem vakum
bedah-medik dengan cara sebagai berikut :
(1) dengan menyediakan katup isolasi bila penampung disambungkan ke pipa saluran
utama melalui sambungan T ;
(2) dengan menghubungkan pipa penampung pada ujung katup isolasi saluran.
3.6.5.3 Sumber sistem vakum bedah-medik harus dilengkapi dengan katup penutup sumber
sesuai butir 4.4.

28 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


3.6.6 Pengendali dan daya listrik
3.6.6.1 Pompa tambahan harus secara otomatik diaktifkan bila pompa yang sedang beroperasi
tidak cukup mampu mempertahankan vakum yang dibutuhkan.
3.6.6.2 Pergantian pompa secara otomatik atau manual harus memungkinkan pengaturan waktu
operasi. Jika tidak disediakan pergantian otomatik dari pompa, petugas fasilitas harus menyusun
jadwal pergantian secara manual.
3.6.6.3 Setiap motor pompa harus disediakan dengan komponen listrik, tetapi tidak dibatasi,
sebagai berikut :
(1) sakelar pemisah khusus yang dipasang pada sirkuit listrik di depan setiap alat/panel
start motor listrik ;
(2) alat/panel start motor;
(3) proteksi beban lebih;
(4) bila sistem pompa mempunyai dua atau lebih pompa yang dioperasikan dengan suatu
trafo pengendali atau alat pengendali tegangan listrik lainnya, sekurangnya diperlukan
dua alat jenis tersebut ;
(5) sirkuit pengendali disusun sedemikian sehingga bila mematikan (OFF) satu pompa
tidak akan mengganggu pengoperasian pompa lainnya.
3.6.6.4 Instalasi listrik dan pengawatan harus memenuhi persyaratan SNI 0225-edisi terakhir
tentang “Persyaratan umum instalasi listrik (PUIL)”.
3.6.6.5 Layanan listrik darurat untuk pompa harus memenuhi persyaratan sistem kelistrikan
esensial.

3.6.7 Pembuangan sumber vakum bedah – medik


3.6.7.1 Pompa vakum bedah-medik harus membuang sumber vakum medik dengan cara
membuangnya ke lokasi yang akan meminimalkan bahaya kebisingan, kontaminasi dan
lingkungannya.
3.6.7.2 Pembuangan harus berada di lokasi sebagai berikut:
(1) di luar ruangan;
(2) sekurangnya 3 m (10 ft) dari setiap pintu, jendela, intake udara, atau bukaan lainnya
pada bangunan;
(3) pada ketinggian yang berbeda dengan intake udara;
(4) lokasi di mana angin, bangunan di sebelahnya, kontur permukaan tanah (topografi)
atau pengaruh lain yang ada tidak akan menyimpangkan buangan ke daerah yang
dihuni atau mencegah pembauran dari bahan buangan.
3.6.7.3 Ujung saluran buangan harus dibengkokkan ke bawah dan dilengkapi kisi atau dilindungi
terhadap masuknya binatang kecil, benda kecil, atau tetesan hujan dengan kisi yang dibuat atau
disusun dari bahan yang tidak berkarat.

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 29


3.6.7.4 Pipa saluran buangan harus dari bahan yang dibolehkan untuk pemipaan pompa vakum
bedah-medik menurut butir 10.2
3.6.7.5 Pipa saluran buangan harus bebas dari lekukan atau lengkungan yang akan menjebak
kondensat atau minyak. Bila titik rendah seperti itu tidak dapat dihindarkan, harus dipasang suatu
pipa tetes dan pipa yang dilengkapi katup pengering.
3.6.7.6 Pipa pembuangan vakum dari banyak pompa boleh digabungkan ke dalam satu pipa
buang gabungan bila kondisi berikut ini dipenuhi:
(1) ukuran pipa buang gabungan ditentukan untuk meminimisasikan tekanan balik sesuai
dengan rekomendasi pabrik pembuat pompa;
(2) masing-masing pompa dapat diisolasi dengan katup manual atau katup penahan balik,
flens buntu atau penutup pipa untuk mencegah pipa buang yang terbuka bila pompa
dilepaskan guna perbaikan dan selanjutnya mencegah mengalirnya udara buangan ke
dalam ruangan.

3.6.8 Alarm pengoperasian


Sistem vakum bedah-medik harus mengaktifkan suatu alarm lokal apabila pompa cadangan atau
pompa utama tidak dapat beroperasi menurut 9.4

3.7* Buangan sisa gas anestesi (BSGA)

3.7.1* Sistem
Sistem BSGA ditentukan bersama dengan petugas medik yang memahami persyaratan untuk
menentukan; jenis sistem, jumlah, penempatan terminal, alat-alat pengoperasian dan keselamatan
lain yang diperlukan.
3.7.1.1 BSGA dihasilkan oleh suatu peralatan khusus, dialirkan melalui sistem vakum bedah-
medik, blower atau dengan pipa venturi .
3.7.1.2 Bila BSGA dialirkan melalui sistem vakum bedah-medik, berlaku ketentuan berikut:
(1) sistem vakum bedah-medik harus memenuhi butir 3.6;
(2) bahan anesthesi mudah terbakar atau uap mudah terbakar lainnya harus diencerkan
terlebih dahulu sampai di bawah batas penyalaannya sebelum dibuang ke dalam
sistem vakum bedah-medik tersebut;
(3) ukuran sistem vakum bedah-medik harus ditentukan untuk mengakomodasikan
tambahan volume tersebut.
3.7.1.3 Bila BSGA dihasilkan oleh suatu peralatan khusus, berlaku ketentuan berikut:
(1) sistem BSGA harus ditempatkan pada lokasi sesuai dengan butir 3.3.3;
(2) sistem BSGA harus berada dalam bangunan, dalam suatu daerah yang dikhususkan
untuk peralatan mekanik;

30 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


(3) sistem BSGA harus dalam ruang yang dibangun dengan mengikuti butir 3.3.2;
(4) sistem BSGA harus dilengkapi dengan ventilasi menurut 3.3.3.2;
(5) untuk peralatan berpendingin udara, sistem BSGA harus ditempatkan pada lokasi
sedemikian rupa guna menjaga rentang temperatur udara ambien yang
direkomendasikan oleh pabrik pembuat.
3.7.1.5 Sistem BSGA harus terdiri dari:
(1) dua atau lebih peralatan BSGA yang cukup untuk melayani kebutuhan puncak dengan
peralatan BSGA tunggal terbesar tidak beroperasi;
(2) suatu sarana untuk mencegah aliran balik dari setiap peralatan BSGA yang sedang
bekerja terhadap peralatan BSGA yang sedang tidak bekerja;
(3) suatu katup penyetop untuk mengisolasi masing-masing peralatan BSGA dari sistem
pipa terpusat dan dari peralatan BSGA lainnya guna pemeliharaan atau perbaikan
dengan tanpa hilangnya tekanan vakum bedah-medik dalam sistem;
(4) pemipaan antara peralatan BSGA dan katup penyetop sistem yang memenuhi butir
10.2, selain itu bahan tahan karat boleh dipakai sebagai bahan pipa;
(5) dudukan anti getaran harus dipasang pada peralatan BSGA seperti yang disyaratkan
dinamika peralatan atau lokasinya, dan sesuai dengan rekomendasi pabrik pembuat;
(6) sambungan fleksibel yang menghubungkan peralatan dengan pipa intake dan pipa
outlet seperti yang disyaratkan oleh dinamika peralatan atau lokasinya, sesuai dengan
rekomendasi pabrik pembuat penghasil BSGA.
3.7.1.6 Bila BSGA dihasilkan oleh suatu pipa venturi, berlaku ketentuan berikut:
(1) pipa venturi bukan dari jenis yang mudah diubah-ubah oleh pengguna (misal harus
memerlukan suatu alat khusus);
(2) pipa venturi harus memperoleh sumber daya dari gas mulia, udara instrumentasi, atau
sumber udara khusus lainnya;
(3) udara medik tidak boleh digunakan untuk memberikan daya tabung venturi.

3.7.2 Peralatan BSGA khusus


Peralatan BSGA khusus harus dirancang dengan menggunakan bahan dan pelumas, yang tidak
mengikat oksigen, nitrous oksida, dan bahan anestesi halogen.

3.7.3 Alarm BSGA


Bila sistem BSGA dilayani oleh suatu sumber terpusat, suatu alarm lokal yang memenuhi.9.4
harus disediakan untuk sistem BSGA.
3.7.3.1 Suatu sistem BSGA harus mengakifkan suatu alarm lokal bila peralatan BSGA cadangan
atau peralatan BSGA lambat bekerja.

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 31


3.7.4 Pengendalian dan daya listrik
3.7.4.1 Bila peralatan BSGA yang sedang beroperasi tidak mampu mempertahankan tekanan
vakum yang diperlukan, peralatan BSGA tambahan secara otomatik aktif.
3.7.4.2 Pergantian peralatan BSGA secara manual atau secara otomatik harus diatur dengan
adanya pembagian waktu kerja. Bila pergantian otomatik dari peralatan BSGA tidak disediakan,
petugas kesehatan tersebut harus mengatur jadwal untuk pergantian secara manual.
3.7.4.3 Dengan tidak bertujuan untuk membatasi, setiap motor dari peralatan BSGA harus
dilengkapi dengan komponen listrik yang meliputi:
(1) suatu sakelar pemutus hubungan khusus yang dipasang pada jaringan listrik didepan
alat/panel start dari setiap motor;
(2) alat untuk start motor;
(3) alat proteksi beban lebih;
(4) bila sistem BSGA mempunyai dua atau lebih peralatan BSGA yang dioperasikan oleh
suatu trafo pengendali atau alat pengontrol tegangan listrik, sekurangnya diperlukan
dua buah alat jenis tersebut;
(5) Jaringan pengendali harus ditata sedemikian sehingga penghentian satu dari peralatan
BSGA tidak akan memutuskan pengoperasian peralatan lainnya.
3.7.4.4 Instalasi dan pengawatan listrik harus memenuhi persyaratan dalam SNI 0225-edisi
terakhir, tentang “Persyaratan umum instalasi listrik (PUIL)”.
3.7.4.5 Layanan listrik darurat untuk peralatan BSGA harus mengikuti persyaratan dari sistem
kelistrikan esensial.

3.7.5 Pengeluaran Buangan sisa gas anestesi (BSGA)


Pompa BSGA harus membuang sesuai dengan butir 3.6.7

3.8 Sistem pasokan udara instrumen


3.8.1 Kualitas udara instrumen harus seperti berikut:
(1) memenuhi persyaratan yang berlaku untuk udara instrumentasi atau standar lain;
(2) disaring hingga 0,01 mikron;
(3) bebas dari cairan (misal udara, hidrokarbon, bahan pelarut dan sebagainya);
(4) bebas dari uap hidrokarbon;
(5) kering hingga suatu titik embun – 40oC (- 40oF).

3.8.2 Umum
3.8.2.1 Udara instrumen boleh digunakan untuk dukungan medik (misalnya untuk
mengoperasikan peralatan, batang (boom) penopang yang digerakkan udara, alat penggantung,
dan pemakaian sejenis lainnya) dan untuk digunakan dalam laboratorium.

32 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


3.8.2.2 Sesuai dengan 3.3, sistem pasokan udara instrumen harus ditempatkan pada lokasi
sebagai berikut:
(1) dalam bangunan, pada suatu ruang khusus peralatan mekanik, yang berventilasi
cukup dan dilengkapi utilitas yang diperlukan;
(2) dalam suatu ruangan yang dibangun mengikuti 3.3.2;
(3) dalam ruangan berventilasi mengikuti 3.3.3.2;
(4) untuk instrumen berpendingin udara, dalam suatu ruangan yang dirancang untuk
mempertahankan rentang temperatur udara lingkungan seperti yang direkomendasikan
oleh pabrik pembuat peralatan.
3.8.2.3 Sistem udara instrumen disarankan untuk tidak yang berikut ini:
(1) saling terhubung dengan sistem udara medik;
(2) penggunaan untuk setiap maksud dimana udara tidak sengaja dapat terisap oleh
pasien atau staf.

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 33


Gambar 3.8 Elemen-elemen Sumber Udara Tipikal.

3.8.3 Sumber udara instrumen


3.8.3.1 Sumber udara instrumen harus menghasilkan udara pada tekanan relatif keluaran tidak
kurang dari 1380 kPa (200 psig).
3.8.3.2 Sumber udara instrumen harus menyediakan udara yang memenuhi definisi Udara
instrumentasi.
3.8.3.3 Sumber udara instrumen diperbolehkan terdiri dari sekurangnya dua kompresor, atau satu
kompresor dengan header siaga yang memenuhi 3.8

34 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


3.8.3.4 Sumber udara instrumen harus memenuhi 3.5.3 dengan perkecualian seperti yang
ditentukan dalam 3.8

3.8.4 Kompresor udara instrumen


Kompresor udara instrumen boleh dari jenis yang mampu memberikan tekanan udara keluaran
sekurangnya 1380 kPa (200 psig) dan mampu menyediakan udara yang memenuhi definisi udara
instrumen.

3.8.5 Header siaga udara instrumen


3.8.5.1 Bila sistem udara instrumen disediakan dengan suatu header siaga, header tersebut
harus memenuhi persyaratan berikut;
(1) memenuhi 3.4.8, kecuali bahwa jumlah tabung silinder yang tersambung harus cukup
untuk pengoperasian selama satu jam;
(2) menggunakan konektor seperti untuk udara medik sesuai ketentuan yang berlaku;
(3) memasuki sistem di bagian hulu dari regulator pada saluran akhir (final-line);
(4) secara otomatik melayani sistem bila terjadi kegagalan kompresor.

3.8.6 Udara intake


Udara intake untuk kompresor udara instrumen boleh diambil dari lokasi peralatan.

3.8.7 Filter saringan udara instrumen


3.8.7.1 Sumber udara instrumen harus disaring dengan filter karbon aktif yang memenuhi
persyaratan berikut:
(1) ditempatkan pada hulu dari filter saluran akhir;
(2) ukurannya ditentukan untuk 100 persen beban puncak sistem terhitung pada kondisi
perancangan;
(3) dibuat dari bahan ferrous atau non-ferrous.
3.8.7.2 Filter saluran akhir harus memenuhi persyaratan berikut:
(1) ditempatkan di hulu dari regulator tekanan saluran akhir dan di hilir dari filter karbon;
(2) ukurannya ditentukan untuk 100 persen beban puncak sistem terhitung pada kondisi
perancangan;
(3) mempunyai tingkat efisiensi minimum 98 persen pada 0,01 mikron;
(4) dilengkapi dengan indikator visual kontinyu yang memperlihatkan status dari umur
elemen filter;
(5) dibuat dari bahan ferrous dan/atau non ferrous.
3.8.7.3 Filter yang mengkombinasikan fungsi dari 3.8.7.1 dan 3.8.7.2 boleh digunakan.

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 35


3.8.8 Kelengkapan udara instrumen
Kelengkapan yang digunakan untuk sumber udara instrumen harus memenuhi butir sebagai
berikut:
(1) 3.5.5 untuk pendingin akhir;
(2) 3.5.6 untuk penampung udara;
(3) 3.5.7 untuk pengering udara;
(4) 3.5.9 untuk regulator udara.

3.8.9 Susunan pemipaan udara instrumen dan redundansi


Sumber udara instrumen harus memenuhi 3.5.11, kecuali untuk yang berikut ini:
(1) sistem yang menggunakan header siaga dapat mempunyai pendingin akhir dan
pengering udara jenis simpleks;
(2) sistem yang menggunakan header siaga tidak memerlukan suatu katup bypas
penampung jenis three-valve;
(3 Header siaga, bilamana disediakan, harus diisolasi dari kompresor dengan suatu katup
penahan balik untuk mencegah aliran balik melalui kompresor.

3.8.10 Pemonitor dan alarm udara instrumen


3.8.10.1 Sumber udara instrumen harus meliputi alarm berikut ini:
(1) alarm lokal yang aktif pada atau sesaat sebelum kompresor cadangan (bila disediakan)
aktif, menandakan bahwa kompresor “lag” sedang beroperasi;
(2) alarm lokal dan alarm pada semua panel alarm utama yang aktif bila titik embun pada
sistem tekanan melampaui -30 oC (-22 oF), yang menandakan titik embun tinggi.
3.8.10.2 Untuk sumber dengan header siaga, kondisi tambahan berikut ini harus mengaktifkan
suatu alarm lokal di ruang kompresor, suatu sinyal lokal pada lokasi header, dan alarm pada
semua panel alarm utama:
(1) suatu alarm yang aktif pada atau sesaat sebelum cadangan memasok sistem,
menandakan cadangan sedang digunakan;
(2) suatu alarm yang aktif pada atau sesaat sebelum sumber cadangan turun di bawah
suatu pasokan rata-rata jam, menandakan sumber cadangan rendah.

36 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


4 Katup

4.1 Katup penyetop gas dan tekanan vakum


Katup penyetop harus disediakan untuk mengisolasi bagian dari sistem pemipaan guna
pemeliharaan, perbaikan, atau kebutuhan ekspansi yang direncanakan kelak, dan untuk
memudahkan pengujian fasilitas.

Gambar 4.2 - Penataan Komponen-komponen Saluran Pemipaan.

4.2 Aksesibilitas
Semua katup, kecuali katup dalam rakitan kotak katup zona, harus ditempatkan pada lokasi yang
aman, seperti misalnya dikunci terhadap pipa “locked piped chases” , dikunci atau digrendel pada
posisi pengoperasian, dan ditandai dengan label berisi jenis pasokan gas dan ruangan yang
dikendalikan oleh katup tersebut.
4.2.1 Katup penyetop yang dapat diakses oleh selain petugas berwenang harus dipasang
dalam suatu lemari katup dengan pintu yang dapat dibuka atau dipecahkan yang cukup lebar
untuk mengijinkan pengoperasian katup secara manual.

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 37


4.2.2 Katup penyetop yang digunakan pada daerah tertentu, seperti pada ruang psikiatrik atau
pediatrik, boleh diamankan dengan persetujuan dari pihak yang berwenang untuk mencegah
akses yang tidak sesuai.
4.2.3 Katup untuk gas medik yang tidak mudah terbakar dan katup gas mudah terbakar tidak
boleh dipasang dalam rakitan lemari katup zona yang sama.

4.3 Jenis katup


Katup penyetop baru atau pengganti harus dari jenis berikut:
(1) jenis bola, seperempat putaran – lubang penuh;
(2) dibuat dari kuningan atau perunggu;
(3) mempunyai lengan tambahan untuk pematrian;
(4) mempunyai tuas yang menandakan terbuka atau tertutup;
(5) terdiri dari 3 bagian untuk memudahkan pemeliharaan setempat.
4.3.1 Katup untuk gas bertekanan positif untuk layanan oksigen harus dibersihkan oleh pabrik
pembuat.
4.3.2 Katup untuk layanan tekanan vakum atau BSGA boleh dari jenis katup bola atau katup
kupu-kupu dan tidak harus dibersihkan untuk layanan oksigen

4.4 Katup sumber


Suatu katup penyetop harus dipasang pada hubungan antara masing-masing sistem sumber ke
pipa - pipa distribusi untuk dibolehkan mengisolasi keseluruhan sumber, termasuk semua
kelengkapannya (misal pengering udara, regulator tekanan saluran akhir, dan sebagainya) dari
fasilitas tersebut.
4.4.1 Katup sumber harus ditempatkan pada lokasi yang cukup dekat dari peralatan sumber.
4.4.2 Katup sumber harus diberi label sesuai dengan 11.2

4.5. Katup saluran utama


Suatu katup penyetop harus disediakan pada saluran utama pasokan di dalam bangunan bila
katup penyetop sumber tidak dapat diakses dari dalam bangunan.
4.5.1 Katup saluran utama harus ditempatkan pada lokasi yang mengijinkan akses hanya bagi
petugas berwenang (misal dengan menempatkannya di atas langit-langit atau dibelakang suatu
pintu akses yang terkunci).
4.5.2 Katup saluran utama harus ditempatkan pada lokasi pada sisi fasilitas dari katup sumber
dan diluar ruang sumber, konstruksi pelindung sumber atau di tempat di mana saluran utama
mula-mula menembus bangunan.
4.5.3 Katup saluran utama harus diberi label sesuai dengan 11.2

38 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


4.5.4 Suatu katup saluran utama tidak diperlukan bila katup penyetop dapat diakses dari dalam
bangunan

4.6 Katup saluran tegak


Setiap saluran tegak yang dipasok dari saluran utama harus dilengkapi dengan sebuah katup
penyetop pada saluran tegak dekat dengan saluran utama
4.6.1 Katup saluran tegak boleh ditempatkan di atas langit-langit, tetapi tetap harus dapat
diakses dan tidak terhalang
4.6.2 Katup saluran tegak harus diberi label sesuai dengan 11.2

4.7 Katup pemeliharaan


Katup pemeliharaan harus dipasang untuk pemeliharaan atau pengubahan dari saluran cabang
dari suatu saluran utama atau dari saluran tegak tanpa mematikan keseluruhan saluran utama,
saluran tegak atau fasilitas.
4.7.1 Hanya satu katup pemeliharaan yang diperlukan untuk masing-masing pencabangan dari
suatu saluran tegak, tanpa memandang jumlah kotak katup zona yang terpasang pada cabang
tersebut.
4.7.2 Katup pemeliharaan harus ditempatkan pada pipa cabang sebelum kotak katup zona
pada cabang tersebut
4.7.3 Katup pemeliharaan harus ditempatkan menurut satu dari yang berikut ini:
(1) dibelakang pintu akses yang terkunci;
(2) terkunci pada posisi terbuka, di atas langit-langit;
(3) terkunci pada posisi terbuka, dalam suatu ruang yang aman.
4.7.4 Katup pemeliharaan harus diberi label sesuai dengan 11.2
4.7.5 Sensor untuk panel alarm wilayah seperti yang dipersyaratkan dalam 9.3.4 boleh
ditempatkan dalam setiap hubungan dengan katup layanan (bila dipasang)

4.8 Katup zona


Semua stasiun outlet/inlet harus dipasok melalui suatu katup zona sebagai berikut:
(1) katup zona harus dipasang sedemikian sehingga suatu dinding berada diantara katup
dan inlet/oulet yang dikontrolnya;
(2) katup zona hanya boleh melayani inlet/outlet yang ditempatkan pada lantai yang sama
4.8.1 Katup zona harus segera dapat dioperasikan dari suatu posisi berdiri di koridor pada
lantai yang sama yang dilayaninya.
4.8.2 Katup zona harus ditata sedemikian sehingga penghentian pasokan gas medik atau
vakum ke satu zona tidak akan mempengaruhi pasokan gas medik atau vakum ke zona lainnya
atau bagian lainnya dari sistem.

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 39


4.8.3 Suatu indikator tekanan/vakum harus disediakan pada sisi stasiun inlet/outlet dari setiap
katup zona.
4.8.4 Kotak katup zona harus dipasang ditempat yang terlihat dan dapat diakses setiap waktu
4.8.5 Panel katup zona tidak boleh dipasang di belakang pintu yang secara normal terbuka atau
secara normal tertutup, atau dengan kata lain terhalang dari pandangan biasa.
4.8.6 Panel katup zona tidak boleh ditempatkan dalam ruang, daerah, atau lemari yang tertutup
atau terkunci
4.8.7 Suatu katup zona harus ditempatkan, pada saluran gas medik dan/atau vakum, langsung
diluar setiap lokasi mesin “vital life-support”, perawatan pasien kritis, dan lokasi anestesi, dan
ditempatkan di lokasi sedemikian rupa sehingga dapat segera diakses untuk suatu keadaan
darurat.
4.8.7.1 Semua kolom penyaluran gas, gulungan slang, saluran langit-langit, panel kontrol,
penggantung (pendant), dan tiang (boom) atau instalasi khusus lainnya harus ditempatkan di
bagian hilir dari katup zona
4.8.7.2 Katup zona harus ditata sedemikian sehingga penutupan pasokan gas ke satu dari ruang
operasi atau lokasi anestesi tidak akan mempengaruhi lainnya
4.8.8 Katup zona harus diberi label sesuai dengan 11.2

4.9 Katup jalur


Katup jalur optional boleh dipasang untuk mengisolasikan atau menutup pipa guna pemeliharaan
ruang atau daerah individual.
4.9.1 Katup penyetop jalur yang ditujukan untuk mengisolasi pipa guna pemeliharaan atau
pengubahan harus memenuhi persyaratan berikut ini :
(1) ditempatkan dalam daerah yang pengunjungnya dibatasi;
(2) terkunci atau digrendel pada posisi terbuka;
(3) diidentifikasikan sesuai dengan butir 11.2
4.9.2 Sensor untuk panel alarm wilayah seperti yang dipersyaratkan dalam 9.3.4 boleh
ditempatkan dalam setiap hubungan dengan katup jalur (bila dipasang)

4.10 Katup untuk sambungan mendatang


Katup penutup yang disediakan untuk sambungan dari pipa mendatang harus memenuhi
persyaratan berikut:
(1) ditempatkan dalam daerah yang pengunjungnya dibatasi;
(2) terkunci atau diselot pada posisi terbuka;
(3) diidentifikasikan sesuai dengan 11.2
4.10.1 Katup sambungan mendatang harus diberi label dari isi kandungan gas yang boleh
dihubungkan

40 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


4.10.2 Pemipaan di bagian hilir harus ditutup dengan tutup yang dipatri dengan panjang pipa
yang cukup untuk pemotongan dan pematrian ulang

5 Stasiun outlet I inlet


5.1 Masing-masing stasiun inlet/outlet untuk gas medik atau vakum harus untuk jenis gas
tertentu, baik inlet/outlet tersebut berulir, atau berupa suatu kopel cepat yang tidak dapat
dipertukarkan.
5.2 Setiap stasiun outlet harus terdiri dari suatu katup (atau rakitan katup) primer dan
sekunder.
5.3 Setiap stasiun inlet hanya terdiri dari satu katup (atau rakitan katup) primer.
5.4 Katup sekunder (atau katup unit) harus menutup secara otomatik/manual untuk
menghentikan aliran gas medik atau vakum bila katup primer (atau katup unit) dilepaskan.
5.5 Setiap inlet/outlet harus diberi identitas yang mudah dibaca sesuai 11.3
5.6 Inlet/outlet berulir harus dari jenis sambungan yang tidak dapat dipertukarkan, sesuai
ketentuan yang berlaku.
5.7 Setiap stasiun inlet/outlet, termasuk yang dipasang pada kolom, gulungan slang, saluran
langit-langit, atau instalasi khusus lainnya, harus dirancang sedemikian sehingga bagian atau
komponen yang dipersyaratakan untuk jenis gas tertentu guna pemenuhan persyaratan 5.1 dan
5.9 tidak dapat dipertukarkan antara stasiun inlet/outlet untuk jenis gas yang berbeda.
5.8 Penggunaan komponen bagian bersama pada inlet/outlet, seperti pegas, ring cincin, baut
pengencang, penyekat, dan sumbat penutup diperbolehkan.
5.9 Komponen dari suatu stasiun inlet vakum yang diperlukan untuk pemeliharaan dari
kekhususan vakum harus diberi tanda yang mudah dibaca untuk mengidentifikasikannya sebagai
suatu komponen atau bagian dari sistem vakum atau sistem pengisapan.
5.10 Komponen inlet yang tidak khusus untuk vakum tidak harus ditandai
5.11 Pipa yang dipasang oleh pabrik pembuat pada stasiun outlet dan menonjol tidak lebih dari
21 cm (8 inci) dari badan terminal harus berukuran tidak kurang dari DN 8 (NPS ¼) ( 3/8 inci
diameter luar), dengan diameter dalam minimum 8 mm (0,3 inci)
5.12 Pipa yang dipasang oleh pabrik pembuat pada stasiun inlet dan menonjol tidak lebih dari
21 cm (8 inci) dari badan terminal berukuran tidak boleh kurang dari DN 10 (NPS 3/8) ( ½ inci
diameter luar), dengan diameter dalam minimum 10 mm (0,4 inci)
5.13 Stasiun inlet/outlet boleh melekuk kedalam dinding atau dilindungi dari kerusakan dengan
cara lain.
5.14 Bila terpasang banyak inlet/outlet pada dinding, inlet/outlet tersebut harus diberi jarak
untuk mengijinkan penggunaan secara serempak dari inlet/outlet yang bersebelahan dengan
berbagai jenis peralatan terapi.

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 41


5.15 Stasiun outlet dalam sistem yang mempunyai tekanan operasi tidak standar harus
memenuhi persyaratan berikut ini:
(1) untuk gas tertentu;
(2) untuk tekanan tertentu di mana satu gas tunggal dipipakan pada lebih dari satu
tekanan pengoperasian (misal suatu stasiun outlet untuk oksigen 550 kPa (80 psi)
tidak boleh menerima suatu adapter untuk oksigen 345 kPa (50 psi));
(3) bila dioperasikan pada suatu tekanan di atas 550 kPa (80 psi), harus berupa
sambungan D.I.S.S (diameter index safety sistem)/SIS (Screw index sistem). atau
yang memenuhi butir 4;
(4) bila dioperasikan pada tekanan relatif antara 1380 kPa (200 psig) dan 2070 kPa (300
psig), stasiun outlet tersebut harus dirancang sedemikan untuk mencegah pencopotan
adapter sampai tekanan telah dilepaskan, guna mencegah adapter mencelakakan
pengguna atau orang lain ketika dilepaskan dari outlet tersebut.

6 Perakitan pabrik

Gambar 6 Terminal-terminal perakitan Pabrik

42 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


6.1 Sebelum tiba di lokasi pemasangan, terminal-terminal perakitan pabrik harus diuji, oleh
pabrik pembuatnya, terdiri dari :
(1) uji pembersihan awal sesuai 12.2.2;
(2) uji tekanan awal sesuai 12.2.3 ;
(3) uji kebersihan pipa sesuai 12.2.5;
(4) uji daya tahan tekanan sesuai 12.2.6 atau 12.2.7, kecuali seperti yang diijinkan di
bawah 6.2.
6.2 Uji daya tahan tekanan menurut 6.1 (4) boleh dilaksanakan dengan setiap metoda
pengujian yang akan memastikan suatu penurunan tekanan kurang dari satu persen selama 24
jam.
6.3 Pabrik pembuat rakitan harus menyediakan dokumentasi yang resmi menyatakan kinerja
dan keberhasilan penyelesaian uji yang ditentukan dalam 6.1
6.4 Rakitan buatan pabrik yang menggunakan slang fleksibel harus menggunakan slang dan
konektor yang mempunyai tekanan ledak minimum sebesar 6895 kPa (1000 psig)
6.5 Rakitan buatan pabrik harus mempunyai peringkat penyebaran api tidak lebih dari 200
ketika diuji sesuai ketentuan yang berlaku.
6.6 Rakitan buatan pabrik yang menggunakan slang atau pipa fleksibel harus disambungkan
ke saluran pipa dengan menggunakan stasiun inlet/outlet.
6.7 Rakitan buatan pabrik yang menggunakan slang atau konektor fleksibel, di mana stasiun
inlet/outlet yang terhubung ke pemipaan tidak segera dan sepenuhnya dapat diakses (misal tidak
dapat dimanipulasi tanpa melepas panel, pintu dan sebagainya), harus mempunyai stasiun
inlet/outlet dengan karakteristik tambahan berikut ini:
(1) merupakan konektor jenis D.I.S.S; (diameter index safety sistem)/SIS (crew index
sistem)/Screw
(2) katup searah sekunder yang disyaratkan dalam 5.2 boleh ditiadakan;
(3) dilengkapi dengan terminal kedua, dimana pengguna menyambung dan melepas
hubungan, yang memenuhi 5 kecuali 5.2,
6.8 Rakitan buatan pabrik yang disambungkan dengan saluran pemipaan dengan pematrian
harus mempunyai stasiun inlet/outlet yang memenuhi semua persyaratan 5
6.9 Instalasi rakitan buatan pabrik harus diuji menurut 12.

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 43


7 Rel gas medik (RGM) yang terpasang pada permukaan
7.1 Rakitan RGM boleh dipasang bila diperkirakan dan diperlukan ada banyak pemakaian
gas medik dan vakum pada satu lokasi pasien
72 Rakitan RGM harus sepenuhnya terlihat dalam ruangan, tidak menembus atau melewati
dinding, partisi, dan sejenisnya.
7.3 Rakitan RGM harus dibuat dari bahan dengan temperatur leleh sekurangnya 538 oC
(1000 oF)
7.4 Rakitan RGM harus dibersihkan menurut 10.1.1
7.5 Stasiun inlet atau outlet tidak boleh ditempatkan pada ujung-ujung dari rakitan RGM
7.6 Bukaan untuk stasiun inlet/outlet dalam rakitan RGM harus untuk jenis gas tertentu
7.7 Bukaan pada RGM yang tidak digunakan oleh stasiun inlet/outlet (misal untuk
penggunaan mendatang) harus ditutup atau disumbat sedemikian sehingga diperlukan alat khusus
untuk melepasnya (misal tidak dapat dibuka dengan kunci pas, kunci inggris, obeng, atau alat
umum lainnya)
7.8 Rakitan RGM harus dihubungkan ke pipa saluran melalui fiting yang dipatri ke pipa
saluran tersebut
7.9* Bila pipa saluran dan rakitan RGM terbuat dari metal yang tidak sama, penyambungan
harus digalvanis atau dilindungi dari interaksi dua metal dengan cara lainnya.
7.10 Instalasi RGM harus diuji sesuai dengan 12 dan 13.

8 Indikator tekanan dan vakum

8.1 Umum
8.1.1 Indikator tekanan dan relatif untuk sistem pemipaan gas medik harus dibersihkan untuk
layanan oksigen
8.1.2 Alat ukur tekanan harus memenuhi ketentuan yang berlaku.
8.1.3 Rentang skala tekanan positif dari indikator analog harus sedemikian sehingga
pembacaan normal berada pada tengah, 50 persen skala.
8.1.4 Rentang skala dari indikator digital tidak boleh lebih dari dua kali tekanan kerja dari sistem
pemipaan
8.1.5 Rentang skala indikator vakum harus berupa 0 ~ 760 mm (0 ~ 29,9 in) HgV relatif, kecuali
untuk indikator dengan rentang tampilan normal yang menunjukkan kondisi normal hanya di atas
300 mm (12 inci) HgV relatif.
8.1.6 Indikator yang ada di sebelah aktuator alarm utama dan alarm wilayah harus diberi label
untuk mengidentifikasikan nama atau simbol kimia dari sistem pemipaan khusus yang dimonitor.
8.1.7 Tingkat akurasi indikator yang digunakan dalam pengujian harus 1 persen (dari skala
penuh) atau yang lebih baik, pada titik pembacaan.

44 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


8.2 Lokasi penempatan
8.2.1 Indikator tekanan dan vakum harus dapat dibaca dari suatu posisi berdiri.
8.2.2 Indikator tekanan dan vakum sekurangnya harus disediakan pada lokasi berikut:
(1) di sebelah alat penginisiasi alarm, untuk alarm tekanan dan vakum pipa saluran utama
pada sistem alarm utama;
(2) pada atau dalam panel alarm wilayah guna mengindikasikan tekanan/vakum pada alat
pengaktivasi alarm untuk masing-masing sistem yang dimonitor oleh panel;
(3) pada sisi stasiun inlet/outlet dari katup zona
8.2.3 Semua alat pengindera tekanan dan alat ukur tekanan saluran pipa utama di bagian hilir
dari katup sumber harus dilengkapi dengan suatu fiting pemeriksa kebutuhan gas tertentu guna
memudahkan penggantian dan pengujian layanan.
8.2.4 Fiting pemeriksaan kebutuhan harus disediakan untuk semua alat pemonitor.

9 Sistem peringatan.

9.1 Umum
Semua sistem alarm utama, wilayah, dan lokal yang digunakan untuk sistem gas medik dan
vakum harus meliputi yang berikut ini:
(1) indikator visual yang terpisah untuk masing-masing kondisi yang dimonitor, kecuali
untuk alarm lokal dan yang ditampilkan pada panel alarm utama seperti yang diijinkan
dalam 9.4.2;
(2) indikator visual yang tetap menandakan alarm hingga situasi yang menyebabkan alarm
telah diatasi;
(3) suatu indikasi audio yang dapat dibatalkan (dimatikan) dari masing-masing kondisi
alarm, yang menghasilkan bunyi dengan level minimum 80 dBA pada jarak 92 cm (3
ft);
(4) suatu sarana untuk mengindikasikan lampu atau LED kegagalan;
(5) indikasi visual dan audial bahwa hubungan kabel ke suatu alat penginisiasi alarm
dilepaskan;
(6) pemberian label pada setiap indikator, yang menandakan kondisi yang dimonitor;
(7) pemberian label setiap panel alarm untuk setiap wilayah pengawasannya;
(8) inisiasi ulang sinyal bunyi bila kondisi alarm lainnya terjadi sementara alarm bunyi
sedang dimatikan;
Direkomendasikan meliputi yang berikut ini :
(9) daya dari cabang “life safety” sistem kelistrikan darurat seperti dijelaskan pada sistem
kelistrikan esensial;

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 45


(10) pengabelan dari berbagai sakelar atau sensor yang disupervisi atau diproteksi
sebagaimana dipersyaratkan atau sesuai dengan SNI 04-0225 – edisi terakhir,
Persuaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL);
(11) jaminan dari pihak fasilitas yang berwenang memberikan label pada alarm, di mana
digunakan nomer ruang atau kegunaannya, adalah akurat dan mutakhir;
(12) kelengkapan untuk start ulang secara otomatik setelah matinya aliran daya, selama 10
detik (misal selama penyalaan generator) tanpa menghasilkan suatu alarm palsu atau
memerlukan reset secara manual.

9.2 Alarm utama


Suatu sistem alarm utama harus disediakan untuk memonitor pengoperasian dan kondisi dari
sumber pasokan, sumber cadangan (bila ada), dan tekanan dalam saluran utama dari masing-
masing sistem pemipaan gas medik dan vakum.
9.2.1 Sistem alarm utama harus terdiri dari dua atau lebih panel alarm yang ditempatkan
sekurangnya pada dua lokasi yang terpisah:
(1) satu panel alarm utama harus ditempatkan di ruang kantor atau ruang kerja dari
petugas yang bertanggung jawab terhadap pemeliharaan sistem pemipaan gas medik
dan vakum;
(2) untuk memastikan pengawasan secara kontinyu terhadap sistem gas medik dan
vakum ketika fasilitas sedang dalam pengoperasian, panel alarm utama sekunder
harus ditempatkan dalam daerah yang diamati secara kontinyu (misal ruang telepon,
kantor Satpam, atau lokasi lainnya yang dijaga staf secara kontinyu);
9.2.2 Suatu komputer terpusat (misal sistem manajemen bangunan) tidak boleh menggantikan
setiap panel yang dipersyaratkan dalam 9.2.1, tetapi boleh digunakan sebagai suplemen dari
sistem alarm gas medik dan vakum.
9.2.3 Panel alarm utama yang dipersyaratkan dalam 9.2.1 harus berhubungan langsung
dengan alat penginisiasi alarm yang dimonitornya.
(a) sinyal alarm utama tidak boleh direle dari satu panel alarm utama ke panel alarm
lainnya;
(b) bila digunakan rele alarm banyak kutub untuk mengisolasi sinyal penginisiasi alarm ke
panel alarm utama, sumber daya untuk mengontrol rele harus tidak bergantung pada
salah satu dari panel-panel alarm utama.
9.2.4 Panel alarm utama untuk sistem gas medik dan vakum masing-masing harus meliputi
sinyal berikut ini:

46 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


(1) suatu indikasi alarm pada atau sesaat sebelum pergantian terjadi dalam sistem gas
medik yang dipasok oleh suatu manifol, atau jenis pengganti sistem curah sebagai
suatu bagian dari pengoperasian normalnya, suatu pergantian dari satu bagian dari
pasokan kerja ke bagian lainnya;
(2) suatu indikasi alarm untuk sistem cairan kriogenik curah ketika pasokan utama
mencapai pasokan rata-rata harian, yang mengindikasikan kandungan rendah;
(3) suatu indikasi alarm pada atau sesaat sebelum pergantian ke pasokan cadangan
terjadi pada suatu sistem gas medik yang terdiri dari satu atau lebih unit yang secara
kontinyu memasok sistem pemipaan, sementara lainnya tetap sebagai pasokan
cadangan dan beroperasi hanya dalam kasus keadaan darurat ;
(4) bila suatu penyimpan cairan kriogenik digunakan sebagai suatu cadangan untuk
sistem pasokan curah, suatu indikasi alarm ketika isi dari cadangan berkurang menjadi
satu kali pasokan rata-rata harian;
(5) bila suatu penyimpan cairan kriogenik digunakan sebagai suatu cadangan untuk
sistem pasokan curah, suatu indikasi alarm ketika tekanan gas yang tersedia dalam
unit cadangan dibawah tekanan yang diperlukan agar suatu sistem gas medik
berfungsi;
(6) suatu indikasi alarm ketika tekanan dalam saluran utama dari masing-masing sistem
gas medik yang terpisah meningkat 20 persen atau turun 20 persen dari tekanan kerja
normal;
(7) suatu indikasi alarm ketika tekanan relatif vakum bedah-medik dalam saluran utama
dari masing-masing sistem vakum turun hingga atau di bawah 300 mm (12 inci) HgV ;
(8) suatu indikasi dari panel alarm lokal seperti yang dijelaskan dalam 9.4.2 untuk
mengindikasikan satu atau lebih dari kondisi yang dimonitor di lokasi kerja memberikan
alarm;
(9) suatu alarm titik pengembunan tinggi dari masing-masing lokasi kompresor untuk
memberikan indikasi ketika titik embun dalam saluran tekanan lebih besar dari + 4 oC
(39 oF)
(10) suatu alarm BSGA ketika tingkat vakum atau aliran BSGA di bawah batas efektif
pengoperasian;
(11) suatu alarm titik embun udara instrumen tinggi dari masing-masing lokasi kompresor
untuk mengindikasikan titik embun saluran tekanan lebih besar dari –30 oC (-22 oF).
9.2.5 Indikasi alarm yang dipersyaratkan dalam 9.2.4.(6) dan (7) harus berasal dari sensor yang
dipasang pada saluran utama dekat daerah hilir (pada sisi fasilitas) dari katup sumber. Bila perlu
memasang suatu katup saluran utama sebagai tambahan terhadap katup sumber (lihat 4.5 dan
4.5.4), sensor harus ditempatkan di bagian hilir (pada sisi fasilitas) dari katup utama.

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 47


9.3* Alarm wilayah
Panel alarm wilayah harus disediakan untuk memonitor semua gas medik, vakum bedah-medik,
dan sistem BSGA yang dipipakan memasok lokasi tindakan anestesi, dan mesin/peralatan
keselamatan jiwa (life support) penting lainnya serta daerah kritis seperti ruang pemulihan paska
anesthesi, ruang ICU, bagian UGD, dan seterusnya.
9.3.1 Alarm wilayah harus ditempatkan pada pos perawat, atau lokasi lainnya yang akan
memberikan pengawasan yang bertanggung jawab secara kontinyu
9.3.2 Panel alarm wilayah untuk sistem gas medik harus memberikan indikasi jika tekanan
dalam saluran di wilayah yang sedang dimonitor meningkat atau turun hingga 20 persen dari
tekanan normal saluran.
9.3.3 Panel alarm untuk sistem vakum bedah-medik harus memberikan indikasi bila vakum
relatif dalam wilayah tersebut jatuh hingga atau di bawah 300 mm (12 in) HgV.
9.3.4 Sensor untuk alarm wilayah harus ditempatkan pada lokasi berikut:
(1)* daerah vital life-support dan daerah kritis harus mempunyai sensor alarm yang
dipasang pada sisi keluaran dari setiap rakitan individual kotak katup zona
(2)* daerah untuk pemberian gas anesthesi harus mempunyai sensor yang dipasang pada
sisi sumber dari setiap rakitan kotak katup zona dari ruangan individual, sehingga
penutupan satu atau lebih dari katup zona ruang anestesi tidak akan menyebabkan
suatu alarm.
(3) penempatan sensor tidak boleh dipengaruhi oleh katup yang ditempatkan di daerah
yang hanya dapat diakses oleh petugas yang berwenang, seperti katup layanan (lihat
4.7) atau katup dalam jalur (lihat 4.9)

9.4* Alarm lokal


Alarm lokal harus dipasang untuk memonitor fungsi sistem kompresor udara, sistem pompa vakum
bedah-medik, sistem BSGA, dan sistem udara instrumen.
9.4.1 Sinyal yang dimaksud dalam 9.4.4 boleh ditempatkan sebagai berikut:
(1) pada atau dalam panel kontrol untuk peralatan mesin yang dimonitor;
(2) di dalam suatu alat pemonitor (misal pemonitor titik embun atau pemonitor karbon
dioksida);
(3) pada suatu panel alarm terpisah
9.4.2 Sekurangnya satu sinyal dari masing-masing sistem alarm lokal harus dihubungkan
dengan panel alarm utama untuk mengindikasikan bahwa terdapat masalah dengan peralatan
sumber pada lokasi tersebut.

48 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


9.4.3 Bila terdapat lebih dari satu sistem kompresor udara medik dan/atau lebih dari satu sistem
pompa vakum medik/bedah pada lokasi yang berbeda dalam fasilitas, atau bila kompresor udara
medik dan/atau pompa vakum medik/bedah terdapat pada lokasi yang berbeda dalam fasilitas,
masing-masing lokasi perlu mempunyai alarm yang terpisah pada panel alarm utama.
9.4.4 Fungsi berikut ini harus dimonitor pada masing-masing lokasi alarm lokal:
(1) kompresor cadangan atau kompresor yang sedang beroperasi:
untuk mengindikasikan saat kompresor primer tidak dapat memenuhi persyaratan
kebutuhan sistem, kecuali bila sistem udara medik mempunyai tiga atau lebih
kompresor, maka sinyal cadangan dapat menyalakan alarm bila kompresor terakhir
telah diisyaratkan untuk strart;.
(2) kadar karbon monoksida tinggi:
untuk mengindikasikan saat kadar karbon monoksida dalam sistem udara medik 10
ppm atau lebih;
(3) Titik embun udara medik tinggi,
untuk mengindikasikan saat titik embun saluran tekanan lebih besar dari +4 C (+390 F);
(4) Pompa vakum cadangan. :
untuk mengindikasikan ketika pompa vakum primer tidak dapat memenuhi persyaratan
kebutuhan sistem, kecuali bila sistem pompa vakum mempunyai tiga atau lebih
kompresor, maka sinyal cadangan boleh menyalakan alarm ketika kompresor terakhir
telah diisyaratkan untuk start.
(5) Pompa BSGA sedang digunakan:
bila suatu penghasil (peralatan penghasil) BSGA disediakan sesuai 3.7.1.3,
(6) Titik embun udara instrumen tinggi:,
untuk mengindikasikan titik embun saluran tekanan lebih dari –300 C (-220 F)
(7) Untuk sistem kompresor yang menggunakan kompresor cincin cairan atau kompresor
dengan komponen berpendingin air, air dalam tangki penampung tinggi :
untuk mengindikasikan ketika permukaan air dalam tangki penampung telah mencapai
suatu tinggi permukaan yang ditetapkan dapat merusakkan pengoperasian sistem
(8) Air dalam separator tinggi:
untuk sistem kompresor yang menggunakan kompresor cincin cairan
(9) Temperatur udara keluaran tinggi:
untuk sistem kompresor yang menggunakan kompresor selain cincin cairan

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 49


10 Pemipaan dan fiting.

10.1 Bahan pipa untuk sistem gas medik bertekanan positip yang
dipasang di lokasi.
10.1.1 Pipa, katup, fiting, stasiun outlet, dan komponen pemipaan lainnya dalam sistem gas
medik harus telah dibersihkan untuk layanan oksigen oleh pabrik pembuat sebelum dilakukan
pemasangan sesuai ketentuan yang berlaku, kecuali fiting boleh dibersihkan oleh suplier atau
agen selain dari pabrik pembuat.
10.1.2 Masing-masing panjang pipa harus diangkut dengan ujung-ujungnya ditutup atau
disumbat oleh pabrik pembuat dan tetap tersegel hingga siap untuk pemasangan
10.1.3 Fiting, katup, dan komponen lainnya harus diangkut dalam keadaan tersegel, diberi label,
dan tetap tersegel hingga disiapkan untuk pemasangan
10.1.4 Pipa harus dari jenis “hard-drawn seamless copper” penggunaan untuk pipa gas medik,
tipe L atau setara, kecuali jika tekanan kerja diatas tekanan relatif 1275 kPa (185 psig) maka Jenis
K atau setara harus digunakan untuk ukuran yang lebih besar dari DN 80 (NPS 3) (3 ǩ inci
diameter luar)
10.1.5 Pipa gas medik yang memenuhi persyaratan yang berlaku harus diidentifikasikan atau
disertifikasi oleh pabrik pembuat dengan tanda “OXY”, “MED”, “OXY/MED”, OXY/ARC” atau
“ACR/MED” dengan warna biru (tipe L) atau hijau (tipe K)
10.1.6 Pemasang harus menyerahkan dokumen resmi yang menyatakan bahwa semua bahan
pipa dipasang memenuhi persyaratan 10.1.1

10.2 Bahan pipa untuk sistem vakum bedah medik yang dipasang di
lokasi
10.2.1 Pipa vakum harus dari jenis “hard-drawn seamless copper”, baik pipa gas medik ASTM B
819/BSEN 13348 , pipa air (water cube) ASTM B 88 (tipe K, L, M), atau pipa ACR ASTM B 280.

10.3 Fiting
10.3.1 Belokan, pergeseran (offset) atau perubahan arah lainnya pada pemipaan gas medik dan
vakum harus dibuat dari fiting kapiler tembaga tempa dipatri, atau fiting patri , atau hanya untuk
fiting vakum yang diijinkan menggunakan fiting khusus sesuai butir 10.5.8 (4) hingga 10.5.8 (7).
10.3.2 Fiting paduan tembaga tuang tidak boleh dipergunakan.
10.3.3 Hubungan pencabangan pada sistem pemipaan boleh dilakukan dengan menggunakan
sambungan T (tee) yang dibuat secara mekanik, di bor, dan dikempa (extruded) yang dibentuk
sesuai dengan instruksi pabrik pembuat peralatan, dan dipatri.

50 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


10.4 Sambungan berulir
Sambungan berulir pada pipa distribusi gas medik dan vakum harus memenuhi persyaratan
berikut:

(1) dibatasi hanya untuk hubungan ke indikator tekanan/vakum, peralatan alarm, dan peralatan sumber;
(2) Dari jenis ulir meruncing yang memenuhi ketentuan yang berlaku.
(3) Dilapis dengan pita polytetrafluoroethylene (misal Teflon) atau perapat ulir lain yang
direkomendasikan untuk layanan oksigen, dengan bahan perapat dilapiskan hanya
pada ulir jantan saja.

10.5 Sambungan patri

10.5.1 Persyaratan umum


10.5.1.1 Sambungan yang dipatri harus dibuat dengan menggunakan logam patri paduan yang
mempunyai titik leleh di atas 538oC (1000oF) untuk mempertahankan kesatuan sistem pemipaan
bila terjadi kebakaran.
10.5.1.2 Sambungan pipa yang dipatri harus tipe soket
10.5.1.3 Batang patri (filler) harus mengikat dan secara metalurgik kompatibel dengan logam
dasar dari pipa yang disambung.
10.5.1.4 Batang patri (filler) harus memenuhi ketentuan yang berlaku.
10.5.1.5 Sambungan tembaga ke tembaga harus dipatri dengan menggunakan batang patri
logam jenis tembaga-phosphor atau tembaga-phospor –perak ( Seri BcuP ) tanpa bahan pengalir
patri (fluks).
10.5.1.6 Sambungan yang akan dipatri di tempat harus dapat diakses untuk persiapan,
perakitan, pemanasan, penerapan batang patri, pendinginan, pembersihan dan pemeriksaan.

10.5.2 Pemotongan Ujung Pipa


10.5.2.1 Ujung pipa harus dipotong tegak lurus dengan menggunakan pemotong pipa yang tajam
untuk menghindari perubahan bentuk pipa.
10.5.2.2 Roda pemotong pada alat pemotong pipa harus bersih dari gemuk pelumas, minyak,
atau pelumas lain yang tidak sesuai untuk layanan oksigen.
10.5.2.3 Ujung potongan pipa harus diratakan dengan alat perata yang tajam dan bersih yang
dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah agar serpihan tidak masuk ke dalam pipa.

10.5.3 Pembersihan sambungan untuk pematrian


10.5.3.1 Permukaan bagian dalam dari pipa, sambungan dan komponen lainnya yang telah
dibersihkan untuk layanan oksigen harus disimpan dan dijaga untuk mencegah kontaminasi
sebelum perakitan dan pematrian.

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 51


10.5.3.2 Permukaan luar dari ujung pipa harus dibersihkan sebelum pematrian untuk
menghilangkan oksida logam dari permukaan.
10.5.3.3 Bila membersihkan permukaan luar dari ujung pipa, benda apa pun tidak boleh masuk
kedalam pipa.
10.5.3.4. Bila permukaan dalam fiting sambungan telah terkontaminasi sebelum pematrian,
mereka harus dibersihkan kembali untuk layanan oksigen sesuai dengan 10.5.3.10 dan
dibersihkan dengan sikat kawat yang bersih dan bebas dari minyak guna pematrian.
10.5.3.5. Lap yang tidak abrasif harus digunakan untuk membersihkan permukaan luar dari ujung
pipa.
10.5.3.6 Penggunaan sabut baja atau dan kain ampelas harus dilarang.
10.5.3.7 Proses Pembersihan tidak boleh menghasilkan Alur Goresan pada Permukaan yang
disambung.
10.5.3.8. Sesudah diampelas, permukaan harus dilap dengan kain putih yang bersih dan tidak
berbulu.
10.5.3.9. Bagian dalam dari pipa, fiting, katup, dan komponen lain harus diperiksa secara visual
sebelum disambung untuk memastikan bahwa mereka tidak terkontaminasi untuk layanan oksigen
dan bahwa mereka bebas dari hambatan atau kotoran.
10.5.3.10 Permukaan dalam dari ujung pipa, fiting, dan komponen lain yang telah dibersihkan
untuk layanan oksigen oleh pabrik pembuat, tetapi telah terkontaminasi sebelum pemasangan,
dapat dibersihkan kembali di lapangan oleh pemasang dengan menggosok seluruh permukaan
dalam dengan menggunakan kain dan larutan air panas mengandung alkalin seperti sodium
karbonat atau trisodium phospate 450 g dalam 11 liter air layak minum dan dibilas bersih dengan
air panas layak minum.
10.5.3.11 Larutan air pembersih lainnya boleh digunakan untuk pembersihan ulang di lokasi dalam
10.5.3.10. asalkan mereka direkomendasikan sesuai ketentuan yang berlaku.
10.5.3.12 Bahan yang telah terkontaminasi bagian dalamnya dan tidak dibersihkan untuk layanan
oksigen tidak boleh dipasang.
10.5.3.13 Sambungan harus sudah dipatri dalam waktu satu jam sesudah permukaan dibersihkan
untuk pematrian.

10.5.4 Pematrian logam yang berbeda


10.5.4.1 Bahan pengalir patri hanya boleh digunakan bila dalam penyambungan dua metal yang
berbeda seperti tembaga dan perunggu atau kuningan, menggunakan bahan patri perak ( BAg
series ).
10.5.4.2 Permukaan harus dibersihkan untuk pematrian sesuai dengan 10.5.3.
10.5.4.3 Bahan pengalir patri harus digunakan dengan hemat untuk mengurangi kontaminasi
bagian dalam pipa.

52 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


10.5.4.4 Bahan pengalir patri dapat digunakan secara merata pada permukaan yang telah
dibersihkan dan akan disambung dengan menggunakan sikat untuk memastikan penutupan
secara merata dan pembasahan permukaan dengan bahan pengalir patri.
10.5.4.5 Bila memungkinkan, potongan pendek pipa tembaga yang akan dipatri ke komponen
bukan tembaga, dan bagian dalam dari sub-rakitan tersebut harus dibersihkan dari bahan pengalir
patri sebelum pemasangan dalam sistem pemipaan.
10.5.4.6 Dalam penyambungan pipa berukuran DN20 ( NPS ¾ ) ( Ǭ inchi O.D.) dengan yang
lebih kecil , batang patri berlapis bahan pengalir boleh digunakan sebagai pengganti pemakaian
bahan pengalir patri pada permukaan yang akan disambungkan.

10.5.5 Pembersihan dengan nitrogen


10.5.5.1 Sementara sedang dipatri, sambungan harus selalu dibersihkan dengan nitrogen kering
NF yang bebas minyak untuk mencegah terbentuknya oksida tembaga di permukaan bagian
dalam dari sambungan.
10.5.5.2 Sumber dari gas pembersih harus selalu dimonitor dan pemasang harus diingatkan
dengan alarm peringatan bunyi bila kandungan sumber rendah.
10.5.5.3 Laju aliran gas pembersih tidak boleh menghasilkan suatu tekanan positif dalam sistem
pemipaan.
10.5.5.4 Laju aliran gas pembersih harus dikontrol dengan menggunakan regulator tekanan dan
pengukur laju aliran atau kombinasi keduanya.
10.5.5.5 Pengatur tekanan saja tidak boleh dipergunakan untuk mengontrol laju aliran gas
pembersih.
10.5.5.6 Selama dan sesudah pemasangan, bukaan dalam sistem pemipaan harus ditutup untuk
menjaga suatu atmosfir nitrogen di dalam pemipaan guna mencegah kotoran atau kontaminan
lainnya masuk ke dalam sistem pemipaan.
10.5.5.7 Ketika sambungan sedang dipatri, suatu bukaan pembuangan harus disediakan pada
sisi lain dari sambungan di mana gas pembersih dialirkan.
10.5.5.8 Aliran gas pembersih harus dijaga sampai sambungan terasa dingin bila disentuh.
10.5.5.9 Sesudah sambungan dingin, bukaan pembuangan gas pembersih harus ditutup untuk
mencegah kontaminasi bagian dalam dari pipa dan menjaga atmosfir nitrogen di dalam sistem
pemipaan.
10.5.5.10 Penyambungan akhir dari pemipaan baru ke pemipaan yang telah ada, dan sedang
digunakan, dapat dilakukan tanpa menggunakan nitrogen pembersih.
10.5.5.11 Setelah penyambungan akhir dalam sistem pemipaan gas medik bertekanan positif
dilakukan tanpa pembersihan dengan gas nitrogen, suatu outlet terdekat di zona bagian hilir dari
bagian yang terkena pengaruh penyambungan baik pada pipa baru dan pipa lama yang sedang
digunakan harus diuji sesuai 12.3.9, Uji Penyambungan Akhir Saluran.

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 53


10.5.6 Perakitan dan pemanasan sambungan
10.5.6.1 Ujung-ujung pipa harus dimasukkan secara sempurna kedalam soket dari fiting.
10.5.6.2 Bila bahan pengalir patri boleh digunakan, sambungan harus dipanaskan perlahan-
lahan sampai bahan pengalir tersebut mencair.
10.5.6.3 Sesudah bahan pengalir patri mencair, sambungan harus dipanaskan secara cepat
sampai temperatur pematrian, hati-hati jangan sampai sambungan telampau panas.
10.5.6.4 Teknik pemanasan sambungan , penggunaan logam bahan patri campuran, dan
penyambungan horisontal, vertikal dan penyambungan pipa berdiameter besar harus sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.

10.5.7 Pemeriksaan sambungan patri


10.5.7.1 Sesudah pematrian, permukaan luar semua sambungan harus dicuci dengan air dan
disikat dengan sikat kawat untuk menghilangkan sisa kotoran dan memungkinkan pemeriksaan
secara visual dari sambungan.
10.5.7.2 Bila telah digunakan bahan pengalir patri, maka pencucian dilakukan dengan
menggunakan air panas.
10.5.7.3 Setiap sambungan yang dipatri harus diperiksa secara visual sesudah pembersihan
permukaan luarnya.
10.5.7.4. Tidak diperkenankan adanya sambungan yang menampakkan kondisi berikut ini :
(1) bahan pengalir patri atau sisanya (bila digunakan bahan pengalir atau bahan patri BAg
berlapis bahan pengalir dalam pematrian dua logam pipa yang berbeda);
(2) logam pipa dan fiting yang meleleh atau berkarat;
(3) logam bahan patri yang tidak meleleh;
(4) kerusakan dari logam bahan patri terlihat secara nyata disekeliling sambungan pada
celah antara pipa dan soket sambungan;
(5) retakan pada pipa atau komponen lainnya;
(6) retakan pada logam bahan patri;
(7) kerusakan sambungan untuk menahan tekanan uji ketika dilakukan uji tekanan awal
oleh pemasang (12.2.3.) dan uji kemampuan mempertahankan tekanan (12.2.6. atau
12.2.7.).
10.5.7.5 Sambungan patri yang teridentifikasi gagal menurut kondisi-kondisi dalam 10.5.7.4. (2)
atau (5) harus diganti.
10.5.7.6 Sambungan patri yang terindikasi gagal menurut kondisi-kondisi dalam 10.5.7.4. (1), (3),
(4), (6) atau (7) boleh diperbaiki , kecuali bahwa sambungan boleh dipanaskan satu kali sebelum
diganti.

54 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


10.5.8 Fiting khusus
Fiting khusus berikut boleh dipakai untuk mengganti sambungan patri:
(1) kopling sambungan yang mempunyai tingkat temperatur dan tekanan sambungan tidak
kurang dari suatu sambungan patri;
(2) bila fiting pipa gas dibuat dari logam yang terdaftar atau yang disetujui, menghasilkan
suatu sambungan permanen yang mempunyai sifat mekanik, sifat thermal, dan tingkat
penyekatan (sealing integrity) setara dengan sambungan patri;
(3) fiting dielektrik, bila dipersyaratkan oleh pabrik pembuat peralatan medik khusus, untuk
mengisolasi peralatan dari kelistrikan yang berasal dari sistem pipa distribusi;
(4) kopling dan fiting yang telah diuji oleh pabrik pembuat fiting/kopling untuk layanan
vakum dan yang mempunyai sambungan tekan secara mekanik teruji yang meliputi
sekat cincin elastik (O-ring seal) untuk penggunaan dengan bahan anesthesi;
(5) sambungan beralur yang telah diuji oleh pabrik pembuat kopling/fiting untuk layanan
vakum terdiri dari pipa dengan ujung beralur-gulir dan kopling sambungan-mekanik
dengan gasket elastik yang telah diuji untuk penggunaan dengan bahan anestesi;
(6) pipa tembaga tidak boleh disambungkan dengan alur-guling bila ukuran pipa lebih kecil
daripada DN50 ( NPS 2 in);
(7) penyambungan mekanik-tekan dan sambungan beralur harus dilakukan dengan
menggunakan prosedur kopling/fiting yang direkomendasikan pabrik pembuat.

10.5.9 Sambungan yang dilarang


Sambungan-sambungan berikut dilarang pada seluruh sistem pipa distribusi gas medik dan vakum
:
(1) penyambungan tipe kompresi dan kerucut, termasuk sambungan ke outlet dan inlet,
peralatan alarm, dan komponen lainnya;
(2) selain dari sambungan ulir-lurus (straight-threaded), termasuk union.

10.6 Pemasangan pipa dan peralatan

10.6.1 Penentuan ukuran pipa


10.6.1.1 Sistem pemipaan harus dirancang dan ukuran pipa ditentukan untuk menyalurkan laju
aliran yang dibutuhkan pada tekanan penggunaan.
10.6.1.2 Pipa utama dan pipa cabang dalam sistem gas medik tidak boleh kurang dari DN15
(NPS ½) ( ǫ in.O.D.).
10.6.1.3 Pipa utama dan pipa cabang dalam sistem vakum bedah-medik tidak boleh kurang dari
DN120 (NPS ¾) ( Ǭ in.O.D.).
10.6.1.4 Pipa ujung ke masing-masing stasiun (pos) inlet dan outlet tidak boleh kurang dari DN
15 (NPS ½ ) ( ǫ in.O.D.).

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 55


10.6.1.5 Pipa keluar yang menuju panel alarm,dan pipa sambungan ke indikator tekanan dan
peralatan alarm boleh berukuran DN 8 ( NPS ¼ ) ( Ǫ in.O.D.).

10.6.2 Proteksi pipa


Pemipaan harus diproteksi dari kemungkinan pembekuan, karat, dan kerusakan fisik.
10.6.2.1 Pipa yang terekspos di koridor dan di tempat lain yang dapat terkena kerusakan fisik
akibat pergerakan kereta pasien, tandu, peralatan portabel, atau kereta barang, harus diberi
pelindung.
10.6.2.2 Pipa bawah tanah dalam bangunan atau tertanam dalam lantai beton atau dinding harus
dipasang dalam saluran konduit yang menerus.

10.6.3 Lokasi pemipaan


10.6.3.1 Pipa tegak boleh dipasang di saf pemipaan, jika diproteksi terhadap kerusakan fisik,
temperatur tinggi, korosi atau kontak dengan minyak
10.6.3.2 Pemipaan tidak boleh dipasang di dapur, ruang panel listrik, saf elevator, dan ruangan
dengan nyala api terbuka.
10.6.3.3 Pipa gas medik boleh dipasang pada kanal (trench) atau lorong yang sama dengan pipa
bahan bakar gas, pipa bahan bakar minyak, atau kabel/saluran listrik, dan utilitas sejenis asalkan
kanal atau lorong tersebut diberi ventilasi (alami atau mekanis) dan mempunyai temperatur ambien
maksimum di sekitar pipa gas medik 54o C ( 130 o F )
10.6.3.4 Pemipaan gas medik tidak boleh ditempatkan di lokasi yang dapat menyebabkan kontak
dengan minyak, termasuk tempat genangan bila terjadi kebocoran minyak.

10.6.4 Penggantung dan penyangga pipa


10.6.4.1 Pemipaan harus ditumpu pada struktur bangunan sesuai dengan standar teknis yang
berlaku.
10.6.4.2 Penggantung atau penumpu pipa harus memenuhi dengan standar teknis yang berlaku.
10.6.4.3 Penggantung untuk pipa tembaga harus mempunyai pelapis tembaga dan sesuai
dengan ukuran pipa tembaga.
10.6.4.4 Pada lokasi yang berpotensi lembab, penggantung atau penumpu pipa tembaga yang
kontak langsung dengan pipa harus diberi lapisan (cat) plastik atau diberi isolasi terhadap pipanya.
10.6.4.5 Jarak maksimum antar penumpu harus sesuai dengan Tabel 1.

56 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


Tabel 1. Jarak maksimum antar penyangga pipa
Ukuran Jarak penyangga
Pipa Cm Ft
DN8(NPS ¼ )( 3/8 in O.D.) 152 5
DN10(NPS 3/8 )( ½ in O.D.) 183 6
DN15(NPS ½ )(5/8 in O.D.) 183 6
DN20(NPS ¾ )(7/8 in O.D.) 213 7
DN25(NPS 1)(1 1/8 in O.D.) 244 8
DN32(NPS 1¼ )(1 3/8 in O.D.)
274 9
dan lebih besar
DN40( NPS 1½ )(1 5/8 in O.D.) 305 10
Pipa tegak, semua ukuran, di
457 15
semua lantai tidak boleh lebih dari :

10.6.4.6. Bila dipersyaratkan, pemipaan gas medik dan vakum harus tahan gempa sesuai dengan
peraturan bangunan yang ada.

10.6.5. Pipa bawah tanah di luar bangunan


10.6.5.1. Pipa yang ditanam di luar bangunan harus dipasang di bawah kedalaman penetrasi
pembekuan setempat.
10.6.5.2 Pipa bawah tanah harus dalam suatu konstruksi pelindung yang kontinyu untuk
memproteksi pipa pada saat pekerjaan penimbunan berlangsung.
10.6.5.3 Konstruksi pelindung harus dibelah, atau dengan suatu cara lain, untuk menyediakan
akses terhadap sambungan pipa selama pemeriksaan visual dan uji kebocoran.
10.6.5.4 Pipa bawah tanah yang akan menerima beban permukaan harus ditanam pada suatu
kedalaman yang akan melindungi pipa dan konstruksi pelindung dari tekanan yang berlebihan.
10.6.5.5 Tebal minimum timbunan tanah yang akan menutupi bagian atas konstruksi pelindung
untuk pipa yang ditanam di luar bangunan haruslah 90 cm ( 36 In.). kecuali itu tebal minimum
dapat dikurangi sampai 45 cm ( 18 in ) bila kerusakan fisik dapat dicegah dengan cara lain.
10.6.5.6 Kanal harus digali sedemikian sehingga konstruksi pelindung pipa mendapatkan daya
dukung tanah yang kokoh dan kontinyu pada bagian dasar dari kanal.
10.6.5.7 Tanah timbunan harus bersih dan dipadatkan sedemikian untuk melindungi dan
mendukung konstruksi pelindung pipa secara kontinyu.
10.6.5.8 Pita atau tanda kontinyu yang diletakkan tepat di atas konstruksi pelindung saluran pipa,
harus jelas menunjukkan jalur pipa dengan nama yang spesifik.
10.6.5.9 Sarana peringatan yang kontinyu juga harus disediakan di atas jalur pemipaan pada
tinggi kira-kira setengah kedalaman tanah timbunan.

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 57


10.6.5.10 Bila pipa bawah tanah yang dipasang menembus dinding, ujung-ujung bagian yang
tertembus harus diberi sekat penutup untuk mencegah air permukaan masuk kedalam bangunan.

10.6.6 Titik pencabangan


Pencabangan aliran dari pipa horisontal diambil dari atas garis sumbu pipa utama atau pipa
cabang dan naik ke atas dengan sudut 450 dari arah vertikal.

10.6.7 Slang dan sambungan fleksibel


10.6.7.1 Slang dan sambungan fleksibel baik dari bahan logam atau bukan logam tidak boleh
lebih panjang dari yang diperlukan dan tidak boleh menembus atau tersembunyi dalam dinding,
lantai, langit-langit, atau dinding partisi.
10.6.7.2 Sambungan fleksibel baik dari bahan logam atau bukan logam harus mempunyai
tekanan ledak relatif minimum 6895 kPa (1000 psig).

10.6.8 Penyambungan antar sistem yang dilarang


10.6.8.1 Dua atau lebih sistim pemipaan gas atau vakum tidak boleh saling dihubungkan guna
pemasangan, pengujian atau untuk alasan lainnya.
10.6.8.2 Uji kebocoran harus dilakukan dengan pemuatan gas, dan pengujian dilakukan secara
terpisah untuk masing-masing sistem pemipaan.

10.6.9 Petunjuk pabrik pembuat


10.6.9.1. Pemasangan komponen individual harus dilakukan sesuai dengan petunjuk dari pabrik
pembuat.
10.6.9.2 Instruksi seperti itu harus memuat arahan dan informasi yang oleh pabrik pembuat
dipandang cukup untuk melaksanakan pengoperasian, pengujian dan pemeliharaan yang tepat
dari sistem gas medik dan vakum.
10.6.9.3 Fotocopy dari instruksi pabrik pembuat harus diserahkan kepada pemilik sistem.

10.6.10 Perubahan dalam penggunaan sistem


10.6.10.1 Bila suatu sistem distribusi gas medik bertekanan positif yang mula-mula digunakan atau
dibangun untuk sebuah tekanan dan untuk satu gas tertentu dikonversikan untuk pengoperasian
pada tekanan lain atau gas lain, semua ketentuan 10 harus diterapkan seolah-olah sistem adalah
baru.
10.6.10.2 Sistim vakum tidak boleh dikonversikan untuk digunakan sebagai suatu sistem gas.

10.6.11 Kualifikasi pelaksana pemasangan


10.6.11.1 Instalasi sistem gas medik dan vakum harus dilakukan oleh teknisi yang cakap,
kompeten, dan berpengalaman dalam membangun instalasi semacam itu.

58 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


10.6.11.2 Pelaksana pemasangan sistem gas medik dan vakum harus memenuhi ketentuan yang
berlaku. (Standar kualifikasi profesional pelaksana pemasangan sistem instalasi gas medik dan
vakum.)
10.6.11.3 Pematrian harus dilakukan oleh seseorang yang cakap menurut ketentuan 10.6.12.
10.6.11.4 Sebelum suatu pekerjaan instalasi dilakukan, pelaksanan pemasangan pemipaan gas
medik dan vakum medik harus menyediakan dan menyimpan dokumentasi, di tempat pelaksanaan
pekerjaan, tentang kualifikasi prosedur pematrian dan kualifikasi masing-masing tukang patri
seperti yang dipersyaratkan pada 10.6.12.
10.6.11.5 Personil dari organisasi pelayanan kesehatan boleh memasang sistem pemipaan bila
semua persyaratan pada 10.6.11 dipenuhi selama pemasangan.

10.6.12 Kualifikasi prosedur pematrian dan pekerjaan pematrian


10.6.12.1 Prosedur pematrian dan kinerja tukang patri untuk pemasangan pipa gas medik dan
vakum harus cakap (memenuhi kualifikasi) sesuai standar yang berlaku, dimana keduanya telah
dimodifikasi seperti pada 10.6.12.2. sampai 10.6.12.5.
10.6.12.2 Tukang patri harus diuji kecakapannya dengan pemeriksaan visual dari potongan tes
pematrian diikuti oleh pemotongan hasil pematrian.
10.6.12.3 Spesifikasi prosedur pematrian harus membahas pembersihan, jarak bebas dari
sambungan, panjang overlap, gas pembersih bagian dalam pipa, laju gas pembersih, dan logam
bahan patri.
10.6.12.4 Spesifikasi prosedur pematrian dan catatan kinerja uji kualifikasi tukang patri harus
mendokumentasikan logam bahan patri yang digunakan, pembersihan, jarak bebas dari
sambungan, panjang overlap, gas pembersih bagian internal dan laju aliran gas pembersih selama
pematrian dari potongan pipa, dan ada/tidaknya oksidasi pada bagian dalam dari potongan pipa
yang telah selesai dipatri.
10.6.12.5 Kualifikasi prosedur pematrian yang disahkan (dikeluarkan) oleh sebuah kelompok atau
badan yang secara teknis berkompeten harus boleh digunakan dalam kondisi berikut :
(1) spesifikasi prosedur pematrian dan catatan prosedur uji kualifikasi memenuhi
persyaratan dari standar ini;
(2) pemberi tugas mendapatkan masing-masing sebuah salinan dari spesifikasi prosedur
pematrian dan catatan pendukung uji kualifikasi dari kelompok atau badan yang
menerbitkannya, dan menandatangani dan memberi tanggal pada catatan ini, dan
dengan demikian menerima tanggung jawab untuk spesifikasi dan uji kualifikasi yang
dilaksanakan oleh grup atau badan tersebut;
(3) pemberi tugas menguji kualifikasi setidaknya seorang pelaku pematrian dengan
mengikuti setiap spesifikasi prosedur pematrian yang digunakan.

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 59


10.6.12.6 Seorang pemberi tugas boleh menerima catatan uji kualifikasi tukang patri dari pemberi
tugas sebelumnya di bawah kondisi berikut :
(1) tukang patri tersebut telah diuji kecakapannya dengan menggunakan sebuah prosedur
yang sama atau setara dengan yang digunakan oleh pemberi tugas yang baru.
(2) pemberi tugas yang baru memperoleh sebuah salinan rekaman kinerja uji kecakapan
tukang patri tersebut dari pemberi tugas sebelumnya dan menandatangani dan
memberi penanggalan pada rekaman ini, dengan demikian menerima tanggung jawab
untuk uji kualifikasi yang dilaksanakan oleh pemberi kerja sebelumnya.
10.6.12.7 Uji kualifikasi kinerja dari tukang patri harus tetap berlaku selamanya kecuali jika tukang
patri tersebut tidak melakukan pekerjaan pematrian, dengan prosedur yang telah dibakukan,
dalam waktu lebih dari 6 bulan, atau ada alasan khusus untuk mempertanyakan kemampuan dari
tukang patri tersebut.

11 Penamaan dan identifikasi


Lihat tabel 2.

11.1 Penamaan pipa


11.1.1 Pemipaan harus dinamai dengan menggunakan penandaan yang dicetakkan atau
penandaan yang ditempelkan guna menunjukkan sistem gas medik atau vakum.
11.1.2 Label pipa harus menunjukkan nama gas/sistem vakum atau simbol kimia.
11.1.3 Untuk gas nitrogen, bila sistem pemipaan gas bertekanan positif bekerja pada tekanan
selain dari tekanan relatif standar dari 345 sampai 380 kPa (50 sampai 55 psig) atau tekanan
relatif dari 1100 sampai 1275 kPa (160 sampai 185 psig), label pipa harus mencantumkan tekanan
operasional tidak standar ini sebagai tambahan pada nama gas.
11.1.4 Label pipa harus ditempatkan pada lokasi seperti berikut :
(1) pada interval jarak tidak lebih dari 6,1 m (20 ft);
(2) setidaknya satu di dalam setiap ruangan;
(3) pada kedua sisi dinding atau partisi yang diterobos pipa;
(4) setidaknya satu pada setiap tingkat ketinggian yang dilewati oleh pipa tegak (riser).

11.2 Katup penyetop


11.2.1 Katup penyetop harus diindetifikasikan sebagai berikut:
(1) nama atau simbol kimia untuk gas medik atau sistem vakum yang spesifik;
(2) ruangan atau area yang dilayani;
(3) sebuah peringatan untuk tidak menutup atau membuka katup kecuali dalam keadaan
darurat.

60 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


11.2.2 Untuk gas Nitrogen atau udara instrumen, bila sistem pemipaan gas bertekanan positif
bekerja pada tekanan selain dari tekanan relatif standar dari 345 sampai 380 kPa (50 sampai 55
psig) atau tekanan relatif dari 1100 sampai 1275 kPa (160 sampai 185 psig), identifikasi katup
harus juga mencakup tekanan operasional tidak standar tersebut.
11.2.3 Katup sumber harus diberi label pada bagian dasarnya sebagai berikut:

KATUP SUMBER
UNTUK (NAMA SUMBER)

11.2.4 Katup saluran utama harus dinamai pada bagian dasarnya seperti berikut:

KATUP SALURAN UTAMA UNTUK (NAMA GAS/VAKUM)


MELAYANI (NAMA BANGUNAN)

11.2.5 Katup pipa tegak harus dinamai pada dasarnya seperti berikut:

PIPA TEGAK UNTUK (NAMA GAS/VAKUM)


MELAYANI
(NAMA AREA/BANGUNAN YANG DILAYANI OLEH PIPA TEGAK
TESEBUT)

11.2.6 Katup layanan harus dinamai pada dasarnya seperti berikut:

KATUP LAYANAN UNTUK (NAMA GAS/VAKUM)

MELAYANI
(NAMA AREA/BANGUNAN YANG DILAYANI OLEH KATUP
TERSEBUT)

11.3 Stasiun outlet dan inlet


11.3.1 Stasiun outlet dan inlet harus diidentifikasikan dengan nama atau simbol kimia untuk gas
medik atau vakum tertentu yang disediakannya.
11.3.2 Untuk gas Nitrogen, bila sistem gas medik bekerja pada tekanan selain dari tekanan
relatif standar dari 345 sampai 380 kPa (50 sampai 55 psig) atau tekanan relatif dari 1100 sampai
1275 kPa (160 sampai 185 psig), identifikasi stasiun outlet harus mencantumkan tekanan
operasional yang tidak standar tersebut sebagai tambahan pada nama gas.

11.4 Panel alarm


Penamaan panel alarm harus memenuhi persyaratan butir 5.1.9.1 (6) dan (7)

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 61


62
Tabel 2 - Standar penandaan warna dan tekanan operasional untuk sistem gas dan vakum
Layanan gas Singkatan nama Warna (latar/tulisan) Standar ukuran tekanan
Udara Medik Udara tekan medik Hijau/hitam 345 ~ 420 kPa (50 ~ 55 psi)
Karbon dioksida CO2 Hitam/putih 345 ~ 420 kPa (50 ~ 55 psi)
Helium He Coklat/putih 345 - 420 kPa (50 –55 psi)
Nitrogen N2 Abu-abu/putih 1100 - 1475 kPa (160 -185 psi)
Nitrous oksida N2O Biru/putih 345 - 420 kPa (50-55 psi)
Oksigen O2 Putih/hijau 345 - 420 kPa (50 –55 psi)
Oksigen/campuran O2/CO2n% (n adalah % dari
Hijau/putih 345 ~ 420 kPa (50 ~ 55psi)
karbon dioksida CO2)
Vakum medik- 380 mm sampai 760 mm (15 in. sampai
Med Vac Kuning/hitam
bedah 30 in.) HgV.
Limbah anastetik
BSGA Violet (warna lembayung)/putih Bervariasi sesuai tipe sistem
buangan gas
Warna seperti di atas gas utama (major) untuk
Campuran lain Gas A% / Gas B% Tidak ada
latar/ gas minor untuk tulisan
Udara non medik
(tingkat 3 alat Kuning dan putih garis diagonal/hitam Tidak ada
bertenaga gas)
Vakum non medik
Putih dan hitam garis diagonal/kotak hitam Tidak ada
dan tingkat 3
Laboratorium udara Kuning dan putih papan cek/hitam Tidak ada
Laboratorium
Putih dan hitam papan cek/kotak hitam Tidak ada
Vakum
udara Instrumen Merah/putih 1100-1475 kPa (160-185 psi)

| Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


12 Pemeriksaan dan pengujian (gas, vakum medik-bedah,
dan BSGA)

12.1 Umum
12.1.1 Pemeriksaan dan pengujian harus dilaksanakan pada semua sistem gas dalam pipa yang
baru, penambahan, renovasi, instalasi sementara, atau sistem yang sedang diperbaiki, untuk
memastikan fasilitas tersebut, dengan prosedur yang didokumentasikan, bahwa semua ketentuan
yang berlaku dari dokumen ini telah ditaati dan integritas sistem tercapai atau terjaga
12.1.2 Pemeriksaan dan pengujian harus mencakup semua komponen atau bagian sistem
tetapi tidak membatasi pada, sumber gas curah, manifol, sistem sumber udara bertekanan (seperti
kompresor, pengering, saringan, regulator), alarm sumber dan pengawasan keamanan, alarm
utama, jalur pipa, katup isolasi, alarm wilayah, katup zona, dan stasiun inlet (vakum) dan stasiun
outlet (gas bertekanan).
12.1.3 Semua sistem yang dibuka/ditembus dan komponen-komponen yang mengalami
penambahan, perbaikan, atau penggantian (seperti sumber gas baru: curah, manifol, kompresor,
pengering, alarm) harus diperiksa dan diuji.
12.1.4 Sistem-sistem harus dipandang telah dibuka/ditembus pada titik penyusupan dalam jalur
pipa oleh pemisahan fisik atau oleh pelepasan, penggantian, atau penambahan komponen sistem.
12.1.5 Bagian dari sistem yang dibuka/ditembus yang mengalami pemeriksaan dan pengujian
harus dibatasi hanya pada zona spesifik yang telah diubah dan komponen dalam zona atau
daerah yang berhubungan langsung, dan berada di hulu dari sistem vakum dan di hilir dari gas
bertekanan pada titik atau area penyusupan.
12.1.6 Laporan pemeriksaan dan pengujian harus diserahkan langsung pada pihak yang
dikontrak untuk pengujian, dan harus menyerahkan laporan melalui jalur-jalur pelaporan kepada
otoritas fasilitas yang bertanggung jawab dan fihak lain yang dipersyaratkan.
12.1.7 Laporan harus berisikan daftar rincian semua temuan dan hasil pemeriksaan dan
pengujian.
12.1.8 Otoritas fasilitas yang bertanggung jawab harus meninjau ulang catatan pemeriksaan dan
pengujian ini sebelum penggunaan semua sistem untuk menjamin bahwa semua temuan dan hasil
pemeriksaan dan pengujian telah diselesaikan dengan baik.
12.1.9 Semua dokumentasi yang mengacu pada pemeriksaan dan pengujian harus disimpan
pada lokasi setempat dalam fasilitas.
12.1.10 Sebelum sistem pemipaan digunakan, otoritas di dalam fasilitas harus bertanggung jawab
untuk memastikan bahwa gas/vakum yang disalurkan (didistribusikan) pada outlet/inlet adalah
seperti yang ditunjukkan pada label outlet/inlet dan bahwa fiting penyambungan yang tepat telah
terpasang untuk pelayanan gas/vakum tertentu.

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 63


12.1.11 Penerimaan laporan pemeriksaan oleh verifikator boleh digunakan untuk memenuhi
persyaratan pada 12.1.10.
12.1.12 Untuk tujuan pengujian, pencopotan komponen dalam suatu sistem sumber untuk
perbaikan dan pemasangan kembali, atau penggantian komponen yang serupa, harus
diperlakukan seperti pekerjaan baru, bila pekerjaan seperti itu melibatkan pemotongan dan/atau
pematrian pipa baru.
12.1.12.1 Bila tidak ada pipa yang diubah, pengujian fungsional harus dilaksanakan seperti
(1) untuk memeriksa fungsi dari peralatan yang diganti;
(2) untuk menjamin bahwa tidak ada peralatan lain dalam sistem terkena pengaruh yang
merugikan.
12.1.12.2 Bila tidak ada pipa yang diubah, sebagai tambahan pada pengujian fungsi umum
seperti dipersyaratkan pada 12.1.12.1, pengujian harus dilaksanakan seperti berikut:
(1) sumber gas bertekanan harus diuji sesuai 12.3.14.2 tergantung jenis peralatan;
(2) sumber udara medik dan sumber udara instrumentasi harus diuji menurut 12.3.14.2(A).
(3) Sistem vakum dan BSGA harus diuji menurut 12.3.14.4.
(4) Sistem alarm harus diuji menurut 12.3.5.2 dan 12.3.5.3
(5) Semua komponen yang berpengaruh harus diuji, sesuai dengan komponen spesifik
tersebut (misal alat monitor titik embun - dew point), pengganti harus diuji menurut
3.5.15).

12.2 Pengujian yang dilaksanaan oleh pelaksana pemasangan

12.2.1 Umum
12.2.1.1 Pengujian yang dipersyaratkan oleh 12.2 harus dilaksanakan dan didokumentasikan oleh
pelaksana pemasangan sebelum melaksanakan pengujian yang tercatat pada 12.3, Pemeriksaan
sistem.
12.2.1.2 Pengujian gas harus menggunakan Nitrogen NF kering, bebas minyak.
12.2.1.3 Bila rakitan peralatan buatan pabrik akan dipasang, pengujian yang dipersyaratkan oleh
12.2 harus dilaksanakan sebagai berikut :
(1) setelah pemasangan pipa distribusi selesai, tetapi sebelum uji kemampuan
mempertahankan tekanan;
(2) sebelum pemasangan rakitan peralatan buatan pabrik yang disuplai dipasok melalui
pipa slang atau pipa fleksibel;.
(3) pada semua stasiun outlet/inlet pada rakitan buatan pabrik terpasang yang dipasok
melalui pipa tembaga.

64 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


12.2.2 Pembersihan awal
Pemipaan pada sistem distribusi gas medik dan vakum harus dibersihkan dengan cara ditiup
dengan menggunakan Nitrogen kering, bebas minyak, sebagai berikut :
(1) setelah pemasangan pipa distribusi;
(2) sebelum pemasangan stasiun outlet/inlet dan komponen sistem lainnya (misal
peralatan alarm tekanan/vakum, indikator tekanan/vakum, katup relief tekanan,
manifol, peralatan sumber).

12.2.3 Pengujian tekanan awal


12.2.3.1 Setiap bagian pemipaan dalam sistem gas medik dan vakum harus diuji tekanan.
12.2.3.2 Pengujian tekanan awal harus dilaksanakan sebegai berikut:
(1) setelah pemasangan stasiun outlet/inlet dalam seluruh rakitan, tutup pipa pengujian
boleh digunakan;
(2) sebelum pemasangan komponen-komponen dari sistem pipa distribusi yang bisa
menjadi rusak oleh pengujian tekanan (misal peralatan alarm tekanan/vakum, indikator
tekanan/vakum, katup relief tekanan, rakitan peralatan buatan pabrik dengan slang
fleksibel, slang , dan lainnya).
12.2.3.3 Katup penyetop sumber harus tetap tertutup selama pengujian ini.
12.2.3.4 Tekanan uji untuk gas bertekanan harus 1,5 kali tekanan kerja sistem tetapi tidak kurang
dari tekanan relatif 1035 kPa (150 psig).
12.2.3.5 Tekanan uji untuk vakum harus tidak kurang dari tekanan relatif 415 kPa (60 psi).
12.2.3.6 Pengujian tekanan harus dijaga sampai setiap sambungan telah diuji kebocoran dengan
menggunakan air sabun atau cara pendeteksi kebocoran lain yang setara efektifitasnya, dan aman
digunakan bersama oksigen.
12.2.3.7 Kebocoran, jika ada, harus ditetapkan lokasinya, diperbaiki (jika dibolehkan), diganti (jika
dibutuhkan), dan diuji ulang.

12.2.4 Pengujian sambungan silang


Antara berbagai sistem pemipaan gas dan vakum medik harus diperiksa bahwa tidak terdapat
sambungan silang di antaranya.
12.2.4.1 Semua tekanan dalam sistem pemipaan harus diturunkan hingga pada tekanan atmosfir.
12.2.4.2 Sumber gas uji harus diputuskan dari semua sistem pemipaan kecuali untuk satu-
satunya sistem yang akan diuji.
12.2.4.3 Sistem yang sedang diuji harus diisi dengan Nitrogen NF kering, bebas minyak, hingga
tekanan relatif 345 kPa (50psig).

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 65


12.2.4.4 Setelah pemasangan masing-masing muka panel dengan adaptor yang tepat dan yang
sesuai dengan label outlet/inlet, setiap outlet/inlet pada setiap sistem pemipaan gas medik dan
vakum yang terpasang harus diperiksa untuk menentukan bahwa uji gas disalurkan hanya dari
sistem pemipaan yang sedang diuji.
12.2.4.5 Pengujian sambungan silang yang dimaksud dalam 12.2.4 harus diulangi untuk setiap
sistem pemipaan gas medik dan vakum yang terpasang.
12.2.4.6 Penamaan dan identifikasi yang tepat pada outlet/inlet sistem harus dikonfirmasikan
selama pengujian ini.

12.2.5 Pengujian kebersihan pemipaan


Outlet pada setiap sistem pemipaan gas medik harus dibersihkan untuk membuang setiap partikel
bahan dari pipa distribusi.
12.2.5.1 Dengan menggunakan adaptor yang tepat, setiap outlet harus dibersihkan dengan aliran
gas uji dalam volume besar yang terputus-putus sampai uji pembersihan ini tidak menghasilkan
perubahan warna pada kain putih bersih.
12.2.5.2 Pembersihan ini harus dimulai pada bagian terjauh dari katup zona.

12.2.6 Pengujian kemampuan mempertahankan tekanan untuk pemipaan gas


medik bertekanan positif
Setelah lulus uji tekanan awal menurut 12.2.3, pipa distribusi gas medik harus dikenai suatu uji
kemampuan mempertahankan tekanan.
12.2.6.1 Pengujian harus dilakukan setelah pemasangan terakhir dari katup stasiun keluaran,
muka panel, dan komponen sistem distribusi lainnya (misal alat alarm tekanan, indikator tekanan,
katup pelepasan tekanan saluran, rakitan buatan pabrik, selang, dan sebagainya).
12.2.6.2 Katup sumber harus ditutup selama dalam pengujian ini
12.2.6.3 Sistem pemipaan harus dikenai pengujian kemampuan menahan tekanan selama 24 jam
dengan menggunakan Nitrogen NF kering, bebas minyak.
12.2.6.4 Tekanan uji harus 20 persen diatas tekanan kerja normal sistem saluran.
12.2.6.5 Pada akhir pengujian, harus tidak ada perubahan tekanan uji selain daripada yang
disebabkan oleh perubahan temperatur udara ambien, seperti yang diijinkan dalam 12.2.7.6.
12.2.6.6 Kebocoran, bila ada, harus ditentukan tempatnya, diperbaiki (bila dibolehkan) atau
diganti (bila diperlukan), dan diuji ulang.

12.2.7 Pengujian kemampuan menahan tekanan untuk sistem vakum


Setelah lulus pengujian tekanan awal menurut 12.2.3, pemipaan distribusi vakum harus dikenai
suatu pengujian kemampuan menahan tekanan vakum.
12.2.7.1 Pengujian harus dilakukan setelah pemasangan semua komponen sistem vakum.

66 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


12.2.7.2 Sistem pemipaan harus dikenai pengujian kemampuan mempertahankan tekanan vakum
selama 24 jam.
12.2.7.3 Tekanan relatif pengujian uji tidak boleh kurang dari 300 mm (12 in) HgV.
12.2.7.4 Selama pengujian, hubungan sumber tekanan vakum uji harus dilepas dari sistem
pemipaan.
12.2.7.5 Pada akhir pengujian harus tidak terdapat perubahan vakum uji selain dari pada yang
disebabkan oleh perubahan temperatur udara ambien, seperti yang diijinkan dalam 12.2.7.6.
12.2.7.6 Perubahan vakum uji yang disebabkan oleh pemuaian atau pengerutan harus boleh
dihitung dengan metoda hubungan tekanan-temperatur seperti berikut:
(1) tekanan absolut akhir yang dihitung sama dengan tekanan absolut awal dikalikan
dengan temperatur absolut akhir dan dibagi dengan temperatur absolut awal;
(2) tekanan absolut adalah pembacaan tekanan relatif ditambah 101,4 kPa (14,7 psi);
(3) temperatur absolut adalah pembacaan temperatur ditambah 238 oC (460 oF);
(4) pembacaan tekanan relatif akhir yang diijinkan sama dengan pembacaan tekanan
absolut akhir dikurangi tekanan relatif sebesar 101,4 kPa (14,7 psi).
12.2.7.7 Kebocoran, bila ada, harus ditentukan tempatnya, diperbaiki (bila dibolehkan) atau
diganti (bila diperlukan), dan diuji ulang

12.3 Verifikasi sistem

12.3.1. Umum
12.3.1.1 Uji verifikasi harus dilakukan hanya setelah lulus semua uji yang dipersyaratkan dalam
12.2 uji yang dilakukan pelaksana pemasangan.
12.3.1.2 Gas uji haruslah bebas minyak, dari jenis Nitrogen NF kering atau gas sistem bilamana
diijinkan.
12.3.1.3 Pengujian pengujian harus dilakukan oleh pihak yang secara teknis berkompeten dan
berpengalaman di bidang pengujian saluran pipa gas medik dan vakum dan memenuhi
persyaratan yang berlaku.
12.3.1.4 Pengujian harus dilakukan oleh pihak lain, bukan dari kontraktor pemasangan.
12.3.1.5 Bila sistem belum pernah dipasang oleh personil setempat dari fasilitas, pengujian harus
boleh dilakukan oleh personil organisasi tersebut yang memenuhi persyaratan 12.3.13
12.3.1.6 Semua pengujian yang dipersyaratkan dalam 12.3 harus dilakukan setelah pemasangan
dari setiap rakitan peralatan buatan pabrik yang dipasok melalui slang atau pipa lentur.
12.3.1.7 Bila terdapat banyak titik penyambungan yang mungkin untuk terminal-terminal, setiap
posisi yang mungkin harus diuji secara independen.
5.1.12.3.1.8 Bila diijinkan oleh instansi berwenang, dimana penggunaan nitrogen tidak
memungkinkan, gas sumber harus boleh dipergunakan untuk pengujian berikut:

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 67


(1) uji kemampuan mempertahankan tekanan (12.3.2);
(2) uji sambungan silang (12.3.3);
(3) uji alarm (12.3.5);
(4) uji pembersihan pipa (12.3.6);
(5) uji kebersihan pipa dari partikel (12.3.7);
(6) uji kemurnian pipa (12.3.8);
(7) uji tekanan kerja (12.3.10).

12.3.2 Pengujian kemampuan mempertahankan tekanan


Sistem pemipaan harus dilakukan pengujan kemampuan mempertahankan tekanan selama 10
menit, pada tekanan kerja saluran dengan menggunakan prosedur berikut:
(1) setelah sistem diisi dengan nitrogen atau gas sumber, katup sumber dan semua katup
zona harus ditutup;
(2) sistem pemipaan harus tidak menunjukkan penurunan tekanan setelah 10 menit;
(3) Setiap kebocoran yang ditemukan harus ditandai lokasinya, diperbaiki dan diuji
kembali menurut 12.2.6.

12.3.3 Pengujian sambung-silang


Setelah penutupan dari dinding-dinding dan lulus persyaratan 12.2 pengujian yang dilakukan
pelaksana pemasangan, sistem harus diperiksa bahwa tidak ada sambung silang dari sistem-
sistem pemipaan, dengan metoda yang dijelaskan dalam 12.3.3.1 atau 12.3.3.2

12.3.3.1 Pemberian tekanan masing-masing pipa


(a) tekanan dalam semua sistem pemipaan gas medik dan vakum harus diturunkan
sampai tekanan atmosfir;
(b) semua sumber gas uji dari semua sistem gas medik dan vakum, dengan perkecualian
sistem yang sedang diuji, harus diputuskan hubungannya;
(c) sistem yang sedang diuji harus diberi tekanan sampai tekanan relatif 345 kPa (50 psi);
(d) dengan adapter yang sesuai dan dengan label-label keluaran, setiap stasiun (pos)
inlet/outlet dari semua sistem gas medik dan vakum yang terpasang harus diperiksa
untuk menentukan bahwa gas uji hanya dikeluarkan dari lubang masukan/keluaran dari
sistem pemipaan yang sedang diuji;
(e) sambungan sumber gas uji harus diputuskan dan sistem yang diuji diturunkan
tekanannya hingga tekanan atmosfir;
(f) dilanjutkan menguji setiap sistem pemipaan lainnya hingga semua sistem pemipaan
gas medik dan vakum bebas dari sambungan silang.

68 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


12.3.3.2 Pengujian beda tekanan
(a) tekanan dalam semua sistem gas medik harus diturunkan sampai tekanan atmosfir
(b) tekanan gas uji dalam semua sistem pemipaan gas medik harus dinaikkan hingga
harga-harga yang ditunjukkan dalam tabel 3, bersama sama mempertahankan tekanan
nominal ini hingga keseluruhan pengujian.
(c) sistem dengan tekanan kerja yang tidak standar harus diuji pada suatu tekanan relatif
sekurangnya 70 kPa (10 psig) lebih tinggi atau lebih rendah dari setiap sistem lainnya
yang sedang diuji.
(d) setiap sistem vakum harus dalam kondisi beroperasi sehingga sistem vakum ini diuji
pada waktu yang sama dengan sistem gas medik yang sedang diuji.
Tabel 3 - Berbagai tekanan pengujian.

Gas medik Tekanan

Tekanan Relatif
Campuran gas 140 kPa (20 psi)
Nitrogen/Udara instrumen 210 kPa (30 psi)
Nitro oksida 275 kPa (40 psi)
Oksigen 345 kPa (50 psi)
Udara Medik 415 kPa (60 psi)
Sistem pada tekanan tidak standar 70 kPa (10 psi) lebih tinggi dari rendah dari
setiap sistem lainnya

HgV Vakum
Vakum 510 mm (20 in) HgV
BSGA 380 mm (15 in) HgV (bila dirancang
demikian)

(e) Setelah pengaturan tekanan sesuai dengan 12.3.3.2.(b) dan (c), setiap stasiun outlet
untuk sistem gas medik harus diuji dengan menggunakan sambungan gas-khusus
untuk setiap sistem dengan pengukur tekanan pengujian terpasang, untuk
memverifikasikan bahwa tekanan uji/vakum yang benar telah diperoleh pada setiap
inlet/outlet dari masing-masing sistem yang terdaftar dalam tabel 3.
(f) Setiap pengukur tekanan pengujian yang digunakan dalam pelaksanaan pengujian ini
harus dikalibrasikan dengan indikator tekanan yang digunakan pada regulator saluran
tekanan yang dipakai untuk menyediakan (indikasi) tekanan sumber.
(g) Setiap stasiun (pos) outllet harus diidentifikasikan dengan suatu label (dan penandaan
dengan warna, bila digunakan), dan tekanan yang diindikasikan pada pengukur
tekanan uji harus seperti yang terdapat dalam tabel 3 untuk sistem yang sedang diuji.

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 69


12.3.4 Pengujian katup
Katup yang dipasang pada sistem pemipaan gas medik dan vakum harus diuji untuk memeriksa
kebenaran dari pengoperasian dan ruangan atau daerah yang dikontrolnya.
12.3.4.1 Harus dibuat daftar yang memuat data ruangan atau daerah yang dikontrol oleh masing-
masing katup untuk masing-masing gas.
12.3.4.2 Informasi dalam daftar tersebut harus digunakan untuk membantu dan memeriksa
kebenaran pemberian label yang tepat dari semua katup.

12.3.5 Pengujian alarm

12.3.5.1 Umum
(a) Semua sistem peringatan untuk setiap sistem gas medik dan vakum harus diuji untuk
memastikan bahwa semua komponen berfungsi dengan tepat sebelum menempatkan
sistem ke dalam pemakaian;
(b) Rekaman permanen dari semua pengujian ini harus disimpan.
(c) Sistem peringatan yang merupakan bagian tambahan pada suatu sistem pemipaan
yang telah ada harus diuji sebelum penyambungan dari pemipaan yang baru ke sistem
yang telah ada.
(d) Pengujian dari sistem peringatan untuk instalasi baru (pengujian awal) harus dilakukan
setelah pengujian sambung-silang (12.3.3), tetapi sebelum penggelontoran
(pembersihan) dari pemipaan (12.3.6) dan melakukan uji verifikasi lainnya yang tersisa
(belum dilakukan) (12.3.7 hingga 12.3.14)
(e) Pengujian awal dari suatu sistem peringatan, yang dapat dimasukkan ke dalam suatu
penambahan atau perluasan kepada suatu sistem pemipaan yang telah ada, harus
diselesaikan sebelum penyambungan dari sistem tambahan tersebut kepada sistem
yang telah ada.
(f) Gas uji untuk pengujian awal harus bebas minyak, nitrogen NF kering, gas peruntukan
sistem, atau vakum kerja.

12.3.5.2 Alarm induk


(a) Pengujian sistem alarm induk harus dilakukan untuk setiap sistem pemipaan gas
medik dan vakum.
(b) Catatan permanen dari pengujian-pengujian ini harus disimpan dan dipelihara seperti
yang dipersyaratkan dalam 12.1.7
(c) Sinyal bunyi dan sinyal visual yang tidak dapat dibatalkan menurut 12.9. harus
mengindikasikan bilamana tekanan dalam saluran pipa utama mengalami kenaikkan
atau mengalami penurunan sekitar 20 persen dari tekanan kerja normal.

70 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


(d) Pengoperasian dari seluruh sinyal alarm induk yang diacu dalam 9.2.4. harus
diverifikasikan.

12.3.5.3 Alarm ruangan/daerah/setempat


Sinyal peringatan untuk seluruh sistem saluran pemipaan yang memasok lokasi (ruang) anesthesi
dan ruangan keselamatan jiwa yang vital (“vital life-support”) serta ruangan pelayananan kritis,
seperti ruang pemulihan paska anestesi, unit pelayanan intensif ICU, unit perawatan jantung
koroner, ruang darurat dan ruang operasi-bedah harus diuji untuk membuktikan suatu kondisi
alarm bilamana tekanan dalam sistem pemipaan mengalami kenaikkan atau penurunan 20 persen
dari tekanan kerja normal untuk gas yang bertekanan positif, atau ketika tekanan sistim vakum
turun di bawah 300 mm (12 inci) HgV tekanan relatif.

12.3.6 Pengujian pembersihan (penggelontoran) pipa


Dalam upaya menghilangkan setiap sisa dari zat yang sangat kecil yang mengendap di dalam
saluran-saluran pipa sebagai akibat dari konstruksi, suatu penggelontoran dengan volume aliran
yang besar dan terputus-putus harus dilakukan
12.3.6.1 Adaptor yang tepat harus disediakan oleh fasilitas atau manufakturer, dan laju
penggelontoran yang tinggi sekurangnya 225 NIiter/min (8 SCFM) harus dilakukan terhadap setiap
lubang keluaran (outlet).
12.3.6.2. Setelah pembersihan (penggelontoran) dimulai, proses ini harus terputus-putus dengan
cepat beberapa kali hingga pembersihan menghasilkan tidak terjadinya perubahan warna pada
sebuah pakaian putih yang dengan kendor diikatkan di atas adaptor selama terjadinya
pembersihan.

12.3.7 Pengujian kebersihan sistem pipa dari partikel kecil


Untuk setiap sistem gas bertekanan positif, kebersihan dari sistem pemipaan harus
diverifikasikan.
(a) Sekurangnya 1000 liter ( 35 ft3) harus difilter melalui filter yang bersih, berwarna putih,
berukuran 0,45 mikron pada sebuah laju aliran minimum 100 NIiter/min (3,5 SCFM)
(b) 25% dari zona-zona harus diuji pada lubang outlet yang paling jauh dari sumbernya.
(c) Filter tersebut harus memperoleh tidak lebih dari 0,001 g (1 mg) bahan (endapan) dari
setiap lubang keluaran yang diuji.
(d) Bilamana ada satu lubang outlet gagal dalam tes ini, lubang outlet yang terjauh dari
setiap zona harus diuji.
(e) Pengujian ini harus dilakukan dengan menggunakan nitrogen kering atau gas sistem,
yang bebas minyak,

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 71


12.3.8 Pengujian kemurnian sistem pemipaan
Untuk setiap sistem bertekanan positif, kemurnian dari sistem pemipaan harus dibuktikan
(diperiksa kebenarannya).
(a) Pengujian ini harus dilakukan dengan nitrogen kering atau gas dari peruntukan sistem,
yang bebas minyak.
(b) Pengujian ini digunakan untuk menghitung jumlah total hidrokarbon (seperti metan)
dan hidrokarbon dihalogenisasi, dan dibandingkan dengan gas sumber.
(c) Pengujian-pengujian ini harus dilakukan pada lubang outlet terjauh dari sumber
(d) Perbedaan di antara kedua pengujian, untuk satu kasus pun, harus tidak melebihi
batasan sebagai berikut:
(1) Hidrokarbon total, 1 ppm
(2) Hidrokarbon yang dihalogensasi, 2 ppm
(e) Suatu pengujian titik embun harus dilakukan pada lubang keluaran yang terjauh dari
sumber dan titik embun harus tidak lebih 500 ppm pada 120C (53,6 oF).

12.3.9 Uji penyambungan akhir saluran


12.3.9.1 Sebelum penyambungan pekerjaan (baru), atau pengembangan atau penambahan
sistem pemipaan yang telah ada, uji pada butir 12.3.1 hingga butir 12.3.8 harus berhasil
dilaksanakan pada hasil kerja yang baru ini.
12.3.9.2 Setiap sambungan dalam jaringan (pipa) akhir antara pekerjaan yang baru dan
sistem yang telah ada harus dilakukan uji kebocoran dengan gas dari peruntukan sistem
pada tekanan kerja normal dengan menggunakan air yang mengandung sabun atau cara
lain yang aman digunakan dengan oksigen.
12.3.9.3 Untuk gas-gas bertekanan positif, segera setelah jaringan pipa akhir dibuat dan diuji
kebocorannya, zona tertentu yang diubah dan komponen dalam zona atau area yang langsung
harus dibersihkan (digelontor, dibilas) menurut 12.3.6
12.3.9.4 Sebelum hasil pekerjaan yang baru digunakan untuk perawatan pasien, gas-gas
bertekanan positif harus diuji untuk tekanan kerja, dan konsentrasi gasnya menurut dengan
12.3.10. dan 12.3.11.
12.3.9.5 Catatan yang permanen dari pengujian-pengujian ini harus disimpan sesuai
dengan 13.8.1.

12.3.10 Pengujian tekanan kerja


Pengujian tekanan kerja harus dilakukan pada setiap pos (stasiun) lubang keluaran/lubang
masukan atau terminal dimana pengguna melakukan penyambungan dan pemutusan sambungan.
12.3.10.1 Pengujian harus dilakukan dengan nitrogen kering, gas dari peruntukan sistem atau
(tekanan) vakum kerja, yang bebas minyak.

72 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


12.3.10.2 Seluruh lubang keluaran dengan tekanan relatif sebesar 345 kPa (50 psi), termasuk tapi
tidak terbatas pada oksigen, gas nitrous oksida, udara medik dan karbon dioksida, harus
mengalirkan 100 Nl/menit (3.5 SCFM) dengan penurunan tekanan tidak lebih dari 35 kPa (5 psi)
dan tekanan statik sebesar 345 - 380 kPa (50-55 psi).
12.3.10.3 Lubang outlet harus mengalirkan 140 Nl/menit (5.0 SCFM) dengan penurunan tekanan
relatif tidak lebih dari 35 kPa (5 psi) dan tekanan statis sebesar 1100 hingga 1275 kPa (160 - 180
psi).
12.3.10.4 Lubang inlet (tekanan) vakum bedah-medik harus mengisap 85 Nl/menit (3 SCFM) tanpa
mengurangi tekanan vakum di bawah 300 mm (12 inci) HgV pada setiap pos (stasiun) lubang inlet
terdekat.
12.3.10.5 Lubang outlet oksigen dan udara yang melayani ruang perawatan (pasien) kritis
dibolehkan laju aliran transiennya sebesar 170 Nl/Menit (6 SCFM) selama 3 detik.

12.3.11 Pengujian konsentrasi gas medik


Setelah pembersihan masing - masing sistem dengan gas peruntukkan sistem, yang berikut ini
harus dikerjakan :
1) setiap sumber gas bertekanan dan lubang keluaran harus dianalisa untuk konsentrasi
gas per volumenya;.
2) analisa harus dilakukan dengan alat yang dirancang untuk mengukur gas tertentu yang
dikeluarkan.
3) konsentrasi yang diperbolehkan harus seperti ditunjukkan dalam tabel 4
Tabel 4 - Konsentrasi gas

Jenis Gas Medik Konsentrasi


Oksigen > 94% oksigen
Karbon dioksida < 5 Vpm
Karbon monoksida < 5 Vpm
H2O < 25 Vpm
Nitro Oksida > 99 % Nitro Oksida
Nitrogen > 99% Nitrogen atau
< 1% Oksigen
Udara tekan medik 19,5 – 23,5 % Oksigen
Gas lain Seperti yang ditentukan oleh labelnya
r1%, kecuali ditentukan dengan cara lain

12.3.12 Pengujian kemurnian udara medik (sistem kompresor)


12.3.12.1 Sumber udara medik harus dianalisa untuk konsentrasi bahan pencemar berdasarkan
volumenya sebelum katup sumber dibuka.

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 73


12.3.12.2 Contoh uji harus diambil untuk pengujian sistem udara - pada lubang pengambilan
contoh uji pada sistem.
12.3.12.3. Hasil pengujian harus tidak melebihi parameter dalam tabel 12.3.12.3 .

Tabel 12.3.12.3 - Parameter pencemar dalam udara medik

Parameter Nilai Ambang Batas


Titik embun 40C (390F)
Karbon Monoksida 10 ppm
Karbon Dioksida 500 ppm
Gas-gas Hidrokarbon 25 ppm ( misal metan)
Gas Hidrokarbon
2 ppm
dihalogenisasi

12.3.13 Penamaan (pelabelan)


Penamaan yang dipersyaratkan oleh standar ini untuk seluruh komponen seperti stasiun
outley/inlet, katup penyetop, dan panel alarm harus diverifikasi kebenarannya.

12.3.14 Verifikasi peralatan sumber

12.3.14.1 Umum
Verifikasi dari peralatan sumber harus dilaksanakan setelah pemasangan dari saluran pipa yang
saling menghubungkan, aksesori, dan peralatan sumber.

12.3.14.2 Sumber pasokan gas


(a) Sebelum sistem peralatan mulai digunakan, peralatan sistem tersebut harus diuji
ketepatan fungsinya, termasuk pergantian dari pasokan primer ke pasokan
sekundernya (dengan sinyal pergantiannya) dan pengoperasian pasokan cadangan
(dengan sinyal cadangan-sedang-digunakan’).
(b) Jika sistem mempunyai tombol aktuasi dan sinyal untuk memonitor isi cadangan,
fungsi tombol tersebut harus diuji terlebih dahulu sebelum sistem mulai digunakan
(c) Jika sistem mempunyai tombol aktuasi dan sinyal untuk memonitor tekanan dari unit
cadangan, fungsi tombol tersebut harus di tes terlebih dahulu sebelum sistem mulai
digunakan.
(d) Pengujian dari sinyal asokan curah dan pemasangan panel sinyal utama harus diatur
bersama dengan pemilik atau organisasi yang bertanggung jawab untuk
pengoperasian dan pemeliharaan sistem pasokan untuk pengujian dari sinyal pasokan
curah guna memastikan identifikasi dan aktivasi yang tepat dari panel sinyal induk agar
fasilitas dapat memonitor status (keadaan) dari sistem pasokan dengan pasti.
(e) Semua uji yang dipersyaratkan dalam butir 12.3.14.2 (d) harus di lakukan lagi jika unit
penyimpanan diubah atau diganti.

74 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


12.3.14.3 Sistem kompresor udara medik
(a) Pengujian sistem kompresor udara medik harus mencakup pengujian kemurnian
kualitas udara, dan pengujian sensor-sensor alarm setelah pengkalibrasian dan
perakitan sesuai instruksi yang diberikan oleh pabrik pembuat, termasuk kontrol “lead-
lag “.
(b) Pengujian harus dilakukan di lubang pengambilan sampel uji dari sistem kompresor
udara medik
(c) Pengoperasian sensor pengendali sistem, seperti titik embun, temperatur udara, dan
semua sensor pemonitor dan pengendali kualitas udara, harus di periksa ketepatan
fungsi dan kerjanya sebelum sistem tersebut dioperasikan.
(d) Kualitas dari udara yang dikeluarkan oleh sistem ini harus dipastikan terlebih dahulu
sebelum digunakan oleh pasien.
(e) Pengujian kualitas udara seperti pada butir 12.3.14.(d) harus dilakukan minimum
setelah 24 jam pengoperasian sesuai dengan 12.3.14.3.(f) tentang hal mesin
(kompresor).
(f) Suatu kebutuhan kira-kira sebesar 25 persen dari kapasitas rata-rata kompresor harus
dihasilkan agar kompresor itu terus menerus berotasi hidup dan mati dan pengering
beroperasi selama periode 24 jam.

12.3.14.4 Sistem vakum medik – bedah


Kinerja yang benar (tepat) dari sistem vakum bedah medik- harus di uji terlebih dahulu sebelum di
operasikan.

13 Pengoperasian dan manajemen.

13.1 Administrasi
Pihak yang berwenang dalam menata organisasi pelayanan kesehatan harus menyediakan
peraturan dan langkah-langkah untuk keselamatan dalam praktek.
13.1.1 Spesifikasi pembelian (peralatan) mencakup hal berikut ini:
(a) spesifikasi dari tabung silinder;
(b) penandaan dari tabung silinder, regulator, dan katup;
(c) sambungan yang cocok dari tabung silinder yang dipasok untuk fasilitas (pelayanan
kesehatan).
13.1.2 Prosedur pelatihan harus mencakup yang berikut:
(1) program perawatan sesuai dengan rekomendasi pabrik pembuat untuk pemipaan
sistem gas;

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 75


(2) penggunaan dan pengangkutan peralatan serta penanganan yang tepat dari tabung
silinder, kontainer, gerobak tangan, penopang, dan katup serta tutup (topi) pelindung
katup;
(3) penggunaan yang tepat dari sistem vakum bedah-medik dalam upaya mengeliminasi
praktek-praktek yang dapat mengurangi keefektifan sistem tersebut, seperti
meninggalkan ujung isap dan pipa kateter terbuka saat tidak sedang mengisap
(menyedot), dan menggunakan rangkaian (tatanan) peralatan yang dilengkapi unit
perangkap (cairan dari udara) yang terpasang dengan tidak benar atau tidak dilengkapi
dengan unit perangkap.
13.1.3 Kebijakan penegakkan peraturan harus meliputi yang berikut ini:
(1) peraturan penyimpanan dan penanganan tabung silinder dan kontainer oksigen dan
nitrous oksida;
(2) peraturan penanganan oksigen dan nitrous oksida yang aman di ruangan/lokasi-lokasi
anesthesi.
(3) evaluasi dari setiap sinyal peringatan dan seluruh upaya cepat yang diperlukan untuk
mengembalikan fungsi yang benar dari sistem gas medik dan vakum.
(4) kemampuan organisasi dan sumber untuk mengatasi terhentinya (hilangnya) total dari
setiap sistem gas medik atau sistem vakum.
(5) semua pengujian yang dipersyaratkan dalam 12.3 harus terlaksana dengan sukses
sebelum penggunaan dari setiap sistem pemipaan gas medik atau vakum guna
perawatan pasien.

13.2 Langkah khusus pencegahan bahaya untuk penanganan tabung silinder


oksigen dan pipa manifol
Penanganan tabung silinder oksigen dan pipa manifol harus berdasarkan ketentuan yang berlaku.
13.2.1 Tabung silinder oksigen, kontainer, dan peralatan yang terkait harus dilindungi dari kontak
terhadap minyak atau gemuk. Langkah khusus pencegahan bahaya harus mencakup yang berikut
ini:
(1) minyak, gemuk atau bahan yang mudah menyala harus tidak boleh mempunyai kontak
dengan tabung silinder oksigen, katup, regulator, atau penyambung;
(2) regulator, kelengkapan (fiting, sambungan), atau alat ukur tidak boleh dilumasi dengan
minyak atau bahan mudah terbakar lainnya;
(3) tabung silinder oksigen atau peralatannya tidak diperkenankan untuk ditangani dengan
tangan, sarung tangan, kain lap yang berminyak atau mengandung pelumas.

76 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


13.2.2 Peralatan yang berhubungan dengan oksigen harus dilindungi terhadap kontaminasi.
Langkah khusus pencegahan bahaya harus meliputi yang berikut ini :
(1) partikel debu dan kotoran harus dibersihkan dari lubang bukaan katup silinder dengan
sedikit membuka dan menutup katup, sebelum memasang setiap perlengkapan
(sambungan) ke silinder;
(2) katup tekanan tinggi pada silinder oksigen harus dibuka sebelum membawa peralatan
ke pasien atau pasien ke peralatan;
(3) tabung silinder oksigen tidak diperkenankan untuk dihiasi dengan bahan apapun
seperti pakaian rumah sakit, masker, atau tutup kepala;
(4) tutup pelindung katup silinder, jika disediakan, harus disimpan di tempatnya dan
dikencangkan dengan tangan, kecuali jika silinder sedang dipakai atau terhubung
untuk pemakaian;
(5) katup harus ditutup pada semua silinder yang kosong yang berada dalam tempat
penyimpanan (gudang).
13.2.3 Tabung silinder harus dilindungi dari kerusakan. Langkah khusus pencegahan bahaya
harus meliputi yang berikut ini:
(1) tabung silinder oksigen harus dilindungi dari goncangan yang tidak normal, yang bisa
menimbulkan kerusakan pada silinder, katup atau alat pengaman;
(2) tabung silinder oksigen tidak diperkenankan untuk disimpan di dekat lif, lorong, atau di
lokasi di mana benda yang bergerak mungkin akan menabrak silinder atau barang
tersebut akan menimpanya;
(3) tabung silinder harus dijaga dari perusakan oleh orang-orang yang tidak berwenang;.
(4) silinder dan katup silinder seharusnya tidak di perbaiki atau diganti;
(5) alat relief pengaman (pelepas tekanan lebih) yang terdapat pada katup atau tabung
silinder tidak diperkenankan untuk dirusak;
(6) lubang keluaran katup yang tersumbat es dihilangkan dengan air hangat, bukan yang
mendidih;
(7) suatu obor api menyala tidak boleh, dalam keadaan apapun, mendekati dan
mempunyai kontak dengan katup silinder atau peralatan pengaman;
(8) percikan api atau api harus dijauhkan dari silinder;
(9) meskipun tabung-tabung ini dipandang kosong, silinder tidak boleh digunakan sebagai
landasan guling (roda, roller), landasan, atau untuk kegunaan lain selain dari kegunaan
yang dirancang oleh suplier silinder;
(10) tabung silinder berukuran besar (lebih dari ukuran E) dan kontainer yang lebih berat
dari 45 Kg (100 lb) harus dibawa dengan truk tangan atau kereta yang tepat;
(11) silinder yang berdiri bebas harus di rantai dengan baik atau ditopang oleh dudukan
silinder atau oleh kereta yang tepat;

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 77


(12) silinder tidak boleh diberdirikan diatas radiator (pemanas ruangan), pipa uap, atau
pembuang panas.
13.2.4. Silinder dan isinya harus ditangani dengan seksama. Peringatan (keselamatan kerja)
spesifik harus meliputi yang berikut ini :
(1) kelengkapan (sambungan), katup, regulator, atau alat ukur untuk gas oksigen harus
belum pernah dipergunakan untuk gas lain selain oksigen;
(2) gas jenis apapun harus tidak pernah dicampur di dalam suatu silinder oksigen atau
dalam silinder lainya;
(3) oksigen harus selalu dikeluarkan dari silinder melalui regulator tekanan;
(4) katup slinder harus dibuka secara perlahan, dengan muka indikator dari regulator
menghadap ke petugas atau orang lain;
(5) oksigen harus diacu dengan nama sebenarnya yaitu oksigen bukan udara dan oksigen
cair pun harus diacu sesuai namanya yaitu oksigen cair bukan udara cair;
(6) oksigen harus tidak boleh digunakan sebagai pengganti bagi udara bertekanan (yang
dimampatkan);
(7) tanda yang dicetak pada silinder tidak diperkenankan untuk dirusak karena hal tersebut
melanggar peraturan negara jika mengganti tanda tersebut tanpa ijin tertulis dari biro
yang berwenang;
(8) tanda yang digunakan untuk menandakan isi dari tabung silinder tidak boleh ditutup
atau dilepas, termasuk instruksi pemasangan, kartu, tanda yang dicetakkan pada
badan silinder, dan bagian atas dari kartu pengangkutan;
(9) pemilik silinder harus diberitahu jika terjadi suatu kondisi telah terjadi yang bisa
mengakibatkan masuknya benda asing ke dalam tabung atau katup dengan
memberikan detail dan nomer dari silinder;
(10) tabung silinder atau kontainer harus dijauhkan dari radiator (pemanas ruangan), pipa
uap, cerobong (dakting) panas atau sumber panas lainnya;
(11) silinder yang sangat dingin harus ditangani dengan hati-hati untuk menghindari
terjadinya kecelakaan.
13.2.5 Peralatan oksigen yang rusak tidak boleh digunakan sampai salah satu butir berikut ini
terpenuhi :
(1) telah diperbaiki oleh petugas yang kompeten dalam menangani peralatan tersebut;
(2) telah diperbaiki oleh pembuat atau agen yang berwenang;
(3) telah diganti.
13.2.6 Regulator yang memerlukan perbaikan atau tabung silinder yang mempunyai katup yang
tidak dapat beroperasi dengan baik tidak boleh dipergunakan.

78 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


13.3 Tindakan pencegahan khusus dalam menghubungkan silinder
dan tabung kontainer
13.3.1 Kunci-kunci pas dan peralatan yang digunakan untuk menghubungkan perlengkapan
terapi pernapasan tidak disyaratkan dari jenis yang tidak menimbulkan percikan.
13.3.2 Katup silinder harus dibuka dan disambungkan sesuai dengan langkah-langkah berikut
ini.
(1) pastikan bahwa peralatan, sambungan katup silinder, katup silinder bebas dari benda
asing;
(2) jauhkan keluaran katup silinder dari petugas dan orang sekitar. Petugas berdiri di
sebelah sisi – bukan di depan dan juga bukan di bagian belakang. Sebelum
menyambungkan alat-alat ke katup silinder, buka katup silinder sebentar untuk
menghilangkan debu;
(3) sambungkan alat ke katup silinder, kencangkan baut (mur) sambungan dengan hati-
hati dengan kunci inggris;
(4) lepaskan sekrup pengatur tekanan rendah dari regulator sampai terbuka penuh.
(5) buka katup silinder perlahan sampai pada posisi terbuka penuh;
(6) putar sekrup pengatur tekanan rendah di regulator sampai tekanan yang tepat
diperoleh;
(7) buka katup untuk pengoperasian alat.
13.3.3 Sambungan untuk tabung harus sesuai dengan instruksi pengoprasian yang dibuat oleh
produsen tabung.

13.3.4 Pencegahan bahaya khusus dalam perawatan mekanisme pengaman


13.3.4.1 Petugas yang menggunakan silinder, tabung dan peralatan lainnya yang dicakup dalam
standar ini harus memahami “Pin-index Safety Sistem” dan “Diameter Index Safety Sistem”; kedua
sistem ini dirancang untuk mencegah penggunaan gas yang salah.
13.3.4.2 Melepas, mengubah, atau mengganti mekanisme pengaman dengan pelepasan tekanan,
penyambung yang tidak bisa diganti, dan cara pengamanan lainnya harus dilarang.

13.3.5 Tindak pencegahan khusus – penyimpanan silinder dan tabung


13.3.5.1 Penyimpanan harus direncanakan agar silinder dapat digunakan dalam urutan yang
sama dengan ketika mereka diterima dari para suplier.
13.3.5.2 Bila disimpan dalam konstruksi pelindung (enclosure) yang sama, silinder kosong harus
dipisahkan dari silinder yang terisi penuh.
13.3.5.3 Silinder kosong harus ditandai untuk menghindari kesalahan dan penundaan bila silinder
yang terisi penuh diperlukan mendadak.
13.3.5.4 Silinder yang disimpan di tempat terbuka harus dilindungi sebagai berikut :

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 79


(1) terhadap cuaca ekstrim dan tanah di bawahnya untuk menghindari timbulnya karat;.
(2) selama musim dingin, terhadap akumulasi es dan salju;
(3) di musim panas, terhadap sinar matahari langsung di kota/daerah yang mempunyai
temperatur ekstrim.
13.3.5.5 Selain dari yang tersambung ke peralatan anesthesi, silinder berisi oksigen atau nitrous
oksida dilarang disimpan di lokasi pelaksanaan tindakan anesthesi.

13.3.6 Tindak pengamanan khusus – sistem pipa gas/vakum untuk pasien


13.3.6.1. Penggunaan sistem pemipaan untuk mendistribusikan gas anestesi yang mudah
terbakar dilarang.
13.6.2 Sistem gas medik tidak mudah terbakar yang digunakan memasok gas untuk terapi
pernapasan harus dipasang sesuai dengan bab 1 sampai bab 11.
13.6.3 Penggunaan sistem pemipaan gas sebagai elektroda pembumian dilarang.
13.6.4 Pembuang cairan dan potongan-potongan kecil benda dengan cara memasukkannya
kedalam sistem vakum bedah-medik dilarang.
13.6.5 Penggunaan sistem vakum bedah-medik sebagai saluran balik kondensat uap vakum
atau penggunaan non medik atau non bedah lainnya dilarang.

13.7 Informasi sistem-sistem gas/vakum dan tanda - tanda peringatan


13.7.1 Isi gas dalam sistem pemipaan gas medik dan vakum harus diberi label sesuai dengan
11.1
13.7.2 Label untuk katup penyetop harus sesuai dengan 11.2 dan harus diperbaharui ketika
modifikasi yang dilakukan mengubah daerah-daerah yang dilayani.

13.8 Pemeliharaan sistem gas/vakum dan pengarsipan


13.8.1 Catatan permanen dari semua uji yang diperlukan dalam 12.3.1 sampai 12.3.14 harus
disimpan di dalam arsip organisasi.
13.8.2 Suatu prosedur pengujian periodik untuk gas/vakum medik yang tidak mudah terbakar
dan sistem alarm terkait harus dilaksanakan.
13.8.3 Ketika modifikasi yang dibuat atau perawatan yang dilakukan membuka sistem, uji
verifikasi yang ditentukan pada 12.3 harus dilakukan pada bagian hilir dari sistem pemipaan gas
medik
13.8.4 Sebuah program pemeliharaan harus dibuat untuk yang berikut ini:
(1) sistem kompresor pasokan udara medik sesuai rekomendasi pabrik pembuat;
(2) fasilitas pelayanan kesehatan harus membuat suatu prosedur kalibrasi dan pengujian
yang dapat memastikan alat monitor karbon monoksida terkalibrasi sekurang-
kurangnya sekali setahun atau lebih sering lagi bila direkomendasikan pabrik pembuat;

80 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


(3)* Sistem pemipaan vakum bedah-medik dan peralatan sekunder yang terpasang pada
stasiun inlet vakum bedah-medik untuk memastikan berlanjutnya kinerja yang baik dari
seluruh sistem vakum bedah-medik;
(4) Sistem BSGA untuk menjamin kinerjanya.
13.8.5 Indikator alarm bunyi/visual harus memenuhi persyaratan berikut :
(1) diuji secara periodik untuk memeriksa bahwa alat-alat tersebut berfungsi dengan baik.
(2) mempunyai catatan pengujian yang telah disimpan sampai pengujian yang berikutnya
dilakukan.
13.8.6 Kinerja terminal stasiun inlet vakum bedah-medik, seperti yang disyaratkan dalam
12.3.10.4, harus diuji sebagai berikut :
(1) pada suatu jadwal reguler pemeliharaan pencegahan seperti yang ditentukan oleh staf
pemeliharaan fasilitas
(2) berdasarkan pada aliran udara bebas (NI/menit atau SCFM) ke dalam sebuah stasiun
inlet sementara secara bersamaan diperiksa.

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 81


PEDOMAN TEKNIS PRASARANA RS :
INSTALASI TATA UDARA PADA BANGUNAN
RUMAH SAKIT

DIREKTORAT BINA PELAYANAN PENUNJANG MEDIK DAN SARANA KESEHATAN


SUB DIREKTORAT BINA SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN
TAHUN 2012
KATA PENGANTAR

Instalasi Tata Udara Rumah Sakit merupakan salah satu faktor penting dalam penyelenggaraan
pelayanan medik.
Dalam rangka mendukung Undang-Undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, maka perlu
disusun Pedoman Teknis Prasarana Instalasi Tata Udara pada Bangunan Rumah Sakit yang
memenuhi standar pelayanan Keselamatan dan Kesehatan.
Sistem Tata Udara di rumah sakit berfungsi untuk pengaturan temperatur, kelembaban udara
relatif, kebersihan udara dan tekanan udara di dalam ruang serta dalam rangka mencegah
berkembang biak dan tumbuh suburnya mikroorganisme, terutama di ruangan-ruangan khusus
seperti di ruang operasi, ruang isolasi, dan lain-lain.
Pedoman Teknis ini disusun dengan partisipasi berbagai pihak termasuk rumah sakit, organisasi
profesi serta instansi terkait.
Dengan diterbitkannya Pedoman Teknis ini, maka penyelenggaraan sistem Tata Udara di seluruh
rumah sakit di Indonesia diharapkan dapat mengacu pada “Pedoman Teknis Prasarana Instalasi
Tata Udara pada Bangunan Rumah Sakit” ini.
Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Pedoman Teknis ini, kami
ucapkan terima kasih.

Jakarta, September 2012

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | iii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar iii


Daftar Isi v

BAB - I Ketentuan Umum


1.1 Latar Belakang 1
1.2 Pengertian 2
1.3 Maksud dan Tujuan 5
1.4 Ruang Lingkup 5

BAB - II Fasilitas Perawatan Kesehatan


2.1 Pendahuluan 6
2.2 Pengkondisian Udara (Air Conditioning) untuk pencegahan 7
dan tindakan terhadap penyakit.

BAB - III Fasilitas Rumah Sakit


3.1 Fasilitas Rumah Sakit 9
3.2 Kualitas Udara 10
3.3 Gerakan Udara 12
3.4 Temperatur dan Kelembaban Udara 15
3.5 Perbedaan Tekanan dan Ventilasi 16
3.6 Pengendalian Asap 17
3.7 Kriteria Rancangan Spesifik 17
3.8 Kontinuitas Layanan dan Konsep Energi 18
3.9 Perawatan 21
3.10 Penunjang 28
3.11 Kontinuitas Layanan Dan Konsep Energi 36

BAB - IV Fasilitas Rawat Jalan Rumah Sakit


4.1 Umum 40
4.2 Klinik Diagnostik 40
4.3 Klinik Pengobatan 40
4.4 Kriteria Rancangan 40

BAB - V Pengoperasian Dan Pemeliharaan


5.1 Pendahuluan 42
5.2 Pemeliharaan 42
5.3 Perkakas Pemeliharaan Modern. 46
5.4 Pengoperasian 53
5.5 Pemenuhan dengan Persyaratan “Joint Commisioning” 53
5.6 Konstruksi. 56
5.7 Pertimbangan Pemeliharaan Khusus untuk sistem Tata Udara/Peralatan 66
5.8 Komisioning Bangunan 66
5.9 Perancangan Modal Investasi 67

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | v


BAB - V Pengoperasian Dan Pemeliharaan 68
Lampiran 69
TIM PENYUSUN 81
KEPUSTAKAAN 82
BAB – I
KETENTUAN UMUM

1.1 Latar Belakang.


1.1.1 Bangunan rumah sakit merupakan fasilitas kesehatan yang membutuhkan perhatian
sangat khusus dalam perencanaan, pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaannya terutama
pada prasarana instalasi tata udara.
1.1.2 Bangunan rumah sakit mempunyai kekhususan yang sangat berbeda dan tidak ditemui di
bangunan gedung umum lainnya.
Rumah sakit adalah tempat dimana orang sakit (dengan bermacam-macam penyakit) didiagnosa,
diterapi, dirawat, dan dilakukan tindakan medik. Tindakan medik ini dimulai dari pemeriksaan
biasa, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan dengan sinar radioaktif, pemeriksaan dengan
ultrasonic, tindakan pembedahan ringan, tindakan pembedahan berat dan sebagainya.
1.1.3 Pasien datang dengan beragam penyakit dan masalah kesehatan seperti : sakit biasa
atau sakit khusus yang membutuhkan dokter dan tindakan khusus, seperti sakit jantung, penyakit
dalam, pasien luka bakar, pasien luka terbuka atau tertutup, pasien menular dan sebagainya.
Dengan kondisi tersebut, faktor-faktor yang membedakan rumah sakit dengan bangunan gedung
biasa terletak pada peralatan dan instalasi tata udaranya.
Jam kerja 24 jam sehari, 7 hari seminggu, berarti membutuhkan pengkondisian yang terus
menerus dilakukan oleh sistem tata udara.
1.1.4 Mengingat rumah sakit bisa dikatakan sebagai pusat sumber dari berbagai jenis
mikroorganisme yang bisa menimbulkan banyak masalah kesehatan baik kepada petugas,
perawat, dokter serta pasiennya yang berada di rumah sakit tersebut, maka pengaturan
temperatur dan kelembaban udara dalam ruangan secara keseluruhan perlu mendapatkan
perhatikan khusus.
Untuk mencegah berkembang biak dan tumbuh suburnya mikroorganisme tersebut, terutama di
ruangan-ruangan khusus seperti: ruang operasi, ruang Isolasi, dan lain-lain, diperlukan
pengaturan :
(1) temperatur;
(2) kelembaban udara relatif;
(3) kebersihan dengan cara filtrasi udara ventilasinya;
(4) tekanan ruangan yang positif dan Negatif;
(5) distribusi udara didalam ruangan.
1.1.5 Sistem redudansi menjadi masalah pokok pada sistem tata udara dan diperlukan pada
ruang-ruang tertentu, hal ini mengingat bahwa ada tindakan-tindakan medik yang menginginkan
tidak boleh berhentinya sistem tata udara untuk melindungi pasien dan peralatan medik yang
harus selalu dikondisikan oleh sistem tata udara.
Untuk itu sistem tata udara harus mempunyai cadangan yang cukup untuk mengantisipasi
kerusakan (breakdown) ataupun pada saat dilakukan tindakan pemeliharaan yang diperlukan pada
sistem tata udara.

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 1


1.1.6 Rumah sakit adalah bangunan yang penuh dengan sumber penyakit dan sumber infeksi.
Bakteri, virus, mikroorganisme yang berada di udara (airborne microorganism), jamur, dan
sumber-sumber penyakit lainnya yang dapat menular merupakan hal yang harus menjadi
perhatian pada sistem tata udara.
Belum lagi, bahan kimia yang berbahaya (misalnya gas anestesi atau di laboratorium), bahan-
bahan radioaktif harus diperlakukan secara benar untuk menghindari bahaya yang mungkin timbul
pada pasien, petugas medis atau pengunjung rumah sakit.
1.1.7 Rumah sakit terdiri dari berbagai ruang dengan fungsi yang berbeda beda tergantung
pada jenis penyakit atau tingkat keparahan pasiennya, dan juga tergantung pada perbedaan
tindakan medisnya.
Perbedaan fungsi tersebut mengakibatkan setiap fungsi ruangan membutuhkan pengkondisian
udara yang berbeda-beda tingkat kebersihannya.
Sistem tata udara khusus diperlukan untuk menghindarkan penularan penyakit dan memperoleh
tingkat kenyamanan termal seperti kondisi temperatur dan kelembaban yang tepat untuk penyakit
yang berbeda.

1.2 Pengertian.
1.2.1 barbiturat,
sebagai obat depresi sistem saraf terpusat, barbiturat menghasilkan efek spektrum yang luas dari
sedasi ringan sampai total anestesi. Barbiturat juga efektif sebagai anxiolytik, sebagai hipnotik, dan
sebagai antikonvulsan. Barbiturat memiliki potensi kecanduan, baik fisik dan psikologis.

1.2.2 HEPA (High Efficiency Particulate Air),


HEPA filter terutama digunakan di kamar bedah dari kompleks ruang operasi. Filter udara ini harus
dapat menyaring partikel udara lebih besar dari 0,3 mikron yang melewatinya dengan effisiensi
99,97% udara.

Gambar 1.2.1 – Konstruksi fisik HEPA Filter.

1.2.3 hipertermia,
peningkatan temperatur tubuh manusia yang biasanya terjadi karena infeksi. Hipertermia juga
dapat didefinisikan sebagai temperatur tubuh yang terlalu panas atau tinggi.
Umumnya, manusia akan mengeluarkan keringat untuk menurunkan temperatur tubuh. Namun,
pada keadaan tertentu, temperatur dapat meningkat dengan cepat hingga pengeluaran keringat
tidak memberikan pengaruh yang cukup.

2 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


Hipertermia cenderung lebih sering terjadi pada bayi dan anak di bawah usia 4 tahun dan orang
tua yang berumur 65 tahun ke atas.
Orang yang kelebihan berat badan, sedang sakit atau berada dalam pengobatan tertentu juga
memiliki risiko yang lebih besar untuk mengalami hipertermia.
Temperatur tubuh yang terlalu tinggi dapat merusak otak dan organ vital lainnya. Pada penderita
hipertermia parah, gejala yang akan timbul meliputi kondisi mental kelelahan, cemas, tubuh
kejang, dan dapat mengakibatkan koma.
1.2.4 infiltrasi,
laju aliran udara tak terkendali dan tidak disengaja masuk ke dalam gedung melalui celah dan
bukaan lainnya dan akibat penggunaan pintu luar gedung. Infiltrasi disebut juga sebagai
kebocoran udara luar ke dalam gedung.

1.2.5 kelembaban udara relatif ruangan,


perbandingan antara jumlah uap yang dikandung oleh udara tersebut dibandingkan dengan jumlah
kandungan uap air pada keadaan jenuh pada temperatur udara ruang tersebut.

1.2.6 konservasi energi sistem tata udara,


sistem tata udara yang dapat bekerja dengan hemat energi tanpa mengurangi persyaratan
fungsinya.

1.2.7 konservasi energi,


upaya mengeffisienkan pemakaian energi untuk suatu kebutuhan agar pemborosan energi dapat
dihindarkan.

1.2.8 pengkondisian udara (air conditioning),


usaha mengolah udara untuk mengendalikan temperatur ruangan, kelembaban relatif, kualitas
udara, dan penyebarannya.

1.2.9 sistem saluran udara variabel ( Variable Air Volume = VAV ),


sistem tata udara yang mengendalikan temperatur bola kering dalam suatu ruangan dengan
mengatur laju aliran udara yang masuk ke dalam ruangan tersebut.

1.2.10 sistem tata udara,


keseluruhan sistem yang mengkondisikan udara di dalam gedung dengan mengatur besaran
termal seperti temperatur dan kelembaban relatif, serta kesegaran dan kebersihannya, sedemikian
rupa sehingga diperoleh kondisi ruangan yang nyaman.

1.2.11 trakeostomi,
suatu tindakan dengan membuka dinding depan/interior trakea untuk mempertahankan jalan nafas
agar udara dapat masuk ke paru-paru dan memintas jalan nafas bagian atas. Selain itu,
trakeostomi merupakan prosedur operasi yang bertujuan untuk membuat jalan nafas didalam
trakea servikal.

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 3


1.2.12 ULPA (Ultra Low Penetration Air),
Filter udara yang dapat menyaring udara sekurang-kurangnya 99,999 % debu, serbuk sari, jamur,
bakteri, dan semua partikel berukuran 120 nanometer (0,12 micron) atau lebih besar di udara.

Gambar 1.2.2 - Bentuk fisik ULPA Filter.

1.2.13 unit pengolah udara (Air Handling Unit).


alat yang digunakan untuk mengkondisikan dan mensirkulasikan udara, pada sistem pemanasan,
ventilasi dan pengkondisian udara (Heating, Ventilating, Air Conditioning = HVAC).

Gambar 1.2.13a - Skematik Unit Pengolah Udara (AHU)

Gambar 1.2.13b - Bentuk fisik Unit Pengolah Udara (AHU)

4 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


Unit pengolah udara biasanya berupa kotak besar berisi blower, koil pemanas atau pendingin, rak
filter atau chamber, peredam suara, dan damper.
Unit pengolah udara biasanya disambungkan ke sistem ducting (saluran udara) ventilasi dan
mendistribusikan udara yang telah dikondisikan melalui terminal-terminal dan balik ke Unit
Pengolah Udara.
Kadang-kadang UPU (AHU) menyemburkan udara ke dan dari ruangan yang dilayani kemudian
balik langsung tanpa menggunakan ducting.

1.2.14 ventilasi udara luar (Outdoor ventilation),


pemasukan udara segar dari luar ke dalam gedung dengan sengaja, untuk menjaga kesegaran
atau kualitas udara.

1.3. Maksud dan Tujuan.


1.3.1. Pedoman teknis ini dimaksudkan sebagai ketentuan minimal bagi semua pihak yang
terlibat dalam perencanaan, pembangunan dan pengelolaan instalasi tata udara pada bangunan
rumah sakit.
1.3.2. Pedoman teknis ini bertujuan untuk memperoleh kondisi termal dan kualitas udara sesuai
fungsi ruang yang dibutuhkan bagi pasien, tenaga medis dan pengunjung di rumah sakit.

1.4 Ruang Lingkup.


1.4.1 Pedoman teknis ini diberlakukan terhadap kinerja instalasi tata udara sesuai kriteria
penggunaan energi yang efektif.
1.4.2. Ruang lingkup pedoman teknis prasarana instalasi tata udara rumah sakit ini, meliputi :
Bab - I : Ketentuan Umum.
Bab - II : Fasilitas Perawatan Kesehatan.
Bab - III : Fasilitas Rumah Sakit.
Bab - IV : Fasilitas Perawatan Kesehatan Rawat Jalan.
Bab - V : Fasilitas Rumah Perawatan/Panti Jompo.
Bab - VI : Pengoperasian Dan Pemeliharaan.
Bab - VII : Penutup
Lampiran.

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 5


BAB – II
FASILITAS PERAWATAN KESEHATAN

2.1 Pendahuluan.
2.1.1 Kemajuan terus menerus dalam bidang kedokteran dan teknologi membutuhkan evaluasi
ulang kebutuhan pengkondisian udara (air conditioning) pada fasilitas medik rumah sakit.
Bukti medis menunjukkan bahwa pengkondisian udara yang tepat sangat membantu dalam
pencegahan dan pengobatan berbagai penyakit.
Biaya yang relatif tinggi dari instalasi pengkondian udara menuntut perancangan dan
pengoperasian yang effisien untuk menjamin manajemen energi yang ekonomis.
2.1.2 Klasifikasi hunian perawatan kesehatan, didasarkan pada pedoman hunian terbaru dari
NFPA, harus dipertimbangkan pada awal dari tahap perancangan proyek, terutama karena hunian
perawatan kesehatan penting untuk mengadaptasi proteksi kebakaran terhadap hunian (zona
asap, pengendalian asap) lebih ketat kedepan dengan sistem tata udara.
2.1.3 Fasilitas kesehatan menjadi semakin beragam dalam menanggapi kecenderungan
menuju layanan rawat jalan.
Klinik pada jangka panjang mungkin merujuk bangunan tempat kerja dokter dan menjadi pusat
pengobatan khusus kanker.
Pemeliharaan kesehatan prabayar yang disediakan oleh organisasi kesehatan regional yang
terintegrasi merupakan model seperti untuk perawatan medis melahirkan.
Organisasi ini, sepanjang berdirinya rumah sakit, merupakan bangunan yang terlihat tidak seperti
rumah sakit dan lebih seperti gedung perkantoran.
2.1.4 Untuk tujuan bab ini, fasilitas kesehatan dibagi dalam katagori berikut :
(1) Fasilitas rumah sakit.
(2) Fasilitas perawatan kesehatan rawat jalan.
(3) Fasilitas rumahperawatan/panti jompo.
2.1.5 Kondisi lingkungan spesifik yang berbeda dengan apa yang ada pada bab ini, tergantung
pada standar lingkungan apa yang digunakan oleh instansi yang berwenang.
2.1.6 Instansi berwenang mungkin memiliki standar fasilitas kesehatan yang berbeda, seperti
yang diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan setempat, atau Organisasi Komisi
Bersama Akreditasi Kesehatan Rumah Sakit (JCAHO = Joint Commission on Acreditation of
Healthcare Organization).
Dianjurkan instansi-instansi tersebut dapat mendiskusikan tentang tujuan pengendalian infeksius
bersama Komite Pengendalian Infeksi Rumah Sakit.
2.1.7 Butir 2.1.4.(1) menjelaskan rumah sakit umum sebagai dasar uraian dimana berbagai
layanan yang disediakan.
Kondisi lingkungan dan kriteria rancangan berlaku untuk daerah fasilitas kesehatan lainnya yang
sebanding.

6 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


Rumah sakit umum untuk perawatan akut memiliki ruang perawatan kritis, termasuk kamar
operasi, kamar persiapan melahirkan, kamar melahirkan, dan kamar bayi.
Biasanya fungsi radiologi, laboratorium, pusat steril, dan farmasi terletak dekat dengan ruang
perawatan kritis.
Ruang perawatan inap, termasuk perawatan intensif, ruang gawat darurat, ada di dalam kompleks
ruang perawatan.
Fasilitas penunjang, termasuk layanan dapur, makan dan makanan, kamar mayat, dan dukungan
kebersihan terpusat.
2.1.8 Butir 2.1.4.(2) menjelaskan kriteria untuk fasiltas rawat jalan. Tindakan operasi harian
(One day care) dilakukan dengan antisipasi bahwa pasien tidak akan tinggal bermalam.
Fasilitas rawat jalan mungkin termasuk bagian dari fasilitas akut, unit berdiri sendiri, atau bagian
lain dari fasilitas medik.
2.1.9 Butir 2.1.4.(3) membahas Rumah Perawatan/Panti jompo yang secara terpisah
persyaratan fundamentalnya sangat berbeda dari fasilitas medis lainnya.

2.2 Pengkondisian Udara (Air Conditioning) untuk tindakan


pencegahan terhadap penyakit.
2.2.1 Pengkondisian udara di rumah sakit mempunyai peran yang lebih penting dari sekedar
promosi kenyamanan. Dalam banyak kasus, pengkondisian udara yang tepat merupakan faktor
terapi pasien dan dalam beberapa kasus merupakan pengobatan utama.
2.2.2 Studi menunjukkan bahwa pasien dalam lingkungan terkendali umumnya memiliki
penyembuhan fisik lebih cepat daripada orang-orang di lingkungan yang tidak terkendali.
Pasien dengan tirotoksikosis tidak menghendaki kondisi lembab atau gelombang panas yang
sangat tinggi. Suatu lingkungan yang sejuk, dan kering disukai, hilangnya panas radiasi dan
penguapan dari kulit dapat menyelamatkan jiwa pasien.
2.2.3 Pasien jantung mungkin tidak dapat mempertahankan sirkulasi yang diperlukan untuk
memastikan kerugian panas normal. Oleh karena itu pengkondisian udara di ruang rawat jantung
dan ruang pasien jantung, terutama mereka yang gagal jantung diperlukan dan dianggap terapi.
2.2.4 Seseorang dengan cedera kepala, dan mengalami operasi otak, dan yang keracunan
barbiturat mungkin memiliki hipertermia, terutama dilingkungan yang panas, karena adanya
gangguan di pusat pengatur panas otak.
2.2.5 Faktor penting dalam pemulihan lingkungan, pasien dapat mengurangi panas oleh radiasi
dan penguapan pada ruangan yang sejuk serta udara kering.
2.2.6 Suatu lingkungan yang panas dengan temperatur 320C bola kering dan kelembaban relatif
35% telah berhasil digunakan untuk merawat pasien radang sendi.
2.2.7 Kondisi kering juga dapat merupakan bahaya untuk yang sakit dan lemah dengan
berkontribusi terhadap infeksi sekunder atau infeksi total yang tidak terkait dengan kondisi klinis
yang menyebabkan perlu rawat inap.
2.2.8 Area klinis yang ditujukan untuk pengobatan penyakit pernapasan atas dan perawatan
akut, serta area klinis umum dari seluruh rumah sakit, harus dipertahankan pada kelembaban
relatif 30% sampai 60%.

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 7


2.2.9 Pasien dengan penyakit paru-paru kronis sering memiliki lendir kental pada saluran
pernapasannya. Lendir menumpuk dan meningkatkan viskositas, pasien bertukar dari panas dan
air. Dalam keadaan ini menghirup udara lembab dan hangat, sangat penting untuk mencegah
dehidrasi.
2.2.10 Pasien yang memerlukan terapi oksigen dan pasien dengan tracheostomy memerlukan
perhatian khusus untuk menjamin kehangatan dan pasokan udara lembab.
Dingin, oksigen kering atau melalui mucosa nasopharyngeal menyajikan situasi yang ekstrem.
Teknik pernapasan untuk anestesi dan tertutup dalam inkubator adalah sarana khusus menangani
kehilangan gangguan panas di lingkungan terapeutik.
2.2.11 Pasien luka bakar membutuhkan lingkungan yang hangat dan kelembaban relatif tinggi.
Bangsal untuk korban luka bakar harus memiliki kontrol temperatur yang memungkinkan
penyesuaian temperatur ruangan sampai 320C bola kering dan kelembaban relatif hingga 95%.

8 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


BAB – III
FASILITAS RUMAH SAKIT

3.1 Fasilitas Rumah Sakit.


3.1.1 Meskipun pengkondisian udara (air conditioning) yang tepat sangat membantu dalam
pencegahan dan pengobatan penyakit, penerapan pengkondisian udara untuk fasilitas kesehatan
menunjukkan bahwa masih banyak masalah dihadapi yang tidak dijumpai pada sistem
pengkondisian udara yang nyaman.
3.1.2 Perbedaan dasar antara pengkondisian udara untuk rumah sakit (dan fasilitas kesehatan
yang terkait) dan jenis bangunan lainnya antara lain :
(1) kebutuhan untuk membatasi pergerakan udara di dalam dan antara berbagai bagian di
rumah sakit;
(2) persyaratan khusus ventilasi dan filtrasi untuk melarutkan dan menghilangkan kontaminasi
dalam bentuk bau, mikroorganisme udara, virus, kimia berbahaya dan zat radioaktif;
(3) temperatur dan kelembaban udara yang berbeda untuk berbagai area; dan
(4) perancangan yang canggih dibutuhkan untuk memungkinkan kontrol secara akurat dari
kondisi lingkungan.

3.1.3 Sumber Infeksi dan Tindakan Pengendalian.

3.1.3.1 Infeksi Bakteri.


(1) Contoh bakteri yang sangat menular dan terbawa dalam campuran udara atau udara dan air
adalah Mycobacterium tuberculosis dan Legionella pneumaphia (penyakit legionnaire).
(2) Well (1934) menunjukkan bahwa tetesan atau zat infeksius berukuran 5 ȝm atau kurang,
dapat tetap diudara tanpa batas.
(3) Isoard (1980) dan Luciano (1984) telah menunjukkan bahwa 99,9% dari semua bakteri yang
berada di rumah sakit dapat dihilangkan oleh filter dengan effisiensi 90% sampai 95%
(ASHRAE Standar 52.1).
(4) Hal ini disebabkan bakteri biasanya ada dalam unit pembentuk koloni yang besarnya lebih
dari 1ȝm.
(5) Beberapa otoritas merekomendasikan penggunaan filter HEPA yang mempunyai test filter
Dioctyl phthalate (DOP) dengan effisiensi penyaringan 99,97% di area tertentu.

3.1.3.2 Infeksi Virus.


(1) Contoh virus yang terbawa oleh udara dan mematikan, seperti Varisela (cacar air/herpes
zoster), Rubella (Campak, Jerman) dan Rubeola (campak biasa).
(2) Pembuktian epidemiologis dan studi lain menunjukkan bahwa banyak virus di udara yang
membawa infeksi berukuran sub mikron, dengan demikian tidak ada metode yang layak
dikenal untuk secara efektif menghilangkan 100% dari partikel-partikel.
(3) Saat ini tersedia filter HEPA dan/atau filter ULPA yang memberikan effisiensi terbesar.

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 9


(4) Upaya untuk menonaktifkan virus dengan sinar ultra violet dan semprotan kimia belum
terbukti dapat diandalkan atau cukup efektif untuk direkomendasikan sebagai tindakan
pengendalian infeksi primer.
(5) Oleh karena itu isolasi ruang dan isolasi ruang antara (ante room) dengan perbedaan
tekanan dan ventilasi yang tepat merupakan sarana utama digunakan untuk mencegah
penyebaran virus di lingkungan rumah sakit.

3.1.3.3 Jamur.
Bukti menunjukkan bahwa beberapa jamur seperti Aspergillis bisa berakibat fatal untuk leukimia,
transplantasi sumsum tulang, dan pasien immunocompromis lainnya.

3.1.3.4 Ventilasi Udara Luar.


(1) Jika intake (lubang masuk) udara luar diletakkan dan dijaga dengan benar, area dan intake
udara luar dibuat dengan pertukaran udara yang cukup besar, dapat membuat area tersebut
hampir bebas dari bakteri dan virus.
(2) Masalah kontrol infeksi sering melibatkan sumber bakteri atau virus di dalam rumah sakit.
Ventilasi udara melarutkan kontaminasi virus dan bakteri dalam rumah sakit.
(3) Jika sistem ventilasi dirancang dengan benar, dibangun dan dipelihara untuk menjaga
perbedaan tekanan korektif antara area fungsional, maka dapat menghapus zat infeksius
dari lingkungan rumah sakit.

3.1.3.5 Temperatur dan Kelembaban.


(1) Kondisi termal ini dapat menghambat atau mendorong pertumbuhan bakteri dan
mengaktifkan atau menonaktifkan virus.
(2) Beberapa bakteri seperti Legionella pneumophila pada dasarnya tetap bertahan dalam air
dan dalam lingkungan yang lembab.
(3) Ketentuan teknis menetapkan rentang kriteria temperatur dan kelembaban udara di
beberapa area rumah sakit sebagai parameter untuk pengendalian infeksi dan kenyamanan.

3.2 Kualitas Udara.


Sistem harus memberikan udara yang hampir bebas dari debu, bau, kimia dan polutan radioaktif.
Dalam beberapa kasus, udara luar berbahaya untuk kondisi pasien yang menderita
cardiopulmonary, pernapasan dan paru-paru.
Dalam hal demikian, sistem yang memberikan udara selang seling (intermittent) dari resirkulasi
maksimum yang diijinkan perlu dipertimbangkan.

3.2.1 Intake Udara Luar (Outdoor Intake).


3.2.1.1 Intake ini harus ditempatkan sejauh mungkin (pada paparan yang berbeda secara terarah
bila memungkinkan), tetapi tidak kurang dari 9 m dari cerobong outlet (lubang ke luar) buangan
dari : peralatan pembakaran, outlet buangan ventilasi rumah sakit atau bangunan yang
berdekatan, sistem vakum bedah medis, menara pendingin, cerobong ven plambing, dan area
yang dapat mengumpulkan gas buang kendaraan dan asap berbahaya lainnya.
3.2.1.2 Apabila Inlet udara luar berada dekat dengan outlet yang cocok untuk pembuangan udara
resirkulasi, pembuangan udara harus tidak terjadi hubung pendek ke intake udara luar atau sistem
kipas yang digunakan untuk pengendalian asap.

10 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


3.2.1.3 Letak intake udara luar yang melayani sistem sentral harus ditempatkan praktis tidak
kurang dari 1,8 m di atas permukaan lantai, atau jika dipasang di atas atap pada 0,9 m di atas
permukaan atap.

3.2.2 Outlet Pembuangan (Exhaust Outlets).


3.2.2.1 Outlet pembuangan ini harus ditempatkan minimal 3 m di atas permukaan lantai dan jauh
dari pintu, area yang dihuni, dan pengoperasian jendela.
Lokasi yang lebih baik dari outlet pembuangan berdiri tegak keatas atau horizontal jauh dari intake
udara luar.
3.2.2.2 Kehati-hatian perlu dilakukan dalam menempatkan buangan yang terkontaminasi tinggi
(misalnya dari mesin, tudung asam, lemari keselamatan biologi, tudung dapur, dan ruang
pengecatan).
Umumnya angin, bangunan yang berdekatan, dan kecepatan pelepasan harus diperhitungkan.
Dalam aplikasi kritis studi terowongan angin atau pemodelan komputer mungkin diperlukan.

3.2.3 Filter Udara.


3.2.3.1 Untuk menghilangkan partikel dari aliran udara, sejumlah metode telah tersedia untuk
menentukan effisiensi filter yang akan digunakan.
3.2.3.2 Semua ventilasi atau sistem pengkondisian udara terpusat harus dilengkapi dengan filter
yang memiliki effisiensi tidak lebih rendah dari yang ditunjukkan dalam tabel 1.
3.2.3.3 Apabila diperlukan digunakan dua dudukan filter, dudukan filter no.1 harus terletak di hulu
dari peralatan pengkondisian udara dan dudukan filter no.2 harus di hilir fan pasok bila sistem
resirkulasi menggunakan percikan air untuk humidifier
3.2.3.4 Tindakan pencegahan yang tepat harus diamati untuk mencegah filter media menjadi
basah oleh kelembaban uap air dari humidifier.
Apabila hanya satu dudukan filter diperlukan, harus terletak di hulu dari peralatan pengkondisian
udara. Semua effisiensi filter didasarkan pada standar ASHRAE 52.1.
3.2.3.5 Berikut ini adalah panduan untuk instalasi filter :
1). Filter HEPA yang mempunyai effisiensi uji DOP 99,97% harus digunakan pada sistem
pasokan udara yang melayani ruang untuk pengobatan klinis dengan kerentanan tinggi
terhadap infeksi dari penderita leukimia, luka bakar, transplantasi sumsum tulang,
transplantasi organ atau immunodeficiency sindrom (AIDS).
Filter HEPA juga harus digunakan pada aliran udara lemari asam atau lemari penyimpanan
di mana bahan menular atau sangat radioaktif diproses.
Sistem filter harus dirancang dan dilengkapi untuk mengizinkan pemindahan, pembuangan
dan penggantian filter dengan aman.
2). Semua filter harus dipasang dengan tepat untuk mencegah kebocoran antar segmen filter
dan antara dudukan filter dan rangka pendukungnya.
Suatu kebocoran kecil memungkinkan udara terkontaminasi melalui filter, hal ini dapat
menghancurkan kegunaan filter sebagai pembersih udara terbaik.
3). Sebuah manometer harus dipasang dalam sistem filter untuk mengukur penurunan tekanan
di setiap kelompok filter. Tindakan pencegahan ini dimaksudkan untuk mengetahui secara
akurat kapan filter harus diganti.

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 11


4). Filter dengan effisiensi tinggi harus dipasang dalam sistem dengan fasilitas yang memadai,
disediakan untuk pemeliharaan tanpa memasukkan kontaminasi ke dalam sistem penyaluran
atau area yang dilayani.
5). Karena filter effisiensi tinggi harganya mahal, rumah sakit harus memproyeksikan umur
dudukan filter dan biaya penggantiannya serta memasukkan ini ke dalam anggaran
operasional rumah sakit.
6). Selama konstruksi, bukaan pada ducting dan diffuser harus ditutup untuk mencegah intrusi
debu, kotoran dan bahan-bahan berbahaya lainnya. Kontaminasi tersebut sering permanen
dan menjadikan media untuk pertumbuhan zat infeksius. Filter yang ada atau baru mungkin
cepat menjadi terkontaminasi oleh debu konstruksi.

Tabel 1
Effisiensi filter untuk Ventilasi sentral dan Sistem Pengkondisian Udara di Rumah Sakit Umum.
Jumlah Filter Efficiencies, %
minimum Dudukan filter
Tujuan Area
dudukan
No. 1a No. 2a No. 3b
filter.
Ruang operasi Orthopedic.
3 Ruang operasi transplantasi tulang belakang. 25 90 99.97c
Ruang operasi transplantasi Organ
Ruang operasi prosedur umum.
Ruang melahirkan.
Ruang anak.
2 Unit Perawatan Intensif. 25 90
Ruang Perawatan Pasien.
Ruang Tindakan.
Diagnostik dan area terkait.
Laboratorium.
1 80
Penyimpanan Sterile.
Area Persiapan Makanan.
Laundri.
1 Area Administrasi. 25
Penyimpanan besar
Area Kotor.
a Didasarkan pada ASHRAE Standard 52.1-1992.
b Didasarkan pada tes DOP.
c HEPA filter pada outlet.

3.3 Gerakan Udara


3.3.1 Data yang diberikan dalam tabel 2 menggambarkan sejauh mana kontaminasi dapat
tersebar ke udara dan lingkungan rumah sakit dengan salah satu kegiatan rutin yang banyak
dilakukan untuk perawatan pasien normal.
3.3.2 Penghitungan bakteri di lorong jelas menunjukkan penyebaran kontaminasi ini. Karena
penyebaran bakteri yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan, sistem pengkondisian udara harus
menyediakan pola gerakan udara yang meminimalkan penyebaran kontaminasi

12 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


Table 2
Tabel 2 – Pengaruh penggantian sprei terhadap hitungan bakteri di udara dalam rumah sakit.
(Influence of Bedmaking on Airborne Bacterial Count in Hospitals)

Hitungan per m3
Item
Di dalam kamar pasien Kamar pasien dekat lorong
Kebersihan ruangan 1200 1060
Selama penggantian sprei 4940 2260
Setelah 10 menit 2120 1470
Setelah 30 menit 1270 950
Kebersihan ruangan (background) 560
Penggantian sprei normal (Normal
3520
bedmaking)
Penggantian sprei dengan
6070
bersemangat (Vigorous bedmaking)
Sumber Greene et al. (1960)

3.3.3 Aliran udara yang tidak diinginkan antara ruangan dan lantai sering sekali sulit untuk
dikontrol, hal tersebut terjadi karena adanya pintu yang terbuka, gerakan petugas dan pasien,
perbedaan temperatur, dan efek cerobong, terutama ditekankan pada bukaan vertikal seperti
tempat peluncuran, saf lif, tangga, dan saf yang umumunya untuk kebutuhan mekanikal rumah
sakit.
Sementara beberapa dari faktor ini di luar kendali praktis, efek lain mungkin diminimalkan dengan
menutup bukaan saf di ruang tertutup dan dengan merancang dan menyeimbangkan sistem udara
untuk menciptakan tekanan udara positif atau negatif dalam ruang dan area tertentu.
3.3.4 Sistem yang melayani area sangat terkontaminasi, seperti ruang otopsi dan ruang isolasi
pasien menular atau immunocompromise, tekanan udara positif atau negatif harus dijaga terhadap
ruang sebelah atau koridor.
Tekanan diperoleh dengan memasok udara sedikit lebih ke area terhadap udara yang dibuang dari
area. Hal ini akan menyebabkan udara mengalir ke area sekitar perimeter pintu dan mencegah
aliran udara dari luar.
3.3.5 Ruang operasi menunjukkan kondisi yang berlawanan. Ruangan ini membutuhkan udara
yang bebas dari kontaminasi, harus bertekanan relatif positip terhadap ruang sebelah atau koridor
untuk mencegah aliran udara masuk dari area yang relatif sangat terkontaminasi.
3.3.6 Suatu perbedaan tekanan udara dapat dijaga hanya di ruangan yang seluruhnya tertutup.
Oleh karena itu penting untuk mencegah kebocoran udara dari semua pintu atau pembatas antara
area yang berdekatan.
3.3.7 Paling penting dilakukan adalah dengan menggunakan penahan cuaca dan penutup
bawah pada pintu. Pembukaan atau penutupan pintu antara dua area secara cepat dapat
mengurangi perbedaan tekanan di antara area tersebut.
Apabila terjadi bukaan, suatu pertukaran udara alami berlangsung karena adanya arus termal
yang ditimbulkan dari perbedaan temperatur antara dua area tersebut.

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 13


3.3.8 Untuk area kritis yang g membutuhkan peme eliharaan te
ekanan pad
da ruang-rruang yangg
berdekatan
n dan gerrakan petu ugas antara area krritis dan ruang berd dekatan, diindikasikan
n
penggunaaan kunci udara (air lockk) atau ruan
ng antara.
3.3.9 Gambar 1, menunjukka
m an jumlah bakteri di ruang operasi dan ru uang sebellah selama a
prosedur operasi
o mal. Penghitungan bakkteri dilakuk
norm kan secara bersamaan
b . Jumlah ba
akteri relatiff
rendah dii ruang op perasi dibaandingkan dengan petugas
p ya
ang berada a di ruang g sebelah,,
disebabkan oleh tingkkat yang le
ebih rendah aktivitasny
ya dan teka
anan tinggi udara di da
alam ruang g
operasi.

Gambar 1 - Tipikal
T Penccemaran ud
dara dalam Area
A Bedah
h dan area bersebelahan

3.3.10 Seecara umum m, outlet su


uplai udara ke area-are d area ulttra bersih yang sangatt
ea sensitif dan
terkontaminasi harus ditempatkaan pada lang
git-langit, da
an inlet buaangan dekatt dengan lantai.
3.3.11 Su usunan ini memberika an gerakan udara bers sih ke bawa
ah melalui zzona perna
apasan dan
n
zone kerja pada luas lantai yang terkontaminasi untuk dibuang.
Bagian baw n balik atau buang harus setidakn
wah bukaan nya 75 mm di
d atas lanta
ai.

3.3.12 Aliran
A udarra laminarr
3.3.12.1 Aliran uda
ara laminarr konsep yang
y dikembangkan untuk pengg
gunaan industri ruang
g
bersih telah menarik minat
m dari beberapa
b ottoritas medis.
3.3.12.2 Adanya sistem pend dukung baikk aliran uda
ara laminarr vertikal da
an horizonttal terpisah
h
unan, menyu
dari bangu ulitkan kerja
a tim bedah
h.
3.3.12.3 Beberapa otoritas meedis tidak menganjurka
m an aliran ud
dara lamina
ar seperti bu
utir 3.3.12.2
2
untuk ruanng operasi, tetapi
t mend
dorong siste ang mirip dengan yang
em udara ya g dijelaskan
n pada butirr
3.3.12.(2).
3.3.12.4 Aliran uda
ara laminarr di ruang operasi
o beddah didefinisikan seba
agai aliran udara
u yang
g
secara dominan searrah dan tida ng. Pola aliran udara laminar sea
ak terhalan arah biasannya dicapaii
pada kecepatan 0,46 ± 0,10 m/deetik.

14 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


Gambar 3.3.12.a – Aliran udara non laminair.

Gambar 3.3.12.b – Aliran udara laminair.


3.3.12.5 Sistem aliran udara laminar telah digunakan untuk pengobatan pasien yang sangat
rentan terhadap infeksi. Diantara pasien tersebut ada yang menjalani terapi radiasi, kemoterapi
terkonsentrasi, transplantasi organ, amputasi dan penggantian sendi.

3.4 Temperatur dan Kelembaban Udara.


Rekomendasi khusus untuk rancangan temperatur dan kelembaban udara diberikan pada bab
selanjutnya. Persyaratan kriteria rancangan khusus, temperatur dan kelembaban udara untuk area
rawat inap lain yang tidak tercakup harus 220C atau kurang dan 30% sampai 60%.

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 15


Gambar 3.3.12.c – Kamar bedah dengan aliran udara laminair.

3.5 Perbedaan Tekanan dan Ventilasi.


3.5.1 Tabel 3 mencakup standar ventilasi untuk kenyamanan, aseptis, dan kontrol bau di area
perawatan akut rumah sakit yang secara langsung mempengaruhi perawatan pasien.
3.5.2 Jika kriteria instansi tertentu harus dipenuhi maka merujuk pada literatur ventilasi sesuai
dengan ASHRAE 62, Standar Kualitas Udara Ventilasi untuk Bagian Dalam Bangunan (Ventilation
for acceptable Indoor Air Quality) harus digunakan untuk standar tempat-tempat khusus.
3.5.3 Apabila kebutuhan udara luar lebih tinggi dari yang disebut pada standar ASHRAE 62 di
tabel 3, nilai yang lebih tinggi harus digunakan.
3.5.4 Area khusus pasien termasuk untuk transplantasi organ dan unit luka bakar, harus
memiliki ketentuan tambahan untuk ventilasi pengendalian kualitas udara yang sesuai.
Perancangan sistem ventilasi harus sebanyak mungkin memberikan pergerakan udara dari bersih
ke area kurang bersih.
3.5.5 Di area perawatan kritis, sistem volume konstan harus digunakan untuk menjamin
perbedaan tekanan dan ventilasi yang tepat, kecuali di ruang kosong. Di area perawatan non kritis
dan ruang petugas, sistem volume udara variabel (Variable Air Volume = VAV) dapat
dipertimbangkan untuk konservasi energi.
3.5.6 Bila menggunakan sistem VAV dalam rumah sakit, perawatan khusus harus dilakukan
untuk memastikan bahwa tingkat ventilasi minimal (seperti yang dipersyaratkan oleh persyaratan
teknis yang berlaku) dan perbedaan tekanan antara di berbagai bagian dipertahankan.
Dengan sistem VAV, metode penelusuran volume udara antara pasokan dan pembuangan/balik
dapat digunakan untuk mengontrol perbedaan tekanan.
Dalam tabel 3, area yang memerlukan kontrol terus menerus diberi notasi P untuk tekanan positip,
N untuk tekanan negatip dan E untuk tidak ada perbedaan tekanan. Apabila notasi ± digunakan
berarti tidak ada persyaratan untuk mengontrol terus menerus arah aliran.

16 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


3.5.7 Jika ketentuan ini dibuat jumlah pertukaran udara dapat dikurangi sampai 25% dari nilai
yang ditunjukkan pada saat ruangan kosong,
Untuk memastikannya maka :
(1) jumlah pertukaran udara yang diindikasikan dikembalikan ke posisi semula setiap kali ruang
ditempati; dan
(2) perbedaan tekanan dengan ruangan disekelilingnya dijaga ketika pertukaran udara
berkurang.
3.5.8 Di area yang tidak memerlukan kontrol arah aliran yang terus menerus, sistem ventilasi
dapat dimatikan apabila ruang tidak berpenghuni dan jika ventilasi tidak dibutuhkan.
3.5.9 Karena kesulitan pembersihan dan potensi penumpukan kontaminasi, unit resirkulasi
ruang tidak boleh digunakan di area yang ditandai “Tidak”. Perhatikan bahwa standar resirkulasi
ruang juga dapat untuk mengontrol di mana gas buang keluar diperlukan.
3.5.10 Di kamar yang mempunyai tudung, tambahan udara harus disediakan untuk pembuangan
udara pada tudung sehingga perbedaan tekanan yang diinginkan dipertahankan.
3.5.11 Untuk konservasi energi maksimum, penggunaan resirkulasi udara lebih disukai. Jika
sistem udara digunakan semuanya dari luar, metode pemanfaatan kembali panas yang effisien
harus dipertimbangkan.

3.6 Pengendalian Asap.


3.6.1 Sebagai rancangan ventilasi yang dikembangkan, strategi pengendalian asap yang tepat
harus dipertimbangkan. Sistem proteksi kebakaran pasif mengandalkan pada mematikan fan,
partisi asap dan api, dan pengoperasian jendela. Pemeliharaan yang tepat dari tembusan
(penetrasi) ducting harus diperhatikan.
3.6.2 Sistem pengendalian asap aktif yang menggunakan sistem ventilasi menciptakan area
tekanan positif dan negatif dan bersama dengan partisi api dan asap membatasi penyebaran asap.
Cara menghilangkan asap dari hasil produk pembakaran dapat menggunakan sistem ventilasi
mekanis. Sebagai rancangan, sistem pengendalian asap aktif terus berkembang, otoritas
keinsinyuran dan persyaratan teknis harus hati-hati merencanakan sistem operasi dan
konfigurasinya.

3.7 Kriteria Rancangan Spesifik.


3.7.1 Terdapat tujuh prinsip pembagian rumah sakit umum untuk pelayanan akut, yaitu :
(1) bedah dan perawatan kritis;
(2) perawatan;
(3) penunjang;
(4) administrasi;
(5) diagnostik dan pengobatan;
(6) sterilisasi dan suplai; dan
(7) pelayanan.
3.7.2 Persyaratan lingkungan dari setiap bagian/ruang di dalam pembagian ini berbeda satu
sama lain sesuai fungsinya dan prosedur melakukannya. Bab ini menjelaskan fungsi dari setiap
bagian/ruang dan lingkup uraian dari persyaratan perancangan.

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 17


3.7.3 Kerja sama yang erat perencana perawatan kesehatan dengan spesialis peralatan medik
dalam perancangan mekanikal dan konstruksi fasilitas kesehatan penting untuk mencapai kondisi
yang diinginkan.

3.8 Bedah dan Perawatan Kritis.


3.8.1 Tidak ada persyaratan rumah sakit yang tidak memerlukan kehati-hatian lebih dalam
pengendalian kondisi aseptik dari lingkungannya selain kamar bedah.
Sistem yang melayani ruang operasi, termasuk cystoscopic dan ruang bedah tulang,
membutuhkan kehati-hatian dalam perencanaan untuk mengurangi seminimum mungkin
konsentrasi organisme di udara.
3.8.2 Sejumlah besar bakteri terdapat dalam ruang operasi yang datangnya dari tim bedah dan
hasil daripada kegiatan selama pembedahan.
Selama operasi, banyak anggota tim bedah berada disekeliling meja operasi, menciptakan situasi
terjadinya konsentrasi pencemaran yang tidak diinginkan di area yang mempunyai sensitif tinggi.

3.8.3 Kamar Operasi.


3.8.3.1 Studi sistem distribusi udara ruang operasi dan observasi instalasi di kamar bersih industri
menunjukkan bahwa penyaluran udara dari langit-langit, dengan gerakan ke bawah menuju inlet
pembuangan yang terletak di dinding yang berlawanan, merupakan aliran udara yang paling efektif
untuk menjaga pola gerakan konsentrasi kontaminasi pada tingkat yang dapat diterima.
Langit-langit yang sepenuhnya berlubang, langit-langit sebagian berlubang dan diffuser yang
dipasang di langit-langit telah diterapkan dengan sukses.
3.8.3.2 Penggunaan rata-rata kamar operasi di rumah sakit tidak lebih dari 8 sampai 12 jam per
hari (kecuali kondisi darurat). Untuk alasan ini dan untuk penghematan energi, sistem
pengkondisian udara harus memungkinkan pengurangan pasokan udara ke beberapa atau ke
semua ruang operasi.
3.8.3.3 Tekanan positif pada ruang harus tetap dipertahankan pada saat volume berkurang untuk
memastikan kondisi steril tetap terjaga. Konsultasi dengan staf bedah rumah sakit akan
menentukan kelayakan penyediaan fasilitas ini.
3.8.3.4 Sebuah sistem pembuangan udara atau sistem vakum khusus harus dipasang untuk
menghilangkan buangan gas anestesi.
Sistem vakum medis telah digunakan untuk menghilangkan gas anestesi yang tidak mudah
terbakar. Satu atau lebih outlet mungkin diletakkan di setiap ruang operasi untuk memungkinkan
penyambungan ke slang buangan gas anestesi dari mesin anestesi.
3.8.3.5 Metode disinfeksi udara dengan penyinaran (irradiation) di ruang operasi telah dilaporkan
dengan hasil baik, namun ini jarang digunakan.
Keengganan untuk menggunakan irradiasi disebabkan: instalasinya memerlukan rancangan
khusus, diperlukan proteksi bagi pasien dan petugas, perlu memonitor effisiensi lampu dan
pemeliharaan.
3.8.3.6 Kondisi berikut direkomendasikan untuk ruang operasi, catherisasi, cystoscopy, dan
bedah tulang:
(1) harus mampu mencapai temperatur 200 sampai 240C;
(2) kelembaban relatif udara harus dijaga antara 50% ~ 60%;

18 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


(3) tekanan udara harus dijaga positif yang berhubungan dengan ruang disebelahnya dengan
memasok udara lebih dari 15%;
(4) pembacaan perbedaan tekanan di ruang harus dipasang untuk memungkinkan pembacaan
tekanan udara dalam ruang. Menyekat seluruh dinding, langit-langit dan tembusan
(penetrasi) pada lantai dan pintu untuk menjaga kondisi tekanan yang terbaca.
(5) Indikator kelembaban udara dan thermometer harus ditempatkan pada lokasi yang
mempermudah observasi (pengamatan).
(6) effisiensi filter harus sesuai dengan tabel 1.
(7) seluruh instalasi harus memenuhi ketentuan yang berlaku.
(8) semua udara harus di suplai dari langit-langit dan dibuang atau dikembalikan pada
sekurang-kurangnya 2 lokasi dekat dengan lantai (lihat tabel 3 untuk laju ventilasi minimum).
Bagian bawah dari outlet pembuangan harus setidaknya 75 mm di atas lantai. Suplai diffuser
harus dari jenis tidak langsung. Induksi yang tinggi pada difuser langit-langit atau difuser
dinding harus dihindari.
(9) bahan akustik tidak boleh digunakan sebagai lapisan ducting kecuali dipasang filter terminal
dengan effisiensi minimum 90% arah hilir dari lapisan.
Bagian dalam isolasi unit terminal dapat dikemas dengan bahan yang disetujui. Peredam
suara yang dipasang pada ducting harus dari jenis tidak terbungkus atau memiliki lapisan
film polyester yang diisi dengan bahan akustik.
(10) Setiap penyemprotan yang diterapkan pada insulasi dan kedap api harus ditangani dengan
zat penghambat pertumbuhan jamur.
(11) Panjang kedap air dibuat secukupnya, ducting pengering udara dari bahan baja tahan karat
harus dipasang arah hilir dari peralatan humidifier untuk menjamin seluruh uap air menguap
sebelum udara masuk ke dalam ruangan.
Pusat kontrol yang memantau dan memungkinkan penyesuaian tekanan, temperatur dan
kelembaban udara, berada dilokasi meja pengawas ruang bedah.

3.8.4 Obstetrik (Obsterical-kebidanan).


Tekanan udara di bagian kebidanan harus positif atau sama terhadap area lain.

3.8.5 Ruang Melahirkan (Delivery)


Perancangan ruang melahirkan harus sesuai dengan persyaratan teknis ruang operasi.

3.8.6 Ruang Pemulihan (Recovery).


Ruang pemulihan paska operasi digunakan dalam hubungannya dengan ruang operasi,
temperaturnya harus dipertahankan 240C dan kelembaban relatif antara 50% dan 60%.
Karena bau sisa anestesi kadang-kadang menimbulkan masalah di ruang pemulihan, ventilasi
menjadi penting, dan tekanan udara relatif seimbang terhadap tekanan udara area sekitarnya perlu
disediakan.

3.8.7 Ruang perawatan bayi (Nursery Suite).


3.8.7.1 Ruang perawatan bayi di lingkungan rumah sakit, yang terpenting AHU menyediakan
temperatur dan kelembaban udara konstan.

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 19


Pola pergerakan udara di ruang bayi dirancang hati-hati untuk mengurangi kemungkinan
semburan. Semua suplai udara untuk ruang ini harus berada pada atau dekat langit-langit dan
dibuang dekat lantai bagian bawah dengan bukaan buangan terletak setidak tidaknya 75 mm di
atas lantai.
3.8.7.2 Effisiensi sistem filter udara harus sesuai dengan tabel 1.
Bentuk radiasi pemanasan konveksi menggunakan tabung dan fin (fin and tube) tidak boleh
digunakan di ruang bayi.

3.8.8 Ruang perawatan bayi jangka lama (Full Term Nursery).


3.8.8.1 Temperatur 240C dan Kelembaban relatif dari 30% sampai 60% direkomendasikan untuk
ruang bayi yang tinggal lama, ruang pemeriksaan dan ruang kerja.
Seksi perawatan ibu hamil harus dikontrol serupa seperti untuk proteksi bayi baru lahir selama
berada dekat dengan ibunya.
3.8.8.2 Ruang bayi harus mempunyai tekanan udara positif sampai ke ruang kerja dan ruang
pemeriksaan, dan setiap ruangan antara ruang bayi dan koridor harus serupa seperti tekanan
relatif terhadap koridor. Hal ini mencegah infiltrasi kontaminasi udara dari area luar.

3.8.9 Ruang khusus perawatan bayi (Special Care Nursery).


Kondisi perancangan untuk ruang perawatan bayi membutuhkan rentang temperatur variabel yang
mampu mencapai 240C sampai 270C dan kelembaban relatif 30% sampai 60%.
Ruang perawatan bayi biasanya dipasang dengan incubator individual untuk mengatur temperatur
dan kelembaban. Hal ini diinginkan untuk menjaga kondisi yang sama di dalam ruang perawatan
bayi dan untuk mengakomodasi bayi yang dipindahkan dari incubator dan setelah tidak
ditempatkan dalami incubator. Tekanan pada ruang perawatan bayi ini harus sesuai dengan ruang
perawatan bayi biasa.

3.8.10 Ruang observasi bayi (Observation Nursery).


Temperatur dan kelembaban udara untuk ruang bayi mirip dengan ruang bayi perawatan jangka
panjang.
Karena bayi dalam pertumbuhan memiliki gejala klinis yang tidak biasa, udara di area ini harus
tidak boleh masuk ke ruang bayi lainnya. Tekanan udara negatif terhadap tekanan udara ruang
kerja harus dijaga di kamar bayi. Ruang kerja biasanya berada diantara ruang bayi dan koridor,
harus relatif bertekanan positip terhadap koridor.

3.8.11 Ruang Gawat Darurat,


3.8.11.1 Bagian ini, dalam kebanyakan kasus, area yang paling sangat tercemar di rumah sakit
sebagai akibat banyak pasien tiba dalam kondisi kotor dan jumlah pengantar yang relatif besar
mendampingi mereka.
3.8.11.2 Temperatur dan kelembaban udara di dalam ruang gawat darurat dan ruang tunggu harus
berada dalam batas kenyamanan.

20 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


3.8.12 Ruang Trauma.
Ruang trauma harus berventilasi sesuai persyaratan pada tabel 3.
Ruang operasi darurat yang terletak dekat ruang gawat darurat harus memiliki temperatur,
kelembaban udara dan kebutuhan ventilasi sama seperti dengan persyaratan ruang operasi.

3.8.13 Ruang penyimpanan zat anestesi.


Ruang penyimpanan zat anestesi harus berventilasi dan harus memenuhi ketentuan yang berlaku
(NFPA 99). Namun dianjurkan menggunakan ventilasi mekanik.

3.9 Perawatan.
3.9.1 Ruang pasien.
3.9.1.1 Apabila sistem sentral digunakan untuk kamar pasien, rekomendasi pada tabel 1 dan
tabel 3 untuk filtrasi udara dan laju pertukaran udara harus diikuti untuk mengurangi infeksi silang
dan mengontrol bau.
3.9.1.2 Ruangan yang digunakan untuk isolasi pasien terinfeksi, semua pasokan udara harus
dibuang keluar. Untuk rancangan temperatur 240C bola kering dengan kelembaban relatif udara
50% direkomendasikan.
3.9.1.3 Setiap kamar pasien harus memiliki kontrol temperatur individu. Tekanan udara di ruang
pasien harus netral dalam kaitannya dengan area lain.
3.9.1.4 Kebanyakan kriteria rancangan dan persyaratan teknis yang dikeluarkan instansi terkait
mengharuskan semua udara dari ruang toilet seluruhnya dibuang keluar ruangan.
Persyaratan ini didasarkan pada kontrol bau. Dalam menganalisa bau dari sentral sistem
pembuangan toilet (pasien) rumah sakit, ditemukan bahwa sistem pembuangan sentral yang besar
umumnya mempunyai pelarut yang cukup untuk untuk membuat buangan toilet tidak berbau.
3.9.1.5 Apabila sistem unit ruang digunakan (sistem unitary), pembuangan udara umumnya
dilakukan melalui ruang toilet.
3.9.1.6 Jumlah udara yang dibuang sama dengan jumlah udara luar yang disuplai masuk ke
ruang untuk ventilasi. Ventilasi toilet, kloset, kamar mandi, dan semua kamar interior harus sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.

3.9.2 Unit Perawatan Intensif.


3.9.2.1 Unit ini melayani pasien sakit serius, pasca operasi untuk pasien jantung koroner.

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 21


22
Tabel 3 – Hubungan Tekanan dan Ventilasi secara umum dari area tertentu di rumah sakit

Pertukaran Total Seluruh udara di


Hubungan tekanan Resirkulasi
udara dari luar pertukaran buang langsung
Fungsi Ruang terhadap area udara di dalam
per jam udara per jam ke luar
bersebelahan unit ruangan
minimuma minimumb bangunan

PERAWATAN BEDAH DAN KRITIS

Ruang Operasi:

Sistem seluruhnya udara luar P 15c 15 Ya Tidak

Sistem udara di resirkulasi P 5 25 Pilihan Tidak

Ruang Melahirkan

Sistem seluruhnya udara luar P 15 15 Pilihan Tidak

Sistem udara di resirkulasi P 5 25 Pilihan Tidak

Ruang Pemulihan E 2 6 Pilihan Tidak

Ruang bayi P 5 12 Pilihan Tidak

Ruang Traumad P 5 12 Pilihan Tidak

| Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


Gudang anestesi ± Pilihan 8 Ya Tidak

PERAWATAN

Ruang Pasiene ± 2 4 Pilihan Pilihan


Ruang Toiletf N Pilihan 10 Ya Tidak

Perawatan intensif P 2 6 Pilihan Tidak

Isolasi protektifg P 2 15 Ya Pilihanh

Isolasi Infeksiusg ± 2 6 Ya Tidak

Isolasi ruang antara ± 2 10 Ya Tidak

Kala/melahirkan/pemulihan/postpartum E 2 4 Pilihan Pilihan


(LDRP)

Koridor pasiene E 2 4 Pilihan Pilihan

PENUNJANG

Radiologi :

X-Ray (bedah dan perawatan kritis) P 3 15 Pilihan Tidak

X-Ray (diagnostik dan tindakan) ± 2 6 Pilihan Pilihan

Ruang gelap N 2 10 Yai Tidak

Laboratorium, Umum N 2 6 Ya Tidak

Laboratorium, Bacteriologi N 2 6 Ya Tidak

Laboratorium, biochemistry P 2 6 Pilihan Tidak

Laboratorium, Cytology N 2 6 Ya Tidak

Laboratorium, pencucian gelas N Pilihan 10 Ya Pilihan

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit |


23
24
Laboratorium, histology N 2 6 Ya Tidak

Laboratorium, pengobatan nuklir. N 2 6 Ya Tidak

Laboratorium, pathologi N 2 6 Ya Tidak

Laboratorium, serologi. P 2 6 Pilihan Tidak

Laboratorium, sterilisasi N Pilihan 10 Ya Tidak

Laboratorium, transfer media. P 2 4 Pilihan Tidak

Autopsy N 2 12 Ya Tidak

Ruang tunggu – tubuh tidak N Pilihan 10 Ya Tidak


didinginkanj

Farmasi P 2 4 Pilihan Pilihan

ADMINISTRASI

Pendaftaran dan ruang tunggu N 2 6 Ya Pilihanh

DIAGNOSA DAN TINDAKAN

Bronchoscopy, sputum collection, dan N 2 10 Ya Pilihanh


administrasi pentamidine

| Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


Ruang Pemeriksaame ± 2 6 Pilihan Pilihan

Ruang Pengobatan P 2 4 Pilihan Pilihan

Ruang Tindakane ± 2 6 Pilihan Pilihan

Therapi fisik dan therapi hidro N 2 6 Pilihan Pilihan


Ruang kotor atau tempat sampah N 2 10 Ya Tidak

Ruang bersih atau tempat bersih P 2 4 Pilihan Pilihan

STERILISASI DAN SUPLAI


Ruang peralatan sterilisasi. N Pilihan 10 Ya Tidak

Ruang kotor dan dekontaminasi. N 2 6 Ya Tidak

Tempat bersih dan gudang steril. P 2 4 Pilihan Pilihan

Gudang peralatan ± 2 (Pilihan) 2 Pilihan Pilihan

PELAYANAN
Pusat persiapan makanan ± 2 10 Ya Tidak
Tempat cuci N Pilihan 10 Ya Tidak
Gudang dietary harian ± Pilihan 2 Pilihan Tidak
Laundri, umum N 2 10 Ya Tidak
Sortir linen kotor dan gudang N Pilihan 10 Ya Tidak
Gudang linen bersih P 2 (Pilihan) 2 Pilihan Pilihan
Linen dan N Pilihan 10 Ya Tidak
Ruang bedpan N Pilihan 10 Ya Tidak
Kamar mandi N Pilihan 10 Pilihanf Tidak
Kloset Janitor N Pilihan 10 Pilihan Tidak
P = Positif. N = Negatif, E = sama, ± = kontrol langsung secara terus menerus di butuhkan e

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit |


25
a)
Ventilasi sesuai standar ASHRAE 62-1989, ventilasi untuk kualitas udara di dalam
bangunan yang dapat diterima, harus digunakan untuk area yang laju ventilasi spesifiknya
tidak diberikan. Apabila persyaratan udara luar lebih tinggi seperti yang disebut pada
standar 62 dari yang ada pada tabel 3, nilai yang tertinggi harus diambil.
b)
Total pertukaran udara yang ditunjukkan harus dipasok atau apabila disyaratkan harus
dibuang.
c)
Untuk ruang operasi, 100% udara luar harus digunakan hanya jika ketentuan yang ada
mempersyaratkan dan hanya jika alat pemulihan panas digunakan.
d)
Istilah ruang trauma yang digunakan disini adalah ruang bantuan pertama dan/atau ruang
darurat yang digunakan tindakan awal dari korban kecelakaan. Ruang operasi di dalam
pusat trauma yang secara rutin digunakan untuk bedah darurat dianggap sebagai ruang
operasi.
e)
Meskipun kontrol langsung secara terus menerus tidak dipersyaratkan, perbedaan harus
diminimalisir, dan dalam tidak adanya kontrol arah, tidak boleh ada penyebaran infeksi
dari satu area ke area lain.
f)
Untuk diskusi pertimbangan untuk sistem pembuangan udara sentral di toilet, lihat pada
“ruang pasien”.
g)
Ruang isolasi infeksius yang dijelaskan dalam tabel ini mungkin digunakan untuk pasien
infeksius pada komunitas rumah sakit rata-rata. Ruangan bertekanan negatif, Beberapa
ruang isolasi mungkin mempunyai ruang antara terpisah. Lihat pembahasan dalam bab ini
untuk informasi lebih rincil. Apabila penyakit menular yang sangat infeksius terhirup
seperti tuberkulosis, harus diisolasi. peningkatan laju pertukaran udara perlu
dipertimbangkan. Ruang isolasi protektif yang digunakan untuk pasien
immunosuppressed. Ruang bertekanan positip untuk memprotek pasien. Ruang antara
umumnya dipersyaratkan dan harus bertekanan negatif dengan ruang pasien yang ada.
h)
Resirkulasi diizinkan dalam ruangan pasien isolasi pernapasan jika udara difilter denga
HEPA filter.
i)
Semua udara yang dibutuhkan tidak perlu dibuang jika peralatan ruang gelap dilengkapi
ducting saluran pembuangan (scavenging exhaust) dan memenuhi standar NIOSH,
OSHA, dan petugas yang terpapar terbatas.
j)
Tubuh yang didinginkan di ruangan hanya ada fasilitas untuk melakukan otopsi di lokasi
dan menggunakan ruang untuk jangka pendek sambil menunggu tubuh yang akan
dipindahkan.
k)
Pusat persiapan makanan harus mempunyai kelebihan pasokan udara untuk tekanan
positif jika tudung tidak dioperasikan. Jumlah pertukaran udara dapat dikurangi atau
bervariasi untuk mengontrol bau jika ruangan tidak digunakan. Total pertukaran udara per
jam minimal harus dipersyaratkan untuk memberikan udara tambahan yang tepat ke
sistem pembuangan dapur.

26 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


3.9.2.2 Temperatur dengan kemampuan rentan variabel dari 200C sampai 300C, kelembaban
relatif udara minimum 30% dan maksimum 60%, serta tekanan udara positif direkomendasikan.

3.9.3 Unit Isolasi Protektif.


3.9.3.1 Pasien imonosupresi (termasuk sumsum tulang belakang atau transpantasi organ,
leukimia, luka bakar, dan pasien AIDS) sangat rentan terhadap penyakit.
3.9.3.2 Beberapa dokter lebih memilih isolasi dengan menggunakan unit laminar udara untuk
melindungi pasien.
3.9.3.3 Dokter lainnya berpendapat bahwa kondisi sel laminar memiliki pengaruh psikologis yang
merugikan pada pasien dan menjadi merah bila keluar ruangan dan mengurangi spora di udara,
3.9.3.4 Distribusi udara dengan 15 kali pertukaran udara per jam disuplai melalui sebuah diffuser
tanpa bunyi sering direkomendasikan. Udara steril dihembuskan melintasi pasien dan kembali
dekat lantai, di atau dekat pintu ruang.
3.9.3.5 Dalam kasus pasien imunosupresi yang tidak menular, tekanan positip harus
dipertahankan antara ruang pasien dan area yang berdekatan.
Beberapa ketentuan dapat mempersyaratkan ruang antara yang mempertahankan perbedaan
tekanan negatif dengan ruang isolasi yang berdekatan dan perbedaan tekanan yang sama dengan
koridor, pos perawat atau area umum.
Ruang pemeriksaan dan ruang pengobatan harus dikontrol dengan cara yang sama.
Tekanan positif juga harus dipertahankan antara seluruh unit dan area yang berdekatan untuk
menjaga kondisi steril.
3.9.3.6 Apabila seorang pasien imunosupresi yang menular, ruang isolasi mungkin dirancang dan
diseimbangkan untuk menyediakan perbedaan tekanan yang sama atau negatif permanen yang
berhubungan dengan area berdekatan atau ruang antara.
Atau, bila ketentuan mengizinkan, ruang isolasi tersebut dapat dilengkapi dengan kontrol yang
memungkinkan ruangan menjadi positif, sama atau negatif dengan area yang berdekatan.
3.9.3.7 Namun, dalam kasus seperti ini, kontrol terhadap area yang berdekatan atau ruang antara
harus menjaga perbedaan tekanan yang benar dengan kamar yang berdekatan lainnya.
3.9.3.8 Secara terpisah, sistem pengkondisian udara terdedikasi untuk melayani unit isolasi
protektif menyederhanakan kontrol tekanan dan kualitas.

3.9.4 Unit Isolasi Infeksius.


3.9.4.1 Ruang isolasi menular digunakan untuk melindungi penghuni di rumah sakit dan pasien
berpenyakit menular. Terakhir untuk menghindari penularan tubercolosis, di dalam ruang pasien
dapat dilakukan perancangan distribusi udara, tekanan, laju pertukaran udara, dan filtrasi.
Temperatur dan kelembaban relatif udara harus sesuai dengan ketentuan untuk ruang pasien.
3.9.4.2 Perencana harus bekerja sama dengan perencana perawatan kesehatan dan instansi
berwenang setempat untuk menentukan perancangan ruang isolasi yang sesuai.
3.9.4.3 Kondisi ini dimungkinkan dengan pengontrolan yang lebih lengkap, menggunakan sebuah
ruangan terpisah yang digunakan sebagai kunci udara (air lock) untuk meminimalkan potensi
partikel di udara dari area pasien mencapai area-area yang berdekatan.

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 27


Beberapa perancang telah menyediakan ruang isolasi yang memungkinkan fleksibilitas ruang
maksimum dengan menggunakan pendekatan dengan membalikkan arah aliran udara dan
memvariasikan laju aliran gas buang.
Pendekatan ini berguna hanya jika diperlukan penyesuaian yang tepat untuk berbagai jenis
prosedur isolasi.

3.9.5 Pantri di Lantai. (Floor pantry).


3.9.5.1 Persyaratan ventilasi untuk area ini tergantung pada jenis makanan yang disediakan oleh
rumah sakit. Apabila makanan massal dibagikan dan fasilitas pencuci piring disediakan di area
pantri, dianjurkan penggunaan tudung pembuangan ke luar di atas peralatan pencuci.
3.9.5.2 Pantri kecil yang digunakan untuk menyiapkan makanan kecil di antara jam makan tidak
memerlukan ventilasi khusus. Tekanan udara di ruang pantri harus seimbang dengan area
sekitarnya untuk mengurangi gerakan udara ke dalam atau ke luar ruang pantri.

3.9.6 Sebelum Melahirkan/Melahirkan/Pemulihan/Pasca melahirkan (Labor/


Delivery/Recovery/ Post partum) (LDRP).
3.9.6.1 Prosedur untuk melahirkan bayi normal dianggap non-invasif, ruang dikondisikan sama
dengan ruang pasien. Beberapa ketentuan, mungkin menentukan tingkat pertukaran udara yang
lebih tinggi daripada ruang pasien yang biasa.
3.9.6.2 Diharapkan prosedur invasif seperti bedah caesar dilakukan di ruang melahirkan terdekat
atau di ruang operasi.

3.10 Penunjang.
3.10.1 Departemen Radiologi.
Diantara faktor-faktor yang mempengaruhi rancangan sistem ventilasi di area ini adalah
karakteristik berbau untuk perlakuan klinik tertentu dan konstruksi khusus yang dirancang untuk
mencegah kebocoran radiasi.

3.10.1.1 Fluoroscopic, radiografi, dan Ruang terapi.


Ruangan ini mempersyaratkan temperatur 240C sampai 270C dan kelembaban relatif udara 40%
sampai 50%.
Tergantung pada lokasi outlet suplai udara dan intake buangan udara, lapisan timah hitam (Pb)
dipersyaratkan pada ducting suplai dan ducting balik pada titik masuk ke area klinik yang beragam
untuk mencegah kebocoran radiasi ke area hunian lain.

3.10.1.2 Ruang gelap.


Ruang gelap umumnya digunakan untuk periode yang lama pada ruang sinar X dan harus
mempunyai sistem ventilasi independent untuk membuang udara ke luar.
Buangan dari alat pemroses film dihubungkan ke buangan kamar gelap.

3.10.2 Laboratorium.
3.10.2.1 Pengkondisian udara diperlukan di laboratorium untuk kenyamanan dan keselamatan
para teknisi. Asap kimia, bau, uap, panas dari peralatan, dan bukaan jendela yang tidak diinginkan
semuanya berkontribusi terhadap kebutuhan pengkondisian udara.

28 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


3.10.2.2 Perhatian khusus harus diberikan untuk ukuran dan jenis peralatan yang menambah
panas dan digunakan dalam berbagai laboratorium.
Peralatan yang memerlukan panas, biasanya merupakan bagian utama dari beban pendinginan.
3.10.2.3 Distribusi udara dan sistem pembuangan secara umum harus terbuat dari bahan
konvensional mengikuti rancangan standar untuk jenis sistem yang digunakan.
Sistem pembuangan yang melayani tudung bahan radioaktif, pelarut yang mudah menguap, dan
oksidator kuat seperti asam perklorat yang digunakan harus dibuat dari baja tahan karat (stainless
steel).
Fasilitas membasuh harus disediakan untuk tudung dan ducting yang menangani asam perklorat.
Tudung asam perklorat harus dilengkapi fan pembuangan khusus.
3.10.2.4 Tudung yang digunakan menentukan bahan ducting lainnya. Tudung di mana bahan
radioaktif atau infeksi akan digunakan, harus dilengkapi dengan filter yang effisiensi ultra tinggi
pada lubang outlet buangan dan memiliki prosedur dan peralatan untuk penggantian dengan aman
filter yang terkontaminasi.
3.10.2.5 Jalur ducting pembuangan harus sependek mungkin dengan meminimalkan kerugian
horizontal. Hal ini terutama berlaku untuk tudung asap perklorat karena sifatnya sangat berbahaya
dapat menimbulkan ledakan.
3.10.2.6 Menentukan sistem ventilasi yang efektif, ekonomis dan aman membutuhkan penelitian
yang cukup lama.
3.10.2.7 Apabila perkiraan kuantitas ventilasi udara ruang laboratorium untuk ventilasi tudung
dapat diperkirakan, sistem pembuangan dengan tudung dapat digunakan untuk pembuangan
semua udara ventilasi dari area laboratorium.
3.10.2.8 Dalam situasi di mana tudung pembuangan melebihi suplai udara, pasokan udara
tambahan dapat digunakan untuk menambah udara pada tudung. Penggunaan VAV untuk sistem
pasokan/pembuangan di laboratorium dapat diterima tetapi membutuhkan perawatan khusus
dalam rancangan dan instalasi.
3.10.2.9 Pasokan udara tambahan yang tidak perlu dikondisikan harus disediakan oleh sistem
terpisah dari sistem ventilasi normal.
Sistem tudung pembuangan individu harus saling berkaitan dengan sistem udara tambahan.
Sistem tudung pembuangan harus tidak dimatikan jika sistem udara tambahan gagal.
Ruang penyimpanan bahan kimia harus memiliki sistem pembuangan udara yang terus beroperasi
dengan fan terminal.
3.10.2.10 Fan pembuangan yang melayani tudung harus terletak diujung aliran dari sistem
pelepasan untuk mencegah kemungkinan hasil pembuangan memasuki bangunan.
3.10.2.11 Udara pembuangan dari tudung di unit untuk biokimia, histologi, sitologi, patologi,
pencuci gelas/sterilisasi, dan serologi-bakteriologi harus dibuang keluar dengan tanpa resirkulasi.
3.10.2.12 Biasanya, pembuangan dari fan pembuangan berdiri tegak dengan jarak minimum 2,1 m
di atas atap dengan kecepatan sampai 20 m/detik. Unit bakteriologi-serologi harus bertekanan
relatif terhadap area sekitarnya untuk mengurangi kemungkinan infiltrasi aerosol mencemari
spesimen yang sedang diproses.
3.10.2.13 Area seluruh laboratorium harus di bawah tekanan sedikit negatif untuk mengurangi
penyebaran bau atau kontaminasi ke area rumah sakit lainnya. Temperatur dan kelembaban harus
berada dalam batas kenyamanan.

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 29


3.10.3 Laboratorium Bacteriologi.
3.10.3.1 Unit ini tidak harus memiliki pergerakan udara yang tidak semestinya, sehingga
perawatan dilakukan untuk membatasi minimum kecepatan udara.
Ruang transfer steril yang mungkin berdampingan dengan laboratorium bakteriologi adalah ruang
di mana media steril didistribusikan dan di mana spesimen akan di transfer ke media pembiakan.
3.10.3.2 Untuk mempertahankan lingkungan yang steril, filter HEPA effisiensi ultra tinggi harus
dipasang di ducting suplai dekat titik masuk ke ruangan.
Ruang media, pada dasarnya adalah dapur, harus berventilasi untuk menghilangkan bau dan uap.

3.10.4 Laboratorium penyakit Infeksius dan Virus.


3.10.4.1 Laboratorium ini hanya ditemukan di rumah sakit besar yang memerlukan perlakuan
khusus.
3.10.4.2 Suatu tingkat ventilasi minimal dengan pertukaran udara 6 kali per jam atau tambahan
yang sama dengan volume pembuangan pada tudung di rekomendasikan untuk laboratorium ini,
Laboratorium harus memiliki tekanan relatif negatif terhadap area lain disekitarnya untuk
mencegah exfiltrasi dari setiap kontaminan udara.
3.10.4.3 Pembuangan udara dari lemari asap atau lemari keselamatan dalam laboratorium harus
disterilkan sebelum dibuang ke luar bangunan.
Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan pemanas listrik atau gas yang ditempatkan secara
serie dalam sistem pembuangan dan dirancang untuk memanaskan udara buang sampai 3150C.
Suatu metode yang lebih umum dan lebih murah dari sterilisasi udara buang adalah dengan
menggunakan filter dengan effisiensi ultra tinggi dalam sistem.

3.10.5 Laboratorium Pengobatan Nuklir.


3.10.5.1 Laboratorium mengatur radioisotop untuk pasien melalui mulut, infus, atau penghirupan
untuk memfasilitasi diagnosis dan pengobatan penyakit.
3.10.5.2 Dalam banyak kasus, sedikit sekali terjadinya kontaminasi udara dari lingkungan internal,
kecuali ada pertimbangan khusus.
3.10.5.3 Salah satu pengecualian penting melibatkan penggunaan larutan iodine 131 dalam kapsul
atau dalam botol untuk mendiagnosa gangguan kelenjar tiroid.
Keterlibatan lain penggunaan gas Xenon 131 melalui penghirupan untuk mempelajari
berkurangnya fungsi paru-paru pasien.
3.10.5.4 Kapsul xenon 131 terkadang bocor isinya sebelum digunakan. Pada pesiapan dosis, botol
ketika dibuka melepaskan kontaminan ke udara.
3.10.5.5 Hal ini merupakan kejadian umum untuk botol pada waktu dibuka dan ditangani dalam
lemari asap standar laboratorium.
Suatu kecepatan permukaan minimum 0,5 m/detik harus mencukupi untuk tujuan ini
3.10.5.6 Rekomendasi ini hanya berlaku di mana sejumlah kecil ditangani dalam operasi
sederhana.
Keadaan lain mungkin memerlukan penyediaan kotak sarung tangan atau serupa kurungan.

30 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


3.10.5.7 Penggunaan Xenon 133 untuk mempelajari pasien, melibatkan instrumen khusus yang
memungkinkan pasien menghirup gas dan menghembuskan nafas kembali ke instrumen.
3.10.5.8 Gas dihembuskan lewat melalui perangkap arang yang dipasang paling depan dan sering
(tapi tidak selalu) dilepaskan keluar. Proses ini menunjukkan beberapa potensi gas untuk lepas ke
dalam lingkungan internal.
3.10.5.9 Karena keunikan ini, operasi dan peralatan khusus yang terlibat, dianjurkan perancang
sistem menentukan instrumen tertentu yang akan digunakan dan menghubungi produsen untuk
memperoleh petunjuk.
3.10.5.10 Panduan lain tersedia di US Nuclir Regulatory Commission, Regulatory Guide 10.8
(NRC 1980). Secara khusus prosedur darurat yang harus diikuti dalam kasus lepasnya xenon 133
harus mencakup evakuasi sementara dari area dan/atau meningkatkan laju ventilasi area tersebut.
3.10.5.11 Rekomendasi tentang perbedaan tekanan, filtrasi suplai udara, volume suplai udara,
resirkulasi dan atribut lain dari sistem suplai dan aliran udara untuk laboratorium histologi, patologi,
dan sitologi juga relevan dengan laboratorium kedokteran nuklir.
Namun demikian, beberapa persyaratan sistem ventilasi khusus dikenakan oleh NRC apabila
bahan radioaktif digunakan.
3.10.5.12 Sebagai contoh, NRC (1980) memberikan prosedur perhitungan untuk memperkirakan
aliran udara yang diperlukan untuk mempertahankan konsentrasi gas xenon 133 pada atau di
bawah tingkat yang ditentukan.
3.10.5.13 NRC juga berisi persyaratan khusus untuk jumlah radioaktif yang dapat dilepaskan ke
atmosfer, metode pembuangan pilihan adalah dengan penyerapan menggunakan perangkap
arang.

3.10.6 Ruang Autopsi.


3.10.6.1 Ruang otopsi adalah area dari bagian patologi yang memerlukan perhatian khusus.
Perhatian terhadap ruang ini terutama pada kontaminasi bakteri dan bau. Intake buangan harus
ditempatkan di langit-langit atau di sisi rendah dinding.
Sistem buangan harus mengalirkan udara di atas atap rumah sakit.
Suatu tekanan negatif relatif terhadap sekitarnya harus disediakan di ruang otopsi untuk
mencegah penyebaran kontaminasi.
3.10.6.2 Apabila sejumlah besar formalin digunakan, tudung pembuangan khusus mungkin
diperlukan untuk menjaga konsentrasi sampai tingkat di bawah ketentuan yang berlaku.
3.10.6.3 Untuk rumah sakit kecil di mana ruang otopsi jarang digunakan, kontrol lokal dari sistem
ventilasi dan sistem kontrol bau lebih baik menggunakan karbon aktif atau potassium permanganat
yang dipenuhi alumina aktif lebih disukai.

3.10.7 Kandang Hewan.


3.10.7.1 Area ini hanya ditemukan di rumah sakit yang lebih besar. Terutama karena bau, kandang
hewan memerlukan sistem pembuangan mekanis di mana pembuangan udara yang
terkontaminasi diletakkan di atas atap rumah sakit.
3.10.7.2 Untuk mencegah penyebaran bau atau kontaminan lainnya dari kandang hewan ke area
lain, tekanan udara negatif sedikitnya 25 Pa relatif terhadap daerah sekitarnya harus dijaga.

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 31


3.10.8 Farmasi.
Ruang farmasi harus dikondisikan untuk kenyamanan dan tidak memerlukan ventilasi khusus.
Distribusi udara ruangan harus dikoordinasikan dengan setiap meja yang mungkin membutuhkan
aliran udara laminar.

3.10.9 Administrasi.
Bagian ini meliputi lobi utama, kantor dan ruang rekam medis.
Area pendaftaran dan ruang tunggu adalah area di mana risiko potensi penularan penyakit melalui
udara tidak terdiagnosis.
Penggunaan sistem pembuangan lokal yang membuang udara terhadap pasien yang mendaftar
harus dipertimbangkan.
Sistem pengkondisian udara terpisah yang tepat diinginkan untuk memisahkan area ini karena
biasanya rumah sakit kosong pada malam hari.

3.10.10 Diagnostik dan Pengobatan.

3.10.10.1 Bronchoscopy, Sputum collection, dan Pentamidine Administration.


(1) Ruangan ini berpotensi tinggi karena adanya pembuangan sejumlah besar tetesan air yang
infeksius ke dalam udara ruangan.
(2) Meskipun prosedur yang dilakukan dapat mengindikasikan penggunaan tudung pasien,
ventilasi ruang secara umum harus ditingkatkan berdasarkan asumsi bahwa kontaminasi
udara yang menular dihasilkan lebih tinggi dari tingkat normal.

3.10.10.2 Magnetic Resonance Imaging (MRI).


Temperatur, kelembaban dan ventilasi ruang ini harus diperlakukan sebagai ruang pemeriksaan.
Namun demikian diperlukan perhatian khusus dimana di ruang kontrol melepaskan panas dari
peralatan komputer dan penggunaan cryogenic diruang pemeriksaan.

3.10.10.3 Ruang Pengobatan/Tindakan (Treatment Room).


Pasien dibawa ke ruang ini untuk perawatan khusus yang tidak dapat dengan mudah dilakukan di
ruang pasien.
Untuk mengakomodasi pasien yang mungkin dibawa dari tempat tidur, ruangan harus memiliki
temperatur dan kontrol kelembaban individu.
Temperatur dan kelembaban harus sesuai ketentuan seperti kamar pasien.

3.10.10.4 Bagian therapi fisik.


(1) Beban pendinginan dari bagian elektroterapi dipengaruhi oleh gelombang pendek diatermi,
infra merah, ultra violet dan peralatan yang digunakan di area ini.
(2) Seksi Hidroterapi.
Seksi ini terdiri dari berbagai pengobatan dengan pemandian air, umumnya temperatur
dipertahankan sampai 270C. Panas laten yang potensial di area ini tidak boleh diabaikan.

32 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


(3) Seksi latihan tidak memerlukan perlakuan khusus, temperatur dan kelembaban harus berada
dalam zona kenyamanan. Udara dapat diresirkulasikan pada area ini, dan sistem kontrol bau
disarankan.

3.10.10.5 Bagian Therapi Kerja.(Occupational Therapy Department).


(1) Ruang bagian ini digunakan untuk kegiatan seperti menenun, mengepang, karya seni dan
menjahit, tidak memerlukan ventilasi khusus.
Resirkulasi udara dalam sistem ventilasi di area ini diperbolehkan menggunakan filter kelas
menengah.
Rumah sakit yang lebih besar dan yang mengkhususkan diri dalam rehabilitasi memiliki
keragaman yang lebih besar dari keterampilan dan kerajinan, termasuk pertukangan, logam,
fotografi, keramik dan lukisan.
(2) Persyaratan pengkondisian udara dan ventilasi dari berbagai bagian harus sesuai dengan
praktek yang normal untuk area tersebut dan untuk ketentuan yang berkaitan dengan
mereka. Temperatur dan kelembaban harus dipertahankan dalam zona kenyamanan.

3.10.10.6 Bagian Therapi hirup (Inhalation Therapy Department).


Terapi hirup untuk pengobatan gangguan pernapasan paru-paru dan lainnya.
Udara harus sangat bersih, dan areanya harus memiliki tekanan udara positif terhadap area
sekitarnya.

3.10.10.7 Ruang Kerja.


(1) Ruang kerja bersih (clean utility) yang berfungsi sebagai pusat penyimpanan dan distribusi
persediaan bersih harus dipertahankan pada tekanan udara positif relatif terhadap koridor.
(2) Ruang kerja kotor (dirty utility) terutama berfungsi sebagai tempat pengumpulan peralatan
dan material kotor.
Ruang ini dianggap sebagai ruangan yang terkontaminasi dan harus memiliki tekanan udara
negatif relatif terhadap area sekitarnya.
Temperatur dan kelembaban udaranya harus berada dalam batas kenyamanan.

3.10.10.8 Sterilisasi dan Persediaan.


(1) Peralatan yang telah digunakan dan terkontaminasi seperti instrumen dan alat, dibawa ke
unit ini untuk dibersihkan dan disterilisasi sebelum digunakan kembali.
(2) Unit biasanya terdiri dari area pembersihan, area sterilisasi dan area penyimpanan di mana
persediaan disimpan sampai dipesan untuk digunakan.
Jika area ini berada dalam suatu ruangan yang besar, udara harus mengalir dari
penyimpanan bersih dan area steril ke area bersih yang terkontaminasi.
(3) Perbedaan tekanan udara harus sesuai seperti yang ditunjukkan pada tabel 3.
Temperatur dan kelembaban harus berada dalam rentang nyaman.
(4) Pedoman berikut ini penting untuk unit pusat sterilisasi dan persediaan :
(a) Insulasi alat sterilisasi digunakan untuk mengurangi beban panas.

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 33


(b) Ventilasi pada lemari peralatan sterilisasi harus cukup untuk menghilangkan kelebihan
panas.
(c) Apabila alat Ethylene Oksida (ETO) gas sterilisasi digunakan, dilengkapi sistem
pembuangan yang terpisah dengan terminal fan, dilengkapi perangkap buangan
dengan kecepatan yang memadai disekitar sumber kebocoran ETO
(d) Memasang pembuangan di pintu alat sterilisasi dan di atas pengering alat sterilisasi.
Aerator pembuangan dan ruang layanan, sensor konsentrasi ETO, sensor aliran
buangan, dan alarm juga harus disediakan.
(e) ETO sterlisasi harus ditempatkan di ruang khusus tak berpenghuni. Memiliki
perbedaan tekanan sangat negatif terhadap ruang yang berdekatan dan pertukaran
udaranya 10 kali per jam.
Banyak otoritas mengharuskan sistem pembuangan ETO memiliki peralatan untuk
menghilangkan ETO dari pembuangan udara.
(5) Menjaga tempat penyimpanan untuk persediaan steril pada kelembaban relatif tidak lebih
dari 50%.

3.10.10.9 Pelayanan.
(1) Daerah layanan termasuk dietary, rumah tangga, mekanikal, dan fasilitas karyawan.
(2) Daerah ini udaranya dapat dikondisikan atau tidak. Ventilasi yang memadai penting untuk
menyediakan sanitasi dan lingkungan yang sehat. Ventilasi daerah ini tidak dapat dibatasi
pada sistem pembuangan saja, ketentuan untuk suplai udara harus terkait dalam
perancangan. Udara tersebut harus disaring dan dialirkan pada temperatur yang terkendali.
(3) Sistem pembuangan yang dirancang dengan baik menjadi tidak effektif tanpa suplai udara
yang memadai. Pengalaman menunjukkan bahwa ketergantungan pada jendela yang
terbuka hanya menghasilkan ketidak puasan terutama selama musim panas.
(4) Penggabungan pertukaran panas dari udara ke udara memberikan kemungkinan untuk
beroperasi secara ekonomis di area ini.
(5) Fasilitas Dietary.
(a) Area ini biasanya mencakup dapur utama, pembuatan roti, kantor ahli gizi dan ruang
makan.
(b) Karena berbagai kondisi dihadapi (yaitu panas yang tinggi, kelembaban dan bau
masakan), perhatian khusus dalam perancangan diperlukan untuk menyediakan
lingkungan yang dapat diterima.
(c) Kantor ahli gizi ini sering berada di dalam atau berdekatan dengan dapur utama.
Biasanya benar-benar tertutup untuk memastikan privatisasi dan pengurangan
kebisingan. Pengkondisian udara dianjurkan untuk pemeliharaan kenyamaan dalam
kondisi normal.
(d) Ruang cuci piring harus tertutup dan berventilasi pada tingkat minimum yang sama
dengan tudung buangan untuk mesin cuci piring. Hal yang tidak biasa adalah membagi
area pencucian piring ke dalam area kotor dan area bersih. Bila ini dilakukan, area
yang kotor harus dibuat bertekanan negatif terhadap area bersih.

34 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


(6) Ruang Kompressor/Kondenser Dapur.
(a) Ventilasi dari ruang ini harus sesuai dengan persyaratan teknis setempat, dengan
tambahan pertimbangan sebagai berikut ;
1) ventilasi udara 220 liter/detik per kilowatt kompressor harus digunakan untuk unit
yang diletakkan di dalam dapur;
2) unit kondensing harus beroperasi optimal pada maksimum temperatur ambient
32,20C; dan
3) apabila temperatur udara atau sirkulasi udara kecil, kombinasi udara dan unit
kondensing yang didinginkan air harus ditentukan.
(b) Hal ini sering untuk menggunakan kondensor berpendingin air dimana kondensor
diletakkan jauh. Perolehan kembali panas dari kondenser berpendingin air harus
dipertimbangkan.
(7) Ruang Makan.
(a) Ventilasi dari ruang ini harus sesuai dengan persyaratan teknis setempat. Penggunaan
kembali udara dari ruang makan untuk ventilasi, dan pendinginan area persiapan
makanan di rumah sakit disarankan asalkan udara balik dilewatkan melalui filter
dengan effisiensi 80%.
(b) Apabila layanan kantin disediakan, area layanan dan meja yang menggunakan uap
biasanya dilengkapi tudung. Kapasitas AHU dari tudung ini harus minimal 380
liter/detik per m2 luas.
(8) Laundri dan Linen.
(a) Dari fasilitas ini, hanya ruang penyimpanan linen kotor, ruang sortir linen kotor, ruang
utilitas kotor, dan area proses laundri yang memerlukan perhatian khusus.
(b) Ruang yang disediakan untuk penyimpanan linen kotor sebelum diambil oleh laundri,
umumnya bau dan terkontaminasi. Untuk itu ruang ini harus berventilasi baik dan
dipertahankan pada tekanan udara negatif.
(c) Ruang utilitas kotor yang disediakan untuk layanan rawat inap dan biasanya
terkontaminasi dengan bau yang berbahaya harus langsung dibuang ke luar dengan
cara mekanis.
(d) Dalam area proses linen, mesin cuci (washer), alat pengering (tumbler), alat seterika,
dan sebagainya udaranya harus dibuang langsung ke atas untuk mengurangi
kelembaban.
(e) Sebuah kanopi di atas alat seterika dan lubang pembuangan udara yang terbaik
diletakkan di dekat peralatan penghasil panas untuk diambil dan dibuang panasnya.
(f) Sistem pembuangan udara dari alat seterika dan alat pengering harus terpisah dari
sistem pembuangan udara umum dan dilengkapi dengan filter kain.
Udara harus dibuang di atas atap atau di mana tidak mengganggu penghuni di area
lain. Reklamasi panas dari udara buangan laundri mungkin tidak praktis dan tidak
diinginkan.

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 35


(g) Apabila pengkondisian udara dipertimbangkan, pasokan udara tambahan yang
terpisah, serupa dengan yang direkomendasikan untuk tudung dapur, mungkin
diletakkan di lokasi sekitar kanopi pembuangan di atas alat seterika. Alternatifnya,
dapat dipertimbangkan tempat yang dingin untuk istirahat petugas terbatas pada area
tertentu
(9) Fasilitas Mekanikal.
(a) Suplai udara untuk ruang boiler harus disediakan baik untuk kondisi kerja yang
nyaman dan kuantitas udara yang dibutuhkan untuk laju pembakaran dari bahan bakar
khusus yang digunakan.
Boiler dan kemampuan burner menentukan laju pembakaran maksimum, jadi kuantitas
udara dapat dihitung sesuai jenis dari bahan bakarnya.
Udara yang cukup harus disuplai ke ruang boiler untuk mensuplai fan buangan selain
untuk boiler.
(b) Di tempat kerja, sistem ventilasi harus membatasi temperatur udara sampai 320C.
Apabila temperatur udara luar ambient lebih tinggi, temperatur di dalam ruang mungkin
naik sampai maksimum 360C untuk melindungi motor dari panas
(10) Bengkel Pemeliharaan.
Bengkel kerja tukang kayu, mesin, listrik dan plambing tidak membutuhkan persyaratan
ventilasi.
Ventilasi yang tepat dibutuhkan pada bengkel cat dan area gudang cat karena bahaya
kebakaran dan harus memenuhi persyaratan teknis yang berlaku.
Bengkel pemeliharaan apabila terdapat pekerjaan pengelasan harus mempunyai ventilasi
buangan.

3.11 Kontinuitas Layanan dan Konsep Energi


3.11.1 Zoning.
3.11.1.1 Zoning dimaksudkan adalah menggunakan sistem udara terpisah untuk berbagai bagian,
dapat dimaksudkan untuk :
(1) kompensasi paparan, karena orientasi atau untuk kondisi lain yang dikenakan oleh
konfigurasi bangunan tertentu;
(2) meminimalkan resirkulasi antar bagian;
(3) memberikan fleksibilitas operasi;
(4) menyerdehanakan ketentuan untuk operasi pada kondisi daya darurat; dan
(5) menghemat energi.
3.11.1.2 Dengan ducting suplai udara dan beberapa unit pengolah udara (air handling unit) ke
sebuah planum, sistem sentral dapat mencapai ukuran kapasitas siaga.
Apabila satu unit dimatikan, udara dapat dialihkan dari area non kritis atau area yang sebentar-
sebentar dioperasikan untuk mengakomodasi area-area kritis yang harus beroperasi secara terus
menerus.
Proteksi siaga dengan cara ini atau cara lain sangat penting agar pasokan udara tidak terganggu
oleh pemeliharaan rutin atau kegagalan komponen.

36 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


3.11.1.3 Pemisahan sistem pasokan, antara yang balik dan yang dibuang oleh bagian sering
diinginkan, khususnya untuk bagian bedah, kebidanan, patologi, dan laboratorium.
3.11.1.4 Keseimbangan relatif diinginkan dalam area kritis, Harus dijaga saling mengunci antara
pasokan dan fan (misalnya pembuangan harus berhenti apabila pasokan aliran udara dihentikan).

3.11.2 Pemanasan dan Layanan Siaga Air Panas.


3.11.2.1 Jumlah dan susunan boiler harus sedemikian rupa sehingga apabila satu boiler rusak
atau sementara dilakukan pemeliharaan rutin, kapasitas boiler yang tersisa cukup untuk
menyediakan layanan air panas untuk penggunaan :
(1) klinis,
(2) diet untuk pasien,
(3) uap untuk sterilisasi dan tujuan diet; dan
(4) pemanasan dibutuhkan untuk: operasi, melahirkan, persalinan, persiapan melahirkan,
pemulihan, perawatan intensif, perawatan bayi, dan kamar pasien umum.
3.11.2.2 Pompa pengisi boiler, pompa sirkulasi air panas, pompa kondensat balik, dan pompa
bahan bakar minyak harus dihubungkan dan dipasang untuk menyediakan layanan normal dan
siaga.
3.11.2.3 Pipa utama pasokan dan balik dan pipa tegak untuk pendinginan, pemanasan dan proses
sistem uap, harus dilengkapi dengan katup untuk mengisolasi berbagai bagian.
3.11.2.4 Setiap peralatan harus dilengkapi dengan katup pada pipa suplai dan pipa balik.
3.11.2.5 Beberapa sistem pasokan dan pembuangan untuk ruang melahirkan dan ruang operasi
harus dirancang independen dari sistem fan lain dan pada kejadian kegagalan daya listrik normal,
beroperasi dari sistem listrik darurat rumah sakit.
3.11.2.6 Ruang operasi dan ruang bersalin harus berventilasi sehingga fasilitas rumah sakit tetap
dapat mempertahankan kondisi ruang bedah dan ruang melahirkan dalam kasus-kasus kegagalan
sistem ventilasi.
3.11.2.7 Uap dari boiler sering memerlukan perlakuan dengan bahan kimia yang tidak bisa
dibuang oleh unit pengolah udara yang melayani area kritis.
Dalam kasus ini, sistem uap bersih harus dipertimbangkan digunakan untuk humidikasi.

3.11.3 Pendinginan Mekanikal.


3.11.3.1 Sumber pendinginan mekanik untuk area klinis dan pasien di rumah sakit harus
dipertimbangkan dengan cermat. Metoda yang dipilih adalah sistem pendingin tidak langsung
dengan menggunakan air sejuk (chilled water).
3.11.3.2 Bila menggunakan pendingin langsung, perhatikan ketentuan yang berlaku untuk
keterbatasan tertentu dan larangan-larangannya.

3.11.4 Insulasi.
3.11.4.1 Semua pipa panas, ducting dan peralatan yang terbuka harus diinsulasi untuk menjaga
effisiensi energi dari semua sistem dan melindungi penghuni bangunan.

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 37


3.11.4.2 Untuk mencegah kondensasi, ducting, selubung, pipa dan peralatan dengan temperatur
permukaan luar di bawah titik embun ambien harus ditutupi dengan insulasi yang memiliki
pembatas uap eksternal.
3.11.4.3 Insulasi, termasuk finis dan perekat pada permukaan luar ducting, pipa dan peralatan
harus memiliki tingkat penyebaran api 25 atau kurang dan tingkat pengembangan asap 50 atau
kurang sebagaimana ditentukan oleh laboratorium pengujian independen sesuai standar NFPA
255, dan seperti yang dipersyaratkan oleh NFPA 90A.
3.11.4.4 Tingkat pengembangan asap untuk insulasi pipa tidak boleh melebihi 150.
3.11.4.5 Lapisan internal ducting dan peralatan harus memenuhi metode uji erosi seperti
dijelaskan dalam UL standar 181 (Underwriters Laboratories).
3.11.4.6 Lapisan internal ini termasuk pelapis, perekat dan insulasi pada permukaan luar dari pipa
dan ducting di ruang bangunan gedung yang digunakan sebagai pasokan udara ventilasi, harus
memiliki tingkat penyebaran api 25 atau kurang dan peringkat pengembangan asap 50 atau
kurang, sebagaimana ditentukan oleh laboratorium pengujian independen sesuai dengan standar
ASTM E.84.
3.11.4.7 Lapisan internal duct tidak boleh digunakan dalam sistem suplai ruang operasi, ruang
bersalin, ruang pemulihan, ruang bayi, unit perawatan luka bakar atau unit perawatan intensif,
kecuali terminal filter dengan effisiensi minimal 90% dipasang di hilir lapisan.
3.11.4.8 Lapisan internal duct harus digunakan hanya untuk perbaikan akustik. Untuk tujuan
termal, insulasi ekternal harus digunakan.
Apabila sistem yang ada dimodifikasi, bahan asbes harus tidak digunakan dan dibuang sesuai
ketentuan yang berlaku.

3.11.5 Energi.
3.11.5.1 Perawatan kesehatan membutuhkan energi intensif, sumber energi tergantung pada
perusahaan pensuplai energi.
3.11.5.2 Fasilitas rumah sakit berbeda dari bangunan lainnya, rumah sakit beroperasi 24 jam per
hari sepanjang tahun, memerlukan sistem cadangan yang canggih dalam kasus utilitas normal
padam, penggunaan sejumlah besar udara luar untuk memerangi bau dan pelarutan
mikroorganisme, dan harus berhubungan dengan masalah infeksi dan pembuangan limbah padat.
3.11.5.3 Sejumlah besar energi dibutuhkan untuk sumber daya diagnostik, teraputik, dan peralatan
pemantau serta dukungan layanan seperti penyimpanan, persiapan dan pelayanan makanan dan
fasilitas laundri.
3.11.5.4 Penghematan energi di rumah sakit dapat dilakukan dalam berbagai cara, seperti
menggunakan tangki penyimpanan energi yang lebih besar dan menggunakan perangkat
konservasi energi yang mentransfer energi dari udara panas atau dingin dari pembuangan panas
bangunan atau udara dingin yang masuk.
3.11.5.5 Pemanasan pipa, berjalan sekitar loop dan bentuk lain pemulihan panas memperoleh
perhatian yang meningkat.
3.11.5.6 Insinerator limbah padat menghasilkan buangan uap panas yang dapat digunakan untuk
laundri dan air panas perawatan pasien menjadi semakin umum.
3.11.5.7 Komplek perawatan kesehatan yang besar menggunakan sistem mesin sentral yang
mungkin termasuk penyimpanan panas, economizer hidronik, pompa primer/sekunder, kogenerasi
panas boiler, pemulihan energi, dan pemulihan panas insinerator.

38 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


3.11.5.8 Rancangan pembangunan fasilitas baru, termasuk perubahan dari dan penambahan
bangunan yang sudah ada, memiliki pengaruh besar pada jumlah energi yang dibutuhkan untuk
layanan tersebut terutama disediakan untuk pemanas, pendingin dan pencahayaan.
3.11.5.9 Pemilihan komponen bangunan dan sistem untuk penggunaan energi yang efektif
memerlukan perencanaan yang cermat.
Integrasi bangunan limbah panas ke dalam sistem dan penggunaan sumber energi terbarukan
(misalnya, surya dibawah beberapa kondisi iklim) akan memberikan penghematan substansial
(Setty 1976).

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 39


BAB - IV
FASILITAS RAWAT JALAN RUMAH SAKIT.

4.1 Umum.
4.1.1 Fasilitas rawat jalan dapat menjadi unit yang berdiri sendiri, bagian dari fasilitas
perawatan akut, atau bagian dari fasilitas medis seperti bangunan medis (klinik).
4.1.2 Beroperasinya dilakukan tanpa mengantisipasi pasien bermalam (yaitu, fasilitas
beroperasinya dari 8 jam sampai 10 jam per hari).
Jika secara fisik terhubung ke fasilitas rumah sakit dan dilayani oleh sistem tata udara rumah sakit,
ruang fasilitas rawat jalan harus sesuai dengan persyaratan fasilitas rumah sakit.
4.1.3 Apabila fasilitas rawat jalan benar-benar terpisah dan memiliki sistem tata udara sendiri,
maka fasilitas perawatan kesehatan ini dapat dikatagorikan sebagai klinik diagnostik atau klinik
pengobatan.

4.2 Klinik Diagnostik.


4.2.1 Klinik diagnostik adalah fasilitas di mana pasien secara teratur berada pada bagian rawat
jalan untuk layanan diagnostik atau pengobatan ringan, tetapi tidak dilakukan pengobatan yang
memerlukan anestesi umum atau operasi.
4.2.2 Fasilitas klinik diagnostik memiliki kriteria rancangan seperti yang ditunjukkan pada tabel
4 dan tabel 5 (lihat bagian tentang fasilitas panti jompo).

4.3 Klinik Pengobatan.


Klinik pengobatan adalah fasilitas yang menyediakan rawat jalan, pengobatan besar atau kecil
untuk pasien yang tidak mampu berbuat untuk melindungi dirinya dalam kondisi darurat tanpa
bantuan orang lain.

4.4 Kriteria Rancangan.


4.4.1 Perancang sistem harus mengacu pada paragraf berikut dari bagian fasilitas rumah sakit :
(1) sumber infeksi dan tindakan pengendalian;
(2) kualitas udara;
(3) gerakan udara;
(4) temperatur;
(5) perbedaan tekanan dan ventilasi; dan
(6) pengendalian asap.
4.4.2 Persyaratan pembersihan udara untuk ruang operasi sesuai dengan yang ada di tabel 1.
Area pemulihan tidak perlu dianggap sebagai area sensitif.
Perhatian terhadap bakteri sama seperti di rumah sakit perawatan akut.

40 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


Laju ventilasi minimal, perbedaan tekanan, kelembaban relatif, dan rentang temperatur yang
diinginkan dirancang mirip dengan persyaratan untuk rumah sakit seperti ditunjukkan pada tabel 3,
kecuali untuk ruang operasi, yang mungkin memenuhi ketentuan untuk kamar trauma.
4.4.3 Area fungsi berikut dalam fasilitas klinik pengobatan memiliki kriteria rancangan mirip
dengan yang di rumah sakit:
(1) operasi bedah, ruang pemulihan dan ruang penyimpanan anestesi;
(2) penunjang;
(3) diagnostik dan pengobatan kecil radiologi di wilayah umumnya;
(4) sterilisasi dan persediaan; dan
(5) layanan kotor, ruang kerja, fasilitas mekanik, dan kamar ganti.

4.4.4 Kontiunitas Pelayanan dan Konsep Energi.


4.4.4.1 Beberapa pengelola mungkin menginginkan bahwa pemanas, pengkondisian udara, dan
sistem pelayanan air panas selalu siaga melayani dalam kondisi darurat dan sistem ini dapat
berfungsi setelah bencana berlalu.
4.4.4.2 Untuk mengurangi biaya utilitas, fasilitas harus mencakup langkah-langkah konservasi
energi seperti perangkat pemulihan, volume udara variabel, beban peneduh, atau sistem untuk
mematikan atau mengurangi ventilasi area tertentu saat kosong. Ventilasi mekanik harus
memanfaatkan udara luar dengan menggunakan siklus ekonomizer, untuk mengurangi beban
pemanasan dan pendinginan.
4.4.4.3 Sub bagian pada layanan kontuinitas dan konsep energi bagian fasilitas rumah sakit juga
mencakup informasi mengenai zonasi dan isolasi yang berlaku untuk klinik pengobatan.

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 41


BAB – V
PENGOPERASIAN DAN PEMELIHARAAN
5.1 Pendahuluan.
5.1.1 Fungsi pengoperasian dan pemeliharaan dalam rumah sakit dan klinik dapat dijelaskan
dengan cara-cara yang berbeda.
Banyak fasilitas mempunyai petugas pemeliharaan sendiri yang menyediakan pemeliharaan
minimum sampai yang mahal, sering juga sangat canggih dan sistem dengan teknik yang
kompleks.
5.1.2 Beberapa fasilitas menunjukkan pekerjaan pemeliharaan minimum yang dikerjakan
sendiri (biasanya keselamatan jiwa yang terkait dengan fungsinya) dan pada fungsi lainnya
dikerjakan oleh sumber luar (outsourcing).
5.1.3 Model lain adalah seluruhnya dilakukan oleh bagian pemeliharaan dari sumber lain
(oursourcing). Beberapa bagian dilakukan oleh serikat pekerja yang mempunyai keahlian praktis,
dan beberapa bagian lain tidak dilakukan oleh serikat kerja.
5.1.4 Bab ini tidak ditujukan untuk membicarakan penilaian dari beragam sistem pemeliharaan
yang berbeda. Tujuannya adalah untuk menunjukkan pentingnya fungsi pemeliharaan dalam
fasilitas pelayanan kesehatan.
5.1.5 Untuk tugas yang tidak dapat dilakukan sendiri oleh petugas, perlu dipertimbangkan untuk
menggunakan kontraktor atau konsultan. Pastikan bahwa kontraktor yang digunakan mampu
melakukan pemeliharaan yang terbaik dan mempunyai pelatihan khusus. Untuk menghemat waktu
dan mencegah masalah komunikasi, yakinkan kontraktor dapat memberikan layanan diagnostik
dan perbaikan. Akhirnya untuk memastikan bahwa semua masalah dapat tertangani, tentukan
kontraktor yang berpandangan holistik pada fasilitas.
5.1.6 Program pemeliharaan dan pengoperasian yang baik harus diimplementasikan untuk
memastikan bahwa bangunan fasilitas pelayanan kesehatan dan sistem operasi dapat
memberikan pelayanan yang andal kepada pasien.

5.2 Pemeliharaan.
5.2.1 Umum.
5.2.1.1 Sesuatu bagian yang bergerak akhirnya akan patah atau rusak. Sebuah rumah sakit
membutuhkan pemeliharaan seperti fasilitas lainnya.
5.2.1.2 Pada suatu saat, biaya pemeliharaan menjadi komponen terbesar yang tidak terkontrol
dari pengoperasian rumah sakit. Karenanya pemeliharaan harus secara hati-hati ditinjau ulang.
5.2.1.3 Pelaksanaan jadwal pengoperasian dan pemeliharaan yang kurang benar, seperti
pemeliharaan pencegahan atau perbaikan chiller yang didasarkan secara sederhana dan
dilakukan dalam jangka waktu pendek, dapat menjadi sangat mahal.
Hal sebaliknya bila pemeliharaan dilakukan hanya pada saat peralatan/komponen tidak berfungsi
(pemeliharaan reaktif) dapat menyebabkan kerugian fungsi yang besar dan sulit diterima.
5.2.1.4 Empat (4) pendekatan umum untuk pemeliharaan : reaktif, preventif, prediktif, dan proaktif
- berevolusi setiap tahun sebagai progres dalam sistem diagnostik telah dilakukan.
Penjelasan lebih detail tentang pendekatan pemeliharaan diberikan dibawah ini.

42 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


5.2.2 Pemeliharaan reaktif.
5.2.2.1 Pemeliharaan reaktif adalah pemeliharaan mulai beroperasi sampai rusak/gagal,
penggantian peralatan hanya dilakukan pada saat rusak.
5.2.2.2 Pemeliharaan reaktif dapat diterima untuk peralatan yang penggunaannya tidak kritis dan
biaya penggantian atau perbaikan peralatan kurang dari biaya monitor dan masalah
pencegahannya.
5.2.2.3 Untuk contoh, penggantian lampu pencahayaan atau penggantian motor kecil yang
biayanya hanya Rp. 4 juta.
5.2.2.4 Kerugiannya adalah sebagai berikut :
(1) Biaya waktu menganggur (downtime),
Permesinan sering gagal dengan tanpa atau sedikit pemberitahuan, akibatnya peralatan
menjadi tidak dapat melayani sampai penggantian suku cadang tiba.
Jika peralatan pada area kritis, pelayanan perawatan pada pasien menjadi terganggu.
Jika suku cadang sulit diperoleh, dapat mengakibatkan jangka waktu tidak dapat melayani
menjadi lama.
Bahkan peralatan murah dapat menyebabkan terganggunya waktu dan berdampak pada
bisnis negatif yang signifikan.
(2) Biaya pemeliharaan keseluruhan tinggi.
Kegagalan yang tidak diharapkan dapat mengakibatkan biaya lembur untuk perbaikan
darurat.
Biaya suku cadang naik karena pengirimannya dapat membutuhkan waktu yang lama dan
tidak effisien, harga yang ditawarkan juga tidak kompetitif.
Sebagai tambahan, kegagalan akan menjadi lebih parah jika kegagalan yang terjadi tak
terduga, kemungkinan dapat merusakkan atau menghancurkan komponen-komponen lain.
Sebagai contoh karena kegagalan “timing belt”, dapat menyebabkan kerusakan pada katup,
bantalan (bearing), poros engkol, kopling, impeller, sangkar fan, kipas, roda gigi, dan
rumahnya.
(3) Bahaya keselamatan.
Kegagalan peralatan, khususnya fan jenis vane-axial, dapat mencelakakan petugas yang
berada didekatnya.
Untuk contoh bagian dari kipas fan dapat merobek saluran udara (ductwork).

5.2.3. Pemeliharaan Pencegahan (Preventive Maintenance).


5.2.3.1 Pemeliharaan pencegahan berhubungan dengan jadwal pemeliharaan atau tugas pada
jangka waktu tertentu.
Untuk contoh, penggantian minyak pelumas pada kendaraan setiap 5000 km atau penggantian
“timing belt” setiap 100.000 km.
5.2.3.2 Dalam sistem tata udara, hal tersebut termasuk tugas untuk mengganti minyak, filter dan
pembersihan peralatan.

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 43


5.2.3.3 Dengan melaksanakan pemeliharaan pencegahan, akan mencegah banyak masalah
daripada pendekatan reaktif.
5.2.3.4 Pemeliharaan pencegahan memiliki beberapa kelemahan antara lain :
(1) Sering boros.
Pemeliharaan pencegahan mungkin mengganti peralatan yang masih mempunyai umur
pakai kedepan yang panjang.
Timing belt sebuah kendaraan, umurnya 100.000 km, tetapi penggantiannya pada 60.000
km untuk mencegah kerusakan mungkin menjadi pemborosan.
Serupa, sebuah chiller dibongkar yang jadwalnya tidak perlu, mungkin memboroskan Rp.
150 juta atau lebih dan mungkin akhirnya harus mengganti bantalan yang masih baik.
(2) Tidak mencegah semua kerusakan.
Pemeliharaan pencegahan gagal untuk menyelesaikan beberapa masalah.
Jika akibat kebocoran minyak melemahkan sebuah sabuk (belt), sabuk yang baru dapat
menjadi cepat rusak.
Serupa, jika ketidak seimbang atau salah penyetelan menyebabkan bantalan aus,
selanjutnya bantalan dapat rusak sebelum jadwal pemeliharaan berikutnya.
(3) Dapat menyebabkan masalah.
Pemeliharaan pencegahan dapat secara nyata menyebabkan masalah baru.
Setiap pembongkaran menciptakan potensi untuk membuat kesalahan selama
pembongkaran atau kerusakan yang lebih cepat dari komponen yang tidak asli.
Kedua kejadian tersebut akan menuju kerusakan yang lebih cepat daripada jika mesin
beroperasi menggunakan komponen yang asli.
(4) Kebutuhan persediaan (Inventori) yang besar.
Pemeliharaan pencegahan membutuhkan persediaan (inventori) suku cadang yang besar
dengan maksud mengatasi semua masalah yang dapat meningkat pada setiap bagian
peralatan atau dapat dibutuhkan selama pembongkaran.

5.2.4 Pemeliharaan Prediktif (Predictive).


5.2.4.1 Pemeliharaan predictif berhubungan dengan memeriksa kondisi peralatan sesuai
operasinya. Pemeliharaan prediktif tidak berhubungan dengan jadwal pemeliharaan atau
kebutuhan layanan.
5.2.4.2 Jika dari analisa menunjukkan masalah, manager fasilitas dapat merubah jadwal sebelum
kerusakan total terjadi. Identifikasi awal masalah membantu mencegah waktu mengganggur dan
biaya kerusakan sekunder.
5.2.4.3 Pemeliharaan prediktif merangkum masalah terbesar yang berhubungan dengan umur
pakai komponen - tanpa membiarkan rusak sebelum habis umur pakainnya.
Dengan melakukan ini, maka akan mengurangi biaya pemeliharaan dan waktu menganggur.
5.2.4.4 Contoh, untuk sebuah kendaraan, mengetahui bahwa timing belt tidak akan rusak sampai
150.000 km, pemilik menjalankan jadwal penggantian pada 100.000 km.

44 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


Dalam suatu fasilitas, pemeliharaan predictive membolehkan manager untuk menghapus jadwal
pembongkaran (overhaul) jika predictive secara teknis menunjukkan bahwa peralatan masih dalam
kondisi baik.
Pertimbangan pemeliharaan prediktif ada tiga: Pertama, mengungkap masalah sebelum
menyebabkan kerusakan, Kedua, memperpanjang waktu layanan untuk peralatan yang dalam
kondisi baik. Akhirnya, tentukan kondisi peralatan pada saat beroperasi-tanpa mengganti mesin
secara terpisah.
5.2.4.5 Teknik pemeliharaan prediktif dapat mengurangi biaya dengan mengungkapkan waktu
optimal untuk pemeliharaan.
5.2.4.6 Teknik prediktif berikut digunakan dan akan dijelaskan lebih detail pada bagian 6.3.
(1) Analisis getaran.
(2) Pemeriksaan thermografik dengan infrared.
(3) Analisis arus listrik motor.
(4) Analisis minyak.
(5) Analisis refrigeran.

5.2.5 Pemeliharaan proaktif.


5.2.5.1 Pemeliharaan proaktif mengandalkan pada metode prediktif (seperti analisis getaran)
untuk menunjukkan komponen-komponen yang cenderung memburuk.
Tidaklah cukup mengetahui kapan komponen akan rusak, pemeliharaan proaktif juga akan
mengeliminasi sumber kegagalan.
5.2.5.2 Untuk contoh, bukan pekerjaan sederhana mengganti bantalan yang aus, pemeliharaan
proaktif mencari untuk mengeliminasi penyebab keausan.
5.2.5.3 Dengan memperoleh akar permasalahan kerusakan fan dan pompa (contoh ketidak
seimbangan dan kesalahan penyetelan), proaktif berbicara mengurangi biaya mengganggur,
mengeliminasi masalah-masalah yang berulang, memperpanjang usia penggunaan mesin,
mengurangi biaya energi, dan mengidentifikasi pendekatan operasional yang tidak effektif.

5.2.6 Sistem Pemeliharaan dengan Komputer.


5.2.6.1 Komputer dapat berguna dalam mengimplementasi salah satu pendekatan pemeliharaan
di atas. Sebagian besar rumah sakit modern memiliki beberapa jenis perintah kerja dengan sistem
komputerisasi yang berguna dalam menerapkan pemeliharaan dan diperlukan pada sistem tata
udara, pengendalian inventarisasi suku cadang, mengalokasikan tenaga kerja yang tersedia
dengan effisien untuk tugas yang diperlukan, dan lain-lain.
5.2.6.2 Ada beberapa perangkat lunak komputerisasi sistem manajemen pemeliharaan yang
sangat baik dan komputer sistem manajemen dilengkapi fasilitas yang tersedia (CAFM).

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 45


5.3 Perkakas Pemeliharaan Modern.
5.3.1 Analisis Getaran.

5.3.1.1 Penyelenggaran Analisis Getaran.


(1) Analisis getaran adalah salah satu teknik yang paling efektif untuk menganalisis kondisi
peralatan berputar. Hal tersebut merupakan landasan program pemeliharaan prediktif karena
mendeteksi berbagai masalah sebelum peralatan menyebabkan kerusakan.
(a) Penyetelan yang salah dan ketidak seimbangan (60% ~ 80% disebabkan oleh masalah
kipas dan pompa).
(b) Resonansi dan cacat bantalan.
(c) Masalah roda gigi dan sabuk.
(d) Masalah impeller dan katrol (sheave).
(e) Poros longgar dan bengkok.
(g) Masalah yang berhubungan dengan aliran (kavitasi dan resirkulasi).
(h) Masalah kelistrikan (masalah batang rotor).
(2) Dalam lingkungan yang kritis, manfaat terbesar dari analisis getaran adalah dapat
memperkirakan waktu yang paling tepat untuk memperbaiki masalah mesin, dan
menghilangkan waktu menganggur yang tidak terjadwal.

5.3.1.2 Analisa kinerja getaran.


(1) Analisa getaran berhubungan dengan pemasangan sensor kecil di lokasi yang telah
ditentukan pada peralatan yang dipilih.
Teknisi sensor ini menghubungkan accelerometer untuk mengumpulkan data dan
mengkonversi gerakan mekanikal (getaran) menjadi sinyal listrik. Memplot sinyal-sinyal ini
untuk menghasilkan grafik yang disebut grafik getaran dan memberitahu teknisi komponen-
komponen yang bergetar dan berapa banyak.

Gambar 6.3.1.2 - Contoh analisis getaran pada sebuah chiller.

46 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


(2) Gambar 6.3.1.2 menunjukkan grafik getaran yang khas untuk chiler. Amplitudo dan frekuensi
adalah dua karakteristik getaran yang digunakan untuk mendiagnosa masalah pada
peralatan.
(3) Amplitudo menunjukkan jumlah getaran. Ini menunjukkan keparahan masalah. Semakin
besar amplitudonya semakin besar pula masalahnya. Amplitudo diukur dalam inci per sekon
(ips).
(4) Frekuensi mengidentifikasi sumber getaran.
Sebagai contoh, sebuah poros motor dapat bergetar pada 50 Hz, sementara kompressor
dapat bergetar pada 120 Hz.
Selain itu masalah mekanis yang berbeda dapat menyebabkan getaran pada frekuensi yang
berbeda.
Frekuensi diukur dalam rotasi per menit (rpm). siklus per menit (cpm), dan siklus per sekon
(cps atau hertz [Hz]).
Rpm mesin adalah ukuran frekuensi. Di bawah ketidak seimbangan, terjadi satu siklus
selama masing-masing putaran. Oleh karena itu, frekuensi untuk ketidak seimbangan adalah
1 x rpm. Mesin yang berbeda berjalan pada rpm yang berbeda. Sebuah motor yang
beroperasi pada 1800 rpm memiliki frekuensi ketidak seimbangan 1 x rpm atau 1800 cpm.

5.3.1.3 Gejala meningkatnya getaran.


(1) Gambaran besar gejala-gejala yang ada adalah mengukur tingkat getaran dari waktu ke
waktu dan membantu menentukan lebih tepat jika sebuah mesin akan gagal. Suatu
pengukuran getaran tunggal memberikan potret dari kondisi mesin, mempelajari gejala dan
memberikan gambaran penuh dari kinerja peralatan.
(2) Sebagaimana ditunjukkan pada gambar 6.3.1.3, getaran mesin 0,13 ips, yang masih berada
sesuai spesifikasi.

Gambar 6.3.1.3 - Kecenderungan getaran pada sebuah chiller

(3) Jika hanya berdasar pada pengukuran saja, maka mesin tidak memiliki masalah.
(4) Pada grafik apabila menunjukkan gejala bahwa tingkat getaran naik pada laju yang
meningkat, merupakan tanda akan ada masalah di waktu mendatang,

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 47


5.3.1.4 Gejala getaran.
(1) Perkiraan gejala di masa mendatang dan menyediakan waktu untuk mempersiapkan
pemeliharaan pada peralatan yang diperlukan.
(2) Daripada melakukan perbaikan darurat, manajer pemeliharaan dapat menjadwalkan
perbaikan dengan penghentian peralatan yang direncanakan pada lepas jam puncak. Setiap
pengukuran gejala-gejala dapat mengurangi risiko waktu menganggur yang tidak terjadwal.
Pentingnya jangka waktu untuk mencatat frekuensi dari pengukuran gejala.

5.3.1.5 Getaran keseluruhan.


Getaran keseluruhan (diukur dalam ips) adalah getaran total dalam sebuah peralatan, getaran
disebabkan oleh semua masalah peralatan.
Mengukur keseluruhan getaran mesin akan dengan cepat mengungkapkan apakah mesin dalam
kondisi baik, kondisi ini tidak memberitahu kita, tetapi bagaimanapun kita tahu apa masalahnya.
Titik getaran yang tinggi secara keseluruhan membutuhkan analisa melalui grafik getaran.

5.3.2 Pemeriksaan thermografik dengan Infrared.


5.3.2.1 Thermografik berhubungan dengan analisa pertukaran kalor radiasi elektromagnetik.
5.3.2.2 Semua obyek hidup dan tak hidup (misalnya: panel kontrol listrik, motor, dan pintu boiler)
memancarkan radiasi elektromagnetik dalam spektrum infra merah. Hanya sebuah kamera infra
merah dapat melihat radiasi tersebut.
5.3.2.3 Inspeksi thermografik adalah teknik yang akurat, cepat, dan efektif untuk menghindari
kerusakan peralatan dengan mengumpulkan dan menyajikan informasi kinerja termal tentang
sistem.
5.3.2.4 Ini bukan satu-satu cara untuk memastikan pengoperasian peralatan yang tepat,
bagaimanapun, pengujian lainnya dan pemeliharaan yang tepat diperlukan untuk memastikan
kinerja yang handal.
5.3.2.5 Pemindai infra merah terlihat seperti kamera video. Catatan informasi ini dikumpulkan
pada diskete atau pada rekaman video standar Compact disc untuk nanti diperiksa dan diselidiki.
Sebuah tampilan layar membantu untuk mengidentifikasi daerah potensi masalah dengan segera.

5.3.2.6 Pelaksanaan inspeksi thermografik.


(1) Dalam inspeksi thermografik, peralatan dalam bangunan secara sistematis dipindai untuk
memperoleh profil temperatur dalam rangka menemukan dan memperbaiki masalah
sebelum terjadi berkembangnya kerusakan peralatan.
(2) Analisa dapat mengisolasi daerah sumber masalah panas yang berlebihan atau lainnya.
Anomali temperatur dalam peralatan - baik tempat-tempat panas dan tempat-tempat dingin -
dapat diselidiki. Tingkat keparahan relatif dari tempat panas dapat ditentukan, dan akar
masalahnya dapat diisolasi dan diidentifikasi.

5.3.2.7 Penggunaan lain dari pemeriksaan thermografik.


(1) Inspeksi listrik adalah salah satu dari banyak aplikasi teknologi thermografik.

48 | Pedoman-Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit


(2) Pikirkan sistem listrik sebagai suatu jaringan. Tegangan menyebabkan sambungan putus
pada sambungan terlemah. Dalam sistem listrik, tempat panas yang disebabkan kenaikan
temperatur yang kecil dapat melemahkan sambungan. Ketika komponen mengalami
kerusakan, temperaturnya naik, dan akhirnya membakar atau terjadi hubung arus pendek
pada sambungan.

5.3.3 Analisis Arus Listrik Motor.


5.3.3.1 Analisa arus listrik motor digunakan untuk mendiagnosa masalah rotor, termasuk :
(1) Patah atau retaknya batang rotor atau cincin terhubung singkat (kortsluit).
(2) Sambungan buruk mengakibatkan tahanan tinggi antara batang rotor dan cincin yang
terhubung singkat (kortsluit).
(3) Laminasi rotor terhubung singkat (kortsluit).
(4) Batang rotor longgar atau terbuka, tidak membuat kontak yang baik dengan ujung cincin.
5.3.3.2 Analisa arus listrik menghilangkan kebutuhan pengujian untuk mendiagnosa masalah
tanpa mematikan dan membongkar peralatan.
5.3.3.3 Analisa arus listrik motor umumnya dapat dilakukan sementara peralatan sedang
berjalan. Satu pengecualian adalah mesin bertegangan tinggi, ini harus dimatikan untuk
menghindari risiko bahaya listrik.

5.3.3.4 Bagaimana analisa arus listrik motor ditunjukkan.


(1) Suatu analisa arus listrik motor dilakukan dengan multimeter dan klem penjepit arus listrik
motor yang mengukur arus listrik yang ditarik oleh motor.
(2) Arus listrik motor dapat diukur baik pada fase utama arus listrik atau pada sirkit kontrol
sekunder. Sirkit sekunder aman;
(3) Gunakan selalu tegangan lebih dari 600 Volt untuk mengukur arus listrik utama peralatan.
Apabila melakukan analisis arus listrik motor, ukur ujung jalur listrik tiga fase. Kemudian
analisa dengan membandingkan arus listrik disetiap fase.
(4) Beda arus listrik disetiap fase harus tidak lebih dari 3% satu sama lain. Perbedaan lebih
tinggi dari 3% dapat terjadi masalah pada stator.

5.3.4 Analisis Minyak.


5.3.4.1 Analisis minyak adalah salah satu teknologi prediktif tertua, yang paling umum, dan
berguna.
5.3.4.2 Analisis ini membantu mencegah kegagalan dan waktu menganggur yang tak terjadwal
dengan menampilkan jumlah keausan logam dan jenis kontaminan dalam minyak.
5.3.4.3 Jumlah keausan logam menunjukkan apakah peralatan mengalami keausan yang tidak
biasa.
5.3.4.4 Jenis kontaminan dalam minyak, serta karakteristik fisik minyak, menentukan apakah
jangka waktu penggantian minyak dapat diperpanjang.
5.3.4.5 Umumnya metode untuk menentukan kualitas minyak meliputi analisis spectrochemical,
test fisik, dan ferrography.

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 49

Anda mungkin juga menyukai