Anda di halaman 1dari 19

SOP PELAYANAN PENYAKIT KULIT DI PUSKESMAS

I.        TENAGA

1.            Dokter : 1 orang


2.            Perawat : 1 orang

II.      STANDAR SARANA

1.      Sarana Non Medis

a.Ruang pemeriksaan:
- Ukuran minimal 3x4 m2
- Ventilasi dan pencahayaan cukup
- Ruangan bersih dan rapi
- Washtafel dengan air yang mengalir, dilengkapi dengan sabun cair serta handuk/lap
tanganyang bersih

b.      Mebelair :
        Meja, ukuran 1,5 x 0,7 meter, tinggi 80 cm untuk kegiatan tulis menulis : 1 buah
        Meja stainless yang dapat dipindahkan, ukuran 40x50 cm, tinggi 80 cm untuk meletakkan
peralatan pemeriksaan : 1 buah
        Kursi untuk tempat duduk pemeriksa : 1 buah
        Kursi tempat duduk pasien dan pengantar : 2 buah
        Tempat tidur, ukuran 2 x 0,8 meter, tinggi 1 meter, dilengkapi dengan kasur, bantal, sprei,
selimut, perlak : 1 buah
        Footstep : 1 buah
        Almari, untuk tempat berkas dan bahan habis pakai yang belum terpakai : 1 buah

c.      Lain-lain :
        Tempat sampah medis dan non medis masing-masing 1 buah
        Buku register pasien
        Status / lembar rekam medis
        Kertas resep
        Blanko permintaan laboratorium
        Alat tulis menulis (buku, ballpoint, penggaris, korektor)
        Formulir rujukan

2.      Sarana Medis

a.      Stetoskop duplex : 1 buah


b.      Tong Spatel : 10 buah
c.      Termometer air raksa : 2 buah
d.      Alat ukur tinggi dan berat badan : 1 buah
e.      Pinset : 2 buah
f.        Alkohol 70 % : 300 ml : 1 botol
g.      Kapas : 1 rol
h.      Kassa Steril : 2 dos
i.         Spuit :2,5 cc, 3 cc, 5cc : 1 dos
j.         Jarum Steril No. 23 G dan 25 G : 1 dos
k.       Bengkok : 2 buah
l.         Hand Scoond disposable ukuran 7 & 8 : 1 dos
m.    Cairan KOH 10 – 20 % : 200 ml
n.      Lampu Wood : 1 buah
o.      Tinta parker : 1 botol
p.      Senter : 1 buah
q.      Kaca pembesar : 1 buah

II.      PROSEDUR TETAP (URUTAN KEGIATAN)

1.      Anamnesa
2.      Pemeriksaan Fisik
3.      Diagnosa
4.      Penatalaksanaan
5.      Penyuluhan
6.      Pencatatan dan Pelaporan

III.    CARA MELAKSANAKAN TIAP KEGIATAN

1.      Anamnesa

a.      Menyapa ibu dengan ramah, sambil menatap mata ibu dengan lembut dan mengucapkan
salam :”Assalamualaikum atau selamat pagi atau selamat siang”
b.      Bila ini kunjungan yang pertama , maka perlu menanyakan Identitas pasien :
        Siapa nama bapak/ibu/saudara?
        Berapa umur bapak/ibu/saudara ?
        Dimana alamat rumah?
        Apa pendidikan terakhir?
        Dimana bapak/ibu/saudara bekerja?
c.      Bila ini kunjungan ulang , maka jawaban pasien dicocokkan dengan kartu status pasien
d.      Bertanya dengan ramah dan berhati-hati ”Apa gejala yang paling dirasakan sehingga
bapak/ibu datang ke sini?” (Menanyakan riwayat penyakit utama) :
1).          Apakah ada rasa sakit atau rasa gatal?
2).          Bila YA, dimana letak/distribusi rasa sakit/gatal?
3).          Adakah mati rasa pada daerah yang dikeluhkan ?
Pada skabies : Gatal terutama malam hari, sehingga dapat mengganggu pasien.
Pada jamur superfisial : Gatal-gatal bila berkeringat
4).          Kapan pertama kali timbulnya keluhan ?
5).          Dimana lokasinya? Kapan keluhan dirasa paling hebat? Apakah siang atau malam hari?
Apakah semakin lama bertambah parah atau tidak.
6).          Apakah sudah pernah berobat atau minum/memakai obat tertentu, bila ya, obat apa yang
diminum atau dipakai
7).          Apakah ada demam?
8).          Apakah keluhan ini timbul pertama kali atau sudah berulang ?
9).          Apakah ada keluarga atau tetangga yang menderita sakit seperti ini ?
10).      Menanyakan riwayat penyakit lain :
a).    Apakah ada keluhan atau penyakit lain yang diderita (DM, hipertensi, dll).
b).    Menanyakan apakah pasien tidak sedang mengkonsumsi obat tertentu.
c).    Menanyakan apakah ada riwayat alergi pada pasien (makanan atau obat tertentu)
11).      Menanyakan hygiene sanitasi pasien
12).      Menanyakan dengan hati-hati kebiasaan pasien sehari-hari yang berhubungan dengan
kebiasaan mandi, mencuci tangan, dan berganti baju : apakah rumah ibu/bapak sudah ada
PDAM? Bila tidak ada, apakah menggunakan sumur atau yang lain

2.      Pemeriksaan Fisik


Melakukan pemeriksaan fisik dengan metode INSPEKSI, PALPASI, PERKUSI dan
AUSKULTASI
a.      INSPEKSI
1).    Keadaan Umum
a).    Pada saat pertama kali bertemu dengan pasien, kita melihat dan menilai keadaan umum
pasien, apakah pasien kelihatan sakit, lemah, pucat, anemis, ataukah tampak sehat
b).    Melihat keadaan kulit pasien, apakah kulit tampak kering, bersisik, atau terdapat luka atau
lesi
c).    Memeriksa Vital Sign dengan MengukurTekanan Darah

2).    Memeriksa Vital Sign Dengan Mengukur Tekanan Darah


a).    Meminta ijin pasien untuk melakukan pemeriksaan tekanan darah: ”Ibu bolehkah saya
memeriksa tekanan darah pasien?”
b).    Mempersilahkan pasien istirahat ± 5 menit sebelum pengukuran bila ibu baru datang dari
tempat jauh, berjalan, atau tidak sempat duduk menunggu giliran
c).    Meminta pasien membuka lengan atas yang akan diperiksa, sehingga tidak menutupi
arteri brachialis.
d).    Meminta pasien untuk duduk dengan nyaman dan santai :
1.      Memasang manset 2-3 cm di atas fossa kubiti, melingkari lengan tempat pemeriksaan
setinggi jantung dan balon karet menekan tepat diatas arteri brachialis
2.      Menanyakan pada pasien apakah manset terlalu ketat/ longgar. Bila terlalu ketat/longgar
memasang sesuai lengan ibu
3.      Menghubungkan manset dengan sphygnomano meter Hg, posisi tegak, dan level air raksa
setinggi jantung
4.      Meraba denyut arteri brachialis pada lipatan siku untuk meletakkan stetoskop
5.      Meraba arteri radialis dengan jari telunjuk dan jari tengah (memastikan tidak ada
penekanan)
6.      Menutup katub pengontrol pada pompa manset
7.      Meletakkan stetoskop ke telinga, meraba denyut arteri brachialis
8.      Memompa manset sampai denyut arteri radialis tidak teraba lagi, kemudian menambah
pompa lagi 20 – 30 mmHg
9.      Meletakkan stetoskop di atas arteri brachialis.di fossa cubiti / lipatan siku sebelah dalam
10.  Melihat air raksa dengan posisi mata sejajar air raksa, sambil melepas katub pengontrol
pelan, sehingga air raksa turun dengan kecepatan 2 – 3 mmHg/detik atau 1 skala/ detik
11.  Memastikan tinggi air raksa saat terdengar perubahan detakan pertama arteri brachialis
(korotkoff I ) : disebut tekanan Sistole
12.  Lanjutkan ,menurunkan air raksa saat terjadi perubahan suara yang tiba-tiba melemah
(korotkoff IV) : disebut tekanan diastole
13.  Melepas stetoskop dari telinga dan lepas manset dari lengan pasien
14.  Bersihkan earpiece dan diaphragma stetoskop dengan kapas alkohol.
15.  Menginformasikan pada pasien hasil pengukuran, mencatat pada kartu status pasien
16.  Menanyakan kepada pasien apakah ada yang ingin ditanyakan tentang hasil tekanan
darahnya

b.      PEMERIKSAAN KHUSUS


Dengan sopan, meminta kepada pasien untuk menunjukkan bagian kulit yang dikeluhkan.
Apabila bagian kulit yang lesi terletak di bawah baju, pasien dipersilahkan untuk membuka
bajunya dulu, baru kita lakukan pemeriksaan. Apabila menemukan lesi pada kulit, maka lesi
diklasifikasikan sebagai berikut :

1).    EFLORESENSI PRIMER


adalah kelainan kulit yang terjadi pada permukaan kulit, dapat berupa :
a).    Makula adalah perubahan warna kulit yg tegas dgn ukuran dan bentuk variasi tanpa
disertai peninggian atau cekungan
b).    Papula adalah peninggian kulit yang solid dengan diameter < 1 cm & bagian terbesarnya
berada di atas permukaan kulit ( Bila Papula bergabung dengan Diameter > 1 cm dan
permukaan datar disebut Plakat)
c).    Nodula adalah seperti papula, berbentuk kubah, ukuran lebih dari 1 cm dan lebih dalam
d).    Vesikula adalah peninggian kulit berbatas tegas berisi cairan denga ukuran < 1 cm dapat
pecah menjadi erosi dapat bergabung menjadi Bula
e).    Bula adalah peninggian kulit berbatas tegas berisi cairan dgn ukuran lebih dari 1 cm
f).      Pustula seperti halnya Vesikula tetapi isinya Pus dan beradang
g).    Urtikaria adalah peninggian kulit yang datar oleh karena edema pada dermis bagian atas,
bersifat gatal, timbulnya cepat, hilangnya cepat, pori-pori melebar, warna pucat

2).    EFLORESENSI SEKUNDER


adalah kelainan kulit yang terjadi selama perjalanan penyakit, dapat berupa :
a).    Skuama adalah partikel epidermal, dapat kering atau berminyak yg dilapisi masa keratin.
Warnanya bervariasi putih keabuan, kuning, atau coklat
b).    Erosi adalah hilangnya lapisan kulit sebatas epidermis dan sembuh tanpa meninggalkan
jaringan parut
c).    Ekskoriasi adalah hilangnya jaringan sampai dengan stratum papilare
d).    Ulkus adalah hilangnya kontinuitas jaringan pada dermis atau lebih dalam, sembuh dgn
meninggalkan jaringan parut
e).    Krusta adalah pengeringan cairan tubuh bercampur epitel debris bakteri
f).      Sikatriks adalah pembentukan jaringan baru yang sifatnya lebih banyak mengandung
jaringan ikat untuk mengganti jaringan yg rusak akibat penyakit atau trauma pada dermis
yang lebih dalam
g).    Fisura adalah retakan kulit yg linier sepanjang epidermis atau sampai dermis, dapat
multipel

3).    PITIRYASIS VERSIKOLOR


INSPEKSI :
Bila ditemukan,
a).    Pada pemeriksaan fisik : menemukan 3 variasi bentuk lesi (perubahan kulit) yaitu
         Makuler (perubahan warna kulit yg tegas dgn ukuran dan bentuk variasi tanpa disertai
peninggian atau cekungan)
         Papuler yaitu peninggian kulit yang solid dengan diameter < 1 cm, berada disekitar
folikel rambut dan tertutup skuama
         Campuran lesi makuler dan papuler
b).    Mengeluh gatal pada lesi tersebut, dan bertambah gatal pada saat berkeringat
c).    Lokasi lesi pada umumnya terdapat pada badan (dada, punggung), muka, leher, lengan
atas, lipat paha.
d).    Untuk memastikan infeksi jamur atau bukan, maka dilanjutkan dengan melakukan
pemeriksaan laboratorium, yaitu dengan Larutan KOH 20% dan atau pemeriksaan dengan
Lampu Wood.
Pemeriksaan dengan Larutan KOH 20% adalah sebagai berikut :
1.      Memberitahu pasien mengenai pemeriksaan yang akan dilakukan adalah untuk
mengetahui secara pasti apakah lesi tersebut disebabkan karena infeksi jamur atau bukan
2.      Mengerok skuama pada tepi makula dengan menggunakan pisau tumpul yang kecil,
kemudian mengoleskan pisau tumpul dengan skuama yang sudah kita kerok pada obyek
glass kemudian ditetesi KOH 20% 1-2 tetes, kemudian menutup dengan cover glass
3.      Melihat preparat kerokan yang telah ditetesi KOH tersebut dibawah mikroskop dengan
obyektif 10x dan 40x.
4.      Hasil positip bila ditemukan : hifa pendek , lurus, bengkok (seperti huruf i,v, j) dan
gerombolan spora budding yeast yang berbentuk bulat mirip seperti sphaghetti with
meatballs
5.      Hasil negatip bila : tidak ditemukan hifa

Pemeriksaan dengan Lampu Wood adalah sebagai berikut:


1.      Memberitahu pasien mengenai pemeriksaan yang akan dilakukan adalah untuk
mengetahui secara pasti apakah lesi tersebut disebabkan karena infeksi jamur atau bukan
2.      Menyinari lesi dengan lampu Wood dari jarak kurang lebih 30 cm
3.      Hasil pemeriksaan dikatakan positif apabila terdapat fluoresensi kuning emas pada lesi

DIAGNOSANYA ADALAH PITIRYASIS VERSIKOLOR


         Diagnosa banding :

a).    Bila Pitiriasis Versikolor dengan lesi hiperpigmentasi, maka diagnosis bandingnya adalah
Pitiriasis Rosea, Eritrasma, Dermatitis seboroika, Tinea Korporis
b).    Bila Pitiriasis Versikolor dengan lesi hipopigmentasi, maka diagnosis bandingnya adalah
ptiriasis Alba, Vitiligo, Morbus Hansen tipe tuberkuloid, hipopigmentasi pasca inflamasi
(leukoderma)

PENATALAKSANAAN :

a).    Memberikan obat oles berupa salep Mikonazol 20% kepada pasien
b).    Menjelaskan tata cara pemakaian salep kepada pasien, sambil memberi peragaan sebagai
berikut :
1.      Membersihkan lesi dengan air bersih dengan memakai sabun atau pada saat setelah mandi
pagi dan sore.
2.      Mengeringkan lesi dengan handuk kering/tisu sekali pakai
3.      Bila kemasan salep berbentuk tube, maka membuka penutup tube dengan cara memutar
kearah kiri, kemudian menggunakan bagian tutup tube yang lancip untuk menusuk ujung
tube sehingga berlubang
4.      Menekan ujung tube dengan dua jari untuk mengeluarkan salep secukupnya pada ujung jari
tangan lain yang sudah bersih
5.      Mengoleskan salep tipis-tipis pada permukaan lesi, dan memperhatikan jangan sampai
mengenai kulit yang sehat
6.      Apabila salep belum cukup merata, mengambil kembali salep dari dalam tube dan
mengoleskan kembali pada lesi yang belum terkena salep
7.      Bila sudah rata, menutup kembali tube dengan rapat dengan memutar penutup kearah
kanan
8.      menyimpan kembali tube di tempat kering dan aman
9.      mencuci tangan dengan sabun yang bersih
10.  Bila kemasan salep dalam pot, membuka penutupnya dengan cara memutar tutup pot
kearah kiri
11.  Mengambil salep secukupnya dengan menggunakan ujung jari telunjuk yang telah dicuci,
lalu mengoleskan salep tipis-tipis dan merata pada lesi
12.  Menjaga agar salep tidak mengenai bagian kulit yang sehat
13.  Apabila salep belum cukup merata, mengambil kembali salep dari dalam pot dan
mengoleskan kembali pada lesi yang belum terkena salep
14.  Bila sudah rata, menutup kembali pot dengan rapat dengan cara memutar penutup kearah
kanan
15.  menyimpan kembali pot di tempat kering dan aman (jauhkan dari jangkauan anak-anak)
16.  mencuci tangan dengan air yang bersih dan menggunakan sabun, kemudian mengeringkan
tangan dengan handuk / kain yang bersih
17.  Menjelaskan kepada pasien bahwa pemakaian salep 2 kali sehari setelah mandi selama
minimal 2 minggu
18.  Menjelaskan kepada pasien bahwa obat/zat yang diserap oleh kulit adalah yang menempel
pada permukaan lesi
19.  Menjelaskan kepada pasien bahwa pemakaian salep yang terlalu tebal bisa menimbulkan
iritasi, terutama bila terkena jaringan kulit yang sehat
c).    Bila lesi luas, sering kambuh atau resisten terhadap obat topikal perlu memberi obat
sistemik berupa :
1.      Tablet Griseofulfin dengan dosis 20 mg/kg BB terbagi 2 dosis dengan syarat fungsi liver
harus normal atau
2.      Tablet Ketokonazol dengan dosis :
         Dewasa : 200 mg 1x sehari sesudah makan pagi selama 10 hari
         Anak-anak : 3,3 – 6,6 mg/kgBB/ hari
3.      Untuk mencegah kekambuhan, memberikan Ketokonazol 200 mg 2 tablet sekali minum
sebulan sekali selama 1 tahun
4.      Untuk rasa gatalnya diberikan Chlorpheniramin maleat 2-3 kali ½ tablet sehari bagi orang
dewasa

PENYULUHAN :

a).    Memberitahukan kepada pasien bahwa penyakit ini termasuk penyakit kulit yang
disebabkan oleh jamur yang bisa menular pada orang lain melalui kontak langsung maupun
pemakaian baju atau handuk bersama, sehingga pasien diharuskan memakai handuk
terpisah dengan keluarga yang lain
b).    Menjelaskan, bahwa pengobatan penyakit ini memerlukan waktu lama (3-4 minggu)
c).    Pengobatan harus rutin dan teratur
d).    Memberitahukan pada pasien, bila obat habis, pasien harus kontrol dan menerangkan
bahwa pengobatan yang tidak tuntas akan menimbulkan kekambuhan
e).    Memberi tahu pasien tentang pola hidup bersih, yaitu mandi teratur 2x sehari dan selalu
berganti pakaian sesudah mandi atau bila berkeringat
f).      Sebelum pasien meninggalkan ruang periksa, memberikan kesempatan kepada pasien
untuk menanyakan hal-hal yang dirasa belum jelas oleh pasien
g).    Sesudah pasien meninggalkan ruang periksa, segera kita merapikan tempat tidur
h).    Merapikan peralatan yang habis dipakai
i).      Mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan mengeringkan dengan handuk atau tisu

4).    TINEA KORPORIS


INSPEKSI :
Bila ditemukan,
a).    Keluhan pasien adalah berupa rasa gatal pada daerah lesi (kelainan kulit) dan gatal akan
terasa sangat ketika tubuh berkeringat
b).    Pada pemeriksaan fisik ditemukan kelainan kulit berupa :
Perubahan warna kulit berbentuk bulat atau lonjong, kemerahan, berbatas tegas, dengan
permukaannya mengalami kekeringan atau berminyak, kadang-kadang disertai peninggian
kulit berbatas tegas berisi cairan dengan ukuran < 1 cm, dan adanya peninggian kulit yang
solid dengan diameter < 1cm di bagian tepinya. Daerah tengah lesi biasanya lebih tenang
c).    Lokasi lesi dapat terjadi pada tiap bagian tubuh dan bersama-sama dengan kelainan pada
sela paha.
d).    Memberitahukan pada pasien dengan sangat hati-hati bahwa pasien terkena penyakit
Tinea Korporis

DIAGNOSA : TINEA KORPORIS

PENATALAKSANAAN :

a).    Memberitahukan pada pasien bahwa dia akan diberi pengobatan,


b).    Memberi salep 2-4 dan salep mikonazol untuk lesi yang tidak luas
c).    Menjelaskan tata cara pemakaian salep kepada pasien, sambil memberi peragaan sebagai
berikut :
1.          Terlebih dahulu membersihkan lesi dengan air bersih dengan memakai sabun atau pada
saat setelah mandi pagi dan sore.
2.          Mengeringkan lesi dengan handuk kering/tisu sekali pakai
3.          Bila kemasan salep berbentuk tube, membuka penutup tube dengan memutar kearah kiri,
kemudian menggunakan bagian tutup tube yang lancip untuk menusuk ujung tube
sehingga berlubang
4.          Menekan ujung tube dengan dua jari untuk mengeluarkan salep secukupnya pada ujung
jari tangan lain yang sudah bersih
5.          Mengoleskan salep tipis-tipis pada permukaan lesi, dan memperhatikan jangan sampai
mengenai kulit yang sehat
6.          Apabila salep belum cukup merata, mengambil kembali salep dari dalam tube dan
mengoleskan kembali pada lesi yang belum terkena salep
7.          Bila sudah rata, menutup kembali tube dengan rapat dengan memutar penutup kearah
kanan
8.          menyimpan kembali tube di tempat kering dan aman
9.          mencuci tangan dengan sabun yang bersih
10.      Bila kemasan salep dalam pot, membuka penutupnya dengan cara memutar tutup pot
kearah kiri
11.      Mengambil salep secukupnya dengan menggunakan ujung jari telunjuk yang telah dicuci
lalu mengoleskan salep tipis-tipis dan merata pada lesi
12.      Menjaga agar salep tidak mengenai bagian kulit yang sehat
13.      Apabila salep belum cukup merata, mengambil kembali salep dari dalam pot dan
mengoleskan kembali pada lesi yang belum terkena salep
14.      Bila sudah rata, menutup kembali pot dengan rapat dengan cara memutar penutup kearah
kanan
15.      menyimpan kembali pot di tempat kering dan aman (jauhkan dari jangkauan anak-anak)
16.      mencuci tangan dengan air yang bersih dan menggunakan sabun, kemudian
mengeringkan tangan dengan handuk / kain yang bersih
17.      Menjelaskan kepada pasien bahwa pemakaian salep 2 kali sehari setelah mandi selama
minimal 3 minggu
18.      Menjelaskan kepada pasien bahwa obat/zat yang diserap oleh kulit adalah yang
menempel pada permukaan lesi
19.      Menjelaskan kepada pasien bahwa pemakaian salep yang terlalu tebal bisa menimbulkan
iritasi, terutama bila terkena jaringan kulit yang sehat
d).    Bila lesi berat/ luas / sering kambuh dan tidak sembuh dengan pengobatan menggunakan
salep perlu di berikan obat oral berupa :
Tablet Griseofulvin dengan dosis :
         Anak : 10 mg/kgBB/hari
         Dewasa  : 500-1000 mg/ hari
e).    Lama pengobatan 3 – 4 minggu

PENYULUHAN :

a).    Memberitahukan kepada pasien bahwa penyakit ini termasuk penyakit kulit yang
disebabkan oleh jamur yang dapat menyerang setiap bagian tubuh dan bersama-sama
dengan kelainan pada sela paha
b).    Menjelaskan, bahwa pengobatan penyakit ini memerlukan waktu lama (3-4 minggu)
c).    Pengobatan harus rutin dan teratur
d).    Bila obat habis, harus kontrol
e).    Pengobatan yang tidak tuntas akan menimbulkan kekambuhan
f).      Pola hidup harus bersih, mandi teratur 2x sehari dan selalu berganti pakaian sesudah
mandi atau bila berkeringat
g).    Sebelum pasien meninggalkan ruang periksa, memberikan kesempatan kepada pasien
untuk menanyakan hal-hal yang dirasa belum jelas oleh pasien
h).    Sesudah pasien meninggalkan ruang periksa, segera kita merapikan tempat tidur
i).      Merapikan peralatan yang habis dipakai
j).      Mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir,kemudian keringkan dengan
handuk atau tissue

5).    TINEA KRURIS


INSPEKSI :
Bila menemukan :
a).    Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya lesi berbatas tegas, peradangan pada tepi lebih
nyata dari pada daerah tengahnya.
b).    Keluhan pada pasien berupa rasa gatal
c).    Lokasi lesi biasanya pada sela paha, perineum dan daerah perianal dapat meluas ke
daerah gluteus dan pubis.
d).    Positif dengan pemeriksaan KOH 10%
e).    Tatacara pemeriksaan dengan Larutan KOH 10% adalah sebagai berikut:
1.      Memberitahu pasien mengenai pemeriksaan yang akan dilakukan adalah untuk mengetahui
secara pasti apakah lesi tersebut disebabkan karena infeksi jamur atau bukan
2.      Mengerok lesi dengan menggunakan pisau tumpul yang kecil
3.      Mengoleskan pisau dengan sediaan yang sudah kita kerok pada obyek glass kemudian
ditetesi KOH 10% 1-2 tetes
4.      Setelah itu kita tutup dengan cover glass, kemudian melihat preparat tersebut di bawah
mikroskop dengan obyektif 10x dan 40x.
5.      Sediaan positif bila menemukan hifa pendek , lurus, bengkok (seperti huruf i, v, j) dan
gerombolan spora budding yeast yang berbentuk bulat mirip seperti sphaghetti with
meatballs
6.      Hasil negatip bila:tidak ditemukan hifa
DIAGNOSA : TINEA KRURIS

PENATALAKSANAAN :

a).    Memberi salep 2-4 dan salep mikonazol untuk lesi yang tidak luas dapat
b).    Menjelaskan tata cara pemakaian salep kepada pasien, sambil memberi peragaan sebagai
berikut :
1.         Terlebih dahulu membersihkan lesi dengan air bersih dengan memakai sabun atau pada
saat setelah mandi pagi dan sore.
2.         Mengeringkan lesi dengan handuk kering/tisu sekali pakai
3.         Bila kemasan salep berbentuk tube, membuka penutup tube dengan memutar kearah kiri,
kemudian menggunakan bagian tutup tube yang lancip untuk menusuk ujung tube
sehingga berlubang
4.         Menekan ujung tube dengan dua jari untuk mengeluarkan salep secukupnya pada ujung
jari tangan lain yang sudah bersih
5.         Mengoleskan salep tipis-tipis pada permukaan lesi, dan memperhatikan jangan sampai
mengenai kulit yang sehat
6.         Apabila salep belum cukup merata, mengambil kembali salep dari dalam tube dan
mengoleskan kembali pada lesi yang belum terkena salep
7.         Bila sudah rata, menutup kembali tube dengan rapat dengan memutar penutup kearah
kanan
8.         menyimpan kembali tube di tempat kering dan aman
9.         mencuci tangan dengan sabun yang bersih
10.     Bila kemasan salep dalam pot, membuka penutupnya dengan cara memutar tutup pot
kearah kiri
11.     Mengambil salep secukupnya dengan menggunakan ujung jari telunjuk yang telah dicuci
lalu mengoleskan salep tipis-tipis dan merata pada lesi
12.     Menjaga agar salep tidak mengenai bagian kulit yang sehat
13.     Apabila salep belum cukup merata, mengambil kembali salep dari dalam pot dan
mengoleskan kembali pada lesi yang belum terkena salep
14.     Bila sudah rata, menutup kembali pot dengan rapat dengan cara memutar penutup kearah
kanan
15.     menyimpan kembali pot di tempat kering dan aman (jauhkan dari jangkauan anak-anak)
16.     mencuci tangan dengan air yang bersih dan menggunakan sabun, kemudian
mengeringkan tangan dengan handuk / kain yang bersih
17.     Menjelaskan kepada pasien bahwa pemakaian salep 2 kali sehari setelah mandi selama
minimal 3 minggu
18.     Menjelaskan kepada pasien bahwa obat/zat yang diserap oleh kulit adalah yang menempel
pada permukaan lesi
19.     Menjelaskan kepada pasien bahwa pemakaian salep yang terlalu tebal bisa menimbulkan
iritasi, terutama bila terkena jaringan kulit yang sehat
c).    Bila lesi berat/ luas / sering kambuh dan tidak sembuh dengan pengobatan menggunakan
salep perlu diberikan obat oral berupa :
         Tablet Griseovulfin 500-1000 mg selama 2-3 minggu atau
         Tablet ketokonazol 100 mg/ hari selama 1 bulan

PENYULUHAN :
a).    Memberitahukan kepada pasien bahwa penyakit ini termasuk penyakit kulit yang
disebabkan oleh jamur yang dapat menyerang sela paha, perineum dan daerah perianal
dapat meluas ke daerah gluteus dan pubis.
b).    Menjelaskan, bahwa pengobatan penyakit ini memerlukan waktu lama (3-4 minggu)
c).    Pengobatan harus rutin dan teratur
d).    Memberitahu pasien agar kontrol bila obat habis, dan menjelaskan
e).    Pengobatan yang tidak tuntas akan menimbulkan kekambuhan
f).      Pola hidup harus bersih, mandi teratur 2x sehari dan selalu berganti pakaian sesudah
mandi atau bila berkeringat
g).    Sebelum pasien meninggalkan ruang periksa, memberikan kesempatan kepada pasien
untuk menanyakan hal-hal yang dirasa belum jelas oleh pasien
h).    Sesudah pasien meninggalkan ruang periksa, segera kita merapikan tempat tidur
i).      Merapikan peralatan yang habis dipakai
j).      Mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir,kemudian keringkan dengan
handuk atau tissue

6).    TINEA PEDIS


INSPEKSI :
a).    Pada pemeriksaan fisik di temukan bentuk klinik berupa :
         Adanya gelembung yang berisi cairan jernih atau bernanah dengan diameter < 1cm
         Di daerah atas lesi terdapat perubahan warna kulit yang berwarna merah dan mengalami
penebalan.
         Terdapat adanya fisura pada jari-jari (adalah retakan kulit yg linier sepanjang epidermis
atau sampai dermis, dapat multipel )
b).    Keluhan pada pasien adalah rasa gatal
c).    Lokasi lesi biasanya pada sela-sela jari kaki ke 3,4 dan 5; serta telapak kaki
d).    Positif pada pemeriksaan KOH 10% dan lampu wood
         Tatacara pemeriksaan dengan Larutan KOH 10% adalah sebagai berikut:
1.         Memberitahu pasien mengenai pemeriksaan yang akan dilakukan adalah untuk
mengetahui secara pasti apakah lesi tersebut disebabkan karena infeksi jamur atau bukan
2.         Mengerok lesi dengan menggunakan pisau tumpul yang kecil
3.         Mengoleskan pisau dengan sediaan yang sudah kita kerok pada obyek glass kemudian
ditetesi KOH 10% 1-2 tetes
4.         Setelah itu menutup dengan cover glass dan dipanasi diatas lampu sampai timbul
gelembung-gelembung udara
5.         Setelah timbul gelembung udara, kita angkat dan biarkan sebentar
6.         Lalu dilihat dibawah mikroskop dengan obyektif 10x dan 40x.
7.         Sediaan positif bila ditemukan adanya elemen jamur ( hypha atau spora)

         Sedangkan tatacara pemeriksaan dengan Lampu Wood adalah sebagai berikut:
1.         Memberitahu pasien mengenai pemeriksaan yang akan dilakukan adalah untuk
mengetahui secara pasti apakah lesi tersebut disebabkan karena infeksi jamur atau bukan
2.         Menyinari lesi dengan lampu Wood dari jarak kurang lebih 30 cm
3.         Hasilnya positif apabila terdapat fluoresensi hijau kekuning-kuningan

DIAGNOSA : TINEA PEDIS

PENATALAKSANAAN :

a).    Untuk lesi yang tidak luas diberikan salep 2-4 atau salep mikonazol
b).    Menjelaskan tata cara pemakaian salep kepada pasien, sambil memberi peragaan sebagai
berikut :
1.      Terlebih dahulu membersihkan lesi dengan air bersih dengan memakai sabun atau pada
saat setelah mandi pagi dan sore.
2.      Mengeringkan lesi dengan handuk kering/tisu sekali pakai
3.      Bila kemasan salep berbentuk tube, buka penutup tube dengan memutar kearah kiri,
kemudian gunakan bagian tutup tube yang lancip untuk menusuk ujung tube sehingga
berlubang
4.      Menekan ujung tube dengan dua jari untuk mengeluarkan salep secukupnya pada ujung jari
tangan lain yang sudah bersih
5.      Mengoleskan salep tipis-tipis pada permukaan lesi, dan diperhatikan jangan sampai
mengenai kulit yang sehat
6.      Apabila salep belum cukup merata, mengambil kembali salep dari dalam tube dan
mengoleskan kembali pada lesi yang belum terkena salep
7.      Bila sudah rata, menutup kembali tube dengan rapat dengan memutar penutup kearah
kanan
8.      menyimpan kembali tube di tempat kering dan aman
9.      mencuci tangan dengan sabun yang bersih
10.  Bila kemasan salep dalam pot, membuka penutupnya dengan cara memutar tutup pot
kearah kiri
11.  Mengambil salep secukupnya dengan menggunakan ujung jari telunjuk yang telah dicuci
lalu mengoleskan salep tipis-tipis dan merata pada lesi
12.  Menjaga agar salep tidak mengenai bagian kulit yang sehat
13.  Apabila salep belum cukup merata, mengambil kembali salep dari dalam pot dan
mengoleskan kembali pada lesi yang belum terkena salep
14.  Bila sudah rata, menutup kembali pot dengan rapat dengan cara memutar penutup kearah
kanan
15.  menyimpan kembali pot di tempat kering dan aman (jauhkan dari jangkauan anak-anak)
16.  mencuci tangan dengan air yang bersih dan menggunakan sabun, kemudian mengeringkan
tangan dengan handuk / kain yang bersih
17.  Menjelaskan kepada pasien bahwa pemakaian salep 2 kali sehari setelah mandi selama
minimal 3 minggu
18.  Menjelaskan kepada pasien bahwa obat/zat yang diserap oleh kulit adalah yang menempel
pada permukaan lesi
19.  Menjelaskan kepada pasien bahwa pemakaian salep yang terlalu tebal bisa menimbulkan
iritasi, terutama bila terkena jaringan kulit yang sehat
c).    Untuk lesi yang luas dan sering kambuh tambahkan dengan obat oral seperti tablet
Grisefulvin 500 mg sehari selama 1-2 bulan

PENYULUHAN :

a).    Memberitahukan kepada pasien bahwa penyakit ini termasuk penyakit kulit yang
disebabkan oleh jamur yang dapat menyerang sela jari kaki ke 3,4 dan 5; serta telapak
kaki..
b).    Menjelaskan, bahwa pengobatan penyakit ini memerlukan waktu lama (1-2 bulan)
c).    Menjelaskan kepada pasien agar selalu mengeringkan kaki dengan baik setiap habis
mandi, menggunakan kaus kaki yang selalu bersih dan bentuk sepatu yang baik.
d).    Menjelaskan bahwa pengobatan harus rutin dan teratur, bila obat habis, harus kontrol.
Pengobatan yang tidak tuntas akan menimbulkan kekambuhan
e).    Pola hidup harus bersih, mandi teratur 2x sehari dan selalu berganti pakaian sesudah
mandi atau bila berkeringat
f).      Sebelum pasien meninggalkan ruang periksa, memberikan kesempatan kepada pasien
untuk menanyakan hal-hal yang dirasa belum jelas oleh pasien
g).    Sesudah pasien meninggalkan ruang periksa, segera kita merapikan tempat tidur
h).    Merapikan peralatan yang habis dipakai
i).      Mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir, kemudian keringkan
dengan handuk atau tisu

7).    KUSTA / LEPRA


INSPEKSI :
Bila menemukan :
a).    Pasien mengeluh adanya bercak putih yang tidak gatal dan tidak terasa, kesemutan/ baal
pada bagian tertentu, ataupun kesukaran menggerakkan anggota badan yang berlanjut
pada kekakuan sendi.
b).    Rambut alis rontok
c).    Pada pemeriksaaan fisik di dapatkan tanda-tanda pokok pada badan yaitu :
         Terdapat bercak putih bersisik halus pada bagian tubuh, tidak gatal kemudian membesar
dan meluas. Berkurang sampai hilang rasa pada kelainan kulit tersebut.
         Penebalan syaraf tepi
         Adanya kuman tahan asam di dalam kerokan jaringan kulit.
d).    Tata cara pemeriksaan klinisnya , yaitu :
Pelaksanaan pemeriksaan terdiri dari :
a.      Pemeriksaan Pandang
1.      Menerangkan kepada pasien mengenai tatacara pemeriksaan yang akan dilaksanakan.
2.      Pasien dipersilakan untuk melepaskan baju dan duduk berhadapan dengan petugas.
3.      Melakukan pengamatan, adakah kelainan kulit ataupun bercak di kulit mulai dari kepala
(muka, cuping telinga kiri, pipi kiri, cuping telinga kanan, pipi kanan, hidung, mulut, dagu,
leher bagian depan). Kemudian pasien diminta untuk memejamkan mata, menggerakkan
mulut, bersiul, tertawa untuk mengetahui fungsi syaraf muka.
4.      Pundak kanan, lengan bagian belakang, tangan, jari-jari tangan (pasien meluruskan tangan,
telapak tangan kebawah, kemudian diputar keatas), telapak tangan, lengan bagian dalam,
ketiak, dada dan perut ke pundak kiri, lengan kiri dan seterusnya (memutar pasien pelan-
pelan dari sisi yang satu ke sisi yang lainnya untuk melihat sampingnya pada waktu
memeriksa dada dan perut )
5.      Tungkai kanan bagian luar dari atas ke bawah, bagian dalam dari bawah ke atas, tungkai
kiri dengan cara yang sama.
6.      Kemudian pasien diminta untuk berbalik sehingga membelakangi petugas dan pemeriksaan
dimulai lagi mulai bagian belakang telinga, bagian belakang leher, punggung, pantat,
tungkai bagian belakang dan telapak kaki.
7.      Memperhatikan setiap bercak (makula), bintil-bintil (nodulus), jaringan parut, kulit yang
keriput, dan setiap penebalan kulit
8.      Bilamana masih meragukan, memutar pasien pelan – pelan dan periksa pada jarak kira-
kira ½ meter.
9.      Melakukan pencatatan terhadap semua tanda-tanda yang ditemukan baik jumlah maupun
besarnya .
b.      Pemeriksaan rasa raba pada kelainan kulit
1.         Menerangkan kepada pasien mengenai tatacara pemeriksaan yang akan dilaksanakan.
Menerangkan pada pasien bahwa pemeriksaan akan dilaksanakan dengan memberi
sentuhan pada suatu bagian kulit pasien dengan kapas dan pasien diminta untuk
menunjukkan bagian kulit tersebut dengan jari telunjuknya.
2.         Menyiapkan sepotong kapas yang dilancipkan dipakai untuk memeriksa rasa raba.
3.         Memeriksa dengan ujung dari kapas yang dilancipi secara tegak lurus pada kelainan kulit
yang dicurigai. Ini dikerjakan dengan mata terbuka.
4.         Bilamana hal ini telah jelas, meminta pasien untuk menutup matanya, kalau perlu matanya
ditutup dengan sepotong kain / karton.
5.         Melakukan pemeriksaan ini terhadap semua tanda – tanda ataupun dan bagian-bagian
kulit lainnya yang dicurigai
c.      Pemeriksaan raba syaraf tepi dan fungsinya
1.         Meraba dengan teliti urat syaraf tepi berikut : n. auricularis magnus, n. ulnaris, n.radialis,
n.medianus, n. peroneus, dan n. tibialis posterior.
2.         Pada saat melaksanakan pemeriksaan sambil memperhatikan raut muka pasien apakah ia
kesakitan atau tidak pada waktu syaraf diraba.
3.         Mencatat apakah syaraf tersebut nyeri tekan atau tidak dan menebal atau tidak.
d.      Positif dengan pewarnaan Ziehl Neelsen ( ZN )
Pemeriksaan Ziehl Nielsen dilakukan dengan urutan sebagai berikut :
1.         Menerangkan kepada pasien mengenai tata cara pemeriksaan yang akan dilaksanakan.
2.         Mengambil sediaan dari kelainan kulit yang paling aktif. Sebaiknya menghindari kulit muka
karena alasan kosmetik, kecuali jika tidak ditemukan kelainan kulit di tempat lain.
3.         Pada pemeriksaan ulangan dilakukan ditempat kelainan kulit yang sama dan bila perlu
ditambah dengan lesi kulit yang baru timbul
4.         Sebaiknya petugas yang mengambil dan memeriksa sediaan apus dilakukan oleh orang
yang berlainan. Hal ini untuk menjaga pengaruh gambaran klinis terhadap hasil
pemeriksaan bakterioskopis.
5.         Pada umumnya lokasi pengambilan sediaan apus adalah cuping telinga kiri/kanan serta
dua kelainan kulit yang aktif di tempat lain
6.         Sediaan dari selaput lendir hidung sebaiknya dihindarkan karena:
               Tidak menyenangkan pasien
               False positif karena ada Mycobacterium lain
               Pada pengobatan, pemeriksaan bakterioskopis selaput lendir hidung, lebih dahulu negatif
dari pada sediaan kulit
7.         Cara Pengambilan Sediaan :
         Mempersiapkan kaca obyek yang bersih dan tidak berlemak. Tiga atau empat sediaan
dibuat disatu kaca objek dan diberi nomor 1 sampai dengan 4 mulai dari ujung dimana
tertulis nomor pasien atau nama pasien
         Mengoleskan kapas alkohol pada bagian lesi yang akan diambil
         Bagian tersebut dijepit diantara jari kedua dengan ibu jari tangan kiri sedemikian kuat
sehingga tampak jaringan kulit menjadi pucat agar kemungkinan perdarahan sedikit sekali
         Dengan skalpel steril dibuat sayatan ½ cm panjangnya sampai mencapai dermis ( sedalam
2 mm )
         Bila terjadi pendarahan sebaiknya dihapus bersih dan kemudian skalpel diputar 90 derajat
sambil mengerok sisi dan dasar luka sampai didapat semacam bubur jaringan dari
epidermis dan dermis
         Membuat sediaan apus yang rata pada kaca objek berupa lingkaran dengan garis tengah ±
1 cm
         Menekan bekas sayatan tersebut dengan kapas steril yang kering maka pendarahan akan
berhenti sendiri.
         Mensterilkan kembali skalpel yang habis dipakai dengan kapas alkoholdan kemudian
dilewatkan diatas nyala lampu spiritus maka skalpel siap digunakan kembali.
         Melakukan fiksasi sediaan dengan cara melewatkan diatas nyala lampu spiritus
permukaan kaca objek yang tidak ada sediaannya
8.         Kemudian melakukan Pewarnaan dengan ZN pada sediaan tadi
         Sediaan dituangi karbol fuchsin yang telah disaring sampai semua permukaan tertutup.
Membiarkan selama 20-30 menit, atau untuk mempersingkat waktu dipanaskan
sampai keluar uap (tidak boleh mendidih) biarkan selama lima menit.
         Kemudian mencuci dengan air mengalir, membuang warna dengan asam alkohol/ asam
chlorida ( HCL ) pekat dalam alkohol 70% sampai tidak ada warna merah (3-5 detik)
         Kemudian mencuci dengan air mengalir
         Menuangi sediaan dengan biru metilen 1% selama 1-2 menit
         Mencuci kembali dengan air mengalir, kemudian mengeringkan di udara
         Sebelum diperiksa sebaiknya permukaan kaca objek yang tidak ada sediaannya di
bersihkan dengan lap/kain kasa yang telah di basahi alkohol.
         Memeriksa apusa yang sudah jadi di bawah mikroskop dengan minyak emersi
( pembesaran 1000X )
         Menghitung Basil Tahan Asam (BTA) kemudian hasilnya dicocokkan dengan Indeks Bakteri
( IB ) dan Indeks Morfologi (IM)

DIAGNOSA : KUSTA / LEPRA

PENATALAKSANAAN :

a).    Berdasarkan rekomendasi WHO menggunakan regimen pengobatan MDT (Multi Drug
Therapy).
b).    Regimen tersebut adalah sebagai berikut :

1.      Tipe PB
Jenis Obat dan dosis untuk orang dewasa :
         Rifampicin 600 mg/bulan diminum di depan petugas
         DDS tablet 100 mg/hari diminium di rumah
Pengobatan 6 dosis diselesaikan dalam waktu maksimal 9 bulan. Setelah selesai minum 6
dosis dinyatakan RFT (“Release From Treatment” = berhenti minum obat kusta) meskipun
secara klinis lesinya masih aktif.

2.      Tipe MB
Jenis Obat dan dosis untuk orang dewasa :
         Rifampicin 600 mg/bulan diminum didepan petugas
         Lamprene 300 mg/bulan diminum didepan petugas
         Lamprene 50 mg/hari diminum dirumah
         DDS 100 mg/hari diminum dirumah
Pengobatan 24 dosis diselesaikan dalam waktu maksimal 36 bulan. Sesudah selesai minum 24
dosis dinyatakan RFT (“Release From Treatment” = berhenti minum obat kusta) meskipun
secara klinis lesinya masih aktif dan pemeriksaan bakteri positif.
Dosis Lampren untuk anak :
         Umur di bawah 10 th : bulanan 100 mg/ bulan harian 50 mg/ 2 kali/ minggu
         Umur 11 – 14 th : bulanan 200 mg/ bulan harian 50 mg/3 kali/ minggu.
         Dosis DDS untuk anak-anak 1-2 mg/kg berat badan
         Dosis Rifampicin untuk anak-anak 10-15 mg/kg berat badan.

Kriteria untuk tipe PB dan MB

Kelainan kulit PB MB
Dan
Pemeriks Bakteriologis
1. Bercak ( makula )
a. jumlah 1-5 banyak
b. ukuran kecil dan besar kecil-kecil
c. distribusi unilateral atau bilateral bilateral atau simetris
simetris
d. konsistensi kering dan kasar halus,berkilat
e. batas tegas kurang tegas
f.kehilangan rasa selalu ada dan jelas biasanya tidak jelas,
pada bercak jika ada, terjadi
pada yang sudah
g.kehilangan bercak tidak berkeringat lanjut
kemampuan ada bulu rontok bercak masih
berkeringat, bulu pada bercak berkeringat, bulu
rontok pada tidak rontok
bercak
2. Infiltrat :
a. kulit Tidak ada Ada, kadang-kadang
tidak ada
b.membrana Tidak pernah ada Ada, kadang-kadang
mukosa (hidung tidak ada
tersumbat /
pendarahan di
hidung )
3. Ciri-ciri khusus “ central healing “ punched out lession
penyembuhan di (lesi seperti kue
tengah donat),
madarosis (alis
rontok),
ginekomastia,
hidung pelana,
suara sengau
4. Nodulus Tidak ada Kadang-kadang ada
5.Penebalan syaraf Lebih sering terjadi dini, Terjadi pada yang
tepi asimetris lebih lanjut
biasanya lebih
dari satu dan
simetris
6. Deformitas (cacat ) Biasanya asimetris sejak Terjadi pada stadium
dini lanjut
7. Hapusan BTA negatif BTA positif

PENYULUHAN :

a).    Memberi penjelasan kepada pasien bahwa penyakit kusta tidak sangat menular
b).    Penyakit kusta dapat disembuhkan dengan berobat teratur sesuai dengan petunjuk
c).    Pasien adalah anggota masyarakat yang kebetulan menderita sakit
d).    Memberikan penjelasan kepada pasien dan masyarakat bahwa kusta adalah penyakit yang
disebabkan oleh kuman kusta. Bukan disebabkan karena kutukan Tuhan San bukan
penyakit keturunan atau karena ilmu gaib .
e).    Pengobatan harus teratur untuk mencegah komplikasi – komplikasi ( kecacatan ) dan
menghilangkan rasa rendah diri dalam jiwa pasien itu
f).      Bila obat habis, harus kontrol
g).    Pengobatan yang tidak tuntas akan menimbulkan kekambuhan
h).    Pola hidup harus bersih, mandi teratur 2x sehari
i).      Sebelum pasien meninggalkan ruang periksa, memberikan kesempatan kepada pasien
untuk menanyakan hal-hal yang dirasa belum jelas oleh pasien
j).      Sesudah penderita meninggalkan ruang periksa, segera kita merapikan tempat tidur
k).    Merapikan peralatan yang habis dipakai
l).      Mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir, kemudian keringkan
dengan handuk atau tissue

8).    AKNE VULGARIS


Pada pemeriksaan fisik, bila menemukan gambaran klinis berupa :
a).    Komedo (ruam kulit berupa bintik-bintik hitam)
b).    Penonjolan padat di atas permukaan kulit, berbatas tegas, berukuran kurang dari < 1 cm
c).    Penonjolan di atas permukaan kulit berupa kantong yang berisi cairan nanah
d).    Keluhan pasien berupa rasa gatal, dan estetika
e).    Lokasi biasanya terdapat pada muka, bahu, dada bagian atas dan punggung bagian atas.

DIAGNOSA : AKNE VULGARIS

PENATALAKSANAAN :

a).    Memberikan penjelasan kepada pasien akan diberi pengobatan.


b).    Pengobatan topikal : dilakukan untuk mencegah pembentukan komedo, menekan
peradangan dan mempercepat penyembuhan lesi
         Salep atau krim klindamisin 1%
         Hidrokortison 1-2,5 % untuk antiperadangan
c).    Pengobatan sistemik : ditujukan terutama untuk menekan aktivitas jasad renik,
mengurangi reaksi radang, menekan produksi minyak
         Tablet tetrasiklin 4 X 250 mg – 1 g/ hari
         Tablet eritromisin 4 X 250 mg / hari

PENYULUHAN :

a).    Memberikan penjelasan kepada pasien untuk menghindari terjadinya peningkatan kelenjar
minyak dengan :
1.         Hindari makanan yang banyak mengandung lemak, seperti es krim, kacang-kacangan,
coklat dan goreng-gorengan.
2.         Melakukan perawatan kulit untuk membersihkan permukaan kulit dari kotoran

b).    Menghindari terjadinya faktor pemicu terjadinya akne misal :


1.      Hidup teratur dan sehat, cukup istirahat, olahraga sesuai kondisi tubuh, hindari stres.
2.      Penggunaan kosmetika secukupnya baik banyaknya maupun lamanya
3.      Menjauhi terpacunya kelenjar minyak, misalnya minuman keras, makanan pedas, rokok,
lingkungan yang tidak sehat
4.      Menghindari polusi debu, pemencetan lesi yang tidak legeartis.
5.      Memberikan informasi yang cukup pada pasien mengenai penyebab penyakit, pencegahan
dan cara maupun lama pengobatan .

9).    VARICELLA
INSPEKSI :
Pada pemeriksaan fisik ditemukan :
a).    Pada anak gejala awalnya adalah ringan, terdiri dari malas, nyeri kepala dan sedikit demam
atau panas
b).    Pada dewasa gejala awalnya lebih berat dan lebih lama, panas badan sesuai lesi bahkan
samapai mencapai 40o – 41o C.
c).    Kemudian mulai muncul perubahan warna kulit yang tegas disertai maupun tanpa disertai
adanya peninggian kulit (papula dan makula) dan cepat berubah menjadi Vesikula, yaitu
peninggian kulit atau benjolan kecil yang berisi cairan. Selama beberapa hari akan timbul
vesikula baru sehingga umur dari lesi tidak sama.
d).    Kulit sekitar lesi berwarna eritematus atau kemerahan
e).    Lesi paling banyak terdapat di badan kemudian pada muka dan kepala dan anggota gerak
f).      Distribusi bersifat Sentripetal (mulai dari tengah kemudian menyebar ke arah luar), pada
paha dan lengan atas lebih banyak daripada tungkai bagian bawah dan lengan bawah.
g).    Sering terdapat Vesikula pada mukosa mulut dan kadang – kadang juga pada Mukosa lain
seperti Konjungvita.
h).    Setelah 5 hari lesi menjadi kering dan lepas dalam waktu 1 – 3 minggu.

DIAGNOSA : VARICELLA

PENATALAKSANAAN :

a).    UMUM
1.          Apabila panas diberikan Metampiron 3 x 500 mg / hari sesudah makan atau Paracetamol
4 x 500 mg / hari sesudah makan untuk dewasa, sedangkan untuk anak : Paracetamol 4 x
10 mg / kg BB / hari.
2.          Bila ada Sekunder Infeksi diberikan Antibiotik Oral yaitu :
         Diklaksacillin 12,5 – 50 mg / kg BB / hari..
         Eritromisin Stearat 4 x 250 – 500 mg / hari.
         Atra Antibiotik lainnya diminum sesudah makan.
b).    KHUSUS
1. Memberikan Asiklovir oral sedini mungkin ( dalam waktu 1 – 3 hari pertama ).
         Dewasa : 4 x 800 mg / hari selama 7 – 10 hari.
         Anak : 10 mg / kg BB / hari sampai 800 mg. 4 kali / hari selama 5 hari
2.         Memberikan salep Antibiotik, untuk yang erosi diberikan salep Yodium Fusidat.

PENCEGAHAN :
Memberikan Vaksin Varicella Virus Vaccine ( Oka Strain )
Indikasi :
a).  Umur > 12 bulan yang belum terkena Infeksi Varicella Zoster Virus Primer 29 yang dapat
melindungi Zofaline.
b).    Wanita yang menikah dan belum pernah terkena Varicella perlu divaksinasi untuk
mencegah Varicella pada waktu hamil.

PENYULUHAN :

a).    Menyarankan kepada pasien untuk istirahat yang cukup.


b).    Menjaga kebersihan diri sendiri dengan mandi 2 kali sehari dengan memakai sabun.
c).    Menjaga kebersihan lingkungan khusunya lingkungan tempat tinggal.
d).    Mengganti baju setiap hari.

10).      HERPES ZOSTER


Bila ditemukan :
Pada pemeriksaan fisik ditemukan 3 stadium yaitu :
a).    Stadium Prodomal :
Berupa rasa gatal / rasa nyeri pada dermaton yang terserang disertai dengan panas, malaise
nyeri kepala.
b).    Stadium Erupsi :
1.      Mula – mula timbul papel atau plakat berbentuk urtika yaitu peninggian kulit yang datar oleh
karena edema pada dermis bagian atas, bersifat gatal, timbulnya cepat, hilangnya cepat,
pori – pori melebar, warnanya pucat, yang setelah 1–2 hari akan timbul gerombolan
vesikula (peninggian kulit berbatas tegas berisi cairan dengan ukuran < 1 Cm, diatas kulit
yang kemerahan), sedangkan kulit diantara gerombolan tetap normal
2.      Usia lesi pada satu gerombolan adalah sama, sedangkan satu gerombolan dengan
gerombolan yang lain tidak sama.
3.      Lokasi lesi sesuai dengan dermaton, uni latpral dan biasanya tidak melewati garis tengah
dari tubuh.
c).    Stadium Krustasi :
1.         Vesikula (peninggian kulit berbatas tegas berisi cairan) dengan ukuran < 1 cm menjadi
bernanah, mengering bercampur epitel debris bakteri akan lepas dalam waktu 1 – 2
minggu.
2.         Sering terjadi Neuralgia pasca herpetika pada orang tua, yaitu nyeri yang berkepanjangan
pada daerah lesi meskipun lesinya sendiri sudah sembuh.
3.         Dapat terjadi parestesi selama berbulan-bulan, sifatnya sementara

DIAGNOSA : HERPES ZOSTER

PENATALAKSANAAN :

a).    UMUM
1. Memberikan Analgetik ; metampiron 4 X 1 tab/hari, sesudah makan
2. Bila ada sekunder infeksi ; memberikan antibiotik Eritromicin 4 x 250-500 mg/ hari,
dikloksasilin 3 X 125-250 mg/ hari atau lainnya sesudah makan
3. Lokal :
         Bila basah memberikan kompres larutan garam faali
         Bila erosi memberikan salep Sodium Fusidat

b).    KHUSUS
1.         Memberikan Acyklovir tablet dengan dosis :
         Dewasa :4 X 800 mg/hari sesudah makan selama 7 – 10 hari.
         Anak :20 mg/ kg sampai 800 mg, 4 kali / hari selama 5 hari.
2.         Memberikan obat pasca herpetika :
         Aspirin 3 X 1 tablet (500 mg/hari) diminum sesudah makan.
         Anti depresan trisiklik, misalnya Amitriptyline 50 – 100 mg/hari.
Hari 1 : 1 tablet ( 25 mg )
Hari 2 : 2 x 1 tablet ( 25 mg )
Hari 3 : 3 x 1 tablet ( 25 mg )
3.            Pada Herpes Zoster Optalmikus perlu konsult ke Spesial Mata atau dapat diberikan :
         Asiklovir salep mata 5 kali / 4 jam.
         Dan juga Afloxasin / Siprofloxacin, obat tetes mata.
Hari 1 dan 2 : 1 tetes / 2-4 jam
Hari 3 s/d 7 : 1 tetes, 4 kali / hari
PENCEGAHAN :
-         Memberikan Vaksin Varicella Virus Vaccine ( Oka Strain ) kepada usia tua > 60 tahun dan
Pasien Imunikopremais dengan penyakit kronis.

PENYULUHAN :

Memberikan penyuluhan kepada pasien supaya :


1.         Banyak Istirahat.
2.         Menjaga kebersihan diri sendiri dengan mandi 2 kali sehari dengan memakai sabun.
3.         Menjaga kebersihan lingkungan khususnya lingkungan tempat tinggal.
4.         Mengganti baju setiap hari.

11).      DERMATITIS KONTAK


Bila ditemukan :
a).    Keluhan gatal setelah terpaparnya kulit pada daerah lesi dengan bahan dari luar yang
bersifat iritan atau allergen
b).    Kelainan berupa lesi yang polimorf, yaitu makula ( perubahan kulit yang tegas, dengan
ukuran dan bentuk bervariasi tanpa disertai peninggian atau cekungan) yang eritemateus,
kadang batasnya tidak jelas dan di atas makula yang erymatus terdapat Papula
( Peninggian kulit yang solid dengan diameter < 1 cm dan bagian terbesarnya berada di
atas permukaan kulit.
c).    Kadang di atas makula terdapat Vesikula ( peninggian kulit berbatas tegas berisi cairan
dengan ukuran > 1 cm ) yang bila pecah menjadi lesi yang aksudatif atau mengeluarkan
cairan.
d).    Bentuk yang kronik dengan gambaran berupa makula hiperpigmentasi disertai
likhenifikasi ( penebalan kulit, disertai relief kulit yang makin jelas ) dan ekskoriasi
( hilangya jaringan samapi stratum papilare )
1.      Pada Orang Dewasa, lokasi lesi biasanya terletak pada :
         Sela-sela jari tangan
         Telapak tangan
         Pergelangan tangan sebelah dalam
         Siku
         Ketiak
         Daerah Mammae
         Daerah Pusar dan perut bagian bawah
         Daerah Genitalis external
         Pantat
2.      Pada anak-anak atau bayi, lokasinya pada :
         Telapak kaki
         Telapak tangan
         Sela jari-jari kaki
         Muka / pipi

DIAGNOSA : DERMATITIS KONTAK

PENATALAKSANAAN :

Pengobatan Sistemik
a).    Memberikan obat yang mengandung Kortiko Steroid untuk kasus yang berat dan dalam
waktu singkat yaitu :
1.      Prednison dengan dosis :
   Dewasa, 5 – 10 mg / dosis (1 – 2 tablet) diminum 2-3x sehari
   Anak-anak, 1 mg / kg BB/hari diberikan dalam dosis terbagi 2-3 X sehari. Sampai keadaan
membaik, kemudian dosis diturunkan secara bertahap Dexametason dengan dosisi
2.      Dewasa : 0-5 – 1 mg ( 1- 2 tanblet/dosis, diminum 2–3 X sehari
   Anak-anak : 0-1 mg / Kg /BB / Hari, diberikan dalam dosis terbagi 2–3 x sehari sampai
keadaan membaik, kemudian dosis diturunkan secara bertahap
b).    Memberikan obat yang mengandung Anti Histamin
1.      Klorfeniramin Maleat dengan dosis
   Dewasa : 1 tablet /dosis diminum 2–3 x sehari, diminum 15 menit setelah makan
   Anak-anak: 0,1-0,9 mg/Kg BB/Dosis, diminum 3x sehari, diminum 15 menit setelah makan
2.      Diphenhidramin dengan dosis :
   Dewasa : 10 – 20 mg/dosis disuntukkan intra musculair 1-2 x sehari, diminum 15 menit
setelah makan
   Anak-anak: 0-5 mg/Kg BB/dosis disuntikkan intra musculair 1-2x sehari, diminum 15 menit
setelah makan
Pengobatan Topikal
1.      Bentuk akut exudatif, menjelaskan kepada pasien / pegantar pasien dan memperagakan
cara memberikan kompres garam faali (cairan NaCl 0,9 %) pada lesi, yaitu dengan cara :
    Menyiapkan larutan garam faali ( cairan NaCL 0,9 % ) air bersih dalam wadah yang bersih,
kassa steril
    Membersihkan tangan dengan air bersih dan sabun
    Membersihkan lesi dan bagian kulit sekitarnya dari kotoran dengan air bersih
    Mengeringkan lesi dengan handuk khusus
    Mengambil kassa steril kemudian mengambil caira garam faali dalam botol , membuka botol
dengan cara memutar tutup botol ke arah kiri, kemudian menuangkan cairan dalam botol
ke kassa steril hingga membasahi seluruh bagian kassa
    Meletakkan kasa steril yang basah di atas lesi sampai seluruh bagian lesi tertutup oleh kasa
    Membiarkan kassa berada di atas lesi sampai kassa tersebut mengering
    Membereskan peralatan,
    Menaruh obat-obatan pada tempat yang aman (jauh dari jangkauan anak-anak )
    Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

2.      Pada bentuk kronik dan Kering:


Menjelaskan kepada pasien/pengantar pasien dan memperagakan cara mengoleskan krim
hidrokortison 1 % atau krim betametason Valeat 0,1 %- sebagai berikut :
         Menyiapkan peralatan yaitu, krim hidrokortison 1 %, atau krim betametason Valeat 0,1 %,
handuk bersih khusus atau tissue
         Terlebih dahulu membersihkan lesi dengan air bersih dengan memakai sabun atau pada
saat setelah mandi pagi dan sore.
         Mengeringkan lesi dengan handuk kering/tissue sekali pakai
         Bila kemasan salep berbentuk tube, membuka penutup tube dengan memutar ke arah kiri,
kemudian gunakan bagian tutup tube yang lancip untuk menusuk ujung tube sehingga
berlubang
         Menekan ujung tube dengan dua jari untuk mengeluarkan salep secukupnya pada ujung
jari tangan lain yang sudah bersih
         Mengoleskan salep tipis-tipis pada permukaan lesi, dan diperhatikan jangan sampai
mengenai kulit yang sehat
         Apabila salep belum cukup merata, mengambil kembali salep dari dalam tube dan
mengoleskan kembali pada lesi yang belum terkena salep
         Bila sudah rata, menutup kembali tube dengan rapat dengan memutar penutup kearah
kanan
         Menyimpan kembali tube di tempat kering dan aman
         Mencuci tangan dengan sabun yang bersih
         Bila kemasan salep dalam pot, membuka penutupnya dengan cara memutar tutup pot
kearah kiri
         Mengambil salep secukupnya dengan menggunakan ujung jari telunjuk yang telah dicuci
lalu mengoleskan salep tipis-tipis dan merata pada lesi
         Menjaga agar salep tidak mengenai bagian kulit yang sehat
         Apabila salep belum cukup merata, mengambil kembali salep dari dalam pot dan
mengoleskan kembali pada lesi yang belum terkena salep
         Bila sudah rata, menutup kembali pot dengan rapat dengan cara memutar penutup ke arah
kanan
         Menyimpan kembali pot di tempat kering dan aman (jauhkan dari jangkauan anak-anak)
         Mencuci tangan dengan air yang bersih dan menggunakan sabun, kemudian mengeringkan
tangan dengan handuk / kain yang bersih

PENYULUHAN :

a).   Menjelaskan kepada pasien / pengantar pasien bahwa pemakaian salep 2 kali sehari
setelah mandi selama minimal 3 minggu
b).   Menjelaskan kepada pasien bahwa obat/zat yang diserap oleh kulit adalah yang menempel
pada permukaan lesi dan pemakaian salep yang terlalu tebal bisa menimbulkan iritasi,
terutama bila terkena jaringan kulit yang sehat
c).   Menjelaskan kepada pasien / pengantar pasien bahwa pengompresan dilakukan 2 kali
dalam sehari
d).   Memberitahu pasien bahwa penyakitnya ini bisa berulang , kambuh bila terkena / terpapar
bahan yang sama
e).   Menyarankan pasien untuk menghindari paparan dengan bahan iritan / alergen untuk
mencegah kekambuhan
f).     Menjelaskan kepada pasien/ pengantar pasien untuk selalu menjaga kebersihan
perorangan dan kebersihan lingkungan
g).   Menyarankan untuk mandi yang bersih 2x sehari dengan memakai sabun yang
mengandung Sulfur
h).   Menjelaskan kepada pasien/ pengantar pasien supaya bantal dan kasur tiap hari dijemur di
bawah terik matahari

12).      DERMATITIS SEBOROIK


Bila menemukan :
a).        Pada bayi ( Usia 2 -10 minggu)
1.      Pada kepala (daerah frontal & parietal ) khas disebut Cradle Cap. Dengan Krusta tebal
(pengeringan cairan tubuh bercampur epitel debris bakteri), pecah-pecah dan berminyak
tanpa ada dasar kemerhan dan kurang / tidak gatal.
2.      Pada lokasi lain, lesi tampak kemerahan atau merah kekuning-kuningan yang tertutup
skuama berminyak ( partikel epidermal, dapat kering atau berminyak, tipis ataupun tebal
dan dilapisi masa keratin, berwarna putih keabu-abuan, kuning atau coklat ), kurang atau
tidak gatal
3.   Lokasi berada pada : Telapak kaki, Telapak tangan, Sela jari-jari kaki, Muka / pipi

b).        Pada Dewasa ( usia Pubertas, 18 – 40 Th )


1.      Keluhan rasa gatal di daerah lesi
2.      Kelainan berupa macula ( perubahan warna kulit yang tegas dengan ukuran dan bentuk
bervariasi tanpa disertai peninggian atau cekungan ), atau plakat ( Peninggian kulit yang
solid dengan diameter > 1 cm dan bagian terbesarnya berada di atas permukaan kulit ),
folikular, perifolikular atau papulae ( Peninggian kulit yang solid dengan diameter < cm),
kemerahan atau kekuningan denga derajat ringan sampai berat, skuama (partikel
epidermal, dapat kering / berminyak, tipis / tebal dan dilapisi masa keratin ) dan krustae
( pengeringan cairan tubuh bercampur, epitel debris bakteri) tipis sampai tebal yang kering,
basah atau berminyak, bersifat kronis dan mudah kambuh, sering berkaitan dengan
kelelahan, stress atau paparan sinar matahari
3.      Lokasi lesi: sela-sela jari tangan, telapak tangan, pergelangan tangan sebelah dalam,
siku, ketiak, daerah mammae, daerah pusar dan perut bagian bawah daerah genitalis
external, pantat
4.      Daerah Lesi di area Soboroik, yaitu bagian tubuh yang banyak terdapat kelenjar sebasea
( kelenjar minyak ) : daerah kepala ( kulit kepala, telinga bagian luar, saluran telinga, kulit
dibelakang telinga ), wajah (alis mata, kelopak mata, glebella, lipatan nasolabial, dagu ),
badan bagian atas ( daerah presternum, daerah interskapula, areola mammae ) dan
daerah lipatan ( ketiak,lipatan bawah mammae, umbilicus, lipatan paha, daerah anogenital
dan lipatan pantat )

DIAGNOSA : DERMATITIS SEBOROIK


Diagnosa Banding :
a).    Pytiriasis Kapitis ( Ketombe )
b).    Psoriasis Vulgaris
c).    Dermatitis kontak

PENATALAKSANAAN :

Pengobatan
Skuama melekat dan tebal pada bayi maka menjelaskan kepada pasien / pengantar pasien
dengan memperagakan cara memberikan minyak mineral hangat dengan cara :
a).    Menyiapkan alat-alat yaitu, Mangkok dari bahan yang tahan panas, minyak mineral, wadah
yang lebih besar dari mangkok yang telah erisi air panas, sikat halus, kain bersih khusus
b).    Membersihkan tangan dengan air bersih dan sabun
c).    Membuka tutup botol minyak mineral dengan cara memutar kearah kiri sampai terbuka
d).    Menuangkan minyak ke dalam mangkok dari bahan yang tahan panas secukupnya :
         Meletakkan mangkok yang berisi minyak ke dalam wadah yang telah diisi air panas,
dibiarkan selama beberapa saat sampai minyak mineral menjadi hangat.
         Mengambil minyak mineral hangat dengan 3 atau 4 ujung jari tangan bagian dalam,
kemudian mengoleskannya pada bagian lesi
         Meratakan minyak mineral ke bagian lesi samapai semua bagian terkena minyak mineral
         Membiarka lesi terkena minyak mineral selama 8 – 12 jam
         Melepaskan skuama dengan sikat halus dengan cara menyisir / menyikat secara hati-hati
samapai skuama bias terlepas.
         Membersihkan lesi yang sudah bersih dari skuama dengan kain kering khusus
         Membereskan alat-alat yang telah dipergunakan
         Cuci tangan dan alat-alat dengan air bersih dan sabun
         Menyimpan minyak mineral dan peralatan pada tempat yang aman ( jauh dari
jangkauan anak-anak )
e).    Menggunakan sampo antiketombe yang mengandung Selenium Sulfid 1,8 %, atau
Pirithion Zinc 1-2 % atau ketokonasol
f).      Memberikan Obat Sistemik
g).    Menjelaskan kepada pasien / pengantar pasien cara minum obat Kortiko Steroid Tablet
( Prednison atau Dexametason tab.) yaitu dengan minum obat , dosis 2-3 kali 2 tablet, 15
menit sesudah makan sampai keadaan membaik, lalu dosis diturunkan secara bertahap
h).    Menjelaskan kepada pasien / pengantar pasien cara minum obat Tablet Ketokonasol ( 200
mg ) yaitu dengan minum obat, dosis 1 X 1 tablet sehari 15 menit sesudah makan, selama
3 minggu.

PENYULUHAN :

a).    Menjelaskan pada pasien / pengantar pasien bahwa penyakit ini mudah kambuh,
terutama bila pasien kelelahan, stress atau terkena paparan sinar matahari
b).    Menjelaskan pada pasien / pengantar pasien untuk menghindari faktor penyebab
kekambuhan yaitu : kelelahan, stress, sinar matahari untuk mencegah kekambuhan

13).      SCABIES
Bila menemukan :
a).    Rasa gatal yang hebat terutama pada malam hari
b).    Dalam keluarga ada seorang atau beberapa orang yang sakit seperti ini
c).    Adanya Efloresensi polimorfi di tempat-tempat Predileksi.
d).    Pada pemeriksaan menemukan adanya :
1.      Papula : peninggian kulit yang solid dengan diameter < 1 cm & bagian terbesarnya berada
di atas permukaan kulit ( Bila Papula bergabung dengan Diameter > 1 cm dan permukaan
datar disebut Plakat)
2.      Vesikula : Peninggian kulit berbatas tegas berisi cairan denga ukuran < 1 cm dapat pecah
menjadi erosi dapat bergabung menjadi Bula
3.      Urtikaria : Peninggian kulit yang datar oleh karena edema pada dermis bagian atas,
bersifat gatal, timbulnya cepat, hilangnya cepat, pori-pori melebar, warna pucat
4.      Ekskoriasi : Hilangnya jaringan sampai denga stratum papilare pada lapisan dermis
5.      Krusta : Pengerinag cairan tubuh bercampur epithel Debris Bakteri
6.      Pustula : Seperti halnya Vesikula tetapi isinya pus/nanah dan beradang
e).   Pada Orang Dewasa, lokasi biasanya pada :
1.            Sela-sela jari tangan
2.            Telapak tangan
3.            Pergelangan tangan sebelah dalam
4.            Siku
5.            Ketiak
6.            Daerah Mammae
7.            Daerah Pusar dan perut bagian bawah
8.            Daerah Genitalis external
9.            Pantat
f).     Pada anak-anak atau bayi, lokasi biasanya pada :
1.            Telapak kaki
2.            Telapak tangan
3.            Sela jari-jari kaki
4.            Muka / pipi
g).   Pemeriksaan laboaratorium sebagai pemeriksaan penunjang dengan menemukan larva
ataupun telur dari Sarcoptes Scabei
h).   Tatacara pemeriksaan adalah sebagai berikut :
1.      Memberi tahu dan minta ijin pada pasien bahwa akan di lakukan pengambilan bahan/
contoh penyakit pada pemeriksaan Laboratorium
2.      Membuka terowongan dengan Vena Vaksinasi sambil mengerok dasarnya
3.      Hasil kerokan dioletakkan pada gelas benda, tetesi beberapa tetes Glycerin dan tutup
dengan gelas penutup
4.      Dilihat dibawah Mikroskop dengan lensa Obyektif 10 x
5.      Hasil Positif bila didapatkan larva ataupun telur dari Sarcoptes Scabei

DIAGNOSA : SCABIES
PENATALAKSANAAN :

a).    Memberikan salep yang mengandung asam salisilat dan sulfur atau benzoas Benzilicus
atau Zalep yang mengandung Gamma Benzene selama 3 sampai 4 hari, dapat diulung
setelah 1 minggu dengan cara;
1.      Sebelumnya pasien dianjurkan mandi sebersih-bersihnya pakai sabun
2.      Sesudah badan dikeringkan zalep dioleskan dengan cara menggosok agak keras agar
salep masuk ke dalam terowongan.
3.      Zalep diberikan 3 hari berturut-turut deselingi dengan mandi yang bersih
b).    Bila terjadi Infeksi sekunder diberikan Obat Antibiotika dengan Cara memberitahu pasien
cara mimum obat yaitu diminum 3 X sehari 1 tablet untuk dewasa dan 3 X ½ tablet untuk
anak-anak diminum 15 menit sesudah makan
c).    Bila terasa gatal diberikan Antihistamin dengan ½ dosisi biasanya dengan cara :
memberitahukan kepada pasien supaya minum obat ini ½ dosis bila terasa gatal dan
diminum 15 menit setelah makan

PENYULUHAN :
a).   Selalu menjaga kebersihan perorangan dan kebersihan lingkungan
b).   Selalu mandi yang bersih minimal 2 X sehari dengan memakai sabun yang mengandung
Sulfur
c).   Seluruh anggota keluarga sehat disarankan untuk menghindari kontak langsung dengan
pasien.
d).   Semua keluarga atau seisi rumah yang kontak dengan pasien harus diperiksa dan bila
mereka tertular maka harus diobati bersamaan agar tidak terjadi penularan kembali
e).   Pasien harus ganti pakaian minmal 2 X sehari (Pagi dan sore), merendam pakaian dan
kain untuk tidur dengan air panas atau air desinfektan selama kurang lebih 12 Jam
f).     Bantal dan kasur tiap hari dijemur di bawah terik matahari

Anda mungkin juga menyukai