Anda di halaman 1dari 2

Pada pukul kurang lebih 18.

30 saya dikagetkan oleh kedatangan pasangan orang tua yang


membawa anaknya dalam keadaan panik. Mereka meminta tolong anaknya yang masih berumur 1
minggu tiba-tiba lemas dan sulit bernafas. Dengan cepat saya segera melakukan pemeriksaan sambil
mengajukan beberapa pertanyaan cepat guna mengetahui riwayat terjadinya penyakit yang dialami oleh
anak mereka. Ternyata anak mereka sebelumnya dalam keadaan demam 2 hari. Karena baru pertama
kali mempunyai anak, pasangan suami istri tersebut meminta tolong nenek sang bayi untuk membantu
dalam menangani sakit si bayi. Oleh sang nenek, bayi tersebut diberikan kunyit dan jahe yang sudah
ditumbuk dan dimasukan ke dalam mulut si bayi. Beberapa jam kemudian setelah itu, bayi itu mulai
terlihat sulit bernafas, warna bibir mulai terlihat kebiruan. Setelah melihat kondisi tersebut, mereka
memutuskan menemui saya. Memang dari pemeriksaan saya temukan ampas jahe dan kunyit di dalam
mulut bayi tersebut, dan yang lebih gawatnya lagi, jahe dan kunyit tersebut sudah terlihat memasuki
saluran nafas bayi tersebut. Hal itulah yang membuat bayi tersebut tidak bernafas, karena sumbatan
ampas tersebut di dalam saluran nafasnya.

Dengan cepat saya mengeluarkan sisa ampas yang ada di mulutnya. Dada bayi tersebut mulai
berhenti tanda dia sudah tidak bisa bernafas dengan otot-ototnya sendiri, sehingga saya mengambil
keputusan untuk memasang selang nafas ke dalam saluran nafasnya. Sangat sulit saya melakukan
tindakan tersebut dikarenakan kondisi saluran nafas bayi yang sedikit tertutup sisa ampas. Karena gagal
di percobaan pertama, saya mempertahankan nafas bayi tersebut dengan sungkup nafas yang dipompa,
tetapi penggunaan sungkup tersebut tidak efektif, karena bayi semakin biru. Melihat kondisi seperti
ini,saya segera memberitahukan orang tuanya bahwa kondisi anaknya akan sulit dipertahankan. Orang
tua anak tersebut tertunduk lemas dan sedih penuh penyesalan,sambil berkata bahwa mereka ikhlas
dengan kondisi anaknya jika memang kesempatan mereka hanya 1 minggu untuk merawat anak yang
mereka nantikan selama 7 tahun pernikahan mereka. Tak terasa air mata saya mulai sedikit terbendung
saat mengetahui anak mereka adalah hasil penantian panjang pernikahan mereka. Tapi sebagai tenaga
medis,saya harus mengambil keputusan untuk mengakhiri tindakan yang sementara saya lakukan. Tapi
ternyata saat saya hendak melepaskan sungkup nafas, tiba-tiba tangan sang bayi meraih jari telunjuk
kanan saya dan menggenggam jari saya cukup erat. Tak terasa air mata saya sudah jatuh, sehingga saya
menetapkan hati untuk terus berusaha.

Akhirnya alat tersebut terpasang setelah saya mencoba 3 kali dalam waktu 4 jam. Tapi
permasalahan belum selesai karena bayi tersebut harus dirujuk ke RS provinsi untuk penanganan lebih
lanjut di ruangan NICU. Kondisi geografis tempat saya bertugas di daerah kepulauan mengharuskan
orang tua sang bayi tersebut segera mencari kapal nelayan yang bisa dipakai untuk merujuk ke daratan.
2 jam berikutnya, orang tua bayi mendapatkan sebuah kapal nelayan yang sedang tidak dipakai. Saya
merujuk sang bayi pada pukul 01.00 dini hari menuju ke RS Provinsi dalam waktu tempuh 2,5 jam
perjalanan memnyeberang lautan. Kondisi laut yang cukup berombak membuat saya harus
mempertahankan kondisi selang nafas tetap terpasang dengan baik.

Setelah tiba di RS Provinsi, bayi tersebut langsung ditangani lebih lanjut. Saya melihat bayi itu di
pasang infus, dan segera di dorong ke ruang NICU. Selesai melaksanakan bagian tugas saya, membuat
saya bahagia dan mengucap syukur karena saya berhasil mengantar bayi tersebut ke RS Provinsi dalam
keadaan stabil. Serta saya bahagia karena sampai saat itu saya masih membuat kedua orang tua bayi
tersebut memiliki pengharapan akan keselamatan nyawa anaknya. Saya segera meninggalkan RS
Provinsi setelah administrasi dan kelengkapan rujukan sudah terselesaikan.

Tidak lama mendengar kabar mengenai kondisi sang bayi selama 8 bulan, saya kembali bertemu
dengan pasangan orang tua dan sang bayi yang pernah saya tolong di salah satu pusat perbelanjaan di
ibukota provinsi. Melihat kebahagiaan yang terpancar dari keluarga kecil itu adalah kebahagiaan
tersendiri untuk saya secara pribadi. Kembali saya mengingat perjuangan antara hidup dan mati sang
bayi serta doa-doa kedua orang tuanya yang tak henti-hentinya dipanjatkan saat kejadian tersebut,
membuat saya selalu merasakan inilah sukses terbesar yang pernah saya alami dalam hidup.

Anda mungkin juga menyukai