Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

GIZI DALAM KESEHATAN REPRODUKSI

PRINSIP DIET PADA IBU HAMIL YANG OBESITAS

DOSEN PEMBIMBING :

Iswanto, SKM, MPH

DISUSUN OLEH :

Yeni Octovia Safitri 202041003

Dina Yuliani 202041007

Masyitah Idris 202041015

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAITURRAHIM JAMBI

TAHUN AKADEMIK

2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT, yang atas rahmat-Nya dan karuniannya saya
dapat menyelesaikan makalah Pelayanan Prima ini dengan tepat waktu.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen mata
kuliah gizi dalam kesehatan reproduksi yang telah memberikan tugas terhadap kami.

Makalah ini jauh dari kata sempurna dan ini merupakan langkah yang baik dari studi
sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka kritik dan saran
yang membangun senantiasa kami harapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi saya pada
khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.

Jambi, 5-Desember-2021

Masyitah Idris

2
3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Obesitas merupakan suatu keadaan yang menunjukan ketidakseimbangan antara tinggi badan dan
berat badan akibat jaringan lemak yang berlebihan dari dalam tubuh sehingga terjadi berat badan yang
berlebih atau obesitas (Pellonperä et al., 2018). Kelebihan berat badan atau obesitas, umunya dialami
pada wanita hamil di usia berapapun. Namun, obesitas akan meningkat setelah usia 35 tahun (Freitag,
2014).

Kenaikan berat badan normal saat kehamilan berkisaran 12-16 kg, jika kenaikan yang terjadi lebih
dari itu berati ibu beresiko mengalami kegemukan atau obesitas. Ibu hamil yang obesitas akan membawa
resiko penyakit yang lain seperti hipertensi dalam kehamilan, diabetes gastasional dan preeklamsia (Yao,
Ananth, Park, Pereira, & Plante, 2014). Ibu hamil yang obesitas juga lebih banyak disarankan untuk
menjalani persalinan dengan operasi caesar. Alasannya adalah kegemukan akan membuat ibu sulit
bersalin secara alami dan berisiko komplikasi jika tetap melahirkan secara alami tak hanya itu, bayipun
akan ikut terpengaruh oleh berat badan ibu yang berlebihan. (Freitag, 2014).

Penentuan obesitas menggunakan LILA (Lingkar Lengan Atas) lebih sering digunakan
dibandingkan dengan metode lain seperti pengukuran lingkar pinggang, penghitungan rasio waist-to-hip
circumferrencia, termasuk juga dengan menggunakan alat- 10 alat seperti USG (Ultrasonografi), CT-scan
(Computed Tomography Scanning) dan MRI (Magnetic Resonance Imaging) (Davies et al., 2010).
Manusia memiliki kemampuan untuk menyimpan cadangan energi yang sangat penting apabila
diperlukan secara mendadak untuk mempertahankan hidup.

1.2. Rumusan Masalah


1. apa itu epidemiologi?
2. apa itu patofisiologi?
3. apa itu manefaste klinis?
4. apa saja komplikasi obesitas pada ibu hamil?
5. bagaimana cara oencegahan obesitas pada ibu hami

1.3. Tujuan
Untuk mengetahui gizi dalam kesehatan reproduksi dan masalah obesitas pada ibu hamil lebih mendalam.

4
5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Konsep Dasar Pelayanan Prima

Konsep dasar pelaynan prima merupakan pelayanan sebaik mungkin kepada para pelanggan,
sehingga pelanggan menjadi merasa puas. Definisi pelayanan prima (excellent service) yakni
melakukan pelayanan sebaik mungkin kepada para pelanggan atau konsumen sehingga
menimbulkan rasa yang puas. Secara umum tujuan pelayanan prima yakni memberikan
pelayanan sehingga bisa memenuhi dan memuaskan para pelanggan sehingga perusahaan
mendapatkan keuntungan yang maksimal. 

Konsep excellent service sendiri didasari dengan konsep 3A yaitu; attitude, attention,


dan action. Namun sejatinya, konsep  excellent service yang baik sebenarnya didasari dengan 7A
+ S.

Konsep 7A + S diyakini menjadi konsep lengkap dimana tujuan dan implementasi pelayanan
prima atau excellent service dapat tercapai.

1. Attitude (Sikap)

Potret perusahaan, diawali dari kesan yang ditorehkan oleh karyawan perusahaan tersebut,
terutama mereka yang berdiri di frontliner atau siapapun yang berhubungan dengan pihak luar
perusahaan. Bagaimana sikap dan pelayanan dari karyawan perusahaan, akan menggambarkan
dan memberi citra perusahaan, baik itu langsung maupun tidak langsung.

Setiap karyawan suatu perusahaan seharusnya memiliki sikap yang ramah dan menjunjung
tinggi profesionalisme pekerjaannya serta memiliki rasa memiliki yang tinggi terhadap
perusahaan. Itulah prinsip pelayanan prima yang pertama, memiliki, menjaga dan meningkatkan
sikap yang ramah dan profesional.

2. Ability (Kemampuan)

6
Meski pada awalnya bukan konsep dasar, namun di era yang semakin berkembang para
karyawan harus memiliki kemampuan (ability). Artinya, karyawan harus memiliki kemampuan
untuk melayani konsumen misalnya komunikasi, kemampuan menjual (selling), kemampuan
memecahkan masalah dengan cepat, manajemen kecemasan, hingga hal-hal yang lebih praktis
misalnya penggunaan teknologi seperti Excel, dan software transaksi.

3. Attention (Perhatian)

Attention (perhatian) adalah prinsip pelayanan prima berikutnya yang wajib dimiliki semua
karyawan, terutama mereka yang bersentuhan langsung dengan pelanggan. Attention merupakan
bentuk kepedulian kepada pelanggan atau tamu, yang berkaitan dengan kebutuhan dan keinginan
pelanggan, serta pemahaman atas saran dan kritik yang diberikan. Dalam melakukan
aktivitasnya, seorang karyawan haruslah senantiasa memperhatikan dan mendahulukan
keinginan pelanggan, termasuk di dalamnya tamu perusahaan tersebut.

Apalagi jika pelanggan atau tamu tersebut sudah menunjukan tanda membutuhkan bantuan
atau pelayanan, maka seharusnya karyawan tersebut bergegas atau menunjukan atensi untuk
segera melayani dengan cepat dan baik.

4. Action (Tindakan)

Hal yang perlu dilakukan di tahap action ini adalah, melakukan tindakan nyata untuk
memastikan apa yang menjadi kebutuhan / keinginan pelanggan / tamu, jika kurang yakin dan
lebih baik lakukan konfirmasi dengan sopan. Jika diperlukan, dapat dilakukan pencatatan,
apalagi jika permintaan tersebut cukup beragam, dan jika hal ini adalah bagian dari transaksi,
maka permintaan tersebut bisa dicatat di form yang harus sudah disiapkan.

Jangan lupa untuk mengucapkan termakasih, dan tanyakan apa masih ada hal lain yang bisa
dibantu, sembari mengatupkan tangan sebagai tanda menghormati dan menghargai. Jadi
menjalankan prinsip keempat dari pelayanan prima, yaitu action sangat penting, sebagai bentuk
nyata dari sebuah kepedulian (attention).

5. Accountability (Tanggung Jawab)

Konsep pelayanan prima berikutnya adalah accountability atau tanggung jawab, yaitu sikap


keberpihakan kita kepada pelanggan / tamu / mitra kerja sebagai bentuk rasa empati dan
kepedulian kita. Sikap tanggung jawab ini jika dilaksanakan dengan benar dan sepenuh hati,
maka bisa meminimalkan terjadinya ketidakpuasan pelanggan, tamu atau mitra perusahaan.

7
6. Appearance (Penampilan)

Penampilan karyawan baik secara fisik maupun non fisik merefleksikan kredibilitas perusahaan,
maka dari itu penting untuk selalu menjaga penampilan ini. Standar penampilan harus dibuat
oleh perusahaan, dan setiap karyawan harus menjalankannya, apalagi saat bertemu dengan
pelanggan atau tamu.

7. Sympathy (Simpati)

Hal terakhir yang menjadi konsep dasar excellent service adalah rasa simpati. Terkadang sudah
secara profesional melakukan pelayanan prima namun karena kurangnya simpati yang dimiliki,
proses pelayanan pun tidak berjalan dengan baik. Simpati sendiri adalah sikap dimana Anda bisa
merasakan apa yang dirasakan orang lain.

2.2. Karakteristik Pelayanan Prima

Pelayanan memiliki sejumlah karakteristik yang membedakan dengan aspek-aspek lainnya.


Terkait dengan hal tersebut, Fitzsimmons dan Fitzsimmons (2006: 21), menyebutkan
adanya empat karakteristik pelayanan, yaitu:

Artisipasi pelanggan dalam proses pelayanan; kehadiran pelanggan sebagai partisipan


dalam proses pelayanan membutuhkan sebuah perhatian untuk mendesain fasilitas. Kondisi
yang demikian tidak ditemukan pada perusahaan manufaktor yang tradisional. Kehadiran
secara fisik pelanggan di sekitar fasilitas pelayanan tidak dibutuhkan oleh perusahaan-
perusahaan manufaktur.

Kejadian pada waktu yang bersamaan (simultaneity); fakta bahwa pelayanan dibuat untuk
digunakan secara bersamaan, sehingga pelayanan tidak disimpan. Ketidakmampuan untuk
menyimpan pelayanan ini menghalangi penggunaan strategi manufaktur tradisional dalam
melakukan penyimpanan untuk mengantisipasi fluktuasi permintaan.

Pelayanan langsung digunakan dan habis (service perishability); pelayanan merupakan


komoditas yang cepat habis. Hal ini dapat dilihat pada tempat duduk pesawat yang habis,
tidak muatnya ruangan rumah sakit atau hotel. Pada masing-masing kasus telah
menyebabkan kehilangan peluang.

Tidak berwujud (intangibility); pelayanan adalah produk pikiran yang berupa ide dan
konsep. Oleh karena itu, inovasi pelayanan tidak bisa dipatenkan. Untuk mempertahankan
keuntungan dari konsep pelayanan yang baru, perusahaan harus melakukan perluasan
secepatnya dan mendahului pesaing.

8
Beragam (heterogenity); kombinasi dari sifat tidak berwujud pelayanan dan pelanggan
sebagai partisipan dalam penyampaian sistem pelayanan menghasilkan pelayanan yang
beragam dari konsumen ke konsumen. Interaksi antara konsumen dan pegawai yang
memberikan pelayanan menciptakan kemungkinan pengalaman kerja manusia yang lebih
lengkap.

Karakteristik pelayanan juga dapat dilihat dari perbedaannya dengan barang-barang,


sebagaimana disebutkan oleh Lovelock dan Wirtz (2007: 17) sebagai berikut:

1. Umumnya produk pelayanan tidak dapat disimpan, sehingga pelanggan mungkin mencari
pilihan lain atau menunggu.

2. Pelayanan merupakan elemen yang tidak nampak dan biasanya mendominasi penciptaan
nilai. Hal ini menyebabkan pelanggan tidak bisa merasakan, tidak bisa tersenyum, atau
tidak bisa menyentuh elemen-elemennya dan mungkin tidak dapat melihat atau
mendengarnya. Selain itu juga sulit mengevaluasi dan membedakan dengan pesaing.

3. Pelayanan seringkali sulit untuk digambarkan dan dipahami, sehingga pelanggan


memperoleh risiko dan ketidakpastian yang lebih besar.

4. Orang mungkin menjadi bagian dari pengalaman pelayanan. Hal ini dikarenakan
pelanggan berinteraksi dengan perlengkapan, fasilitas dan sistem yang dimiliki oleh
pemberi pelayanan. Selain itu, pelaksanaan tugas yang buruk oleh pelanggan dapat
menyebabkan berkurangnya produktivitas, mengganggu pengalaman pelayanan dan
membatasi keuntungan.

5. Input dan output operasional cenderung berubah-ubah secara luas, sehingga sulit untuk
menjaga konsistensi, keandalan, dan kualitas pelayanan atau mempertahankan biaya
rendah melalui produktivitas yang lebih tinggi. Selain itu, juga sulit melindungi
pelanggan dari hasil kegagalan pelayanan.

6. Waktu sering dianggap senagai faktor yang paling penting. Pelanggan melihat waktu
sebagai sumber daya yang langka sehingga harus digunakan secara bijak. Pelanggan tidak
suka membuang waktu dengan menunggu, dan menginginkan pelayanan tepat waktu
serta nyaman.

7. Tempat distribusi melalui saluran non fisik. Pelayanan berdasarkan informasi dapat
disampaikan melalui saluran-saluran elektronik, seperti internet atau telekomunikasi
suara, namun produk intinya melibatkan aktivitas fisik.

9
2.3. Konsep hak dan kewajiban pemberi dan penerima jasa dan layanan pelayanan
kesehatan

 HAK DAN KEWAJIBAN PEMBERI DAN PENERIMA LAYANAN KESEHATAN


PERTEMUAN 5-6NAURI ANGGITA TEMESVARI, SKM., MKMPRODI MIK, FIKES
 PENDAHULUAN UU No 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
POLA HUBUNGAN DOKTER/NAKES DENGAN PASIEN TERDAHULU:Hubungan
paternalistik dengan prinsip father knows bestKedudukan pasien tdk sederajat dengan
dokter/nakesKedudukan dokter/nakes dianggap lebih tinggi oleh pasien, peranannya lebih
penting dalam upaya penyembuhanPasien nasib sepenuhnya kepada dokter/nakes
 SAAT INI Horisontal kontraktual
Dokter dan pasien sama-sama subjek hukum mempunyai kedudukan yang samaDidasarkan
pada sikap saling percayaMempunyai hak dan kewajiban yang menimbulkan tanggung jawab
baik perdata atau pidana
 TINJAUAN PP NO.32 TAHUN 1996 TENTANG TENAGA KESEHATAN
JENIS TENAGA KESEHATANTenaga Medis  Dokter dan Dokter gigiTenaga
Keperawatan  Perawat dan BidanTenaga Kefarmasian  Apoteker, Analis Farmasi, Asisten
Apoteker4. Tenaga Kes Masyarakat  Epidemiolog, Entomolog Kes, Mikrobiolog Kes,
Penyuluh Kes, Administrator Kes, SanitarianTenaga Gizi  Nutrisionis dan DietisienTenaga
Keterapian Fisik  Fisioterapis, Okupasiterapis, Terapis Wicara
 Tenaga Keteknisian Medis

Radiografer
- Radioterapis- Teknisi gigi- Teknisi Elektro-medis- Analis Kesehatan- Refraksionisoptisien-
Otorik prostetik- Teknisi tranfusi- Perekam medis

 PROFESI

Penerapan Disiplin ilmu Standar Profesi Disiplin Hukum Etika


Norma PrilakuAturan Hukum

 HUBUNGAN HUKUM

Pelayanan (PERJANJIAN Terapeutik)


Pemberi Pelayanan(dokter)Penerima Pelayanan(Pasien)ProsesProdusen Jasa(Subjek
Hukum)Saling BerkomunikasiKonsumen Jasa(Subjek Hukum)Hak dan KewajibanHak dan
KewajibanObjek(Upaya Kesehatan)Harus cermat dan Hati2PerdataPidanaTanggung
jawab:Inform concentRekam MedikSP, SPO, EtikaHukumAdministrasi

 ORGANISASI PELAYANAN KESEHATAN


PUSKESMASRUMAH SAKITPRAKTIK DOKTERPRAKTIK BIDANKLINIKDLL
 PUSKESMAS

Puskesmas adalah unit pelaksana tehnis Dinas Kesehatan Kab/kota yang  bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan disatu atau sebagian wilayah kecamatan
(Kepmenkes No.128 th 2004).Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)  adalah : suatu

10
kesatuan organisasi Kesehatan yang langsung memberikan pelayanan kesehatan secara
menyeluruh dan terintegrasi di masyarakat disuatu wilayah kerja tertentu dalam usaha-usaha
kesehatan pokok

 RUMAH SAKIT

Berdasarkan undang-undang No. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, yang dimaksudkan
dengan rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,
dan gawat darurat. Rumah Sakit merupakan pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang
melayani masyarakat dengan sebaik-baiknya.

 (LANJUTAN)

Rumah sakit dibedakan dari institusi kesehatan lain dari kemampuannya memberikan
diagnosa dan perawatan medis secara menyeluruh kepada pasien. Tugas dan fungsi ini
berhubungan dengan kelas dan tipe rumah sakit yang di Indonesia terdiri dari rumah sakit
umum dan rumah sakit khusus, kelas a, b, c, d. berbentuk badan dan sebagai unit pelaksana
teknis daerah.

 Tenaga Kesehatan

Tenaga kesehatan adalah semua orang yang bekerja secara aktif dan profesional di bidang
kesehatan, baik yang memiliki pendidikan formal kesehatan maupun tidak, yang untuk jenis
tertentu memerlukan kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan.

  HAK DAN KEWAJIBAN

(tinjauan UU No. 36/2009 tentang Kesehatan dan UU No


HAK DAN KEWAJIBAN (tinjauan UU No.36/2009 tentang Kesehatan dan UU No.44/2009
tentang Rumah Sakit)PASIENMemperoleh informasi dan edukasiYankes aman dan
bermutuMemilih yankes/laboratoriumMemperoleh aksesKerahasianInformed
concentMenolak tindakanMenggugat dan menuntutMemperoleh Rekam medik/labPengaduan
atas YankesMenolak bimbingan rohani (RS)Keluhan yankes melalui media cetak dan
elektronik (RS)NakesMenerima Informasi benar dan jujurImbalanPerlindungan hukumTolak
ungkap rahasia pasienterkecuali apabila pasien menuntut dan memberi informasi kpd media
cetak dianggap telah melepaskan haknya (psl 44 RS)5.Menggugat dan menuntut6.
Perlindungan hukumH A K

 NAKES PASIEN KEWAJIBAN Memiliki SIP/SIK


Mengikuti SP,SPO, etikaMenghormati hak pasienMengutamakan keselamatan
pasienPASIENMemberikan informasi yg benar, lengkap dan jujurMematuhi aturan sarana
pelayanan kesMemberikan imbalanKEWAJIBAN

11
2.4. Konsep Pelanggan

kepuasan pelanggan kita bisa melihat definisi yang diberikan oleh seorang ahli seperti Philip
Kotler dan Kevin Lane Keller. Menurutnya, kepuasan pelanggan lebih mengarah pada perasaan
senang atau kecewa dari seseorang yang muncul setelah membandingkan produk maupun jasa
dari apa yang mereka pikirkan dengan apa yang merekan harapkan.

Dari pendapat tersebut, maka kita dapat mengambil kesimpulan jika pelanggan merasa puas
maka kemungkinannya pelanggan ini akan bertahan dengan produk Anda dalam waktu lama.
Begitu pula sebaliknya. Kepuasan pelanggan juga menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan
yang juga berdampak pada tingkat penjualan.

Faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan

Setelah Anda mengetahui pengertian kepuasan pelanggan yang telah disebutkan di atas,
setidaknya ada beberapa hal yang paling berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan tersebut.
Berikut lima di antaranya yang perlu Anda ketahui:

1. Produk yang dihasilkan

Faktor pertama adalah terkait dengan produk yang dihasilkan maupun yang ditawarkan kepada
pelanggan. Pelanggan Anda bisa saja merasa puas apabila produk yang mereka gunakan atau beli
merupakan produk berkualitas. Apabila pelanggan merasa puas, mereka akan menuntut Anda
untuk menyediakan produk tersebut. Inilah yang menjadi tantangan bagi para pemilik usaha.

2. Pelayanan

Kedua adalah jangan lupakan aspek pelayanan. Mengapa demikian? Sebab, pelayanan yang baik
adalah kunci untuk mendapatkan pelanggan yang loyal. Khususnya bila Anda bergerak di bidang
jasa. Pelayanan yang baik tidak hanya mempertahankan pelanggan saja, tetapi juga
mencerminkan citra perusahaan atau jasa Anda di mata pelanggan.

3. Faktor emosional

Ketika pelanggan mendapatkan pelayanan yang baik dari apa yang Anda berikan, pada akhirnya
menciptakan sebuah faktor emosional. Kepuasan secara emosional inilah yang membuat
pelanggan semakin loyal terhadap produk dan jasa Anda. Faktor ketiga ini juga mengenai nilai
sosial yang intinya membuat pelanggan bangga dengan apa yang Anda tawarkan.

4. Iklan yang menarik

Tidak dapat dipungkiri, iklan memang berpengaruh kuat dalam mempengaruhi kepuasan
pelanggan. Untuk faktor keempat ini, Anda perlu membuat iklan semenarik mungkin dan
mendetail serta apa keunggulan yang Anda tawarkan. Setelah iklan dirasa berhasil, Anda bisa
bermain harga untuk meningkatkan kepuasan pelanggan tersebut.

12
5. Memberikan kemudahan

Kemudian, faktor kelima yang tak kalah pentingnya adalah mengenai kemudahan. Apa yang
dimaksud kemudahan di sini adalah mulai dari kemudahan dalam mendapatkan produk hingga
proses transaksi pembayarannya. Tentu saja pelanggan tidak ingin menunggu terlalu lama dan
membuang waktu mereka, maka kuncinya adalah berikan layanan dan kemudahan bagi
pelanggan.

13
2.5 Konsep standar dan mutu pelayanan
a. Konsep Mendahulukan Kepentingan Pelanggan, Salah satu indikator adanya kepuasan
pelanggan adalah tidak adanya keluhan dari pelanggan. Akan tetapi, didalam praktek, keluhan-
keluhan pelanggan ini akan selalu ada. Untuk itu, pemberi pelayanan perlu mengetahui
sumbersumber keluhan pelanggan dan mengetahui caracara mengatasi keluhan pelanggan.
b. Pelayanan dengan Sepenuh Hati, pada hakekatnya pelanggan itu tidak membeli produk,
tetapi mereka membeli pelayanan.
c. Budaya Pelayanan Prima, Menganggap bahwa pelayanan prima sebagai suatu budaya berarti
melakukan kegiatan pelayanan sebagai suatu hal yang membanggakan dengan nilai luhur yang di
junjung tinggi. Budaya pelayanan prima dibentuk oleh sikap karyawan dan manajemen
instansi/organisasi pemberi pelayanan
d. Sikap Pelayanan Prima, Sikap pelayanan prima berarti pengabdian yang tulus terhadap
bidang kerja dan yang paling utama adalah kebanggaan atas pekerjaan.
e. Sentuhan Pribadi Pelayanan Prima, Pelayanan prima sangat memperhatikan individu
sebagai pribadi yang unik dan menarik. Setiap pelanggan memiliki sifat dan dapat membuat para
petugas bahagia atau kecewa. Sentuhan pribadi mengarahkan para petugas pelayanan untuk
berpikir bahwa memperlakukan orang lain sebagaimana kita memperlakukan diri kita sendiri
perlu selalu dipraktekan.
f. Pelayanan prima sesuai dengan Pribadi Prima,
Konsep pribadi prima meliputi unsur-unsur kepribadian, penampilan, perilaku dan komunikasi
yang prima, serta:
1. Kemampuan Kemampuan Anda pada bidang tertentu atau kemampuan Anda pada bidang
yang Anda tekuni sangat menunjang untuk program pelayanan prima ini. Seperti, komunikasi
yang baik dan benar, mengembangkan motivasi, dan bisa menjalin atau membina hubungan
kedalam dan keluar organisasi atau perusahaan.
2. Sikap Sikap adalah hal yang paling diperhatikan oleh pelanggan, dengan sikap yang baik maka
pelanggan akan merasa nyaman ketika sedang Anda layani.
3. Penampilan Secara keseluruhan penampilan adalah hal pertama yang dilihat oleh para
pelanggan, karena penampilan secara fisik atau pun non fisik pelanggan akan senang dan
nyaman dilayani. Dan juga dengan penampilan yang baik bisa merefleksikan kredibilitas Anda
kepada pelanggan.
4. Perhatian Pelanggan adalah raja, maka pelanggan perlu diperhatiakan. Kepedulian Anda
terhadap pelanggan sangat diperlukan karena setiap pelanggan memiliki latar belakang yang
berbeda-beda, sehingga Anda perlu memberi perhatian kepada pelanggan Anda, mulai dari
kebutuhan dan keinginan pelanggan, dan juga memahami saran dan kritik dari pelanggan.
5. Tindakan Pada pelayanan tindakan sangat perlu dilakukan, dengan tujuan memberikan
pelayanan yang baik kepada pelanggan. Tindakan adalah kegiatan yang nyata, yang bisa Anda
lakukan kepada pelanggan Anda agar mereka bisa mersakan kepedulian Anda terhadap apa yang
sedang menjadi masalah atau kebutuhan mereka.
6. Tanggung jawab Ketidak puasan pelanggan sangat sering dihadapi oleh setiap Anda yang
sedang melakukan usaha penjualan, maka untuk bisa meminimalisir ketidakpuasan pelanggan ini
14
Anda harus bersikap berpihak kepada pelanggan. Karena dengan sikap berpihak kepada
pelanggan adalah bentuk dari kepedulian Anda atas keluhan dan juga kritik dari pelanggan.

2.6 Persepsi mutu pelayanan

 Pengertian Mutu Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau bersama-
sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok maupun
masyarakat. Syarat pelayanna kesehatan yang baik setidak- tidaknya dapat dibedakan atas 13
macam, yakni tersedia availabel, menyeluruh comprehensive, terpadu integrated,
berkesinambungan continue, adil merata equity, mandiri sustainabel, wajar appropriate, dapat
diterima acceptable, dapat dicapai accessible, dapat dijangkau affordable, efektif effective,
efisien efficient, serta bermutu quality. Mutu adalah kepatuhan terhadap standar yang telah
diteteapkan Crosby, 1984. Sementara, mutu pelayanan kesehatan adalah yang merujuk pada
tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan dalam menimbulkan rasa puas pada diri setiap 21
pasien. Sama halnya dengan kebutuhan dan tuntutan, makin sempurna kepuasan tersebut, makin
baik pula mutu pelayanan kesehtan. Secara umum disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
mutu pelayanan kesehtan adalah timbulnya kepuasan pada setiap pasien sesuai dengan tingkat
kepuasan rata- rata penduduk, serta tata cara penyelenggaraan sesuai dengan kode etik dan
standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan Sondakh, 2014 : 1.

 Persepsi Mutu

Beberapa batasan yang dipandang cukup penting mengenai pengertian mutu antara lain sebagai
berikut : 1. Mutu adalah tingkat kesempurnaan dan penampilan sesuatu yang sedang diamati. 2.
Mutu adalah sifat yang dimiliki oleh sesuatu program. 3. Mutu adalah totalitas, wujud, serta ciri
sesuatu barang atau jasa, yang di dalamnya terkandung sekaligus pengertian rasa aman atau
pemenuhan kebutuhan para pengguna. 4. Mutu adalah kepatuhan terhadap standar yang telah
ditetapkan Sondakh, 2014 : 2. Dari keempat batasan itu, mutu pelayanan hanya dapat diketahui
apabila sebelumnya telah dilakukan penilaian. Dalam praktik sehari- hari melakukan penilaian
ini tidaklah mudah. Penyebab utamanya adalah karna mutu pelayanan kesehatan tersebut bersifat
multidimensional. Bergantung pada latar belakang dan kepentingan individual.

2.7 Pengukuran kualitas jasa

Para peneliti pemasaran mengidentifikasikan lima dimensi prinsip yang


digunakan pelanggan untuk menilai kualitas pelayanan (Fitzsimmons, 2011), yaitu:

15
1. Keandalan (realiibility)
Merupakan kemampuan untuk menampilkan pelayanan yang telah dijanjikan secara
akurat dan handal. Pelayanan yang handal dapat diartikan sesuai
dengan harapan pelanggan, dan dilakukan tepat waktu, dengan tata cara yang sama, tanpe
kesalahan setiap kali pelayanan tersebut disampaikan kepada pelanggan.

2. Ketanggapan (responsiveness)
Ketanggapan dan kesediaan untuk membantu pelanggan dan untuk
memberikan pelayanan dengan segera dan cepat.

3. Keyakinan (Assurance)
Pengetahuan dan kesopanan karyawan (server) serta kemampuan mereka
menyampaikan kepercayaan dan keyakinan. Dimensi keyakinan
meliputi: kompetensi menyampaikan pelayanan yang baik, sopan dan
menghormati pelanggan, dan sikap umum yang dimiliki karyawan (server) yang menarik
di hati pelanggan.

4. Empati (Empathy)
Kepedulian dan perhatian individual kepada pelanggan. Empati meliputi: ramah tamah,
senyuman tulus, kepekaan, dan usaha untuk memahami kebutuhan pelanggan.

5. Berwujud (Tangibles)
Tampilan dari fasilitas fisik, peralatan, karyawan, dan materi komunikasi. Kondisi yang
terlihat meliputi kebersihan, penampilan, dll.

Gummenson dalam Tjiptono (2012) mengidentifikasi empat sumber kualitas yang menentukan


penilaian kualitas pelayanan, yaitu:

1. Design Quality
Menjelaskan bahwa kualitas jasa ditentukan sejak pertama kali jasa dirancang untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan

2. Production Quality
Menjelaskan bahwa kualitas jasa ditentukan oleh kerjasama antara departemen
produksi/operasi, dan departemen pemasaran.

3. Delivery Quality
Menjelaskan bahwa kualitas pelayanan dapat ditentukan oleh janji perusahaan
kepada pelanggan.

4. Relationship Quality
Menyatakan bahwa kualitas pelayanan ditentukan pula oleh relasi profesional dan sosial
antara perusahaan dan stakeholder (pelanggan, pemasok, perantara, pemerintah, dan
karyawan).

16
2.8 Masalah pelayanan kebidanan ditingkat pelayanan kesehatan primer

A.     Kematian Ibu dan Bayi


    Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator
derajat kesehatan. Namun, masalah kematian ibu dan bayi di Indonesia masih merupakan
masalah besar. Dengan demikian, pelayanan kesehatan ibu dan anak menjadi prioritas utama
dalam pembangunan kesehatan di Indonesia.
a.       Kematian Ibu
Kematian ibu adalah kematian yang terjadi pada ibu selama masa kehamilan atau dalam
42 hari setelah berakhirnya kehamilan, tanpa melihat usia dan lokasi kehamilan, oleh setiap
penyebab yang berhubungan dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya tetapi
bukan oleh kecelakaan atau incid. (Depkes RI, 2009).
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan tolak ukur keberhasilan kesehatan ibu, yang
manjadi indikator terpenting untuk menilai kualitas pelayanan obstetri dan ginekologi di suatu
wilayah. Menurut SDKI tahun 2007, AKI di Indonesia tahun 2007 sebesar 248/100.000
kelahiran hidup. Jika dibandingkan dengan AKI menurut SDKI tahun 2003 sebesar 307/100.000
kelahiran hidup, AKI tersebut sudah jauh menurun, namun masih jauh dari target MDGs 2015
yaitu sebesar 102/100.000 kelahiran hidup. Sehingga masih memerlukan kerja keras dari semua
komponen untuk mencapai target tersebut. Bidan sebagai tenaga kesehatan dalam tatanan
pelayanan kebidanan komunitas di lini terdepan, mempunyai peranan penting dalam penurunan
AKI yang dinilai masih tinggi.
b.      Kematian Bayi
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi saat setelah bayi lahir sampai bayi belum
berusia tepat 1 tahun (Depkes RI, 2009). Menurut SDKI tahun 2003, AKB sebesar 35/1000
kelahiran hidup. Sedangkan berdasarkan perhitungan BPS tahun 2007 sebesar 27/1000 kelahiran
hidup. Adapun target AKB pada MDG’s 2015 sebesar 17/1000 kelahiran hidup. Penyebab
kematian bayi meliputi : Gangguan perinatal (34,7%), Sistim pernapasan (27,6 %), Diare (9,4%),
Sistim pencernaan (4,3%) dan Tetanus (3,4%).
c.       Upaya menurunkan AKI dan AKB:
1.      Melaksanakan kelas ibu hamil berkualitas
2.      Pelaksanaan P4K yang berkualitas
3.      Membangun kemitraan bidan dan dukun
4.      Implentasi pertolongan persalinan empat tangan di fasilitas kesehatan
5.      Implentasi penempatan bidan di desa dan berdomisili di desa
6.      Peningkatan fungsi PONED
7.      Optimalisasi desa siaga
d.      Peran bidan
1.      Melakukan pencatatan kelahiran dan kematian ibu dan bayi serta mengidentifikasi penyebab
kematian ibu dan bayi dengan melibatkan peran serta masyarakat.
2.      Bekerja sama dengan tokoh masyarakat untuk mengadakan desa siaga yang meliputi
pengaturan transportasi setempat yang siap melakukan rujukan kedaruratan, mengadakan
pengaturan biaya bagi masyarakat yang tidak mampu atau dapat mengadakan tabungan ibu
bersalin pada ibu hamil sebagai persiapan untuk biaya persalinannya nanti, melakukan
pengorganisasian donor darah berjalan serta mencari calon pendonor bagi ibu bersalin nanti
sebagai antisipasi jika dalam persalinan ibu terjadi perdarahan sehingga tidak sampai terjadi
kematian ibu.

17
3.      Melakukan pelaksanaan pertemuan rutin GSI (gerakan sayang ibu) dalam promosi “suami,
bidan dan desa SIAGA”

B.     Kehamilan Remaja
a.       Pengertian
Di Indonesia rata-rata kehamilan remaja terjadi pada usia 14-19 tahun. Hal ini didapatkan
dari hasil survey knowledge, attitude, practice. Kehamilan remaja adalah kehamilan yang terjadi
pada wanita usia 14-19 tahun baik melalui proses pranikah atau nikah. Hamil diluar nikah yang
terjadi pada remaja yang di Indonesia yang pemerintahannya tidak peduli dengan masyarakat
belum bergerak secara signifikan dalam masalah ini, akan menimbulkan hal-hal yang lebih besar
dikemudian hari. Hal masa depanpun menjadi masalah misalnya malu terhadap
teman,lingkungan dan juga merasa remaja sudah musnah. Selain itu ketidak stabilan emosi dan
ekonomi juga sangat mempengaruhi apalagi jika hal ini terjadi pada keluarga yang kurang
mampu. Maka akan terjadi penolakan terhadap anak yang nanti akan dilahirkan.
b.      Hal yang mengakibatkan terjadinya kehamilan remaja antara lain
1.      Kurangnya peran orang tua dalam keluarga
Perhatian dan peran orang tua amat berpengaruh besar terhadap perkembangan mental dan
kejiwaan si anak. Anak yang tidak merasakan ketentraman didalam keluarganya akan cenderung
mencari ketentraman di luar dengan berbagai cara, ada kalanya mereka melakukan hal-hal yang
banyak diantaranya yang cenderung melakukan hal-hal negatif sebagai bentuk kekesalan mereka
terhadap kedua ibu bapaknya.
2.      Perkembangan IPTEK yang tidak didasari dengan perkembangan mental yang kuat
Semakin majunya IPTEK membuat para remaja semakin mudah untuk mendapatkan informasi-
informasi mengenai seks dan apabila hal ini tidak didasari dengan perkembangan mental yang
kuat maka dapat membuat para remaja terjerumus ke arah pergaulan yang salah dan sehingga
terciptalah perbuatan-perbuatan yang tidak sesuai dengan norma dan agama yang berlaku
3.      Kurangnya Pendidikan Seks dari Orang Tua dan Keluarga terhadap Remaja
Berdasarkan penelitian yang didapat sejak September 2007 yang dilakukan di 4 kota di
Indonesia. Dengan mengambil 450 responden dan dengan kisaran usia antara 15 – 24 tahun,
kategori masyarakat umum dan dengan kelas sosial menengah ke atas dan ke bawah. Didapakan
informasi bahwa sekitar 65% informasi tentang seks didapat dari kawan 35% dari film porno.
Dan hanya 5% yang mendapatkan informasi tentang seks dari orang tua.
c.       Masalah yang timbul akibat kehamilan remaja
1.      Masalah Kesehatan reproduksi
Kesehatan reproduksi merupakan masalah penting untuk mendapatkan perhatian terutama
dikalangan remaja. Remaja yang kelak akan menikah dan menjadi orang tua sebaiknya
mempunyai kesehatan reproduksi yang prima sehinnga dapat menurunkan generasi sehat.
Dikalangan remaja telah terjadi semacam revolusi hubungan seksual yang menjurus kearah
diberalisasi yang dapat berakibat timbulnya berbagai penyakit hubungan seks yang merugikan
alat reproduksi. Bila pada saatnya diperlukan untuk hamil normal, besar kemungkinan kesehatan
reproduksi sudah tidak optimal dan dapat menimbulkan berbagai akibat samping kehamilan.
Dengan demikian dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan kesehatannya sehingga dapat
mempersiapkan diri untuk hamil dalam keadaan optimal.
2.      Masalah Psikologi Pada Kehamilan Remaja
Remaja yang hamil diluar nikah menghadapi berbagai masalah psikologis yaitu rasa takut,
kecewa, menyesal, dan rendah diri terhadap kehamilannya sehingga terjadi usaha untuk

18
menghilangkan dengan jalan gugur kandung. Gugur kandung mempunyai kerugian yang paling
kecil bila dibandingkan dengan melanjutkan kehamilan. Sukur bila kehamilannya terjadi
menjelang kehamilan sehinnga segera dilanjutkan dengan pernikahan. Keadaan akan makin
rumit bila pemuda atau laki-laki yang menghamili malah tidak bertanggung jawab sehingga
derita hanya ditanggung sendiri dengan keluarga. Keluargapun menghadapi masalah yang sulit
ditengah masyarakat seolah-olah tidak mampu memberikan pendidikan moral pada anak
gadisnya.
3.      Masalah sosial dan ekonomi keluarga
Perkawinan yang dianggap dapat menyelesaikan masalah kehamilan remaja tidak lepas dari
kemelut seperti:
1)      Penghasilan yang terbatas sehingga kelangsungan hamilnya dapat menimbulkan berbagai
masalah kebidanan
2)      Putus sekolah sehingga pendidikan jadi terlantar
3)      Putus kerja, karena berbagai alasan, sehingga menambah sulitnya masalah sosial ekonomi
4)      Ketergantungan sosial ekonomi pada keluarga menimbulkan stres (tekanan batin)
5)      Nilai gizi yang relativ rendah dapat menimbulkan berbagai masalah kebidanan
Bila remaja memilih untuk mengasuh anaknnya sendiri, masyarakat nelum siap menerima
kelahiran tanpa pernikahan berbeda halnya dengan negara maju seperti Amerika, masyarakat
sudah dapat menerima kehamilan sebagai hasil hidup bersama

4.      Dampak Kebidanan Kehamilan Remaja


1)      Keguguran
Keguguran pada usia muda dapat terjadi secara tidak disengaja. misalnya : karena terkejut,
cemas, stres. Tetapi ada juga keguguran yang sengaja dilakukan oleh tenaga non profesional
sehingga dapat menimbulkan akibat efek samping yang serius seperti tingginya angka kematian
dan infeksi alat reproduksi yang pada akhirnya dapat menimbulkan kemandulan.
2)      Persalinan prematur, berat badan lahir rendah (BBLR) dan kelainan bawaan
Prematuritas terjadi karena kurang matangnya alat reproduksiterutama rahim yang belum siap
dalam suatu proses kehamilan, berat badan lahir rendah (BBLR) juga dipengaruhi gizi saat hamil
kurang dan juga umur ibu yang belum menginjak 20 tahun. cacat bawaan dipengaruhi kurangnya
pengetahuan ibu tentang kehamilan, pengetahuan akan asupan gizi rendah, pemeriksaan
kehamilan (ANC) kurang, keadaan psikologi ibu kurang stabil. selain itu cacat bawaan juga di
sebabkan karena keturunan (genetik) proses pengguguran sendiri yang gagal, seperti dengan
minum obat-obatan (gynecosit sytotec) atau dengan loncat-loncat dan memijat perutnya sendiri.
3)      Mudah terjadi infeksi
Keadaan gizi buruk, tingkat sosial ekonomi rendah, dan stress memudahkan terjadi infeksi saat
hamil terlebih pada kala nifas.
4)      Anemia kehamilan / kekurangan zat besi
Penyebab anemia pada saat hamil di usia muda disebabkan kurang pengetahuan akan pentingnya
gizi pada saat hamil di usia muda.karena pada saat hamil mayoritas seorang ibu mengalami
anemia. tambahan zat besi dalam tubuh fungsinya untuk meningkatkan jumlah sel darah merah,
membentuk sel darah merah janin dan plasenta.lama kelamaan seorang yang kehilangan sel
darah merah akan menjadi anemis.
5)      Keracunan Kehamilan

19
Kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum siap hamil dan anemia makin meningkatkan
terjadinya keracunan hamil dalam bentuk pre-eklampsia atau eklampsia. Pre-eklampsia dan
eklampsia memerlukan perhatian serius karena dapat menyebabkan kematian.
6)      Kematian ibu yang tinggi
Kematian ibu pada saat melahirkan banyak disebabkan karena perdarahan dan infeksi. Selain itu
angka kematian ibu karena gugur kandung juga cukup tinggi.yang kebanyakan dilakukan oleh
tenaga non profesional (dukun).

d.      Pencegahan Kehamilan Remaja


1.      Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah
2.      Kegiatan positif
3.      Hindari perbuatan yang memberi dorongan negatif misalnya perilaku sex.
4.      Jangan terjebak pada rayuan gombal
5.      Hindari pergi dengan orang yang tidak terkenal
6.      Mendekatkan diri pada Tuhan
7.      Penyuluhan meliputi Kesehatan Reproduksi Remaja, Keluarga Berencana (alat kontrasepsi,
kegagalan dan solusinya), kegiatan rohani dengan tokoh agama.
8.      Bagi pasangan menikah sebaiknya menggunakan alat kontrasepsi yang tingkat kegagalannya
rendah, misalnya steril, AKBK, AKDR, dan suntik.

e.       Peran Bidan
1.      Bersikap bersahabat jangan mencibir
2.      Konseling kepada remaja dan keluarga meliputi kehamilan dan persalinan.
3.      Membantu mencari penyelesaian masalah yaitu dengan menyelesaikan secara    kekeluargaan,
segera menikah.
4.      Periksa kehamilan sesuai standart
5.      Gangguan jiwa atau resiko tinggi segera rujuk ke Sp.OG
6.      Bila ingin abortus maka berikan konseling resiko abortus.

C.     Angka Kejadian BBLR


    Salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat adalah angka kematian
bayi (AKB). AKB merupakan indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat
kesehatan masyarakat, baik pada tataran provinsi maupun nasional. Beberapa penyebab kematian
bayi baru lahir (neonatus) yang terbanyak di Indonesia diantaranya BBLR 29%, asfiksia 27%,
tetanus neonatorum 10%, masalah pemberian makanan 10%, gangguan hematologik 6%, infeksi
5%, dan lain-lain 13%.
     Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut WHO (2007) diperkirakan 15% dari
seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara
berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR
didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada
bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram. Data dari WHO (2009) menyebutkan bahwa angka
kejadian BBLR di Indonesia adalah 10,5%.

a.       Definisi
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500
gram. Penyebab terjadinya BBLR antara lain karena ibu hamil anemia, kurang suplay gizi waktu

20
dalam kandungan, ataupun lahir kurang bulan. Bayi yang lahir dengan berat badan rendah perlu
penanganan yang serius, karena pada kondisi tersebut bayi mudah sekali mengalami hipotermi
yang biasanya akan menjadi penyebab kematian. (Depkes RI, 2006). 
BBLR adalah neonatus dengan berat badan lahir pada saat lahir (yang diukur dalam 1 jam
setelah lahir) kurang dari 2500 gram, tanpa memandang usia kehamilan. (Depkes RI, 1999)
Menurut Saifudin, dkk (2000), BBLR diklasifikasikan menjadi :
1.      Bayi berat lahir rendah (BBLR) yaitu berat lahir 1500 – 2500 gram
2.      Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) yaitu berat lahir < 1500 gram
3.      Bayi baru lahir ekstrem rendah (BBLER) yaitu berat lahir < 1000 gram
Bayi dengan berat badan lahir rendah, akan mengalami beberapa masalah diantaranya:
Asfiksia, Gangguan nafas, Hipotermi, Hipoglikemi, Masalah pemberian ASI, Infeksi, Ikterus dan
Masalah perdarahan.
b.      Ciri-ciri BBLR
1.      Berat < 2.500 gram
2.      Panjang badan < 45 cm
3.      Lingkar dada < 30 cm
4.      Lingkar kepala < 33 cm
5.      Usia kehamilan < 37 minggu
6.      Kepala relatif besar, kepala tidak mampu tegak
7.      Kulit tipis, transparan, lemak kulit kurang, otot hipotonik- lemah.
8.      Pernafasan tidak teratur, dll.

c.       Penyebab BBLR
Menurut Depkes (1993) terdapat tiga faktor yang mempengaruhi terjadinya BBLR, yaitu:
1.      Faktor Ibu
a.       Gizi ibu hamil yang kurang
Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat memengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat
menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada
bayi, asfiksia. Intra partum (mati dalam kandungan) lahir dengan berat badan rendah (BBLR).
Indikator lain untuk mengetahui status gizi ibu hamil adalah dengan mengukur LILA. LILA
adalah Lingkar Lengan Atas. LLA kurang dari 23,5 cm merupakan indikator kuat untuk status
gizi yang kurang/ buruk. Ibu berisiko untuk melahirkan anak dengan Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR).
b.      Umur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
Kelahiran bayi BBLR lebih tinggi pada ibu-ibu muda berusia kurang dari 20 tahun. Remaja
seringkali melahirkan bayi dengan berat lebih rendah. Hal ini terjadi karena mereka belum matur
dan mereka belum memiliki sistem transfer plasenta seefisien wanita dewasa. Pada ibu yang tua
meskipun mereka telah berpengalaman, tetapi kondisi badannya serta kesehatannya sudah mulai
menurun sehingga dapat memengaruhi janin intra uterin dan dapat menyebabkan kelahiran
BBLR. Faktor usia ibu bukanlah faktor utama kelahiran BBLR, tetapi kelahiran BBLR tampak
meningkat pada wanita yang berusia di luar usia 20 sampai 35 tahun.
c.       Jarak hamil dan persalinan terlalu dekat
Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dapat menimbulkan pertumbuhan janin kurang baik,
persalinan lama dan perdarahan pada saat persalinan karena keadaan rahim belum pulih dengan
baik. Ibu yang melahirkan anak dengan jarak yang sangat berdekatan (di bawah dua tahun) akan

21
mengalami peningkatan risiko terhadap terjadinya perdarahan pada trimester III, termasuk
karena alasan plasenta previa, anemia dan ketuban pecah dini serta dapat melahirkan bayi dengan
berat lahir rendah.
d.      Paritas ibu
Anak lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan janin sehingga melahirkan bayi
dengan berat lahir rendah dan perdarahan saat persalinan karena keadaan rahim biasanya sudah
lemah.
2.      Faktor Kehamilan
a.       Hamil dengan polihidramnion
Polihidramnion adalah keadaan di mana banyaknya air ketuban melebihi 2000 cc.
Polihidramnion harus dianggap sebagai kehamilan dengan risiko tinggi karena dapat
membahayakan ibu dan anak.
b.      Hamil ganda
Berat badan satu janin pada kehamilan kembar rata-rata 1000 gram lebih ringan daripada janin
kehamilan tunggal. Berat badan bayi yang baru lahir umumnya pada kehamilan kembar kurang
dari 2500 gram. Suatu faktor penting dalam hal ini ialah kecenderungan terjadinya partus
prematurus.
c.       Perdarahan antepartum
Perdarahan antepartum merupakan perdarahan pada kehamilan diatas 22 minggu hingga
mejelang persalinan yaitu sebelum bayi dilahirkan. Komplikasi utama dari perdarahan
antepartum adalah perdarahan yang menyebabkan anemia dan syok yang menyebabkan keadaan
ibu semakin jelek. Keadaan ini yang menyebabkan gangguan ke plasenta yang mengakibatkan
anemia pada janin bahkan terjadi syok intrauterin yang mengakibatkan kematian janin
intrauterine. Bila janin dapat diselamatkan, dapat terjadi berat badan lahir rendah, sindrom gagal
napas dan komplikasi asfiksia.
d.      Preeklamsi dan eklampsi
Pre-eklampsia dan Eklampsia dapat mengakibatkan keterlambatan pertumbuhan janin dalam
kandungan atau IUGR dan kelahiran mati. Hal ini disebabkan karena Pre-eklampsia/Eklampsia
pada ibu akan menyebabkan perkapuran di daerah plasenta, sedangkan bayi memperoleh
makanan dan oksigen dari plasenta, dengan adanya perkapuran di daerah plasenta, suplai
makanan dan oksigen yang masuk ke janin berkurang.
e.       Ketuban pecah dini
Ketuban Pecah Dini (KPD) disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membran yang
diakibatkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks. Pada persalinan
normal selaput ketuban biasanya pecah atau dipecahkan setelah pembukaan lengkap, apabila
ketuban pecah dini, merupakan masalah yang penting dalam obstetri yang berkaitan dengan
penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi ibu.
3.      Faktor Janin
a.       Cacat bawaan / kelainan congenital
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak
kehidupan hasil konsepsi sel telur. Bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongenital, umumnya
akan dilahirkan sebagai Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) atau bayi kecil untuk masa
kehamilannya. Bayi Berat Lahir Rendah dengan kelainan kongenital yang mempunyai berat kira-
kira 20% meninggal dalam minggu pertama kehidupannya.

22
b.      Infeksi dalam Rahim
Infeksi hepatitis terhadap kehamilan bersumber dari gangguan fungsi hati dalam mengatur dan
mempertahankan metabolisme tubuh, sehingga aliran nutrisi ke janin dapat terganggu atau
berkurang. pengaruh infeksi hepatitis menyebabkan abortus atau persalinan prematuritas dan
kematian janin dalam rahim. Wanita hamil dengan infeksi rubella akan berakibat buruk terhadap
janin. Infeksi ini dapat menyebabkan bayi berat lahir rendah, cacat bawaan dan kematian janin.

d.      Penanganan
1.      Pengaturan suhu lingkungan
Terapi inkubator, dengan pengaturan suhu
BB < 2 kg                         : 350C
BB 2 kg – 2,5 kg              : 34 oC,
suhu inkubator diturunkan 1 oC setiap minggu, sampai bayi dapat ditempatkan pada suhu
lingkungan (24 – 27 oC).
2.      Makanan bayi
Umumnya refleks menghisap belum sempurna. Kapasitas lambung masih kecil dan daya enzim
pencernaan (lipase) masih kurang,  sedangkan kebutuhan protein 3-5 gr/kg BB dan kalori 110
Kal/kg BB sehingga pertumbuhannya dapat meningkat. ASI merupakan makanan yang paling
utama, sehingga ASI yang paling dahulu diberikan. ASI dapat diperas dan di minumkan
perlahan-lahan atau dengan memasang sonde menuju lambung. Permulaan cairan diberikan
sekitar 50-60 cc/kg BB/hari dan terus dinaikkan sampai mencapai sekitar 200 cc/kg BB/hari.
Pemberian makanan dilakukan menggunakan pipet sedikit namun sering, perhatikan
kemungkinan terjadinya pneumonia aspirasi). (Wiknjosastro H, 2007)

e.       Pencegahan
1.      Meningkatkan pemeriksaan kehamilan, upayakan ANC yang berkualitas, segera lakukan
rujukan apabila ditemukan kelainan
2.      Meningkatkan gizi masyarakat
3.      Tingkatkan penerimaan gerakan KB
4.      Penyuluhan kesehatan
5.      Melakukan konsultasi terhadap penyakit yang dapat menyebabkan kehamilan dan persalinan
preterm.

f.       Peran bidan
1.      Melakukan KIE pada waktu pemeriksaan kehamilan tentang asupan nutirsi selama hamil dan
meninjau ulang status pekerjaan dan membantu membuat keputusan mengenai persalinan.
Mengkaji kesiapan ibu untuk kelahiran dan persalinan serta kesiapan keluarga untuk bayi baru
lahir.
2.      Meningkatkan peran serta keluarga dan masyarakat agar mau menerima pelayanan KIA
sebagai upaya untuk mencegah kejadian BBLR dan penangananya.
3.      Bekerja sama dengan tokoh masyarakat untuk mengadakan desa siaga yang meliputi
pengaturan transportasi setempat yang siap melakukan rujukan kedaruratan, mengadakan
pengaturan biaya bagi masyarakat yang tidak mampu.

23
D.     PUS (Pasangan Usia Subur)
1.      PUS dengan Fertilitas tinggi
Tingkat fertilitas/ tingkat kesuburan yang mana sumbernya adalah PUS (pasangan usia subur)
merupakan salah satu masalah kebidanan yang perlu mendapatkan perhatian karena dengan
tingginya tingkat fertilitas tanpa diiringi oleh tingkat pengetahuan akan sistem reproduksi akan
meningkatkan AKI dan AKB. Peran bidan adalah dengan memberikan KB yang sesuai.
2.      PUS dalam masa prakonsepsi
Masa prakonsepsi adalah masa persiapan sebelum memasuki masa pembuahan dan kehamilan.
Pada masa ini pasutri (PUS) dapat merencanakan kehamilan dengan berbagai persiapan yang
lebih matang. Peran bidan disini adalah membantu persiapan pra konsepsi dengan:
a)      Pemberian informasi pola hidup sehat seperti pola makan, olahraga, istirahat cukup, tidak
mengkonsumsi minuman beralkohol dan tidak merokok.
b)      Konseling variasi hubungan seksual dan cara menghitung masa subur.
c)      Pemeriksaan fisik dan tes-tes kesehatan.
3.      PUS dengan masalah Infertilitas (Kemandulan)
Tingkat kesuburan seseorang memegang peranan yang sangat penting bagi pasangan suami istri.
Tingkat kesuburan dibedakan menjadi fertilitas/kesuburan dan infertilitas/ketidaksuburan.
Tingkat kesuburan dapat menjadi masalah yang serius. Untuk itu bidan harus mampu mengenal
masalah kesuburan dan ketidaksuburan pada pasangan suami istri.
a.       Definisi Infertil
     Infertilitas  adalah kegagalan dari pasangan suami-istri untuk mengalami kehamilan setelah
melakukan hubungan seksual, tanpa kontrasepsi, selama satu tahun (Sarwono,497).
Ketidaksuburan (infertil) adalah suatu kondisi dimana pasangan suami istri belum mampu
memiliki anak walaupun  telah melakukan hubungan seksual sebanyak 2 – 3 kali seminggu
dalam kurun waktu 1 tahun dengan tanpa menggunakan alat kontrasepsi jenis apapun
(Djuwantono,2008). Secara medis infertil dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
1)      Infertile primer
Berarti pasangan suami istri belum mampu dan belum pernah memiliki anak setelah satu tahun
berhubungan seksual sebanyak 2 – 3 kali perminggu tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam
bentuk apapun.
2)      Infertile sekunder
Berarti pasangan suami istri telah atau pernah memiliki anak sebelumnya tetapi saat ini belum
mampu memiliki anak lagi setelah satu tahun berhubungan seksual sebanyak 2 – 3 kali
perminggu tanpa menggunakan alat atau metode kontrasepsi jenis apapun. (Djuwantono,2008,
hal: 2).

     Berdasarkan hal yang telah disebutkan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa pasangan
suami istri dianggap infertile apabila memenuhi syarat-syarat berikut:
1)      Pasangan tersebut berkeinginan untuk memiliki anak.
2)      Selama satu tahun atau lebih berhubungan seksual, istri sebelum mendapatkan kehamilan.
3)      Frekuensi hubungan seksual minimal 2 – 3 kali dalam setiap minggunya.
4)      Istri  maupun suami tidak pernak menggunakan alat ataupun metode kontrasepsi, baik kondom,
obat-obatan dan alat lain yang berfungsi untuk mencegah kehamilan. (Djuwantono,2008, hal: 3).
b.      Pencegahan

24
1)      Berbagai macam infeksi diketahui menyebabkan infertilitas terutama infeksi prostate, buah
zakar, maupun saluran sperma. Karena itu, setiap infeksi didaerah tersebut harus ditangani serius
(Steven RB,1985).
2)      Beberapa zat dapat meracuni sperma. Banyak penelitihan menunjukan pengaruh buruk rokok
terhadap jumlah dan kualitas sperma (Steven RB,1985).
3)      Alcohol dalam jumlah banyak dihubungkan dengan rendahnya kadar hormone testosterone
yang tentunya akan menganggu pertumbuhan sperma (Steven RB,1985).
4)      Berperilaku sehat (Dewhurst,1997).

c.       Peran bidan
1)      Meningkatkan peran serta kedua pasangan untuk dapat saling bekerjasama dalam menangani
masalah infertilitas.
2)      Melakukan rujukan sehingga pasangan infertil mendapat penanganan yang tepat
3)      Konseling tentang variasi dalam hubungan seksual, cara menghitung masa subur, makanan
yang dapat meningkatkan kesuburan suami atau isteri.

E.     Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Non Medis


a.    Definisi
Pertolongan persalinan oleh tenaga non medis yaitu proses persalinan yang dibantu oleh tenaga
non kesehatan yang biasa dikenal dengan istilah dukun bayi. Dalam tatanan masyarakat yang
masih memegang tradisi adat, dukun masih memegang peranan yang sangat penting. Adanya
asumsi pada masyarakat kita bahwa melahirkan di dukun mudah dan murah, merupakan salah
satu penyebab terjadinya pertolongan persalinan oleh tenaga non kesehatan.
b.    Penyebab
Penyebab persalinan di tenaga non medis:
1.      Disparitas antar wilayah  (Jauh dari nakes)
2.      Pendidikan (Pendidikan yang rendah)
3.      Ekonomi (Ibu dengan tingkat penghasilan rendah hampir lima kali lebih besar melakukan
persalinan dirumah dibandingkan dengan ibu dengan tingkat pengeluaran tinggi)
c.    Penanganan
Penanganannya dengan diadakan program penempatan bidan di desa yang bertujuan untuk
menurunkan tingkat kematian ibu hamil, bayi dan balita. Kecuali hal-hal yang berhubungan
dengan adat dan kebiasaan masyarakat setempat, dengan menjalin hubungan kemitraan antara
keduanya.
d.   Peran bidan
Bekerja sama dengan tokoh masyarakat untuk mengadakan desa siaga yang meliputi pengaturan
transportasi setempat yang siap melakukan rujukan kedaruratan, mengadakan pengaturan biaya
bagi masyarakat yang tidak mampu.

F.      IMS
a.       Definisi
IMS adalah penyakit yang dapat ditularkan melalui hubungan kelamin atau kontak intim
( Jan Tambayong,2000:195). IMS adalah penyakit yang disebabkan karena adanya invasi
organisme virus, bakteri, parasit dan kutu kelamin yang sebagian besar menular melalui
hubungan seksual, baik yang berlainan jenis ataupun sesama jenis. (Aprilianingrum,
2002). Umumnya mata rantai penularan IMS adalah PSK. Rasio penularan akan meningkat bila

25
pemakaian kondom dan hubungan seksual dengan PSK tidak dilakukan. PMS banyak ditemui
Gonorrhoe (GO), sifilis, trikomoniasis, herpes simpleks, HIV/AIDS. Penularan penyakit tidak
selalu harus melalui hubungan kelamin. Penyakit dapat terjadi pada orang-orang yang belum
pernah melakukan hubungan kelamin. Sebagian penderita adalah akibat korban keadaan diluar
kemampuan mereka, dalam arti mereka sudah berusaha sepenuhnya untuk tidak mendapat
penyakit, tetapi kenyataan masih juga terjangkit (Adhi Jduanda, 2007).

b.      Gejala
Sebenarnya mengenali gejala infeksi menular seksual cukup mudah, yaitu dengan
mengecek apakah ada cairan seperti nanah keluar dari vagina, penis ataudubur, lalu cairan ini
biasanya berupa lendir dalam jumlah banyak, bau dan kental. Terasa pedih atau panas ketika
buang air kecil atau saat melakukan hubungan seksual, nyeri di perut bagian bawah (pada
wanita) dan di buah zakar (pada pria), serta bokong dan kaki. Gejala umum IMS yaitu:
1.      Perubahan pada kulit disekitar kemaluan
2.      Gatal pada alat kelamin.
3.      Terasa nyeri saat buang air kecil.
4.      Muncul cairan tertentu, dan terlihat tidak normal
5.      Ada perubahan yang tidak wajar seperti melepuh, lecet, luka, muncul bintil, ruam atau
pembengkakan di kelamin atau sekitar kelamin.
6.      Ada benjolan yang mencurigakan
7.      Berdarah dan nyeri saat berhubungan.

c.       Pengobatan IMS
1.       Yang terbaik adalah mencegah tertular : tidak berhubungan seks, berhubungan hanya dengan
satu pasangan yang setia. Jika berganti-ganti pasangan, selalu gunakan kondom. juga jangan
bertukar alat suntik.
2.       Kunjungi klinik dokter secara rutin setiap bulan untuk pemeriksaan.
3.       Bila ada keluhan segera periksa ke dokter.
4.       Jangan mengobati diri sendiri. Penggunaan antibiotika tanpa pengawasan dokter akan sangat
merugikan. Setiap jenis IMS punya obatnya sendiri-sendiri.
5.       Bila ragu-ragu, ajaklah teman anda untuk bersama-sama ke dokter.

d.      Peran Bidan
Peran bidan dalam pemberantasan IMS ditegaskan dalam kompetensi kedua Permenkes
No. 900 /MENKES/SK/VII/2002 yaitu:
1.      Penyuluhan kesehatan mengenai PMS, HIV/AIDS.
2.      Dalam kewenangan yang telah ditetapkan ini, bidan dapat melakukan :
a)      Bidan sebagai role model memberi contoh sikap yang baik pada masyarakat.
b)      Memberikan konseling pada masyarakat terutama remaja dan pasangan suami istri tentang
kesehatan reproduksi.
c)      Memberikan konseling pada masyarakat tentang penyebab dan akibat IMS dan bekerjasama
dengan tokoh masyarakat dan tokoh agama dalam pelaksanaan penyuluhan pada masyarakat.
d)     Mewaspadai gejala - gejala dan mendeteksi dini adanya IMS

26
2.9 Pelayanan Bidan Delima

Bidan Delima adalah sistem standarisasi kualitas pelayanan bidan praktek swasta, dengan
penekanan pada kegiatan monitoring & evaluasi serta kegiatan pembinaan & pelatihan yang rutin
dan berkesinambungan.

Bidan Delima melambangkan Pelayanan berkualitas dalam Kesehatan Reproduksi dan Keluarga
Berencana yang berlandaskan kasih sayang, sopan santun, ramah-tamah, sentuhan yang
manusiawi, terjangkau, dengan tindakan kebidanan sesuai standar dan kode etik profesi.

Standar

Standar adalah kesepakatan-kesepakatan yang telah didokumentasikan yang di dalamnya terdiri


antara lain mengenai spesifikasi-spesifikasi teknis atau kriteria-kriteria yang akurat yang
digunakan sebagai peraturan, petunjuk, atau definisi-definisi tertentu untuk menjamin suatu
barang, produk, proses, atau jasa sesuai dengan yang telah dinyatakan.

Bidan Praktek Swasta

Bidan Praktek Swasta (BPS) adalah Bidan yang memiliki Surat Ijin Praktek Bidan (SIPB) sesuai
dengan persyaratan yang berlaku, dicatat (register) diberi izin secara sah dan legal untuk
menjalankan praktek kebidanan mandiri.

Kualitas Pelayanan

Kualitas adalah usaha untuk mengetahui dan memenuhi semaksimal mungkin setiap kebutuhan
konsumen dalam hal ini kebutuhan di bidang kesehatan. Kualitas dapat diartikan sebagai
kemampuan suatu produk baik barang maupun jasa dalam memenuhi kebutuhan konsumen.
Kualitas juga merupakan janji pelayanan yang terus dijaga agar pihak yang dilayani merasa puas
dan diuntungkan. Sedangkan pelayanan adalah suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi
dalam interaksi langsung antara seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik dan
memenuhi kepuasan pelanggan/klien.

Peran Bidan Delima dalam Bidang Kesehatan

Bidan Delima dibutuhkan dalam rangka:

1. Mempertahankan dan meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan BPS, sesuai


kebutuhan masyarakat.

27
2. Melindungi masyarakat sebagai konsumen dan bidan sebagai provider, dari praktek yang
tidak terstandar

3. Sebagai standarisasi pelayanan kebidanan bagi BPS sejalan dengan rencana strategis IBI.

4. Menjadi standar dalam mengevaluasi pelayanan kebidanan di BPS karena memiliki tools
(perangkat) yang lebih lengkap.

5. Sebagai bagian dari pelaksanaan rencana kerja IBI dalam pelayanan kebidanan, sekaligus
untuk mempertahankan dan meningkatkan citra IBI.

6. Sebagai tempat pilihan terbaik bagi praktik pendidikan bidan.

Visi

Bidan Delima menjadi standarisasi pelayanan BPS di Indonesia

Misi

a. Meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan di BPS.

b. Meningkatkan kompetensi BPS berdasarkan hasil penelitian dan perkembangan praktek


kebidanan terkini.

c. Mewujudkan BPS yang handal, kompeten dan profesional dalam pelayanannya melalui
standarisasi dan kegiatan monev yang berkesinambungan.

d. Mewujudkan rasa aman, nyaman dan kepuasan bagi BPS dan pengguna jasa.

e. Meningkatkan peran IBI dalam membina dan menjaga profesionalitas BPS.

Nilai-nilai Bidan Delima

 Kepatuhan pada standar pelayanan


Dianut sebagai nilai utama untuk menekankan bahwa sebuah standar dalam pelayanan
harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh anggota BD.

 Tumbuh Bersama
Untuk menggambarkan bahwa semua anggota BD harus merasakan kemajuan dan terus
berusaha untuk maju secara kelompok.

 Keterbukaan
Nilai-nilai yang wajib dianut oleh anggota agar tercipta hubungan yang erat dan harmonis
dalam komunitas.

28
 Profesionalisme
Selaras dengan nilai kepatuhan pada standar pelayanan, maka profesionalisme diharapkan
dapat menjadi semacam ‘label bagi setiap pribadi anggota BD.

 Kewirausahaan
Semangat wirausaha diharapkan dapat mewarnai setiap pribadi anggota BD, sehingga
selalu ada upaya untuk terus maju dan tumbuh lebih baik daripada sebelumnya.

Logo Bidan Delima


Bidan
Petugas Kesehatan yang memberikan pelayanan yang berkualitas, ramah-tamah, aman-nyaman,
terjangkau dalam bidang Kesehatan Reproduksi, Keluarga Berencana dan kesehatan umum dasar
selama 24 jam.

Delima
Buah yang terkenal sebagai buah yang cantik, indah, berisi biji dan cairan manis yang
melambangkan kesuburan (reproduksi).

Merah
Warna melambangkan keberanian dalam menghadapi tantangan dan pengambilan keputusan
yang cepat, tepat dalam membantu masyarakat.

Hitam
Warna yang melambangkan ketegasan dan kesetiaan dalam melayani kaum perempuan (ibu dan
anak) tanpa membedakan.

Hati
Melambangkan pelayanan Bidan yang manusiawi, penuh kasih sayang (sayang Ibu dan sayang
Bayi) dalam semua tindakan/ intervensi pelayanan.
Bidan Delima melambangkan:
Pelayanan berkualitas dalam Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana yang berlandaskan
kasih sayang, sopan santun, ramah-tamah, sentuhan yang manusiawi, terjangkau, dengan
tindakan kebidanan sesuai standar dan kode etik profesi.

Pola Operasi Bidan Delima


Pola operasi Bidan Delima mengacu pada Sistem Jaminan Kualitas ISO dengan sentuhan
Gerakan Moral

29
 Pola operasi Bidan Delima diputuskan mengacu pada Sistem Jaminan Kualitas ISO
dengan sentuhan Gerakan Moral.

 Pola ini dipilih berangkat dari tujuan awal adanya program BD, yaitu meningkatkan
standar kualitas pelayanan kebidanan. Ditambah lagi dengan melihat kenyataan bahwa
selama ini program BD dapat berjalan baik karena adanya partisipasi sukarela dan
dorongan moral dari penggeraknya.

 Dengan demikian pola operasi Sistem Jaminan Kualitas ditambah Gerakan Moral
menjadi sebuah pilihan yang dirasa paling tepat untuk program BD saat ini.
Kerangka Kerja Bidan Delima

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

30
DAFTAR PUSTAKA

Scrib. “Menu seimbang bagi balita” jurnal,internet https://id.scribd.com/doc/284858081/Contoh-


Daftar-Menu-Makanan-Bergizi-Seimbang-Untuk-Bayi-Dan-Balita

31

Anda mungkin juga menyukai