Anda di halaman 1dari 6

4 bagian proses yang dilakukan untuk menganalisa lingkungan eksternal?

1. Scanning
Scanning adalah perusahaan mengidentifikasi sinyal-sinyal awal perubahan yang mungkin
terjadi dalam lingkungan umum dan mendeteksi setiap perubahan yang sedang terjadi.
Dengan scanning, analis secara khusus berhubungan dengan informasi dan data yang tidak
jelas, tidak lengkap dan tidak berkaitan satu sama lain.
2. Monitoring
monitoring adalah Menemukan arti melalui observasi secara terus menerus terhadap
perubahan Lingkungan dan tren
3. Forecasting
Forecasting adalah membuat proyeksi tentang apa yang akan terjadi, dan seberapa cepat,
sebagai hasil perubahan dan kecenderungan yang dideteksi melalui scanning dan monitoring.
4. Assessing
Assessing adalah untuk menentukan saat dan pengaruh perubahan lingkungan serta
kecenderungan dalam manajemen strategis suatu perusahaan.

1. Percobaan acak
Percobaan acak adalah proses yang memungkinkan timbulnya paling sedikit 2
peristiwa tanpa kepastian mengenai peristiwa mana yang akan muncul.
Atau percobaan acak adalah percobaan dimana hasil dari setiap ujicoba bersifat tidak
pasti dan berbeda.
Contoh :
pelemparan dadu maka hasil percobaan yang mungkin adalah (1,2,3,4,5,6), contoh
lainnya adalah pemilihan produk yang cacat secara acak dari proses produksi pabrik,
pelemparan dua koin uang logam dan pengambilan nomor undian.

2. Permutasi
Permutasi adalah banyaknya cara untuk membuat susunan dengan jumlah anggota
tertentu dari anggota-anggota suatu himpunan.
Contoh :
Tiga buah buku, yaitu Ekonomi (E), Geografi (G), dan Sejarah (S) akan disusun
secara berjajar. Tentukan banyaknya cara untuk menyusun tiga buku tersebut!
Pembahasan:
Berikut ini akan dijabarkan kemungkinan susunan tiga buah buku pada soal.
E-G-S      E-S-G
G-E-S        G-S-E
S-E-G        S-G-E
Berdasarkan susunan di atas, dapat disimpulkan bahwa banyaknya cara untuk
menyusun tiga buah buku secara berjajar adalah 6.

3. Kombinasi
Kombinasi adalah menggabungkan beberapa objek dari suatu grup tanpa
memperhatikan urutan. Di dalam kombinasi, urutan tidak diperhatikan.
{1,2,3} adalah sama dengan {2,3,1} dan {3,1,2}.
Contoh: Seorang anak hanya diperbolehkan mengambil dua buah amplop dari tiga
buah amplop yang disediakan yaitu amplop A, amplop B dan amplop C. Tentukan ada
berapa banyak kombinasi untuk mengambil dua buah amplop dari tiga buah amplop
yang disediakan?
Solusi: Ada 3 kombinasi yaitu; A-B, A-C dan B-C.
4. Diagram Pohon
Diagram Pohon adalah teknik untuk memetakan lengkap jalur dan tugas-tugas yang
perlu dilakukan dalam rangka untuk mencapai tujuan utama dan tujuan sub terkait.
Diagram ini mengungkapkan secara sederhana besarnya masalah dan membantu
untuk sampai pada metode-metode yang harus dikejar untuk mencapai hasil.
1. Ejaan Van Ophuijsen (1901-1947)
Sejarah ejaan Bahasa Indonesia diawali dengan ditetapkannya Ejaan van Ophuijsen
pada 1901. Ejaan ini menggunakan huruf Latin dan sistem ejaan Bahasa Belanda yang
diciptakan oleh Charles A. van Ophuijsen.
Ciri-ciri dari ejaan ini yaitu:

1. Huruf ï untuk membedakan antara huruf i sebagai akhiran dan karenanya harus


disuarakan tersendiri dengan diftong seperti mulaï dengan ramai. Juga digunakan untuk
menulis huruf y seperti dalam Soerabaïa.
2. Huruf j untuk menuliskan kata-kata jang, saja, wajang, dsb.
3. Huruf oe untuk menuliskan kata-kata doeloe, akoe, Soekarni, repoeblik (perhatikan
gambar prangko di atas), dsb.

2. Ejaan Republik/Ejaan Soewandi (1947-1956)


Ejaan Republik berlaku sejak tanggal 17 Maret 1947. Pemerintah berkeinginan untuk
menyempurnakan Ejaan van Ophuijsen.
Ciri-ciri Ejaan Soewandi
1. Huruf oe diganti dengan u pada kata-kata dulu, aku, Sukarni, republik (perhatikan
gambar prangko di atas), dsb
2. Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k, pada kata-kata makmur, tak, pak,
atau hamzahnya dihilangkan menjadi kira-kira, apa elo masih menulis jum’at alih-alih
jumat?
3. Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2 seperti pada mobil2, ber-jalan2, ke-barat2-
an. Jadi terjawab deh kenapa sampai saat ini kita masih sering menuliskan
angka 2 sebagai perwakilan kata ulang. Tapi sayang, kalau konteks bahasa baku, hal
ini sudah kedaluarsa.

3. Ejaan Pembaharuan (1956-1961)


Dalam Kongres Bahasa Indonesia II ini, peserta kongres membicarakan tentang
perubahan sistem ejaan untuk menyempurnakan ejaan Soewandi.
ciri-ciri Ejaan Pembaharuan
Panitia ini diharapkan bisa membuat standar satu fonem dengan satu huruf
(misalnya menyanyi: menjanji menjadi meñañi; atau mengalah: mengalah menjadi meɳalah).
Penyederhanaan ini sesuai dengan iktikad agar dibuat ejaan yang praktis saat dipakai dalam
keseharian. Selain itu, isu tanda diakritis diputuskan agar kembali digunakan. Walhasil, k-e-
ndaraan dengan é (seperti elo mengeja k-e-lainan) yang tadinya ditulis sama dengan k-e-
mah, akhirnya ditulis berbeda. Untuk kata sjarat (syarat) dibedakan menjadi śarat.

4. Ejaan Melindo (1961-1967)


Ejaan ini dikenal pada akhir 1959 dalam Perjanjian Persahabatan Indonesia dan
Malaysia. Pembaruan ini dilakukan karena adanya beberapa kosakata yang
menyulitkan penulisannya. Akan tetapi, rencana peresmian ejaan bersama tersebut
gagal karena adanya konfrontasi Indonesia dengan Malaysia pada 1962.

5. Ejaan Baru/Lembaga Bahasa dan Kesusastraan (LBK) (1967-1972)


Pada 1967, Lembaga Bahasa dan Kesusastraan yang sekarang bernama Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa mengeluarkan Ejaan Baru. Pembaharuan Ejaan
ini merupakan kelanjutan dari Ejaan Melindo yang gagal diresmikan pada saat itu.

6. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) (1972-2015)


Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan berlaku sejak 23 Mei 1972 hingga 2015
pada masa menteri Mashuri Saleh. Ejaan ini menggantikan Ejaan Soewandi yang
berlaku sebelumnya. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan ini mengalami dua
kali perbaikan yaitu pada 1987 dan 2009.

EYD, ejaan ini mengatur secara lengkap tentang kaidah penulisan bahasa Indonesia, antara
lain: tentang unsur bahasa serapan, tanda baca, pemakaian kata, pelafalan huruf “e”.
penggunaan huruf kapital, dan penggunaan cetak miring. Selain itu, huruf “f”, “v”, “q”, “x”,
dan “z” yang kental dengan unsur bahasa asing resmi menjadi bagian Bahasa Indonesia. 

7. Ejaan Bahasa Indonesia (2015-sekarang)


Pemerintah terus mengupayakan pembenahan terhadap Ejaan Bahasa Indonesia
melalui Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Indonesia. Pasalnya, pemerintah
meyakini bahwa ejaan merupakan salah satu aspek penting dalam pemakaian Bahasa
Indonesia yang benar.

5 kekuatan model persaingan yang dikemukakan oleh Michael Porter

1. Rivalry Among Existing Competitor


Persaingan akan kuat dan tinggi bila banyak pesaing di sekitar dengan produk atau
jasa yang serupa. Biasanya hal ini terjadi ketika industri sedang tumbuh dan
konsumen dapat dengan mudah beralih ke penawaran pesaing dengan biaya rendah
untuk mendapatkan suatu produk. Jumlah pesaing yang banyak akan menurunkan
kekuatan perusahaan. Ini sangat berbanding terbalik bila jumlah pesaing dalam suatu
pasar atau industri cukup jarang. Kekuatan perusahaan pun akan semakin tinggi. 
Contoh :
Persaingan ini sangat jelas terlihat antara Unilever dan Wings. Wings berusaha
"menempel" ketat Unilever dalam meluncurkan produk-produknya, misalnya So klin
vs Rinso, Nuvo vs Lifebuoy, Ciptadent vs Pepsodent, Zinc vs Clear dan sebagainya.
2. Bargaining Power of Buyer/ Customer
Kemampuan pembeli untuk membeli barang atau jasa yang dihasilkan perusahaan
dapat memberikan kekuatan bagi pembeli untuk mempengaruhi perusahaan dalam
bersaing dalam industri. Pembeli memiliki kekuatan untuk menuntut harga yang lebih
rendah atau kualitas produk yang lebih tinggi dari produsen. Harga yang lebih rendah
berarti menurunkan pendapatan bagi produsen, sementara produk berkualitas tinggi
biasanya menaikkan biaya produksi. Kedua hal ini menghasilkan keuntungan yang
lebih rendah bagi produsen. 
Contoh :
jenis shampoo yaitu Emeron yang harganya lebih murah dibandingkan dengan
Sunsilk atau Zinc yang lebih murah dari Clear. Wings Group meluncurkan produk
yang sesuai dengan kualitas dan harga untuk pasar yang ingin dituju.

3. Bargaining Power of Supplier


Kemampuan supplier dalam  menentukan syarat atau perjanjian kerjasama dengan
perusahaan sangat berpengaruh bagi kekuatan masing-masing pihak. Hal ini
dipengaruhi oleh jumlah supplier utama, seberapa unik barang yang diperoleh dari
supplier, dan berapa biaya perusahaan untuk beralih ke supplier lain. Semakin sedikit
supplier yang dimiliki perusahaan, semakin besar tingkat ketergantungan perusahaan
terhadap supplier yang menjadikan kekuatan supplier menjadi tinggi dan kekuatan
perusahaan semakin rendah. Sebaliknya,  ketika perusahaan memiliki banyak supplier,
perusahaan mempunyai banyak opsi dan pilihan sehingga menjadikan kekuatan
perusahaan lebih kuat dibandingkan dengan supplier. 
Contoh :
Wings sebagai salah satu perusahaan yang memproduksi produk deterjen di Indonesia
memiliki pabrik yang memproduksi bahan baku untuk produk deterjen mereka
sehingga mereka tidak memiliki gangguan dalam hal pasokan bahan baku. Bahkan
perusahaan Unilever Indonesia pun memilih Wings untuk memasok bahan baku
produksi deterjen mereka.

4. Thread of New Entrants


Kekuatan ini merupakan penentu utama seberapa kompetitif dan seberapa
menguntungkan sebuah industri. Dalam industri yang kompetitif, perusahaan harus
bersaing secara agresif untuk meraih pangsa pasar. 
Contoh :
PT Wings Group mengeluarkan deterjen Daia dan So klin yang bersaing melawan
Rinso yang dikeluarkan oleh PT Unilever.
5. Threat of Substitute Product or Services
Produk pengganti tersebut biasa juga disebut produk substitusi, dimana produk
substitusi mempunyai manfaat dan fungsi serupa dengan produk perusahan. Misalnya,
produk substitusi dari roti adalah mie karena kedua produk tersebut sama-sama
mempunyai manfaat mengenyangkan dan berfungsi sebagai asupan makanan bagi
konsumen. 
Contoh :
produk substitusi dari PT Wings adalah produk deterjen So klin yang sebenarnya
ditujukan untuk mencuci pakaian secara menual (tanpa menggunakan mesin cuci) tapi
tetap digunakan untuk mencuci dengan menggunakan mesin cuci.

Anda mungkin juga menyukai