Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PENGANTAR MANAJEMEN
KETERAMPILAN DARI ADMINISTRATOR YANG EFEKTIF
(Referensi Artikel Harvard Bussines Review Oleh Robert L. Katz)
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :

DOSEN PENGAMPU: MUHAMMAD RASYID ABDILLAH, S.E., M.M., Ph.D

NAMA:
INDAH PUTRI DEWI
1961201208
KELAS:
MANAJEMEN 2.3
UNIVERSITAS LANCANG KUNING
FAKULTAS EKONOMI
TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Saat ini kita tentu tidak asing dengan istilah manajemen dan manajer. Apabila kita mendengar
istilah ini maka pikiran kita akan langsung teringat dengan hal yang berhubungan dengan mengatur
dan diatur. Para ahli manajemen memberikan definisi berbeda-beda tentang manajemen. Manajemen
menjadi hal sangat penting bagi kehidupan mnusia saat ini. Dengan adanya manajemen maka
manusia akan lebih mudah dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Manajemen ialah aktivitas
memadukan sumber-sumber pendidikan agar terpusat dalam usaha untuk mencapai tujuan pendidikan
yang telah di tentukan sebelumnya. Sumber-sumber pendidikan itu mencangkup orang, uang, bahan
pelajaran, media pendidikan, prasarana, sarana, dan informasi.
Setiap individu pasti memiliki manajemen dalam menjalankan aktivitas hidupnya. Dengan
adanya manajemen, maka diharapkan semua aktivitas dapat dilakukan dengan sistematis atau
berurutan, maksimal sehingga mendapatkan hasil yang baik. Seperti yang diusulkan oleh Robert L.
Katz (1995), ada 3 macam keterampilan manajer yaitu Keterampilan Konsep, Keterampilan Manusiawi,
dan Keterampilan Teknik. Penting bagi setiap anggota organisasi mengetahui dan menguasai berbagai
macam keterampilan dalam manajemen. Makalah ini akan membahas tentang salah satu keterampilan
yang harus dimiliki oleh seorang manajer.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada makalah ini terfokuskan pada: Apa saja keterampilan yang dibutuhkan
agar administrator berjalan dengan efektif menurut Robert L. Katz.

C. Tujuan
Tujuan pada makalah ini terfokuskan pada: untuk mengetahui tentang keterampilan
admisnitrator menurut Robert L. Katz.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Keterampilan Konseptual (Conceptual Skills)


Keterampilan konseptual (conceptual skill) adalah keterampilan daya pikir yang dimiliki
seorang pemimpin guna untuk kepentingan dan kegiatan organisasi. Robert L. Katz pada tahun
1970-an mengemukakan bahwa setiap manajer membutuhkan minimal tiga keterampilan dasar.
Salah satu dari ketiga keterampilan tersebut adalah keterampilan konseptual. Menurut beliau,
Manajer tingkat atas (top manager) harus memiliki keterampilan untuk membuat konsep, ide, dan
gagasan demi kemajuan organisasi. Gagasan atau ide serta konsep tersebut kemudian haruslah
dijabarkan menjadi suatu rencana kegiatan untuk mewujudkan gagasan atau konsepnya itu. Proses
penjabaran ide menjadi suatu rencana kerja yang kongkret itu biasanya disebut sebagai proses
perencanaan atau planning. Oleh karena itu, keterampilan konseptual juga merupakan keterampilan
untuk membuat rencana kerja.
Keterampilan konseptual berkaitan dengan kemampuan menganalisis suatu permasalahan.
Swiderski (2006:32) menyatakan bahwa keterampilan konseptual adalah keterampilan analitik
umum, daya berpendapat, dan proses berpikir logis. Lebih lanjut dijelaskan bahwa ada dua
komponen dalam keterampilan konseptual, yaitu: penilaian (judgement) dan kreativitas (creativity).
Keterampilan konseptual berkaitan dengan kemampuan mengintegrasikan kepentingan dengan
aktivitas organisasi. Katz (1984:90) menyatakan bahwa keterampilan konseptual adalah
kemampuan untuk mengkoordinasi serta mengintegrasikan semua kepentingan dan aktivitas
organisasi. Keterampilan konseptual merupakan kapasitas mental. Dessler (2004:10) menyatakan
bahwa keterampilan konseptual tidak hanya berupa kapasitas mental untuk menganalisis dan
mendiagnosis situasi yang kompleks namun juga sebagai keterampilan kognitif yang meliputi
kemampuan menganalisis, berpikir logis, merumuskan konsep, dan memberikan pertimbangan
secara induktif.
Tugas khusus manajemen sangat bervariasi dari satu perusahaan keperusahaan
lainnya dan banyak mencerminkan analisis misi, tujuan strategis, dan aktivitas utama lainnya.
Tetapi secara umum manajer puncak yang efektif adalah orang yang melihat bisnis secara
menyeluruh, orang yang menyeimbangkan kebutuhan perusahaan sekarang dengan
kebutuhan yang akan datang, dan orang yang dapat membuat keputusan logis secara tepat
waktu.
Hal senada juga dikemukakan oleh Katz dan Mann sebagaimana dikutip Gary Yukl
(1994:98) meliputi : keterampilan konseptual (conceptual skill). Kemampuan analitis umum,
berpikir nalar, kepandaian dalam membuat konsep, serta konseptualisasi hubungan yang
kompleks dan berarti dua, kreativitas dalam mengembangkan ide dan pemecahan masalah,
kemampuan untuk menganalisis peristiwa-peristiwa dan kecendrungan-kecendrungan yang
dirasakan, mengantisipasi perubahan-perubahan, dan melihat peluang serta masalah-masalah
potensial (berpikir secara induktif dan deduktif). Dengan memperhatikan pekerjaan manajer
tersebut, dapat disimpulkan bahwa tanpa keterampilan konseptual, para manajer puncak tidak
akan mampu melaksaakan tugasnya dengan baik yang berakibat denga penurunan kinerja
organisasi secara menyeluruh. Hal ini ditegaskan oleh Made Pidarta (2004:206) bahwa
keterampilan konseptual sangat dibutuhkan oleh para manajer puncak sehubungan dengan
tugas utamanya yaitu menentukan strategi kebijakan mengkreasikan atau merencanakan
sesuatu yang baru, dan memutuskan.
Keterampilan konseptual menurut Hoy dan Miskel (2001:398) adalah kemampuan
mengembangkan dan menggunakan ide-ide dan konsep-konsep untuk merencanakan,
mengorganisasikan, dan memecahkan masalah yang kompleks. Robbins (2004:11) secara
sederhana mendefinisikan keterampilan konseptual sebagai kemampuan menganalisis dan
mendiagnosisi situasi yang rumit, misalnya pengambilan keputusan menurut para manajer
untuk menemukan letak masalah, mengidentifikasikan alternative-alternative yang dapat
mengoreksi masalah itu, mengevaluasi alternatif-alternative dan memilih alternatif terbaik.
Secara operasional Maman Ukas (1999:98) mengatakan bahwa: Keterampilan konseptual
adalah kemampuan mental untuk berpikir dalam memberikan pengertian, pandangan, dan
pendapat dalam menangani kegiatan-kegiatan organisasi secara menyeluruh, baik mengenai
kebijakan, kemungkinan-kemungkinan dalam menghadapi perubahan-perubahan dan
bagaimana mengantisipasi atau dalam menghadapi perubahan dan bagaimana
mengimplikasikan, serta menyingkronisasikan semua kegiatan dalam mencapai tujuan-tujuan
organisasi.
Pemimpin yang memiliki keterampilan konseptual mampu mengetahui bermacam-
macam faktor dalam suatu keadaan yang berkaitan satu sama lain sehingga tindakan yang
diambilnya ditujukan untuk kepentingan organisasi secara keseluruhan. Keterampilan
konseptual ini lebih menekankan pada working with ideas, merupakan kemampuan untuk
mengembangkan gagasan-gagasan yang bersifat strategis dalam mengatasi hambatan-
hambatan organisasional dalam mencapai tujuannya (Ulbert Silalahi,2005:146).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disintesiskan keterampilan konseptual adalah
kapasitas individu dalam hal mengkoordinasikan aktivitas sesuai dengan kebutuhan
organisasi, dengan indikator: tanggap terhadap perubahan, memanfaatkan peluang,
menyampaikan gagasan, dan memberikan pertimbangan penyelesaian masalah.

B. Bentuk-Bentuk Pendekatan Tiga Keterampilan


Diasumsikan di sini bahwa administrator adalah orang yang (a) mengarahkan kegiatan
orang lain dan (b) bertanggung jawab untuk mencapai tujuan tertentu melalui upaya ini.Dalam
definisi ini, administrasi yang berhasil tampaknya bertumpu pada tiga keterampilan dasar, yang
akan kita sebut teknis, manusia,dan konseptual . Adalah tidak realistis untuk menyatakan bahwa
keterampilan ini tidak saling terkait, namun mungkin ada manfaat nyata dalam memeriksa masing-
masing secara terpisah, dan dalam mengembangkannya secara mandiri.
 Keterampilan Teknis
Keterampilan teknis menyiratkan pemahaman, dan kecakapan dalam, jenis kegiatan
tertentu, terutama yang melibatkan metode, proses, prosedur, atau teknik. Secara relatif mudah
bagi kita untuk memvisualisasikan keterampilan teknis ahli bedah, musisi, akuntan, atau insinyur
ketika masing-masing melakukan fungsi khusus mereka sendiri.Keterampilan teknis melibatkan
pengetahuan khusus, kemampuan analitis dalam spesialisasi itu, dan fasilitas dalam penggunaan
alat dan teknik disiplin khusus.
 Keterampilan Manusia
Keterampilan manusia adalah kemampuan eksekutif untuk bekerja secara efektif sebagai
anggota kelompok dan untuk membangun upaya kerja sama dalam tim yang dipimpinnya. Karena
keterampilan teknis terutama berkaitan dengan bekerja dengan "hal-hal" (proses atau objek fisik),
maka keterampilan manusiaterutama berkaitan dengan bekerja dengan orang-orang. Keterampilan
ini ditunjukkan dalam cara individu mempersepsikan (dan mengakui persepsi) atasannya,
sederajat, dan bawahannya, dan dalam cara dia berperilaku selanjutnya.
Orang dengan keterampilan manusia yang sangat maju sadar akan sikap, asumsi, dan
kepercayaannya sendiri tentang individu dan kelompok lain; dia mampu melihat kegunaan dan
keterbatasan perasaan ini. Dengan menerima keberadaan sudut pandang, persepsi, dan keyakinan
yang berbeda dari sudut pandangnya sendiri, ia terampil dalam memahami apa yang sebenarnya
orang lain maksudkan dengan kata-kata dan perilaku mereka. Ia sama terampil dalam
berkomunikasi dengan orang lain, dalam konteks mereka sendiri, apa yang ia maksud dengan
perilakunya.
Orang semacam itu bekerja untuk menciptakan suasana persetujuan dan keamanan di mana
bawahan merasa bebas untuk mengekspresikan diri mereka tanpa takut celaan atau cemoohan,
dengan mendorong mereka untuk berpartisipasi dalam perencanaan dan melaksanakan hal-hal
yang secara langsung mempengaruhi mereka. Dia cukup peka terhadap kebutuhan dan motivasi
orang lain di organisasinya sehingga dia dapat menilai reaksi yang mungkin terjadi, dan hasil dari,
berbagai tindakan yang mungkin dilakukan. Memiliki kepekaan ini, ia mampu dan mau bertindak
dengan cara yang memperhitungkan persepsi orang lain.
Keahlian nyata dalam bekerja dengan orang lain harus menjadi kegiatan yang alami dan
berkelanjutan, karena melibatkan kepekaan tidak hanya pada saat pengambilan keputusan tetapi
juga dalam perilaku sehari-hari individu. Keterampilan manusia tidak bisa menjadi "sesuatu yang
kadang-kadang".Teknik-teknik tidak bisa diterapkan secara acak, tidak juga ciri-ciri kepribadian bisa
diletakkan atau dihilangkan seperti mantel.Karena segala sesuatu yang dikatakan dan dilakukan
oleh eksekutif (atau tidak diungkapkan atau dibatalkan) memiliki efek pada rekan-rekannya, diri
sejatinya akan, pada waktunya, akan terlihat. Dengan demikian, agar efektif, keterampilan ini harus
dikembangkan secara alami dan secara tidak sadar, serta konsisten, ditunjukkan dalam setiap
tindakan individu. Itu harus menjadi bagian integral dari seluruh keberadaannya.
Karena keterampilan manusia adalah bagian yang sangat vital dari semua yang dilakukan
administrator, contoh-contoh keterampilan manusia yang tidak memadai lebih mudah untuk
diuraikan daripada pertunjukan yang sangat terampil. Mungkin pertimbangan situasi aktual akan
berfungsi untuk memperjelas apa yang terlibat:
 Keterampilan Konseptual
Seperti yang digunakan di sini, keterampilan konseptual melibatkan kemampuan untuk
melihat perusahaan secara keseluruhan; itu termasuk mengenali bagaimana berbagai fungsi
organisasi saling bergantung satu sama lain, dan bagaimana perubahan di bagian mana pun
memengaruhi yang lain; dan meluas ke memvisualisasikan hubungan bisnis individu dengan
industri, masyarakat, dan kekuatan politik, sosial, dan ekonomi bangsa secara
keseluruhan. Menyadari hubungan-hubungan ini dan memahami elemen-elemen penting dalam
situasi apa pun, administrator kemudian harus dapat bertindak dengan cara yang memajukan
kesejahteraan keseluruhan dari keseluruhan organisasi.
Oleh karena itu, keberhasilan suatu keputusan tergantung pada keterampilan konseptual
dari orang-orang yang membuat keputusan dan mereka yang menerapkannya.Ketika, misalnya,
perubahan penting dalam kebijakan pemasaran dibuat, sangat penting bahwa efek pada produksi,
kontrol, keuangan, penelitian, dan orang-orang yang terlibat dipertimbangkan. Dan itu tetap kritis
sampai ke eksekutif terakhir yang harus menerapkan kebijakan baru. Jika setiap eksekutif
mengakui hubungan yang menyeluruh dan signifikansi dari perubahan, ia hampir pasti akan lebih
efektif dalam mengelolanya.Akibatnya peluang untuk sukses sangat meningkat.
Tidak hanya koordinasi efektif dari berbagai bagian bisnis bergantung pada keterampilan
konseptual dari para administrator yang terlibat, tetapi juga seluruh arah dan nada organisasi di
masa depan. Sikap seorang eksekutif puncak mewarnai keseluruhan karakter respons organisasi
dan menentukan "kepribadian perusahaan" yang membedakan cara satu perusahaan dalam
melakukan bisnis dari yang lain. Sikap-sikap ini merupakan cerminan dari keterampilan konseptual
administrator (disebut oleh beberapa orang sebagai "kemampuan kreatif" -nya - cara dia
memahami dan merespons ke arah di mana bisnis harus tumbuh, tujuan dan kebijakan
perusahaan, dan kepentingan pemegang saham dan karyawan) .
Keahlian konseptual, sebagaimana didefinisikan di atas, adalah apa yang disiratkan oleh
Chester I. Barnard, mantan presiden Perusahaan Telepon Bell New Jersey ketika dia berkata: “...
aspek penting dari proses [eksekutif] adalah merasakan organisasi secara keseluruhan dan dari
total situasi yang relevan dengannya. " 3 Contoh keterampilan konseptual yang tidak memadai ada
di sekitar kita. Ini satu contoh:
Di sebuah perusahaan manufaktur besar yang memiliki tradisi panjang dalam operasi jenis
pekerjaan-toko, tanggung jawab utama untuk kontrol produksi diserahkan kepada mandor dan
pengawas tingkat bawah lainnya. Operasi jenis “desa” dengan kelompok kerja kecil dan organisasi
informal adalah aturannya.Gelombang besar pesanan setelah Perang Dunia II tiga kali lipat dari
persyaratan produksi normal dan sangat membebani seluruh organisasi manufaktur. Pada titik ini,
seorang manajer produksi baru didatangkan dari luar perusahaan, dan ia membangun berbagai
kontrol dan memformalkan seluruh struktur operasi.
Selama permintaan booming berlangsung, para karyawan melakukan segala upaya untuk
menyesuaikan diri dengan prosedur dan lingkungan baru. Tetapi ketika permintaan mereda ke
tingkat sebelum perang, masalah hubungan kerja yang serius berkembang, gesekan tinggi di
antara para kepala departemen, dan perusahaan mendapati dirinya dibebani dengan biaya tenaga
kerja tidak langsung yang besar.Manajemen berusaha untuk mengembalikan prosedur lamanya; ia
memecat manajer produksi dan berusaha memberikan otoritas yang lebih besar kepada mandor
sekali lagi.Namun, selama empat tahun kontrol formal, mandor telah tumbuh jauh dari praktik lama
mereka, banyak yang telah meninggalkan perusahaan, dan penggantian yang memadai belum
dikembangkan. Tanpa kepemimpinan mandor yang kuat, operasi bengkel pekerjaan tradisional
terbukti mahal dan tidak efisien.
Dalam hal ini, ketika kontrol produksi baru dan organisasi formal diperkenalkan,
manajemen tidak melihat konsekuensi dari tindakan ini jika terjadi kontraksi bisnis di masa
depan. Kemudian, ketika kondisi berubah dan perlu untuk menurunkan operasi, manajemen sekali
lagi tidak dapat mengenali implikasi dari tindakannya dan kembali ke prosedur lama, yang, dalam
keadaan tersebut, tidak lagi sesuai.Ketidakcukupan konseptual yang diperparah ini membuat
perusahaan mengalami kerugian kompetitif yang serius.
Karena kesuksesan keseluruhan perusahaan bergantung pada keterampilan konseptual
eksekutifnya dalam menetapkan dan melaksanakan keputusan kebijakan, keterampilan ini
merupakan unsur penyatuan, koordinasi dari proses administrasi, dan yang terpenting dari semua
kepentingan yang tidak dapat disangkal.

C. Pentingnya Relatif
Pemisahan administrasi yang efektif menjadi tiga keterampilan dasar ini berguna terutama
untuk keperluan analisis. Dalam praktiknya, keterampilan ini saling terkait erat sehingga sulit untuk
menentukan di mana ujung satu dan ujung lainnya dimulai. Namun, hanya karena keterampilan
saling terkait tidak menyiratkan bahwa kita tidak bisa mendapatkan nilai dari melihatnya secara
terpisah, atau dengan memvariasikan penekanannya. Dalam bermain golf, aksi tangan,
pergelangan tangan, pinggul, bahu, lengan, dan kepala semuanya saling terkait;namun dalam
meningkatkan ayunan seseorang, seringkali berharga untuk mengerjakan salah satu elemen ini
secara terpisah. Juga, dalam kondisi bermain yang berbeda, kepentingan relatif dari elemen-
elemen ini bervariasi. Demikian pula, meskipun ketiganya sangat penting di setiap tingkat
administrasi, keterampilan teknis, manusia, dan konseptual dari administrator bervariasi dalam
kepentingan relatif di berbagai tingkat tanggung jawab.
 Di Level Bawah
Keahlian teknis bertanggung jawab atas banyak kemajuan besar industri modern. Ini sangat
diperlukan untuk operasi yang efisien.Namun ia memiliki kepentingan terbesar di tingkat
administrasi yang lebih rendah. Ketika administrator bergerak semakin jauh dari operasi fisik yang
sebenarnya, kebutuhan akan keterampilan teknis ini menjadi kurang penting, asalkan ia memiliki
bawahan yang terampil dan dapat membantu mereka memecahkan masalah mereka sendiri. Di
atas, keterampilan teknis mungkin hampir tidak ada, dan eksekutif mungkin masih dapat
melakukan secara efektif jika keterampilan manusia dan konseptualnya sangat
berkembang. Sebagai contoh:
Di satu perusahaan penghasil barang modal besar, pengontrol dipanggil untuk
menggantikan wakil presiden pabrik, yang tiba-tiba terserang penyakit parah. Pengendali tidak
memiliki pengalaman produksi sebelumnya, tetapi ia telah bersama perusahaan selama lebih dari
20 tahun dan mengenal banyak personil produksi utama secara dekat. Dengan membentuk staf
penasehat, dan dengan mendelegasikan sejumlah wewenang yang tidak biasa kepada para
kepala departemennya, ia dapat mengabdikan dirinya untuk koordinasi berbagai fungsi. Dengan
melakukan itu, ia menghasilkan tim yang sangat efisien.Hasilnya adalah biaya yang lebih rendah,
produktivitas yang lebih besar, dan moral yang lebih tinggi daripada yang pernah dialami divisi
produksi. Manajemen telah bertaruh bahwa kemampuan pria ini untuk bekerja dengan orang-orang
lebih penting daripada kurangnya latar belakang teknis produksi, dan pertaruhan terbayar.
Contoh-contoh lain terlihat jelas di sekitar kita. Kita semua akrab dengan "manajer
profesional" yang menjadi prototipe dunia eksekutif modern kita. Orang-orang ini bergeser dengan
sangat mudah, dan tanpa kehilangan efektivitas yang jelas, dari satu industri ke industri
lainnya. Keterampilan manusiawi dan konseptual mereka tampaknya menutupi ketidakbiasaan
mereka dengan aspek teknis pekerjaan baru.
 Di Setiap Level
Keterampilan manusia, kemampuan untuk bekerja dengan orang lain, sangat penting untuk
administrasi yang efektif di setiap tingkatan. Satu studi penelitian baru-baru ini menunjukkan
bahwa keterampilan manusia sangat penting di tingkat mandor, menunjukkan bahwa fungsi utama
mandor sebagai administrator adalah untuk mencapai kolaborasi orang-orang dalam kelompok
kerja. 4 Studi lain memperkuat temuan ini dan memperluasnya ke kelompok manajemen
menengah, menambahkan bahwa administrator harus lebih fokus pada fasilitasi komunikasi dalam
organisasi. 5 Dan masih penelitian lain, terutama yang berkaitan dengan manajemen puncak,
menggarisbawahi perlunya kesadaran diri dan kepekaan terhadap hubungan manusia oleh para
eksekutif di tingkat itu. 6 Temuan ini cenderung menunjukkan bahwa keterampilan manusia sangat
penting di setiap tingkatan, tetapi perhatikan perbedaan penekanannya.
Keterampilan manusia tampaknya paling penting di tingkat bawah, di mana jumlah kontak
langsung antara administrator dan bawahan paling besar. Ketika kita semakin tinggi dan semakin
tinggi dalam eselon administrasi, jumlah dan frekuensi kontak pribadi ini berkurang, dan kebutuhan
akan keterampilan manusia menjadi proporsional, meskipun mungkin tidak mutlak, kurang.Pada
saat yang sama, keterampilan konseptual menjadi semakin penting dengan kebutuhan akan
keputusan kebijakan dan tindakan berskala luas. Keterampilan manusia dalam berurusan dengan
individu kemudian menjadi lebih rendah daripada keterampilan konseptual mengintegrasikan
kepentingan dan kegiatan kelompok ke dalam keseluruhan.
Faktanya, studi penelitian baru-baru ini oleh Profesor Chris Argyris dari Universitas Yale
telah memberi kita contoh tentang manajer pabrik yang sangat efektif yang, walaupun memiliki
sedikit keterampilan manusia seperti yang didefinisikan di sini, tetap sangat sukses:
Manajer ini, kepala divisi yang sebagian besar otonom, membuat pengawasnya, melalui efek
dari kepribadiannya yang kuat dan "tekanan" yang dia terapkan, sangat tergantung padanya untuk
sebagian besar "hadiah, hukuman, wewenang, pengabadian, komunikasi, dan identifikasi."
Akibatnya, penyedia menghabiskan banyak waktu mereka untuk bersaing satu sama lain demi
kebaikan manajer. Mereka mengatakan kepadanya hanya hal-hal yang mereka pikir dia ingin
dengar, dan menghabiskan banyak waktu untuk mencari tahu keinginannya.Mereka bergantung
padanya untuk menetapkan tujuan mereka dan menunjukkan kepada mereka bagaimana
mencapai mereka. Karena manajernya tidak konsisten dan tidak dapat diprediksi dalam
perilakunya, pengawasnya merasa tidak aman dan terus terlibat dalam pertengkaran antar
departemen yang mereka coba sembunyikan dari manajer.
Jelas, keterampilan manusia seperti yang didefinisikan di sini kurang. Namun, dengan
mengevaluasi atasannya dan dengan hasilnya dalam meningkatkan efisiensi dan meningkatkan
laba dan moral, manajer ini sangat efektif. Profesor Argyris mengemukakan bahwa karyawan
dalam organisasi industri modern cenderung memiliki rasa ketergantungan "bawaan" pada atasan
yang dapat membuat pria sadar dan mampu beralih ke keuntungan. 7
Dalam konteks pendekatan tiga keterampilan, tampaknya manajer ini dapat memanfaatkan
ketergantungan ini karena ia mengakui keterkaitan semua kegiatan di bawah kendalinya,
mengidentifikasi dirinya dengan organisasi, dan menyublimasikan kepentingan individu
bawahannya untuk. minatnya (organisasi), menetapkan tujuannya secara realistis, dan
menunjukkan kepada bawahannya cara mencapai tujuan ini. Ini tampaknya menjadi contoh yang
sangat baik dari situasi di mana keterampilan konseptual yang kuat lebih dari kompensasi untuk
kurangnya keterampilan manusia.
 Di Tingkat Atas
Keahlian konseptual, seperti yang ditunjukkan pada bagian sebelumnya, menjadi semakin
penting dalam posisi eksekutif yang lebih bertanggung jawab di mana efeknya dimaksimalkan dan
paling mudah diamati. Faktanya, temuan penelitian baru-baru ini mengarah pada kesimpulan
bahwa pada level tertinggi administrasi, keterampilan konseptual ini menjadi kemampuan yang
paling penting dari semuanya. Sebagai Herman W. Steinkraus, presiden Bridgeport Brass
Company, mengatakan:
“Salah satu pelajaran paling penting yang saya pelajari tentang pekerjaan ini [presidensi]
adalah pentingnya mengoordinasikan berbagai departemen ke dalam tim yang efektif, dan, kedua,
untuk mengenali penekanan bergeser dari waktu ke waktu dari kepentingan relatif berbagai
departemen untuk bisnis. " 8
Maka, akan muncul bahwa pada tingkat tanggung jawab administratif yang lebih rendah,
kebutuhan utama adalah keterampilan teknis dan manusia. Pada tingkat yang lebih tinggi,
keterampilan teknis menjadi relatif kurang penting sementara kebutuhan akan keterampilan
konseptual meningkat dengan cepat. Di tingkat atas organisasi, keterampilan konseptual menjadi
keterampilan paling penting dari semua untuk administrasi yang sukses. Seorang kepala eksekutif
mungkin kurang memiliki keterampilan teknis atau manusia dan masih efektif jika ia memiliki
bawahan yang memiliki kemampuan kuat dalam arah ini.Tetapi jika keterampilan konseptualnya
lemah, keberhasilan seluruh organisasi dapat terancam.

D. Implikasi Untuk Tindakan


Pendekatan tiga keterampilan ini menyiratkan bahwa manfaat yang signifikan dapat dihasilkan
dari pendefinisian ulang tujuan program pengembangan eksekutif, dari mempertimbangkan
kembali penempatan eksekutif dalam organisasi, dan dari merevisi prosedur untuk menguji dan
memilih calon eksekutif.
 Pengembangan Eksekutif
Banyak program pengembangan eksekutif mungkin gagal untuk mencapai hasil yang
memuaskan karena ketidakmampuan mereka untuk mendorong pertumbuhan keterampilan
administrasi ini. Program-program yang berkonsentrasi pada pemberian informasi semata atau
pengembangan sifat tertentu tampaknya sebagian besar tidak produktif dalam meningkatkan
keterampilan administratif para kandidat.
Suatu program yang sangat informatif dijelaskan kepada saya baru-baru ini oleh seorang
pejabat dan direktur sebuah perusahaan besar yang bertanggung jawab atas kegiatan
pengembangan eksekutif perusahaannya, sebagai berikut:
“Apa yang kami coba lakukan adalah mengumpulkan para remaja putra kami yang
menjanjikan bersama beberapa eksekutif senior kami dalam pertemuan rutin setiap
bulan. Kemudian kami memberikan kesempatan kepada orang-orang muda untuk mengajukan
pertanyaan agar mereka mencari tahu tentang sejarah perusahaan dan bagaimana dan mengapa
kami telah melakukan hal-hal di masa lalu. "
Tidak mengherankan bahwa baik eksekutif senior maupun remaja putra merasa program ini
meningkatkan kemampuan administratif mereka.
Kesia-siaan mengejar sifat-sifat tertentu menjadi jelas ketika kita mempertimbangkan
tanggapan seorang administrator dalam sejumlah situasi yang berbeda. Dalam menghadapi
berbagai kondisi ini, ia mungkin tampak menunjukkan satu sifat dalam satu contoh — misalnya,
dominasi ketika berhadapan dengan bawahan — dan sifat yang berlawanan secara langsung di
bawah serangkaian keadaan lain — misalnya, kepatuhan ketika berurusan dengan atasan.Namun
dalam setiap contoh ia mungkin bertindak dengan tepat untuk mencapai hasil terbaik. Lalu, mana
yang dapat kita identifikasi sebagai karakteristik yang diinginkan? Berikut adalah contoh lebih lanjut
dari dilema ini:
Seorang manajer penjualan Pantai Pasifik memiliki reputasi untuk ketegasan dan tindakan
positif. Namun ketika dia diminta untuk menunjuk asisten untuk menggantikan pekerjaannya dari
beberapa bawahan yang berkualifikasi, dia sengaja menghindari membuat keputusan. Rekannya
dengan cepat mengamati apa yang tampak sebagai keraguan yang jelas.
Tetapi setelah beberapa bulan berlalu, menjadi jelas bahwa manajer penjualan dengan
sangat diam-diam telah memberikan berbagai peluang kepada para penjual untuk menunjukkan
sikap dan perasaan mereka.Sebagai hasilnya, ia dapat mengidentifikasi sentimen kuat untuk satu
orang yang kenaikan jabatannya diterima dengan antusias oleh seluruh kelompok.
Dalam hal ini, kinerja terampil manajer penjualan secara tidak tepat ditafsirkan sebagai
"keraguan". Kekhawatiran mereka dengan sifat-sifat yang tidak relevan membuat rekan-rekannya
mengabaikan kecukupan kinerjanya. Tidakkah lebih tepat untuk menyimpulkan bahwa
keterampilan manusianya dalam bekerja dengan orang lain memungkinkannya untuk beradaptasi
secara efektif dengan persyaratan situasi baru?
Kasus-kasus seperti ini akan menunjukkan bahwa lebih berguna untuk menilai seorang
administrator pada hasil kinerjanya daripada pada sifat-sifatnya yang tampak.Keterampilan lebih
mudah diidentifikasi daripada sifat-sifatnya dan kecil kemungkinannya untuk disalahartikan. Selain
itu, keterampilan menawarkan kerangka acuan yang lebih langsung berlaku untuk pengembangan
eksekutif, karena setiap peningkatan keterampilan administrator harus menghasilkan kinerja yang
lebih efektif.
Masih ada bahaya lain dalam banyak program pengembangan eksekutif yang ada terletak
pada antusiasme yang tidak memenuhi syarat yang digunakan beberapa perusahaan dan
perguruan tinggi untuk mengikuti kursus dalam “hubungan manusia.” Tampaknya ada dua
perangkap yang melekat di sini: (1) Kursus hubungan manusia mungkin hanya memberikan
informasi atau teknik khusus, daripada mengembangkan keterampilan manusia individu. (2)
Bahkan jika pengembangan individu terjadi, beberapa perusahaan, dengan menempatkan semua
penekanan mereka pada keterampilan manusia, mungkin sepenuhnya mengabaikan persyaratan
pelatihan untuk posisi teratas.Mereka mungkin menghadapi risiko menghasilkan laki-laki dengan
keterampilan manusia yang sangat maju yang tidak memiliki kemampuan konseptual untuk
menjadi administrator tingkat atas yang efektif.
Maka akan tampak penting, bahwa pelatihan seorang kandidat untuk posisi administrasi
diarahkan pada pengembangan keterampilan yang paling dibutuhkan pada tingkat tanggung jawab
yang sedang dipertimbangkan.
 Penempatan Eksekutif
Konsep tiga keterampilan ini menunjukkan kemungkinan langsung untuk menciptakan tim
manajemen individu dengan keterampilan yang saling melengkapi. Sebagai contoh, satu
organisasi distribusi midwestern ukuran sedang memiliki seorang presiden yang memiliki
kemampuan konseptual yang tidak biasa tetapi keterampilan manusia yang sangat
terbatas. Namun, ia memiliki dua wakil presiden dengan keterampilan manusia yang luar
biasa. Ketiga pria ini membentuk komite eksekutif yang telah sukses luar biasa, keterampilan
masing-masing anggota menebus kekurangan anggota lainnya.Mungkin rencana kepemimpinan
konferensi pelengkap dua orang yang diusulkan oleh Robert F. Bales, di mana satu pemimpin
mempertahankan "kepemimpinan tugas" sementara yang lain memberikan "kepemimpinan sosial",
mungkin juga menjadi contoh dalam hal ini. 9
 Seleksi Eksekutif
Dalam mencoba menentukan kemampuan calon kandidat pada suatu pekerjaan, saat ini
banyak digunakan berbagai macam perangkat pengujian. Para eksekutif sedang diuji untuk
semuanya mulai dari "ketegasan" hingga "kesesuaian." Tes-tes ini, seperti yang ditunjukkan oleh
artikel baru-baru ini di Fortune , telah mencapai beberapa hasil yang sangat dipertanyakan ketika
diterapkan pada kinerja di pekerjaan. 10 Bukankah lebih produktif untuk memusatkan perhatian
pada keterampilan melakukan daripada dengan sejumlah sifat yang tidak menjamin kinerja?
Pendekatan tiga keterampilan ini membuat senjata penguji sifat diperlukan dan
menggantikannya dengan prosedur yang menguji kemampuan pria untuk mengatasi masalah dan
situasi aktual yang akan ia temukan pada pekerjaannya. Prosedur-prosedur ini, yang menunjukkan
apa yang dapat dilakukan pria dalam situasi tertentu, sama untuk seleksi dan untuk mengukur
perkembangan. Mereka akan dijelaskan di bagian pengembangan keterampilan eksekutif yang
mengikuti.
Pendekatan ini menunjukkan bahwa eksekutif tidak boleh dipilih atas dasar kepemilikan
mereka yang jelas atas sejumlah karakteristik atau sifat perilaku, tetapi atas dasar kepemilikan
mereka atas keterampilan yang diperlukan untuk tingkat tanggung jawab spesifik yang terlibat.
E. Mengembangkan Keterampilan
Selama bertahun-tahun banyak orang berpendapat bahwa kemampuan kepemimpinan
melekat pada individu tertentu yang dipilih. Kita berbicara tentang "pemimpin yang lahir," "eksekutif
yang lahir," "penjual yang lahir." Tidak diragukan lagi benar bahwa orang-orang tertentu, secara
alami atau bawaan, memiliki bakat atau kemampuan yang lebih besar dalam keterampilan
tertentu. Tetapi penelitian dalam psikologi dan fisiologi juga akan menunjukkan, pertama, bahwa
mereka yang memiliki bakat dan kemampuan yang kuat dapat meningkatkan keterampilan mereka
melalui latihan dan pelatihan, dan, kedua, bahkan mereka yang kurang memiliki kemampuan alami
dapat meningkatkan kinerja mereka dan efektifitas keseluruhan.
Konsepsi keterampilan administrasi menunjukkan bahwa kita dapat berharap untuk
meningkatkan efektivitas administrasi kita dan mengembangkan administrator yang lebih baik
untuk masa depan. Konsepsi keterampilan ini menyiratkan pembelajaran dengan
melakukan . Orang yang berbeda belajar dengan cara yang berbeda, tetapi keterampilan
dikembangkan melalui latihan dan melalui menghubungkan pembelajaran dengan pengalaman
dan latar belakang pribadi seseorang. Jika dilakukan dengan baik, pelatihan keterampilan
administratif dasar ini harus mengembangkan kemampuan eksekutif lebih pasti dan lebih cepat
daripada melalui pengalaman yang tidak terorganisir.Lalu, bagaimana beberapa cara pelatihan ini
dapat dilakukan?
 Keterampilan Teknis
Pengembangan keterampilan teknis telah menerima perhatian besar selama bertahun-
tahun oleh industri dan lembaga pendidikan, dan banyak kemajuan telah dibuat. Landasan yang
kuat dalam prinsip, struktur, dan proses spesialisasi individu, ditambah dengan praktik dan
pengalaman aktual di mana individu diawasi dan dibantu oleh atasan, tampaknya paling
efektif. Mengingat banyaknya pekerjaan yang telah dilakukan dalam melatih orang-orang dalam
keterampilan teknis, tampaknya tidak perlu dalam artikel ini untuk menyarankan lebih banyak.
 Keterampilan Manusia
Akan tetapi, keterampilan manusia kurang dipahami, dan baru-baru ini telah terjadi
kemajuan sistematis dalam mengembangkannya. Banyak pendekatan yang berbeda untuk
pengembangan keterampilan manusia sedang diupayakan oleh berbagai universitas dan pria
profesional saat ini. Ini berakar pada disiplin ilmu seperti psikologi, sosiologi, dan antropologi.
Beberapa pendekatan ini menemukan penerapannya dalam "psikologi terapan," "rekayasa
manusia," dan sejumlah manifestasi lain yang membutuhkan spesialis teknis untuk membantu
pengusaha mengatasi masalah manusianya. Namun, sebagai praktiknya, eksekutif harus
mengembangkan keterampilan manusianya sendiri, alih-alih bersandar pada nasihat orang
lain. Agar efektif, ia harus mengembangkan sudut pandang pribadinya sendiri terhadap aktivitas
manusia, sehingga ia akan (a) mengenali perasaan dan sentimen yang ia bawa ke suatu
situasi; (B) memiliki sikap tentang pengalamannya sendiri yang akan memungkinkan dia untuk
mengevaluasi kembali dan belajar dari mereka; (C) mengembangkan kemampuan dalam
memahami apa yang orang lain dengan tindakan dan kata-kata mereka (eksplisit atau implisit)
berusaha untuk berkomunikasi dengannya; dan (d) mengembangkan kemampuan dalam
mengkomunikasikan gagasan dan sikapnya dengan sukses kepada orang lain. 11
Keterampilan manusia ini dapat dikembangkan oleh beberapa individu tanpa pelatihan
formal. Orang lain dapat secara individual dibantu oleh atasan langsung mereka sebagai bagian
integral dari proses “pembinaan” yang akan dijelaskan nanti.Bantuan ini bergantung pada
keefektifan, jelas, pada sejauh mana atasan memiliki keterampilan manusia.
Untuk kelompok yang lebih besar, penggunaan masalah kasus ditambah dengan bermain
peran dadakan bisa sangat efektif.Pelatihan ini dapat diadakan secara formal atau informal, tetapi
membutuhkan instruktur yang terampil dan urutan kegiatan yang terorganisir. 12 Ini memberikan
pendekatan dan realitas yang sama baiknya dengan yang dapat diberikan atas dasar ruang kelas
yang berkelanjutan dan menawarkan kesempatan untuk refleksi kritis yang tidak sering ditemukan
dalam praktik nyata. Bagian penting dari prosedur ini adalah pemeriksaan diri terhadap konsep dan
nilai peserta pelatihan sendiri, yang memungkinkannya mengembangkan sikap yang lebih berguna
tentang dirinya dan orang lain. Dengan perubahan sikap, semoga, mungkin juga muncul beberapa
keterampilan aktif dalam menangani masalah manusia.
Keterampilan manusia juga telah diuji di ruang kelas, dalam batas yang wajar, dengan
serangkaian analisis akun terperinci dari situasi aktual yang melibatkan tindakan administratif,
bersama dengan sejumlah peluang bermain peran di mana individu diminta untuk melakukan
perincian tindakan yang telah ia usulkan. Dengan cara ini, pemahaman individu tentang situasi
total dan kemampuan pribadinya untuk melakukan sesuatu dapat dievaluasi.

Di tempat kerja, harus selalu ada peluang bagi atasan untuk mengamati kemampuan
individu untuk bekerja secara efektif dengan orang lain. Ini mungkin tampak sebagai evaluasi
yang sangat subyektif dan bergantung pada validitas pada keterampilan manusia penilai. Tetapi
tidakkah setiap promosi, dalam analisis terakhir, bergantung pada penilaian subyektif
seseorang? Dan haruskah subjektivitas ini dicaci-maki, atau haruskah kita melakukan upaya
yang lebih besar untuk mengembangkan orang-orang dalam organisasi kita dengan
keterampilan manusia untuk membuat penilaian seperti itu secara efektif?

 Keterampilan Konseptual
Keterampilan konseptual, seperti keterampilan manusia, belum dipahami secara luas.
Sejumlah metode telah dicoba untuk membantu mengembangkan kemampuan ini, dengan
berbagai keberhasilan. Beberapa hasil terbaik selalu dicapai melalui "pembinaan" bawahan oleh
atasan.13 Ini bukan ide baru. Ini menyiratkan bahwa salah satu tanggung jawab utama eksekutif
adalah membantu bawahannya mengembangkan potensi administratif mereka. Salah satu cara
atasan dapat membantu "melatih" bawahannya adalah dengan menetapkan tanggung jawab
tertentu, dan kemudian merespons dengan mencari pertanyaan atau pendapat, daripada
memberikan jawaban, kapan pun bawahan mencari bantuan. Ketika Benjamin F. Fairless,
sekarang ketua dewan Perusahaan Baja Amerika Serikat, adalah presiden perusahaan, dia
menggambarkan kegiatan pembinaannya:

“Ketika salah satu wakil presiden saya atau kepala salah satu perusahaan operasional
kami mendatangi saya untuk mendapatkan instruksi, saya biasanya membalas dengan
mengajukan pertanyaan kepadanya. Hal pertama yang saya tahu, dia telah memberi tahu saya
cara mengatasi masalah sendiri. ”14

Jelas, ini adalah prosedur yang ideal dan sepenuhnya alami untuk pelatihan administrasi,
dan berlaku untuk pengembangan keterampilan teknis dan manusia, serta untuk keterampilan
konseptual. Namun, keberhasilannya tentu harus bertumpu pada kemampuan dan kemauan
atasan untuk membantu bawahan.

Cara luar biasa lainnya untuk mengembangkan keterampilan konseptual adalah melalui
perdagangan pekerjaan, yaitu dengan menggerakkan para pemuda yang menjanjikan melalui
berbagai fungsi bisnis tetapi pada tingkat tanggung jawab yang sama. Ini memberi pria itu
peluang secara harfiah untuk "berada di posisi orang lain."

Kemungkinan lain termasuk: penugasan khusus, khususnya jenis yang melibatkan


masalah antar-departemen; dan dewan manajemen, seperti rencana Manajemen Berganda
McCormick, di mana eksekutif yunior berperan sebagai penasihat manajemen puncak dalam
masalah kebijakan.

Untuk kelompok yang lebih besar, jenis kursus masalah yang dijelaskan di atas, hanya
menggunakan kasus yang melibatkan kebijakan manajemen luas dan koordinasi antar
departemen, mungkin berguna. Kursus semacam ini, sering disebut "Manajemen Umum" atau
"Kebijakan Bisnis," menjadi semakin lazim.

Di kelas, keterampilan konseptual juga telah dievaluasi dengan efektivitas yang wajar
dengan menghadirkan serangkaian deskripsi terperinci tentang situasi kompleks tertentu. Dalam
hal ini individu yang diuji diminta untuk menetapkan tindakan yang menanggapi kekuatan yang
mendasarinya yang beroperasi di setiap situasi dan yang mempertimbangkan implikasi tindakan
ini pada berbagai fungsi dan bagian organisasi dan lingkungan totalnya.

Pada pekerjaan, supervisor yang waspada harus menemukan kesempatan yang sering
untuk mengamati sejauh mana individu dapat menghubungkan dirinya dan pekerjaannya dengan
fungsi dan operasi lain dari perusahaan.
Seperti halnya keterampilan manusia, keterampilan konseptual, juga harus menjadi
bagian alami dari makeup eksekutif. Metode yang berbeda dapat diindikasikan untuk
mengembangkan orang yang berbeda, berdasarkan latar belakang, sikap, dan pengalaman
mereka. Tetapi dalam setiap kasus metode yang harus dipilih yang akan memungkinkan
eksekutif untuk mengembangkan keterampilan pribadinya dalam memvisualisasikan perusahaan
secara keseluruhan dan dalam mengoordinasikan dan mengintegrasikan berbagai bagiannya.

.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Tujuan artikel ini adalah untuk menunjukkan bahwa administrasi yang efektif tergantung
pada tiga keterampilan dasar pribadi, yang disebut teknis, manusia, dan konseptual. Administrator
perlu: (a) keterampilan teknis yang memadai untuk menyelesaikan mekanisme pekerjaan tertentu
yang menjadi tanggung jawabnya; (b) keterampilan manusia yang cukup dalam bekerja dengan
orang lain untuk menjadi anggota kelompok yang efektif dan untuk dapat membangun upaya kerja
sama dalam tim yang dipimpinnya; (c) keterampilan konseptual yang memadai untuk mengenali
hubungan timbal balik dari berbagai faktor yang terlibat dalam situasinya, yang akan membawanya
untuk mengambil tindakan yang kemungkinan akan mencapai kebaikan maksimum untuk
keseluruhan organisasi.

Kepentingan relatif dari ketiga keterampilan ini tampaknya berbeda dengan tingkat tanggung
jawab administratif. Pada tingkat yang lebih rendah, kebutuhan utama adalah keterampilan teknis
dan manusia. Di tingkat yang lebih tinggi, efektivitas administrator sangat tergantung pada
keterampilan manusia dan konseptual. Di atas, keterampilan konseptual menjadi yang paling
penting dari semua untuk administrasi yang sukses.

Pendekatan tiga keterampilan ini menekankan bahwa administrator yang baik belum tentu
dilahirkan; mereka dapat dikembangkan. Ini melampaui kebutuhan untuk mengidentifikasi sifat-sifat
tertentu dalam upaya untuk memberikan cara yang lebih berguna dalam memandang proses
administrasi. Dengan membantu mengidentifikasi keterampilan yang paling dibutuhkan di berbagai
tingkat tanggung jawab, mungkin terbukti bermanfaat dalam pemilihan, pelatihan, dan promosi
eksekutif.

B. Saran
Dengan memahami keterampilan konseptual diharapkan seorang manajer tingkat tinggi
atau Top Management dapat memahami kondisi permasalahan secara keseluruhan dan
mengambil tindakan yang tepat untuk kesuksesan organisasinya. Keterampilan Konseptual ini
sangat penting bagi Manajemen Tingkat Tinggi (Top Management) namun kurang penting bagi
manajemen tingkat menengah dan tidak diharuskan untuk manajemen tingkat pertama.
DAFTAR PUSTAKA

https://hbr.org/1974/09/skills-of-an-effective-administrator
www.entrepreneurshipinabox.com
www.researchgate.net

Anda mungkin juga menyukai