Disusun Oleh:
Nama : Siti Aminah Siregar
Nim : 21405970
Prodi : S1 Akuntansi Pagi B
SULTAN AGUNG
PEMATANGSIANTAR
2022
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah yang maha Pengasih lagi maha
Penyayang, puji syukur kita panjatkan kepada ALLAH SWT, karena
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini guna
memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam dengan judul
makalah “Islam dan Radikalisme”
A. Kesimpulan .........................................................................................
Radikalisme harus diakui adalah istilah yang polemikal bagi kalangan umat
beragama. Sebab, bagi kalangan umat beragama (atau kelompok dalam agama)
tertentu, radikalisme atau fundamentalisme cenderung dilihat dalam makna yang
pejorative (negatif). Sebaliknya, ada juga kalangan tertentu, justru bangga dengan
stigma atau predikat istilah ini. Hal ini semata-mata terutama bagi kalangan yang
bangga dengan sebutan ini— karena sebutan ini sebagai suatu kebanggan. Sebab
secara harfiah (makna leksikal) arti radikal atau fundamental dimaknai sebagai
“seseorang atau kelompok yang hendak kembali kepada asas-asas (fundamental)
atau pokok-pokok doktrin keagamaanya”. Meskipun dalam prakteknya, untuk
merealisasikan tujuan keagamaan tersebut, sikap-sikap sosial keagamanya
membentuk watak dan karakter yang eksklusif, absolut, tertutup, intoleran, dan
tidak jarang mengklaim yang paling benar sendiri (ghoiru qobilin li an-Niqas wa
al-Taghyir), suatu sikap yang menganggap paling benar sendiri , yang lain salah.
Dalam sebuah hadits disebutkan, “Ada seorang yang bertanya kepada Rasûlullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam , ‘Wahai Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , Islam
yang bagaimanakah yang paling baik ?’ Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjawab :
ِىِمنِلَمِتَع ِرف
َ َعل َ َعلَىِ َمنِع ََرفت
َ ِو َّ ِوتَق َرأُِال،ِ
َ ِس ََل َم َّ ت ُط ِع ُمِال.
َ طعَا َم
“Engkau memberi makan dan engkau mengucapkan salam kepada orang yang
engkau kenal maupun yang tidak kenal.”
:َبيِصلىِهللاِعليهِوسلمِقَال
ّ َّعنِعبدِهللاِبنِعمروِبنِالعاصِرضيِهللاِعنهماِعنِالن
ِعلَي ِه
َ ٌِِ ُمتَّفَق.))َُاج ُرِ َمنِ َهج ََرِ َماِنَهَىِهللاُِعَن ِه
ِ ِوال ُمه،ِ
َ ِويَ ِده
َ سانِ ِه ِ َس ِل َمِال ُمس ِل ُمون
َ ِمنِ ِل َ ِِ((ال ُمس ِل ُمِ َمن.
Dari Abdullah bin Amr bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma dari Nabi SAW,
sabdanya: "Muslim ialah orang yang semua orang Islam selamat dari kejahatan lidah -
ucapan -dan kejahatan tangannya-perbuatannya. Muhajir ialah orang yang meninggalkan
apa-apa yang dilarang oleh Allah padanya." (Muttafaq 'alaih).
Dengan tiga Hadis ini cukuplah untuk mengatakan dari kajian bahasa bahwa
Islam sebagai agama secara normatif memastikan terwujudnya kedamaian dan
keselamatan untuk seluruh umat manusia, dan orang muslim tidak lain adalah
mereka yang mewujudkan nilai-nilai luhur Islam tersebut. Istilah rahmatan
lil’alamin terdiri atas dua kata rahmat yang berarti kasih sayang, dan lil’alamin
yang berarti seluruh alam. Istilah ini sebagaimana tercantum di dalam surat Al-
Anbiya’ (21): 107. Menurut Ath-Thabari (224-310/838-923) di dalam Jami’ul
Bayan fi Ta’wil al-Qur’an, para ulama tafsir berbeda pendapat mengenai maksud
ayat ini, apakah rahmat itu [diutusnya Nabi Muhammad] ditujukan kepada seluruh
alam, termasuk orang-orang kafir? atau hanya kepada orang-orang beriman?
Menurut Ath-Thabari yang paling benar adalah pendapat pertama. Adapun
[rahmat] bagi orang beriman maka sesungguhnya Allah memberikan petunjuk
kepadanya dan memasukkan keimanan ke dalam dirinya dan memasukkanya ke
dalam surga dengan mengerjakan amal yang diperintahkan Allah. Adapun bagi
orang kafir [maka rahmat] itu berupa penundaan bala’ sebagaimana yang
diturunkan kepada umat-umat yang mendustakan rasul-rasul Allah sebelumnya.
Bisa dikatakan gagasan Islam Rahmatan Lil’alamin ini masih konsep abstrak.
Agar lebih operasional, pengertian Nur Syam berikut ini bisa menjelaskan gagasan
Islam rahmatan lil’alamin tersebut, yaitu gagasan dan upaya orang Islam
khususnya di Indonesia menjadikan: Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam,
bukan hanya keselamatan bagi manusia tetapi juga untuk alam lainnya. Yang
diselamatkan adalah hablum minallah, hablum minan nas dan juga hablum minal
alam. Keselamatan manusia tidak ada artinya jika alam tidak dalam keselamatan.
Makanya Islam yang menyelamatkan adalah Islam yang memberikan keselamatan
bagi semuanya.
B. Makna “Jihad” dalam Perspektip Islam
Jihad dalam Al – Qur’an mengandung arti yang sangat luas seluas ajaran Islam
yang mengatur seluruh aspek kehidupan umat manusia, dari masalah-masalah yang
bersifat individual atau privasi sampai kepada masalah kemasyarakatan dan
negara. Menurut Andi Aderus (2017; 9) mengatakan bahwa ulama membagi jihad
kepada beberapa bagian sesuai dengan objek jihad yang didefinisikan. Sebagian
ulama membagi Jihad kepada dua macam, yaitu: jihad mal (jihad dengan harta)
dan jihad nafs (jihad dengan diri atau jiwa raga). Pendapat mereka ini didasarkan
dari beberapa firman Allah Swt. dalam al- qur’an yang berulangkali menyebut dua
bentuk jihad tersebut.
Jihad dengan harta yaitu menafkahkan harta benda dijalan Allah swt. untuk
kepentingan agama dan kemanusiaan. Menurut ajaran Islam harta yang dimiliki
sebagian kecilnya mesti di salurkan pada fakir miskin dan kepentingan-
kepentingan sosial. Harta bagi seorang Muslim menjadi sarana untuk mencapai
kebahagian dunia dan akhirat sehingga harta yang dimiliki mesti
dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan.10 Oleh karena itu pemanfaatan harta
mesti sesuai dengan nilainilai yang diridhai oleh Allah swt. dan inilah yang
dimaksud jihad mal. Yaitu membelanjakan harta benda di jalan Allahswt. Jihad
dengan jiwa raga adalah mewakafkan jiwa raga demi tegaknya keadilan yang dapat
dirasakan oleh umat manusia sehingga tercipta perasaan aman, bebas tanpa
intimidasi. Seorang Muslim dituntut untuk kesatria menegakkan kebenaran,
memiliki pendirian yang teguh dalam menghadapi segala bentuk intimidasi.
Menurut Ibnu Qayyim jihad terbagi ke dalam tiga bentuk, yaitu jihad mutlaq,
jihadhujjah dan jihad 'amm. Pembagian ini dilatarbelakangi oleh kondisi umat
Islam pada saat itu, sehingga Ibn Qayyim membagi jihad berdasarkan cara yang
dipergunakan dalam menegakkan keadilan dan kebenaran. Jihad mutlaq adalah
bersabar menghadapi musuh di medan perang. Islam membenarkan umatlslam
untuk mempertahankan diri dan kehormatan, namun Islam melarang umat Islam
memulai suatu masalah, bahkan dalam melakukan peperangan,ajaran Islam
memberikan aturan-aturan yang sangat ketat sehingga etika dan moralitas
senantiasa terjaga meskipun di medan perang. Kontak senjata dalam pandangan
Islam adalah jalan terakhir yang tidak bisa dihindari yaitu disaat semua jalan
diplomasi sudah tertutup.
Jihad hujjah adalah jihad yang dilakukan oleh para ulama dalam rangka
memberikan penjelasan dan dalil-dalil yang logis tentang risalah Islam yang
bersifat rahmatan tit 'alamin. Jihad semacam ini juga dikenal dengan da'wah bi al-
lisan. Jihad 'amm yaitu jihad yang merangkumi seluruh aspek kehidupan, baik
yang bersifat moral maupun material. Jihad ini dapat dilakukan melalui harta, jiwa,
tenaga, waktu, dan ilmu pengetahuan yang dimiliki. Jihad dalam konteks ini
melibatkan seluruh umat Islam tanpa kecuali. Bahkan Rasulullah saw. menegaskan
bahwa pekerjan yang paling disenangi oleh Allah swt. adalah pekerjaan yang
dilakukan dengan sungguh-sungguh."
Jihad terhadap hawa nafsu merupakan jihad yang paling tinggi karena jiwa
manusia cenderung melakukan pelanggaran. Di samping itu manusia cenderung
untuk memuaskan hawa nafsunya, melawan hawa nafsu yang mendorong pada
perbuatan keji dan munkar serta mencari kepuasan jauh lebih sulit dari hanya
sekedar berperang di medan laga, sebab berperang di medan lagi adalah sejalan
dengan jiwa manusia yang cenderung untuk melawan musuhnya sehingga jihad
melawan hawa nafsu jauh lebih susah dibanding bentuk- bentuk jihad yang lain.
Berjihad dengan anfus, bisa berupa dengan tenaga dan jiwa. Dalam kondisi damai,
jihad dengan anfus ini bisa dilekatkan kepada beberapa predikat, seperti jihad
dakwah dengan amar ma'ruf dan nahimunkar, jihad pendidikan dan jihad
intelektual (Jihad bial-lisan aw bial-qalam). Abd. Halim Mahmud (2001; 131-132)
mengatakan bahwa jihad dewasa ini memiliki bidang yang amat luas, tidak sekadar
amar ma'ruf dan nahi munkar. Sebab terkadang kemungkaran yang ingin dirubah
posisinya sangat kuat dan tidak mempan dengan ajakan, ceramah dan nasihat atau
cara-cara persuasif.
Menurut Imam Ragib al-Isfahani dalam M. Quraish Shihab (1996; 499) kata
jihad dalam al-qur’an mempunyai tiga arti, yaitu: (1) berjuang melawan musuh
nyata, (2) berjuang melawan (memusuhi) syetan, dan (3) berjuang melawan hawa
nafsu. Sebagaimana dijelaskan dalam al-qur’an surah Al-Haj/22: 78 dan Q.S. al-
Baqarah/2: 218.
“Dan berjihadlah kamu di jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia
telah memilih kamu, dan Dia tidak menjadikan kesukaran untukmu dalam agama.
(Ikutilah) agama nenek moyangmu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamakan kamu
orang-orang muslim sejak dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al-Qur'an) ini, agar
Rasul (Muhammad) itu menjadi saksi atas dirimu dan agar kamu semua menjadi
saksi atas segenap manusia. Maka laksanakanlah salat; tunaikanlah zakat, dan
berpegangteguhlah kepada Allah. Dialah Pelindungmu; Dia sebaik-baik pelindung
dan sebaik-baik penolong.”
ٰۤ
ِِر ِحي ٌم َ ُِّٰللا
َّ غفُو ٌر ِّٰللاِ َٖۗو ه َ َول ِٕىكَ ِيَر ُجون
ِِِرح َمتَ ه ُ ِّٰللاِِۙا َ ِاِوجَا َهدُواِفِي
ِ سبِي ِل ه َ اِنَّ ِالَّذِينَ ِٰا َمنُو
َ اِوالَّذِينَ ِ َهاج َُرو
Faktor eksternal. Hal ini terkait dengan proses globalisasi. Proses globalisasi
meniscayakan adanya interaksi sosial-budaya dalam skala yang luas. Dalam
konteks ini, Islam sebagai tatanan nilai dihadapkan dengan tatanan nilai-nilai
modern, yang pada titik tertentu bukan saja tidak selaras dengan nilai-nilai yang
diusung Islam, tapi juga berseberangan secara diametral. Akhirnya, proses
interaksi global ini menjadi sebuah kontestasi kekuatan, di mana satu sama lain
saling memengaruhi bahkan “meniadakan”.
2. Maksud Islam sebagai agama rahmat bagi sekalian alam adalah sebagai agama
secara normatif memastikan terwujudnya kedamaian dan keselamatan untuk
seluruh umat manusia, dan orang muslim tidak lain adalah mereka yang
mewujudkan nilai-nilai luhur Islam tersebut. Istilah rahmatan lil’alamin terdiri
atas dua kata rahmat yang berarti kasih sayang, dan lil’alamin yang berarti
seluruh alam.
3. Jihad dalam Al – Qur’an mengandung arti yang sangat luas seluas ajaran Islam
yang mengatur seluruh aspek kehidupan umat manusia, dari masalah-masalah
yang bersifat individual atau privasi sampai kepada masalah kemasyarakatan
dan negara. Menurut Andi Aderus (2017; 9) mengatakan bahwa ulama
membagi jihad kepada beberapa bagian sesuai dengan objek jihad yang
didefinisikan. Sebagian ulama membagi Jihad kepada dua macam, yaitu: jihad
mal (jihad dengan harta) dan jihad nafs (jihad dengan diri atau jiwa raga).
M.A, D. I. (2018, Juli 13). Islam Rahmatan Lil’alamin. Retrieved April 21,
2022, from iain-surakarta.ac.id: https://iain-surakarta.ac.id/islam-rahmatan-
lilalamin/