Anda di halaman 1dari 19

ISLAM DAN RADIKALISME

Disusun Oleh:
Nama : Siti Aminah Siregar
Nim : 21405970
Prodi : S1 Akuntansi Pagi B

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE)

SULTAN AGUNG
PEMATANGSIANTAR
2022
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah yang maha Pengasih lagi maha
Penyayang, puji syukur kita panjatkan kepada ALLAH SWT, karena
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini guna
memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam dengan judul
makalah “Islam dan Radikalisme”

Penyusunan makalah sudah semaksimal mungkin dibuat dengan


bantuan beberapa sumber, maka dari itu penulis ucapkan terimakasih
kepada sumber yang membantu penulis dalam pembuatan makalah ini.

Penulis juga menyadari pasti ada kesalahan dan kekurangan dalam


pembuatan makalah ini baik yang disengaja maupun tidak sengaja, baik
tulisan, dan bacaan. Oleh karena itu, penulis menerima dengan senang
hati kritikan dan saran dari pembaca agar penulis dapat tau memperbaiki
makalah ini.

Harapan pembuat makalah semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi


pembaca dan dapat menginspirasi orang-orang yang ingin membuat
makalah dengan bahasan dan kata yang lebih baik dan relevan lagi.
Daftar Isi
KATA PENGANTAR .............................................................................

DAFTAR ISI ...........................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................

A. Latar Belakang Masalah......................................................................

B. Rumusan Masalah ...............................................................................

BAB II PEMBAHASAN .........................................................................

A. Islam Agama Rahmat bagi Sekalian Alam ..........................................

B. Makna “Jihad” dalam Perspektip Islam ...............................................

C. Latar Belakang Munculnya Gerakan Radikalisme ..............................

a. Faktor Dari Dalam (Internal) ..........................................................

b. Faktor Dari Luar (Eksternal) ..........................................................

c. Mengantisipasi Gerakan Radikalisme di Indonesia ........................

BAB III PENUTUP .................................................................................

A. Kesimpulan .........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada buku ini, istilah yang dipakai adalah “Radikal Islam” atau
“Fundamentalisme Islam”. Penggunaan istilah tersebut tidak memiliki pretensi
apapun, hanya semata-mata pilihan diksi atau istilah saja. Penulis tidak ingin
terjebak dan berkutat pada polemik istilah antara keduanya. Dalam asumsi penulis,
istilah keduanya memiliki satu pemahaman yang sama, yakni merujuk pada
gerakan Islam yang hendak menginginkan terbentuknya sistem khilafah (Negara
Islam) menggantikan sistem dan tata nilai lainya (terutama tata nilai Barat;
demokrasi, liberalisme, dan sekularisme). Dengan demikian, penulis menggunakan
istilah “radikalisme” dan “fundamentalisme” secara bergantian. Itilah
“radikalisme” atau “fundamentalisme”, pada wawlnya justru diintrodusir dari
tradisi “Barat”, terutama kalangan kelompok keagamaan Kristen Protestan di AS
sekitar tahun 1910-an. Dalam perkembanganya, istilah radikalisme atau
fundamentalisme, menurut Roger Caraudy (1992), seorang filosof dari Perancis,
tidak hanya faham keagamaan saja. Lebih dari itu, istilah tersebut juga mencakup
pengertian sosial, politik dan budaya. Dengan demikian, suatu ideologi atau
pemikiran apapun memiliki side-effect (dampak negatif) yang dapat menarik
seseorang menjadi fanatis dan militan, ia dapat dikategorikan sebagai
fundamentalisme atau radikalisme. Dengan demikian beragam ideologi seperti :
liberalisme, marxisme, sosialisme , leninisme, dan seterusnya dapat dipahami
sebagai fundamentalisme atau radikalisme. Dengan demikian istilah ini tergantun
dari sudut mana seseorang melihat dan mengkajinya. Dalam konteks tulisan ini,
radikalisme atau fundamentalisme hanya dibatasi dalam kajian radikalisme agama,
baik Islam ataupun agama-agama lain yang secara umum memilik kesanaan-
kesamaan, walau tidak sama persis.

Radikalisme harus diakui adalah istilah yang polemikal bagi kalangan umat
beragama. Sebab, bagi kalangan umat beragama (atau kelompok dalam agama)
tertentu, radikalisme atau fundamentalisme cenderung dilihat dalam makna yang
pejorative (negatif). Sebaliknya, ada juga kalangan tertentu, justru bangga dengan
stigma atau predikat istilah ini. Hal ini semata-mata terutama bagi kalangan yang
bangga dengan sebutan ini— karena sebutan ini sebagai suatu kebanggan. Sebab
secara harfiah (makna leksikal) arti radikal atau fundamental dimaknai sebagai
“seseorang atau kelompok yang hendak kembali kepada asas-asas (fundamental)
atau pokok-pokok doktrin keagamaanya”. Meskipun dalam prakteknya, untuk
merealisasikan tujuan keagamaan tersebut, sikap-sikap sosial keagamanya
membentuk watak dan karakter yang eksklusif, absolut, tertutup, intoleran, dan
tidak jarang mengklaim yang paling benar sendiri (ghoiru qobilin li an-Niqas wa
al-Taghyir), suatu sikap yang menganggap paling benar sendiri , yang lain salah.

Istilah radikalisme memiliki banyak arti persamaan lainya;


fundamentalisme, militant, fanatisme, dan ekstrimmisme. Ciri-ciri lain dari istilah
ini sering dikonotasikan dengan eksklusifisme, ketertutupan, merasa saling benar
sendiri dan absolutism. Di tempat kelahiranya, Amerika Serikat, radikalisme
memiliki makna pejorative seperti; fanatik, anti intelektualisme, eksklusifisme
yang sering membentuk tradisi keagamaan yang menyimpang dari praktek
keagamaan mainstream (pada umumnya). Dengan demikian, untuk memudahkan
pemahaman tentang apa itu radikalisme, tentunya terminology ini memuat
pengertian arti makna sebagaimana padanan beberapa arti sebagaimana disebut di
muka tadi.
Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Radikalisme Islam?


2. Mengapa Islam Dimaksud Agama Rahmat Bagi Sekalian Alam (rahmatan
lil’alamin) ?
3. Apa Makna Jihad Dalam Perspektip Islam ?
4. Bagaimana Munculnya Gerakan Radikalisme Dari Faktor Internal ?
5. Bagaimana Munculnya Gerakan Radikalisme Dari Faktor Eksternal ?
6. Bagaimana Mengantisipasi Gerakan Radikalisme Di Indonesia ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Islam Agama Rahmat bagi Sekalian Alam
Sebuah pemikiran atau konsep merupakan anak zamannya, at-turats ibn
‘ashrih, lahir dari konteks zamannya. Demikian pula dengan gagasan Islam
Rahmatan Lil’alamin ini. Secara bahasa kata Islam berasal dari kata salama atau
salima yang berarti damai, keamanan, kenyamanan, dan perlindungan. Menurut
Muhammad Tahir-ul-Qadri (2014: 74) dalam Fatwa tentang Terorisme dan Bom
Bunuh Diri, “seperti makna literalnya, Islam adalah pernyataan absolut tentang
perdamaian. Dan sebagai agama, Islam adalah manifestasi damai itu sendiri. Dia
mendorong manusia untuk menciptakan hidup proporsional, damai, penuh
kebaikan, keseimbangan, toleransi, sabar, dan menahan marah.” Dari kata salima
menjadi yaslaamu, salaaman, dan salaamatan, serta kata turunan lainnya, yang di
dalam Al-Qur’an menjelaskan bahwa setiap kata berasal, terderivasi, serta
terkonjungasi dari kata Islam, secara esensial merujuk kepada pengertian damai,
perlindungan, keamanan, dan kenyamanan (Tahir-ul-Qadri, 2014: 82). Hadis-hadis
Nabi Muhammadρ banyak yang mengilustrasikan makna Islam sebagaimana
pengertian di atas, antara lain:

... ِ‫سا ِن ِه‬


َ ‫س ِل َمِ ال ُمس ِل ُمونَِ ِمنِ َويَ ِد ِِه ِل‬
َ ‫ن‬
ِ ‫ال ُمس ِل ُمِ َم‬
"Muslim ialah orang yang semua orang Islam selamat dari kejahatan lidah -
ucapan -dan kejahatan tangannya-perbuatannya.”

Dalam sebuah hadits disebutkan, “Ada seorang yang bertanya kepada Rasûlullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam , ‘Wahai Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , Islam
yang bagaimanakah yang paling baik ?’ Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjawab :

ِ‫ىِمنِلَمِتَع ِرف‬
َ َ‫عل‬ َ َ‫علَىِ َمنِع ََرفت‬
َ ‫ِو‬ َّ ‫ِوتَق َرأُِال‬،ِ
َ ِ‫س ََل َم‬ َّ ‫ت ُط ِع ُمِال‬.
َ ‫طعَا َم‬
“Engkau memberi makan dan engkau mengucapkan salam kepada orang yang
engkau kenal maupun yang tidak kenal.”
:َ‫بيِصلىِهللاِعليهِوسلمِقَال‬
ّ َّ‫عنِعبدِهللاِبنِعمروِبنِالعاصِرضيِهللاِعنهماِعنِالن‬

ِ‫علَي ِه‬
َ ٌِ‫ِ ُمتَّفَق‬.))ُ‫َاج ُرِ َمنِ َهج ََرِ َماِنَهَىِهللاُِعَن ِه‬
ِ ‫ِوال ُمه‬،ِ
َ ‫ِويَ ِده‬
َ ‫سانِ ِه‬ ِ َ‫س ِل َمِال ُمس ِل ُمون‬
َ ‫ِمنِ ِل‬ َ ِ‫ِ((ال ُمس ِل ُمِ َمن‬.

Dari Abdullah bin Amr bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma dari Nabi SAW,
sabdanya: "Muslim ialah orang yang semua orang Islam selamat dari kejahatan lidah -
ucapan -dan kejahatan tangannya-perbuatannya. Muhajir ialah orang yang meninggalkan
apa-apa yang dilarang oleh Allah padanya." (Muttafaq 'alaih).

Dengan tiga Hadis ini cukuplah untuk mengatakan dari kajian bahasa bahwa
Islam sebagai agama secara normatif memastikan terwujudnya kedamaian dan
keselamatan untuk seluruh umat manusia, dan orang muslim tidak lain adalah
mereka yang mewujudkan nilai-nilai luhur Islam tersebut. Istilah rahmatan
lil’alamin terdiri atas dua kata rahmat yang berarti kasih sayang, dan lil’alamin
yang berarti seluruh alam. Istilah ini sebagaimana tercantum di dalam surat Al-
Anbiya’ (21): 107. Menurut Ath-Thabari (224-310/838-923) di dalam Jami’ul
Bayan fi Ta’wil al-Qur’an, para ulama tafsir berbeda pendapat mengenai maksud
ayat ini, apakah rahmat itu [diutusnya Nabi Muhammad] ditujukan kepada seluruh
alam, termasuk orang-orang kafir? atau hanya kepada orang-orang beriman?
Menurut Ath-Thabari yang paling benar adalah pendapat pertama. Adapun
[rahmat] bagi orang beriman maka sesungguhnya Allah memberikan petunjuk
kepadanya dan memasukkan keimanan ke dalam dirinya dan memasukkanya ke
dalam surga dengan mengerjakan amal yang diperintahkan Allah. Adapun bagi
orang kafir [maka rahmat] itu berupa penundaan bala’ sebagaimana yang
diturunkan kepada umat-umat yang mendustakan rasul-rasul Allah sebelumnya.

Bisa dikatakan gagasan Islam Rahmatan Lil’alamin ini masih konsep abstrak.
Agar lebih operasional, pengertian Nur Syam berikut ini bisa menjelaskan gagasan
Islam rahmatan lil’alamin tersebut, yaitu gagasan dan upaya orang Islam
khususnya di Indonesia menjadikan: Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam,
bukan hanya keselamatan bagi manusia tetapi juga untuk alam lainnya. Yang
diselamatkan adalah hablum minallah, hablum minan nas dan juga hablum minal
alam. Keselamatan manusia tidak ada artinya jika alam tidak dalam keselamatan.
Makanya Islam yang menyelamatkan adalah Islam yang memberikan keselamatan
bagi semuanya.
B. Makna “Jihad” dalam Perspektip Islam
Jihad dalam Al – Qur’an mengandung arti yang sangat luas seluas ajaran Islam
yang mengatur seluruh aspek kehidupan umat manusia, dari masalah-masalah yang
bersifat individual atau privasi sampai kepada masalah kemasyarakatan dan
negara. Menurut Andi Aderus (2017; 9) mengatakan bahwa ulama membagi jihad
kepada beberapa bagian sesuai dengan objek jihad yang didefinisikan. Sebagian
ulama membagi Jihad kepada dua macam, yaitu: jihad mal (jihad dengan harta)
dan jihad nafs (jihad dengan diri atau jiwa raga). Pendapat mereka ini didasarkan
dari beberapa firman Allah Swt. dalam al- qur’an yang berulangkali menyebut dua
bentuk jihad tersebut.
Jihad dengan harta yaitu menafkahkan harta benda dijalan Allah swt. untuk
kepentingan agama dan kemanusiaan. Menurut ajaran Islam harta yang dimiliki
sebagian kecilnya mesti di salurkan pada fakir miskin dan kepentingan-
kepentingan sosial. Harta bagi seorang Muslim menjadi sarana untuk mencapai
kebahagian dunia dan akhirat sehingga harta yang dimiliki mesti
dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan.10 Oleh karena itu pemanfaatan harta
mesti sesuai dengan nilainilai yang diridhai oleh Allah swt. dan inilah yang
dimaksud jihad mal. Yaitu membelanjakan harta benda di jalan Allahswt. Jihad
dengan jiwa raga adalah mewakafkan jiwa raga demi tegaknya keadilan yang dapat
dirasakan oleh umat manusia sehingga tercipta perasaan aman, bebas tanpa
intimidasi. Seorang Muslim dituntut untuk kesatria menegakkan kebenaran,
memiliki pendirian yang teguh dalam menghadapi segala bentuk intimidasi.
Menurut Ibnu Qayyim jihad terbagi ke dalam tiga bentuk, yaitu jihad mutlaq,
jihadhujjah dan jihad 'amm. Pembagian ini dilatarbelakangi oleh kondisi umat
Islam pada saat itu, sehingga Ibn Qayyim membagi jihad berdasarkan cara yang
dipergunakan dalam menegakkan keadilan dan kebenaran. Jihad mutlaq adalah
bersabar menghadapi musuh di medan perang. Islam membenarkan umatlslam
untuk mempertahankan diri dan kehormatan, namun Islam melarang umat Islam
memulai suatu masalah, bahkan dalam melakukan peperangan,ajaran Islam
memberikan aturan-aturan yang sangat ketat sehingga etika dan moralitas
senantiasa terjaga meskipun di medan perang. Kontak senjata dalam pandangan
Islam adalah jalan terakhir yang tidak bisa dihindari yaitu disaat semua jalan
diplomasi sudah tertutup.
Jihad hujjah adalah jihad yang dilakukan oleh para ulama dalam rangka
memberikan penjelasan dan dalil-dalil yang logis tentang risalah Islam yang
bersifat rahmatan tit 'alamin. Jihad semacam ini juga dikenal dengan da'wah bi al-
lisan. Jihad 'amm yaitu jihad yang merangkumi seluruh aspek kehidupan, baik
yang bersifat moral maupun material. Jihad ini dapat dilakukan melalui harta, jiwa,
tenaga, waktu, dan ilmu pengetahuan yang dimiliki. Jihad dalam konteks ini
melibatkan seluruh umat Islam tanpa kecuali. Bahkan Rasulullah saw. menegaskan
bahwa pekerjan yang paling disenangi oleh Allah swt. adalah pekerjaan yang
dilakukan dengan sungguh-sungguh."
Jihad terhadap hawa nafsu merupakan jihad yang paling tinggi karena jiwa
manusia cenderung melakukan pelanggaran. Di samping itu manusia cenderung
untuk memuaskan hawa nafsunya, melawan hawa nafsu yang mendorong pada
perbuatan keji dan munkar serta mencari kepuasan jauh lebih sulit dari hanya
sekedar berperang di medan laga, sebab berperang di medan lagi adalah sejalan
dengan jiwa manusia yang cenderung untuk melawan musuhnya sehingga jihad
melawan hawa nafsu jauh lebih susah dibanding bentuk- bentuk jihad yang lain.
Berjihad dengan anfus, bisa berupa dengan tenaga dan jiwa. Dalam kondisi damai,
jihad dengan anfus ini bisa dilekatkan kepada beberapa predikat, seperti jihad
dakwah dengan amar ma'ruf dan nahimunkar, jihad pendidikan dan jihad
intelektual (Jihad bial-lisan aw bial-qalam). Abd. Halim Mahmud (2001; 131-132)
mengatakan bahwa jihad dewasa ini memiliki bidang yang amat luas, tidak sekadar
amar ma'ruf dan nahi munkar. Sebab terkadang kemungkaran yang ingin dirubah
posisinya sangat kuat dan tidak mempan dengan ajakan, ceramah dan nasihat atau
cara-cara persuasif.
Menurut Imam Ragib al-Isfahani dalam M. Quraish Shihab (1996; 499) kata
jihad dalam al-qur’an mempunyai tiga arti, yaitu: (1) berjuang melawan musuh
nyata, (2) berjuang melawan (memusuhi) syetan, dan (3) berjuang melawan hawa
nafsu. Sebagaimana dijelaskan dalam al-qur’an surah Al-Haj/22: 78 dan Q.S. al-
Baqarah/2: 218.

َ ِ‫ِملَّةَِا َ ِبيِكُمِاِب ٰر ِهي ٖۗ َمِه َُو‬


ِ‫س همىكُ ُم‬ ِ ‫ِمنِح ََر ٖۗج‬
ِ ‫علَيكُمِ ِفىِال ّدِي ِن‬ َ ‫ِجهَاد ِٖۗهِه َُوِاجت َ ٰبىكُم‬
َ َِ‫ِو َماِ َج َعل‬ ِ َّ‫ىِّٰللاِحَق‬
ِ ‫َوجَا ِهدُواِ ِف ه‬

َ َ‫سِفَا َ ِقي ُمواِالص َّٰلوة‬


ِ‫ِو ٰات ُوا‬ َ ِ‫ِوتَكُونُواِشُ َهد َۤا َء‬
ِۖ ِ ‫علَىِالنَّا‬ َ ‫علَيكُم‬
َ ِ‫سو ُلِش َِهيدًا‬ َّ َ‫ِهذَاِ ِل َيكُون‬
ُ ‫ِالر‬ ٰ ‫ِو ِفي‬
َ ‫ِۙمنِقَب ُل‬
ِ ‫ال ُمس ِل ِمينَ ِە‬

َ ‫اّٰللِٖۗه َُوِ َمو ٰلىك ُْۚمِفَنِع َمِال َمو ٰل‬


.‫ىِونِع َمِالنَّ ِصي ُِر‬ َ َ‫الز ٰكوة‬
ِ ‫ِواعت َ ِص ُمواِ ِب ه‬ َّ

“Dan berjihadlah kamu di jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia
telah memilih kamu, dan Dia tidak menjadikan kesukaran untukmu dalam agama.
(Ikutilah) agama nenek moyangmu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamakan kamu
orang-orang muslim sejak dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al-Qur'an) ini, agar
Rasul (Muhammad) itu menjadi saksi atas dirimu dan agar kamu semua menjadi
saksi atas segenap manusia. Maka laksanakanlah salat; tunaikanlah zakat, dan
berpegangteguhlah kepada Allah. Dialah Pelindungmu; Dia sebaik-baik pelindung
dan sebaik-baik penolong.”

ٰۤ
ِ‫ِر ِحي ٌم‬ َ ُِ‫ّٰللا‬
َّ ‫غفُو ٌر‬ ‫ِّٰللاِ َٖۗو ه‬ َ َ‫ول ِٕىكَ ِيَر ُجون‬
ِِ‫ِرح َمتَ ه‬ ُ ‫ِّٰللاِِۙا‬ َ ِ‫اِوجَا َهدُواِفِي‬
ِ ‫سبِي ِل ه‬ َ ‫اِنَّ ِالَّذِينَ ِٰا َمنُو‬
َ ‫اِوالَّذِينَ ِ َهاج َُرو‬

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, dan orang-orang yang berhijrah dan


berjihad di jalan Allah, mereka itulah yang mengharapkan rahmat Allah. Allah
Maha Pengampun, Maha Penyayang.”

C. Latar Belakang Munculnya Gerakan Radikalisme


Thalib menyatakan bahwa istilah radikalisme Islam menunjuk pada munculnya
berbagai gerakan Islam yang menggunakan berbagai bentuk kekerasan dalam
rangka perjuangan untuk mendirikan ‘Negara Islam’. Rahmat memberi uraian
bahwa radikalisme Islam adalah suatu gerakan yang memiliki ciri radikal dengan
indiktor adanya karakter keras dan tegas, cenderung tanpa kompromi dalam
mencapai agenda-agenda tertentu yang berkaitan dengan kelompok muslim
tertentu, bahkan dengan pandangan dunia (world view) Islam tertentu sebagai
sebuah agama. Kesan karakter gerakan yang keras tersebut bisa terlihat dari nama
dan terminologi yang mereka gunakan sebagai nama kelompok mereka yang
berkonotasi kekerasan dan militeristik, seperti Jundullah (tentara Allah), Laskar
Jihad, dan Hizbullah (partai Allah) atau Front Pembela Islam.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat ditarik pengertian bahwa radikalisme Islam


adalah sebuah gerakan berbasis Islam yang dimaksudkan untuk melakukan
pembaruan dalam masalah sosial, politik, atau keagamaan, dilakukan dengan cara
drastis, keras, dan tanpa kompromi kepada pihak-pihak yang dianggap musuh,
dengan satu prinsip bahwa hanya Syariat Islam yang mampu mengatasinya
sehingga pendirian Negara Islam dan penerapan Syariat Islam menjadi ide
perjuangannya.

Radikalisme Islam pada zaman dulu banyak dilatarbelakangi oleh adanya


kelemahan umat Islam baik pada bidang aqidah, syariah maupun perilaku,
sehingga radikalisme Islam merupakan ekspresi dari tajdid (pembaruan), islah
(perbaikan), dan jihad (perang) yang dimaksudkan untuk mengembalikan muslim
pada ruh Islam yang sebenarnya. Tetapi akar radikalisme Islam di zaman modern
ini sangat kompleks.

Hasan menganggap bahwa radikalisme Islam merupakan strategi baru


melakukan reaksi dominasi Barat terhadap dunia Islam yang kemudian
memunculkan aktivisme berbendera agama untuk menuntut reposisi peran Islam
dalam ruang politik kenegaraan, yang upaya ini telah dirintis melalui pemikiran
Hasan al-Banna pendiri Ikhwanul Muslimin di Mesir dan Abul A’la Maududi
pendiri Jama’ati Islami di Indo Pakistan. Radikalisme Islam juga merupakan
bahasa protes yang digunakan oleh orang-orang yang terpinggirkan dalam arus
deras modernisasi dan globalisasi.

a. Faktor Dari Dalam (Internal)

Dalam konteks ini, munculnya reaksi kalangan Muslim, yang pada


prakteknya tidak jarang menampakkan wajah Islam yang “bengis”, intoleran
disebabkan adanya pressing politik dari pemerintah. Biasanya persoalan agama
kalau sudah ditunggangi oleh kepentingan politik dan kekeuasaan, agama tidak
lagi menjadi sakral dan profane, agama acapkali dijadikan alasan kebenaran
untuk melampiaskan hawa nafsu. Selain itu Islam sebagai sebuah tatanan nilai
universal sering tidak mendapatkan ruang cukup untuk berekspresi dalam
bidang politik. Bahkan dalam tataran tertentu termarjinalkan. Kondisi ini
melahirkan ironi, sebab Muslim merupakan mayoritas di negeri ini. Kekesalan
ini akhirnya membuncah dan mendapatkan momennya pada era reformasi.
Seperti disebut di atas, reaksi ini tidak jarang bersifat radik.

b. Faktor Dari Luar (Eksternal)

Faktor eksternal. Hal ini terkait dengan proses globalisasi. Proses globalisasi
meniscayakan adanya interaksi sosial-budaya dalam skala yang luas. Dalam
konteks ini, Islam sebagai tatanan nilai dihadapkan dengan tatanan nilai-nilai
modern, yang pada titik tertentu bukan saja tidak selaras dengan nilai-nilai yang
diusung Islam, tapi juga berseberangan secara diametral. Akhirnya, proses
interaksi global ini menjadi sebuah kontestasi kekuatan, di mana satu sama lain
saling memengaruhi bahkan “meniadakan”.

c. Mengantisipasi Gerakan Radikalisme Di Indonesia


Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi gerakakan
radikalisme di indonesia, yaitu :
1. Memperkenalkan Ilmu Pengetahuan Dengan Baik Dan Benar
Hal pertama yang dapat dilakukan untuk mencegah paham radikalisme
dan tindak terorisme ialah memperkenalkan ilmu pengetahuan dengan
baik dan benar. Pengenalan tentang ilmu pengetahuan ini harusnya sangat
ditekankan kepada siapapun, terutama kepada para generasi muda. Hal
ini disebabkan pemikiran para generasi muda yang masih mengembara
karena rasa keingintahuannya, apalagi terkait suatu hal yang baru seperti
sebuah pemahaman terhadap suatu masalah dan dampak pengaruh
globalisasi.
2. Memahamkan Ilmu Pengetahuan Dengan Baik Dan Benar
Hal kedua yang dapat dilakukan untuk mencegah pemahaman
radikalisme dan tindak terorisme ialah memahamkan ilmu pengetahuan
dengan baik dan benar. Setelah memperkenalkan ilmu pengetahuan
dilakukan dengan baik dan benar, langkah berikutnya ialah tentang
bagaimana cara untuk memahamkan ilmu pengetahuan tersebut. Karena
tentunya tidak hanya sebatas mengenal, pemahaman terhadap yang
dikenal juga diperlukan.
3. Meminimalisir Kesenjangan Sosial
Kesenjangan sosial yang terjadi juga dapat memicu munculnya
pemahaman radikalisme dan tindakan terorisme. Sedemikian sehingga
agar kedua hal tersebut tidak terjadi, maka kesenjangan sosial haruslah
diminimalisir.
4. Menjaga Persatuan Dan Kesatuan
Menjaga persatuan dan kesatuan juga bisa dilakukan sebagai upaya untuk
mencegah pemahaman radikalisme dan tindakan terorisme di kalangan
masyarakat, terbelih di tingkat Negara. Sebagaimana kita sadari bahwa
dalam sebuah masyarakat pasti terdapat keberagaman atau kemajemukan,
terlebih dalam sebuah Negara yang merupakan gabungan dari berbagai
masyarakat.
5. Mendukung Aksi Perdamaian
Aksi perdamaian mungkin secara khusus dilakukan untuk mencegah
tindakan terorisme agar tidak terjadi. Kalau pun sudah terjadi, maka aksi
ini dilakukan sebagai usaha agar tindakan tersebut tidak semakin meluas
dan dapat dihentikan. Namun apabila kita tinjau lebih dalam bahwa
munculnya tindakan terorisme dapat berawal dari muncul pemahaman
radikalisme yang sifatnya baru, berbeda, dan cenderung menyimpang
sehingga menimbulkan pertentangan dan konflik.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Istilah Radikalisme Islam yang dipakai adalah “Radikal Islam” atau
“Fundamentalisme Islam”. Penggunaan istilah tersebut tidak memiliki pretensi
apapun, hanya semata-mata pilihan diksi atau istilah saja. Penulis tidak ingin
terjebak dan berkutat pada polemik istilah antara keduanya. Dalam asumsi
penulis, istilah keduanya memiliki satu pemahaman yang sama, yakni merujuk
pada gerakan Islam yang hendak menginginkan terbentuknya sistem khilafah
(Negara Islam) menggantikan sistem dan tata nilai lainya (terutama tata nilai
Barat; demokrasi, liberalisme, dan sekularisme).

2. Maksud Islam sebagai agama rahmat bagi sekalian alam adalah sebagai agama
secara normatif memastikan terwujudnya kedamaian dan keselamatan untuk
seluruh umat manusia, dan orang muslim tidak lain adalah mereka yang
mewujudkan nilai-nilai luhur Islam tersebut. Istilah rahmatan lil’alamin terdiri
atas dua kata rahmat yang berarti kasih sayang, dan lil’alamin yang berarti
seluruh alam.

3. Jihad dalam Al – Qur’an mengandung arti yang sangat luas seluas ajaran Islam
yang mengatur seluruh aspek kehidupan umat manusia, dari masalah-masalah
yang bersifat individual atau privasi sampai kepada masalah kemasyarakatan
dan negara. Menurut Andi Aderus (2017; 9) mengatakan bahwa ulama
membagi jihad kepada beberapa bagian sesuai dengan objek jihad yang
didefinisikan. Sebagian ulama membagi Jihad kepada dua macam, yaitu: jihad
mal (jihad dengan harta) dan jihad nafs (jihad dengan diri atau jiwa raga).

4. munculnya gerakan radikalisme dari faktor internal yaitu munculnya reaksi


kalangan muslim, yang pada prakteknya tidak jarang menampakkan wajah
islam yang “bengis”, intoleran disebabkan adanya pressing politik dari
pemerintah.
5. munculnya gerakan radikalisme dari faktor eksternal yaitu ini terkait dengan
proses globalisasi. proses globalisasi meniscayakan adanya interaksi sosial-
budaya dalam skala yang luas.

6. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi gerakan radikalisme


di Indonesia yaitu : Memperkenalkan ilmu pengetahuan dengan baik dan benar,
Memahamkan ilmu pengetahuan dengan baik dan benar, Meminimalisir
kesenjangan sosial, Menjaga persatuan dan kesatuan, dan Mendukung aksi
perdamaian.
DAFTAR PUSTAKA

Jannah, N. (2015, September 11). Faktor Pemicu Munculnya Radikalisme Islam


Atas Nama Dakwah. Retrieved April 21, 2022, from core.ac.uk :
https://core.ac.uk/download/pdf/230869888.pdf

M.A, D. I. (2018, Juli 13). Islam Rahmatan Lil’alamin. Retrieved April 21,
2022, from iain-surakarta.ac.id: https://iain-surakarta.ac.id/islam-rahmatan-
lilalamin/

M.Ag, D. A. (2007). Radikalisme Islam Nahdlatul Ulama. Yogyakarta: Logung


Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai