Anda di halaman 1dari 12

Anomali Struktur Jaringan Gigi

Dentinogenesis Imperfecta
Gangguan pembentukan pada dentin primer. Enamel dapat lebih tipis dari normal.
Kelainan ini diturunkan melalui kromosom autosomal dominan yang dapat menyerang
semua jenis kelamin dan semua jenis gigi (sulung dan permanen).
Terdapat 2 jenis, yaitu tipe 1 Dentinogenesis Imperfecta diasosiasikan dengan
Osteogenesis Imperfecta, akar gigi dan kamar pulpa kecil serta tidak terbentuk sempurna
dan lebih parah terjadi pada gigi sulung dan tipe 2 Dentinogenesis Imperfecta tanpa defek
skeletal (sering terlihat sebagai pembesaran kamar pulpa pada gigi sulung).

Ketika diperiksa menggunakan cahaya transmisi, gigi yang terkena menunjukkan amber-
like translucency dan diskolorasi kuning hingga biru abu-abu. Enamel mudah fraktur atau
habis karena atrisi (pada orang dewasa, gigi tinggal akarnya saja). Beberapa pasien
menunjukkan adanya open-bite.
Gambaran Radiograf
Gambaran ukuran mahkota biasanya normal, namun adanya penyempitan dari bagian
servikal gigi menyebabkan mahkota terlihat bulat. Radiografi menunjukkan adanya atrisi
dari permukaan oklusal (tak kentara hingga jelas terlihat). Akar biasanya pendek dan
ramping. Tipe I dan II menunjukkan kehilangan ruang pulpa sebagian atau seluruhnya.
Pada awal perkembangan, gigi tampak memiliki ruang pulpa yang besar, namun
selanjutnya hilang seiring terbentuknya dentin. Pada akhirnya, saluran akar mungkin
tidak ada atau terlihat tipis seperti benang. Radiolusen periapikal sesekali terlihat dalam
hubungan dengan gigi yang sehat tanpa bukti keterlibatan pulpa, yang mungkin terjadi
dari hubungan mikroskopis antara residu pulpa dan rongga mulut. Lesi ini tidak terjadi
sesering pada dentin displasia. Arsitektur tulang di rahang atas dan rahang bawah normal.
Diagnosis Banding
Dentin displasia

Dentin Dysplasia
Sifat autosomal dominant yang menyerupai Dentinogenesis Imperfekta. Terdapat dua
tipe, yaitu tipe I (radicular) dan tipe II (coronal) dentin dysplasia. Pada tipe I, perubahan
dapat terlihat pada penampakan akar. Pada tipe II, perubahan pada mahkota terlihat jelas
dengan perubahan bentuk ruang pulpa.
Secara klinis, pada tipe I gigi umumnya mempunyai warna dan bentuk normal pada
perkembangan gigi, kadang terlihat gambaran translucent kecil agak kebiruan-coklat.
Pada tipe I biasanya terjadi misalign (ketidak lurusan) pada lengkungan. Pada tipe II
mahkota pada gigi sulung terlihat dengan warna, ukuran dan garis batas yang sama pada
dentinogenesis imperfekta.
Gambaran Radiograf
Pada tipe I (displasia dentin radikular) akar seluruh gigi, sulung dan permanen, berbentuk
pendek atau abnormal. Akar gigi sulung dapat berbentuk seperti spikula (jarum) tipis.
Ruang pulpa dan saluran akar sepenuhnya tertutup sebelum erupsi dengan luas obliterasi
yang tidak menentu. Selain itu, sekitar 20% dari gigi dengan dentin displasia tipe I
memiliki radiolusen periapikal dengan gambaran berupa kista atau granuloma. Hal ini
mungkin merupakan hasil hubungan mikroskopis antara pulpa residual dan rongga mulut.
Sedangkan, pada tipe II (displasia dentin koronal), obliterasi ruang pulpa dan reduksi
kaliber saluran akar terjadi setelah erupsi (setidaknya umur 5 atau 6 tahun). Perubahan ini
tidak terlihat sebelum erupsi. Saat ruang pulpa pada molar terisi oleh dentin hipertrofi,
bentuknya menjadi sepeti api dan mungkin memiliki beberapa pulp stones. Kadang ruang
pulpa pada gigi anterior dan premolar berkembang menjadi berbentuk seperti thistle-tube
karena ekstensi ruang pulpa ke dalam akar. Sedangkan bentuk maupun proporsi akar
pada dentin displasia koronal ialah normal.
Diagnosis Banding
Dentinogenesis Imperfecta, dimana awalnya sulit dibedakan. Kedua kondisi ini
menghasilkan perubahan warna dan terisinya ruang pulpa. Pada dentin dysplasia tipe II,
namun, ruang pulpa tidak terisi sebelum erupsi. Dan juga, temuan bentuk ruang pulpa
seperti thistle tube pada gigi berakar tunggal memperkuat kemungkinan dari adanya
dentin displasia. Lagipula, ukuran mahkota dapat membantu dalam membedakan antara
keduanya : gigi dentinogenesis imperfecta memiliki mahkota yang membulat dengan
penyempitan bagian servikal, dimana mahkota pada dentin displasia biasanya normal
dalam ukuran, bentuk, dan proporsi. Jika akar pendek dan sempit, kondisi mengacu pada
dentinogenesis imperfecta. Di sisi lain, tampilan akar normal atau hampir tidak ada sama
sekali mengacu pada dentin displasia.
Regional Odontodysplasia (Ghost Teeth)
Kondisi dimana enamel dan dentin mengalami hypoplastic dan hypocalcified. Dapat
trejadi pada permanen dan sulung. Gigi yang terserang regional odontodysplasia biasanya
terlihat kecil dan berbintik coklat yang merupakan akibat dari hypocalcified hypoplastic
enamel. Biasanya gigi tersebut mudah terserang caries dan biasanya mudah retak dan
infeksi pulpa. Biasanya yang sering tersering adalah gigi central, lateral incisor dan
caninus maksilla.
Gambaran Radiograf
Gambaran radiografi pada anomali ini memiliki penampilan bayang-bayang (ghost-like).
Ruang pulpa besar dan saluran akar lebar karena dentin hipoplasia tipis, hanya pada
gambaran outline akar. Outline akar pendek. Email gigi memiliki densitas yang kurang
dan tipis tidak pada umumnya, kadang terlalu tipis dan kurang mineralisasi sehingga
tidak tampak pada radiograf. Gigi yang belum erupsi terlihat hipomineralisasi dan
hipoplasia sehingga tampak seperti teresorbsi.
Diagnosis Banding
Salah satu tanda yang kadang tampak pada gigi malformasi dari dentinogenesis
imperfecta terkadang dibingungkan dengan regional odontodysplasia. Namun, fakta
dimana sifat dentinogenesis imperfecta yang biasanya membawa riwayat keterlibatan
keluarga, berbeda dari odontodysplasia (dimana bukan bawaan), hal ini merupakan ciri-
ciri penting dalam perbedaan antara keduanya. Selain itu, email pada regional
odontodysplasia tampak hypoplasia, dimana bukan merupakan kondisi dari
dentinogenesis imperfecta. Perbedaan yang terakhir, regional odontodysplasia hanya
melibatkan beberapa gigi sulung pada bagian regio yang terkena. Sedangkan
dentinogenesis imperfect melibatkan seluruh gigi sulung.
Enamel Pearl (Enameloma)
Tetesan kecil pada enamel berdiameter 1-3 mm yang terdapat pada akar molar. Mungkin
dibentuk oleh Hertwig’s Epithelial root sheath sebelum epithelium kehilangan
enamelnya. Biasanya hanya berkembang 1 pearl. Enamel pearl mempunyai core
(pusat/inti) dentin dan perpanjangan tanduk pulpa dari ruang pada gigi host.
Umumnya enamel pearl dibentuk di bawah crest gingival dan tidak terdeteksi saat
pemeriksaan klinis. Biasanya berkembang pada trifurkasi pada maksila molar (biasanya
M3) atau bifurkasi mandibular molar, beberapa pada apical sampai CEJ. Pada maksila.
Biasanya terdapat pada aspek mesial atau distal, sedangkan pada mandibula terdapat pada
aspek bukal atau lingual.
Gambaran Radiograf
Enamel pearl memiliki gambaran yang halus, bulat, dan dapat dibedakan dalam derajat
radiopak dengan email yang menutupi mahkota. Kadang dentin memberikan gambaran
kecil, bulat, dan bayangan radiolusen di tengah lingkup radiopak email. Jika
diproyeksikan di atas mahkota, mungkin akan terlihat kabur.
Diagnosis Banding
Enamel pearl dapat disalahartikan sebagai kalkulus yang terisolasi atau batu pulpa.
Perbedaan antara batu pulpa dan enamel pearl dapat diperoleh dengan meningkatkan
sudut proyeksi vertikal untuk memindahkan gambaran enamel pearl menjauh dari ruang
pulpa. Jika opasitas seperti kalkulus, biasanya secara klinis dapat dideteksi. Kadang
pandangan miring/oblique view dari molar maksila atau mandibula dapat menyebabkan
superimposed/tumpang tindih dari bagian furkasi akar gigi, yang menghasilkan tampilan
densitas mirip dengan enamel pearl. Pada kasus ini, pengambilan gambar pada sudut
horizontal yang sedikit berbeda akan mengeliminasi bagian radiopak tersebut.

Pulp Stones
Fokus kalsifikasi pada pulpa gigi. Terlihat secara mikroskopis pada lebih dari ½ gigi
geligi orang muda dan hampir pada semua gigi geligi orang yang berumur lebih dari 50
tahun. Ukurannya bervariasi, diameternya sekitar 2-3 mm, kebanyakan mengisi kamar
pulpa, dan yang terlihat di radiograf adalah yang besar. Jarang teridentifikasi secara
klinis.
Gambaran radiograf
Gambaran radiograf dari batu pulpa agak bervariasi; dengan penampakan sebagai struktur
radiopak dalam ruang pulpa atau saluran akar atau perpanjangan dari ruang pulpa ke
saluran akar. Batu pulpa berbentuk bulat atau oval dan beberapa akan menyesuaikan
dengan bentuk ruang pulpa. Pada kejadian yang jarang, mereka akan mengubah bentuk
dan ukurannya menjadi large stone. Outline dari batu pulpa bervariasi dari yang jelas
terdefinisikan ke yang berbatas difus. Batu pulpa dapat terjadi pada seluruh jenis gigi
namun kebanyakan ialah gigi molar.
Diagnosis Banding
Mengenali batu pulpa tidak sulit meskipun mereka bervariasi dalam ukuran dan bentuk.
Namun, dalam beberapa kasus sering sulit dibedakan dengan sklerosis pulpa.

Pulpa Sclerosis

Bentuk lain dari kalsifikasi di dalam kamar atau saluran pulpa. Untuk membedakan
dengan batu pulpa, pulpal sclerosis merupakan proses difusi (penyebaran). Sering terjadi
pada 66% pada umur 10-20 tahun dan 90% pada umur 50-70 tahun. Secara histologis,
bentuknya tidak beraturan kaya helai/kolom linear terkalsifikasi, letaknya paralel dengan
pembuluh darah dan saraf pada pulpa.
Gambaran Radiograf
Sklerosis pulpa awal, pada proses degeneratif, secara radiografis tidak tampak. Gambaran
difus dari sklerosis pulpa menghasilkan daerah luas pada ruang pulpa atau kanal berupa
radiopasitas yang tidak jelas/ kabur.
Diagnosis Banding

Batu pulpa kecil, namun perbedaan ini hanya teoritis karena kedua kondisi tidak
membutuhkan perawatan.

A B
A. The radiopaque area in the pulp chamber of the first molar and how it conforms to the chamber shape B. The
radiopaque areas in the pulp chambers of both mandibular molars

Flourosis

Fluorosis gigi merupakan indikasi yang jelas dari kelebihan fluor pada masa kanak –
kanak ketika mineralisasi sedang berlangsung dan efek ini tidak tampak jika kelebihan
fluor terjadi ketika gigi sudah tumbuh sepenuhnya. Fluorosis gigi dapat kita definisikan
sebagai kerusakan enamel secara kualitatif yang merupakan hasil dari peningkatan
konsentrasi fluor di sekitar ameloblast selama pembentukan enamel gigi. Fluorosis gigi
dapat menyebabkan perubahan warna gigi menjadi tidak putih lagi sebagaimana gigi
yang sehat, akan tetapi menjadi pucat dan buram. Pada fluorosis yang lebih berat, selain
warnanya lebih gelap, enamel gigi menjadi rapuh. Fluorosis gigi disebut juga dengan 
mottled enamel.

Apalagi kita membandingkan enamel pada gigi anak yang sehat dengan enamel pada gigi
anak yang mengalami fluorosis maka secara histologi pada enamel yang mengalami
fluorosis akan didapati hal-hal sebagai berikut:
 Berkurangnya jumlah sel-sel ameloblast (hipoplasia) yang mengganggu
pembentukan dari matriks sehingga menyebabkan terjadinya lobang-lobang kecil
 Terjadi pengurangan deposit-deposit mineral (hipokalsifikasi) dan disertai dengan
perkembangan (maturasi) gigi sehingga menyebabkan warna seperti kapur.

Etiologi Fluorosis

Ada beberapa etiologi fluorosis gigi, yakni :

 Fluorosis air minum

 Pemberian suplemen yang mengandung fluor

 Pemberian makanan dan minuman yang mengandung fluor

 Pemakaian pasta gigi yang mengandung fluor

 Faktor-faktor lain (aplikasi topikal fluor selama masa pembentukan enamel, terapi
yang menggunakan fluor, menghirup udara yang mengandung fluor yang
dilepaskan dari pembakaran batu bara ataupun proses produksi pupuk fosfat)

Peningkatan-peningkatan asupan yang di atas mungkin cukup untuk menyebabkan


fluorosis.

Gejala Klinis Fluorosis Gigi

Penggunaan fluor dalam waktu yang lama selama pembentukan enamel mengakibatkan
perubahan-perubahan klinik yang dimana dari timbulnya garis putih yang kecil pada
enamel sampai dengan yang parah yaitu enamel menjadi putih seperti kapur dan opak dan
mungkin sebagian patah, segera sesudah gigi erupsi. Keparahannya tergantung pada
banyaknya pemakaian fluor selama periode pembentukan gigi.

Adapun enamel yang normal adalah suatu bahan yang padat, mengandung banyak pori-
pori yang sangat kecil, terdiri dari kristal-kristal hidroksil apatit yang tersusun dengan
pola yang teratur dan membentuk enamel rods (prisma enamel). Pada enamel yang
normal, kristal-kristal tersebut terikat satu sama lain dengan sangat erat dan celah-celah
diantara kristal-kristalnya sangatlah kecil, sehingga enamel tampak translusen.
Permukaan enamel normal biasanya halus dan mengkilat, berwarna putih atau krem muda
dan sifat ini tetap bertahan, walaupun permukaannya dikeringkan dalam waktu yang
lama.

Menurut Dean, fluorosis pada gigi menggambarkan rangkaian kesatuan dari perubahan-
perubahan enamel gigi, maka ciri-ciri klinis fluorosis gigi berdasarkan tingkat keparahan
dapat dibedakan menjadi empat tingkatan, yaitu :

 Very mild (sangat ringan)

Tanda-tanda paling awal dari fluorosis gigi adalah adanya suatu garis putih yang berjalan
menyilang di permukaan gigi atau di enamel permukaan,tetapi tidak mencakup lebih dari
25% permukaan gigi.

 Mild (ringan)

Pada gigi yang terserang fluorosis gigi sedikit lebih parah dari sebelumnya (bentuk
ringan), nampak garis putih yang lebih luas dan lebih menonjol tetapi tidak sana-sini,
sehingga menimbulkan gambaran bercak-bercak kecil, tidak teratur dan permukaan gigi
nampak suram seperti berkabut.

 Moderate (sedang)

Keparahan fluorosis pada tingkat ini ditandai dengan daerah opak yang tidak teratur
berfusi sampai ke seluruh permukaan gigi sehingga gigi nampak putih seperti kapur
(chalky white). Setelah gigi erupsi ke dalam mulut, gigi ini menunjukkan kerusakan pada
permukaannya sehingga apabila daerah yang putih dan porus tersebut di probe dengan
kuat, maka sebagian dari enamel itu akan terlepas.

 Severe (berat)

Pada tingkat keparahan fluorosis gigi yang berat atau parah, seluruh permukaan gigi
nampak opak dan menunjukkan hipoplasia yang sangat jelas atau lepasnya permukaan
enamel terluar yang mengakibatkan terbentuknya pit-pit atau bercak-bercak pada
permukaan. Daerah yang sering terjadi adalah di tengah insisal atau oklusal gigi. Gigi
yang mengalami fluorosis yang parah juga bisa menunjukkan hilangnya hampir seluruh
enamel permukaan sehingga bentuk gigi sangat berubah. Bagian dari gigi dimana
permukaan enamelnya telah hilang, sering berwarna cokelat tua sebagai akibat dari stain
yang terserap.

Sumber :

• White, Stuart C; Pharoah, Michael J. 2009. Oral Radiology Principles and


Interpretation 6th ed. St.Louis Missouri : Mosby Elsevier

• American Dental Association, (2014). Dental Flourosis [online]. Available at :


http://www.mouthhealthy.org/en/az-topics/f/fluorosis [Accessed on 3 May, 2015]

Anda mungkin juga menyukai