Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah salah satu Negara yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang

begitu besar dan melimpah meliputi bumi, air, ruang angkasa, dan kekayaan alam lainnya

yang terkandung di dalamnya yang merupakan titipan dari Tuhan Yang Maha Esa yang

diberikan kepada Negara Indonesia. Oleh karena itu sudah seharusnya kita sebagai warga

Negara Indonesia yang telah diberikan kelimpahan sumber daya alam harus menjaga,

mengelola, serta bisa memanfaatkan kekayaan alam dengan sebaik-baiknya demi

mewujudkan cita-cita bangsa sebagaimana talah di terangkan di dalam Undang-Undang

Dasar 1945 pada alinea keempat yaitu menciptakan masyarakat yang adil dan makmur.

Indonesia merupakan Negara agraris atau Negara Pertanian. Keberadaan tanah di

Indonesia yang diharuskan ada, dikarenakan sebagian besar rakyat meyambung hidup dari

ekonomi pertanian. Pentingnya keberadaan tanah di Indonesia menjadi bahan sengketa.

Terutama dalam hak kepemilikan atas tanah. Meningkatnya pertumbuhan penduduk

membuat kebutuhan tanah atau lahan menjadi tinggi sehingga harga tanah juga ikut

meningkat. Oleh sebab itu dalam praktiknya, tanah juga sering dijadikan sebagai jaminan

kepada pihak bank. Pihak bank menjadikan tanah sebagai jaminan dikarenakan tanah

memliki prospek yang menguntungkan

Oleh karena itu pada tanggal 24 September tahun 1960 pemerintah Indoneisa

mengesahkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Agraria, atau

sering disebut dengan UUPA. Diberlakukannya UUPA dijadikan sebagai landasan dalam

pengaturan dan pengolahan sumber daya agraria bangsa Indonesia, karena memberikan
perubahan yang fundamental atau perubahan yang mendasar. UUPA pada konsepasi maupun

isinya harus sesuai dengan kepentingan rakyat Indonesia dan dapat memnenuhi keperluannya

menurut permintaan zaman. Keberadaan tanah menjadi penting karena penduduk yang

berkembang pesat namun tidak diimbangi dengan keberadaan tanah yang memadai.

Pentingnya tanah juga dapat dilihat dari tanah yang dapat dijadikan sebagai jaminan

pinjaman.

UUPA menetapkan beberapa hak atas tanah dapat dugunakan sebagai jaminan pinjaman

dengan pembebanan Hak Tanggungan. Beberapa hak yang dapat dibebankan adalah Hak

Milik, Hak Gunan Bangunan, Hak Guna Usaha. Dimana pada UUPA Pasal 25 mengatakan “

hak milik dapat dijadikan jaminan hutang dengan dibebani hak tanggungan”, pada UUPA

Pasal 33 dan pasal 15 ayat (1) PP 40/1996 mengatakan “ Hak Guna Usaha dapat dijadikan

jaminan hutang dengan dibebani dengan Hak Tanggungan”, dan pada UUPA pasal 39

mengatakan “Hak guna bangunan dapat dijadikan jaminan utang dengan dibebani hak

tanggungan.”

Mengenai ketentuan Hak Tanggungan sudah diatur sendiri didalam UUPA Pasal 51 yaitu

“Hak Tanggungan yang dapat dibebankan pada Hak Milik, Hak Guna Usaha, dan Hak Guna

Bangunan tersebut dalam Pasal 25, 33, dan 39, diatur secara khusus dengan undang-undang”.

Adanya Pasal 51 ini pemerintah mengeluarkan UU nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak

Tanggungan Atas tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah yaitu UUHT

atau Undang-Undang Hak Tanggungan. UUPA dilaksanakan sesuai dengan perkembangan

keadaan dan mengaur hal baru yang berkenaan dengan lembaga Hak Tanggungan sesuai

dengan cakupan yang meluputi:


a. Objek Hak Tanggungan

b. Pemberi dan pemegang hak tanggungan

c. Tata cara pemberian, pendaftaran, peralihan, dan hapusnya Hak Tanggungan

d. Eksekusi Hak Tanggungan

e. Pencoretan (roya) Hak Tanggungan

f. Sanksi Administrasi

Undang-Undang Hak Tanggungan didalam sistem hukum perdata dijadikan sebagai hukum

jaminan yang bertujuan untuk melindungi kepentingan para pihak demi mewujudkan

keseimbangan dari kepastian hukum dalam bidang peningkatan jaminan atas benda-benda

yang berkaitan dengan tanah serta bangunannya sebagai jaminan kredit kepada kreditur,

karena jaminan merupakan salah satu syarat dari perbankan agar dapat memberikan fasilitas

kredit.

Pada masa modernisasi saat ini pelayanan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan

Pertanahan Nasional dituntut agar bisa menyelesaikan tugasanya dengan efektif, efisien, dan

akurat. Oleh sebab itu dengan meningkatkan kualitas pelayanan, dibutuhkan transformasi

digital. Dengan perkembangannya zaman serta perkembangan teknologi pendaftaran Hak

Tanggungan dilakukan melalui elektronik, sebgaimana Peraturan Menteri ATR/BPN No 9

Tahun 2019 Tentang Pelayanan Hak Tanggungan Elektronik.. Pelayanan ini telah

diwujudkan dengan digunakannya Hak Tanggungan Elektronik (HT-el) yang sudah

teintegrasi elektronik. Sejak diber;akukannya Hak Tanggungan secara elektronik salah satu

kantor pertanahan yang melaksanakan adalah kantor pertanahan di Kabupaten Bekasi.


Diberlakukaknnya layanan Hak Tanggungan Elektronik bertujuan untuk menghemat waktu

yang dimana bila pendaftaran Hak Tanggungan dilakukan secara manual akan membutuhkan

waktu yang cukup lama. Pendaftaran Hak Tanggungan secara elekronik yang terdapat pada

Perkaban 9/2019 diikuti oleh adanya perubahan dari Undang-Undang Hak Tanggungan.

Namun pada praktinya pendaftaran Hak Tanggungan secara elekronik memiliki berapa

kendala dalam mengurus ht-el. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di kantor

pertanahan Kabupaten Bekasi, ada kendala yang dihadapi dari pihak kreditor pengguna HT-

el yang salah dalam memasukan data sehingga menghambat pihak kantor pertanahan

Kabupaten Bekasi dalam mengecek data kreditor HT-el secara cepat. Pengguna yang salah

dalam menginput data biasanya dari masyarakat yang belum memahami bagaimana dan apa

data yang harus dimasukan. Serta biasanya kesalahan dalam memasukan data dating dari

masyarakat lanjut usia yang kurang paham mengenai teknologi. Ini adalah salah satu

permasalahan didalam pelaksanaan HT-el dan jika masih ada permasalahan dalam

penginputan data maka pengguna langsung datang ke kantor pertnahan Kabupaten Bekasi.

Kesalahan peniputan data biasanya disebabkan juga oleh banyaknya data yang diinput

sehingga terjadi kesalahan salah menginput buku tanah, karena ada kreditor yang menginput

sertipikat sampai 800, dan dari 800 sertipikat sekitar 20% sertipikat yang di input tidak sesuai

dengan nomor berkas. Permasalahan selanjutnya ada pada aplikasi maupun website kantor

Badan Pertanahan Kabupaten Bekasi, dimana jaringan di kantor pertanahan Kabupaten

Bekasi sering mengalami kendala yang menyebabkan keterlambata dalam penyelesaian HT-

el. Kendala dalam Hak Tanggungan Elektronik berpengaruh terhadap kinerja pegawai HT-el.
Melihat permasalahan-permasalahan diatas mengenai adanya masyarakat yang masi salah

dalam menginput data serta kendala aplikasi atau jaringan yang digunakan maka penulis

menganggap diperlukannya penelitian guna menyusun skripsi dengan judul Evaluasi

Kebijakan Pelayanan Hak Tanggungan Secara Elektronik di Kementerian Agraria Tata

Ruang/Badan Pertanahan Nasional Kantor Pertnahan Kabupaten Bekasi.

B. Identifikasi Masalah

Dengan berdasarkan pada latar belakang masalah tentang Efektivitas Kebijakan

Pelayanan Hak Tanggungan Secara Elektronik dengan studi kasus di Kementerian Agraria

Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Kantor Pertanahan Kabupaten Bekasi dengan ini

peneliti mengidentifikasi beberapa masalah dalam penelitian ini :

1. Masih kurangnya pemahaman masyarakat terkait cara penginputan data Hak

Tanggungan secara elektronik

2. Ketidakstabilan jaringan yang membuat keterlambatan dalam penyelesaian Hak

Tanggungan eloktronik

3. Kurangnya antisipasi terhadap kendala jaringan di kantor Pertanahan Kabupaten

Bekasi

C. Rumusan Masalah

Peneliti merumuskan masalah yang diseusikan dari identifikasi masalah yaitu seberapa

Efektiv Kebijakan Pelayanan Hak Tanggungan Secara Elektronik di Kementerian Agraria

Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Kantor Pertnahan Kabupaten Bekasi.


D. Tujuan Penelitian

Dilihat dari penjelasan rumusan masalah maka penelitian ini memiliki tujuan mengetahui

seberapa Efektiv Kebijakan Pelayanan Hak Tanggungan Secara Elektronik di Kementerian

Agraria Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Kantor Pertnahan Kabupaten Bekasi.

E. Manfaat Hasil Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini tentunya diharapkan bisa memberikan manfaat baik

secara teoritis maupun praktis. Adapun manfaat dari penilitian ini diantaranya sebagai

berikut.

1. Manfaat Teoritis

Penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi kemajuan ilmu kebijakan

publik, khususnya mengenai Efektivitas Kebijakan Pelayanan Hak Tanggungan

Secara Elektronik.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Diharapkan dari penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi peniliti terkhusus

untuk menambahkan pemahaman dalam pemuatan karya ilmiah di bidang

Administrasi Publik terutama pada pembahasan kebijakan publik serta analisis

kebijakan yang berupa Efektivitas Kebijakan Pelayanan Hak Tanggungan Secara

Elektronik.

b. Bagi Pemerintah

Dengan adanya penilitian ini diharpakn dapat dijadikan bahan evaluasi serta dapat

menjadi bahan masukan bagi pemerintah terkhusus pegawai yang bertanggung


jawab dalam pekerjaan Hak Tanggungan Elektronik di kantor Badan Pertanahan

Kabupaten Bekasi.

c. Bagi Pihak Lain

Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan pengetahuan mengenai

Efektivitas Pelayanan Kebijakan Hak Tanggungan Elektronik di Kantor Badan

Pertanahan Kabupaten Bekasi.

F. Kerangaka Pemikiran
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Konseptual

Herbet A. Simon (1999:3), memaparakan bahwa administrasi sebagai kegiatan-

kegiatan kelompok Kerjasama untuk mencapai tujuan-tujuan bersama. Leonard D. White

dalam Inu Kencana Syafie dkk (1999), mendefinisikan adminsitrasi suatu proses yang

umum pada usaha kelompok-kelompok, baik pemerintah maupun swasta, baik sipil

maupun militer baik dalam ukuran besar maupun kecil.

Anda mungkin juga menyukai