Anda di halaman 1dari 7

UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi,

proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian
pendidikan
PP Nomor 13 Tahun 2015 Tentang Perubahan Kedua Atas PP Nomor19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional
Pendidikan
UU no.20/2003 tentang Sisdiknas menyatakan SNP adalah kriteria minimal sekolah di Indonesia.
PP Nomor 19/2005 : setiapsatuan pendidikan pada jalur formal dan nonformal wajib melakukan penjaminan mutu
pendidikan dalam rangkauntuk memenuhi delapan Standar Nasional Pendidikan(SNP).

EDM
EDM adalah suatu proses penilaian mutu penyelenggaraan pendidikan yang dilakukan oleh pemangku kepentingan
ditingkat madrasah berdasarkan indikator-indikator kunci yang mengacu pada 8 Standar Nasional Pendidikan
(SNP).
Hasil EDM akan digunakan sebagai bahan untuk menetapkan jenis-jenis program/kegiatan prioritas dalam
penyusunan RKAM
Pelaksanaan dan pemanfaatan EDM diperlukan kebersamaan dan kemauan kepala madrasah, guru, tenaga
kependidikan, komite madrasah, siswa dan orang tua siswa untuk bersedia membuka diri atas kekurangan yang
masih ada di madrasah

MANFAAT EDM
1. mengetahui tingkat pencapaian kinerja madrasah.
2. mengetahui kekuatan, kelemahan dan tantangan yangdimilikinya madrasah.
3. mengetahui peluang untuk memperbaiki mutu pendidikan, menilai keberhasilan dan melakukan penyesuaian
program-program yang ada.
4. mengetahui jenis kebutuhan yang diperlukan untukperbaikan mutu.
5. dapat mengidentifikasi program/kegiatan prioritasbagi peningkatan kinerja madrasah.
6. bahan penyusunan RKAM.

PRINSIP PENYUSUNAN EDM


1. EDM dilakukan secara rutin setiap tahun.
2. EDM disusun berdasarkan data dan fakta objektif karena akan digunakan untuk perbaikan mutu madrasah itu
sendiri.
3. Hasil EDM terbuka untuk diketahui oleh semua pihak.
4. EDM dilakukan secara online atau semi online untuk madrasah di daerah yang mengalami kesulitan akses
internet.

TAHAPAN PENYUSUNAN EDM


1. Pembentukan TPM yang di SK kan oleh Kepala Madrasah: Penanggung jawab: Kepala Madrasah Ketua: salah satu
wakil kepala madrasah Anggota: perwakilan guru, perwakilan komite madrasah, perwakilan orang tua siswa diluar
komite madrasah dan perwakilan siswa (OSIS). Jika diperlukan, madrasah juga dapat melibatkan tokoh
masyarakat atau tokoh agama diluar komite madrasah.
2. Sosialisasi/pelatihan kepada TPM
3. Pengumpulan data, informasi dan bukti fisik
4. TPM mendiskusikan dan menetapkan level setiap indikator berdasarkan data, informasi dan bukti fisik.
5. TPM dibantu oleh operator madrasah mengisi instrumen yang tersedia secara online atau semi online hasil
penetapan setiap indikator.
6. Kepala Madrasah menyetujui hasil isian EDM melalui form yang tersedia.
7. Pengiriman hasil pengisian EDM yang sudah disetujui oleh Kepala Madrasah.

PENYUSUNAN INDIKATOR EDM


1. Banyak cara melakukan pengukuran terhadap mutu madrasah, misalnya melalui instrument akreditasi, raport
mutu dan banyak instrument lain yang pernah dikembangkan.
2. Dalam EDM dilakukan melalui pendekatan pengukuran terhadap indikator yang mencerminkan kebiasaan/budaya
(habit) madrasah. Perubahan atas kebiasaan ini diyakini akan berpengaruh terhadap pencapian 8 standar
nasional pendidikan.
3. Dengan mengukur indikator budaya tersebut, diharapkan madrasah selanjutnya dapat menyusun
program/kegiatan untuk melakukan perubahan budaya mutu di madrasah untuk pemenuhan 8 SNP.
4. Dipilih indikator yang jumlahnya tidak banyak tetapi memiliki daya ungkit yang besar mencirikan mutu madrasah

LIMA ASPEK BUDAYA MUTU


1. Kedisiplinan Warga Madrasah
2. Pengembangan Diri Guru dan Tenaga Kependidikan
3. Penyiapan, Pelaksanaan dan Penilaian Proses Pembelajaran
[1]
4. Penyediaan Sarana Pembelajaran dan Penggunaannya
5. Penyusunan Perencanaan dan Pengelolaan Anggaran yang Baik dan Transparan
HUBUNGAN PERUBAHAN 5 ASPEK BUDAYA DAN SNP

No Aspek Perubahan Budaya Mutu Standar Pendidikan Jumlah


Yang Terkait Indikator
1 Kedisiplinan Warga Madrasah SI, SKL, SPL 7
2 Pengembangan Diri Guru dan Tenaga Kependidikan PTK 6
3 Penyiapan, Pelaksanaan dan Penilaian Proses SPR, SPN 7
Pembelajaran
4 Penyediaan Sarana Pembelajaran SSP 5
dan Penggunaannya
5 Penyusunan Perencanaan dan Pengelolaan Anggaran SB 4
yang Baik dan Transparan

KERANGKA INSTRUMEN EDM


• Setiap aspek terdiri dari beberapa indikator.
• Setiap indikator terdiri dari 4 level pencapaian: level 1 (kurang), level 2(sedang), level 3 (baik), dan level 4 (amat
baik).
• Tiap level pencapaian dicirikan oleh penciri kinerja, yang dapat berbentuk kuantitatif dan/atau kualitatif.
• Pada bagian akhir dari setiap indikator, terdapat rekapitulasi untuk mendiskripsikan hasil penilaian TPM yang
diperoleh berdasarkan data, fakta, wawancara atau observasi.
• Berdasarkan informasi dan bukti fisik, TPM memutuskan untuk memberikan level pencapaian kinerja setiap
indikator (level 1, 2, 3 atau 4).
• Level pencapaian setiap indikator selanjutnya digunakan untuk menilaikinerja madrasah setiap aspek dan secara
keseluruhan (score card).

METODE PENILAIAN INDIKATOR


1. Anggota TPM secara bersama mencermati dan memahami setiap indikatordalam instrumen EDM.
2. TPM mengumpulkan data, informasi dan bukti fisik yang diperlukan untuk menilai setiap indikator. Bukti fisik
dapat berbentuk data, dokumen, foto, hasil wawancara/FGD atau hasil pengamatan.
3. Berdasarkan data, informasi dan bukti fisik diatas, anggota TPM menetapkanlevel pencapaian indikator 1, 2, 3 atau
4.
4. Sekolah menetapkan tingkat pencapaian kinerja dan bukan hanya sekedarmemberikan tanda cek (contreng) pada
setiap butir dalam Instrumen EDM.
5. TPM harus memberikan penilaian indikator dalam EDM secara objektif berdasarkan kondisi riil di madrasah

MODEL MODEL PEMBELAJARAN


1. Model Pembelajaran Inquiry
Model pembelajaran ini untuk mendorong siswa untuk menemukan jawaban dari masalah yang dihadapi.
Sehingga dalam proses pembelajaran, siswa dituntut untuk mau berpikir secara kritis dan analitis. 
2. Model Pembelajaran Kontekstual
Model pembelajaran kontekstual ini adalah upaya guru untuk mengaitkan materi dengan dunia nyata. Sehingga
konsep yang diajarkan di dalam kelas tidak hanya sebagai bayangan saja, namun bisa diterapkan dan digunakan
dalam kehidupan nyata. 
3. Model Pembelajaran Ekspositori
Ekspositori berarti sebuah penjelasan yang dilakukan oleh seorang guru mengenai sebuah teori atau konsep.
Dengan model pembelajaran ini, diharapkan para siswa memahami materi pelajaran secara maksimal melalui
penjelasan verbal yang dilakukan oleh guru. 
4. Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Model pembelajaran ini menekankan pada penyelesaian masalah secara ilmiah. Dalam bahasa Inggris model
pembelajaran ini biasa disebut dengan Problem based learning. 
5. Model Pembelajaran Kooperatif
Dengan model pembelajaran ini, siswa akan belajar secara berkelompok untuk mencapai tujuan dari sebuah
pembelajaran tertentu. 
6. Model Pembelajaran Project Based Learning
Sementara itu, model pembelajaran berbasis proyek ini menjadi sebuah proyek atau kegiatan nyata sebagai
kegiatan inti dalam sebuah pembelajaran. 
7. Model Pembelajaran PAIKEM

[2]
PAIKEM berarti Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan. Penerapan model pembelajaran ini
membutuhkan rancangan yang disiapkan oleh guru sementara siswa akan belajar secara aktif dan dengan hati
senang. 

8. Model Pembelajaran Kuantum


Model pembelajaran ini menggunakan kerangka  TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi,
dan Rayakan). Biasanya dalam pembelajaran dengan model ini terdapat yel-yel sebagai perayaan atau
meningkatkan motivasi belajar. 
9. Model Pembelajaran Terpadu
Pembelajaran terpadu adalah pembelajaran dengan melibatkan atau menggabungkan antara beberapa mata
pelajaran sekaligus. Dengan demikian, pembelajaran yang dilakukan diharapkan akan lebih bermakna untuk
peserta didik. 
10. Model Pembelajaran Kelas Rangkap
Seperti namanya, model pembelajaran ini biasanya dilakukan oleh dua kelas menjadi satu sesi pelajaran. Ini
dapat dilakukan efektivitas belajar. 
11. Model Pembelajaran Tugas Terstruktur
Pembelajaran dengan model tugas terstruktur ini siswa diberikan tugas-tugas tertentu oleh guru. Tujuannya
adalah memperdalam kepada materi yang telah diberikan. 
12. Model Pembelajaran Portofolio
Model pembelajaran ini dapat dilakukan dengan pengumpulan karya terpilih dari satu kelas. Prinsip dari model
ini adalh membuat peserta didik aktif dan dapat menjalin koorporasi untuk menghasilkan sebuah karya. 
13. Model Pembelajaran Tematik
Model pembelajaran ini memberikan pembelajaran tematik yang diambil dari beberapa pelajaran menjadi satu
topik atau tema. Materi yang disampaikan disesuaikan dengan kebutuhan siswa dan harapannya akan menjadi
bekal untuk menghadapi kehidupan nyata.

TAKSONOMI BLOOM

No. Taksonomi Bloom Revisi Taksonomi Bloom Dimensi Proses Berpikir

C1 Pengetahuan Mengingat

C2 Pemahaman Memahami Lower Order Thinking Skills

C3 Penerapan Mengaplikasikan

C4 Analisis Menganalisis

C5 Sintesis Mengevaluasi Higher Order Thinking Skills

C6 Evaluasi Mengkreasi

Mengingat Memahami Menerapkan Menganalisis Mengevaluasi Menciptakan


(C1) (C2) (C3) (C4) (C5) (C6)
KKO Ranah Kognitif
KKO Ranah Afektif
Menerima Merespons Menghargai Mengorganisasikan Karakterisasi Menurut Nilai
(A1) (A2) (A3) (A4) (A5)

KKO Ranah Psikomotor


Meniru Manipulasi Presisi Artikulasi Naturalisasi
(P1) (P2) (P3) (P4) (P5)

[3]
PENGERTIAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu
pertemuan atau lebih.
RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya pencapaian
Kompetensi Dasar (KD).
RPP menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran di dalam mencapai sebuah Kompetensi Dasar
(KD) yang ditetapkan dalam Kompetensi Inti (KI) dan dijabarkan dalam silabus.

Komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)


1. Identitas sekolah, yaitu nama satuan pendidikan.
2. Identitas mata pelajaran atau tema/sub tema.
3. Kelas dan semester.
4. Materi esensial atau pokok.
5. Alokasi waktu.
6. Tujuan pembelajaran.
7. Kompetensi inti.
8. Kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi.
9. Materi pembelajaran.
10. Metode pembelajaran.
11. Media pembelajaran.
12. Sumber belajar
13. Langkah-langkah atau skenario pembelajaran.
14. Penilaian hasil belajar.

Berdasarkan Permendikbud Nomor 103 tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah ditentukan komponen dan Sistematika Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai berikut.
1. Identitas, meliputi mata pelajaran, kelas/semester, dan alokasi waktu waktu yang ditetapkan.
2. Kompetensi Inti (KI).
3. Kompetensi Dasar (KD).
4. Indikator Pencapaian Kompetensi.
5. Materi Pembelajaran.
6. Kegiatan Pembelajaran.
7. Penilaian, Pembelajaran, dan Remidial.
8. Media/alat. Bahan, dan Sumber Belajar

Prinsip-prinsip Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)


1. Perbedaan individual peserta didik, antara lain kemampuan awal, tingkat intelektual, bakat, potensi, minat,
motivasi belajar, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, latar belakang budaya, norma, nilai,
dan lingkungan peserta didik.
2. Partisipasi aktif peserta didkk.
3. Berpusat pada peserta didik untuk mendorong semangat belaja, motivasi, minat, kreativitas, inspirasi, inovasi, dan
kemandirian.
4. Pengembangan budaya membaca dan menulis yang dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca,
pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.
5. Pemberian umpan balik dan tindak lanjut ROO memuat rancangan program pemberian umpan balik positif,
penguatan, pengayaan, dan remidi.
6. Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduan antara KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator
pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar.
7. Mengakomodasi pembelajaran tematik termadu, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan
keragaman budaya.
8. Penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistem atis, dan efektif sesuai dengan situasi
dan kondisi.

PENGERTIAN SILABUS
Silabus merupakan seperangkat rencana serta pengaturan pelaksanaan pembelajaran dan penilaian yang disusun
secara sistematis yang memuat komponen-komponen yang saling berkaitan untuk mencapai penguasaan kompetensi
dasar.
Silabus dapat juga diartikan sebagai penjabaran kompetensi inti dan kompetensi dasar ke dalam materi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.
[4]
FUNGSI SILABUS
1. Silabus dapat dijadikan pedoman dalam penyusunan buku siswa. Buku siswa memuat tentang materi
pelajaran, aktivitas peserta didik, dan evaluasi pembelajaran.
2. Silabus menjadi acuan dalam penyusunan rencana pembelajaran, untuk semua kajian mata pelajaran, atau pun
pengelolaan kegiatan pembelajaran dan pengembangan penilaian hasil pembelajaran.
3. Hasil pengembangan Silabus dalam bentuk perangkat pembelajaran berfungsi sebagai alat untuk aktualisasi
kurikulum secara operasional pada tingkat satuan pendidikan, sehingga memudahkan guru melakukan
pembelajaran.

KOMPONEN SILABUS
1. Identitas Mata Pelajaran
2. Identitas Sekolah, memuat nama satuan pendidikan dan kelas.
3. Kompetensi Inti (KI), merupakan gambaran mengenai kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang harus dipelajari oleh peserta didik untuk jenjang sekolah, kelas, dan mata pelajaran.
4. Kompetensi Dasar (KD), merupakan kemampuan spesifik yang mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang terkait muatan atau mata pelajaran.
5. Indikator pencapaian kompetensi, adalah perilaku yang dapat diukur atau diamati untuk menunjukkan
ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran.
6. Materi Pokok, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedut yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir
sesuai dengan rumusan indicator pencapaian kompetensi.
7. Pembelajaran, adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik untuk mencapai kompetensi
yang diharapkan.
8. Penilaian, merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil
belajar peserta didik.
9. Alokasi Waktu, sesuai dengan jumlah jam pelajaran dalam struktur kurikulum untuk satu semester atau satu
tahun.
10. Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar atau sumber belajar lain yang
relevan.

PRINSIP PENGEMBANGAN SILABUS


1. Ilmiah
Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
2. Relevan
Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai dengan tingkat
perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spritual peserta didik.
3. Sistematis
Komponen-komponen silabus harus saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi.
4. Konsisten
Silabus harus memperlihatkan adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar,
indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian.
5. Memadai
Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian pada silabus cukup
untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar.
6. Aktual dan Kontekstual
Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian dalam silabus
memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang
terjadi.
7. Fleksibel
Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika
perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat.
8. Menyeluruh
Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.

LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN SILABUS


1. Mengkaji Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD)
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengkaji KI dan KD sebagai berikut.
 Urutan KI dan KD berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan  materi, tidak harus
selalusesuai dengan urutan yang ada di Standar Isi.
[5]
 Keterkaitan antara kompetensi inti dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran.
 Keterkaitan antara kompetensi inti dan kompetensi dasar antar mata  pelajaran.

2. Mengidentifikasi materi pokok pelajaran


 Potensi peserta didik.
 Relevansi dengan karakteristik daerah, tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spritual
peserta didik.
 Kebermanfaatan bagi peserta didik.
 Struktur keilmuan.
 Sktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran.
 Relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan.
 Alokasi waktu.

3. Mengembangkan Kegiatan
 Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada para pendidik, khususnya guru, agar
dapat melaksanakan proses pembelajaran secara profesional.
 Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta didik secara berurutan
untuk mencapai kompetensi dasar.
 Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki konsep materi pembelajaran.
 Rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung dua unsur penciri yang
mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar siswa, yaitu kegiatan siswa dan materi.

4. Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi Dasar


Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat
diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi
daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi. Indikator
digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian.

5. Menentukan Jenis Penilaian


Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan indikator yang sudah ditetapkan.
Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan
kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, penggunaan portofolio,
dan penilaian diri.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian adalah sebagai berikut.
 Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi.
 Penilaian menggunakan acuan kriteria, yaitu berdasarkan apa yang bisa dilakukan peserta didik setelah
mengikuti proses pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya.
 Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua
indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dimiliki dan
yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan siswa.
 Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut berupa perbaikan proses
pembelajaran berikutnya, program remedi bagi peserta didik yang pencapaian kompetensi di bawah kriteria
ketuntasan, dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi kriteria ketuntasan.
 Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam proses pembelajaran.
Misalnya, jika pembelajaran menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan, maka evaluasi harus
diberikan baik pada proses (keterampilan proses), contohnya teknik wawancara, maupun produk/hasil
melakukan observasi lapangan yang berupa informasi yang dibutuhkan.

6. Menentukan Alokasi Waktu


Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu
mata pelajaran per minggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat
kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi dasar.
Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu rerata untuk menguasai kompetensi
dasar yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam.

7. Menentukan Sumber Belajar


Sumber belajar merupakan rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran, yang
berupa media cetak dan elektronik, narasumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya.
Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.

[6]
BOS MADRASAH
1. Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 6065 Tahun 2021 Tentang Petunjuk Teknis Pengelolaan
Bantuan Operasional Pendidikan Dan Bantuan Operasional Sekolah Pada Madrasah Tahun Anggaran 2022
2. KMA Nomor 183 Tahun 2019 tentang Pedoman Kurikulum PAI dan Bahasa Arab di Madrasah
3. KMA Nomor 184 Tahun 2019 tentang Pedoman Implementasi Kurikulum pada Madrasah
4. Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 6981 Tahun 2019 Tentang Petunjuk Teknis Penusunan dan
Pengembangan kurikulum tingkat satuan Pendidikan Madrasah Tsanawiya

Beberapa hal penting yang terkandung dalam KMA 184 Tahun 2019 :
1. Madrasah dapat melakukan inovasi dan pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sesuai
dengan Visi, Misi, Tujuan dan kebutuhan madrasah. Inovasi dalam struktur kurikulum, beban belajar, strategi
pembelajaran, dsb.
2. Struktur Kurikulum Madrasah meliputi MI, MTs, MA Regular, MA Akademik, MA-Program Keagamaan (MAPK),
MA Plus Keterampilan dan MA Kejuruan
3. Madrasah dapat menyelenggarakan Muatan Lokal maksimal 3 mata pelajaran dengan jumlah jam belajar
maksimal 6 JP.
4. Madrasah dapat menambah beban belajar maksimal 6 JP berdasarkan pertimbangan kebutuhan peserta didik,
akademik, sosial, budaya, dan ketersediaan waktu.
5. Madrasah dapat merelokasi jam pelajaran pada mata pelajaran tertentu untuk mata pelajaran lainnya maksimal
6 JP. Dalam merelokasi jam pelajaran tidak boleh mengurangi jumlah total JP perpekan. 
6. Guru dapat melaksanakan pembelajaran dengan sistem Kolaboratif
7. Madrasah dapat melaksanakan pembelajaran dengan Sistem Paket atau Sistem Kredit Semester (SKS).
8. Madrasah berasrama dapat menjalankan pembelajaran pada waktu pagi, siang dan malam hari.
9. Inovasi yang dilakukan madrasah harus dicantumkan dalam Buku Dokumen I Kurikulum Madrasah (KTSP) dan
mendapat persetujuan dari Kanwil Kemenag Provinsi atau Kemenag Kabupaten/Kota

[7]

Anda mungkin juga menyukai