Anda di halaman 1dari 22

p-ISSN 2541-4984 | e-ISSN 2541-5417

REFLEKSI HUKUM Volume 4 Nomor 2, April 2020, Halaman 217-238


DOI: https://doi.org/10.24246/jrh.2020.v4.i2.p217-238
Jurnal Ilmu Hukum Open access at: http://ejournal.uksw.edu/refleksihukum
Penerbit: FakultasHukumUniversitas Kristen Satya Wacana

IMPLEMENTASI FUNGSI PENGAWASAN


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DALAM UPAYA MEMPERKUAT
SISTEM PRESIDENSIAL DI INDONESIA

Putu Eva Ditayani Antari


Fakultas Hukum Universitas Pendidikan Nasional
Korespodensi: evaditayaniantari@undiknas.ac.id

Naskah dikirim: 3 Januari 2020|Direvisi: 5 Februari 2020|Disetujui: 25 Juni 2020

Abstrak
DPR memiliki fungsi pengawasan kepada kinerja Presiden disertai dengan hak mengusulkan
pemberhentian Presiden kepada MPR, sebagai pelaksanaan fungsi pengawasan. Namun
dalam sistem presidensial, hal ini bertentangan dengan syarat fixed term executive. Selain
itu politisasi DPR dalam penggunaan hak tersebut menimbulkan anggapan bahwa fungsi
pengawasan akan melemahkan sistem presidensial. Hal ini selanjutnya diteliti dan disajikan
dalam penulisan analitik deskriptif, menggunakan metode penelitian hukum normatif.
Berdasarkan analisis, fungsi pengawasan DPR dalam sistem presidensial tidak melemahkan
sistem presidensial. Pengawasan merupakan perimbangan dan pengawasan terhadap
kekuasaan Presiden. DPR sebagai lembaga pengawas harus taat pada asas transparansi,
akuntabeL, independen dan imparsial. Selain itu adanya MK sebagai penentu keabsahan
usul pemberhentian Presiden yang juga dapat mencegah politisasi dalam pemberhentian
Presiden. Dengan demikian maka tercipta fungsi pengawasan DPR yang mampu mendukung
jalannya sistem presidensial serta membentuk kekuasaan berimbang antar 3 (tiga) bidang
kekuasaan negara menurut pandangan Montesquieu.
Kata-kata Kunci: Sistem Presidensial; Politisasi; Pengawasan.

Abstract
The House of Representatives of the Republic of Indonesia (DPR) has a supervisory function
to the President's performance accompanied by the right to propose the dismissal of the
President to the People’s Consultative Assembly of the Republic of Indonesia (MPR), as the
implementation of the oversight function. However, in a presidential system, this is contrary
to the terms of the fixed term executive. Also, the politicization of the DPR in the use of these
rights raises the perception that the oversight function will weaken the presidential system.
This is further researched and presented in descriptive-analytic writing, using normative legal
research method. Based on the analysis, the DPR's supervisory function in the presidential
system does not weaken the presidential system. Supervision is a balance and supervision of
the power of the President. DPR as a supervisory institution shall obey the principles of
transparency, accountability, independence, and impartiality. In addition, the existence of
the Constitutional Court as a determinant of the validity of the proposal to dismiss the
President also can prevent politicization in the dismissal of the President. Thus the DPR's
supervisory function was created which was able to support the running of the presidential
system and establish a balanced power between 3 (three) fields of state power according to
Montesquieu's perspective.
Keywords: Presidential System; Political Effort; Check
218 REFLEKSI HUKUM [Vol. 4, No. 2, 2020]

PENDAHULUAN jabatannya disebut dengan pengecual-


ian dari ciri fixed term executive.
Indonesia merupakan negara Sistem pemerintahan presiden-
yang menerapkan sistem pemerintah- sial yang memungkinkan adanya
an presidensial sejak awal kemerde- kekuasaan pemerintah yang terpusat
kaannya, meskipun sempat pula pada Presiden, berpotensi untuk
menerapkan sistem parlementer saat disalahgunakan apabila tanpa disertai
menerapkan bentuk negara serikat adanya kewenangan berimbang yang
(Republik Indonesia Serikat). Konse- dimiliki oleh bidang kekuasaan lain-
kuensi dari diterapkannya sistem nya. Mencegah hal tersebut, maka
presidensial dalam sistem pemerin- Montesquieu menyampaikan panda-
tahan Indonesia yaitu kekuasaan ngannya bahwa kekuasaan negara
pemerintah dipegang penuh oleh harus dipisahkan dan dibedakan
Presiden yang memegang jabatan secara struktural dalam organ-organ
sebagai kepala negara dan kepala negara yang tidak saling mencampuri
pemerintahannya, sesuai dengan ciri urusan organ negara satu dan
utama sistem pemerintahan presiden- lainnya.1 Teori Trias Politica yang
sial. Dalam melaksanakan wewenang- dikemukakan oleh Montesquieu,
nya Presiden dibantu oleh seorang membagi kekuasaan negara dalam 3
Wakil Presiden dan oleh menteri- (tiga) kekuasaan, yaitu (1) kekuasaan
menteri yang telah dipilih oleh legislatif atau kekuasaan membuat
Presiden dalam suatu susunan undang-undang (UU) (rule making
kabinet. function); (2) kekuasaan eksekutif atau
Sistem pemerintahan presiden- kekuasaan melaksanakan UU (rule
sial atau yang sering pula disebut application function); (3) kekuasaan
dengan sistem kongresial, yang yudikatif atau kekuasaan mengadili
dimana kekuasaan eksekutif dipilih atas pelanggaran UU (rule adjudication
melalui pemilu dan terpisah dengan function).2
kekuasaan legislatif sehingga lembaga Teori Trias Politica inilah yang
legislatif dan lembaga eksekutif diterapkan pula dalam sistem peme-
memiliki legitimasi jabatan yang sama rintahan presidensial di Indonesia,
karena merupakan hasil pemilihan dengan adanya pemisahan dan
langsung oleh rakyat. Masa jabatan pembagian kekuasaan negara kepada
Presiden dalam sistem pemerintahan masing-masing lembaga negara
presidensial juga telah ditetapkan berdasarkan konstitusi. Pemisahan
secara pasti dan tidak dapat kekuasaan bersifat horizontal dalam
diberhentikan di tengah masa arti kekuasaan dipisah-pisahkan ke
jabatannya. Meski demikian terdapat dalam fungsi-fungsi yang tercermin
pengecualian bagi hal tersebut yaitu dalam lembaga-lembaga negara yang
apabila Presiden melakukan hal-hal sederajat dan saling mengimbangi
yang ditetapkan dalam konstitusi (checks and balances). Sedangkan
sebagai alasan-alasan pemberhentian pembagian kekuasaan bersifat vertikal
Presiden dalam masa jabatannya. dalam arti perwujudan kekuasaan itu
Pemberhetian Presiden dalam masa

1 Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara (RajaGrafindo 2006) 15.
2 John Pieris dan Aryanthi Baramuli Putri, Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia, Studi,
Analisis, Kritik, dan Solusi Kajian Hukum dan Politik (Pelangi Cendikia 2006) 29.
IMPLEMENTASI FUNGSI PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 219

dibagikan secara vertikal ke bawah Dengan demikian pola pemisah-


kepada lembaga-lembaga tinggi negara an kekuasaan ini sering pula disertai
di bawah lembaga pemegang kedau- dengan implementasi check and
latan rakyat.3 balances antar bidang-bidang kekua-
Adanya pemisahan dan pemba- saan negara. Hal tersebut bertujuan
gian kekuasaan dalam sistem peme- agar lembaga-lembaga negara dalam
rintahan Indonesia yang dipraktikkan melaksanakan wewenangnya dapat
di Indonesia, dalam pandangan saling melakukan perimbangan dan
Soepomo mempunyai sistem tersen- pengawasan satu sama lain sehingga
diri. Soepomo menyatakan meskipun mencegah terjadinya monopoli-mono-
dalam pembagian kekuasaan itu poli dalam satu bidang kekuasaan.
setiap lembaga negara sudah Bahkan dalam sistem presidensial,
mempunyai tugas tertentu, namun Presiden yang memliki kedudukan
dimungkinkan adanya kerja sama sebagai kepala negara dan kepala
antar lembaga negara satu dan pemerintahan pun tidak luput dari
lainnya.4 Pandangan berbeda disam- adanya pengawasan oleh lembaga
paikan oleh Ismail Suny, yang menya- negara lainnya.
takan tidak penting dalam suatu Hal tersebut dapat dipahami
negara hukum menganut Trias Politica dengan merujuk pada pandangan
atau tidak, melainkan adalah dapat Kusnardi yang menyebutkan terkait
atau tidaknya alat-alat kekuasaan itu dengan pelaksanaan pemisahan
terhindar dari praktik birokrasi dan kekuasaan dalam negara, kekuasaan
tirani. Hal ini tidaklah tergantung eksekutif harus dicegah jangan
pada pemisahan kekuasaan itu sampai kekuasaan itu melebihi dari-
sendiri, tetapi kepada adanya sendi pada kekuasaan-kekuasaan yang lain-
negara demokrasi yaitu kedaulatan nya, dengan membatasi kekuasaan-
rakyat.5 nya untuk tunduk kepada badan
Utrecht beranggapan teori legislatif, misalnya dengan menetap-
pemisahan kekuasaan mengakibat- kan parlemen sebagai badan penga-
kan adanya badan kenegaraan yang was terhadap pemerintah. Pelaksana-
padanya tidak atau tidak dapat ditem- an pengawasan yang efektif terhadap
patkan pengawasan badan kenega- pemerintah ialah dengan mengadakan
raan lain, sehingga terbuka kemung- pertanggungjawaban menteri. Dalam
kinan badan kenegaraan untuk hal ini misalnya konstitusi negara
bertindak melampaui kekuasaannya. Amerika Serikat, Presiden dalam
Ditambahkannya lagi bahwa pemba- beberapa hal dalam melaksanakan
gian kekuasaan memang perlu namun tugasnya diharuskan memperoleh
tidak dibenarkan terjadinya pemisah- persetujuan lebih lanjut dari
an kekuasaan secara mutlak, sehingga
menutup kemungkinan untuk saling
melakukan pengawasan.6

3 Jimly Asshidiqqie, Format Kelembagaan Negara dan Pergeseran Kekuasaan dalam UUD 1945 (FH
UII Press 2004) 35.
4 Titik Triwulan Tutik, Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945
(Kencana 2010) 75.
5 Ismail Suny, Pergeseran Kekuasaan Eksekutif (Aksara Baru 1986) 16.
6 Suwoto Mulyosudarmo, Peralihan Kekuasaan (Kajian Teoritis dan Yuridis terhadap Pidato
Nawaksara) (Gramedia Pustaka Utama 1997) 28-29.
220 REFLEKSI HUKUM [Vol. 4, No. 2, 2020]

senat.7 Pendapat Kusnardi ini juga DPR meliputi hak interpelasi, hak
didukung dengan fakta terkini yang angket, dan hak menyatakan penda-
menunjukkan adanya upaya pember- pat. Pengawasan akan dilaksanakan
hentian Donald Trump sebagai oleh DPR dalam hal terdapat kebijakan
Presiden Amerika Serikat yang telah pemerintah yang dirasa janggal dan
ditetapkan oleh House of perlu untuk meminta keterangan atau
Representative. Keputusan ini didasari penjelasan oleh pemerintah, atau
oleh adanya dugaan bahwa Presiden perlu lebih lanjut dilakukan
Trump telah melakukan abuse of penyelidikan. Sebagaimana halnya di
power dan mengancam keamanan Amerika Serikat, pengawasan yang
intelijen Amerika Serikat. Meskipun dilakukan oleh Presiden juga dapat
pada tanggal 6 Februari 2020, Senat berujung pada proses impeachment
Amerika Serikat membebaskan Presiden di Indonesia. Sehingga
Presiden Trump atas pemberhentian adanya fungsi pengawasan ini seolah
tersebut.8 mengecualikan ciri utama sistem
Sebaliknya, Presiden juga dapat pemerintahan presidensial yaitu fixed
mengawasi kinerja dari lembaga term executive.
legislatif suatu negara, sebagaimana Berdasarkan uraian yang
yang diatur di Amerika Serikat dengan dipaparkan di atas, maka dapat
adanya kewenangan yang dimiliki oleh dirumuskan permasalahan sebagai
Presiden Amerika Serikat untuk berikut:
menggunakan hak veto terkait UU 1. Bagaimana implementasi fungsi
yang ditetapkan oleh lembaga pengawasan DPR terhadap
legislatifnya. Berbeda dengan meka- Presiden?
nisme tersebut, proses pengawasan 2. Apakah kewenangan DPR dalam
Presiden kepada lembaga legislatif di melakukan pengawasan terha-
Indonesia dilaksanakan dengan dap Presiden termasuk upaya
kewenangan Presiden untuk turut memperkuat sistem pemerintah-
serta dalam pelaksanaan kewenangan an presidensial?
lembaga lainnya. Contohnya, dalam Terhadap rumusan masalah
hal pembentukan UU di Indonesia tersebut, akan dilaksanakan peneli-
merupakan kewenangan dari Dewan tian hukum normatif (normative legal
Perwakilan Rakyat (DPR), namun study) yaitu penelitian yang meneliti
pelaksanaan kewenangan ini perlu hukum dari perspektif internal dengan
disertai dengan adanya persetujuan objek utama penelitiannya adalah
bersama yang diberikan oleh Presiden, norma hukum.9 Penelitian hukum
sebagaimana diatur dalam konstitusi. normatif juga merupakan ciri khas
Sebaliknya pengawasan yang dari penelitian ilmu hukum yang
dilakukan DPR terhadap Presiden berfungsi dalam memberikan argu-
dilakukan dengan adanya fungsi mentasi yuridis ketika terjadi
pengawasan yang dimiliki oleh anggota kekosongan, kekaburan, dan konflik

7 Kusnardi, Susunan Pembagian Kekuasaan menurut Sistem Undang-Undang Dasar 1945


(Gramedia 1986) 31-32.
8 BBC News, Trump Acquitted by Senate in Impeachment Trial (BBC News, 6 Februari 2020)
<https://www.bbc.com/news/world-us-canada-51394383> diakses 10 Februari 2020.
9 I Made Pasek Diantha, Metodologi Penelitian Hukum Normatif dalam Justifikasi Teori Hukum (ed.
revisi, Kencana 2017) 12.
IMPLEMENTASI FUNGSI PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 221

norma.10 Dalam melakukan penelitian PEMBAHASAN


ini menggunakan pendekatan perun-
dang-undangan, historis, dan konsep- Konsepsi Pengawasan dalam Sistem
tual. Sehingga dalam penelitian ini Pemerintahan Indonesia
dilakukan inventarisasi ketentuan-
Teori negara hukum sebagai
ketentuan mengenai penyelenggaraan
konsep paling popular yang diterapkan
sistem pemerintahan di Indonesia dan
dalam melandasi sistem pemerintahan
lembaga-lembaga negara yang diatur
suatu negara, mensyaratkan 3 (tiga)
dalam peraturan perundang-undang-
hal yaitu penerapan asas legalitas
an yang disandingkan dengan imple-
dalam pemerintahan, pemisahan
mentasi dari teori pemisahan kekua-
kekuasaan negara, serta perlindungan
saan yang disertai dengan prinsip
terhadap Hak Asasi Manusia (HAM).
check and balances. Selanjutnya
Asas legalitas dalam penyelenggaraan
dilaksanakan pula penelusuran
pemerintahan dilaksanakan dengan
sejarah amandemen Undang-Undang
memastikan bahwa setiap tindakan
Dasar Negara Republik Indonsia
pemerintahan berdasarkan pada
Tahun 1945 (UUD NRI 1945) terutama
peraturan perundang-undangan yang
mengenai perubahan pasal-pasal yang
berlaku. Dengan demikian maka
bertujuan memurnikan sistem
kekuasaan pemerintah dapat dibatasi
pemerintahan presidensial.
oleh perundang-undangan. Selanjut-
Bahan hukum yang digunakan
nya kekuasaan negara terbagi dengan
meliputi bahan hukum primer yaitu
merujuk pada Trias Politica, sebagai
UUD NRI 1945 dan UU No. 17 Tahun
teori pemisahan kekuasaan paling
2014 tentang Majelis Permusya-
popular yang diterapkan guna memi-
waratan Rakyat, Dewan Perwakilan
sahkan kekuasaan negara dalam 3
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah,
(tiga) bidang yaitu legislatif, eksekutif,
dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
dan yudisial. Adanya pemisahan
Selain itu menggunakan pula bahan
kekuasaan ini juga merupakan syarat
hukum sekunder yaitu berbagai buku,
dalam suatu negara hukum. Konse-
jurnal, dan karya ilmiah yang
kuensi penerapan Trias Politica yaitu
membahas mengenai pemisahan
harus disertai dengan penerapan
kekuasaan, sistem pemerintahan,
checks and balances guna mencegah
fungsi-fungsi DPR, dan mekanisme
monopoli kekuasaan negara dan
check and balances. Seluruh bahan
tindakan kesewenang-wenangan
hukum tersebut dikumpulkan dengan
penguasa. Terkait hal tersebut pula,
mengadopsi teknik snowball dan
maka perlindungan HAM menjadi hal
dicatat dengan sistem kartu. Seluruh
substansial dalam negara hukum
bahan hukum tersebut selanjutnya
sehingga tidak terjadi tindak
dianalisis dan dipaparkan guna
kesewenang-wenangan pemerintah
mendapatkan kejelasan kesimpulan
kepada warga negaranya. Sehingga
terkait rumusan masalah, sehingga
dapat disimpulkan bahwa inti utama
penelitian ini termasuk penelitian
dalam teori negara hukum adalah
deskriptif analisis.
upaya untuk mencegah kesewenang-
wenangan pemerintah demi kesejah-

10 Ibid.
222 REFLEKSI HUKUM [Vol. 4, No. 2, 2020]

teraan warga negara. kesatuan yang tak terpisahkan dengan


Trias Politica mengajarkan bahwa keberadaan negara. Keberadaan lem-
kekuasaan negara tidak dapat diletak- baga negara ini menjadi keniscayaan
kan pada satu lembaga saja, melain- untuk mengisi dan menyelenggarakan
kan harus dipisahkan ke dalam tiga negara. Pembentukan lembaga negara
cabang kekuasaan yang disebut merupakan perwujudan dari mekanis-
legislatif (membuat UU), eksekutif me keterwakilan rakyat dalam menye-
(menjalankan UU), dan yudisial lenggarakan pemerintahan.11 Maka
(mengadili pelanggaran UU). Panda- secara definitif lembaga negara adalah
ngan lainnya tentang Trias Politica institusi-institusi yang dibentuk guna
juga dikemukakan oleh John Locke melaksanakan fungsi-fungsi negara.12
yang membagi menjadi kekuasaan Lebih lanjut Jimly Asshiddiqie
legislatif (membuat UU), kekuasaan menguraikan ciri-ciri lembaga negara
eksekutif (menjalankan UU), dan yaitu:13
kekuasaan federatif (kekuasaan 1) Organ negara itu dipilih atau
pemerintah dalam hubungan luar diangkat untuk menduduki
negeri). jabatan atau fungsi tertentu;
Baik dalam pandangan Montes- 2) fungsi itu dijalankan sebagai
quieu maupun John Locke, bidang- profesi utama atau bahkan
bidang kekuasaan yang telah terpisah secara hukum bersifat eksklusif;
tersebut selanjutnya diberikan kedu- dan
dukan yang sederajat satu dan lain- 3) oleh karena fungsinya itu, ia
nya, dengan kewenangannya masing- berhak untuk mendapatkan
masing yang bersifat atribusi. Meski- imbalan gaji dari negara.
pun menjalankan kewenangannya Lembaga-lembaga negara terse-
secara independen, namun masing- but maka selanjutnya akan diklasifi-
masing bidang kekuasaan tersebut kasikan berdasarkan pada sumber
tetap harus melaksanakan pengawas- peraturan yang menjadi dasar
an dan perimbangan antara bidang pembentukannya atau legitimasi
kekuasaan yang satu dan lainnya. lembaga tersebut, yaitu: 14

Sistem pemerintahan Indonesia 1) Lembaga yang dibentuk berda-


mengadopsi Trias Politica tersebut sarkan UUD yang diatur dalam
dengan membentuk lembaga-lembaga atau dengan UU, Peraturan
negara yang akan bertugas pada satu Pemerintah (PP), Peraturan
bidang kekuasaan. Dalam setiap Presiden (Pepres), dan Keputusan
bidang kekuasaan akan dijalankan Presiden (Kepres);
oleh satu atau lebih lembaga negara 2) Lembaga yang dibentuk berda-
lainnya. Sehingga keberadaan lemba- sarkan UU yang diatur dan
ga negara negara merupakan satu ditentukan lebih lanjut dalam PP,

11 Firmansyah Arifin, dkk., Lembaga Negara dan Sengketa Kewenangan Antar Lembaga Negara
(Konsorsium Reformasi Hukum Nasional (KRHN) 2005) 14.
12 Moh. Kusnardi dan Bintan Saragih, Ilmu Negara (ed. revisi, Gaya Media Pratama 2000) 241.
13 Dalam Anna Triningsih dan Nuzul Qur’aini Mardiya, ‘Interpretasi Lembaga Negara dan Sengketa
Lembaga Negara dalam Penyelesaian Sengketa Kewenangan Lembaga Negara’ (2017) 14 (4)
Jurnal Konstitusi 778, 786.
14 Asip Suyadi, ‘Pembentukan dan Kewenangan Kantor Staf Kepresidenan (KSP) dalam Struktur
Lembaga Kepresidenan Republik Indonesia’ (2018) 9 (2) Jurnal Surya Kencana Satu: Dinamika
Masalah Hukum dan Keadilan 91, 95.
IMPLEMENTASI FUNGSI PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 223

Perpres, dan Kepres; Bagan Struktur Lembaga Negara


3) Lembaga yang dibentuk berda- dalam Sistem Pemerintahan Indonesia
sarkan PP atau Perpres yang Berdasarkan UUD NRI 1945
ditentukan lebih lanjut Kepres;
4) Lembaga yang dibentuk
berdasarkan Peraturan Menteri
yang ditentukan lebih lanjut
dengan Keputusan Menteri atau
keputusan pejabat di bawah
Menteri.
Selanjutnya lembaga-lembaga
yang dibentuk UUD disebut sebagai
lembaga negara utama yang tugas dan Masing-masing bidang kekua-
kewenangannya ditetapkan konstitusi saan tersebut akan melakukan
menempati satu bidang kekuasaan pengawasan terhadap kinerja bidang
dalam Trias Politica. Tafsiran Sri kekuasaan lainnya. Sehingga akan
Soemantri menempatkan 8 (delapan) tercipta hubungan yang bersifat
lembaga negara berdasarkan UUD NRI reciprocal dalam hal pengawasan pada
1945 yaitu Badan Pemeriksa Keua- sistem pemerintahan di Indonesia.
ngan (BPK), DPR, Dewan Perwakilan Presiden selaku eksekutif akan
Daerah (DPD), Majelis Permusya- mengawasi kinerja DPR sebagai
waratan Rakyat (MPR), Presiden dan legislatif dalam pembentukan UU.
Wakil Presiden, Mahkamah Agung Sebaliknya DPR akan mengawasi
(MA), Mahkamah Konstitusi, dan kinerja Presiden ketika menjalankan
Komisi Yudisial. Pendapat ini didasar- UU. Demikian pula antara MK sebagai
kan pemikiran sistem kelembagaan kukuasaan yudikatif akan mengawasi
negara berdasarkan hasil amandemen DPR sebagai legislatif melalui pranata
UUD NRI 1945 dibagi menjadi 3 (tiga) judicial review. Sementara DPR akan
bidang atau fungsi yaitu bidang mengawasi MK dalam hal proses
perundang-undangan, bidang penga- seleksi calon hakim MK yang
wasan, dan berkaitan dengan peng- dilakukan di DPR. Proses ini termasuk
angkatan hakim agung.15 juga pengawasan antara kekuasaan
Adapun pembagian kekuasaan yudikatif terhadap eksekutif dan
negara terhadap lembaga-lembaga sebaliknya.
negara dalam sistem pemerintahan Check and balances sebagai
Indonesia berdasarkan konstitusi konsekuensi dari pemisahan kekua-
dapat digambarkan dalam bagan saan negara bertujuan mencegah
sebagai berikut: terjadinya monopoli satu bidang keku-
asaan saja. Pengawasan dalam penye-
lenggaraan pemerintahan menurut
Siagian merupakan segenap kegiatan
untuk meyakinkan dan menjamin
bahwa tugas/pekerjaan telah dilaku-
kan sesuai dengan rencana yang telah

15 Arifin, dkk., (n 11) 36.


224 REFLEKSI HUKUM [Vol. 4, No. 2, 2020]

ditetapkan. Kebijaksanaan yang telah lembaga independen dan penilaiannya


digariskan dan perintah (aturan) yang bersifat objektif.20
diberikan.16 Sementara Kansil menam- Berkaitan dengan kedua jenis
bahkan bahwa pengawasan penting pengawasan tersebut maka fungsi
guna menjamin terlaksananya kebija- pengawasan yang dilaksanakan DPR
kan pemerintah.17 terhadap Presiden digolongkan seba-
Definisi lainnya mengenai penga- gai pengawasan eksternal. Sehingga
wasan menurut Situmorang dan Jusuf pengawasan eksternal dapat di trans-
Juhir merupakan setiap usaha dan formasikan dalam pelaksanaan check
tindakan dalam rangka untuk menge- and balances antar lembaga karena
tahui sejauh mana pelaksanaan tugas memungkinkan lembaga lain menga-
yang melaksanakan menurut keten- wasi lembaga lainnya. Lembaga yang
tuan dan sasaran yang hendak melakukan pengawasan tersebut
dicapai.18 dapat merupakan lembaga yang kewe-
Pengawasan tersebut ditinjau nangannya hanya melaksanakan
dari lembaga pelaksananya dapat pengawasan semata, seperti BPK.
dibedakan menjadi pengawasan inter- Selain itu pengawasan eksternal juga
nal dan pengawasan eksternal. Daly dapat dilakukan oleh lembaga lainnya
Erni menjabarkan pengawasan inter- manakala terdapat satu kewenangan
nal sebagai pengawasan yang dila- yang dijalankan secara bersama-sama
kukan oleh orang dari badan/unit/ antara dua atau lebih bidang kekua-
instansi di dalam lingkungan unit saan, contohnya keikutsertaan Presi-
tersebut. Dilakukan dengan cara den dalam pembentukan UU merupa-
pengawasan atasan langsung atau kan pengawasan eksekutif dalam
pengawasan melekat. Sedangkan proses pembentukan hukum. Selain
apabila pengawasan dilakukan oleh itu terdapat pula lembaga yang
badan/unit/instansi yang berada di menjalankan fungsi pengawasan seba-
luar institusi yang diawasi disebut gai salah satu kewenangannya ber-
dengan pengawasan eksternal.19 sama dengan kewenangan utamanya,
Eza Aulia juga menambahkan seperti fungsi pengawasan DPR terha-
bahwa pengawasan internal (internal dap pemerintah meskipun kewenang-
control) dapat dicontohkan dengan an utamanya di bidang legislatif.
keberadaan dewan etik/dewan kehor-
matan/majelis kehormatan dalam Fungsi Pengawasan DPR
suatu lembaga yang memiliki kewena- DPR merupakan salah satu
ngan khusus untuk melakukan lembaga perwakilan rakyat di
pengawasan terhadap etika, kinerja, Indonesia, di samping MPR dan DPD
dan perilaku dari lembaga atau orang sebagaimana ditetapkan dalam UUD
per orangan yang diawasi. Sementara NRI 1945 paska amandemen. Ketiga
pengawasan eksternal (external lembaga perwakilan rakyat tersebut
control) biasanya dilakukan oleh suatu

16 Sondang P. Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia (cet. 7, Bumi Aksara 2003) 112.
17 C.S.T. Kansil, Pemerintahan Daerah di Indonesia (Hukum Administrasi Daerah) (Sinar Grafika
2002) 1.
18 Dalam Eza Aulia, ‘Sistem Pengawasan terhadap Hakil Konstitusi dalam Mewujudkan
Independensi Hakim’ (2018) 2 (1) Jurnal Public Policy 105, 107.
19 Daly Erni, Pengawasan (Kencana 2008) 23.
20 Aulia, (n 18).
IMPLEMENTASI FUNGSI PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 225

menjalankan kewenangan berkaitan atas ketiga fungsi tersebut bukan


dengan bidang legislasi. Munif merupakan produk amandemen UUD
Rochmawanto mengutip pandangan NRI 1945 melainkan telah ada
Jimly Asshiddiqie menyatakan MPR sebelumnya yang dijabarkan sebagai
bukanlah sebuat joint session (sidang berikut:
gabungan) semata.21 Sebaliknya MPR 1) Fungsi legislatif, untuk mem-
merupakan sebuah lembaga yang bentuk memberikan persetujuan
keanggotaannya berasal dari anggota atas UU yang dibentuk Presiden
DPR dan DPD dengan kewenangan (Pasal 20 ayat (1) UUD NRI 1945);
utama di bidang legislasi untuk 2) fungsi anggaran yaitu membe-
mengubah dan menetapkan UUD. rikan persetujuan atas anggaran
DPR dan DPD sebagai lembaga pendapatan dan belanja yang
pembentuk MPR merupakan lembaga diusulkan pemerintah (Pasal 23
perwakilan rakyat yang memiliki legiti- ayat (1) UUD NRI 1945); dan
masi kekuasaan berbeda. DPR meru- 3) fungsi pengawasan dalam hal
pakan lembaga perwakilan rakyat memberikan persetujuan kepada
yang berasal dari partai politik, yang Presiden atas pernyataan perang,
dipilih oleh rakyat melalui pemilu. membuat perdamaian dan
Sementara DPD adalah lembaga yang perjanjian dengan negara lain
baru terbentuk pasca amandemen (Pasal 11 UUD NRI 1945).
UUD NRI 1945 sebagai pengganti dari Selain itu Bagir Manan menam-
fraksi utusan golongan dan utusan bahkan berdasarkan TAP MPR-RI No.
daerah. DPD merupakan lembaga III/MPR/1978, kewajiban DPR untuk
perwakilan politik yang bersifat senantiasa mengawasi tindakan-
kedaerahan dan dicalonkan secara tindakan Presiden dalam rangka
independen, tanpa memerlukan pelaksanaan haluan negara, apabila
dukungan dari partai politik. Kedua DPR menganggap bahwa Presiden
lembaga tersebut memiliki fungsi sungguh melanggar haluan negara,
legislasi dalam membentuk UU. maka DPR menyampaikan memoran-
Keberadaan lembaga perwakilan dum untuk mengingatkan Presiden.
rakyat tidak hanya berkaitan dengan Apabila dalam waktu 3 bulan Presiden
fungsi legislasi, namun juga memiliki tidak memperhatikan memorandum
fungsi lainnya dalam rangka menja- DPR tersebut, maka DPR menyam-
lankan kedaulatan rakyat dan demo- paikan memorandum kedua. Apabila
krasi dalam suatu negara. DPR dalam waktu satu bulan memorandum
sebagai salah satu lembaga tersebut, kedua tersebut tidak diindahkan
memiliki 3 (tiga) fungsi yaitu (1) fungsi Presiden, maka DPR dapat meminta
legislasi, (2) fungsi budgeting (peng- Majelis mengadakan sidang istimewa
anggaran), dan (3) fungsi pengawas- untuk meminta pertanggungjawaban
an.22 Pelaksanaan kewenangan DPR Presiden.23

21 Munif Rochmawanto, ‘Pembagian Kekuasaan antara MPR, DPR, dan DPD dalam Mewujudkan
Sistem Ketatanegaraan yang Berkedaulatan Rakyat’ (2014) 2 (1) Jurnal Independent 1.
22 Sunarto, ‘Fungsi Legislasi DPR pasca Amandemen UUD 1945’ (2017) 28 (1) Jurnal Integralistik
57.
23 Bagir Manan, Teori dan Politik Konstitusi, (Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan Nasional 2001) 134.
226 REFLEKSI HUKUM [Vol. 4, No. 2, 2020]

Berdasarkan ketentuan pasal untuk menyelenggarakan fungsi legis-


dalam UUD NRI 1945 dan penegasan lasi, yaitu:
Bagir Manan, maka kewenangan 1) Pengetahuan dan pemehaman
utama DPR merupakan kewenangan para anggota DPR terhadap
di bidang pengawasan. DPR sebagai materi rancangan UU biasanya
lembaga legislatif nyatanya tidak bersifat umum dan tidak
diberikan kewenangan membentuk mendetail karena latar belakang
UU oleh konstitusi. Kewenangan DPR pendidikan anggotanya yang
terkait legislasi hanya sebatas beragam;
memberikan persetujuan atas UU 2) DPR tidak didukung oleh tenaga
yang dibentuk pemerintah. Selain itu ahli dalam jumlah yang cukup;
dalam fungsi anggaran pun DPR 3) anggaran penyusunan rancang-
hanya sebatas menyetujui atau tidak an UU yang terbatas; dan
anggaran yang diajukan pemerintah. 4) proses pembahasan dan pengam-
Hal ini pula yang menunjukkan bilan putusan terhadap sebuah
adanya pemusatan kekuasaan negara rancangan UU lebih rumit rumit
pada Presiden sebelum amandemen dan lama, karena untuk mem-
UUD NRI 1945 yang disebut dengan peroleh kesamaan pandangan
executive heavy. harus melalui proses negosiasi,
Fungsi legislasi yaitu fungsi DPR kompromi, serta lobi-lobi yang
terkait dengan kewenangannya dalam rumit dan lama.
hal membentuk UU. Selanjutnya Sebagaimana dikemukakan di
fungsi budgeting (penganggaran), yaitu atas bahwa kini fungsi pengawasan
fungsi DPR terkait kewenangannya kini menjadi lebih utama dibanding-
untuk ikut serta bersama pemerintah kan fungsi-fungsi lainnya dibanding-
untuk menyusun Anggaran Pendapat- kan dengan fungsi legislasi ditinjau
an dan Belanja Negara (APBN). dari gagasan awal fungsi pemben-
Terakhir, fungsi pengawasan, yaitu tukan lembaga perwakilan rakyat itu
fungsi DPR dalam hal melakukan sendiri. Pengawasan yang dilaksana-
pengawasan terhadap kinerja peme- kan DPR terhadap Presiden merupa-
rintah (Presiden) dalam menyeleng- kan pengawasan eksternal. Disebut
garakan pemerintahan. demikian, mengingat keberadaan DPR
Tiga fungsi yang dimiliki oleh dan Presiden pada bidang kekuasaan
DPR tersebut ditulis berurutan namun terpisah dalam Trias Politica. Penye-
tidak berarti fungsi yang disebut lenggaraan fungsi pengawasan DPR
terlebih dahulu lebih penting atau apabila dicermati merupakan bentuk
prioritas dibandingkan fungsi yang intervensi atau campur tangan
lainnya. Hanya saja pandangan umum lembaga legislatif terhadap lembaga
seringkali menganggap fungsi legislasi eksekutif. Hal ini menunjukkan telah
sebagai fungsi utama dari lembaga terjadinya pergeseran makna dari
perwakilan rakyat. Padahal dalam ajaran pemisahan kekuasaan, karena
perkembangan terkini lembaga perwa- dalam ajaran tersebut ditekankan
kilan rakyat di berbagai belahan bahwa antar lembaga negara tidak
dunia, fungsi pengawasan menjadi boleh saling mengintervensi atau
lebih utama dibandingkan lainnya. Hal mencampuri urusan. Meskipun demi-
ini mengingat adanya kelemahan- kian, adanya campur tangan melalui
kelemahan yang harus dipenuhi fungsi pengawasan tersebut bertujuan
IMPLEMENTASI FUNGSI PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 227

untuk mengimbangi kekuasaan ekse- annya terhadap setiap kebijakan yang


kutif yang seringkali mendapatkan diambil pemerintah dalam menyeleng-
godaan untuk bertindak di luar garakan pemerintahan. Sebaliknya
wewenangnya terutama dengan ada- Presiden mengawasi dan mengimbangi
nya wewenang diskresi yang dimiliki kekuasaan DPR dengan cara diberikan
oleh eksekutif. Penggunaan wewenang kewenangan untuk turut serta mem-
diskresi ini yang dirasa perlu untuk bentuk UU. Keikutsertaan Presiden
diawasi legislatif karena berpotensi dalam pembentukan UU meliputi
menimbulkan tidakan sewenang- kewenangan untuk mengajukan RUU,
wenang dan penyalahgunaan wewe- ikut membahas rancangan UU
nang. bersama DPR, dan memberikan
Apabila implementasi check and persetujuan untuk mengesahkan RUU
balances dicermati dalam UUD NRI sebagai UU.
1945, menunjukkan bahwa bukan Fungsi pengawasan DPR sebagai
hanya DPR yang memiliki fungsi bentuk check and balances terhadap
pengawasan terhadap lembaga negara Presiden dalam kerangka pemisahan
lainnya. Setiap lembaga negara akan kekuasaan, dalam UU MD3 dilakukan
dilibatkan untuk ikut serta melakukan terhadap pengawasan atas pelaksa-
pengawasan terhadap lembaga lainnya naan UU dan APBN. Namun Jimly
dalam bidang kekuasaan yang menyampaikan fungsi-fungsi penga-
berbeda. Oleh karena itu mekanisme wasan yang dimiliki oleh DPR sebagai
check and balances dalam UUD NRI lembaga perwakilan rakyat dapat
1945 sesungguhnya bersifat resiprok dibedakan sebagai berikut:25
antara lembaga yang satu dengan 1) Pengawasan terhadap penentuan
lembaga lainnya. Urgensi implemen- kebijakan (control of policy
tasi check and balances demikian making);
dapat dipahami dengan beranjak pada 2) pengawasan terhadap pelaksa-
pandangan Lord Acton sebagaimana naan kebijakan (control of policy
dikutip Miriam Budiardjo yang executing);
menyatakan bahwa power tends to 3) pengawasan terhadap pengang-
corrupt, absolute power tends to corrupt garan dan belanja negara (control
absolutely (kekuasaan memiliki kecen- of budgeting);
derungan untuk disalahgunakan, 4) pengawasan terhadap pelaksa-
tetapi kekuasaan yang absolut sudah naan anggaran dan belanja
pasti akan disalahgunakan).24 Sehing- negara (control of budget
ga dapat disimpulkan bahwa penga- implementation);
wasan merupakan syarat mutlak bagi 5) pengawasan terhadap kinerja
kekuasaan agar tidak disalahguna- pemerintahan (control of govern-
kan, dan masing-masing lembaga ment performances); dan
negara memiliki fungsi untuk menga- 6) pengawasan terhadap pengang-
wasi lembaga lainnya guna tercapai- katan pejabat publik (control of
nya kekuasaan yang berimbang. political appointment of public
DPR mengawasi Presiden dengan officials) dalam bentuk persetu-
cara menggunakan fungsi pengawas- juan atau penolakan, ataupun

24 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik (ed. 6, Gramedia Pustaka Utama 2009) 52.
25 Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara (n 1) 302.
228 REFLEKSI HUKUM [Vol. 4, No. 2, 2020]

dalam bentuk pemberian pertim- DPR bertujuan untuk meminta


bangan oleh DPR. keterangan kepada Presiden dalam hal
Fungsi pengawasan ini merupa- terdapat kebijakannya yang dirasa
kan fungsi yang hadir pada hakikat salah, baik karena tindakan sewe-
atau asal usul lahirnya konsep nang-wenang maupun penyalahgu-
parlemen sebagai lembaga perwakilan naan wewenang. Ketiga hak DPR
rakyat. Dalam sejarah kehadiran tersebut dipergunakan secara berta-
parlemen berkaitan dengan kata le hap dimulai dari hak interpelasi,
parle yang berarti berbicara, artinya kemudian dilanjutkan hak angket, dan
keberadaan wakil rakyat merupakan hak menyatakan pendapat sebagai
representasi dari rakyat yang menjadi hak yang dinilai sakral karena terkait
juru bicara rakyat yaitu menyuarakan dengan usulan pemberhentian
aspirasi, kepentingan, dan pendapat Presiden dan/atau Wakil Presiden
rakyat. Parlemen sebagai lembaga dalam masa jabatannya.
perwakilan rakyat merupakan wadah Adapun ketiga hak yang dimiliki
dimana kepentingan dan aspirasi oleh DPR dapat dijelaskan sebagai-
rakyat diperdengarkan dan diper- mana dikutip dari ketentuan Pasal 79
juangkan untuk menjadi materi UU No. 17 Tahun 2014 tentang
kebijakan dan agar kebijakan itu tentang Majelis Permusyawaratan
dilaksanakan dengan tepat untuk Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat,
kepentingan seluruh rakyat yang Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan
aspirasinya diwakili. Dengan demikian Perwakilan Rakyat Daerah sebagai-
fungsi pengawasan menurut Jimly mana yang telah diubah terakhir kali
lebih utama dibandingkan fungsi dengan UU No. 13 Tahun 2019 tentang
legislasi itu sendiri. Fungsi kontrol Perubahan Ketiga atas UU No. 17
tidak saja berkenaan dengan kinerja Tahun 2014 tentang Majelis
pemerintah dalam melaksanakan Permusyawaratan Rakyat, Dewan
ketentuan UU ataupun kebijakan yang Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
telah ditentukan, melainkan berkaitan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat
juga dengan penentuan anggaran dan Daerah, yaitu:
pelaksanaan APBN yang telah ditetap- 1) Hak interpelasi yaitu hak untuk
kan. Dengan demikian maka dalam meminta keterangan terhadap
fungsi pengawasan sudah mencermin- pemerintah mengenai kebijakan
kan pula fungsi anggaran, yaitu pemerintah yang penting dan
pengawasan fiskal.26 strategis serta berdampak luas
Fungsi pengawasan dilaksana- pada kehidupan bermasyarakat
kan oleh DPR sebagai lembaga dan bernegara.
perwakilan rakyat melalui hak-hak 2) Hak angket adalah hak untuk
yang dimiliki oleh DPR sebagaimana melakukan penyelidikan yang
termuat dalam Pasal 20A ayat (2) UUD dimiliki oleh DPR yang memutus-
NRI 1945 yaitu hak interpelasi, hak kan bahwa pelaksanaan suatu
angket, dan hak menyatakan penda- UU dalam kebijakan pemerintah
pat.27 Ketiga hak yang dimiliki oleh yang berkaitan dengan hal

26 Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara (n 1) 304.


27 May Lim Charity, ‘Implikasi Hak Angket Dewak Perwakilan Rakyat Republik Indonesia terhadap
Komisi Pemberantasan Korupsi’ (2017) 14 (3) Jurnal Legislasi Indonesia 245, 247.
IMPLEMENTASI FUNGSI PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 229

penting, strategis, dan berdam- tersebut akan semakin memperkuat


pak luas pada kehidupan sistem presidensial dalam mencapai
bermasyarakat, berbangsa, dan tujuan pemerintahan yang berorien-
bernegara bertentangan dengan tasi pada rakyat, yang memberikan
ketentuan peraturan perundang- legitimasi kepada Presiden dan DPR.
undangan.
3) Hak menyatakan pendapat ada- Fungsi Pengawasan DPR dalam
lah hak DPR untuk menyatakan Sistem Pemerintahan Presidensial
pendapat atas: Hubungan antara eksekutif,
a) kebijakan pemerintah atau legislatif, dan yudisial dalam penye-
mengenai kejadian luar lenggaraan pemerintahan negara
biasa yang terjadi di tanah berkaitan erat dengan sistem pemerin-
air atau di dunia interna- tahan yang dianut suatu negara. Hal
sional; ini dapat disimpulkan dari berbagai
b) tindak lanjut pelaksanaan pandangan ahli hukum mengenai
hak interpelasi dan hak definisi sistem pemerintahan itu
angket; sendiri. Mahfud MD merumuskan
c) dugaan bahwa Presiden definisi sistem pemerintahan sebagai
dan/atau Wakil Presiden mekanisme kerja dan koordinasi atau
tidak lagi memenuhi syarat hubungan antara ketiga cabang
sebagai Presiden dan/atau kekuasaan yaitu legislatif, eksekutif
Wakil Presiden. dan yudikatif.28 Jimly Asshiddiqie juga
Penggunaan hak menyatakan mengemukakan bahwa sistem peme-
pendapat itu dapat dikatakan sebagai rintahan berkaitan dengan pengertian
fungsi pamungkas pengawasan DPR regeringsdaad, yaitu penyelenggaraan
terhadap Presiden di Indonesia. Hal ini pemerintahan oleh eksekutif dalam
karena DPR dapat menggunakan hak hubungannya dengan fungsi legis-
tersebut untuk mengecualikan ciri latif.29 Selanjutnya pengertian sistem
fixed term executive yang telah diatur pemerintahan yang paling tegas dapat
dalam konstitusi. Namun bukan dilihat dari pendapat Usep Ranawijaya
berarti bahwa ketiga fungsi penga- yang menyatakan sistem pemerin-
wasan tersebut bertujuan melemah- tahan merupakan sistem hubungan
kan sistem presidensial, apabila antara eksekutif dan legislatif.30
fungsi-fungsi tersebut dijalankan DPR Dengan demikian menjadi amat jelas
secara bertanggung jawab dan tidak bahwa dalam setiap sistem pemerin-
untuk kepentingan politik semata. tahan yang ada, akan selalu terdapat
DPR wajib bersikap obyektif dalam keterkaitan kinerja antara eksekutif,
menggunakan fungsi-fungsi penga- legislatif, dan yudisial terkait dengan
wasannya sebagai sarana kritik kebija- penyelenggaraan pemerintahan.
kan pemerintah yang dirasa berten- Sistem pemerintahan presiden-
tangan dengan tujuan menyejah- sial merupakan salah satu sistem
terakan masyarakat. Dengan demikian pemerintahan yang diterapkan oleh
maka fungsi-fungsi pengawasan

28 Moh. Mahfud M.D, Dasar dan Struktur Ketatanegaraan Indonesia (Rineka Cipta 2001) 74.
29 Jimly Asshiddiqie, Pokok-pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Reformasi (Ed. pertama,
Buana Ilmu Populer 2007) 311.
30 Dalam Saldi Isra, ‘Hubungan Presiden dan DPR’ (2013) 10 (3) Jurnal Konstitusi 399, 403.
230 REFLEKSI HUKUM [Vol. 4, No. 2, 2020]

negara-negara di dunia dengan Namun legitimasi kedudukan Presiden


berkiblat pada sistem presidensial sebagai kepala negara dan kepala
yang diterapkan di Amerika Serikat. pemerintahan dalam sistem presi-
Meski demikian dalam implementa- densial akan tersandera oleh politik
sinya terdapat beberapa perkecualian apabila penggunaan fungsi pengawas-
yang dilakukan oleh negara-negara an oleh lembaga perwakilan rakyat
yang menerapkan sistem presidensial sarat oleh upaya-upaya politik.
tersebut. Sistem presidensial memiliki Sistem pemerintahan presiden-
ciri-ciri utama menurut Giovani sial merupakan sistem pemerintahan
Sartori sebagaimana dikutip oleh yang menempatkan fokus kekuasaan
Hanta Yuda, yaitu:31 terpusat pada lembaga eksekutif
1) Kepala pemerintahan (presiden) (Presiden). Dalam sistem pemerintah-
dipilih secara langsung oleh an presidensialisme, basis legitimasi
rakyat untuk masa jabatan Presiden bersumber dari rakyat dan
tertentu; karena itu sistem pemerintahan presi-
2) dalam masa jabatannya Presiden densial ditandai dengan penerapan
tidak dapat dijatuhkan oleh sistem pemilihan Presiden dan Wakil
parlemen; Presiden secara langsung oleh rakyat
3) Presiden memimpin secara dengan masa jabatan yang tetap (fixed
langsung pemerintahan yang term). Pemilihan Presiden dan Wakil
dibentuknya. Presiden secara langsung ini berim-
Saldi Isra mengemukakan bahwa plikasi bahwa Presiden bertanggung
hampir semua ahli hukum yang jawab langsung kepada rakyat. Masa
mengemukakan pandangannya jabatan Presiden yang tetap bertujuan
mengenai sistem pemerintahan presi- agar Presiden yang dipilih secara
densial menyatakan bahwa salah satu langsung oleh rakyat itu tidak mudah
karakteristik sistem pemerintahan dijatuhkan oleh lembaga legislatif.
presidensial yang menonjol adalah Konsekuensinya adalah proses pem-
Presiden memiliki fungsi ganda berhentian Presiden dan/atau wakil
sebagai kepala negara dan kepala Presiden dari jabatannya hanya bisa
pemerintahan.32 Selanjutnya karakter dilakukan melalui proses peradilan.
sistem pemerintahan presidensial juga Selain itu, posisi lembaga eksekutif
tampak dari pola hubungan antara (Presiden dan Wakil Presiden) sejajar
lembaga eksekutif dan legislatif, dengan posisi lembaga legislatif yang
dimana terdapat pemisahan secara bertujuan agar kedua lembaga
tegas antara kedua lembaga tersebut tersebut bersifat mandiri dan dapat
(clear-cut separation of power). Dengan melaksanakan mekanisme checks and
adanya pemisahan secara tegas balances dalam pemerintahan.33
tersebut, maka dalam sistem pemerin- Berdasarkan pandangan tentang
tahan presidensial pembentukan sistem pemerintahan presidensial
pemerintah tidak tergantung pada tersebut, maka implementasi sistem
proses politik di lembaga legislatif. pemerintahan di Indonesia diwujud-

31 Hanta Yuda A.R., Presidensialisme Setengah Hati dari Dilema ke Kompromi (Gramedia Pustaka
Utama 2010) 13.
32 Saldi Isra, Pergeseran Fungsi Legislasi Menguatnya Model Legislasi Parlementer dalam Sistem
Presidensial Indonesia (PT. RajaGrafindo Persada 2010) 39-41.
33 A.R., (n 31) 10.
IMPLEMENTASI FUNGSI PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 231

kan dengan memposisikan jabatan dalam G30S-PKI dan penunjukkannya


Presiden sebagai kepala negara dan sebagai Presiden seumur hidup yang
kepala pemerintahan (single chief jelas-jelas melanggar konstitusi
executive). Selain itu, jabatan Presiden Indonesia dan prinsip utama dalam
juga memiliki basis legitimasi kuat sistem pemerintahan presidensial itu
karena dipilih langsung oleh rakyat sendiri.
dalam masa jabatan yang tetap. Hal ini Berbeda dengan alasan pember-
menimbulkan konsekuensi bahwa hentian Soekarno sebagai Presiden,
Presiden sebagai pemegang kekuasaan lengsernya Abdurrahman Wahid
eksekutif bertanggung jawab langsung sebagai Presiden Republik Indonesia
kepada rakyat, serta tidak dapat ditetapkan dalam Sidang Istimewa
dengan mudah dijatuhkan oleh MPR yang digelar pada Agustus 2001.
legislatif di tengah masa jabatannya Berdasarkan hasil keputusan sidang
karena pemerintahan tidak bergan- tersebut, maka MPR mencabut
tung pada parlemen (lembaga legis- mandat atau memberhentikan
latif) seperti pada sistem pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid dengan
parlementer. Meski demikian hal itu alasan bahwa Presiden dinyatakan
tidak berarti bahwa Presiden tidak telah melanggar haluan negara,
dapat diberhentikan dalam masa karena tidak hadir dan menolak untuk
jabatannya, karena pemberhentian memberi pertanggungjawaban dalam
Presiden dapat dilaksanakan berda- Sidang Istimewa MPR, serta
sarkan alasan-alasan yang dipandang penerbitan Maklumat Presiden tanggal
sah dan sebelumnya telah ditentukan 23 Juli 2001 yang dianggap
dalam konstitusi. inkonstitusional oleh MPR.35
Sebagaimana telah disampaikan Konflik politik antara Presiden
sebelumnya bahwa sejarah ketatane- dan DPR kala itu sesungguhnya
garaan Indonesia menunjukkan ada 2 menjadi awal mula proses impeach-
(dua) Presiden Indonesia yang ment terjadi, yang diawali adanya
diberhentikan dalam masa jabatannya dugaan keterlibatan Abdurrahman
melalui mekanisme impeachment yaitu Wahid dalam Buloggate dan
Soekarno dan Abdurrahman Wahid Bruneigate. Saat Abdurrahman Wahid
(Gus Dur). Soekarno merupakan diminta keterangan oleh DPR, beliau
Presiden yang di-impeach berdasarkan malah melontarkan kritik terhadap
TAP MPRS No. XXXIII/MPRS/1967 keberadaan lembaga DPR itu sendiri.
karena Soekarno dipandang tidak Hingga akhirnya adanya Maklumat
dapat melakukan kewajibannya dan Presiden tanggal 23 Juli 2001 yang
tidak dapat melaksanakan haluan berisi:36
negara sebagaimana ditetapkan oleh 1) Membubarkan MPR dan DPR
UUD dan MPRS.34 Selain itu kuat Republik Indonesia;
dugaan pemberhentiannya disebab- 2) mengembalikan kedaulatan
kan pula oleh keterlibatan Soekarno kepada rakyat dan membentuk

34 Fatkhurohman dan Miftachus Sjuhad, ‘Memahami Pemberhentian Presiden (Impeachment) di


Indonesia (Studi Perbandingan Pemberhentian Presiden Soekarno dan Presiden Abdurrahman
Wahid’ (2010) 3 (1) Jurnal Konstitusi 165, 168.
35 Abdul Rasyid Thalib, Wewenang Mahkamah Konstitusi dan Implikasinya dalam Sistem
Ketatanegaraan Republik Indonesia (Citra Aditya Bakti 2006) 9.
36 Putu Eva Ditayani Antari, ‘Penerapan Model Impeachment Dalam Pemberhentian Presiden
dan/atau Wakil Presiden di Indonesia’ (2016) 3 (1) Jurnal Hukum Undiknas 17, 24.
232 REFLEKSI HUKUM [Vol. 4, No. 2, 2020]

Komisi Pemilihan Umum untuk dalam Pemilu AS 2020. Namun


mempersiapkan pemilu dalam keputusan ini dianulir melalui persi-
waktu satu tahun; dan dangan impeachment yang dilaksa-
3) menyelamatkan gerakan refor- nakan oleh Senate yang memutuskan
masi total dari fraksi Orde Baru bahwa alasan pemberhentian Donald
dengan cara membubarkan Trump yang diajukan House of
Partai Golkar sementara Representative tidak terbukti.
menunggu keputusan MA. Peristiwa-peristiwa tersebut
Sehingga pemberhentian Abdurrah- menunjukkan bahwa fungsi penga-
man Wahid dapat dikatakan memiliki wasan terhadap Presiden yang
intrik politik yang amat kentara antara dilakukan oleh DPR dapat melemah-
Presiden dan DPR. kan sistem presidensial, bila pelaksa-
Proses pemberhentian Presiden naan fungsi tersebut berorientasi pada
dalam masa jabatannya yang sarat kepentingan politik semata. Mudah-
akan upaya politisasi DPR tidak hanya nya alasan dan mekanisme pember-
terjadi di Indonesia saja. Amerika hentian Presiden dalam 2 (dua)
Serikat sebagai negara kiblat sistem pemberhentian Presiden Indonesia
presidensial murni dengan demokra- tersebut juga menjadi salah satu
sinya pun tidak luput dari peristiwa concern dalam Perubahan UUD NRI
pelemahan sistem presidensial terse- 1945. Sebagaimana amanat 5 (lima)
but. Setidaknya terdapat 4 (empat) kesepakatan dasar perubahan UUD
orang dalam sejarah Amerika Serikat 1945, bahwa perubahan UUD NRI
yang melalui proses impeachment 1945 bertujuan untuk memperkuat
yaitu Andrew Johnson, Richard Nixon, sistem presidensial. Oleh karena itu,
Bill Clinton, dan Donald Trump.37 penyusun perubahan UUD NRI 1945
Namun upaya impeachment terhadap berusaha merumuskan alasan yang
Donald Trump merupakan proses sah untuk memberhentikan Presiden
yang menarik dilihat dilihat dari segala sekaligus menyusun prosedur pem-
kontroversi yang timbul di Amerika berhentian Presiden. Penyusun peru-
Serikat sejak pemilihan hingga terkait bahan UUD NRI 1945 berkeinginan
segala kebijakan yang tidak populis agar proses pemberhentian Presiden
yang diambil. Adanya konflik politik tidak hanya berdasarkan konflik
antara Presiden dengan kekuatan politik, tanpa melalui proses
politik yang mendominasi House of investigasi dan pembuktian atas
Representative juga menjadi alasan pelanggaran yang dilakukan Presiden.
utama mengapa Donald Trump Atas dasar pertimbangan tersebut
dimakzulkan oleh House of Represen- pasca amandemen dibentuklah MK
tative. Alasan pemberhentian Donald yang salah satu kewenangannya
Trump yang didalilkan oleh House of untuk mengadili atau memberikan
Representative bahwa Donald Trump putusan atas pendapat DPR mengenai
telah dengan sengaja melakukan alasan-alasan pemberhentian Presi-
intervensi kepada pemerintah Ukraina den dan/atau Wakil Presiden.
guna membantu pemenangannya

37 CNBC Indonesia, ‘Trump Dimakzulkan! Ini Presiden AS Lain yang di-Impeachment’ (CNBC, 19
Desember 2019) <https://www.cnbcindonesia.com/news/201912190 90738-4-124313/trump-
dimakzulkan-ini-presiden-as-lain-yang-di-impeachment> diakses 10 Februari 2020.
IMPLEMENTASI FUNGSI PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 233

MK merupakan lembaga per- MPR sebagai lembaga politik yang


adilan yang memiliki fungsi menye- berwenang.40
lenggarakan peradilan guna menegak- Kewenangan MK tersebut meru-
kan konstitusi serta melakukan pakan bentuk peran serta lembaga
penafsiran terhadap konstitusi, terma- peradilan dalam proses pemberhen-
suk dalam mekanisme pemberhentian tian Presiden dan/atau Wakil
Presiden dan/atau Wakil Presiden. Presiden, yang bertujuan untuk
Adanya kewenangan MK dalam proses mencegah upaya politisasi lembaga
pemberhentian Presiden dan/atau perwakilan rakyat dalam proses
Wakil Presiden dalam pandangan tersebut. Keputusan menyertakan
Soimin dan Mahuriyanto bertujuan lembaga peradilan merupakan pembe-
untuk melakukan perimbangan dan lajaran dari sejarah pemberhentian
pengawasan terhadap mekanisme Soekarno dan Abdurahman Wahid
politik pemberhentian Presiden dan/ akibat kuatnya politisasi di DPR dan
atau Wakil Presiden pada DPR dan MPR. Kekuasaan Presiden yang dalam
MPR. Putusan MK merupakan dasar sistem presidensial amat kuat menjadi
hukum yang kuat guna memberhen- tersandera, karena adanya peluang
tikan Presiden dan/atau Wakil untuk mempolitisasi alasan-alasan
Presiden, sesuai alasan-alasan yang pemberhentian Presiden dan/atau
diatur dalam UUD NRI 1945.38 Wakil Presiden. Terlebih lagi proses
Keterlibatan MK dalam menye- pemberhentiannya hanya dilakukan
lenggarakan peradilan pada proses melalui mekanisme-mekanisme politik
pemberhentian Presiden dan/atau di DPR dan MPR.
Wakil Presiden di Indonesia, bukan Pasca amandemen UUD NRI
merupakan peralihan model impeach- 1945 mekanisme pemberhentian
ment ke model forum previlegiatum. Hal Presiden dan/atau Wakil Presiden
ini dinyatakan oleh Abdul Latif yang dilakukan melalui tahapan peradilan
menyampaikan pandangannya disam- dan politik, sebagaimana diatur dalam
paikan bahwa keterlibatan MK tidak- Pasal 7A dan 7B UUD NRI 1945 yang
lah mempengaruhi proses politik dapat pula dimaknai sebagai batasan
dalam pemberhentian Presiden dan/ bagi DPR dalam menjalankan fungsi
atau Wakil Presiden. Putusan MK pengawasan, khususnya penggunaan
dalam pemberhentian Presiden dan/ hak menyatakan pendapat. Alasan
atau wakil presiden tidaklah final dan penggunaan hak menyatakan penda-
dapat dianulir oleh keputusan MPR.39 pat yang dapat menyebabkan pember-
Pandangan serupa disampaikan pula hentian Presiden menurut Pasal 7A
oleh Ni’matul Huda yang menyatakan UUD NRI 1945 yaitu apabila terbukti:
putusan MK tersebut bukan meru- a) Melakukan pelanggaran hukum,
pakan putusan final karena pember- berupa pengkhianatan terhadap
hentian Presiden dan/atau Wakil negara, korupsi, penyuapan,
Presiden tetap tunduk pada putusan tindak pidana berat lainnya, atau
perbuatan tercela lainnya; atau

38 Soimin dan Mashuriyanto, Mahkamah Konstitusi dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia (UII
Press 2013) 160.
39 Abdul Latif, Fungsi Mahkamah Konstitusi (Upaya Mewujudkan Negara Hukum Demokrasi) (Kreasi
Total Media 2009) 164.
40 Ni’matul Huda, UUD 1945 dan Gagasan Amandemen Ulang (Rajawali Press 2008) 254.
234 REFLEKSI HUKUM [Vol. 4, No. 2, 2020]

b) tidak lagi memenuhi syarat atau Wakil Presiden merupakan


sebagai Presiden dan/atau Wakil keputusan politik pula yang amat
Presiden. bergantung pada pandangan subyektif
Proses pembuktian dugaan dan dukungan terhadap Presiden
tersebut selanjutnya diberikan kepada dan/atau Wakil Presiden. Oleh karena
MK sebagaimana diatur Pasal 7B UUD itulah maka diperlukan peran serta
NRI 1945 sehingga mekanisme MK sebagai lembaga yudisial yang
impeachment memerlukan peran serta berwenang memutus kebenaran
tiga lembaga yang berwenang yaitu dugaan DPR bahwa Presiden dan/atau
DPR, MPR, dan MK. Tanpa adanya Wakil Presiden melakukan pelang-
putusan MK yang menyatakan dugaan garan hukum atau tidak lagi
DPR untuk memberhentikan Presiden memenuhi syarat sebagai Presiden
itu sah, maka hak menyatakan dan/atau Wakil Presiden. Putusan
pendapat DPR tidak akan berlanjut yang diambil oleh MK tersebut diambil
dengan sidang impeachment di MPR. dalam perspektif hukum, sehingga
Sehingga proses pemberhentian dugaan DPR bahwa Presiden
Presiden berdasarkan UUD NRI 1945 dan/Wakil Presiden telah melakukan
dapat memperkecil celah DPR mela- pelanggaran hukum atau tidak lagi
kukan politisasi terhadap Presiden. memenuhi syarat sebagai Presiden
DPR dalam mekanisme pember- dan/atau Wakil Presiden yang sifatnya
hentian Presiden dan/atau Wakil politik akan mendapatkan justifikasi
Presiden, berkaitan dengan fungsi secara hukum kebenarannya. Sehing-
pengawasan dan hak menyatakan ga pendapat DPR yang bersifat politis
pendapat, melakukan proses penyeli- mengenai alasan pemberhentian
dikan apabila ada dugaan pelanggaran Presiden dan/atau Wakil Presiden itu
hukum yang dilakukan oleh Presiden dapat dipertanggungjawabkan secara
dan/atau Wakil Presiden. Penyeli- hukum. Dengan demikian maka
dikan yang dilakukan oleh DPR tidak Presiden dan/atau Wakil Presiden
dapat disamakan dengan proses tidak dapat dengan mudah diberhen-
penyelidikan, penyidikan, atau penun- tikan dalam masa jabatannya berda-
tutan yang dilakukan pada perkara sarkan mekanisme politik semata di
pidana umumnya. Penyelidikan di DPR dan MPR, sehingga dapat
DPR dilakukan dengan membentuk menjamin kestabilan pemerintahan
Panitia Khusus (Pansus) yang bertu- negara dalam sistem pemerintahan
gas mencari bukti-bukti, meminta presidensial.
keterangan saksi dan pihak-pihak Usulan DPR mengenai dugaan
terkait termasuk membicarakannya Presiden dan/Wakil Presiden telah
dengan Presiden dalam suatu Rapat melakukan pelanggaran hukum atau
Kerja, Rapat Dengar Pendapat, tidak lagi memenuhi syarat sebagai
dan/atau Rapat Dengar Pendapat Presiden dan/atau Wakil Presiden
Umum.41 yang telah mendapat justifikasi
Bagaimanapun DPR merupakan hukum melalui putusan MK selanjut-
lembaga politik sehingga pengambilan nya akan diteruskan oleh DPR ke MPR
keputusan yang dilakukan berkaitan sebagai lembaga yang memiliki
dengan pemberhentian Presiden dan/ kewenangan konstitusional untuk

41 Hamdan Zoelva, Pemakzulan Presiden di Indonesia (Sinar Grafika 2011) 121.


IMPLEMENTASI FUNGSI PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 235

memberhentikan Presiden dan/atau mahkan sistem presidensial. Sebalik-


Wakil Presiden. MPR akan menyeleng- nya adanya pengawasan tersebut
garakan Rapat Paripurna yang dihadiri semata sebagai bentuk perimbangan
oleh anggota MPR serta mengundang dan pengawasan terhadap kekuasaan
pula Presiden dan/atau Wakil Presiden yang besar, sehingga
Presiden guna memberikan penjelasan menghindarkan timbulnya tindakan
atas usul pemberhentiannya. Presiden sewenang-wenang. Dengan demikian
dan/atau Wakil Presiden dapat maka fungsi pengawasan DPR
menghadiri Rapat Paripurna MPR terhadap Presiden memperkuat sistem
ataupun tidak. Dalam Rapat presidensial, dengan menjamin bahwa
Paripurna tersebut pula diambil dalam sistem presidensial akan
keputusan MPR melalui pengambilan menjamin stabilitas pemerintahan dan
suara terbanyak yang akan menentu- segala kebijakan yang ditetapkan
kan pemberhentian Presiden dan/atau pemerintah berorientasi pada rakyat
Wakil Presiden dilaksanakan atau selaku sumber legitimasi kekuasaan-
tidak. Pengambilan keputusan MPR nya.
melalui suara terbanyak tersebut DPR sebagai lembaga yang sarat
merupakan proses politik, yang bisa akan kepentingan politis dalam
saja tidak sesuai dengan kepastian menjalankan fungsi pengawasannya
hukum yang telah ditentukan melalui harus jauh dari unsur politik, semisal
putusan MK sebelumnya. Meski dengan maksud mempertahankan
demikian setidaknya wewenang MK kekuasaan dan demi kepentingan
tersebut telah memberikan filter kelompoknya semata. Jangan sampai
sebagai bentuk upaya pencegahan fungsi pengawasan tersebut menjadi
upaya politisasi dalam pemberhentian boomerang bagi sistem presidensial,
Presiden dan/atau Wakil Presiden, karena justru akan melemahkan
yang dapat melemahkan sistem kedudukan Presiden itu sendiri.
presidensial Indonesia. Fungsi pengawasan DPR harusnya
merupakan sarana preventif dari
PENUTUP kesewenang-wenangan Presiden. Oleh
karenanya sifat pengawasan tersebut
Implementasi fungsi penga- harus transparan, akuntabel, inde-
wasannya DPR terhadap Presiden penden dan imparsial (tidak berkaitan
dilaksanakan dengan pengawasan dengan posisi sebagai kelompok pro
atas pelaksanaan UU dan APBN. atau oposisi dalam pemerintahan).
Fungsi pengawasan tersebut dijalan- Selain itu adanya kewajiban MK
kan dengan adanya 3 (tiga) hak DPR mengadili keabsahan alasan pember-
yaitu hak interpelasi, hak angket, dan hentian Presiden dan/atau Wakil
hak menyatakan pendapat. Ketiga hak Presiden di Indonesia saat ini juga
tersebut bertujuan meminta ketera- dirasa cukup untuk mencegah
ngan dari pemerintah (Presiden) dalam terjadinya intrik politik antara DPR
hal terdapat kebijakan pemerintah dan Presiden yang berujung pada
yang merugikan kepentingan umum. impeachment. Upaya tersebut seki-
Fungsi pengawasan DPR terha- ranya dapat menciptakan fungsi
dap Presiden yang dapat mengakibat- pengawasan DPR yang mampu men-
kan pemberhentian Presiden dalam dukung jalannya sistem presidensial.
masa jabatannya tidak akan mele- Pengawasan menjamin orientasi
236 REFLEKSI HUKUM [Vol. 4, No. 2, 2020]

penyelenggaraan pemerintahan Huda N, UUD 1945 dan Gagasan


kepada rakyat sebagai sumber Amandemen Ulang (Rajawali
legitimasi jabatan Presiden. Penga- Press 2008).
wasan tersebut juga menjamin bahwa Isra S, Pergeseran Fungsi Legislasi
Presiden yang berkedudukan sebaga Menguatnya Model Legislasi
kepala negara dan kepala pemerin- Parlementer dalam Sistem
tahan, tidak akan menyalahgunakan Presidensial Indonesia (PT.
kekuasaan yang dominan ada pada- RajaGrafindo Persada 2010).
nya (executive heavy) untuk disalah-
Kansil CST, Pemerintahan Daerah di
gunakan. Dengan demikian maka
Indonesia (Hukum Administrasi
tujuan utama sistem presidensial
Daerah) (Sinar Grafika 2002).
yaitu stabilitas pemerintahan dapat
terwujud. Kusnardi M, Susunan Pembagian
Kekuasaan menurut Sistem
DAFTAR BACAAN Undang-Undang Dasar 1945
(Gramedia 1986).
Buku Kusnardi M dan Saragih B, Ilmu
Arifin F, dkk., Lembaga Negara dan Negara (ed. revisi, Gaya Media
Sengketa Kewenangan Antar Pratama 2000).
Lembaga Negara (Konsorsium Latif A, Fungsi Mahkamah Konstitusi
Reformasi Hukum Nasional (Upaya Mewujudkan Negara
(KRHN) 2005). Hukum Demokrasi) (Kreasi Total
Asshidiqqie J, Format Kelembagaan Media 2009).
Negara dan Pergeseran Kekua- Manan B, Teori dan Politik Konstitusi
saan dalam UUD 1945 (FH UII (Direktorat Jenderal Pendidikan
Press 2004). Tinggi Departemen Pendidikan
---------------, Pengantar Ilmu Hukum Nasional 2001).
Tata Negara (RajaGrafindo 2006). Mulyosudarmo S, Peralihan
---------------, Pokok-pokok Hukum Tata Kekuasaan (Kajian Teoritis dan
Negara Indonesia Pasca Yuridis terhadap Pidato
Reformasi (Buana Ilmu Populer Nawaksara) (Gramedia Pustaka
2007). Utama 1997).

Budiardjo M, Dasar-Dasar Ilmu Politik Pieris J dan Putri AB, Dewan


(ed. 6, Gramedia Pustaka Utama Perwakilan Daerah Republik
2009). Indonesia, Studi, Analisis, Kritik,
dan Solusi Kajian Hukum dan
D Mahfud M, Dasar dan Struktur
Politik (Pelangi Cendikia 2006).
Ketatanegaraan Indonesia
(Rineka Cipta 2001). R Hanta YA, Presidensialisme
Setengah Hati dari Dilema ke
Diantha IMP, Metodologi Penelitian
Kompromi (Gramedia Pustaka
Hukum Normatif dalam
Utama 2010).
Justifikasi Teori Hukum (ed.
revisi, Kencana 2017). Siagian SP, Manajemen Sumber Daya
Manusia (cet. 7, Bumi Aksara
Erni D, Pengawasan (Kencana 2008).
2003).
IMPLEMENTASI FUNGSI PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 237

Soimin dan Mashuriyanto, Mahkamah Rochmawanto M, ‘Pembagian


Konstitusi dalam Sistem Kekuasaan antara MPR, DPR,
Ketatanegaraan Indonesia dan DPD dalam Mewujudkan
(UII Press 2013). Sistem Ketatanegaraan yang
Suny I, Pergeseran Kekuasaan Berkedaulatan Rakyat’ (2014) 2
Eksekutif (Aksara Baru 1986). (1) Jurnal Independent.

Thalib AR, Wewenang Mahkamah Sunarto, ‘Fungsi Legislasi DPR Pasca


Konstitusi dan Implikasinya Amandemen UUD 1945’ (2015)
dalam Sistem Ketatanegaraan (28) (1) Jurnal Integralistik.
Republik Indonesia (Citra Aditya Suyadi A, ‘Pembentukan dan Kewe-
Bakti 2006). nangan Kantor Staf Kepresi-
Tutik TT, Konstruksi Hukum Tata denan (KSP) dalam Struktur
Negara Indonesia Pasca Lembaga Kepresidenan Republik
Amandemen UUD 1945 (Kencana Indonesia’ (2018) 10 (2) Jurnal
2010). Surya Kencana Satu: Dinamika
Masalah Hukum dan Keadilan.
Zoelva H, Pemakzulan Presiden di
Indonesia (Sinar Grafika 2011). Triningsih A dan Mardiya NQ,
‘Interpretasi Lembaga Negara dan
Artikel Jurnal Sengketa Lembaga Negara
dalam Penyelesaian Sengketa
Antari PED, ‘Penerapan Model
Kewenangan Lembaga Negara’
Impeachment Dalam Pemberhen-
(2017) 14 (4) Jurnal Konstitusi.
tian Presiden dan/atau Wakil
Presiden di Indonesia’ (2016) 3 (1) Artikel Koran
Jurnal Hukum Undiknas. BBC News, ‘Trump Acquitted by
Aulia E, ‘Sistem Pengawasan terhadap Senate in Impeachment Trial’ (BBC
Hakil Konstitusi dalam Mewujud- News, 6 Februari 2020) <https://
kan Independensi Hakim’ (2018) www.bbc.com/news/world-us-can
2 (1) Jurnal Public Policy. ada-51394383> diakses 10
Charity ML, ‘Implikasi Hak Angket Februari 2020.
Dewak Perwakilan Rakyat CNBC Indonesia, ‘Trump Dimakzul-
Republik Indonesia terhadap kan! Ini Presiden AS Lain yang di-
Komisi Pemberantasan Korupsi’ Impeachment’ (CNBC, 19
(2017) 14 (3) Jurnal Legislasi Desember 2019) <https://www.
Indonesia. cnbcindonesia.com/news/20191
Fatkhurohman dan Sjuhad M, ‘Mema- 219090738-4-124313/trump-di
hami Pemberhentian Presiden makzulkan-ini-presiden-as-lain-
(Impeachment) di Indonesia yang-di-impeachment> diakses
(Studi Perbandingan Pemberhen- 10 Februari 2020.
tian Presiden Soekarno dan
Peraturan Perundang-Undangan
Presiden Abdurrahman Wahid’
(2010) 3 (1) Jurnal Konstitusi. Undang-Undang Dasar Negara
Isra S, ‘Hubungan Presiden dan DPR’ Republik Indonesia Tahun 1945.
(2013) 10 (3) Jurnal Konstitusi. Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2014 tentang Majelis
238 REFLEKSI HUKUM [Vol. 4, No. 2, 2020]

Permusyawaratan Rakyat,
Dewan Perwakilan Rakyat,
Dewan Perwakilan Daerah, dan
Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah.
Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2019 tentang Perubahan Ketiga
atas Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2014 tentang Majelis
Permusyawaratan Rakyat,
Dewan Perwakilan Rakyat,
Dewan Perwakilan Daerah, dan
Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah.

Anda mungkin juga menyukai