Makalah Batu Kandung Kemih & Sistisis
Makalah Batu Kandung Kemih & Sistisis
Disusun Oleh :
Asep Mulyana
Lela Amanda
Sinta Mustika Alam
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan judul “BATU KANDUNG KEMIH DAN SISTISIS INTERTISIAL” Makalah ini
di susun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sistem Perkemihan.
Kami menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna
sempurnanya makalah ini.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis,
umumnya bagi pembaca.
Atas segala perhatiannya, kami ucapkan terimakasih.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................................
Daftar Isi..................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................
1. Definisi...................................................................................................................
2. Mekanisme Kerja Insulin.....................................................................................
3. Efek Fisiologi Insulin...........................................................................................
1. Kesimpulan............................................................................................................
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kasus batu kandung kemih pada orang dewasa di Negara barat sekitar 5% dan
terutama diderita oleh pria, sedangkan pada anak-anak insidensinya sekitar 2-3%.
Beberapa faktor risiko terjadinya batu kandung kemih : obstruksi infravesika,
neurogenic bladder, infeksi saluran kemih (urea-splitting bacteria), adanya benda
asing, divertikel kandung kemih.
Di Indonesia diperkirakan insidensinya lebih tinggi dikarenakan adanya
beberapa daerah yang termasuk daerah stone belt dan masih banyaknya kasus batu
endemik yang disebabkan diet rendah protein, tinggi karbohidrat dan dehidrasi kronik.
Pada umumnya komposisi batu kandung kemih terdiri dari : batu
infeksi(struvit), ammonium asam urat dan kalsium oksalat.
Batu kandung kemih sering ditemukan secara tidak sengaja pada penderita
dengan gejala obstruktif dan iritatif saat berkemih. Tidak jarang penderita datang
dengan keluhan disuria, nyeri suprapubik, hematuria dan buang air kecil berhenti tiba-
tiba.
Beberapa penyelidikan menunjukkan 20% dari wanita-wanita dewasa tanpa
mempedulikan umur setiap tahun mengalami disuria dan insidennya meningkat sesuai
pertumbuhan usia dan aktifitas seksual, meningkatnya frekwensi infeksi saluran
perkemihan pada wanita terutama yang gagal berkemih setelah melakukan hubungan
seksual dan diperkirakan pula karena uretra wanita lebih pendek dan tidak
mempunyai substansi anti mikroba seperti yang ditemukan pada cairan seminal.
Infeksi ini berkaitan juga dengan penggunaan kontrasepsi spermasida-
diafragma karena kontrsepsi ini dapat menyebabkan obstruksi uretra parsial dan
mencegah pengosongan sempurna kandung kemih. Sistitis pada pria merupakan
kondisi sekunder akibat bebarapa faktor misalnya prostat yang terinfeksi, epididimitis,
atau batu pada kandung kemih.
B. TUJUAN PENULISAN
Penulisan Makalah ini ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas dari mata
kuliah sistem perkemihan. Dengan adanya makalah ini semoga kita dapat
memperdalam pengetahuan kita tentang kelenjar pankreas.
C. METODE PENULISAN
Untuk memperoleh data yang dibutuhkan bagi penulisan makalah ini, penulis
menggunakan metode sebagai berikut :
1. Metode Informasi
Metode ini dilakukan dengan mengumpulkan informasi yang ada baik itu media
masa, media elektronik maupun internet
2. Metode Keperpustakaan
Metode ini dilakukan dengan cara membaca dan mempelajari literature untuk
memperoleh landasan teoritis yang berhubungan dengan pokok pembahasan
3. Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun menjadi tiga bab, yaitu :
BAB I : Pendahuluan yang meliputi latar belakang, tujuan penulisan, metode
penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II : PEMBAHASAN yang meliputi definisi, etiologi, manisfetasi klinik,
asuhan keperawatan pada batu kandung kemih dan sistisis intertisisal
BAB III : PENUTUP
BAB II
PEMBAHASAN I
1. Definisi Vesikolitiasis
Vesikolitiasis adalah penyumbatan saluran kemih khususnya pada vesika urinaria
atau kandung kemih oleh batu penyakit ini juga disebut batu kandung kemih.( Smeltzer
and Bare, 2000 ).
Vesikolitiasis adalah batu yang terjebak di vesika urinaria yang menyebabkan
gelombang nyeri yang luar biasa sakitnya yang menyebar ke paha, abdomen dan daerah
genetalia. Medikasi yang diketahui menyebabkan pada banyak klien mencakup
penggunaan antasid, diamox, vitamin D, laksatif dan aspirin dosis tinggi yang berlebihan.
Batu vesika urinaria terutama mengandung kalsium atau magnesium dalam kombinasinya
dengan fosfat, oksalat, dan zat-zat lainnya. (Brunner and Suddarth, 2001)
Batu kandung kemih adalah batu yang tidak normal di dalam saluran kemih yang
mengandung komponen kristal dan matriks organik tepatnya pada vesika urinari atau
kandung kemih. Batu kandung kemih sebagian besar mengandung batu kalsium oksalat
atau fosfat ( Prof. Dr. Arjatm T. Ph.D. Sp. And dan dr. Hendra Utama, SPFK, 2001 ).
Vesikolitiasis adalah batu yang ada di vesika urinaria ketika terdapat defisiensi
substansi tertentu, seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat atau
ketika terdapat defisiensi subtansi tertentu, seperti sitrat yang secara normal mencegah
terjadinya kristalisasi dalam urin (Smeltzer, 2002:1460).
2. Etiologi
Obstruksi kelenjar prostat yang membesar
Striktur uretra (penyempitan lumen dari uretra)
Neurogenik bladder (lumpuh kandung kemih karena lesi pada neuron yang
menginervasi bladder)
Benda asing , misalnya kateter
Divertikula,urin dapat tertampung pada suatu kantung didinding vesika urinaria
Shistomiasis, terutama oleh Shistoma haemotobium, lesi mengarah keganasan
Hal-hal yang disebutkan di atas dapat menimbulkan retensi urin, infeksi, maupun
radang. Statis, lithiasis, dan sistitis adalah peristiwa yang saling mempengaruhi. Statis
menyebabkan bakteri berkembang sistitis; urin semakin basa memberi suasana yang
tepat untuk terbentuknya batu MgNH4PO4 (batu infeksi/struvit). Batu yang terbentuk
bisa tunggal ataupun banyak.
Menurut Smeltzer (2002:1460) bahwa, batu kandung kemih disebabkan infeksi,
statis urin dan periode imobilitas (drainage renal yang lambat dan perubahan metabolisme
kalsium). Faktor- faktor yang mempengaruhi menurut Soeparman (2001:378) batu
kandung kemih (Vesikolitiasis) adalah
1. Hiperkalsiuria
Suatu peningkatan kadar kalsium dalam urin, disebabkan karena, hiperkalsiuria
idiopatik (meliputi hiperkalsiuria disebabkan masukan tinggi natrium, kalsium dan
protein), hiperparatiroidisme primer, sarkoidosis, dan kelebihan vitamin D atau kelebihan
kalsium.
2. Hipositraturia
Suatu penurunan ekskresi inhibitor pembentukan kristal dalam air kemih,
khususnya sitrat, disebabkan idiopatik, asidosis tubulus ginjal tipe I (lengkap atau
tidak lengkap), minum Asetazolamid, dan diare dan masukan protein tinggi.
3. Hiperurikosuria
Peningkatan kadar asam urat dalam air kemih yang dapat memacu
pembentukan batu kalsium karena masukan diet purin yang berlebih.
4. Penurunan jumlah air kemih
Dikarenakan masukan cairan yang sedikit.
5. Jenis cairan yang diminum
Minuman yang banyak mengandung soda seperti soft drink, jus apel dan jus anggur.
6. Hiperoksalouria
Kenaikan ekskresi oksalat diatas normal (45 mg/hari), kejadian ini disebabkan
oleh diet rendah kalsium, peningkatan absorbsi kalsium intestinal, dan penyakit usus
kecil atau akibat reseksi pembedahan yang mengganggu absorbsi garam empedu.
7. Ginjal Spongiosa Medula
Disebabkan karena volume air kemih sedikit, batu kalsium idiopatik (tidak
dijumpai predisposisi metabolik).
8. Batu Asan Urat
Batu asam urat banyak disebabkan karena pH air kemih rendah, dan
hiperurikosuria (primer dan sekunder).
9. Batu Struvit
Batu struvit disebabkan karena adanya infeksi saluran kemih dengan
organisme yang memproduksi urease.
Kandungan batu kemih kebayakan terdiri dari :
1. 75 % kalsium.
2. 15 % batu tripe/batu struvit (Magnesium Amonium Fosfat).
3. 6 % batu asam urat.
4. 1-2 % sistin (cystine).
3. Patofisiologi
Batu dalam perkemihan berasal dari obstruksi saluran kemih, naik persial maupu
lengkap. Obstruksi yang lengkap dapat berakibat menjadi hidronefrosis.
Batu saluran kemih merupakan kristalisasi dari mineral dan matriks seputar,
seperti pus, darah ,tumor, atau urat. Komposisi mineral batu bervariasi, kira- kira ¾
bagian dari batu adalah kalsium posfat, asam urin, dan custine
Peningkatan lonsentrasi larutan urin akiabt dari intake cairan yang rendah dan
juga peningkatan bahan organic akibat ISKatau urin tatis, menjadi sarang pembentukan
batu, di tambah adanya infeksi, meningkatkan lapisan urin yang posfat ( long, 1999: 323)
Selain tanda diatas, tanda hidronefrosis yang lain menurut Samsuridjal, 26 Juni
2006) adalah:
1. Hematuri.
2. Sering ditemukan infeksi disaluran kemih.
3. Demam.
4. Rasa nyeri di daerah kandung kemih dan ginjal.
5. Mual.
6. Muntah.
7. Nyeri abdomen.
8. Disuria.
9. Menggigil.
6. Terapi
Menurut Soeparman ( 2001:383) pengobatan dapat dilakukan dengan :
1. Mengatasi Simtom
Ajarkan dengan tirah baring dan cari penyebab utama dari vesikolitiasis, berikan spasme
analgetik atau inhibitor sintesis prostaglandin, bila terjadi koliks ginjal dan tidak di
kontra indikasikan pasang kateter.
2. Pengambilan Batu
Batu dapat keluar sendiri Batu tidak diharapkan keluar dengan spontan jika
ukurannya melebihi 6 mm.
Vesikolithotomi.
Pengangkatan Batu
3. Lithotripsi gelombang kejut ekstrakorporeal
Prosedur non invasif yang digunakan untuk menghancurkan batu. Litotriptor
adalah alat yang digunakan untuk memecahkan batu tersebut, tetapi alat ini hanya dapat
memecahkan batu dalam batas ukuran 3 cm ke bawah. Bila batu di atas ukuran ini dapat
ditangani dengan gelombang kejut atau sistolitotomi melalui sayatan prannenstiel.
Setelah batu itu pecah menjadi bagian yang terkecil seperti pasir, sisa batu tersebut
dikeluarkan secara spontan.
4. Metode endourologi pengangkatan batu
Bidang endourologi mengabungkan ketrampilan ahli radiologi mengangkat batu renal
tanpa pembedahan mayor. Batu diangkat dengan forseps atau jarring, tergantung dari
ukurannya. Selain itu alat ultrasound dapat dimasukkan ke selang nefrostomi disertai
gelombang ultrasonik untuk menghancurkan batu.
5. Ureteroskopi
Ureteroskopi mencakup visualisasi dan akses ureter dengan memasukkan alat
ureteroskop melalui sistoskop. Batu dapat dihancurkan dengan menggunakan laser,
litotrips elektrohidraulik, atau ultrasound kemudian diangkat.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN BATU KANDUNG KEMIH
Dikirim oleh siapa dan diagnosa medik saat masuk maupun saat pengkajian.
3. Keluhan Utama
Frekuensi berkemih yang meningkat, urine yang masih menetes setelah
berkemih, merasa tidak puas setelah berkemih, sering berkemih pada malam hari,
penurunan kekuatan, dan ukuran pancaran urine, mengedan saat berkemih, tidak
dapat berkemih sama sekali, nyeri saat berkemih, hematuria, nyeri pinggang,
peningkatan suhu tubuh disertai menggigil, penurunan fungsi seksual, keluhan
gastrointestinal seperti nafsu makan menurun, mual,muntah dan konstipasi.
b. Pemeriksaan Fisik
1. Status Kesehatan Umum
Meliputi kedaan penyakit, tingkat kesadaran,suara bicara dan tanda-tanda vital.
2. Head to Toe
Kepala : Apakah klien terdapat nyeri kepala, bagaimana bentuknya, apakah terdapat
masa bekas terauma pada kepala, bagaimana keadaan rambut klien.
Muka : Bagaimana bentuk muka, apakah terdapat edema, apakah terdapat paralysis
otot muka
otot rahang.
Mata : Apakah kedua mata memiliki bentuk yang berbeda, bentuk alis mata, kelopak
mata, kongjungtiva, sclera, bola mata apakah ada kelainan, apakah daya penglihatan
klien masih baik.
Telinga
Bentuk kedua telinga simetris atau tidak, apakah terdapat sekret, serumen dan benda
asing, membran timpani utuh atau tidak, apakah klien masih dapat mendengar dengan
baik.
Hidung
Apakah terjadi deformitas pada hidung klien, apakah settum terjadi diviasi, apakah
terdapat secret, perdarahan pada hidung, apakah daya penciuman masih baik.
Mulut Faring
Mulut dan Faring, apakah tampak kering dan pucat, gigi masih utuh, mukosa mulut
apakah terdapat ulkus, karies, karang gigi, otot lidah apakah masih baik, pada tonsil
dan palatum masih utuh atau tidak.
Leher : Bentuk leher simetis atau tidak, apakah terdapat kaku kuduk, kelenjar limfe
terjadi pembesaran atau tidak.
Dada : Apakah ada kelainan paru-paru dan jantung.
Abdomen : Bentuk abdomen apakah membuncit, datar, atau penonjolan setempat,
peristaltic usus meningkat atau menurun, hepar dan ginjal apakah teraba, apakah
terdapat nyeri pada abdomen.
Inguinal /Genetalia/ anus : Apakah terdapat hernia, pembesaran kelejar limfe,
bagaimana bentuk penis dan scrotum, apakah terpasang keteter atau tidak, pada anus
apakah terdapat hemoroid, pendarahan pistula maupun tumor, pada klien
vesikollitiasis biasanya dilakukan pemeriksaan rectal toucer untuk mengetahuan
pembesaran prostat dan konsistensinya.
Ekstermintas : Apakah pada ekstermitas bawah dan atas terdapat keterbatasan gerak,
nyeri sendi atau edema, bagaimana kekuatan otot dan refleknya
Pemeriksaan fisik pasien dengan BSK dapat bervariasi mulai tanpa kelainan fisik
sampai tanda-tanda sakit berat tergantung pada letak batu dan penyulit yang ditimbulkan.
Pemeriksaan fisik umum : hipertensi, febris, anemia, syok
Pemeriksan fisik khusus urologi :
o Sudut kosto vertebra : nyeri tekan , nyeri ketok, pembesaran ginjal
o Supra simfisis : nyeri tekan, teraba batu, buli-buli penuh
o Genitalia eksterna : teraba batu di uretra
o Colok dubur : teraba batu pada buli-buli (palpasi bimanual)
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peningkatan prekuensi atau
dorongan kontraksi vesika urinaria (doengoes, 1999)
2. Perubahan pola eliminasi urin berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh
batu, obstruksi mekanik, imflamasi, (doenges,1999)
3. Resiko tinggi defisit voleme caian berhubungan dengan mual/ muntah iritasi saraf
(doengoes, 1999)
4. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum(doengoes,1999)
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan internal: proses penyakit, setres psikologis,
ketidak aktifan (doengoes, 1999)
C. Intervensi Kperawatan
1. Nyeri berhubungan cidera jaringan sekunder terhadap batu kandung kemih dan
spaseme otot polos
Tujuan : rasa nyeri berkurang atau hilang
KH : Menunjukan nyeri berkurang sampai hilang, ekspresi wajah
Rileks , sekala nyeri 3
Intervensi :
Kulkus nyeri panngul sering menyebar, nyeri tib-tiba dan hebat dapat
mencetuskan ketakutan, gelisan ansietas sampai tingkat berat / panik
Intervensi :
1. Definisi Cystitis
Cystitis merupakan peradangan pada kandung kemih (Medical Surgical Nursing,
2004). Cystitis adalah keadaan klinis akibat berkembang biaknya mikroorganisme yang
menyebabkan inflamasi pada kandung kemih.
Sistitis adalah inflamasi kandung kemih yang paling sering disebabkan oleh
menyebarnya infeksi dari uretra. (Brunner & Suddarth, 2002). Sistitis adalah imflamasi
kandung kemih yang paling sering disebabkan oleh penyebaran infeksi dari uretra karena
aliran balik dari uretra ke dalam kandung kemih (refluks utrovesikal), kontaminasi fekal,
pemakaian kateter atau sistokop.
Sistitis adalah peradangan akut atau kronis kandung kemih dengan infeksi atau
tidak. sSistitis adalah inflamasi kandung kemih yang menyerang pada pasien wanita,
dimana terjadi infeksi oleh Escherichia Coli.
2. Anatomi Fisiologi
Vesika urinaria adalah sebuah kantong yang dibentuk oleh jaringan ikat dan otot
polos. Vesika urinaria berfungsi untuk tempat penyimpanan urin. Apabila terisi sampai
200 – 300 cm3 maka akan timbul keinginan untuk miksi. Miksi adalah suatu proses yang
dapat dikendalikan, kecuali pada bayi dan anak-anak kecil merupakan suatu reflex.
Vesica Urinaria adalah suatu organ yang berfungsi untuk menampung urin. Pada
laki – laki, organ ini terletak tepat dibelakang Symphisis Pubis dan didepan Rektum.
Pada perempuan, organ ini terletak agak dibawah uterus, di depan vagina. Saat kosong,
berukuran kecil seperti buah kenari, dan terletak di pelvis. Sedangkan saat penuh berisi
urine, tingginya dapat mencapai um bilicus dan berbentuk seperti buah pir.
a. Fundus, yaitu bagian yang mengahadap kearah belakang dan bawah, bagian ini
terpisah dari rektum oleh spatium rectosivikale yang terisi oleh jaringan ikat duktus
deferent, vesika seminalis dan prostate.
b. Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus.
c. Verteks, bagian yang maju kearah muka dan berhubungan dengan ligamentum vesika
umbilikalis.
d. Dinding kandung kemih terdiri dari beberapa lapisan yaitu, peritonium (lapisan
sebelah luar), tunika muskularis, tunika submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan
bagian dalam).
Vesica urinaria fungsinya untuk menampung urine yang telah dibentuk oleh
ginjal, dalam rangka untuk mengekskresikan sisa metabolisme hal ini sangat penting,
karena sisa metabolisme ini kemungkinan besar mengandung zat karsinogenik yang akan
kontak dengan mukosa vesica urinaria yang berupa epitel transisional sehingga bisa
menyebabkan neoplasi. Ditinjau dari fungsi vesika urinaria ini identik dengan rectum
dalam sistema alimentary.
3. Etiologi
a. Bakteri
Kebanyakan berasal dari bakteri Escherichia coly yang scara normal terletak
pada gastrointestinal.pada beberapa kasus infeksi yang berasal dari urethra dapat
menuju ginjal. Bakteri lain yang yang bisa menyebabkan infeksi adalah Enterococcus,
klebsiella, proteus, pseudomonas, dan staphylococcus
b. jamur
Infeksi jamur, penyebabnya misalnya candidia
c. Virus dan parasit
Infeksi yang disebabkan oleh virus dan parasit jarang terjadi. Contohnya :
trichomonas ,parasit ini terdapat dalam vagina, juga dapat berada dalam urin
4. Patofisiologi / Patoflow
Cystitis merupakan infeksi saluran kemih bagian bawah yang secara umum
disebabkan oleh bakteri gram negatif yaitu Escheriachia Coli peradangan timbul dengan
penjalaran secara hematogen ataupun akibat obstruksi saluran kemih bagian bawah, baik
akut maupun kronik dapat bilateral maupun unilateral.
1) Penyebab endogen yaitu kontak langsung dari tempat terdekat saluran kemih yang
terinfeksi.
2) Hematogen yaitu penyebaran mikroorganisme patogen yang masuk melalui darah
yang terdapat kuman penyebab infeksi saluran kemih yang masuk melalui darah dari
suplay jantung ke ginjal.
3) Limfogen yaitu kuman masuk melalui kelenjar getah bening yang disalurkan melalui
helium ginjal.
4) Eksogen sebagai akibat pemakaian alat berupa kateter atau sistoskopi.
Dua jalur utama terjadi infeksi saluran kemih ialah hematogen dan ascending.
Tetapi dari kedua cara ini, ascendinglah yang paling sering terjadi. Infeksi hematogen
kebanyakan terjadi pada pasien yang daya tahan tubuh rendah karena menderita suatu
penyakit kronik atau pada pasien yang sementara mendapat pengobatan imun supresif.
Penyebaran hemotogen bisa juga timbul akibat adanya infeksi disalah satu tempat
misalnya infeksi S.A ureus pada ginjal bisa terjadi akibat penyebaran hematogen dari
fokus infeksi dari tulang, kulit, endotel atau di tempat lain. Infeksi ascending yaitu
masuknya mikroorganisme dari uretra ke kandung kemih dan menyebabkan infeksi pada
saluran kemih bawah. Infeksi ascending juga bisa terjadi oleh adanya rrefluks vesico
ureter yang mana mikroorganisme yang melalui ureter naik ke ginjal untuk menyebabkan
infeksi.
Infeksi traktus urinarius terutanma berasal dari mikroorganisme pada faeces yang
naik dari perineum ke uretra dan kandung kemih serta menempel pada permukaan
mukosa. Agar infeksi dapat terjadi, bakteri harus mencapai kandung kemih, melekat pada
dan mnegkolonisasi epitelium traktus urinarius untuk menghindari pembilasan melalui
berkemih, mekanisme pertahanan penjamu dan cetusan inflamasi.
5. Klasifikasi
o Sistitis primer, merupakan radang yang mengenai kandung kemih radang ini dapat
terjadi karena penyakit lain seperti batu pada kandung kemih, divertikel, hipertropi
prostat dan striktura uretra.
o Sistitis sekunder, merupakan gejala yang timbul kemudian sebagai akibat dari
penyakit primer misalnya uretritis dan prostatitis.
6. Tanda dan Gejala
o Peningkatan frekuensi miksi baik diurnal maupun nokturnal.
o Disuria karena epitilium yang meradang tertekan
o Rasa nyeri pada daerah suprapubik atau perineal.
o Rasa ingin buang air kecil.
o Hematuria
o Demam yang disertai adanya darah dalam urine pada kasus yang parah.
7. Pemeriksaan penunjang
Pada kasus infeksi kandung kemih pemeriksaan yang biasa dilakukan berdasarkan
literatur yang ada adalah :
o Pemeriksaan urine lengkap.
o Pemeriksaan USG abdomen.
o Pemeriksaan photo BNO dan BNO IVP
8. Komplikasi
o Pembentukan abses ginjal atau perirenal
o Gagal ginjal
9. Pengobatan.
Tidak ada pengobatan standar ataupun pengobatan efektif untuk sistitis interstisial.
Beberapa jenis pengobatan yang pernah dicoba dilakukan pada penderita sistitis interstisial
:
a. Dilatasi (pelebaran) kandung kemih dengan tekan hidrostatik (tenaga air)
b. Obat-obatan (elmiron, nalmafen)
c. Anti-depresi (memberikan efek pereda nyeri)
d. Antispasmodik
e. Klorapaktin (dimasukan kedalam kandung kemih)
f. Antibiotik (biasanya tidak banyak membnatu, kecuali jika terdapat infeksi kandung
kemih)
g. DMSO (dimetilsulfoksida), untuk mengurangi peradangan.
h. Pembedahan
ASUHAN KEPERAWATAN SISTINSIS INTERTISIAL
A. Pengkajan
1. Data DEmografi
2. Riwayat penyakit
3. Pola Funfsional
4. Pemeriksaan Fisik
5. Pemeriksaan Diagnostik
C. Intervensi
Aktivitas keperawatan:
Faktor Yang Berhubungan :
1. Tentukan lokasi,
Agen cedera (mis., karakteristik, kualitas,
biologis, zat kimia, dan derajat nyeri
fisik, psikologis) sebelum pemberian obat
2. Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari analgesik
ketika pemberian lebih
dari satu
5. Tentukan pilihan
analgesik tergantung tipe
dan beratnya nyeri
6. Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal
7. Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara
teratur
8. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
9. Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat
nyeri hebat
10. Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)
Aktivitas Keperawatan
1. Timbang
popok/pembalut jika
diperlukan
2. Pertahankan catatan
intake dan output yang
akurat
3. Monitor status hidrasi
( kelembaban membran
mukosa, nadi adekuat,
tekanan darah
ortostatik ), jika
diperlukan
4. Monitor vital sign
5. Monitor masukan
makanan / cairan dan
hitung intake kalori
harian
6. Kolaborasikan
pemberian cairan IV
7. Monitor status nutrisi
8. Berikan cairan IV pada
suhu ruangan
9. Dorong masukan oral
10. Berikan penggantian
nesogatrik sesuai output
11. Dorong keluarga untuk
membantu pasien makan
12. Tawarkan snack ( jus
buah, buah segar )
13. Kolaborasi dokter jika
tanda cairan berlebih
muncul meburuk
14. Atur kemungkinan
tranfusi
15. Persiapan untuk tranfusi
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistitis terjadi karena adanya kuman / bakteri yang masuk kedalam vesika urinaria
melalui uretra dari mikroba yang terkandung dalam urin yang lama tertampung dalam vesika
urinaria dan akan menginfeksi di kandung kemih. Pada wanita lebih cenderung terkena
sistitis karena uretra pendek dibanding pria. Setelah terjadi infeksi akibat dari kuman dalam
urine yang tertampung dalam vesika urinaria akan menyebabkan daerah tersebut meradang
dan bisa juga karena kateter atau adanya trauma dari luar sehingga menyebabkan orang
mengalami sistitis seperti perasaan/ dorongan selalu ingin BAK.
Pengenalan penyakit sistitis secara dini dan penanganan yang tepat sangat penting
untuk mencegah kekambuhan infeksi dan kemungkinan komplikasi seperti gagal ginjal atau
sepsis. Tujuan penanganan adalah untuk mencegah infeksi agar tidak berkembang dan
menyebabkan kerusakan renal permanen dan gagal ginjal.
Batu kandung kemih adalah batu yang tidak normal di dalam saluran kemih yang
mengandung komponen kristal dan matriks organik tepatnya pada vesika urinari atau
kandung kemih. Batu kandung kemih sebagian besar mengandung batu kalsium oksalat atau
fosfat
B. Saran
Dengan makalah ini diharapkan pembaca khususnya mahasiswa keperawatan dapat mengerti
dan memahami serta menambah wawasan tentang Asuhan keperawatan pada klien dengan
Sistitis. Dan batu kandung kemih
DAFTAR PUSTAKA
Buleche, G.M., Butcher, H.K., & Dochterman, J.C. (Eds.). (2008). Nursing interventions
classification (NOC) (5th ed.). St. Louis: Mosby/Elsevier
Herdman, T. Heather. (2012). Nursing Diagnosis : Defenitions and Clasification 2012 -2014.
Jakarta : EGC.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M., & Swanson, E. (Eds). (2008). Nursing outcomes
classification (NOC) (4th ed.). St. Louis: Mosby/Elsevier
Soeparman, dkk. (2001). Ilmu Penyakit Dalam jilid II edisi 3. Jakarta : Balai penerbit FKUI