Anda di halaman 1dari 52

ASUHAN KEPERAWATAN

UROLITHIASIS

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah KMB I (Askep Sistem Perkemihan)

Dosen Pengampu : Damon Wicaksi, SST, M. Kes

Disusun Oleh :

Ananda Desam S.V.S (21.14401.0006)

Angga Putra (21.14401.0007)

Femy Sulvi Andari (21.14401.0022)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BONDOWOSO

2021-2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga
makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Urolithiasis” dapat diselesaikan tepat waktu
guna memenuhi tugas mata kuliah KMB (Keperawatan Medikal Bedah) Perkemihan yang
diampu oleh bapak Damon Wicaksi SST, M.Kes
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini
sehingga kami memohon maaf apabila terdapat kekurangan dan tulisan yang kurang tepat.
Oleh karena itu, kami bersedia menerima saran dan kritik yang dapat membangun dari
pembaca.
Akhir kata semoga laporan observasi ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.

Bondowoso, 9 Agustus 2022

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................1

DAFTAR ISI................................................................................................2

BAB I LANDASAN TEORI UROLITHIASIS

1.1 Anatomi Fisiologi...............................................................................4

1.2 Definisi................................................................................................6

1.3 Etiologi................................................................................................7

1.4 Manifestasi Klinis................................................................................8

1.5 Patofisiologi.........................................................................................9

1.6 Pemeriksaan Penunjang.....................................................................11

1.7 Tata Laksana Pencegahan..................................................................12

1.8 Komplikasi.........................................................................................16

1.9 Klasifikasi..........................................................................................17

1.10 WOC...............................................................................................20

BAB II TEORI ASKEP UROLITHIASIS


2.1 Pengkajian.............................................................................................21

A. Anamnesa.......................................................................................21

B. Pemeriksaan Fisik...........................................................................23

2.2 Diagnosa Keperawatan..........................................................................27

2.3 Intervensi Keperawatan.........................................................................28

2
BAB III Penutup.......................................................................................37

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................38

LAMPIRAN..............................................................................................39

3
BAB I
LANDASAN TEORI UROLITHIASIS
1.1 Anatomi Fisiologi

A.Ginjal

Ginjal manusia berjumlah 2 buah, terletak di pinggang, sedikit di bawah

tulang rusuk bagian belakang . Ginjal kanan sedikit lebih rendah di banding ginjal

kiri. Mempunyai panjang 7 cm dan tebal 3 cm. terbungkus dalam kapsul yang

terbuka ke bawah. Di antara ginjal dan kapsul terdapat jaringan lemak yang

membantu melindungi ginjal terhadap goncangan.

Ginjal mempunyai nefron yang tiap-tiap tubulus dan glomerulusnya adalah

satu unit. Ukuran ginjal di tentukan oleh sejumlah nefron yang di milikinya.

Kira-kira terdapat 1,3 juta nefron dalam tiap-tiap ginjal manusia.

Dua ginjal terletak diluar rongga peritonium dan dikedua sisi kolumna vertebrae

seringgi T12 hingga L3. Organ berbentuk kacang yang kaya akan pembukuh darah ini

mempunyai panjang sekitar 11,4 cm dan lebar 6,4 cm. permukaan lateral ginjal berbentuk

cembung, permukaan tengahnya berbentuk cekung dan membentuk percabangan vertikel,

yang disebut hilum. Ureter, arteri renalis, vena renalis, pembuluh darah limfatik, dan saraf

masuk atau keluar ginjal di tingkat hilum.

Dibagian internal, masing-masing ginjal mempunyai 3 bagianyang berbeda,

yaitu korteks, medula, dan pelvis. Bagian eksternal atau korteks renal, berwarna

terang dan tampak berkanula. Bagian ginjal ini berisi glomerulus, kumpulan kecil

kapiler. Glomerulus membawa darahmeuju danmembawa produk sisa dari nefron,

unit fungsional ginjal.

4
Fungsi ginjal :

1. Menyaring dan membersihkan darah dari zat-zat sisa metabolisme tubuh.

2. Mengekresikan zat yang jumlahnya berlebihan.

3. Reabsorbsi (penyerapan kembali) elektrolit tertentu yang dilakukan oleh

bagian tubulus ginjal.

4. Menjaga keseimbangan asam basa dalam tubuh.

5. Menghasilkan zat hormon yang berperan membentuk dan mematangkan sel-

sel darah merah (SDM) di sumsum tulang.

6. Hemostasis ginjal, mengatur pH, konsentrasi ion mineral, dan komposisi air

dalam darah.

b. Ureter

Ureter merupakan dua saluran dengan panjang sekitar 25-30 cm, terbentang

dari ginjal sampai vesika urinaria. Fungsi satu- satunya adalah menyalurkan urin

ke vesika urinaria.

Gambar Anatomi Ginjal (Sumber: fisiologi ginjal dan Cairan Tubuh, 200

5
c. Vesika Erinaria

Vesika Erinaria adalah kantong berotot yang dapat mengempis, terletak 3-4 cm di

belakang simpisis pubis (tulang kemaluan). Vesika urinaria mempunyai 2 fungsi yaitu :

a) Sebagai tempat penyimpanan urin sebelum meninggalkantubuh.

b) Dibantu uretra, vesika urinaria berfungsi mendorong urin keluar tubuh (Roger watson,

2002). Di dalam vesika urinaria mampu menampung urin antara 170 sampai 230 ml.

c. Uretra

Uretra adalah saluran kecil dan dapat mengembang, berjalan dari kandung kemih

sampai ke luar tubuh. Pada wanita uretra terpendek dan terletak di dekat vagina. Pada

uretra laki-laki mempunyai panjang 5 sampai 20 cm.

1.2 Definisi

Urolithiasis adalah suatu kondisi dimana dalam saluran kemih individu terbentuk

batu berupa kristal yang mengendap dari urin (Mehmed & Ender, 2015). Pembentukan

batu dapat terjadi ketika tingginya konsentrasi kristal urin yang membentuk batu seperti

zat kalsium, oksalat, asam urat dan/atau zat yang menghambat pembentukan batu (sitrat)

yang rendah.

Urolithiasis merupakan obstruksi benda padat pada saluran kencing yang terbentuk

karena faktor presipitasi endapan dan senyawa tertentu.

Urolithiasis merupakan kumpulan batu saluran kemih, namun secara rinci ada

beberapa penyebutannya. Berikut ini adalah istilah

6
penyakit batu bedasarkan letak batu antara lain: (Prabawa & Pranata, 2014):

1) Nefrolithiasis disebut sebagai batu pada ginjal

2) Ureterolithiasis disebut batu pada ureter

3) Vesikolithiasis disebut sebagai batu pada vesika urinaria/ batu buli

4) Uretrolithisai disebut sebagai batu pada ureter.


1.3 Etiologi
Penyakit batu ginjal dapat disebabkan oleh beberapa hal. Berikut inimerupakan beberapa faktor

penyebab dari batu ginjal :

1. Genetik (Bawaan)

Ada orang-orang tertentu memiliki kelainan atau gangguan organginjal sejak dilahirkan, meskipun

kasusnya relatif sedikit anak yang sejak kecil mengalami gangguan metabolisme khususnya di bagian

ginjal yaitu air seni nya memiliki kecendrungan mudah mengendapkan garam membuat mudah

terbentuknya batu karna fungsi ginjal tidak dapat bekerja normal maka kelancaran proses pengeluaran

air kemih nya mengalami gangguan, misalnya banyak zat kapur di air kemih sehingga mudah

mengendapkan batu.

2. Makanan

Sebagian besar penyakit batu ginjal disebabkan oleh faktor makanan dan minuman. Makanan-

makanan tertentu memang mengandung bahan kimia yang berefek pada pengendapan air kemih,

misalnya makanan yang mengandung kalsium tinggi, seperti oksolat dan fosfat.

3. Aktivitas

Faktor pekerjaan dan olah raga dapat mempengaruhi penyakit batu ginjal. Resiko terkena penyakit

ini pada orang yang pekerjaannya banyak duduk lebih tinggi dari pada orang yang banyak berdiri

atau bergerak dan orang yang kurang berolahraga karena tubuh kurang bergerak (baik olah raga

7
maupun aktivitas bekerja) menyebabkan peredaran darah maupun aliran air seni menjadikurang

lancar. Bahkan tidak hanya penyakit batu ginjal yag diderita, penyakit lain bisa dengan gampang

menyerang.

1.4 Manifestasi Klinik


Batu yang besar dengan permukaan yang kasar yang masukke dalam ureter akan menambah

frekuensi dan memaksa kontraksi ureter secara otomatis. Rasa sakit yang dimulai dari pinggang

bawah menuju ke pinggul, kemudian ke alat kelamin luar. Intensitas rasa sakit berfluktuasi dan rasak

sakit yang luar biasa bisa merupakan puncak dari kesakitan.

Sakit pinggang terjadi bila batu yang mengadakan obstruksi berada didalam ginjal. Sedangkan

rasa sakit yang parah terjadi bila batu telah pindah ke bagian ureter. Mual dan muntah selalu

mengikuti rasa sakit yang berat. Penderita batu ginjal kadang-kadang juga mengalami panas,

kedinginan, adanya darah di dalam urin bila batu melukai urin, distensi perut, nanah dalam urin.

Batu, terutama yang kecil, bisa tidak menimbulkan gejala. Batu di dalam kandung kemih bisa

menyebabkan nyeri di perut bagian bawah. Batu yang menyumbat ureter, pelvis renalis maupun

tubulus renalis bisa menyebabkan nyeri punggung atau kolik renalis (nyeri kolik yang hebat). Kolik

renalis ditandai dengan nyeri hebat yang hilang-timbul, biasanya di daerah antara tulang rusuk dan

tulangpinggang, yang menjalar ke perut, daerah kemaluan dan paha sebelah dalam. Gejala lainnya

adalah mual dan muntah, perut menggelembung, demam, menggigil dan darah di dalam air kemih.

Penderita mungkin menjadi sering berkemih, terutama ketika batu melewati ureter. Batu bisa

menyebabkan infeksi saluran kemih. Jika batu menyumbat alirankemih, bakteri akan terperangkap di

dalam air kemih yang terkumpuldiatas penyumbatan, sehingga terjadilah infeksi. Jika penyumbatan

ini berlangsung lama, air kemih akan mengalir balik ke saluran di dalam ginjal, menyebabkan

penekanan yang akan menggelembungkan ginjal (hidronefrosis) dan pada akhirnya bisa terjadi

kerusakan ginjal.

8
1.5 Patofisiologi
Substansi kristal yang normalnya larut dan di ekskresikan ke dalam urine membentuk endapan.

Batu renal tersusun dari kalsium fosfat, oksalat atau asam urat. Komponen yang lebih jarang

membentuk batu adalah struvit atau magnesium, amonium, asam urat, atau kombinasi bahan-bahan

ini. Batu ginjal dapat disebabkan oleh peningkatan pH urine (misalnya batu kalsium bikarbonat) atau

penurunan pH urine (misalnya batu asam urat). Konsentrasi bahan- bahan pembentuk batu yang

tinggi di dalam darah dan urine serta kebiasaan makan atau obat tertentu, juga dapat merangsang

pembentukan batu. Segala sesuatu yang menghambat aliran urine dan menyebabkan stasis (tidak ada

pergerakan) urine di bagian mana saja di saluran kemih, meningkatkan kemungkinan pembentukan

batu. Batu kalsium, yang biasanya terbentuk bersama oksalat atau fosfat, sering menyertai keadaan-

keadaan yang menyebabkan resorpsi tulang, termasuk imobilisasi dan penyakit ginjal. Batu asam

urat sering menyertai gout, suatu penyakit peningkatan pembentukanatau penurunan ekskresi asam

urat.

Asuhan Keperawatan Kegemukan dan kenaikan berat badan meningkatkan risiko batu ginjal

akibat peningkatan ekskresi kalsium, oksalat, dan asam urat yang berlebihan. Pengenceran urine

apabila terjadi obstruksi aliran, karena kemampuan ginjal memekatkan urine terganggu oleh

pembengkakan yang terjadi di sekitar kapiler peritubulus. Komplikasinya Obstruksi urine dapat

terjadi di sebelah hulu dari batu di bagian mana saja di saluran kemih. Obstruksi diatas kandung

kemih dapat menyebabkan hidroureter, yaitu ureter membengkak oleh urine. Hidroureter yang tidak

diatasi, atau obstruksi pada atau di atas tempat ureter keluar dari ginjal dapat menyebabkan

hidronefrosis yaitu pembengkakan pelvis ginjal dan sistem duktus pengumpul. Hidronefrosis dapat

menyebabkan ginjal tidak dapat memekatkan urine sehingga terjadi ketidakseimbangan elektrolit dan

cairan. Obstruksi yang tidak diatasi dapat menyebabkan kolapsnya nefron dan kapiler sehingga

terjadi iskemia nefron karena suplai darah terganggu. Akhirnya dapat terjadi gagal ginjal jika kedua

9
ginjal terserang. Setiap kali terjadi obstruksi aliran urine (stasis), kemungkinan infeksi bakteri

meningkat sehingga Dapat terbentuk kanker ginjal akibat peradangan dan cedera berulang.

1.6 Pemeriksaan Penunjang

Adapun pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada klien batusaluran kemih adalah :

1. Urinalisa

Warna kuning, coklat atau gelap. : warna : normal kekuning- kuningan, abnormal merah

menunjukkan hematuri(kemungkinan obstruksi urine, kalkulus renalis, tumor,kegagalan ginjal). pH

: normal 4,6 – 6,8 (rata-rata 6,0), asam (meningkatkansistin dan batu asam urat), alkali (meningkatkan

magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium fosfat), Urine 24 jam : Kreatinin, asam urat, kalsium,

fosfat, oksalat, atau sistin mungkin meningkat), kultur urine menunjukkan Infeksi Saluran Kencing ,

BUN hasil normal 5 – 20 mg/dl tujuan untuk memperlihatkan kemampuan ginjal untuk mengekskresi

sisa yang bemitrogen.

BUN menjelaskan secara kasar perkiraan Glomerular Filtration Rate. BUN dapat dipengaruhi

oleh diet tinggi protein, darah dalam saluran pencernaan status katabolik (cedera, infeksi). Kreatinin

serum hasil normal laki-laki 0,85 sampai 15mg/dl perempuan 0,70 sampai 1,25 mg/dl tujuannya

untuk memperlihatkan kemampuan ginjal untuk mengekskresi sisa yang bemitrogen. Abnormal

(tinggi pada serum/rendah pada urine) sekunder terhadap tingginya batu obstruktif pada ginjal

menyebabkan iskemia/nekrosis.

2. Laboratorium

a. Darah lengkap : Hb, Ht, abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia.

b. Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal(PTH merangsang reabsorbsi kalsium

dari tulang, meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine.

2. Foto KUB (Kidney Ureter Bladder)


10
Menunjukkan ukuran ginjal, ureter dan bladder serta menunjukan adanya batu di sekitar saluran

kemih.

3. Endoskopi ginjal

Menentukan pelvis ginjal, dan untuk mengeluarkan batu yang kecil.

4. USG Ginjal

Untuk menentukan perubahan obstruksi dan lokasi batu.

5. EKG (Elektrokardiografi)

Menunjukan ketidak seimbangan cairan, asam basa dan elektrolit.

6. Foto Rontgen

Menunjukan adanya batu didalam kandung kemih yang abnormal, menunjukkan adanya calculi atau

perubahan anatomik pada area ginjal dan sepanjang ureter.

7. IVP (Intra Venous Pyelografi )

Menunjukan perlambatan pengosongan kandung kemih, membedakan derajat obstruksi kandung

kemih divertikuli kandung kemih dan penebalan abnormal otot kandung kemih dan memberikan

konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab nyeri abdominal atau panggul. Menunjukkan

abnormalitas pada struktur anatomik (distensi ureter).

8. Pielogram retrograd

Menunjukan abnormalitas pelvis saluran ureter dan kandung kemih. Diagnosis ditegakan dengan

studi ginjal, ureter, kandung kemih, urografi intravena atau pielografi retrograde. Uji kimia darah

dengan urine dalam 24 jam untuk mengukur kalsium, asamurat, kreatinin, natrium, dan volume total

merupakan upaya dari diagnostik. Riwayat diet dan medikasi serta adanya riwayat batu ginjal, ureter,

dan kandung kemih dalam keluarga di dapatkan untuk mengidentifikasi faktor yang mencetuskan

terbentuknya batu kandung kemih pada klien.

11
1.7 Tatalaksna Pencegahan
a. Keperawatan

1) Pengurangan nyeri

Morfin atau meperiden untuk mencegah syok dan sinkop akibat nyeri yang luar biasa, mandi air

panas atau hangat di area panggul, pembarian cairan kecuali untuk pasien muntah atau menderita

gagal jantung kongestif. Pemberian cairan dibutuhkan mengurangi konsentrasi kristoid urin,

mengecerkan urin, dan menjamin haluaran yang besar serta meningkatkan tekanan hidrostatik pada

ruang dibelakang batu sehingga mendorong massase batu kebawah.

2) Pengakatan batu

Pemeriksaan sitoskopik dan passase ureter kecil untuk menghilangkan batu yang obstruktif. Jika

batu tersangkut, dapat dilakukan analisa kimiawi untuk menentukankandungan batu.

3) Terapi nutrisi dan medikasi

Tujuan terapi adalah membuat pengeceran dimana batu sering terbentuk dan membatasi makanan

yang memberikan kontribusi pada pembentukan batu serta anjurkan klien untuk bergerak agar

mengurangi pelepasan kalsium dari tulang. Tujuan pemberian terapi diit rendah protein, rendah garam

adalah pembatu memperlambat pertumbuhan batu ginjal atau membatu mencengah pembentukan

batu ginjal.

b. Medis

1) Percutaneus Nephrolitotomy (PCNL)

Merupakan salah satu tindakan minimal invasif di bidang urologi yang bertujuan mengangkat batu

ginjal dengan menggunakan akses perkutan untuk mencapai sistem pelviokalises. Prosedur ini sudah

diterima secara luassebagai suatu prosedur untuk mengangkat batu ginjal karena relatif aman, efektif,

murah, nyaman, dan memiliki morbiditas yang rendah, terutama bila dibandingkan dengan operasi

terbuka.

12
Keuntungan prosedur PCNL adalah angka bebas batu yang lebih besar dari pada ESWL, dapat

digunakan untuk terapi batu gunjal berukuran besar (>20 mm), dapat digunakan padabatu kalik

inferior yang sulit di terapi dengan ESWL, dan morbiditasnya yang lebih rendah di bandingkan

dengan operasi terbuka baik dalam respon sistemik tubuh maupun preservasi terhadap fungsi ginjal

pasca operasi. Kelemahan PCNL adalah dibutuhkan keahlian kusus dalam pengalaman untuk

melakukan prosedurnya. Saat ini operasi terbuka batu ginjal sudah banyak di ganti oleh prosedur

PCNL dan ESWL baik dalam bentuk monoterapi maupun kombinasi, hal ini disebabkan morbiditas

operasi terbuka lebih besar dibandingkan kedua modalitas lainnya.

PCNL dianjurkan untuk :

a. Batu pilium simpel dengan ukuran > 2 cm, dengan angka bebas batu sebesar 89%, lebih tinggi dari

angka bebas batu bila dilakukan ESWL yaitu 43 %.

b. Batu kalik ginjal, terutama batu kalik inferior denganukuran 2 cm dengan angkan bebas batu 90%

dibandingkan dengan ESWL 28,8 %. Batu kalik superior biasanya dapat diambil dari akses kalik

inferior sedangkan untuk batu kalik media seringkali sulit bila akses berasal dari kalik inferior

sehingga membutuhkan akses yang lebih tinggi.

c. Batu multipel, pernah dilaporkan kasus multipel padaginjal tapal kuda dan berhasil di ekstraksi

batu sebanyak 36 buah dengan hanya menyisakan 1 fragmen kecil pada kalik media posterior.

d. Batu pada ureteropelvik juntion dan ureter proksimal.

Batu pada tempat ini seringkali infacted dan menimbulkan kesulitan saat pengambilannya. Untuk

batu ureter proksimal yang letaknya sampai 6 cm proksimal masih dapat di jangkau dengan

nefroskop, namun harus diperhatikan bahaya terjadinya preforasidan kerusakan ureter, sehungga

teknik inidirekomendasikan hanya untuk yang berpengalaman.

e. Batu ginjal besar. PCNL pada batu besar terutama staghorn membutuhkan waktu operasi yang

lebih lama, mungkin juga membutuhkan beberapa sesi operasi, dan harus diantisipasi kemungkinan
13
adanya batu sisa, keberhasilan sangat berkaitan dengan pengalaman operator.

f. Batu pada solitari kidney lebih aman dilakukan terapi dengan PCNL dibandingkan dengan bedah

terbuka.

2) Terapi konservatif

Sebagian besar batu ureter mempunyai diameter kurang dari 5 mm. Batu ureter yang besarnya kurang

dari 5 mm bisa keluar spontan. Untuk mengeluarkan batu kecil tersebut terdapat pilihan terapi

konservatif berupa :

 Minum sehingga diuresis 2 liter/ hari

 α - blocker

 NSAID

Batas lama terapi konservatif adalah 6 minggu. Di samping ukuran batu syarat lain untuk terapi

konservatif adalah berat ringannya keluhan pasien, ada tidaknya infeksi dan obstruksi. Adanya kolik

berulang atau ISK menyebabkan konservatif bukan merupakan pilihan. Begitu juga dengan adanya

obstruksi, apalagi pada pasien-pasien tertentu (misalnya ginjal tunggal, ginjal trasplan dan penurunan

fungsi ginjal ) tidak ada toleransi terhadap obstruksi. Pasien seperti ini harus segera dilakukan

intervensi

3) Extracorporal Shock Wave Lithotripsy ( ESWL )

ESWL banyak digunakan dalam penanganan batu saluran kemih. Badlani menyebutkan prinsip dari

ESWL adalah memecah batu saluran kemih dengan menggunakan gelombang kejut yang dihasilkan

oleh mesin dari luar tubuh. Gelombang kejut yang dihasilkan oleh mesin di luar tubuh dapat

difokuskan ke arah batu dengan berbagai cara. Sesampainya di batu, gelombang kejut tadi akan

melepas energinya. Diperlukan beberapa ribu kali gelombang kejut untuk memecah batu hingga

menjadi pecahan-pecahan kecil, selanjutnya keluar bersama kencing tanpa menimbulkan sakit.
14
Al-Ansari menyebutkan komplikasi ESWL untuk terapi batu ureter hampir tidak ada. Keterbatasan

ESWL antara lain sulit memecah batu keras (misalnya kalsium oksalat monohidrat), perlu beberapa

kali tindakan, dan sulit pada orang bertubuh gemuk. Penggunaan ESWL untuk terapi batu ureter

distal pada wanita dan anak-anak juga

harus dipertimbangkan dengan serius karena ada kemungkinan terjadi kerusakan pada ovarium.

4) Ureterorenoskopic (URS)

Pengembangan ureteroskopi sejak tahun 1980 an telah mengubah secara dramatis terapi batu ureter.

Kombinasi ureteroskopi dengan pemecah batu ultrasound, EHL, laser dan pneumatik telah sukses

dalam memecah batu ureter. Keterbatasan URS adalah tidak bisa untuk ekstraksi langsung batu ureter

yang besar, sehingga diperlukan alat pemecah batu seperti yang disebutkan di atas. Pilihan untuk

menggunakan jenis pemecah batu tertentu, tergantung pada pengalaman masing-masing operator dan

ketersediaan alat tersebut

5) Operasi Terbuka

Fillingham dan Douglass menyebutkan bahwa beberapa variasi operasi terbuka untuk batu ureter

mungkin masih dilakukan. Hal tersebut tergantung pada anatomi dan posisi batu, ureterolitotomi bisa

dilakukan lewat insisi pada flank, dorsal atau anterior. Saat ini operasi terbuka pada batu ureter kurang

lebih tinggal 1 -2 persen saja, terutama pada penderita-penderita dengan kelainan anatomi atau ukuran

batu ureter yang besar.

1.8 Komplikasi

Komplikasi batu ginjal dapat terjadi menurut Guyton :

1. Gagal ginjal

Terjadi kerusakan neuron yang lebih lanjut dan pembuluh darah yang disebut kompresi batu pada

membran ginjal oleh karena suplai oksigen terhambat. Hal ini menyebabkan iskemik ginjal dan jika
15
dibiarkan menyebabkan gagal ginjal.

2. Infeksi

Dalam aliran urine yang statis menupakan tempatyang baik untuk perkembangbiakan

mikroorganisme. Sehingga akan menyebabkan infeksi pada peritoneal.

3. Hydronefrosis

Oleh karena aliran urine terhambat menyebabkan urine tertahan dan menumpuk diginjal dan lama

kelamaan ginjal akan membesar karena penumpukan urine.

4. Vaskuler iskemia

Terjadi karena aliran darah kedalam jaringan berkurang sehingga terjadikematian jaringan.

1.9 Klasifikasi

Batu ginjal mempunyai banyak jenis nama dan kandungan yang berbeda-beda. Ada 4 jenis

utama pada batu ginjal yang masing- masing cenderung memiliki penyebab berbeda, yaitu : (Ahmad

Anang, 2016)

1. Batu kalsium

Batu jenis ini adalah jenis batu yang paling banyak ditemukan, yaitu 70-80% jumlah pasien yang

mengalami batu ginjal. Ditemukan banyak pada laki-laki, rasio pasien laki-laki dibanding wanita

adalah 3:1, dan paling sering ditemui pada usia 20-50 tahun. Kandungan batu ini terdiri atas kalsium

oksolat, kalsium fosfat atau campuran dari keduanya. Kelebihan kalsium dalam darah secara normal

akan dikeluarkan oleh ginjal melalui urine. Penyebab tingginya kalsium dalam urine antara lain

peningkatan penyerapan kalsium oleh usus, gangguan kemampuan penyerapan kalsiu oleh ginjal dan

penyerapan kalsium tulang.

2. Batu infeksi atau struvit

Batuk struvit disebut juga batu infeksi, karena terbentuknya batu ini disebabkan oleh adanya infeksi

16
saluran kemih. Adanya infeksi saluran kemih dapat menimbulkan gangguan keseimbangan bahan

kimia dalam urine. Bakteri dalam saluran kemih mengeluarkan bahan yang dapat menetralisir asam

dalam urine sehingga bakteri berkembang biak lebih cepat dan mengubah urine menjadi bersuasana

basa. Suasana basa memudahkan garam-garam magnesium, ammonium, fosfat dan karbonat

membentuk batu. Magnesium amonium fosfat (MAP) dan karbonat apatit. Terdapat pada sekitar 10-

15 % dari jumlah pasien yang menderita penyakit ini. Lebih banyak pada wanita, dengan rasio laki-

laki dibanding wanita yaitu 1:5. Batu struvit biasanya menjadi batu yang besar dengan bentuk seperti

tanduk (staghorn).

3. Batu asam urat

Ditemukan 5-10% pada penderita batu ginjal. Rasio laki-laki dibandingkan wanita adalah 3:1.

Sebagian dari pasien jenis batu ini menderita Gout, yaitu suatu kumpulan penyakit yang berhungan

dengan meningginya atau menumpuknyaasam urat(sludge) dapat menyebabkan keluhan berupa nyeri

hebat(kolik),karena ada endapan tersebut menyumbat saluran kencing. Batu asam urat bentuknya

halus dan bulat sehingga sering kali keluar spontan. Batu asam urat tidak tampak pada foto polos.

4. Batu sistin

Batu sistin jarang ditemukan, terdapat pada sekitar 1-3 % pasien BSK. Penyakit batu jenis ini adalah

suatu penyakit yang diturunkan. Batu ini berwarna kuning jeruk dan berkilau. Rasio laki-laki

dibanding wanita adalah 1:1. Batu lain juga jarang yaitu batu Silica dan batu Xanthine.

17
1.10 WOC

Urolithiasis
Suatu endapan kecil dank eras yang terbentuk di
ginjal dan sering menyakitkan saat buang air kecil.

Stres Ulcer Stagnansi urine pada


Penurunan urine flow Vesika Urinaria

HCL meningkat
Lesi dan Inflamasi Regangan otot detrusor
meningkat
Nausea Vomiting
MK : Nyeri Akut
Sensitifitas meningkat
MK : Defisit Nutrisi

Kolinasi bakteri meningkat

Robekan vaskuler MK: Risiko Infeksi


Refluks

Hidronephrosis MK : Resiko Perdarahan

MK : Risiko Perfusi Renal


Tidak Efektif

18
BAB II
TEORI ASKEP UROLITHIASIS
2.1 Pengkajian

A. Anamnesa

i. Data demografi

Terdiri dari nama, usia, jenis kelamin, alamat, pendidikan, pekerjaan, diagnosa medis, agama, suku

bangsa klien dan keluarga penanggung jawabnya.

ii. Riwayat kesehatan

a. Keluhan utama

Keluhan dari klien bergantung pada posisi atau letak batu, ukuran batu, dan penyulit yang ada. Nyeri

akibat adanya peningkatan tekanan hidrostatik di daerah abdomen bagian bawah yakni berawal dari area

renal meluas secara anterior dan pada wanita ke bawah mendekati kandung kemih sedangkan pada pria

mendekati testis. Nyeri yang dirasakan bisa berupa nyeri kolik atupun non kolik. Nyeri kolik hilang timbul

akibat spasme otot polos ureter karena peningkatan aktivitas untuk mengeluarkan batu. Sedangkan nyeri

non kolik terjadi akibat peregangan kapsul ureter karena hidronefrosis atau infeksi pada ureter. Apabila

urolithiasis disertai dengan adanya infeksi maka demam juga akan dikeluhkan. Keluhan kencing seperti

disuria, retensi urin atau gangguan miksi lainnya dikeluhkan klien saat pertama datang ketenaga

kesehatan.

b. Riwayat penyakit sekarang

Klien awalnya mengeluhkan perubahan gangguan eliminasi urin yang dialami (oliguria, disuria,

hematuria). Biasanya seiring berjalannya waktu dan tingkat keparahan penyakit maka nyeri mulai

dirasakan dan nyeri ini bersifat progresif. Respon dari nyeri itu sendiri yakni munculnya gangguan

gastrointestinal, seperti keluhan anoreksia, mual, dan muntah yang menimbulkan manfestasi penurunan
19
asupan nutrisi umum. Mengkaji berapa lama dan berapa kali keluhan tersebut dirasakan, apa yang

dilakukan, kapan keluhan tersebut muncul adalah penting untuk mengetahui riwayat perjalanan

penyakit.

c. Riwayat penyakit dahulu

Adanya riwayat batu ginjal sebelumnya, riwayat mengalami gangguan haluaran urin sebelumnya,

riwayat ISK, riwayat hiperkalsemia ataupun hiperkalsiuria, riwayat hiperparatiroidisme, riwayat

penyakit kanker (berhubungan dengan adanya malignansi), dan riwayat hipertensi yang bisa menjadi

faktor penyulit pada kasus urolithiasis, penderita osteoporosis yang menggunakan obat dengan kadar

kalsium yang tinggi.

d. Riwayat penyakit keluarga

Keluarga pernah menderita urolithiasis, adanya riwayat ISK, riwayat hipertensi, riwayat kalkulus

dalam keluarga, penyakit ginjal, gout, riwayat penyakit usus halus, riwayat bedah abdomen

sebelumnya, hiperparatiroidisme.

iii. Riwayat penggunaan obat

Adanya riwayat pengunaan obat-obatan tinggi kalsium, antibiotik, opioda, antihipertensi, natrium

bikarbonat, alupurinol, fosfat, tiazid, pemasukan berlebihan kalsium dan vitamin.

B. Pemeriksaan Fisik

1) Kepala dan leher: Kepala normal dan bentuk simetris, tidak adapembesaran kelenjar tiroid, tidak

ada keterbatasan gerak leher.

2) Mata: Mata normal

3) Hidung: Hidung normal, jalan nafas efektif, tidak menggunakanpernapasan

cuping hidung.

20
4) Telinga: Fungsi pendengaran kien baik.

5) Mulut dan gigi: mukosa bibir kering atau lembab, tidak ada peradanganpada mulut, mulut dan

lidah bersih.

6) Dada

 Inspeksi: Dada klien simetris.

 Palpasi: Dada klien simetris tidak ditemukan adanya benjolan.

 Perkusi: Tidak ditemukan adanya penumpukan sekret, cairan ataudarah di daerah paru.

 Auskultasi: Suara napas normal, dan terdengar suara jantung.


7) Abdomen

 Inspeksi: Warna kulit, turgor kulit baik.

 Auskultasi: Peristaltik usus 12x/menit

 Palpasi: Adanya nyeri tekan pada abdomen kiri bawah

 Perkusi: -

8) Genetalia: Hasil pengkajian keadaan umum dan fungsi genetalia tidak ditemukan adanya

keluhan atau kelainan bentuk anatomi.

9) Pola aktifitas: Perkejaan yang dilakukan monoton seperti sopir bus


.
10) Pola sirkulasi: Adanya peningkatan TD/nadi (nyeri, anseitas, gagal ginjal).

Kulit hangat dan kemerahan, pucat.

11) Pola eliminasi: Riwayat adanya ISK Kronis atau obstruksi sebelumnya (kalkulus). Terjadi

penurunan haluaran urin yang ditandai dengan adanya rasa seperti terbakar, oliguria, hematuria,

piuria, perubahan pola berkemih.

12) Pola intake makanan dan cairan: Klien mual dan muntah, nyeri tekan pada abdomen. Diet

21
rendah purin, kalsium oksalat, dan fosfat. Ketidakcukupan pemasukan cairan, tidak minum air

dengan cukup yang ditandai dengan distensi abdomen, penurunan suara bising usus.

13) Nyeri: Terjadi secara akut atau bisa juga terjadi nyeri kronik. Lokasi nyeri tergantung pada

lokasi batu, contoh pada panggul di region sudut kostovetebral (CVA) dan dapat menyebar ke

seluruh punggung, abdomen, dan turun ke lipat paha serta genitalia. Nyeri dangkal konstan

menunjukan kalkulus ada di pelvis atau kalkulus ginjal. Nyeri dapat digambarkan sebagai akut,

hebat tidak hilang dengan posisi atau tindakan lain yangditandai dengan prilaku distraksi, terjadi demam

dan menggigil.

Pemeriksaan fisik dengan metode ROS:

a. B1 (breathing)

Pola napas cepat dan dalam pada kussmaul menunjukkan adanya asidosis metabolik. Jika

memberat, edema paru bisa ditemukan menjadi penyakit paru uremik (edema paru

nonkardiogenik). Ronkhi terdengar karena beban volume berlebihan pada paru sebagai akibat

dari retensi natrium dan air. Klien sering mengalami infeksi karena imunosupresi pada gagal

ginjal terminal.

Gagal ginjal kronik bisa memicu gagal jantung kongestif. Sedangkan gagal ginjal terminal dapat

menimbulkan manifestasi anemia karena eritopoiesis. Keadaan hidrasi klien penting diperiksa

pada semua klien dengan masalah kesehatan yang berhubungan dengan sistem perkemihan.

b. B3 (brain)

Periksa adanya anemia dan ikterus (jarang ditemukan) sebagai akibat dari retensi nitrogen

yang menyebabkan hemolisis. Fetor uremikum (bau amoniak hasil pemecahan urea di dalam

saliva). Stomatitis dan ulkus dapat dijumpai karena ada penurunan aliran saliva sehingga

22
memunculkan risiko infeksi. Pada sistem persarafan sendiri, pada klien kronis berat adalah

somnolen sampaikoma karena retensi nitrogen atau toksik.

c. B4 (bladder)

a. Inspeksi

1) Amati pembesaran pada daerah pinggang dan abdomen yang mungkin terlihat karena adanya

hidronefrosis.

2) Pemeriksaan eliminasi urin

Perubahan yang terjadi biasanya adalah perubahan pancaran miksi akibat dari obstruksi pada saluran

kemih atau kelainan neurologis atau pascatrauma pada saluran kemih.

3) Pemeriksaan genitalia eksterna

Mencakup genitalia eksternal dan cincin. Melalui inspeksi, perhatikan adanya kelainan pada penis dan

uretra, misalnya mikropenis, makropenis, hipospadia, kordae, epispadia, stenosis pada meatus eksterna,

fimosis/parafimosis, fisteluretrokutan, ulkus, tumor, dan keganasan penis.

4) Maturitas seksual

Mengkaji kematangan seksual klien, dari ukuran dan bentuk penis dan testis, warm dan tekstur kulit

skrotum dengan karakternya, dan distribusi rambut pubis. Inspeksi juga kulit yang menutup genitalia

untuk kutu,ruam, ekskoriasi, ataupun lesi.

5) Penis

Inspeksi struktur penis, termasuk batang, korona, prepusium, glans, dan meatus uretra untuk mengkaji

adanya lesi. Vena dorsalis harus terlihat saat inspeksi. Lakukan palpasi untuk mengkaji adanya nyeri

ataupun kondisi abnormal.

6) Skrotum

23
Inspeksi bentuk, ukuran dan kesimetrisan juga adanya lesi dan edema.

a. Auskultasi

Kaji adanya bruit renal dan paling terdengar tepat di atas umbilikus sekitar 2cm dari sisi kanan

atau sisi kiri garis tengah.

b. Perkusi

Memberikan ketokan pada sudut kostovertebra (CVA). Pada klien dengan pielonefritis, batu

ginjal pada pelvis, dan batu ureter akan terasa nyeri.

c. Palpasi

Ginjal teraba unilateral Ginjal teraba bilateral

Hipernefroma (karsinoma sel ginjal) Karsinoma sel ginjal bilateral

Hidronefrosis atau pioneefrosis Hidrinefrosis atau pionefrois

bilateral

Ginjal polikistik (dengan pembesaran yang Ginjal polikistik

asimetris)

Ginjal kanan normal/ ginjal soliter Sindrom nefrotik, nefropati

diabetika

2.2 Diagnosa Keperawatan

a. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan.

b. Resiko infeksi b.d penyakit kronis.

c. Risiko perdarahan b.d trauma.


24
d. Risiko perfusi renal tidak efektif b.d disfungsi ginjal.

e. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis.

25
2.3 Intervensi Keperawatan

DIAGNOSA SLKI SIKI

Defisit nutrisi Tujuan : Dalam waktu 3x24 jam nutrisi SIKI (I.03119)

SDKI (D.0019) klien membaik. Observasi :

KH : SLKI (L.03030) -Identifikasi status nutrisi.

Porsi makan yang dihabiskan -Identifikasi makanan yang disukai.

meningkat (5) Terapeutik :

Kekuatan otot menelan meningkat (5) -Lakukan oral hygiene sebelum makan,

Perasaan cepat kenyang menurun (5) jika perlu.

Nafsu makan membaik (5) -Sajikan makanan secara menarik dan

suhu yang sesuai.

Edukasi :

-Anjurkan posisi duduk, jika mampu.

-Ajarkan diet yang diprogramkan.

Kolaborasi :
-Kolaborasi pemberian medikasi

sebelum makan.

-Kolaborasi dengan ahli gizi untuk

menentukan jumlah kalori dan jenis

nutien yang dibutuhkan, jika perlu.

Resiko infeksi Tujuan : Dalam waktu 3x24 jam SIKI (I.03116)

SDKI (D.0142) derajat infeksi pada klien menurun. Observasi :

KH : SLKI (L.14137) -Periksa tanda dan gejala hipovolemia.

Kebersihan badan meningkat (5) -Monitor intake dan output cairan.

Nafsu makan meningkat (5) Terapeutik :

Nyeri menurun (5) -Hitung kebutuhan cairan

Kadar sel darah putih membaik (5) -Berikan asupan cairan oral

Edukasi :

-Anjurkan memperbanyak asupan

cairan oral.
-Anjurkan menghindari perubahan

posisi mendadak

Kolaborasi :

-Kolaborasi pemberian cairan IV

isotonis.

-Kolaborasi pemberian cairan IV

hipotonis.

Risiko perdarahan Tujuan : Dalam waktu 3x24 jam resiko SIKI (1.02067)

SDKI (D.0012) perdarahan pada klien menurun. Observasi :

KH : SLKI (L.2017) -Monitor tanda dan gejala perdarahan.

Kelembapan membrane mukosa -Monitor nilai hematocrit atau

meningkat (5) hemoglobin sebelum dan setelah

Hematuria menurun (5) kehilangan darah.

Hemoglobin membaik (5) -Monitor tanda-tanda vital ortastik.

Tekanan darah membaik (5) Terapeutik :


-Pertahankan bedrest selama

perdarahan.

-Batasi tindakan invasif, jika perlu.

-Gunakan kasur pencegah decubitus.

-Hindari pengukuran suhu rekal.

Edukasi :

-Jelaskan tanda dan gejala perdarahan.

-Anjurkan meningkatkan asupan cairan

untuk menghindari konstipasi.

-Anjurkan segera melapor jika terjadi

perdarahan.

Kolaborasi :

-Kolaborasi pemberian obat pengontrol

perdarahan, jika perlu.

-Kolaborasi pemberian produk darah,


jika perlu.

Risiko perfusi renal tidak efektif Tujuan : Dalam waktu 3x24 jam SIKI ( 1.02068)

SDKI ( D.0016 ) keadekuatan aliran darah klien Observasi :

meningkat. -Monitor status kardiopulmonal

KH : SLKI (L.02013) ( frekuensi dan kekuatan nadi ,

Jumlah urine meningkat (5) frekuensi napas, TD , MAP )

Nyeri abdomen menurun (5) -Monitor status oksigenasi (oksimetri

Mual menurun (5) nadi , AGD )

Tekanan arteri rata-rata membaik (5) -Monitor status cairan (masukan dan

keluaran,turgor kulit, CRT)

Monitor tingkat kesadaran dan respon

pupil.

-Pemeriksaan riwayat alergi.

Terapeutik :

-Berikan oksigenuntuk
mempertahankan saturasi oksigen >

90%.

-Persiapkan intubasi dan ventilasi

mekanis , jika perlu.

-Pasang jalur IV, jika perlu.

-Pasang kateter urine untuk menilai

produksi urine, jika perlu .

- Lakukan skin test untuk menecgah

reaksi alergi.

Edukasi :

-Jelaskan penyebab/faktor risiko syok.

-Jelaskan tanda dan gejala awal syok.

-Anjurkan melapor jika menemukan

/merasakan tanda dan gejala awal syok.

-Anjurkan memperbanyak asupan


cairan oral .

-Anjurakn menghindari alergen.

Kolaborasi :

-Kolaborasi pemberian IV, jika perlu

-Kolaborasi pemberian tranfusi darah

,jika perlu.

-Kolaborasi pemberian antiinflamasi

,jika perlu .

Nyeri akut Tujuan : Dalam waktu 3x24 jam nyeri SIKI (I.08238)

SDKI (D.0077) pada klien menurun. Observasi :

KH : SLKI (L.08066) -Identifikasi lokasi, karakteristik,

Kemampuan menuntaskan aktivitas durasi, frekuasi, kualitas, intensitas

meningkat (5) nyeri.

Keluhan nyeri menurun (5) -Identifikasi skala nyeri.

Meringis menurun (5) -Identifikasi respon nyeri non-verbal


Frekuensi nadi membaik (5) -Identifikasi factor yang memperberat

dan memperingan nyeri.

Terapeutik :

-Berikan teknik nonfarmakologis untuk

mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,

hypnosis, akupresur, terapi music,

biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,

teknik imajinasi terbimbing, kompres

hangat/dingin, trapi bermain).

-Kontrol lingkungan yang memperberat

rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,

pencahayaan, kebisingan).

-Fasilitasi istirahat dan tidur.

-Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri

dalam pemilihan strategi meredakan


nyeri.

Edukasi :

-Jelaskan penyebab, periode, dan

pemicu nyeri.

-Jelaskan strategi meredakan nyeri.

-Anjurkan memonitor nyeri secara

berkala.

Kolaborasi :

-Kolaborasi pemberian analgetik, jika

perlu.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Urolithiasis merupakan penyakit batu saluran kemih sedangkan nefrolithiasis

merujuk pada penyakit batu ginjal. Urolithiasis merujuk pada adanya batu dalam

system perkemihan.

Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan

aliran urin, gangguan metabolic, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-

keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik). Manifestasi klinis adanya batu

dalam traktus urinarius bergantung pada adanya obsrtuksi, infeksi, dan edema

Untuk penatalaksanaan Urolithiasis menggunakan beberapa teori, yaitu

Konserfatif, terapi farmakologi dan terapi kimiawi.

Ada berbagai pendekatan yang digunakan dalam melakukan pemeriksaan fisik,

mulai dari pendekatan head to toe hingga pendekatan per system. Perawat dapat

menyesuaikan konsep pendekatan pemeriksaan fisik dengan kebijakan prosedur yang

digunakan institusi tempat ia bekerja. Diagnosa Keperawatan : Defisit nutrisi (D.0019),

Resiko infeksi (D.0142), Risiko perdarahan (D.0012), Risiko perfusi renal tidak efektif

(D.0016), Nyeri akut (D.0077)

3.2 Saran

Sebagai perawat kita harus mengerahui gejala-gejala yang ditimbulkan dari

urolithiasis . Sehingga perawat tepat dalam membuat asuhan keperawatan pada klien

dengan gangguan urolithiasis.

35
DAFTAR PUSTAKA

Mittermayer, H. (2016) Mikrobiologische Befunde in Der Nephrologie, Wiener

Medizinische Wochenschrift.

Purnomo, B. B. (2015) Dasar - dasar Urologi, CV. Sagung Seto Jakarta.

doi:10.1016/b978-343741510-4.50023-7.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017) Standar Diagnosis Keperawatan

Indonesia:Definisi dan Indikator Diagnosis DPP PPNI:Jakarta

Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018) Standar Intevensi Keperawatan Indonesia:Definisi

dan Tindakan Keperawatan DPP PPNI:Jakarta

Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2019) Standar Luaran Keperawatan Indonesia:Definisi

dan Kriteria Hasil Keperawatan DPP PPNI:Jakarta

36
LAMPIRAN

37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51

Anda mungkin juga menyukai