Anda di halaman 1dari 6

MODUL IX SISTEM RESPIRASI

Hesti Wulandari (K1A016021), Annisya Widya Amalia 2(K1A018009), Faridatul Risiana 3 (K1A018029),
1

Kadar Riansyah 4(K1A018043), Riswidianti 5(K1A018071).


Tanggal Percobaan : 29/04/2020
Laboratorium Farmakologi PS farmasi FK UNRAM

ABSTRAK merupakan aktivitas fisik yang sejalan dengan


Praktikum mengenai sistem respirasi ini pertumbuhan dan perkembangan fungsi-fungsi
bertujuan untuk mengetahui fisiologi system organ yang ada didalam tubuh. Adanya
respirasi dan faktor yang mempengaruhinya. penurunan terhadap kapasitas fungsi organ dapat
Praktikum ini dibagi menjadi beberapa acara disebabkan karena menurunnya daya tahan
yaitu pengukuran toraks, pengukuran ambilan kardiorespiirasi sebagai akibat dari menurunnya
oksigen maksimum semua anggota kelompok, fungsi jantung dan paru-paru yang merupakam
dan pengaruh olahraga terhadap pH darah. organ vital sebagi penggerak seluruh sistem yang
Metode yang digunakan pada praktikum ini yaitu terdapat didalam tubuh manusia. Pada praktikum
melakukan percobaan sendiri dengan manusia ini dilakukan beberapa uji dengan tujuan untuk
sebagai probandus atau subjek. Hasil yang membandingkan panjang toraks saat inhalasi dan
didapatkan pada pengukuran toraks pada saat ekshalasi, status indeks massa tubuh dan status
keadaan inhalasi kuat Cax dan Cxy lebih besar kebugaran serta untuk melihat hubungan
dibandingkan inhalasi normal. Begitupula dengan olahraga dengan pH darah. Dengan melakukan
ukuran diameter anteroposterior dan lateral yang aktivitas fisik seperti dengan berolahraga
lebih besar saat inhalasi. Volume O2max pada kemudian dilakukan pengukuran toraks dan
setiap subjek berbeda yang dipengaruhi oleh nilai pengukuran ambilan oksigen.
IMT dan aktivitas subjek masing-masing.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, TINJAUAN PUSTAKA
maka dapat disimpulakan bahwa ukuran toraks Proses inspirasi merupakan proses
pada saat keadaan inhalasi lebih besar masuknya udara ke dalam paru-paru. Saat
dibandingkan dengan keadaan ekshalasi. Semakin inspirasi, diafragma akan berkontraksi, bergerak
rendah nilai IMT semakin tinggi nilai VO2max, ke arah bawah dan mengembangkan rongga dada
demikian sebaliknya. Nilai VO2 dipengaruhi oleh dari atas ke bawah. Otot-otot interkosta eksternal
aktivitas fisik. pH dalam tubuh (pH darah) dapat menarik iga ke atas dan ke luar, yang
dipengaruhi oleh olahraga yang menyebabkan pH mengembangkan rongga dada ke arah samping
darah berkurang. kiri dan kanan serta ke depan dan belakang.
Dengan mengembangnya rongga dada, pleura
Kata Kunci : Respirasi, VO2max, pH darah. parietal ikut mengembang. Perlekatan yang
diciptakan oleh cairan serosa memungkinkan
PENDAHULUAN pleura visceral untuk mengembang juga, dan hal
Pernapasan atau respirasi adalah suatu ini juga mengembangkan paru-paru. Dengan
peristiwa tubuh kekurangan O2. Respirasi juga mengembangnya paru-paru, tekanan
merupakan suatu proses oksidasi intraseluler intrapulmonal turun di bawah tekanan atmosfir
molekul-molekul organik untuk menghasilkan dan udara memasuki hidung dan terus mengalir
energi dan melepaskan karbondioksida dan air. sampai ke alveoli. Masuknya udara terus berlanjut
Tubuh merupakan suatu oragan untuk bergerak sampai tekanan intrapulmonal turun dibawah
dalam melakukan suatu aktivitas. Olahraga atmosfir: ini merupakan inhalasi normal.
Sedangkan pada nafas dalam membutuhkan (ketahanan) dan meliputi durasi, frekuensi, dan
kontraksi otot yang lebih kuat dari otot pernafasan intensitas tertentu. Sehingga dengan begitu dapat
normal untuk lebih mengembangkan paru-paru. dikatakan bahwa kegiatan dan latar belakang
Proses ekspirasi dimulai ketika diafragma dan latihan seorang atlet dapat mempengaruhi nilai
otot interkosta rileks. Karena rongga dada VO2 maks –nya (Nosa, 2013).
menjadi lebih sempit, paru-paru terdesak dan
Tabel Kebugaran berdasarkan nilai V2max.
jaringan ikat elastiknya yang meregang selama
Nilai VO2max Kategori
inhalasi, mengerut dan juga mendesak alveoli.
<28 Kurang Sekali
Denagn meningkatnya intrapulmonal di atas
28.1 s/d 34 Kurang
tekana atmosfir, udara didorong keluar ke paru-
34.1 s/d 42 Sedang
paru samapai kedua tekanan sama kembali (Asih,
42.1 s/d 52 Baik
2004). 52.1 > Baik Sekali
Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan (Sinurat,2019)
cara yang banyak digunakan untuk
menggambarkan komposisi tubuh orang dewasa pH normal cairan tubuh antara 7.35 –
secara tidak langsung. Komposisi tubuh 7.40. nilai pH di bawah normal disebut asidosis,
menggambarkan perbandingan bagian tubuh yang sedangkan yang diatas normal disebut alkalosis.
secara metabolisme aktif terutama otot Sistem pernapasan memerlukan waktu 1-3 menit
dibandingkan dengan bagian yang kurang aktif agar dapat memulihkan peningkatan pH ke batas
terutama lemak. Baik otot maupun lemak normal. Apabila terjadi penurunan pH, pusat
mempunyai berat/massa, yang jika dibandingkan pernapasan berupaya meningkatkan frekuensi
dengan tinggi badan akan menggambarkan pernapasan sehingga terjadi pelepasan CO2 dan
komposisi tubuh secara tidak langsung. sebagai akibatnya dapat terjadi peningkatan pH
Komposisi tubuh erat kaitannya dengan daya (Purpa, 2006).
tahan kardiorespirasi. Satu - satunya prediktor Olahraga akan mempengaruhi konsumsi
terbaik untuk mengetahui daya tahan
O2 dan produksi CO2 lebih banyak dibandingkan
kardiorespirasi seseorang adalah penentuan
dengan aktivitas lainnya. Ventilasi paru atau
volume ambilan maksimal O2 (VO2max)
volume pernapasan semenit akan meningkat dari
permenit yang mampu dipakai oleh seseorang
untuk mengoksidasi molekul-molekul nutrien 1 L/menit menjadi 100 L.menit, bahkan pada
untuk menghasilkan energi. Semakin tinggi nilai orang yang badannya besar dapat mencapai 200
VO2max seseorang semakin baik daya tahan L/menit (Purpa, 2006).
kardiorespirasi dan semakin baik pula kebugaran Selama berolahraga, tubuh akan
jasmani orang tersebut. Semakin rendah nilai IMT mengalami asidosis karena penumpukan asam
semakin tinggi nilai VO2max, demikian laktat pada metabolisme anaerob akibat
sebaliknya semakin tinggi nilai IMT semakin kebutuhan oksigen yang tidak terpenuhi. Ketika
rendah nilai VO2max (Kusumaningrum, 2009). tubuh mengalami asidosis, ginjal akan
Latihan fisik dapat meningkatkan nilai memproduksi urin yang bersifat asam. Oksigen
VO2 max Namun begitu, VO2 max ini tidak yang terkandung dalam air beroksigen tinggi
terpaku pada nilai tertentu, tetapi dapat berubah diharapkan dapat memenuhi kebutuhan oksigen
sesuai tingkat dan intensitas aktivitas fisik.
selama berolahraga, sehingga tubuh tidak
Contohnya, bed-rest lama dapat menurunkan
mengalami asidosis yang dapat diketahui dari urin
VO2 max antara 15%-25%, sementara latihan
fisik intens yang teratur dapat menaikkan yang lebih bersifat basa (Guyton, 2006).
VO2max dengan nilai yang hampir serupa.
Latihan fisik yang efektif bersifat endurance METODOLOGI
1. Pengukuran Toraks dihembuskan dengan sedotan kedalam air
Percobaaan dilakukan secara berpasangan. untuk 4 kali ekshalasi tiap 10 detik. Setelah
Secara bergantan, diukur lingkar dibawah ekshalasi, dilakukan inhalasi kembali. Diukur
ketiak (Cax) dan ujung bawah sternum (Cxp) ph air dengan cepat, buang akuades dan
dengan meteran baju dalam keadaan inhalasi dibilas gelas kimia dengan akuades.
dan ekshalasi baik normal maupun kuat. Otot .
lain tidak usah ditegangkan selain otot HASIL DAN PEMBAHASAN
respirasi. Kemudian, diameter anteroposterior a. Hasil
(A/PD) dan diameter lateral (LD) pada titik Tabel 1.1 pengukuran lingkar Cax dan Cxp
pertengahan dada diukur diameternya dengan Pengukur inhalasi ekshalasi
jangka sorong. Hasilnya dinyatakan dalam an normal kuat normal kuat
cm. lingkar (cm) (cm) (cm) (cm)
2. Pengukuran ambilan oksigen maksimum (Cax)
semua anggota kelompok 74 76,5 73,5 74
Subjek diminta untuk mengisi kuisioner (Cxp)
terlebih dahulu. Kemudian ditentukan status 63,5 64 63 62
IMT dan status kebugarannya berdasarkan
nilai ambilan oksigen maksimum. Tabel 1.2. pengukuran Anteroposterior dan
3. Pengaruh olahraga terhadap pH darah lateral.
20 ml aquades diukur dengan gelas ukur Pengukur inhalasi ekshalasi
dan dituangkan ke dalam beker 50 ml. an normal kuat normal kuat
kemudian ph akuades diukur dan dicatat. diameter (cm) (cm) (cm) (cm)
Dihitung jumlah nafas subjek dalam waktu Anteropo 18.5 20 18 18,5
30 detik kali 2 dan dicatat jumlah sterior
nafas/menit. Selanjutnya subjek dibiarkan Lateral 36 38 35,5 36
untuk inhalasi dalam dan dihembuskan
dengan sedotan selama 10 detik ekshalasi. Tabel 2. Pengukuran ambilan oksigen
Kemudian ph akuades diukur. Dibuang maksimum.
akuades dan dibilas gelas kimia dengan Subjek IMT PAR VO2max (ml)
akuades. Diulangi langkah 1-2. Subjek
1 20,86 3 50,27
dibiarkan naik turun tangga selama 30 menit
2 17,03 0 32,89
terkahir, dan pada 30 detik terakhir dihitung
3 19,95 0 31,08
laju nafas dalam periode 30 detik kali 2 dan
dicatat jumlah nafas permenit. Kemudian 4 18,73 0 31,23
segera setelah subjek berhenti olahraga, 5 16,66 0 31,80
subjek menarik nafas dalam dan
Tabel 3. Pengaruh Olahraga terhadap volume pH darah
Prosedur : Meniup udara Laju Nafas pH kontrol pH eksperimental Presenetasi
ke dalam gelas kimia perubahan pH
Saat Istirahat
Subjek 1 15 6,8 6,7 1,47%
Subjek 2 17 7 6,8 2,86%
Subjek 3 20 6,9 6,6 4,35%
Sesudah Olahraga
Subjek 4 40 6,7 5,3 20,89%
Subjek 5 45 6,8 5,4 20,59%
Subjek 6 60 6,7 5,2 22,39%

b. Pembahasan
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah
dilakukan dapat disimpulkan bahwa
a. Dalam keadaan inhilasi, ukuran toraks Purba, A. (2006) : Kardiovaskuler dan Faal
akan lebih besar dibandingan dalam Olahraga. Fakultas Kedokteran Universitas
kedaan ekshalasi. Pada saaat inhalasi Padjadjaran. Bandung.
diperoleh lingkar dibawah ketiak (Cax)
dan ujung bawah sternum (Cxp) lebih Sinurat, R. (2019) : Profil Tingkat Volume
besar dalam inhalasi kuat, sedangkan pada Oksigen (VO2max) Pada Atlet Sepakbola
saat ekshalasi, ukuran lingkarnya lebih Universitas Pasir Pengaraian. Jurnal sportif (5),
besar pada saat ekshalasi normal. 84.
b. Status indeks masa tubuh dipengaruhi oleh
berat badan dan tinggi subjek. Semakin
rendah nilai IMT semakin tinggi nilai
VO2max, demikian sebaliknya.
Sedangkan status kebugarannya
dipengaruhi oeh aktivitas subjek dan IMT
nya.
c. pH dalam tubuh (pH drah) dapat
dipengaruhi oleh olahraga. pH tubuh
normal yakni berkisar 7.35-7.45
sedangkan, pada saat olahraga pH tubuh
akan menurun karena peningkatan
produksi kadar CO2 yang dapat
menyebabkan asidosis.

DAFTAR PUSTAKA

Asih, N. G. Y. (2004) : Keperawatan Medikal


Bedah : Klien dengan Gangguan Sistem
Pernafasan. EGC. Jakarta.

Guyton, A.C., Hall J.E., (2006) : Buku Ajar


Fisiologi Kedokteran, Edisi ke-11. EGC. Jakarta,
308-435.

Kusumaningrum, R. (2009) : Hubungan Indeks


Massa Tubuh (IMT) dengan Ambilan Oksigen
Maksimal (VO2maks) pada Orang Sehat.
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
(1).

Nosa, A. S. (2013) : Survey Tingkat Kebugaran


Jasmani pada Pemain Sepak Bola Indonesia
Lumajang. Fakultas Ilmu keolahragaan UNESA.

Anda mungkin juga menyukai