0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
5 tayangan4 halaman
Cerpen ini menceritakan tentang seorang gadis bernama Suci yang tumbuh tanpa kasih sayang orang tua karena kesibukan mereka. Suci selalu merasa kesepian walaupun ia mengerti kesibukan orang tuanya. Pada hari ulang tahunnya, orang tuanya tidak hadir karena lembur kerja. Ibunya kemudian membaca buku harian Suci dan menyadari kesalahannya yang telah mengabaikan Suci. I
Cerpen ini menceritakan tentang seorang gadis bernama Suci yang tumbuh tanpa kasih sayang orang tua karena kesibukan mereka. Suci selalu merasa kesepian walaupun ia mengerti kesibukan orang tuanya. Pada hari ulang tahunnya, orang tuanya tidak hadir karena lembur kerja. Ibunya kemudian membaca buku harian Suci dan menyadari kesalahannya yang telah mengabaikan Suci. I
Cerpen ini menceritakan tentang seorang gadis bernama Suci yang tumbuh tanpa kasih sayang orang tua karena kesibukan mereka. Suci selalu merasa kesepian walaupun ia mengerti kesibukan orang tuanya. Pada hari ulang tahunnya, orang tuanya tidak hadir karena lembur kerja. Ibunya kemudian membaca buku harian Suci dan menyadari kesalahannya yang telah mengabaikan Suci. I
yang Dibina oleh Prof. Dr. Harris Effendi Thahar, S.Pd., M.Pd
Shinta Mailina 19016051
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
DEPARTEMEN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DAN DAERAH FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2022 Memeluk Seekor Landak Oleh: Shinta Mailina Suci, si anak yang merindukan kehangatan orang tua. Suci tumbuh menjadi seorang gadis yang suka menyendiri. Ia tidak seperti gadis-gadis pada umumnya yang periang dan merasa gembira di setiap hari. Suci lebih sering menghabiskan waktunya di kamar. Suci yang kini duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama masih menyimpan keinginan untuk bisa dekat dengan kedua orang tuanya. Namun, ia tidak mampu mengutarakan keinginannya tersebut dan merasa lebih baik untuk tidak mengatakannya agar tidak mengganggu kesibukan orang tuanya. Hari-hari pun berlalu dengan cepat, Suci masih saja menjadi seorang gadis yang kesepian tanpa seorang pun disisinya. Hingga suatu ketika, Suci menuliskan semua hal yang dialaminya selama ini ke dalam sebuah buku. Mulai dari hal-hal kecil hingga sebuah keinginan sederhana yaitu dapat merasakan kehangatan dari kedua orang tuanya. Kesibukan kedua orang tuanya tidak membuat Suci membenci mereka. Suci tetap menyayangi dan mendoakan hal-hal terbaik untuk orang yang disayanginya tersebut. Ia juga berusaha memahami bahwa apapun yang dilakukan oleh kedua orang tuanya adalah terbaik untuk dirinya walaupun terkadang hatinya tetap merasakan kesepian. Hari ini Suci si gadis yang baik hati dan penyayang tepat berusia ke-14 tahun. Ia sangat menanti-nantikan hari itu dengan harapan mendapatkan kejutan dari kedua orang tuanya. Suci bergegas pulang ke rumah dengan perasaan hati yang gembira. Sesampainya di rumah, Suci menanyakan keberadaan kedua orang tuanya kepada bibi, bibi pun berkata bahwa ibu dan ayah Suci belum pulang. Suci pun merasa bersyukur karena ia lebih dahulu tiba di rumah dibandingkan kedua orang tuanya, sehingga ia bisa berganti pakaian sebelum perayaan hari ulang tahunnya dimulai. Ia menunggu kedua orang tuanya tersebut sembari menuliskan apa yang ia rasakan hari itu. Ia juga mengatakan pada buku tersebut bahwa ia sudah tidak sabar untuk menantikan kedua orang tuanya untuk merayakan ulang tahunnya. Tidak terasa hari sudah mulai gelap, namun kedua orang tuanya tak kunjung tiba. Suci mulai merasa sedih tapi ia tetap berusaha berprasangka baik kepada kedua orang tua yang ia sayangi tersebut. Bibi yang memperhatikan Suci dari kejauhan merasa kasian terhadap gadis yang telah dianggapnya seperti anaknya sendiri. Bibi pun berinisiatif menelfon majikannya yaitu orang tua Suci namun tidak ada jawaban. Jam menunjukkan pukul 23.00 WIB, telepon rumah berdering. Bibi bergegas menjawab telepon tersebut. Terdengar suara yang dinanti-nantikannya, yaitu Ibunya yang langsung berkata "Bi, saya masih ada urusan dan kemungkinan akan lembur hari ini. Titip Suci ya Bi", ucap Ibu Suci kepada Bibi. Bibi pun hanya bisa terdiam mendengar perintah sang majikan. Ia merasa tidak mampu untuk melihat wajah Suci yang menantikan kehadiran orang tuanya. Dengan berat hati Bibi berkata kepada Suci untuk tidak menunggu Ibu dan Ayahnya pulang, karena mereka masih ada urusan dan berkemungkinan akan lembur. Suci hanya bisa terdiam, dan berusaha untuk tetap tersenyum menanggapi perkataan Bibi. Ia pun berkata kepada Bibi bahwa ia sudah mengantuk dan ingin segera tidur karena besok harus bangun pagi untuk ke sekolah. Sesampainya di kamar Suci menangis tetapi ia tidak menyalahkan kedua orang tuanya. Ia hanya merasa sedih karna tidak bisa menjadi anak yang memahami keadaan orang tuanya dan malah mengharapkan sebuah perayaan yang seharusnya tidak ia harapkan mengingat ia bukan anak-anak lagi. Paginya Suci berangkat ke sekolah seperti biasa. Akan tetapi tanpa sengaja ia meninggalkan buku harian yang biasa ia tulis di atas meja belajarnya. Beberapa saat setelah Suci berangkat ke sekolah, Ibu dan Ayahnya pulang. Bibi pun memberitahukan kejadian tadi malam. Ibu Suci ternyata lupa bahwa putri kesayangannya berulang tahun. Ia bergegas menuju kamar Suci untuk melihat gaun yang sempat dikenakan Suci tadi malam dan berharap ada sebuah perayaan untuk dirinya. Sesampainya di kamar Suci, Ibunya melihat sebuah buku yaitu buku harian yang sering ditulis oleh Suci mengenai hal apa saja yang telah dialaminya selama ini. Ibunya pun membaca buku tersebut dan tanpa disadarinya, air mata membasahi pipinya. Ia baru tersadar bahwa selama ini ia dan suaminya hanya mementingkan pekerjaan tanpa memberikan perhatian kepada putri yang disayanginya itu. Ia selalu beranggapan bahwa semua kebutuhan yang dapat ia dan suaminya penuhi untuk putrinya tersebut telah membuat anak itu merasa bahagia. Namun semua itu salah, ia memberikan buku tersebut kepada suaminya dan mereka berdua merasa bahwa materi saja tidak cukup untuk membuat anak kesayangannya bahagia. Merekapun menyadari bahwa rasa sayang Suci terhadap mereka sangatlah besar sehingga Suci tetap menyayangi dan memaklumi segala kesibukan orang tuanya. Sungguh anak yang sangat baik hati dan pengertian yang selama ini tidak pernah mengeluhkan hal apapun yang dialaminya. Ibu Suci merasa seharusnya sebagai orang tua ia lebih bisa memahami putrinya yang membutuhkan kasih sayang bukan hanya sekedar materi yang berlimpah saja. Ia berjanji pada dirinya akan menebus semua kesalahan yang telah membuat putrinya merasakan kesepian.