Anda di halaman 1dari 6

Dampak Pornografi Melebihi Bahaya

Narkoba
Banyak orang belum menyadari bahwa anak dan remaja kita telah terpapar pada pornografi.
Dampak pornografi berpotensi menimbulkan kerusakan otak melebihi bahaya narkoba. Adiksi
narkoba dapat merusak tiga bagian otak sementara adiksi pornografi merusak lima bagian otak
(bagian lobus Frontal, gyrus Insula, Nucleus Accumbens Putamen, Cingulated dan Cerebellum)
yang berperan di dalam kontrol perilaku yang menimbulkan perbuatan berulang – ulang terhadap
pemuasan seksual (Dr Donald Hilton Jr, dokter ahli bedah syaraf AS).

Dampak pornografi yang melebihi bahaya narkoba ini terungkap dalam seminar dan workshop
internasional bertema “Membangun Kesadaran Betapa Dahsyatnya Kerusakan Kesehatan Otak
Akibat Perilaku Adiksi Pornografi” di Hotel Grand Kemang Jakarta, Senin (27/9).

Seminar satu hari ini merupakan kerjasama antara Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak, Kementerian Kesehatan, dan Yayasan Kita dan Buah hati. Seminar ini juga
digagas Forum Bersama Anti Pornografi untuk menyelamatkan otak anak bangsa dan moral serta
etika yang menjadi fitrah kembali kembali ke karakter bangsa Indonesia yang asli, santun, cerdas
dan berkualitas.

Hadir sebagai pembicara dalam seminar yang dihadiri sekitar 300 orang dari berbagai instansi
pemerintah, LSM, tenaga professional rumah sakit dan Kowani (Kongres Wanita Indonesia) ini
adalah Mark B Kastleman, Randall F Hyde, keduanya Pakar Adiksi Pornografi dari AS dan Prof
Malik B Badri, Pakar Psikologi Islami dari Malaysia.

Menurut Elly Risman Psi, Ketua Yayasan Kita dan Buah Hati, dalam pengantarnya mengatakan,
maraknya kekerasan, adiksi game online, penyimpangan seksual, kecanduan pornografi,
kecanduan narkoba dan obat terlarang pada anak dan remaja sebagai bukti adanya kerusakan –
kerusakan sel otak. Selain itu, kerusakan otak juga berimbas dengan menurunnya potensi
kecerdasan pada anak – anak sebagai agen perubahan transformasi sosial.

Adiksi Pornografi adalah perilaku berulang untuk melihat hal – hal yang merangsang nafsu
seksual sehingga dapat merusak kesehatan otak seseorang karena tidak sanggup
menghentikannya. Adiksi pornografi merupakan tren baru masalah kesehatan masyarakat yang
berdampak luas dan dalam waktu singkat dapat merusakan tatanan psikososial masyarakat.

Gangguan pola pikir yang menyebabkan perubahan perilaku untuk memberikan kepuasan
seksual yang tidak dikontrol akan memberikan masalah kriminalitas seksual yang berdampak
luas bagi kelompok masyarakat di mana saja dan kapan saja terutama pada kelompok –
kelompok yang lemah seperti anak – anak di bawah umur, anak – anak remaja, kelompok –
kelompok di lembaga pendidikan, pembantu rumah tangga, wanita pekerja malam dan prostitusi
baru.
Lebih lanjut Elly Risman mengatakan, kerusakan otak akibat pornografi sulit untuk dideteksi
dengan cara – cara konvensional. Oleh karena itu dibutuhkan alat – alat yang canggih untuk
dapat menegakkan kembali kerusakan struktural otak di lima tempat vital. Bila tidak ditangani
maka dapat mengakibatkan perilaku yang menimbulkan perbuatan berulang – ulang terhadap
pemuasan seksual.

“Kerusakan otak diawali dengan produksi berlebihan zat penghantar syaraf (dopamine) yang
menyebabkan ketagihan dan suatu ketika otak tempat produksi zat tersebut akan mengecil,”
jelasnya.

Paparan pornografi yang dialami anak – anak, sambung Elly, didapat dari game online, internet,
tayangan televise, alat – alat teknoligi canggih sehingga adiksi pornografi berdampak sangat
luas. Biasanya paparan pornografi dimulai di dalam keluarga sehingga sulit terkontrol. Paparan
pornografi tidak hanya dilakukan oleh tayangan – tayangan dari luar justru tayangan – tayangan
local yang diproduksi dari Indonesia juga banyak berisi dan bersifat pornografi.

“Karena itu peran keluarga merupakan factor terpenting dalam penanggulangan dan mencegah
terjadinya paparan pornografi dan addict pornografi,” ujarnya.

Keluarga, lanjut Elly, harus sadar untuk melarang anak – anaknya menonton pornografi yang
makin marak di media internet, game online, komik serta handphone berkamera. Larangan
tersebut tentu akan mempersempit untuk melihat atau membuat video yang asusila.

Karena dapat merusak lima bagian otak terutama Lobus Frontal yang tepat berada di belakang
dahi. Kerusakan fungsi otak tersebut mengakibatkan penurunan kemampuan belajar dan
pengambilan keputusan yang menjadi keunggulan manusia sebagai agen perubahan transformasi
social.

Sementara itu menurut Mark Kastleman, pornografi adalah narkoba lewat mata. Karena gambar
– gambar porno akan membuat anak – anak tidak bisa membuat perencanaan, mengambil
keputusan dan mengendalikan hawa nafsu serta emosi. Padahal otak adalah sebagai pengendali
impuls.

“Kerusakan ini juga memungkinkan anak dan remaja melakukan incest,” jelasnya.

Sedangkan Randy Hyde, PhD dalam paparannya mengatakan, orang tua, keluarga dan
lingkungan adalah terapis terbaik untuk belajar, tumbuh dan meraih potensi tertinggi seseorang.
Karena karakter yang baik akan menghasilkan perilaku yang baik dan sebaliknya karakter yang
buruk akan menghasilkan perilaku yang buruk.

“Setiap orang bertanggung jawab atas perilakunya. Perilaku seseorang mengungkapkan karakter
atau kekurangan seseorang,” paparnya.

Kecanduan adalah kondisi yang mana secara fisik dan kimia otak memaksa seseorang melakukan
suatu perilaku tertentu tanpa adanya keterlibatan pikiran atau hati nurani. Tapi karena kekuatan
dari sistem limbik otak (salah satu sistem pada struktur otak) dan kapasitas untuk menaungi
bagian moral dan rasional dari otak, banyak orang yang mengklaim bahwa pornografi adalah
perilaku yang normal atau sebagai hiburan semata.

Pada dasarnya, satu-satunya perbedaan antara kecanduan narkoba, seperti heroin atau kokain
dengan pornografi adalah cara memasuki sistem. Otak merespons informasi yang diterima
melalui mata lebih cepat ketimbang dari sumber lain. Informasi visual diproses di sistem limbik
dalam waktu nanodetik (sepuluh pangkat minus sembilan detik). Inilah sebabnya mengapa
kecanduan pornografi menjadi masalah besar.

Informasi visual diproses lebih cepat daripada informasi indera yang lain, bahkan respons heroin
atau kokain sekalipun jauh lebih lambat. Selain visual, hormon oksitosin juga berperan pada
kecanduan pornografi. Oksitosin dapat menciptakan rasa bersatu dan kebersamaan selama
berhubungan seksual.

Dampak pornografi berpotensi menimbulkan kerusakan otak melebihi bahaya narkoba. Adiksi
narkoba dapat merusak tiga bagian otak sementara adiksi pornografi merusak lima bagian otak
(bagian lobus Frontal, gyrus Insula, Nucleus Accumbens Putamen, Cingulated dan Cerebellum)
yang berperan di dalam kontrol perilaku yang menimbulkan perbuatan berulang-ulang terhadap
pemuasan seksual (Dr Donald Hilton Jr, dokter ahli bedah syaraf AS).

Pornografi Susutkan Jaringan Otak dan Turunkan Kecerdasan

Hasil penelitan ahli bedah syaraf Amerika menyatakan kecanduan pornografi berefek riil pada
jaringan otak. Tidak dapat dipungkiri, pornografi menyebabkan kecanduan, contoh sederhana
adalah ketika kita menyaksikan sebuah film porno, suatu saat pasti ada keinginan untuk
menontonnya lagi dan lagi. Kecanduan pornografi ini bahkan dikatakan lebih parah dari pada
kecanduan kokain karena kokain bisa dihilangkan dari tubuh pecandunya, tapi ingatan tentang
adegan atau gambar porno akan tetap tinggal di otak selamanya.

Pornografi yang dijejalkan ke otak kita secara terus-terusan pada akhirnya akan menyebabkan
jaringan otak mengecil dan fungsinya juga terganggu. Secara detailnya, Donald L. Hilton Jr.
MD, ahli bedah syaraf dari San Antonio Hospital, Amerika Serikat, mengatakan bahwa
kecanduan ini mengakibatkan otak bagian tengah depan (Ventral Tegmental Area) secara fisik
akan mengecil dan tentu saja dengan mengecilnya bagian ini menyebabkan fungsinya akan
terganggu pula.

Penyusutan jaringan otak ini nantinya akan memproduksi dopamine (bahan kimia pemicu rasa
senang), sementara dopamine sendiri akan menyebabkan kekacauan kerja neurotransmiter yakni
zat kimia otak yang berfungsi sebagai pengirim pesan. Jadi si penderita kemungkinan akan
lambat untuk menyampaikan atau mengirimkan sebuah informasi.
Pornografi dapat merusak sel otak yang menyebabkan perilaku dan kemampuan intelegensi
mengalami gangguan. Jelas bahwa penurunan intelegensia ini menurunkan produktivitas dan
menurunkan kualitas Sumber Daya Manusia. Selain itu, Pornografi juga menimbulkan gangguan
memori, dan menimbulkan perubahan konstan pada neurotransmitter dan melemahkan fungsi
kontrol pada manusia sehingga si penderita juga akan sulit mengendalikan atau mengonrol
perilakunya.

Proses seperti itu tidak terjadi secara cepat dalam waktu singkat, namun semua itu akan terjadi
dalam beberapa tahap, yakni kecanduan yang ditandai dengan tindakan impulsive, ekskalasi
kecanduan, desentisisasi dan penurunan perilaku.

Pornografi Lebih Berbahaya dari Narkoba

Sebagaimana dirilis banyak situs internet dan dari berbagai sumber yang beragam antara lain
seperti Dr Mark B. Kastlemaan, Kepala Edukasi & Training Officer for Candeo USA bahwa
pada titik-titik tertentu, kecanduan pornografi ternyata bisa lebih berbahaya daripada narkoba.

1. Pengaruh kokain bisa dilenyapkan, sedangkan materi pornografi tidak

Berdasarkan pemotretan melalui positron emission tomography (PET), terlihat jelas bahwa
seseorang yang tengah menikmati gambar porno mengalami proses kimia dalam otak sama
dengan orang yang tengah menghisap kokain. Tampak akut pornografi ternyata lebih jahat
ketimbang kokain. Karena pengaruh kokain dalam tubuh bisa dilenyapkan (dengan
detoksifikasi). Adapun materi pornografi, sekali terekam dalam otak, image porno itu akan
mendekam dalam otak selamanya.

2. Pornografi dapat merusak syarat otak lebih banyak dibandingkan narkoba

Jika narkoba menyebabkan 3 syaraf otak rusak, maka pornografi menyebabkan 5 syaraf otak
yang rusak, terutama pada Pre Frontal Corteks (bagian otak yang tepat berada di belakang dahi).
Kerusakan bagian otak ini akan membuat orang tidak bisa membuat perencanaan, tidak bisa
mengendalikan emosi, tidak bisa mengambil keputusan dan berbagai peran eksekutif otak
sebagai pengendali impuls-impuls. Bagian inilah yang membedakan manusia dengan binatang.

3. Pecandu pornografi lebih sulit dideteksi daripada pecandu narkoba

Pada dasarnya orang yang kecanduan pornografi merasakan hal yang sama dengan pecandu
narkoba, yaitu ingin terus memproduksi dopamin dalam otak. Tapi pecandu pornografi bisa
memenuhinya dengan lebih mudah, kapanpun dan dimanapun, bahkan melalui handphone.
Kecanduan ini tidak tampak sehingga lebih lebih sulit dideteksi, lambat laun menimbulkan
kerusakan otak yang permanen melebihi kecanduan narkoba, dan pengobatannya pun lebih sulit.

4. Pornografi berpotensi menurunkan kecerdasan

Sebanyak 70 persen informasi masuk melalui mata. Ketika seseorang melihat sesuatu yang
berbau porno, maka akan terjadi rangsangan yang langsung masuk ke otak belakang tanpa
tersaring, yang mengakibatkan otak mengeluarkan cairan atau zat neurotransmiter yang disebut
Delta-FosB. Zat itulah yang membuat nafsu atau libido seseorang meningkat. Semakin banyak
materi pornografi yang masuk ke otak bagian belakang, maka bagian otak lainnya menjadi
kurang aktif, terutama otak bagian depan. Padahal yang mempengaruhi kecerdasan seseorang
adalah ketebalan korteks yang ada di bagian otak depan. Singkatnya, semakin minim
kemampuan orang menyaring materi pornografi ini, semakin rentanlah mengalami penurunan
kemampuan kognitif dan kecerdasannya.

Pengaruh Pornografi Terhadap Perilaku Anak

Kecanduan pornografi mengakibatkan otak bagian tengah depan yang disebut Ventral Tegmental
Area (VTA) secara fisik mengecil. Penyusutan jaringan otak yang memproduksi dopamine bahan
kimia pemicu rasa senang itu menyebabkan kekacauan kerja neurotransmiter yakni zat kimia
otak yang berfungsi sebagai pengirim pesan. Dalam hal ini, pornografi menimbulkan perubahan
konstan padaneorotransmiter dan melemahkan fungsi kontrol. Sehingga secara berantai dapat
mengakibatkan antara lain:

- Orang yang sudah kecanduan tidak bisa lagi mengontrol perilakunya, berkurangnya rasa
tanggung jawab bahkan akan mengalami gangguan memori. Kondisi tersebut terjadi melalui
beberapa tahap yakni kecanduan yang ditandai dengan tindakan impulsif, ekskalasi kecanduan,
desensitifisasi dan akhirnya penurunan perilaku.
- Ketidakmampuan mengontrol batasan perilaku tersebut menimbulkan kecenderungan lebih
besar untuk depresi.
- Saat dewasa anak-anak yang biasa menyaksikan pornografi hanya memandang wanita sebagai
objek seksual saja
- Bila kondisi sosialnya kurang harmonis bisa melakukan kekerasan seksual dan phedophilia.

Hal ini dikemukakan oleh Donald L. Hilton Jr, MD, ahli bedah syaraf dari Rumah Sakit San
Antonio, Amerika Serikat dan juga oleh Dr Adre Mayza Sp.S(K) dan Ibu Elly Risman (Ketua
Pelaksana Yayasan Kita dan Buah Hati) dan beberapa ahli lainnya. Secara rinci, pornografi
dapat mengakibatkan perilaku negatif anak seperti berikut ini :

1. Mendorong anak untuk meniru melakukan tindakan seksual

Anak usia dini adalah peniru ulung, apa yang dilihat dan didengarnya dari orang dewasa dan
lingkungannya akan ditiru. Kemampuan anak menyaring informasi sangatlah rendah, belum
mampu membedakan yang baik dan buruk. Bagi mereka orang dewasa adalah model atau
sumber yang paling baik dan nyata untuk ditiru. Para ahli di bidang kejahatan seksual terhadap
anak juga menyatakan bahwa aktifitas seksual pada anak yang belum dewasa selalu dipicu oleh 2
(dua) kemungkinan yaitu pengalaman atau melihat. Bisa dibayangkan kalau yang sering mereka
lihat adalah materi pornografi atau aktivitas porno baik dari internet, HP, VCD, komik atau
media lainnya. Maka mereka akan terdorong untuk meniru melakukan tindakan seksual terhadap
anak lain ataupun siapapun obyek yang bisa mereka jangkau. Sesungguhnya dari proses inilah
bermula, sehingga terjadi banyak kasus kekerasan seksual yang dilakukan anak terhadap anak
lain.
2. Membentuk sikap, nilai dan perilaku yang negatif

Anak-anak yang terbiasa mengkonsumsi materi pornografi yang menggambarkan beragam


adegan seksual, dapat terganggu proses pendidikan seksnya. Hal itu secara dramatis dapat
diketahui dari cara mereka memandang wanita, kejahatan seksual, hubungan seksual, dan seks
pada umumnya. Mereka akan berkembang menjadi pribadi yang merendahkan wanita secara
seksual, memandang seks bebas sebagai perilaku normal dan alami, permisif terhadap perkosaan,
bahkan cenderung mengidap berbagai penyimpangan seksual.

3. Menyebabkan sulit konsentrasi hingga terganggu jati dirinya

Pada anak-anak yang memiliki IQ tinggi, pornografi bisa mengakibatkan mereka kesulitan
membangkitkan konsentrasinya untuk belajar dan beraktivitas, hari-harinya didominasi oleh
kegelisahan dan sedikit sekali produktivitasnya. Sedangkan anak-anak yang ber-IQ rendah,
pengaruhnya bisa lebih ekstrim lagi, mereka tidak berdaya lagi untuk berkonsentrasi, hari-
harinya total dikuasai kegelisahan, dan orang-orang di sekitarnya akan menghakimi dia sebagai
‘sang pemalas’.

Pornografi yang dikonsumsi anak merupakan sensasi seksual yang diterima sebelum waktunya.
Kesulitan mereka memahami aktivitas pornografi pada orang dewasa, menimbulkan tanda tanya
besar yang tidak mampu mereka jawab dan aktualisasikan, sehingga yang terjadi adalah
mengendapnya kesan mendalam di bawah otak sadar yang bisa membuat mereka sulit
konsentrasi, tidak fokus, mogokbelajar, tidak bergairah melakukan aktivitas yang semestinya,
hingga mengalamishock dan disorientasi (kehilangan pandangan) terhadap jati diri mereka
sendiri bahwa sebenarnya mereka masih anak.

4. Tertutup, minder dan tidak percaya diri

Anak pelanggan pornografi yang mendapat dukungan teman-temannya sesama penggemar


pornografi, akan terdorong menjadi pribadi yang permisif (memandang maklum) terhadap seks
bebas dan mereka melakukan praktek seks bebas di luar pantauan orang tua. Sedangkan anak
pelanggan pornografi yang dikelilingi oleh teman-teman yang terbimbing dan bebas dari
pornografi, akan cenderung merasa minder dan tidak percaya diri. Karena kebiasaannya ini, anak
merasa sebagai pribadi yang aneh dan berbeda dalam arti lebih rendah, dan seiring bertambahnya
pengetahuan keagamaannya ia akan merasa paling berdosa dibanding teman-temannya. Dampak
ini akan semakin serius bila anak adalah pelaku atau korban kekerasan atau penyimpangan
seksual.

Anda mungkin juga menyukai