Anda di halaman 1dari 3

Kira-kira apa ya yang akan terjadi jika kancil dipertemukan dengan gajah?

Apakah kancil berhasil menggunakan kecerdikannya menghadapi gajah? 

Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) merupakan jenis primata yang telah lama dikenal karena
penyebarannya yang luas tak terkecuali di Taman Nasional Way Kambas (TNWK).

Monyet ini disebut juga Crabs eating macaque, Long Tail Macaque dengan nama daerah seperti kunyuk
(Sunda), Cigak (Minang/Jambi) dan ketek (Jawa).
Hidup dalam kawasan hutan atau dipinggir hutan. Di TNWK hampir terdapat disemua lokasi mulai dari
Selatan sampai Utara bahkan di pinggir pantai Timur dan dibatas kawasan dengan masyarakat di bagian
Barat. Termasuk omnivora oportunis yang dilengkapi kantong pipi, pemakan berbagai jenis makanan
terutama buah pada pohon gandaria ,ara, karet, rambutan, aren, rumbia, medang, nangka, dll), daun
muda, bunga, biji, umbi (ubi dan ketela), serangga dan sejenis kepiting. Tumbuhan budidaya pertanian
yang disukai seperti jagung, padi, pisang dan tebu. Dengan variasi makanan yang tinggi membuatnya
lebih adaptif dibandingkan monyet lain. Disisi lain dia juga dimusuhi petani karena sering mengganggu
tanaman budidaya. Sementara didalam ekosistem hutan satwa ini sebagai satwa mangsa bagi harimau.
Merupakan mahluk sosial berkelompok antara 15 – 40 ekor dengan pimpinan seekor jantan besar
dominan, ditempat yang sempit populasi mencapai 200 ekor setiap kelompoknya. Perkawinan didominasi
oleh jantan dominan dan menganut paham poligami, dimana jantan dapat mengawini lebih dari satu
betina. Masa kebuntingan 160-170 hari dengan jarak kelahiran 13 bulan.
Macaca berwarna coklat keabuan ini, berjalan dengan keempat kakinya di pohon maupun didarat, dapat
memanjat bahkan meloncat dan yang menarik monyet ini dapat berenang dengan sangat baik. Monyet ini
juga cukup pintar, dengan ekornya yang panjang dapat memancing kepiting dengan cara memasukkan
ujung ekornya kedalam air sambil digoyang-goyangkan. Ketika kepiting mulai menggigit maka dengan
sentakan cepat diangkat ke darat, lalu dimakan. Bahkan tak jarang ada kejadian lucu ketika monyet muda
belajar memancing kepiting, karena belum berpengalaman bukannya dapat makan enak tapi malah ekor
sakit tergigit sambil berlari meloncat kesakitan. Karena ini ia disebut Crabs eating macaque (monyet
pemakan kepiting). Karena kepintaran ini juga membuat orang banyak memelihara sebagai pets (satwa
kesayangan) dan dijadikan “topeng monyet”. Dapat mengeluarkan suara yang keras dan melengking
(onomatopoeic), bisa bersuara “krraa…kkrraa” berulang-ulang untuk mendetek si keberadaaan
kelompoknya. Macaca ini termasuk diurnal aktif ketika fajar menjelang sampai mentari terbenan diufuk
barat dan malam merupakan waktu istirahat dan tidur. Adapun untuk tidur biasanya memilih pohon yang
tinggi (ara/Ficus spp, Torop/Artocarpus, Meranti/Shorea sp, dll). Ketersediaan makanan dan keutuhan
hutan mengurangi pergerakan satwa ini ke ladang petani dan ini juga berarti mengurangi gangguan
terhadap kepunahan. Kawasan hutan yang baik dan utuh merupakan syarat mutlak bagi
keberlangsungan hidup satwa liar. Ironisnya tingginya permintaan terhadap Monyet ekor panjang ini,
membuat perburuan liar menjadi marak. Sekarang disinyalir ada restoran mahal dan exlusive
menyediakan sajian “ sop otak monyet”, konon penjagalan kera ini dilakukan dengan memukul batok
kepalanya dengan keras dalam keadaan hidup, sadis. Maraknya konversi hutan menjadi areal
transmigrasi, HPH, perkebunan dan lain-lain, membuat satwa ini menjadi berkeliaran diareal-areal
terbuka sehingga masyarakat banyak memandang sebagai hama. Monyet ini hama bagi pertanian,
perkebunan terutama kebun karet dan buah. Contoh ini masih sangat lekat dipikiran penulis, dimana
ketika penulis kecil di daerah asal (Jambi). Di suatu kawasan yang dijadikan perkebunan sawit, beberapa
primata seperti monyet ekor panjang, beruk dan simpai dibunuh dengan cara ditulup pakai sumpit
beracun dan si penjagal dibayar oleh perkebunan, sebagai tandanya penjagal harus membawa bukti ekor
atau telinga primata yang mati.
Sementara permintaan untuk percobaan penelitian obat dan dekatnya kesamaan satwa ini dengan
manusia membuat permintaan akan monyet ini terus dan terus meningkat. Sejak tahun 70-an ekspor
monyet ini telah dilakukan untuk penelitian biomedis dan psikologi. Saat ini ada beberapa tempat yang
menangkarkannya seperti Pulau Tinjil dan Deli di Banten dan beberapa tempat lainnya. Pengawasan
terhadap perusahaan eksportir harus dilakukan dengan ketat oleh pemerintah dan element terkait untuk
mencegah satwa ini dari kepunahan, Indonesia termasuk eksportir besar Macaca didunia bersama
Mauritius dan Filipina. Disini kita harus bersikap arif dan bijaksana, memang sekarang statusnya belum
terancam kepunahan, tetapi apabila satwa sudah hampir habis dan sulit ditemukan barulah biasanya
manusia sadar.

Di suatu pagi itu, si Kancil berjalan-jalan dalam hutan seperti biasanya. Ia sesekali berhenti memakan
rumput-rumput hijau yang dilewatinya sepanjang perjalanan. Kancil sendiri merupakan binatang yang
terkenal gesit dan lincah, sehingga ia dapat bergerak dengan cepat.

Belum lama Kancil berkeliling hutan, tiba-tiba langit mendadak gelap gulita. Langit terlihat sangat gelap,
disertai angin kencang serta kilat juga halilintar mengubah langit terlihat lebih suram. Kancil pun segera
menyadari hal tersebut.

"Wah! Sepertinya akan terjadi badai, aku harus segera pulang," kata Kancil dalam hati.

Kancil segera berlari dengan kencang. Untung saja ia gesit dan lincah, sehingga Kancil dapat melompati
semak, batu, juga ranting pohon yang menghalangi jalannya. Namun ketika Kancil melompati sebuah
ranting pohon yang melintang, ia terperosok ke dalam sebuah lubang.

"Grussaaakk!" terdengar suara tubuh si Kancil terperosok dan terjatuh ke dalam lubang dengan keras.

Anda mungkin juga menyukai