Anda di halaman 1dari 16

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

2016-2020
BAGIAN ANESTESIOLOGI DAN TERAPI
INTENSIF
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAGIAN ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG
2015
KATA PENGANTAR

Rencana Strategis (Renstra) Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas


Kedokteran Universitas Diponegoro Tahun 2016-2020 merupakan kelanjutan
Renstra FK Undip 2010-2014yang berpedoman pada (1) Renstra Kementerian
Pendidikan Nasional Tahun 2010-2014, (2) Renstra Universitas Diponegoro 2015-
2019,
Renstra Bagian Anestesiologi dan Terapi IntensifFakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro Tahun 2016-2020 mengacu pula pada pencapaian Visi
Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UNDIP menjadi pusat pendidikan ilmu
pengetahuan dan ketrampilan dalam bidang Anestesi dan terapi intensif yang diakui
dan menjadi panutan di Indonesia, sebagai penjabaran dari visi Universitas
Diponegoro menjadi Universitas Riset yang unggul pada tahun 2020. Penjabaran
visiBagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FK Undip berpedoman pada strategi
pengembangan Undip 2000-2025, serta senantiasa disinkronkan dengan Rencana
Pembangunan Pendidikan Nasional Jangka Panjang 2005--2025.
Renstra Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro Tahun 2016-2020 merupakan dasar, pedoman dan acuan
bagi program studi Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro dalam menyusun (1) Rencana Kerja (Renja); (2) Rencana
Program Kegiatan dan Anggaran; (3) Koordinasi Perencanaan dan Pengendalian
Kegiatan lingkup Universitas Diponegoro; (4) Laporan Tahunan; serta (5) Laporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP).
Renstra ini perlu dipahami dan dimanfaatkan oleh seluruh jajaran di Bagian
Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro dalam
mengajukan usulan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian serta evaluasi
program kegiatan dan penganggaran secara sinergis dan berkesinambungan.

Semarang, September 2015


Ketua Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

dr. Heru Dwi Jatmiko, Sp.An, KAKV, KAP


NIP. 196207181989111002

ii
DAFTAR ISI
halaman

HALAMAN JUDUL.......................................................................................................i
KATA PENGANTAR ................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
Bab I PENDAHULUAN..............................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Landasan Hukum............................................................................................1
C. Tujuan Renstra................................................................................................2
D. Manfaat Renstra............................................................................................3
BAB II SEJARAH BAGIAN.........................................................................................4
A. Sejarah Penyelenggaraan Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas
Kedokteran Undip..........................................................................................4
B. Gambaran Umum Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas
Kedokteran Undip..........................................................................................6
BAB III VISI, MISI DAN TUJUAN................................................................................7
A. Visi..................................................................................................................7
B. Misi..................................................................................................................7
C. Tujuan.............................................................................................................7
BAB IV ANALISIS LINGKUNGAN..............................................................................9
A. Internal............................................................................................................9
B. External........................................................................................................10
C. Isu Startegis................................................................................................. .11
D. Sasaran Strategis.........................................................................................11
E. Langkah Pencapaian...................................................................................11
BAB V PENUTUP.................................................................................................... .14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pembangunan sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu sasaran


strategis dalam pembangunan nasional. Kemajuan pembangunan SDM merupakan
salah satu indikator Millenium Development Growth (MDG). Dalam perencanaan
pembangunan secara menyeluruh, maka pembangunan SDM merupakan salah satu isu
strategis karena menyangkut daya saing bangsa dalam arti luas di masa mendatang.
Pembangunan generasi bangsa yang memiliki integritas dan berkarakter yang didukung
oleh kemampuan menguasia iptek tentu menjadi tujuan bagi kita bersama untuk
mencapainya.
Pembangunan kesehatan merupakan salah satu tanggung jawab bersama pada
umumnya dan kalangan kesehatan pada khususnya. Pendidikan di bidang kedokteran
dan kesehatan lainnya memiliki tantangan yang sama dengan pendidikan bidang
lainnya. Oleh krena itu setiap tema strategis pembangunan pendidikan jangka panjang
tersebut, diturunkan dalam program kerja yang menekankan pada 3 (tiga) tantangan
utama, yaitu: (1) pemerataan dan perluasan akses; (2) peningkatan mutu, relevansi dan
daya saing; dan (3) peningkatan tata kelola, akuntabilitas dan citra publik.Penyusunan
Rencana Strategis merupakan kegiatan yang menghasilkan suatu acuan yang sangat
penting dalam menyusun program-program kerja, kegiatan dan langkah-langkahteknis
untuk 5 tahun ke depandalamsuatu organisasi.
Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UNDIP sebagai salah satu
bagian dari Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoroyang berlokasi di kota
Semarang, Jawa Tengah sehingga menjadi salah satu daya tarik dan kekuatan dalam
upaya pengembangan lembaga secara berkelanjutan. Semarang sebagai pusat kotadi
Jawa telah mampu memberikan nilai lebih bagi Program Studi Anestesiologi dan Terapi
Intensif FK UNDIP, sehingga mampu memberikan nilai tawar dalam membangun
kerjasama dengan lembaga lain di dalam dan luar negeri. Hal ini mampu meningkatkan
daya saing Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UNDIP terhadap
Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif lain di dalam negeri dan pendidikan
sejenis di luar negeri. Daya saing tersebut perlu ditingkatkan terus, melalui upaya
perencanaan pengembangan Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif FK
UNDIP secara berkelanjutan yang dituangkan dalam Rencana Strategis.

B. LANDASAN HUKUM

Landasan hukum pengembangan pendidikan kedokterandan kesehatan tentunya


bersumber kepada berbagai peraturan yang berlaku seperti :
1. Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional.
3. Undang Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
4. Undang Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.
5. Undang-Undang Nomor 23 tahun 2011tentang Pendidikan Kedokteran
6. Undang Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi.
7. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2013 tentang Sistem Pendidikan Nasional
8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.
9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2009 tentang Dosen.
10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 tentang
Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan.

1
11. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 4 Tahun 2014 Tentang
Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi Dan Pengelolaan Perguruan Tinggi
12. Keputusan Menteri PTIP Nomor 104 Tahun 1962 jo Kepres RI Nomor 18
Tahun1963 tentang Pendirian Universitas Udayana
13. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 186/O/2002
tentang Statuta Universitas Diponegoro.
14. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 73
Tahun 2013 tentang Penerapan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia Bidang
Pendidikan Tinggi.
15. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 35
Tahun 2014 Tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Di Lingkungan Kementerian
Pendidikan Dan Kebudayaan
16. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 49 tahun 2014 tentang
Standar Nasional Pendidikan Tinggi
17. Surat Edaran Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan Nasional
Nomor 194/E.E3/Ak/2014 tentang Izin Penyelenggaraan Dan Akreditasi Institusi
Perguruan Tinggi
18. Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional
Republik Indonesia Nomor : 108/Dikti/Kep/2001 Tentang Pedoman Pembukaan
Program Studi Dan / Atau Jurusan Berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 234/U/2000 Tentang Pendirian Perguruan Tinggi
19. Keputusan Rektor Universitas Diponegoro Nomor : 2173/UN7.P/HK/2014 tentang
Rencana Strategis (Renstra) Universitas Diponegoro 2015 - 2019

C. TUJUAN RENSTRA

Secara umum Renstra Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif FK


UNDIP 2016-2020 disusun dengan maksud sebagai rambu-rambu dalam mewujudkan
berbagai rencana yang ingin dicapai Program Studi rogram Studi Anestesiologi dan
Terapi Intensif FK UNDIP lima tahun ke depan. Selain itu, secara khusus Program Studi
Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UNDIP 2016-2020memiliki tujuan seperti berikut.

a) Dalam meningkatkan Relevansi (Improving Relevance) :


- Mengembangkan kurikulum dalam aspek inovatif sejalan dengan
perkembangan teknologi, dengan melakukan peninjauan kurikulum maksimal 5
tahun sekali
- Meningkatkan kemampuan mengajar dan pengetahuan staf pengajar
- Meningkatkan kemampuan riset serta fasilitas laboratorium dan perpustakaan
- Meningkatkan pelayanan masyarakat sejalan dengan masalah dan kebutuhan
masyarakat
- Meningkatkan keterampilan mahasiswa, kemampuan komunikasi menggunakan
komputer, internet dan keterampilan berbahasa Inggris
- Memperluas kerjasama dan jejaring
- Menyegarkan kembali pengetahuan dan keterampilan lulusan dengan
pendidikan kedokteran berkelanjutan (Continuing Medical Education)
b) Atmosfer akademik (Academic atmosphere) :
- Meningkatkan hubungan antara staf pengajar dan mahasiswa
- Meningkatkan motivasi staf pengajar untuk terlibat dalam aktivitas mehasiswa
atau melibatkan mahasiswa ke dalam aktivitasnya
- Meningkatkan perhatian dan motivasi mahasiswa untuk terlibat dalam aktivitas
ilmiah
- Meningkatkan pemanfaatan perpustakaan
c) Manajemen dan organisasi internal (Internal management and organization) dan
kesinambungan (Sustainability) :
- Meningkatkan manajemen dan organisasi internal

2
- Menjaga dan meningkatkan kesinambungan program
d) Efisiensi dan produktivitas (Efficiency and productivity)
- Memperbaiki fasilitas kelas, laboratorium, dan alat bantu pengajaran
- Merancang materi kursus yang inovatif
- Meningkatkan prestasi (keberhasilan) mahasiswa, mencegah dropout,
mempersingkat lama waktu studi dan penyusunan skripsi (karya akhir)
- Meningkatkan kehadiran dosen staf pengajar

D. MANFAAT RENSTRA

Renstra Program StudiAnestesiologi dan Terapi Intensif FK UNDIP 2016-2020


memberikan manfaat kepada pihak pimpinan dan pengambil keputusan untuk
menentukan kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan dalam pengembangan Program
StudiAnestesiologi dan Terapi Intensif FK UNDIP khususnya dan UNDIP umumnya
sehingga dapat berfungsi sesuai dengan harapan. Selain itu, Renstra ini dapat juga
digunakan sebagai pedoman/referensi bagi seluruh civitas akademika dan unsur
penunjang dalam melaksanakan kegiatan sehingga selaras dengan kebijakan
pemerintah. Manfaat yang lain adalah Renstra dapat digunakan sebagai tolak ukur
dalam pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi di Unud. Oleh karena itu, dengan
disusunnya Renstra Program StudiAnestesiologi dan Terapi Intensif FK UNDIP,
diharapkan kegiatan-kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi dapat berjalan lebih efektif,
efisien, dan optimal.

3
BAB II
SEJARAH BAGIAN

A. Sejarah Penyelenggaraan Pendidikan Anestesiologi dan Terapi Intensif


Fakultas Kedokteran Undip

Bagian Anestesiologi FK Undip/RS.Dr.Kariadi dirintis oleh dokter Haditopo


Tjokrohadikusumo, Beliau adalah asisten ahli bedah FK. UGM Yogyakarta. Pada tahun
1956 datang team dari WHO antara lain dr. Rosen Heim dan dr. Wulff yang
menyarankan untuk mengembangkan ilmu anestesi dengan belajar ke negara maju.
Selanjutnya tahun 1958 dr. Haditopo dikirim ke Kopenhagen untuk belajar anestesi dan
mendapat gelar ahli anestesi pada 16 Februari 1961, setelah pulang ke Indonesia
Beliau bertugas di Semarang sebagai Koordinator Anestesi dari Bagian Bedah
RS.Dr.Kariadi.
Sejak tahun 1970 Anestesi secara resmi diakui sebagai cabang ilmu kedokteran
yang berdiri sendiri, maka secara resmi pada tanggal 1 April 1970 terbentuklah Bagian
Anestesi yang berdiri sendiri bukan lagi sebagai subbagian dari ilmu bedah,
dr.Haditopo menjabat sebagai Kepala Bagian yang pertama. Sebagai Kepala Bagian
selanjutnya adalah Dr. Soenarjo (1985–1998), Dr. Marwoto (1998–2004), Dr. Hariyo
Satoto (2005–2014), dr. Heru Dwi Jatmiko (2014–sekarang). Bagian Anestesi FK. Undip
/ RS. Dr. Kariadi diperkuat dengan mengirimkan dokter-dokter untuk tugas belajar,
hasilnya dr. R.Soehartojo mendapat gelar spesialis anestesi dari FK UI tahun 1972,
kemudian dr.Soenarjo mendapat gelar sebagai Anestesiologist & Intensivist dari Institut
Voor Anestahunesiologie, Faculteit Der Geneeskunde, Katahunoleieke Universiteit,
Nijmegen Nederland, 1974.
Meskipun FK Undip baru berdiri pada tahun 1961, tetapi pendidikan dokter
spesialis di Semarang telah dimulai dengan cara magang kepada dokter ahli yang
dianggap senior, sehingga pada tahun 1963 telah dihasilkan ahli bedah, tahun 1967 ahli
syaraf, tahun 1968 ahli penyakit dalam dan tahun 1969 ahli kebidanan, pada waktu itu,
belum ada aturan / tatacara pendidikan dokter spesialis di Indonesia.
Sejak tahun 1970 pendidikan dokter spesialis lebih teratur baik dalam
penerimaan maupun kurikulumnya. Kurikulum diatur oleh Kepala Bagian yang
berhubungan langsung dengan Persatuan Dokter Ahli (Profesi).
Sampai tahun 1978 jumlah lulusan spesialis di Indonesia masih sangat sedikit
sehingga tidak mencukupi kebutuhan, maka perlu diupayakan untuk mengatur
pengadaan dan penyebarannya, untuk itu maka dibuat surat keputusan bersama
Menteri Kesehatan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Menteri Dalam Negeri.
Selanjutnya dikeluarkan peraturan Menteri Pendidikan & Kebudayaan no. 024/DJ/Kep/
1979. Atas dasar peraturan tersebut pendidikan dokter spesialis yang sebelumnya
ditangani oleh Organisasi Profesi menjadi tanggung jawab Departemen Pendidikan &
Kebudayaan.
Secara resmi pendidikan Dokter Spesialis Anestesiologi di Semarang dimulai
sejak tahun 1974, dengan demikian sebagai perintis pendidikan dokter spesialis
anestesi di Semarang adalah dr. Haditopo, dr. R. Suhartojo dan dr. Soenarjo. Pada
waktu itu pendidikan dokter Spesialis Anestesi masih diatur oleh Organisasi Profesi
(Ikatan Ahli Anestesiologi Indonesia). Ketua Program Studi pernah di jabat oleh dr.
Soenarjo (1978 – 1994, dan 1998 – 2004) , dr. Marwoto (1995 – 1998), dr. Uripno
Budiono (2005 – 2014), dan dr. M. Sofyan H (2014–sekarang).
Dengan keluarnya peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1979
tersebut diatas, maka pendidikan dokter Spesialis Anestesi dimasukkan dalam Program
Pendidikan Dokter Spesialis I FK. Undip, meskipun demikian materi dan kurikulumnya
tidak mengalami perubahan.

4
Dasar hukum pendidikan Spesialis Anestesi di FK. Undip makin kuat dengan
ditunjuknya Universitas Diponegoro sebagai penyelenggara pendidikan dokter Spesialis
oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Selanjutnya dikukuhkan dengan Surat
Keputusan Rektor No. 144/SK/PT.09/1980 tentang pembentukan sekolah dokter
spesialis yang meliputi 11 program studi, dimana program pendidikan dokter spesialis
anestesiologi termasuk didalamnya.
Pada waktu itu pendidikan dokter spesialis anestesi ditempuh selama 8 semester
dengan bobot 144 sks. Mengingat kebutuhan dokter spesialis anestesi yang mendesak
dan mengacu pada SK. Mendikbud No. 56/U/1994 pasal 7 tentang pedoman
penyusunan kurikulum pendidikan tinggi dan penilaian hasil belajar, bahwa beban studi
Spesialis I sekurang kurangnya 36 SKS dan sebanyak banyaknya 56 sks yang
dijadwalkan antara 4 – 10 semester sesudah program sarjana. Maka dipandang beban
studi PPDS.I. anestesiologi terlalu banyak , maka dalam Raker IDSAI 1 – 3 Agustus di
Jakarta dibentuk panitia ad.Hoc revisi kurikulum. Hasilnya Katalog 1998, lama studi
dikurangi menjadi 7 semester dengan beban studi antara 98-108 sks, karena untuk
menjadi dokter spesialis anestesi, materinya tidak mungkin dikurangi menjadi 50 SKS.
Pada saat ini pendidikan spesialis anestesiologi FK. UNDIP mengacu pada
katalog 2008 yang merupakan revisi dari katalog 1998 lama studi tetap 7 semester
dengan bobot 103 SKS. Dengan mengikuti program MS biomedik sekaligus, maka
bobot menjadi 118 SKS.Jumlah tenaga pengajar yang semula hanya 3 orang,
mengalami penambahan dari masuknya alumni menjadi tenaga pengajar.
Kwalitasnya juga mengalami peningkatan dengan training dan tugas belajar ke pusat
pendidikan yang lebih maju baik didalam negri maupun di luar negeri.
Pada tgl. 1 Oktober 1979 dr. Haditopo di angkat menjadi Guru Besar
Anestesiologi FK. UNDIP yang I, dimana beliau merupakan guru besar anestesiologi ke
II di Indonesia. Selanjutnya dr. Soenarjo dikukuhkan pula menjadi guru besar
anestesiologi FK. UNDIP yang ke II pada 25 Mei 2004.
Dr. Marwoto adalah lulusan spesialis anestesi yang I di FK. UNDIP, selanjutnya
beliau mengabdi di bidang anestesiologi FK. UNDIPdan dikukuhkan menjadi guru besar
anestesiologi FK. UNDIP yang ke III pada tanggal 3 Maret 2006.
Pada saat ini lulusan spesialisanestesi FK.UNDIP telah lebih dari 100 orang
tersebar diseluruh Indonesia. Salah satunya (Dr. St. Mulyata) menjadi guru besar
anestesiologi FK. UNS yang yang I pada tahun 2005.
Bagian anestesiologi banyak mendukung kemajuan RS.Dr. Kariadi antara lain
dengan didirikannya ICU pada 8 Desember 1975, yang tak lepas dari dukungan
anestesi dengan dr. Soenaryo, SpAn sebagai kepala ICU yang pertama.
Dengan adanya dukungan anestesi juga memungkinkan dilakukan operasi
transplantasi ginjal, kembar siam, tumor hipofise, fossa posterior, epilepsi, moya-moya.
transplantasi hepar, operasi jantung terbuka dan kasus-kasus sulit lainnya.
Bagian Anestesiologi FK. UNDIP / RSUP. Dr. Kariadi juga melakukan pengabdian
kepada masyarakat antara lain kursus-kursus bantuan hidup dasar pada masyarakat,
pengiriman tenaga ke daerah bencana seperti tsunami di Aceh, gempa bumi di
Yogyakarta, operasi bibir sumbing masal, katarak, dan lain-lain di daerah.
Harapan kedepan bagian anestesi FK. UNDIP/RSUP.Dr. Kariadi semakin maju
dan semakin banyak menghasilkan lulusan spesialis anestesi yang berbobot, untuk itu
perlu kerja sama, ketekunan, keuletan, kejelian, saling menghargai, saling isi mengisi
dan saling berkorban baik para staf pengajar, residen maupun para alumni. Dan yang
paling penting jangan lupa semboyan para pendiri negara kita sekalimerdeka tetap
merdeka. Untuk mengisi kemerdekaan marilah kita mencintai produksi dalam negeri
termasuk mencintai dokter anestesi produksi dalam negeri dan para perintis yang telah
bersusah payah dan berkorban untuk memproduksi dokter spesialis anestesi di dalam
negeri.

5
B. Gambaran Umum Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UNDIP

Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UNDIP merupakan salah satu
program studi dari 11 program studi yang dibentuk oleh Universitas Diponegoro melalui
Fakultas Kedokteran melalui SK Rektor Universitas Diponegoro No:
144/SK/PT.09/1980. Sejak saat itu proses pendidikan program Anestesiologi dan Terapi
Intensif berlangsung dengan kurikulum yang teratur dengan sistem perekrutan calon
mahasiswa dan penyebaran dokter lulusannya.
Hingga pada akhir tahun 2015, Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif
FK UNDIP telah meluluskan dokter spesialis Anestesi sebanyak 226 dokter yang
tersebar di seluruh Indonesia, dan beberapa menjadi staf Pengajar di center pendidikan
spesialis Anestesiolgi dan Terapi Intensif. Pada saat ini terdapat 65 orang mahasiswa
yang mengambil spesialisasi Anestesiologi dan Terapi Intensif di Bagian Anestesiologi
dan Terapi Intensif FK UNDIP.
Berdasarkan katalog KATI 2015, kurikulum pendidikan dokter spesialis
Anestesiologi dan Terapi Intensif berubah menjadi 8 semester, dengan beban 120 SKS.
Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UNDIP telah mengadaptasinya
sejak saat itu yang ditujukan kepada mahasiswa nya yang masuk terdaftar mulai tahun
2015.

6
BAB III
VISI, MISI DAN TUJUAN

A. VISI
Visi program studi Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas KedokteranUniversitas
Diponegoro adalah“Program studi Anestesiologi dan Terapi Intensif, FK UNDIP menjadi
pusat pendidikan ilmu pengetahuan dan ketrampilan dalam bidang Anestesi dan terapi
intensif yang diakui dan menjadi panutan di Indonesia.”

B. MISI
Misi program studi Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas KedokteranUniversitas
Diponegoro adalah:
a. Mewujudkan sistem pendidikan dan pengajaran yang bermutu dengan berdasarkan
ilmu dan teknologi kedokteran terkini melalui tahapan pendidikan yang proporsional
berdasarkan kurikulum yang ada.
b. Melaksanakan penelitian yang menghasilkan publikasi, dan ikut menyumbangkan
penemuan dibidang ilmu Anestesi dan Terapi Intensif, yang bermanfaat bagi
praktek kedokteran dan bagi masyarakat.
c. Melaksanakan pengabdian sesuai dengan kebutuhan masyarakat dengan
kemampuan pengetahuan dan ketrampilan dalam bidang Anestesi dan Terapi
Intensif.
d. Melaksanakan manajemen internal berdasar Tata Kelola Organisasi yang baik dan
akuntabilitas keuangan.
e. Meningkatkan entrepreneurship berdasarkan pemikiran yang inovatif dan kreatif
agar lulusannya mampu bersaing di pasar lokal, regional dan Internasional.
Penjabaran dari misi program studi merupakan pelaksanaan dari empat
misiFakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, empat misi Universitas Diponegoro
dan tiga misi RSUP Dr. Kariadi Semarang. Intisari dari misi tersebut adalah peningkatan
kemampuan melalui proses pendidikan dan penelitian,dan memenuhi kebutuhan
masyarakat dalam pengembangan pelayanan danpengabdian, terutama peningkatan
intensitas penelitian dan publikasi ilmiah sehingga dapat mencapai taraf unggul dalam
bidang riset.

C. TUJUAN
Tujuan Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif FakultasKedokteran
Universitas Diponegoro merujuk pada tujuan dari FakultasKedokteran Universitas
Diponegoro dan RSUP Dr. Kariadi Semarang, danmerupakan penjabaran dari misi
program studi. Rumusan dari tujuan programstudi Anestesiologi dan Terapi Intensif
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro dijabarkan menjadi Tujuan Umum dan
Tujuan Khusus. Tujuan program studiadalah sebagai berikut:
Tujuan Umum
Mendidik dan melatih dokter menjadi dokter spesialis anestesi yang mempunyai
keahlian klinis, kemampuan akademik dan kualitas profesional.
a. Keahlian klinis merupakan kemampuan penerapan proses klinis yang mencakup
pengetahuan dan ketrampilan.
b. Kemampuan akademik adalah kemampuan untuk belajar mandiri, melakukan
penelitian, mengajarkan apa yang dikuasainya dan dapat melakukan komunikasi
secara efektif.
c. Kualitas professional meliputi rasa tanggung jawab, dapat bekerja sama dengan
baik, bersikap sesuai etika dan selalu mengembangkan pengetahuan dan
ketrampilan.

7
Tujuan Khusus
Menerapkan pola pendidikan dokter spesialis anestesi sesuai kurikulum yang
ditetapkan kolegium Anestesi dan Terapi Intensif, sehingga dihasilkan lulusan yang
terstandar, sesuai kebutuhan pelayanan anestesi di seluruh Indonesia.

8
BAB IV
ANALISIS LINGKUNGAN

A. Internal
a. Kekuatan
 Mampu laksana visi dan misi
 Termasuk pusat pendidikan anestesi yang didirikan awal di Indonesia
 Penyelenggaraan rapat staf rutin setiap minggu dalam rangka evaluasi
organisasi dan proses pendidikan
 Perencanaan yang baik dalam pengembangan staf
 Rata-rata lulusan sesuai dengan masa studi
 Prestasi peserta didik dalam lomba ilmiah di tingkat nasional cukup banyak
 Aktivitas soft skill cukup bervariasi
 Fasilitas rumah sakit yang lengkap dan variasi kasus yang cukup untuk
memenuhi target kompetensi peserta didik
 Program studi masih memiliki hak penuh untuk menentukan kelulusan calon
peserta didik
 Tingkat pendidikan staf di tiap divisi sudah memenuhi syarat
 Kurikulum yang sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan dan Standar
Kompetensi Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif
 Proses continuing medical education didukung dengan berlangganan jurnal
internasional
 Sarana dan prasarana cukup memadai untuk menunjang pembelajaran
 Perencanaan dan penggunaan anggaran telah dilakukan secara transparan
dan akuntabel
 Kerjasama dengan RS afiliasi dan satelit memberikan kesempatan pendidikan
dan lahan pengalaman untuk peserta didik
b. Kelemahan
 Belum semua staf dan peserta didik memahami visi dan misi
 Keterwakilan dalam penyusunan visi dan misi belum sempurna
 Arsip dan administrasi mengenai dokumen pendukung kepegawaian dosen
belum optimal
 Sistem pelimpahan wewenang belum berjalan optimal
 Belum memiliki penjaminan mutu yang baik
 Pengkajian umpan balik dari dosen, alumni dan peserta didik belum optimal
 Evaluasi mengenai daya tampung yang sesuai dengan jumlah dan jenis
kasus serta staf pengajar belum ada
 Belum ada keseragaman kriteria penerimaan calon PPDS antara kolegium
dan universitas
 Prestasi PPDS di tingkat internasional belum ada
 Pelayanan bimbingan konseling belum intens
 Perencanaan pengembangan staf terkadang meleset dari target waktu
 Sistem rekam jejak kinerja dosen belum dilaksanakan dengan optimal
 Belum semua staf mengikuti pelatihan kompetensi sebagai pengajar
 Jumlah staf guru besar masih sedikit
 Aktivitas akademik dosen di rumah sakit afiliasi masih rendah
 Bukti rotasi dan tahapan PPDS belum ada
 Kepatuhan peserta didik untuk mengisi logbook dengan teratur masih rendah
 Banyak dosen yang merangkap jabatan sehingga tugas pendidikan belum
bisa optimal

9
 Kajian holistik mengenai peserta didik, stase, jumlah kasus dan waktu masa
studi belum optimal
 Pengawasan terhadap aktivitas ilmiah peserta didik masih kurang
 Inventaris sarana dan prasarana masih kurang baik
 Belum ada sistem informasi yang baik
 Penelitian staf secara mandiri masih kurang
 Kerjasama dengan lembaga penelitian dan pengembangan nasional dan
internasional belum ada
 Publikasi ilmiah di tingkat internasional masih kurang
 Dana penelitian dari fakultas dan rumah sakit beum terserap optimal
 Staf yang memiliki HAKI tidak ada

B. Eksternal
a. Peluang
 Dukungan rumah sakit pendidikan utama yang sudah terakreditasi
internasional
 Letak geografis yang menguntungkan sebagai sarana rujukan dan
kemudahan transportasi
 Rumah sakit pendidikan utama sudah terakreditasi WBK dan WBBM
 Hubungan yang baik dan kemudahan koordinasi dengan organisasi profesi
 Partisipasi dalam acara fakultas dalam bentuk open house sangat optimal
dan menyumbang prestasi
 Perhatian alumni terhadap almamater yang diwadahi ikatan alumni cukup
tinggi
 Program pemerintah mendukung peningkatan jumlah spesialis dalam rangka
pemenuhan kebutuhan nasional
 Kebutuhan terhadap dokter spesialis anestesi dan terapi intensif cukup tinggi
 Tingkat kepuasan pengguna alumni cukup tinggi
 Kegiatan scientific fair di fakultas yang memfasilitasi keberadaan program
studi anestesiologi
 Program beasiswa pendidikan untuk peningkatan kompetensi staf pengajar
tersedia dari Fakultas/ Universitas/ Rumah Sakit
 Rumah sakit pendidikan utama menyediakan dana untuk kursus/ simposium
bagi staf pengajar
 Tersedia panduan nasional dalam rangka mendukung pencapaian dan
keseragaman kompetensi peserta didik
 Fasilitas pembelajaran di rumah sakit pendidikan utama (IBS, ICU, IGD, dll)
yang memadai untuk penunjang proses pembelajaran
 Rumah sakit pendidikan utama sudah terakreditasi internasional
 Mengelola dan menerbitkan jurnal anestesi yang terakreditasi nasional
 Ketersediaan rumah sakit dan afiliasi yang dilindungi dengan MoU
 Mengelola dan menerbitkan jurnal anestesi yang terakreditasi nasional
 Pengembangan diri dalam hal penelitian didukung visi universitas untuk
menjadi universitas riset
 Banyaknya event dan lomba penelitian di tingkat nasional dan internasional
(KONAS, PIT, Indoanesthesia, dll)
b. Ancaman
 Ketidakpastian dalam hal kebijakan pemerintah di bidang pendidikan dan
kesehatan
 Ketidakpastian dalam hal kebijakan direktur rumah sakit mengenai
kepemimpinan organisasi
 Koordinasi dengan Fakultas dan Rumah Sakit belum optimal

10
 Makin banyak lulusan dokter spesialis anestesi dari luar negeri yang masuk
ke Indonesia
 Latar belakang peserta didik sangat heterogen
 Perubahan sistem pendidikan Sp-2 dapat menghambat pengembangan karir
akademik dosen
 Penghargaan untuk beban kerja pendidikan dosen masih kurang
 Perubahan kurikulum dan masa studi membutuhkan adaptasi
 Jadwal kegiatan akademik dan pelayanan belum terkoordinasi dengan baik
 Daya serap terhadap dana untuk mendukung penyelenggaraan pendidikan
masih rendah
 Prosedur pengajuan sarana prasarana membutuhkan waktu yang lama
 Pencatatan dan tata kelola pasien di rumah sakit pendidikan belum secara
optimal untuk mendukung penelitian

C. Isu Strategis
a. Dosen yang mampu dan berkualitas tinggi
b. Publikasi, riset dan penelitian yang unggul
c. Lulusan yang unggul, bermoral dan memiliki mental yang baik
d. Pemerataan dan kepuasan pelayanan anestesiologi dan terapi intensif di
Indonesia

D. Sasaran Strategis
Secara umum, sasaran yang ingin dicapai oleh program studi anestesiologi
dan terapi intensif adalah dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas dalam kurun
waktu yang tepat sesuai dengan capaian pembelajaran dan kompetensi akhir
lulusan, sehingga meningkatkan daya saing lulusan secara nasional. Meningkatnya
pengabdian kepada masyarakat, kualitas riset, dan publikasi ilmiah.
a. Terwujudnya peningkatan kemampuan dosen dalam proses pembelajaran,
penelitian dan penulisan karya tulis imiah, serta dalam proses pelayanan dan
pengabdian kepada masyarakat.
b. Terwujudnya sistem tata kelola yang efektif, efisien dan profesional.
c. Terwujudnya pendidikan yang menghasilkan lulusan unggul, bermoral dan
inovatif.
d. Terwujudnya peningkatan kualitas dan kuantitas penulisan karya ilmiah.
e. Terwujudnya publikasi nasional dan internasional hasil penelitian dan karya
ilmiah
f. Terwujudnya peningkatan kualitas pelayanan, dan peningkatan serta
publikasi pengabdian kepada masyarakat
g. Terwujudnya kepuasan stakeholder karena kualitas lulusan terkemuka di
Indonesia
h. Terwujudnya kepuasan stakeholder karena kualitas pelayanan dan
pengabdian kepada masyarakat terkemuka di Indonesia.

E. Langkah Pencapaian
a. Terwujudnya peningkatan kemampuan dosen dalam proses pembelajaran,
penelitian dan penulisan karya tulis imiah, serta dalam proses pelayanan dan
pengabdian kepada masyarakat dengan mencapai:
 Jumlah dosen dengan pendidikan profesi terakhir SP-2 sebanyak 18 orang
dalam 2 tahun ke depan
 Jumlah dosen dengan pendidikan akademik terakhir S3 sebanyak 7orang
dalam 2 tahun ke depan

11
 Jumlah pelatihan/pendidikan formal/non-formal dosen di luar negeri sebanyak
16 kali dalam 2 tahun ke depan,
 Jumlah Publikasi Nasional dosen sebanyak 18 jurnal dalam 2 tahun ke depan
 Jumlah penelitian dosen sebanyak 26 penelitian dalam 2 tahun ke depan
 Jumlah Publikasi Internasional dosen sebanyak 2 artikel dalam 2 tahun ke
depan.
 Jumlah kegiatan bakti social dosen sebanyak 24 kali dalam 2 tahun ke
depan.
b. Terwujudnya sistem tata kelola yang efektif, efisien dan professional.
 Tingkat ketersediaan sarana dan prasarana pelayanan dan berfungsi baik
dalam 2 tahun ke depan
 Sistem infrormasi administrasi dan kemahasiswaan yang mumpuni dalam
satu tahun ke depan.
c. Terwujudnya pendidikan yang menghasilkan lulusan unggul, bermoral dan
inovatif
 Mampu menorehkan prestasi ilmiah mahasiswa sebanyak 4 presasi dalam 2
tahun ke depan
 Jumlah mahasiswa yang terlibat dalam kegiatan pengabdian kepada
masyarakat sebanyak 24 orang setiap satu tahun
 Peningkatan soft skill ( olahraga dan kegiatan rohani) yang terselenggara
secara rutin
d. Terwujudnya peningkatan kualitas dan kuantitas penulisan karya ilmiah
 Jumlah penelitian dosen dan / atau mahasiswa sebanyak 38 penelitian dalam
2 tahun ke depan
 Jumlah penulisan karya ilmiah dosen dan/ atau mahasiswa sebanyak 45
karya ilmiah dalam 2 tahun ke depan.
e. Terwujudnya publikasi nasional dan internasional hasil penelitian dan karya
ilmiah
 Jumlah penelitian dan publikasi karya ilmiah Nasional sebanyak 18 buah
dalam 2 tahun ke depan
 Jumlah penelitian dan publikasi karya ilmiah Internasional sebanyak 2 buah
dalam 2 tahun ke depan
f. Terwujudnya peningkatan kualitas dan kuantitas pengabdian kepada
masyarakat.
 Frekuensi pengabdian masyarakat minimal terselenggara 24 kali dalam 2
tahun kedepan.
g. Terwujudnya kepuasan stakeholder karena kualitas lulusan terkemuka di
Indonesia
 Angka kelususan first taker sebanyak 100% dalam 2 tahun ke depan
 Jumlah lulusan yang berprestasi unggul (Softskill: tracer study dan hardskill:
IPK) sebanyak> 25% lulusan dalam 2 tahun ke depan.
h. Terwujudnya kepuasan stakeholder karena kualitas pelayanan dan pengabdian
kepada masyarakat terkemuka di Indonesia.
 Jumlah pelatihan dan pembinaan di RS jejaring dan daerah sebanyak 5
pelatihan dalam 2 tahun ke depan.

12
BAB V
PENUTUP

Renstra Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif 2016 – 2020


merupakan peta utama perjalanan Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif
FKUNDIP dalam lima tahun ke depan sejak renstra ditetapkan. Sehingga Renstra ini
diharapkan dapat menjadi acuan semua anggota Civitas Akademika Program Studi
Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UNDIP dalam menjalankan tugas tridharma
perguruan tinggi: Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian masyarakat.
Apabila terjadi perubahan lingkungan strategis yang menuntut penyesuaian
berupa rencana dan strategi, Ketua Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif
FK UNDIP wajib mendapat persetujuan dari rapat pimpinan dan seluruh staf Bagian
Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UNDIP sebelum perubahan tersebut
dilaksanakan. Kepala Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UNDIP
wajib mengajukan rencana perubahan implementasi Renstra secara proaktif kepada
Kepala Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UNDIP.
Usaha dan partisipasi civitas akademika telah diikutsertakan dalam usaha
menyusun renstra ini.Namun demikian tidak menutup kemungkinan terdapatnya
kekurangan didalamnya. Kerjasama dan partisipasi aktif dari seluruh komponen
dalam melaksanakan Renstra ini diharapkan mampu membawa Program Studi
Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UNDIP rmencapai sasaran yang ditetapkan.

13

Anda mungkin juga menyukai