Anda di halaman 1dari 31

Manajemen Pemerintahan Daerah

Perencanaan Penganggaran
adalah proses menentukan merupakan bagian dari proses
tindakan masa depan yang tepat,  perencanaan, yang meliputi langkah‐
melalui urutan pilihan, dengan langkah pengalokasian sumber daya
memperhitungkan sumber daya keuangan untuk mencapai tujuan‐tujuan
yang tersedia yang ditetapkan.

A. GOOD GOVERNANCE DAN AUNTABILITAS


1. Karakteristik Good Governance
a. Transparan, mengindikasikan adanya kebebasan dan kemudahan dalam memperoleh
informasi yang akurat dan memadai bagi mereka yang memerlukan. Informatif, mutakhir,
dapat diandalkan, mudah diperoleh, dan dimengerti adalah beberapa parameter yang
digunakan untuk mengecek keberhasilan tranparansi.
b. Akuntabel, di mana semua pihak (baik pemerintah, swasta, dan masyarakat) harus
mampu memberikan pertanggungjawaban atas mandat yang diberikan kepadanya. Secara
umum organisasi atau institusi harus akuntabel kepada mereka yang terpengaruh oleh
keputusan atau aktivitas yang dilakukan institusi
c. Adil, dalam arti terdapat jaminan bagi masyarakat untuk mendapatkan pelayanan dan
kesempatan yang sama dalam menjalankan kehidupan. Sifat adil ini diperoleh dari aspek
ekonomi, sosial, dan politik. Adil juga berarti terdapat jaminan akan kesejahteraan di
mana semua anggota masyarakat merasa bahwa mereka memiliki hak dan tidak merasa
diasingkan dari kehidupan bermasyarakat.

1
d. Wajar, dalam arti jaminan pemerintah terhadap pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat
(standar). Hal ini menyiratkan bahwa semua kelompok, terutama kelompok yang lemah,
memiliki kesempatan untuk meningkatkan kesejahteraan
e. Demokratis, dalam arti terdapat jaminan kebebasan bagi setiap individu untuk
berpendapat/mengeluarkan pendapat serta ikut dalam kegiatan pemilihan umum yang
bebas, langsung, dan jujur.
f. Partisipatif, dalam arti terdapat jaminan kesamaan hak bagi setiap individu dalam
pengambilan keputusan (baik secara langsung maupun melalui lembaga perwakilan).
g. Tanggap/peka/responsif, yang berarti bahwa dalam melaksanakan kepemerintahan
semua institusi dan proses yang dilaksanakan pemerintah harus melayani semua
stakeholders secara tepat, baik, dan dalam waktu yang tepat (tanggap terhadap kemauan
masyarakat).
Good governance adalah strategi untuk menciptakan institusi masyarakat yang kuat, dan juga
untuk membuat pemerintah/publik sektor semakin terbuka, responsif, akuntabel, dan
demokratis.
good governance sangat berperan dalam pencegahan dan pemberantasan praktik‐praktik
KKN. Hal ini berarti bahwa adanya good governance membuat penyalahgunaan fasilitas publik
untuk kepentingan pribadi dapat dihindarkan semaksimal mungkin
2. Konsep Akuntabilitas

akuntabilitas adalah kemampuan seseorang atau organisasi atau penerima amanat untuk
memberikan jawaban kepada pihak yang memberikan amanat atau mandat tersebut.

Mekanisme akuntabilitas meliputi beberapa aspek, yaitu siapa yang harus melakukan
akuntabilitas, kepada siapa akuntabilitas ini dilakukan, untuk apa akuntabilitas dilakukan, dan
bagaimana proses akuntabilitas dilaksanakan. Mekanisme akuntabilitas ini bervariasi dan
ditentukan oleh keputusan atau aktivitas yang dilakukan suatu organisasi, mengikat organisasi
secara internal atau mengikat secara eksternal.

Kepada siapa kita harus bertanggung jawab, tergantung pada siapa yang memberi mandat
dan seberapa besar berbagai tindakan yang kita lakukan memengaruhi orang lain.

3. Kebijakan Akuntabilitas di Indonesia

Sebagai suatu sistem, SAKIP terdiri dari komponen‐komponen yang merupakan satu kesatuan,
yakni perencanaan kinerja, pengukuran dan evaluasi kinerja, serta pelaporan kinerja.
Komponen dalam SAKIP menceminkan semua proses yang ada dalam manajemen kinerja. 

Sistem AKIP harus dapat menggambarkan kinerja instansi pemerintah yang sebenarnya,
secara jelas (berdasar data yang tepat dan akurat), dan transparan kepada publik dan pihak‐
pihak yang berkepentingan/stakeholders, mengenai kemampuan (keberhasilan atau
kegagalan) setiap pimpinan instansi pemerintah/unit kerja dalam melaksanakan misi, tugas
pokok, fungsi, dan kewenangannya.

2
B. PERENCANAAN KINERJA
Perencanaan strategis merupakan langkah awal yang harus dilakukan oleh instansi pemerintah
agar mampu menjawab tuntutan lingkungan strategis lokal, nasional, dan global.

Penjelasan :
PENYUSUNAN RENSTRA – RENJA – PERJANJIAN KINERJA/KONTRAK KINERJA – PENGUKURAN
KINERJA => LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI (LAKIP)

 penyusunan perencanaan strategis (RENSTRA) yang meliputi penetapan visi, misi, tujuan
dan sasaran, serta strategi yang akan digunakan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang
ditetapkan
 RENSTRA dijabarkan dalam perencanaan kinerja tahunan (RENJA)
 Rencana kinerja (RENJA) ini mengungkapkan seluruh target kinerja yang ingin dicapai
(output/outcome) dari seluruh sasaran strategis dalam tahun yang bersangkutan serta
strategi untuk mencapainya. Rencana kinerja ini merupakan tolok ukur yang akan
digunakan dalam penilaian kinerja penyelenggaraan pemerintah untuk suatu periode
tertentu.
 Setiap tahun juga disusun dokumen penetapan kinerja atau kontrak kinerja, yang berisikan
sasaran berupa outcome dan output yang harus dicapai dalam periode satu tahun
anggaran.
 Setelah rencana kinerja ditetapkan, tahap selanjutnya adalah  pengukuran kinerja.
 Pada akhir suatu periode, capaian kinerja tersebut dilaporkan kepada pihak yang
berkepentingan atau yang meminta dalam bentuk Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (LAKIP).

3
1. Perencanaan

Perencanaan

UU 25/2004 Suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan


(Sistem yang tepat, melalu urutan pilihan, dengan
Perencanaan memperhitungkan sumber daya yang tersedia
Pembangunan
Nasional)

Perencanaan melibatkan aspirasi semua pihak pemangku kepentingan pembangunan


(stakeholders) baik masyarakat, pemerintah daerah itu sendiri, dan pemerintah yang lebih
tinggi (propinsi dan pusat) yang dilakukan melalui forum musyawarah perencanaan
pembangunan (musrenbang).
Perencanaan daerah disusun dalam spektrum
jangka panjang (20 tahun) yang disebut RPJPD (rencana pembangunan jangka panjang
daerah);
jangka menengah (5 tahun) yang disebut RPJMD (rencana pembangunan jangka menengah
daerah);
jangka pendek (satu tahun) yang disebut RKPD (rencana kerja pembangunan daerah.

RKPD Penjabaran dari RPJM Daerah dan mengacu pada RKP

Memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan daerah, rencana


kerja, dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah maupun
yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat

2. Perencanaan Jangka Panjang

RPJP

memuat visi, misi, dan arah pembangunan daerah yang mengacu pada RPJP nasionaL

4
RPJP Daerah digunakan sebagai acuan dalam Menyusun RPJMD Daerah untuk setiap jangka
waktu 5 tahunan.

Sistematika penulisan RPJPD, paling sedikit mencakup pendahuluan, gambaran umum kondisi
daerah, analisis isu‐isu strategis, visi dan misi daerah, arah kebijakan, dan kaidah pelaksanaan.

3. Perencanaan Jangka Menengah

RPJM
 merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program kepala daerah
 yang penyusunannya berpedoman pada RPJP daerah dan memerhatikan RPJM
nasional,
 memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah,
kebijakan umum, dan program satuan kerja perangkat daerah, lintas satuan
kerja perangkat daerah, dan program kewilayahan disertai dengan rencana‐
rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat
indikatif.

Untuk tingkat SKPD, rencana pembangunan jangka menengah satuan kerja perangkat
daerah, yang selanjutnya disebut Renstra‐SKPD, adalah dokumen perencanaan satuan kerja
perangkat daerah untuk periode 5 (lima) tahun.

RPJMD merupakan dokumen perencanaan strategis bagi pemerintah daerah untuk jangka
waktu satu periode kepemimpinan kepala daerah dan Renstra SKPD merupakan dokumen
perencanaan strategis untuk jangka waktu 5 tahun.

Perencanaan strategis merupakan proses yang sistematis dalam membuat keputusan untuk
masa yang akan datang yang penuh risiko, dengan memanfaatkan sebanyak‐ banyaknya
pengetahuan antisipatif, mengorganisasikan secara sistematis usaha‐usaha melaksanakan
keputusan tersebut, dan mengukur hasilnya melalui umpan balik yang sistematis.

Komponen Renstra dalam SAKIP meliputi:


(1) pernyataan visi dan misi;
(2) perumusan tujuan dan sasaran beserta indikator kinerja;
(3) uraian tentang cara mencapai tujuan dan sasaran (strategi) yang dijabarkan kedalam
kebijakan dan program.

5
Uraian secara singkat mengenai analisis strategis (analisis SWOT), visi, misi, tujuan, sasaran,
strategi mencapai tujuan dan sasaran adalah sebagai berikut. 
a. Analisis Strategi
3 langkah penting dalam pembuatan pengarahan strategi;
1. Pencermatan lingkungan startegi, untuk mengenali kekuatan dan kelemahan internal
organisasi dan memahami peluang dan tantangan eksternal organisasi
2. Faktor – factor kunci keberhasilan (Critical Success Factors/CSFs)
3. Analisis (hasil CSFs) sesuai kondisi dan kebutuhan organisasi
b. Visi
Visi harus mampu memberikan gambaran tentang area kerja suatu organisasi

c. Misi
Misi adalah sesuatu yang harus diemban oleh organisasi sebagai penjabaran dari visi.

d. Tujuan
Tujuan adalah sesuatu yang harus dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu tertentu.
Pencapaian tujuan merupakan ukuran dari keberhasilan kinerja faktor‐faktor kunci
keberhasilan suatu organisasi.

e. Sasaran
Sasaran adalah hasil yang akan dicapai secara nyata oleh organisasi, gambaran hal yang
ingin diwujudkan organisasi melalui tindakan‐tindakan guna mencapai tujuan.

karateristik yang harus dipenuhi dalam penyusunan sasaran adalah SMART (specific,
measurable, aggressive and attainable, result‐oriented, timebound).

1) Specific, sasaran harus spesifik karena merupakan panduan dalam organisasi dalam
melakukan tugasnya.
2) Measurable, sasaran harus dapat diukur. Sasaran tersebut merupakan standar yang
dapat dipakai untuk mengukur keberhasilan kinerja organisasi. Dimensi yang dapat
diukur antara lain dimensi kuantitas, kualitas, waktu, tempat, anggaran, maupun
penanggung gugat.
3) Aggressive and attainable, sasaran harus jelas, menantang, dan dapat dicapai atau
diwujudkan.
4) Results–oriented, sasaran harus mencerminkan dan mampu menyepesifikasikan hasil
yang ingin dicapai.
5) Timebound, sasaran harus memiliki jangka waktu yang jelas dan jangka pendek.

f. Strategi (Cara Mencapai Tujuan dan Sasaran)

Strategi tidak bersifat statis melainkan dinamis. Strategi atau cara mencapai tujuan dan
sasaran dituangkan dalam kebijakan dan program dalam kurun waktu 5 (lima) tahun.
Jabaran dari strategi adalah kebijakan dan program.

6
4. Perencanaan Kinerja Tahunan

RKPD
 merupakan penjabaran perencanaan strategis dalam target‐target tahunan yang
cukup terinci
 penghubungan RENSTRA dengan kebutuhan anggaran yang diperlukan untuk
mencapai tujuan organisasi.
 Mengandung => instansi pemerintah harus merencanakan (program, kegiatan)
dan hasil (outcome, output)
 dokumen perencanaan 1 tahun
 acuan penyusunan dokumen Kebijakan Umum Anggaran (KUA) dan Prioritas dan
Plafon Anggaran Sementara (PPAS)

Renja
SKPD
 Dokumen perencanaan tingkat SKPD
 Periode 1 tahun

a. Renja Kinerja Tahunan

 Berisi informasi dalam bentuk formulir Rencana Kinerja Tahunan (RKT),


mengenai;
1. Sasaran, indicator, dan terget yang akan dicapai
2. Program yang akan dilaksanakan
3. Kegiatan, indicator kinerja, dan target yang diharapkan

b. Penetapan Kinerja/Perjanjian Kinerja (Kontrak Kerja)

 Dokumen pernyataan/kesepakatan/perjanjian kinerja untuk mewujudkan target


kinerja
 Menggambarkan capaian kinerja yang akan diwujudkan

c. Penentuan Indikator Kinerja Utama

 Penggunaan IKU (Indikator Kinerja Utama) menjadi ukuran keberhasilan kinerja.


7
d. Hubungan Indikator Kinerja Utama dengan Indikator Kinerja Kunci

 IKK ditetapkan untuk setuap urusan yang dilaksanakan setiap daerah, berdasar
standar pelayanan minimal
 IKU ditetapkan oleh organisasi untuk mengukur keberhasilan organisasi dalam
pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi

C. PENGANGGARAN
1. Pengertian
Anggaran pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana keuangan tahunan pemda
yang disetujui DPRD.

Penerimaan dan pengeluaran daerah tugas desentralisasi dicatat dan dikelola dalam APBD
Penerimaan dan pengeluaran daerah tugas dekonsentrasi/tugas pembantuan tidak dicatat
dalam APBD.

Tahun Anggaran APBD ( 1 Januari s/d 31 Desember)

2. Fungsi Anggaran daerah

a. Fungsi Otorisasi
3. (APBD merupakan dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada
tahun bersangkutan)
Prinsip
b. Fungsi Perencanaan
(APBD merupakan pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan
pada tahun bersangkutan)

c. Fungsi Pengawasan
(APND menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan
pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan)

d. Fungsi Alokasi
(APBD diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber
daya, meningkatkan efisiensi, dan efektivitas pereknonomian)

e. Fungsi Distribusi
(APBD harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.

f. Fungsi Stabilisasi
(APBD harus menjadi alat memelihara dan mengupayakan keseimbangan
fundamental perekonomian)

Penyusunan Anggaran Daerah


a. Kesatuan : disajikan dalam satu dokumen anggaran

8
b. Universalitas : ditampilkan secara utuh dalam dokumen anggaran
c. Tahunan : masa berlakunya aggaran untuk satu tahun tertentu
d. Spesialitas : disediakan terinci secara jelas peruntukannya
e. Akrual : anggaran dibebani untuk penerimaan yang seharusnya dibayar, atau
menguntungkan penerimaan yang seharusnya diterima

f. Kas : anggaran suatu tahun anggaran dibebani pada saat terjadi


pengeluaran/penerimaan uang dari/ke kas daerah.
4. Pendekatan dalam Penyusunan Anggaran
a. Pendekatan Penganggaran Terpadu
b. Pendekatan Penganggaran Berbasis Kinerja
c. Pendekatan Penganggaran dengan Perspektif Jangka Menengah.

5. Struktur APBD
a. Pendapatan Daerah
b. Belanja Daerah
c. Pembiayaan
Selisih lebih pendapatan dearah terhadap belanja daerah disebut SURPLUS ANGGARA,
tetapi apabila terjadi selisih kurang makan hali itu disebut DEFISIT ANGGARAN.

6. Siklus Anggaran
a. Penyusunan dan penetapan APBD;
b. Pelaksanaan dan penatausahaan APBD;
c. Pelaporan dan pertanggungjawaban APBD

- Penyusunan APBD berpedoman pada Rencana Kerja PEMDA

7. Penyusunan Rancangan APBD

9
a. Rencana KERJA Pemerintah Daerah (RKPD)

 memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan


dan kewajiban daerah,
 disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan.
 Penyusunan RKPD diselesaikan paling lambat akhir bulan Mei sebelum
tahun anggaran berkenaan.
 RKPD ditetapkan dengan peraturan kepala daerah.

b. Kebijakan Umum APBD, Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara

 RKPD ditetapkan,
 pemerintah daerah menyusun kebijakan umum APBD (KUA) serta prioritas dan
plafon anggaran sementara (PPAS), yang menjadi acuan bagi SKPD dalam
menyusun rencana kerja dan anggaran (RKA) SKPD.
 Rancangan KUA memuat target pencapaian kinerja yang terukur dari program‐
program yang akan dilaksanakan oleh pemerintah daerah, untuk setiap urusan
pemerintahan daerah yang disertai dengan proyeksi pendapatan daerah, alokasi
belanja daerah, sumber dan penggunaan pembiayaan yang disertai dengan asumsi
yang mendasarinya.
 Dalam menyusun rancangan KUA, kepala daerah dibantu oleh tim anggaran
pemerintah daerah (TAPD) yang dipimpin oleh sekretaris daerah. Rancangan KUA
yang telah disusun, disampaikan oleh sekretaris daerah selaku koordinator10
pengelola keuangan daerah kepada kepala daerah, paling lambat pada awal bulan
Juni.  
 Rancangan KUA dan rancangan PPAS disampaikan kepala daerah kepada DPRD
c. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran SKPD

 Berdasar nota kesepakatan, TAPD menyiapkan rancangan surat edaran


kepala daerah tentang pedoman penyusunan RKA SKPD .
 Surat Edaran diterbitkan paling lambat awal bulan agustus tahun berjalan.
 Penyusunan RKA SKPD memperhatikan; indikator kinerja , capaian atau
target kinerja, analisis standar belanja, standar satuan harga, dan
standar pelayanan minimal.

d. Penyiapan Raperda APBD

 Pembahasan oleh TAPD untuk menelaah keseuaian RKA dengan KUA, PPA
 Rancangan peraturan Daerah sebelum disampaikan kepada DPRD, lenih
dulu disosialisasikan kepada masyarakat.

e. Penyampaian dan Pembahasan Raperda APBD

 Kepala daerah menyampiakan raperda kepada DPRD paling lambat


minggu pertama bulan oktober tahun anggaran sebelumnya.
 Pengambilan keputusan Bersama DPRD dan kepala daerah dilakukan
paling lama satu bulan sebelum tahun anggaran bersangkutan
dilaksanakan.

f. Evaluasi Raperda APBD dan Rancangan Peraturan Kepala Daerah APBD

 Evaluasi untuk mencapai kserasian antara kebijakan daerah dan kebijakan


nasional, kepentingan publik dan aparatur,
 Hasil evaluasi dituangkan dalam keputusan Mendagri dan disampiakan
kepada gubernur paling lama 15 hari kerja sejak diterima rancangan;

11
g. Penetapan Perda APBD

 Penetapan dilakukan paling lambat 31 desember tahun sebelumnya.


 Penyampaian Perda kepada Mendagri oleh Kepala Daerah (Provinsi), atau
gubernur oleh Kabupatene/Kpta, paling lambat 7 hari kerja setelah
h. ditetapkan.
Dokumen
Pelaksanaan Anggaran (DPA)

 Rancangan DPA memuat rincian tentang sasaran yang hendak dicapai,


program dan kegiatan yg direncanakan, anggaran yang tersedia untuk
mencapai sasaran, rencana penarikan dana, serta pendapatan yang
diperkirakan.
 DPA menginformasikan lokasi , sumber dana, dan jumlah anggaran
pelaksanaan kegiatan
 Khusus belanja langsung, yaitu dengan memberikan informasi alamat
pelaksanaan kegiatan, asal sumber dana, dan jumlah anggara.

12
i. Anggaran Kas PEMDA dan SKPD

 Berperan untuk menjamin ketersediaan dana , sehingga pelaksanaan


program/kegiatan berjalan lancer sesuai jadwal dan target kinerja.
 Menggambarkan rencana penerimaan dan pengeluaran selama 1 periode
anggaran ( 1 Januari s/d 31 Desember)
 Anggaran Kas dibuat oleh PPKD selaku Bendahara Umum Daerah (BUD)
dan SKPD.
Langkah
1. Kepala SKPD Menyusun anggaran kas
2. Menyerahkan kepada PPKD Bersama rancangan DPA-SKPDselaku BUD
paling lambat 6 hari kerja setelah pemberitahuan.
3. PPKD mengotorisasi rancangan DPA dan anggaran kas
4. Diserahkan kepada TAPD
5. TAPD memverifikasi rancangan anggaran kas dengan rancangan DPA
dan RKA, berdasarkan Perkada paling lambat 15 hari kerja sejak
ditetapkan Perkada Penjabaran.
6. TAPD menyerahkan rancangan DPA yang lolos verifikasi kepada SEKDA
untuk disetujui, dan rancangan anggaran kas yang lolos verifikasi
kepada PPKD.
7. PPKD Menyusun dan mengonsolidasi rancangan anggaran kas SKPD
menjadi anggaran kas pemda. 13
j. Perubahan APBD

 Perubahan APBD dibahs Bersama oleh DPRD dan PEMDA.


 Perubahan APBD hanya dilakukan satu kali dalam satu tahun anggaran,
kecuali dalam keadaan luar biasa.
 Pemda mengajukan rancangan Perda untuk mendapatkan persetujuan
DPRD
 Persetujuan DPRD selambatnya 3 bulan sebelum tahun anggaran berakhir.

k. Anggaran Berbasis Kinerja

 Rencana keuangan tahunan Pemda yang disusun berdasarkan


keluaran/hasil dari kegiatan/program dengan kuantitas dan kualitas yang
terukur.
 Memungkinkan Pemda untuk melakukan pengukuran efisiensi
penggunaan sumber daya keuangan suatu program/kegiatan dengan
menghitung rasio efisiensi dana.

D. PENGORGANISASIAN

proses penentuan, pengelompokan dan pengaturan bermacam aktivitas yang


diperlukan untuk mencapai tujuan, menempatkan sumber daya manusia pada
setiap aktivitas, menyediakan sarana dan prasarana yang di[erlukan, menetapkan
wewenang yang diperluka dalam melakukan aktivitas tersebut.

A. Pengorganisasian Pelaksanaan Tugas dan Fungsi.


1. Pengertian Pemerintah Daerah

penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas‐luasnya dalam sistem
dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang‐
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Gubernur

PEMDA Bupati/Walikota

Perangkat Daerah 14
Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat sesuai dengan peraturan perundang‐undangan

Hubungan antara pemerintah daerah dan DPRD merupakan hubungan kerja yang
kedudukannya setara dan bersifat kemitraan.

2. Kewenangan Pemerintah Daerah


Urusan yang menjadi kewenangan daerah meliputi urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan
wajib adalah suatu urusan pemerintahan yang berkaitan dengan pelayanan dasar seperti
pendidikan dasar, kesehatan, pemenuhan kebutuhan hidup minimal, prasarana lingkungan
dasar; sedangkan urusan yang bersifat pilihan terkait erat dengan potensi unggulan dan
kekhasan daerah

B. Pengelolaan Keuangan Daerah


1. Pengertian keuangan Daerah

UU 32 tahun 2004
“Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah yang dapat dinilai dengan uang
dan segala sesuatu berupa uang dan barang yang dapat dijadikan  milik daerah yang
berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut”.

Permendagri 21 tahun 2011


“Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang, termasuk di dalamnya segala bentuk
kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut.”

Unsur pokok keuangan daerah;


1. Hak daerah
Meliputi;
a. penarikan pajak, retribusi daerah

15
b. pengadaan pinjaman
c. memperoleh dana perimbangan pusat

2. Kewajiban daerah
Yaitu;
a. Melindungi segenanp bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
b. Memajukan kesejahteraan umum
c. Mencerdasakan kehidupan bangsa
d. Ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan
keadilan sosial.

3. Kekayaan yang berhubungan hak dan kewajiban.

2. Hubungan Keuangan Daerah dan Keuangan Negara


Penyelenggaraan pemerintahan daerah juga merupakan sub sistem dari pemerintahan
negara, sehingga antara keuangan daerah dengan keuangan negara akan mempunyai
hubungan yang erat dan saling memengaruhi.

3. Pengelola Keuangan Daerah


Pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan oleh pemegang kekuasaan pengelola keuangan
daerah. Kepala daerah selaku kepala pemerintah daerah adalah pemegang kekuasaan
tersebut dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang
dipisahkan.
Para pengelola keuangan daerah tersebut adalah:
a. Koordinator Pengelolaan Keuangan Daerah (Koordinator PKD)
b. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD)
c. Pejabat Pengguna Anggaran/Pengguna Barang (PPA/PB)  
d. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK)
e. Pejabat Penatausahaan Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)  
f. Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran.

16
a. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Leuangan Daerah (Kepala Daerah)
1) Menetapkan kebijakan pelaksanaan APBD;
2) Menetapkan kebijakan pengelolaan barang daerah;
3) Menetapkan KPA/Pengguna Barang;
4) Menetapkan bendahara penerima&/ pengeluaran;
5) Menetapkan pejabat yang memungut penerimaan daeah;
6) Menetapkan bejabat yang mengelola utang dan piutang daerah;
7) Menetapkan pejabat yang mengelola barang milik daerah;
8) Menetapkan pejabat yang menguji tagihan dan memerintahkan pembayaran;

Kepala daerah melimpahkan Sebagian/Seluruh kekuasaanya kepada


1) SEKDA selaku Koordinator Pengelola Keuangan Daerah (KPKD)
2) Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD) selaku Pejabat
Pengelola Keuangan Daerah (PPKD);
3) Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) selaku Pejabat Pengguna
Anggaran/Pengguna Barang.

b. Koordinator Pengelolaan Keuangan Daerah (SEKDA)


Tugas Koordinator
1) Penyusunan dan pelaksanaan kebijakan APBD;
2) Penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan barang daerah;
17
3) Penyusunan rancangan APBD dan rancangan perubahan APBD;
4) Penyusunan rancangan Peraturan Daerah (Raperda) APBD, Perubahan APBD, dan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD;
5) Tugas2 pejabat perencana daerah, pejabat pengelola keuangan daerah, dan
pejabat pengawas keuangan daerah;
6) Penyusunan laporan keuangan daerah dalam rangka pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD.

Tugas Lain;
1) Memimpin TAPD (Tim ANggaran Pemerintah Daerah)
2) Menyiapkan pedoman pelaksanaan APBD;
3) Menyiapkan pedoman pengelolaan barang daerahl;
4) Memberikan persetujuan pengesahan DPA SKPD / DPPA (Dokumen Perubahan);
5) Melaksanakan tugas koordinasi pengelola keuangan darah lainnya berdasar kuas
yang dilimpahkan kepala daerah.

c. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah


Tugas SKPKD selaku PPKD
1) menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan keuangan daerah,
2) menyusun rancangan APBD dan rancangan perubahan APBD,
3) melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan dengan
peraturan daerah,
4) melaksanakan fungsi bendahara umum daerah (BUD),
5) menyusun laporan keuangan daerah dalam rangka pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD,  
6) melaksanakan tugas lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh kepala
daerah.

PPKD selaku BUD berwenang:  


1) menyusun kebijakan dan pedoman pelaksanaan APBD;
2) mengesahkan DPA‐SKPD/DPPA‐SKPD;
3) melakukan pengendalian pelaksanaan APBD;
4) memberikan petunjuk teknis pelaksanaan sistem penerimaan dan pengeluaran kas
daerah
5) memungut pajak daerah;
6) menetapkan surat penyediaan dana (SPD);
7) menyiapkan pelaksanaan pinjaman dan pemberian pinjaman atas nama pemerintah
daerah;
8) melaksanakan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan daerah;
9) menyajikan informasi keuangan daerah;  

18
10) melaksanakan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta penghapusan barang milik
daerah

PPKD selaku BUD menunjuk pejabat di lingkungan satuan kerja pengelola keuangan
daerah selaku kuasa bendahara umum daerah (Kuasa BUD).
Tugas Kuasa BUD;
1) menyiapkan anggaran kas;
2) menyiapkan SPD;
3) menerbitkan surat perintah pencairan dana (SP2D);
4) menyimpan seluruh bukti asli kepemilikan kekayaan daerah;
5) memantau pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran APBD oleh bank dan/atau
lembaga keuangan lainnya yang ditunjuk;
6) mengusahakan dan mengatur dana yang diperlukan dalam pelaksanaan APBD;
7) menyimpan uang daerah;
8) melaksanakan penempatan uang daerah dan mengelola/menatausahakan investasi
daerah;
9) melakukan pembayaran berdasarkan permintaan pejabat pengguna anggaran atas
beban rekening kas umum daerah;
10) melaksanakan pemberian pinjaman atas nama pemerintah daerah;
11) melakukan pengelolaan utang dan piutang daerah;  
12) melakukan penagihan piutang daerah. 

d. Pejabat Pengguna Anggaran/Pengguna Barang  


Tugas ;
1) menyusun rencana kerja dan anggaran SKPD (RKA‐SKPD);
2) menyusun dokumen pelaksanaan anggaran SKPD (DPA‐SKPD);
3) melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban anggaran
belanja;
4) melaksanakan anggaran SKPD yang dipimpinnya;
5) menguji tagihan dan memerintahkan pembayaran;
6) memungut penerimaan bukan pajak;
7) mengadakan ikatan/perjanjian kerjasama dengan pihak lain dalam batas anggaran
yang telah ditetapkan;
8) menandatangani surat perintah membayar (SPM);
9) mengelola utang piutang yang menjadi tanggung jawab SKPD yang dipimpinnya
10) mengelola barang milik daerah/kekayaan daerah yang menjadi tanggung jawab
SKPD yang dipimpinnya;
11) menyusun dan menyampaikan laporan keuangan SKPD yang dipimpinnya;
12) mengawasi pelaksanaan anggaran SKPD yang dipimpinnya;  
13) melaksanakan tugas‐tugas pengguna anggaran/pengguna barang lainnya
berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh kepala daerah

19
e. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan SKPD  
Tugas ;
1) Mengendalikan pelaksanaan kegiatan;
2) melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan;  
3) menyiapkan dokumen anggaran atas beban pengeluaran pelaksanaan kegiatan.

f. Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD  


Tugas ;
1) Meneliti kelengkapan SPP – LS pengadaan barang dan jasa oleh bendahara
pengeluaran dan disetujui oleh PPTK;
2) Meneliti kelengkapan SPP-UP, SPP-GU, SPP-TU dan SPP – LS Gaji dan Tunjangan
PNS, serta penghasilan lain.
3) Melakukan berifikasi SPP
4) Menyiapkan SPM
5) Melakukan verifikasi harian atas penerimaan;
6) melaksanakan akuntansi SKPD;  
7) menyiapkan laporan keuangan SKPD
PPK tidak boleh rangkap jabatan pemungut penerima negara/daerah, bendahara
dan/atau PPTK.
g. Bendahara Penerimaan dan Pengeluaran.
Tugas ;
Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran secara fungsional bertanggung
jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada PPKD selaku BUD.

E. PELAKSANAAN APBD.
A. Pendapatan Daerah

20
semua penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah yang menambah
ekuitas dana lancar dan merupakan hak pemerintah daerah dalam satu tahun
anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh daerah.
1. Jenis – jenis Pendapatan Daerah
Bersumber dari :
1) Pendapatan asli daerah (PAD), yaitu pendapatan yang diperoleh dan dipungut oleh
pemerintah daerah berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang‐
undangan meliputi :
a. pajak daerah;
b. retribusi daerah, termasuk hasil jasa pelayanan badan layanan umum daerah;
c. hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, antara lain bagian laba
BUMN/BUMD, hasil kerja sama dengan pihak ketiga;
d. PAD lain‐lain yang sah.

2) Dana perimbangan bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan ke pemerintah


daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi :
a. Dana bagi hasil pajak/bagi hasil bukan pajak;
b. Dana alokasi umum;
c. Dana alokasi khusus.  

3) Pendapatan daerah lainnya yang sah terdiri dari :


a. Hibah;
b. dana darurat;
c. dana bagi hasil dari provinsi dan pemerintah daerah lainnya;
d. dana penyesuaian dan otonomi khusus;
e. bantuan keuangan dari provinsi atau pemerintah daerah lainnya

a. Pendapatan Asli Daerah


1) Pajak Daerah

kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan undang‐undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung
dan digunakan untuk keperluan daerah bagi kemakmuran rakyat. 
Ciri – ciri pajak :
a. Dipungut pusat dan daerah
b. Penerimaan pajak merupakan pendapat pemerintah yang harus dimasukan dalam kas
negara/daerah
c. Tdk berhubungan dengan kontra prestasi, tetapi kontrapresetasi dimanifestasikan untuk
biaya penyelenggaraan pemerintah
d. Dipungut karena keadaan, kejadian, perbuatan sesuai undang – undang
e. Pajak Bersifat memaksa.

PAJAK PROVINSI

21
Bea Balik Nama
Pajak Kendaraan Pajak Bahan Bakar Pajak Air
Kendaraan Pajak Rokok
Bermotor Bermotor Permukaan
Bermotor
70% Provinsi 70% Provinsi 30% Provinsi 50% Provinsi 30% Provinsi
30% Kab/Kota 30% Kab/Kota 70% Kab/Kota 50% Kab/Kota 70% Kab/Kota

sumber air hanya pada 1


wilayah kab/kota,
penerimaan diserahkan
ke kab/kota 80%

Pajak Hotel

Pajak Mineral
Pajak
Bukan Logam
Restoran
dan Batan

Pajak
Kab/Kota

Pajak
Penrangan pajak Hiburan
Jalan

Pajak
Reklame

2) Retribusi Daerah
Retribusi adalah pembayaran wajib oleh rakyat atas jasa tertentu yang diberikan oleh
pemerintah daerah kepada penduduknya secara perorangan.
Jasa = pelayanan oleh pemerintah (barang, fasilitas)

Ciri – ciri retribusi ;


22
1) Merupakan pungutan
2) Harus masuk ke kas daerah
3) Setiap orang yang membayar, memperoleh kontra prestasi (menikamati jasa) berupa jasa
pelayanan;
4) Timbul apabila jasa pelayanan dinikmati oleh pribadi/badan;
5) Sanksi ekonomis, jika tidak membayar retribusi, maka tidak memperoleh jasa layanan.

Retribusi Jasa Umum Retribusi Jasa Usaha Retribusi Perizinan Tertentu

Untuk kepentingan retribusi dikenakan dikenakan atas


umum atas prinsip komersil pemberian izin dari
pasar grosir, pemerintah untuk
kesehatan,
pelelangan, melakukan aktivitas
kebersihan, cetak
terminal,
KTP, pemakaman izin mendirikan
tempat khusus parkir,
parkir, pasar, bangunan
penginapan/vila
pemeriksaan rumah potong hewan,
izin tempat jualan
kebakaran, pelabuhan,
minuman
pengelolaan limbah rekreasi, olahrga,
beralkohol
cair, pendidikan penyeberangan air izin gangguan
penjualan produksi izin trayek
usaha daerah izin usaha
perikanan

3) Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan

Terdiri atas laba BUMD dan hasil kerja sama pihak ketiga.

4) PAD Lain – lain yang Sah


a. Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan
b. jasa giro
c. pendapatan bunga
d. penerimaan atas tuntutan kerugian daerah
e. penerimaan komisi, rabat, potongan atau bentuk lain sebagai akibat penjualan, tukar
menukar, hibah, asuransi dan pengadaan barang/jasa oleh daerah  

23
f. keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing
g. pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan
h. pendapatan denda pajak
i. pendapatan denda retribusi
j. pendapatan hasil eksekusi atas jaminan
k. pendapatan dari pengembalian
l. fasilitas sosial dan fasilitas umum
m. pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan
n. pendapatan dari BLUD

b.  Dana perimbangan

dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk
mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi

1) Dana Bagi Hasil (DBH) Pajak dan Bukan Pajak

Bersumber dari APBN berdasarkan angka presentase tertentu.

Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak

Bagian Daerah
Bagian Daerah
dari Penerimaan
dari Pajak
Sumber Daya
Penghasilan
Alam

24
Bagian Daerah dari Pajak
Penghasilan

Bagian Daerah dari


Bagian daerah dari
Penerimaan PPh Pasal
Penerimaan PPh Pasal Penyaluran Dana
25/29, dibagi dengan
25/29 dan PPh Pasal 21 dilaksanakan triwulan
imbangan 60% kab/kota,
20%
dan 40% provinsi
25
Bagian Daerah dari Penerimaan Sumber Daya Alam

Penerimaan negara sektor kehutanan,


pertambangan umum, dan perikanan
20% pusat, 80% daerah

Sektor hutan Sektor Pertambangan Umum Sektor Perikanan


a. penerimaan iuran hak a. Iuran Tetap (Land Rent) = iuran sebagai a. Penerimaan Pungutan
imbalan atas kesempatan eksplorasi,
pengusahaan hutan (IHPH) Pengusahaan perikanan
eksploitasi wilayah
b. penerimaan provinsi sumber b. Iuran Eksplorasi dan Iuran Eksploitas b. penerimaan pungutan hasil
daya hutan (PSDH) (Royalty) = iuran produksi yang diterima perikanan

PSDH
IHPH Iuran Tetap
a) 16 % provinsi bagian daerah dari
a) 16 % provinsi
a) 16 % provinsi b) 32 % kab/kota penghasil penerimaan dibagikan
b) 32 % kab/kota penghasil
b) 64 % kab/kota c) 32 % kab/kota lain sama besar di seluruh26
dalam provinsi c) 32 % kab/kota lain kab/kota
penghasil dalam provinsi
Penerimaan Negara dari Sumber Daya
Alam Sktor Pertambangan Minyak dan Gas
Alam

dana bagi hasil pertambangan


Penerimaan negara dari minyak Penerimaan negara dari gas minyak dan gas bumi sebesar
bumi dan imbangan 84.5 % alam 69.5 % pusat, dan 30.5% 0.5 % digunakan untuk
pusat, dan 15.5% daerah daerah menambah anggaran
pendidikan dasar

a. 3% provinsi bersangkutan a. 0.1% dibagi ke provinsi


a. 6% provinsi bersangkutan
b. 6% kab/kota penghasil bersangkutan
b. 12% kab/kota penghasil
c. 6% kab/kota dlm provinsi b. 0.2 % dibagi ke kab/kota
bersangkutan dengan porsi c. 12% kab/kota dlm provinsi penghasil
sama besar bersangkutan dengan porsi
c. 0.2% dibagi ke seluruh 27
sama besar
kab/kota di provinsi tersebut.
28
2) Dana Alokasi Umum
Bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan untuk pemerataan kemampuan
keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi.
Besarnya DAU untuk setiap tahun anggaran ditetapkan sebesar 26% dari penerimaan dalam
negeri yang berasal dari pajak dan bukan pajak pada APBN, setelah dikurangi dengan
penerimaan negara yang dibagihasilkan kepada daerah. Selanjutnya DAU dialokasikan ke
daerah dengan imbangan provinsi sebesar 10% dan kabupaten/kota 90%
Misalnya:   Jumlah penerimaan negara dari pajak dan bukan pajak dalam APBN sebesar
Rp260 trilyun dan jumlah alokasi bagi hasil adalah Rp30 trilyun maka
- Jumlah DAU untuk seluruh provinsi dan kabupaten/kota adalah:
26% x (Rp260 trilyun – Rp30 trilyun) = Rp59,8 trilyun

- Jumlah DAU untuk seluruh provinsi adalah:


10% x Rp59,8 trilyun = Rp5,98 trilyun

- Jumlah DAU untuk seluruh kabupaten/kota adalah:


90% x Rp59,8 trilyun = Rp53,82 trilyun

3) Dana Alokasi Khusus

berasal dari APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk membantu membiayai kebutuhan
khusus/tertentu;
a. Kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan secara umum
b. Kebutuhan merupakan komitmen atau prioritas potensi nasional.

Untuk membiayai kebutuhan khusus yang bersumber dari DAK diperlukan dana pendamping
yang bersumber dari APBD dengan jumlah sekurang‐kurangnya 10%.

29
4) Bagi Hasil dari Provinsi
Hasil pajak provinsi yang sebagian di bagi ke kab/kota
a) pajak kendaraan bermotor;
b) bea balik nama kendaraan bermotor;
c) pajak bahan bakar kendaraan bermotor;  
d) pajak air permukaan

c. Pendapatan Daerah Lainnya yang Sah


1) Dana darurat untuk menanggulangi bencana
2) Hibah dianggarkan APBD bersasarkan naskah perjanjian hibah daerah dan dengan
persetujuan DPRD.
3) Sumbangan organisasi/lembaga
4) Pendapatan lain termasuk dana penyesuaian dan dana otonomi khusus.

2. Mekanisme Pelaksanaan Pendapatan Daerah

Bendahara wajib menyampaikan pertanggungjawaban penerimaan kepada PA/KPA melalui


PPK-SKPD paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.

Wajib menyampaikan pertanggungjawaban secara fungsional pengelolaan keuangan kepada


PPKD selaku BUD paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.

B. BELANJA DAERAH
Belanja daerah ADALAH perkiraan beban pengeluaran daerah yang dialokasikan secara adil
dan merata agar relatif dapat dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat tanpa diskriminasi,
khususnya dalam pemberian pelayanan umum
Pengeluaran pembiayaan ADALAH semua pengeluaran yang akan diterima kembali baik pada
tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun‐tahun anggaran berikutnya
1. Jenis – Jenis Belanja Daerah

a. Urusan Pemerintah Daerah


1) Urusan wajib (peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial
dan fasilitas umum yang layak, serta mengembangkan sistem jaminan sosial)
2) Urusan pilihan (pertanian, kehutanan, kelautan, pariwisata, perdagangan,
perindustrian, transmigrasi)
3) Urusan penanganan tertentu

b. Klasifikasi Kelompok
1) Belanja Langsung (dipengaruhi secara langsung oleh program dan kegiatan yang
direncanakan)
a) Belanja pegawai (upah dan honorarium)
b) Belanja barang dan jasa;
c) Belanja modal.
30
2) Belanja Tidak Langsung (tidak dipengaruhi secara langsung program/kegiatan)
a) Belanja pegawai (GAJI, dan tunjangan)
b) Bunga;
c) Subsidi;
d) Hibah;
e) Bansos;
f) Belanja bagi hasil;
g) Bantuan keuangan;
h) Belanja tidak terduga

c. Klasifikasi Jenis Belanja


1) Belanja Operasi; pengeluaran anggaran untuk kegiatan sehari‐hari (manfaat
jangka pendek)
2) Belanja Modal; pengeluaran anggaran untuk memperoleh aset (manfaat lebih
dari 1 periode)
3) Belanja Tidak tersangka; pengeluaran anggaran yang sifat tidak diharapkan
berulang (bencana alam, bencana social)

31

Anda mungkin juga menyukai