Anda di halaman 1dari 5

RANGKUMAN MANAJEMEN RESIKO

1. Sejarah Manajemen Resiko Di Indonesia


Semakin meningkatnya pendidikan dan keadaan social ekonomi masyarakat, maka
persepsi masyarakatpun mulai berubah. Masyarakat mulai menuntut pelayanan
kesehatan yang lebih baik, lebih ramah, dan lebih berkualitas. Dengan semakin
meningkatnya tuntutan masyarakat atas pelayanan, maka resiko pelayanan kesehatan
mendapatkan komplain akan semakin tinggi. Usaha-usaha untuk mengatasi dan
menekan terjadinya komplain yang meningkat merupakan bagian dari manajemen resiko.
Dahulu manajemen resiko di pelayanan kesehatan menjadi satu kesatuan dalam
program safety yang menangani cedera dan kesecelakan yang terjadi di pelayanan
kesehatan. Namun, seiring dengan berjalananya waktu manajemen resiko diartikan
menjadi sebuah proses identifikasi melalui penanganan semua sumber resiko di area
pelayanan kesehatan termasuk kepatuhan pada peraturan regulasi maupun kerugian
yang mungkin terjadi jika pelayanan kesehatan tidak mematuhi peraturan tersebut. Di era
ini, manajemen resiko digunakan oleh pelayanan kesehatan untuk memprioritaskan
perlindungan yang aman bagi pasien, pengunjung maupun aset yang dimiliki oleh
pelayanan kesehatan itu sendiri, guna untuk menghindari situasi yang berpotensi
merugikan atau merusak fasilitas yang ada.
Pada tahun 1970 manajemen resiko hanya berfokus pada biaya klaim & premi
asuransi, kemudian pada tahun 1980 cakupan manajemen resiko lebih luas tidak hanya
pada biaya klaim & premi asuransi saja, tetapi fokus pada seluruh resiko terkait dengan
kecelakan / kesalahan yang dilakukan oleh professional medis mengingat kompleksnya
hukum, peraturan, resiko politik, bisnis & keuangan yang dihadapai oleh professional
medis.
2. Definisi Resiko Dan Manajemen Resiko
A. Definisi Resiko
Menurut peraturan menteri kesehatan nomor 25 tahun 2019, mendefinisikan
resiko sebagai kemungkinan terjadinya suatu peristiwa yang berdampak negatif
terhadap pencapaian sasaran organisasi atau berdampak pada ketidakpastian
pencapaian tujuan suatu organisasi (ISO 31000). Jika dilihat dari sudut pandang
pelayanan kesehatan resiko dapat diartikan sebagai paparan yang mungkin terjadi
kepada pasien, yang dapat mengakibatkan cedera atau kerugian bagi pasien atau
pelayanan kesehatan itu sendiri.
Dalam penerapananya di pelayanan kesehatan, resiko dipandang sebagai
permasalahan yang berpotensi terjadi pada proses pelayanan maupun proses
manajerial, yang dapat dikendalikan melalui rencana-rencana yang telah ditetapkan
oleh pimpinan pelayanan kesehatan sebagai upaya preventif untuk menghindari
kerugian atau kerusakan baik dari segi fasilitas maupun biaya atau paling sering
disebut sebagai manajemen resiko.
B. Definisi Manajemen Resiko
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun 2019, manajemen
resiko adalah proses yang proaktif dan kontinue meliputi identifikasi, analisis,
evaluasi, pengendalian, informasi komunikasi, pemantauan, dan pelaporan Risiko,
termasuk berbagai strategi yang dijalankan untuk mengelola Risiko dan potensinya.
Manjemen resiko dapat digunakan sebagai tools untuk meminimalkan bahaya
terhadap pasien,menciptakan lingkungan yang aman bagi karyawan, pasien dan
pengujuan (ASHRM).
Rumah sakit yang menerapkan keselamatan pasien berkewajiban
menerapkan manajemen resiko, manajemen resiko dapat di aplikasikan untuk
mengetahui potensi kegagalan pada seluruh area baik manajerial maupun fungsional,
termasuk area pelayanan, juga area klinis. Dengan di aplikasikannya manajemen
resiko, kegagalan yang sebenarnya terjadi saat proses pelayanan di rumah sakit
dapat di ketahui.
Sebelumnya rumah sakit menerapkan manajemen resiko hanya untuk
menghindari kerugian saja, didukung dengan ketidakpastian permintaan pasien akan
beragamnya layanan kesehatan di masa yang akan datang mendorong rumah sakit
menangani hal tersebut menggunakan pendekatan manajemen resiko untuk
mengendalikan kerugian / mencegah kerugian yang mungkin terjadi.
3. Penerapan Manajemen Resiko di Fasilitas Kesehatan
A. Pengorganisasian Manajemen Resiko
Berikut merupakan contoh struktur organisasi manajemen resiko menurut Permenkes
nomor 25 tahun 2019.

Direktur Utama

Komite Mutu &


Keselamatan
Pasien

Sub Komite Sub Komite Sub Komite


Sub Komite
Keselamatan Manajemen Peningkatan
K3 & Fasilitas
Pasien Resiko Mutu

PJ Mutu Unit
Dalam menjalankan tugasnya, bagian sub manajemen resiko harus menyeluruh
terkoordinasi dengan semua unit kerja di rumah sakit terutama dengan komite mutu
dan keselamatan pasien, komite PPI, komite K3, bagian legal, bagian SDM, dll
(bagian komprehensif & interdisiplin).
4. Proses Manajemen Resiko di Fasilitas Kesehatan
Proses manajemen resiko merupakan suatu proses yang bersifat berkesinambungan,
sistematis, logis dan terukur yang digunakan untuk mengelola resiko di rumah sakit.
Sebuah pendekatan metodolog yang terstruktur dalam mengelola sesuatu yang berkaitan
dengan sebuah ancaman karena ketidakpastian yang meliputi penilaian resiko yang
mengancam, pengembangan strategi untuk menanggulangi resiko dengan pengelolaan
sumber daya yang ada. Secara singkat proses resiko dimulai sengan identifikasi resiko,
Analisa resiko, pengelolaan resiko dan follow up. Tujuan penerapan manajemen resiko
di rumah sakit adalah untuk mengidentifikasi resiko di masa yang akan datang sehingga
rumah sakit dapat meminimalisir kemungkinan buruk yang dapat terjadi.
Dalam penerapannya, manajemen resiko memiliki proses yang beragam, misalnya :
Dalam NZ 4360 proses manajemen resiko dibagi menjadi 5 yaitu komunikasi dan
konsultasi, penetapan kontek, asesmen resiko, penanganan resiko dan monitoring &
review. Kemudian dalam ASHRM proses manajemen resiko dibagi menjadi 5 yakni
idetifikasi dan Analisa resiko, pertimbangan potensial tehnik manajemen resiko, memilih
Teknik penanganan manajemen resiko, implementasi Teknik penanganan manajemen
resiko dan monitoring yang berlanjut pada perbaikan program manajemen resiko. Secara
garis besar proses manajemen resiko sebagai berikut :
Komunikasi dan konsultasi Tetapkan Konteks

Monitor dan review


Identifikasi resiko
p
e
r
n
Analisis resiko e
i
s
l
i
a
Evaluasi resiko k
i
o
a
n
Penanganan resiko

Pencatatan & Pelaporan

Proses manajemen resiko di rumah sakit dapat dimulai dari proses komunikasi dan
konsultasi. Komunikasi dan konsultasi merupakan proses pertukaran informasi antar
pimpinan rumah sakit, komite-komite yang ada di rumah sakit dan seluruh unit yang
menjelaskan pendapatnya mengenai resiko yang mungkin terjadi di unitnya dan
mengutarakan cara pengelolaan resiko tersebut sehingaa pimpinan rumah sakit dapat
mengambil keputusan untuk menerapkan tindakan yang efektik untuk menangani resiko
di setiap unit. Bentuk komunikasi dan konsultasi ini dapat dilakukan melalui rapat secara
berkala, rapat incidental mauoun seminar atau forum pengelolaan resiko.
Langkah kedua, yakni sub komite manajemen resiko harus menetapkan konteks
internal, konteks eksternal, konteks manajemen resiko dan konteks kriteria resiko.
Konteks internal dilakukan dengan memperhatika sisi internal rumah sakit yaitu struktur
organisasi, kultur dalam organisasi, dan hal-hal yang dapat mempengaruhi pencapaian
tujuan yang ditetapkan oleh rumah sakit. Konteks eksternal dapat dilakukan dengan
memperhatikan pesaing, otoritas, perkembangan teknologi dan hal lain yang dapat
mempengaruhi pencapain tujuan rumah sakit. Kemudian konteks manajemen resiko
dapat dilakukan dengan memperhatikan bagaimana manajemen resiko diberlakukan dan
diterapkan dimasa yang akan datang. Konteks kriteria resiko dapat dilakukan melalui
kesepakatan Bersama untuk menetapkan pengukuran kriteria resiko di rumah sakit.
Langkah ketiga, rumah sakit melakukan penilaian resiko yang bertujuan untuk menilai
dan memprioritaskan resiko sehingga tingkat resiko dapat dikelola dalam batas toleransi
yang ditentukan. Penilaian resiko terdiri dari, identifikasi resiko, Analisa resiko dan
evaluasi resiko. Berikut merupakan penjelasan dari setiap proses penilaian resiko :
A. Identifikasi Resiko
Merupakan proes untuk mengidentifikasi apa yang bisa terjadi, mengapa dan
bagaimana hal tersebut bisa terjadi. Resiko di identifikasi berdasarkan kategoori
resiko : sumber resiko, area, dampak dan penyebab resiko, identifikasi dapat
dilakukan melalui laporan insiden,complain dan migasi, risk profiling dan survey.
B. Analisis Resiko
Analisa resiko dapat dilakukan dalam dua tahap yakni skrining awal resiko dengan
Teknik kualitatif kemudian menggunakan Teknik kuantitatif.
1) Asesmen kualitatif : penilaian resiko dan peluang sesuai dengan skala.
misalnya untuk variabel kemungkinan dapat berupa : sering, hampir pasti,
kemungkinan. Asesmen kuantitatif dapat dilakukan melalui wawancara,
survey, benchmarking dengan analisis scenario
2) Asesmen kuantitatif : penilaian resiko dan peluang menggunakan angka
actual untuk peringkat. Misalnya pada variable kemungkinan skala yang
digunakan : kemugkinan terjadi 2 tahun kedepan, 5 tahun kedepan, 10 tahun
kedepan.
Dengan demikian matrik asesmen resiko digambarkan sesuai table dibawah ini :
Potencial Concequences
Frekuensi /
Insignificant Minor Moderate Maajor Catastropic
likelihood
1 2 3 4 5
Sangat sering
terjadi (tiap
moderate Moderate High Extreme Extreme
minggu/bulan)
5
Sering terjadi
(beberapa kali
moderate Moderate High Extreme Extreme
pertahun)
4
Mungkin
terjadi (1-2
Low moderate High Extreme Extreme
tahun)
3
Jarang terjadi
(>2-5 tahun) Low Low Moderate High Extreme
2
Sangat jarang
terjadi (>5
Low Low moderate High Extreme
tahun)
1

Keteragan dampak potensial :


1) Low ; resiko rendah, dilakukan investigasi sederhana, paling lama 1 minggu
dan dilakukan dengan prosedur rutin
2) Moderate ; resiko sedang, dilakukan investigasi sederhana dan paling lama 2
minggu. Pimpinan klinis sebaiknya menilai dampak terhadap biaya dan kelola
resiko
3) High ; resiko tinggi, dilakukan RCA paling lama 45 hari, kaji dengan detail dan
perlu segera perhatian top management
4) Extreme : resiko ekstrim, dilakukan RCA paling lama 45 hari, membuthkan
tindakan segera dan perhatian direktur
C. Evaluasi Resiko
Terdiri dari rangking, prioritas resiko, analisis cost benefit, dan menentukan apakah
resiko akan diterima atau tidak. Keputusan untuk menerima resiko dan
pengelolaannya berdasarkan pertimbangan sebagai berikut :
1) Kriteria klinis, operasional, teknis, kemanusiaan, kebijakan dan tujuan
2) Sasaran dan kepentingan stekholder, keuangan, hukum dan social
D. Penanganan Resiko
Penanganan resiko terdiri dari : menilai penanganan resiko, memutuskan apakah
tingkat resiko residual masih ada, jika tidak dapat di toleransi akan dilakukan
penanganan resiko, menilai efektivitas penanganan tersebut.
E. Monitoring dan Review
Merupakan proses terakhir untuk memastikan bahwa seluruh tahapan proses dan
fungsi manajemen resiko berjalan dengan baik melalaui pemantauan rutin terhadap
kinerja proses manajemen resiko dibandingan dengan rencana yang dihasilkan.
Kemudian, dilakukan peninjauan atau pengkajian secara berkala atas kondisi saat ini
dengan fokus pada tujuan tertentu.

Anda mungkin juga menyukai