Anda di halaman 1dari 8

TUGAS INDIVIDU

ANALISIS ISU KONTEMPORER


Nama : Peni Nursalekha, S.K.M
No. Absen : 15
Gol/ Angkatan : III / XVI
Kelompok :3
Nama Pemateri : Dr. Ir. SUROYO, M.Si.
Nama Pelatihan : Pelatihan Dasar CPNS Tahun 2022

I. PENDAHULUAN

Pandemi Covid-19 telah terjadi di seluruh negara di dunia termasuk Indonesia. Secara Global
jumlah kasus terkonfirmasi sampai dengan 22 Juni 2022 adalah 537.591.764 orang, dengan kasus
meninggal dunia sebanyak 6.319.395 orang. Sedangkan di Indonesia jumlah kasus terkonfirmasi
sampai dengan 22 Juni 2022 adalah 5.904.825 orang, dengan kasus meninggal dunia sebanyak
156.702 orang. Faktor komorbid menjadi penyebab terbanyak kematian Covid-19 di Jawa Timur,
Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan. Faktor komorbid antara lain Penyakit Tidak Menular (PTM)
(Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, 2019).
Indonesia saat ini menghadapi beban ganda penyakit, yaitu Penyakit Menular dan Penyakit
Tidak Menular. Perubahan pola penyakit tersebut sangat dipengaruhi antara lain oleh perubahan
lingkungan, perilaku masyarakat, transisi demografi, teknologi, ekonomi dan sosial budaya.
Peningkatan beban PTM sejalan dengan meningkatnya faktor risiko yang meliputi meningkatnya
tekanan darah, gula darah, indeks massa tubuh atau obesitas, pola makan tidak sehat, kurang
aktivitas fisik, dan merokok serta alcohol.
Penyakit Tidak Menular atau biasa disingkat dengan PTM merupakan salah satu penyebab
kematian terbanyak di Indonesia. Dikutip dari laman Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
keadaan penyakit tidak menular ini masih merupakan masalah kesehatan penting dan dalam
waktu bersamaan morbiditas dan mortalitas ini makin meningkat. Dinas Kesehatan Kabupaten
Semarang melakukan pendataan 10 Penyakit Tidak Menular secara rutin setiap bulannya
bekerjasama dengan 26 Puskesmas dan 5 Rumah Sakit. Berdasarkan data kesehatan Kabupaten
Semarang pada tahun 2022 triwulan 1 menunjukkan 3 penyakit tidak menular tertinggi yaitu
Hipertensi, DM Tipe 2 dan DM Tipe 1. Jumlah kasus Hipertensi sebanyak 29.115 kasus, DM
Tipe 2 sebanyak 8179 kasus dan DM Tipe 1 sebanyak 3029 kasus.
Peningkatan prevalensi penyakit tidak menular menjadi ancaman yang serius dalam
pembangunan, karena mengancam pertumbuhan ekonomi nasional. Untuk itu dikembangkan
model pengendalian PTM berbasis masyarakat melalui Posbindu PTM. Jumlah Posbindu PTM di
Kabupaten Semarang sebanyak 415 Posbindu Masyarakat dan sebanyak 236 Posbindu Kit yang
sudah di distribusikan ke Posbindu Masyarakat wilayah Kabupaten Semarang. Posbindu PTM
merupakan bentuk peran serta masyarakat dalam upaya pengendalian faktor risiko secara mandiri
dan berkesinambungan. Pengembangan Posbindu PTM dapat dipadukan dengan upaya yang telah
terselenggara di masyarakat. Melalui Posbindu PTM, dapat sesegeranya dilakukan pencegahan
faktor risiko PTM sehingga kejadian PTM di masyarakat dapat ditekan.
Pelayanan Penyakit Tidak Menular secara Terpadu (PANDU PTM) merupakan salah satu
upaya yang dilakukan untuk menangani kasus PTM dan juga untuk menjalankan manajemen
faktor-faktor risiko PTM di tingkat FKTP dengan terpadu. Berdasarkan Rencana strategis
(Renstra) Kementerian Kesehatan tahun 2020 hingga 2024 dan juga Permenkes No 71 tahun 2015
bahwa PANDU PTM merupakan program integrasi yang meliputi upaya promosi kesehatan,
deteksi dini, monitoring, serta penatalaksanaan PTM secara holistik. Berdasarkan fakta-fakta
permasalahan kesehatan diatas, dilakukan identifikasi isu-isu kontemporer terkait Penyakit Tidak
Menular di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang.

II. DESKRIPSI DAN IDENTIFIKASI ISU

1. Kasus Hipertensi menduduki posisi tertinggi ke-1 Penyakit Tidak Menular Kabupaten
Semarang

Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam
arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang
abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke,
aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal. Pada pemeriksaan tekanan
darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi diperoleh pada saat jantung
berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi
(diastolik). Tekanan darah ditulis sebagai tekanan sistolik garis miring tekanan diastolik,
misalnya 120/80 mmHg, dibaca seratus dua puluh per delapan puluh.
Dikatakan tekanan darah tinggi jika pada saat duduk tekanan sistolik mencapai 140
mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik mencapai 90 mmHg atau lebih, atau keduanya. Pada
tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik.

Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa


Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik
Normal Dibawah 130 mmHg Dibawah 85 mmHg
Normal tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg (Stadium 1)
Hipertensi ringan 140-159 mmHg 90-99 mmHg (Stadium 2)
Hipertensi sedang 160-179 mmHg 100-109 mmHg (Stadium 3)
Hipertensi berat 180-209 mmHg 110-119 mmHg (Stadium 4)
Hipertensi maligna 210 mmHg atau lebih 120 mmHg atau lebih

Pada sekitar 90% penderita hipertensi, penyebabnya tidak diketahui dan keadaan ini
dikenal sebagai hipertensi esensial atau hipertensi primer. Hipertensi esensial kemungkinan
memiliki banyak penyebab seperti beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh darah
kemungkinan bersama-sama menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hipertensi sekunder
adalah hipertensi yang diketahui penyebabnya, yaitu :
a. Penyakit ginjal (5-10%)
b. Kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB) (1-2%)
Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositoma, yaitu tumor pada
kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin) atau norepinefrin
(noradrenalin). Kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga), stres,
alkohol atau garam dalam makanan; bisa memicu terjadinya hipertensi pada orang-orang
memiliki kepekaan yang diturunkan. Stres cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah
untuk sementara waktu, jika stress telah berlalu, maka tekanan darah biasanya akan kembali
normal.
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara
tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan
darah tinggi (padahal sebenarnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala,
perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan yang bisa saja terjadi baik
pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.
Hipertensi berat atau menahun yang tidak diobati akan menimbulkan gejala sakit kepala,
kelelahan, mual, muntah, sesak nafas, gelisah dan pandangan mejadi kabur yang terjadi
karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal. Kadang penderita hipertensi
berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak.
Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.
Kasus Hipertensi pada wilayah kerja Kabupaten Semarang pada bulan Januari hingga
bulan Maret 2022 sebanyak 29.115 kasus merupakan peringkat ke 1 Penyakit Tidak Menular
di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang. Kasus Hipertensi tertinggi terjadi
pada wilayah kerja Puskesmas Jetak. Sebanyak 17.247 merupakan kasus lama Hipertensi dan
11.868 kasus baru Hipertensi. Berdasarkan jenis kelamin, kasus hipertensi di dominasi
Perempuan dengan jumlah kasus 18.798 sedangkan Laki-Laki sebanyak 10.317 kasus.
Persebaraan kasus hipertensi berdasarkan umur sebagai berikut :
 15-19 tahun : 81 kasus
 20-44 tahun : 3104 kasus
 45-54 tahun : 7299 kasus
 55-59 tahun : 6840 kasus
 60-69 tahun : 8102 kasus
 >70 tahun : 3689 kasus

2. Pemberdayaan Masyarakat melalui Kader Posbindu PTM belum optimal

Posbindu PTM merupakan salah satu upaya kesehatan masayarakat (UKM) yang
berorientasi kepada upaya promotif dan preventif dalam pengendalian PTM dengan
melibatkan masyarakat mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan yang kemudian
dilanjutkan dengan evaluasi. Masyarakat diperankan sebagai sasaran kegiatan, target
perubahan, agen perubahan sekaligus sebagai sumber daya. Dalam pelaksanaan selanjutnya
kegiatan Posbindu PTM menjadi Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM),
dimana kegiatan ini di selenggarakan oleh masyarakat sesuai dengan sumber daya,
kemampuan dan kebutuhan masyarakat.
Persiapan dalam penyelenggaraan Posbindu PTM di dahului dengan identifikasi
kelompok potensial yang ada di masyarakat, sosialisasi, advokasi, pelatihan tugas pelaksana
Posbindu PTM atau fasilitasi teknis, fasilitasi logistik, pengaturan mekanisme kerja antara
petugas Posbindu PTM dengan pembinanya, serta sumber pembiayaan.
Penyelenggaran Posbindu PTM meliputi kegiatan wawancara, pengukuran, pemeriksaan
dan tindak lanjut dini. Wawancara dilakukan untuk menelusuri faktor resiko perilaku, seperti
merokok, konsumsi sayur buah, aktivitas fisik, konsumsi alkohol, dan stress. Pengukuran
berat badan, tinggi badan, lingkar perut, Indeks Masa Tubuh (IMT), dan Tekanan Darah.
Pemeriksaan faktor resiko PTM seperti gula darah sewaktu, kolesterol total, trigliserida,
pemeriksaan klinik payudara, arus puncak ekspirasi, lesi pra kanker (Inspeksi Visual Asam
Asetat / IVA positif), kadar alkohol dalam darah dan tes amfetain urin.
Berdasarkan hasil wawancara, pengukuran dan pemeriksaan dilakukan tindak lanjut dini
berupa pembinaan secara terpadu dengan peningkatan pengetahuan dan kemampuan
masyarakat tentang cara mengendalikan faktor resiko PTM melalui penyuluhan secara massal
atau dialog interaktif atau konseling faktor resiko secara terintegrasi pada individu dengan
faktor resiko sesuai dengan kebutuhan masyarakat termasuk rujukan sistematis dalam sistem
pelayanan kesehatan paripurna.
Posbindu PTM terbagi menjadi 2 yaitu Posbindu Masyarakat dan Posbindu Instansi.
Jumlah Posbindu Masyarakat di wilayah Kabupaten Semarang sebanyak 415 dan Posbindu
Instansi sebanyak 30. Posbindu kit yang sudah di distribusikan kepada Posbindu Masyarakat
sebanyak 236 sehingga Kabupaten Semarang masih memiliki kekurangan posbindu kit
sebanyak 179. Kurangnya posbindu kit menjadi salah satu alasan belum optimalnya
pemberdayaan kader Posbindu PTM yang sudah terbentuk sebanyak 415 Posbindu. Kader
Posbindu PTM belum memiliki cukup pengetahuan dan keterampilan dalam menggunakan
Posbindu KIT berdasarkan hasil diskusi pada monitoring dan evaluasi Program PTM tahun
2021.

3. Pelaporan Pandu PTM belum berjalan optimal

Menurut Riskesdas hingga tahun 2018, PTM di Indonesia mengalami peningkatan


dibandingkan pelaporan sebelumnya. Hal ini dapat dilihat dalam Riskesdas tahun 2013,
kejadian penyakit Diabetes Mellitus mencapai 6,9%, Hipertensi 25,8% dan stroke 7,0 %. Lalu
pada hasil Riskesdas tahun 2018 kejadian Diabetes Mellitus meningkat menjadi 8,5%,
Hipertensi meningkat menjadi 34,1% dan stroke meningkat menjadi 10,9 %. Peningkatan
yang cukup signifikan ini berpengaruh dalam menjadi penyebab kematian tertinggi di
Indonesia
Terdapat beberapa cara untuk menangani PTM, yaitu mengutamakan aspek promotif dan
preventif namun tidak meninggalkan upaya kuratif, rehabilitatif, dan juga paliatif yang
dilakukan bertujuan untuk dapat menurunkan angka kesakitan, kecacatan, bahkan kematian.
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 71 tahun 2015 tentang Penanggulangan Penyakit
Tidak Menular, terdapat empat kegiatan penanganan PTM yang dibantu dengan sistem
surveilans yang baik. Adapun kegiatan penanggulangan PTM dapat dilaksanakan dalam
fasilitas pelayanan kesehatan serta komunitas. Kegiatan tersebut dilaksanakan melalui
pelayanan yang terpadu, serta mencakup kegiatan promosi kesehatan, perlindungan khusus,
deteksi dini, dan juga penanganan kasus.
Adapun Kegiatan untuk menangani kasus Penyakit Tidak Menular di Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama (FKTP) dilakukan dengan adanya program Pelayanan Penyakit Tidak
Menular secara Terpadu (PANDU PTM) yang dilakukan di Pos Binaan Terpadu Penyakit
Tidak Menular (Posbindu-PTM)
Pelayanan Penyakit Tidak Menular secara Terpadu (PANDU PTM) merupakan salah
satu upaya yang dilakukan untuk menangani kasus PTM dan juga untuk menjalankan
manajemen faktor-faktor risiko PTM di tingkat FKTP dengan terpadu. Berdasarkan Rencana
strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan tahun 2020 hingga 2024 dan juga Permenkes No
71 tahun 2015 bahwa PANDU PTM merupakan program integrasi yang meliputi upaya
promosi kesehatan, deteksi dini, monitoring, serta penatalaksanaan PTM secara holistik.
Kegiatan PANDU PTM yang dilakukan meliputi pemeriksaan perilaku merokok,
obesitas, pemeriksaan tekanan darah (lebih dari 120/80 mmHg), pemeriksaan gula darah
sewaktu (lebih dari 200 mg/dL), pemeriksaan kolesterol rata-rata, pemeriksaan pada wanita
berusia 30 hingga 50 tahun atau sudah pernah berhubungan seksual.
Mekanisme pelaksanaan dari PANDU PTM ini dilakukan dengan beberapa Tahap
Pelaksanaan dari Dinas Kesehatan Provinsi yang menyediakan peralatan mendukung
penyelenggaraan Pandu PTM, kemudian juga memastikan bahwa pelaksanaan di
Kabupaten/Kota telah sesuai dengan standar. PANDU PTM dalam Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota serta Puskesmas dilakukan dengan mengelola Program dalam
Kabupaten/Kota dan juga sebagai pelaksana program puskesmas yang memastikan kegiatan
kegiatan pelaporan dan pelaporan dalam Rekam Medis sesuai ketentuan yang berlaku.
Berdasarkan data trend pelaporan PANDU PTM, pada bulan Januari 2022 hanya ada 1
puskesmas yang mengirimkan laporan PANDU PTM tepat waktu, sedangkan pada bulan
Februari 2022 tidak ada Puskesmas yang mengirimkan laporan PANDU PTM tepat waktu
dan pada bulan Maret 2022 terdapat 2 puskesmas yang mengirimkan laporan PANDU PTM
tepat waktu.
Pelaporan PANDU PTM dilakukan secara online melalui email pemegang Program PTM
Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang setiap awal bulan. Belum terlaksananya PANDU PTM
pada beberapa wilayah kerja Puskesmas dan kurangnya pemahaman petugas terkait PANDU
PTM menjadi salah satu faktor buruknya trend pelaporan PANDU PTM di wilayah
Kabupaten Semarang.

III. TEKNIK TAPISAN ISU

Berdasarkan isu yang telah di identifikasi dan deskripsikan selanjutnya dilakukan teknik
analisis isu tapisan untuk menentukan Isu mana yang sangat penting untuk dicarikan solusinya.
Dalam penentuan isu yang akan dibahas dilakukan analisis dengan alat bantu penetapan Isu yaitu
AKPL dan USG.
Kriteria AKPL yaitu Aktual artinya isu yang dibahas merupakan isu yang masih hangat
diperbincangkan, Kekhalayakan yang artinya Isu tersebut menyangkut hajat hidup orang banyak,
Problematik yang artinya Isu tersebut memiliki dimensi masalah yang kompleks sehingga perlu
dicarikan solisinyadan Kelayakan yang artinya isu tersebut relevan, realistis, masuk akal dan
perlu dicarikan pemecahan masalahnya. Rentang penilaian kriteria :
Angka 1: Sangat kurang pengaruhnya
Angka 2: Kurang pengaruhnya
Angka 3: Sedang pengaruhnya
Angka 4: Kuat pengaruhnya
Angka 5: Sangat kuat pengaruhnya
Kriteria USG dari mulai sangat USG atau tidak sangat USG. Urgency: seberapa mendesak
suatu isu harus dibahas, dianalisis dan ditindaklanjuti. Seriousness: Seberapa serius suatu isu
harus dibahas dikaitkan dengan akibat yang akan ditimbulkan. Growth: Seberapa besar
kemungkinan memburuknya isu tersebut jika tidak ditangani segera. Rentang penilaian kriteria :
Angka 1: sangat tidak mendesak/gawat dan dampak;
Angka 2: tidak mendesak/gawat dan dampak;
Angka 3: cukup mendesak/gawat dan dampak;
Angka 4: mendesak/gawat dan dampak;
Angka 5: sangat mendesak/gawat dan dampak.

APKL
Isu A K P L Total
Kasus Hipertensi menduduki posisi 4 4 4 4 16
tertinggi ke-1 Penyakit Tidak Menular
Kabupaten Semarang

Pemberdayaan Masyarakat melalui Kader 3 4 3 3 13


Posbindu PTM belum optimal

Pelaporan Pandu PTM belum berjalan 2 4 3 3 12


optimal

USG

Isu U S G Total
Kasus Hipertensi menduduki posisi 4 5 4 13
tertinggi ke-1 Penyakit Tidak Menular
Kabupaten Semarang

Pemberdayaan Masyarakat melalui Kader 3 4 2 9


Posbindu PTM belum optimal

Pelaporan Pandu PTM belum berjalan 3 3 2 8


optimal
IV. TEKNIK ANALISIS ISU
Berdasarkan 3 isu yang telah di analisis menggunakan teknis tapisan isu, selanjutnya dilakukan
analisis secara mendalam isu yang telah memenuhi kriteria AKPL dan USG dengan teknik
Fishbone.

V. Gagasan Kreatif

Setelah dilakukan analisis mendalam terhadap isu Kasus Hipertensi menduduki posisi
tertinggi ke-1 Penyakit Tidak Menular di wilayah Kabupaten Semarang, gagasan kreatif yang
diusulkan yaitu Pengoptimalan Peran Kader Posbindu PTM. Berikut ini tahapan dalam
mencapai tujuan berikut yaitu :
a. Perencanaan dan Penganggaran
1. Pembentukan kader Posbindu PTM yang solid dengan pengangkatan berdasarkan SK
Kepala Desa.
2. Peningkatan pengetahuan dan skill kader Posbindu PTM melalui sosialisasi dan praktik
Deteksi Dini.
3. Kader Posbindu PTM mendapatkan refreshment training setiap 2 tahun sekali baik
dilaukan oleh Puskesmas wilayah kerjanya atau Dinas Kesehatan Kab.
4. Perencanaan logistik (posbindu kit) dan pembiayaan oleh Dinas Kesehatan Kab dan
FKTP.
5. Pembuatan media KIE terkait Hipertensi.
6. Pemenuhan alat transportasi dan alat bantu pelaksanaan DD PTM.
7. Sosialisasi aplikasi ASIK sebagai percepatan pencatatan DD PTM.

b. Pelaksanaan
1. Pelaksanaan Deteksi Dini Penyakit Tidak Menular (DD PTM) secara rutin minimal 1
bulan sekali atau dilakukan dengan berkeliling dari lokasi 1 ke lokasi lainnya setiap 1
minggu sekali.
2. Pelaksanaan DD PTM dengan metode jemput bola bagi masyarakat lansia atau
keterbutuhan khusus lainnya.
3. Konseling terkait PTM dan faktor risikonya.
4. Pelaksanaan surveilans Hipertensi oleh FKTP.
5. FKTP melakukan pencatatan dan pelaporan DD PTM.
6. Kader Posbindu PTM melakukan pencatatan pada Aplikasi ASIK Kemenkes.

c. Monitoring dan Evaluasi


1. Dinas Kesehatan melakukan monitoring rutin setiap bulannya pada hasil laporan PTM.
2. Melakukan monev pada wilayah kerja puskesmas dengan kasus Hipertensi tertinggi.
3. Membuat penilaian keberhasilan pemenuhan SPM Yankes Hipertensi setiap Puskesmas.
4. Memberikan Reward kepada Puskesmas dan Kader Posbindu dengan kinerja terbaik
dalam penanggulangan atau penurunan kasus PTM Hipertensi.
5. Evaluasi keberhasilan gagasan pada akhir tahun anggaran.

Anda mungkin juga menyukai