I. PENDAHULUAN
Pandemi Covid-19 telah terjadi di seluruh negara di dunia termasuk Indonesia. Secara Global
jumlah kasus terkonfirmasi sampai dengan 22 Juni 2022 adalah 537.591.764 orang, dengan kasus
meninggal dunia sebanyak 6.319.395 orang. Sedangkan di Indonesia jumlah kasus terkonfirmasi
sampai dengan 22 Juni 2022 adalah 5.904.825 orang, dengan kasus meninggal dunia sebanyak
156.702 orang. Faktor komorbid menjadi penyebab terbanyak kematian Covid-19 di Jawa Timur,
Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan. Faktor komorbid antara lain Penyakit Tidak Menular (PTM)
(Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, 2019).
Indonesia saat ini menghadapi beban ganda penyakit, yaitu Penyakit Menular dan Penyakit
Tidak Menular. Perubahan pola penyakit tersebut sangat dipengaruhi antara lain oleh perubahan
lingkungan, perilaku masyarakat, transisi demografi, teknologi, ekonomi dan sosial budaya.
Peningkatan beban PTM sejalan dengan meningkatnya faktor risiko yang meliputi meningkatnya
tekanan darah, gula darah, indeks massa tubuh atau obesitas, pola makan tidak sehat, kurang
aktivitas fisik, dan merokok serta alcohol.
Penyakit Tidak Menular atau biasa disingkat dengan PTM merupakan salah satu penyebab
kematian terbanyak di Indonesia. Dikutip dari laman Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
keadaan penyakit tidak menular ini masih merupakan masalah kesehatan penting dan dalam
waktu bersamaan morbiditas dan mortalitas ini makin meningkat. Dinas Kesehatan Kabupaten
Semarang melakukan pendataan 10 Penyakit Tidak Menular secara rutin setiap bulannya
bekerjasama dengan 26 Puskesmas dan 5 Rumah Sakit. Berdasarkan data kesehatan Kabupaten
Semarang pada tahun 2022 triwulan 1 menunjukkan 3 penyakit tidak menular tertinggi yaitu
Hipertensi, DM Tipe 2 dan DM Tipe 1. Jumlah kasus Hipertensi sebanyak 29.115 kasus, DM
Tipe 2 sebanyak 8179 kasus dan DM Tipe 1 sebanyak 3029 kasus.
Peningkatan prevalensi penyakit tidak menular menjadi ancaman yang serius dalam
pembangunan, karena mengancam pertumbuhan ekonomi nasional. Untuk itu dikembangkan
model pengendalian PTM berbasis masyarakat melalui Posbindu PTM. Jumlah Posbindu PTM di
Kabupaten Semarang sebanyak 415 Posbindu Masyarakat dan sebanyak 236 Posbindu Kit yang
sudah di distribusikan ke Posbindu Masyarakat wilayah Kabupaten Semarang. Posbindu PTM
merupakan bentuk peran serta masyarakat dalam upaya pengendalian faktor risiko secara mandiri
dan berkesinambungan. Pengembangan Posbindu PTM dapat dipadukan dengan upaya yang telah
terselenggara di masyarakat. Melalui Posbindu PTM, dapat sesegeranya dilakukan pencegahan
faktor risiko PTM sehingga kejadian PTM di masyarakat dapat ditekan.
Pelayanan Penyakit Tidak Menular secara Terpadu (PANDU PTM) merupakan salah satu
upaya yang dilakukan untuk menangani kasus PTM dan juga untuk menjalankan manajemen
faktor-faktor risiko PTM di tingkat FKTP dengan terpadu. Berdasarkan Rencana strategis
(Renstra) Kementerian Kesehatan tahun 2020 hingga 2024 dan juga Permenkes No 71 tahun 2015
bahwa PANDU PTM merupakan program integrasi yang meliputi upaya promosi kesehatan,
deteksi dini, monitoring, serta penatalaksanaan PTM secara holistik. Berdasarkan fakta-fakta
permasalahan kesehatan diatas, dilakukan identifikasi isu-isu kontemporer terkait Penyakit Tidak
Menular di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang.
1. Kasus Hipertensi menduduki posisi tertinggi ke-1 Penyakit Tidak Menular Kabupaten
Semarang
Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam
arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang
abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke,
aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal. Pada pemeriksaan tekanan
darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi diperoleh pada saat jantung
berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi
(diastolik). Tekanan darah ditulis sebagai tekanan sistolik garis miring tekanan diastolik,
misalnya 120/80 mmHg, dibaca seratus dua puluh per delapan puluh.
Dikatakan tekanan darah tinggi jika pada saat duduk tekanan sistolik mencapai 140
mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik mencapai 90 mmHg atau lebih, atau keduanya. Pada
tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik.
Pada sekitar 90% penderita hipertensi, penyebabnya tidak diketahui dan keadaan ini
dikenal sebagai hipertensi esensial atau hipertensi primer. Hipertensi esensial kemungkinan
memiliki banyak penyebab seperti beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh darah
kemungkinan bersama-sama menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hipertensi sekunder
adalah hipertensi yang diketahui penyebabnya, yaitu :
a. Penyakit ginjal (5-10%)
b. Kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB) (1-2%)
Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositoma, yaitu tumor pada
kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin) atau norepinefrin
(noradrenalin). Kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga), stres,
alkohol atau garam dalam makanan; bisa memicu terjadinya hipertensi pada orang-orang
memiliki kepekaan yang diturunkan. Stres cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah
untuk sementara waktu, jika stress telah berlalu, maka tekanan darah biasanya akan kembali
normal.
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara
tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan
darah tinggi (padahal sebenarnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala,
perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan yang bisa saja terjadi baik
pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.
Hipertensi berat atau menahun yang tidak diobati akan menimbulkan gejala sakit kepala,
kelelahan, mual, muntah, sesak nafas, gelisah dan pandangan mejadi kabur yang terjadi
karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal. Kadang penderita hipertensi
berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak.
Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.
Kasus Hipertensi pada wilayah kerja Kabupaten Semarang pada bulan Januari hingga
bulan Maret 2022 sebanyak 29.115 kasus merupakan peringkat ke 1 Penyakit Tidak Menular
di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang. Kasus Hipertensi tertinggi terjadi
pada wilayah kerja Puskesmas Jetak. Sebanyak 17.247 merupakan kasus lama Hipertensi dan
11.868 kasus baru Hipertensi. Berdasarkan jenis kelamin, kasus hipertensi di dominasi
Perempuan dengan jumlah kasus 18.798 sedangkan Laki-Laki sebanyak 10.317 kasus.
Persebaraan kasus hipertensi berdasarkan umur sebagai berikut :
15-19 tahun : 81 kasus
20-44 tahun : 3104 kasus
45-54 tahun : 7299 kasus
55-59 tahun : 6840 kasus
60-69 tahun : 8102 kasus
>70 tahun : 3689 kasus
Posbindu PTM merupakan salah satu upaya kesehatan masayarakat (UKM) yang
berorientasi kepada upaya promotif dan preventif dalam pengendalian PTM dengan
melibatkan masyarakat mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan yang kemudian
dilanjutkan dengan evaluasi. Masyarakat diperankan sebagai sasaran kegiatan, target
perubahan, agen perubahan sekaligus sebagai sumber daya. Dalam pelaksanaan selanjutnya
kegiatan Posbindu PTM menjadi Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM),
dimana kegiatan ini di selenggarakan oleh masyarakat sesuai dengan sumber daya,
kemampuan dan kebutuhan masyarakat.
Persiapan dalam penyelenggaraan Posbindu PTM di dahului dengan identifikasi
kelompok potensial yang ada di masyarakat, sosialisasi, advokasi, pelatihan tugas pelaksana
Posbindu PTM atau fasilitasi teknis, fasilitasi logistik, pengaturan mekanisme kerja antara
petugas Posbindu PTM dengan pembinanya, serta sumber pembiayaan.
Penyelenggaran Posbindu PTM meliputi kegiatan wawancara, pengukuran, pemeriksaan
dan tindak lanjut dini. Wawancara dilakukan untuk menelusuri faktor resiko perilaku, seperti
merokok, konsumsi sayur buah, aktivitas fisik, konsumsi alkohol, dan stress. Pengukuran
berat badan, tinggi badan, lingkar perut, Indeks Masa Tubuh (IMT), dan Tekanan Darah.
Pemeriksaan faktor resiko PTM seperti gula darah sewaktu, kolesterol total, trigliserida,
pemeriksaan klinik payudara, arus puncak ekspirasi, lesi pra kanker (Inspeksi Visual Asam
Asetat / IVA positif), kadar alkohol dalam darah dan tes amfetain urin.
Berdasarkan hasil wawancara, pengukuran dan pemeriksaan dilakukan tindak lanjut dini
berupa pembinaan secara terpadu dengan peningkatan pengetahuan dan kemampuan
masyarakat tentang cara mengendalikan faktor resiko PTM melalui penyuluhan secara massal
atau dialog interaktif atau konseling faktor resiko secara terintegrasi pada individu dengan
faktor resiko sesuai dengan kebutuhan masyarakat termasuk rujukan sistematis dalam sistem
pelayanan kesehatan paripurna.
Posbindu PTM terbagi menjadi 2 yaitu Posbindu Masyarakat dan Posbindu Instansi.
Jumlah Posbindu Masyarakat di wilayah Kabupaten Semarang sebanyak 415 dan Posbindu
Instansi sebanyak 30. Posbindu kit yang sudah di distribusikan kepada Posbindu Masyarakat
sebanyak 236 sehingga Kabupaten Semarang masih memiliki kekurangan posbindu kit
sebanyak 179. Kurangnya posbindu kit menjadi salah satu alasan belum optimalnya
pemberdayaan kader Posbindu PTM yang sudah terbentuk sebanyak 415 Posbindu. Kader
Posbindu PTM belum memiliki cukup pengetahuan dan keterampilan dalam menggunakan
Posbindu KIT berdasarkan hasil diskusi pada monitoring dan evaluasi Program PTM tahun
2021.
Berdasarkan isu yang telah di identifikasi dan deskripsikan selanjutnya dilakukan teknik
analisis isu tapisan untuk menentukan Isu mana yang sangat penting untuk dicarikan solusinya.
Dalam penentuan isu yang akan dibahas dilakukan analisis dengan alat bantu penetapan Isu yaitu
AKPL dan USG.
Kriteria AKPL yaitu Aktual artinya isu yang dibahas merupakan isu yang masih hangat
diperbincangkan, Kekhalayakan yang artinya Isu tersebut menyangkut hajat hidup orang banyak,
Problematik yang artinya Isu tersebut memiliki dimensi masalah yang kompleks sehingga perlu
dicarikan solisinyadan Kelayakan yang artinya isu tersebut relevan, realistis, masuk akal dan
perlu dicarikan pemecahan masalahnya. Rentang penilaian kriteria :
Angka 1: Sangat kurang pengaruhnya
Angka 2: Kurang pengaruhnya
Angka 3: Sedang pengaruhnya
Angka 4: Kuat pengaruhnya
Angka 5: Sangat kuat pengaruhnya
Kriteria USG dari mulai sangat USG atau tidak sangat USG. Urgency: seberapa mendesak
suatu isu harus dibahas, dianalisis dan ditindaklanjuti. Seriousness: Seberapa serius suatu isu
harus dibahas dikaitkan dengan akibat yang akan ditimbulkan. Growth: Seberapa besar
kemungkinan memburuknya isu tersebut jika tidak ditangani segera. Rentang penilaian kriteria :
Angka 1: sangat tidak mendesak/gawat dan dampak;
Angka 2: tidak mendesak/gawat dan dampak;
Angka 3: cukup mendesak/gawat dan dampak;
Angka 4: mendesak/gawat dan dampak;
Angka 5: sangat mendesak/gawat dan dampak.
APKL
Isu A K P L Total
Kasus Hipertensi menduduki posisi 4 4 4 4 16
tertinggi ke-1 Penyakit Tidak Menular
Kabupaten Semarang
USG
Isu U S G Total
Kasus Hipertensi menduduki posisi 4 5 4 13
tertinggi ke-1 Penyakit Tidak Menular
Kabupaten Semarang
V. Gagasan Kreatif
Setelah dilakukan analisis mendalam terhadap isu Kasus Hipertensi menduduki posisi
tertinggi ke-1 Penyakit Tidak Menular di wilayah Kabupaten Semarang, gagasan kreatif yang
diusulkan yaitu Pengoptimalan Peran Kader Posbindu PTM. Berikut ini tahapan dalam
mencapai tujuan berikut yaitu :
a. Perencanaan dan Penganggaran
1. Pembentukan kader Posbindu PTM yang solid dengan pengangkatan berdasarkan SK
Kepala Desa.
2. Peningkatan pengetahuan dan skill kader Posbindu PTM melalui sosialisasi dan praktik
Deteksi Dini.
3. Kader Posbindu PTM mendapatkan refreshment training setiap 2 tahun sekali baik
dilaukan oleh Puskesmas wilayah kerjanya atau Dinas Kesehatan Kab.
4. Perencanaan logistik (posbindu kit) dan pembiayaan oleh Dinas Kesehatan Kab dan
FKTP.
5. Pembuatan media KIE terkait Hipertensi.
6. Pemenuhan alat transportasi dan alat bantu pelaksanaan DD PTM.
7. Sosialisasi aplikasi ASIK sebagai percepatan pencatatan DD PTM.
b. Pelaksanaan
1. Pelaksanaan Deteksi Dini Penyakit Tidak Menular (DD PTM) secara rutin minimal 1
bulan sekali atau dilakukan dengan berkeliling dari lokasi 1 ke lokasi lainnya setiap 1
minggu sekali.
2. Pelaksanaan DD PTM dengan metode jemput bola bagi masyarakat lansia atau
keterbutuhan khusus lainnya.
3. Konseling terkait PTM dan faktor risikonya.
4. Pelaksanaan surveilans Hipertensi oleh FKTP.
5. FKTP melakukan pencatatan dan pelaporan DD PTM.
6. Kader Posbindu PTM melakukan pencatatan pada Aplikasi ASIK Kemenkes.