Anda di halaman 1dari 27

PANDUAN

AMBULANS IGD
RUMAH SAKIT PETROKIMIA GRESIK
2022
Sambutan Direktur Rumah Sakit Petrokimia Gresik

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Marilah kita panjatkan rasa syukur kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan Rahmat dan HidayahNya sehingga kita
semua masih diberikan kesempatan untuk senantiasa
bersyukur atas segala nikmat yang dilimpahkan. Kami atas
nama pribadi dan seluruh keluarga besar RS Petrokimia
Gresik menyampaikan ucapan selamat dan sukses atas
diterbitkannya “Panduan Ambulans IGD”. Karena itu,
Panduan Ambulans IGD rumah sakit petrokimia gresik dibuat dengan maksud
dan tujuan agar pelayanan Ambulans terstandarisasi di seluruh RS. Panduan
buku ini berisikan tentang hal-hal terkait acuan dalam pelayanan ambulans
dalam menjalankan kegiatan pelayanan evakuasi medis sesuai standar
pelayanan rujukan baik dari klinik ke rumah sakit maupun antar rumah sakit
serta harus memenuhi persyaratan keamanan dan keselamatan
Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
banyak membantu penerbitan buku “Panduan Ambulans” di RS Petrokimia
Gresik, semoga buku ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan  semoga Allah
SWT senantiasa menyertai langkah kita dalam memberikan pelayanan
kesehatan yang terbaik bagi pasien, keluarga dan masyarakat pada umumnya.
Amin.
 
 
Gresik, 15 Januari 2021
RS Petrokimia Gresik
 

dr. Dian Ayu Lukitasari


Direktur.

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kepada Allah Yang Maha


Kuasa, karena hanya atas perkenan-Nya Panduan Ambulans IGD Rumah Sakit
Petrokimia Gresik ini dapat disusun dan diselesaikan dengan baik. Dengan
panduan ini diharapkan dapat menjamin mutu layanan kesehatan di rumah Sakit
Petrokimia Gresik sesuai standar yang dipersyaratkan
Buku Pedoman Ambulans IGD Rumah Sakit Petrokimia Gresik ini akan
digunakan dalam menjalankan kegiatan pelayanan evakuasi medis sesuai
standar pelayanan rujukan baik dari klinik ke rumah sakit maupun antar rumah
sakit erta harus memenuhi persyaratan keamanan dan keselamatan. Pedoman
ini juga dimaksudkan untuk memudahkan rumah sakit dalam menentukan
spesifikasi teknis ambulans yang akan diadakan atau akan dilakukan pembelian.
Tidak lupa penyusun sampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya
atas bantuan semua pihak dalam menyelesaikan Panduan Ambulans IGD
Rumah Sakit Petrokimia Gresik. Kami sangat menyadari terdapat kekurangan
dalam buku ini. Kekurangan ini secara berkesinambungan akan terus diperbaiki
sesuai dengan tuntutan dalam pengembangan Rumah Sakit Petrokimia Gresik.
Kami menyadari bahwa panduan ini masih banyak kekurangan.
Sehubungan dengan itu kami mengharapkan saran dan perbaikan untuk
penyempurnaan Panduan ini

Gresik, 31 Desember 2021


Penyusun

iii
DAFTAR ISI

Cover Depan................................................................................................... i
Sambutan Direktur............................................................................................ ii
Kata Pengantar.................................................................................................. iii
Daftar Isi......................................................................................................... iv
BAB 1 Pendahuluan....................................................................................... 1
BAB 2 Gambaran Umum Ambulans.............................................................. 5
BAB 3 Standart Ketenagaan.......................................................................... 8
BAB 4 Standart Fasilitas Ambulans..............................................................
BAB 5 Logistik...............................................................................................
BAB 6 Keselamatan Pasien...........................................................................
BAB 7 Keselamatan Kerja.............................................................................
BAB 8 Pelaksanaan Transportasi ................................................................
BAB 9 Dokumentasi.......................................................................................

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Ketentuan Umum

Di dalam Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan


dinyatakan bahwa setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan
kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau, artinya setiap warga negara
memiliki hak yang sama dalam pelayanan kesehatan. Hal ini dirasakan terutama
bagi masyarakat kurang mampu yang bertempat tinggal di daerah yang jauh dari
perkotaan, sehingga kebutuhan akan transportasi bagi orang sakit dirasakan
kurang.
Sebagai amanat Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit terutama pasal 11 ayat (1) menerangkan bahwa Ambulans merupakan
salah satu prasarana Rumah Sakit. Undang-Undang Penanggulangan Bencana
No. 24 Tahun 2007 menerangkan bahwa prinsip-prinsip dalam penanggulangan
bencana adalah cepat dan tepat, prioritas, koordinasi dan keterpaduan, berdaya
guna dan berhasil guna, transparansi dan akuntabilitas, kemitraan,
pemberdayaan, non-diskriminatif, dan non-proletisi. Berdasarkan Undang-
Undang di atas maka ambulans merupakan salah satu sarana penanggulangan
bencana yang sesuai prinsip-prinsip tersebut di atas.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 12 Tahun 2013 Pasal 20
menerangkan bahwa manfaat non-medis menyangkut akomodasi dan ambulans.
Hal tersebut juga diperkuat dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 71 Tahun
2013 Pasal 29 yang menyatakan Pelayanan Ambulans merupakan pelayanan
transportasi rujukan dengan kondisi tertentu antar fasilitas pelayanan kesehatan
(fasyankes) disertai dengan upaya atau kegiatan menjaga kestabilan kondisi
pasien untuk kepentingan keselamatan pasien. Peraturan Menteri Kesehatan RI
No. 19 tahun 2016 tentang Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu
(SPGDT) serta Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
882/Menkes/SK/X/2009 tentang Pedoman Penanganan Evakuasi Medik adalah
salah satu dasar dikeluarkannya Pedoman Ambulans ini.

1
1.2 Latar Belakang

Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang


digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif,
prefentif, kuratif, maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah,
pemerintah daerah, dan/atau masyarakat. Salah satu pelayanan yang berbentuk
kuratif adalah melakukan penyembuhan penyakit pada pasien artinya melakukan
penanganan cepat guna penyembuhan bagi si pasien. Penanganan pasien dapat
dilakukan pada suatu tempat pelayanan kesehatan baik di rumah sakit maupun
puskesmas.
Penanganan cepat pada pasien harus didukung oleh sistem rujukan yang
baik. Salah satu penunjang sistem rujukan adalah Pelayanan Ambulans.
Pelayanan Ambulans yang baik tercermin dari ambulans yang memenuhi
persyaratan teknis, peralatan medis yang terkalibrasi, petugas ambulans yang
terlatih, serta standar pemeliharaan dan operasional yang terimplementasikan.
Data yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan
bahwa jumlah korban luka berat dalam kecelakaan lalu lintas periode tahun 2017
sebanyak 14.395 orang, atau turun 28 % dibandingkan tahun 2016. Upaya
menurunkan angka kecelakaan lalu lintas harus diikuti dengan peningkatan
kualitas pelayanan korban kecelakaan lalu lintas. Penanganan di lokasi kejadian
hingga pemindahan pasien menuju fasyankes yang tepat adalah peran utama
ambulans. Berdasarkan data dari Pusat Komando Nasional (National Command
Center) 119 Kementerian Kesehatan, diketahui bahwa sejak Juli 2016 hingga Juli
2019 terdapat total 65.006 kasus rujukan se-Indonesia yang menggunakan
ambulans milik rumah sakit, Dinas Kesehatan maupun Public Safety Center
(PSC), dimana sebanyak 26.306 kasus adalah kasus gawat darurat medis dan
15.987 kasus adalah kasus rujukan non-gawat darurat.
Penderita cedera, keracunan, serangan jantung atau kegawatdaruratan
lain di Indonesia banyak yang meninggal di rumah atau dalam perjalanan ke
rumah sakit karena penatalaksanaan yang tidak memadai. Padahal angka
kematian di rumah atau dalam perjalanan ke rumah sakit dapat dikurangi jika ada
pelayanan gawat darurat yang dapat segera menghampiri penderita, dalam
perjalanan penderita kemudian didampingi oleh petugas dan ambulans yang
memadai.

2
Pedoman Ambulans ini disusun untuk memenuhi standar spesifikasi
ambulans yang baik sehingga pelayanan ambulans yang baik juga dapat dicapai.
Pedoman Ambulans ini berdasarkan data dan masukan dari seluruh pemangku
kebijakan penyelenggara Pelayanan Ambulans.

1.3 Tujuan
Pedoman Ambulans ini bertujuan untuk menjadi :
a. Panduan dalam Standarisasi Pelayanan Ambulans IGD RS Ptrokimia
Gresik.
b. Referensi teknis dalam pengadaan/pembelian ambulans di RS dan
Klinik PT Petro Graha Medika sebagai penyelenggara pelayanan
kesehatan.

1.4 Sasaran
Pedoman Ambulans ditujukan kepada penyelenggara pelayanan
Ambulans atau penyedia layanan evakuasi medik di RS Petrokimia
Gresik.

1.5 Ruang Lingkup


Ruang lingkup materi persyaratan teknis ambulans ini adalah berisi
persyaratan teknis ambulans sebagai berikut :
a. Gambaran umum ambulans yang meliputi tujuan penggunaan
ambulans.
b. Persyaratan teknis ambulans yang meliputi ambulans ambulans gawat
darurat.
c. Lampiran yang berisi detail persyaratan teknis ambulans beserta
contoh gambarnya

1.6 Dasar Hukum


a. Undang-Undang RI No.17 Tahun 2008 tentang Pelayaran
b. Undang-Undang RI No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan
c. Undang-Undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
d. Undang-Undang RI No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit

3
e. Undang-Undang RI No. 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan
Kesehatan
f. Peraturan Pemerintah RI No. 55 Tahun 2012 tentang Kendaraan
g. Keputusan Presiden RI No. 65 Tahun 1980 tentang Ratifikasi Konvensi
Safety of Life at Sea (SOLAS)
h. Peraturan Menteri Perhubungan RI No. 29 Tahun 2014 tentang
Pencegahan Pencemaran Lingkungan Maritim
i. Peraturan Menteri Perhubungan RI No. 50 Tahun 2015 tentang
Sertifikasi Standar Kebisingan Jenis Pesawat Terbang dan Kelaikan
Udara
j. Peraturan Menteri Perhubungan RI No. 62 Tahun 2015 tentang
Standar Kelaikudaraan Untuk Helikopter Kategori Normal
k. Peraturan Menteri Perhubungan RI No. 155 Tahun 2016 tentang Batas
Usia Pesawat Udara yang Digunakan Untuk Kegiatan Angkutan Udara
Niaga
l. Peraturan Menteri Perhubungan RI No. PM.33 Tahun 2018 tentang
Pengujian Tipe Kendaraan Bermotor
m. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 75 Tahun 2014 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat
n. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 24 Tahun 2016 tentang
Persyaratan Bangunan dan Prasarana Rumah Sakit
o. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 7 Tahun 2019 tentang Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit
p. Keputusan Menteri Perhubungan RI No. 65 Tahun 2009 tentang
Standar Kapal Non Konvensi Berbendera Indonesia
q. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1314 Tahun 2010 tentang
Pedoman Standardisasi Sumber Daya Manusia, Sarana, dan
Prasarana di Lingkungan Kantor Kesehatan Pelabuhan
r. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 19 Tahun 2016 tentang Sistem
Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu
s. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 47 Tahun 2018 tentang
Pelayanan Kegawatdaruratan
t. Pedoman Teknis Ambulan Kementerian Kesehatan Tahun 2019
u. Peraturan Gubernur DKI Jakarta No. 120 Tahun 2016 tentang
Pelayanan Ambulans dan Mobil Jenazah

4
BAB 2
GAMBARAN UMUM

2.1 Definisi
Ambulans adalah suatu kendaraan atau alat transportasi untuk
mendatangi/menjemput/membawa/memindahkan pasien dalam rangka
mendapatkan pertolongan/penanganan/tindakan medis baik yang bersifat gawat
darurat maupun yang tidak gawat darurat. Jenis kendaraan yang dapat
diperuntukkan sebagai ambulans adalah kendaraan angkutan orang/penumpang.
Pelayanan Ambulans berada dalam Sistem Penanggulangan Gawat Darurat
Terpadu (SPGDT) khususnya pra fasyankes dan antar fasyankes, sehingga
semua kegiatan ambulans harus terhubung dengan sistem tersebut dan
ditunjang sistem komunikasi dan informasi yang handal. Ambulans dapat
membawa pasien setelah dinilai dan diputuskan kelaikannya oleh petugas yang
berwenang.

2.2 Tujuan Penggunaan


Tujuan penggunaan ambulans antara lain adalah :
a. Pertolongan dan pengangkutan pasien gawat darurat dan non gawat
darurat dari lokasi kejadian (pra fasyankes) ke fasilitas pelayanan
kesehatan.
b. Pengangkutan pasien gawat darurat dan non gawat darurat antar
fasyankes.

2.3 Jenis Ambulans


Berdasarkan faktor kebutuhan medis, ambulans dapat dibagi menjadi:
1. Ambulans Transport
2. Ambulans Gawat Darurat
3. Ambulans Jenazah

2.3.1. Ambulans Transport


Ambulans transport (patient transport ambulance) darat adalah
ambulans darat yang digunakan untuk mengangkut pasien tanpa adanya
kondisi gawat darurat atau berpotensi mengancam nyawa dari suatu
tempat ke tempat lain untuk mendapatkan pengobatan.

5
Ambulans jenis ini dilengkapi peralatan bantuan hidup dasar dan
petugas dengan kompetensi bantuan hidup dasar. Kendaraan yang
digunakan menyesuaikan kondisi daerah masing-masing. Ambulans ini
dapat dimiliki pemerintah maupun organisasi non pemerintah.
Ambulans transport dapat dilengkapi dengan alat kesehatan dan
spesifikasi khusus lainnya untuk menangani kondisi seperti pasien
infeksius, pasien psikiatri dan kondisi khusus lainnya (daerah terpencil
atau kondisi geografis sulit).

2.3.2. Ambulans Gawat Darurat


Ambulans gawat darurat darat adalah ambulans darat yang
digunakan untuk menangani dan/atau mengangkut pasien dengan kondisi
gawat darurat atau berpotensi mengancam nyawa dari suatu tempat ke
tempat lain untuk mendapatkan pengobatan. Ambulans ini dapat
memberikan pertolongan pada kondisi pra fasyankes, mengangkut korban
yang sudah distabilkan dari pra fasyankes menuju fasyankes dan
mengangkut pasien antar fasyankes.
Ambulans jenis ini dilengkapi petugas dengan kompetensi dan
peralatan tertentu yang berbeda dari ambulans transport. Kendaraan
yang digunakan menyesuaikan kondisi daerah masing-masing. Ambulans
gawat darurat juga dapat dilengkapi dengan alat kesehatan dan
spesifikasi khusus lainnya untuk menangani kondisi khusus seperti pasien
infeksius, pasien perawatan intensif, pasien psikiatri dan kondisi khusus
lainnya (daerah terpencil atau kondisi geografis sulit).

2.3.3. Kendaraan Jenazah


Kendaraan jenazah adalah kendaraan yang digunakan untuk
mengangkut jenazah. Kendaraan jenazah tidak memerlukan peralatan
kesehatan. Penggunaan sirene juga mengikuti aturan yang berlaku.
Kendaraan yang digunakan tergantung kondisi daerah masing-masing

6
BAB 3
STANDAR KETENAGAAN

3.1 Kualitas Sumber Daya Manusia


Berdasarkan rekomendasi dari Guidelines for the Inter and Intrahospital
Transport of Critically III Patients, petugas yang mendampingi pasien yang tidak
stabil dalam transport pasien adalah dokter yang memiliki kompetensi dalam
evakuasi pasien. Sedangkan apabila pasien dalam kondisi stabil perawat yang
mempunyai kompetensi dapat bertindak sebagai pendamping pasien. Paling
tidak minimal 1 staf diperlukan sebagai pendamping pasien. Kompetensi yang
harus dimiliki oleh perawat pendamping paling tidak mempunyai kemampuan dan
ketrampilan dalam hal :
a. Terapi intravena,
b. Manajemen aritmia
c. Basic trauma & cardiac life support
Petugas transportasi ambulans terdiri dari :
a. Satu pengemudi berkemampuan BHD (Bantuan Hidup Dasar) dan mampu
menggunakan alat komunikasi (handphone, HT)
Syarat pengemudi ambulans yang aman :
 Sehat secara fisik dan mental
 Bisa mengemudi dibawah tekanan emosi
 Mempunyai keyakinan positif atas kemampuan diri
 Bersikap toleran dengan pengemudi lain
 Tidak dalam pengaruh minuman beralkohol dan obat-obatan yang dapat
menimbulkan resiko mengemudi
 Mempunyai Surat Izin Mengemudi (SIM B1) yang masih berlaku
 Jika dibutuhkan, kacamata dan lensa kontak harus selalu dipakai
 Evaluasi keadaan diri sendiri berdasarkan respon terhadap tekanan,
kelelahan dan rasa kantuk
 Mempunyai sertifikat emergency response defensive driving course
(ambulans gawat darurat 118) atau BHD
b. Satu perawat berkemampuan BTCLS atau PPGD

7
c. Satu dokter berkemampuan ATLS dan ACLS atau GELS (General Emergency
Life Support) wajib untuk pasien dengan kondisi gawat darurat (kategori
merah)
d. Satu dokter spesialis Anestesi bila diperlukan pada kondisi tertentu dan / atau
membawa pasien gawat darurat VIP/VVIP untuk rujukan ke fasilitas yang lebih
tinggi.

3.2 Distribusi Ketenagaan


Pengendara/driver ambulans standby di IGD. Tenaga medis (perawat)
berasal dari tenaga di IGD atau tenaga perawat di ruangan rawat inap/ICU/NICU.
Sedangkan tenaga dokter adalah dokter jaga di IGD maupun di ruangan rawat
inap.

3.3 Pengaturan Jaga


a. Pengemudi / sopir khusus ambulans gawat darurat tiga shift jaga yaitu:
Pagi (jam 07.00 – 14.00 wib) : 1 orang
Sore (jam 14.00 – 21.00 wib) : 1 orang
Malam (jam 14.00 – 07.00 wib) : 1 orang
b. Pengemudi / sopir khusus ambulans transport
Senin hingga Jumat (jam 10.00 – 17.00 wib) dan Sabtu (jam 09.00 –
15.00 wib) : 1 orang
c. Perawat IGD atau perawat ruangan yang bertugas pada jam dinas
tersebut
d. Dokter Jaga IGD atau yang bertugas di ruang rawat inap pada jam dinas
tersebut.

3.4 Koordinasi dan Komunikasi


Dalam proses transportasi pasien harus ada koordinasi dan komunikasi
yang jelas antar pengirim dan penerima pasien. Pastikan pihak rumah sakit atau
unit penerima siap menerima pasien yang diantar. Pihak pengirim harus
memastikan pihak penerima telah siap menerima dan memberikan pelayanan
segera setelah pasien tiba ditujuan, sesuai dengan keperluan dan kepentingan.

8
BAB 4
STANDAR FASILITAS AMBULANS

Setiap kendaraan dapat dipergunakan untuk mengangkut orang sakit


akan tetapi tidak setiap kendaraan tersebut dapat disebut sebagai ambulans.
Suatu kendaraan dapat disebut sebagai ambulans apabila memenuhi spesifikasi
teknis tertentu, memiliki alat kesehatan dan mampu memberikan pelayanan
kesehatan terhadap orang sakit/ korban/ pasien.

4.1 Spesifikasi Teknis Umum Ambulans


Secara umum spesifikasi teknis untuk ambulans transport dan gawat
darurat adalah sama. Perbedaannya berupa alat kesehatan serta kompetensi
petugas yang bekerja di dalamnya. Kendaraan ambulans berupa kendaraan
dengan jenis peruntukan angkutan orang/ penumpang. Jenis kendaraan yang
difungsikan sebagai ambulans dapat menyesuaikan kondisi daerah masing-
masing. Semua kendaraan harus dilakukan pemeliharaan secara berkala.

4.2 Alat Kesehatan


Alat kesehatan yang digunakan dalam ambulans mengikut jenis
pelayanan. Secara mendasar, alat kesehatan yang ada di ambulans transport
juga terdapat dalam ambulans gawat darurat akan tetapi tidak sebaliknya.
Semua alat kesehatan harus terkalibrasi dan dilakukan pemeliharaan secara
berkala.

4.3 Kendaraan Ambulans


Mobil Proses pembuatan ambulans darat dapat melalui 2 (dua) proses
yaitu:
a. Secara utuh.
Pembelian ambulans secara utuh (built in) dapat dilakukan apabila
membeli langsung atau mendapat hibah secara utuh dari negara lain
(Goverment to Government). Setiap ambulans darat yang dibeli atau
mendapat hibah dari negara lain harus memenuhi peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

9
b. Secara pembuatan bentuk atau karoseri
Kendaraan dasar (mobil) yang digunakan adalah kendaraan
dengan rangka landasan yang diperuntukkan sebagai angkutan orang.
Kendaraan hanya dapat dibeli sesuai jenis yang dijual di wilayah
Indonesia dan harus dimodifikasi di karoseri yang memiliki izin di wilayah
Indonesia. Jenis mobil yang digunakan dapat berupa mobil dengan
penggerak dua roda (roda depan/ roda belakang/ jenis 4x2) maupun
mobil dengan penggerak empat roda (jenis 4x4); dengan pilihan kabin
tunggal (single cabin). Mobil yang digunakan memiliki batas usia
kendaraan maksimal 10 tahun atau mengikuti peraturan perundang-
undangan yang berlaku di masing-masing daerah.
Pembuatan bentuk atau karoseri semua bentuk dan desain
ambulans akan dibuat sesuai kebutuhan dan alat kesehatan yang ada di
dalam agar efisien dan sesuai peruntukannya. Pembuatan bentuk atau
karoseri terdiri dari pekerjaan interior maupun eksterior dengan rincian
pekerjaan sebagai berikut :
a) Interior
• Pekerjaan lemari/ kompartemen tempat obat atau alat kesehatan
penunjang ambulans
• Pekerjaan landasan stretcher.
• Pekerjaan tempat duduk untuk petugas ambulans beserta sabuk
keselamatannya
• Pemasangan stretcher multi fungsi
• Pekerjaan instalasi gas medis.
• Pekerjaan sistem komunikasi ambulans.
• Pemasangan amplifier sirene dan saklar light bar
• Pekerjaan lampu sorot interior
• Pekerjaan sistem kelistrikan.
• Pekerjaan pengelolaan limbah medis
b) Eksterior
• Pekerjaan karoseri/ rumah-rumah/ body ambulans
• Pekerjaan identitas ambulans
• Pekerjaan pemasangan lampu Light Emitting Diode (LED) Flash/
Blitz Light Bar, Speaker Sirene, lampu Hazard.

10
Spesifikasi teknis mobil ambulans :
a. Interior
 Interior ambulans harus dari bahan non porosif (tidak berpori) dan
mudah dibersihkan.
 Lemari/kompartemen tempat obat atau alat kesehatan penunjang
ambulans harus dapat memuat obat dan alat kesehatan yang
diperlukan.
 Landasan stretcher yang dilengkapi dengan laci untuk menyimpan
alat kesehatan (Long Spine Board/Scoop Stretcher dan kuncian
berbahan stainless steel).
 Tabung gas medis harus diberi pengaman untuk menjaga
kestabilan sewaktu ambulans sedang berjalan.
 Pemasangan dan penggunaan amplifier sirene dan saklar light bar
harus mengikuti peraturan terkait yang berlaku.
 Sistem komunikasi ambulans harus terintegrasi dengan fasilitas
pelayanan kesehatan dan penyelenggara pelayanan ambulans
serta ditunjang dengan teknologi tepat guna. Sistem komunikasi
harus dua arah (handphone (PSC 119) atau radio medik).
Pemakaian frekuensi yang digunakan akan diatur dalam peraturan
perundang-undangan yang lain.
 Sistem kelistrikan harus dapat digunakan oleh alat kesehatan yang
dipakai. Sumber listrik (suplai daya bebas gangguan/Uninterrupted
Power Supply (UPS)) harus terpisah antara yang dipakai oleh
kendaraan dan yang dipakai oleh alat kesehatan.
 Perlengkapan keselamatan (Alat Pemadam Api Ringan/APAR)
b. Eksterior
 Kendaraan harus mampu menampung alat kesehatan yang
diperlukan.
 Warna dasar ambulans putih dan penulisan nama ambulans
mengikuti peraturan perundang-undangan yang berlaku.
 Pekerjaan pemasangan lampu LED Flash/Blitz Light Bar warna
merah lengkap dengan pelantang suara/ speaker (warna
disesuaikan, berdasarkan Undang- Undang No. 22 Tahun 2009
tentng Lalu Lintas dan Angkutan Jalan)
 Suara sirene mengacu pada standar suara sirene “Two Tone” .

11
4.4 Persiapan Pemeriksaan Ambulan
a. Mesin Mati
 Periksa seluruh body ambulan
 Periksa roda ban/ban tekanan
 Pemeriksaan spion dan jendela, pastikan spion bersih dan berada
di posisi yang tepat
 Periksa fungsi setiap pintu dan kursi
 Periksa bagian sistem pendingin
 Periksa jumlah cairan kendaraan termasuk minyak mesin, air
radiator, pelumas rem, air aki, dan pelumas setir
 Periksa portal indikator aki dan tanda-tanda korosi
 Periksa kebersihan kabin termasuk dashboard
 Periksa fungsi jendela
 Tes fungsi klakson
 Tes fungsi sirine
 Periksa sabuk pengaman
 Posisikan kursi pengemudi senyaman mungkin
 Periksa jumlah bahan bakar dan kalau perlu isi bahan bakar
b. Mesin Hidup
Nyalakan mesin dan keluarkan ambulan dari ruang penyimpanan.
Pemeriksaan yang dilakukan saat mesin ambulan hidup antara lain :
 Tes fungsi indikator di dashboard
 Periksa meteran yang terletak di dashboard
 Tes fungsi rem
 Tes fungsi rem tangan
 Tes fungsi stir
 Periksa fungsi wiper
 Tes fungsi lampu
 Periksa fungsi pendingin baik di komponen pasien
 Periksa perlengkapan komunikasi

Untuk memudahkan pemeriksaan dapat juga menggunakan akronim (EWAGON)


No Nama Huruf Keterangan
1 Engine Periksa mesin baik/tidak
2 Water Periksa air radiator, wiper, air cadangan
radiator, air aki sesuai petunjuk pemakaian
3 Air Periksa tekanan udara ban cukup atau tidak,
AC dan blower berfungsi baik
4 Gas Periksa bahan bakar sesuai petunjuk
pemakaian

12
5 Oil Pemeriksaan indikator oli mesin dan minyak
rem sesuai petunjuk pemakaian
6 Noise Dengarkan suara mesin normal atau tidak
No Nama Huruf Keterangan
7 Elektrical System Periksa dan lihat lampu dekat, lampu jauh, sign
hazar, rotator, sirine, lampu kabin depan, dan
belakang, lampu-lampu indikator menyala atau
tidak pecah atau tidak.
8 Body Periksa seluruh body mobil bersih dan mulus,
ada kerusakan atau tidak
9 Alat Penunjang Periksa toolkit, dongkrak, ban serep, triangle
hazard, dan APAR tersedia pada tempatnya
10 Kondisi Ban Periksa kondisi ban mobil, kembang ban baik
atau sudah tipis, apakah ban retak atau sobek
11 Sabuk Pengaman Periksa dan coba sabuk pengaman masih
dalam kondisi baik, kain sabuk pengaman
dalam kondisi baik

c. Pemeriksaan Persediaan dan Perlengkapan Kompartemen Pasien

4.5 Standar Kelengkapan Alat Ambulan Gawat Darurat (Advance)

Halaman 8

13
BAB 5

LOGISTIK

5.1 Administrasi dan Pengelolaan

Dalam menunjang transportasi pasien dari rumah sakit ke rumah sakit


lain, rumah ke rumah sakit atau sebaliknya dan permintaan ambulan untuk event
agar berjalan dengan baik maka diperlukan pengelolaan administrasi yang baik
dan sesuai dengan prosedur yang ada.

5.2 Penyediaan Peralatan


Dalam penyediaan peralatan medis dan obat-obatan semua disediakan
oleh rumah sakit melalui bagian farmasi. Sehingga tarif ambulan sesuai dengan
buku tarif yang berlaku di RS Petrokimia Gresik. Apabila ada pemakaian
ambulan yang termasuk dalam peraturan tarif ambulans yang ada, maka
keluarga atau pasiennya membayar sesuai tarif tersebut dan kuitansi akan
diberikan setelah membayar di kasir.
5.3 Penyediaan Bahan Bakar
Pemeliharaan kendaraan meliputi juga pengisian bahan bakar ambulans
yang disediakan oleh rumah sakit. Tata cara mengisian bahan bakar ambulans:
 Petugas ambulans/ transport mengajukan anggaran untuk pembelian bahan
bakar, uang tol, biaya perbaikan, ke bagian keuangan, untuk pengisian bahan
bakar kendaraan ke petugas bagian administrasi dengan membawa buku
pengisian bahan bakar kendaraan yang sebelumnya sudah dilakukan
pengecekan terhadap bahan bakar kendaraan.
 Petugas ambulan / transport bersama-sama driver yang lain membeli bahan
bakar di SPBU sesuai dengan kebutuhan kendaraan dalam pengisian bahan
bakar dengan meminta struk asli pembelian bahan bakar.
 Petugas ambulans menyerahkan struk pembelian bahan bakar ke bagian
administrasi transport untuk dipertanggungjawabkan.

14
BAB 6
KESELAMATAN PASIEN

6.1 Pengertian Keselamatan


Pasien (Patient Safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman untuk memininimalkan timbulnya resiko dan
mencegah terjadinya cedera akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil.

6.2 Pelaksanaan Sistem Keselamatan Pasien


1. Ketepatan Identifikasi Pasien
Pasien yang akan menggunakan ambulan ataupun ambulan jenasah
diidentifikasi terlebih dahulu menggunakan identitas pasien yang meliputi:
a. Nama
b. Tanggal lahir
2. Peningkatan Komunikasi Efektif (SBAR)
a. Petugas dari ruang perawatan, unit gawat darurat menginformasikan
permintaan penggunaan ambulan kepada petugas ambulans melalui
telepon secara jelas
b. Petugas ambulan mencatat permintaan ambulan dan mengklarifikasi
kembali kepada bagian yang akan menggunakan ambulan pada saat
siap pengantaran atau penjemputan
c. Petugas ambulans bersama perawat menyiapkan peralatan yang akan
digunakan untuk pengantaran atau penjemputan pasien

3. Pengendalian Infeksi
a. Cuci tangan sebelum dan sesudah bekerja untuk mencegah infeksi
silang
b. Pemakaian alat pelindung diri untuk mencegah kontak dengan darah
dan cairan infeksi yang lain seperti masker, sarung tangan, kacamata
google dan apron jika dibutuhkan
b. Pengelolaan jarum dan alat tajam lain untuk mencegah perlukaan
c. Pembersihan ambulan setiap penggunaan pengantaran ataupun
penjemputan pasien
d. Pengelolaan limbah rumah sakit dan sanitasi ruangan

15
4. Mengurangi resiko pasien jatuh
a. Rumah sakit menyediakan peralatan kesehatan yang dapat
mengurangi resiko pasien jatuh pada saat pemindahan pasien ke
dalam ambulan, pada proses transfer maupun pemindahan pasien dari
ambulans
b. Fasilitas Ambulan yang sudah dilengkapi dengan tempat untuk
meletakan Brankar Ambulans yang disebut dengan Landasan.
Landasan Brankar Ambulans berfungsi untuk mempermudah Brankar
Ambulans masuk dan keluar
c. Brankar ambulans yang dilengkapi dengan sabuk pengaman
d. Cara pemindahan pasien ke dalam ambulans maupun keluar
ambulans yang tepat dan menghindari resiko pasien jatuh

16
BAB 7
KESELAMATAN KERJA

7.1 Aturan Ambulans di Jalan Raya


1. Pengemudi ambulans harus memiliki lisensi mengemudi yang sah dan
harus menyelesaikan program pelatihannya.
2. Hak-hak khusus memperbolehkan pengemudi ambulans untuk tidak
mematuhi peraturan ketika ambulans digunakan untuk respon emergency
atau untuk transportasi pasien darurat. Ketika ambulans tidak dalam
respon emergency, maka peraturan yang berlaku bagi setiap pengemudi
kendaraan non-darurat, juga berlaku untuk ambulans.
3. Walaupun memiliki hak istimewa dalam keadaan darurat, hal tersebut
tidak menjadikan pengemudi ambulans kebal terhadap peraturan
terutama jika mengemudikan ambulans dengan ceroboh atau tidak
memperdulikan keselamatan orang lain.
4. Hak istimewa selama situasi darurat hanya berlaku jika pengemudi
menggunakan alat-alat peringatan (warning devices) dengan tata cara
yang diatur oleh peraturan.
5. Sebagian besar undang-undang memperbolehkan pengemudi kendaraan
emergensi untuk :
a. Memarkir kendaraannya di manapun, selama tidak merusak hak milik
atau membahayakan nyawa orang lain.
b. Melewati lampu merah dan tanda berhenti. Beberapa negara
mengharuskan pengemudi ambulans untuk berhenti terlebih dahulu
saat lampu merah, lalu melintas dengan hati-hati. Negara lain hanya
menginstruksikan pengemudi untuk memperlambat laju kendaraan dan
melintas dengan hati-hati.
c. Melewati batas kecepatan maksimum yang diperbolehkan selama
tidak membahayakan nyawa dan hak milik orang lain.
b. Mendahului kendaraan lain di daerah larangan mendahului setelah
memberi sinyal yang tepat, memastikan jalurnya aman, dan
menghindari hal-hal yang membahayakan nyawa dan harta benda.
c. Mengabaikan peraturan yang mengatur arah jalur dan aturan berbelok
ke arah tertentu, setelah memberi sinyal dan peringatan yang tepat.

17
7.2 Penggunaan Alat-Alat Peringatan
Pengoperasian kendaraan emergensi yang aman dapat dicapai hanya
jika alat-alat peringatan dan sirine emergensi digunakan dengan tepat dan
dengan mengemudikan kendaraan secara difensif/hati-hati. Penelitian
menunjukkan bahwa sopir kendaraan lain bisa saja tidak melihat atau
mendengar suara ambulans hingga berada dalam jarak 50 sampai 100 kaki. Jadi
jangan pernah beranggapan bahwa Anda berada dalam keadaan aman jika
sudah menyalakan lampu peringatan dan sirine.
1. Sirine adalah alat peringatan audio yang paling banyak digunakan dalam
pratek ambulans dan juga paling sering disalahgunakan. Saat menyalakan
sirine, pertimbangkan efeknya yang bisa terjadi baik pada pengendara
bermotor lainnya, pasien dalam ambulans, maupun pengemudi ambulans itu
sendiri. Di bawah ini beberapa aturan penggunaan sirine ambulans gawat
darurat.
a. Menggunakan sirine secara bijak, dan hanya ketika perlu. Sirine hanya
digunakan jika pengemudi dalam respon emergency, Suara sirine yang
dinyalakan terus menerus dapat menambah rasa takut dan cemas pasien,
dan kondisi pasien dapat memburuk jika mulai timbul stress.
b. Selalu waspada meski sudah membunyikan sirine. Jangan pernah
beranggapan bahwa semua pengendara kendaraan bermotor akan
mendengar sinyal Anda. Adanya bangunan, pepohonan, dan semak
belukar, radiotape dalam mobil dapat menghalangi suara sirine.
b. Tidak berada di dekat kendaraan lain lalu membunyikan sirine tiba-tiba. Hal
ini dapat menyebabkan pengemudi lain menginjak rem mendadak dan
Anda tidak bisa berhenti tepat pada waktunya. Gunakan klakson ketika
Anda berada dekat dengan kendaraan di depan Anda.
c. Tidak menggunakan sirine sembarangan, dan jangan digunakan untuk
menakuti orang lain.
2. Klakson adalah perlengkapan standar pada setiap ambulans. Pengemudi
yang berpengalaman menyadari bahwa penggunaan klakson dengan bijak
dapat membuka jalur lalu lintas secepat sirine. Petunjuk penggunaan sirine
diaplikasikan juga untuk penggunaan klakson.
3. Peralatan Peringatan Visual. Dimanapun ambulans berada di jalan, siang
ataupun malam, lampu depan harus selalu dinyalakan. Hal ini dapat
meningkatkan jarak pandang kendaraan terhadap pengemudi lain. Ketika

18
ambulans berada pada keadaan emergensi untuk pasien dengan prioritas
tinggi, baik dalam perjalanan menuju lokasi kejadian maupun transportasi ke
rumah sakit, semua lampu emergensi harus digunakan. Kendaraan harus bisa
terlihat dari setiap sudut 360 derajat.

7.3 Kecepatan dan Keselamatan


Dalam mengemudikan ambulans perlu menjaga kecepatan dan
keselamatan maka sangat perlu diperhatikan hal hal berikut :
1. Kecepatan yang berlebihan dapat menigkatkan kemungkinan terjadinya
tabrakan.
2. Kecepatan yang tinggi membutuhkan jarak yang labih panjang untuk berhenti,
sehingga dapat mengakibatkan hal-hal yang tidak diharapkan. Peraturan di
beberapa negara mungkin memperbolehkan untuk tidak mematuhi peraturan
lalu lintas dalam keadaan emergensi yang sebenarnya dan dengan
memperdulikan keselamatan orang lain. Pengecualian dalam hal ini,
mencakup aturan batas kecepatan, lampu merah dan tanda berhenti, dan
peraturan lain serta sejumalh batasan larangan. Namun jika melintasi
persimpangan dengan lampu peringatan peringatan, hindari menikung tiba-
tiba, dan selalu menyalakan lampu penunjuk arah. Harus dipastikan
pengemudi ambulans dan semua penumpang menggunakan sabuk
pengaman saat ambulans sedang berjalan.

7.4 Mencari Jalan Alternatif


Jika diperkirakan bahwa ambulans akan terlambat mencapai lokasi
pasien, pengemudi ambulans harus mempertimbangkan sebuah jalur alternatif
atau meminta pengiriman ambulans lain. Beberapa cara untuk antisipasi adanya
kemacetan:
1. Perkirakan waktu-waktu di mana perubahan keadaan dapat mempengaruhi
kecepatan transportasi.
2. Dapatkan peta detail wilayah pelayanan Anda. Kemudian tandai titik-titik pada
peta yang biasa timbul masalah lalu lintas seperti area sekolah, jembatan,
terowongan, persimpangan rel kereta api, dan area-area padat. Cari jalan
alternatif untuk menghindari potensi kemacetan.

19
7.5 Alat Pelindung Diri
1. Sarung tangan non steril dipakai saat petugas ambulans membantu
perawat atau tenaga medis memindahkan pasien dari auatpun keluar
ambulans, dan saat petugas membantu tenaga medis dalam melakukan
tindakan terhadap pasien didalam ambulan.
2. Masker KN95 atau N95 untuk penyakit menular digunakan saat petugas
ambulans membantu perawat atau tenaga medis memindahkan pasien
masuk atau keluar ambulans, dan saat petugas membantu tenaga medis
dalam melakukan tindakan terhadap pasien didalam ambulans.
3. Apron plasik disposible digunakan jika diperlukan oleh petugas ambulans
saat membantu perawat atau tenaga medis memindahkan pasien masuk
atau keluar ambulans, dan saat petugas membantu tenaga medis dalam
melakukan tindakan terhadap pasien didalam ambulan.
4. Googles digunakan jika diperlukan oleh petugas ambulans saat
membantu perawat atau tenaga medis yang berisiko terkena cairan tubuh
pasien pada mata petugas ambulan.

7.9 Pemeriksaan Kesehatan Petugas Secara Berkala


Untuk menghindari resiko kecelakaan kerja, maka petugas ambulans
harus dilakukan pemeriksaan kesehatan sesuai dengan status pekerjanya
secara berkala minimal 1 tahun sesuai kebijakan perusahaan.

7.10 Keselamatan Kerja Pada Saat Terjadi Kecelakaan


1. Rumah sakit memberikan perhatian terhadap keselamatan kerja petugas
2. Rumah sakit mengatur prosedur berobat karyawan
3. Jika terjadi kecelakaan kerja dan mengakibatkan kerusakan peralatan
maka petugas membuat kronologi kejadian dan mengganti 25% dari
kerusakan tersebut

20
BAB 8
PELAKSANAAN TRANSPORTASI

8.1 Langkah-Langkah Sebelum Transportasi Pasien

Halaman 12

a. Penilaian Awal
b. Tingkat Kesadaran
c. Primary Survey
 Airway
 Adasasda
 Asaqa
 ASASQW
 Breathing

 Circulation

 Disability

 Exposure

 Five Intervention

 Give Comfort

 Secondary Survey

4.8 Transportasi

Halaman 14

a. Penentuan Tujuan

b. Modus Berangkat

c. Selama Perjalanan

d. Sampai di Tempat Rujukan

e. Kembali Dari Tempat Rujukan

f. Penolakan Perawatan

21
g. Pasien dengan Gangguan Emosional

h. Kematian yang Belum Dipastikan

i. Bencana masal

22
BAB 9
DOKUMENTASI
Halaman 19

23

Anda mungkin juga menyukai