Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF

PADA NY A PASIEN SECTIO CAESAREA (SC) DI INSTALASI BEDAH SENTRAL


RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL YOGYAKARTA

Preceptor: Warsiyah S. Kep., Ns., MPH

Disusun Guna Untuk Memenuhi Tugas Individu Stase Keperawatan Medikal Bedah
Profesi Ners Angkatan XXVIII STIKes Surya Global
Yogyakarta

DISUSUN OLEH :

NAMA : Siti Maimunah


NIM : 24211553

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU


KESEHATAN SURYA GLOBAL YOGYAKARTA
2022
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SURYA GLOBAL YOGYAKARTA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
ANGKATAN XXVIII

LEMBAR PENGESAHAN

Telah Disahkan “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Perioperatif pada Ny A Pasien
Sectio Caesarea (SC) Di Instalasi Bedah Sentral RSUD Panembahan Senopati Bantul
Yogyakarta” guna memenuhi tugas Stase Keperawatan Medikal Bedah Profesi Ners Angkatan
XXVIII STIKes Surya Global Yogyakarta Tahun 2022

Yogyakarta, Juli 2022

Diajukan Oleh:
Siti Maimunah
24.21.1553

Mengetahui
Dosen Akademik Preceptor

Suib S. Kep., Ns., M. Kep. Warsiyah S. Kep., Ns., MPH

Pembimbing Klinis

Suyanta, S. Kep., Ns
LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN SECTIO CAESAREA
(SC)

A. Pengertian
Persalinan merupakan proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan (37-42 minggu) disertai dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin
(Nurul Jannah, 2017). ada dua persalinan yaitu persalinan lewat vagina (persalinan
normal) dan persalinan dengan cara operasi Sectio Caesarea. Persalinan Sectio
Caesarea merupakan persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi
pada dinding perut dan dinding Rahim dengan sarat Rahim dalam keadaan utuh serta
berat janin diatas 500 gram (Mitayani, 2013).
Menurut Sarwono dalam Krismonita (2019) Sectio Caesarea adalah suatu
persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan
perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin
diatas 500 gram.
Menurut Gulardi dan Wiknjosastro dalam Krismonita (2019) Sectio Caesarea
adalah tindakan untuk melahirkan janin dengan berat badan diatas 500 gram melalui
sayatan pada dinding uterus yang utuh.
Menurut (Mansjoer, 2012) Sectio Caesarea adalah pembedahan untuk
melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding rahim.

B. Anatomi dan fisiologi


Sistem reproduksi wanita terdiri dari organ interna, yang terletak di dalam
rongga pelvis dan ditopang oleh lantai pelvis, dan genetalia eksterna, yang terletak di
perineum. Struktur reproduksi interna dan eksterna berkembang menjadi matur akibat
rangsang hormon estrogen dan progesteron (Baety, 2011).
1. Stuktur eksterna
a. Vulva
Vulva adalah nama yang diberikan untuk struktur genetalia externa. Kata
ini berarti penutup atau pembungkus yang berbentuk lonjong, berukuran
panjang, mulai klitoris, kanan kiri dibatasi bibir kecil sampai ke belakang
dibatasi perineum.
b. Mons pubis
Mons pubis atau mons veneris adalah jaringan lemak subkutan berbentuk
bulat yang lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat jarang di atas
simfisis pubis. Mons pubis mengandung banyak kelenjar sebasea dan
ditumbuhi rambut berwarna hitam, kasar, dan ikal pada masa pubertas, mons
10 berperan dalam sensualitas dan melindungi simfisis pubis selama koitus.
c. Labia mayora
Labia mayora adalah dua lipatan kulit panjang melengkung yang menutupi
lemak dan jaringan kulit yang menyatu dengan mons pubis.
Keduanya memanjang dari mons pubis ke arah bawah mengililingi labia
minora, berakhir di perineum pada garis tengah. Labia mayora melindungi
labia minora, meatus urinarius, dan introitus vagina. Pada wanita yang belum
pernah melahirkan anak pervaginam, kedua labia mayora terletak berdekatan
di garis tengah, menutupi stuktur-struktur di bawahnya. Setelah melahirkan
anak dan mengalami cedera pada vagina atau pada perineum, labia sedikit
terpisah dan bahkan introitus vagina terbuka.
Penurunan produksi hormon menyebapkan atrofi labia mayora. Pada
permukaan arah lateral kulit labia tebal, biasanya memiliki pigmen lebih gelap
daripada jaringam sekitarnya dan ditutupi rambut yang kasar dan semakin
menipis ke arah luar perineum. Permukaan medial labia mayora licin, tebal,
dan tidak tumbuhi rambut. Sensitivitas labia mayora terhadap sentuhan, nyeri,
dan suhu tinggi. Hal ini diakibatkan adanya jaringan saraf yang menyebar luas,
yang juga berfungsi selama rangsangan seksual.

d. Labia minora
Labia minora terletak di antara dua labia mayora, merupakan lipatan kulit
yang panjang, sempit, dan tidak berambut yang, memanjang ke arah bawah dari
bawah klitoris dan dan menyatu dengan fourchett. Sementara bagian lateral dan
anterior labia biasanya mengandung pigmen, permukaan medial labia minora
sama dengan mukosa vagina. Pembuluh darah yang sangat banyak membuat labia
berwarna merah kemerahan dan memungkankan labia minora membengkak, bila
ada stimulus emosional atau stimulus fisik. Kelenjarkelenjar di labia minora juga
melumasi vulva. Suplai saraf yang sangat banyak membuat labia minora sensitif,
sehingga meningkatkan fungsi erotiknya. e. Klitoris
Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan yang terletak tepat di
bawah arkus pubis. Dalam keadaan tidak terangsang, bagian yang terlihat
adalah sekitar 6x6 mm atau kurang. Ujung badan klitoris dinamai glans dan
lebih sensitif dari pada badannya. Saat wanita secara seksual terangsang, glans
dan badan klitoris membesar.
Kelenjar sebasea klitoris menyekresi smegma, suatu substansi lemak
seperti keju yang memiliki aroma khas dan berfungsi sebagai feromon. Istilah
klitoris berasal dari kata dalam bahasa yunani, yang berarti ‘’kunci’’ karena
klitoris dianggap sebagai kunci seksualitas wanita. Jumlah pembuluh darah
dan persarafan yang banyak membuat klitoris sangat sensitif terhadap suhu,
sentuhan dan sensasi tekanan.
f. Vestibulum
Vestibulum ialah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu atau lojong,
terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette. Vestibulum terdiri dari
muara uretra, kelenjar parauretra, vagina dan kelenjar paravagina. Permukaan
vestibulum yang tipis dan agak berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia.
Kelenjar vestibulum mayora adalah gabungan dua kelenjar di dasar labia
mayora, masing-masing satu pada setiap sisi orifisium vagina.
g. Fourchette
Fourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, dan
terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora di garis tengah
di bawah orifisium vagina. Suatu cekungan dan fosa navikularis terletak di
antara fourchette dan himen
h. Perineum
Perineum adalah daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus
vagina dan anus. Perineum membentuk dasar badan perineum.
i. Vestibulum
Vestibulum ialah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu atau lojong,
terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette. Vestibulum terdiri dari
muara uretra, kelenjar parauretra, vagina dan kelenjar paravagina. Permukaan
vestibulum yang tipis dan agak berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia.
Kelenjar vestibulum mayora adalah gabungan dua kelenjar di dasar labia
mayora, masing-masing satu pada setiap sisi orifisium vagina.
j. Fourchette
Fourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, dan
terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora di garis tengah
di bawah orifisium vagina. Suatu cekungan dan fosa navikularis terletak di
antara fourchette dan himen
k. Perineum
Perineum adalah daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus
vagina dan anus. Perineum membentuk dasar badan perineum.

C. Jenis-Jenis Sectio Caesarea (SC)


1. Sectio Caesarea Transperitonealis Profunda menurut Ladewig dan Patreicia
dalam Krismonita (2019).
Sectio caesareatransperitonealis profunda dengan insisi di segmen bawah
uterus. Insisi pada bawah rahim, bisa dengan tekhnik melintang atau memanjang.
Keunggulan pembedahan ini adalah :
a. Pendarahan luka insisi tidak seberapa banyak.
b. Bahaya peritonitis tidak besar.
c. Perut uterus umumnya kuat sehingga bahaya ruptur uteri dikemudian hari
tidak besar karena pada nifas segmen bawah uterus tidak seberapa banyak
mengalami kontraksi seperti korpus uteri sehingga luka dapat sembuh lebih
sempurna.
2. Sectio Caesarea Klasik atau Sectio Caesarea Korporal
Pada Sectio Caesarea klasik ini dibuat kepada korpus uteri, pembedahan
ini yang agak mudah dilakukan, hanya diselenggrakan apabila ada halangan
untuk melakukan sectio caesarea transperitonealis profunda. Insisi memanjang
pada segmen ataas uterus.
3. Sectio Caesarea Ekstra Peritoneal
Sectio Caesarea ekstra peritoneal dahulu dilakukan untuk mengurangi
bahaya injeksi perporal akan tetapi dengan kemajuan pengobatan terhadap
injeksi pembedahan ini sekarang tidak banyak lagi dilakukan. Rongga
peritonium tidak dibuka, dilakukan pada pasien infeksi uterin berat.
4. Sectio Caesarea Hysterectomi
Setelah sectio caesarea, dilakukan hysterectomi dengan indikasi :
a. Atonia uteri.
b. Plasenta accarate.
c. Myoma uteri.
d. Infeksi intra uteri berat

D. Etiologic Sectio Caesarea (SC)


Menurut (Manuaba, 2012) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah ruptur
uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari
janin adalah fetal distress dan janin besar melebihi 4.000 gram. Dari sectio caesarea
beberapa faktor sectio caesarea diatas dapat diuraikan beberapa penyebab sectio
caesarea sebagai berikut :
1. CPD (Chepalo Pelvik Disproportion)
CPD (Chepalo Pelvik Disproportion) adalah ukuran lingkar panggul ibu
tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu
tidak dapat melahirkan secara normal. Tulang panggul merupakan susunan
beberapa tulang yang membentuk rongga panggul yang meupakan jalan yang
hars dilalui oleh janin ketika akan lahir secara normal. Bentuk panggul yang
menunjukkan kelainan atau panggul patologis juga dapat menyebabkan kesulitan
dalam proses persalinan normal sehingga harus dilakukan tindakan operasi.
Keadaan patologis tersebut menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi
asimetris dan ukuran bidang panggul menjadi abnormal.
2. PEB (Pre Eklampsia Berat)
Preeklampsia dan eklampsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung
disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah
perdarahan dan infeksi, preeklampsia dan eklampsia merupakan penyebab
kematian maternal dan parinatal. Karena itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu
mampu mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut.
3. KPD (Ketuban Pecah Dini)
Ketuban pecah dini adlaah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban
pecah dini adalah hamil aterm diatas 37 minggu.
4. Bayi Kembar (Gameli)
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara sectio caesarea. Hal ini
karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi
daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami
sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.
5. Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak
memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada
jalan lahir, tali pusat pendek dna ibu sulit bernafas.
6. Kelaianan Letak Janin
Menurut (Saifuddin, 2012) kelainan letak janin dibagi menjadi berikut, yaitu : a.
Kelainan pada letak kepala :
1) Letak kepala tengadah
Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan dalam teraba
ubun-ubun yang paling rendah. Etiologinya kelainan panggul, kepala
bentuknya bundar, anaknya kecil atau mati, kerusakan dasar panggul.
2) Presentasi muka
Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang terletak
paling rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira-kira 0,27 sampai
0,5%.
3) Presentasi dahi
Posisi kepala antara fleksi dan defekasi, dahi berada pada posisi terendah
dan tetap paling depan. Pada penempatan dagu, biasanya dengan
sendirinya akan berubah menjadi letak muka atau letak belakang kepala.
4) Letak sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang
dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada dibagian bawah kavum
uteri. Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yakni presentasi bokong,
presentasi bokong kaki sempurna, presentasi bokong kaki tidak sempurna
dan presentasi kaki.
E. Patofisiologi
Kelainan pada ibu dan pada janin menyebabkan persalinan normal tidak dapat
dilakukan dan akhirnya harus dilakukan Tindakan Sectio Caesarea, bahkan sekarang
Sectio Caesarea menjadi salah satu pilihan persalinan (Sugeng, 2010).
Adanya beberapa hambatan pada proses persalinan yang menyebabkan bayi tidak
dapat dilahirkan secara normal, misalnya plasenta previa, rupture sentralis dan
lateralis, panggul sempit, partus ditak maju (partus lama), pre-eklamsi, distoksia
service dan mall presentasi janin, kondisi tersebuta dapat menyebabkan perlu adanya
suatu Tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea (SC).
Proses pembedahan akan menyebabkan pasien mengalami kekurangan dalam
mobilisasi sehingga akan menimbulkan permasalahan intoleransi aktivitas. Adanya
kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan mnyebabkan pasien tidak mampu
melakukan aktivitas diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah deficit
perawatan diri. Kurangnya infromasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan
dan perawatan post operasi akan menimbulkan masalah Ansietas pada pasien. Selain
itu dalam proses pembedahan aka dilakukan insisi pada kulut, otot, jaringan dan
dinding Rahim maka akan terjadi kerusakan integritas jaringan. Selain itu juga akan
meninsisi saraf, pembuluh darah yang akan merangsang pengeluaran histamin dan
prostaglandin yang akan menimbulkan rangsangan nyeri. Setelah proses pembedahan
selesai akan luka post operasi akan ditutup dengan kassa setril dan akan
menimbulkan resiko infeksi pada pasien.
F. Pathway

G. Komplikasi Sectio Caesarea (SC)


Menurut Gulardi dan Wiknjosastro dalam Krismonita (2019) komplikasi pada
sectio caesarea adalah sebagai berikut :
1. Infeksi puerperial : Kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa ifas
dibagi menjadi :
a. Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari.
b. Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut
sedikit kembung.
c. Berat, peritonealisis, sepsis, dan usus paralitik .
2. Perdarahan: Perdarahan banyak bisa terjadi jika pada saat pembedahan cabang
arteri uterine ikut terbuka atau karena atonia uteri.
3. Komplikasi lainnya antara lain : Luka kandung kemih, embolisme paru yang
sangat jarang terjadi.
4. Kurang kuatnya parut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan
berikutnya bisa terjadi ruptur uteri.

H. Manifestasi Klinis Sectio Caesarea (SC)


Menurut Prawirohardjo (2012) manifestasi klinis pada klien dengan post
sectiocaesarea, antara lain :
a. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan 600-800 mililiter.
b. Terpasang kateter : Urin jernih dan pucat.
c. Abdomen lunak dan tidak ada distensi.
d. Bising usus tidak ada.
e. Ketidakmampuan untuk menghadapi situasi baru.
f. Balutan abdomen tampak sedikit noda.
g. Aliran lochea sedang dan bebas bekuan, berlebihan, dan banyak.

I. Pemeriksaan penunjang Sectio Caesarea (SC)


Menurut Sarwono dalam Krismonita (2019) pemeriksaan penunjang sectio caesarea
adalah sebagai berikut :
1. Elektroensefalogram (EKG)
Untuk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang.
2. Pemindaian CT
Untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
3. Magneti Resonance Imaging (MRI)
Menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapangan magnetik dan gelombang
radio, berguna untuk memperlihatkan daerah otak yang tidak jelas terlihat bila
menggunakan pemindaian CT.
4. Pemindaian Positron Emission Tomography (PET)
Untuk mengevaluasi kejang yang tdak bisa dihentikan dan membantu menetapkan
lokasi lesi, perubahan metabolik atau aliran darah dalam otak.
5. Uji Laboratorium :
a. Fungsi lumbal : Menganalisis cairan serebrovaskuler.
b. Hitung darah lengkap : Mengevaluasi trombosit dan hematokrit.
c. Panel elektrolit.
d. Skrining toksik dari serum dan urin Fe. AGD.
e. Kadar kalsium darah.
f. Kadar natrium darah.Kadar magnesium darah.

J. Penatalaksanaan Sectio Caesarea (SC)


1. Pemberian cairan
Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian cairan
per intavena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar tidak terjadi
hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa
diberikan biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL secara bergantian dan jumlah
tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan transfusi darah
sesuai kebutuhan.
2. Diet
Pemberian cairan per infus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu
dimulailah pemberian minuman dan makanan per oral. Pemberian minuman
dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 sampai 8 jam pasca
operasi, berupa air putih dan air teh.
3. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi : Miring kanan dan kiri dapat
dimulai sejak 6 sampai 10 jam setelah operasi, Latihan pernafasan dapat
dilakukan penderita sambil tidur telentang sedini mungkin setelah sadar, Hari
kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan diminta untuk
bernafas dalam lalu menghembuskannya, Kemudian posisi tidur telentang dapat
diubah menjadi posisi setengah duduk (semifowler), Selanjutnya selama berturut-
turut, hari demi hari, pasien dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar
berjalan, dan kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke-5 pasca
operasi.
4. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan rasa tidak enak pada
penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan. Kateter
biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan
keadaan penderita.
5. Pemberian obat-obatan
Antibiotik cara pemilihan dan pemberian antibiotik sangat berbeda-beda
sesuai indikasi.
6. Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
Obat yang dapat di berikan melalui supositoria obat yang diberikan
ketopropen sup 2x/24 jam, melalui orang obat yang dapat diberikan tramadol atau
paracetamol tiap 6 jam, melalui injeksi ranitidin 90-75 mg diberikan setiap 6 jam
bila perlu.
7. Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat
diberikan caboransi seperti neurobian I vit C.
8. Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan
berdarah harus dibuka dan diganti.
9. Pemeriksaan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu, tekanan
darah, nadi dan pernafasan.
10. Perawatan Payudara
Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu memutuskan
tidak menyusui, pemasangan pembalut payudara yang mengencangkan payudara
tanpa banyak menimbulkan kompesi, biasanya mengurangi rasa nyeri.

K. Askep perioperative Sectio Caesarea (SC)


1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, tanggal
MRS, diagnosa medis.
b. Keluhan Utama
Pada umumnya pasien post sectio caesar mengeluh nyeri pada daerah luka
bekas operasi. Nyeri biasanya bertambah parah jika pasien bergerak.
c. Riwayat kesehatan
Pada pengkajian riwayat kesehatan, data yang dikaji adalah riwayat kesehatan
dahulu, riwayat kesehatan sekarang dan riwayat kesehatan keluarga. Dalam
mengkaji riwayat kesehatan dahulu hal yang perlu dikaji adalah penyakit yang
pernah diderita pasien khususnya penyakit kronis, menular, dan menahun
seperti penyakit jantung, hipertensi, diabetes, TBC, hepatitis dan penyakit
kelamin.
Riwayat kesehatan sekarang berisi tentang pengkajian data yang dilakukan
untuk menentukan sebab dari dilakuakannya operasi sectio caesarea seperti
kelainan letak bayi (letak sungsang dan letak lintang), faktor plasenta (plasenta
previa, solution plasenta, plasenta accrete, vasa previa), kelainan tali pusat
(prolapses tali pusat, telilit tali pusat), bayi kembar (multiple pregnancy), pre
eklampsia, dan ketuban pecah dini yang nantinya akan membantu membuat
rencana tindakan terhadap pasien.
Riwayat kesehatan keluarga berisi tentang pengkajian apakah keluarga
pasien memiliki riwayat penyakit kronis, menular, dan menahun seperti
penyakit jantung, hipertensi, diabetes, TBC, hepatitis dan penyakit kelamin
yang merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya pre eklampsia dan
giant baby, seperti diabetes dan hipertensi yang sering terjadi pada beberapa
keturunan.
d. Riwayat perkawinan
Pada riwayat perkawinan hal yang perlu dikaji adalah menikah sejak usia
berapa, lama pernikahan, berapa kali menikah, status pernikahan saat ini.
e. Riwayat obsterti
Pada pengkajian riwayat obstetri meliputi riwayat kehamilan, persalinan dan
nifas yang lalu, berpa kali ibu hamil, penolong persalinan, dimana ibu
bersalin, cara bersalin, jumlah anak, apakah pernah abortus, dan keadaan nifas
yang lalu.
f. Riwayat persalinan sekarang
Meliputi tanggal persalinan, jenis persalinan, lama persalinan, jenis kelamin
anak, keadaan anak.
g. Riwayat KB
Pengkajian riwayat KB dilakukan untuk mengetahui apakah klien pernah ikut
program KB, jenis kontrasepsi, apakah terdapat keluhan dan maalah dalam
penggunaan kontrasepsi tersebut, dan setelah masa nifas ini akan
menggunakan alat kontrasepsi apa.
h. Pola-pola fungsi Kesehatan
i. Pemeriksaan Fisik
• Pada pemeriksaan kepala meliputi bentuk kepala, kulit kepala, apakah ada
lesi atau benjolan, dan kesan wajah, biasanya terdapat chloasma
gravidarum pada ibu post partum.
• Pada pemeriksaan mata meliputi kelengkapan dan kesimetrisan mata
kelompok mata, konjungtiva, cornea, ketajaman pengelihatan. Pada ibu
post

33 Sectio Caesarea biasanya terdapat konjungtiva yang anemis diakibatkan


oleh kondisi anemia atau dikarenakan proses persalinan yang mengalami
perdarahan.
• Pada pemeriksaan hidung meliputi tulang hidung dan posisi septum nasi,
pernafasan cuping hidung, kondisi lubang hidung, apakah ada secret,
sumbatan jalan nafas, apakah ada perdarahan atau tidak, apakah ada polip
dan purulent.
• Pada pemeriksaan telinga meliputi bentuk, ukuran, ketegangan lubang
telinga, kebersihan dan ketajaman pendengaran.

• Pada pemeriksaan leher meliputi posisi trakea, kelenjar tiroid, bendungan


vena jugularis. Pada ibu post partum biasanya terjadi pemebesaran kelenjar
tiroid yang disebabkan proses meneran yang salah.
• Pada pemeriksaan mulut dan orofaring meliputi keadaan bibir, keadaan
gigi, lidah, palatum, orofaring, ukuran tonsil, warna tonsil.
• Pada pemeriksaan thorak meliputi inspeksi (bentuk dada, penggunaan otot,
bantu nafas, pola nafas), palpasi (penilaian voval fremitus), perkusi
(melakukan perkusi pada semua lapang paru mulai dari atas klavikula
kebawah pada setiap spasiem intercostalis), auskultasi (bunyi nafas, suara
nafas, suara tambahan).
• Pada pemeriksaan payudara pada ibu yang mengalami bendungan ASI
meliputi bentuk simetris, kedua payudara tegang, ada nyeri tekan, kedua
puting susu menonjol, areola hitam, warna kulit tidak kemerahan, ASI
belum keluar atau ASI hanya keluar sedikit.
• Pada pemeriksaan jantung meliputi inspeksi dan palpasi (amati ada atau
tidak pulsasi, amati peningkatan kerja jantung atau pembesaran, amati ictus
kordis), perkusi (menentukan batas-batas jantung untuk mengetahui
ukuranjantung), auskultasi (bunyi jantung).
• Pada pemeriksaan abdomen meliputi inspeksi (lihat luka bekas operasi
apakah ada tanda-tanda infksi dan tanda perdarahan, apakah terdapat striae
dan linea), auskultasi (peristaltic usus normal 5-35 kali permenit), palpasi
(kontraksi uterus baik atau tidak).
• Pada pemeriksaan genetalia eksterna meliputi inspeksi (apakah ada
hematoma, oedema, tanda-tanda infeksi,periksa lokhea meliputi warna,
jumlah, dan konsistensinya).
• Pada pemeriksaan kandung kemih diperiksa apakah kandung kemih ibu
penuh atau tidak, jika penuh minta ibu untuk berkemih, jika ibu tidak
mampu lakukan kateterisasi.
• Pada pemeriksaan anus diperiksa apakah ada hemoroid atau tidak. Pada
pemeriksaan integument meliputi warna, turgor, kerataan warna,
kelembaban, temperatur kulit, tekstur, hiperpigmentasi.
• Pada pemeriksaan ekstermitas meliputi ada atau tidaknya varises, oedema,
reflek patella, reflek Babinski, nyeri tekan atau panas pada betis,
pemeriksaan human sign.
• Pada pemeriksaan status mental meliputi kondisi emosi, orientasi klien,
proses berpikir, kemauan atau motivasi serta persepsi klien.

L. Diagnosa keperawatan
Masalah keperawatan yang muncul pada pasien Sectio Caesarea adalah ;
a. Ansietas bd krisis situasional
b. Resiko infeksi bd adanya luka insisi
c. Nyeri Akut bd Agen pencedera fisik
d. Gangguan mobilitas fisik bd nyeri
e. Konstipasi bd penurunan tonus otot
f. Menyusui tidak efektif bd ketidakadekuatan reflek oksitosin
g. Defisit pengetahuan tentang teknik menyusui
h. Defisit pengetahuan tentang perawatan diri pasca operasi sectio caesar
i. Ganggaun proses keluarga bd krisis situasional.

M. Intervensi
No Diagnose Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
keperawatan
1. Ansietas Setelah dilakukan tindakan 1. Tentukan tingkat ansietas
bd keperawatan 1x 30 menit klien dan sumber masalah.
krisis diharapkan ansietas dapat mendorong klien untuk
situasional teratasi dengan Kriteria Hasil mengungkapkan kebutuhan
: dan harapan yang tidak
1) Pasien mampu terpenuhi. Berikan informasi
mengidentifikasi dan sehubungan dengan
mengungkapkan gejala normalnya perasaan tersebut
cemas 2. Dorong keberadaan/
2) Mengidentifikasi, partisipasi dari pasangan
mengungkapkan dan 3. Bantu klien/ pasangan dalam
menunjukkan teknik mengidentifikasi mekanisme
mengontrol cemas koping yang lazim dan
3) Vital sign dalam batas perkembangan strategi koping
normal Postur tubuh, baru jika dibutuhkan
ekspresi wajah, bahasa 4. Mulai kontak antara klien/
tubuh dan tingkat aktivitas pasangan dengan bayi segera
menunjukkan berkurangnya mungkin..
5. Berikan informasi yang
kecemasan
akurat tentang keadaan klien/
bayi.
2. Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda dan gejala
bd adanya luka Keperawatan 1 x 25 menit infeksi
insisi Diharapkan tidak ada tanda 2. Monitor keadaan
tanda infeksi dengan Kriteria
lokia
Hasil :
1. Pasien terbebas dari tanda (warna,jumlah dan bau)
gejala infeksi 3. Cuci tangan sebelum dan
2. Menunjukkan sesudah kontak dengan pasien
kemampuan untuk dan lingkungan pasien
mencegah timbulnya 4. Jelaskan tanda dan gejala
infeksi infeksi
3. Jumlah leukosit dalam 5. Kaji suhu, nadi dan jumlah sel
batas normal darah putih
4. Menunjukkan prilaku 6. Inspeksi balutan luka terhadap
hidup sehat perdarahan berlebihan.
7. Kolaborasi pemberian
antibiotik
3. Nyeri Akut bd Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi
Agen keperawatan 1x 30 menit lokasi,karaktristik,durasi
pencedera fisik diharapkan nyeri berkuran frekuensi,kualitas,intens itas
dengan Kriteria Hasil : nyeri
1. Mampu mengontrol nyeri 2. Identifikasi respon nonverbal
(tahu penyebab, mampu 3. Kaji jenis dan sumber nyeri
menggunakan teknik 4. Berikan teknik nonfarmakologi
nonfarmakologi untuk
untuk mengurangi rasa nyeri
mengurangi nyeri)
(relaksasi nafas dalam)
2. Melaporkan bahwa nyeri
5. Fasilitasi istirahat dan tidur
berkurang
6. Kolaborasi pemberian obat

3. Mampu mengenali nyeri


(skala, intensitas, frekuensi
dan tanda nyeri)
4. Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang
5. Mampu tidur atau istirahar
dengan tepat
4. Gangguan setelah dilakukan tindakan 1. Monitor TTV
mobilitas asuhan keperawatan selama 1x 2. Identifikasi adanya nyeri atau
fisik bd 45 menit diharapkan klien keluhan lainnya
nyeri meningkat dalam aktivitas fisik
3. Identifikasi toleransi fisik
dengan kriteria hasil :
melakukan pergerakan
1. mengerti tujuan dari
peningkatan mobilitas 4. Ajarkan mobilisasi
2. memverbalisasikan sederhana
perasaan dalam 5. Fasilitasi kemandirian,bantu
meningkatkan jika tidak mampu melakukan
kekuatan dan ADLs
kemampuan berpindah
3. Vital Sign dalam batas
normal
5. Konstipasi Setelah dilakukan tindakan 1. Auskultasi
bd penurunan keperawatan 3x8 jam terhadap adanya
tonus otot diharapkan konstipasi dapat bising usus pada
diatasi dengan Kriteria Hasil : keempat kuadran
- Bebas dari setiap 4 jam setelah
ketidaknyamanan konstipasi kelahiran
- Mengidentifikasi indikator 2. Palpasi abdomen,
untuk mencegah konstipasi - perhatikan distensi atau
Fases lunak dan berbentuk ketidaknyamanan 3. Identifikasi
aktivitas aktivitas dimana
klien dapat
menggunakannya dirumah untuk
merangsang kerja usus
4. Anjurkan cairan oral yang
adekuat, bila masukan oral sudah
mulai kembali.
6. Menyusui Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi tujuan
tidak efektif bd keperawatan selama 3x8 jam atau keinginan
ketidakadekuat diharapkan menyusui efektif menyusui
an suplai ASI dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi
- kemantapan pemberian adanya
ASI:IBU: kemantaban ibu keluhan nyeri,rasa tidak
untuk membuat bayi melekat nyaman,
dengan tepat dan menyusu pengeluaran, perubahan
dari payudara ibu untuk bentuk payudara dan putting
memperoleh nutrisi selama 3 3. Monitor
minggu pertama pemberian kemampuan bayi
ASI
menyusu
4. Dampingi ibu
selama kegiatan
menyusui
berlangsung
5. Anjurkan
ibu
mengonsumsi sayur dan buah-
buahan
6. Ajarkan
perawatan payudara
postpartum (pijat
oksitosin)
7. Defisit setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi kesiapan dan
Pengetahuan keperawatan selama 3x8 jam kemampuan menerima informasi
tentang teknik diharapkan kklien mampu 2. Sediakan materi dan media
memahami teknik menyusuii pendidikan kesehatan
menyusui
yang benar dengan kriteria 3. Kaji tingkat pengetahuan
hasil : pasien dan keluarga
- pasien dan 4. Jelaskan informasi
keluarga mengenai teknik menyusui yang
memehami benar 5. Berikan kesempatan
teknik menyusui pasien atau keluarga untuk
sesuai dengan bertanya
prosedur yang 6. Tanyakan kembali tentang
diijelaskakn pengetahuan dan prosedur yang
secara benar
telah dijelaskan oleh perawat
- pasien dan
keluarga mampu
menjelaskan
kembali apa
yang dijelaskan
oleh
perawat
8. Defisit Setelah dilakukan tindakan 1. kaji kesiapan dan
pengetahuan keperawatn 3x8 diharapkan motivasi klien untuk belajar.
tentang pasien dapat mengetahui Bantu klien atau pasangan dalam
perawatan diri informasi dengan Kriteria mengidentifiksi kebutuha
pasca operasi Hasil: 2. Identifikasi tanda/gejala
sectio caesar - Pasien dan yang memerluukan perhatian dari
kelaurga pemberi layanan kesehatan
menyatakan berikan informasi yang
pemahaman brhubungan dengan perubahan
tentang fisiologis dan psikologis yang
perawatan normal berkenaan dengan
melahirkan kelahiran sesrea dan
Caesarea kebutuhankebutuhan berkenaan
- Pasien dan dengan periode pascapartum
keluarga mampu 3. diskusikan program
melaksanakan latihan yang tepat, sesuai
prosedur yang ketentuan
dijelaskan
secara benar
- Pasien dan
kelaurga mampu
menjelaskan
kembali apa
yang dijelaskan
perawat/ tim
kesehatan
lainnya

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA NY A PASIEN SECTIO


CAESAREA (SC) DI INSTALASI BEDAH SENTRAL RSUD PANEMBAHAN
SENOPATI BANTUL YOGYAKARTA

Tanggal masuk : 20 Juli 2022 PENGKAJIAN


Jam : 09.00 Tanggal/jam : 20 Juli 2022/ 09.10
No.RM : 15-xx-xx Data diperoleh dari : Rekam medis & pasien
Dx. Medis : G1P1AO Tekanan Darah :151/80 mmHgN
Jenis Operasi : SC Suhu dan Nadi : 36o dan 90x /mnt
Jenis Anastesi : RA Respirasi dan Saturasi : 20x/mnt dan 97%

IDENTITAS

Pasien Penanggung Jawab Pasien


Nama (inisial) : Ny. A Nama ( inisial ) : Tn. H
Umur :27 tahun Umur : 30 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SLTA Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Bantul Hubungan dengan pasien : Suami
Status Pernikahan : Menikah

A. ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF


1. Data Fokus
Tanggal Data Subyektif (DS) Data Objektif (DO)
Jam
20/07/2022 Pasien mengatakan cemas, gelisah merasa  Pasien tampak lemas, pucat,
khawatir dengan kondisi yang dihadapi tegang, berkeringat.
09.20 WIB
saat ini.  Keadaan umum pasien sedang
TD : 151/80 mmHg

N : 90 x/menit

RR : 22 x/ menit

T : 36 C

SpO2 : 97 %

2. Analisa Data
Tanggal Data Subyektif & Data Etiologi Problem
Jam Objektif
20/07/2022 DS :
09:30 WIB • Pasien mengatakan Krisis situasional Ansietas
cemas, gelisah, merasa (D.0080)
khawatir dengan
kondisi yang dihadapi
saat ini.
DO :
• Pasien tampak lemas,
pucat, tegang, dan
pasien berkeringat.
• Keadaan umum pasien
sedang
• TD : 151/80 mmHg
• N : 90 x/menit
• RR : 22x/menit
• T : 36 C
• SpO2 : 97 %

3. Diagnosa Keperawatan
Tanggal Diagnosa Keperawatan Prioritas
Jam
20/07/2022 Ansietas Berhubungan Dengan Krisis Ansietas berhubungan
10:00 WIB Situasional (D.0080) ditandai dengan krisis situasional
dengan: (D.0080)
Data Subyektif:
• Pasien mengatakan cemas, gelisah, merasa
khawatir dengan kondisi yang dihadapi saat ini.
Data Objektif:
• Pasien tampak lemas, pucat, tegang. pasien
berkeringat.

4. Perencanaan Keperawatan
Tanggal Jam Diagnosa SLKI SIKI TTD
Keperawatan
20 Juli 2022 Ansietas Setelah dilakukan Reduksi Ansietas
10:00 WIB Berhubungan tindakan keperawatan (I.09314)
Dengan Krisis selama 3x2 jam Observasi
Situasional diharapkan Tingkat • Identifikasi saat
(D.0080) Ansietas (L.09093). tingkat ansietas
Menurun dengan berubah kondisi,
kriteria hasil : waktu.
• Identifikasi
A T
kemampuan
khawatir 3 4 mengambil
gelisah 3 4 keputusan
Keterangan: Teraupeutik
• Ciptakan suasana
A. Awal
terapeutik untuk
T. Target
menumbuhkan
1. Meningk
kepercayaan
at • Temani pasien
2. Cukup untuk mengurangi
Meningka kecemasan
3. Sedang • Motivasi
4. Cukup mengidentivikasi
Menurun situasi yang
Menurun memicu
kecemasan
Edukasi
• Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi
yang mungkin
dialami

5. implementasi dan Evaluasi


Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi
Jam Keperawatan
20 Juli Ansietas 1. Mengidentifikasi saat S
2022 Berhubungan tingkat ansietas Pasien mengatakan cemas,
10:10 Dengan Krisis berubah kondisi, gelisah, merasa khawatir
WIB Situasional waktu. dengan kondisi yang
(D.0080) 2. Mengidentifikasi dihadapi saat ini
kemampuan O
mengambil keputusan Pasien tampak lemas, pucat,
tegang, menangis dan
pasien berkeringat.
Keadaan umum pasien sedang
TD : 151/80 mmHg

N : 90x/ menit

RR : 22x/meni

T : 36 C

SpO2 : 97 %

A
• Masalah teratasi
sebagian)
P
• Lanjutkan intervensi

B. ASUHAN KEPERAWATAN INTRAOPERATIF


1. Laporan Proses Operasi
a. Persiapan Ruangan
• Mengatur meja operasi
• Menyiapkan meja, alat, dan bahan habis pakai
• Mengecek nyala dan mengatur lampu operasi
• Memastikan sambungan aliran listrik siap pakai
• Menyiapkan perlak diatas meja operasi
• Menyiapkan dan memastikan instrumen dan linen dalam keadaan streril (ada
indikator bahwa instrumen dan linen masih belum digunakan)
• Mengatur suhu ruangan 16-21°C, dan kelembapan 45-60% dan tekanan udara
positif
• Menyiapkan tempat sampah medis, non medis, benda tajam, dan sampah
flabot infus
• Menyiapkan ESU (Elektro Surgical Unit) dan mesin Suction
• Menyiapkan tempat linen kotor (infeksius/non infeksius) dan menyiapkan
standing infus
• Menyiapkan trolley meja instrumen dan linen
• Menyiapkan tangga ke meja operasi
• Menyiapkan mesin anastesi
b. Persiapan Linen
• Jas operasi 4 buah
• Handuk kecil 4 buah
• Sarung meja mayo 1 buah
• Linen meja mayo 1 buah
• Perlak meja mayo 1 buah
• Handuk meja mayo 1 buah
• Duk besar 2 buah
• Duk kecil 2 buah
• Perlak bersih 1 buah
• Under pad 1 buah
c. Persiapan Instrumen
• Kidney tray/bengkok 1
• Sponge holding forceps 1
• Hemostatic forcep (pean) 10
• Hemostatic forcep (kocher) 5
• Bowl (kom) 2
• Needle holder 2
• Dressing forcep (duk klem) 6
• Cauter (holster) 1
• Korentang 1
• Bisturi no. 20 1
• Hak Langen beck 2
• Disecting forcep (pinset anatomis) 2
• Tissue forcep (pinset cirrurgis) 1
• Selang suction 1
• Kanul suction 1
• Ligature scissor (gunting benang) 1
• Metzenbaum scissor (gunting jaringan) 1
• Scalpel handle no. 4 1
• Klem ovarium 10
d. Persiapan Bahan Habis Pakai
• Handscone steril ukuran 7,5 4
• Handscone disposable uk. Small 3
• Benang T-Plain 0 tapper 1
• Benang T-Vio 2-0 cutting 1
• Chromic 2-0 tapper 1
• Plastic bersih (tempat wadah plasenta) 1
• Kassa steril 40 lembar
• Jelly secukupnya
• Bisturi no.20 1
• Alcohol 70% 100 cc
• Povidone iodine 10% 100 cc
• Salep chloramphenicol secukupnya
• Sufratule cuticell classic 1
• Dressing fixation secukupnya
2. Langkah Proses Operasi
a. Sign In
1) Perawat bangsal melakukan serah terima (hand over) pasien dengan perawat
bedah.
2) Perawat melakukan sign in meliputi: mengenalkan tim kamar bedah,
konfirmasi ulang identitas pasien (nama, umur, nomor rekam medis, jenis
kelamin, tanggal lahir yang dicocokkan dengan gelang identitas pasien),
konfirmasi riwayat alergi, konfirmasi lokal operasi, konfirmasi kesulitan
bernafas, konfirmasi pemberian antibiotik profilaksis.
3) Memindahkan pasien ke ruang operasi 1 dan mengatur posisi supinasi 4)
Selanjutnya dokter anastesi melakukan pembiusan dengan regional anastesi
5) Memasang monitor saturasi oksigen, tensi, negative plate, dan pembatas.
b. Time out
1) Scrub nurse menyiapkan alcohol 70% dan povidone iodine 10% didalam kom
dibantu perawat sirkuler

2) Scrub nurse melakukan asepsis antiseptik menggunakan alcohol 70% dan


povidone iodine 10% dari arah dalam ke luar sebanyak 2 kali
3) Scrub nurse dengan dibantu asisten operator melakukan draping area operasi
dengan memasang 2 duk besar dan 2 duk kecil dibagian kanan dan kiri
sehingga menciptakan daerah steril dan memperkecil medan operasi
4) Scrub nurse memasang perlak SC
5) Memasang selang suction serta pencil cauter dan fiksasi
6) Mendekatkan meja mayo dengan bed operasi
7) Perawat sirkuler melakukan time out: memperkenalkan nama dan peran,
konfirmasi secara verbal nama pasien, riwayat atau alergi pasien, diagnosa
pasien, tindakan pembedahan yang dilakukan, lalu berdoa diawali oleh
operator.
8) Berikan handle scalpel nomor 4 dan bisturi nomor 20 untuk insisi kutis.
9) Berikan pean dan couter untuk memperdalam insisi dari jaringan kulit,
subkutis, fascia, otot, peritonium.
10) Berikan kassa dan pean pada asisten untuk mengontrol perdarahan
11) Berikan gunting jaringan dan HSC (langenbenck) untuk memperluas medan
area operasi, dilanjutkan mengisisi bagian plika dan uterus.
12) Operator memecah ketuban dengan menggunakan klem, kemudian cairan
amnion disedot menggunakan suction
13) Operator mengeluarkan kepala bayi dengan menekan fundus uteri kemudian
memutar secara perlahan dengan tujuan kepala bayi dapat terlepas dari uterus,
kemudian mengeluarkan bagian ekstremitas bayi sambal mensuction cairan
disekitarnya.
14) Setelah bayi lahir asisten melakukan tindakan pemotongan tali pusat dengan
mengklaim terlebih dahulu dikedua sisi tali pusat dan memotong bagian
tengah yang diklem, bayi kemudian dibawa bidan ke ruang resusitasi bayi
15) Operator mengeluarkan plasenta dengan menarik perlahan sambal mensuction
cairan dan darah dalam uterus
16) Memasang klem ovarium lalu membersihkan perdarahan menggunakan kassa
steril kering 2 kali, kemudian membersihkan bagian uterus dengan kassa yang
sudah dibasahi betadine 1 kali.

17) Operator melakukan heacting plika dan uterus secara bersamaan


menggunakan cromic 2 sambil dibersihkan perdarahannya menggunakan
kassa 4 buah.

c. Sing Out
1) Instrument : lengkap 49 buah
2) Kassa : pra 40, intra 30, pasca 10
3) Jarum : pra 1, intra 1, pasca 1 4) Penggunaan kassa dengan
rincian:
5) 7 lembar untuk skin preparation
6) 1 lembar untuk fiksasi cauter
7) 4 lembar untuk menutup luka
8) 18 lembar untuk kontrol perdarahan
9) Kassa terpakai 30 buah dan sisa 10 buah
10) Kemudian heacting peritonium dan otot menggunakan Plain 0 (O) dan
heacting Fascia menggunakan Vicril 2/0 sambil dibersihkan menggunakan
kassa 1 buah lalu subcutan dan kuli diheacting dengan vicril 2/0 ( )
11) Bersihkan luka sekitar menggunakan povidone iodine 10% kemudian beri
salep ikamicetin chloramphenicol secukupnya
12) Tutup luka dengan kassa kering steril dan dressing fixation
13) Rapikan pasien dan pindahkan ke ruang pemulihan 14) Penilaian bromage
score
3. Analisis Data
Tanggal Data Subyektif & Data Etiologi Problem
Jam Objektif
20 Juli 2022 Data Subyektif : Efek Resiko
10:30 WIB - Prosedur Infeksi
Data Objektif : Invasif (D.0142)
- Terpasang infus RL
disebelah tangan kiri
- Terdapat luka sayatan
diperut bagian bawah
guardian7,8,9 diatas
simpisis dengan Panjang
15 cm Perdarahan ±100
cc
4. Diagnosa Keperawatan
Tanggal Diagnose Keperawatan Prioritas
Jam
20 Juli Resiko Infeksi berhubungan dengan efek prosedur Resiko Infeksi
2022 invasif (D.0142) ditandai dengan : berhubungan dengan
10:30 Data Subyektif : efek prosedur invasif
WIB - (D.0142)
Data Objektif :
- Terpasang infus RL disebelah tangan
kiri
- Terdapat luka sayatan diperut bagian bawah
guardian7,8,9 diatas simpisis dengan Panjang
15 cm Perdarahan ±100 cc

5. Perencanaan Keperawatan
Tanggal Diagnosa SLKI SIKI TTD
Jam Keperawatan
20/07/2022 Resiko Infeksi Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi
10:00 berhubungan tindakan keperawatan (I.14539)
WIB dengan 3x2 jam diharapkan Observasi
efek prosedur Tingkat Infeksi • Monitor tanda dan
invasif (D.0142) (L.14137) menurun gejala infeksi local
dengan kriteria hasil: dan sistemik
A T Teraupetik
Nyeri 3 4 • Cuci tangan
Keterangan: sebelum dan
A. Awal sesudah kontak
T. Target dengan pasien dan
1. Meningkat lingkungan pasien
2. Cukup • Pertahankan
3. Meningka1` teknik aseptik
4. Sedang • Membatasi jumlah
5. Cukup Menurun orang diarea
6. Menurun operasi
• Mempertahankan
sterilitas kamar
operasi dan
instrumen
Edukasi
• Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
• Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi
• Kolaborasi
pemberian
antibiotik.

6. Implementasi dan Evaluasi


Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi
Jam Keperawatan
20/07/2022 Resiko 1. Menempatkan pasien S–
10:10 Infeksi ke ruang operasi dan
WIB berhubungan memindahkan ke O
dengan efek pasien
prosedur invasif ke meja operasi
(D.0142) 2. Menyiapkan lampu A
operasi, memasang arm
support, manset dan
pulse, oximetry, P
memposisikan pasien
Tedapat luka sayatan
supinasi. diperut bagian bawah
3. Membatasi jumlah guardian7,8,9 diatas
orang diarea operasi simpisis dengan Panjang
Mempertahankan 15 cm Perdarahan ±100
sterilitas kamar operasi cc
dan instrument Keadaan umum pasien
4. Surgical scrub, sedang
gowning, gloving, TD : 122/74 mmHg
5. drapping area operasi N : 94x/menit
menggunakan duk RR : 22x/meni
dan klem steril dan T : 35.5 C
melakukan desinfeksi
SpO2 : 99 %

Resiko Infeksi (teratasi


sebagian)
Lanjutkan intervensi

Pantau tanda-tanda vital


pasien
Pantau tanda-tanda
infeksi
Edukasi pasien
dan keluarga
untuk pengairan kateter
pasien
Kolaborasi dengan
dokter pemberian
antibiotic untuk
pencegahan infeksi

C. ASUHAN KEPERAWATAN POST OPERATIF


1. Laporan Recovery Room
a. Mengkaji keadaan umum dan tanda-tanda vital pasien
• Keadaan umum pasien sedang
• TD : 110/72 mmHg
• N : 96 x/menit
• RR : 22 x/menit
• T : 36 oC
• SpO2 : 98 %
b. Mengkaji skore pemulihan pasca operasi

2. Data Fokus
Tanggal Data Subyektif (DS) Data Objektif (DO)
Jam
20 Juli Pasien mengatakan kedua Pasien tampak lemah dan
2022 kaki masih terasa berat dan belum bisa mobilisasi Kulit
10:30 belum bisa digerakkan teraba dingin
WIB
Keadaan umum pasien sedang
TD : 120/75 mmHg

N : 96 x/menit

RR : 22 x/menit

T : 36 oC

SpO2 : 98 %

3. Analisa Data
Tanggal Data Subyektif & Data Etiologi Problem
Jam Objektif
20 Juli Data Subyektif : Efek Agen Resiko jatuh
2022 • Pasien mengatakan kedua kaki Farmakologis (D.0143)
10:30 masih terasa berat dan belum
WIB bisa digerakkan
Data Objektif
• Pasien tampak lemah dan
belum bisa mobilisasi
• Keadaan umum
pasien sedang
• TD : 120/75 mmHg
• N : 96 x/ menit
• RR : 2x/menit
• T : 34,2 oC
• SpO2 : 97 %

4. Diagnosa Keperawatan
Tanggal Diagnose Keperawatan Perioritas
Jam
20 Juli Resiko Jatuh Berhubungan dengan Resiko Jatuh
2022 10:30 Efek Agen Farmakologis (D.0143) Berhubungan dengan
WIB ditandai dengan : Data Subyektif : Efek Agen
• Pasien mengatakan kedua kaki masih Farmakologis
terasa berat dan belum bisa digerakkan (D.0143)
Data Objektif
• Pasien tampak lemah dan belum bisa
mobilisasi
• Hasil skala morse: 30 (resiko rendah
• Keadaan umum pasien sedang
• TD : 120/75mmHg
• N : 96 x/ menit
• RR : 22 x/menit
• T : 34,2 oC
• SpO2 : 98 %

5. Perencanaan Keperawatan
Tanggal Diagnosa SLKI SIKI TTD
Jam Keperawatan
20 Juli Resiko Jatuh Setelah dilakukan tindakan Manajemen
2022 Berhubungan keperawatan 3x2 jam Kenyamanan
10:30 dengan Efek diharapkan Tingkat Jatuh Lingkungan(
WIB Agen (L.14138) menurun : I.08237)
Farmakologis A T Observasi:
(D.0143) • Identitifikasi
Dari tempat tidur 3 4
sumber
Saat dipindahkan 3 4
Keterangan: ketidaknya
A. Awal T. mann
Target Terapeutik:
a. Meningkat • Sediakan
ruangan yang
b. Cukup Meningka
tenang dan
c. Sedang mendukung
d. Cukup Menurun • Atur posisi
e. Menurun yang nyaman
Edukasi:
• Jelaskan
tujuan
manajemen
lingkungan

6. Implementasi dan Evaluasi


Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi
jam Keperawatan
20 Juli Resiko Jatuh • Memindahkan S:
2022 Berhubungan pasien dari meja • Pasien
11.10 Efek Agen operasi ke bed mengatakan kedua
WIB Farmakologis operasi dan kaki masih terasa
memasang berat dan belum bisa
(D.0143)
sidetrail untuk digerakkan O:
mencegah pasien • Pasien tampak
jatuh lemah dan belum
• Memonitor tanda- bisa mobilisasi
tanda vital • Keadaan umum
langkap pasien di pasien baik
recovery room • TD : 114/82
• Memindahkan
mmHg
pasien dari bed
operasi ke bed • N : 96 x/menit
bangsal pasien • RR : 22 x/menit
Mengambil • T : 36,2 C
perlak sprei ruang • SpO2 : 98 %
IBS dan A :
mengganti
selimut pasien P:
dengan selimut
bangsal.

Anda mungkin juga menyukai