Anda di halaman 1dari 70

BAB III

PERANCANGAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI

3.1. Praktik Aras Mikro


Tahapan proses pertolongan aras mikro yang dilakukan oleh
praktikan antara lain yaitu:
3.1.1. Penerapan Engagement, Intake, dan Contract
1. Waktu : Kamis, 10 Februari 2021
Rabu, 24 Februari 2021
2. Pukul : 13.00 WIB
3. Tempat : Kelurahan Citeureup dan Rumah PPKS
4. Sasaran : PPKS “ZK”
5. Tujuan :
1) Mendapatkan informasi mengenai PPKS Anak
Terlantar di Kelurahan Citeureup
2) Membangun relasi dengan PPKS
3) Meminta kesediaan PPKS menjadi informan
6. Teknik : Komunikasi dan relasi, Small Talk
7. Instrumen : Inform consent, buku catatan, dan alat
perekam
8. Proses :
1) Engagement
Engagement adalah proses di mana awal pertemuan
antara praktikan dengan klien. Pada tahapan ini, praktikan
mendatangi klien untuk melakukan engagement. Peksos atau
praktikan yang sebelumnya sudah diberi tahu Pekerja Sosial
Masyarakat di kelurahan tersebut jika ada permasalahan anak
terlantar di sekitar kantor kelurahan. Setelah diberi tahu
Pekerja Sosial Masyarakat, praktikan datang ke rumah klien
dengan membawa niat untuk perkenalakan tahap awal yakni
untuk kontak dan kontrak.
Enggagement dilaksanakan di Kelurahan Citeureup
pada 11 Februari 2021 pukul 13.00 WIB.
2) Intake
Pada tahap intake praktikan datang ke rumah klien
dengan ramah dan memperatikan penampilannya sebagai
seorang mahasiswa untuk mendapatkan kesan pertama.
Penampilan dari praktikan penting dikarenakan pertemuan
awal sebagai langkah membangung trust building dengan
calon klien. Tahapan intake:
1. Menggunakan protokol kesehatan karena ini
merupakan hal wajib ketika masa pandemi covid
19 ini, menggunakan masker, menggunakan
almamater, serta membawa handsinitizer untuk
selalu berjaga jaga.
2. Kontak ini diawali dengan salam, karena masa
covid tidak perlu berjabat tangan (sampai
menyentuh kulit). Setelah itu, jika sudah
dipersilahkan untuk duduk praktikan harus
mampu menampakkan sikap sopan santunnya.
3. Melakukan Small Talk dengan klien sebagai
bentuk awalan dalam memulai percakapan yakni:
“Selamat siang adek... bagaimana kabarnya?”
“Sudah makan siang dek…?”
“Hari ini cukup cerah ya, semoga selalu cerah
agar semangat ya...”
Pelaksanaan Small Talk tidak terlalu banyak,
karena akan menimbulkan kebosanan.
4. Memperkenalkan diri sebagai seorang praktikan
yang akan melaksanakan praktik. Menggunakan
bahasa yang sesuai dengan usia remaja tersebut
agar mudah dipahami. Memperkenalkan diri
berupa nama, asal tempat tinggal, asal kampus,
maksud dan tujuan sebagai praktikan yang
melaksanakan praktikum di daerah tersebut.
5. Menanyakan kepada klien mengenai data diri
singkatnya, yakni nama, umur, hobi, sekolah
dimana, kegiatan kesearian, dan keluhan yang
dirasakan. Namun pada tahap ini tidak terlalu
dalam bertanya, secara singkat terlebih dahulu.
6. Melakukan clarifying the client problems dari apa
yang sudah di sampaikan klien.
7. Jika dirasa cukup untuk informasi awal, akhiri
proses kontak ini dengan melanjutkan ke proses
kontrak.
Intake ini dilaksanakan pada 24 Februari 2021 di rumah
klien.
3) Kontrak
Kontrak disini merupakan bentuk perjanjian dan
persetujuan antara klien dengan praktikan. Kontrak ini berisi
mengenai apa saja yang harus di sepakati bersama, apa saja
yang boleh dilakukan, dan apa saja yang tidak boleh
dilakukan.
Praktikan menjelaskan kepada klien, untuk meminta
persetujuan untuk menjadi kliennya serta memberikan inform
concern untuk dapat dibaca, disepakati bersama dan di tanda
tangani.
Kontrak ini di lakukan di rumah klien pada 24 Februari 2021.
9. Hasil :
1) Terbangun relasi sosial dengan PPKS “ZK” dan
keluarganya
2) PPKS “ZK” bersedia menjadi target praktik
3) Inform consent diisi oleh bantuan salah satu keluarga
PPKS “ZK”

3.1.2. Penerapan Asesmen


1. Waktu : Rabu, 5 Maret 2021
2. Pukul : 10.00 WIB
3. Tempat : Rumah PPKS
4. Sasaran : PPKS “ZK”
5. Tujuan :
1) Untuk memperoleh data karakteristik PPKS
2) Untuk memperoleh latar belakang PPKS
3) Untuk memperoleh data tentang aspek-aspek
keberfungsian sosial PPKS
4) Untuk memperoleh data tentang sumber dan potensi
yang bisa dimanfaatkan PPKS
6. Teknik : Wawancara, observasi, Small Talk, dan
Support
7. Instrumen : Pedoman wawancara dan pedoman observasi
8. Teknologi : BPSS dan asesmen kekuatan kelemahan
9. Proses
Praktikan datang ke rumah PPKS sesuai dengan
kesepakatan yang telah ditentukan sebelumnya. Selanjutnya
praktikan melakukan proses wawancara untuk menemukenali
latar belakang, karakteristik, munculnya masalah, gejala dan
fokus masalah, potensi dan sumber untuk PPKS, program
bantuan yang diterima PPKS, serta harapan PPKS untuk
keberlangsungan hidupnya.
10. Hasil :
1. Karakterisitik PPKS
1) Nama/Inisial : “ZK”
2) Jenis Kelamin : Perempuan
3) Usia : 9 Tahun
4) Pendidikan : SD
5) Status Perkawinan : Belum kawin
6) Agama : Islam
7) Pekerjaan : Tidak bekerja
8) Alamat : RT 06/RW 03 Kelurahan
Citeureup Kecamatan Cimahi Utara Kota Cimahi
2. Deskripsi Masalah PPKS
ZK berusia 9 tahun merupakan anak kedua dari tiga
bersaudara. Saat ini ZK tinggal di rumah neneknya bersama
dengan nenek (Ibu R), adik (TH), paman (S), bibi (M) dan
beberapa sepupunya di RT 06/RW 03 Kelurahan Citeureup.
Orangtua ZK bercerai saat umurnya 4 tahun, ayahnya pergi
membawa kakak serta adiknya dan ZK tinggal dengan
ibunya. Selama tinggal dengan ibunya, ZK juga dirawat
dengan neneknya karena ibunya sibuk mencari pekerjaan dan
tidak mau mengurus ZK. Dilain hal adik dari ZK
dikembalikan ke rumah ibunya ZK karena ayah informan
tidak sanggup mengurus dua anak sekaligus, belum lagi
pekerjaan yang membuatnya tidak bisa mengawasi kedua
anak laki-lakinya.
Setelah usia ZK menginjak angka 6 tahun, ibu dari
informan pergi meninggalkan rumah untuk pergi merantau ke
Belitung tanpa pemberitahuan lebih lanjut pada keluarganya.
Saat itu Ibu dari Informan pergi tengah malam diam-diam
dan salah satu dari tetangga mengetahuinya. Nenek dari
Informan hanya diberitahu bahwa ada yang menjemput
anaknya pergi malam-malam. Saat itu ZK sudah berusia 6
Tahun dengan adiknya yang berusia 4 Tahun. Mengetahui
tidak ada kedua orangtuanya yang mengurus keduanya, ZK
dirawat oleh Nenek, Paman, dan Bibinya. ZK tumbuh
menjadi anak yang tertutup dan memiliki masalah dengan
Self-Esteem karena lingkungan tidak mendukung ZK dalam
bersosialisasi.
3. Hasil Asesmen BPSS PPKS

No. Aspek Hasil


1. Biologis PPKS ZK memiliki fisik yang
baik dan sesuai dengan anak
berusia 9 Tahun. Secara
keseluruhan fisik Z terlihat
sehat tanpa ada bekas luka atau
kecacatan. ZK berkulit sawo
matang, dengan rambut hitam
legam yang tebal dan kantung
mata yang hitam.
2. Psikologis PPKS ZK memiliki emosi yang
dinamis. Ketika ZK ditanya
soal kedua orangtuanya tidak
terlihat perasaan sedih. Namun
ZK tidak ingin lagi bertemu
dengan kedua orang tuanya
terlebih tinggal dengan salah
satu dari keduanya.
3. Sosial ZK memiliki relasi yang bagus
dengan keluarganya kecuali
dengan teman peer group dan
orang-orang di luar rumah. ZK
jarang sekali bermain di luar
rumah dan lebih memilih
menghabiskan waktu di dalam
rumah.
4. Spiritual PPKS “ZK” beragama islam
dan rajin melaksanakan ibadah
solat juga mengaji di pengajian
anak-anak yang ada di masjid
sekitar rumah.

4. Hasil Asesmen Kekuatan dan Kelemahan

KEKUATAN
Masih berusia muda Lingkungan keluarga
sehingga masih dapat sangat mendukung klien.
berkembang banyak. Sehingga klien merasa
PPKS “ZK” memiliki aman dan nyaman ketika
keterampilan di bidang berada di sekitar
kesenian sehingga klien keluarganya.
cukup percaya diri ketika

LINGKUNGAN
sedang menggambar atau
PERSONAL

mewarnai.
PPKS “ZK” sulit PPKS “ZK” tidak percaya
menemukan kepercayaan diri ketika berada di
dirinya dan tidak bisa lingkungan rumah,
membangun relasi dengan sekolah, dan luar. Klien
teman sebaya merasa takut akan
komentar-komentar atau
pertanyaan yang
ditanyakan masyarakat
sekitar pada klien.
KELEMAHAN

5. Kebutuhan PPKS
Kebutuhan PPKS “ZK” saat ini adalah:
1) Kebutuhan PPKS “ZK” saat ini adalah mengatasi rasa
kurang percaya dirinya
2) Kebutuhan konseling dengan teknik Assertive Training
untuk meningkatkan Self-Esteem klien atas
permasalahan yang dialami
6. Sumber yang bisa dimanfaatkan PPKS
1) Sumber Internal
Kemauan dari PPKS “ZK” untuk meningkatkan
rasa percaya diri, dan membangun perilaku asertif di
dalam dirinya. Hal ini bertujuan untuk membantu PPKS
“ZK” untuk mengungkapkan apa yang dirasakan,
diinginkan kepada orang lain dengan mementingkan
hak-hak asasi pada PPKS dan orang lain.
2) Sumber Eksternal
Sumber eksternal yang dapat dimanfaatkan oleh
PPKS “ZK” yaitu keluarga untuk memberikan
dukungan dan perlindungan dan guru BK dari sekolah
untuk melaksanakan konseling rutin.
7. Fokus Masalah
Berdasarkan latar belakang dari PPKS, fokus masalah
yang dialami “ZK” adalah kurangnya rasa percaya diri, dan
perilaku asertif sehingga PPKS kesulitan untuk bersosialisasi.

3.1.3. Perancangan Rencana Intervensi


1. Landasan Pemikiran
Permasalahan anak terlantar semakin hari semakin
memprihatinkan. Seorang anak dikatakan telantar, bukan karena
sekedar ia tidak lagi memiliki salah satu orang tua atau kedua
orang tuanya. Tetapi, telantar disini juga dalam pengertian ketika
hak-hak anak untuk tumbuh kembang dirampas karena berbagai
aspek karena kelalaian, ketidakmengertian orang tua,
ketidakmampuan atau ketidaksengajaan (Suyanto, 2010).
Mengacu pada konsep tersebut, maka penanganan masalah
yang dialami oleh PPKS “ZK” dilakukan dengan membantu
meningkatkan rasa percaya diri, dan membangun perilaku asertif
di dalam dirinya. Kegiatan penanganan masalah “ZK” dilakukan
secara terencana dan sistematis dari urutan: Keterlibatan
(Engagement), Asesmen (Assesment), Perencanaan (Planning),
Implementasi (Implementation), Evaluasi (Evaluation).
Terminasi (Termination).
2. Nama Kegiatan
Pemberian layanan konseling dengan teknik pelatihan
asertif (Assertive Training) kepada PPKS “ZK”. Kegiatan ini
dilakukan agar dapat meningkatkan rasa percaya diri dan
mengungkapkan apa yang dirasakan, diinginkan kepada orang
lain dengan mementingkan hak-hak asasi pada PPKS dan orang
lain.
3. Tujuan
1) Membantu PPKS untuk membangun Self-Esteem.
2) Membantu PPKS untuk meningkatkan perilaku asertif di
dalam dirinya
3) Membantu PPKS untuk menerima keadaannya sekarang
4) Membantu PPKS untuk kembali kembali aktif dalam
berosisialisasi dan berkegiaatan di lingkungan rumah dan
sekolah.
4. Sasaran
Sasaran intervensi adalah orang orang yang dijadikan
target perubahan dan memiliki pengaruh terhadap tujuan
intervensi bisa tercapai. Pelaksanaan intervensi yang yang
dilakukan praktikan memiliki sasaran yaitu:
1) PPKS “ZK” yang diintervensi langsung sebagai orang
yang memiliki masalah dibantu dengan Ibu “R”
selaku wali dari “ZK”.
2) Keluarga PPKS “ZK” juga perlu diintervensi karena
menjadi support system yang kuat bagi ibu “R” dalam
melaksanakan tujuan intervensi.
5. Metode dan Teknik
1) Metode
Metode yang digunakan dalam proses penanganan
masalah PPKS “ZK” adalah metode Social Casework dimana
kegiatan ini adalah salah satu cara pokok pekerjaan sosial
yang dipergunakan untuk membantu individu dan keluarga
agar mereka dapat memecahkan masalah yang mereka hadapi
di dalam kehidupan sosialnya secara lebih efektif. Metode
Social Casework dianggap sebagai metode yang tepat karena
permasalahan yang perlu dipecahkan berada dalam ruang
lingkup individu.
2) Teknik
1. Small Talk
Teknik ini digunakan oleh praktikan pada saat
kontak permulaan dengan PPKS “ZK”. Tujuan utama
small talk dilakukan untuk menciptakan suasana yang
dapat memberikan kemudahan bagi praktikan dan PPKS
untuk melakukan pembicaraan sehingga hubungan
selanjutnya dalam proses intervensi akan berjalan sesuai
dengan yang diharapkan.
Small talk dimulai oleh praktikan untuk membuka
agar klien dapat berbicara di berbagai sesi mulai dari
tahap engagement hingga terminasi.
2. Support
Teknik ini digunakan untuk memberikan
semangat dan motivasi bagi “ZK” untuk mendorong
aspek-aspek dari fungsi sosialnya, seperti kekuatan-
kekuatan internalnya, cara berperilaku dan hubungannya
dengan orang lain. Support harus didasarkan pada
kenyataan dengan memberikan dukungan terhadap
perilaku atau kegiatan-kegiatan positif.
3. Konseling
Teknik ini digunakan praktikan untuk membantu PPKS
“ZK” dalam mengatasi masalah-masalah sosial-
emosionalnya.
6. Sistem Dasar Praktik
1) Sistem Klien
Sistem klien pada kasus ZK adalah ZK itu sendiri sebagai
anak terlantar.
2) Sistem Pelaksana Perubahan
Sistem perubahan dalam kasus ZK ini adalah Pekerja
Sosial sampai pada tahap terapi untuk diri klien.
3) Sistem Sasaran
Sistem sasaran pada pelaksanaan intervensi nantinya adalah
ZK, Ibu R sebagai nenek dan wali serta keluarga ZK.
4) Sistem Kegiatan
Kegiatan yang dilakukan adalah pelaksaan praktik
pekerjaan sosial dengan metode casework dan teknik yang
sudah direncanakan.
7. Waktu Pelaksanaan Intervensi
Pelaksanaan intervensi ini dilaksanakan selama 1 bulan.
8. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dalam proses intervensi PPKS “ZK”
yaitu:
1) PPKS “ZK” dapat mengungkapkan perasaan yang
terpendam pada dirinya.
2) PPKS “ZK” dapat kembali hidup bersama keluarga
dengan harmonis.
3) PPKS “ZK” dapat aktif bersosialisasi lagi.
9. Alat Evaluasi dan Jenis Evaluasi
Alat evaluasi dari catatan harian dan catatan proses yang
dibuat ketika melakukan praktik bersama klien. Menuliskan
indikator keberhasilan dalam suatu buku, ketika tercapai baru di
cheklist. Jenis evaluasi ini adalah evaluasi proses, yang mana
setiap proses yang dilakukan diadakan evaluasi.
10. Waktu Terminasi
Waktu terminasi dilakukan ketika semua kegiatan
intervensi telah dilakukan dan indikator keberhasilan sudah
tercapai. Terminasi dilaksanakan pada tanggal 14 Maret 2021.
11. Menetapkan Rujukan
Rujukan untuk kasus dari ZK ini kepada keluarga dan
lingkungan sekitar rumah klien. Hal ini digunakan untuk
mengembalikan rasa percaya diri klien sehingga bisa
bersosialisasi di lingkungannya sendiri.

3.1.4. Perancangan/Skenario Intervensi


1. Menyiapkan ruangan intervensi/pengubahan perilaku,
sarana dan prasarana
1) Ruang intervensi yang akan digunakan adalah ruangan
yang kedap suara, tidak berisik, bukan di tempat yang
ramai, dan nyaman.
2) Ruangan intervensi bisa dilakukan di ruang tamu klien
3) Sarana dan prasarana yang dibutuhkan pada saat
pelaksanaan intervensi adalah:
1. Alat perekam
2. Alat tulis (untuk membuat catatan proses)
2. Melakukan intervensi dengan tahapan:
1) Membangun relasi pertolongan dengan sistem dasar
praktik peksos. Relasi pertolongan ini dibangun dengan
teknik teknik dasar yang dimiliki oleh pekerja sosial.
Seperti small talk, teknik komunikasi yang benar.
Praktikan menjelaskan tujuan dan apa saja yang akan
dilakukan, dan mengingatkan mengenai kontrak yang
sudah ditanda tangani sebelumnya.
2) Melakukan dan menerapkan teknik – teknik pengubahan
perilaku, yaitu:
1. Support
Praktikan memberikan semangat dan motivasi bagi
“ZK” untuk mendorong aspek-aspek dari fungsi
sosialnya, seperti kekuatan-kekuatan internalnya,
cara berperilaku dan hubungannya dengan orang
lain.
2. Konseling
Praktikan membantu PPKS “ZK” dalam mengatasi
masalah-masalah sosial-emosionalnya,
meningkatkan rasa percaya diri dan
mengungkapkan apa yang dirasakan,
3. Melakukan Konseling
1) Membuat pertemuan dengan PPKS “ZK” dalam rangka
pemberian konseling
2) Membantu PPKS “ZK” mengungkapkan perasaan-
perasaan yang dipendam seperti hal yang dirasakan,
diinginkan kepada orang lain
3) Membangun percakapan positif dan motivasi untuk
PPKS “ZK” agar memiliki kemauan untuk merubah
perilakunya
4. Melakukan Pengakhiran Kegiatan Intervensi
Pengakhiran kegiatan intervensi dilakukan ketika
indikator – indikator tercapai sesuai dengan waktu atau
jadwal yang sudah ditentukan. Diakhiri dengan memberikan
informasi kepada klien bahwasanya pelaksanaan praktikum
sudah berakhir.

3.1.5. Perancangan Evaluasi


Pelaksanaan kegiatan evaluasi dilakukan guna mengukur
sejauh mana keefektifan dari metode dan teknik intervensi yang
telah diberikan kepada PPKS “ZK”. Tahapan evaluasi yang
dilakukan yaitu:
1. Menyiapkan alat ukur evaluasi
1) Alat ukur yang digunakan adalah catatan dari indikator yang
sudah di tetapkan di rencana intervensi. Indikator-indikator
tersebut diketik dalam sebuah exel kemudian di print, dan
dilakukan pengecekan dengan men-cheklist indikator yang
sudah terlaksana.
2) Menyiapkan catatan catatan dari proses ketika pelaksanaan
intervensi dengan PPKS “ZK”. Dikumpulkan menjadi satu
dan dihimpun dalam satu file/berkas/map untuk dianalisis
dan dijadikan bahan evaluasi nantinya.
2. Melakukan evaluasi proses dan hasil
1) Melakukan analisis dari alat ukur yang sudah
dipersiapkan. Analisis ini yang nantinya akan dijadikan
bahan evaluasi dari proses intervensi.
2) Analisis dilakukan setiap tahap, dengan melihat catatan
proses ketika intervensi dan melihat perkembangan dari
klien sebagai bentuk hasilnya.
3) Pada evaluasi ini klien menunjukkan perkembangan
dengan dapat menjalankan indikator keberhasilan
diantara lain:
1. PPKS “ZK” dapat bersosialisasi di lingkungan
rumah
2. PPKS “ZK” sudah dapat berteman dengan teman-
teman di sekolahnya
3. PPKS “ZK” sudah mulai mengembangkan
potensinya di bidang kesenian
4. PPKS “ZK” sudah mau berbicara banyak baik
dengan keluarga dan orang lain.

3.1.6. Perancangan Terminasi dan Rujukan


Terminasi ini merupakan pemutusan hubungan kerja antara
praktikan dengan PPKS setelah menemukan hasil yang diharapkan,
yakni adanya perubahan yang terjadi pada diri PPKS. Pelaksanaan
terminasi dilakukan praktikan dengan penjelasan bahwa kegiatan
intervensi sudah selesai berdasarkan waktu intervensi yang sudah
dibuat. Kegiatan yang dilakukan praktikan dalam melakukan
terminasi kepada PPKS adalah sebagai berikut:
1) Praktikan menginformasikan kepada PPKS bahwa segala
kegiatan Praktikum telah berakhir.
2) Memberikan pesan kepada PPKS mengenai self help sehingga
“ZK” mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya dan
tidak bergantung secara berkelanjutan dengan pihak lain.
3) Praktikan memberikan pesan kepada pihak keluarga untuk
senantiasa memberikan dukungan sosial kepada “ZK” agar
mempertahankan perubahan yang telah dilaksanakan.
3.2. Analisis Model Sistem Pelayanan Messo
Tahapan proses pertolongan aras messo yang dilakukan oleh praktikan
antara lain yaitu:
3.2.1. Penerapan Engagement, Intake, dan Contract
1. Waktu : Rabu, 24 Februari – Jumat, 26 Februari 2021
2. Tempat : Kelurahan Citeureup dan Rumah PPKS
3. Sasaran : 4 Anak Terlantar di Kelurahan Citeureup
4. Tujuan :
1) Mendapatkan informasi mengenai PPKS Anak Terlantar
di Kelurahan Citeureup
2) Membangun relasi dengan PPKS
3) Meminta kesediaan PPKS menjadi informan dan datang
ke pertemuan FGD
5. Teknik : Komunikasi dan relasi, Small Talk
6. Instrumen : Inform consent, buku catatan, dan alat
perekam
7. Proses :
4) Engagement
Engagement adalah proses di mana awal pertemuan
antara praktikan dengan klien. Pada tahapan ini, praktikan
mendatangi klien untuk melakukan engagement. Peksos atau
praktikan yang sebelumnya sudah diberi tahu Pekerja Sosial
Masyarakat di kelurahan tersebut jika ada permasalahan anak
terlantar di sekitar kantor kelurahan. Setelah diberi tahu
Pekerja Sosial Masyarakat, praktikan datang ke rumah 4
PPKS dengan membawa niat untuk perkenalakan tahap awal
yakni untuk kontak dan kontrak.
Enggagement dilaksanakan di Kelurahan Citeureup
pada 24 Februari 2021 pukul 10.00 WIB.
5) Intake
Pada tahap intake praktikan datang ke rumah 4 PPKS
dengan ramah dan memperatikan penampilannya sebagai
seorang mahasiswa untuk mendapatkan kesan pertama.
Penampilan dari praktikan penting dikarenakan pertemuan
awal sebagai langkah membangung trust building dengan
calon klien. Tahapan intake:
1. Menggunakan protokol kesehatan karena ini
merupakan hal wajib ketika masa pandemi covid 19
ini, menggunakan masker, menggunakan almamater,
serta membawa handsinitizer untuk selalu berjaga
jaga.
2. Kontak ini diawali dengan salam, karena masa covid
tidak perlu berjabat tangan (sampai menyentuh kulit).
Setelah itu, jika sudah dipersilahkan untuk duduk
praktikan harus mampu menampakkan sikap sopan
santunnya.
3. Melakukan Small Talk dengan klien sebagai bentuk
awalan dalam memulai percakapan yakni:
“Selamat siang adek... bagaimana kabarnya?”
“Sudah makan siang dek…?”
“Hari ini cukup cerah ya, semoga selalu cerah agar
semangat ya...”
Pelaksanaan Small Talk tidak terlalu banyak, karena
akan menimbulkan kebosanan.
8. Memperkenalkan diri sebagai seorang praktikan yang
akan melaksanakan praktik. Menggunakan bahasa
yang sesuai dengan usia remaja tersebut agar mudah
dipahami. Memperkenalkan diri berupa nama, asal
tempat tinggal, asal kampus, maksud dan tujuan
sebagai praktikan yang melaksanakan praktikum di
daerah tersebut.
9. Menanyakan kepada klien mengenai data diri
singkatnya, yakni nama, umur, hobi, sekolah dimana,
kegiatan kesearian, dan keluhan yang dirasakan.
Namun pada tahap ini tidak terlalu dalam bertanya,
secara singkat terlebih dahulu.
10. Melakukan clarifying the client problems dari apa
yang sudah di sampaikan klien.
11. Jika dirasa cukup untuk informasi awal, akhiri proses
kontak ini dengan melanjutkan ke proses kontrak.
Intake ini dilaksanakan pada 24 Februari 2021 di rumah 4
PPKS.
6) Kontrak
Kontrak disini merupakan bentuk perjanjian dan
persetujuan antara klien dengan praktikan. Kontrak ini berisi
mengenai apa saja yang harus di sepakati bersama, apa saja
yang boleh dilakukan, dan apa saja yang tidak boleh
dilakukan.

Praktikan menjelaskan kepada 4 PPKS, untuk


meminta persetujuan untuk menjadi kliennya serta
memberikan inform concern untuk dapat dibaca, disepakati
bersama dan di tanda tangani.

3.2.2. Penerapan Asesmen


1. Waktu : Rabu, 24 Februari – Jumat, 26 Februari 2021
Jumat, 19 Maret 2021
2. Tempat : Rumah PPKS dan Gedung Pertemuan RW 03
3. Sasaran : 4 Anak Terlantar di Kelurahan Citeureup
4. Tujuan :
1) Untuk memperoleh data karakteristik PPKS baik secara
satu persatu ataupun secara keseluruhan
2) Untuk mengetahui sebab akibat masalah PPKS
3) Untuk mengatahui kebutuhan PPKS Anak Terlantar di
Kelurahan Citeureup
4) Menggali sumber dan potensi yang bisa dimanfaatkan
PPKS
5. Teknik : Wawancara, observasi, Focus group
Discussion (FGD)
6. Instrumen : Pedoman wawancara dan pedoman observasi
7. Proses :
1) Praktikan melakukan wawancara dengan mendatangi secara
satu persatu anak terlantar yang ada di Kelurahan Citeureup.
Praktikan mendatangi 4 rumah anak terlantar untuk
melakukan wawancara mengenai permasalahan, kebutuhan
dan potensi para anak terlantar secara individu. Sarana yang
digunakan diantaranya:
1. Buku catatan
2. Alat tulis
3. Alat dokumentasi
2) Melakukan observasi dan wawancara kepada PPKS anak
terlantar secara kelompok. Wawancara yang dilakukan secara
berkelompok ini dilakukan dengan menggunakan teknik
Focus Group Discussion (FGD) dengan dibantu oleh rekan
sesama praktikan. Skenario FGD yang dilakukan oleh
praktikan yaitu sebagai berikut:

Tema diskusi Penggalian masalah dan pengidentifikasian


kebutuhan serta potensi Anak Terlantar
Kelurahan Citeureup dengan masalah
kurangnya percaya diri
Sub tema a. Penggalian masalah
diskusi b. Pengidentifikasian kebutuhan, potensi,
dan PSKS
c. Perumusan rencana intervensi dengan
melibatkan partisipasi peserta FGD
Tujuan Memfasilitasi diskusi Anak Terlantar
tentang:
a. Permasalahan yang dialami
b. Dampak negatif stigma yang dilakukan
masyarakat
c. Pemanfaatan potensi dan sumber
kesejahteraan sosial
d.
Partisipan a. Anak Terlantar (4 orang)
b. PSM (2 orang)
c. Karang Taruna
d. Praktikan
Fasilitator Praktikan
Notulen Paulina Febriani
Waktu Jumat, 19 Maret 2021 Pukul 13.00 WIB
Durasi Sekitar 1 jam (60 menit)
Tempat Gedung pertemuan RW 03
Logistik a. Kertas plano
yang
diperlukan b. Masking tape
c. Spidol besar
d. Alat perekam
e. Handphone untuk dokumentasi
f. Laptop
g. Snack dan minuman
Proses a. Praktikan meminta partisipan mengisi
diskusi daftar hadir sebelum FGD memasuki
ruangan FGD
b. Praktikan menyiapkan alat dokumentasi
c. Praktikan membuka sesi FGD lalu
memperkenalkan diri dan menjelaskan
kegiatan apa yang akan dilakukan serta
menjelaskan tujuannya (10 menit)
d. Praktikan meminta partisipan untuk
memperkenalkan diri sembari
membangun bonding dengan partisipan
dan mencairkan suasana dengan small
talk (5 menit)
e. Praktikan memantik diskusi dengan
memaparkan fokus permasalahan yang
akan dibahas, yaitu permasalahan pada
Anak Terlantar.
f. Praktikan memberikan waktu kepada
partisipan untuk menyampaikan
pendapat
g. Praktikan menuliskan pendapat
partisipan di kertas plano yang telah di
tempelkan di tembok
h. Praktikan mendapatkan hasil bahwa
permasalahan terbanyak adalah
masalah kurang percaya diri. Praktikan
kemudian mengkonfirmasi kembali
kepada partisipan.
i. Praktikan mengarahkan pembahasan
selanjutnya tentang penyebab
permasalahan kepada partisipan. Sama
seperti sebelumnya, praktikan
memberikan waktu kepada partisipan
untuk menyampaikan pendapatnya
kemudian praktikan menuliskannya di
kertas plano yang telah ditempel di
tembok.
j. Praktikan mendapatkan hasil beberapa
penyebab permasalahan. Praktikan
kemudian mengkonfirmasi kembali
kepada partisipan.
k. Praktikan memberika kesempatan
kepada PSM dan Karang Taruna untuk
memberikan tanggapan.
l. Praktikan melanjutkan diskusi tentang
potensi Anak Terlantar
m. Praktikan melanjutkan diskusi tentang
PSKS yang tersedia
n. Praktikan menyimpulkan hasil diskusi
sementara
o. Praktikan membangun kesadaran
bahwa permasalahan yang dialami
memerlukan penanganan atau
intervensi
p. Praktikan menanyakan harapan
partisipan terhadap permasalahan yang
dialami
q. Praktikan menanyakan pandangan
Anak Terlantar apabila dibentuk Group
Work untuk penanganan masalah:
1) Kesediaan dan partisipasi anggota
kelompok Anak Terlantar terhadap
intervensi yang akan dilakukan
2) Penyadaran tentang permasalahan
dan dampak yang akan dihadapi
apabila permasalahan tidak
ditangani
3) Edukasi tentang cara
mengembalikan rasa percaya diri
dan berinteraksi dengan orang lain
r. Penutup dan sesi foto bersama (15
menit)

8. Hasil :
1) Identitas dan Deksripsi Kasus PPKS
1 Nama ZK
TTL Cimahi, 15 Juli 2011
Usia 9 tahun
Jenis Kelamin Perempuan
Agama Islam
Alamat RT 006/RW 003 Kelurahan Citeureup,
Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi
Pendidikan SD
Pekerjaan -
Permasalahan PPKS “ZK” merupakan seorang anak
perempuan berusia 9 tahun yang tinggal
di RW 03 Kelurahan Citeureup. ZK
dirawat oleh neneknya setelah ayah dan
ibunya memutuskan bercerai dan
meninggalkan ZK untuk mencari
pekerjaan. Nenek dari ZK adalah Ibu R
bekerja sebagai buruh cuci dan asisten
rumah tangga yang tidak tetap
penghasilannya. ZK memiliki masalah
kurang percaya diri dan kesulitan
mengekspresikan perilaku asertifnya.
2 Nama L
TTL Cimahi, 23 September 2012
Usia 8 tahun
Jenis Kelamin Laki-laki
Agama Islam
Alamat RT 008/RW 004 Kelurahan Citeureup,
Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi
Pendidikan SD
Pekerjaan -
Permasalahan PPKS “L” merupakan anak terlantar
yang tinggal dengan nenek dan
kakeknya. Ayah dari L telah meninggal
sekitar 4 tahun lalu karena sakit dan ibu
dari L tidak mau mengurusi anaknya.
Menurut informasi yang didapatkan
praktikan, Ibu dari L mengalami
gangguan mental sehingga tidak mau
mengurus anak dan memutuskan untuk
jarang di rumah karena pekerjaan sebagai
WTS (wanita tuna susila). Kakek dari L
bekerja sebagai buruh harian lepas
dengan penghasilan tidak tetap.
3 Nama TH
TTL Cimahi, 25 Mei 2014
Usia 6 tahun
Jenis Kelamin Laki-laki
Agama Islam
Alamat RT 006/RW 003 Kelurahan Citeureup,
Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi
Pendidikan Belum Sekolah
Pekerjaan -
Permasalahan PPKS “TH” merupakan anak terlantar
yang tinggal dengan tantenya (kakak dari
ayah). TH sempat dibawa ayahnya ke
Lampung saat berpisah dari ibunya 3
tahun yang lalu. Namun ayah dari TH
menitipkannya karena tidak bisa
mengawasi TH yang kakinya saat itu
terluka akibat kurang pengawasan.
Namun saat ini ayahnya tidak diketahui
dimana keberadaannya begitupun dengan
ibunya. Tante dari TH belum menikah
dan bekerja sebagai penjual donat
keliling. PPKS “TH” sering mendapat
rundungan karena tidak tinggal dengan
orang tuanya oleh teman-temannya.
4 Nama DR
TTL Cimahi, 12 Januari 2011
Usia 10 tahun
Jenis Kelamin Perempuan
Agama Islam
Alamat RT 004/RW 002 Kelurahan Citeureup,
Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi
Pendidikan Tidak Sekolah
Pekerjaan -
Permasalahan PPKS “DR” merupakan seorang anak
perempuan yang suka ikut kakeknya
memulung di Pasar Atas Cimahi. DR
tinggal dengan kakek dan neneknya
sedangkan setiap pagi ia akan ikut
dengan ayahnya memulung. Ibu dari DR
menitipkan DR pada kedua orang tuanya
(kakek dan nenek) saat DR berusia 5
tahun setelah bercerai dengan ayahnya.
Ibunya hanya berpesan akan pergi untuk
mencari pekerjaan namun sampai saat ini
tidak pernah kembali dan memberikan
DR nafkah begitu pun dengan ayahnya.

2) Permasalahan Kelompok (Sebab-Akibat)


Sebab Akibat
Kurangnya rasa percaya diri Stigma masyarakat tentang
anak terlantar karena
orangtua tidak mau
mengurus
Tidak bisa bersosialisasi Rasa trauma dari respon
dan dukungan masyarakat
sekitar lingkungan tempat
tinggal

3) Potensi Kelompok
1. Memiliki keiginan kuat untuk keluar dari masalahnya
2. Antusias dalam berpartisipasi
3. Memiliki ketertarikan di bidang kesenian
4) PSKS yang tersedia
1. PSM
2. Karang Taruna
3. PKK
5) Harapan Kelompok
1. Menyadari kondisi yang sedang dialami dan menguatkan
niat serta usaha untuk hidup lebih sejahtera
2. Mampu mengembalikan rasa percaya diri
3. Mampu mengatasi rasa trauma terhadap lingkungan
masyarakat dan sosialnya
4. Mampu berinteraksi dengan orang lain
5. Menyadari potensi yang dimiliki

3.2.3. Perancangan Rencana Intervensi


1. Tujuan Intervensi
Perumusan tujuan rencana intervensi dilakukan untuk
memfokuskan pada perubahan-perubahan perilaku kelompok
sehingga mampu menjalankan keberfungsian sosialnya secara utuh.
Adapun tujuan rencana intervensi adalah sebagai berikut:
1) Tujuan Umum
Secara umum rencana intervensi yang telah
disusun bersama dengan kelompok bertujuan membantu
kelompok agar mampu menolong dirinya sendiri.
Kegiatan ini dilakukan untuk keluar dari masalahnya
sehingga dapat mencapai keberfungsian sosialnya
kembali.
2) Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari rencana intervensi
yang hendak dicapai adalah kelompok mampu:
1. Membantu membangun karakter bagi anggota
dan mencegah kenakalan
2. Meningkatkan beberapa ketrampilan dan pada
waktu bersamaan memberikan pula
kesenangan
3. Meningkatkan rasa percaya diri anggota di
limgkungan sosialnya
4. Mampu mengasah potensi yang dimiliki
anggota
5. Meningkatkan interaksi positif dengan orang
lain dan juga untuk mengetahui perubahan
kemampuan bersosialisasi
2. Sasaran Intervensi
Sasaran intervensi adalah pihak-pihak yang dijadikan sasaran
perubahan agar tujuan intervensi dapat tercapai, yaitu anak-anak
terlantar dalam kelompok yang sengaja dibentuk dengan
permasalahan kurangnya rasa percaya diri.
3. Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan intervensi kelompok dengan praktikan akan
dilaksanakan pada tanggal 20 – 31 Maret 2021.
4. Teknis Intervensi
1) Teknis yang digunakan dalam intervensi pada kasus messo ini
adalah sebagai berikut:
1. Teknik tahap memulai
1) Teknik perkenalan
2) Teknik memfokuskan anggota kelompok
3) Teknik membangun kepercayaan
4) Teknik menghadapi penolakan awal
5) Teknik memulai sesi
6) Teknik mengakhiri sesi
2. Teknik tahap transisi
1) Teknik menghadapi kelompok yang sulit
2) Teknik menghadapi konflik
3. Teknik dalam tahap kerja
1) Penanganan munculnya tema-tema
2) Penanganan munculnya intensif dari semua anggota
secara stimulan
3) Penanganan mimpi
4) Penanganan masalah kesadaran diri dengan projeksi
5. Media Intervensi
Media yang akan digunakan untuk membantu proses
pelaksanaan intervensi adalah media elektronik yaitu Handphone,
dan media non elektronik yaitu buku gambar, pensil warna, dan
crayon.
6. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dari rencana intervensi yang telah
disusun praktikan bersama dengan kelompok adalah sebagai berikut:
1) Anggota kelompok menyadari kondisi yang sedang
dialami dan memiliki usaha untuk membangun karakter
masing-masing
2) Anggota kelompok menyadari memiliki keterampilan
pada diri masing-masing
3) Anggota kelompok mendapatkan rasa percaya diri di
lingkungan sosialnya
4) Anggota kelompok menyadari potensi yang ada pada diri
masing-masing
5) Anggota kelompok mampu meningkatkan interkasi
dengan orang lain dan juga untuk mengetahui perubahan
kemampuan bersosialisasi.
7. Alat Evaluasi dan Jenis Evaluasi
Alat evaluasi yang akan digunakan praktikan untuk
mengetahui apakah tujuan intervensi tercapai atau tidak adalah
dengan membuat matriks evaluasi. Matriks tersebut akan dibuat
dalam bentuk table-tabel dengan indikator keberhasilan lalu
diberikan kolom keterangan tercapai dan tidak tercapai. Apabila
indikator keberhasilan tercapai maka akan diberikan tanda checklist
di kolom tercapai, begitu pula apabila indikator keberhasilan tidak
tercapai akan diberikan tanda checklist di kolom tidak tercapai.
Sedangkan jenis evaluasi yang akan digunakan adalah evaluasi
proses dan evaluasi hasil.
8. Hasil Rencana Intervensi
1) Nama Program
Nama program intervensi yang akan dilakukan adalah
“Lapangan Belajar dan Bermain”. Program ini akan didukung
dengan pelaksanaan intervensi kelompok menggunakan
recreation skill group.
2) Tujuan Umum Program
Tujuan umum dari program ini adalah membantu
kelompok mampu menolong dirinya sendiri untuk keluar dari
masalah kurangnya rasa percaya diri dalam lingkungan sehingga
dapat mencapai keberfungsial sosial.
3) Tujuan Khusus Program
Adapun tujuan khusus dari program “Lapangan Belajar
dan Bermain” adalah:
1. Membantu membangun karakter bagi anggota dan
mencegah kenakalan
2. Meningkatkan beberapa ketrampilan dan pada waktu
bersamaan memberikan pula kesenangan
3. Meningkatkan rasa percaya diri anggota di
limgkungan sosialnya
4. Mampu mengasah potensi yang dimiliki anggota
5. Meningkatkan interaksi positif dengan orang lain dan
juga untuk mengetahui perubahan kemampuan
bersosialisasi
4) Rincian Kegiatan

Waktu Nama Bentuk Kegiatan


Kegiatan

Rabu, Pembukaan 1. Penjelasan program


24/3/2021 dan sesi awal 2. Membentuk kelompok atas
persetujuan anggota
Pukul
kelompok
10.00-
3. Melakukan sesi permulaan
11.00
kelompok dengan
menyampaikan secara
sederhana beberapa
prosedur penting dan
kebijakan-kebijakan serta
mendiskusikannya dalam
kelompok kemudian
disepakati

Kamis, Recreation 1. Pemberian materi tentang tata


25/3/2021 Skill Group I cara berinteraksi dengan
orang yang lebih tua, sebaya,
Pukul
dan yang lebih muda dengan
10.00-
roleplay yang diperankan
12.00
oleh ahli

Jumat, Recreation 1. Pemberian materi


26/3/2021 Skill Group II menggambar menggunakan
teknik mudah oleh ahli
Pukul
09.00-
11.00
Anggota kelompok difasilitasi
Sabtu, Praktik
untuk mempraktikan
27/3/2021
pengetahuan yang telah

Pukul didapatkan di hari sebelumnya,

10.00- yaitu:

12.00 1. Melakukan interaksi dengan


sesama anggota kelompok
2. Mengikuti sesi permainan
dari praktikan dan ahli
dengan tema “Menebak dan
Menggambar”.

Rabu, Evaluasi dan 1. Anggota kelompok


31/3/2021 penutupan menunjukan perubahan
sikap yang lebih positif
Pukul
selama berjalannya
09.00-
kegiatan
11.00
2. Anggota kelompok
menunjukkan bahwa sudah
mulai bisa berinteraksi
dengan seluruh anggota
kelompok
3. Melakukan refleksi dari
kegiatan yang telah
dilaksanakan
4. Pemberian reward kepada
kelompok dengan
memberikan alat mewarna
yang disediakan dan
bertepuk tangan bersama
5. Menutup pertemuan

5) Sistem Partisipan dan Perannya

Sistem Partisipan Peran


Keluarga masing-masing 1. Memberikan support kepada
anggota kelompok klien
2. Menjadi partner diskusi klien
1. Memberikan support pada
kegiatan pembukaan
PSM 2. Memberikan materi tentang
cara berinteraksi dengan orang
lain menggunakan roleplay
Memberikan materi seputar seni
Ayara Pratiwi (lulusan dan cara menggambar yang
mahasiswa seni) mudah serta menyenangkan
untuk anak-anak
1. Memfasilitasi kegiatan
intervensi kelompok
2. Bersama PSM memonitor dan
Praktikan
mengevaluai perubahan
perilaku kelompok
3. Menjadi inisiator

6) Strategi, Taktik, dan Teknik


Strategi dalam pelaksanaan intervensi adalah dengan
menggunakan metode Social Group Work. Sebelumnya
praktikan menganalisis dan mengindetifikasi karakteristik
kelompok untuk selanjutnya menentikan tipe kelompok yang
sesuai dengan karakteristik kelompok. Kemudian praktikan
menentukan bentuk kelompok intervensi yaitu Recreation Skill
Group.
Taktik dan teknik yang akan dilakukan praktikan akan
menyesuaikan setiap bentuk kegiatan yang dilakukan, namun
yang akan selalu membuat suasana nyaman, tidak memaksakan
nilai-nilai pribadi, dan memberikan kesempatan seluas-luasnya
kepada kelompok untuk menunjukkan responnya.
7) Langkah-langkah Program
Langkah-langkah kegiatan program adalah:
1. Membentuk kelompok
2. Membentuk rencana program meliputi nama program,
tujuan umum, dan khusus program, rincian kegiatan
program, sistem partisipan dan perannya, strategi, taktik,
dan teknik intervensi, langkah-langkah program, jadwal
kegiatan, peralatan dan rincian anggaran biaya program.
3. Menginformasikan kepada kelompok mengenai program
yang disusun, lalu memberikan kesempatan untuk bertanya
atau mengeluarkan pendpat, kemudian menyepakati
program secara keseluruhan bersama kelompok.
4. Memberikan jadwal kegiatan kepada kelompok dan
mengingatkan untuk hadir dan mengikuti kegiatan sesuai
kesepekatan.
5. Memulai program.
6. Melakukan monitoring sebelum, dan saat berjalannya
program.
7. Membuat catatan proses pelaksanaan setiap kegiatan
program, hal ini dilakukan untuk memudahkan praktikan
melihat apakah indikator keberhasilan tercapai atau tidak.
8. Melakukan evaluasi.
9. Memberikan reward berupa pujian dan alat yang digunakan
dalam program kepada anggota kelompok.
10. Memberikan refleksi dari proses pelaksanaan program,
menyimpulkan kemudian menutup pertemuan dengan baik.
8) Jadwal Kegiatan Program
Kegiatan Hari/Tanggal Waktu Tempat
Pembukaan dan Rabu, 24 10.00-11.00 Gedung
sesi awal Maret 2021 Pertemuan
RW 03
Kamis, 25 10.00-12.00 Gedung
Recreation Skill Maret 2021 Pertemuan
Group I RW 03

Jumat, 26 09.00-11.00 Gedung


Recreation Skill Maret 2021 Pertemuan
Group II RW 03

Sabtu, 27 10.00-12.00 Gedung


Praktik Maret 2021 Pertemuan
RW 03
Rabu, 24 10.00-12.00 Taman
Evaluasi dan Maret 2021 Pemkot
penutupan Cimahi

9) Peralatan
Peralatan yang akan digunakan untuk mendukung
terlaksananya intervensi diantaranya adalah:
1. Buku Gambar
2. Crayon
3. Pensil Warna
4. Alat Tulis
5. Buku Catatan
6. Alat perekam
7. Handphone untuk dokumentasi
8. Laptop
10) Rencana Anggaran Biaya Program
No. Barang Vol. Harga Jumlah
1 Buku Gambar 4 Rp 4.000 Rp16.000
2 Crayon 1 Rp 27.000 Rp 27.000
3 Pensil Warna 1 Rp 20.000 Rp 20.000
4 Buku Tulis 1 Rp 2.500 Rp 2.500
5 Pensil 4 Rp 2.000 Rp 8.000
6 Air Mineral 1 1 Rp 30.000 Rp 30.000
Dus
7 Snack 8 Rp 5.000 Rp 40.000
Total Rp143.500

3.2.4. Perancangan/Skenario Intervensi


1. Menyiapkan ruang intervensi/pengubahan perilaku, sarana dan
prasarana
1) Ruang Intervensi yang akan digunakan akan dibuat tenang, jauh
dari keramaian, bersih, dan nyaman. Ruang atau tempat untuk
melakukan itervensi adalah di Gedung Pertemuan RW 03
Kelurahan Citeureup dan Taman Pemkot Cimahi.
2) Sarana dan prasarana yang akan digunakan pada pelaksanaan
intervensi adalah sebagai berikut:
1. Ruangan yang nyaman dan tenang
2. Kursi
3. Alat tulis
4. Buku catatan
5. Buku Gambar
6. Crayon
7. Pensil Warna
8. Alat perekam
9. Handphone untuk dokumentasi
10. Laptop
2. Pelaksanaan Intervensi
1) Membangun relasi pertolongan dengan sistem dasar praktik
pekerjaan sosial
Relasi pertolongan akan dibangun dengan melakukan
teknik small talk dan akan dikembangkan dengan komunikasi
yang baik oleh praktikan. Relasi pertolongan juga akan dibangun
dengan memunculkan kepribadian hangat praktikan, agar
didalamnya terbangun pula rapport. Praktikan akan menjelaskan
tujuan yang akan dicapai pada tahap ini, serta hal-hal apa saja
yang akan dilakukan.
Relasi pertolongan akan dibangun kepada pihak-pihak berikut:
1. Sistem Klien, relasi pertolongan akan dibangun dengan
baik dan hangat kepada klien, yaitu kelompok anak
terlantar dengan permasalahan kurangnya rasa percaya diri.
2. Sistem Sasaran, relasi pertolongan akan dibangun dengan
baik dan hangat kepada klien kelompok anak terlantar
dengan permasalahan kurangnya rasa percaya diri sebagai
target perubahan.
3. Sistem Kegiatan, relasi pertolongan akan dibangun dengan
baik dan hangat kepada pihak yang akan berusaha bersama-
sama dengan praktikan menyelesaikan permasalahan
kelompok sasaran, yaitu keluarga anggota kelompok, PSM
Kelurahan, dan Ayara Pratiwi (anggota karang taruna
sekaligus lulusan mahasiswa seni).
4. Sistem Pelaksana Perubahan, pada intervensi yang akan
dilakukan adalah praktikan sendiri, maka praktikan harus
memastikan diri selalu dalam kondisi baik selama proses
intervensi.
2) Pengubahan Perilaku
Teknik-teknik yang akan digunakan dalam rangka
pengubahan perilaku kelompok adalah sebagai berikut:
1. Kelompok Rekreasi Keterampilan (Recreation Skill Group)
Teknik pengubahan perilaku menggunakan tipe
kelompok recreation skill group memberikan tujuan untuk
meningkatkan beberapa keterampilan dan pada waktu yang
sama memberikan pula kesenangan. Dalam kelompok ini
individu diajak bermain tetapi memperoleh pemahaman.
Karena pengalaman adalah pengetahuan. Kegiatan dalam
kelompok ini berbentuk keterampilan, kesenian, dan
olahraga. Berbeda dengan kelompok-kelompok rekreasi
(recreation group), kelompok ini memerlukan penasehat,
pelatih, dan instruktur, serta lebih berorientasi pada aturan
permainan. Beberapa alasan mengapa kelompok-kelompok
rekreasi keterampilan seringkali berhasil:
1) Anggota-anggota kelompok yang terdiri dari anak-anak
akan mudah merasa nyaman dengan kelompok-kelompok
rekreasi keterampilan karena kegiatannya dibungkus oleh
permainan
2) Dengan kegiatan yang bertema permainan anak-anak
akan mudah menerapkan pembelajaran yang menjadi
pesan utama dari tipe kelompok-kelompok rekreasi
keterampilan
3) Pengalaman yang mereka dapat dari kegiatan ini akan
memotivasi anggota kelompok untuk membantu diri
mereka sendiri agar bisa mengembalikan rasa percaya
diri sehingga dapat berfungsi secara sosial.
Praktikan memilih teknik intervensi kelompok-
kelompok rekreasi keterampilan sebab anggota kelompok
memiliki permasalahan yang sama. Harapan dari
terlaksanakanya teknik intervensi menggunakan kelompok-
kelompok rekreasi keterampilan adalah anggota kelompok
mampu saling mendukung untuk sadar terhadap
permasalahan dan kondisinya, saling berbagi cerita, sehingga
pemecahan masalah akan dapat dilakukan dengan efektif.
Kegiatan yang akan dilakukan dalam tipe kelompok ini
adalah sebagai berikut:
1) Anggota kelompok melakukan pertemuan dipandu oleh
praktikan sebagai fasilitator dan didampingi PSM
Kelurahan. Harapan dari pertemuan ini adalah
kelompok mampu saling mengenal, terbuka, dan
support dengan permasalahan yang ada.
2) Melakukan konseling kelompok untuk meningkatkan
kesadaran terhadap permasalahan yang sedang dialami
3) Muncul keinginan dari kelompok untuk diajarkan
pengetahuan yang mendukung untuk keluar dari
masalah kurangnya rasa percaya diri.
Praktikan akan menggunakan tipe kelompok ini
untuk menanggapi keinginan yang muncul dari kelompok
dan telah disepakati kelompok. Kegiatan yang akan
dilakukan dalam tipe kelompok ini adalah sebagai berikut:

Waktu Nama Kegiatan Bentuk Kegiatan

Rabu, Pembukaan 1. Penjelasan program


24/3/202 dan sesi awal 2. Membentuk kelompok
1 atas persetujuan anggota
kelompok
Pukul
3. Melakukan sesi permulaan
10.00-
kelompok dengan
11.00
menyampaikan secara
sederhana beberapa
prosedur penting dan
kebijakan-kebijakan serta
mendiskusikannya dalam
kelompok kemudian
disepakati

Kamis, Recreation 1. Pemberian materi tentang


25/3/202 Skill Group I tata cara berinteraksi
1 dengan orang yang lebih
tua, sebaya, dan yang
Pukul
lebih muda dengan
10.00-
roleplay yang diperankan
12.00
oleh ahli

Jumat, Recreation 1. Pemberian materi


26/3/202 Skill Group II menggambar
1 menggunakan teknik
mudah oleh ahli
Pukul
09.00-
11.00
Anggota kelompok difasilitasi
Sabtu, Praktik
untuk mempraktikan
27/3/202
pengetahuan yang telah
1
didapatkan di hari sebelumnya,

Pukul yaitu:

10.00- 1. Melakukan interaksi

12.00 dengan sesama anggota


kelompok
2. Mengikuti sesi permainan
dari praktikan dan ahli
dengan tema “Menebak
dan Menggambar”.

Rabu, Evaluasi dan 1. Anggota kelompok


31/3/202 penutupan menunjukan perubahan
1 sikap yang lebih positif
selama berjalannya
Pukul
kegiatan
09.00-
2. Anggota kelompok
11.00
menunjukkan bahwa
sudah mulai bisa
berinteraksi dengan
seluruh anggota kelompok
3. Melakukan refleksi dari
kegiatan yang telah
dilaksanakan
4. Pemberian reward kepada
kelompok dengan
memberikan alat mewarna
yang disediakan dan
bertepuk tangan bersama
5. Menutup pertemuan

3) Pemberian kesempatan klien untuk mengktualisasikan diri


Pada hari Rabu, 31/3/2021, praktikan bersama
kelompok sasaran akan melakukan refleksi bersama-sama
tentang apa yang kelompok sasaran rasakan selama dan
setelah kegiatan intervensi, beberapa hal yang akan menjadi
perhatian praktikan adalah:
1. Selama proses intervensi praktikan tidak akan
memaksa kelompok untuk melakukan hal yang
tidak diinginkan.
2. Praktikan memberikan kebebasan waktu seluas-
luasnya untuk kelompok berfikir dan
merenungkan serta mendiskusikan keputusan
kelompok.
3. Praktikan tidak akan menyalahkan apapun
gagasan atau pendapat yang diutarakan kelompok,
melainkan memberikan gambaran-gamaran atau
pernyataan untuk disimpulkan sendiri oleh
kelompok.
4. Praktikan tidak akan membatasi apapun respon
yang dikeluarkan oleh kelompok.
5. Proses intervensi akan dilaksanakan
semenyenangkan mungkin sehingga kelompok
selalu antusias dan dengan senang hati
melakukannya.
4) Melakukan Pengakhiran Kegiatan
Pengakhiran kegiatan intervensi dilakukan
keseluruhan rencana kegiatan yang telah disusun dapat
terlaksana, namun dengan tetap memperhatikan kondisi di
lapangan dan jadwal pelaksanaan praktikum. Pengakhiran
kegiatan intervensi akan dilakukan pada hari Rabu, 31 Maret
2021.

3.2.5. Perancangan Evaluasi


1. Menyiapkan alat ukur evaluasi
Alat ukur evaluasi yang digunakan adalah matriks evaluasi.
Matriks evaluasi akan dibuat dalam bentuk tabel indikator
keberhasilan dengan kolom tercapai dan tidak tercapai. Apabila
indikator keberhasilan tercapai makan akan diberi tanda checklist di
kolom tercapai, begitu pula apabila indikator keberhasilan tidak
tercapai akan diberi tanda checklist di kolom tidak tercapai.
2. Melakukan Evaluasi
1) Evaluasi Proses
Intervensi dilakukan dengan menggunakan metode
social group work. Seluruh anggota kelompok sasaran
mengikuti rangkaian proses pertolongan dengan baik mulai
dari tahapan engagement, intake, contract, asesmen,
perencanaan intervensi, hingga pelaksanaan intervensi.
2) Evaluasi Hasil
Evaluasi hasil menggambarkan keberhasilan
pelaksanaan intervensi terhadap penanganan masalah
kelompok sasaran. Evaluasi hasil intervensi kelompok sasaran
akan dituliskan sesuai dengan kondisi kelompok setelah tahap
intervensi selesai dengan sebenar-benarnya. Selain berdasarkan
indikator keberhasilan, praktikan juga akan mengevaluasi
dengan melihat perubahan-perubahan yang terjadi pada
kelompok. Perubahan-perubahan tersebut akan dievaluasi
dengan membuat matriks berisi kegiatan intervensi, kemudian
ditambahkan kolom evaluasi hasil yang memuat kondisi
kelompok sebelum melaksanakan intervensi dan sesudah
melaksanakan intervensi.

3.2.6. Perancangan Terminasi dan Rujukan


1. Menyampaikan batas waktu intervensi pada klien
Praktikan menyampaikan kepada kelompok bahwa proses
terminasi akan dilaksanakan pada hari Minggu, 1 April 2021.
Sebelumnya pada tahap perencanaan intervensi, praktikan dan
kelompok juga telah menyepakati batas waktu pertolongan, sehingga
klien sudah tau sedari awal, namun pada tahap ini akan ditegaskan
kembali bahwa hubungan pertolongan akan benar-benar berakhir
pada tanggal yang telah ditentukan dan disepakati bersama.
2. Menyampaikan kekurangan dan kemajuan hasil intervensi
Praktikan menyampaikan kekurangan dan kemajuan hasil
intervensi. Dalam hal ini praktikan akan menyampaikan kembali
hasil evaluasi hasil yang telah disusun sebelumnya.
3. Memberikan kesempatan pada klien untuk menyampaikan
pendapatnya atas pelaksanaan intervensi
Praktikan memberikan waktu kepada kelompok untuk
menyampaikan pendapatnya meliputi apa yang dirasakan kelompok
setelah melaksanakan proses intervensi bersama, kritik, kesan, dan
pesan terhadap proses intervensi dan terhadap praktikan. Hal ini juga
akan menjadi bahan evaluasi atas pelayanan dan kinerja praktikan
sebagai calon pekerja sosial professional selama pelaksanaan
praktikum laboratorium aras messo.
4. Praktikan melakukan pengakhiran intervensi dengan kelompok
karena tujuan telah tercapai
Praktikan menjelaskan kepada klien bahwa intervensi telah
dilaksanakan sesuai kesepakatan dan telah tercapai pula tujuan
intervensinya.
5. Praktikan melakukan rujukan jika intervensi tidak sesuai
dengan tujuan/harapan yang telah ditetapkan, dan tidak ada
kemajuan selama intervensi.
Praktikan menginformasikan kepada kelompok bahwa akan
melakukan rujukan, sebab waktu yang disediakan selama praktikum
laboratorium untuk aras messo terbatas. Kelompok akan dirujuk
kepada pihak-pihak yang ikut membantu praktikan selama proses
pertolongan atau intervensi agar terus memantau dan mendampingi
kelompok hingga benar-benar mampu keluar dari masalahnya.
3.3. Analisis Model Sistem Pelayanan Makro
3.3.1. Inisiasi Sosial
Tahapan proses pertolongan aras makro yang dilakukan oleh
praktikan antara lain yaitu:
1. Waktu :
1) Rabu, 24 Februari 2021
2) Kamis, 25 Februari 2021
3) Jumat, 26 Februari 2021
4) Jumat, 2 April 2021
2. Durasi : 360 menit
3. Tempat : Kelurahan Citeureup
4. Sasaran : Masyarakat Kelurahan Citeureup khususnya
RW 03
5. Tujuan :
1) Untuk melakukan perizinan praktikum dengan aparat
kelurahan dan RW 03
2) Untuk membangun relasi dengan aparat kelurahan dan
RW 03
3) Untuk memberikan gambaran besar kepada aparat
kelurahan dan RW 03 terkait kegiatan yang akan
dilaksanakan
6. Teknik : Small Talk dan Transect Walk
7. Instrumen : Catatan, handphone, dan surat izin praktikum
8. Proses :
Inisiasi diawali dengan mendatangi pihak kelurahan
dengan membawa surat izin praktikum dari Lembaga Poltekesos
Bandung. Hal ini dilakukan sebagai awal untuk perizinan secara
resmi bahwa praktikan akan melaksanakan praktikum
laboratotium di Kelurahan Citeureup. Dari perizinan tersebut
praktikan diperbolehkan untuk melakukan praktikum, namun
karena daerah Kelurahan Citeureup sedang berada di zona merah
covid-19 praktikan hanya diperbolehkan melakukan praktikum
di RW 03.
Pada inisisasi sosial ini juga praktikan mengikuti salah
satu kegiatan yang ada di RW 03 seperti pengajian rutin bulanan
yang diadakan di salah satu rumah warga.

3.3.2. Penerapan Pengorganisasian Sosial


1. Waktu : Jumat, 02 April 2021
2. Durasi : 120 menit
3. Tempat : Kelurahan Citeureup, Kediaman Ketua RW 03, dan
Whatsapp Group
4. Sasaran : Sasaran dalam kegiatan ini merupakan Ketua RW 03,
Ketua RT 06, Ketua PKK RW 03, Ketua Karang
Taruna di Kelurahan Citeureup dan warga di RW 03
terutama RT 06
5. Tujuan :
1) Membangun relasi sosial dengan masyarakat melalui
kegiatan – kegiatan yang diselenggarakan tokoh – tokoh
masyarakat
2) Membangun kesadaran masyarakat untuk melakukan
perubahan dalam meningkatkan kesejahteraan sosial
3) Menetapkan sasaran perubahan masyarakat/komunitas
4) Tertandatanganinya draft kesepakatan bersama
pengembangan masyarakat/komunitas
5) Menetapkan sasaran perubahan/pengembangan komunitas
menjadi klien
6. Teknik : Small Talk dan Transect Walk
7. Instrumen :
1) Lembar Skenario Pengorganisasian Sosial
2) Notes Mini atau Buku Catatan
3) Pulpen
4) Tipe - X
5) Handphone
8. Proses
Dalam proses praktik pertolongan pekerjaan sosial pada aras
makro ini adalah penelusuran kondisi geografis Kelurahan Citeureup
khususnya RW 03 dan batasan – batasan wilayah RT 06. Dalam
kegiatan ini, pekerja sosial menerapkan teknik Transect Walk
dengan melakukan penelusuran kondisi geografis Kelurahan
Citeureup khususnya RW 03 bersama Ketua Karang Taruna dan
seorang pengurus lainnya. Langkah – langkah dalam kegiatan ini
diantaranya adalah:
1) Pekerja Sosial memperkenalkan diri dan menjelaskan
kembali maksud dan tujuan dilaksanakannya kegiatan
Transect Walk.
2) Pekerja Sosial memperoleh persetujuan untuk
melaksanakan Transect Walk dan didampingi oleh Ketua
Karang Taruna dan seorang pengurus lainnya.
3) Pekerja Sosial menelusuri Sarana dan Prasarana yang
terdapat di Kelurahan Citeureup
4) Pekerja Sosial menelusuri Potensi dan Sumber
Kesejahteraan Sosial yang terdapat di Kelurahan
Citeureup
5) Pekerja Sosial menelusuri batas – batas wilayah
Kelurahan Citeureup, khususnya RW 03
6) Pekerja Sosial menelusuri Permasalahan Sosial yang
terdapat di Kelurahan Citeureup dan membuat
masyarakat sadar akan perlunya penanganan terhadap
permasalahan sosial tersebut.
7) Pekerja sosial menjelaskan bahwa permasalahan sosial
dapat diatasi dengan melakukan perubahan secara
kolektif dalam meningkatkan kesejahteraan sosial.
8) Pekerja sosial mengajukan permintaan mengenai
ketersediaan Ketua Karang Taruna dan salah satu anggota
Karang Taruna dari RT 06 untuk menjadi perwakilan
dalam berpartisipasi dan bekerja sama untuk upaya
pengembangan masyarakat.
Langkah selanjutnya yang dilakukan praktikan adalah
pembentukan grup Whatsapp. Proses kegiatan ini praktikan
mengumpulkan Ketua RW 03, Ketua RT 06, Ketua PKK RW 03,
anggota PKK dari RT 06 sebagai perwakilan, Ketua Karang Taruna
RW 03 dan anggota Karang Taruna dari RT 06 sebagai perwakilan
ke dalam sebuah grup untuk membahas mengenai upaya
pengembangan masyarakat di Whatsapp Group.
9. Hasil :
1) Tokoh masyarakat yang berpengaruh mengetahui,
mendukung, dan bersedia terlibat dalam pelaksanaan
kegiatan praktikum laboratorium.
2) Terorganisasinya masyarakat dalam satu tim kerja.
3) Tersusunya laporan secara tertulis beserta foto kegiatan
pengorganisasian sosial.

3.3.3. Penerapan Asesmen


1. Waktu : Sabtu, 3 April 2021
2. Durasi : 120 menit
3. Tempat : Gedung Pertemuan RW 03
4. Sasaran : Stakeholders RW 03 dan Masyarakat Kelurahan
Citeureup khusunya RW 03
5. Tujuan :
1) Terumuskannya permasalahan penting yang dihadapi oleh
warga RW 03
2) Terumuskannya hubungan sebab akibat dari permasalahan
yang dihadapi
3) Dapat dirumuskan fokus masalahnya sehingga permasalahan
dapat terpecahkan dengan akurat.
6. Teknik : Wawancara dan Observasi
7. Instrumen :
1) Kertas plano
2) Kertas notes/Sticky notes
3) Masking tape
4) Spidol besar
5) Alat perekam
6) Handphone untuk dokumentasi
7) Laptop
8) Snack dan minuman
8. Alat : Methodology Participatory Asessment (MPA)
9. Proses
Pada asesmen aras makro ini praktikan menggunakan
Methodolgy Participatory Assesment (MPA). MPA Merupakan
teknik yang digunakan untuk menilai kebutuhan secara partisipatif.
Dalam hal ini kebutuhan disampaikan menurut perspektif sistem
sasaran. Langkah – langkah MPA yang dilakukan oleh praktikan
adalah sebagai berikut:
1) Identifikasi Masalah
1. Praktikan menyamakan persepsi para masyarakat yang
menjadi peserta di pertemuan tentang apa itu masalah sosial.
2. Para peserta diminta untuk menuliskan apa saja masalah yang
dirasakan ada di RW 03 pada meta card yang telah
disediakan dan diberikan oleh praktikan.
3. Permasalahan yang sudah ditulis kemudian ditempel di kertas
plano yang sudah ditulis kemudian ditempel di kertas plano
yang sudah ditempel di tembok yang berada di depan agar
dapat terlihat oleh semua peserta yang datang di pertemuan.
4. Meta card yang sudah ditempel kemudian dikelompokkan
sesuai dengan jenis masalahnya. Pengelompokan ini
dilakukan oleh peserta dengan dipandu oleh praktikan.
5. Setiap kelompok masalah kemudian diberi judul. Judul
tersebut harus sudah merangkum semua jenis masalah yang
ada di kelompoknya. Pemberian judul juga dilakukan secara
musyawarah oleh peserta dengan dipandu oleh praktikan.
2) Penentuan Prioritas Masalah
1. Selanjutnya praktikan bersama peserta mencoba
menggambarkan setiap masalah yang sudah diberi judul dan
juga dampaknya
2. Lalu setelah itu praktikan menanyakan kepada peserta
menentukan prioritas masalah apa yang perlu ditangani.
3) Analisis Sebab – Akibat
1. Praktikan megidentifikasi penyebab mengapa peserta
memilih prioritas masalah.
2. Praktikan mengidentifikasi akibat dari masalah yang
dijadikan prioritas
3. Praktikan menganalisis hubungan antara sebab dan akibat.
4) Analisis Tujuan
1. Menganalisis tujuan yang akan dicapai berdasarkan
permasalahan yang sudah di analisis sebelumnya,
2. Mendiskusikan hubungan tujuan yang satu dengan yang
lainnya,
3. Mengidentifikasi program/kegiatan yang dapat
menghilangkan sebab atau memperkecil kemungkinan
dampak dengan cara menentukan kriteria sistem sumber,
4. Memberikan penilaian dengan memberikan angka atau tanda.
Hasil tertinggi kemudian akan menjadi prioritas
kegiatan/program yang akan dipilih.
10. Hasil :
1) Identifikasi Komunitas
1. Partisipan : Warga RW 03 (5 orang), PSM
(2 orang), Ketua RW 03, Ketua PKK RW 03, Ketua
Karang Taruna RW 03
2. Jumlah Partisipan : 10 orang
2) Identifikasi Masalah
Dari hasil asesmen yang telah dilakukan ditemukan
permasalahan dan kebutuhan sebagai berikut:
1. Layangan di kabel-kabel listrik
2. Sampah
3. Pencurian
4. Anak yatim/piatu
5. Anak terlantar
6. Fakir miskin
7. Tidak patuh protocol kesehatan
8. Banyak korban positif covid-19
9. Bantuan pemerintah yang tidak merata bagi keluarga
miskin
10. Warga terganggu dengan anak-anak yang bermain di
sekitar lingkungan
Dari sejumlah masalah yang telah ditulisakan oleh
masing – masing partisipan di meta card, kemudian
dikelompokkan berdasarkan permasalahan sejenis yang
dilabeli dengan hasil pengelompokan, yaitu:
1. Warga terganggu dengan anak-anak yang bermain di
sekitar lingkungan
2. Layangan di kabel-kabel listrik
3. Anak terlantar
4. Anak yatim/piatu
5. Sampah
3) Prioritas Masalah
Setelah ditentukan golongan masalah yang sudah
dikelompokkan, kemudian ditentukan prioritas masalah yang
akan menjadi pokok pembahasan selanjutnya yaitu:
1. Anak terlantar
2. Warga terganggu dengan anak-anak yang bermain
di sekitar lingkungan
3. Sampah
4) Analisis Sebab – Akibat Masalah
1. Permasalahan anak terlantar di RW 03 menjadi pusat
permasalahan yang cukup banyak. Kebanyakan warga
yang tinggal di RW 03 bekerja sebagai TKW/TKI yang
mengharuskan mereka menitipkan anaknya pada keluarga
lain, selain itu adapun anak-anak yang kehilangan salah
satu dari orang tuanya, dan anak korban percerian.
2. Salah satu warga mengatakan akibat banyaknya anak-
anak di RW 03 seringkali mereka terganggu apabila
anak-anak tersebut bermain. Banyak sekali ulah-ulah
yang dilakukan anak-anak seperti mencuri sendal,
bermain layangan di lahan sempit sehingga seringkali
tersangkut hingga kusut di kabel-kabel tiang listrik, dan
sampah jajanan yang berserakan sehingga membuat
lingkungan kumuh
3. Warga RW 03 membuat stigma karena ada salah satu
warga yang melihat jika pelaku dari ulah-ulah yang
dilakukan adalah perbuatan anak terlantar, sedangkan
anak-anak yang masih memiliki orang tua secara lengkap
kadang berpendapat buruk di depan orang tuanya tentang
anak-anak yang tidak diasuh oleh orang tuanya sendiri.
5) Analisis Tujuan
Setelah diketahui sebab dan akibat dari permasalahan
maupun kebutuhan dari masyarakat, kemudian dilakukan
analisis tujuan yang akan dicapai berdasarkan analisis
masalah. Tujuan yang telah dianalisis secara partisipatif
adalah sebagai berikut:
1. Perlu diadakannya penyuluhan pada warga RW 03
tentang permasalahan anak terlantar sehingga hal itu
dapat merubah stigma dan pemikiran mereka tentang
anak terlantar
2. Memberikan informasi dan pengetahuan seputar anak
terlantar dan perkembangan anak usia dini untuk
memahami kondisi dan pola asuh yang tepat bagi
anak
6) Potensi dan Sumber
Dari asesmen yang sudah dilakukan oleh praktikan,
ditemukan potensi yang dimiliki baik dari RW 07 adalah
sebagai berikut:
1. Potensi
Kemauan warga untuk berpartisipasi dalam kegiatan
penyuluhan tentang anak terlantar dan sumber daya
manusia yang mendukung kegiatan
2. Sumber
Sumber yang dimiliki adalah PSM, Karang Taruna,
PKK, dan Guru Bimbingan Konseling di sekolah
islam terpadu.
7) Fokus Masalah
Setelah dilakukan asesmen, kemudian ditentukan fokus
masalah pelaksanaan intervensi yang disepakati akan
dilakukan adalah pendataan PPKS dan PSKS secara berkala
dan pemberian informasi mengenai program yang dapat
diakses warga RW 03 untuk pengetahuan tentang anak
terlantar di RW 03.

3.3.4. Perancangan Rencana Intervensi


1) Tujuan Intervensi
1. Tujuan Umum
Untuk mengubah stigma atau pandangan masyarakat
terhadap anak terlantar. Sehingga masyarakat lebih sadar
akan kepedulian terhadapa anak-anak terlantar.
2. Tujuan Khusus
1) Memberikan kesadaran untuk masyarakat terhadap anak-
anak terlantar
2) Memberikan pengetahuan luas kepada masyarakat
tentang pola asuh anak terlantar
3) Memberikan informasi tentang anak terlantar kepada
masyarakat
2) Sasaran Intervensi
Sasaran intervensi adalah pihak-pihak yang dijadikan
sasaran perubahan agar tujuan intervensi dapat tercapai.
1) Sasaran intervensi pada kasus ini adalah tokoh
masyarakat dan masyarakat sekitar RW 03.
2) Tokoh masyarat disini adalah Ketua RW 03, Ketua PKK
RW 03, Ketua Karang Taruna RW 03, Ketua RT 06 dan
seluruh warga RW 03.
3) Pelaksana Intervensi
Pihak – pihak yang dilibatkan dalam pelaksanaan
intervensi terhadap warga RW 03 ini adalah sebagai berikut:
1) Praktikan
2) Ketua RW sebagai penanggung jawab
3) Karang taruna sebagai pemateri
4) Warga RW 07 sebagai sasaran intervensi
4) Metode dan Teknik
1. Metode
Metode yang digunakan dalam mengintervensi
masyarakat ini adalah metode Model Aksi Sosial (Social
Action), dengan menggunakan model aksi sosial yang
menekankan pada gerakan pembangunan sosial yang
dilakukan secara partisipatif (collective action). Metode ini
adalah dimana fokus pada sistem klien yang dipandang
sebagai “korban” dari penindasan berbentuk stigma negatif
oleh warga RW 03 pada Anak Terlantar.
2. Teknik
Teknik yang digunakan dalam perancangan intervensi
kali ini adalah kampanye (penyuluhan sosial) yang
menggunakan teknik edukasi dan persuasi untuk merubah
cara berpikir dan bertindak agar bisa menerima dan
mendukung pandangan atau persepsi warga RW 03 mengenai
Anak Terlantar.
5) Target Waktu
Rencana intervensi dilakukan setelah asesmen pada
Rabu, 7 April 2021. Intervensi ditargetkan melalui beberapa kali
pertemuan dalam jangka waktu 2 minggu dihitung dari awal
mulai intervensi dimulai.
6) Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dari rencana intervensi yang telah
disusun praktikan bersama dengan kelompok adalah sebagai
berikut:
1. Anggota masyarakat menyadari kondisi masalah sosial
yang sedang ada di lingkungannya
2. Anggota masyarakat memiliki kesadaran tentang pola asuh
anak
3. Anggota masyarakat memiliki kesadaran tentang anak
terlantar
4. Anggota masyarakat menyadari pentingnya dukungan
lingkungan terhadap anak terlantar
5. Stakeholders menyadari peran pentingnya pada masalah
anak terlantar
7) Hasil Rencana Intervensi
Rencana intervensi yang dilakukan menghasilkan rencana
program yang akan dijabarkan sebagai berikut:
1. Nama Program
Nama program untuk intervensi yang akan dilakukan
adalah “Pola Asuh Anak Terlantar”. Program ini akan
didukung dengan pelaksanaan penyuluhan sosial
menggunakan metode ceramah, diskusi, seminar dan
pertemuan umum.
2. Tujuan Program
1) Tujuan Umum
Untuk mengubah stigma atau pandangan
masyarakat terhadap anak terlantar. Sehingga
masyarakat lebih sadar akan kepedulian terhadapa
anak-anak terlantar.
2) Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari program “Pola
Asuh Anak Terlantar” adalah:
1. Memberikan kesadaran untuk masyarakat
terhadap anak-anak terlantar
2. Memberikan pengetahuan luas kepada
masyarakat tentang pola asuh anak terlantar
3. Memberikan informasi tentang anak terlantar
kepada masyarakat
4. Memberikan kesadaran anggota masyarakat
tentang pentingnya dukungan lingkungan
terhadap anak terlantar
5. Mmberikan kesadaran para Stakeholders
terhadap peran pentingnya pada masalah anak
terlantar.
3. Rincian Kegiatan

Waktu Nama Kegiatan Bentuk Kegiatan

Sabtu, Melakukan 4. Mengidentifikasi


3/4/2021 pemeriksaan permasalahan pada
ulang pada masyarakat di RW 03
tahapan 5. Mengidentifikasi sumber dan
persiapan potensi pada masyarakat di
RW 03.
6. Mengidentifikasi sumber
yang dapat digunakan untuk
melaksanakan penyuluhan
yang meliputi:
a) Dana.

b) Tempat.

c) Tenaga/personal.

d) Peralatan.
7. Merumuskan tujuan, sasaran,
materi/pesan yang ingin
disampaikan, media, tempat,
dan waktu penyuluhan.
8. Menyusun rencana kegiatan
penyuluhan secara rinci
berdasarkan identifikasi
masalah dan kebutuhan yang
memuat: tujuan, sasaran,
materi/pesan, media, waktu
dan tempat, peralatan, dana
serta tenaga pelaksana dalam
kerangka kegiatan yang
memiliki ukuran keberhasilan
dan batas waktu.

Rabu, Penyuluhan 2. Melakukan pemeriksaan ulang


7/4/2021 “Pola Asuh terhadap semua hal yang telah
Anak dilakukan pada tahap
Pukul
Terlantar” persiapan.
10.00-
3. Mengkoordinasikan semua
12.00
unsur-unsur/pihak-pihak yang
terlibat dalam kegiatan
penyuluhan.
4. Melaksanakan kegiatan
penyuluhan sesuai dengan
rencana yang telah disusun.
5. Memantau jalannya
pelaksanaan penyuluhan.

Kamis, Evaluasi dan 6. Anggota masyarakat


8/4/2021 penutupan menunjukan perubahan sikap
yang lebih positif selama
Pukul
berjalannya kegiatan
09.00-
7. Anggota masyarakat
11.00
menyadari kondisi masalah
sosial yang sedang ada di
lingkungannya
8. Anggota masyarakat
mendapatkan informasi
tentang pola asuh anak
9. Anggota masyarakat
memiliki informasi kesadaran
tentang anak terlantar
10. Melakukan refleksi dari
kegiatan yang telah
dilaksanakan
11. Menutup pertemuan

4. Sistem Partisipan dan Perannya

Sistem Partisipan Peran


Masyarakat RW 03 1. Menjadi sasaran dari
penyuluhan mengenai anak
terlantar
2. Menjadi anggota diskusi
dalam forum
1. Memberikan support pada
Nida Ulfa Fitriani (Guru
kegiatan pembukaan
Bimbingan Konseling
2. Memberikan materi tentang
Sekolah Islam Terpadu Al-
perkembangan anak dan
Azhar)
tingkah laku anak
Memberikan materi seputar masa
Shaskia Saraswati
perkembangan anak dan pola asuh
(Psikologi Anak)
anak terlantar.
1. Memfasilitasi kegiatan
intervensi kelompok
2. Memonitor dan mengevaluai
Praktikan
perubahan perilaku
masyarakat
3. Menjadi fasilitator

5. Langkah - Langkah Program


Langkah-langkah kegiatan dari program adalah
Melakukan mengidentifikasi permasalahan anak terlantar
dengan menilai kondisi kehidupan anak terlantar di
lingkungan tempat tinggal maupun sekolah.
6. Jadwal Kegiatan
Kegiatan Hari/Tanggal Waktu Tempat
Inisiasi Sosial Jumat, 02 08.00-10.00 Kelurahan
dan April 2021 Citeureup
Pengorganisasia
n Sosial
Sabtu, 03 09.00-11.00 Gedung
Methodology April 2021 Pertemuan
Participatory RW 03

Assement (MPA)
Rabu, 07 10.00-12.00 Gedung
Praktik April 2021 Pertemuan
Penyuluhan RW 03

“Pola Asuh
Anak
Terlantar”
Kamis, 08 09.00-11.00 Gedung
Evaluasi dan April 2021 Pertemuan
penutupan RW 03

7. Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk mendukung
terlaksananya intervensi diantaranya adalah:
1) Ruangan pertemuan yang tenang
2) Kursi
3) Laptop
4) In-focus
5) Konsumsi (snack-box)
6) Alat Tulis
7) Buku Catatan
8) Handphone (keperluan dokumentasi)
8. Rancangan Anggaran Biaya

No. Barang Vol. Harga Jumlah


1 Konsumsi (snack- 15 Rp 18.000 Rp270.000
box)
2 Air Mineral 1 Dus 1 Rp 30.000 Rp 30.000
Total Rp300.000

3.3.5. Perancangan Intervensi


Pelaksanaan Intervensi dilakukan berdasarkan rencana intervensi
yang telah disusun sebelumnya. Pelaksanaan program penyuluhan “Pola
Asuh Anak Terlantar” menangani permasalahan Anak Terlantar yang
mana tahap pelaksanaannya adalah sebagai berikut:
1) Menyiapkan Pihak yang Terlibat dan Peranannya
Pihak yang terlibat dalam program ini adalah:
1. Praktikan
Dalam program yang telah dirancang, praktikan berperan
sebagai fasilitator yang merancang fasilitas untuk partisipan dari
program penyuluhan di Kelurahan Citeureup RW 03.
2. Narasumber
Dalam program yang telah dirancang, narasumber
berperan sebagai educator guna memberikan edukasi yang sesuai
dengan tema penyuluhan tentang “Pola Asuh Anak Terlantar”.
Narasumber memberikan materi tentang fokus masalah yang ada
di lingkungan RW 03 dengan tujuan untuk mengubah stigma
masyarakat tentang anak terlantar.
3. Masyarakat RW 03
Dalam program yang telah dirancang, masyarakat
berperan sebagai sasaran dari program penyuluhan mengenai
anak terlantar dan menjadi anggota forum dalam diskusi. Hal ini
ditujukan agar masyarakat merubah stigma bahwa anak terlantar
tidak selalu memiliki stigma negatif, namun anak terlantar adalah
salah satu pemerlu pelayanan yang sudah seharusnya
diperhatikan dan diprioritaskan dalam hal-hal penting di
lingkungan mereka.
2) Menetapkan Waktu Kegiatan
Waktu dalam program kegiatan ini adalah dua minggu
terhitung dari program ini diresmikan dengan mekanisme dari
jadwal program sebagai berikut:

Kegiatan Hari/Tanggal Waktu Tempat


Inisiasi Sosial Jumat, 02 08.00-10.00 Kelurahan
dan April 2021 Citeureup
Pengorganisasian
Sosial
Sabtu, 03 09.00-11.00 Gedung
Methodology April 2021 Pertemuan RW
Participatory 03

Assement (MPA)
Rabu, 07 10.00-12.00 Gedung
Praktik April 2021 Pertemuan RW
Penyuluhan 03

“Pola Asuh
Anak
Terlantar”
Kamis, 08 09.00-11.00 Gedung
Evaluasi dan April 2021 Pertemuan RW
penutupan 03
3) Teknis Pelaksanaan
Pelaksanaan program secara teknis adalah sebagai berikut:
1. Melakukan penelusuran kondisi geografis Kelurahan Citeureup
khususnya RW 03 dan batasan – batasan wilayah RT 06. Dalam
kegiatan ini, pekerja sosial menerapkan teknik Transect Walk
dengan melakukan penelusuran kondisi geografis Kelurahan
Citeureup khususnya RW 03 bersama Ketua Karang Taruna dan
seorang pengurus lainnya. Kegiatan ini dilakukan untuk meminta
persetujuan stakeholders untuk berpartisipasi dalam kegiatan
program.
2. Melakukan kegiatan Methodology Participatory Assement
(MPA) untuk meminta partisipasi masyarakat serta stakeholders
di RW 03. Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan penggalian
masalah dan pengidentifikasian kebutuhan serta potensi
kesejahteraan sosial yang ada di RW 03. Dari hasil diskusi
partisipasi maka terbentuklah fokus masalah yang akan dijadikan
bahan penanggulangan dan program untuk masalah yang terjadi.
3. Melakukan kegiatan penyuluhan “Pola Asuh Anak Terlantar”
sesuai dengan fokus masalah terpilih di RW 03. Kegiatan ini
bertujuan untuk menggali informasi dan merubah stigma negatif
masyarakat pada anak-anak khususnya anak-anak terlantar yang
tinggal di wilayah RW 03.
4. Melakukan monitoring dan evaluasi pada kegiatan penyuluhan
setelah acara selesai. Kegiatan ini ditujukan untuk melakukan
refleksi pada anggota diskusi forum.
5. Melakukan terminasi pada masyarakat yang menjadi sasaran
program penyuluhan.

3.3.6. Perancangan Evaluasi


Pelaksanaan kegiatan evaluasi dilakukan guna mengukur sejauh
mana keefektifan dari metode dan teknik intervensi yang diberikan oleh
praktikan terhadap keberhasilan yang telah tercapai. Dalam hal ini
evaluasi yang dilakukan terhadap permasalahan adalah sebagai berikut:
1. Evaluasi Proses
Intervensi yang telah dilakukan oleh beberapa pihak
pelaksana dapat terlaksana dengan baik dan lancar. Dukungan
datang dari berbagai pihak yang dapat mengembalikan stigma buruk
masyarakat terhadap anak terlantar.
Hambatan yang dialami dalam proses intervensi kali ini
adalah kesulitan dalam mengumpulkan seluruh stakeholders
Kelurahan Citeureup dikarenakan adanya pandemi Covid-19
sehingga kegiatan dibatasi.
2. Evaluasi Hasil
Dari hasil intervensi terhadap Social Action kali ini berjalan
dengan lancar. Perubahan stigma dari masyarakat sesuai pada target
namun hasil yang didapatkan masih perlu dilakukan pengawasan
lebih lanjut.

3.3.7. Perancangan Terminasi dan Rujukan


1. Terminasi
Sehubungan dengan telah berakhirnya proses intervensi yang
sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan, dengan ini berakhir pula
kegiatan Praktikum Berbasis Laboratorium di Kelurahan Citeureup
Kecamatan Cimahi Utara Kota Cimahi yang kemudian akan
dilakukan terminasi. Terminasi dilakukan pada 3 hari setelah proses
intervensi berakhir. Adapun kegiatan yang dilakukan dalam kegiatan
terminasi adalah sebagai berikut:
1) Memberitahukan kepada masyarakat RW 03 bahwa proses
pendampingan oleh praktikan sudah selesai dan sudah
mencapai tujuannya.
2) Penyerahan laporan praktikum terkait kelompok kepada pihak
pemerintah setempat yaitu aparat Kelurahan Citeureup sebagai
bentuk terminasi pada lembaga.
3) Penyerahan laporan kondisi terakhir masyarakat RW 03 kepada
pihak Kelurahan Citeureup
2. Rujukan
Mengingat bahwa intervensi Social Action ini sendiri perlu
dijalankan maka perlu pengawasan lebih lanjut untuk menjaga
keselarasan dari hasil perubahan yang telah dilakukan masyarakat.

3.4. Refleksi
3.4.1. Capaian Tujuan dan Manfaat yang Dirasakan Praktikan
Dalam proses praktikum laboratorium ini semua tujuan
praktikum telah tercapai. Hal ini dikarenakan praktikan merasakan
sendiri bahwa pemahaman mengenai setiap metode, teknik dan juga
teknologi di dalam proses pertolongan pekerjaan sosial sangat
meningkat. Selain itu manfaat praktiikum laboratorium ini juga
meningkatkan kemampuan praktikan dalam mengaplikasikan
pengetahuan, nilai, dan etika serta keterampilan praktik pekerjaan sosial
dalam menangani masalah baik mikro, mezzo maupun makro, serta
kemampuan dalam melakukan penyuluhan sosial, analisis masalah
sosial, analisis sumber daya sosial dan analisis pemberdayaan sosial juga
meningkat.

3.4.2. Faktor Pendukung dan Penghambat


Faktor dalam praktikum ini adalah praktikan sangat dibantu dan
diterima dengan baik oleh semua pihak yang terlibat dalam proses
praktikum laboratorium ini. Untuk faktor penghambat yaitu ketersediaan
data di Kelurahan Citeureup yang belum begitu tersedia dan lengkap
sehingga praktikan harus mencari data dengan waktu yang cukup lama.

Anda mungkin juga menyukai