Anda di halaman 1dari 8

BERPIKIR KRITIS DALAM PEMBERIAN MEDIKASI DI RUMAH

SAKIT

AQNEST OCTAVIANI NAIBAHO / 181101126


aqnestnaibaho20@gmail.com

ABSTRAK
Berpikir kritis merupakan salah satu komponen dasar dari keperawatan dengan menggunakan
pengetahuan mengenai ilmu keperawatan yang dimiliki seseorang secara menyeluruh agar dapat
memilih perawatan yang efektif bagi pasien di rumah sakit. Perawat sebagai pemberi layanan
kesehatan, diharapkan dapat berpikir kritis dalam setiap keadaan dan dalam seluruh tindakan
yang akan diberikan kepada pasien sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang
berlaku di rumah sakit. Penugasan kajian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi
seberapa banyak perawat yang dapat memberikan medikasi kepada pasien melalui proses
berpikir kritis di rumah sakit.

Kata kunci : berpikir kritis, perawat, pemberian medikasi, rumah sakit.

ABSTRACT

Critical thinking is one of the basic components of nursing by using the knowledge about
nursing science that a person has overall in order to be able to choose effective treatments for
patients in the hospital. Nurses as health services providers, are expected to think critically in
every situation and in all actions that will be given to patients in accordance with Standard
Operating Procedure (SOP) that apply in hospital. The assignment of this study was carried out
with the aim of identifying how many nurses could give medication to patients through the
critical thinking process in the hospital.

Keywords : critical thinking, nurse, giving medication, hospital.

1
LATAR BELAKANG berpikir kritis pada setiap situasi.
Berpikir kritis juga memiliki kaitan
Berpikir kritis dalam keperawatan
dalam proses pengambilan keputusan
merupakan komponen esensial dari
yang akan menjadi penentu pemberian
akuntabilitas professional dan kualitas
tindakan yang efektif maupun asuhan
asuhan keperawatan. Kemampuan
keperawatan yang professional.
berpikir kritis sangat diperlukan dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan. Lebih lanjut, Christensen & Kenney

Adanya kemampuan berpikir kritis (2009) mengemukakan bahwa perawat

perawat akan menunjukkan tingkat sebagai seorang praktisi yang

kualitas asuhan keperawatan. Seorang berpendidikan, diharapkan mempunyai

perawat harus memiliki kemampuan kemampuan intelektual untuk

untuk menggali setiap perubahan yang menggunakan pemikiran rasional dan

terjadi pada kondisi pasien, memberikan reflektif saat perawat

pelayanan keperawatan mandiri, dan mempertimbangkan pengamatan dan

tanggap terhadap berbagai permintaan. informasi tentang kondisi masing-

Hal ini tentu saja membutuhkan masing pasien. Selain menjadi

kemampuan berpikir kritis yang komponen yang penting dalam

mumpuni dan kemampuan untuk keperawatan, (Alfaro-LeFevre, 2004)

menyelesaikan masalah yang terjadi mengidentifikasi bahwa berpikir kritis

dengan baik serta bisa berkomunikasi merupakan suatu faktor tunggal yang

dengan lancar dan jelas (Fero et al, secara potensial sangat penting untuk

2009). menentukan apakah perawat tersebut


berhasil atau gagal dalam memberikan
Perawat akan menemukan situasi klinis
asuhan keperawatan.
yang berkaitan dengan pasien, anggota
keluarga, maupun tenaga kesehatan Salah satu contoh perkembangan yang

lainnya di rumah sakit, dimana perawat terjadi pada masa kini adalah lebih

dihadapkan pada keadaan yang meningkatnya fungsi rumah sakit dalam

menuntut perawat tersebut untuk dapat memberi pelayanan kesehatan, serta

berpikir kritis agar dapat menyelesaikan lebih kompleksnya jenis dan jumlah

situasi klinis yang terjadi, sehingga pemberian medikasi yang setiap tahun

sangat penting bagi perawat untuk selalu bertambah. Untuk mengantisipasi


hal ini, perawat tidak cukup hanya

2
menunggu pesanan dokter di ruangan masyarakat terhadap pelayanan
perawatan, namun perawat harus kesehatan dan tuntutan teknologi
berpikir kritis untuk dapat memilih dan (Asperheim Eisenhauer, 1973). Perawat
menyiapkan obat-obat apa saja yang mempunyai peranan dalam melakukan
harus diberikan kepada pasien. Perawat pengkajian secara berkelanjutan. Untuk
juga harus berpikir kritis, sehingga itu perawat harus mempunyai
mampu mengkaji efektifitas obat yang pengetahuan yang memadai tentang
diberikan serta mendeteksi efek farmakologi obat yang diberikan kepada
samping yang mungkin terjadi setelah pasien dan perawat juga dituntut untuk
melakukan pemberian medikasi dapat berpikir kritis sebelum melakukan
dilakukan. (Asperheim, Eisenhauer, tindakan pemberian medikasi, sehingga
1973). dapat memilih dan menentukan
keefektifitasan obat dan mendeteksi
Sebelum memberikan setiap medikasi,
adanya kemungkinan toksisitas.
perawat harus mengetahui tentang
medikasi. Sebelum memberikan TUJUAN
medikasi, perawat harus mampu
1.Tujuan Umum
berpikir kritis untuk dapat memberi tahu
bahwa klien tidak memiliki reaksi Penugasan kajian ini bertujuan untuk
merugikan atau reaksi alergi mengetahui gambaran berpikir kritis
sebelumnya terhadap medikasi yang perawat dalam pelaksanaan asuhan
diberikan. Dengan berpikir kritis, maka keperawatan profesional khususnya
perawat akan melakukan hal-hal dalam pemberian medikasi kepada
tersebut melalui proses berpikir pasien di rumah sakit.
kritisnya. Sehingga pemberian medikasi
2. Tujuan Khusus
yang dilakukan oleh perawat tidak
a. Mengetahui aspek legal pemberian
membahayakan kesejahteraan pasien
medikasi atau pemberian obat.
dan bahkan dapat berakibat fatal.
b. Mengetahui prinsip pemberian obat
Peran dan tanggung jawab perawat
yang terdiri atas dua belas benar prinsip
dalam pemberian obat mengalami
pemberian obat, yaitu benar pasien,
perubahan seiring dengan perubahan
benar obat, benar dosis obat, benar
keperawatan dan sistem pelayanan
metode pemberian/rute, benar waktu
kesehatan dalam menanggapi tuntutan

3
pemberian, benar evaluasi, benar Hasil penugasan kajian ini meliputi
pengkajian, benar reaksi dengan obat gambaran kemampuan berpikir kritis
lain, benar interaksi dengan makanan, seorang perawat dalam pelaksanaan
benar tidak expired, benar penkes, dan asuhan keperawatan yang profesional.
benar dokumentasi. Dari hasil kajian ini juga diperoleh
beberapa jurnal yang membahas tentang
c. Dapat bertanggungjawab terhadap
berpikir kritis dalam pemberian
keamanan pasien dalam pemberian
medikasi di rumah sakit. Dalam e-jurnal
terapi atau medikasi.
yang berjudul Hubungan Motivasi
d. Dapat memilih medikasi yang tepat Perawat dengan Pelaksanaan Prinsip 12
dan yang diperlukan untuk diberikan Benar dalam Pemberian Obat di Ruang
kepada pasien. Rawat Inap RSU dr.H.Koesnadi

e. Dapat berkolaborasi dengan tenaga Bondowoso, telah dibahas mengenai

kesehatan lainnya melalui proses apa yang menjadi motivasi perawat

berpikir kritis untuk memenuhi dalam pelaksanaan prinsip 12 benar

kebutuhan pasien dan mengutamakan dalam pemberian medikasi atau

keselamatan pasien dalam pemberian pemberian obat.

medikasi. Kemudian hasil dalam jurnal yang

METODE berjudul Keselamatan Pemberian


Medikasi, diungkapkan bahwa
Rancangan penugasan kajian ini kesalahan medikasi dapat mengancam
menggunakan literature review keselamatan pasien. Untuk itu perawat
berdasarkan buku teks, buku referensi, harus dapat berpikir kritis sehingga
jurnal, e-book (yang dipublikasikan 10 dapat meningkatkan keselamatan
tahun terakhir) dan menggunakan empat pemberian medikasi. Selanjutnya pada
belas sumber referensi dengan jurnal yang berjudul Hubungan
menganalisis, eksplorasi, dan kajian Intelegence Quatient (IQ) dengan
bebas sesuai dengan judul penugasan Kemampuan Berpikir Kritis Dalam
kajian ini. Proses Keperawatan, dan jurnal yang

HASIL berjudul Gambaran Kemampuan


Berpikir Kritis Perawat Primer dalam
Pelaksanaan Asuhan Keperawatan di

4
Rumah Sakit Islam Surakarta juga terbukti pada pelaksanaan prinsip 12
dijelaskan bahwa proses berpikir kritis benar dalam medikasi masih tergolong
perawat ketika di rumah sakit dalam kategori kurang. Perawat
ditentukan dari berbagai faktor seperti merupakan penyedia layanan kesehatan
jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, yang paling tepat untuk memberikan
kecerdasan emosional, yang sangat obat dan meluangkan sebagian
berpengaruh dan menjadi penentu waktunya kepada pasien. Perawat dalam
seorang perawat dapat berpikir kritis memberikan obat juga harus selalu
atau tidak dalam setiap situasi terutama berpikir krtitis untuk dapat
dalam pemberian medikasi. memperhatikan resep obat yang
diberikan agar tepat, hitungan yang
PEMBAHASAN
tepat pada dosis yang diberikan juga
Hasil dari kajian ini secara umum sesuai resep dan selalu menggunakan
menunjukkan bahwa semua perawat prinsip 12 benar. Dari hasil kajian ini
belum dapat menerapkan berpikir kritis dapat diambil kesimpulan bahwa
dalam pemberian medikasi di rumah institusi rumah sakit diharapkan untuk
sakit. Perawat juga belum menerapkan lebih meningkatkan motivasi perawat
prinsip dua belas benar secara dalam bekerja dengan cara memberikan
keseluruhan dalam pemberian obat. reward dan punishment kepada perawat
Seperti yang terdapat pada e-jurnal yang dan memberikan seminar khusus terkait
berjudul Hubungan Motivasi Perawat prinsip 12 benar dalam pemberian
dengan Pelaksanaan Prinsip 12 Benar medikasi.
dalam Pemberian Obat di Ruang Rawat
Kemudian dari hasil kajian jurnal yang
Inap RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso,
berjudul Keselamatan Pemberian
di dapatkan hasil bahwa pelaksanaan
Medikasi, (Agustin Indracahyani, 2010)
prinsip 12 benar dalam pemberian
mengatakan bahwa kesalahan medikasi
medikasi di ruang rawat inap RSU
merupakan masalah yang sangat serius
dr.H.Koesnadi Kabupaten Bondowoso
dalam pelayanan kesehatan di seluruh
termasuk dalam kategori rendah. Hal ini
dunia. Masalah tersebut mengakibatkan
menunjukkan bahwa perawat pada
cedera dan kematian bagi pasien, serta
rumah sakit tersebut masih kurang baik
meningkatkan biaya yang harus
dalam proses berpikir kritis karena
dikeluarkan oleh rumah sakit.

5
Kesalahan medikasi dapat terjadi di dilakukan dalam jurnal ini
setiap tahapan proses keperawatan dan menunjukkan ada hubungan antara
penggunaan medikasi sehingga kompetensi dengan kemampuan
berakibat fatal pada keselamatan diri berpikir kritis. Sedangkan jenis
pasien. Kesalahan medikasi dapat kelamin, umur, tingkat pendidikan,
terjadi akibat perawat yang kurang teliti kecerdasan emosional, cemas dan
dalam dalam memberikan obat ataupun motivasi tidak mempunyai hubungan
dalam memperhatikan proses dengan kemampuan berpikir kritis.
keperawatan yang menyebabkan Berdasarkan hasil tersebut diharapkan
kesalahan, dan kegagalan. Perawat upaya meningkatkan kemampuan
sebagai layanan kesehatan yang paling berpikir kritis mengadopsi pola
banyak terlibat dalam proses pemberian penggunaan pembelajaran yang lebih
medikasi memiliki peran penting dalam menekankan kepada diskusi kasus dan
mencegah, mengenali, dan mengatasi pendekatan kasus untuk
terjadinya kesalahan untuk mengembangkan kemampuan klinis dan
meningkatkan keselamatan pemberian kemampuan berpikir kritis dalam setiap
medikasi. Upaya meningkatkan situasi apapun di rumah sakit.
keselamatan pemberian medikasi
PENUTUP
dilakukan melalui pendekatan proses
keperawatan dimulai dari pengkajian, Kesimpulan
evaluasi dan dokumentasi.
Kesalahan medikasi merupakan
Selanjutnya, hasil kajian dari jurnal masalah yang sangat serius dalam
yang berjudul Gambaran Kemampuan pelayanan kesehatan di seluruh dunia.
Berpikir Kritis Perawat Primer dalam Masalah tersebut mengakibatkan cedera
Pelaksanaan Asuhan Keperawatan di dan kematian bagi pasien serta
Rumah Sakit Islam Surakarta dijelaskan meningkatkan biaya yang harus
bahwa kemampuan berpikir kritis dikeluarkan oleh rumah sakit.
sangat diperlukan dalam pelaksanaan Kesalahan medikasi dapat terjadi di
asuhan keperawatan. Peningkatan setiap tahapan proses keperawatan dan
kemampuan berpikir kritis akan penggunaan medikasi dan berakibat
meningkatkan kualitas asuhan fatal pada keselamatan diri pasien.
keperawatan. Hasil dari penelitian yang Faktor yang berkontribusi terhadap

6
kesalahan medikasi antara lain kondisi DAFTAR PUSTAKA
laten, kondisi yang menyebabkan
Aprisunadi. (2011). Hubungan antara
kesalahan, dan kegagalan aktif (Hughes,
berpikir kritis perawat dengan kualitas
2008 dan Page, 2004).
asuhan keperawatan di unit perawatan
Perawat memiliki peran dalam ortopedi rumah sakit umum pusat
mengurangi risiko kesalahan medikasi Fatmawati Jakarta. Tesis FIK UI di
dengan menerapkan pengetahuan terkait unduh tangal 8 September 2019.
medikasi melalui pembelajaran yang
Indracahyani, A. (2010). Keselamatan
lebih menekankan kepada diskusi kasus
pemberian medikasi. Jurnal
dan pendekatan kasus untuk
Keperawatan Indonesia, 13(2), 105-
mengembangkan kemampuan klinis dan
111.
kemampuan berpikir kritis. Oleh karena
itu, perawat dituntut untuk dapat Malayu, S. P. H. (2010). Organisasi
mengembangkan ilmu pengetahuan agar dan motivasi dasar peningkatan
menjadi perawat yang terampil dan produktivitas. Jakarta: PT. Bumi aksara.
kompeten dalam memberikan asuhan
Mulyaningsih. (2013). Peningkatan
keperawatan.
perilaku caring melalui kemampuan
Saran berpikir kritis perawat. Jurnal
Manajemen Keperawatan, 1(2), 100-
Sebagai perawat kita harus dapat
106.
mengasah dan meningkatkan
kemampuan berpikir kritis agar dapat Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi

mengendalikan dan menganalisis penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka

faktor-faktor yang mempengaruhi Cipta.

kemampuan berpikir kritis. Perawat Patmawati, T.A., Saleh, A., & Syahrul,
juga diharapkan agar selalu S. (2018). Efektifitas metode
meningkatkan motivasi untuk bisa pembelajaran klinik terhadap
menjalankan peran sebagai penyedia kemampuan berpikir kritis dan
layanan kesehatan sehingga dapat kepercayaan diri mahasiswa
memberikan asuhan keperawatan yang keperawatan. Jurnal Keperawatan
profesional dan dapat mencapai tujuan Muhammadiyah, 3(2).
yang diharapkan.

7
Potter & Perry. (2005). Buku ajar kritis dan pengambilan keputusan
fundamental keperawatan edisi 4. perawat primer dalam proses
Jakarta: EGC. keperawatan di ruang rawat inap
PKSC. Tesis FIK UI.
Rubenfeld, M. G., & Scheffer, B. K.
(2007). Berpikir kritis dalam Sutriyanti, Y., & Mulyadi. (2019).
keperawatan. (A. Lusiyana, N. Herdina, Analisis faktor-faktor yang
D. Yulianti, Penerjemah). Jakarta: EGC. mempengaruhi penerapan berpikir kritis
perawat dalam melaksanakan asuhan
Rusmegawati. (2011). Pengaruh
keperawatan di rumah sakit. Jurnal
supervise reflektif interaktif terhadap
Keperawatan Raflesia, 1(1).
keterampilan berpikir kritis perawat
dalam melaksanakan asuhan Utami, R., Wijaya, D., & Rahmawati, I.
keperawatan di IRNA RS Dr. H. M. (2015). Hubungan motivasi perawat
Ansari Saleh Banjarmasin. Tesis FIK dengan pelaksanaan prinsip 12 benar
UI. dalam pemberian obat di ruang rawat
inap RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso.
Sudono, B., Setya, D., & Atiningtyas,
Jurnal Pustaka Kesehatan, 3(3).
A. (2017). Gambaran kemampuan
berpikir kritis perawat primer dalam Zafri. (2012). Berfikir kritis
pelaksanaan asuhan keperawatan di pembelajaran sejarah. Jurnal
Rumah Sakit Islam Surakarta. Jurnal Diakronika FIS UNP di unduh tanggal
Ilmu Keperawatan Indonesia, 10(1). 8 September 2019.

Sukihananto. (2010). Hubungan


dokumentasi keperawatan berbasis
computer dengan daya berpikir kritis
perawat pada pelaksanaan proses
keperawatan di RSUD Banyumas. Tesis
FIK UI di unduh tanggal 6 September
2019.

Sumartini, B.T. (2010). Pengaruh


penerapan panduan coaching kepala
ruang terhadap kemampuan berpikir

Anda mungkin juga menyukai