Anda di halaman 1dari 15

AD-DHUHA VOL 2 No.

(1) (2021)

AD-DHUHA : Jurnal Pendidikan Bahasa Arab dan Budaya Islam

Https:// online-journal.unja.ac.id/Ad-Dhuha
Jl. Muara Bulian No.Km. 15, Mendalo Darat, Kec. Jambi Luar Kota

Tarâduf Dalam Al-Qur‟an Pada Juz 15, 16, 17


(Analisis „Ilm Ad-Dilâlah Lafâdz Al-Insân Dan Basyar)
Azza Humayro‟*
*
Pendidikan Bahasa Arab Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan azzahumayro@gmail.com

Abstrak

Dalam Al-Qur‟an fenomena mutarâdif (sinonimitas) telah menjadi kajian yang sering
diperbincangkan. Para ulama ahli bahasa Arab memperbedatkan keberadaan tarâduf
(sinonim) atas lafâdz (kata) yang berada dalam Al-Qur‟an, ada yang sepakat dan ada
tidak yang tidak sepakat akan keberadaan mutarâdif dalam Al-Qur‟an. Penelitian ini
mengkaji lafâdz al-Insân dan basyar yang bermakna manusia. Data yang digunakan
adalah ayat-ayat Al-Qur‟an pada juz 15, 16, 17 yang di dalamnya terdapat lafâdz al-
Insân dan basyar, yang bertujuan mengetahui makna konstekstual dan hubungan
makna kedua lafâdz ini melalui sampling beberapa lafâdz atau objek pada juz 15, 16,
17 dianalisis dengan „ilm ad-dilâlah (semantik) dan dibantu dengan penafsiran Al-
Qur‟an. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian
kepustakaan (library research) dengan pendekatan bersifat kualitatif deskriptif
analitif. Hasil penelitian yang ditemukan pada lafâdz al-Insân adalah penamaan untuk
manusia yang menunjukkan manusia dari sisi ruh, jiwa, akal, hati manusia yang tak
bisa dilihat. Sementara pada lafâdz basyar juga penamaan untuk manusia yang
menunjukkan manusia dalam bentuk fisik (jasad) yang bisa dilihat dan mengerti.
Untuk makna kontekstual lafâdz al-Insân pada surat Al-Isrâ‟ ayat 83 dan surat Al-Ĥajj
ayat 66 dipengaruhi oleh konteks bahasa (al-Siyâq al-Lughawî) yaitu dilihat dari
penjelasan sebelum dan setelah kedua lafâdz tersebut. Kemudian Makna kontekstual
lafâdz basyar pada surat Al-Kahfi ayat 110 dan surat Maryam ayat 26 dipengaruhi
oleh konteks bahasa (al-Siyâq al-Lughawî) yaitu dilihat dari penjelasan sebelum dan
setelah kedua lafâdz tersebut. Kemudian hubungan makna lafâdz al-Insân dan basyar
ialah saling terhubung satu sama lain sebagai penamaan untuk manusia dalam bentuk
jasad yang saling menyatu dengan konteks dan fokus yang berbeda.

Kata kunci: Tarâduf, „Ilm Ad-Dilâlah, al-Insân-basyar


A. PENDAHULUAN yang dimilikinya. Dengan membandingkan
Al-Qur‟an adalah sebuah kitab suci bahasa lain, Mahmud Ahmad al-Sayyid
umat islam yang diturunkan Allah SWT (1997: 220-231) berpendapat bahwa bahasa
kepada rasul-Nya yang terakhir yakni nabi Arab memiliki sejumlah karakteristik, baik
Muhammad SAW dalam bahasa Arab dari aspek huruf, kosakata, redaksi, gaya
sampai kepada umat manusia secara al- bahasa dan i‟rab.
tawatur (langsung dari rasul kepada
Memahami arti kata-kata yang
umatnya) Sebagai petunjuk bagi manusia
termaktub di dalam Al-Qur‟an tentunya
(hudal lin-nâs) untuk pengajaran bagi
harus mengetahui metodenya, sementara
mereka (manusia). Disebutkan di dalam Al-
linguistik itu adalah ilmu tentang bahasa
Qur‟an yaitu surah Ţâhâ ayat 113.
atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai
‫صَّرفْ نَا فِْي ِو ِم َن الْ َو ِعْي ِد لَ َعلَّ ُه ْم‬ ِ objek kajiannya. Karena bahasa Arab adalah
ٰ
َ ‫ك أَنْ َزلْنٰوُ قُ ْرأ ًًن َعَربِيِّا َّو‬
َ ‫َوَك ٰذل‬ bahasa yang digunakan dalam Al-Qur‟an,
‫ث ََلُْم ِذ ْكًرا‬ ِ
ُ ‫يَتَّ ُق ْو َن أ َْوُُْيد‬ maka objek kajiannya ialah bahasa Arab.
Dalam ilmu tafsir bahasa Arab mempunyai
“Dan demikianlah kami menurunkan
urgensi untuk mengetahui makna dari ayat
Al-Qur‟an dalam bahasa Arab, dan kami
Al-Qur‟an yang terkandung di dalamnya.
telah menerangkan dengan berulang kali,
didalamnya sebahagian dari ancaman, Dalam berbagai kepustakaan
agar mereka bertakwa atau (agar) Al- linguistik, makna dalam bahasa dapat
Qur‟an itu menimbulkan pengajaran bagi dipahami dengan mengkaji satu tataran
mereka.” linguistik atau cabang bahasa, yakni „Ilm
Ad-Dilâlah (semantik). 'Ilm Ad-Dilâlah
Dalam memahami setiap kandungan
secara bahasa adalah ilmu tentang makna.
makna di dalam Al-Qur‟an tidak hanya
sekedar mengetahui maknanya saja tanpa 'Ilm Ad-Dilâlah (semantik) merupakan
memahami bahasa yang disampaikan dalam jalan memahami kandungan Al-Qur‟an,
kandungan Al-Qur‟an tersebut. Menurut yang mana di dalamnya selain berisi
seorang sarjana Arab klasik, Abu Fath kumpulan leksem-leksem juga lafâdz atau
Usman bin Jinniy (300-200 H) yang lebih kata yang berbeda namun arti atau
dikenal dengan Ibnu Jinny dalam karyanya, maknanya sama. Sebagaimana dinyatakan
al-Khashaish (tth,jilid 1:33) mendefinisikan Chaer (2007: 297) semantik ialah satuan
bahasa itu sendiri yaitu: bahasa yang satu dengan bahasa lain yang
memiliki relasi bentuk dan makna.
ِ
ُ ‫ات يُ َعُِّّب ِبَا ُك ُّل قَ ْوٌم َع ْن أَ ْغَر‬
‫ض ُه ْم‬ ٌ ‫َص َو‬
ْ‫أ‬ Relasi makna yang memiliki
Bunyi yang digunakan oleh suatu
kedudukan penting di dalam semantik salah
kaum masyarakat untuk mengungkapkan
satunya itu adalah sinonim. Dalam bahasa
maksud mereka (Wildan, 2018).
Arab disebut tarâduf, di mana tarâduf ini
Dengan demikian, bahasa ialah suatu sebagai salah satu faktor penyebab
sistem bunyi yang digunakan sebagai alat banyaknya kosakata dalam bahasa Arab atau
komunikasi untuk mencapai tujuan yang pun dalam Al-Qur‟an itu sendiri. As-Suyûthî
dikehendaki, diturunkannya Al-Qur‟an mendefinisikan tarâduf adalah beberapa kata
dengan bahasa Arab ialah sebagai suatu dengan satu arti, namun beliau lebih berhati-
bentuk komunikasi. Dipilihnya bahasa Arab hati terhadap beberapa lafâdz yang
sebagai bahasa Al-Qur‟an ialah karena mempunyai batasan tertentu, seperti lafâdz
banyaknya keunikan dan kandungan bahasa al-Insân dan basyar kedua lafâdz ini

62 | P a g e
mempunyai batasan dari segi zat dan melihat berapa jumlah lafâdz al-Insân
sifatnya. Begitupun menurut Imam disetiap juz-nya begitupun dengan lafâdz
Fakhruddin sinonim adalah beberapa kata basyar yang dibantu juga dengan kamus Al
yang menunjukkan makna yang sama, mu'jam Al mufahras li Alfaz Al-Qur‟an.
contohnya Lafâdz al-Insân dan basyar
Dengan melihat patokannya
(Matsna, 2016).
demikian, penulis mencoba menggabungkan
Lafâdz al-Insân dan basyar memiliki beberapa juz agar kedua lafâdz tersebut
makna yang sama yaitu “manusia” sesuai mencukupi sebagai bahan penelitian maka
dengan pencarian kamus al-ma‟ani dan akhirnya penulis menemukan dan memilih
pencarian dalam Al-Qur‟an, bahkan hingga pada Juz 15, 16, 17, di mana pada juz 15
lafâdz lain seperti lafâdz bani adam, al-ins terdiri dari dua surat yakni surat Al-Isrâ‟ dan
an-Nâs dan lainnya juga memiliki makna Al-Kahfi dengan lafâdz al-Insân disebut
yang sama yaitu manusia. Lafâdz al- sebanyak delapan kali dan lafâdz basyar
Insân dan basyar dipilih sebagai objek disebut sebanyak dua kali, kemudian pada
kajian dalam penelitian ini, karena penulis Juz 16 lafâdz al-Insân disebut dua kali dan
ingin mengeksplorasi lebih dalam mengingat lafâdz basyar disebut empat kali yang terdiri
lafâdz al-Insân dan basyar ini sering dari tiga surat yakni surat Al-Kahfi, Maryam
dipahami secara terjemahan kata saja, tanpa dan Ţâhâ, pada Juz 17 terdiri dari surat Al-
melihat konteks ayat yang ada antara kedua Anbiyâ dan Al-Ĥajj dengan lafadz al-insan
lafâdz tersebut yakni lafâdz al-Insân dan disebut sebanyak dua kali dan lafâdz basyar
basyar disurat dan ayat yang berbeda, disebut sebanyak dua kali juga.
dengan demikian penulis tertarik mengkaji
Sebagai contoh penggunaan lafâdz al-
lafâdz tersebut dalam Al-Qur‟an.
Insân di juz 15 Surat Al-kahfi: 54
dikarenakan mengingat ada banyaknya
lafâdz tersebut di dalam Al-Qur‟an dan ‫َّاس ِم ْن ُك ِّل َمثَ ٍٍۗل َوَكا َن‬
ِ ‫صَرفْ نَا ِ ِْف ٰى َذا ال ُق ْرﺁ ِن لِلن‬
َ ‫َولَ َق ْد‬
menimbang sedikitnya lafâdz tersebut jika
dipilih pada satu surat maka penulis ‫اْلنْ َسا ُن اَ ْكثََر َش ْي ٍء َج َدًل‬
ِْ
memilah beberapa juz saja sebagai alternatif
“Dan sesungguhnya Kami telah
yang tepat dengan memberi batasan masalah
mengulang-ulangi bagi manusia dalam Al-
melalui beberapa sampling atau beberapa
Qur‟an ini bermacam-macam
lafâdz dijuz yang dipilih dalam Al-Qur‟an
perumpamaan. Dan manusia adalah
tersebut.
makhluk yang paling banyak membantah”
Kemudian Menurut Muhammad Fuadi
Sebagai contoh penggunaan lafâdz
„Abdul Baqi di dalam kitabnya Al-Mu‟jam
basyar di Juz 16 Surat Al-kahfi: 110
Al Mufahras Li Alfazh Al-Qur‟an Al-Karim
ٌۚ ِ ِ ِ ِ ِ
lafâdz al-Insân saja dengan berbagai ‫اح ٌد‬ ََّ ‫قُ ْل اََّّنَآ اَ ًَنْ بَ َشٌر ِّمثْ لُ ُك ْم يُ ْو ٰح ٓى ا‬
‫َل اَََّّنَآ ا ا َٰلُ ُك ْم اٰلوٌ َّو‬
derivasinya dalam Al-Qur‟an disebutkan 65
‫اِلًا َّوَليُ ْش ِرْك بِعِبَ َادةِ َربِِّوۦ‬ ِ ‫فَمن َكا َن ي رجوا لَِقآء ربِِوۦ فَ ْلي عمل ص‬
kali tersebar di 43 surat dan untuk lafâdz َ ْ َ ْ َ َّ َ ْ ُ ْ َ َْ
basyar disebut 35 kali tersebar di 26 surat ‫اَ َح ًدا‬
dalam bentuk tunggal dan satu bentuk
mutsanna dalam satu surat (Baqi, 1364 H). “Sesungguhnya aku ini manusia biasa
Sementara itu penulis memilah seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku:
beberapa juz saja di dalam Al-Qur‟an "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu
dengan cara mencari kedua lafâdz tersebut adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa
pada 30 juz di dalam Al-Qur‟an dengan mengharap perjumpaan dengan Tuhannya,

63 | P a g e
maka hendaklah ia mengerjakan amal yang Muhammad SAW, seperti: musthafa
saleh dan janganlah ia mempersekutukan (manusia pilihan) al-mukhtâr (manusia
seorang pun dalam beribadah” pilihan) basyira (pemberi kabar baik),
ketiga kata tersebut mengacu pada
Pada dua contoh ayat di atas pada
nabi Muhammad SAW.
lafâdz al-Insân, basyar menunjuk pada arti
yang sama yakni “manusia” sehingga 2) Tarâduf Al-ihâl (Sinonim Denotasional)
mengidentifikasikan bahwa kedua lafâdz itu adalah sebuah persamaan dua kata
ialah disebut sebagai tarâduf (sinonim). atau lafâdz yang lebih dari satu dalam
Dengan demikian penulis tertarik mengkaji suatu kondisi, misalnya kata asad dan
penelitian terkait: “Tarâduf Dalam Al- laisu yang keduanya mengacu pada
Qur‟an Pada Juz 15, 16, 17 (Analisis ‘Ilm satu hewan yaitu singa.
Ad-Dilâlah Lafâdz Al-Insân Dan Basyar)”
3) Tarâduf Al-„idrakâ (Sinonim Kognitif)
B. LANDASAN TEORI Sinonim kognitif adalah persamaaan
1. Tarâduf dua kata atau lebih yang digunakan
Tarâduf merupakan bentuk masdar untuk mengekspresikan makna
dari kata taradafa-yataradafu-taradufan kognitif, tanpa memperhatikan
yang memiliki arti al-tatabu‟ (saling perbedaan-perbedaan emosional dan
mengikuti). As-Suyûthî mendefinisikan efeknya. Misalkan, famn dan thaqur.
tarâduf adalah beberapa kata dengan satu 4) Tarâduf Mutlaq (Sinonim Mutlak)
arti, namun beliau lebih berhati-hati
terhadap beberapa lafâdz yang mempunyai Ada beberapa istilah yang biasa
batasan tertentu. Dalam bahasa Indonesia ditemui dalam literatur-literatur
disebut sinonim, Dalam bahasa Inggris semantik, sebagaian pakar
disebut synonymy. Secara etimologis kata menggunakan istilah mutlak, sebagian
sinonim berasal dari bahasa yunani kuno lain menggunakan istilah tarâduf
yaitu onoma yang berarti “nama” dan syn kamil “sinonim sempurna”.
yang berarti “dengan”. Maka secara harfiah Dengan demikian dari penjabaran di
kata sinonim berarti nama lain untuk benda atas dapat kita tarik kesimpulan
atau hal yang sama. Sementara menurut bahwasanya setiap dari pembagian
terminologis semantik sinonim adalah kata- jenis sinonim tersebut memiliki aspek
kata yang secara fonologis berbeda tetapi sub yang dibahas dan merinci di
memiliki makna yang sama atau sangat dalamnya yang kemudian menjadi
mirip. runtutan dari sebuah kajian
pembahasan.
2. Jenis-Jenis Tarâduf
Tarâduf pun memiliki bagian-bagian 3. Sebab-Sebab Terjadinya Tarâduf
dan juga rinciannya (Kholison, 2016) yakni: Ada beberapa faktor yang
mendorong sebab terjadinya sinonim
1) Tarâduf isyârî (Sinonim Referensial) (Kholison, 2016) diantaranya:
Yakni kesamaan acuan antara dua kata 1. Pengaruh kosakata serapan dari bahasa
atau lebih yang disebutkan. Artinya, asing
dua kata atau lebih itu tidak dapat 2. Pengaruh dialek sosial (infi‟aliyyah)
disifati sebagai sinonim referensial 3. Perbedaan dialek regional (lahjah
melainkan jika acuan keduanya sama. iqlimiyyah)
Misalnya nama-nama nabi 4. Perbedaan dialek temporal

64 | P a g e
sedangkan laqab-laqab yang lain yang
ditujukan untuk benda tersebut merupakan
Kemudin menurut Wafi bahwa
sifat saja.
sinonim dalam bahasa Arab terjadi karena
Adapun Abu Hilal al-„Askary
beberapa faktor (Kholison, 2016: 231) yakni
untuk mendukung aliran ini, ia menulis
sebagai berikut:
sebuah kitab yang berjudul “Bab fi al-
a) Karena bahasa Arab sangat terbuka ibanah „an kawn ikhtilaf al-ibarat wa al-
dengan respons beberapa dialek asma mujiban li ikhtilaf al-ma‟ani fi kulli
bahasa Arab di sekitarnya. lughah”, salah satu pernyataan beliau dalam
b) Karena beberapa penyusun kamus bahasa kitab tersebut adalah bahwa “perbedaan
Arab tidak melakukan seleksi yang ungkapan dan kata menyebabkan perbedaan
ketat dalam menulis bahasa Arab. makna. Karena suatu benda diungkapkan
c.) Pendapat Para Pakar Bahasa Arab dengan kata, Ada kata yang menunjukkan
Ada beberapa terjadi perbedaan referen yang sudah jelas dan ada pula kata
pendapat diantara pakar bahasa Arab yang menunjukkan referen yang tidak dapat
baik al-muttaqaddimin maupun al- dipahami” (Matsna, 2016).
muhdatsin tentang ada atau tidaknya Kemudian, Bint al-Syathi‟
sinonim dalam bahasa Arab (Matsna, dalam kitabnya berjudul maqal fi al-insan
2016) : dirasah qur‟aniyyah, dimana ia
membicarakan manusia dalam Al-Qur‟an
Para Ulama Muttaqaddimin
dengan memaparkan terlebih dahulu
1. Ulama yang Pro Sinonim beberapa kualitas manusia yang
Para pakar ulama yang mendukung ditunjukkan dengan beberapa tema yakni
adanya sinonim adalah sibawaih dalam sebagai al-Insân, al-ins, basyar. Di sini
karyanya berjudul “kitab”, lalu Ibnu Jinni Bint al-Syathi‟ membedakan arti dari
yang menyatakan bahwa “banyak lafâdz beberapa kata tersebut yang selama ini
namun tertuju pada satu makna” kemudian dianggap sebagai sinonim, bahkan kamus
selain dari itu Imam Fakhrurazy yang ataupun kitab tafsir dalam tradisi klasik
mengakui adanya sinonim dengan membuat hampir semuanya mengukuhkan
definisi khusus dengan tentang hal tersebut. sinonimitas kata-kata ini. Dengan demikian
Adapun Abu al-Husain Ahmad bin Faris di prinsip yang dikembangkan Bint al-Syathi‟
dalam kitabnya yaitu al-Shahabi, merupakan adalah tidak adanya sinonimitas dalam
orang pertama yang memakai kata sinonim bahasa Arab. (Miftahul Jannah, Jurnal Ilmu
(lafâdz) Dan kitab yang pertama kali Ushuluddin, 2017).
memakai istilah sinonim adalah kitab “al-
Alfazh al-Mutaradifah wa al-mutaqariban fi Para Pakar Bahasa Kontemporer (Al-
al-ma‟na yang dikarang oleh Abu al-hasan Muhdatsin)
„aliy bin „ Isa al-Rummany”.
Jika para pakar bahasa terdahulu
2. Ulama yang Kontra Sinonim
saling berbeda dalam memandang ada atau
Adapun pakar-pakar bahasa yang
tidak adanya sinonim, maka hal yang sama
menolak adanya sionim dalam bahasa Arab
pun terjadi dikalangan ulama kontemporer
dimotori oleh Imam Tsa‟lab, Abu „Aliy al-
hingga saat ini. Namun, mayoritas dari
farisi, Ibn Faris dan Abu Hilal al-„Askary.
pakar-pakar bahasa kontemporer lebih
Sebagaimana hal ini dapat dipahami dari
banyak yang berpendapat bahwa sinonim
pernyataan Ibn Faris bahwa “satu benda (al-
sangat mungkin adanya. Di antara para
ism) untuk satu makna, seperti “saif”,
pakar bahasa kontemporer yang

65 | P a g e
menyatakan adanya sinonim adalah Lyons kepada manusia ke arah tujuan yang terang
dalam bukunya “pengantar teori dan jalan yang lurus dengan menegakkan
linguistic”, sedangkan Ullman ialah orang asas kehidupan yang didasarkan pada
yang membagikan adanya sinonim total keimanan kepada Allah dan risalah-Nya.
atau sinonim lengkap, dan Verhaar ialah Asbâb An-Nuzûl secara etimologi terdiri dari
pakar linguistic yang membedakan sinonim dua kata Asbâb berarti sesuatu yang
menurut taraf keberadaan bentuknya, menyampaikan kepada sesuatu yang lain dan
misalnya: sinonim antar kalimat, Ahmad An-Nuzûl yang berarti menempati dan
melihat Ali dan Ali melihat Ahmad. menempati tempat mereka.
Sinonim antar kata, misalnya kata nasib dan
kata takdir, memuaskan dan menyenangkan 3. Ilm Al-Dilâlah
(Matsna, 2016).
Ahmad Mukhtar Umar mendefinisikan
4. Manfaat Tarâduf dalam ilm al-dilâlah sebagai berikut:
Pengajaran
Menurut Kholison (2016) di dalam ‫ىو العلم الذي املعىن أو ذلك الفرع من علم اللغة‬
buku Semantik Bahasa Arab Tinjauan ‫الذي يتناول دراسة املعىن أو ذلك الفرع الذي يدرس الشروط‬
Historis Teoritik Dan Aplikatif
menyebutkan diantara manfaat sinonim .‫الواجب توافرىا ِف الرمز حىىت يكون قادرا على محل املعىن‬
dalam pengajaran bahasa diantaranya
“kajian tentang makna, atau ilmuwan
adalah:
yang membahas tentang makna, atau
1. Sinonim dapat membuka peluang
cabang linguistik yang mengkaji teori
untuk memilih kosakata yang lebih
makna atau cabang linguistik yang mengkaji
sesuai dengan konteks tanpa harus
teori makna atau cabang linguistik yang
mengubah gagasan.
mengkaji syarat-syarat yang harus dipenuhi
2. Mengadakan variasi dalam pemakaian
untuk mengungkapkan lambang-lambang
kosakata sehingga ujaran maupun
karangan yang ditampilkan menjadi bunyi sehingga mempunyai makna”
lebih segar. Dalam bahasa Arab dikenal dengan
3. Memilih kosakata yang lebih akrab istilah ilm al-dilâlah terdiri dari dua kata;
dengan penangkap. ilm berarti ilmu pengetahuan, dan al-dilâlah
4. Mendorong para siswa untuk yang berarti pertunjukkan atau makna.
mengadakan pembedaan-pembedaan. Secara terminologis, „ilm al-dilâlah sebagai
5. Dapat mendorong mereka untuk salah satu linguistik (ilm al-lughah) yang
sering menelaah kamus, dan telah berdiri sendiri dimana sebuah ilmu
memperhatikan kata-kata. yang mempelajari tentang makna suatu
bahasa baik tataran mufradat (kosakata)
2. Al-Qur‟an maupun pada tataran tarakib (struktur).
Secara etimologi Al-Qur‟an berasal
dari bahasa Arab dalam bentuk kata benda a. Jenis-jenis ilm al-dilâlah
abstrak mashdar dari kata (‫قرأًن‬-‫ يقرأ‬-‫ )قرأ‬yang Menurut Kholison (2016) di dalam
berarti bacaan. Menurut gramatika bahasa buku Semantik Bahasa Arab Tinjauan
Arab bahwa kata Al-Qur‟an adalah bentuk Historis Teoritik Dan Aplikatif menjelaskan
mashdar dari kata ‫ قرأ‬yang maknanya muradif jenis-jenis semantik yakni:
(sinonim) dengan kata ‫ قرأة‬artinya bacaan. Al- Ilm Ad-Dilâlah At-târuhî (Semantik
Qur‟an diturunkan untuk memberi petunjuk Tradisional)

66 | P a g e
Dalam semantik tradisional terdapat menggambarkan tabiat bahasa
perbedaan yang cukup mencolok antara dua tersebut.
sub-bidang, yakni semasiologi dan
3) Pembatasan akan makna tersebut
onomasiologi. -„Ilm Ad-Dilâlah Lughawi
dapat membantu untuk mengetahui
(Semantik Linguistik)
ukuran perkembangan bahasa.
Merupakan pendekatan semantik yang
didasarkan pada teori linguistik modern.
‘Ilm Ad-Dilâlah Al-bayani (Semantik
Secara garis besar, semantik linguistik
Interdisipliner)
terbagi menjadi dua:
Adalah studi semantik yang
1) Semantik leksikal, yaitu telaah tentang
menggunakan pendekatan dan teori yang
makna yang ada pada leksem-leksem
mengacu kepada tradisi-tradisi semantik lain
suatu bahasa.
yang telah memperoleh beberapa derajat
2) Semantik gramatikal, yaitu semantik
otonom interdisipliner, yaitu semantik
yang mempelajari arti satuan bahasa
falsafi, semantik antropologis, dan semantik
diatas tingkat kata.
psikologis.
‘Ilm Ad-Dilâlah Al-‘âm (Semantik
a. Lafâdz dan Jenis-Jenis Makna
General)
Menurut Ahmad Mukhtar
Merupakan cabang semantik yang „Umar bahwa lafâdz dalam bahasa Arab
diperkenalkan oleh Alfred Korzybski, ditinjau dari semantiknya terbagi menjadi
seorang filsuf Amerika. Dimana tiga (Matsna, 2016) yaitu :
menurutnya, general semantik ialah studi 1. Al-mutabâyin, yaitu satu kata yang
tentang kemampuan manusia untuk mengandung satu makna saja dan
menyimpan pengalaman dan pengetahuan inilah yang paling banyak dalam suatu
lewat fungsi bahasa mengikat umur manusia bahasa.
bersama. Manusia dapat membuat 2. Al-musytarak al-lafzhi, yaitu satu kata
generalisasi dan simbolisasi pengalaman, yang mengandung banyak makna.
dan kemudian mewariskannya dari satu 3. Al-mutarâdif, yaitu kata yang banyak
generasi ke generasi. akan tetapi mengandung satu makna
yang sama.
‘Ilm Ad-Dilâlah At-taqâbuli (Semantik Menurut Ibrahim Anis, lafâdz adalah
Komparatif) perangkat makna dan istilah lafâdz berbeda
Adalah studi semantik yang secara dari istilah kalimah. Istilah yang pertama
khusus mengkaji aspek-aspek makna yang adalah lafâdz yang belum memiliki makna
ada dibeberapa bahasa. Diantara fokus dan istilah yang kedua adalah lafâdz yang
kajiannya (Kholison, 2016) adalah: memiliki makna.
1) Membedah karakteristik- Fayiz al-dayah membagi makna
karakteristik antara dua bahasa atau kepada empat jenis (Matsna, 2016) yakni
lebih yang memiliki kesamaan atau sebagai berikut:
perbedaan.
1. Al-Dilâlah Asasiyyah atau Al-
2) Dengan mengetahui karakteristik-
Mu‟jamiyyah (Makna Leksikal)
karakteristik tersebut kita dapat
membatasi akar makna dan konsep
Makna leksikal adalah makna dasar
utamanya, yang dapat
(al-Ma‟na al-Asasi) dimana sebuah kata

67 | P a g e
yang sesuai dengan kamus. Makna leksikal lemah, sedang dan ada yang kuat. Seperti
ini terutama yang berupa kata dalam kamus, kata ightâla dan qatala yang sama-sama
biasanya sebagai makna pertama dari kata bermakna membunuh, akan tetapi kata
atau entri yang terdaftar dalam kamus itu. ightâla lebih merupakan ungkapan
kekerasan dan keganasan dalam membunuh
Sebagai contohnya, kata dharaba
dan bersifat politis.
dalam kamus Mu‟jam al-Wasith mempunyai
lebih dari 30 makna, diantara makna- 3) Konteks Situasi
maknanya adalah: bergerak, pergi,
Konteks situasi yaitu makna yang
memukul, mendirikan, berdenyut, mencetak,
berkaitan dengan waktu dan tempat
mencampur, mewajibkan dan lain-lainnya.
berlangsungnya suatu pembicaraan. Para
Makna-makna tersebut tidak tetap dan
linguis kontemporer menegaskan akan
berubah-ubah sesuai dengan konteks yang
pentingnya kontribusi konteks dalam
melatar belakanginya (Matsna, 2016:43)
menentukan makna bahasa, dimana untuk
2. Al-Dilâlah Siyâqiyyah Mawqi‟yyah mengetahui makna kata dengan benar dan
(Makna Kontekstual) tepat harus dengan menganalisis kontek
Makna kontekstual adalah makna yang melatarbelakanginya. Konteks situasi
sebuah leksem atau kata yang berada di memaksa pembicara untuk lebih cerdas dan
dalam satu konteks. Para Linguis Arab berhati-hati dalam memilih kata-kata sesuai
membedakan konteks ke dalam empat jenis dengan situasi.
(Matsna, 2016: 47) yaitu :
4) Konteks Budaya
1) Konteks Bahasa
Konteks bahasa adalah makna yang Konteks budaya adalah keseluruhan
dihasilkan dari penggunaan kata dalam suatu makna yang terdapat dalam budaya tertentu.
kalimat ketika tersusun dengan kata-kata Menurut Ahmad Mukhtar Umar (1933-
lainnya yang menimbulkan makna khusus 2004) konteks budaya adalah lingkungan
tertentu. Makna dalam konteks berbeda dari budaya dan masyarakat yang
makna yang ada dalam kamus (al-ma‟na al- memungkinkan suatu kata digunakan.
mu‟jami) sebab makna dalam kamus
3. Al-Dilâlah Al-Sharfiyyah (Makna
memiliki bermacam-macam dan
Morfologi)
mengandung kemungkinan-kemungkinan,
sedangkan makna dalam konteks (al-siyaq) Menurut Imam Asrori bahwa dalam
yang dihasilkan oleh konteks bahasa (al- kajian morfologi terdapat istilah yang
siyaq al-lughawi) adalah makna tertentu disebut dengan morf dan morfem, dalam
yang mempunyai batasan yang jelas dan bahasa Arab sendiri kedua istilah itu
yang tidak bermakna ganda. sepadan dengan al-sighah dan al-wazn.
Makna yang terkandung atau yang
2) Konteks Emosional
ditunjukkan al-wazn itulah morf, sedangkan
Yang dimaksud dengan konteks al-sighah yang mengikuti al-wazn itulah
emosional adalah kumpulan perasaan dan morfem. Dicontohkan kata kâtibu
interaksi yang dikandung oleh makna kata- merupakan morf dengan morfem fâil yang
kata dan hal ini terkait dengan sikap bermakna al-musyarakah.
pembicaraan dan situasi pembicaraan.
Menurut Baiq Raudatussolihah (Tesis,
Kemudian dari makna emisional yang
2016:64-65) makna morfologis adalah
dikandung oleh kata-kata itu berbeda-bedar
makna yang ditimbulkan akibat terjadinya
kadar kekuatannya, diantaranya ada yang

68 | P a g e
perubahan tashrif. Al-Dilâlah Al-Nahwiyyah maupun sumber-sumber lain. Menurut Nazir
(Makna Gramatikal) (1988: 111) dalam bukunya yang berjudul
„Metode Penelitian‟ mengemukakan bahwa
Makna gramatikal adalah makna yang
yang dimaksud dengan : “Studi kepustakaan
muncul sebagai hasil suatu proses
adalah teknik pengumpulan data dengan
gramatikal. Farid „Awadh Haidar
mengadakan studi penelaahan terhadap
mendefinisikan makna gramatikal dengan :
buku-buku, literatur-literatur, catatan-
“makna yang dihasilkan dari penggunaan
catatan, dan laporan-laporan yang ada
kata-kata pada kalimat tulis atau tutur pada
hubungannya dengan masalah yang
tataran analisis atau struktur”. Kemudian
dipecahkan.”
adapun menurut Mansoer Pateda, makna
Kemudian, pendekatan yang
Gramatikal adalah makna yang muncul
digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai akibat berfungsinya kata dalam
pendekatan kualitatif deskriptif-analitif.
kalimat.
Cresswell (2016:4) mengatakan, penelitian
Kemudian dalam bahasa Arab kualitatif merupakan metode-metode untuk
menurut Tammam Hassan (Matsna, mengeksplorasi dan memahami makna yang
2016:45-46) makna gramatikal ini terbagi oleh sejumlah individu atau sekelompok
menjadi dua, yakni : orang dianggap berasal dari masalah sosial
1) Makna Sintaksis Umum (al-Dallah atau kemanusiaan.
al-Nahwiyyah al-„Ammah) Desain penelitian dalam hal ini
menurut (Nazir, 1988:99) secara sederhana
Makna sintaksis umum dihasilkan atau
adalah proses mengenai pengumpulan dan
diperoleh dari kalimat-kalimat (al-jurnal)
analisis data yang diperlukan dalam
dan struktur-struktur (al-Asalib) secara
perencanaan dan pelaksanaan penelitian.
umum, seperti makna kalimat dan struktur
Desain dalam penelitian ini yakni
yang menunjukkan khabar, insya, taukid,
mencari lafâdz al-Insân dan basyar
istifham, dan lain-lainnya.
dibeberapa ayat saja pada Juz 15, 16, 17
2) Makna Sintaksis Khusus (al-Dallah dalam Al-Qur‟an kemudian mendiskripsikan
al-Nahwiyyah al-Khashshah) makna-makna pada lafâdz yang
menunjukkan sinonim atau târaduf tersebut.
Sementara makna sintaksis khusus
Setelah itu, makna dari setiap lafâdz tersebut
adalah makna yang diperoleh dari makna
dianalisis melalui tafsir dan Ilm Ad-Dilâlah
penggunaan bab-bab kaidah sintaksis seperti
(semantik) dari aspek makna
subjek dan lainnya. Makna sintaksis khusus
kontekstualnya.
ini sangat terkait dengan kedudukan i„rab
dalam kalimat.
2. Sumber Data Penelitian
1. Data Primer
C. METODOLOGI PENELITIAN Sumber data primer yang digunakan
1. Metode dan pendekatan dalam penelitian ini adalah Al-Qur‟an Al-
Metode yang digunakan dalam Karim terjemahan Kemenag RI, kitab Al-
penelitian ini adalah jenis penelitian library mu‟jam Al-Muhfahras li Alfazh Al-Karim,
research atau penelitian kepustakaan. dan tafsir ibnu katsir, tafsir jalallain dan
Penulis mengambil data dari literatur yang lainnya.
berkaitan dengan penelitian, berupa kitab-
kitab klasik, buku-buku Ilm Ad-Dilâlah
(semantik), mu‟jam atau kamus jurnal

69 | P a g e
2. Data Sekunder 2. Melacak dan menghimpun beberapa
ayat-ayat pada juz 15, 16, 17 yang
Adapun sumber data sekunder
berkaitan dengan masalah yang
dalam penelitian ini adalah buku kajian
diangkat atau sudah ditetapkan.
semantik arab klasik dan kontemporer
3. Menganalisis makna-makna yang
karangan Moh. Matsna, semantik bahasa
terkandung didalam ayat tersebut
Arab tinjauan historis, teoritik dan
menurut tafsir dan analisis Ilm Ad-
aplikatif karangan Mohammad Kholison,
Dilâlah (semantik).
semantik bahasa Arab karangan Moh.
4. Menganalisis dengan melihat makna
Ainin dan Imam Asrori, serta buku-buku
kontekstual lafâdz al-Insân dan basyar
linguistik umum karya-karya ilmiah dan
pada ayat yang sudah dipilah masing-
karya-karya tulis lainnya yang berkaitan
masing dan melihat hubungan kedua
dengan penelitian ini baik dari bahasa
lafâdz tersebut.
Arab maupun Indonesia.
3. Instrumen Penelitian
D. HASIL PENELITIAN
Instrumen adalah alat untuk 1. Persebaran Lafâdz Al-Insân dan
memperoleh data empiris yang berguna Basyar pada Juz 15, 16, 17
untuk menjawab masalah penelitian.
Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini Menurut Muhammad Fuadi Abdul
adalah dokumen. Menurut (Renier Baqi di dalam kitabnya Al-Mu‟jam Al-
1997:104) menjelaskan istilah dokumen Mufahras Li Alfazh Al-Qur‟an Al-Karîm,
dalam tiga pengertian yaitu “(1) dalam arti lafâdz al-Insân dengan berbagai derivasinya
luas, yaitu meliputi semua sumber, baik dalam Al-Qur‟an disebutkan sebanyak 65
sumber tertulis maupun sumber lisan; (2) kali tersebar di 43 surat. Sementara pada juz
dalam arti sempit, yaitu yang meliputi semua 15, 16, 17 lafâdz al-Insân disebut sebanyak
sumber tertulis saja, dan (3) dalam arti 12 kali tersebar pada lima surat yakni pada
spesifik, yaitu hanya yang meliputi surat- surat Al-Isrâ, Al-Kahfi, Maryam, Al-Anbiyâ
surat resmi dan surat-surat negara, seperti dan Al-Ĥajj.
surat perjanjian, undang-undang, konsesi, Kemudian untuk lafâdz basyar dengan
hibah dan sebagainya”. Dokumen menjadi berbagai derivasinya dalam Al-Qur‟an
metode pelengkap bagi penelitian. disebutkan sebanyak 35 kali tersebar di 26
Dokumennya berupa Al-Qur‟an Al-Karim surat dalam bentuk tunggal dan satu bentuk
Terjemahan Kemenag RI, kitab Al-mu‟jam mutsanna dalam satu surat, sementara itu
Al-Muhfahras li Alfazh Al-Karim, dan tafsir pada juz 15, 16, 17 untuk Lafâdz basyar
juga buku-buku terkait dengan penelitian sendiri disebut sebanyak delapan kali
lainnya. tersebar pada empat surat yakni pada surat
Al-Isrâ, Al-Kahfi, Maryam, Al-Anbiyâ (Baqi,
4. Teknik Penelitian
1364 H).
Data penelitian ini akan diolah atau
diproses dengan cara-cara berikut ini: 2. Makna Lafâdz al-Insân dan Basyar
pada Juz 15, 16, 17
1. Memilih atau menetapkan masalah Al-
Qur‟an yakni pada Juz 15, 16, 17 yang Seperti halnya yang sudah diketahui
akan dikaji pada lafâdz al-Insân dan dari lafâdz al-Insân dan basyar yang
basyar adalah topik yang diangkat. dipasangkan antara keduanya memiliki
terjemahan arti yang sama yakni manusia.
Namun melihat dari beberapa mu‟jam atau

70 | P a g e
kamus lafâdz al-Insân dan basyar memiliki Adapun pengertian dan makna lafâdz
makna yang berbeda-beda.. basyar di dalam kamus al-muhith yakni:
Pengertian lafâdz al-Insân menurut ‫الشىء‬ ّ ‫ ظهور‬:‫ الباء والشني والراء أصل واحد‬:‫بشر‬
kamus ma‟ani yakni:
‫ ومنو َاب َشَر‬،‫ظاىُر جلد اْلنسان‬ ِ ‫ فالبشرة‬.‫مع حس ٍن و مجال‬
‫ وإنسان السيف‬.‫اِلي املفكر‬
ّ ‫ الكائىن‬: ‫اْلنسان‬ ‫وُسّ َى البَ َشُر‬
ُ .‫ وذلك إفضاؤه ببشرتو إىل بشرهتا‬،‫الر ُج ُل املرأة‬ َّ
‫العادي بقو‬
ّ ‫ الذي يفوق‬:‫ اْلنسان املثاَل‬.‫ ح ّدمها‬:‫والسهم‬ ِ ِ ِ ِ
.‫ اجلمال‬،‫ َوالبَ َشارة‬.‫الو ْجو‬
َ ‫ والبَش ْْي اِلَ َس ُن‬.‫بَ َشًر الظُهورى ْم‬
‫ اْلنسان‬.‫بسمو خلقو‬
ّ ‫ من يتميّز‬:‫ اْلنسان‬.‫يكتسبها ابلتطور‬ “Basyar: dari satu akar ba‟, sya, ra:
‫ ادم عليو السالم‬:‫األول‬ artinya sesuatu yang nampak dengan baik
dan bagus atau indah. Mengembirakan,
“manusia adalah makhluk hidup yang
memperhatikan. Dan diantaranya
berpikir. Dan manusia ibarat pedang dan
menggauli, dan itu dua kebaikannya. itu
anak panah: sebagai batasan mereka.
disebut manusia yang bagus, cantik, kabar
Manusia ideal: yang melampaui yang biasa
gembira”
dengan kekuatan yang ia peroleh melalui
evaluasi. Manusia: dia dibedakan oleh Dalam kamus mufradat Al-Qur‟an,
transendensi atau cara berpikir dan lafâdz basyar atau al-basyarah artinya
karakternya. Manusia pertama: Adam a.s” adalah kulit luar, sedangkan al-adam artinya
kulit dalam, demikianlah yang dikatakan
Dalam kamus Lisanul Al- Arabi lafâdz
oleh kebanyakan para ahli sastra. Sementara
al-Insân berasal dari tiga yaitu: pertama
Abu Zaid mengatakan kebalikan dari yang
Anasa berarti abshara (melihat), „alima
di atas, dan hal yang disalahkan oleh Abdul
(mengetahui) dan ista‟dzana (meminta izin),
„Abbas dan yang lainnya. Jamaknya adalah
kemudian kedua Al-Uns berarti jinak dan
basyar dan ab-syar, manusia juga disebut
yang ketiga itu Nasiya berarti lupa. Lafâdz
dengan al-basyar dilihat dari kulitnya yang
al-Insân bentuk jamaknya ialah anasi,
lebih tampak dari pada bulunya, ini berbeda
anasiyah dan anas.
dengan binatang yang mana kulit mereka
Ada yang berpendapat bahwa manusia dilapisi oleh bulu atau rambut dan lapisan
dinamakan dengan al-Insân, karena ia kulit luar yang tebal. Tidak ada perbedaan
diciptakan dengan karakter yang tidak bisa penyebutan kata tunggal dan jamaknya, dan
utuh kecuali apabila bergaul dengan kata ini bisa dimutsanna yaitu dengan kata
sesamanya. Oleh karenanya ada orang yang basyaraini. Dan dalam Al-Qur‟an setiap hal
mengatakan bahwa manusia secara tabiat yang menjadi tempat manusia baik jasadnya
merupakan makhluk sosial. Dan ada yang ataupun zahirnya dinamakan al-basyar atau
mengatakan bahwa manusia dinamakan basyar (Ar-Raghib Al-Ashfahani, 2019).
demikian karena ia dapat menjinakkan setiap
Dari berberbagai penjelasan beberapa
hal yang ia gunakan (Al-Uns). Dan ada juga
mu‟jam di atas dapat penulis simpulkan
yang berpendapat bahwa lafâdz al-Insân
bahwa lafad al-insan dan lafadz basyar
adalah lafâdz yang mengikuti wazan if‟ilan
adalah penamaan untuk manusia dengan
dan aslinya adalah insiyân. Dinamakan
memiliki konteks makna yang berbeda
demikian karena ia pernah mengikat sesuatu
dengan satu konsep makna yang sama yakni
perjanjiaan akan tetapi kemudian lupa. (Ar-
manusia.
Raghib Al-Ashfahani, 2019)

71 | P a g e
3. Makna Kontekstual Lafâdz al- “Katakanlah (Muhammad),
Insân dan Basyar pada Juz 15, 16, sesungguhnya aku ini hanya seorang
17 manusia, seperti kamu, yang telah menerima
wahyu bahwa sesungguhnya Tuhan kamu
Untuk mengetahui makna adalah Tuhan Yang Maha Esa, maka
kontekstual kedua lafâdz ini pada juz 15, barangsiapa mengharap, pertemuan dengan
16, 17 penulis memilih beberapa surat dalam Tuhannya, maka hendaklah dia
juz 15, 16, 17 saja. Untuk lafâdz al-Insân mengerjakan kebajikan dan janganlah dia
surat al-isra‟ ayat 83 dan surat al-hajj ayat mempersekutukan dengan sesuatu pun
66 kemudian untuk lafâdz basyar surat al- dalam beribadah kepada Tuhannya.” (Qs.
kahfi ayat 110 dan surat Maryam ayat 26. Al-Kahfi: 110)
ٌۚ
‫فَ ُكلِ ْي َوا ْشَرِ ِْب َوقَ ِّر ْي َعْي نًا فَاِ َّما‬
Pemilihan beberapa surat ini sebagai
patokan atau sample untuk melihat makna ‫تَ َريِ َّن ِم َن الْبَ َش ِر‬
ِِ ٓ ِ‫فَ ُق ْو‬ ۙ
‫فَلَ ْن اُ َكلِّ َم الْيَ ْوَم‬ َ ‫مح ِن‬ ٰ ْ ‫ت لِ َّلر‬
kontekstual kedua lafâdz ini dibantu
beberapa penafsiran dengan empat tafsir ‫ص ْوًما‬ ُ ‫ّن نَ َذ ْر‬
ّْ ‫َل ا‬
ْ ‫اَ َح ًدا‬
yakni: tafsir al-jalallain, ibnu ktasir, ‫اِنْ ِسيِّا‬
hidayatul insan, dan al-azhar.
1. Surat Al-Isrâ‟ : 83 dan Al-Ĥajj: 66 “Maka makan, minum dan bersenang
ِ ِِ ِ ِ ِ ِ
ُ‫ض َو ًَنٰ ِبَانبِوۦ َواذَّا َم َّسو‬
hatilah engkau. Jika engkau melihat
َ ‫َواذَآ اَنْ َع ْمنَا َعلَى ْالنْ َسان اَ ْعَر‬ seseorang, maka katakanlah,
‫الشَُّّر َكا َن يَئُ ْو ًسا‬ “sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa
untuk Tuhan yang Maha Pengasih, maka
“Dan apabila kami berikan aku tidak akan berbicara dengan siapa pun
kesenangan kepada manusia, niscaya dia pada hari ini.” (Qs. Maryam: 26)
berpaling dan menjauhkan diri dengan
sombong; dan apabila dia ditimpa Pada surat Al-Isrâ‟ ayat 83 dan surat
kesusahan, niscaya dia berputus asa.” (Qs. Al-Ĥajj ayat 66 dipengaruhi oleh konteks
Al-Isrâ‟: 83) bahasa (al-Siyâq al-Lughawî) yaitu dilihat
dari penjelasan sebelum dan setelah kedua
ِْ ‫ي أ َۡحيا ُك ۖۡۡم ُُثَّ ُُيِي ت ُكم ُُثَّ ُُييِي ُك ٍۗم اِ َّن‬ ِ
‫النْ َسا َن‬ ْ ْ ْ ْ ُْ َ ْٓ ‫َوُى َو الَّذ‬ lafâdz tersebut. Kemudian Makna
kontekstual lafâdz basyar pada surat Al-
‫لَ َك ُف ْوٌر‬ Kahfi ayat 110 dan surat Maryam ayat 26
“Dan dialah yang menghidupkan dipengaruhi oleh konteks bahasa (al-Siyâq
kamu, kemudian mematikan kamu, kemudian al-Lughawî) yaitu dilihat dari penjelasan
menghidupkan kamu kembali (pada hari sebelum dan setelah kedua lafâdz tersebut.
kebangkitan). Sungguh, manusia itu sangat 4. Hubungan makna Lafâdz al-Insân
kufur nikmat.” (Qs. Al-Ĥajj: 66) dan Basyar pada Juz 15, 16, 17
Pada dasarnya antara lafâdz al-Insân
dan basyar memiliki terjemahan arti yang
sama yakni manusia, namun setiap lafâdz
2. Surat Al-Kahfi:110 dan Maryam: 26 memiliki keunikan dan memiliki hal yang
ٌۚ ِ ِ ِ ِ ِ
ََّ ‫قُ ْل اََّّنَآ اَ ًَن بَ َشٌر ِّمثْ لُ ُك ْم يُ ْو ٰح ٓى ا‬
menunjukkan pada konsep dan tujuan yang
‫اح ٌد‬ ‫َل اَََّّنَآ ا َٰلُ ُك ْم الَوٌ َّو‬ berbeda-beda. Dengan surat yang di pilih
‫اِلًا َّوَل يُ ْش ِرْك‬ ِ ‫فَمن َكا َن ي رجوا لَِقآء ربِِوۦ فَ ْلي عمل عم ًال ص‬
َ َ َ ْ َ ْ َ َّ َ ْ ُ َْ َْ dengan empat surat pada juz 15, 16, 17
ِ ِ ِ
‫بِعِبَ َادة َربّوۦ اَ َح ًدا‬
untuk melihat hubungan makna lafâdz Al-
Insân dan Basyar penulis menarik

72 | P a g e
kesimpulan pada lafâdz al-Insân adalah E. PENUTUP
penamaan untuk manusia yang 1. Kesimpulan
menunjukkan manusia dari sisi ruh, jiwa,
Lafâdz Al-Insân dengan berbagai
akal, hati manusia yang tak bisa dilihat.
derivasinya dalam Al-Qur‟an disebutkan
Sementara pada lafâdz basyar juga
sebanyak 65 kali tersebar di 43 surat. Dari
penamaan untuk manusia yang
hasil penelitian yang dilakukan pada juz 15,
menunjukkan manusia dalam bentuk fisik
16, 17 Lafâdz Al-Insân ditemukan sebanyak
(jasad) yang bisa dilihat dan mengerti.
12 kali tersebar pada lima surat yakni pada
Jadi hubungan makna lafâdz surat Al-Isrâ, Al-Kahfi, Maryam, Al-Anbiyâ
al-Insân dan lafâdz basyar yang ditinjau dari dan Al-Ĥajj. Kemudian untuk Lafâdz basyar
analisis Ilm Ad-Dilâlah (semantik) dan dengan berbagai derivasinya dalam Al-
dengan melihat penafsiran pada surat Qur‟an disebutkan sebanyak 35 kali tersebar
tersebut di juz 15, 16, 17 ialah saling di 26 surat dalam bentuk tunggal dan satu
terhubung satu sama lain sebagai penaamaan bentuk mutsanna dalam satu surat. Dari hasil
untuk manusia dalam bentuk jasad dan ruh penelitian yang dilakukan pada juz 15, 16,
yang saling menyatu yakni ketika ruh 17 Lafâdz basyar ditemukan sebanyak
bertemu dengan jasad muncullah sebuah delapan kali tersebar pada empat surat yakni
keinginan. pada surat Al-Isrâ, Al-Kahfi, Maryam, Al-
Anbiyâ.
Dengan konteks dan fokus yang
berbeda, di mana lafâdz al-Insân adalah Dilihat dari makna dasarnya kedua
sebagai penamaan manusia yang lafâdz ini memiliki makna yang sama yaitu
menunjukkan sisi manusia yang tak terlihat. manusia, kemudian adapun dari makna
Contohnya: musyrik atau kafir dan kontekstualnya dari kedua lafâdz ini yang
berimannya seorang manusia tidak dapat dilihat pada empat surat. Pertama untuk
langsung dilihat oleh manusia lainnya, lafâdz al-Insân pada surah Al-Isra‟ ayat 83
kemudian untuk lafâdz basyar adalah dan surah Al-Hajj ayat 66 termasuk ke
sebagai penamaan manusia yang dalam makna konteks bahasa. Makna ini
menunjukkan sisi manusia yang terlihat muncul karena dipengaruhi ayat
yakni ketika manusia melakukan berbagai sebelumnya dan setelahnya. Kedua untuk
aktivitas dalam memenuhi kebutuhannya Lafâdz basyar pada surah Al-Kahfi ayat 110
yang dipacu oleh keinginan. Contohnya: dan surah Maryam ayat 26 termasuk ke
makan, minum, dan keinginan untuk dalam makna konteks bahasa. Makna ini
kebutuhan lainnya, dan bentuk fisik manusia muncul karena dipengaruhi ayat sebelum
yang dapat dilihat langsung. dan sesudahnya.
Lafâdz al-Insân adalah penamaan
untuk manusia yang menunjukkan manusia
dari sisi ruh, jiwa, akal, hati manusia yang
tak bisa dilihat. Sementara pada lafâdz
basyar juga penamaan untuk manusia yang
menunjukkan manusia dalam bentuk fisik
(jasad) yang bisa dilihat dan mengerti.
Jadi hubungan makna lafâdz al-Insân
dan lafâdz basyar ditinjau dari analisis Ilm
Ad-Dilâlah (semantik) dan penafsiran

73 | P a g e
saling terhubung satu sama lain sebagai kehidupan. Jakarta: PT GEMA
penaamaan untuk manusia dalam bentuk INSANI
jasad dan ruh yang saling menyatu yakni Al-Mahalli, Jalaluddin dan Jalaluddin As-
ketika ruh bertemu dengan jasad muncullah Suyuthi. 2018. Tafsir Jalalain. Jakarta
sebuah keinginan. Timur: Ummul Qura.
Ar-Raghib Al-Ashfahani. 2017. Al-
Dengan konteks dan fokus yang
Mufaradat fi Gharibill Qur‟an. Jawa
berbeda, di mana lafâdz al-Insân adalah
Barat: Pustaka Khazanah Fawa‟id
sebagai penamaan manusia yang
Bisri. A., & Fatah, M. A. 1999. Kamus Al-
menunjukkan sisi manusia yang tak terlihat.
Bisri Indonesia Arab Dan Arab
Contohnya: musyrik atau kafir dan
Indonesia. Surabaya: Pustaka
berimannya seorang manusia tidak dapat
Progressif.
langsung dilihat oleh manusia lainnya, amal
Creswell, 2016. Researh design pendekatan
manusia atau do‟a seorang manusia tidak
metode kualitatif, kuantitatif, dan
dapat langsung dilihat oleh manusia
campuran. Yogyakarta: PENERBIT
lainnya. Kemudian untuk lafâdz basyar
PUSTAKA BELAJAR
adalah sebagai penamaan manusia yang
Fahmi, Ariefta Hudi. 2015. Sinonimitas
menunjukkan sisi manusia yang terlihat
dalam Al-Qur‟an (Studi atas Lafadz
yakni ketika manusia melakukan berbagai
al-Syak dan al-Raib). Skripsi
aktivitas dalam memenuhi kebutuhannya
Fawaid, 2015. Kaidah mutaradif al-alfaz
yang dipacu oleh keinginan. Contohnya:
dalam Al-Qur‟an, vol, 5, no.1
makan, minum, dan keinginan untuk
(hlm:142-157)
kebutuhan lainnya, dan bentuk fisik
Hamka. Tafsir Al-Azhar jilid 6. Pustaka
manusia yang dapat dilihat langsung oleh
Nasional PTE LTD Singapura.
manusia lainnya.
Haris, Abdul. 2018. Panggilan Qur‟an
kepada umat manusia, vol V, no. 5
(hlm:66-80)
DAFTAR PUSTAKA
Imamuddin, Basuni dan Nashiroh Ishaq.
Abdullah, Dudung. 2017. Konsep manusia 2012. Kamus Kontekstual Arab-
dalam Al-Qur‟an (telaah kritis tentang Indonesia. Jakarta. Gema Insani.
makna dan eksistensi), vol, 6, no. 2 Jabbar, M. Dhuha Abdul dan N.
(hlm:331-344) Burhanudin. 2012 Ensiklopedia
Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman Makna Al-Qur‟an Syarah Alfaazhul
bin Ishaq Al-Sheikh. 1994. Tafsir ibnu Qur‟an. Bandung: CV. Media Fitrah
Katsir jilid 5. Bogor: Pustaka Imam Rabbani.
Asy-Syafi‟i Ja‟far Shodiq. 2016. Relasi jinn dan al-ins
Adzkiah, Siti Nuradni. 2019. Studi tentang dalam Al-Qur‟an (kajian semantik
taraduf dalam Al-qur‟an (kajian Toshihiko Izutsu). Tesis.
terhadap pada kata khalaqa-ja‟ala
Jannah, Miftahul. 2017. Manusia dalam Al-
dan khauf-khasyyah). Skripsi
Qur‟an (studi kasus atas kitab Maqal
Ainin, Moh dan Imam Asrori. (2014).
fi al-Insan: dirasah Qur‟aniyyah), vol,
Semantik Bahasa Arab. Malang: CV.
16, no.2. (hlm:81-94)
Bintang Sejahtera Press.
Allam, Ahmad Khalid. 2005. Al-Qur‟an Kholison, Mohammad. 2016. Semantik
dalam keseimbangan alam dan bahasa Arab Tinjauan Historis

74 | P a g e
teoritik dan aplikatif. Jawa Timur: CC. ‫ دار‬.‫ الطبع األوىل‬.)‫ علم الدللة (علم املعىن‬.‫ عمان‬.‫دمحم علي اخلوَل‬
LISAN ARABI ۲ٓٓٓ .‫الفالح للنشر والتوزيع‬
Matsna, Moh. 2016. Kajian Semantik Arab
Klasikal dan Kontemporer. Jakarta: .‫ عامل الكتب‬-‫ القاىرة‬-‫ صناعة املعجم اِلديث‬،‫امحد خمتار عمر‬
PT PRENADEMIA GROUP
۲ٓٓ٠
Masduha. Al-Alfaazh (buku pintar
memahami kata dalam Al-Qur‟an). ۲ٓٓ٦ .‫مقدمة ِف علمي الدللة والتخاطب‬،‫دمحم يونس علي‬
2017. Banten. PT. Al-Kautsar
Mubarok, M. Ali. 2019. Sinonimitas dalam .‫الرابع‬
ّ ‫لد‬ُ َ‫ اجل‬.‫ لسان العرب‬،‫حممد بن مكرم ابن منظور الفريق املصرى‬
ّ
Al-Qur‟an (analisis semantik lafadz ‫لد‬
ُ َ‫ اجل‬.‫ لسان العرب‬،‫حممد بن مكرم ابن منظور الفريق املصرى‬
ّ
Zauj dan Imra‟ah). Skripsi. .‫السادس‬
ّ
Munawwir, Ahmad Warson. 1984. Kamus
۲ٓٓ٠ ‫الرابعة‬
ّ ‫الطبعة‬ .‫الوسيط‬ ‫املعجم‬ ،‫ضسف‬ ‫شوقي‬
Al-Munawwir Arab-Indonesia
Terlengkap Edisi Kedua. Surabaya: ‫لد األول‬
ُ َ‫ معجم احمليط اجل‬،‫الفْيوز اابدي‬
Pustaka Progressif.
Mulyani, Slamet. 2014. At-Taraduf dan
maknanya dalam Al-Qur‟an Karim
(Studi Analisis Linguistik dalam Surat
Al-Kahfi). Skripsi
Musa, bin Marwan. Abu Yahya. 2019.
Tafsir Hidayatul Insan Jilid 2
Musa, bin Marwan. Abu Yahya. 2019.
Tafsir Hidayatul Insan Jilid 3
Nur, Tajudin. 2017. Semantik bahasa Arab
pengantar studi ilmu makna.
Bandung: CV SEMIOTIKA
Purwanti, Desy. 2020. Makna kata khalfun
dalam Al-Qur‟an (analisis semantik).
Jambi: Universitas Jambi. Skripsi.
(hlm. 15)
Tedy, Armin. 2017. Tuhan dan manusia,
vol, 6, no.11. (hlm. 41-52)
Taufiq, wildan. 2018. Metode Penelitian
bahasa Arab. Bandung: PT REFIKA
ADITAMA
Kamus Al-Ma‟any
Https://www.almaany.com/id/dict/ar-
id/, (diakses pada 15 Agustus 2020).
Internet
‫علم الدللة ِف الرتاث العرِب والدرس اللساّن اِلديث‬.‫ادريس بن خواي‬
.‫ عامل الكتب‬:‫ األردن‬-‫ اريد‬.‫دراسة قي قكر ابن قيم اجلوزية‬
۲ٓ۱٦

‫ دار الكتب‬.‫ املعجم املفهرس أللفاظ القرأن الكرمي‬.‫دمحم فؤاد عبد الباقي‬
۱۳٦٦ .‫املصرية‬

75 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai