Dhomir 5
Dhomir 5
Nurlailadan
Bahasa, Budaya, Tuanany.
Sastra2022. Jurnal Lingue: Bahasa, Budaya, dan Sastra. Vol.4,No.1 Juni 2022 60
Volume 4, No.2, Desember 2022 h.107-118 Page 60-68
Abstract
A mufassir or even a student must understand the rules of interpretation so that there are no mistakes in
interpreting or understanding the verses of the Koran. Among the rules of interpretation that must be
mastered is the rule of pronouns (Dhamir).Dhamir is a term used for first-person pronouns, second-
person pronouns, or third-person pronouns, so that Dhamir occupies the position of the word it
replaces.There are 9 types of Dhamir: 1) Dhamir Muttashil (continued), 2) Dhamir munfashil (not
continued), 3) Dhamir Bariz, 4) Dhamir Mustatir, 5) Dhamir Marfu', 6) Dhamir Manshub, 7) Dhamir
Majrur, 8) Dhamir fashli, and 9) Dhamir as-sya'n.Among the several faidah in lamir are: to summarize
(ikhtishar), to show majesty (fakhamah), to humiliate (tahqir), to strengthen (ta'kid).Basically Dhamir
must have a reference back to it. And originally each Dhamir refers to the ism dhahir which has been
mentioned previously and occupies the closest position to the Dhamir, according to its tadzkir and ta'nits,
jama' and mufrad terms, and according to its meaning. However, there are at least 11 rules in the Qur'an
that are not in accordance with these general rules. This shows the height of the language of the Koran.
Keywords: Grammatical Studies, pronouns
Abstrak
Seorang mufassir atau bahkan seorang pelajar, harus memahami kaidah-kaidah penafsiran agar tidak
terjadi kesalahan dalam menafsirkan atau memahami ayat-ayat al-Qur‟an. Diantara kaidah penafsiran
yang harus dikuasai adalah kaidah tentang kata ganti (Dhamir).Dhamir adalah istilah yang dipakai untuk
kata ganti orang pertama, kata ganti orang kedua, atau kata ganti orang ketiga, sehingga Dhamir
menempati posisi kata yang digantikannya. Dhamir ada 9 macam : 1) Dhamir Muttashil (bersambung), 2)
Dhamir munfashil (tidak bersambung), 3) Dhamir Bariz, 4) Dhamir Mustatir, 5) Dhamir Marfu‟, 6)
Dhamir Manshub, 7) Dhamir Majrur, 8) Dhamir fashli, dan 9)Dhamir as-sya‟n.Diantara beberapa faidah
Dhamir yaitu: untuk meringkas (ikhtishar), menunjukkan keagungan(fakhamah), untuk penghinaan
(tahqir), untuk menguatkan (ta‟kid).Pada dasarnya Dhamir harus mempunyai rujukan yang kembali
kepadanya. Dan pada asalnya setiap Dhamir merujuk pada isim dhahir yang telah disebutkan sebelumnya
dan menempati posisi yang terdekat dengan Dhamir tersebut, sesuai dari segi tadzkir dan ta‟nitsnya, jama‟
dan mufradnya, serta sesuai maknanya. Namun, paling tidak ada 11 kaidah dalam al-Qur‟an yang tidak
sesuai dengan kaidah umum tersebut. Hal ini menunjukkan ketinggian bahasa al-Qur‟an.
Kata kunci: Kajian Gramatikal, kata ganti
Maimunah & Nirmala. 2022. Jurnal Lingue: Bahasa, Budaya, dan Sastra. Vol.4,No.2 108
Desember 2022
Page 92-118
kedua tunggal, atau kata ganti orang ketiga ضٛ ورث, atau dengan isim seperti ya‟ pada
tunggal, sehingga Dhamir menempati posisi
ٟ ورات, atau dengan huruf seperti kaf pada
kata yang digantikannya”. Contoh : ( أٔاsaya),
ه١ٍ ػ. Dhamir muttashil ada 9 : ضٌرااٚ ٔاٚ
( أٔدkamu), ٛ٘ (dia), atau huruf ta‟ pada
ٚضٌٛ ضٚ ضِلٌفٚ ٌْٕٛ ضٚ ضٌىااٚ اا١ٌ ضٚ
ُد ورثدَُ ورثد
ُِ ورثdan huruf wawu pada
ااٌٙ ضٚ ٘ا
ْٛىرث٠ .
Kalau dikembalikan pada makna Dhamir munfashil (tidak bersambung)
dasarnya, kata ganti orang dalam bahasa Arab Dhamir yang bisa menjadi mubtada‟,
disebut Dhamir karena ia menggantikan
posisi kata yang pada asalnya disebutkan dan bisa jatuh setelah ئإ, seperti :
dengan jelas (dhahir) menjadi tidak jelas ذ أٔاٙ ِدر, bisa juga dikatakan ِاٚ ذٙئإ ضخر
(Dhamir) ketika tidak ada yang dirujuknya..
Kebalikan dari isim Dhamir adalah isim
ضٔا. Dhamir munfashil ada 24 : yang 12
dhahir, misalnya : marfu‟ : أٔاٚ ٓ ٔسٚ َُ أٔدٚ د ُِ ٔ أٚ أٔرّاٚ
َ ْضٌ َّذْ َسٌََِٝةُ ِ َس َّّذُ ئ
ُٗ ََّٔ ِِل،ع ِحُ ِثَ ِى ًشض َ َ٘ر ُ أٔرٚ ُٓ أٔرٚ ٛ٘ ٚ ٟ٘ ٚ ّ٘اٚ ُ٘ ٚ ُٓ٘ ;
َ
ُذِٙ َ ؽا ٌِةُ ِ ْدر sedangkan yang 12 manshub : ٞا٠ ئٚ أا٠ ئٚ
Dhamir pada ََُّٗٔ ِِلmerujuk pada isim َُان٠ ئٚ ان٠ئ
ُِ ٚ اوّا٠ ئٚ ُاو٠ ئٚ ٓاو٠ ئٚ ٖا٠ ئٚ
dhahir yakni ُس َّّذ َ ِ . Seandainya hanya ا٘ا٠ ئٚ اّ٘ا٠ ئٚ ُ٘ا٠ ئٚ ُٓ٘ا٠ئ
dikatakan : َُّٗٔؽا ٌِةُ ِئ َ ُذِٙ َ ِ ْدر, tanpa menyebut
nama Muhammad, maka tidak dapat dipahami Dhamir Bariz, yaitu Dhamir yang tampak
oleh pembaca, siapakah yang dimaksud dalam sebuah lafad seperti huruf ta‟ pada
dengan siswa yang rajin itu. ُ لّدdan huruf wawu pada ضٛ ورثdan huruf
ya‟ pada ٟضورث
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah Dhamir Mustatir, yaitu Dhamir yang tidak
tampak dalam sebuah lafad, seperti
deskrptif kualitatif yaitu memuat gambaran
atau deskripsi terkait faidah dhamir dalam al- ضورةtaqdirnya أٔدَُ ضورة.
Dhamir Marfu’ yaitu Dhamir yang
Qur‟an yang perlu dijelaskan secara
komprehensif. menempati posisi isim marfu‟. Misal :َُ لّد,
PEMBAHASAN Dhamir خmenduduki i‟rab rafa‟ karena ia
Macam-Macam Dhamir adalah fa‟il dari fi‟il madli.
Menurut Ghalayiny, Dhamir ada tujuh Dhamir Manshub yaitu Dhamir yang
macam yaitu : menempati posisi isim manshub. Misal :
Dhamir Muttashil (bersambung) َُأ َ ْو َش ِْره, Dhamir َُ نmenduduki i‟rab nashab
Dhamir muttashil yaitu Dhamir yang karena ia adalah maf‟ul bih (obyek).
tidak bisa menjadi mubtada‟ atau diletakkan Dhamir Majrur, yaitu Dhamir yang
di awal kalimat dan tidak bisa jatuh setelah ئإ menempati posisi isim majrur. Misal : َُٓغ َ ْأَز
kecuali karena karena dlarurat as-syi‟ir,
ُُ َُْه١ٌَ ِئ, Dhamir َُن menduduki i‟rab jar
seperti : َُ أوشِرهmaka tidak bisa dikatakan َِا
karena ia jatuh setelah huruf jar ٌٝ ئ.
ُض َِّإنَُ أ َ ْو َش ِْد
. Dhamir muttashil adakalanya
bersambung dengan fi‟il seperti wawu pada
Maimunah & Nirmala. 2022. Jurnal Lingue: Bahasa, Budaya, dan Sastra. Vol.4,No.2 110
Desember 2022
Page 92-118
Selain pembagian Dhamir yang tujuh i‟rab. Fungsi atau faidah Dhamir ُ ٘ pada
menurut Ghalayiny, as-Suyuthi menambahkan ayat di atas ada dua, yaitu:
Dhamir yang ke delapan dan ke sembilan, Dhamir berfaidah ta‟kid bahwa orang-orang
yaitu Dhamir fashli dan Dhamir as-sya‟n. yang bertaqwa benar-benar akan beruntung.
Dhamir Fashli Faidah ikhtishash, bahwa hanya orang-orang
Menurut Jalaluddin Abdurrahman as- yang bertaqwalah yang beruntung.
Suyuthi Dhamir fashli adalah
طا ِتكُ ٌِ َّا لَ ْثٍَُٗ ؛ َ ِ ع ُِ ْٛ ْغَ ُِح ضٌْ َّ ْشو١ظِ ِْشُ ت١ِّ ػ َ Dhamir As-Sya’n
ئَِّٔ َّاَُٚ ،ٖ َْش١غ َ َُٚ ئِ ْو َشضدًض،ًثَح١ْ غَ َُٚ طاتًا َ ِخَُٚ ذ َ َىٍُّ ًّا Dhamir as-Sya‟n atau qisshah atau
َُ ْ لَثَُٚ ُطٍُٗ ضٌّْثْرَذَأْ َ َِا أُْٚ َ َمَغُ تَ ْؼ ُذَ ِ ْثرَذَأُ أ٠
disebut juga Dhamir majhul adalah Dhamir
ًُ َخثَش yang terletak sebelum kalimat (jumlah),
ََُوزَ ٌِه disebut Dhamir as-sya‟n jika mudzakar, dan
Artinya : “Dhamir dengan shighat disebut Dhamir qisshah jika muannats
marfu‟ yang sesuai dengan kata sebelumnya, (Abdurrahman al-Maidani: 1996). Dhamir as-
baik itu mutakallim, mukhatab, atau ghaib, sya‟n atau qisshah tidak butuh rujukan kepada
baik itu mufrad atau selainnya, terletak isim dhahir, dan tidak bisa ditafsirkan kecuali
setelah mubtada‟ atau yang asalnya mubtada‟, dengan kalimat (jumlah). Penyebutan Dhamir
juga sebelum khabar”. as-sya‟n atau qisshah ini diantaranya
Dhamir ini terletak antara mubtada‟ dan bertujuan untuk pengagungan (ta‟dhim) atau
khabar, untuk menjelaskan bahwa setelah menakut-nakuti (tahwil) atau penghinaan
mubtada‟ adalah khabar, bukan shifat. Ulama‟ (istihjan), dll. Sebuah lafad disebutkan secara
berbeda pendapat, apakah Dhamir fashli ini mubham (tidak jelas) kemudian ditafsirkan
mempunyai kedudukan dalam i‟rab atau tidak? dalam bentuk kalimat. Contoh : QS.al-
Az-Zarkasyi berpendapat bahwa Dhamir Ikhlas :1,
fashli mempunyai kedudukan dalam i‟rab, dia )1:ّللا أ َ َزذُ (ضإلخالص ُْ ل
َُّ َُٛ ٘ ً
bisa marfu‟ atau manshub (al-Zarkasyi, 2006) ْ
Taqdirnya adalah ُُْ َُأ َ
ُِ ُ أ َزذartinya
Sedangkan pendapat yang lain
mengatakan bahwa Dhamir fashli tidak ayat tersebut menunjukkan keadaan Allah
mempunyai kedudukan dalam i‟rab. Karena yang Maha Esa. Penyebutan Dhamir
sebenarnya ia adalah huruf, dinamakan bertujuan untuk mengagungkan (ta‟dhim)
Dhamir karena bentuknya menyerupai Allah.
Dhamir. Dhamir fashli disebut juga „imad Adapun perbedaan antara Dhamir
karena bergantungnya pembicara atau fashli dan Dhamir as-sya‟n adalah bahwa
pendengar padanya, dalam membedakan Dhamir fashli bisa berbentuk mutakallim,
khabar atau na‟at dalam sebuah kalimat. mukhatab, dan ghaib. Sedangkan Dhamir as-
Diantara faidah Dhamir ini adalah : 1) sya‟n berbentuk ghaib saja (al-Zarkasyi:2006).
penjelasan (i‟lam) bahwa setelahnya adalah
khabar, bukan shifat (tabi‟); 2) ta‟kid FAIDAH DHAMIR
(menguatkan); dan 3) ikhtishas Pada asalnya setiap isim itu disebutkan
(mengkhususkan). Contoh QS. Al-Baqarah : 5: secara dhahir (jelas), kemudian jika
)5:َُْ (ضٌثمشجٌَٛئِهَُ ٘ ُ ضٌّْ ْف ٍِسٚأَٚ disebutkan untuk kedua kalinya, diganti
ٌََُئِهٚ أadalah mubtada‟ dan
dengan Dhamir karena dirasa cukup jelas. Hal
Lafad ini sebagaimana setiap isim itu pada asalnya
َُْ ٛ ْضٌّفْ ٍِسadalah khabar, sedangkan Dhamir mu‟rab, dan setiap fi‟il itu mabni. Adapun
ُ ٘ tidak mempunyai kedudukan dalam
Maimunah & Nirmala. 2022. Jurnal Lingue: Bahasa, Budaya, dan Sastra. Vol.4,No.2 111
Desember 2022
Page 92-118
faidah-faidah disebutkannya Dhamir dalam dengan batu dari langit, atau datangkanlah
al-Qur‟an diantaranya (al-Zarkasyi:2006). kepada kami azab yang pedih."
Meringkas (ikhtishar), dan ini adalah Ayat ini menjelaskan tentang
faidah utama dari penyebutan Dhamir. sanggahan orang-orang musyrik yang
َُٓ١ِِِٕ ْ ْضٌّإَٚ خ ُِ ْضٌّ ْغ ٍِ َّاَٚ َُٓ١ِّ ٍِ ْ ْضٌّ ْغ َُّ ِئ meragukan kebenaran al-Qur‟an, pada lafad
ُِ ْضٌمَأِرَاَٚ
خ َُٓ١ِ ْضٌمَأِرَٚ ُِ ْضٌّإْ َِِٕاَٚ
خ ُْْ ُ َ٘زَض َواَُْ ِئَٛ ٘ ُ ْضٌ َس َّك, Dhamir ٛ
َُ ٘ berfungsi
sebagai ta‟kid.
َُٓ٠ظاتِ ِش َّ ٌضَٚ خ ُِ ظا ِدلَا َّ ٌضَٚ َُٓ١ظا ِد ِل َّ ٌضَٚ
ُِ ْضٌخَا ُِؼَاَٚ َُٓ١ ْضٌخَا ُِ ِؼَٚ خ
خ ُِ ظاتِ َشض َّ ٌضَٚ KAIDAH MENGENAI DHAMIR
َُٓ١ِّ ِظائَّ ٌضَٚ خ ُِ ظ ِذلَا َ َ ْضٌّرَٚ َُٓ١ِظ ِذل َ َ ْضٌّرَٚ
Pada dasarnya Dhamir harus
mempunyai rujukan yang kembali kepadanya.
ُْ ٙ َخٚوش َُٓ١ ْضٌ َساوِ ِظَٚ ُِ ظائِ َّا
خ َّ ٌضَٚ Dan pada asalnya setiap Dhamir merujuk
شض١ً َُِوث َُّ
َّللا َُٓ٠ضٌزَّض ِو ِشَٚ خ ُِ ظا َ ِ ْضٌ َساوَٚ pada isim dhahir yang telah disebutkan
sebelumnya dan menempati posisi yang
خْشضً َ أَٚ ً ُْ َِ ْغ ِف َشُجٌَٙ ّللا َ َخ أ
َُّ َّػ ُذ ُِ ضٌزَّض ِو َشضَٚ terdekat dengan Dhamir tersebut, sesuai dari
segi tadzkir dan ta‟nitsnya, jama‟ dan
)35: ًّا (ضِلزضضب١ػ ِظ َ mufradnya, serta sesuai maknanya. Seperti :
Dhamir ٌُٙ pada ayat di atas, meringkas 25 )121 : ٗ (ؽََٜٛ آدََُ َستَُّٗ وَغٝظ
َ ػ
َ َٚ
isim dhahir yang telah disebutkan sebelumnya.
1. 1. Menunjukkan keagungan Dhamir ٖ pada kata َّٗ َستsesuai dengan
(fakhamah), karena kemulyaan dan makna dan posisi terdekatnya, kembali
kemasyhurannya, maka cukup kepada lafad Adam (ََُ)آد.
disebutkan dalam bentuk Dhamir saja Namun kaidah ini tidak selalu berlaku
atau salah satu dari sifatnya. Misal : pada al-Qur‟an. Karena al-Qur‟an mempunyai
)1 : ٍَ ُِح ْضٌمَذْس (ضٌمذس١ْ ٌَ ِٟئَِّٔا أ َ ْٔضَ ٌَْٕاُٖ و kaidah sendiri yang melampaui kaidah bahasa
manapun di dunia. Justru ini semakin
Dhamir ٖ merujuk pada al-Qur‟an, dan memperkuat bukti bahwa Al-Qur‟an benar-
ini hanya bisa diketahui dengan melihat asbab benar kalam Allah dengan ketinggian dan
an-nuzul. keindahan bahasa yang luar biasa. Tidak ada
Ejekan atau hinaan (tahqir), karena sifatnya satu makhluk pun yang bisa menandingi
yang jelek. Misal: keindahan bahasanya, walaupun ahli sastra
َ ُْ إَُّٔٗ ٌَى
)168 : ٓ (ضٌثمشج١ُِ ِثٚػذ dari jenis jin dan manusia bekerja sama untuk
Dhamir ٖ merujuk pada setan, tidak membuat syair yang semisal dengan al-
disebutkan secara dhahir sebagai ejekan atas Qur‟an, sebagaimana firman Allah :
keburukan sifatnya. ضَٛأْذ٠ ُْْ َ أٍَٝػَ ٓ ُُّ ْضٌ ِدَٚ ُضإل ْٔظ
ِْ د ُِ ًِ ٌَئ
ُِ َٓ ضخْ ر َ َّؼ ُْ ل
Ta‟kid, misal: ََُْوا ُْٛ ٌََٚ ُِٗ ٍِ َُْْ تِ ِّثَٛأذ٠ إ ْ ُ َ ْآ ُِ ً َ٘زَض ْضٌم ْش ُِ ْتِ ِّث
ُْٓ ِِ ك َُّ ْضٌ َسَُٛ ٘ ْ َواَُْ َ٘زَض ُْ َُّ ِئٌٍَّٙض ضٌٛ ِئ ُرْ لَاَٚ )88:شض (ضإلعشضا١ ً ِٙ ظَ ُ ُْ ٌِثَ ْؼغٙتَ ْؼؼ
ضئْرَِٕاُِٚ َ اا أ َّ ٌاس ُج ً َُِِٓ ض
ُِ َّ غ َ ِػ ْٕذِنَُ وَأ َ ِْ ِط ُْش
َ َٕا ِز َد١ْ ٍَػ Artinya :“Katakanlah :”Sesungguhnya
)32 : ُ (ضِلٔفاي١ٌِ َ ِتؼَزَضبُ أ jika manusia dan jin berkumpul untuk
Artinya :”Dan (ingatlah), ketika membuat yang serupa (dengan) al-Qur‟an ini,
mereka (orang-orang musyrik) berkata: "Ya mereka tidak akan dapat membuat yang
Allah, jika betul (Al Quran) ini, dialah yang serupa dengannya, sekalipun mereka saling
benar dari sisi Engkau, maka hujanilah kami membantu satu sama lain”. (QS. Al-Isra‟
17:88)
Maimunah & Nirmala. 2022. Jurnal Lingue: Bahasa, Budaya, dan Sastra. Vol.4,No.2 112
Desember 2022
Page 92-118
Berikut ini beberapa kaidah mengenai salah satu dari mudlaf dan mudlaf ilaih, maka
Dhamir dalam al-Qur‟an yang telah tidak ada masalah. Contoh:
disistematikakan oleh al-Sabti Kembalinya Dhamir kepada mudlaf
: ُ١َ٘٘ا (ئتشضّٛللا َإُ ذسْ ظ
َُِّ َُض ِٔ ْؼ َّدُّٚ ِئ ُْْ ذَؼذَٚ
Kaidah Pertama :
“Jika dalam sebuah ayat ada )34
Dhamir yang rujukannya mengandung Dhamir ٘اkembali kepada ٔؼّحkarena
lebih dari satu, dan memungkinkan untuk sama-sama muannats, demikian juga kalau
dipakai semua, maka bisa dipakai” dilihat dari siyaqul kalamnya (konteks
Kaidah ini menjelaskan bahwa kalimat), tidak mungkin ٘اkembali kepada
sesungguhnya al-Qur‟an adalah kitab mu‟jiz, Allah.
menunjukkan banyak makna dengan lafad Kembalinya Dhamir kepada mudlaf ilaih
yang sedikit. Jika makna-makna yang َ إ
ضٚض ُْىشَٚ ِثًا١ؽ ُ ً ّللا َز َالَُّ ُ ض ِِ َّّا َسصَ لَىٍٛوَى
terkandung di dalamnya benar, maka tidak )114:ًَُْ (ضٌٕسَّٚاُٖ ذَؼْثذ٠ِْ و ْٕر ُْ ئ ُْ ِّللا ئ
َُِّ َُِٔ ْؼ َّد
ada alasan untuk membatasi hanya memakai
satu makna saja dan mengabaikan yang lain, Dhamir ٖ pada lafad َُّٖا٠ِ ئkembali kepada
kecuali jika ada dalil yang menunjukkan Allah pada lafad َُؼ َّد َُِّ
ْ ِٔ ّللا
demikian. Contoh : Sedangkan pada QS. Al-An‟am :145,
َس ِتهَُ َوذْ ًزاٌَِٝذ ِئ ِ ْ اَٙ ُّ٠ََا أ٠
َ ْٔ ضإل
ُ غاُْ ِئَّٔهَُ َواد ulama‟ berbeda pendapat tentang kembalinya
)6: ُِٗ (ضإلٔشماق١ِوَّ َالل Dhamir, apakah kepada mudlaf ataukah
kepada mudlaf ilaih?
Artinya :“Wahai manusia,
sesungguhnya kamu telah bekerja keras َُ ٌَ ُْٚ َ أ
)145:َشُ وَأَُِّٗ ِسخْ ظُ (ضِلٔؼا٠سُْ ِخ ْٕ ِض
menuju Tuhan-Mu, maka kamu akan Ada yang berpendapat, Dhamir ٖ pada
menemui-Nya” (QS. Al-Insyiqaq 84: 6)
lafad َُ ٌَ
ُٗ َِّٔوَاkembali kepada mudlaf yaitu ُْس ,
Dhamirٖ pada (ٗ١)وّالل kembali
dan ada yang berpendapat Dhamir ٖ kembali
pada ( )ستهartinya kamu akan menemui
Tuhanmu. Ada yang mengatakan Dhamir kepada mudlaf ilaih yaitu ُش٠ِخ ْٕ ِض .
ٖ pada (ٗ١ )وّاللkembali pada ضٌىذذartinya Perbedaan ini menimbulkan implikasi
kamu akan mendapati amalmu. hukum yang berbeda terhadap pengharaman
Kedua makna ini benar, karena setiap babi. Sebagian ulama‟ Dhahiriyah
hamba akan menemui Tuhannya dan amalnya. berpendapat bahwa yang diharamkan pada
babi hanya dagingnya saja. Sedangkan
Jumhur ulama‟ dalam (Muhammad Ali as-
Kaidah Kedua Shabuni) berpendapat bahwa daging dan
“Jika ada Dhamir setelah mudlaf dan bagian lain dari babi adalah haram.
mudlaf ilaih, maka pada asalnya Dhamir Sesungguhnya Allah menyebutkan daging
tersebut kembali pada mudlaf” babi pada ayat tersebut karena daging yang
Ketika mudlaf menjadi fokus pada umumnya dimakan oleh manusia.
pembicaraan ( )ػٕٗ ضٌّسذزmaka pada Demikian penjelasan as-Shabuni, lihat
pembahasannya secara terperinci dalam kitab-
asalnya Dhamir harus kembali padanya. Akan
kitab fiqih.
tetapi jika ada indikator (qarinah) yang
menunjukkan bahwa Dhamir kembali pada
Maimunah & Nirmala. 2022. Jurnal Lingue: Bahasa, Budaya, dan Sastra. Vol.4,No.2 113
Desember 2022
Page 92-118
bentuk jama’ pula, baik yang ini bisa memberi banyak manfaat untuk
menunjukkan makna sedikit ataupun pembaca, dan khususnya untuk diri penulis
banyak” sendiri.
Contoh : Dari pembahasan di atas dapat ditarik
ُِْٓ ١ٍَِا
ِ ُِْٓ َو١ٌَْٛ ٓ َز ِ ْش٠ ُض ٌِذَضخَٛ ٌْضَٚ
َُّ َ٘ َإدْٚ َ ػ ْؼَُٓ أ beberapa kesimpulan sebagai berikut :
Dhamir adalah istilah yang dipakai
)233:(ضٌثمشج untuk kata ganti orang pertama, kata ganti
Namun adakalanya berbentuk mufrad orang kedua tunggal, atau kata ganti orang
seperti: ketiga tunggal, sehingga Dhamir menempati
َض ِػ ْٕ ُذْٛ ََُٓ ضذَّم٠ِٓ ر َ ٌِى ُْ ٌٍَِّز ُْ ِِ ُْش١ً أَؤَٔثِئى ُْ تِ َخ ُْ ل posisi kata yang digantikannya. Diantara
َُ ٠ِاسُ خَا ٌِذَٙ ْٔ َ ا ْضِلَٙ ِٓ ذ َ ْسر
ٓ ُْ ِِ ٞ ُْ َخَّٕاخُ ذَد ِْشِٙ َس ِت beberapa faidah Dhamir yaitu: untuk
َُّ َٚ ّللا
ّللا َُِّ َُِِٓ ُْضَْٛ ِسػَٚ ُ َشجَّٙ ط َ ِ ُضجَٚ أ َ ْصَٚ اَٙ ١ِو meringkas (ikhtishar), menunjukkan
keagungan(fakhamah), untuk penghinaan
شُ ِتاٌْ ِؼثَا ُِد١ظ
ِ َت (tahqir), untuk menguatkan (ta‟kid).
.)15 : ْ(آي ػّشض Pada dasarnya Dhamir harus mempunyai
rujukan yang kembali kepadanya. Dan pada
ضجٚشج أصٙ ِطbukan ضجٚشضخ أصِٙط asalnya setiap Dhamir merujuk pada isim
dhahir yang telah disebutkan sebelumnya dan
Adapun untuk ghairu „aqil (tidak menempati posisi yang terdekat dengan
berakal), pada umumnya Dhamir untuk jama‟ Dhamir tersebut, sesuai dari segi tadzkir dan
katsroh adalah bentuk mufrad, dan untuk ta‟nitsnya, jama‟ dan mufradnya, serta sesuai
jama‟ qillah Dhamirnya berbentuk jama‟. maknanya. Namun, paling tidak ada 11 kaidah
Contoh: dalam al-Qur‟an yang tidak sesuai dengan
ِٟ ًشض وْٙ ُ َ َش َُ ػش َ ّللا ضثَْٕا َُِّ َس ِػ ْٕ ُذٛ ُِ ٙش ُّ ٌْ ِػذَُّج َ ض َُّ ئ kaidah umum tersebut. Hal ini menunjukkan
َُ ْضِل َ ْسَٚ خ
ketinggian bahasa al-Qur‟an
اَٙ ْٕ ِِ ع ُِ ضٚا َ َّ غ َّ ٌ ََُ َخٍَكَُ ضْٛ َ٠ ّللا
َُِّ ب ُِ ِورَا
ْ َ ال ذ
َُّ ِٙ ١ض ِوٍِّٛ ظ
ٓ ُ َ َ ُ و١ِ َُٓ ْضٌم٠ِأ َ ْستَؼَحُ زشَُ رَ ٌِهَُ ضٌذ DAFTAR PUSTAKA
ُْ َٔىٍِٛمَاذ٠ َُٓ َواوَّ ُحً َو َّا١ض ضٌّْ ْش ِش ِوٍِٛلَاذَٚ ُْ غى َ أ َ ْٔف Anfas, Abu Ibrahim dkk, al-Mu'jam al-Wasith,
)36:تحَُٛٓ (ضٌر١ّللاَ َِ َُغ ضٌّْر َّ ِم َُّ ْ َُّ َ ض ُأٍَّٛض ْػَٚ ًَواوَّ ُح (Beirut : Dar al-Fikr, tth.).
Dhamir إِٙ dengan bentuk tunggal al-Ghalayiny, Syaikh Mushthafa, Jami‟ ad-
kembali pada سٛٙضٌش, yang menunjukkan Durus al-Arabiyyah, (Beirut : al-
bilangan yang banyak. Kemudian pada ayat Maktabah al-„Ashriyyah, 1986).
ض والٍّٛٓ ذظٙ١ وDhamir jama‟ kembali pada al-Maidani, Abdurrahman, al-Balaghah al-
زشَ أستؼح , yang menunjukkan bilangan Arabiyyah, (Jeddah : Dar al-Basyir,
yang sedikit. 1996), Juz 1.
al-Sabti, Khalid, Qawaid al-Tafsir, (Kairo :
KESIMPULAN Dar Ibni Affan, 1421 H.).
Sebenarnya masih banyak as-Suyuthi, Jalaluddin Abdurrahman, al-Itqan
pembahasan tentang kaidah Dhamir ini,
fi Ulum al-Qur‟an, (Kairo : Dar al-
semakin digali, semakin melimpah sumber
ilmu yang mengalir dari al-Qur‟an. Namun Turats,tth.).
karena keterbatasan penulis, maka penulis Al-Shabuni, Muhammad Ali, Tafsir Ayat al-
cukupkan sampai disini. Semoga yang sedikit Ahkam, (Beirut : Darul Fikr, tth.).
Maimunah & Nirmala. 2022. Jurnal Lingue: Bahasa, Budaya, dan Sastra. Vol.4,No.2 116
Desember 2022
Page 92-118